referat gilut

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di dunia, menurut hasil The National Health and Nutrition Examination Survey pada tahun 2004, sebanyak 92 % penduduk Amerika Serikat usia dewasa memiliki karies gigi. Sedangkan hasil laporan Studi Morbiditas pada tahun 2001, menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan karena penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh masyarakat yaitu sebesar 60%. Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat adalah karies gigi kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di urutan kedua. Karies merupakan kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam yang ada dalam karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang ada dalam saliva. Antara 29% hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari lima puluh tahun mengalami karies. Hipertensi merupakanan salah satu penyakit yang memiliki perhatian khusus pada pasien dengan karies gigi. Penyakit tekanan darah tinggi, dalam istilah medis disebut hipertensi, adalah salah satu masalah kesehatan yang paling banyak diderita di seluruh dunia. Di Amerika, diperkirakan sebanyak 67 juta orang menderita hipertensi. 1

description

gigi dan mulut referat

Transcript of referat gilut

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit gigi dan mulut masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

utama di dunia, menurut hasil The National Health and Nutrition Examination Survey

pada tahun 2004, sebanyak 92 % penduduk Amerika Serikat usia dewasa memiliki

karies gigi. Sedangkan hasil laporan Studi Morbiditas pada tahun 2001, menunjukkan

bahwa kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan

karena penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh

masyarakat yaitu sebesar 60%. Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita

masyarakat adalah karies gigi kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di urutan

kedua. Karies merupakan kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam

yang ada dalam karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang ada dalam saliva.

Antara 29% hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari lima puluh tahun

mengalami karies. Hipertensi merupakanan salah satu penyakit yang memiliki perhatian

khusus pada pasien dengan karies gigi.

Penyakit tekanan darah tinggi, dalam istilah medis disebut hipertensi, adalah

salah satu masalah kesehatan yang paling banyak diderita di seluruh dunia. Di Amerika,

diperkirakan sebanyak 67 juta orang menderita hipertensi. Penyakit ini sering disebut

“silent killer” karena dapat berakibat fatal dan berujung kepada kematian, namun tidak

menunjukkan gejala yang khas/berat sehingga banyak penderita yang tidak

menyadarinya.

Prevalensi hipertensi di Indonesia pun cukup tinggi. Menurut Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum

terdiagnosis. Dari hasil pengukuran tekanan darah pada subyek berusia 18 tahun ke atas

ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, namun hanya 7,2%

diantaranya yang sudah mengetahui memiliki hipertensi,  dan hanya 0,4% kasus yang

terkontrol (minum obat hipertensi). Penderita hipertensi memiliki resiko yang lebih

tinggi terhadap penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan kebutaan.

Jika dahulu hipertensi lebih banyak diderita oleh orang lanjut usia, saat ini

semakin banyak kasus hipertensi yang terjadi pada kelompok usia produktif (di bawah

1

50 tahun). Mengingat tingginya prevalensi penyakit ini di masyarakat dan sebagian

besar penderita tidak menyadarinya, maka hal ini patut mendapat perhatian lebih dari

tenaga kesehatan, tak terkecuali dokter gigi.

Pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol beresiko untuk mengalami

perdarahan paska pencabutan gigi. Hal ini berkaitan dengan obat anastesi yang

digunakan umumnya mengandung vasokonstriktor yang berefek menyempitkan

pembuluh darah, sehingga tekanan darah semakin meningkat. Hal ini dapat

menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil dan terjadi perdarahan. Oleh karena itu,

perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah sebelum tindakan pencabutan dilakukan.

Jika tekanan darah pasien tinggi, pencabutan gigi sebaiknya ditunda dan pasien dirujuk

ke ahli penyakit dalam terlebih dulu untuk mengontrol tekanan darah.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karies Gigi

2.1.1 Definisi

Karies adalah suatu proses hilangnya ion-ion mineral secara

kronis dan terus menerus dari jaringan gigi seperti, email, dentin, dan

sementum, serta diikuti oleh proses disintegrasi materi organik gigi, yang

sebagian besar distimulasi oleh adanya beberapa flora bakteri dan

produk-produk yang dihasilkannya

Karies Gigi (Kavitasi) adalah daerah yang membusuk di dalam

gigi, yang terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan

email (permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus berkembang

ke bagian dalam gigi.

2.1.2 Etiologi

1. Faktor host

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai

tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan

bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan

fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-

sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan

fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat

menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan

karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia

kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat,

fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami

mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor,

fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat

menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung

mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin

3

resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap.

Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial

yang disebabkan faktor host, agen, substrat dan waktu.

2. Faktor agen atau mikroorganisme

Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam

menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang

terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas

suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi

yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi

mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan

plak, kokus gra positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai

seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus

mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya.

Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya laktobasilus

pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah laktobasilus pada

plak gigi berkisar 104 – 105 sel/mg plak. Walaupun demikian, S.

mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies oleh karena S.

mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten terhadap

asam).

3. Faktor substrat atau diet

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan

plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi

mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat

mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan

bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan

lain yang aktif .

4. Faktor waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada

manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun.

Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi

suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.

4

2.1.3 Patogenesis

Komponen mineral enamel, dentin dan sementum adalah

hidroksiapatit (HA) yang tersusun atas Ca10(PO4)6(OH)2. Pertukaran

ion mineral antara permukaan gigi dengan biofilm oral senantiasa terjadi

setiap kali makan dan minum. Dalam keadaan normal, HA berada dalam

kondisi seimbang dengan saliva yang tersaturasi oleh ion Ca2+ dan

PO43-. HA akan reaktif terhadap ion-ion hidrogen pada atau dibawah pH

5.5, yang merupakan pH kritis bagi HA. Pada kondisi pH kritis tersebut,

ion H+ akan bereaksi dengan ion PO43- dalam saliva. Proses ini akan

merubah PO43- menjadi HPO42-. HPO42- yang terbentuk kemudian

akan mengganggu keseimbangan normal HA dengan saliva, sehingga

kristal HA pada gigi akan larut. Proses ini disebut demineralisasi.

Proses demineralisasi dapat berubah kembali normal, atau

mengalami remineralisasi apabila pH ternetralisir dan dalam lingkungan

tersebut terdapat ion Ca2+ dan PO43- yang sudah mencukupi. Ion-ion

Ca2+ dan PO43- yang terdapat di dalam saliva dapat menghambat proses

disolusi kristal-kristal HA. Interaksi ini akan semakin meningkat dengan

adanya ion fluoride yang dapat membentuk fluorapatit (FA). FA

memiliki pH kritis 4.5 sehingga bersifat lebih tahan terhadap asam.

Mekanisme terjadinya karies berhubungan dengan proses

demineralisasi dan remineralisasi. Plak pada permukaan gigi terdiri dari

bakteri yang memproduksi asam sebagai hasil dari metabolismenya.

Asam ini kemudian akan melarutkan mineral kalsium fosfat pada enamel

gigi atau dentin dalam proses yang disebut demineralisasi. Apabila

proses ini tidak dihentikan atau dibalik menjadi remineralisasi, maka

akan terbentuk kavitas pada enamel, yaitu karies.

2.1.4 Klasifikasi

Tergantung kepada lokasinya, pembusukan gigi dibedakan

menjadi:

1. Pembusukan permukaan yang licin/rata.

5

Merupakan jenis pembusukan yang paling bisa dicegah dan

diperbaiki, tumbuhnya paling lambat. Sebuah karies dimulai sebagai

bintik putih dimana bakteri melarutkan kalsium dari email.

Pembusukan jenis ini biasanya mulai terjadi pada usia 20-30 tahun.

2. Pembusukan lubang dan lekukan.

Biasanya mulai timbul pada usia belasan, mengenai gigi tetap

dan tumbuhnya cepat.Terbentuk pada gigi belakang, yaitu di dalam

lekukan yang sempit pada permukaan gigi untuk mengunyah dan pada

bagian gigi yang berhadapan dengan pipi. Daerah ini sulit dibersihkan

karena lekukannya lebih sempit daripada bulu-bulu pada sikat gigi.

3. Pembusukan akar gigi.

Berawal sebagai jaringan yang menyerupai tulang, yang

membungkus permukaan akar (sementum). Biasanya terjadi pada usia

pertengahan akhir. Pembusukan ini sering terjadi karena penderita

mengalami kesulitan dalam membersihkan daerah akar gigi dan

karena makanan yang kaya akan gula. Pembusukan akar merupakan

jenis pembusukan yang paling sulit dicegah.

4. Pembusukan dalam email.

Pembusukan terjadi di dalam lapisan gigi yang paling luar dan

keras, tumbuh secara perlahan. Setelah menembus ke dalam lapisan

kedua (dentin, lebih lunak), pembusukan akan menyebar lebih cepat

dan masuk ke dalam pulpa (lapisan gigi paling dalam yang

mengandung saraf dan pembuluh darah). Dibutuhkan waktu 2-3 tahun

untuk menembus email, tetapi perjalanannya dari dentin ke pulpa

hanya memerlukan waktu 1 tahun. Karena itu pembusukan akar yang

berasal dari dalam dentin bisa merusak berbagai struktur gigi dalam

waktu yang singkat.

2.2. Hipertensi

6

2.2.1 Definisi

Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh

permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan

pembuluh darah.

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari

sistem sirkulasi atau sistem vaskuler terhadap dinding pembuluh darah.

Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang

mengandung oksigen ini memasuki jantung dan kemudian dipompakan

keseluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah yang disebut arteri.

Pembuluh darah yang lebih besar bercabang-cabang menjadi

pembuluh-pembuluh darah yang lebih kecil hingga berukuran

mikroskopik, yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari

pembuluh-pembuluh darah yang sangat kecil yang disebut kapiler.

Jaringan ini mengalirkan darah ke sel-sel tubuh dan menghantarkan

oksigen untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan demi

kelangsungan hidup. Kemudian darah yang tidak beroksigen kembali

ke jantung melalui pembuluh darah vena, dan dipompa kembali ke

paru-paru untuk mengambil oksigen lagi.

Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada

pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh

anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua

ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor

atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat

denyutan jantung, dan disebut tekanan sistol. Nomor bawah (80)

menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan,

dan disebut tekanan diastole. Saat yang paling baik untuk mengukur

tekanan darah adalah saat istirahat dan dalam keadaan duduk atau

berbaring.

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara

alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang

jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi

oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan

7

aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam

satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling

rendah pada saat tidur malam hari.

Kenaikan tekanan arteri pada usia tua biasanya dihubungkan

dengan timbulnya arteriosklerosis. Pada penyakit ini, tekanan arteri

yang terutama meningkat; pada kira-kira sepersepuluh dari semua

orang tua akhirnya meinngkat di atas 200mmHg.

Tekanan darah seseorang dapat lebih atau kurang dari batasan

normal. Jika melebihi nilai normal, orang tersebut menderita tekanan

darah tinggi/hipertensi. Sebaliknya, jika kurang dari nilai normal,

orang tersebut menderita tekanan darah rendah/hipotensi.

2.2.3 Etiologi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2

golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )

a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang

tidak diketahui penyebabnya

b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh

penyakit lain

Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita

hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi

sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti

penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor

yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah

sebagai berikut :

Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang

tuanya adalah penderita hipertensi

8

Ciri perseorangan

Cirri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah

umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin

( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam

lebih banyak dari kulit putih )

Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah

konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau

makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum

alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

2.2.4 Klasifikasi

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa > 18 tahun

Menurut Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure / JNC VII.

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal ≥ 120 < 80

Prehypertension 120 - 139 85 – 89

Derajat 1 140 - 159 90 – 99

Derajat 2 ≥ 160 100

Hipertensi Sistolik

Terisolasi≥ 140 < 90

2.2.5 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat

9

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti

kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat

sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat

memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi

yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan

rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon

ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan

fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada

perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan

tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada

gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh

darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya

10

dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung

( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan

peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

2.2.6 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah

terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini

merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang

mencari pertolongan medis.

2.2.7 Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan

mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan

pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

1. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi

ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.

Terapi tanpa obat ini meliputi :

a. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

11

a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

c). Penurunan berat badan

d). Penurunan asupan etanol

e). Menghentikan merokok

f). Diet tinggi kalium

b. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk

penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :

a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,

bersepeda, berenang dan lain-lain

b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau

72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut

nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur

c). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona

latihan

d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x

perminggu

c. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

a). Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada

subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh

subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi

gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan

psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

12

b). Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk

mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita

untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien

tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat

mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja

tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar

penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu

dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh

Komite Dokter Ahli Hipertensi menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat

beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai

obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan

penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :

a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis,

ACE inhibitor

b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan

1) Dosis obat pertama dinaikan

2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker,

Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh

1) Obat ke-2 diganti

2) Ditambah obat ke-3 jenis lain

d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya

13

1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4

2) Re-evaluasi dan konsultasi

3. Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan

komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan

( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang

harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah

sebagai berikut :

a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan

darahnya

b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan

darahnya

c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun

bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas

e. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya

tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat

diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter

f. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu

g. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita

h. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi

i. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau

keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah

j. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x

sehari atau 2 x sehari

k. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping

dan masalah-masalah yang mungkin terjadi

l. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau

mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas

maksimal

m. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

n. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering

14

o. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.

2.2.6 Tindakan Ekstraksi Gigi Pada Pasien Hipertensi

Penderita Hipertensi yang masuk dalam stage I dan stage II masih

memungkinkan untuk dilakukan tindakan pencabutan gigi karena resiko

perdarahan yang terjadi pasca pencabutan relatif masih dapat terkontrol

(Little, 1997). Pada penderita hipertensi dengan stage II sebaiknya di rujuk

terlebih dahulu ke bagian penyakit dalam agar pasien dapat dipersiapkan

sebelum tindakan.

Pengobatan pada pasien hipertensi biasanya digunakan lebih dari satu macam

golongan obat, misalnya: golongan obat anti hipertensi (mis: captopril) dan

golongan diuretic Resiko-resiko yang dapat terjadi pada pencabutan gigi

penderita hipertensi, antara lain :

1. Resiko akibat Anestesi lokal pada penderita hipertensi

Larutan anestesi lokal yang sering dipakai untuk pencabutan gigi adalah

lidokain yang dicampur dengan adrenalin dengan dosis 1:80.000 dalam setiap

cc larutan. Konsentrasi adrenalin tersebut dapat dikatakan relatif rendah, bila

dibandingkan dengan jumlah adrenalin endogen yang dihasilkan oleh tubuh

saat terjadi stres atau timbul rasa nyeri akibat tindakan invasif. Tetapi bila

terjadi injeksi intravaskular maka akan menimbulkan efek yang berbahaya

karena dosis adrenalin tersebut menjadi relatif tinggi. Masuknya adrenalin ke

dalam pembuluh darah bisa menimbulkan: takikardi, stroke volume

meningkat, sehingga tekanan darah menjadi tinggi. Resiko yang lain adalah

terjadinya ischemia otot jantung yang menyebabkan angina pectoris, bila

berat bisa berakibat fatal yaitu infark myocardium. Adrenalin masih dapat

digunakan pada penderita dengan hipertensi asal kandungannya tidak lebih

atau sama dengan 1:200.000. Dapat juga digunakan obat anestesi lokal yang

lain, yaitu Mepivacaine 3% karena dengan konsentrasi tersebut mepivacaine

mempunyai efek vasokonstriksi ringan, sehingga tidak perlu diberikan

campuran vasokonstriktor.

2. Resiko akibat ekstraksi gigi pada penderita hipertensi

Komplikasi akibat pencabutan gigi adalah terjadinya perdarahan yang sulit

15

dihentikan. Perdarahan bisa terjadi dalam bentuk perdarahan hebat yang sulit

berhenti saat dilakukannya tindakan pencabutan gigi, atau bisa berupa oozing

(rembesan darah) yang membandel setelah tindakan pencabutan gigi selesai.

2.2.7 Hubungan Antara Perubahan Tekanan Darah dan Pencabutan Gigi

Seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan sebelumnya bahwa

ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah

seseorang, beberapa diantaranya yaitu: posisi tubuh, posisi lengan, aktifitas

fisik, emosi, stress, umur, jenis kelamin, status gizi , perokok, dan beberapa

lainnya.

Dalam praktek kedokteran gigi, khususnya pencabutan gigi,

beberapa dari faktor tersebut dapat muncul pada pasien yang akan menjalani

pencabutan gigi. Misalnya saja faktor posisi tubuh, dimana pasien yang akan

menjalani tindakan pencabutan gigi, didudukkan di kursi unit dengan posisi

tertentu, sehingga dapat mempengaruhi tekanan darah pasien tersebut.

Kemudian faktor lainnya yaitu emosi, stress, kecemasan, yang

mana faktor tersebut umum dijumpai pada pasien yang berkunjung ke doker

gigi. Misalnya saja setiap pasien tentunya mengalami perasaan cemas, yang

bias saja berujung pada perasaan stress saat berada di tempat praktek dokter

gigi. Hal ini bisa saja disebabkan oleh pasien tersebut yang mungkin pertama

kali berkunjung ke dokter gigi, atau pasien memiliki ketakutan tertentu

terhadap tindakan medis atau peralatan medis.

Kesemua hal tersebut di atas pada akhirnya akan menghasilkan

perubahan pada tekanan darah pasien, yang mana tentunya akan ada

perbedaan tekanan darah sebelum menjumpai kondisi / faktor yang dapat

meningkatkan tekanan darah, dengan pada saat menerima tindakan medis dan

sesudah dilakukan tindakan pencabutan gigi.

Oleh karena itu, tindakan pencabutan gigi dan perubahan tekanan

darah memiliki keterkaitan satu sama lain, dimana tindakan pencabutan gigi

dapat mengakibatkan terjadinya perubahan tekanan darah, dan sebaliknya

perubahan tekanan darah juga akan mempengaruhi keputusan tindakan medis

yang akan diambil.

2.2.8 Penyakit Sistemik Yang Menyebabkan Terjadinya Perdarahan

16

Faktor lokal

Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada

pembuluh darah, hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan platelet

plug (gumpalan darah) yang meliputi luka, disebabkan karena adanya

interaksi antara trombosit, faktor-faktor koagulasi dan dinding pembuluh

darah. Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga

memicu clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari

prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya membentuk deposisi fibrin.

Perdarahan pasca ekstraksi gigi biasanya disebabkan oleh faktor lokal,

tetapi kadang adanya perdarahan ini dapat menjadi tanda adanya penyakit

hemoragik.

Beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi terjadinya perdarahan

1.Kardiovaskular

Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah

pasien naik menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong

sehingga terjadi perdarahan.

2.Hipertensi

Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh

darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah

kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi

lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga

terjadi perdarahan pasca ekstraksi. 

Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat

tertentu seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan lain

karena juga dapat menyebabkan perdarahan.

3.Hemofilli

Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada

hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada

von Willebrand’s disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit

ini jarang ditemukan

17

4.DiabetesMellitus

Bila DM tidak terkontrol, akan terjadi gangguan sirkulasi perifer, sehingga

penyembuhan luka akan berjalan lambat, fagositosis terganggu, PMN akan

menurun, diapedesis dan kemotaksis juga terganggu karena hiperglikemia sehingga

terjadi infeksi yang memudahkan terjadinya perdarahan.

5Adrenal

Ditandai dengan pembentukan glukokortikoid berlebihan (Sindroma Cushing)

sehingga menyebabkan diabetes dan hipertensi.

6.Antikoagulan

Pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan (heparin dan walfarin)

menyebabkan PT dan APTT memanjang. Perlu dilakukan konsultasi terlebih

dahulu dengan internist untuk mengatur penghentian obat-obatan sebelum

pencabutan gigi

2.2.9 Penatalaksanaan Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi

Yang pertama harus kita lakukan adalah tetap bersikap tenang dan

jangan panik. Berikan penjelasan pada pasien bahwa segalanya akan dapat

diatasi dan tidak perlu khawatir. Alveolar oozing adalah normal pada 12-24

jam pasca ekstraksi gigi. Penanganan awal yang kita lakukan adalah

melakukan penekanan langsung dengan tampon kapas atau kassa pada daerah

perdarahan supaya terbentuk bekuan darah yang stabil. Sering hanya dengan

melakukan penekanan, perdarahan dapatdiatasi.

Jika ternyata perdarahan belum berhenti, dapat kita lakukan penekanan

dengan tampon yang telah diberi anestetik lokal yang mengandung

vasokonstriktor (adrenalin). Lakukan penekanan atau pasien diminta

menggigit tampon selama 10 menit dan periksa kembali apakah perdarahan

sudah berhenti. Bila perlu, dapat ditambahkan pemberian bahan absorbable

gelatine sponge (alvolgyl / spongostan) yang diletakkan di alveolus serta

lakukan penjahitan biasa.

Bila perdarahan belum juga berhenti, dapat kita lakukan penjahitan

pada soket gigi yang mengalami perdarahan tersebut. Teknik penjahitan yang

18

kita gunakan adalah teknik matras horizontal dimana jahitan ini bersifat

kompresif pada tepi-tepi luka. Benang jahit yang digunakan umumnya adalah

silk 3.0, vicryl® 3.0, dan catgut 3.0.

Pada perdarahan yang sangat deras misalnya pada terpotongnya arteri,

maka kita lakukan klem dengan hemostat lalu lakukan ligasi, yaitu mengikat

pembuluh darah dengan benang atau dengan kauterisasi. 

Pada perdarahan yang masif dan tidak berhenti, tetap bersikap tenang

dan siapkan segera hemostatic agent seperti asam traneksamat. Injeksikan

asam traneksamat secara intravena atau intra muskuler. 

19

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyebab sakit gigi yang utama adalah lubang (karies) pada gigi yang

salah satu penanganannya adalah dengan ekstraksi gigi, namun hal ini perlu

sanga diperhatikan pada pasien yang menderita hipertensi, karena dapat

menimbulkan komplikasi berupa perdarahan pasca ekstraksi.

Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan oleh dokter

gigi, sebelum melakukan tindakan tersebut sebaiknya kita lakukan anamnesis

serta pemeriksaan klinis yang cermat pada pasien. Lakukan tindakan ekstraksi

gigi dengan hati-hati serta hindari penggunaan alat yang berlebihan. Komplikasi

paling sering adalah perdarahan pasca ekstraksi. 

Apabila setelah ekstraksi gigi terjadi perdarahan, kita harus bersikap

tenang dan mampu berpikir jernih untuk menganalisis penyebab perdarahan.

Lihat kondisi pasien, cek tanda vital, dan bila semua dalam keadaan normal,

segera periksa daerah yang mengalami perdarahan. Bersihkan soket secara

cermat dan lakukan tindakan sesuai kondisi yang ada.

20