Referat Fix

33
REFERAT DIARE TERKAIT PENGGUNAAN ANTIBIOTIK Disusun Oleh : Yeni Nur Ikwal Musaini J 500 080 093 Pembimbing : Dr.Asna Rosida, Sp. PD STASE ILMU PENYAKIT DALAM RSUD DR. HARJONO PONOROGO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Transcript of Referat Fix

Page 1: Referat Fix

REFERAT

DIARE TERKAIT PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

Disusun Oleh :

Yeni Nur Ikwal Musaini

J 500 080 093

Pembimbing :

Dr.Asna Rosida, Sp. PD

STASE ILMU PENYAKIT DALAM RSUD DR. HARJONO PONOROGO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

Page 2: Referat Fix

REFERAT

DIARE TERKAIT PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

Oleh

Yeni Nur Ikwal Musaini, S. Ked

J 500 080 093

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

13 Februari 2013

Pembimbing:

dr. Asna Rosida, Sp.PD (.............................................)

Dipresentasikan dihadapan:

dr. Asna Rosida, Sp.PD (.............................................)

Disahkan Ka. Program Pendidikan Profesi FK UMS:

dr. Yuni Prasetyo, M.M.Kes (.............................................)

Page 3: Referat Fix

DAFTAR ISI

Pengesahan....................................................................................................... ii

Daftar Isi........................................................................................................... 1

Bab 1 Pendahuluan........................................................................................... 2

A. Latar Belakang.................................................................................. 2

B. Tujuan................................................................................................ 3

Bab 2 Tinjauan Pustaka.................................................................................... 4

A. Definisi.............................................................................................. 4

B. Epidemiologi..................................................................................... 4

C. Faktor risiko...................................................................................... 5

D. Etiologi.............................................................................................. 5

E. Patofisiologi...................................................................................... 8

F. Manifestasi klinis.............................................................................. 9

G. Diagnosis........................................................................................... 10

H. Penatalaksanaan ............................................................................... 10

I. Pencegahan........................................................................................ 12

J. Komplikasi........................................................................................ 12

K. Prognosis........................................................................................... 13

Bab 3 Simpulan................................................................................................. 14

Daftar Pustaka................................................................................................... 15

Page 4: Referat Fix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan masalah yang sering muncul di

negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit infeksi disebabkan

oleh bakteri atau  jamur yang masuk ke dalam tubuh melalui udara, air,

tanah dan makanan. Penyakit infeksi tersebut sering diobati dengan

menggunakan antibiotik. Diare merupakan infeksi akut intestinum yang

disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit

lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindroma malabsorbsi.

Diare merupakan frekuensi defekasi melebihi frekuensi normal dengan

konsistensi feses encer, penyebab kesakitan dan kematian serta malnutrisi

yang paling sering terjadi terutama di negara berkembang.

Diare merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan

tertinggi, terutama usia dibawah 5 tahun.1,2 Menurut hasil survei

Departemen Kesehatan, angka kejadian diare nasional tahun 2006

masih tinggi yaitu sebesar 423 per 1.000 penduduk  pada semua umur.

Perkiraan konservatif menempatkan angka kematian global dari penyakit

diare sekitar dua juta kematian pertahun (1,7 juta - 2,5 juta kematian)

merupakan peringkat ketiga diantara semua penyebab kematian penyakit

menular di seluruh dunia. (Johnston, 2011)

Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh

diare sedangkan di Indonesia hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare

masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42%

dibanding pneumonia 24%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian

karena diare 25,2% dibanding pneumonia 15,5% (Ciesla WP, 2003). Dari

daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas/Balai pengobatan, hampir

selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama ke puskesmas. Angka

kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk

setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan

Page 5: Referat Fix

penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunya, sebagian besar (70-

80%) dari penderita ini adalah anak dibawah umur 5 tahun (+ 40 juta

kematian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu

kejadian diare. Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh dalam

dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat

meninggal. (Johnston, 2011)

Oleh karena itu, perlu penatalaksanaan yang dini dan tepat. Dalam hal

ini termaksud Penggunaan antibiotik yang diharapkan dapat berdampak

positif, akan tetapi penggunaan yang tidak rasional dapat berdampak

negatif, antara lain muncul dan berkembangnya resistensi bakteri. Selain itu,

penggunaan antibiotik spektrum luas dapat menyelamatkan seseorang saat

menghadapi infeksi berat. Namun, spektrum yang luas dapat menimbulkan

masalah tersendiri. Dapat membunuh bakteri jahat, bakteri baik penghuni

usus (flora usus) kita pun ikut mati. Akibatnya, muncul diare akibat

antibiotik. Hal ini, dapat menyebabkan infeksi yang lebih berat sehingga

pengobatan menjadi lebih lama,biaya pengobatan lebih mahal dan dapat

menurunkan kualitas pelayanan rumah sakit.(Widodo, 2010)

B. Tujuan

Mengingat bahaya yang dapat terjadi karena diare, maka penting bagi

kita sebagai tenaga medis khususnya dokter untuk mengetahui tentang diare,

terutama diare terkait antibiotik.

Page 6: Referat Fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Diare (Diarrheal disease) adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja

berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih

banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam dengan frekuensi,

yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer

tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. (Zein, 2003)

Diare terkait antibiotik antibiotic-associated diarrhea (aad) adalah diare

yang terjadi akibat antibiotik yang mengganggu keseimbangan antara bakteri

“baik” dan “buruk” (flora) dalam saluran pencernaan, sehingga menyebabkan

bakteri yang berbahaya dapat tumbuh melebihi jumlah seharusnya sehingga

menyebabkan diare. (Widodo, 2010)

2. Epidemiologi

Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di

Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan

pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di

Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat

pertama sampai ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.

(Lung, 2003)

Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-episode/orang/tahun

sedangkan dinegara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk

sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi

setiap tahunnya. (Isaulauri, 2003)

WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun

dengan mortalitas 3-4 juta pertahun (Manatsathit, 2002). Bila angka itu

diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada orang

dewasa per tahun (Nelwan RHH, 2001). Dari laporan surveilan terpadu tahun

1989 jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit

Page 7: Referat Fix

didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan.

Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela,

Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri

berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga

disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan  Enteroinvasive E.coli

(EIEC). http://www.depkes.go.id/downloads/SK1216-01.pdf  

Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati

pasien diare akut yang disebabkan oleh infeksi (Guerrand, 2001). Makanan

atau minuman terkontaminasi, berpergian, penggunaan antibiotik, HIV positif

atau AIDS, merupakan petunjuk penting dalam mengidentifikasi pasien

beresiko tinggi untuk diare infeksi. (Ciesla WP, 2003)

3. Faktor risiko

Siapa pun yang menjalani terapi antibiotik berisiko mengalami diare

karena antibiotik. Tetapi yang lebih berisio adalah :

a. orang lanjut tua

b. memiliki riwayat operasi pada saluran pencernaan riwayat baru dirawat di

rumah sakit atau panti jompo

c. memiliki penyakit yang serius, seperti kanker atau penyakit peradangan

usus (inflammatory bowel disease ) seperti kolitis ulserativa atau penyakit

Crohn. (Tjaniadi, 2003)

4. Etiologi

Penyebab diare akut adalah sebagai berikut ini

http://www.depkes.go.id/downloads/SK1216-01.pdf   :

1) Infeksi: virus, bakteri, dan parasit.

a) Golongan virus: Rotavirus, Adenovirus, Virus Norwalk, Astrovirus,

Calicivirus, Coronavirus, Minirotavirus

b) Golongan bakteri: Shigella spp., Salmonella spp., Escherecia coli,

Vibriocholera, Vibrio parahaemoliticus, Aeromonas hidrophilia, Bacillus

cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium difficile, Clostridium

perfringens, Staphylococcus aureus, Yersinia enterocolitica

Page 8: Referat Fix

c) Golongan parasit, protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,

Balantidium coli; cacing peru: Ascariasis, Trichuris truchiura,

Strongiloides stercoralis ; jamur : Candida spp.

2) Malabsorpsi: karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak terutama trigliserida

rantai panjang, atau protein seperti beta-laktoglobulin.

3) Makanan: makanan basi, makanan beracun. Diare karena keracunan

makanan terjadi akibat dua hal yaitu makanan mengandung zat kimia

beracun atau makanan mengandung mikroorganisme yang mengeluar

kantoksin, antara lain Clostridium perfringens, Staphylococcus.

4) Alergi terhadap makanan: terutama disebabkan oleh Cow’s milk protein

sensitive enteropathy (CMPSE), dan juga dapat disebabkan oleh makanan

lainnya.

5) Imunodefisiensi diare akibat imunodefisiensi ini sering terjadi pada

penderita AIDS.

6) Psikologis : rasa takut dan cemas.

7) Antibiotik

Penyebab diare terkait antibiotik adalah dimana saluran pencernaan

merupakan rumah bagi jutaan mikroorganisme (flora usus), termasuk

lebih dari 500 jenis bakteri. Banyak bakteri ini bermanfaat bagi tubuh,

melakukan fungsi-fungsi penting, seperti menghasilkan vitamin tertentu,

merangsang sistem kekebalan tubuh, dan membantu melindungi dari

virus dan bakteri berbahaya. Tapi beberapa bakteri yang biasanya

menghuni saluran pencernaan ada yang berpotensi berbahaya. Namun

jumlah mereka biasanya dikontrol oleh jumlah bakteri lain yang

menguntungkan di usus. Keseimbangan diantara keduanya dapat

terganggu oleh penyakit, obat atau faktor lainnya. Antibiotik dapat

sangat mengganggu flora usus, bakteri yang biasanya hidup di usus besar

karena mereka menghancurkan bakteri yang menguntungkan bersama

bakteri yang potensial berbahaya. Tanpa jumlah yang cukup dari bakteri

yang “baik” maka bakteri yang “buruk” yang resisten terhadap antibiotik

yang diminum dapat tumbuh di luar kendali, menghasilkan racun yang

Page 9: Referat Fix

dapat merusak dinding usus dan memicu peradangan. Antibiotik telah

menyelamatkan jutaan nyawa. Namun seperti semua obat-obatan,

antibiotik juga memiliki efek samping. Dan salah satu yang paling

umum adalah diare karena antibiotik, yang mengenai hingga satu dari

lima orang yang menerima terapi antibiotic. (Tjaniadi, 2003)

Bakteri Penyebab tersering yang yang berperan untuk hampir semua

kasus colitis pseudomembranosa dan diare karena antibiotik yang berat

adalah Clostridium difficile. Sebagian besar orang memperoleh infeksi

selama dirawat di rumah sakit atau tempat perawatan setelah menerima

antibiotik karena mereka menghancurkan bakteri yang menguntungkan

bersama bakteri yang potensial  berbahaya, yaitu menghasilkan racun yang

dapat merusak dinding usus dan memicu peradangan. Kemudian bakteri

ini tumbuh di luar kendali dan menyebabkan diare yang berat serta dapat

berisiko mengakibatkan komplikasi yang mengancam jiwa. (Isaulauri,

2003)

Hampir semua antibiotik dapat menyebabkan diare. Penyebab yang

paling sering adalah ampisilin, klindamisin dan cephalosporins seperti

cefpodoxime. Kadang-kadang erythromycin, quinolones (Ciprofoxacin,

Floxin) dan tetrasiklin juga dapat menyebabkan diare karena antibiotik.

Diare karena antibiotik tetap dapat terjadi baik penggunaan antibiotik

oral atau injeksi. (Farmakologi FKUI, 2007)

Efek lain antibiotik selain mengganggu keseimbangan

mikroorganisme dalam saluran pencernaan, antibiotik  juga dapat

mempengaruhi: kecepatan pencernaan. Antibiotik, seperti eritromisin,

dapat menyebabkan makanan terlalu cepat untuk meninggalkan

lambung, sehingga menyebabkan mual dan muntah. Antibiotik lain dapat

meningkatkan kontraksi usus, mempercepat laju makanan melalui usus

halus sehingga berperan terhadap diare. (Isaulauri, 2003)

5. Probiotik

Page 10: Referat Fix

Probiotik adalah istilah yang digunakan pada mikroorganisme hidup

yang secara aktif meningkatkan kesehatan dengan menyeimbangkan

mikroflora dalam saluran pencernaan jika dikonsumsi pada kondisi

hidup dalam jumlah yang cukup.

Berikut adalah beberapa spesies probiotik dan manfaatnya:

a. Bifidobacterium bifidum adalah organisme probiotik sangat penting yang

ditemukan dalam jumlah besar di usus dan mukosa vagina.

Bifidobacterium bifidum mencegah perkembangbiakan E. coli, salmonella

dan clostridium. Bakteri ini juga memproduksi asam laktat dan asam

asetat yang menurunkan pH usus dan mencegah pertumbuhan bakteri

jahat. Penelitian lain pada Bifidobacterium menunjukkan bahwa organisme

ini juga merangsang penyerapan mineral seperti besi, kalsium,

magnesium, dan seng.

b. Bifidobacterium longum merupakan bakteri probiotik dalam usus besar.

Penelitian menunjukkan bahwa bakteri ini berkontribusi meningkatkan

nilai gizi makanan dengan memproduksi vitamin melalui sintesis enzim

pencernaan seperti fosfatase kasein atau lisozim. Bifidobacterium longum

Juga berpartisipasi dalam pencernaan usus.

c. Bifidobacterium breve memungkinkan berfungsinya sistem pencernaan,

membantu menghambatpertumbuhan bakteri berbahaya dan merangsang

sistem kekebalan tubuh. Bifidobacterium breve juga berperan penting

dalam sintesis vitamin D dan K.

d. Bifidobacterium lactis dikenal menjaga keseimbangan mikroflora usus,

mendorong penyerapannutrisi, merangsang sistem kekebalan tubuh dan

mendetoksifikasi usus, darah dan hati.

e. Lactobacillus acidophilus membantu pencernaan laktosa susu,

merangsang respon kekebalantubuh terhadap mikroorganisme yang tidak

diinginkan dan membantu mengendalikan kadar kolesterol darah. Banyak

publikasi yang menunjukkan bahwa Lactobacillus Acidophilus

menghasilkan zat seperti lactocidine atau acidophiline yang meningkatkan

stamina dan kekebalan.

Page 11: Referat Fix

f. Lactobacillus casei merupakan bakteri probiotik yang telah lama

digunakan dalam susu fermentasi seperti pada produk Yakult, Jepang.

Lactobacillus casei membantu membatasi pertumbuhan bakteri jahat

dalam usus.

g. Lactobacillus plantarum menghasilkan asam laktat di saluran pencernaan.

Penelitian menunjukkan bahwa Lactobacillus plantarum membantu

mengurangi perut kembung. Spesies probiotik ini juga membantu

penyerapan vitamin dan antioksidan serta menghilangkan komponen

beracun dari makanan. (Johnston SM dkk, 2011)

6. Patofisiologi

Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis

menjadi diare noninflamasi dan Diare inflamasi.

a. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin dikolon dengan

manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah

(Johnston, 20110). Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti

mules sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta

gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis

ditemukan lendir dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit

polimorfo nuklear. (Manatsahit, 2002)

b. Diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang

mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah.

Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun

gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak

mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin

tidak ditemukan leukosit. (Guirran, 2001)

Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi

menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas.

Page 12: Referat Fix

a. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan

osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi

diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase

atau akibat garam magnesium.

b. Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang

berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat

toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam

empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa

hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP)

juga dapat menyebabkan diare sekretorik.

c. Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus

halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi

bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy,

inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi. Kelompok lain adalah

akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit usus menjadi

lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus

iritabel atau diabetes melitus.

d. Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri

paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan

penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan

mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare.Infeksi bakteri

yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses.

(Zein, 2003)

7. Manifestasi Klinis

Diare karena antibiotik memberikan tanda-tanda dan gejala yang

bervariasi dari ringan sampai berat. Umumnya penderita hanya akan

mengalami sedikit perubahan jumlah bakteri dalam saluran pencernaan, yang

dapat menyebabkan feses menjadi lunak atau frekuensi BAB lebih sering dari

biasanya (Jones, 2004). Gejala umumnya muncul dalam waktu lima sampai 10

hari setelah memulai terapi antibiotik dan berakhir dalam waktu dua minggu

Page 13: Referat Fix

setelah berhenti minum antibiotik (Isaulauri, 2003). Ketika pertumbuhan

bakteri yang berlebih berbahaya maka dapat mengalami tanda dan gejala kolitis

atau kolitis pseudomembranosa, seperti:

a. Diare berair

b. Sakit perut yang hebat dan kram

c. Demam, sering lebih tinggi dari 101 F (38,3 C)

d. Nanah di feses

e. Darah di feses

f. Mual

g. Dehidrasi

Dehidrasi (''hypohydration'') didefinisikan sebagai kehilangan

cairan tubuh yang berlebihan. Ada tiga jenis utama dari dehidrasi:

hipotonik (terutama kehilangan elektrolit, natrium khususnya), hipertonik

(terutama kehilangan air), dan isotonik (kehilangan air yang setara dan

elektrolit). Pada manusia, jenis yang paling sering terlihat dari dehidrasi

isotonik sejauh ini adalah (isonatraemic) dehidrasi yang efektif setara

dengan hipovolemia, namun perbedaan dari dehidrasi isotonik hipotonik

atau hipertonik dapat menjadi penting ketika mengobati orang yang

mengalami dehidrasi.

Derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan

Derajat dehidrasi Penurunan berat badan (%)

Tidak dehidrasi < 2

Dehidrasi ringan 2 – 5

Dehidrasi sedang 5-8

Dehidrasi berat 8-10

Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis

Penilaian A B C

Page 14: Referat Fix

Keadaan   umum Baik,   rewel sadar , Gelisah,   Lesu,   tidak sadarMata Normal Cekung Sangat   cekungAir mata Ada Tidak   ada Tidak   adaMulut, lidah Basah Kering Sangat   keringRasa haus Minum  seperti

biasa Haus,  ingin minum banyak

Malas   minum, tidak bisa minum

Turgor kulit Baik  (kembali cepat)

Kurang-buruk   (kembali lambat)

Sangat  buruk(kembali sangat lambat)

Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/ sedangBila ada 1 tanda ditambah 1/lebih tanda lain

Dehidrasi berat Bila ada 1 tanda ditambah 1/lebih tanda lain

:http://www.depkes.go.id/downloads/diare.pdf  

Sebagian besar mengalami perbaikan dalam dua minggu setelah memulai

pengobatan untuk kolitis atau kolitis pseudomembranosa. Namun, bila gejala

muncul kembali dalam waktu satu bulan setelah pengobatan awal maka perlu

mendapat pengobatan kembali. (Isaulauri, 2003)

8. Diagnosis

Untuk mendiagnosis pasien diare akut infeksi bakteri diperlukan

pemeriksaan yang sistematik dan cermat. Kepada pasien perlu ditanyakan

riwayat penyakit, latar belakang dan lingkungan pasien, riwayat pemakaian

obat terutama antibiotik, riwayat perjalanan, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. (Tjaniadi, 2003)

Pada anamnesis, perlu ditanyakan tentang riwayat kesehatan,

termasuk apakah sudah dirawat di rumah sakit baru-baru ini atau

menggunakan antibiotik.

Pada pemeriksaan fisik, terdapat tanda atau manifestasi klinis seperti

yang telah disebutkan di atas derta terdapat tanda dehidrasi ringan sampai

berat.

Selain itu, Jika gejala yang dialami cukup berat, perlu melakukan

pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan tinja, yaitu diperiksa ada

tidaknya Clostridium difficile. Dalam beberapa kasus, hasil tes laboratorium

adalah negatif palsu. Ini berarti bahwa meskipun sebenarnya terdapat

Page 15: Referat Fix

Clostridium difficile dalam saluran pencernaan, namun tidak terdeteksi.

Sehingga tes dapat diulang untuk memberikan hasil yang lebih akurat. (Rani

HAA, 2002)

9. Penatalaksanaan

Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang

adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan

rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak

dapat minum atau yang terkena diare hebat yang memerlukan hidrasi intavena

yang membahayakan jiwa (Jones ACC, 2004). Idealnya, cairan rehidrasi oral

harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g

kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air (Johnston, 2011). Cairan seperti

itu tersedia secara komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan

mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan

rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan ½ sendok teh

garam, ½ sendok teh baking soda, dan 2 – 4 sendok makan gula per liter air.

(Kolopakin, 2002)

Metode Pierce berdasarkan keadaan klinis :

            - Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X KgBB

            - Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X KgBB

            - Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X KgBB

a. Diare ringan: Jika mengalami diare ringan, gejala yang dialami akan hilang

dalam beberapa hari sampai dua minggu setelah penggunaan antibiotik

selesai. Sementara itu, dimerekomendasikan minum banyak cairan untuk

mencegah dehidrasi dan menghindari makanan yang dapat memperparah

gejala. Bila diare lebih parah, maka mungkin menghentikan terapi antibiotik

dan menunggu diare menghilang. (Soewondo, 2002)

b. Diare berat: Dalam kasus-kasus diare karena antibiotik yang sangat berat,

kolitis atau kolitis pseudomembranosa, dapat diberi obat metronidazol

(flagyl), dalam bentuk tablet selama 10 hari. Jika metronidazol tidak efektif,

atau sedang hamil atau menyusui, dapat menggunakan obat lain, vankomisin

Page 16: Referat Fix

(Vancocin). (Tjaniadi, 2003) Vankomisin dan metronidazol adalah

antibiotik yang efektif terhadap Clostridium difficile. Vankomisin pernah

menjadi obat pilihan pertama untuk mengobati diare karena antibiotik,

tetapi sangat mahal dan sekarang disimpan untuk kasus-kasus yang paling

resisten. Namun, vankomisin dianjurkan untuk ibu hamil dan menyusui

karena metronidazol tidak terbukti aman pada janin dan bayi. (Farmakologi

FKUI, 2007)

10. Pencegahan

Hal berikut dapat membantu mencegah diare karena antibiotik atau

mengurangi keparahannya:

a. Gunakan antibiotik dengan tepat (rasional). Perlu di ketahui bahwa

antibiotik tidak akan membantu infeksi virus, seperti pilek dan flu.

b. Gunakan antibiotik sesuai yang diresepkan. Tidak meningkatkan dosis,

menggandakan dosis saat dosis terlewat atau menggunakan obat lebih

lama daripada yang dokter instruksikan. Tindakan di rumah Jika

mengalami diare karena antibiotik, kolitis atau kolitis

pseudomembranosa, perubahan pola makan ini dapat membantu

meringankan gejala, yaitu minum banyak air. Selain itu, cairan natrium

dan kalium (elektrolit) dapat bermanfaat juga (cairan rehidrasi oral).

Hindari minuman berkarbonasi, jus jeruk, alkoholdan minuman

berkafein, seperti kopi, teh dan cola, yang dapat memperparah gejala

anda.

c. Utamakan makanan yang lembut, lunak, mudah dicerna. Ini termasuk

beras, kentangpanggang, yoghurt dan pisang. Hal terbaik untuk

menghindari jus serta produk turunan susukarena mereka bisa membuat

diare lebih buruk.

d. makanan makan dengan porsi yang lebih kecil dan lebih mudah dicerna.

e. Hindari makanaan pedas, berlemak, atau makanan yang digoreng dan

makanan lainnya yang membuat gejala lebih buruk. (Widodo, 2010)

Page 17: Referat Fix

11. Komplikasi

Diare karena Antibiotik yang ringan cenderung tidak menimbulkan

masalah (Thielman,2004). Tetapi kolitis pseudo membranosa dapat

mengakibatkan komplikasi yang berbahaya, termasuk:

a. perforasi usus

Ini hasil dari kerusakan pada lapisan usus besar. Risiko terbesar

dari perforasi usus adalah bahwa bakteri dari usus Anda selanjutnya

akan menginfeksi rongga perut (peritonitis).

b. Toxic megacolon

Dalam keadaan ini, usus besar Anda tidak mampu untuk

mengeluarkan gas dan tinja, sehingga menjadi sangat buncit

(megacolon). Tanda dan gejala toxic megacolon meliputi sakit perut

dan membesar, demam dan kelemahan. Jika tidak diobati, usus besar

Anda dapat pecah, menyebabkan bakteri dari usus besar anda memasuki

rongga perut. Usus besar yang pecah memerlukan operasi darurat dan

dapat menyebabkan kematian.

c. Dehidrasi.

Diare berat dapat menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit.

Dehidrasi berat dapat menyebabkan kejang-kejang dan syok. Tanda

dan gejala dari dehidrasi adalah mulut sangat kering, haus, buang air

kecil sedikit atau tidak sama sekali, dan kelemahan. (Isaulauri, 2003)

12. Prognosis

Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang

mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare

infeksius hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang

minimal. (Soewondo, 2002)

BAB III

KESIMPULAN

Page 18: Referat Fix

Diare (Diarrheal disease) adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja

berbentuk cair atau setengah cair, kandungan air tinja lebih banyak dari

biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam dengan frekuensi lebih dari 3 kali

per hari dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Sedangkan diare terkait

antibiotik adalah diare yang terjadi akibat antibiotik yang mengganggu

keseimbangan antara bakteri “baik” dan “buruk” (flora) dalam saluran

pencernaan, sehingga menyebabkan bakteri yang berbahaya dapat tumbuh

melebihi jumlah seharusnya sehingga menyebabkan diare.

Diare akut merupakan masalah umum ditemukan di seluruh dunia, di

Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat

pertama sampai ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.

setiap tahun sekitar 100 juta kasus diare pada orang dewasa per tahun. Adapun

salah satu penyebab diare adalah penggunaan antibiotik. Bakteri Penyebab

tersering yang yang berperan pada diare karena antibiotik yang berat adalah

Clostridium difficile akibat perubahan keseimbangan mikroflora usus yang

memicu munculnya stain bakteri yang resisten.

Sehingga pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada

diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari

tanpa pemberian anti biotik.

Pemberian antibiotik di indikasikan pada: Pasien dengan gejala dan tanda

diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi

ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada

diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Terapi

antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman agar

angka kejadian diare berkurang terutama akibat penggunaan antibiotik

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: Referat Fix

1. Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL,

Henry NK,et al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease.

New York:Lange Medical Books, 2003. 225 - 68.2.

2. Citation: Johnston SM, Goldenberg JZ, Vandvik PO, Sun X, Guyatt

GH.Probiotik untuk pencegahan pediatrik antibiotik diare terkait. Cochrane

DatabaseSystematic Reviews 2011, Issue 11. Seni. No: CD004827.

DOI:10.1002/14651858.CD004827.pub3.

3. Guerrant RL, Gilder TV, Steiner TS, et al. Practice Guidelines for the

Management of Infectious Diarrhea. Clinical Infectious Diseases 2001;32:331-

51.3

4. Hendarwanto. Diare akut Karena Infeksi, Dalam: Waspadji S, Rachman

AM,Lesmana LA, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi

ketiga. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit

DalamFKUI ;1996. 451-57.9.

5. Isaulauri E. Probiotics for Infectious Diarrhoea. Gut 2003; 52: 436-7

6. Jones ACC, Farthing MJG. Management of infectious diarrhoea. Gut

2004;53:296-305.7.

7. Kolopaking MS. Penatalaksanaan Muntah dan Diare akut. Dalam: Alwi I,

BawazierLA, Kolopaking MS, Syam AF, Gustaviani, editor. Prosiding

SimposiumPenatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu penyakit Dalam II.

Jakarta: PusatInformasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI,

2002. 52-70.14.

Page 20: Referat Fix

8. Lung E, Acute Diarrheal Disease. In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell

JH,editors. Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2 Nd

edition. New York:Lange Medical Books, 2003. 131 - 50.4.

9. Manatsathit S, Dupont HL, Farthing MJG, et al. Guideline for the

Managementof acute diarrhea in adults. Journal of Gastroenterology and

Hepatology2002;17: S54-S71.6.

10. Nelwan RHH. Penatalaksanaan Diare Dewasa di Milenium Baru. Dalam:

Setiati S,Alwi I, Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and Treatment in

InternalMedicine 2001. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian Penyakit

Dalam FK UI,2001. 49-56.15.

11. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Mentri Kesehatan Republik

Indonesia.Available from: http://www.depkes.go.id/downloads/SK1216-

01.pdf    

12. Procop GW, Cockerill F. Vibrio & Campylobacter. In: Wilson WR, Drew

WL, HenryNK, et al, Editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious

Disease, New York:Lange Medical Books, 2003. 603 - 13.16.

 

13. Procop GW, Cockerill F. Enteritis Caused by Escherichia coli & Shigella

&Salmonella Species. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK,et al, Editors.

CurrentDiagnosis and Treatment in Infectious Disease, New York: Lange

Medical Books,2003. 584 - 66.

14. Rani HAA. Masalah Dalam Penatalaksanaan Diare Akut pada Orang Dewasa.

Dalam:Setiati S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and

Treatment inInternal Medicine 2002. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan

Bagian Penyakit DalamFK UI, 2002. 49-56.11

Page 21: Referat Fix

15. Soewondo ES. Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi (Infectious

Diarrhoea).Dalam : Suharto, Hadi U, Nasronudin, editor. Seri Penyakit

Tropik InfeksiPerkembangan Terkini Dalam Pengelolaan Beberapa penyakit

Tropik Infeksi.Surabaya : Airlangga University Press, 2002. 34 – 40.10.

16. Tatalaksana Penderita Diare. Available from

:http://www.depkes.go.id/downloads/diare.pdf   .

17. Tjaniadi P, Lesmana M, Subekti D, et al. Antimicrobial Resistance of

BacterialPathogens Associated with Diarrheal Patiens in Indonesia. Am J

Trop Med Hyg 2003;68(6): 666-10.8.

18. Thielman NM, Guerrant RL. Acute Infectious Diarrhea. N Engl J

Med2004;350:1: 38-47.

19. Departemen Farmakologi Dan Teraupetik FKUI, 2007, Farmakologi dan

Terapi, Edisi Kelima, FKUI, Jakarta.

20. Wells BG, DiPiro JT, Schwinghammer TL, Hamilton CW. Pharmacotherapy

Handbook. 5 Th ed. New York: McGraw-Hill, 2003. 371-79.18.

21. Widodo., D, Kebijakan Penggunaan Antibiotik Bertujuan Meningkatkan

KualitasPelayanan Pasien dan Mencegah Peningkatan Resistensi Kuman,

Cermin Dunia Kedokteran. Februari 2010

22. Zein,U. Gastroenteritis Akut pada Dewasa. Dalam: Tarigan P, Sihombing

M,Marpaung B, Dairy LB, Siregar GA, Editor. Buku Naskah Lengkap

Gastroenterologi-Hepatologi Update 2003. Medan: Divisi Gastroentero-

hepatologi Bagian IlmuPenyakit Dalam FK USU, 2003. 67-79.19.

Page 22: Referat Fix