Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
Transcript of Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
1/30
REFERAT
ILMU KESEHATAN ANAK
Demam Berdarah Dengue
Dokter Pembimbing:
dr. Susilorini Sp.A
Disusun Oleh :
Lydia Prisca Soempiet
(11.2011.108)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
PERIODE 31 Desember 20129 Maret 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA
WACANA
JAKARTA
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
2/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan penyertaan Nya sehingga saya dapat menyelesaikan referat ini
tepat pada waktunya.
Dalam referat ini akan membahas tentang Demam Berdarah Dengue. Dalam
pembuatan referat ini, saya menyadari adanya berbagai kekurangan, baik dalam isi materi
maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang berlanjut
sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat saya harapkan.
Ungkapan terima kasih saya sampaikan kepada dr. Susilorini Sp.A yang telahmemberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan referat ini. Saya juga
ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan referat ini.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini terbagi atas dua, yakni tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum dari pembuatan referat ini disusun sebagai sarana diskusi dan
pembelajaran mengenai Demam Berdarah Dengue. Sedangkan tujuan khusus diajukannya
referat guna memenuhi persyaratan penilaian di Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
di Rumah Sakit Mardi Rahayu, Kudus.
Penulis
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
3/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...2
Daftar Isi3
BAB I. Pendahuluan.4
Latar Belakang 4
BAB II. Pembahasan.....5
Epidemiologi ..5
Virus Dengue ......................6
Cara Penularan ........................................... 6
Patogenesis 7
Manifestasi Klinis .......... 9
Pemeriksaan Penunjang ............. 11
Diagnosis .. 14
Komplikasi 16
Penatalaksanaan . 17
Pencegahan 27
Prognosa 28
BAB III. Penutup............. 29
Daftar Pustaka. 30
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
4/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 4
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga saat ini merupakan masalah kesehatan
yang endemis. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak namun sering juga dialami oleh
orang dewasa yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas.
Infeksi virus dengue yang terjadi dan menyerang manusia menimbulkan gejala
klinis yang bervariasi dari yang ringan yaitu demam dengue, DBD (Demam Berdarah
Dengue) serta yang paling berat demam berdarah dengue dengan disertai syok (DSS) /
Dengue Syok Sindrom. Insiden demam berdarah meningkat pada musim hujan kemudian
menurun pada akhir musim hujan.
Timbulnya penyakit DBD ditandai adanya korelasi antara strain dan genetik tetapi
akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD di setiap daerah berbeda. Pemberantasan
DBD juga penyakit menular lain didasarkan pada pemutusan rantai penularan. Dalam hal
ini komponen penularan terdiri dari virusAedes aegiptydan manusia. Karena sampai saat
ini belum terdapat vaksin yang efektif terhadap virus itu, maka pemberantasan ditujukan
kepada manusia dan terutama pada vektornya dengan melaksanakan pemberantasan sarang
nyamuk DBD.
Penderita penyakit DBD bila tidak mendapat perawatan yang memadai dapat
mengalami perdarahan yang hebat, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Oleh karena
itu semua kasus DBD sesuai kriteria WHO harus mendapat perawatan di tempat pelayanan
kesehatan ataupun rumah sakit.
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
5/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 5
BAB II
ISI
EPIDEMIOLOGI
Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad 18. Saat itu infeksi virus
dengue menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam 5 hari (vifdaagse
koorts) kadang-kadang disebut juga demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian
karena demam yang terjadi hilang dalam 5 hari, disertai dengan nyeri pada sendi, nyeri
otot, dan nyeri kepala. Pada masa itu infeksi virus dengue di Asia Tenggara hanya
merupakan penyakit ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian. Tetapi sejak tahun
1952 infeksi virus dengue menimbulkan penyakit dengan manifestasi klinis berat, yaitu
demam berdarah dengue yang ditemukan di Manilla, Filipina. Kemudian menyebar ke
negara lain seperti Thailan, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia. 1
Dalam kurun waktu lebih dari 35 tahun terjadi peningkatan yang pesat, baik dalam
jumlah penderita maupun daerah penyebaran penyakit. Sampai akhir tahun 2005, DBD
telah ditemukan diseluruh provinsi di Indonesia dan 35 kabupaten / kota telah melaporkan
adanya kejadian luar biasa (KLB). Insiden rate meningkat dari 0,005 per 100.000
penduduk pada tahun 1968 menjadi 43,42 per 100.000 penduduk pada akhir tahun 2005.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat
kompleks, yaitu (1) pertumbuhan penduduk yang tinggi, (2) urbanisasi yang tidak
terencana dan tidak terkendali, (3) tidak adanya control vector nyamuk yang efektif di
daerah endemis, dan (4) peningkatan sarana transportasi. 1, 2
Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi berbagai faktor anatara
lain status imunitas penjamu, kepadatan vector nyamuk, transmisi virus dengue, keganasan
(virulensi) virus dengue, dan kondusi geografis setempat. Pola berjangkit infeksi virus
dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu panas (28 32 OC)
dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk aedes akan tetap bertahan hidup untuk jangka
waktu yang lama. Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama disetiap
tempat, maka pola waktu terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa
pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal January meningkat terus sehinga
kasus terbanyak di sekitar bulan AprilMei setiap tahun. 1
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
6/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 6
VIRUS DENGUE
Demam Dengue ataupun Demam Berdarah Dengue (DBD) di sebabkan oleh virus
dengue yang termasuk dalam kelompok B Arthropod Virus (Arbovirosis)yang sekarang
dikenal sebagai genusflavivirus,familyflaviviride,dan mempunyai 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap
serotipe yang bersangkutan, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan terhadap
serotipe lain. 1
Seseorang yang tinggal didaerah endemis dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe
selama hidupnya. Keempat serotipe virus dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia.
Serotipe Den-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang
menunjukkan manifestasi klinis yang berat. 3
CARA PENULARAN
Terdapat 3 faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue,
yaitu manusia, virus, dan vector perantara.Virus dengue ditularkan kepada manusia
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis,
dan beberapa spesies yang lain juga dapat menularkan virus ini, namun, merupakan vector
yang kurang berperan. Nyamuk aedes tersebut dapat mengundang virus dengue pada saat
menggigit manusia yang sedang viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur
berkembang biak dalam waktu 8 10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat
ditularkan lagi kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk
betina dapat ditularkan kepada telurnya (transovarian transmission), namun perannya
dalam penularan virus tidak penting. 1
Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak didalam tubuh nyamuk, nyamuk
tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Ditubuh manusia, virus
memerlukan waktu masa tunas 4 7 hari (intrinsic incubation period) sebelum
menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila
nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas
sampai 5 hari setelah demam timbul. 1
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
7/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 7
PATOGENESIS
Virus merupakan organisme yang hanya dapat hidup dalam sel hidup. Maka demi
kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai pejamu (host)
terutama dalam mencukupi kebutuhan akan protein. Persaingan tersebut sangat tergantungpada daya tahan penjamu, bila daya tahan baik maka akan terjadi penyembuhan dan timbul
anti body, namun bila daya tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi semakin berat
dan bahkan dapat menimbulkan kematian. 4
Patogenesis DBD dan DSS (Dengue Syok Sindrome) masih merupakan masalah
yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada DBD dan DSS adalah hipotesis
infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) atau hipotesis immune
enhancement. Hipotesis ini menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang
mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog yang
mempunyai resiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD. Antibodi heterolog yang
telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian
membentuk kompleks antigen antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari
membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak
dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel magrofag.
Dihipotesiskan juga mengenai antibodi dependent enhancement (ADE),suatu proses yang
akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai
tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian
menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan
keadaan hipovolemia dan syok. 1
Patogenesis terjadinya syok berdasarkan hipotesis the secondary heterologous
infection. Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada
seorang pasien, respon antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari
mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit dengan menghasilkan titer tinggi
antibodi IgG anti dengue. Disamping itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit
yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akibat
mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen antibodi (virus antibodi complex)
yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a
akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitas. Dinding pembuluh
darah dan merembesnya plasma dari ruang intravaskular ke ruang ekstravaskular. Pada
pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
8/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 8
berlangsung selama 24 48 jam. Perembesan plasma ini terbukti dengan adanya
peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan di dalam
rongga serosa (efusi pleura, asites). Syok yang tidak dapat ditanggulangi secara adekuat,
akan menyebabkan asidosis dan anoksia, yang dapat berakhir fatal. Oleh karena itu,
pengobatan syok sangat penting guna mencegah kematian. 1
Hipotesis kedua, menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus binatang lain
dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virus mengadakan replikasi
baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk.
Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat menyebabkan
peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan virulensi dan mempunyai potensi
untuk menimbulkan wabah. Selain itu beberapa strain virus mempunyai kemampuan untuk
menimbulkan wabah yang besar. Kedua hipotesis tersebut didukung oleh data
epidemiologi dan laboratorium. 1
Sebagai tanggapan terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen-antibodi selain
mengaktifkan sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivasi
sistem koagulasi melalui kerusakan sistem endotel pembuluh darah. Kedua faktor tersebut
akan menyebabkan perdarahan pada DBD. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari
perlekatan kompleks antigen antibodi pada membran trombosit mengakibatkan
pengeluaran ADP (adenosin diphospat), sehingga trombosit melekat satu sama lain. Hal ini
akan menyebabkan trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system) sehingga
terjadi trombositopienia. Agregasi tromobosit ini akan koagulopati konsumtif (KID =
kaogulasi intravaskular deseminata), ditandai dengan peningkatan FDP (fibrinogen
degredation product) sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan. 1
Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit, sehingga
walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi baik. Disisi lain, aktivasi
koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman sehingga terjadi aktivasi sistem
kinin sehingga mamacu peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat
terjadinya syok. Jadi, perdarahan masif pada DBD diakibatkan oleh trombositopenia,
penurunan faktor pembekuan (akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan
dinding endotel kapiler. Akhirnya, perdarahan akan memperberat syok yang terjadi. 1
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
9/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 9
Gambar 1. Patogenesis DHF
MANIFESTASI KLINIS
Infeksi virus dengue tergantung dari faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi virus.1, 2, 3, 4, 5
DEMAM DENGUE.
Setelah masa inkubasi 4 6 hari, gejala prodromal yang tidak khas seperti nyeri
kepala, nyeri tulang belakang, dan perasaan lelah. Tidak khas dari DD ialah peningkatan
suhu mendadak , kadang-kadang disertai menggigil, nyeri kepala, dan flushed face. Dalam
24 jam terasa nyeri pada belakang mata terutama pada pergerakan mata atau bila bola mata
ditekan, fotofobia, dan nyeri otot serta sendi. Gejala lain yang dapat dijumpai ialah
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
10/30
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
11/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 11
perdarahan gusi lebih jarang ditemukan, perdarahan saluran cerna ringan dapat ditemukan
pada fase demam. Hati biasanya membesar dengan variasi dari just palpable sampai 24cm
dibawah arcus aortae kanan. Sekalipun pembesaran hati tidak berhubungan dengan berat
ringannya penyakit namun pembesaran hati lebih sering ditemukan pada penderita dengan
syok. 1
Masa kritis dari penyakit terjadi pada akhir fase demam, pada saat ini terjadi
penurunan suhu yang tiba-tiba sering disertai dengan gangguan sirkulasi yang bervariasi
dalam berat ringannya. Pada kasus dengan sirkulasi ringan, perubahan terjadi minimal dan
sementara pada kasus berat penderita dapat mengalami syok.
DENGUE SYOK SYNDROME.
Syok biasanya terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, antara hari 3 sampai
hari 7. Pasien mula-mula terlihat letargi atau gelisah kemudian jatuh dalam syok yang
ditandai dengan kulit dingin-lembab, sianosis sekitar mulut, nadi cepat lemah, tekanan
nadi < 20 mmHg dan hipotensi. Kebanyakan pasien masih tetap sadar sekalipun sudah
mendekati stadium akhir. Dengan diagnosis dini dan penggantian cairan adekuat, syok
biasanya teratasi dengan segera, namun bila terlambat diketahui atau pengobatan tidak
adekuat, syok dapat menjadi syok berat dengan berbagai penyulitnya seperti asidosis
metabolik, perdarahan hebat saluran cerna, sehingga memperburuk prognosis. Pada masa
penyembuhan yang biasanya terjadi dalam 2 3 hari, kadang ditemukan sinus bradikardi
atau aritmia, dan timbul ruam pada kulit. Tanda prognostic baik apabila pengeluaran urin
cukup dan kembalinya nafsu makan. 4
PEMERIKSAAN PENUNJANG.
LABORATORIUM.
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menskrining penderita demam
dengue adalah melalui uji Rumpel Leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar
hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis
relatif disertai gambaran limfosit plasma biru. Trombositopeni dan hemokonsentrasi
merupakan kelainan yang selalu ditemukan pada DBD. Penurunan jumlah trombosit
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
12/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 12
tersebut biasanya terjadi saat suhu turun atau sebelum syok terjadi. Perlu diketahui bahwa
nilai hematocrit dapat dipengaruhi oleh pemberian cairan atau oleh perdarahan. Jumlah
leukosit bisa menurun (leukopeni) atau leukositosis, limfositosis relatif dengan limfosit
atipik sering ditemukan pada saat sebelum suhu turun atau syok. Hypoproteinemi akibat
kebocoran plasma biasa ditemukan. Adanya fibrinolisis dan gangguan koagulasi tampak
pada pengurangan fibrinogen, protrombin, faktor VIII dan faktor XII, dan antotrombin III.
PTT dan PT memanjang pada sepertiga sampai setengah kasus DBD. Fungsi trombosist
juga terganggu. Asidosis metabolik dan peningkatan BUN ditemukan pada syok berat. 3
RADIOLOGIS.
Pada pemeriksaan foto thorax posisi RLD (Right Lateral Dekubitus) juga biasa
ditemukan efusi pleura. Berat ringannya efusi pleura berhubungan dengan berat ringannya
penyakit. Pada pasien yang mengalami syok, efusi pleura dapat ditemukan bilateral. 1
Selain foto thorax, USG juga dapat digunakan untuk mengetahui adanya asites
maupun efusi pleura.
Selain pemeriksaan radiologis, pemeriksaan paling sederhana untuk mengetahui
perkembangan asites ialah dengan mengukur lingkar perut setiap hari.
SEROLOGIS.
Dikenal 5 jenis uji serologis yang dipakai untuk menentukan adanya infeksi virus
dengue, yakni 1
1. Uji hemaglutinasi inhibisi (Hemagglutination Inhibition test= HI test)Paling sering dipakai dan merupakan gold standard serologi untuk dengue.
- Uji HI ini sensitif tetapi tidak spesifik, artinya dengan uji serologis ini tidak dapatmenunjukan tipe virus yang menginfeksi.
- Antibodi HI bertahan di dalam tubuh sampai lama sekali (>48 th), maka uji ini baikdipergunakan pada studi sero-epidemiologi
- Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesens 4x lipat dari titer serum akutatau titer tinggi (>1280) baik pada serum akut atau konvalesens dianggap sebagai
presumptif positif, atau diduga keras positif infeksi dengue baru terjadi (recent
dengue infection).
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
13/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 13
2. Uji komplemen fiksasi (Complement Fixation Test= CF test)Uji komplemen fiksasi jarang dipergunakan sebagai uji diagnosis secara rutin, oleh
karena selain cara pemeriksaan agak ruwet prosedurnya juga memerlukan tenaga
pemeriksa yang berpengalaman. Berbeda dengan antibodi HI, antibodi komplemen
fiksasi hanya bertahan beberapa tahun saja (sekitar 23 tahun).
3. Uji neutralisasi (Neutralization test= NT Test)Uji netralisasi (NT) adalah uji yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue.
Biasanya ujinetralisasi memakai cara yang disebut sebagai Plaque Reduction
Neutralization Test (PRNT) yaitu berdasarkan adanya reduksi dari plaque yang terjadi.
Saat antibodi neutralisasi dapat dideteksi dalam serum hampir bersamaan dengan HI
antibodi tetapi lebih cepat dari antibodi komplemen fiksasi dan bertahan lama (>4 8
tahun). Uji neutralisasi juga rumit dan memerlukan waktu yang cukup lama sehingga
tidak dipakai secara rutin.
4. IgM Elisa (IgM Captured Elisa. Mac Elisa)Mac Elisa pada tahun terahir ini merupakan uji serologi yang banyak sekali
dipakai. Mac Elisa adalah singkatan dari IgM captured Elisa. Sesuai namanya, tes
tersebut akan mengetahui kandungan IgM dalam serum pasien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada uji Mac Elisa ialah :
- Pada hari 4-5 infeksi virus dengue, akan timbul IgM yang kemudian diikuti dengantimbulnya IgG.
- Dengan mendeteksi IgM pada serum pasien, akan secara cepat dapat ditentukandiagnosis yang tepat.
- Ada kalanya hasil uji terhadap IgM masih negatif, dalam hal seperti ini perludiulang.
- Apabila hari sakit ke 6 IgM masih negatif, maka dilaporkan sebagai hegatif.- Perlu dijelaskan disini bahwa IgM dapat bertahan di dalam darah sampai 2-3 bulan
seletah adanya infeksi. Untuk memperjelaskan hasil uji IgM dapat pula dilakukan
uji terhadap IgG. Mengingat alasan tersebut di atas, maka uji IgM tidak boleh
dipakai sebagai satu-satunya uji diagnosis untuk pengelolaan kasus.
- Uji Mac Elisa mempunyai sensitifitas sedikit di bawah uji HI, dengan kelebihan ujiMac Elisa hanya memerlukan satu serum akut saja dengan spesifisitas yang sama
dengan uji HI.
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
14/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 14
- Pada saat ini juga telah beredar uji IgM/IgG Elisa yang sebanding dengan uji HI,hanya sedikit lebih spesifik. Beberapa merek dagang kit uji untuk infeksi dengue
seperti IgM/IgG Dengue Blot, Dengue Rapid IgM/IgG, IgM Elisa, telah beredar di
pasaran.
5. IgG Elisa
ISOLASI VIRUS
Keberhasilan isolasi virus ini sangat tergantung dari kualitas spesimen yang di
pakai untuk identifikasi, serotipe virus dengue yang telah diisolasi dilakukan dengan tes
imunoflouresen dengan menggunakan antibodi monoclonalspesifik. 5
+ Spesimen darah / serum, plasma atau cairan buffy coat, dari fase akut jaringan melaluibiopsy atau otops dan disimpan dalam suhu 30 OC.
+ Spesimen untuk isolasi virus dapat ditanam pada biakan jaringan nyamuk.+ Disini pertumbuhan adanya virus ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan virus
dengan ditemukannya antigen pada kepala nyamuk.
DIAGNOSIS
Demam Dengue.
Manifestasi klinis DD menyerupai berbagai penyakit seperti infeksi virus
chikungunya, demam tifoid, leptospirosis, dan malaria. Diagnosis pasti dapat dibantu
dengan pemeriksaan serologis atau isolasi virus. 1
1. ProbableDemam akut disertai dua atau lebih manifestasi klinis berikut :
- Sakit kepala- Nyeri belakang kepala- Mialgia, dan atralgia- Ruam- Manifestasi perdarahan- LeukopeniaDan :
Didukung hasil pemeriksaan laboratorium serologis (titer antibodi dengan tes
hemaglutinasi - inhibisi 1280, yang sebanding dengan IgG enzyme - linked
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
15/30
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
16/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 16
- Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.
2. Laboratorium- Trombositopenia (100.000/l atau kurang).- Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler.- Dengan manifestasi sebagai berikut :
Peningkatan hematokrit 20%. Penurunan hematocrit 20% dari nilai standar, setelah dilakukan
penggantian volume plasma.
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratoris (atau hanya
peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakan diagnosis sementara DBD. Seperti telah
adanya anemia sebelumnya, perdarahan berat atau telah dilakukannya penggantian volume
plasma. Efusi pleura yang terlihat pada pemeriksaan Radiologi atau hipoalbuminemia
dapat memperkuat terjadinya kebocoran plasma.
Derajat Penyakit Demam Berdarah menurut WHO (1997) : 1, 2, 3, 4, 5
Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
ialah uji tourniquet.
Derajat II : Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan
lain.
Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi
menurun (20mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut,
kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.
Derajat IV : Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah
tidak teraba.
KOMPLIKASI
Ensefalopati Dengue.
Pada umumnya ensefalopati dengue diduga terjadi sebagai komplikasi syok dengan
berkepanjangan, disfungsi hati, udema otak, perdarahan kapiler serebral, gangguan
metanolik seperti hipoksemia atau hiponatremia serta trombosis pembuluh darah otak
sementara sebagai akibat dari DIC. 1
Pada ensefalopati dengue, kesadaran pasien menurun menjadi apatis atau
somnolen, dengan atau tanpa disertai kejang, dan dapat terjadi pada DBD/ DSS. Untuk
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
17/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 17
memastikan adanya ensefalopati, bila ada syok harus diatasi terlebih dahulu. Pungsi
lumbal dikerjakan bila syok telah diatasi dan kesadaran tetap menurun (hati-hati bila
jumlah trombosit 1 ml / kgbb / jam. Oleh karena bila syok
belum teratasi dengan baik, sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok
berulang. Pada keadaan syok berat seringkali dijumpai acute tubular necrosis, ditandai
penurunan jumlah urin, dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.3
Udem Paru.
Udem paru komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian cairan
berlebihan (overload). Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima sesuai
panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena
perembesan plasma masuk terjadi. Akan tetapi apabila pada saat terjadi reabsorbsi plasma
dari ruang ekstravaskular, cairan masih diberikan (kesalahan terjadi bila hanya melihat
penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit tanpa memperlihatkan hari sakit). Pasien
akan mengalami distres pernapasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang
dengan gambaran udem paru pada foto dada. 1
PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan
cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat
perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang
perawatan biasa.Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif.
Untuk dapat merawat pasien DBD dengan baik, diperlukan dokter dan perawat yang
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
18/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 18
terampil, sarana laboratorium yang memadai, cairan kristaloid dan koloid, serta bank darah
yang senantiasa siap bila diperlukan. Diagnosis dini dan memberikan nasehat untuk segera
dirawat bila terdapat tanda syok, merupakan hal yang penting untuk mengurangiangka
kematian. Di pihak lain, perjalanan penyakit DBD sulit diramalkan. Pasien yang pada
waktu masuk keadaan umumnya tampak baik, dalam waktu singkat dapat memburuk dan
tidak tertolong. Kunci keberhasilan tatalaksana DBD / SSD terletak pada ketrampilan para
dokter untuk dapat mengatasi masa peralihan dari fase demam ke fase penurunan suhu
(fase kritis, fase syok) dengan baik.
DEMAM DENGUE.
Pasien DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase demam pasien
dianjurkan :1,2,3,4,5
Tirah baring, selama masih demam. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan. Untuk menurunkan suhu menjadi < 39C, dianjurkan pemberian parasetamol.
Asetosal/salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) oleh karena dapat menyebabkan
gastritis, perdarahan, atau asidosis.
Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per-oral, jus buah, sirop, susu, disampingair putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari.
Monitor suhu, jumlah trombosit dan hematokrit sampai fase konvalesen.Pada pasien DD, saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda penyembuhan.
Meskipun demikian semua pasien harus diobservasi terhadap komplikasi yang dapat
terjadi selama 2 hari setelah suhu turun. Hal ini disebabkan oleh karena kemungkinan kita
sulit membedakan antara DD dan DBD pada fase demam. Perbedaan akan tampak jelas
saatsuhu turun, yaitu pada DD akan terjadi penyembuhan sedangkan pada DBD terdapat
tanda awal kegagalan sirkulasi (syok).
Komplikasi perdarahan dapat terjadi pada DD tanpa disertai gejala syok. Oleh
karena itu, orang tua atau pasien dinasehati bila terasa nyeri perut hebat, buang air besar
hitam, atau terdapat perdarahan kulit serta mukosa seperti mimisan, perdarahan gusi,
apalagi bila disertai berkeringat dingin, hal tersebut merupakan tanda kegawatan, sehingga
harus segera dibawa segera ke rumah sakit. Pada pasien yang tidak mengalami komplikasi
setelah suhu turun 2-3 hari, tidak perlu lagi diobservasi.
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
19/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 19
Gambar 2. Tatalaksana Kasus Tersangka DBD
DEMAM BERDARAH DENGUE.
Perbedaan patofisilogik utama antara DBD dan penyakit lain adalah adanya
peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesanplasma dangangguan
hemostasis. Gambaran klinis DBD sangat khas yaitu demam tinggi mendadak, diastesis
hemoragik, hepatomegali, dankegagalan sirkulasi. Maka keberhasilan tatalaksana DBD
terletak pada bagian mendeteksi secara dini fase kritis yaitu saat suhu turun (the time of
defervescence) yang merupakan fase awal terjadinya kegagalan sirkulasi, dengan
melakukan observasi klinis disertai pemantauan perembesan plasma dan gangguan
hemostasis. Prognosis DBD terletak pada pengenalan awal terjadinya perembesan plasma,
yang dapat diketahui dari peningkatan kadar hematokrit. Fase kritis pada umumnya mulai
terjadi pada hari ketiga sakit. Penurunan jumlah trombosit sampai
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
20/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 20
Larutan garam isotonik atau ringer laktat sebagai cairan awal pengganti volume plasma
dapat diberikan sesuai dengan berat ringan penyakit. Perhatian khusus pada kasus dengan
peningkatan hematokrit yang terus menerus dan penurunan jumlah trombosit < 50.000 / ul.
Fase Demam.
Tatalaksana DBD fase demam tidak berbeda dengan tatalaksana DD, bersifat
simtomatik dansuportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegahdehidrasi.Apabila
cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut
yang berlebihan, maka cairan intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadang-
kadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi
lama demam pada DBD. 1
Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demam tinggi,
anoreksia dan muntah. Jenis minuman yang dianjurkan adalah jus buah, air teh manis,
sirup, susu, serta larutan oralit. Pasien perlu diberikan minum 50 ml/kg BB dalam 4-6 jam
pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi anak diberikan cairan rumatan 80-100
ml/kg BB dalam 24 jam berikutnya. Bayi yang masih minum asi, tetap harus diberikan
disamping larutan oralit. Bila terjadi kejang demam, disamping antipiretik diberikan
antikonvulsif selama demam.1
Umur (tahun) Dosis (mg) Tabel (1 tab = 500 mg)
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
21/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 21
Penggantian Volume Plasma
Patogenesis DBD adalah perembesan plasma, yang terjadi pada fase penurunan
suhu (fase afebris, fase krisis, fase syok) maka dasarpengobatannya adalah penggantian
volume plasma yang hilang. Walaupun demikian, penggantian cairan harus diberikan
dengan bijaksana dan hati-hati. Kebutuhan cairan awal dihitung untuk 23 jam pertama,
sedangkan pada kasus syok mungkin lebih sering (setiap 30 60 menit). Tetesan dalam
2428 jam berikutnya harus selalu disesuaikan dengan tanda vital, kadar hematokrit,
danjumlah volume urin. Penggantian volume cairan harus adekuat, seminimal mungkin
mencukupi kebocoran plasma. Secara umum volume yang dibutuhkan adalah jumlah
cairan rumatan ditambah5-8%. 1
Cairan intravena diperlukan, apabila (1) Anak terus menerus muntah, 2) tidakmau
minum, demam tinggi sehingga tidak rnungkin diberikan minum per oral, ditakutkan
terjadinya dehidrasi sehingga mempercepat terjadinya syok. (2) Nilai hematokrit
cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala. Jumlahcairan yang diberikan tergantung
dari derajat dehidrasi dankehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% di dalam
larutan NaCl 0,45%. Bila terdapat asidosis, diberikan natrium bikarbonat 7,46% 1-2
ml/kgBB intravena bolus perlahan-lahan.
Apabila terdapat hemokonsentrasi 20% atau lebih maka komposisi jenis cairan
yang/diberikan harus sama dengan plasma. Volume dankomposisi cairan yang diperlukan
sesuai cairan untuk dehidrasi pada diare ringan sampai sedang, yaitu cairan rumatan +
defisit 6% (5 sampai 8%).1
Berat badan waktu masuk RS
(kg)
Jumlah cairan ml/kgBB per
hari
18 88
Tabel 3. Kebutuhan cairan pada dehidrasi sedang (defisit cairan 5-8%)
Pemilihan jenis danvolume cairan yang diperlukan tergantung dari umur dan berat
badan pasien serta derajat kehilangan plasma, yang sesuai dengan derajat
hemokonsentrasi. Pada anak gemuk, kebutuhan cairan disesuaikan. Kebutuhan Cairan
pada dehidrasi sedang (defisit cairan 5 8 % ) dengan berat badan ideal untuk anak umur
yang sama.
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
22/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 22
Berat badan (kg) Jumlah cairan (ml)
10 100 per kg BB
10-20 1000+50xkg (diatas 10 kg)>20 1500+20xkg (diatas 20 kg)
Tabel 4. Kebutuhan cairan rumatan
Misalnya untuk anak berat badan 50 kg, maka cairan rumatan adalah 1500 +
(30x20) = 2100 ml. Jumlah cairan rumatan diperhitungkan 24 jam. Oleh karena
perembesan plasma tidak konstan (perembesam plasma terjadi lebih cepat pada saat suhu
turun), maka volume cairan pengganti harus disesuaikan dengan kecepatan dankehilangan
plasma, yang dapat diketahui dari pemantauan kadar hematokrit. Penggantian volume
yang bedebihan dan terus menerus setelah plasma terhenti perlu mendapat perhatian.
Perembesan plasma berhenti ketika memasuki fase penyembuhan, saat terjadi reabsorbsi
cairan ekstravaskular kembali kedalam intravaskuler. Apabila pada saat itucairan tidak
dikurangi, akan menyebabkan edema paru dan distres pernafasan.
Pasien harus dirawat dan segera diobati bila dijumpai tanda-tanda syok yaitu
gelisah, letargi/lemah, ekstrimitas dingin, bibir sianosis, oliguri, dan nadi lemah, tekanan
nadi menyempit (20mmHg atau kurang) atau hipotensi,dan peningkatan mendadak dari
kadar hematokrit atau kadar hematokrit meningkat terus menerus walaupun telah diberi
cairan intravena.1, 3, 5
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
23/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 23
Gambar 3.Tatalaksana DBD grade I-II.
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
24/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 24
Gambar 4.Tatalaksana DBD grade II dengan peningkatan hematocrit.
DENGUE SYOK SYNDROME
Syok merupakan keadaan kegawatan. Cairan pengganti adalah pengobatan yang
utama yang berguna untuk memperbaiki kekurangan volume plasma. Pasien anak akan
cepat mengalami syok dan sembuh kembali bila diobati segera dalam 48 jam. Pada
penderita SSD dengan tensi tak terukur dan tekanan nadi
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
25/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 25
Gambar 5. Tatalaksana DBD grade III-IV (DSS)
Penggantian Volume Plasma Segera.
Pengobatan awal cairan intravena larutan ringer laktat > 20ml/kg BB. Tetesan
diberikan secepat mungkin maksimal 30 menit. Pada anak dengan berat badan lebih, diberi
cairan sesuai berat BB ideal dan umur, 10ml / kgBB / jam. Apabila syok belum dapat
teratasi setelah 60 menit beri cairan kristaloid dengan tetesan 10ml / kgBB / jam bila tidak
ada perbaikan stop pemberian kristaloid dan beri cairan koloid (dekstran 40 atau plasma)
10ml/ kgBB/jam. Pada umumnya pemberian koloid tidak melebihi 30 ml/kgBB. Maksimal
pemberian koloid 1500 ml / hari, sebaiknya tidak diberikan pada saat perdarahan. Setelah
pemberian cairan resusitasi kristaloid dan koloid, syok masih menetap sedangkan kadar
hematokrit turun, diduga sudah terjadi perdarahan; maka dianjurkan pemberian transfusi
darah segar. Apabila kadar hematokrit tetap tinggi, maka berikan darah dalam volume
kecil (10ml / kgBB / jam) dapat diulang sampai 30ml/kgBB / 24jam. Setelah keadaan
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
26/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 26
klinis membaik, tetesan infus dikurangi bertahap sesuai keadaan klinis dan kadar
hematokrit. 1
Pemeriksaan Hematokrit untuk Memantau Penggantian Volume Plasma.
Pemberian cairan harus tetap diberikan walaupun tanda vital telah membaik dan
kadar hematokrit turun. Tetesan cairan segera diturunkan menjadi 10ml / kgBB / jam dan
kemudian disesuaikan tergantung dari kehilangan plasma yang terjadi selama 2448 jam.
Cairan intravena dapat dihentikan apabila hematokrit telah turun, dibandingkan
nilai Ht sebelumnya. Jumlah urin / ml / kgBB / jam atau lebih merupakan indikasi bahwa
keadaaan sirkulasi membaik. Pada umumnya,cairan tidak perlu diberikan lagi setelah 48
jam syok teratasi. Apabila cairan tetap diberikan dengan jumlah yang berlebih pada saat
terjadi reabsorpsi plasma dari ekstravaskular (ditandai dengan penurunan kadar hematokrit
setelah pemberian cairan rumatan), maka akan menyebabkan hipervolemia dengan akibat
edema paru dangagal jantung. Penurunan hematokrit pada saat reabsorbsi plasma ini
jangan dianggap sebagai tanda perdarahan, tetapi disebabkan oleh hemodilusi. Nadi yang
kuat, tekanan darah normal, diuresis cukup, tanda vital baik, merupakan tanda terjadinya
fase reabsorbsi. 1
Koreksi Gangguan Metabolik dan Elektrolit.
Hiponatremia dan asidosis metabolik sering menyertai pasien DBD/DSS, maka
analisis gas darah dankadar elektrolit harus selalu diperiksa pada DBD berat. Apabila
asidosis tidak dikoreksi, akan memacu terjadinya DIC, sehingga tatalaksana pasien
menjadi lebih kompleks.Pada umumnya, apabila penggantian cairan plasma diberikan
secepatnya dan dilakukan koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat, maka perdarahan
sebagai akibat DIC, tidak akan tejadi sehingga heparin tidak diperlukan. 1
Pemberian Oksigen.
Terapi oksigen 2 liter per menit harus selalu diberikan pada semua pasien syok.
Dianjurkan pemberian oksigen dengan mempergunakan masker, tetapi harus diingat pula
pada anak seringkali menjadi makin gelisah apabila dipasang masker oksigen. 1
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
27/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 27
Transfusi Darah.
Pemeriksaan golongan darah cross-matching harus dilakukan pada setiap pasien
syok, terutama pada syok yang berkepanjangan (prolonged shock).Pemberian transfusi
darah diberikan pada keadaan manifestasi perdarahan yang nyata. Kadangkala sulit untuk
mengetahui perdarahan interna (internal haemorrhage) apabila disertai hemokonsentrasi.
Penurunan hematokrit (misalnya dari 50% menjadi 40%) tanpa perbaikan klinis walaupun
telah diberikan cairan yang mencukupi, merupakan tanda adanya perdarahan. Pemberian
darah segar dimaksudkan untuk mengatasi pendarahan karena cukup mengandung plasma,
sel darah merah dan faktor pembesar trombosit. Plasma segar dan atau suspensi trombosit
berguna untuk pasien dengan DIC dan perdarahan masif. DIC biasanya terjadi pada syok
berat dan menyebabkan perdarahan masif sehingga dapat menimbulkan kematian.
Pemeriksaan hematologi seperti waktu tromboplastin parsial, waktu protombin, dan
fibrinogen degradation products harus diperiksa pada pasien syok untuk mendeteksi
terjadinya dan berat ringannya DIC. Pemeriksaan hematologis tersebut juga menentukan
prognosis.1,2
Kriteria Memulangkan Pasien
Pasien dapat dipulang apabila, memenuhi semua keadaan :
a. Tampak perbaikan secara klinis.b. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik.c. Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis).d. Hematokrit stabil.e. Jumlah trombosit cenderung naik > 50.000/ul .f. Tiga hari setelah syok teratasi.g. Nafsu makan membaik.
PENCEGAHAN
Strategi pemberantasan DBD lebih ditekankan pada (1) upaya preventif, yaitu
melaksanakan penyemprotan masal sebelum musism penularan penyakit di desa /
kelurahan endemis DBD, yang merupakan pusat-pusat penyebaran penyakit ke wilayah
lainnya, (2) strategi ini diperkuat dengan menggalakan pembinaan peran serta masyarakyat
dalam kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), (3) melaksanakan penanggulangan
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
28/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 28
focus dirumah pasien dan disekitar tempat tinggalnya guna mencegah terjadinya kejadian
luar biasa (KLB), dan (4) melaksanakan penuyuluhan kepada masyarakyat,
Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vector dianggap cara yang
paling memadai untuk saat ini. Ada 2 cara pemberantasan vector yaitu : 2
1. Menggunakan insektisida Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa, caranya dengan pengasapan (thermal
Fogging)atau pengabutan (cold Fogging).
Temephos (abate)untuk membunuh jentik, yaitu dengan menaburkan bubuk abateke dalam sarang nyamuk. Dosis 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.
2. Tanpa insektisida Menguras bak mandi atau tempat penampungan air. Menutup tempat penampungan air. Mengubur kaleng atau botol bekas yang memungkinkan nyamuk bersarang
PROGNOSIS
Kematian oleh demam dengue hampir tidak ada, sebaliknya pada DBD mortalitas
nya tinggi. Prognosis baik apabila dianosa dapat ditegakkan sejak dini dan dapat diobati
dengan adekuat.
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
29/30
Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 29
Bab III
PENUTUP
KESIMPULAN
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) disebabkan virus
Dengue yang merupakan kelompok B Arthopod Virus (Arbovirus)yang sekarang dikenal
sebagai genusFlavivirus, Infeksi virus dengue tergantung dari faktor yang mempengaruhi
daya tahan tubuh dengan faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi virus.Dengan
demikian infeksi virus dengue dapat menyebabkan keadaan yang bermacam-macam, mulai
dari tanpa gejala (asimtomatik), demam ringan yang tidak spesifik (undifferentiated febrile
illness), Demam Dengue, atau bentuk yang lebih berat yaitu Demam Berdarah Dengue
(DBD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD). Menurut WHO (1997), Derajat Penyakit
Demam Berdarah dibagi menjadi 4 derajat, Derajat I (Demam disertai gejala tidak khas
dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji tourniquet), Derajat II (Seperti derajat 1,
disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.), Derajat III (Didapatkan
kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun atau hipotensi,
sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.), Derajat IV
(Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak teraba). Penatalaksaan pada
DBD, sesuai dengan derajat penyakitnya.
-
8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx
30/30
DAFTAR PUSTAKA
1. Hadinegoro S, Soedijanto S, Wuryadi S, et all. Tatalaksana Demam Berdarah Denguedi Indonesia. Departemen Kesehatan republic Indonesia Direkktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2006. Jakarta : Departemen
Kesehaan Republik Indonesia. 2006. H. 143.
2. Garna H, Nataprawira H, Rahayuningsih S. Demam Berdarah Dengue. PedomanDiagnosis dan Terapi Ilmu Kesehaan Anak. Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2005. H. 24754.
3.
Soedarno S, Garna H, Hadinegoro S, et all. Infeksi Virus Dengue. Buku Ajar Infeksidan Pediatri Tropis. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008. H.
15580.
4. Pudjiadi A, Hegar B, Handryastuti S, et all. Infeksi Virus Dengue. Pedoman PelayananMedik. Jilid 1. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. H. 141
9.
5. Hadinegoro S, Satari H. Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Balai Penerbit FakultasKedokteran Universitas Indonesia. 2000.