Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

download Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

of 30

Transcript of Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    1/30

    REFERAT

    ILMU KESEHATAN ANAK

    Demam Berdarah Dengue

    Dokter Pembimbing:

    dr. Susilorini Sp.A

    Disusun Oleh :

    Lydia Prisca Soempiet

    (11.2011.108)

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

    PERIODE 31 Desember 20129 Maret 2013

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA

    WACANA

    JAKARTA

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    2/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 2

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

    memberikan berkat dan penyertaan Nya sehingga saya dapat menyelesaikan referat ini

    tepat pada waktunya.

    Dalam referat ini akan membahas tentang Demam Berdarah Dengue. Dalam

    pembuatan referat ini, saya menyadari adanya berbagai kekurangan, baik dalam isi materi

    maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang berlanjut

    sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat saya harapkan.

    Ungkapan terima kasih saya sampaikan kepada dr. Susilorini Sp.A yang telahmemberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan referat ini. Saya juga

    ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara

    langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan referat ini.

    Adapun tujuan pembuatan makalah ini terbagi atas dua, yakni tujuan umum dan

    tujuan khusus. Tujuan umum dari pembuatan referat ini disusun sebagai sarana diskusi dan

    pembelajaran mengenai Demam Berdarah Dengue. Sedangkan tujuan khusus diajukannya

    referat guna memenuhi persyaratan penilaian di Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak

    di Rumah Sakit Mardi Rahayu, Kudus.

    Penulis

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    3/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 3

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar...2

    Daftar Isi3

    BAB I. Pendahuluan.4

    Latar Belakang 4

    BAB II. Pembahasan.....5

    Epidemiologi ..5

    Virus Dengue ......................6

    Cara Penularan ........................................... 6

    Patogenesis 7

    Manifestasi Klinis .......... 9

    Pemeriksaan Penunjang ............. 11

    Diagnosis .. 14

    Komplikasi 16

    Penatalaksanaan . 17

    Pencegahan 27

    Prognosa 28

    BAB III. Penutup............. 29

    Daftar Pustaka. 30

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    4/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    LATAR BELAKANG

    Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga saat ini merupakan masalah kesehatan

    yang endemis. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak namun sering juga dialami oleh

    orang dewasa yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas.

    Infeksi virus dengue yang terjadi dan menyerang manusia menimbulkan gejala

    klinis yang bervariasi dari yang ringan yaitu demam dengue, DBD (Demam Berdarah

    Dengue) serta yang paling berat demam berdarah dengue dengan disertai syok (DSS) /

    Dengue Syok Sindrom. Insiden demam berdarah meningkat pada musim hujan kemudian

    menurun pada akhir musim hujan.

    Timbulnya penyakit DBD ditandai adanya korelasi antara strain dan genetik tetapi

    akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD di setiap daerah berbeda. Pemberantasan

    DBD juga penyakit menular lain didasarkan pada pemutusan rantai penularan. Dalam hal

    ini komponen penularan terdiri dari virusAedes aegiptydan manusia. Karena sampai saat

    ini belum terdapat vaksin yang efektif terhadap virus itu, maka pemberantasan ditujukan

    kepada manusia dan terutama pada vektornya dengan melaksanakan pemberantasan sarang

    nyamuk DBD.

    Penderita penyakit DBD bila tidak mendapat perawatan yang memadai dapat

    mengalami perdarahan yang hebat, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Oleh karena

    itu semua kasus DBD sesuai kriteria WHO harus mendapat perawatan di tempat pelayanan

    kesehatan ataupun rumah sakit.

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    5/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 5

    BAB II

    ISI

    EPIDEMIOLOGI

    Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad 18. Saat itu infeksi virus

    dengue menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam 5 hari (vifdaagse

    koorts) kadang-kadang disebut juga demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian

    karena demam yang terjadi hilang dalam 5 hari, disertai dengan nyeri pada sendi, nyeri

    otot, dan nyeri kepala. Pada masa itu infeksi virus dengue di Asia Tenggara hanya

    merupakan penyakit ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian. Tetapi sejak tahun

    1952 infeksi virus dengue menimbulkan penyakit dengan manifestasi klinis berat, yaitu

    demam berdarah dengue yang ditemukan di Manilla, Filipina. Kemudian menyebar ke

    negara lain seperti Thailan, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia. 1

    Dalam kurun waktu lebih dari 35 tahun terjadi peningkatan yang pesat, baik dalam

    jumlah penderita maupun daerah penyebaran penyakit. Sampai akhir tahun 2005, DBD

    telah ditemukan diseluruh provinsi di Indonesia dan 35 kabupaten / kota telah melaporkan

    adanya kejadian luar biasa (KLB). Insiden rate meningkat dari 0,005 per 100.000

    penduduk pada tahun 1968 menjadi 43,42 per 100.000 penduduk pada akhir tahun 2005.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat

    kompleks, yaitu (1) pertumbuhan penduduk yang tinggi, (2) urbanisasi yang tidak

    terencana dan tidak terkendali, (3) tidak adanya control vector nyamuk yang efektif di

    daerah endemis, dan (4) peningkatan sarana transportasi. 1, 2

    Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi berbagai faktor anatara

    lain status imunitas penjamu, kepadatan vector nyamuk, transmisi virus dengue, keganasan

    (virulensi) virus dengue, dan kondusi geografis setempat. Pola berjangkit infeksi virus

    dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu panas (28 32 OC)

    dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk aedes akan tetap bertahan hidup untuk jangka

    waktu yang lama. Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama disetiap

    tempat, maka pola waktu terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa

    pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal January meningkat terus sehinga

    kasus terbanyak di sekitar bulan AprilMei setiap tahun. 1

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    6/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 6

    VIRUS DENGUE

    Demam Dengue ataupun Demam Berdarah Dengue (DBD) di sebabkan oleh virus

    dengue yang termasuk dalam kelompok B Arthropod Virus (Arbovirosis)yang sekarang

    dikenal sebagai genusflavivirus,familyflaviviride,dan mempunyai 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap

    serotipe yang bersangkutan, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan terhadap

    serotipe lain. 1

    Seseorang yang tinggal didaerah endemis dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe

    selama hidupnya. Keempat serotipe virus dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia.

    Serotipe Den-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang

    menunjukkan manifestasi klinis yang berat. 3

    CARA PENULARAN

    Terdapat 3 faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue,

    yaitu manusia, virus, dan vector perantara.Virus dengue ditularkan kepada manusia

    melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis,

    dan beberapa spesies yang lain juga dapat menularkan virus ini, namun, merupakan vector

    yang kurang berperan. Nyamuk aedes tersebut dapat mengundang virus dengue pada saat

    menggigit manusia yang sedang viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur

    berkembang biak dalam waktu 8 10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat

    ditularkan lagi kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk

    betina dapat ditularkan kepada telurnya (transovarian transmission), namun perannya

    dalam penularan virus tidak penting. 1

    Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak didalam tubuh nyamuk, nyamuk

    tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Ditubuh manusia, virus

    memerlukan waktu masa tunas 4 7 hari (intrinsic incubation period) sebelum

    menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila

    nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas

    sampai 5 hari setelah demam timbul. 1

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    7/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 7

    PATOGENESIS

    Virus merupakan organisme yang hanya dapat hidup dalam sel hidup. Maka demi

    kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai pejamu (host)

    terutama dalam mencukupi kebutuhan akan protein. Persaingan tersebut sangat tergantungpada daya tahan penjamu, bila daya tahan baik maka akan terjadi penyembuhan dan timbul

    anti body, namun bila daya tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi semakin berat

    dan bahkan dapat menimbulkan kematian. 4

    Patogenesis DBD dan DSS (Dengue Syok Sindrome) masih merupakan masalah

    yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada DBD dan DSS adalah hipotesis

    infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) atau hipotesis immune

    enhancement. Hipotesis ini menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang

    mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog yang

    mempunyai resiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD. Antibodi heterolog yang

    telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian

    membentuk kompleks antigen antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari

    membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak

    dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel magrofag.

    Dihipotesiskan juga mengenai antibodi dependent enhancement (ADE),suatu proses yang

    akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai

    tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian

    menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan

    keadaan hipovolemia dan syok. 1

    Patogenesis terjadinya syok berdasarkan hipotesis the secondary heterologous

    infection. Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada

    seorang pasien, respon antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari

    mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit dengan menghasilkan titer tinggi

    antibodi IgG anti dengue. Disamping itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit

    yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akibat

    mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen antibodi (virus antibodi complex)

    yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a

    akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitas. Dinding pembuluh

    darah dan merembesnya plasma dari ruang intravaskular ke ruang ekstravaskular. Pada

    pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    8/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 8

    berlangsung selama 24 48 jam. Perembesan plasma ini terbukti dengan adanya

    peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan di dalam

    rongga serosa (efusi pleura, asites). Syok yang tidak dapat ditanggulangi secara adekuat,

    akan menyebabkan asidosis dan anoksia, yang dapat berakhir fatal. Oleh karena itu,

    pengobatan syok sangat penting guna mencegah kematian. 1

    Hipotesis kedua, menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus binatang lain

    dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virus mengadakan replikasi

    baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk.

    Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat menyebabkan

    peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan virulensi dan mempunyai potensi

    untuk menimbulkan wabah. Selain itu beberapa strain virus mempunyai kemampuan untuk

    menimbulkan wabah yang besar. Kedua hipotesis tersebut didukung oleh data

    epidemiologi dan laboratorium. 1

    Sebagai tanggapan terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen-antibodi selain

    mengaktifkan sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivasi

    sistem koagulasi melalui kerusakan sistem endotel pembuluh darah. Kedua faktor tersebut

    akan menyebabkan perdarahan pada DBD. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari

    perlekatan kompleks antigen antibodi pada membran trombosit mengakibatkan

    pengeluaran ADP (adenosin diphospat), sehingga trombosit melekat satu sama lain. Hal ini

    akan menyebabkan trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system) sehingga

    terjadi trombositopienia. Agregasi tromobosit ini akan koagulopati konsumtif (KID =

    kaogulasi intravaskular deseminata), ditandai dengan peningkatan FDP (fibrinogen

    degredation product) sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan. 1

    Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit, sehingga

    walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi baik. Disisi lain, aktivasi

    koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman sehingga terjadi aktivasi sistem

    kinin sehingga mamacu peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat

    terjadinya syok. Jadi, perdarahan masif pada DBD diakibatkan oleh trombositopenia,

    penurunan faktor pembekuan (akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan

    dinding endotel kapiler. Akhirnya, perdarahan akan memperberat syok yang terjadi. 1

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    9/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 9

    Gambar 1. Patogenesis DHF

    MANIFESTASI KLINIS

    Infeksi virus dengue tergantung dari faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh

    dengan faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi virus.1, 2, 3, 4, 5

    DEMAM DENGUE.

    Setelah masa inkubasi 4 6 hari, gejala prodromal yang tidak khas seperti nyeri

    kepala, nyeri tulang belakang, dan perasaan lelah. Tidak khas dari DD ialah peningkatan

    suhu mendadak , kadang-kadang disertai menggigil, nyeri kepala, dan flushed face. Dalam

    24 jam terasa nyeri pada belakang mata terutama pada pergerakan mata atau bila bola mata

    ditekan, fotofobia, dan nyeri otot serta sendi. Gejala lain yang dapat dijumpai ialah

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    10/30

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    11/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 11

    perdarahan gusi lebih jarang ditemukan, perdarahan saluran cerna ringan dapat ditemukan

    pada fase demam. Hati biasanya membesar dengan variasi dari just palpable sampai 24cm

    dibawah arcus aortae kanan. Sekalipun pembesaran hati tidak berhubungan dengan berat

    ringannya penyakit namun pembesaran hati lebih sering ditemukan pada penderita dengan

    syok. 1

    Masa kritis dari penyakit terjadi pada akhir fase demam, pada saat ini terjadi

    penurunan suhu yang tiba-tiba sering disertai dengan gangguan sirkulasi yang bervariasi

    dalam berat ringannya. Pada kasus dengan sirkulasi ringan, perubahan terjadi minimal dan

    sementara pada kasus berat penderita dapat mengalami syok.

    DENGUE SYOK SYNDROME.

    Syok biasanya terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, antara hari 3 sampai

    hari 7. Pasien mula-mula terlihat letargi atau gelisah kemudian jatuh dalam syok yang

    ditandai dengan kulit dingin-lembab, sianosis sekitar mulut, nadi cepat lemah, tekanan

    nadi < 20 mmHg dan hipotensi. Kebanyakan pasien masih tetap sadar sekalipun sudah

    mendekati stadium akhir. Dengan diagnosis dini dan penggantian cairan adekuat, syok

    biasanya teratasi dengan segera, namun bila terlambat diketahui atau pengobatan tidak

    adekuat, syok dapat menjadi syok berat dengan berbagai penyulitnya seperti asidosis

    metabolik, perdarahan hebat saluran cerna, sehingga memperburuk prognosis. Pada masa

    penyembuhan yang biasanya terjadi dalam 2 3 hari, kadang ditemukan sinus bradikardi

    atau aritmia, dan timbul ruam pada kulit. Tanda prognostic baik apabila pengeluaran urin

    cukup dan kembalinya nafsu makan. 4

    PEMERIKSAAN PENUNJANG.

    LABORATORIUM.

    Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menskrining penderita demam

    dengue adalah melalui uji Rumpel Leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar

    hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis

    relatif disertai gambaran limfosit plasma biru. Trombositopeni dan hemokonsentrasi

    merupakan kelainan yang selalu ditemukan pada DBD. Penurunan jumlah trombosit

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    12/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 12

    tersebut biasanya terjadi saat suhu turun atau sebelum syok terjadi. Perlu diketahui bahwa

    nilai hematocrit dapat dipengaruhi oleh pemberian cairan atau oleh perdarahan. Jumlah

    leukosit bisa menurun (leukopeni) atau leukositosis, limfositosis relatif dengan limfosit

    atipik sering ditemukan pada saat sebelum suhu turun atau syok. Hypoproteinemi akibat

    kebocoran plasma biasa ditemukan. Adanya fibrinolisis dan gangguan koagulasi tampak

    pada pengurangan fibrinogen, protrombin, faktor VIII dan faktor XII, dan antotrombin III.

    PTT dan PT memanjang pada sepertiga sampai setengah kasus DBD. Fungsi trombosist

    juga terganggu. Asidosis metabolik dan peningkatan BUN ditemukan pada syok berat. 3

    RADIOLOGIS.

    Pada pemeriksaan foto thorax posisi RLD (Right Lateral Dekubitus) juga biasa

    ditemukan efusi pleura. Berat ringannya efusi pleura berhubungan dengan berat ringannya

    penyakit. Pada pasien yang mengalami syok, efusi pleura dapat ditemukan bilateral. 1

    Selain foto thorax, USG juga dapat digunakan untuk mengetahui adanya asites

    maupun efusi pleura.

    Selain pemeriksaan radiologis, pemeriksaan paling sederhana untuk mengetahui

    perkembangan asites ialah dengan mengukur lingkar perut setiap hari.

    SEROLOGIS.

    Dikenal 5 jenis uji serologis yang dipakai untuk menentukan adanya infeksi virus

    dengue, yakni 1

    1. Uji hemaglutinasi inhibisi (Hemagglutination Inhibition test= HI test)Paling sering dipakai dan merupakan gold standard serologi untuk dengue.

    - Uji HI ini sensitif tetapi tidak spesifik, artinya dengan uji serologis ini tidak dapatmenunjukan tipe virus yang menginfeksi.

    - Antibodi HI bertahan di dalam tubuh sampai lama sekali (>48 th), maka uji ini baikdipergunakan pada studi sero-epidemiologi

    - Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesens 4x lipat dari titer serum akutatau titer tinggi (>1280) baik pada serum akut atau konvalesens dianggap sebagai

    presumptif positif, atau diduga keras positif infeksi dengue baru terjadi (recent

    dengue infection).

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    13/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 13

    2. Uji komplemen fiksasi (Complement Fixation Test= CF test)Uji komplemen fiksasi jarang dipergunakan sebagai uji diagnosis secara rutin, oleh

    karena selain cara pemeriksaan agak ruwet prosedurnya juga memerlukan tenaga

    pemeriksa yang berpengalaman. Berbeda dengan antibodi HI, antibodi komplemen

    fiksasi hanya bertahan beberapa tahun saja (sekitar 23 tahun).

    3. Uji neutralisasi (Neutralization test= NT Test)Uji netralisasi (NT) adalah uji yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue.

    Biasanya ujinetralisasi memakai cara yang disebut sebagai Plaque Reduction

    Neutralization Test (PRNT) yaitu berdasarkan adanya reduksi dari plaque yang terjadi.

    Saat antibodi neutralisasi dapat dideteksi dalam serum hampir bersamaan dengan HI

    antibodi tetapi lebih cepat dari antibodi komplemen fiksasi dan bertahan lama (>4 8

    tahun). Uji neutralisasi juga rumit dan memerlukan waktu yang cukup lama sehingga

    tidak dipakai secara rutin.

    4. IgM Elisa (IgM Captured Elisa. Mac Elisa)Mac Elisa pada tahun terahir ini merupakan uji serologi yang banyak sekali

    dipakai. Mac Elisa adalah singkatan dari IgM captured Elisa. Sesuai namanya, tes

    tersebut akan mengetahui kandungan IgM dalam serum pasien.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan pada uji Mac Elisa ialah :

    - Pada hari 4-5 infeksi virus dengue, akan timbul IgM yang kemudian diikuti dengantimbulnya IgG.

    - Dengan mendeteksi IgM pada serum pasien, akan secara cepat dapat ditentukandiagnosis yang tepat.

    - Ada kalanya hasil uji terhadap IgM masih negatif, dalam hal seperti ini perludiulang.

    - Apabila hari sakit ke 6 IgM masih negatif, maka dilaporkan sebagai hegatif.- Perlu dijelaskan disini bahwa IgM dapat bertahan di dalam darah sampai 2-3 bulan

    seletah adanya infeksi. Untuk memperjelaskan hasil uji IgM dapat pula dilakukan

    uji terhadap IgG. Mengingat alasan tersebut di atas, maka uji IgM tidak boleh

    dipakai sebagai satu-satunya uji diagnosis untuk pengelolaan kasus.

    - Uji Mac Elisa mempunyai sensitifitas sedikit di bawah uji HI, dengan kelebihan ujiMac Elisa hanya memerlukan satu serum akut saja dengan spesifisitas yang sama

    dengan uji HI.

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    14/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 14

    - Pada saat ini juga telah beredar uji IgM/IgG Elisa yang sebanding dengan uji HI,hanya sedikit lebih spesifik. Beberapa merek dagang kit uji untuk infeksi dengue

    seperti IgM/IgG Dengue Blot, Dengue Rapid IgM/IgG, IgM Elisa, telah beredar di

    pasaran.

    5. IgG Elisa

    ISOLASI VIRUS

    Keberhasilan isolasi virus ini sangat tergantung dari kualitas spesimen yang di

    pakai untuk identifikasi, serotipe virus dengue yang telah diisolasi dilakukan dengan tes

    imunoflouresen dengan menggunakan antibodi monoclonalspesifik. 5

    + Spesimen darah / serum, plasma atau cairan buffy coat, dari fase akut jaringan melaluibiopsy atau otops dan disimpan dalam suhu 30 OC.

    + Spesimen untuk isolasi virus dapat ditanam pada biakan jaringan nyamuk.+ Disini pertumbuhan adanya virus ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan virus

    dengan ditemukannya antigen pada kepala nyamuk.

    DIAGNOSIS

    Demam Dengue.

    Manifestasi klinis DD menyerupai berbagai penyakit seperti infeksi virus

    chikungunya, demam tifoid, leptospirosis, dan malaria. Diagnosis pasti dapat dibantu

    dengan pemeriksaan serologis atau isolasi virus. 1

    1. ProbableDemam akut disertai dua atau lebih manifestasi klinis berikut :

    - Sakit kepala- Nyeri belakang kepala- Mialgia, dan atralgia- Ruam- Manifestasi perdarahan- LeukopeniaDan :

    Didukung hasil pemeriksaan laboratorium serologis (titer antibodi dengan tes

    hemaglutinasi - inhibisi 1280, yang sebanding dengan IgG enzyme - linked

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    15/30

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    16/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 16

    - Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.

    2. Laboratorium- Trombositopenia (100.000/l atau kurang).- Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler.- Dengan manifestasi sebagai berikut :

    Peningkatan hematokrit 20%. Penurunan hematocrit 20% dari nilai standar, setelah dilakukan

    penggantian volume plasma.

    Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratoris (atau hanya

    peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakan diagnosis sementara DBD. Seperti telah

    adanya anemia sebelumnya, perdarahan berat atau telah dilakukannya penggantian volume

    plasma. Efusi pleura yang terlihat pada pemeriksaan Radiologi atau hipoalbuminemia

    dapat memperkuat terjadinya kebocoran plasma.

    Derajat Penyakit Demam Berdarah menurut WHO (1997) : 1, 2, 3, 4, 5

    Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan

    ialah uji tourniquet.

    Derajat II : Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan

    lain.

    Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi

    menurun (20mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut,

    kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.

    Derajat IV : Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah

    tidak teraba.

    KOMPLIKASI

    Ensefalopati Dengue.

    Pada umumnya ensefalopati dengue diduga terjadi sebagai komplikasi syok dengan

    berkepanjangan, disfungsi hati, udema otak, perdarahan kapiler serebral, gangguan

    metanolik seperti hipoksemia atau hiponatremia serta trombosis pembuluh darah otak

    sementara sebagai akibat dari DIC. 1

    Pada ensefalopati dengue, kesadaran pasien menurun menjadi apatis atau

    somnolen, dengan atau tanpa disertai kejang, dan dapat terjadi pada DBD/ DSS. Untuk

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    17/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 17

    memastikan adanya ensefalopati, bila ada syok harus diatasi terlebih dahulu. Pungsi

    lumbal dikerjakan bila syok telah diatasi dan kesadaran tetap menurun (hati-hati bila

    jumlah trombosit 1 ml / kgbb / jam. Oleh karena bila syok

    belum teratasi dengan baik, sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok

    berulang. Pada keadaan syok berat seringkali dijumpai acute tubular necrosis, ditandai

    penurunan jumlah urin, dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.3

    Udem Paru.

    Udem paru komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian cairan

    berlebihan (overload). Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima sesuai

    panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena

    perembesan plasma masuk terjadi. Akan tetapi apabila pada saat terjadi reabsorbsi plasma

    dari ruang ekstravaskular, cairan masih diberikan (kesalahan terjadi bila hanya melihat

    penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit tanpa memperlihatkan hari sakit). Pasien

    akan mengalami distres pernapasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang

    dengan gambaran udem paru pada foto dada. 1

    PENATALAKSANAAN

    Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan

    cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat

    perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang

    perawatan biasa.Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif.

    Untuk dapat merawat pasien DBD dengan baik, diperlukan dokter dan perawat yang

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    18/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 18

    terampil, sarana laboratorium yang memadai, cairan kristaloid dan koloid, serta bank darah

    yang senantiasa siap bila diperlukan. Diagnosis dini dan memberikan nasehat untuk segera

    dirawat bila terdapat tanda syok, merupakan hal yang penting untuk mengurangiangka

    kematian. Di pihak lain, perjalanan penyakit DBD sulit diramalkan. Pasien yang pada

    waktu masuk keadaan umumnya tampak baik, dalam waktu singkat dapat memburuk dan

    tidak tertolong. Kunci keberhasilan tatalaksana DBD / SSD terletak pada ketrampilan para

    dokter untuk dapat mengatasi masa peralihan dari fase demam ke fase penurunan suhu

    (fase kritis, fase syok) dengan baik.

    DEMAM DENGUE.

    Pasien DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase demam pasien

    dianjurkan :1,2,3,4,5

    Tirah baring, selama masih demam. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan. Untuk menurunkan suhu menjadi < 39C, dianjurkan pemberian parasetamol.

    Asetosal/salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) oleh karena dapat menyebabkan

    gastritis, perdarahan, atau asidosis.

    Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per-oral, jus buah, sirop, susu, disampingair putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari.

    Monitor suhu, jumlah trombosit dan hematokrit sampai fase konvalesen.Pada pasien DD, saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda penyembuhan.

    Meskipun demikian semua pasien harus diobservasi terhadap komplikasi yang dapat

    terjadi selama 2 hari setelah suhu turun. Hal ini disebabkan oleh karena kemungkinan kita

    sulit membedakan antara DD dan DBD pada fase demam. Perbedaan akan tampak jelas

    saatsuhu turun, yaitu pada DD akan terjadi penyembuhan sedangkan pada DBD terdapat

    tanda awal kegagalan sirkulasi (syok).

    Komplikasi perdarahan dapat terjadi pada DD tanpa disertai gejala syok. Oleh

    karena itu, orang tua atau pasien dinasehati bila terasa nyeri perut hebat, buang air besar

    hitam, atau terdapat perdarahan kulit serta mukosa seperti mimisan, perdarahan gusi,

    apalagi bila disertai berkeringat dingin, hal tersebut merupakan tanda kegawatan, sehingga

    harus segera dibawa segera ke rumah sakit. Pada pasien yang tidak mengalami komplikasi

    setelah suhu turun 2-3 hari, tidak perlu lagi diobservasi.

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    19/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 19

    Gambar 2. Tatalaksana Kasus Tersangka DBD

    DEMAM BERDARAH DENGUE.

    Perbedaan patofisilogik utama antara DBD dan penyakit lain adalah adanya

    peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesanplasma dangangguan

    hemostasis. Gambaran klinis DBD sangat khas yaitu demam tinggi mendadak, diastesis

    hemoragik, hepatomegali, dankegagalan sirkulasi. Maka keberhasilan tatalaksana DBD

    terletak pada bagian mendeteksi secara dini fase kritis yaitu saat suhu turun (the time of

    defervescence) yang merupakan fase awal terjadinya kegagalan sirkulasi, dengan

    melakukan observasi klinis disertai pemantauan perembesan plasma dan gangguan

    hemostasis. Prognosis DBD terletak pada pengenalan awal terjadinya perembesan plasma,

    yang dapat diketahui dari peningkatan kadar hematokrit. Fase kritis pada umumnya mulai

    terjadi pada hari ketiga sakit. Penurunan jumlah trombosit sampai

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    20/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 20

    Larutan garam isotonik atau ringer laktat sebagai cairan awal pengganti volume plasma

    dapat diberikan sesuai dengan berat ringan penyakit. Perhatian khusus pada kasus dengan

    peningkatan hematokrit yang terus menerus dan penurunan jumlah trombosit < 50.000 / ul.

    Fase Demam.

    Tatalaksana DBD fase demam tidak berbeda dengan tatalaksana DD, bersifat

    simtomatik dansuportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegahdehidrasi.Apabila

    cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut

    yang berlebihan, maka cairan intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadang-

    kadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi

    lama demam pada DBD. 1

    Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demam tinggi,

    anoreksia dan muntah. Jenis minuman yang dianjurkan adalah jus buah, air teh manis,

    sirup, susu, serta larutan oralit. Pasien perlu diberikan minum 50 ml/kg BB dalam 4-6 jam

    pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi anak diberikan cairan rumatan 80-100

    ml/kg BB dalam 24 jam berikutnya. Bayi yang masih minum asi, tetap harus diberikan

    disamping larutan oralit. Bila terjadi kejang demam, disamping antipiretik diberikan

    antikonvulsif selama demam.1

    Umur (tahun) Dosis (mg) Tabel (1 tab = 500 mg)

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    21/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 21

    Penggantian Volume Plasma

    Patogenesis DBD adalah perembesan plasma, yang terjadi pada fase penurunan

    suhu (fase afebris, fase krisis, fase syok) maka dasarpengobatannya adalah penggantian

    volume plasma yang hilang. Walaupun demikian, penggantian cairan harus diberikan

    dengan bijaksana dan hati-hati. Kebutuhan cairan awal dihitung untuk 23 jam pertama,

    sedangkan pada kasus syok mungkin lebih sering (setiap 30 60 menit). Tetesan dalam

    2428 jam berikutnya harus selalu disesuaikan dengan tanda vital, kadar hematokrit,

    danjumlah volume urin. Penggantian volume cairan harus adekuat, seminimal mungkin

    mencukupi kebocoran plasma. Secara umum volume yang dibutuhkan adalah jumlah

    cairan rumatan ditambah5-8%. 1

    Cairan intravena diperlukan, apabila (1) Anak terus menerus muntah, 2) tidakmau

    minum, demam tinggi sehingga tidak rnungkin diberikan minum per oral, ditakutkan

    terjadinya dehidrasi sehingga mempercepat terjadinya syok. (2) Nilai hematokrit

    cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala. Jumlahcairan yang diberikan tergantung

    dari derajat dehidrasi dankehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% di dalam

    larutan NaCl 0,45%. Bila terdapat asidosis, diberikan natrium bikarbonat 7,46% 1-2

    ml/kgBB intravena bolus perlahan-lahan.

    Apabila terdapat hemokonsentrasi 20% atau lebih maka komposisi jenis cairan

    yang/diberikan harus sama dengan plasma. Volume dankomposisi cairan yang diperlukan

    sesuai cairan untuk dehidrasi pada diare ringan sampai sedang, yaitu cairan rumatan +

    defisit 6% (5 sampai 8%).1

    Berat badan waktu masuk RS

    (kg)

    Jumlah cairan ml/kgBB per

    hari

    18 88

    Tabel 3. Kebutuhan cairan pada dehidrasi sedang (defisit cairan 5-8%)

    Pemilihan jenis danvolume cairan yang diperlukan tergantung dari umur dan berat

    badan pasien serta derajat kehilangan plasma, yang sesuai dengan derajat

    hemokonsentrasi. Pada anak gemuk, kebutuhan cairan disesuaikan. Kebutuhan Cairan

    pada dehidrasi sedang (defisit cairan 5 8 % ) dengan berat badan ideal untuk anak umur

    yang sama.

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    22/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 22

    Berat badan (kg) Jumlah cairan (ml)

    10 100 per kg BB

    10-20 1000+50xkg (diatas 10 kg)>20 1500+20xkg (diatas 20 kg)

    Tabel 4. Kebutuhan cairan rumatan

    Misalnya untuk anak berat badan 50 kg, maka cairan rumatan adalah 1500 +

    (30x20) = 2100 ml. Jumlah cairan rumatan diperhitungkan 24 jam. Oleh karena

    perembesan plasma tidak konstan (perembesam plasma terjadi lebih cepat pada saat suhu

    turun), maka volume cairan pengganti harus disesuaikan dengan kecepatan dankehilangan

    plasma, yang dapat diketahui dari pemantauan kadar hematokrit. Penggantian volume

    yang bedebihan dan terus menerus setelah plasma terhenti perlu mendapat perhatian.

    Perembesan plasma berhenti ketika memasuki fase penyembuhan, saat terjadi reabsorbsi

    cairan ekstravaskular kembali kedalam intravaskuler. Apabila pada saat itucairan tidak

    dikurangi, akan menyebabkan edema paru dan distres pernafasan.

    Pasien harus dirawat dan segera diobati bila dijumpai tanda-tanda syok yaitu

    gelisah, letargi/lemah, ekstrimitas dingin, bibir sianosis, oliguri, dan nadi lemah, tekanan

    nadi menyempit (20mmHg atau kurang) atau hipotensi,dan peningkatan mendadak dari

    kadar hematokrit atau kadar hematokrit meningkat terus menerus walaupun telah diberi

    cairan intravena.1, 3, 5

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    23/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 23

    Gambar 3.Tatalaksana DBD grade I-II.

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    24/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 24

    Gambar 4.Tatalaksana DBD grade II dengan peningkatan hematocrit.

    DENGUE SYOK SYNDROME

    Syok merupakan keadaan kegawatan. Cairan pengganti adalah pengobatan yang

    utama yang berguna untuk memperbaiki kekurangan volume plasma. Pasien anak akan

    cepat mengalami syok dan sembuh kembali bila diobati segera dalam 48 jam. Pada

    penderita SSD dengan tensi tak terukur dan tekanan nadi

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    25/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 25

    Gambar 5. Tatalaksana DBD grade III-IV (DSS)

    Penggantian Volume Plasma Segera.

    Pengobatan awal cairan intravena larutan ringer laktat > 20ml/kg BB. Tetesan

    diberikan secepat mungkin maksimal 30 menit. Pada anak dengan berat badan lebih, diberi

    cairan sesuai berat BB ideal dan umur, 10ml / kgBB / jam. Apabila syok belum dapat

    teratasi setelah 60 menit beri cairan kristaloid dengan tetesan 10ml / kgBB / jam bila tidak

    ada perbaikan stop pemberian kristaloid dan beri cairan koloid (dekstran 40 atau plasma)

    10ml/ kgBB/jam. Pada umumnya pemberian koloid tidak melebihi 30 ml/kgBB. Maksimal

    pemberian koloid 1500 ml / hari, sebaiknya tidak diberikan pada saat perdarahan. Setelah

    pemberian cairan resusitasi kristaloid dan koloid, syok masih menetap sedangkan kadar

    hematokrit turun, diduga sudah terjadi perdarahan; maka dianjurkan pemberian transfusi

    darah segar. Apabila kadar hematokrit tetap tinggi, maka berikan darah dalam volume

    kecil (10ml / kgBB / jam) dapat diulang sampai 30ml/kgBB / 24jam. Setelah keadaan

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    26/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 26

    klinis membaik, tetesan infus dikurangi bertahap sesuai keadaan klinis dan kadar

    hematokrit. 1

    Pemeriksaan Hematokrit untuk Memantau Penggantian Volume Plasma.

    Pemberian cairan harus tetap diberikan walaupun tanda vital telah membaik dan

    kadar hematokrit turun. Tetesan cairan segera diturunkan menjadi 10ml / kgBB / jam dan

    kemudian disesuaikan tergantung dari kehilangan plasma yang terjadi selama 2448 jam.

    Cairan intravena dapat dihentikan apabila hematokrit telah turun, dibandingkan

    nilai Ht sebelumnya. Jumlah urin / ml / kgBB / jam atau lebih merupakan indikasi bahwa

    keadaaan sirkulasi membaik. Pada umumnya,cairan tidak perlu diberikan lagi setelah 48

    jam syok teratasi. Apabila cairan tetap diberikan dengan jumlah yang berlebih pada saat

    terjadi reabsorpsi plasma dari ekstravaskular (ditandai dengan penurunan kadar hematokrit

    setelah pemberian cairan rumatan), maka akan menyebabkan hipervolemia dengan akibat

    edema paru dangagal jantung. Penurunan hematokrit pada saat reabsorbsi plasma ini

    jangan dianggap sebagai tanda perdarahan, tetapi disebabkan oleh hemodilusi. Nadi yang

    kuat, tekanan darah normal, diuresis cukup, tanda vital baik, merupakan tanda terjadinya

    fase reabsorbsi. 1

    Koreksi Gangguan Metabolik dan Elektrolit.

    Hiponatremia dan asidosis metabolik sering menyertai pasien DBD/DSS, maka

    analisis gas darah dankadar elektrolit harus selalu diperiksa pada DBD berat. Apabila

    asidosis tidak dikoreksi, akan memacu terjadinya DIC, sehingga tatalaksana pasien

    menjadi lebih kompleks.Pada umumnya, apabila penggantian cairan plasma diberikan

    secepatnya dan dilakukan koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat, maka perdarahan

    sebagai akibat DIC, tidak akan tejadi sehingga heparin tidak diperlukan. 1

    Pemberian Oksigen.

    Terapi oksigen 2 liter per menit harus selalu diberikan pada semua pasien syok.

    Dianjurkan pemberian oksigen dengan mempergunakan masker, tetapi harus diingat pula

    pada anak seringkali menjadi makin gelisah apabila dipasang masker oksigen. 1

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    27/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 27

    Transfusi Darah.

    Pemeriksaan golongan darah cross-matching harus dilakukan pada setiap pasien

    syok, terutama pada syok yang berkepanjangan (prolonged shock).Pemberian transfusi

    darah diberikan pada keadaan manifestasi perdarahan yang nyata. Kadangkala sulit untuk

    mengetahui perdarahan interna (internal haemorrhage) apabila disertai hemokonsentrasi.

    Penurunan hematokrit (misalnya dari 50% menjadi 40%) tanpa perbaikan klinis walaupun

    telah diberikan cairan yang mencukupi, merupakan tanda adanya perdarahan. Pemberian

    darah segar dimaksudkan untuk mengatasi pendarahan karena cukup mengandung plasma,

    sel darah merah dan faktor pembesar trombosit. Plasma segar dan atau suspensi trombosit

    berguna untuk pasien dengan DIC dan perdarahan masif. DIC biasanya terjadi pada syok

    berat dan menyebabkan perdarahan masif sehingga dapat menimbulkan kematian.

    Pemeriksaan hematologi seperti waktu tromboplastin parsial, waktu protombin, dan

    fibrinogen degradation products harus diperiksa pada pasien syok untuk mendeteksi

    terjadinya dan berat ringannya DIC. Pemeriksaan hematologis tersebut juga menentukan

    prognosis.1,2

    Kriteria Memulangkan Pasien

    Pasien dapat dipulang apabila, memenuhi semua keadaan :

    a. Tampak perbaikan secara klinis.b. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik.c. Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis).d. Hematokrit stabil.e. Jumlah trombosit cenderung naik > 50.000/ul .f. Tiga hari setelah syok teratasi.g. Nafsu makan membaik.

    PENCEGAHAN

    Strategi pemberantasan DBD lebih ditekankan pada (1) upaya preventif, yaitu

    melaksanakan penyemprotan masal sebelum musism penularan penyakit di desa /

    kelurahan endemis DBD, yang merupakan pusat-pusat penyebaran penyakit ke wilayah

    lainnya, (2) strategi ini diperkuat dengan menggalakan pembinaan peran serta masyarakyat

    dalam kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), (3) melaksanakan penanggulangan

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    28/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 28

    focus dirumah pasien dan disekitar tempat tinggalnya guna mencegah terjadinya kejadian

    luar biasa (KLB), dan (4) melaksanakan penuyuluhan kepada masyarakyat,

    Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vector dianggap cara yang

    paling memadai untuk saat ini. Ada 2 cara pemberantasan vector yaitu : 2

    1. Menggunakan insektisida Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa, caranya dengan pengasapan (thermal

    Fogging)atau pengabutan (cold Fogging).

    Temephos (abate)untuk membunuh jentik, yaitu dengan menaburkan bubuk abateke dalam sarang nyamuk. Dosis 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.

    2. Tanpa insektisida Menguras bak mandi atau tempat penampungan air. Menutup tempat penampungan air. Mengubur kaleng atau botol bekas yang memungkinkan nyamuk bersarang

    PROGNOSIS

    Kematian oleh demam dengue hampir tidak ada, sebaliknya pada DBD mortalitas

    nya tinggi. Prognosis baik apabila dianosa dapat ditegakkan sejak dini dan dapat diobati

    dengan adekuat.

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    29/30

    Lydia Prisca Soempiet (11.2011.108) 29

    Bab III

    PENUTUP

    KESIMPULAN

    Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) disebabkan virus

    Dengue yang merupakan kelompok B Arthopod Virus (Arbovirus)yang sekarang dikenal

    sebagai genusFlavivirus, Infeksi virus dengue tergantung dari faktor yang mempengaruhi

    daya tahan tubuh dengan faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi virus.Dengan

    demikian infeksi virus dengue dapat menyebabkan keadaan yang bermacam-macam, mulai

    dari tanpa gejala (asimtomatik), demam ringan yang tidak spesifik (undifferentiated febrile

    illness), Demam Dengue, atau bentuk yang lebih berat yaitu Demam Berdarah Dengue

    (DBD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD). Menurut WHO (1997), Derajat Penyakit

    Demam Berdarah dibagi menjadi 4 derajat, Derajat I (Demam disertai gejala tidak khas

    dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji tourniquet), Derajat II (Seperti derajat 1,

    disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.), Derajat III (Didapatkan

    kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun atau hipotensi,

    sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.), Derajat IV

    (Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak teraba). Penatalaksaan pada

    DBD, sesuai dengan derajat penyakitnya.

  • 8/13/2019 Referat (DSS) dr.Susilorini.docx

    30/30

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Hadinegoro S, Soedijanto S, Wuryadi S, et all. Tatalaksana Demam Berdarah Denguedi Indonesia. Departemen Kesehatan republic Indonesia Direkktorat Jenderal

    Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2006. Jakarta : Departemen

    Kesehaan Republik Indonesia. 2006. H. 143.

    2. Garna H, Nataprawira H, Rahayuningsih S. Demam Berdarah Dengue. PedomanDiagnosis dan Terapi Ilmu Kesehaan Anak. Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak

    Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2005. H. 24754.

    3.

    Soedarno S, Garna H, Hadinegoro S, et all. Infeksi Virus Dengue. Buku Ajar Infeksidan Pediatri Tropis. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008. H.

    15580.

    4. Pudjiadi A, Hegar B, Handryastuti S, et all. Infeksi Virus Dengue. Pedoman PelayananMedik. Jilid 1. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. H. 141

    9.

    5. Hadinegoro S, Satari H. Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Balai Penerbit FakultasKedokteran Universitas Indonesia. 2000.