Referat Dokter Sebagai saksi Ahli

9
STATUS DOKTER DALAM PROSES PERADILAN PIDANA Dalam proses peradilan pidana, tugas yang paling utama dari penegak hukum adalah menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Tugas yang demikian berat ini tidaklah mudah untuk dilaksanakan sebab penyidik, penuntut umum ataupun hakim tidak melihat dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana proses terjadinya serta siapa pelakunya. Lebih tidak mudah lagi jika korban pidana meninggal dunia atau saksi yang seharusnya dapat membantu tidak ada sama sekali. Jika korban masih hidup dan ada saksi namun keterangan mereka tidak sebagaimana yang diharapkan dimana korban sering mendramatisir keterangannya agar pelaku dihukum berat dan saksi juga sering berkata bohong demi tujuan tertentu bahkan ada yang saling bertentangan satu sama lain. Oleh sebab itulah diperlukan bantuan para ahli sehingga bantuan ahli ini dimasukkan sebagai bagian yang sangat penting dalam menyelesaikan perkara-perkara pidana. Dalam hal ini barang bukti yang didapat bisa berupa mayat, orang hidup, bagian tubuh manusia atau sesuatu yang bersal dari tubuh manusia, mka ahli yang tepat adalah dokter karena dokter menguasai ilmu anatomi, fisiologi, biologi, biokimiawi, patologi, psikiatri disamping dalam melakukan berbagai macam pemeriksaan forensik. Kendati tidak ada satupun pasal di KUHAP yang secara eksplisit menyatakan bahwa dokter itu adalah ahli, namun kalau diperhatikan secara seksama bunyi dari pasal pasal berikut : Pasal 1 butir 28 KUHAP : “ Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus yang dapat membuat terang perkara pidana guna untuk kepentingan pemeriksaan.” Pasal 133 ayat 1 KUHAP : “ Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.” Pasal 179 ayat 1 KUHAP : “ Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.”

description

Referat tentang dokter sebagai saksi ahli di bidang kedokteran ForensikMohon maff bila ada kesalah

Transcript of Referat Dokter Sebagai saksi Ahli

Page 1: Referat Dokter Sebagai saksi Ahli

STATUS DOKTER DALAM PROSES PERADILAN PIDANA

Dalam proses peradilan pidana, tugas yang paling utama dari penegak hukum adalah menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Tugas yang demikian berat ini tidaklah mudah untuk dilaksanakan sebab penyidik, penuntut umum ataupun hakim tidak melihat dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana proses terjadinya serta siapa pelakunya. Lebih tidak mudah lagi jika korban pidana meninggal dunia atau saksi yang seharusnya dapat membantu tidak ada sama sekali. Jika korban masih hidup dan ada saksi namun keterangan mereka tidak sebagaimana yang diharapkan dimana korban sering mendramatisir keterangannya agar pelaku dihukum berat dan saksi juga sering berkata bohong demi tujuan tertentu bahkan ada yang saling bertentangan satu sama lain. Oleh sebab itulah diperlukan bantuan para ahli sehingga bantuan ahli ini dimasukkan sebagai bagian yang sangat penting dalam menyelesaikan perkara-perkara pidana. Dalam hal ini barang bukti yang didapat bisa berupa mayat, orang hidup, bagian tubuh manusia atau sesuatu yang bersal dari tubuh manusia, mka ahli yang tepat adalah dokter karena dokter menguasai ilmu anatomi, fisiologi, biologi, biokimiawi, patologi, psikiatri disamping dalam melakukan berbagai macam pemeriksaan forensik.

Kendati tidak ada satupun pasal di KUHAP yang secara eksplisit menyatakan bahwa dokter itu adalah ahli, namun kalau diperhatikan secara seksama bunyi dari pasal pasal berikut :

Pasal 1 butir 28 KUHAP : “ Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus yang dapat membuat terang perkara pidana guna untuk kepentingan pemeriksaan.”

Pasal 133 ayat 1 KUHAP : “ Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.”

Pasal 179 ayat 1 KUHAP : “ Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.”

Maka setiap dokter (ahli kedokteran kehakiman, dokter umum, maupun dokter spesialis) secara implicit dapat dikatagorikan sebagai ahli sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Ia memang diminta secara resmi oleh penegak hukum yang mempunyai kewenangan untuk itu2. Permintaan tersebut dalam kapasitasnya sebagai ahli

Perbedaan prinsipil antara saksi dan ahli :

1. Saksi hanya boleh menceritakan apa yang dilihat, didengar, atau dialaminya saja sedangkan ahli bolehjuga memberikan kesimpulan (interpretasi)

2. Saksi tertentu (antara lain dokter yang merawat pasien) tetap harus menghormati kerahasiaan medic sedangkan ahli, tidak terkena kewajiban merahasiakan fakta-fakta yang diperlukan

Page 2: Referat Dokter Sebagai saksi Ahli

3. Disidang pengadilan saksi wajib bersumpah akan memberikan keterangan yang sebenar-benarnya sebagaimana yang sebenarnya terjadi, sedangkan ahli wajib bersumpah akan memberikan keterangan berdasarkan pengetahuannya yang sebaik-baiknya

4. Saksi tidak dibolehkan memberikan keterangan tertulis dengan mengingat sumpah waktu menerima jabatannya, sedangkan ahli boleh

BANTUAN DOKTER SEBAGAI AHLI

TINGKAT PENYELIDIKAN

Pada tingkat ini sebetulnya penegak hukum belum tahu sama sekali apakah suatu peristiwa (misalnya ditemukannya mayat dipantai atau disuatu gudang) merupakan suatu pidana atau bukan. Oleh sebab itu perlu dilakukan penyelidikan dan dalam rangka itu penyelidik dapat meminta bantuan dokter, dalam kapasitasnya sebagai ahli. Bantuan tersebut dapat berupa pemeriksaan jenazah di rumah sakit dan dapat pula berupa pemeriksaan jenazah di tempat kejadian perkara (TKP).

TINGKAT PENYIDIKAN

Tindakan penyelidikan dilakukan menyusul selesainya tindakan penyelidikan yang menghasilkan kesimpulan bahwa pemeriksaan yang diselidiki adalah peristiwa pidana, dimana tujuannya untuk mengukuhkan bukti-bukti supaya perkaranya menjadi jelas dan akhirnya pelaku ditangkap.

Pada hakikatnya bantuan tersebut berupa pemberian keterangan tentang :

- Sesuatu objek yang diajukan kepadanya untuk diperiksa- Sesuatu masalah yang bersifat hipotetik

Masalah yang bersifat hipotetik (hypothetical question)

Dalam hal penyidik atau hakim yang menangani perkara pidana menghadapi perkara pidana yang bersifat hipotesis maka ia dappat meminta dokter dalam kapasitasnya sebagai ahli untuk menjelaskannya, sebab dokter memiliki ilmu pengetahuan yang dapat digunakan untuk menjawabnya.

Misalnya seorang bidan dituduh melakukan kelalaian yang menyebabkan pasiennya mengalami keguguran. Dalam tingkat penyidikan atau persidangan, bidan tersebut mengaku bahwa ia sebetulnya hanya memberikan obat x dan y yang menurutnya tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap kelangsungan kehamilannya karena diberikan dalam dosis yang wajar. Tuntutan jaksa memang didasarkan atas hipotesis bahwa karena obat-obatan itulah maka pasien mengalami keguguran. Kehadiran dokter disini perlu untuk menjelaskan apakah obat-obatan yang diberikan itu, berdasarkan ilmu kedokteran yang telah teruji kebenarannya, mempunyai efek samping terhadap kehamilan. Jika ya, pada dosis berapa obat itu berefek menggugurkan.

Jadi dalam perkara seperti ini dokter tidak disodori sesuatu obyek barang bukti untuk memeriksa tetapi hanya disodori pertanyaan-pertanyaan tentang hal-hal yang tidak diketahui oleh

Page 3: Referat Dokter Sebagai saksi Ahli

penegak hukum. Jawaban dari pertanyaan itu diharapkan dapat digunakan oleh hakim untuk menguji kebenaran hipotesis yang dikembangkan oleh penuntut umum ataupun pembela.

FUNGSI KETERANGAN DOKTER DI SIDANG PENGADILAN

Menjadi tugas penyidik ditingkat penyidikan serta penuntut umum ditingkat siding pengadilan untuk meyodorkan alat bukti yang diperlukan atau menyodorkan bahan-bahan yang dapat diolah menjadi alat bukti di siding pengadilan. Alat bukti tersebut menurut pasal 184 KUHAP terdiri atas :

1. Keterangan saksi2. Keterangan ahli3. Surat4. Petunjuk5. Keterangan terdakwa

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah keterangan dokter dalam kapasitasnya sebagai ahli dalam kapasitasnya sebagai ahli dapat dikatagorikan sebagai ahli dapat berlaku sebagai ahli? Jika dapat, lalu termasuk alat bukti kategori yang manakah keterangan dokter tersebut?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka perlu dipahami lebih dahulu tentang syarat-syarat syahnya alat bukti, yaitu syarat formal dan materill. Syarat formal adalah syarat yang berkaitan dengan cara dokter memberikan keterangannya, yakni sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau tidak. Sedang syarat materiil adalah syarat yang berkaitan dengan isi (substansi), yaitu :

1. Sesuai dengan kenyataan yang ada pada obyek yang diperiksa2. Tidak bertentangan dengan teori kedokteran yang telah teruji kebenarannya

Selama keterangan dokter dalam kasitasnya sebagai ahli telah memnuhi syarat formal dan syarat materiil maka keterangan tersebut dapat berfungsi sebagai alat bukti. Karena itu menjadi tugas hakim untuk menjadi kedua syarat tadi. Untuk syarat materiilhakim dapat melakukannya dengan mencocokkan dengan alat bukti lain atau meminta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan. Bahkan karena jabatannya hakim dapat memerintahkan untuk dilakukan pemeriksaan ulang atas barang bukti yang telah diperiksa kepada instansi lain atau instansi yang sama asalkan dokter yang memeriksanya berlainan. Sedangkan untuk syarat formal, hakim dapat meneliti apakah sudah memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Mengenai katagorinya, keterangan dokter dalam kapasitasnya sebagai ahli dapat berupa :

1. Alat bukti a. Katagori keterangan ahli, yaitu apabila diberikan dalam bentuk lisan di sidang pengadilan

dengan mengucapkan sumpah/janji sebelum atau jika dianggap perlu juga sesudah memberikan keterangan.

b. Katagori surat, yaitu apabila diberikan dlam bentuk tertulis dalam mengingat sumpah waktu menerima jabatan sebagai dokter atau dengan lebih dahulu mengucapkan sumpah/janji sebagai ahli ketika hendak melakukan pemeriksaan.

Page 4: Referat Dokter Sebagai saksi Ahli

2. keterangan yang disamakan nilainya dengan dengan alat bukti, yaitu apabila keterangan dokter tersebut pernah diberikan dalam bentuk lisan dalam sumpah/janji didepan penyidik dan kemudian dibacakan dihadapan siding pengadilan karena dokter berhalangan hadir karena adanya lasan yang syah. Yang dimaksud dengan alsan yang syah ialah meninggal dunia, jauh tempat tinggalnya, atau sebab lain yang berhubungan dengan kepentingan negara. Hal ini sesuai dengan Pasal 162 KUHAP. Jika ketidakhadiran dokter tidak disebabkan oleh adanya alasan yang syah maka pasal tersebut tidak dapat diterapkan.

3. Keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim, yaitu apabila diberikan secara lisan pengadilan sesudah dokter menjalani penyanderaan maksimal (14 hari) karena ia menolak mengucapkan sumpah/janji di siding pengadilan. Sebagaimana bunyi Pasal 161 KUHAP, apabila ahli menolak bersumpah atau berjanji tanpa alasan yang syah, maka pemeriksaan terhadapnya tetap dilakukan, tetapi ia dengan surat penetapan hakim ketua sidang dapa disandera (bukan ditahan) di rumah tahanan negara paling lama 14 hari. Jika tenggang waktu itu telah usai dan dokter tetap menolak bersumpah atau berjanji maka keterangan yang telah diberikan hanya dapat berlaku sebagai keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim.

TATALAKSANA BANTUAN DOKTER SEBAGAI AHLI

Cara dokter menyampaikan keterangan

Keterangan dokter sebagai ahli dapat diberikan kepada pemintanya melalui dua cara, yaitu :

1. Secara tertulisKeterangan tertulis hendaknya dibuat dengan mengingat sumpah atau janji ketika menerima jabatan sebagi dokter agar supaya kelak dapat berfungsi sebagai alat bukti yang syah tanpa harus mendatangkan dokter ke sidang pengadilan.

2. Secara lisan

KEWAJIBAN DOKTER SEBAGAI AHLI

Membantu proses peradilan pada kasus-kasus pidana oleh dokter sebetulnya tidak kalah pentingnya dengan tugas-tugas kemanusiaan lain. Tidak kalah penting sebab di dalam tugas keforensikan yang melekat pada diri setiap dokter itu terkait nasib banyak orang. Korban kejahatan harus memperoleh keadilan yang memadai, pelakunya perlu diganjar dengan hukuman yang setimpal sedang orang yang tidak bersalah harus dilindungi dari hukuman yang semestinya tidak ia terima. Tujuan seperti itu hanya dapat diwujudkan jika tugas keforensikan dilaksanakan dengan baik pada setiap kasus pidana yang menimpa sesorang. Oleh sebab itulah maka pembuat undang-undang hukum acara pidana (KUHAP) merasa perlu menetapkan berbagai macam kewajiban bagi setiap dokter yang diminta bantuannya sebagai ahli. Kewajiban tersebut terdiri atas :

1. Kewajiban melakukan pemeriksaan yang diminta2. Kewajiban memberikan keterangan yang diperlukan

Page 5: Referat Dokter Sebagai saksi Ahli

3. Kewajiban melaksanakan prosedur hukum yang diperlukan

Kewajiban melakukan pemeriksaan serta kewajiban memberikan keterangan dapat dilihat pada Pasal 120 KUHAP, yang bunyinya sebagai berikut :

1). Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus.

2). Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik bahwa ia akan member keterangan menurut pengakuannya yang sebaik-baiknya kecuali bila disebabkan harkat dan martabat, pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta.

Selain itu dapat juga dilihat pada pasal 174 KUHAP yang bunyinya :

1). Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangannya.

Ketentuan tersebut merupakan ketentuan yang mengikat dokter, baik pada tingkat penyidikan, penyidikan tambahan maupun tingkat pemeriksaan di siding pengadilan, kecuali ada alasann yang syah menurut undang-undang bahwa yang bersangkutan boleh mengundurkan diri untuk tidak melaksanakannya. Alas an yang syah itu adalah alas an yang menyebabkan dokter tidak dapat didengar keterangannya dan dapat mengundurkan diri yaitu :

1. Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa.

2. Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat tiga.

3. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai terdakwa.

Sebetulnya alas an yang disebutkan diatas itu diperuntukkan bagi saksi, namun karena ada pasal dalam KUHAP yang menyatakan bahwa semua ketentuan untuk saksi berlaku pula bagi ahli, maka alasan-alasan tersebut berlaku pula bagi dokter untuk mengundurkan diri dari kewajiban memberikan keterangan. Pasal tersebut adalah pasal 179 ayat 2 yang bunyinya adalah:

Semua ketentuan tersebut diiatasuntuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenar-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

Kendati demikian berdasarkan pasal 169 KUHAP mereka diperbolehkanuntuk tetap memberikan keterangan dibawah sumpah/ janji dengan syarat:

a. Mereka sendiri menghendakinya

Page 6: Referat Dokter Sebagai saksi Ahli

b. Penuntut umum setujuc. Terdakwa juga menyetujuinya

Tanpa persetujuan penuntut umum dan terdakwa, dokter hanya boleh memberikan keterangan tanpa sumpah/ janji. Keterangan seperti ini tidak dapat berfungsi sebagai alat bukti atau dengan kata lain, tidak dapat dijadikan unsur pembentuk keyakinan hakim.

Kewajiban-kewajiban dokter seperti yang sudah diterangkan diatas tentunya memiliki sanksi, sehingga dokter dapat dikenai sanksi tersebut apabila tidak dapat melaksanakan hukum yang sah. Tujuan sanksi itu adalah untuk memberikan tekanan terhdapat dokter guna menjamin terlaksananya pemberian bantuan oleh dokter sebagai ahli mengingat keterangannya sangat diperlukan bukan saja untuk membuat terang perkaranya tetapi juga untuk menjadikan keterangannya itu memiliki daya bukti. Bagaimanapun bagusnya dan lengkapnya keterangan dokter dilihat dari substansinya tetapi jika diberikan tanda mengindahkan persyaratan formal, maka keterangan tersebut tidak mempunyai nilai pembuktian apa-apa.

Untuk kewajiban melakukan pemeriksaan (misal otopsi, pemeriksaan korban perkosaan atau penganiayaan) dan memberikan keterangan sanksinya adalah dipidana berdasarkan pasal 224 KUHP, yang berbunyi lengkapnya:Barang siapa yang dipanggil menjadi sanksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiabn berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya, diancam:

1) Dalam perkara pidana, dengan pidana penjara lama Sembilan bulan2) Dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan

Untuk kewajiban mengucapkan sumpah atau janji sanksinya adalah disandera dirumah tahanan Negara paling lama 14 hari. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 161 KUHAP, yaitu:

1) Dalam hal saksi atau ahli tanpa alasan yang syah menolak untuk bersumpah atau berjanji sebagaimana dimaksud dalam pasal 160 ayat 3 dan ayat 4. Maka pemeriksaan terhadapnya tetap dilakukan, sedang ia dengan surat penetapan hakim ketua siding dapat dikenakan sandera ditempat rumah tahanan Negara paling lama empat belas hari

2) Dalam hal tenggang waktu penyanderaan tersebut telah lampau dan saksi atau ahli tetap tidak mau disumpah atau mengucapkan janji, maka keterangan yang telah diberikan merupakan keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim

Meskipun yang bersangkutan dimaskukkan ke rumah tahanan negara, namun tidak sama dengan ditahan. Tujuan penyanderaan adalah untuk memberikan tekanan kepada yang bersangkutan agar mau mengikuti kemauan penyandera, yaitu mengucapkan sumpah atau janji sebab hal ini sangat penting guna menjadikan keterangan dokter memiliki nilai pembuktian. Meskipun di tingkat penyidikan juga ada kewajiban mengucapkan sumpah atau janji tetapi penyidik tidak diberi kewenangan untuk menetapkan sanksi penyanderaan.