Referat CT Urografi

55
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cara – cara pemeriksaan traktus urinarius dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan intravena pyelografi ( IVP ), CT Urografi dan setiap pemeriksaan traktus urinarius harusnya dibuat terlebih dahulu foto polos abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto ini adalah bayangan, besar ( ukuran ), dan posisi kedua ginjal. 1 Intravena pyelografi ( IVP ) merupakan pemeriksaan dasar dari pemeriksaan radiologis traktus urinarius dengan menggunakan media kontras dan biasanya mendahului pemeriksaan lain. Pemeriksaan ini dianggap menguntungkan karena bisa menunjukkan atau menampakkan seluruh system traktus urinarius. 2 IVP digunakan untuk menemukan berbagai kelainan termasuk frekuensi berkemih yang terlalu sering, nyeri pada punggung bagian bawah, dapat mendeteksi masalah pada traktus urinarius seperti batu ginjal, pembesaran prostate, tumor pada ginjal, ureter, dan vesica urinaria. 3 1

description

ge

Transcript of Referat CT Urografi

Page 1: Referat CT Urografi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cara – cara pemeriksaan traktus urinarius dapat dilakukan dengan

berbagai cara, antara lain dengan intravena pyelografi ( IVP ), CT Urografi

dan setiap pemeriksaan traktus urinarius harusnya dibuat terlebih dahulu

foto polos abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto ini adalah

bayangan, besar ( ukuran ), dan posisi kedua ginjal.1

Intravena pyelografi ( IVP ) merupakan pemeriksaan dasar dari

pemeriksaan radiologis traktus urinarius dengan menggunakan media

kontras dan biasanya mendahului pemeriksaan lain. Pemeriksaan ini

dianggap menguntungkan karena bisa menunjukkan atau menampakkan

seluruh system traktus urinarius. 2

IVP digunakan untuk menemukan berbagai kelainan termasuk

frekuensi berkemih yang terlalu sering, nyeri pada punggung bagian

bawah, dapat mendeteksi masalah pada traktus urinarius seperti batu

ginjal, pembesaran prostate, tumor pada ginjal, ureter, dan vesica urinaria.3

Pemeriksaan CT Urografi adalah pemeriksaan CT scan pada

saluran kencing (traktus urinarius) sebelum dan sesudah pemberian media

kontras intravena untuk mendeteksi berbagai kelainan yang ada di daerah

saluran kencing (traktus urinarius).

Pemeriksaan CT Urografi ini dapat menilai fungsi ginjal, ureter,

dan vesika urinaria sekaligus secara non invasif dan saat ini masih

merupakan pilihan utama untuk evaluasi kasus kolik ginjal/ ureter,

hematuria, deteksi adanya batu ataupun tumor pada traktus urinarius.

Selain itu juga berguna pada kasus kasus Low Back Pain (LBP), infeksi

saluran kencing berulang, trauma dan evaluasi kelainan-kelainan

kongenital serta persiapan transplantasi ginjal (calon donor ginjal).

1

Page 2: Referat CT Urografi

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan refrat ini adalah untuk menambah pengetahuan

tentang pemeriksaan radiologi pada traktus urinarius dan kelainannya

dengan menggunakan intravena pyelografi ( IVP ) serta CT Urografi, serta

membandingkan hasil pemeriksaan dengan menggunakan keduanya.

2

Page 3: Referat CT Urografi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI SISTEM URINARY

Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi,

menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua

ginjal, dua ureter, kandung kemih, dan uretra.

1. Ginjal

Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang

peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis iii melekat langsung pada

dinding abdomen. Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di

belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang

belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat

kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal bersifat

retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi

rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3.

Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi

tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke

sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak

perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.

Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk

mirip kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring

kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air

3

Page 4: Referat CT Urografi

dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan

penyakitnya disebut nefrologi.

    LAPISAN GINJAL

Setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan fibrus

berwarna ungu tua lapisan ginjal terbagi atas :

- lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis

- lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris)

Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam

lagi disebut medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian

medulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan

bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat

longgar yang disebut kapsula.

4

Page 5: Referat CT Urografi

UNIT FUNGSIONAL GINJAL

  Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat

berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa.

Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit)

dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan

molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan

dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme

pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian

diekskresikan disebut urin.

  Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang

disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-

saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang

disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus

mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus

memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring

melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula

Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah.

Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah

tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.

5

Page 6: Referat CT Urografi

  Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian

yang mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus

konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang

bermuara pada tubulus konvulasi distal.

Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich

Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien

osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang

melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan

memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa,

asam amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam

filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui

osmosis. Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem

pengumpul yang terdiri dari tubulus penghubung, tubulus kolektivus kortikal,

dan tubulus kloektivus medularis.

Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen

disebut aparatus juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel

juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan

sekresi renin. Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan

saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih

melewati ureter.

2. URETER

Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa

hasil penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis

menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak

retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.

6

Page 7: Referat CT Urografi

.

Syntopi ureter

  ureter kiri ureter kanan

anterior  Kolon sigmoid

a/v. colica sinistra

a/v. testicularis/ovarica

  Duodenum  pars descendens

Ileum terminal

a/v. colica dextra

a/v.ileocolica

mesostenium

posterior M.psoas major, percabangan a.iliaca communis 

Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus

deferens

Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian

atas vagina

 

Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus

deferens Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian

atas vagina. Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di

7

Page 8: Referat CT Urografi

depan m.psoas major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca

communis. Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis,

lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria.

Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah

memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter

mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura

marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat

seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus. Ureter diperdarahi oleh cabang

dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca communis, a.testicularis/ovarica

serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan ureter melalui segmen

T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta pleksus

hipogastricus superior dan inferior.

3. VESIKA URINARIA

Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli,

merupakan tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal

melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan

eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria

terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain

8

Page 9: Referat CT Urografi

seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-

pembuluh darah, limfatik dan saraf.

Syntopi vesica urinaria

Vertex Lig. umbilical medial

Infero-lateral Os. Pubis, M.obturator internus,

M.levator ani

Superior Kolon sigmoid, ileum (laki-laki),

fundus-korpus uteri, excav.

vesicouterina (perempuan)

Infero-posterior Laki-laki: gl.vesiculosa, ampula vas

deferens,rektum

Perempuan: korpus-cervis uteri, vagina

Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri

atas tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga

permukaan (superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior,

posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot

m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada

bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu

bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum

vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam

keadaan kosong.

Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun

pada perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis. Sedangkan

persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis.

Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan

n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui

n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.

9

Page 10: Referat CT Urografi

4. URETRA

Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria

menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan

wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga

berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat),

sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria

memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan

dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra

pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya

memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan

bersifat volunter).

10

Page 11: Referat CT Urografi

Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars

membranosa dan pars spongiosa.

• Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek

superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae

internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh

persarafan simpatis.

• Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar

prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.

• Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit.

Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma

urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal

yang berada di bawah kendali volunter (somatis).

• Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang

dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi

oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.

11

Page 12: Referat CT Urografi

B. IVP (Intra Vena Pielography)

1. Definisi

Intravena pielografi (IVP) atau pielografi intravena (PIV) atau

dikenal sebagai Intra Venous Urography atau urografi adalah foto yang

dapat menggambarkan keadaan system urinaria melalui bahan kontras

radio-opak. Pencitraan ini dapat menggambarkan adanya berbagai macam

kelainan dan gangguan pada sistema urinaria.4

Pielografi adalah pemeriksaan foto roentgen pelvis ginjal dan ureter

dengan cara memasukan zat kontras kedalamnya. Zat tersebut dimasukan

intravena, sehingga pemeriksaanya disebut pielografi intravena.5

2. Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi dari dilakukanya pemeriksaan radiologi dengan IVP adalah 6,7 :

a. Kecurigaan patologis pada traktus urinarius

b. Indikasi klinis utama yaitu: hematuri, nyeri pinggang, kolik ginjal,

infeksi saluran kencing berulang, kecurigaan tumor di sistema

urinarius, disuria, frekuensi, kecurigaan renal calculus

Kontraindikasi IVP adalah adanya alergi terhadap kontras yang akan

diberikan, penyakit jantung dan kegagalan fungsi jantung, asma, diabetes,

kegagalan fungsi hepar dan ginjal, jika gangguan ginjal ditemukan

sebelum pemberian kontras, metformin harus dihentikan 48 jam sebelum

dan setelah prosedur, tirotoksikosis, dan kehamilan. 7

3. Bahan Kontras dan Dosis

Bahan kontras untuk IVP1 :

(a) Conray (Meglumine iothalamat 60%)

(b) Hypaque sodium/sodium diatrizoate 50%

(c) Urografin76% (methyl glucamine diatrizoat)

(d) Urografin 60-70%

Saxton (1969) membagi dosis untuk orang dewasa dengan berat badan 70

kg dan sesuai kadar ureum kreatinin menjadi 3 yaitu1:

(a) Dosis rendah : 12 gr lod

(b) Dosis menengah : 12-13 gr lod

12

Page 13: Referat CT Urografi

(c) Dosis tinggi : 30 gr lod

Pada anak-anak bila memakai hypaque 45 %, dosis yang dipakai

1,5 ml/kgBB. Sedangkan bila memakai urografin 76 % dosis yang

dipakai berdasarkan pada umur 0-1 tahun : 7-10 ml; 1-2 tahun : 10-

12 ml; 2-6 tahun : 12-15 ml; umur 6-12 tahun : 15-20 ml. pada

umumnya kecepatan pemberian intravena adalah 20 ml/menit1.

4. Persiapan Pasien

Sebelum pasien disuntik dengan zat kontras, harus dilakukan

terlebih dahulu anamnesa mengenai riwayat alergi atau bila ada kecurigaan

dapat dilakukan uji kepekaan berupa pengujian subkutan atau intravena.

Bila penderita alergi terhadap bahan kontras, pemeriksaan IVP dibatalkan.

Ada tidaknya riwayat penyakit diabetes, gangguan jantung, hepar dan

ginjal, asma dan kehamilan.

Malam sebelum pemeriksaan diberikan castor oli (catharsis) atau

laksans untuk membersihkan colon dari feses yang menutupi daerah ginjal.

Untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan, pasien tidak diberikan

minum yang mengandung karbonat, tujuanya untuk mengembangkan

lambung dengan gass. Usus akan berpindah, sehingga bayangan kedua

ginjal akan dapat dilihat melalui lambung yang terisi gas1.

Suntikan x-ray media kontras diberikan kepada pasien melalui

jarum atau kanula ke dalam vena, biasanya di lengan. Kontras

diekskresikan atau dikeluarkan dari aliran darah melalui ginjal, dan media

kontras akan terlihat pada x-ray segera setelah injeksi. Sinar-X diambil

pada interval waktu tertentu untuk menangkap kontras karena perjalanan

melalui bagian-bagian berbeda dari sistem kemih. Hal ini memberikan

pandangan yang komprehensif anatomi pasien dan beberapa informasi

tentang fungsi sistem ginjal.

5. Gambaran Pielografi Normal

13

Page 14: Referat CT Urografi

Foto pertama selalu foto abdomen tanpa kontras. Foto ini harus

mencakup costa ke- 11 dan simfisis pubis. Bila penderitanya amat besar,

tambahlah dengan foto tersendiri daerah pelvis.6

Pertama-tama lihatlah tulang, costa,vertebra, dan pelvis, untuk

mengesampingkan adanya infeksi, metastase, atau kelainan-kelainan yang

lain. Kemudian lihat garis bentuk psoas. Garis psoas tidak selalu terlihat,

hal ini tidaklah penting, tetapi perubahan dari garis otot psoas normal yang

lurus biasanya penting. Identifikasi ginjal,perhatikan bentuk dan

ukurannya, kemudian lihat daerah kandung empedu. Perhatikan adakah

klasifikasi. 6

Bila colon terlalu banyak berisi feces atau gas, ginjal bisa tidak

jelas terlihat dan batu pada ureter atau buli mungkin terlewatkan.

Kosongkan usus dan ulangi foto. 6 Tulang-tulang, otot psoas kiri dan kedua

ginjal terlihat dengan jelas. 6

Ukuran kedua ginjal haruslah sama ( yang kiri biasanya lebih

tinggi dari yang kanan )dan garis luarnya haruslah rata. Biasanya terlihat

penonjolan halus pada sisi lateral ginjal kiri. Penonjolan lokal yang lain

mencurigakan suatu kista atau tumor ginjal. Pengkerutan, baik lokal atau

seluruh ginjal, mencurigakan adanya suatu infeksi kronis. 6

Pada pielogram normal akan diperoleh gambaran bentuk kedua

ginjal seperti kacang. Kutub (pool) atas ginjal kiri setinggi Th 11, bagian

bawah, batas bawah setinggi korpus vertebra L3. Ginjal kanan letaknya

kira-kira 2 cm lebih rendah daripada yang kiri. Pada pernafasan, kedua

ginjal bergerak, dan pegerakkan ini dapat dilihat dengan fluoroskopi. Arah

sumbu ke bawah dan lateral sejajar dengan muskuli Psoas kanan dan kiri.

Dengan adanya lemak perirenal, ginjal menjadi lebih jelas terlihat. Hal ini

terutama dapat dilihat pada orang gemuk. Pelvis renis kemudian

dilanjutkan dengan kalik mayor, biasanya 2. Dari kalik mayor dilanjutkan

dengan kalik minor. Jumlahnya bervariasi antara 6-14. Kedua ureter

berjalan lurus dari pelvis renis ke daerah pertengahan sacrum dan berputar

14

Page 15: Referat CT Urografi

kebelakang lateral dalam suatu arkus, turun ke bawah dan masuk ke dalam

dan depan untuk memasuki trigonum vesica urinaria.1

Tiga tempat penyempitan ureter yang normal, yaitu pada

sambungan pelvis dan ureter, ureter dengan buli-buli, dan pada

persilangan pembuluh darah iliaka.1

Segera setelah kontras diberikan, muncul pada sinar-x sebagai

“Renal Blush”. Ini adalah kontras yang disaring melalui korteks. Pada

selang waktu 3 menit, blush ginjal masih jelas (pada tingkat lebih rendah)

tetapi calyces dan pelvis ginjal sekarang terlihat. Pada 9 - 13 menit kontras

mulai mengosongkan ke dalam ureter dan perjalanan ke kandung kemih

yang sekarang telah mulai mengisi. Untuk memvisualisasikan kandung

kemih benar, berkemih pasca x-ray akan diambil, sehingga sebagian besar

kontras (yang dapat menutupi patologi) dikosongkan. Sebuah IVP dapat

dilakukan baik dalam keadaan darurat atau rutin.

6. Jenis prosedur pelaksanaan IVP

a. IVP Darurat

Prosedur ini dilakukan pada pasien yang datang ke IGD, biasanya

dengan kolik ginjal berat dan tes hematuria positif. Dalam hal ini dokter

memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah pasien memiliki batu

ginjal dan apakah itu yang menyebabkan sumbatan dalam sistem kemih.

Pasien dengan batu ginjal tetapi tidak disertai sumbatan, biasanya

dipulangkan dan akan disarankan periksa dengan seorang ahli urologi.

Pasien dengan batu ginjal dan obstruksi biasanya diperlukan untuk tinggal

di rumah sakit untuk pemantauan atau perawatan lebih lanjut. Sebuah IVP

Darurat dilakukan kira-kira sebagai berikut:

a. KUB(Kidney, Ureter, Bladder) polos atau sinar-x abdomen;

b. suntikan media kontras, biasanya 50 ml;

c. sinar-x abdomen yang tertunda, diambil di sekitar 15 menit pasca

injeksi.

Jika obstruksi tidak jelas di film pasca berkemih diambil dan

15

Page 16: Referat CT Urografi

pasien dikirim kembali ke departemen darurat. Jika obstruksi terlihat, film

pasca berkemih masih diambil, namun diikuti dengan serangkaian

radiografi diambil pada interval "double time". Misalnya, pada 30 menit

pasca injeksi, 1 jam, 2 jam, 4 jam, dan sebagainya, sampai obstruksi

terlihat menghilang. Waktu penundaan ini dapat memberikan informasi

penting bagi urolog di mana dan seberapa parah obstruksi tersebut.

b. IVP Rutin

Prosedur ini yang paling umum untuk pasien yang memiliki

hematuria mikroskopik atau makroskopik yang tidak dapat dijelaskan. Hal

ini digunakan untuk memastikan adanya tumor atau gangguan yang mirip

perubahan anatomi. Urutan gambar kira-kira sebagai berikut:

polos atau Kontrol gambar KUB;

langsung x-ray hanya daerah ginjal;

5 menit x-ray hanya daerah ginjal.

Pada titik ini, kompresi mungkin atau tidak dapat diterapkan (ini

merupakan kontraindikasi pada kasus obstruksi). Dalam pyelography,

kompresi melibatkan menekan pada daerah perut bagian bawah, yang

menghasilkan distensi pada saluran kemih atas [1].

Jika kompresi diberikan: 10 menit pasca injeksi x-ray dari daerah

ginjal yang diambil, diikuti oleh KUB pada rilis kompresi.

Jika kompresi tidak diberikan: sebuah KUB standar diambil untuk

menunjukkan pengosongan ureter. Hal ini terkadang dapat

dilakukan dengan pasien berbaring dalam posisi tengkurap. Sebuah

pasca berkemih x-ray diambil setelah itu. Ini biasanya pandangan

kandung kemih coned.

7. Tahapan Pembacaan Foto IVP

Tabel 1. Tahapan Pembacaan Foto IVP

Menit Uraian

0 Foto polos perut

16

Page 17: Referat CT Urografi

5

15

30

60

PM

Melihat fungsi ekskresi ginjal. Pada ginjal normal system

pelvikaliseal sudah tampak

Kontras sudah mengisi ureter dan buli-buli

Foto dalam keadaan berdiri, dimaksudkan untuk menilai

kemungkinan terdapat perubahan posisi ginjal ( ren mobilis)

Melihat keseluruhan anatomi saluran kemih antara lain : filling

defect, hidronefrosis, double system, atau kelinan lain. Pada buli-

buli diperhatikan adanya indentasi prostat, trabekulasi, penebalan

otot detrusor, dan sakulasi buli-buli.

Menilai sisa kontras (residu urin) dan divertikel pada buli-buli.

8. Kelainan yang dapat dilihat pada IVP

Kelainan-kelainan yang dapat terlihat pada IVP :

1. Kelainan pada ginjal

a. Kongenital, yaitu pada kelainan perkembangan ginjal

i. Kelainan letak ginjal (ektopik) :

- Unilateral pelvis kidney

- Horse kidney

- Dystopic left kidney fused right kidney

- Nearly complete agenesis to left kidney

ii. Kelainan ginjal

- Hipoplasia

- Aplasia

- Kista

b. Radang

Terjadinya perubahan pada pasien pelvis renis dari bentuk cupping

sampai dengan blunting (menggelembung). Termasuk didalamnya:

i. Pyelonefritis kronis

17

Page 18: Referat CT Urografi

Pyelonefritis jarang ditemukan pada usia remaja, tetapi insidennya

bertambah pada usia tua dan disebabkan karena adanya retensi urin. Faktor

penting pada infeksi traktus urinarius pada wanita adalah masuknya

organism kolon kedalam buli-buli melalui uretra dan selanjutnya menjalar

ke bagian proksimal traktus urinarius. Infeksi hematogen sering disebabkan

oleh kuman-kuman streptococcus dan staphylococcus. Lesi di ginjal dapat

bersifat local atau difus. Pada stadium akut terdapat udem jaringan

interstitial dengan infiltrasi leukosit. Jika infeksi menjadi kronis akan

terbentuk jaringan ikat dan terjadi parut pengerutan ginjal.1

Kelainan-kelainan radiologik yang tidak khas tidak selalu

ditemukan pada pyelogram. Gambaran radiologik yang khas pada

pemeriksaan IVP adalah kalises bentuknya menggelembung dan korteks

menipis bila sudah terbentuk fibrosis maka terlihat lebih putih pada foto.8

ii. Renal abses

Infeksi supuratif akut parenkim ginjal biasanya mulai dari

korteks menyebar melalui hematogen. Penyebab terbanyak

adalah kuman staapylococcus. Jika terjadi satu atau lebih abses

kecil dalam parenkim, maka biasanya tidak ditemukan

gambaran roentgen yang khas. Tapi jika abses ini bersatu

membentuk suatu abses besar atau karbunkel, maka pada foto

polos akan tampak perbesaran ginjal, dengan gambaran lemak

perirenal pada daerah tersebut suram. Pemeriksaan pyelografi

intravena baru berarti jika fungsi ginjal cukup untuk

memperlihatkan system kalik. Ditemukan kompresi

18

Page 19: Referat CT Urografi

perpindahan letak atau obliterasi kalik-kalik yang disebabkan

oleh abses.1

c. Tumor

i. Nefroblastoma

Tampak ada desakan dari system kalises bagian bawah

sehingga menyerupai bunga lily yang jatuh atau layu dan

disebut “dropping lily sign”9

ii. Wilms tumor

Tumor wilms jarang ditemukan pada waktu lahir atau bulan-

bulan pertama kelahiran. Tumor ini berasal dari congenital.

Timbul dalam ;parenkim ginjal, mungkin dari sisa-sisa

blastoma nefrogen dan biasanya dari focus tunggal, kadang-

kadang lebih dari satu area. Tumor wilms biasanya dikelilingi

oleh jaringan pseudokapsul yang memisahkannya dari

kompresi parenkim ginjal normal. Diagnosis ditegakkan

dengan pyelograf intravena, ultrasonografi dan computed

tomografi.1

iii. Karsinoma sel ginjal

Disebut juga hipernefroma, adenokarsinoma ginjal, karsinoma

sel terang (clear sel carcinoma). Tumor ini terutama didapat

pada orang dewasa. Jarang terlihat pada anak-anak dibawah

umur 5 tahun. Berasal dari mana saja dalam substansi ginjal,

mungkin dari sel epitel atau tubuli ginjal.1

Pada pyelogram tampak massa dalam ginjal. Distosi kalik.1

iv. Tumor pelvis renis

Tumor ini berasal dari epitel. Gambaran Roentgennya berbeda

dengan adenokarsinoma dan parenkim ginjal normal. Tidak

tampak kelainan pada foto polos abdomen. Gejala utama

berupa hematuria. Jika tumor kecil, sulit untuk diketahui.

Tumor menyebabkan kekurangan pengisian ( filling defect )

dalam pelvis atau kalik. Batasnya bisa rata atau tidak beraturan,

19

Page 20: Referat CT Urografi

dapat kecil atau besar. Sulit untuk dibedakan dengan papiloma,

kadang – kadang dijumpai kalsifikasi didalamnya.1

d. Batu

Gambaran klinis batu di dalam traktus urinarius bermacam –

macam. Batu kecil di dalam kalik tidak selalu memberikan keluhan,

jadi dapat tanpa gejala. Keluhan yang paling banyak bila batu berada

di dalam ureter. Batu besar yang mengisi system pelviokalik ( batu

staghorn ) dapat merusak seluruh ginjal. Biasanya terjadi peradangan

dan obstruksi. Gambaran klinis yang lazim adalah kolik ureter,

hematuria dan radang traktus urinarius. 1

Batu ginjal akan selalu terletak di dalam bayangan ginjal,

apapun posisi penderita. Foto lateral atau miring akan membantu

membedakan batu ginjal dengan batu empedu atau kalsifikasi yang

lain.6 Batu ginjal bisa tunggal atau multipel, halus atau kasar. Biasanya

amat dense dan bias juga bilateral. Bentuknya bisa sesuai dengan

bentuk pelvis dan calyx renalis. Bila besar, disebut ``staghorn``; ini

menyebabkan infeksi yang berulang. Fragmen yang kecil bisa masuk

ke dalam ureter dan menyebabkan kolik renal atau obstruksi.6

Penilaian batu ginjal, penting diperhatikan1 :

i. Jumlah, densitas, dan bayangan batu

ii. Lokasi

iii. Komplikasi ( obstruksi, parut ginjal, atau pembentukan

striktur )

iv. Nefrokalsinosis

e. Trauma Ginjal

Trauma traktus urinarius dapat terjadi akibat jatuh dari tempat

yang tinggi, kecelakaan lalu lintas, benturan benda keras pada ginjal,

pukulan, dan luka teimbak, yang sering tekena trauma adalah ginjal, buli

– buli, dan trauma. Pada pemeriksaan klinis ditemukan hematuria, nyeri

abdomen, akut abdomen. Pada palpasi kadang teraba massa di abdomen,

20

Page 21: Referat CT Urografi

nyeri tekan. Trauma ginjal dapat dibagi dalam beberapa tingkat: ringan,

sedang, dan berat, yang terdiri dari:

1. Trauma ginjal ringan adalah kontusio ginjal, mengenai korteks,

tanpa laserasi, kalik atau kapsul renalis. Dapat terjadi setempat

atau difus, pembengkakakan parenkim dan perdarahan ringan

intrarenal atau hematom di subkapsul. Trauma ini dapat

sembuh segera tanpa komplikasi atau sequellae.

2. Trauma sedang berupa rupture kapsul dengan kalik yang masih

utuh, atau ruptur kalik dan kapsul. Arteri renalis juga dapat

sobek. Perdarahan dan ekstravasasi urin ke dalam parenkim

ginjal dalam rongga di bawah kapsul.

3. Trauma ginjal Berat disebut juga shattered kidney , yaitu terjadi

avulsi arteri renalis dan thrombosis arteri renalis. Kead aan ini

mencakup parenkim ginjal, system pelviokalik, dan kapsul

renalis, laserai ganda yang menyebabkan kematian ginjal.

Arteri renalis terputar, tanpa atau dengan avulse vena renalis.

Untuk menyelamatkan jiwa penderita, harus segera dilakukan

nefrektomi. Pemeriksaan radiologic yang dikerjakan yaitu foto

polos abdomen, pielografi intravena, CT – Scan,dan pada kasus

pilihan, arteriografi ginjal.

2. Kelaianan pada ureter

a. Kongenital

i. Duplikasi unilateral/bilateral, sebagian atau seluruhnya sampai

masuk ke buli – buli.

ii. Ureterokel, memberikan gambaran radiologis seperti kepala ular

kobra9.

iii. Divertikel, bisa disebabkan oleh adanya stagnasi urin oleh

karena adanya obstruksi batu kencing yang juga dapat timbul

infeksi. Pada keadaan ini didapatkan additional defect8.

b. Batu

21

Page 22: Referat CT Urografi

i. Radioiopak; tampak pada foto polos. Pemeriksaan IVP untuk

menentukan lokasinya dan akan terlihat pelebaran ureter proksimal

dari batu.

ii. Radiolusen; tidak tampak pada foto polos, pada IVP tampak

luput isi ( filling defect ) pada ureter, dengan kemungkinan

pelebaran bagian proksimalnya. Diagnosis banding adalah tumor

dan bekuan darah1.

c. Radang

Pada radang ureter ( uretritis ), ureter tampak irregular dan dapat

berupa dilatasi ureter. Adanya batas tampak adanya obstruksi dari

derajat ringan sampai obstruksi total yang menyebabkan

ureterektasi dan hidronefrosis1,8.

d. Tumor

Gambaran radiologis berupa luput isi ( filling defect ),

kemungkinan dilatasinya di proksimalnya. Diagnosis banding ialah

batu radiolusen dan bekuan darah.

e. Trauma

Striktur: biasanya terjadi akibat peradangan, trauma terutama oleh

instrument

( iatrogenic )1

3. Kelainan pada vesika urinaria

Pada keadaan normal dinding vesika urinaria licin dan rata. Pada

keadaan radang dindingnya irregular dan kemungkinan disertai

defek9.

Adanya batu buli – buli, penyebab utamanya adalah obstruksi dan

infeksi. Kebanyakan adalah radioopak dan dengan mudah dilihat

pada foto polos abdomen1.

Adanya filling defect biasanya disebabkan karena keganasan pada

vesika urinaria9.

22

Page 23: Referat CT Urografi

Bila buli-buli akan diperiksa setelah urografi intravenous, lihatlah

pada foto menit ke 20. Bila pengisian tidak sempurna, dudukanlah

penderita dan foto setelah 20-menit lagi. Pastikan bahwa penderita

tidak kencing selama waktu menunggu tersebut.10

(1) Buli-buli yang besar, bisa karena6

(a) Obstruksi prostate.

(b) Obstruksi urethra (striktur karena gonococcus,

phimosis, karsinoma penis atau ketup urethra).

(c) Paralysis (neuroganic baldder).

(2) Buli-buli yang kecil6

Biasanya terjadi setelah infeksi :

(a) Tuberkulosa

(b) Schistomiasis

(c) Setelah irradiasi pelis atau operasi untuk penyaki

medulla spinsalis (jarang)

(3) Garis bentuk buli-buli yang tidak teratur atau kasar6,10

(a) Kasar dengan garis bentuk buli-buli yang tidak jelas,

sering disebabkan karena adanya hipertrofi otot dinding

buli-buli dengan trabekulasi atau diverticula.

(b) Cystitis konis bisa juga menyebabkan garis bentuk yang

amat kasar tanpa diverticula.

(c) Penyebab lain: neurogenic bladder.

(4) Batu. 6

Sering besar dan tunggal, bisa mengalami kalsifikasi atau

tidak. Bisa terjadi pada dewasa atau anak-anak, bisa multipel

dan/atau berlapis-lapis.

(5) Kalsifikasi6

Schistomiasis menyebabkan klasifikasi seperti kulit telur,

yang bisa tipis atau tebal, pada sebagian atau seluruh buli-

buli. Bila klasifikasi hanya berupa suatu bercak yang kecil,

23

Page 24: Referat CT Urografi

biasanya karena tuberkulosa, tetapi schistomiasis atau

encrusted papillae bisa juga menyeabkan hal ini.

(6) Defek lokal6

Suatu defek negative pada cystogram hamper selalu karena

karsinoma buli-buli, tetapi bisa juga karena batu non opaque

atau ureterocele. \suatu tumor biasanya irregular, sedangkan

batu biasanya bulat. Bila defek ini terdapat pada dasar buli-

buli, hal ini bisa karena prostate yang membesar. Mungkin

dapat terlihat kalsifikasi prostate di bawahnya.

(7) Gas didalam buli-buli6

Hal ini biasanya terjadi karena adanya fistula antara buli-buli

dengan usus atau vagina. Bisa terdapat pada diabetes yang

berat. Balon catheter (foley catheter) bisa juga menimbulkan

gambaran gas juga.

(8) Penekanan pada Buli-buli6

i. Perdarahan pelvis

ii. Penekanan pada atap buli-buli

iii. Pembesaran prostat

iv. Karsinoma buli-buli

v. Schistomiasis

H. Komplikasi pemberian kontras dan pencegahannya

Reaksi yang tidak menguntungkan dari pemberian kontras

adalah2,11 :

1. Toxic rection berupa aritmia jantung, oedem paru, perasaan

nyeri dan panas pada lengan daerah yang disuntik.

2. Allergic reaction berupa urtikaria, konjungtivitis, rhinitis,

bronkospasme, dan angioneurotik oedem.

24

Page 25: Referat CT Urografi

3. Idiosyncratic reaction berupa akut anafilaksis, reaksi vagal,

mual, muntah, perasaan tidak enak pada perut, perasaan ingin

kencing atau berak, batuk dan bersin2.

Pencegahan terjadinya komplikasi dari pemeriksaan IVP adalah :

1. Anamnesa mencari riwayat alergi obat – obatan.

2. Pengobatan pendahuluan dengan derivate steroid.

3. Pengobatan pendahuluan dengan anti histamine.

4. Uji kepekaan dengan zat kontras yang akan digunakan, kalau

mungkin ganti kontras2.

I. Keuntungan dan kerugian IVP

Keuntungan pemeriksaan radiologis dengan menggunakan IVP

adalah :

1. Kita mendapatkan informasi yang terperinci untuk membantu

mendiagnosa dan terapi pada kelainan – kelainan di organ

traktus urinarius.

2. IVP merupakan prosedur invasive yang minimal dengan jarang

terjadi komplikasi.

3. IVP merupakan proses pemeriksaan radiology yang cepat,

tanpa rasa sakit dan lebih murah3.

Kerugian dari IVP adalah bila terjadi komplikasi dari bahan

kontras yang diberikan. Dan adanya efek radiology dengan adanya

prosedur dari IVP tersebut3.

25

Page 26: Referat CT Urografi

B. CT Urografi

1. Definisi

CT urografi adalah pemeriksaan CT scan sebelum dan sesudah

pemberian kontras intravena untuk menampilan gambaran traktus

urinarius. Pemeriksaan ini sangat informatif dalam mendeteksi berbagai

kelainan traktus urinarius. Teknik dan hasil pencitraan yang dihasilkan

pada CT urografi mampu menggantikan posisi pemeriksaan BNO-IVP

yang sudah kita kenal sejak tahun 1929. Seperti kita sadari

perkembangan teknologi CT scan helical (spiral) pada awal tahun 1990-

an, memungkinkan kita memperoleh gambaran volumetrik sehingga

mampu mendeteksi kelainankelainan organ intra abdominopelvis secara

cross-sectional.

Saat ini dengan berkembangnya teknik CT scan multidetektor atau

multislice (MDCT atau MSCT), kita dapat melakukan pemeriksaan CT

scan lebih cepat dan memperoleh resolusi pencitraan yang makin baik.

Pemeriksaan CT urografi dapat menilai ginjal, ureter, dan vesika urinaria

sekaligus secara non invasif, dan saat ini merupakan pilihan utama untuk

evaluasi kasus-kasus kolik ginjal/ureter, hematuria, deteksi adanya batu

ataupun tumor traktus urinarius. Pemeriksaan ini juga berguna pada

kasus-kasus low back pain, infeksi traktus urinarius berulang, trauma,

dan evaluasi kelainan-kelainan kongenital, serta persiapan calon donor

ginjal.

2. Indikasi CT Urografi

Nyeri pinggang - mendeteksi adanya batu atau penyebab lain yang

menyebabkan nyeri pinggang, seperti appendicitis atau torsio kista ovarium.

Pada kasus urolithiasis, pemeriksaan tanpa kontras intravena sudah cukup

memadai untuk penilaian posisi dan ukuran batu. Pasca penyuntikan kontras

intravena akan memperlihatkan adanya obstruksi atau hidronefrosis/ureter

akibat batu tersebut. Di samping itu, penilaian seluruh organ intra

26

Page 27: Referat CT Urografi

abdominal dan pelvis lainnya juga dapat ditakukan sejalan dengan

pemeriksaan traktus urinarius.

Infeksi traktus urinarius: mendeteksi kemungkinan adanya abses

renal atau perirenal, pyelonefritis emfisematous atau pyonefrosis atau

tuberculosis pada kasus-kasus infeksi yang tidak memperlihatkan respons

baik terhadap pemberian terapi antibiotika. Penyebab lain yang juga

menjadi sumber infeksi berulang adalah adanya batu, yang menimbulkan

persisten infeksi atau pyuria.

Trauma: pada kasus-kasus trauma, baik trauma tumpul, tajam,

ataupun iatrogenik, CT merupakan modalitas pilihan karena mampu

mengidentifikasi gradasi trauma dan sangat sensitif untuk deteksi adanya

kontusio renal, laserasi atau hematoma, sampai kondisi yang sangat berat,

seperti fraktur renal, oklusi arteri renalis, atau avulsi ureteropelvic junction.

Kelainan kongenital - hasil pencitraan CT urografi dalam reformasi

multiplanar dan tiga dimensi lainnya mampu menampilkan dengan jelas

kelainan kongenital traktus urinarius, seperti ginjal tapal kuda (horse-shoe

kidney), malposisi atau ginjal ektopik.

Persiapan tindakan bedah: CT urografi berperan dalam deteksi dan

menentukan staging pada lesi-lesi malignitas traktus urinarius, serta

hubungan lesi dengan organ sekitarnya. Pada kasus urolithiasis, penilaian

ukuran, bentuk, dan lokasi batu yang ditampilkan pada CT urografi dapat

membantu menentukan strategi terapi yang akan dilakukan.

3. Pemberian Media Kontras dan Teknik Pemeriksaan

a. Plan Foto/BNO Polos

Scanning pertama tanpa pemberian media kontras, terutama

untuk kasus nephrolithiasis sangat dianjurkan, sehingga gambaran

batu tidak superposisi dengan kontras media.

27

Page 28: Referat CT Urografi

b. Fase Nephrographic

Diberikan media kontras dengan konsentrasi media kontras

300 ml/g, Volume sebanyak 100 ml dengan kecepatan (flowrate) 3

ml/detik. Dilakukan scanning kedua setelah delay 100 detik pasca

kontras media disuntikan.

c. Fase Excetory/Ekskresi

Diberikan cairan NaCl (Saline) sebanyak 100 ml yang

diberikan setelah pelaksanaan scan pertama dengan flowrate 2

ml/detik atau diberikan melalui infuse set dengan membuka penuh

slang infuse. Dilakukan scanning ketiga setelah delay 8 – 10 menit

pasca kontras media disuntikan. Jika opasitas segmental traktus

urinarius (misal ureter) belum memadai maka dapat dilakukan

scanning kembali dengan posisi pasien Telungkup (prone).

d. Post Processing

Dibutuhkan data irisan axial tipis 0,75 mm – 1 mm yang

selanjutnya akan diproses di 3D task card untuk mendapatkan

gambaran Coronal dan type gambar MIP Thin original maupun

invert. Selanjutnya dapat pula direkonstruksi untuk mendapatkan

gambaran Volume Rendering (VRT) yang dilihat dari berbagai sudut

berbeda.

2. Kontra Indikasi CT Urografi

Riwayat alergi terhadap kontras media intravena, wanita hamil,

atau penderita gangguan fungsi ginjal menahun (chronic renal failure/

insufficiency), kecuali yang sudah dalam program hemodialisis

28

Page 29: Referat CT Urografi

3. Keunggulan CT Urografi

Intravenous urografi (IVU) telah lama menjadi lini pertama dalam

mengevaluasi abnormalitas dari saluran Genito Urinary. Namun, temuan

pencitraan rentan dipengaruhi oleh artefak (gas usus atau isi usus), dan

buruknya atau non-opacitas r saluran kemih (karena penurunan fungsi

ginjal). Untuk batu radiolusen, IVU juga terbatas. Kondisi tersebut dapat

menjadi prasangka atau mungkin kebenaran untuk mendiagnosa

abnormalitas dari saluran kemih. Situasi ini tidak hanya untuk dokter atau

pemeriksaan tambahan untuk mendeteksi gangguan saluran kencing lebih

lanjut, tetapi diagnosis akhir dan pengelolaan yang tepat untuk pasien

dengan gejala klinis akut akan juga ter tunda.

Karena keterbatasan mendiagnosis dengan benar kelainan saluran

kemih oleh IVU, pemeriksaan yang lebih cepat dan akurat saat ini sedang

banyak dibicarakan. Dengan perkembangan pemeriksaan dalam teknik

CT, helical CT scan telah menjadi pilihan alternatif dalam mengevaluasi

kelainan saluran kemih, terutama untuk urolitiasis. Resolusi yang baik dan

cepat dari pemeriksaan dengan menggunakan helix CT meningkatkan

keakuratan pemeriksaan jika dibandingkan dengan IVU. Tapi aksial

gambar CT dapat menyebabkan beberapa kesulitan interpretasi untuk

dokter yang terbiasa menganalisis gambar coronal dengan IVU.

Format ulang dengan 3-dimensi (3D) CT urografi dari tipis-potong

aksial heliks CT scan dapat membuat pencitraan koronal seperti pada

pencitraan IVU. CT urografi tiga dimensi tidak mudah ditafsirkan oleh

dokter yang tidak terbiasa dengan aksial CT imaging, tetapi CT imaging

membantu meningkatkan akurasi dalam diagonosins kelainan saluran

kencing. Pada penelitian dalam jurnal Assesment of CT Urography in the

Diagnosis of Urinary Tract Abnormalities melakukan penelitian mengenai

CT Urografi yang diformat ulang untuk pasien dengan gejala klinis yang

mengarah ke kelainan saluran kemih, dan mengevaluasi nilai diagnostik

29

Page 30: Referat CT Urografi

CT urografi. CT urographic menemukan 5 dari 34 pasien tidak bisa

dibedakan dari neoplasmof urinarytract (Gbr.7) setelah biopsi oleh

ureteroscopy, 5 pasien terdiagnosis maligna.

Gambar. 1. Seorang pasien 79-tahun laki-laki dengan nyeri panggul akut

kanan. (A) urografi intravena (IVU) menunjukkan 1 batu di daerah panggul

kanan. Ginjal kanan tidak opacifier karena penurunan fungsi ginjal. Oleh

karena itu, tingkat obstruksi saluran kemih tidak dapat ditampilkan. (B) Non-

kontras CT urografi jelas menunjukkan batu yang terletak di kanan uretero-

pelvis persimpangan ditandai dengan hidronefrosis. Terlihat Appendicolith

pada Gambar. 1A (panah) juga digambarkan oleh CT Scan.

30

Page 31: Referat CT Urografi

Gambar. 2. Seorang wanita 56 tahun dengan riwayat diabetes mellitus, dari

pemeriksaan klinis didapatkan demam dan nyeri panggul kiri. (A) IVU

menunjukkan peningkatan minimal ginjal kiri, dengan ruang yang mencurigakan

menempati massa di kutub atas. Terlihat juga sebuah batu staghorn dibagian kiri

ginjal. (B) CT urografi menunjukkan beberapa kista loculated dibagian atas ginjal

kiri dan batu staghorn dibagian pelvis ginjal kiri. CT urografi menggambarkan

Pielonefritis Xanthogranulomatous.

Karena resolusi pencitraan yang baik dan cepat Pada pemeriksaan

CT scan, telah menjanjikan modalitas untuk mendiagnosis abnormalitas pada

saluran kemih. Dengan kemajuan tehnologi komputer, 3D CT urography diformat

ulang dari axial tipis-potong irisan multi- pencitraan mampu menyediakan

beberapa informasi diagnostik dari CT konvensional. Dosis radiasi juga dikurangi

dengan menggunakan desain multiple-detektor CT scan heliks. Studi terbaru

menunjukkan bahwa dosis radiasi dari CT urografi adalah sama atau hanya sedikit

lebih besar dari IVU. Menurut hasil penelitian kami, CT urografi menampilkan

akurasi yang sangat tinggi dalam mendiagnosa urolithiasis (sensitivitasnya 97,5%,

spesifisitasnya 100%). Karena kebanyakan urolitiasis adalah radiopak pada CT

scan, CT urografi tidak cukup dalam mendiagnosis batu saluran kemih tanpa IVU

dan sebaliknya. CT tanpa kontras menunjukkan superior sensitivitas IVU dalam

mendeteksi batu saluran ginjal.

Gambar. 4. Seorang pria 48-tahun dengan gejala nyeri pada punggung kanan. (A)

IVU menunjukkan hidronefrosis sedang dan hydroureter pada bagian kanan

dengan keadaan ureter yang berbelit-belit. (B, C) Setelah kontras CT dan CT

diformat ulang, urografi menunjukkan temuan yang sama dari IVU,

bagaimanapun, penyempitan pada sepertiga bagian atas ureter kanan seperti paruh

31

Page 32: Referat CT Urografi

burung (panah), yang dikompresi oleh IVC (panah). Terdiagnosis Retrocaval

ureter.

Gambar. 5. Seorang anak 5 tahun dengan riwayat penyakit jantung bawaan

dengan gejala infeksi saluran kemih berulang. CT urografi menunjukkan

agenesis dari ginjal kiri. Terlihat juga gambaran hidronefrosis dan

hydroureter. Pasien tersebut terdiagnosis VATER sindrom.

Gambar. 6. Seorang pria 82-tahun dengan manifestasi klinis nyeri pinggang kiri

dan disuria. Pada CT urografi tanpa kontras menunjukkan penebalan yang tidak

32

Page 33: Referat CT Urografi

teratur pada ureter kiri dan seluruh dinding kandung kemih (panah). Terkesan

adanya proses peradangan kronis. Biopsi dilakukan dan mengungkapkan

perubahan granulomatosa histopatologis. Terdiagnosis TB saluran kemih.

Gambar. 7. Seorang pria 74-tahun dengan gejala hematuria selama 1 minggu.

CT Urografi dilakukan setelah retrograde pyelography. Ini menunjukkan

hidronefrosis dan hydroureter yang disebabkan oleh kepadatan jaringan lunak

(panah) di ureter bagian distal. Gambaran CT Urografi mendiagnosis ureter

distal neoplasma. Namun, hasil biopsi menunjukkan hanya beberapa infiltrasi

inflamasi sel.

Dengan menggunakan CT Urografi tanpa kontras sebagai modal

untuk mendiagnosa pasien dengan gejala klinis urolitiasis, tidak menjamin

efek samping yang disebabkan olleh kontras IV selama IVU untuk

pencegahan.Lalu, bisa juga berguna dalam mendiagnosa urolitiasis ketika

analisis radiografi dihubungkan dengan CT Scan dan CT Urografi. Selama

ini, beberapa batu ginjal tampak radioopaq pada CT Scan. Kadang, terlihat

radiolusen yang disebabkan komponen variabel dari batu ginjal. Hanya satu

kasus yang kami dapati, batu ginjal tampak radiolusen dan hanya dibagian

tepi pada pelvis ginjal, yang merupakan gambaran tumot pelvis ginjal.

Pendapat lain mengatakan bahwa plebitis terlihat seperti batu ginjal pada

33

Page 34: Referat CT Urografi

bagian pelvis terutama pada pasien yang memiliki jaringan yang lunak pada

bagian pelvis yang bisa menjadi perancu untuk mendiagnosa. Dalam

penelitian ini kami tidak menemukan hal yang seperti itu pada pasien kami.

Hal ini mungkin disebabkan karena keterbatasan jumlah kasus yang ada.

Tetapi dalam penelitian kami menyarankan menggunakan CT Urografi yang

3D untuk mendapatkan informasi tentang phlebolitis dengan batu ginjal

daripada menggunakan CT Scan, dengan menunjukkan hubungan antara

gambaran anatomis dengan gambaran multiplantar.

CT Urografi juga memiliki potensial/ efek baik untuk diagnosis

neoplasma pada UTI. Pada penelitian ini yang memiliki subjek pasien

seejumlah 102 dengan manifestasi klinis pada kelainan traktus urinarius CT

urografi mendeteksi dengan benar/ akurat 23pasien dari 24 total pasien

dengan tumor pada traktus urinarius C1 angiomiolipoma, 21 karsinoma sel

pada urotelia, 1 karsinoma sel ginjal, 1 rhabdomiosarkoma pada vesika

urinaria yang dibuktikan dengan intervensi bedah dan biopsi. Pada penelitian

ini CT urografi memiliki sensitifitas superior pada usaha pendeteksian

neoplasma di traktus urinarius sistem. Bila dibandingkan dengan IVU,

khususnya pada pasien dengan fungsi ginjal yang terganggu sehingga sistem

urinari tidak bisa nampak opasitas pada gambaran IVU. CT urografi juga

lebih baik dan mendemonstrasikan prkembangan dari keberadaan tumor

dengan pemeriksaan CT Scan convensional tipe aksial. Akan tetapi CT

Urografi terbatas dalam mendeteksi neoplasma pada stadium awal yang

muncul dari epitelium urotelial dimana hal tersebut akan lebih baik jika

didemonstrasikan dengan ureteroskopi, sebagaimana pada satu pasien dengan

tanda awal sel karsinoma urotelial superfisial di ureter, yang

termisinterpretasi sebagai gambaran negatif pada CT Urografi.

CT Urografi juga menyediakan lebih banyak informasi daripada IVU

dalam menggambarkan stesosis stenosis uretral dan hasil pada penlitian juga

menyokong pendapat tersebut. 28 dari 34 pasien didiagnosis secara tepat

sebagai stenosis uretral dengan CT Urografi (yang dilibatkan lebih lanjut

34

Page 35: Referat CT Urografi

dengan penelitian uretroskopi) akan tetapi pada penelitian ini CT Urografi

terkadang terbatas dalam membdakan proses inflamasi kronik dengan

perubahan-perubahan pada kasus neoplasma.

35

Page 36: Referat CT Urografi

BAB III

KESIMPULAN

Pemeriksaan CT Urografi adalah pemeriksaan CT scan pada saluran

kencing (traktus urinarius) sebelum dan sesudah pemberian media kontras

intravena untuk mendeteksi berbagai kelainan yang ada di daerah saluran kencing

(traktus urinarius).

Teknik dan hasil gambaran pemeriksaan CT urografi yang lebih

informative dan lengkap (mendapatkan gambaran 3D) ini memungkinkan

menggantikan teknik pemeriksaan BNO-IVP yang sudah ada.

CT Urografi menjadi modalitas baru dalam perkembangan dan

pengevaluasian kelainan traktus urinarius. Oleh karena itu hal ini dapat

memberikan banyak informasi pada abnormalitas non traktus urinarius. Oleh

karenanya mempertimbangkan nilai diagnostik dan manajemen cepat pada pasien

dengan kelainan traktus urinarius CT Urografi adalah sebuah terobosan baru

dalam pemeriksaan yang menjanjikan, dan seharusnya dapat menjadi alternatif

atau bahkan menjadi pengganti IVU dengan ketepatan hasil yang lebih

menjanjikan.

\

36

Page 37: Referat CT Urografi

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasad, Sjahriar, Kartoleksono, Sukonto, Ekayuda, Iwan, 1999, Radiologi

Diagnostik, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.

2. Dermroredjo, Sutaryan, 1992, Pemeriksaan IVP pada Kista Ginjal

Kongenital, Laboratorium Radiologi RSUP Sardjito, Yogyakarta.

3. Purnomo, Basuki. B ., 2003, Dasar – Dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta

4. Handoko, Iwan S, 2003, http://www.klinikku.com

5. Palmer, PES, Cockshott, WP, Hegedus, V, Samuel,E, 1995, Petunjuk

Membaca Foto Untuk Dokter Umum,ECG,Jakarta

6. Ghazali,Rusdy, 2001, Radiologi Diagnostik, FK UGM, Yogyakarta

7. Mary’s, Saint, 2005, http://www.saintmarysreno.com

8. Fasal, Arif, 2000, Kuliah Radiologi, FK UMY, Yogyakarta

9. Khan, Ali Nawaz, Cystitis, 2007, http://www.emedicine.com

10. The Yale University of Medicine ,Intravenous Pyelography, 2006,

http://www.healthanswer.com

11. Kim JK, Cho KS. Pictorial review: CT urography and virtual endoscopy:

promising imaging modalities for urinary tractevaluation. Br J Radiol

2003;76:199-209.

12. Wen-chiung Lin, et. al., Assesment of CT Urography in the Diagnosis of

Urinary Tract Abnormalities. Jia-HwiaWang, MD, Department of

Radiology, Taipei Veterans General Hospital. 2004;67:73-78.

37