Referat Ckd Final

download Referat Ckd Final

of 26

Transcript of Referat Ckd Final

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    1/26

    1

    REFERAT

    PENYAKIT GINJAL KRONIK (PGK)

    DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT

    KEPANITERAAN KLNIK BIDANG PENYAKIT DALAM

    DI BLU RSUD KOTA SEMARANG

    Oleh :

    Adelita Yuli Hapsari

    030.10.003

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS TRISAKTI

    JAKARTA

    2014

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    2/26

    2

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah

    memberikan kasih, rahmat, dan karunia-Nya sehingga referat dengan judul Penyakit Ginjal

    Kronik (PGK) ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.

    Adapun maksud dari penyusunan referat ini adalah untuk memenuhi salah satu

    persyaratan yudisium di Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

    pada Program Studi Profesi Dokter Periode 18 Agustus 201426 Oktober 2014.

    Melalui referat ini penulis ingin mencoba menyajikan informasi mengenai penyakit

    ginjal kronik (PGK), khususnya kalangan medis dan paramedis, dengan harapan agar

    pengetahuan mengenai penyakit ginjal kronik dapat lebih dipahami oleh seorang dokter.

    Dalam penulisan makalah ini penulis telah mendapatkan bantuan, bimbingan dan

    kerjasama dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

    terima kasih kepada :

    1.Dr. Susi Herwati, M.Kes, selaku Direktur Rumah Sakit

    2.Dr. Pudjo,Sp.PD, selaku ketua SMF Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang

    3.

    Dr. Syaifun Niam,Sp.PD, selaku Pembimbing Kepaniteraan Klinik Penyakit Dalam

    RSUD Kota Semarang

    4.Dr. Diana Novitasari,Sp.PD dan dr. Dessy Andriani,Sp.PD selaku Pembimbing

    Kepaniteraan Klinik Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang

    5.Para staff Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang.

    6.Rekan-rekan Anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kota

    Semarang Periode 18 Agustus 2014 26 Oktober 2014.

    Penulis menyadari masih banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan saran

    dan kritik yang membangun dari semua pihak, supaya referat ini dapat menjadi lebih baik dan

    berguna bagi semua yang membacanya.

    Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila masih banyak kesalahan

    maupun kekurangan dalam makalah ini. Akhir kata, semoga referat ini bermanfaat bagi para

    pembaca.

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    3/26

    3

    Semarang, September 2014

    Penulis,

    Adelita Yuli Hapsari

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    4/26

    4

    LEMBAR PENGESAHAN

    Nama : Adelita Yuli Hapsari

    NIM : 030.10.003

    Fakultas : Kedokteran Umum

    Universitas : Universitas Trisakti

    Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter

    Periode Kepaniteraan Klinik : 18 Agustus s/d 26 Oktober 2014

    Judul Referat : PENYAKIT GINJAL KRONIK (PGK)

    Diajukan : September 2014

    Pembimbing : Dr. Syaifun Niam, Sp.PD

    TELAH DIPERIKSA DAN DISAHKAN PADA TANGGAL.................................................................

    Mengetahui :

    Ketua SMF Penyakit Dalam Pembimbing

    BLU RSUD Kota Semarang

    Dr. Pudjo Hendriyanto,Sp.PD Dr. Syaifun Niam,Sp.PD

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    5/26

    5

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar............................................................................................................. 2

    Lembar Pengesahan..................................................................................... .......... ..........4

    Daftar Isi.......................................................................................... ...............................5

    BAB I : PENDAHULUAN........................................................................... .....................6

    BAB II: TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7

    2.1 Anatomi dan Fisiologi................................................................................ 7

    2.1.1 Anatomi...................................................................................7

    2.1.2 Fisiologi...................................................................................9

    2.2 Penyakit Ginjal kronis (PGK).................................................................11

    2.2.1 Definisi...................................................................................11

    2.2.2 Etiologi...................................................................................12

    2.2.3 Klasifikasi...............................................................................14

    2.2.4 Patogenesis..............................................................................14

    2.2.5 Manifestasi Klinis.....................................................................18

    2.2.6 Pendekatan Diagnostik..............................................................18

    2.2.7 Penatalaksanaan........................................................................19

    2.2.8 Komplikasi..............................................................................24

    2.2.9 Prognosis.................................................................................25

    DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................26

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    6/26

    6

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Penyakit Ginjal Kronik (PGK) kini telah menjadi masalah kesehatan serius di dunia.

    Menurut WHO tahun 2001 dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah

    menyebabkan kematian sebesar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa

    penyakit ini menduduki peringkat ke-12 tertinggi angka kematian. Penyakit ginjal kronik

    merupakan suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan

    penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.

    Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi

    ginjal ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap,

    berupa dialisis atau transplantasi ginjal.1 Di masa depan penderita Penyakit Ginjal Kronik

    digambarkan akan meningkat jumlah penderitanya. Hal ini disebabkan prediksi akan terjadi

    suatu peningkatan luar biasa dari diabetes mellitus dan hipertensi di dunia ini karena

    meningkatnya kemakmuran akan disertai dengan bertambahnya umur manusia, obesitas dan

    penyakit degeneratif. Prediksi menyebutkan bahwa pada tahun 2015 tiga juta penduduk dunia

    perlu menjalani pengobatan pengganti untuk gagal ginjal terminal atau End Stage RenalDisease(ESRD) dengan perkiraan peningkatan 5% per tahunnya.2

    Indonesia merupakan negara yang sangat luas. Kejadian PGK di Indonesia diduga

    masih sangat tinggi. Namun data nasional mengenai PGK masih belum ada. Studi mengenai

    prevalensi PGK di Indonesia pada tahun 2003 dan 2004 mendapatkan hasil bahwa jumlah

    penduduk Indonesia yang menderita PGK berjumlah 3640 penduduk. Hasil tersebut

    menunjukkan bahwa jumlah penderita PGK tertinggi yaitu di Jawa Tengah, Jakarta, Jawa

    Timur, Jawa Barat, dan Bali. Banyak penderita PGK meninggal lebih awal. Namun,

    seringkali penyebab kematian itu tidak terkait langsung dengan masalah ginjal. Studi yang

    pernah dilakukan menunjukkan bahwa hampir setengah dari jumlah kematian pada penderita

    PGK diakibatkan oleh PGK yang telah berkomplikasi pada penyakit arteri koroner.3

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    7/26

    7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI

    2.1.1 Anatomi

    Berikut ini adalah struktur dan anatomi ginjal menurut Pearce dan Wilson :

    Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen terutama didaerah lumbal, disebelah kanan

    dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal dibelakang peritoneum.

    Kedudukan ginjal dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebra torakalis

    terakhir sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri

    karena tertekan oleh hati.

    Gambar 2.1Anatomi Ginjal6

    Setiap ginjal panjangnya antara 12 cm sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan tebalnya antara 1,5sampai 2,5 cm, pada orang dewasa berat ginjal antara 140 sampai 150 gram. Bentuk ginjal

    seperti kacang dan sisi dalamnya atau hilus menghadap kearah tulang belakang, serta sisi

    luarnya berbentuk cembung. Pembuluh darah ginjal semuanya masuk dan keluar melalui

    hilus. Diatas setiap ginjal menjulang kelenjar suprarenal.

    Setiap ginjal dilingkupi kapsul tipis dan jaringan fibrus yang membungkusnya, dan

    membentuk pembungkus yang halus serta didalamnya terdapat setruktur-setruktur ginjal.

    Setruktur ginjal berwarna ungu tua dan terdiri dari bagian kapiler disebelah luar, dan medulla

    disebelah dalam. Bagian medula tersusun atas 15 sampai 16 bagian yang berbentuk piramid,

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    8/26

    8

    yang disebut sebagai piramid ginjal. Puncaknya mengarah ke hilus dan berakhir di kalises,

    kalises akan menghubungkan dengan pelvis ginjal.

    Gambar 2.2 Potongan vertikal ginjal.7

    Setruktur mikroskopik ginjal tersusun atas banyak nefron yang merupakan satuan fungsional

    ginjal, dan diperkirakan ada 1.000.000 nefron dalam setiap ginjal. Setiap nefron mulai

    membentuk sebagai berkas kapiler (Badan Malpighi / Glomerulus) yang erat tertanam dalam

    ujung atas yang lebar pada unineferus. Tubulus ada yang berkelok dan ada yang lurus. Bagianpertama tubulus berkelok-kelok dan kelokan pertama disebut tubulus proksimal, dan sesudah

    itu terdapat sebuah simpai yang disebut simpai henle. Kemudian tubulus tersebut berkelok

    lagi yaitu kelokan kedua yang disebut tubulus distal, yang bergabung dengan tubulus

    penampung yang berjalan melintasi kortek dan medulla, dan berakhir dipuncak salah satu

    piramid ginjal.

    Gambar 2.3. Bagian microscopic ginjal7

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    9/26

    9

    Selain tubulus urineferus, setruktur ginjal juga berisi pembuluh darah yaitu arteri renalis yang

    membawa darah murni dari aorta abdominalis ke ginjal dan bercabang-cabang di ginjal dan

    membentuk arteriola aferen (arteriola aferentes), serta masing-masing membentuk simpul

    didalam salah satu glomerulus. Pembuluh eferen kemudian tampil sebagai arteriola eferen

    (arteriola eferentes), yang bercabang-cabang membentuk jaring

    kapiler disekeliling tubulus uriniferus. Kapiler-kapiler ini kemudian bergabung lagi untuk

    membentuk vena renalis, yang membawa darah ke vena kava inferior. Maka darah yang

    beredar dalam ginjal mempunyai dua kelompok kapiler, yang bertujuan agar darah lebih lama

    disekeliling tubulus urineferus, karena fungsi ginjal tergantung pada hal tersebut.

    2.1.2 Fisiologi

    Dibawah ini akan disebutkan tentang fungsi ginjal dan proses pembentukan urin :

    1. Fungsi ginjal

    Ginjal adalah organ tubuh yang mempunyai peranan penting dalam sistem organ

    tubuh. Kerusakan ginjal akan mempengaruhi kerja organ lain dan sistem lain dalam tubuh.

    Ginjal punya dua peranan penting yaitu sebagai organ ekresi dan non ekresi. Sebagai sistem

    ekresi ginjal bekerja sebagai filtran senyawa yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh

    seperti urea, natrium dan lain-lain dalam bentuk urin, maka ginjal juga berfungsi sebagai

    pembentuk urin. Selain sebagai sistem ekresi ginjal juga sebagai sistem non ekresi dan

    bekerja sebagai penyeimbang asam basa, cairan dan elektrolit tubuh serta fungsi hormonal.

    Ginjal mengekresi hormon renin yang mempunyai peran dalam mengatur tekanan

    darah (sistem renin angiotensin aldosteron), pengatur hormon eritropoesis sebagai hormon

    pengaktif sumsum tulang untuk menghasilkan eritrosit. Disamping itu ginjal juga

    menyalurkan hormon dihydroxycholecalcipherol (vitamin D aktif), yang dibutuhkan dalam

    absorbsi ion kalsium dalam usus.

    2. Proses pembentukan urin.

    Urin berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk kedalam ginjal. Darah ini

    terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah, kemudian akan

    disaring dalam tiga tahap yaitu filtrasi, reabsorsi dan ekresi:8

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    10/26

    10

    i. Proses filtrasi.

    Pada proses ini terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena proses aferen lebih

    besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagian yang

    tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang disaring disimpan dalam

    simpay bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida sulfat, bikarbonat dll, yang

    diteruskan ke tubulus ginjal.

    ii. Proses reabsorsi.

    Pada peroses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, natrium,

    klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan proses

    obligator. Reabsorsi terjadi pada tubulus proksimal. Sedangkan pada tubulus distal terjadi

    penyerapan kembali natrium dan ion bikarbonat bila diperlukan. Penyerapannya terjadi

    secara aktif, dikenal dengan reabsorsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papila renalis.

    iii. Proses ekresi.

    Sisa dari penyerapan urin kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan pada piala

    ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter dan masuk ke fesika urinaria.

    3. Fungsi hormonal

    Ginjal menghasilkan berbagai hormon yang sangat perlu bagi tubuh, seperti :

    i.

    Renin, hormon ini menyebabkan pembentukan angiotensin II yaitu protein yang

    bersifat vasokonstriktor kuat yang berguna untuk memacu retensi garam. Hormon ini

    perlu untuk pemeliharaan tekanan darah.

    ii.

    Vitamin D, merupakan hormon steroid yang dimetabolisme di ginjal menjadi bentuk

    aktif 1,25-dihidroksikolekalsiferol, yang terutama berperan meningkatkan absorpsi

    kalsium dan fosfat dari usus.

    iii.

    Eritropoetin, merupakan protein yang diproduksi di ginjal; hormon ini meningkatkan

    pembentukan sel darah merah di sumsum tulang.

    iv. Prostaglandin, diproduksi di ginjal, memiliki berbagai efek, terutama pada tonus

    pembuluh darah ginjal.

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    11/26

    11

    2.2 PENYAKIT GINJAL KRONIS

    2.2.1 Definisi

    Berdasarkan pedoman Kidney Dialysis Outcome Quality Iniatiative (K/DOQI),

    definisi Penyakit Ginjal Kronis (PGK) adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama tiga bulan

    atau lebih, berdasarkan kelainan patologik atau pertanda kerusakan ginjal seperti kelainan

    pada pemeriksaan urinalisis, dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) ataupun tidak.

    Selain itu definisi ini juga memperhatikan derajat fungsi ginjal atau LFG, seperti yang terlihat

    pada tabel 1.1

    Kriteria Penyakit Ginjal kronis:

    Kriteria

    1. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural

    atau fungsional dengan atau tanpa penurunan LFG, dengan manifestasi:

    -

    kelainan patologis

    - terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah

    atau urin, atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging test)

    2.

    LFG kurang dari 60 ml/menit/1,73m2selama 3 bulan, dengan atau tanpa

    kerusakan ginjal.

    Tabel 1. Definisi PGK1

    Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan, dan LFG sama atau lebih

    dari 60ml/mnt/1,73m2, tidak termasuk kedalam penyakit ginjal kronik.1

    2.2.2 Etiologi

    Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2011 mencatat penyebab gagal ginjal

    yang menjalani hemodialisis di Indonesia, seperti pada tabel 2.4

    Penyebab Gagal Ginjal yang Menjalani Hemodialisis di Indonesia Tahun 2011

    Penyebab Insiden

    Hipertensi

    Diabetes melitus

    Glomerulonefritis

    34%

    27%

    14%

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    12/26

    12

    Obstruksi

    Pielonefritis Chronic

    Sebab lain

    8%

    6%

    6%

    Tabel 2. Penyebab Gagal Ginjal yang Menjalani Hemodialisis di Indonesia Tahun 20114

    2.2.3 Klasifikasi

    Klasifikasi PGK didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas

    dasar diagnosis etiologi.

    1.

    Klasifikasi PGK atas dasar derajat penyakit

    Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung dengan

    mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut :

    LFg (ml/mnt/1,73m2) = (140-umur) x berat badan * )

    72 x Cr plasma (mg/dl)

    *) pada perempuan dikalikan 0,85

    Derajat Penjelasan LFG

    12

    3a

    3b

    4

    5

    Kerusakan ginjal dengan LFG normal/Kerusakan ginjal dengan LFG ringan

    Kerusakan ginjal dengan LFG sedang

    Kerusakan ginjal dengan LFG sedang

    Kerusakan ginjal dengan LFG berat

    Gagal ginjal

    906089

    4559

    3044

    1529

    < 15 atau dialisis

    Tabel 3. Klasifikasi PGK atas Dasar Derajat Penyakit1

    2. Klasifikasi penyakit ginjal kronik atas dasar diagnosis etiologi, yaitu:

    Penyakit Tipe mayor (contoh)

    Penyakit ginjal diabetes Diabetes tipe 1 dan 2

    Penyakit ginjal non diabetes Penyakit glomerular

    (penyakit autoimun, infeksi sistemik, obat,

    neoplasia)

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    13/26

    13

    Penyakit vascular

    Penyakit pembuluh darah besar, hipertensi

    mikroangiopati)

    Penyakit tubulointerstisial(pielonefritis kronik, batu, ostruksi,

    keracunan obat)

    Penyakit kistik (ginjal polikistik)

    Penyakit pada transplantasi Rejeksi kronik

    Keracunan obat (siklosproin, takrolismus)

    Penyakit recurrent(glomerular)

    Transplant glomerulopathy

    Tabel 4. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik4

    Eksresi urin dan dibersihkannya zat sisa dan kelebihan elektrolit dari plasma

    merupakan hal penting bagi pemeliharaan homeostasis. Ketika fungsi kedua ginjal

    sedemikian terganggu sehingga keduanya tidak dapat melakukan fungsi regulasi dan

    eksresnya untuk mempertahankan homeostasis maka timbul gagal ginjal. Gagal ginjal

    memiliki banyak sebab, beberapa diantaranya dmulai dari bagian tubuh lain dan

    mempengaruhi fungsi ginjal secara sekunder. Berikut ini adalah sebagian penyebabnya5:

    1. Organisme penginfeksi, baik melalui darah maupun masuk saluran kemih melalui

    uretra.

    2.

    Bahan toksik, misalnya timbal, arsen pestisida atau bahkan pejanan berkepanjangan

    aspirin dosis tinggi.

    3. Respon imun yang tidak sesuai, misalnya glomerulonefritis yang kadang menyertai

    infeksi streptokokus di tenggorokan karena terbentuknya kompleks antigen-antibodiyang menyebabkan kerusakan inflamatorik lokal di glomerulus.

    4. Obstruksi aliran urin akibat batu ginjal, tumor, atau pembesaran kelenjar prostat,

    dengan tekanan balik mengurangi filtrasi glomerulus serta merusak jaringan ginjal.

    5. Insufisiensi aliran darah ginjal yang menyebabkan tekanan filtrasi, akibat sekunder

    gangguan sirkulasi, misalnya gagal jantung, perdarahan, syok atau penyempitan dan

    pengerasan arteri renalis oleh arterosklesrosis.

    Meskipun keadaan-keadaan ini memiliki sebab beragam, namun hampir semua sedikit

    banyaknya dapat menyebabkan kerusakan nefron. Glomerulus dan tubulus mungkin terkena

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    14/26

    14

    secara independen, atau keduanya mungkin disfungsional. Apapun penyebabnya , gagal

    ginjal dapat bermanifestasi sebagai gagal ginjal akut, yang ditandai oleh kemerosotan

    produksi urin yang berlangsung cepat dan muncul mendadak sampai produksi kurang dari

    500ml/hari (produksi minimal esensial); atau gagal ginjal kronik, yang ditandai oleh

    penurunan fungsi ginjal yang berlangsung lambat dan progresif. Seseorang dapat meninggal

    akibat gagal ginjal akut, atau kondisi ini bersifat reversibel dan menghasilkan penyembuhan

    sempurna. Gagal ginjal kronik, sebaliknya tidak reversibel. Kerusakan jaringan ginjal yang

    gradual dan permanen akhirnya berakibat fatal. Gagal ginjal kronik berakibat fatal. Gagal

    ginjal kronik bersifat samar karena jaringan ginjal dapat rusak hingga 75% sebelum

    penurunan fungsi ginjal menjadi nyata. Karena besarnya cadangan fungsi ginjal, maka hanya

    25% dari jaringan ginjal yang diperlukan intuk memperthankan semua fungsi ekskresi dan

    regulasi ginjal yang esensial. Namun, dengan kurang dari 25% jaringan ginjal yang tersisa,

    insufisiensi ginjal akan tampak. Gagal ginjal stadium akhir terjadi jika 90% fungsi ginjal

    telah lenyap.5

    2.2.4 Patogenesis

    Dasar patogenesis PGK adalah penurunan fungsi ginjal. Hal ini akan mengakibatkan

    produk akhir metabolisme protein yang normalnya dieksresikan ke dalam urin tertimbun

    dalam darah, terjadi uremia dan menyebabkan efek sistemik dalam tubuh. Sebagai akibatnya,

    banyak masalah akan muncul sebagai akibat dari penurunan fungsi glomerulus. Hal ini akan

    menyebabkan penurunan klirens dan substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh

    ginjal.9

    Derajat keparahan dari gangguan gnjal dapat ditentukan dari beberapa gejala seperti :

    1.

    Penurunan GFR (azotemia)

    2. Sedimen urin abnormal seperti eritrosit, leukosit dan kristal

    3.

    Proteinuria

    4.

    Oligouria/poliuria/anuria

    5. Hipertensi atau peningkatan volume cairan tubuh (edema)

    6. Ketidakseimbangan elektrolit

    7. Demam atau nyeri pada pemeriksaan fisik10

    Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan pemeriksaan klirens

    kreatinin. Menurunnya filtrasi glomerulus diakibatkan tidak berfungsinya glomerulus. Hal ini

    akan mengakibatkan penurunan klirens kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin

    serum. Kreatinin serum merupakan indikator yang paling sensitif dari fungsi renal karena

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    15/26

    15

    substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh

    penyakit renal tetapi dipengaruhi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme jaringan,

    dan medikasi seperti steroid. Retensi cairan dan natrium terjadi akibat ginjal tidak mampu

    untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal. Pada penyakit ginjal tahap

    akhir, respon ginjal terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit tidak terjadi. Hal ini

    akan meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi.

    Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivitas aksis renin angiotensin dan kerjasama keduanya

    serta peningkatan eksresi aldosteron. Pasien dengan PGK memiliki kecenderungan untuk

    kehilangan garam, mencetuskan risiko hipertensi dan hipovolemi, episode muntah dan diare.

    Hal ini akan menyebabkan penipisan jumlah air dan natrium yang semakin memperburuk

    status uremik.

    Asidosis metabolik merupakan akibat dari penurunan fungsi ginjal. Hal ini karena

    ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang belebihan. Penurunan

    sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk mensekresikan amonia

    dan mengabsorbsi natrium bikarbonat. Penurunan sekresi fosfat dan asam organik lain juga

    terjadi. Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,

    memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecendrungan untuk mengalami

    perdarahan akibat status anemia pasien, terutama dari saluran gastrointestinal, eritropoetin

    menurun dan anemia berat terjadi distensi, keletihan, angina, dan sesak nafas. Hal ini akan

    mengakibatkan ketidakseimbangan kalsium dan fosfat. Abnormalitas utama yang lain pada

    PGK adalah gangguan metabolisme kalsium dan posfat. Kadar kalsium dan fosfat tubuh

    memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya meningkat maka yang lainnya akan

    menurun. Dengan menurunnya filtrasi glomerulus ginjal terdapat peningkatan kadar fosfat

    serum dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium akan mengakibatkan sekresi parat

    hormon dari kelenjar paratiroid. Namun demikian pada gagal ginjal, tubuh tidak berespon

    secara normal terhadap peningkatan sekresi parat hormon. Sebagai akibatnya kalsium di

    tulang menurun dan menyebabkan perubahan pada tulang (penyakit tulang uremik atau

    osteo distropi renal). Proses perubahan pada tulang yang direlasikan pada keseimbangan

    fosfat dapat dilihat pada gambar 2.4. Selain itu metabolik aktif vitamin D

    (1,25dihidrokolekalsitriol) pada ginjal menurun seiring dengan berkembangnya gagal ginjal.

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    16/26

    16

    Gambar 2.4 Keseimbangan fosfat, Penurunan absorbsi kalsium dan hipokalsemia

    merangsang sekresi hormon paratiroid. Absorbsi PO4 disimpan dalam tulang

    melalui pembentukan tulang atau diekskresikan oleh ginjal. Adanya peran dari

    osteosit dalam pembentukan tulang, dan ketika PO4 melebihi jumlah yang diperlukan

    dalam pembentukan tulang, maka akan dikeluarkan FGF23 yang akan menstimulasi

    ginjal untuk mengekskresikan kelebihan PO4. Pada PGK, ekskresi PO4 pada ginjal

    gagal untuk menjaga keseimbangan PO4, meskipun adanya stimulasi dari PTH dan

    FGF23 untuk mengekskresikan PO4 (panah kuning). Hal ini mengakibatkan

    peningkatan PO4 dalam serum. Ini adalah proses mineralisasi heterotopik (panah

    merah dan kalsifikasi vaskular sebagai bentuk mineralisasi heterotopik)11

    Selain itu, terdapat hubungan yang erat antara sindrom metabolik dengan kejadian

    PGK . Studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa kejadian PGK lebih besar pada

    sindrom metabolik dibandingkan dengan diabetes. Mikroalbuminuria merupakan manifestasiawal pada sindroma metabolik yang dikaitkan dengan PGK. Selanjutnya mikroalbuminuria

    ini akan menyebabkan hiperfiltrasi glomerulus. Sindroma metabolik sering dikaitkan dengan

    peningkatan aktivitas renin plasma, angiotensin converting enzyme, angiotensin II, dan

    angiotensinogen. Keadaan ini bersama dengan hiperinsulinemia pada resistensi insulin

    merupakan aktivator terhadap faktor 1. Faktor 1 merupakan sitokin fibrogenik yang

    berperan dalam proses injuri glomerulus. Hiperinsulinemia pada resistensi insulin dimediasi

    oleh TNF-. Selain itu, pada sindroma metabolik juga terjadi peningkatan jaringan adiposedan penurunan adinopektin. Jaringan adipose akan mensekresi sitokin yang berlebihan yaitu

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    17/26

    17

    adipokin seperti TNF-, IL-6, dan resistin dimana sitokin ini akan meningkatkan terjadinya

    inflamasi. Adinopektin merupakan agen protektif pada kardiorenal (Kershaw dan Klier,

    2004). Penurunan adinopektin mengindikasikan terjadinya kerusakan kardiorenal

    dikarenakan disfungsi vaskuler. Lebih jelasnya, proses kerusakan kardiorenal pada PGK

    dapat dilihat pada gambar 2.5. Sementara peningkatan aktivitas sistem renin angiotensisn

    aldosteron akan meningkatkan volume ekstraseluler. Hal ini mengindikasikan terjadinya

    edema. Peningkatan sistem renin angiotensin aldosteron diduga karena perubahan

    hemodinamik (aliran darah renal), stimulus simpatetik (hiperleptinemia dan

    hiperinsulinemia), dan sintesis protein pada sistem renin angiotensin aldosteron oleh jaringan

    lemak (Engeli et al., 2003).

    Gambar 2.5. Patogenesis Chronic kidney disease dan komplikasinya terhadap sistem

    kardiovaskuler. Pada PGK stage 1 dan 2 terdapat hubungan yang erat antara merokok,

    obesitas, hipertensi, dislipidemia, homocysteinemia, inflamasi kronik dengan faktor resiko,

    nefropati primer, dan diabetes mellitus. Hal ini dapat menyebabkan suatu inflamasi kronikpada sistem kardiovaskuler. PGK yang memburuk dimana telah terjadi kerusakan

    glumerulus atau jaringan interstisial disebut dengan PGKstage 3-4. Pada keadaan ini akan

    terjadi anemia, toksin uremik, abnormalitas dari kalsium dan fosfat, dan overload natrium

    dan air. Hal ini juga dapat menyebabkan inflamasi kronik pada sistem kardiovaskuler. Pada

    PGK stage 5 terjadi sklerosis dan fibrosis pada glomerulus. Hal ini dapat meningkatkan

    terjadinya inflamasi kronik pada sistem kardiovaskuler dan stimulasi monosit. Hal ini akan

    meningkatkan resistensi insulin, metabolisme otot, dan adipositokin. Selain itu, stimulasi

    monosit juga akan menyebabkan reaktan fase akut, menurunkan appetite, remodeling tulang,

    dan disfungsi endotel.

    Selain itu, hipertensi juga merupakan faktor yang sangat penting dalam terjadinya

    PGK. Hipertensi melalui angiotensin II akan menyebabkan peningkatan tekanan glomerulus,

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    18/26

    18

    proteinuria, dan menginduksi sitokin inflamasi intrarenal. Hal ini akan meningkatkan

    terjadinya kerusakan pada ginjal

    2.2.4 MANIFESTASI KLINIS

    Pada PGK setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan

    menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala tergantung pada bagian

    dan tingkat kerusakan ginjal, dan kondisi lain yang mendasari. Manifestasi yang terjadi pada

    PGK antara lain terjadi pada sistem kardio vaskuler, dermatologi, gastro intestinal,

    neurologis, pulmoner, muskuloskletal dan psiko-sosial diantaranya adalah9:

    1. Kardiovaskuler :

    a. Hipertensi, yang diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem

    renin angiotensin aldosteron.

    b. Gagal jantung kongestif.

    c. Edema pulmoner, akibat dari cairan yang berlebih.

    2. Dermatologi seperti pruritus, yaitu penumpukan urea pada lapisan kulit.

    3. Gastrointestinal seperti anoreksia atau kehilangan nafsu makan, mual sampai dengan

    terjadinya muntah.

    4. Neuromuskuler seperti terjadinya perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu

    berkonsentrasi, kedutan otot sampai kejang.

    5. Pulmoner seperti adanya seputum kental dan liat, pernapasan dangkal, kusmol, sampai

    terjadinya edema pulmonal.

    6. Muskuloskletal seperti terjadinya fraktur karena kekurangan kalsium dan

    pengeroposan tulang akibat terganggunya hormon dihidroksi kolekalsiferon.

    7. Psiko sosial seperti terjadinya penurunan tingkat kepercayaan diri sampai pada harga diri

    rendah (HDR), ansietas pada penyakit dan kematian.

    2.2.5 PENDEKATAN DIAGNOSTIK

    A. Anamnesis

    Pada anamnesis dapat dicari gambaran klinis yang mungkin terjadi pada pasien gagal ginjal.

    Diawali dengan keluhan utama, keluhan penyerta, riwayat penyakit pasien sehingga ditemukan

    faktor-faktor risiko pada pasien. Dari gambaran klinis adalah sesuai dengan penyakit yang

    mendasari misalnya diabetes melitus, infeksi traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemia, lupus

    eritematosus sistemik dan sebagainya. Yang kedua yaitu sindrom uremiayang terdiri dari lemah,

    letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan, neuropati perifer, pruritus,

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    19/26

    19

    uremic frost, perikarditis, kejang-kejang, sampai koma. Dan yang ketiga adalah gejala komplikasi

    antara lain hipertensi, anemia, osteodistropi renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan

    keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, khlorida).1,9

    B. Temuan Laboratorium

    Gambaran laboratorium pada penyakit ginjal kronik meliputi 1) berdasarkan penyakit yang

    mendasarinya. 2) penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan serum kreatinin,

    dan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang dihitung dengan rumus Kockcroft-Gault. Kadar

    serum kreatinin saja tidak dapat digunakan untuk menentukan fungsi ginjal. 3) kelainan biokimia

    darah meliputi kadar hemoglobin, peningkatan kadar asam urat, hiper atau hipokalemia,

    hiponatremia, hipo atau hiperkloremia, hiperfospatemia, hipokalsemia, asidosis metabolik dan 4)

    Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuria, leukosuria, dan cast.1,9

    C. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang pada penyakit gagal ginjal kronis meliputi 1) foto polos abdomen

    dimana dapat ditemukan gambaran batu radio-opak, 2) ultrasonografi abdomen biasanya

    menunjukkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu

    ginjal, kista, massa, kalsifikasi, 3) pielografi intravena jarang dikerjakan, karena kontras sering

    tidak bisa melewati filter glomerulus, disamping kekhawatiran efek toksik yang dapat merusak

    ginjal lebih lanjut.

    1

    2.2.6 PENATALAKSANAAN

    Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi: 1) terapi spesifik terhadap penyakit

    dasarnya, 2) pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid, 3) memperlambat progresi perburukan

    fungsi ginjal, 4) memperkecil risiko kardiovaskuler dan 5) pencegahan dan terapi terhadap komplikasi

    serta 6) terapi pengganti ginjal. Penatalaksanaan pasien penyakit ginjal kronis dapat disesuaikan

    dengan derajat LFGnya.1

    DerajatLFG

    (ml/min/1,73m2)

    Rencana Tatalaksana

    1 >90Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid, evaluasi perburukan

    fungsi ginjal, memperkecil resiko kardiovaskular

    2 60-89 Menghambat perburukan fungsi ginjal

    3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi

    4 15-29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    20/26

    20

    5

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    21/26

    21

    yang masuk adalah sejumlah urin yang keluar ditambah insensible water loss (sekitar 500-

    800ml/hari).1

    4) Kebutuhan elektrolit dan mineral

    Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari LFG dan

    penyakit ginjal dasar (underlying renal disease). Elektrolit yang harus diawasi terutama

    adalah kalium dan natrium. Pembatasan kalium dilakukan karena hiperkalemia akan

    membuat aritmia yang fatal. Oleh karena itu pemberian obat-obatan yang mengandung

    kalium harus dibatasi termasuk makanan (sayuran dan buah). Jumlah kalium yang optimal

    adalah 3,5-5,5 Meq/Lt. Tujuan pengurangan asupan natrium adalah untuk mengendalikan

    hipertensi dan edema. Jumlah garam natrium yang diberikan adalah sesuai dengan derajat

    hipertensi dan edema yang terjadi.1

    B. Terapi Spesifik

    Waktu yang paling tepat untuk mengobati penyakit dasar adalah ketika laju filtrasi

    glomerulus masih normal, ukuran ginjal pada pemeriksaan foto abdomen belum mengecil,

    sehingga perburukan fungsi ginjal tidak terjadi. Jika LFG sudah menurun 20-30% nya terapi

    penyakit dasar sudah tidak bermanfaat.1

    C. Terapi Penyakit Komorbid

    Faktor-faktor komorbid yang memperburuk keadaan pasien contohnya gangguan

    keseimbangan cairan, hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi traktus urinarius, obstruksi

    traktus urinarius, obat-obatan nefrotoksik, bahan radiokontras atau peningkatan aktivitas

    penyakit dasarnya. Maka dari itu penting sekali untuk mengikuti atau mencatat kecepatan

    penurunan LFG pada pasien panyakit ginjal kronik. Melalui pemantauan ini dapat diketahui

    kondisi komorbid yang memperburuk keadaan pasien.1

    D. Terapi Simptomatik

    1) Asidosis metabolik

    Asidosis metabolik harus diperhatikan. Untuk mencegah dan mengobati asidosis

    metabolik dapat diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) dapat

    dipertimbangkan diberikan intravena bila pH < 7,35 atau serum bikarbonat < 20 mmol/L.1

    2) Anemia

    Penyebab utama terjadinya anemia pada PGK adalah defisiensi eritropoietin namun

    dapat juga terjadi karena hal lain.1

    Hal lain yang ikut berperan misalnya defisiensi besi,

    kehilangan darah (misalnya pendarahan saluran cerna, hematuria), masa hidup eritrosit

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    22/26

    22

    yang pendek akibat adanya hemolisis, defisiensi asam folat, penekanan sumsum tulang

    oleh substansi uremik, proses inflamasi akut maupun kronik. Evaluasi terhadap anemia

    dimualai saat kadar hemoglobin kurang atau sama dengan 10 g % atau hematokrit kuang

    atau sama dengan 30 g% meliputi evaluasi terhadap status besi (kadar besi/serum iron,

    total iron binding capacity, serum feritin), mencari sumber pendarahan, morfologi

    eritrosit, kemungkinan adanya pendarahan, dan sebagainya. Jika penyebabnya karena

    defisiensi EPO, pemberian EPO merupakan hal yang dianjurkan. Dalam pemberian

    eritropoietin (EPO) status besi harus selalu mendapat perhatian karena EPO memerlukan

    zat besi dalam mekanisme kerjanya. Transfusi darah misalnya Packed Red Cell (PRC)

    merupakan salah satu pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Transfusi mulai

    diberikan pada pasien dengan keadaan anemia berat < 6 gr/dL yang nampak secara klinis

    memberatkan pasien, pasien dengan gagal jantung, pasien dalam kehamilan trimester

    ketiga, dan pasien yang akan mendapatkan tindakan operatif. Terapi pemberian transfusi

    darah harus hati-hati dan teliti karena jika tidak teliti dapat menimbulkan kelebihan cairan

    tubuh, hiperkalemia, dan perburukan fungsi ginjal.1

    3) Keluhan gastrointestinal

    Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering dijumpai pada

    PGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan utama (chief complaint) dari PGK.

    Keluhan gastrointestinal yang lain adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai anus.

    Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan

    simtomatik. Keluhan mual dan muntah dapat diberikan metoklopramid pada pasien.1

    4) Hipertensi

    Pengendalian tekanan darah merupakan hal yang penting dalam pencegahan dan

    terapi pada gagal ginjal kronik. Pengendalian tekanan darah juga telah ditunjukkan

    memberi efek perlindungan yang besar, baik terhadap ginjal, renoproteksi maupun

    terhadap organ kardiovaskuler. Makin rendah tekanan darah yang dicapai, makin baik pula

    renoproteksi.

    Pengelolaan tekanan darah dilakukan dengan dua cara, yaitu non-farmakologis dan

    famakologis. Terapi non-farmakologis adalah melalui modifikasi gaya hidup antara lain

    menurunkan berat badan, meningkatkan aktivitas fisik, menghentikan merokok, serta

    mengurangi konsumsi garam. Harus diingat bahwa untuk mencapai target ini tidak mudah.

    Sering harus memakai kombinasi berbagai jenis obat dengan berbagai efek samping dan

    harga obat yang kadang sulit dijangkau pasien. Hal terpenting yang perlu diperhatikan

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    23/26

    23

    adalah tercapainya tekanan darah yang ditargetkan apapun jenis obat yag dicapai. Akan

    tetapi karena Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I) dan Angiotensin

    Reseptor blocker (ARB), dikenal mempunyai efek antiprotein uric maupun renoproteksi

    yang baik, maka selalu disukai pemakaian obat-obatan ini sebagai awal pengobatan

    hipertensi pada pasien penyakit gagal ginjal kronik. Pada pasien hipertensi dengan

    mikroalbuminuria atau makroalbuminuria, ACE inhibitor dan ARB merupakan terapi

    utama yang paling dianjurkan. Jika salah satu tidak dapat diterima atau memberikan hasil

    yang kurang maksimal maka dapat dianjurkan penggunaan Non Dihydropyridine

    CalciumChannel Blockers(NDCCBs).1

    5) Kelainan sistem kardiovaskular

    Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskuler merupakan hal yang penting

    mengingat 40-45% kematian pada penyakit ginjal kronik disebabkan oleh komplikasi

    kardiovaskuler. Hal-hal yang termasuk dalam terapi kardiovaskuler adalah pengendalian

    tekanan darah, pengendalian gula darah, dislipidemia, pengendalian anemia,

    hiperfospatemia, dan terrapi terhadapi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.1

    6) Mengatasi CKD-MBDPenatalaksanaan CKD-MBD dapat dilaksanakan dengan mengatasi hiperfospatemia

    dan pemberian hormon kalsitriol (1,25 (OH)2D3). Mengatasi hiperfospatemia dapat

    dilakukan dengan pembatasan asupan fospat (600-800mg/hari) dan pemberian pengikat

    fospat seperti garam kalsium, aluminium hidroksida, garam magnesium dan kalsium asetat

    untuk mengikat fospat di saluran cerna. Tujuan pemberiannya adalah untuk mengikat

    fospat dan kalsium di saluran cerna. Pemberian hormon kalsitriol tidak digunakan begitu

    luas karena dikawatirkan mengakibatkan penumpukan kalsium karbonat di jaringan dan

    menyebabkan penekanan berlebihan pada kelenjar paratiroid. Maka dari itu pemberiannya

    dibatasi pada pasien dengan kadar fospat darah normal dan kadar PTH > 2,5 kali normal.1

    E. Terapi Pengganti Ginjal

    Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada

    LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis

    peritoneal, dan transplantasi ginjal.1

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    24/26

    24

    1) Hemodialisis

    Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik uremia, dan

    malnutrisi. Terdapat 2 indikasi dalam terapi dialisis yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif.

    Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis, ensefalopati/neuropati uremik,

    bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter,

    muntah persisten, dan Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%.

    Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m, mual, anoreksia, muntah, dan astenia

    berat.1

    2) Dialisis peritoneal (DP)

    Indikasi medik CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis), yaitu (1)pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun), (2)pasien-pasien yang telah menderita penyakit

    sistem kardiovaskular, (3)pasien-pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila

    dilakukan hemodialisis, (4)kesulitan pembuatan AV shunting, (5)pasien dengan stroke, (6)pasien

    GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin masih cukup, dan (7)pasien nefropati diabetik

    disertai co-morbiditydan co-mortality. Indikasi non-medik, yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat

    intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang jauh dari pusat perawatan

    ginjal.1

    3) Transplantasi ginjal

    Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal).

    Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu:

    a) Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%) faal ginjal,

    sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-80% faal ginjal alamiah.

    b) Kualitas hidup normal kembali.

    c) Masa hidup (survival rate) lebih lama.

    d) Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan obat imunosupresif

    untuk mencegah reaksi penolakan tubuh terhadap ginjal donor.

    2.2.6 Komplikasi

    Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita PGK akan mengalami beberapa

    komplikasi. Komplikasi dari PGK menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra (2006)

    antara lain adalah1:

  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    25/26

    25

    1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme dan masukan diit

    berlebih.

    2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponade jantung akibat retensi ureum dan dialisis

    yang tidak adekuat.

    3. Anemia akibat penurunan eritropoietin.

    4. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang

    rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat

    peningkatan nitrogen dan ion anorganik.

    5. sindroma uremik akibat ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit, asam basa,

    retensi nitrogen, metabolisme lain, gangguan hormonal.

    6. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebian.

    7. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.

    8. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

    PROGNOSIS

    Prognosis pasien dengan PGK menurut data epidemiologi menunjukkan bahwa PGK

    sering menyebabkankematian.Tingkat kematian secara keseluruhan meningkat oleh karena

    penurunan fungsi ginjal. Penyebab utama kematian pada pasien dengan PGK adalah penyakit

    jantung. Hal ini lebih sering karena perkembangan PGK ke tahap 5.

    Sementara terapi transplantasi ginjal dapat mempertahankan kondisi pasien dan

    memperpanjang kehidupan dan kualitas hidup. Transplantasi ginjal dapat meningkatkan

    kelangsungan hidup pasien dengan PGK stadium 5 secara signifikan bila dibandingkan

    denganterapipilihan lain. Namun, hal ini dapat meningkatkan mortalitas jangka pendek. Hal

    ini lebih sering terjadi akibat komplikasi dari operasi transplantasi ginjal tersebut. Pilihan

    terapi lain seperti home hemodialysis menunjukkan peningkatan kehidupan dan kualitas

    hidup dibandingkan dengan hemodialisis secara konvensional (3 kali dalam seminggu) dan

    peritoneal dialysis.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Epidemiologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kematianhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Terapi_penggantian_ginjal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kualitas_hidup&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ginjal_transplantasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Terapihttp://en.wikipedia.org/wiki/Home_hemodialysishttp://en.wikipedia.org/wiki/Home_hemodialysishttp://en.wikipedia.org/wiki/Peritoneal_dialysishttp://en.wikipedia.org/wiki/Peritoneal_dialysishttp://en.wikipedia.org/wiki/Peritoneal_dialysishttp://en.wikipedia.org/wiki/Home_hemodialysishttp://id.wikipedia.org/wiki/Terapihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ginjal_transplantasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kualitas_hidup&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Terapi_penggantian_ginjal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kematianhttp://id.wikipedia.org/wiki/Epidemiologi
  • 8/11/2019 Referat Ckd Final

    26/26