Referat Ayu

71
BAB I PENDAHULUAN Gangguan haid adalah masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus menstruasi, menyebabkan nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak atau sedikit, terlambatnya menarche atau hilangnya siklus menstruasi tertentu. Gangguan haid sering menimbulkan kehawatiran bagi wanita karena pengaruh gangguan haid tersebut terhadap kesuburan dan kesehatan wanita pada umumnya. Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Gangguan dari siklus menstruasi merupakan salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter. Gangguan haid hanyalah suatu gejala bukan penyakit sesungguhnya. Diagnosis tidak boleh berhenti hanya pada 1

Transcript of Referat Ayu

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan haid adalah masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus

menstruasi, menyebabkan nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak atau

sedikit, terlambatnya menarche atau hilangnya siklus menstruasi tertentu.

Gangguan haid sering menimbulkan kehawatiran bagi wanita karena

pengaruh gangguan haid tersebut terhadap kesuburan dan kesehatan wanita pada

umumnya. Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang

paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi

(perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut

dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Gangguan

dari siklus menstruasi merupakan salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter.

Gangguan haid hanyalah suatu gejala bukan penyakit sesungguhnya.

Diagnosis tidak boleh berhenti hanya pada jenis gangguannya. Penyakit atau

kelainan yang menjadi dasar penyebabnya harus dicari, didiagnosis kemudian

diberikan terapi yang sesuai.

Untuk memahami gangguan haid dan siklusnya lebih mendalam, sebaiknya

fisiologi haid dan siklusnya dimengerti terlebih dahulu.

1

BAB II

PEMBAHASAN

I. HAID DAN SIKLUSNYA

i. KLINIK HAID

Haid atau menstruasi adalah perdarahan secara periodic dan

siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium.

Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu

dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan

hari pertama siklus. Karena jam mulainya haid tidak diperhitungkan

dan tepatnya waktu keluar haid dari ostium uteri eksternum tidak

dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan ± 1 hari.

Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid

yang klasik adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja

antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Juga pada

kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya tidak terlalu sama.

Panjang siklus haid juga dipengaruhi usia seseorang. Rata-rata

panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, usia 43

tahun 27,1 hari dan usia 55 tahun 51,9 hari. Panjang siklus yang biasa

pada manusia ialah 25-32 hari, dan kira-kira 97% wanita berovulasi

siklus haidnya berkisar 18-42 hari. Jika siklusnya kurang dari 18 hari

atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur, biasanya siklusnya tidak

berovulasi (anovulatoar).

2

Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti

darah sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada

setiap wanita biasanya lama haid itu tetap. Jumlah darah yang keluar

rata-rata 33,2 ±16 cc. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang

keluar lebih banyak. Pada wanita dengan anemia defisiensi besi

jumlah darah haidnya juga lebih banyak.

Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi

normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia

reproduksi yang ekstrim (setelah menarche dan menopause) lebih

banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak

mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks

hipotalamus-hipofisis-ovarium.

Gambar 1. Kompleks Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium

3

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya haid antara lain :

1) Faktor hormon

Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada seorang wanita

yaitu:

FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang dikeluarkan oleh Hipofise

Estrogen yang dihasilkan oleh ovarium

LH (Luteinizing Hormone) dihasilkan oleh Hipofise

Progesteron dihasilkan oleh ovarium

2) Faktor Enzim

Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang

berperan dalam sintesa protein, yang mengganggu metabolisme sehingga

mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.

3) Faktor vascular

Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan

fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteria-

arteria, vena-vena dan hubungan antaranya. Dengan regresi endometrium timbul

statis dalm vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri,

dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom, baik

dari arteri maupun dari vena.

4) Faktor Prostaglandin

Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. dengan desintegrasi

endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi myometrium

sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

4

ii. SIKLUS MENSTRUASI NORMAL

Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi dua segmen yaitu,

siklus ovarium (indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung

telur terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu siklus folikular dan siklus

luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi

(pertumbuhan) dan masa sekresi.

Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan

hormonal. Rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu perimetrium (lapisan

terluar rahim), miometrium (lapisan otot rahim, terletak di bagian

tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim).  Endometrium

adalah lapisan yang berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian

endometrium disebut desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar,

dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai desidua basalis.

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:

1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang

dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan

FSH.

2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan

hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH.

3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis

untuk mengeluarkan prolaktin.

5

Gambar 2. Siklus Hormonal

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan

oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam

ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang

terangsang namun dapat perkembangannya dapat menjadi lebih dari 1,

dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang

membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga

hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi

hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing

hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH

dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap

hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik

akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang

mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari

6

endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi

matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah

korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh

hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon

gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada

pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan

penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon

ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari

endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila

terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut

dipertahankan.

Dapat dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus haid yaitu :

1. Fase menstruasi atau deskuamasi

Fase ini berlangsung selama 3-4 hari. Pada saat itu endometrium

(selaput rahim) dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan.

Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid mengandung

darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau

aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang mengalami disintergrasi dan

otolisis, dan secret dari uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar vulva.

Hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah.

7

2. Fase pascahaid atau fase regenerasi

Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar

berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lender

baru yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Pada waktu itu

tebal endometrium ± 0,5 mm. Fase ini telah mulai sejak fase

menstruasi dan berlangsung ± 4 hari.

3. Fase intermenstruum atau fase proliferasi

Pada fase ini endometrium tumbuh kembali menjadi setebal ± 3,5 mm.

Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid.

Fase proliferasi dapat dibagi atas tiga subfase :

a. Fase proliferasi dini (early proliferation phase)

Fase ini berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase

ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya

regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar-

kelenjar kebanyakan lurus, pendek, dan sempit. Bentuk

kelenjar ini merupakan ciri khas fase proliferasi ; sel-sel

kelenjar mengalami mitosis. Sebagian sediaan masih

menunjukkan suasana fase menstruasi di mana terlihat

perubahan-perubahan involusi dari epitel kelenjar yang

berbentuk kuboid. Stroma padat dan sebagian menunjukkan

aktivitas mitosis, sel-selnya berbentuk bintang dan dengan

8

tonjolan-tonjolan anastomosis. Nukleus sel stroma relatif

besar sebab sitoplasma relatif sedikit.

b. Fase proliferasi madya (midproliferation phase)

Fase ini berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase

ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel

permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Kelenjar

berkelok-kelok dan bervariasi. Sejumlah stroma mengalami

edema. Tampak banyak mitosis dengan inti berbentuk

telanjang (naked nucleus).

c. Fase proliferasi akhir

Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase

ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan

dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk

pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan padat.

4. Fase prahaid atau fase sekresi

Fase sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Berlangsung dari

hari ke-14 sampai hari ke-28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap

tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkelok-kelok,

dan mengeluarkan getah, yang makin lama makin nyata. Hormon progesteron

dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat

kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim). Fase sekresi

dibagi atas :

1) Fase sekresi dini

9

Dalam fase ini endometrium lebih tipis daripada fase sebelumnya

karena kehilangan cairan. Pada saat ini dapat dibedakan beberapa

lapisan, yaitu :

a. Stratum basale ; yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang

berbatasan dengan lapisan miometrium, lapisan ini tidak aktif,

kecuali mitosis pada kelenjar.

b. Stratum spongiosum ; yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman

seperti spons. Ini disebabkan oleh banyaknya kelenjar yang

melebar dan berkelok-kelok dan hanya sedikit stroma di

antaranya.

c. Stratum kompaktum ; yaitu lapisan atas yang padat. Saluran-

saluran kelenjar sempit, lumennya berisi secret, dan stromanya

edema.

2) Fase sekresi lanjut

Endometrium dalam fase ini tebalnya 5-6 mm. Dalam fase ini

terdapat peningkatan dari fase sekresi dini, dengan endometrium

sangat banyak mengandung pembuluh darah yang berkelok-kelok

dan kaya dengan glikogen. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan

perkembangan ovum. Sitoplasma sel-sel stroma bertambah. Sel

stroma menjadi sel desidua jika terjadi kehamilan.

10

Siklus ovarium :

1. Fase folikular

Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal

dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk

proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase

folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya

mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan

2. Fase luteal

Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu

rata-rata 14 hari.

Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus

di dalam siklus menstruasi normal:

1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin

(FSH, LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak

akhir dari fase luteal siklus sebelumnya.

2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan

setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai

pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan

lapisan endometrium.

11

3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada

pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai

akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase

folikular level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik).

4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor

(penerima) hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan

rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon progesterone.

5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu

yang menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam

kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke

sekresi, dari folikular ke luteal.

6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum

ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali

karena sekresi dari korpus luteum.

7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda

bahwa sudah terjadi ovulasi.

8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa

hidup korpus luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan

siklus berikutnya.

12

13

Gambar Siklus Haid normal

14

II. GANGGUAN HAID DAN SIKLUSNYA

i. KLASIFIKASI

Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam :

1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid :

Hipermenorea atau menoragia dan Hipomenorea.

2. Kelainan siklus : Polimenorea, Oligomenorea, Amenorea.

3. Perdarahan di luar haid : Metroragia.

4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid : Pre menstrual tension

(ketegangan pra haid), Mastodinia, Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)

dan Dismenorea.

1. Kelainan Dalam Banyaknya Darah Dan Lamanya Perdarahan Pada

Haid

a) Hipermenorea atau Menoragia

Definisi

Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih

dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.

Sebab-sebab

Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea, hipomenorea,

menoragia. Terapi : uterotonika

Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang. Terapi : uterotonika,

roborantia.

15

Myoma uteri, disebabkan oleh : kontraksi otot rahim kurang, cavum

uteri luas, bendungan pembuluh darah balik.

Hipertensi

Dekompensio cordis

Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis.

Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik.

Penyakit darah, misalnya Werlhoff, hemofili

b) Hipomenorea

Definisi

Adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa.

Sebab-sebab

Hipomenorea dapat disebabkan oleh konstitusi penderita, pada uterus

(misalnya sesudah miomektomi), karena kesuburan endometrium kurang

akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal.

Adanya hipomenorea tidak mengganggu fertilitas.

2. Kelainan Siklus

a) Polimenorea

Definisi

Adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari,

sedangkan jumlah perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid

biasa.

16

Sebab-sebab

Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum

memendek sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau ati disebabkan

akibat stadium proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau karena

keduanya. Sebab lain ialah kongesti ovarium karena peradangan,

endometriosis, dan sebagainya.

Terapi

Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan hormon estrogen dan stadium

sekresi menggunakan hormon kombinasi estrogen dan progesteron.

b) Oligomenorea

Definisi

Adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah

perdarahan tetap sama.

Sebab-sebab

Perpanjangan stadium folikuller; perpanjangan stadium luteal; kedua stadium

menjadi panjang; pengaruh psikis; pengaruh penyakit : TBC.

Oligomenorea dan amenorea seringkali mempunyai dasar yang sama,

perbedaannya terletak dalam tingkat. Pada kebanyakan kasus oligomenorea

kesehatan wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukup baik. Siklus haid

biasanya juga ovulatoar dengan masa proliferasi lebih panjang dari biasanya.

17

Terapi

Oligomenorea yang disebabkan ovulatoar tidak memerlukan terapi,

sedangkan bila mendekati amenorea diusahakan dengan ovulasi.

c) Amenorea

Definisi

Adalah keadaan tidak ating haid untuk sedikitnya selama 3 bulan berturut-

turut.

Klasifikasi

1. Amenorea Primer, apabila belum pernah ating haid sampai umur 18

tahun.

2. Amenorea Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche atau

pernah mengalami haid tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan.

Sebab-sebab

Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan

lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan congenital dan genetic.

Amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul

kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan

metabolism, tumor-tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain.

18

Etiologi

Amenorrhea dapat terjadi akibat gangguan pada komponen yang berperan

pada proses. Komponen tersebut digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Lingkungan

Kompartemen IV

SSP

Hipotalamus

kompartemen III GnRH

Hipofise anterior

Kompartemen II

FSH LH

Ovarium

Kompartemen I progesteron estrogen

Uterus

Haid

19

1. Gangguan organic pusat

Sebab organic : tumor, radang, destruksi.

2. Gangguan kejiwaan

a. Syok emosional

b. Psikosis

c. Anoreksia nervosa

d. Pseudosiesis

3. Gangguan poros hipotalamus-hipofisis

a. Sindrom amenorea-galaktorea

b. Sindrom Stein-Leventhal

c. Sindrom hipotalamik

4. Gangguan hipofisis

a. Sindrom Sheehan dan penyakit Simmonds

b. Tumor ; adenoma basofil (penyakit Cushing), adenoma

asidofil (akromegali, gigantisme), adenoma kromofob

(sindrom Forbes-Albright).

5. Gangguan gonad

a. Kelainan congenital : disgenesis ovarii (sindrom Turner),

sindrom testicular feminization.

b. Menopause premature

c. The insensitive ovary

d. Penghentian fungsi ovarium karena operasi, radiasi, radang

dan sebagainya.

20

e. Tumor sel-granulosa, sel teka, sel hilus, adrenal,

arenoblastoma.

6. Gangguan glandula suprarenalis

a. Sindrom adrenogenital

7. Gangguan pancreas : diabetes mellitus.

8. Gangguan uterus, vagina

a. Aplasia dan hipoplasia uteri

b. Sindrom Asherman

c. Endometritis tuberkulosa

d. Aplasia vaginae

9. Penyakit-penyakit umum : gangguan gizi dan obesitas.

Penyebab tersering dari amenorea primer adalah:

Pubertas terlambat

Kegagalan dari fungsi indung telur

Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina) 

Gangguan pada susunan saraf pusat

Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah menstruasi

dapat dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina normal

21

Gambar 1. Himen Imperforata

Penyebab terbanyak dari amenorea sekunder adalah kehamilan, setelah kehamilan,

menyusui, dan penggunaan metode kontrasepsi disingkirkan, maka penyebab lainnya

adalah:

Stress dan depresi

Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan berlebihan, olahraga berlebihan,

obesitas

Gangguan hipotalamus dan hipofisis

Gangguan indung telur

Obat-obatan

Penyakit kronik dan Sindrom Asherman

22

Gambar 2. Komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur

Tanda dan gejala

Tanda amenorea adalah tidak didapatkannya menstruasi pada usia 16 tahun, dengan

atau tanpa perkembangan seksual sekunder (perkembangan payudara, perkembangan

rambut pubis), atau kondisi dimana wanita tersebut tidak mendapatkan menstruasi

padahal sebelumnya sudah pernah  mendapatkan menstruasi.   Gejala lainnya

tergantung dari apa yang menyebabkan terjadinya amenorea. Perkembangan pubertas

pada wanita normal digambarkan melalui Stadium Tanner yaitu :

Usia Perkembangan

Payudara

Perkembangan

Rambut Pubis

Stadium

Tanner

(Perkemban

gan

Payudara)

Stadium

Tanner

(perkemban

gan rambut

Pubis)

Pertumbuh Papila payudara Belum ada rambut 1 1

23

an Awal

(8-10

tahun)

mulai menggunung, pubis

Thelarche

(9-11)

Seperti Adrenarche

untuk Stadium 2

Seperti

Adrenarche untuk

Stadium 2

2 1

Adrenarch

e (9-11)

2 2

Puncak

Pertumbuh

an (11-13)

3 3

Menarche

(12-14)

4 4

Dewasa

(13-16)

5 6

Pemeriksaan Penunjang

24

Pada amenorea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder

maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim,

perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan USG, histerosalpingografi,

histeroskopi, dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Apabila tidak didapatkan

tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar

hormon FSH dan LH.

Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorea sekunder, maka dapat

dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) karena kadar hormon

tiroid dapat mempengaruhi kadar hormon prolaktin dalam tubuh. Selain itu kadar

hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa. Apabila kadar hormon TSH dan

prolaktin normal, maka Estrogen / Progestogen Challenge Test  adalah pilihan untuk

melihat kerja hormon estrogen terhadap lapisan endometrium dalam rahim.

Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.

Terapi

Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorea yang dialami,

apabila penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah terapinya.

Belajar untuk mengatasi stress dan menurunkan aktivitas fisik yang berlebih juga

dapat membantu.  Terapi amenorea diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran

reproduksi atas dan bawah, penyebab indung telur, dan penyebab susunan saraf

pusat.

A.      Saluran reproduksi

25

1. Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan krim

estrogen.

2. Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara tidak

memiliki lubang), septa vagina (vagina memiliki pembatas diantaranya).

Diterapi dengan insisi atau eksisi (operasi kecil).

3. Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser. Sindrom ini terjadi pada wanita

yang memiliki indung telur normal namun tidak memiliki rahim dan vagina

atau memiliki keduanya namun kecil atau mengerut. Pemeriksaan dengan

MRI atau ultrasonografi (USG) dapat membantu melihat kelainan ini. Terapi

yang dilakukan berupa terapi non-bedah berupa dilatasi (pelebaran) dari

tonjolan di tempat seharusnya vagina berada atau terapi bedah dengan

membuat vagina baru menggunakan skin graft.

4. Sindrom feminisasi testis. Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY

kariotipe, dan memiliki dominan X-linked sehingga menyebabkan gangguan

dari hormon testosteron.  Pasien ini memiliki testis dengan fungsi normal

tanpa organ dalam reproduksi wanita (indung telur, rahim). Secara fisik

bervariasi dari wanita tanpa pertumbuhan rambut ketiak dan pubis sampai

penampakan seperti layaknya pria namun infertil (tidak dapat memiliki anak).

5. Parut pada rahim. Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan

intrauterine (dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat

terjadi karena tindakan kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi

pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis. Kelainan ini dapat dilihat

dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan menggunakan foto

roentgen dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi

26

pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi

terkadang diberikan untuk  optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim.

B. Gangguan Indung Telur

1. Disgenesis gonadal. Disgenesis gonadal adalah tidak terdapatnya sel telur

dengan indung telur yang digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang

dilakukan dengan terapi penggantian hormon pertumbuhan dan hormon

seksual.

2. Kegagalan Ovari Prematur. Kelaianan ini merupakan kegagalan dari fungsi

indung telur sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel

telur akibat infeksi atau proses autoimun.

3. Tumor ovarium. Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur

normal.

C. Gangguan Susunan Saraf Pusat

1. Gangguan hipofisis. Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat

mengakibatkan amenorea. Hiperprolaktinemia (hormone prolaktin berlebih)

akibat tumor, obat, atau kelainan lain dapat mengakibatkan gangguan

pengeluaran hormon gonadotropin. Terapi dengan menggunakan agonis

dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin dalam tubuh. Sindrom Sheehan

adalan tidak efisiennya fungsi hipofisis. Pengobatan berupa penggantian

hormon agonis dopamin atau terapi bedah berupa pengangkatan tumor.

27

2. Gangguan hipotalamus. Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid, dan

Sindrom Cushing merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan

hipotalamus. Pengobatan sesuai dengan penyebabnya.

3. Hipogonadotropik, hipogonadism. Penyebabnya adalah kelainan organik dan

kelainan fungsional (anoreksia nervosa atau bulimia). Pengobatan untuk

kelainan fungsional membutuhkan bantuan psikiater.

3. Perdarahan Bukan Haid

Yang dimaksud di sini ialah perdarahan yang terjadi dalam masa antara dua

haid. Perdarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid, atau 2 jenis

perdarahan ini menjadi satu ;

Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan

siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai

suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal

tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma

endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan

estrogen eksogen.

Menoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari

dengan jumlah darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan

pengobatan kasus ini sama dengan hipermenorea.

Klasifikasi

28

1. Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan

ektopik.

2. Metroragia di luar kehamilan.

Penyebab;

Sebab – sebab organik

Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan olah kelainan pada:

serviks uteri; seperti polip servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada

portio uteri, karsinoma servisis uteri.

Korpus uteri; polip endometrium, abortus imminens, abortus insipiens,

abortus incompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri,

karsinoma korpus uteri, sarkoma uteri, mioma uteri.

Tuba fallopii; kehamilan ekstopik terganggu, radang tuba, tumor tuba.

Ovarium; radang overium, tumor ovarium.

Sebab fungsional

Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik,

dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada

setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi kelainan inui lebih sering

dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungís ovarium.

Dua pertiga wanita dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan

disfungsional berumur diatas 40tahun, dan 3 % dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam

praktek dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi

29

karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarana diperlukan perawatn di

rumah sakit.

Patologi

Menurut schroder pada tahun 1915, setelahpenelitian histopatologik pada uterus dan

ovario pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan

yang dinamakan metropatia hemorrágica terjadi karena persistensi folikel yang tidak

pecah sehingga tidak terjadi ovulasidan pembentukan corpus luteum.

Akibatnya terjadilah hiperplasia endometrium karena stimulasi estrogen yang

berlebihan dan terus menerus.

Penelitian menunjukan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat ditemukan

bersamaan dengan berbagai jenis endometrium yaitu endometrium atropik,

hiperplastik, ploriferatif, dan sekretoris, dengan endometrium jenis non sekresi

merupakan bagian terbesar. Endometrium jenis nonsekresi dan jenis sekresi penting

artinya karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan anovulatori dari

perdarahan ovuloatoir.

Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional

ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang

berbeda.

Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoir gangguan dianggap berasal dari factor-

30

faktor neuromuskular, vasomotorik, atau hematologik, yang mekanismenya Belem

seberapa dimengerti, sedang perdarahan anovulatoir biasanya dianggap bersumber

pada gangguan endokrin.

Gambaran klinik

a. Perdarahan ovulatori

Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10 % dari perdarahan disfungsional dengan

siklus pendek (polimenore) atau panjang (oligomenore). Untuk menegakan diagnosis

perdarahan ovulatori perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jira karena

perdarhan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi, maka Madang-

kadang bentuk survei suhu badan basal dapat menolong.

Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa

adanya sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya:

1) korpus luteum persistens

Dalam hal ini dijumpai perdarahan Madang-kadang bersamaan dengan ovarium yang

membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari kelainan ektopik karena riwayat

penyakit dan hasil pemeriksaan panggul sering menunjukan banyak persamaan

antara keduanya. Korpus luteum persistens dapat menimbulkan pelepasan

endometrium yagn tidak teratur (irregular shedding).

Diagnosis ini di buat dengan melakukan kerokan yang tepat pada waktunya, yaitu

menurut Mc. Lennon pada hari ke 4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai

31

endometrium dalam tipe sekresi disamping nonsekresi.

2) insufisiensi korpus luteum

Hal ini dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau polimenore.

Dasarnya ahíla kurangntya produksi progesteron disebabkan oleh gangguan LH

realizing factor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal

tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus

yang bersangkutan.

3) apopleksia uteri

Pada wanita dengan hipertensi dapat terjado pecahnya pembuluh darah dalam uterus.

4) kelainan darah

Seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam mekasnisme

pembekuan darah.

b. Perdarahan anovulatoir

Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan

menurunya Kadar estrogen dibawah tingkat tertentutimbul perdarahan yang Madang-

kadang bersifat siklik, Kadang-kadang tidak teratur sama sekali.

Fluktuasi kadar estrogen ada sangkutpautnya dengan jumlah folikel yang pada statu

waktu fungsional aktif. Folikel – folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum

mengalami atresia, dan kemudian diganti oleh folikel – folikel baru. Endometrium

32

dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus dan dari endometrium yang mula-mula

ploriferasidapat terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik.

Jika gambaran ini diperoleh pada kerokan maka dapat disimpulkan adanya

perdarahan anovulatoir.

Perdarahan fungsional dapat terjadi pada setiap waktu akan tetapi paling sering pada

masa permulaan yaitu pubertas dan masa pramenopause.

Pada masa pubertas perdarahan tidak normal disebabkan oleh karena gangguan atau

keterlambatan proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan

realizing faktor tidak sempurna. Pada masa pramenopause proses terhentinya fungsi

ovarium tidak selalu berjalan lancar.

Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan

lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoir, pada seorang

dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahan tidak teratur

mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.

Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan penyakit

metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang menahun, tumor-

tumor ovarium dan sebagainya. Akan tetapi disamping itu terdapat banyak wanita

dengan perdarahan disfungsional tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut. Selain itu

faktor psikologik juga berpengaruh antara lain stress kecelakaan, kematian,

33

pemberian obat penenang terlalu lama dan lain-lain dapat menyebabkan perdarahan

anovulatoir.

Diagnosis

a. Anamnesis

Perlu ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh

siklus yang pendek atau oleh oligomenore/amenorhe, sifat perdarahan

( banyak atau sedikit-sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan, dan

sebagainnya.

Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk ke

arah kemungkinaan penyakit metabolik, endokrin, penyakit menahun.

Kecurigaan terhadap salah satu penyait tersebut hendaknya menjadi dorongan

untuk melakukan pemeriksaan dengan teliti ke arah penyakit yang

bersangkutan.

Pada pemeriksaan gynecologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-

kelainan organik yang menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus,

tumor, kehamilan terganggu).

Pada pubertas tidak perlu dilakukan kerokan untuk menegakan diagnosis.

Pada wanita umur 20-40 tahun kemungkinan besar adalah kehamilan

terganggu, polip, mioma submukosum,

Dilakukan kerokan apabila sudah dipastikan tidak mengganggu kehamlan

yang masih bisa diharapkan. Pada wanita pramenopause dorongan untuk

melakukan kerokan adalah untuk memastikan ada tidaknya tumor ganas.

34

Penanganan

1. Istirahat baring dan transfusi darah

2. Bila pemeriksaan gynecologik menunjukan perdarahan berasal dari uterus

dan tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat

dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan :

Estrogen dalam dosis tinggi

Supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat diberikan

secar IM dipropionasestradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras

estradiol 20 mg. Tetapi apabila suntikan dihentikan perdarahan dapat terjadi lagi.

Progesteron

Pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium,

dapat diberikan kaproas hidroksi progesteron 125 mg, secara IM, atau dapat

diberikan per os sehari nirethindrone 15 mg atau asetas medroksi progesteron

(provera) 10 mg, yang dapat diulangi berguna dalam masa pubertas.

4. Gangguan lain dalam hubungan dengan haid

a) Dismenorea

Definisi

Adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi pada 30-75 % wanita dan

35

memerlukan pengobatan. Etiologi dan patogenesis dari dismenore sampai

sekarang belum jelas.

Klasifikasi

1. Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial ataupun

fungsional); adalah nyeri haid yang terjadi sejak menarche biasanya setelah

12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama

setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai rasa

nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan

permulaan haid dan berlangsung beberapa hari. Sifat nyeri ini kejang

berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar

ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai

rasa mual, muntah, sakit kepala, diarea, iritabilitas dan sebagainya. Selain itu

tidak terdapat kelainan pada alat kandungan atau tidak berhubungan dengan

kelainan ginekologik.

Sebab : psikis; (konstitusionil: anemia, kelelahan, TBC); (obstetric : cervic

sempit, hyperanteflexio, retroflexio); endokrin (peningkatan kadar

prostalandin, hormon steroid seks, kadar vasopresin tinggi.

2. Dismenorea Sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh, acquired) ; terjadi pada

wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore. Disebabkan oleh

kelainan ginekologik. Hal ini terjadi pada kasus infeksi, mioma submucosa,

36

polip corpus uteri, endometriosis, retroflexio uteri fixata, gynatresi, stenosis

kanalis servikalis, adanya AKDR, tumor ovarium.

Patofisiologi

Mekanisme terjadinya nyeri pada dismenore primer adalah sebagai berikut:

Korpus luteum akan mengalami regresi apabila tidak terjadi kehamilan. Hal ini akan

mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan mengakibatkan labilisasi membran

lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase

A2 akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium

dan menghasilkan asam arakhidonat. Asam arakhidonat bersama dengan kerusakan

endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat dan menghasilkan

prostaglandin PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan dismenore primer didapatkan

adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang merangsang

miometrium. Akibatnya terjadi peningkatan kontraksi dan disritmi uterus, sehingga

terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin

sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi, selanjutnya menurunkan

ambang rasa sakit pada ujung-ujung saraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang

fisik dan kimia (Sunaryo, 1989).

Etiologi

Faktor yang menyebabkan dismenore primer antara lain:

1. Faktor kejiwaan.

2. Faktor konstitusi.

3. Faktor obstruksi kanallis servikalis.

37

4. Faktor endokrin.

5. Faktor alergi.

6. Faktor neurologis.

7. Vasopresin.

8. Leukotren.

Faktor Kejiwaan

Wanita mempunyai emosional yang tidak stabil, sehingga mudah mengalami

dismenore primer. Faktor kejiwaan, bersamaan dengan dismenore akan

menimbulkan gangguan tidur (insomnia).

Faktor Konstitusi

Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan yang dapat menurunkan

ketahanan terhadap nyeri. Faktor konstitusi antara lain: anemia, penyakit menahun

dan sebagainya.

Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis

Teori tertua menyatakan bahwa dismenore primer disebabkan oleh stenosis kanalis

servikalis, akan tetapi sekarang sudah tidak lagi. Mioma submukosum bertangkai

polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus

berkontraksi kuat untuk mengeluarkan kelainan tersebut.

Faktor Endokrin

Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan. Hal ini

disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2

alfa yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2 alfa

38

berlebih akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenorea, dijumpai

pula efek umum, seperti diare, nausea, dan muntah.

Faktor Alergi

Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore primer dengan

urtikaria, migren atau asma bronkial.

Faktor Neurologis

Uterus dipersyarafi oleh sistem oleh sistem syaraf otonom yang terdiri dari syaraf

simpatis dan parasimpatis. Jeffcoate mengemukakan bahwa dismenorea ditimbulkan

oleh ketidakseimbangan pengendalian sistem syaraf otonom terhadap miometrium.

Pada keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh syaraf simpatis sehingga

serabut-serabut sirkuler pada istmus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik.

Vasopresin

Kadar vasopresin pada wanita dismenorea primer sangat tinggi dibandingkan dengan

wanita tanpa dismenorea. Pemberian vasopresin pada saat menstruasi menyebabkan

meningkatnya kontraksi uterus, menurunnya aliran darah pada uterus, dan

menimbulkan nyeri. Namun, hingga kini peranan pasti vasopresin dalam mekanisme

terjadinya dismenorea masih belum jelas.

Leukotren

Helsa (1992), mengemukakan bahwa leukotren meningkatkan sensitivitas serabut

nyeri pada uterus. Leukotren dalam jumlah besar ditemukan dalam uterus wanita

dengan dismenorea primer yang tidak memberi respon terhadap pemberian antagonis

prostaglandin.

39

Dismenore Berdasarkan Jenis Nyeri

Dismenore Spasmodik

Dismenore spasmodik adalah nyeri yang dirasakan di bagian bawah perut dan terjadi

sebelum atau segera setelah haid dimulai. Dismenore spasmodik dapat dialami oleh

wanita muda maupun wanita berusia 40 tahun ke atas. Sebagian wanita yang

mengalami dismenore spasmodik, tidak dapat melakukan aktivitas.

Tanda dismenore spasmodik, antara lain:

1. Pingsan.

2. Mual.

3. Muntah.

4. Dismenore spasmodik dapat diobati atau dikurangi dengan melahirkan bayi

pertama, walaupun tidak semua wanita mengalami hal tersebut.

Dismenore Kongestif

Dismenore kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid datang. Gejala yang

ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Pada saat haid

40

datang, tidak terlalu menimbulkan nyeri. Bahkan setelah hari pertama haid, penderita

dismenore kongestif akan merasa lebih baik.

Gejala yang ditimbulkan pada dismenore kongestif, antara lain:

1. Pegal (pegal pada paha).

2. Sakit pada payudara.

3. Lelah.

4. Mudah tersinggung.

5. Kehilangan keseimbangan.

6. Ceroboh.

7. Gangguan tidur.

8. Timbul memar di paha dan lengan atas.

Penanganan

Penanganan dismenore primer antara lain dengan:

1. Obat-obatan.

2. Rileksasi.

3. Hipnoterapi.

4. Alternatif.

Obat-Obatan

Obat-obatan yang dapat membantu mengurangi nyeri haid antara lain: analgetika,

hormonal, anti prostaglandin.

41

Analgetika

Analgetika digunakan untuk mengurangi nyeri. Jenis analgetika untuk nyeri ringan

antara lain: aspirin, asetaminofen, propofiksen. Sedangkan jenis analgetika untuk

nyeri berat antara lain: prometazin, oksikodon, butalbital.

Hormonal

Pengobatan hormonal untuk meredakan dismenore, dan lebih tepat diberikan pada

wanita yang ingin menggunakan alat KB berupa pil. Jenis hormon yang diberikan

progestin, pil kontrasepsi (estrogen rendah dan progesteron tinggi). Pemberian pil

dari hari 5-25 siklus haid dengan dosis 5-10 mg/hari. Progesteron diberikan pada hari

ke 16 sampai ke 25 siklus haid, setelah keluhan nyeri berkurang.

Anti Prostaglandin

Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) yang menghambat produksi dan

kerja prostaglandin digunakan untuk mengatasi dismenore primer. NSAIDs tidak

boleh diberikan pada wanita hamil, penderita dengan gangguan saluran pencernaan,

asma dan alergi terhadap jenis obat anti prostaglandin.

Penyebab dismenore sekunder antara lain:

1. Benjolan yang menyebabkan perdarahan.

2. Rahim yang terbalik.

3. Peradangan selaput lendir rahim.

4. Pemakaian kontrasepsi spiral/IUD.

5. Endometriosis.

42

6. Fibroid atau tumor.

7. Infeksi pelvis.

Pengobatan

Pengobatan yang sering dipakai adalah golongan NSAID yaitu: aspirin, naproksen,

ibuprofen, indometasin, dan asam mefenamat. Obat-obatan ini sering kali lebih

efektif jika diminum sebelum timbul nyeri. Karena dismenorea jarang menyertai

perdarahan tanpa ovulasi, maka pemberian kontrasepsi oral untuk menekan ovulasi

juga merupakan pengobatan yang efektif.

b) Mastodinia atau Mastalgia

Definisi

Adalah rasa tegang pada payudara menjelang haid.

Sebab-sebab

Disebabkan oleh dominasi hormon estrogen, sehingga terjadi retensi air dan

garam yang disertai hiperemia didaerah payudara.

c) Mittelschmerz (Rasa Nyeri pada Ovulasi)

Definisi

Adalah rasa sakit yang timbul pada wanita saat ovulasi, berlangsung beberapa

jam sampai beberapa hari di pertengahan siklus menstruasi. Hal ini terjadi

karena pecahnya folikel Graff. Lamanya bisa beberapa jam bahkan sampai 2-

3 hari. Terkadang Mittelschmerz diikuti oleh perdarahan yang berasal dari

proses ovulasi dengan gejala klinis seperti kehamilan ektopik yang pecah.

43

d) Pre Menstrual Tension (Ketegangan Pra Haid)

Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid bahkan sampai

menstruasi berlangsung. Terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen

dan progesterom menjelang menstruasi. Pre menstrual tension terjadi pada

umur 30-40 tahun.

Gejala klinik dari pre menstrual tension adalah gangguan emosional; gelisah,

susah tidur; perut kembung, mual muntah; payudara tegang dan sakit;

terkadang merasa tertekan.

ETIOLOGI

Penyebab ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin factor penting adalah

ketidakseimbangan estrogen dan progesterone dengan akibat retensi cairan dan

natrium, penambahan berat badan dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan

dengan kelainan hormonal, pada ketegangan prahaid terdapat defisiensi luteal dan

pengurangan produksi progesterone.

Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah social, dan lain-lain, juga

memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita ketegangan prahaid adalah

wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap

faktor-faktor

Pemeriksaan penunjang

44

Tidak ada pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis

Sindroma Premenstruasi. Pemeriksaaan darah tepi digunakan untuk menyingkirkan

kondisi-kondisi tertentu seperti anemia, leukimia, atau gangguan kelenjar tiroid.

Terapi

1. Edukasi dan konseling

Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa wanita

lainnya pun ada yang memiliki keluhan yang sama ketika menstruasi.

Pencatatan secara teratur siklus menstruasi setiap bulannya dapat

memberikan gambaran seorang wanita mengenai waktu terjadinya sindroma

premenstruasi. Sangat berguna bagi seorang wanita dengan sindroma

premenstruasi untuk mengenali gejala yang akan terjadi sehingga dapat

mengantisipasi waktu setiap bulannya ketika ketidakstabilan emosi sedang

terjadi

2. Modifikasi Gaya Hidup

a.  Komunikasi. Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan

masalahnya dengan orang terdekatnya, baik pasangan, teman, maupun

keluarga. Terkadang konfrontasi atau pertengkaran dapat dihindari 45

apabila pasangan maupun teman mengerti dan mengenali penyebab dari

kondisi tidak stabil wanita tersebut, sehingga memilih waktu lain untuk

mendiskusikan masalah yang kontroversial. Grup konseling dengan

psikiater juga dapat diterapkan

b.  Diet Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat

mencegah edema (bengkak) pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi

kafein (kopi) juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan, dan

insomnia (sulit tidur).  Pola makan disarankan lebih sering namun dalam

porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa selama periode premenstruasi

terdapat gangguan pengambilan glukosa untuk energi

c.  Olahraga. Olahraga berupa lari dikatakan dapat menurunkan keluhan

premenstrual molimina. Berolahraga dapat menurunkan stres dengan cara

memiliki waktu untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa

marah atau kecemasan yang terjadi. Beberapa wanita mengatakan bahwa

berolahraga ketika mereka mengalami sindroma premenstruasi dapat

membantu relaksasi dan tidur di malam hari

3. Obat-obatan

Apabila gejala sindroma premenstruasi begitu hebatnya sampai mengganggu

aktivitas sehari-hari, umumnya modifikasi gaya hidup jarang berhasil dan

perlu dibantu dengan obat-obatan.

46

a.  Asam mefenamat (500 mg, 3 kali sehari) berdasarkan penelitian dapat

mengurangi gejala sindroma premenstruasi seperti dismenorea dan

menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak) (namun tidak semua).

Asam mefenamat tidak diperbolehkan pada wanita yang sensitif dengan

aspirin atau memiliki risiko ulkus peptikum

b.  Kontrasepsi oral (pil KB). Kontrasepsi oral dapat mengurangi gejala

sindroma menstruasi seperti dismenorea dan menoragia namun tidak

berpengaruh terhadap ketidakstabilan mood. Pada wanita yang sedang

mengkonsumsi pil KB namun mengalami gejala sindroma premenstruasi

sebaiknya pil KB tersebut dihentikan sampai gejalanya berkurang

c.  Obat penenang seperti alprazolam atau triazolam dapat digunakan pada

wanita yang merasakan kecemasan, ketegangan berlebihan, maupun

kesulitan tidur

d.  Obat antidepresi hanya digunakan bagi mereka yang memilki gejala

sindroma premenstruasi yang parah.

BAB III

KESIMPULAN

Haid atau menstruasi adalah perdarahan secara periodic dan siklik dari uterus,

disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid yang normal atau

dianggap sebagai siklus haid yang klasik adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas.

47

Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit

kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari.

Gangguan haid adalah masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus

menstruasi, menyebabkan nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak atau

sedikit, terlambatnya menarche atau hilangnya siklus menstruasi tertentu.

Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam :

1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid :

Hipermenorea atau menoragia dan Hipomenorea

2. Kelainan siklus : Polimenorea, Oligomenorea, Amenorea

3. Perdarahan di luar haid : Metroragia

4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid : Pre menstrual tension

(ketegangan pra haid), Mastodinia, Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)

dan Dismenorea.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono : Ilmu kebidanan edisi 3. Editor: Prof dr Hanifa

Wiknjasastro,SpOG;Prof dr Abdul Bari Saifuddin, SpOG,MPH; dr Trijatmo

Rachimhadhi,SpOG. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.

2. Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri Jilid II. Jakarta: EGC.

48

3. Anonymous.

URL : www.klikdokter.com

4. Cunningham, et al.2005.Williams Obstetrics 22nd. USA : McGraw-Hill

comp.inc.

49