Referat Anemia Pada Ckd

download Referat Anemia Pada Ckd

of 17

Transcript of Referat Anemia Pada Ckd

  • 8/10/2019 Referat Anemia Pada Ckd

    1/17

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Penyakit ginjal kronis adalah penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan

    penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG)

  • 8/10/2019 Referat Anemia Pada Ckd

    2/17

    2

    Penelitian lain di Inggris prevalensi anemia dengan kategori anemia (hemoglobin

    kurang dari 12 gr/dl pada laki-laki dan hemoglobin kurang dari 11 gr/dl pada wanita)

    adalah sebesar 1% pada stadium 3, 9% pada stadium 4 dan 33% pada stadium 5.

    Anemia terjadi 68% pada pasien yang memulai dialisis. Pada pasien penyakit ginjal

    kronis dengan pasien laki-laki 49,6% dan pasien wanita 51,2% yang tidak dibawa ke

    spesialis ginjal mengalami anemia. 5

    Anemia pada penyakit ginjal kronis terutama disebabkan oleh defisiensi

    eritropoeitin. Salah satu fungsi ginjal adalah menghasilkan eritropoeitin yang

    merupakan suatu molekul yang merangsang pembentukan sel darah merah sebagai

    respon penurunan dari kadar oksigen di dalam darah. Selain itu, hal-hal lain dapat ikut

    berperan dalam terjadinya anemia, yaitu defisiensi besi, kehilangan darah yang dapat

    disebabkan oleh perdarahan saluran cerna, hematuria, masa hidup eritrosit yangpendek akibat terjadinya hemolisis, defisiensi asam folat, penekanan sumsum tulang

    akibat substansi uremik maupun proses inflamasi baik akut atau kronis. 3 Pada

    dasarnya anemia pada penyakit ginjal kronis adalah akibat adanya efek eritropoesis

    terhadap rangsangan hipoksia.

    I.2. Rumusan Masalah

    1. Apa yang dimaksud dengan anemia pada penyakit ginjal kronis?

    2. Apa yang menjadi penyebab terjadinya anemia pada penyakit ginjal kronis?

    3. Bagaimana tanda dan gejala klinis anemia pada penyakit ginjal kronis?

    4. Bagaimana terjadinya anemia pada penyakit ginjal kronis?

    5. Bagaimana mendiagnosis anemia pada penyakit ginjal kronis?

    6. Bagaimana penatalaksanaan anemia pada penyakit ginjal kronis?

    7. Bagaimana prognosis pasien anemia pada penyakit ginjal kronis?

    I.3. Maksud dan Tujuan Penulisan

    1. Untuk mengetahui definisi dari anemia pada penyakit ginjal kronis

    2. Untuk mengetahui penyebab anemia pada penyakit ginjal kronis

    3. Untuk mengetahui tanda dan gejala klinis pada pasien anemia pada penyakit

    ginjal kronis

  • 8/10/2019 Referat Anemia Pada Ckd

    3/17

    3

    4. Untuk mengetahui patofisiologi anemia pada penyakit ginjal kronis

    5. Untuk mengetahui cara mendiagnosis anemia pada penyakit ginjal kronis

    6. Untuk mengetahui penatalaksanaan anemia pada penyakit ginjal kronis

    7. Untuk mengetahui prognosis anemia pada penyakit ginjal kronis

    I.4. Metode Penulisan

    Metode penulisan tinjauan pustaka berdasarkan beberapa literatur.

    I.5 Manfaat Penulisan

    a) Manfaat teoritis

    Referat ini diharapkan dapat menjadi salah satu informasi bagi tenaga

    kesehatan dan mahasiswa kedokteran tentang anemia pada penyakit ginjalkronis.

    b) Manfaat praktis

    Diharapkan dapat menjadi pengalaman dan menambah wawasan bagi

    penulis dan pembaca tentang anemia pada penyakit ginjal kronis.

  • 8/10/2019 Referat Anemia Pada Ckd

    4/17

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. Anemia pada Penyakit Ginjal Kronis

    World Health Organization (WHO) mendefinisikan anemia dengan konsentrasi

    hemoglobin < 13,0 mg/dl pada laki-laki dan wanita postmenopause dan < 12,0 gr/dl

    pada wanita lainnya. The National Kidney Foundations Kidney Dialysis Outcomes

    Quality Initiative (K/DOQI) merekomendasikan anemia pada pasien penyakit ginjal

    kronis jika kadar hemoglobin

  • 8/10/2019 Referat Anemia Pada Ckd

    5/17

    5

    Pemendekan masa hidup eritrosit

    Masa hidup eritrosit berkurang sekitar sepertiga pasien-pasien hemodialysis.

    Defisiensi Eritropoetin

    Defisiensi eritropoetin merupakan penyebab utama anemia pada pasien-pasien

    penyakit ginjal kronik.

    Para peneliti mengatakan bahwa sel-sel peritubular yang

    menghasilkan eritropoetin rusak sebagian atau seluruhnya seiring dengan progresivitas

    penyakit ginjalnya.

    Defisiensi Besi

    Homeostasis besi tampaknya terganggu pada penyakit ginjal kronik. Untuk alasan yang

    masih belum diketahui (dimungkinan karena malnutrisi), kadar transferin pada penyakitginjal kronik setengah atau sepertiga dari kadar normal, menghilangkan kapasitas

    sistem transport besi. Situasi ini yang kemudian mengganggu kemampuan untuk

    mengeluarkan cadangan besi dari makrofag dan hepatosit pada penyakit ginjal kronik.

    Inflamasi

    Anemia pada inflamasi juga ditandai dengan kadar besi serum yang rendah, saturasi

    transferin yang rendah dan gangguan pengeluaran cadangan besi yang bermanifestasi

    dengan tingginya serum feritin. Peningkatan jumlah sitokin-sitokin inflamasi di sirkulasi

    seperti interleukin 6 berhubungan dengan respon yang buruk terhadap pemberian

    eritropoetin pada pasien-pasien gagal ginjal terminal.

    Dikutip dari : Fauci A, et all. Harrisons Principles of Internal Medicine. 18 th . ed . Abbruzzese, et al.

    United States of America : McGraw-Hill, 2012

  • 8/10/2019 Referat Anemia Pada Ckd

    6/17

    6

    II.3. Patofisiologi

    Dalam kondisi homeostatik normal, ginjal berfungsi mengatur volume plasma

    melalui reabsorpsi atau ekskresi dari garam dan air. Kadar hemoglobin dipantau melalui

    respon pembentukan eritropoietin ke jaringan yang mengalami hipoksia. Eritropoietin

    dikenal sebagai faktor multifungsi dengan efek tidak hanya pada sumsum tulang tetapi

    pada sistem saraf pusat dimana penelitian telah menunjukkan fungsi neurotropik

    dan fungsi neuroprotektif. Target utamanya meskipun adalah sel-sel induk

    hematopoietik pluripoten dari sumsum tulang. Jalur sel ini mampu membentuk eritrosit,

    leukosit, dan megakarosit. Eritropoietin diproduksi oleh fibroblas khusus dalam

    interstitium ginjal sebagai respon terhadap hipoksia. 10

    Dikutip dari : Provenzano, R. Current Diagnosis & Treatment Nephrology & Hypertension. Lerma

    EV, Berns JS, Nissenson AR. United States of America : McGraw-Hill, 2009. 156 p

  • 8/10/2019 Referat Anemia Pada Ckd

    7/17

    7

    Karena fungsi ginjal menurun, anemia menjadi lebih umum terjadi. Sebagian

    besar pasien dengan GFR kurang dari 60 mL /mnt/ 1.73 m 2 ( K/DOQI stadium 3 ) terjadi

    penurunan produksi eritropoietin untuk mempertahankan kadar hemoglobin > 12 g/dL.

    Hasil ini khas sebagai anemia normositik normokrom pada penyakit ginjal kronis.

    Namun, anemia pada penyakit ginjal kronis sering disebabkan oleh penyebab lainnya

    selain kadar eritropoietin yang rendah. 10

    Anemia normositik normokrom terjadi pada awal stadium tiga penyakit ginjal

    kronis dan kejadian anemia pasti terjadi pada stadium empat. Penyebab utama

    terjadinya anemia adalah penurunan produksi eritropoeitin (EPO) oleh karena rusaknya

    ginjal. Faktor tambahan lain yang mempengaruhi seperti kekurangan zat besi, proses

    inflamasi akut atau kronis yang menyebabkan gangguan utilisasi besi (anemia pada

    penyakit kronis), hiperparatiroid yang berat dengan terjadinya fibrosis sumsum tulang,dan pendeknya umur sel darah merah karena keadaan uremik. Selain itu, komorbiditas

    seperti hemoglobinopati dapat memperburuk anemia. 8

    Anemia pada penyakit ginjal kronis dikaitkan dengan terjadinya patofisiologis

    yang merugikan, termasuk penurunan aliran dan penggunaan oksigen di jaringan,

    meningkatkan curah jantung, dilatasi ventrikel, dan hipertrofi ventrikel. 9

    II.4. Manifestasi Klinis

    Gejala umum anemia disebut juga dengan sindrom anemia, timbul karena

    iskemia organ target serta akibat mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan

    kadar hemoglobin. Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia setelah penurunan

    hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb

  • 8/10/2019 Referat Anemia Pada Ckd

    8/17

    8

    II.5. Diagnosis

    Anemia hanyalah suatu sindrom, bukan suatu kesatuan penyakit (disease entity),

    yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dasar (underlying disease). Hal ini

    penting diperhatikan dalam diagnosis anemia. Tidak cukup hanya sampai pada

    diagnosis anemia tetapi sedapat mungkin menentukan penyakit dasar yang

    menyebabkan anemia tersebut. Tahap-tahap mendiagnosis anemia adalah : 4

    Menentukan adanya anemia

    Menentukan jenis anemia

    Menentukan etiologi atau oenyakit dasar anemia

    Menentukan ada atau tidaknya penyakit penyerta yang akan mempengaruhi

    hasil pengobatan

    Dikutip dari : Bakta IM. Buku Ajar Penyakit Dalam. 4 th . ed. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Idrus A, et

    al. Jakarta : Interna Publishing, 2008. 635 p

  • 8/10/2019 Referat Anemia Pada Ckd

    9/17

    9

    Evaluasi terhadap anemia dimulai saat kadar hemoglobin 10g/dl atau

    hematokrit 30 g/dl, meliputi evaluasi terhadap status besi (kadar besi serum/ serum

    iron ), kapasitas ikat besi total ( Total Iron Binding Capacity ), feririn serum, mencari

    sumber perdarahan, morfologi eritrosit, kemungkinan adanya hemolisis dan lain

    sebagainya. 3

    Frekuensi pemeriksaan untuk anemia : 6

    Untuk pasien penyakit ginjal kronis tanpa anemia, pengukuran kadar hemoglobin ketika

    secara klinis diindikasikan :

    Sekurangnya sekali dalam setahun pada pasien penyakit ginjal kronis stadium 3

    Sekurangnya dua kali dalam setahun pada pasien penyakit ginjal kronis stadium

    4 tanpa dialisis

    Sekurangnya setiap tiga bulan pada pasien penyakit ginjal kronis stadium lima

    dengan hemodialisa dan penyakit ginjal kronis stadium lima pada peritoneal

    dialysis

    Untuk pasien penyakit ginjal kronis dengan anemia tetapi tidak diterapi dengan ESA

    (Eritropoeitin Stimulant Agent ), pengukuran kadar hemoglobin dilakukan apabila secara

    klinis diindikasikan :

    Sekurangnya setiap tiga bulan pada pasien penyakit ginjal kronis stadium 3

    tanpa dialisis dan penyakit ginjal kronis stadium 5 dengan peritoneal dialisis Sekurangnya setiap bulan pada pasien dengan penyakit ginjal kronis stadium 5

    dengan hemodialisis

    Diagnosis anemia : 6,7

    Anemia pada dewasa dan anak-anak > 15 tahun dengan penyakit ginjal kronis

    dinyatakan dengan kadar hemoglobin

  • 8/10/2019 Referat Anemia Pada Ckd

    10/17

    10

    Pemeriksaan darah lengkap yang termasuk konsentrasi Hb, sel darah merah, sel

    darah putih dan hitung jenis leukosit, serta jumlah trombosit

    Jumlah total retikulosit

    Kadar serum ferritin

    Serum transferrin saturation (TSAT)

    Kadar serum vitamin B12 dan folat

    II.6. Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan terutama ditujukan pada penyebab utamanya, disamping

    penyebab lain bila ditemukan. Pemberian eritropoeitin (EPO) merupakan hal yang

    dianjurkan. Dalam pemberian EPO, status besi harus selalu mendapat perhatian karena

    EPO memerlukan besi dalam mekanisme kerjanya. Pemberian transfusi pada penyakit

    ginjal kronis harus dilakukan dengan hati-hati, berdasarkan indikasi yang tepat dan

    pemantauan yang cermat. Karena transfusi darah yang tidak cermat dapat

    menyebabkan kelebihan cairan tubuh, hiperkalemia, dan perburukan fungsi ginjal.

    Sasaran hemoglobin menurut berbagai studi klinik adalah 11-12 g/dl. 3

    Dikutip dari : Provenzano, R. Current Diagnosis & Treatment Nephrology & Hypertension. Lerma EV,

    Berns JS, Nissenson AR. United States of America : McGraw-Hill, 2009. 157 p

  • 8/10/2019 Referat Anemia Pada Ckd

    11/17

    11

    Suplementasi Besi

    Pengobatan dengan terapi besi dapat dilakukan. Ketika memberikan terapi besi,

    dapat menyeimbangkan potensi manfaat untuk menghindari atau meminimalkan

    transfusi darah, terapi ESA, dan gejala anemia yang berhubungan terhadap risiko

    kerugian pada pasien (misalnya, anafilaktoid dan reaksi akut lainnya, dan risiko jangka

    panjang yang tidak diketahui).

    Dikutip dari : Provenzano, R. Current Diagnosis & Treatment Nephrology & Hypertension. Lerma EV,

    Berns JS, Nissenson AR. United States of America : McGraw-Hill, 2009. 158 p

    Untuk pasien penyakit ginjal kronis dewasa dengan anemia tidak menggunakan

    terapi besi atau terapi ESA disarankan pengunaan percobaan besi IV (atau pada

    penyakit ginjal kronis non dialisis pasien alternatif pengobatan terapi besi oral selama

    1-3 bulan) : 6,7

    Peningkatan konsentrasi Hb tanpa memulai pengobatan ESA yang diinginkan

    TSAT

  • 8/10/2019 Referat Anemia Pada Ckd

    12/17

    12

    ketersediaan akses vena, respon terhadap terapi besi sebelum oral, efek samping

    sebelumnya dengan terapi oral atau besi IV, kepatuhan pasien, dan biaya. 7

    Panduan penggunaan besi berikutnya pada pasien penyakit ginjal kronis

    berdasarkan respons Hb terhadap terapi besi baru-baru ini, serta kerugian kehilangan

    darah yang sedang berlangsung, tes status zat besi ( TSAT dan feritin ), konsentrasi

    Hb, respons penggunaan ESA dan dosis ESA pada pasien yang diobati ESA, pantau di

    setiap parameter, dan status klinis pasien . 6,7

    Untuk semua pasien anak dengan penyakit ginjal kronis dan anemia tidak dalam

    terapi besi atau terapi ESA, disarankan menggunakan besi oral (atau besi IV pada

    penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis) dilakukan ketika TSAT 20 % dan ferritin

    100 ng / ml (100 g / l ).

    Untuk semua pasien anak dengan penyakit ginjal kronuis pada terapi ESA yangtidak menerima suplemen zat besi , disarankan besi oral (atau besi IV pada pasien

    penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis) dipantau untuk mempertahankan TSAT

    >20% dan feritin >100 ng / ml (>100 g /l).

    Terapi Eritropoeitin

    Penggunaan hormon eritropoietin rekombinan dapat memberi hasil dalam

    penanganan anemia pada penyakit ginjal kronis8

    . Hal ini penting karena terapi koreksipada anemia dapat menekan perkembangan hipertrofi ventrikel kiri dan faktor-faktor

    lain yang berkontribusi terhadap penyakit jantung yang begitu umum terjadi pada

    pasien penyakit ginjal kronis. Penyebab utama terganggunya pengunaan gangguan

    eritropoietin adalah kekurangan zat besi dan peradangan, dan ini harus diperbaiki agar

    tercapai respon yang optimal terhadap terapi eritropeitin.

    Pemilihan obat berdasarkan pada tingkat kepuasan klinis dari nefrologis dan

    faktor biaya. Walaupun darbepoeitin-alfa memiliki waktu paruh lama dan dapat

    diberikan dalam dosis setiap 2 minggu, ditemukan bukti bahwa baik darbepoeitin-alfa

    atau epoeitin-alfa dapat diberikan dalam dosis yang jarang setiap 4 minggu. Dosis awal

    dari epoeitin-alfa umumnya 100.000 unit per minggu subkutaneus. Bergantung pada

    protocol yang digunakan, setelah target kadar hemoglobin tercapai (11-12 gr/dl) banyak

    dokter yang menggandakan dosis menjadi 2 kali lipar dari dosis awal (10.000 unit

  • 8/10/2019 Referat Anemia Pada Ckd

    13/17

    13

    seminggu sekali menjadi 20.000 unit setiap 2 minggu dan kemudian 40.000 unit setiap

    4 minggu) setelah interval waktu tercapai dilakukan titrasi dosis untuk tetap memantau

    kadar hemoglobin. 7,10

    Evaluasi status zat besi (TSAT dan feritin) setidaknya setiap 3 bulan selama terapi

    ESA, termasuk menentukan untuk memulai atau melanjutkan terapi besi. Test status

    besi (TSAT dan feritin) lebih sering dilakukan ketika memulai atau meningkatkan dosis

    ESA, bila ada kehilangan darah, ketika memantau respon setelah pemberian besi IV,

    dan dalam keadaan lain dimana cadangan besi dapat menurun. 6,7

    Penggunaan ESA untuk pasien penyakit ginjal kronis non dialisis dewasa dengan

    konsentrasi Hb 10.0 g /dl ( 100 g/l ), disarankan tidak menggunakan terapi ESA.

    Untuk pasien penyakit ginjal kronis non dialisis dewasa dengan konsentrasi Hb

  • 8/10/2019 Referat Anemia Pada Ckd

    14/17

    14

    dosis ESA dibuat berdasarkan konsentrasi Hb pasien serta tingkat perubahan

    konsentrasi Hb, dosis ESA saat ini dan keadaan klinis. Re-evaluasi dosis ESA jika :

    Pasien memburuk dengan terapi ESA

    Pasien memiliki penyakit akut atau progresif yang dapat menyebabkan

    hiporesponsif ESA

    Untuk pasien penyakit ginjal kronis stadium 5 dengan hemodialisis dan terapi

    hemofiltrasi disarankan penggunaan ESA dengan intravena atau subkutan. Untuk

    penyakit ginjal kronis non dialisis dan pasien penyakit ginjal kronis stadium 5 peritoneal

    dialisis, disarankan penggunaan ESA subkutan. Frekuensi pemberian disarankan

    berdasarkan stadium penyakit ginjal kronis, pengaturan pengobatan, pertimbangan

    efektifitas, toleransi pasien dan jenis ESA. Frekuensi pemantauan selama fase inisiasi

    terapi ESA, mengukur konsentrasi Hb setidaknya satu kali dalam sebulan. Untuk pasien

    penyakit ginjal kronis non dialisis, selama fase pemeliharaan ESA pengukuran

    konsentrasi Hb dilakukan setidaknya setiap 3 bulan.Untuk pasien penyakit ginjal kronis

    stadium 5 dengan dialisis, selama fase pemeliharaan terapi ESA pengukuran

    konsentrasi Hb dilakukan setidaknya satu kali dalam sebulan. 6,7

    II.7. Prognosis

    Sementara banyak penelitian pada pasien penyakit ginjal kronis menemukanbahwa anemia dan kaitannya terhadap resistensi terhadap EPO eksogen memiliki

    prognosis yang buruk, kontribusi relatif terhadap hasil yang buruk dari hematokrit yang

    rendah, inflamasi yang menjadi penyebab anemia, dan penyebab lain yang belum jelas.

    Hubungan anemia dengan penyakit ginjal kronis, pertumbuhan populasi pasien

    dengan penyakit ginjal kronis dan anemia, dan hubungan anemia dengan mortalitas

    kardiovaskular. Pengetahuan dini, ditambah dengan ketersediaan efektifitas

    erythropoiesis dan strategi dosis, mengindentifikasi dan pengobatan anemia pada

    penyakit ginjal kronis sangat penting dalam pengelolaan populasi berisiko. 10

  • 8/10/2019 Referat Anemia Pada Ckd

    15/17

    15

    BAB III

    KESIMPULAN

    Penyakit ginjal kronis adalah penurunan fungsi ginjal yang ditandai denganpenurunan laju filtrasi glomerulus (LFG)

  • 8/10/2019 Referat Anemia Pada Ckd

    16/17

    16

    pertahanan host terhadap infeksi. Selain itu, anemia mungkin berpengaruh dalam

    retardasi pertumbuhan pada anak-anak dengan penyakit ginjal kronis. Pemeriksaan

    fisik dapat ditemukan pasien tampak pucat, yang mudah dilihat pada konjungtiva,

    mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan di bawah kuku.

    Diagnosis anemia :

    Anemia pada dewasa dan anak-anak > 15 tahun dengan penyakit ginjal kronis

    dinyatakan dengan kadar hemoglobin

  • 8/10/2019 Referat Anemia Pada Ckd

    17/17

    17

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Chung M, Moorthy D, Hadar N, et al. Biomarkers for Assesing and Managing Iron

    Deficiency Anemia In Late Stage Chronic Kidney Disease. 2012 Oct; 83: 1-2

    2. Stauffer ME, Fan T. Prevalence of Anemia in Chronic Kidney Disease in UnitedStates. Plos One. 2014 Jan; 9(1) : 1-2

    3. Suwitra K. Buku Ajar Penyakit Dalam. 4 th . ed. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Idrus

    A, et al. Jakarta : Interna Publishing, 2008. 632 p.

    4. Bakta IM. Buku Ajar Penyakit Dalam. 4 th . ed. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Idrus A,

    et al. Jakarta : Interna Publishing, 2008. 632-35 p.

    5. Dmitrieva O, et al. Association of Anemia in Primary Care Patients with Chronic

    Kidney Disease ; Cross Sectional Study of Quality Improvement in ChronicKidney Disease (OICKD) Trial Data. BMC Nephrol. 2013 ; 14(24) :2-3

    6. Eknoyan G, et al. KDIGO Clinical Practice Guideline for Anemia in Chronic

    Kidney Disease. Kidney Disease Improving Global Outcomes. 2012 Aug 2;2(4) :

    283-86

    7. Locatelli, et al. Kidney Disease : Improving Global Outcomes Guidelines on

    Anemia Management in Chronic Kidney Disease : a European RenaL Best

    Practice Position Outcomes. Nephrol Dial Transplant. 2013 Apr 12; 28: 1346-50

    8. Fauci A, et all. Harrisons Princip les of Internal Medicine. 18 th . ed . Abbruzzese,

    et al. United States of America : McGraw-Hill, 2012

    9. Goldman L, Ausiello D. Cecil Medicine. 23 rd. ed. Afdhal NH, et al. United State of

    America : Saunders, 2007.

    10. Provenzano, R. Current Diagnosis & Treatment Nephrology & Hypertension.

    Lerma EV, Berns JS, Nissenson AR. United States of America : McGraw-Hill,

    2009