Referat AMD

12
LAPORAN REFRAT Vinawine P N, S.ked Referat Kepaniteraan ilmu geriatri Age-Related Macular Degeneration Kepaniteraan Klinik Geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Panti Werdha Kristen Hana

description

AGE MACULAR DEGENERATION

Transcript of Referat AMD

LAPORAN REFRAT Vinawine P N, S.ked

LAPORAN REFRAT Vinawine P N, S.ked

Referat

Kepaniteraan ilmu geriatri

Age-Related Macular Degeneration

Disusun oleh:

Vinawine Putri N 406148048KEPANITERAAN ILMU GERIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARAPERIODE 20 MEI 2015 JUNI 2015 PANTI WERDHA HANA, CIPUTATBAB I

PENDAHULUAN

Degenerasi macula atau Age-related macular degeneratin (AMD) adalah suatu keadaan dimana macula mengalami kemunduran, sehingga terjadi penurunan ketajaman pengelihatan dan kemungkinan akan menyebabkan hilangnya fungsi pengelihatan sentral. Makula adalah pusat dari retina dan merupakan bagian yang paling vital dari retina ynag memungkinkan mata melihat detail-detail halus pada pusat lapang pandang. Tanda utama dari degenerasi pada macula adalah didapatkannya bintik-bintik abu atu hitam pada pusat lapang pandang. Kondisi ini biasanya berkembang secara perlahan, teteapi kadang berkembang secara progresif, sehingga menyebabkan kehilangan pengelihatan yang sangat berat pada satu atau kedua bola mata.

Berdasarkan American Academy of Oftalmology penyebab utama penurunan pengelihatan atau kebutaan di AS yaitu umur lebih dari 50 tahun. Data di Amerika Serikat menunjukan 15% penduduk usia 75 tahun ke atas mengalami degenerasi macula.

Teerdapat 2 macam degenerasi macula yaitu, tipe kering (atrofik) dan tipe basah (eksudatif). Kedua jenis degenerasi tersebut biasanya mengenai kedua mata secara bersamaan. Degenerasi macula terjadi sebagai akibat kerusakan pada epitel pigmen retina mata. Degenerasi macula menyebabkan kerusakan pengelihatan yang berat (kehilangan kemampuan membaca dan mengemudi) tetapi jarang menyebabkan kebutaan total. Pengelihatan pada tepi luar dari lapang pandang dan kemampuan melihat biasanya tidak terganggu, yang terkena hanya pengelihatan pada pusat lapang pandang. Gejala klinis biasanya ditandai kehilangan fungsi pengelihatan secara tiba-tiba ataupun secara perlahan tanpa rasa nyeri. Kadang awalnya berupa gangguan pengelihatan pada salah satu mata, diniai garis yang sesungguhnya lurus terlihat bergelombang.

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan mata. Sejauh ini belum ada terapi untuk degenerasi macula tipe kering. Suplemen zink hanya mampu membantu memperlambat progesivitas gangguan. Untuk beberapa kasus degenerasi macula tipe basah terapi laser bisa membersihkan pembuluh darah abnormal, sehingga kekaburan pengelihatan dapat dicegah. Sampai saat ini sedang dikembangkan berbagai alat dan prosedur oprasi baru antara lain terapi foto dinamik.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Makula degenerasi sering disebut sebagai Age-related Macular Degeneration (AMD), merupakan kelainan mata yang berhubungan dengan usia yang mengakibatkan gangguan pengelihatan. Degenerasi macula merupakan degenerasi menahun yang merupakan kelainan progresif yang mengenai bagian sentral retina atau macula lutea, yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan melihat. Degenerasi macula mengakibatkan perlahan-lahan berkurangnya tajam pengelihatan atau pengelihatan sentral. Kelainan ini bertambah dengan bertambahnya usia yang terutama mengenai usia 70-80 tahun. Perempuan mendapatkan lebih banyak dari pada laki-laki.2.2 Klasifikasi

Terdapat dua bentuk Age-related Macular Degeneration (AMD):1. Degenerasi macula kering (dry). Kelainan ini terdapat sebanyak 90%. Makula yang menipis sesuai dengan perjalanan usia akan mengakibatkan penurunan pengelihatan sentral. Kelainan dry AMD lebih sering 70-90% terjadi disbanding wet AMD. Dry AMD biasanya mengenai kedua mata, kadang-kadang dimulai terlebih dahulu pada satu mata dan biasanya mengenai kedua mata bersama-sama. Salah satu gejala utama AMD kering adalah Drusen. Drusen merupakan timbunan kuning kecil dibawah retina, yang sering ditemukan pada usia 60 tahun. Jika masih bentuk kecil biasanya tidak mengganggu pengelihatan. 2. Degenerasi macula basah (wet). Walaupun mengenai hanya 10% penderita AMD akan tetapi mengakibatkan 90% kebutaan akibat AMD ini. Bila degenerasi macula kering berlanjut dapat terjadi penimbunan pembuluh darah baru dan cairan di bawah cairan di bawah macula lutea. Hal ini akan mengakibatkan kerusakan macula lutea, sehingga terjadi gangguan pengelihatan sentral nyata pada waktu singkat. Pendarahan, kebocoran, dan pembentukan jaringan parut akan mengakibatkan kerusakan dan hilangnya tajam pengelihatan.

2.3 Faktor resiko

Penyebab dari Age-related Macular Degeneration (AMD) multifactorial, dan berhubungan dengan interaksi komplek dari factor genetic dan juga factor lingkungan.1. Umur, merupakan factor utama dari penyakit ini

2. Ras, lebih sering pada ras Caucasian daripada ras lain

3. Herediter, riwayat keluarga penting. Beberapa variasi genetik mempengaruhi resiko dan proteksi terjadinya degenerasi macular. 4. Merokok, meningkatkan resiko terjadinya degenerasi macular

5. Hipertensi dan penyakit kardiovaskuler lainnya

6. Asupan makanan, konsumsi makanan tinggi lemak dan obesitas bisa memicu terjadinya degenerasi macula. Makanan yang mengandung anti oksidan memiliki efek protektif dan mencegah terjadinya degenerasi macular

7. Faktor resiko lain, seperti oprasi katarak, warna iris yang biru, paparan sinar matahari, dan jenis kelamin wanita bisa menjadi resiko terjadinya degenerasi macular2.4 Patofisiologi

Patofisiologi dari penyakit ini belum diketahui secara jelas. Namun, diduga dikarenan karena adanya proses degenerasi dari epitel pigmen dari retina, yang berhubungan dengan stress oksidatif, bisa menjadi komponen penting dari perjalanan penyakit Age-related Macular Degeneration (AMD).

Perubahan dari permukaan ekstraseluler dari membrane Bruch dan formasi dari deposit subretinal merupakan pusat terbentuknya penyakit ini. Adanya penebalan difus dari membrane Bruch mengurangi kemampuan oksigen untuk difusi ke dalam pigmen epitel retina dan fotoreseptor retina. Adanya hipoksia, terjadi pelepasan dari growth factors dan sitokin, dimana menstimulasi terbentuknya pembuluh darah choroidal baru. Gambar1. Neovaskularisasi choroidal

Kelemahan tunggal ataupun multipel dari area membrane Brunch membuat pembuluh darah baru tumbuh di daerah subepitelial, antara pigmen epitel retina dan retina, untuk membentuk choroidal neovaskular membran. Hilangnya pengelihatan visual merupakan hasil dari proses degenerative dari kematian sel dan atrofi dari epitel pigmen retina.2.5 Hitopatologi1Definition. Drusen (singular: druse) are extracellular deposits located at the interface between the RPE and Bruch membrane. The material of which they are composed has a broad range of constituents, and is thought to be derived from immune-mediated and metabolic processes in the RPE.

2Role in pathogenesis of AMD is unclear. Age-related drusen are rare prior to the age of 40, but are common by the 6th decade. The distribution is highly variable, and they may be confined to the fovea, may encircle it or form a band around the macular periphery. They may also be seen in the peripheral and mid-peripheral fundus.

3A distinction between hard and soft drusen is useful clinically and evident histopathologically (Fig. 14.36), although the underlying pathophysiological processes may be similar. Features associated with an increased risk of subsequent visual loss include large soft and/or confluent drusen, and associated focal hyperpigmentation of the RPE.

Gambar2. Histologi drusen2.6 Gejala klinis

gejala klinis yang biasa didapatkan pada penderita degenerasi macula antara lain :1. Distorsi pengelihatan, objek-objek terlihat salah ukuran atau bentuk

2. Garis-garis lurus mengalami distorsi (membengkok) terutama dibagian pusat pengelihatan

3. Kehilangan kemampuan membedakan warna dengan jelas

4. Ada daerah kosong atau gelap di pusat pengelihatan

5. Kesulitan membaca, kata-kata terlihat kabur atau berbayang

6. Secara tiba-tiba ataupun secara perlahan akan terjadi kehilangan fungsi pengelihatan tanpa rasa nyeriKepaniteraan Klinik Geriatri

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Panti Werdha Kristen HanaKepaniteraan Klinik Geriatri

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Panti Werdha Kristen Hana