Referat ALI

43
TULI KONDUKTIF DAN TULI SENSORINEURAL TULI KONDUKTIF A. Definisi Tuli konduktif atau conductive hearing loss (CHL) adalah jenis ketulian yang tidak dapat mendengar suara berfrekuensi rendah. Misalnya tidak dapat mendengar huruf U dari kata susu sehingga penderita mendengarnya ss. Biasanya gangguan ini “reversible” karena kelainannya terdapat di telinga luar dan telinga tengah. Tuli konduktif adalah kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga. Kelainan telinga luar yang menyebabkan tuli konduktif adalah otalgia, atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, otitis eksterna maligna, dan osteoma liang teliga. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif ialah sumbatan tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanisklerosia, hemotimpanum, dan dislokasi tulang pendengaran. B. Etiologi Pada telinga luar dan telinga tengah proses degenerasi dapat menyebabkan perubahan atau kelainan diantaranya sebagai berikut : 1. Berkurangnya elastisitas dan bertambah besarnya ukuran daun telinga (pinna) 2. Atropi dan bertambah kakunya liang telinga 3. Penumpukan serumen 4. Membrane tympani bertambah tebal dan kaku

description

referat tht cuy,,nikmatin aje

Transcript of Referat ALI

TULI KONDUKTIF DAN TULI SENSORINEURALTULI KONDUKTIFA. DefinisiTuli konduktif atau conductive hearing loss (CHL) adalah jenis ketulian yang tidak dapat mendengar suara berfrekuensi rendah. Misalnya tidak dapat mendengar huruf U dari kata susu sehingga penderita mendengarnya ss. Biasanya gangguan ini reversible karena kelainannya terdapat di telinga luar dan telinga tengah.Tuli konduktif adalah kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga. Kelainan telinga luar yang menyebabkan tuli konduktif adalah otalgia, atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, otitis eksterna maligna, dan osteoma liang teliga. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif ialah sumbatan tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanisklerosia, hemotimpanum, dan dislokasi tulang pendengaran.

B. EtiologiPada telinga luar dan telinga tengah proses degenerasi dapat menyebabkan perubahan atau kelainan diantaranya sebagai berikut :1. Berkurangnya elastisitas dan bertambah besarnya ukuran daun telinga (pinna)2. Atropi dan bertambah kakunya liang telinga3. Penumpukan serumen4. Membrane tympani bertambah tebal dan kaku5. Kekuatan sendi tulang-tulang pendengaran6. Kelainan bawaan (Kongenital)7. Atresia liang telinga, hipoplasia telinga tengah, kelainan posisi tulang-tulang pendengaran dan otosklerosis. Penyakit otosklerosis banyak ditemukan pada bangsa kulit putih.8. Gangguan pendengaran yang didapat, misal otitis media

C. Manifestasi klinik1. rasa penuh pada telinga2. pembengkakan pada telinga bagian tengah dan luar3. rasa gatal4. trauma5. tinnitusD. PatofisiologiSaat terjadi trauma akan menimbulkan suatu peradangan bisa saja menimbulkan luka, nyeri kemudian terjadi penumpukan serumen atau otorrhea. Penumpukan serumen yang terjadi dapat mengakibatkan transmisi bunyi atau suara yang terganggu sehingga penderita tidak dapat mempersepsikan bunyi atau suara yang di dengarnya.

E. Pemeriksaan 1. Audiometri2. X-rayF. PenatalaksanaanLiang telinga di bersihkan secara teratur. dapat diberikan larutan asam asetat 2-5 % dalam alcohol yang di teteskan ke liang teling atau salep anti jamur. Tes suara bisikan, Tes garputala.

TULI SENSORINEURALA. DefinisiTuli sensorineural adalah kerusakan telinga bagian dalam dan hubungan saraf otak yang terbagi atas tuli sensorineural koklea dan tuli sensorineural retrokoklea. Tuli sensorineural koklea disebabkan aplasia, labirinitis, intoksikasi obat ototaksik atau alkohol.Dapat juga disebabkan tuli mendadak, tauma kapitis, trauma akustik dan pemaparan bising tuli sensorineural retrokoklea disebabkan neuoroma akustik, tumor sudut pons serebellum, mieloma multipel, cedera otak, perdarahan otak, dan kelainan otak lainnya.

B. EtiogiFaktor-faktor resiko tinggi yang menjadi penyebab tuli sensorineural yaitu:1. Tuli Bawaan (Genetik). 2. Tuli Rubella. 3. Tuli dan Kelahiran Prematur 4. Tuli Ototosik.

C. KlasifikasiDibagi menjadi tuli sensori neural coklea atau retrokoklea.1. Tuli sensori neural cocleaa. Aplasia (kongenital)b. Labirintitis oleh bakteri/virusc. Intoksikasi obat streptomisin, kanamisin, garamisin, neomisin, kina, asetosal atau alkohol.d. Trauma kapitise. Trauma akustikf. Pemaparan bisingg. Presbicusis2. Tuli sensori neural retrokokleaNeuroma akustik, tumor sudut pons serebellum, cidera otak, dan perdarahan otak.D. Manifestasi klinisRasa tidak enak di telinga, tersumbat, dan pendengaran terganggu. Rasa nyeri akan timbul bila benda asing tersebut adalah serangga yang masuk dan bergerak serta melukai dinding liang telinga. Pada inspeksi telinga dengan atau tanpa corong telingaakan tampak benda asing tersebut.

E. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Dengan Garputala Pada dewasa, pendengaran melalui hantaran udara dinilai dengan menempatkan garputala yang telah digetarkan di dekat telinga sehingga suara harus melewati udara agar sampai ke telinga. Penurunan fungsi pendengaran atau ambang pendengaran subnormal bisa menunjukkan adanya kelainan pada saluran telinga, telinga tengah, telinga dalam, sarat pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak.Pada dewasa, pendengaran melalui hantaran tulang dinilai dengan menempatkan ujung pegangan garputala yang telah digetarkan pada prosesus mastoideus.Getaran akan diteruskan ke seluruh tulang tengkorak, termasuk tulang koklea di telinga dalam. Koklea mengandung sel-sel rambut yang merubah getaran menjadi gelombang saraf, yang selanjutnya akan berjalan di sepanjang saraf pendengaran.Pemeriksaan ini hanya menilai telinga dalam, saraf pendengaran dan jalur saraf pendengaran di otak. Jika pendengaran melalui hantaran udara menurun, tetapi pendengaran melalui hantaran tulang normal, dikatakan terjadi tuli konduktif.Jika pendengaran melalui hantaran udara dan tulang menurun, maka terjadi tuli sensorineural. Kadang pada seorang penderita, tuli konduktif dan sensorineural terjadi secara bersamaan2. Audiometri Audiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara tepat, yaitu dengan menggunakan suatu alat elektronik (audiometer) yang menghasilkan suara dengan ketinggian dan volume tertentu. Ambang pendengaran untuk serangkaian nada ditentukan dengan mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita tidak lagi dapat mendengarnya.Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara terpisah.Untuk mengukur pendengaran melalui hantaran udara digunakan earphone, sedangkan untuk mengukur pendengaran melalui hantaran tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan, yang kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus.3. Audiometri Ambang BicaraAudiometri ambang bicara mengukur seberapa keras suara harus diucapkan supaya bisa dimengerti. Kepada penderita diperdengarkan kata-kata yang terdiri dari 2 suku kata yang memiliki aksentuasi yang sama, pada volume tertentu. Dilakukan perekaman terhadap volume dimana penderita dapat mengulang separuh kata-kata yang diucapkan dengan benar.

4. Diskriminasi Dengan diskriminasi dilakukan penilaian terhadap kemampuan untuk membedakan kata-kata yang bunyinya hampir sama. Digunakan kata-kata yang terdiri dari 1 suku kata, yang bunyinya hampir sama.Pada tuli konduktif, nilai diskriminasi (persentasi kata-kata yang diulang dengan benar)biasanya berada dalam batas normal.Pada tuli sensori, nilai diskriminasi berada di bawahnormal. Pada tuli neural, nilai diskriminasi berada jauh di bawah normal.5. TimpanometriTimpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur impedansi (tahanan terhadap tekanan) pada telinga tengah.Timpanometri digunakan untuk membantu menentukan penyebab dari tuli konduktif. Prosedur in tidak memerlukan partisipasi aktif dari penderita dan biasanya digunakan padaanak-anak. Timpanometer terdiri dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara yang terus menerus menghasilkan suara dan dipasang di saluran telinga. Dengan alat ini bisa diketahui berapa banyak suara yang melalui telinga tengah dan berapabanyak suara yang dipantulkan kembali sebagai perubahan tekanan di saluran telinga.Hasil pemeriksaan menunjukkan apakah masalahnya berupa: 1) penyumbatan tuba eustakius (saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan hidung bagian belakang); 2) cairan di dalam telinga tengah; 3) kelainan pada rantai ketiga tulang pendengaran yang menghantarkan suara melalui telinga tengah.Timpanometri juga bisa menunjukkan adanya perubahan pada kontraksi otot stapedius, yangmelekat pada tulang stapes (salah satu tulang pendengaran di telinga tengah). Dalam keadaan normal, otot ini memberikan respon terhadap suara-suara yang keras/gaduh(refleks akustik) sehingga mengurangi penghantaran suara dan melindungi telinga tengah.Jika terjadi penurunan fungsi pendengaran neural, maka refleks akustik akan berubah ataumenjadi lambat. Dengan refleks yang lambat, otot stapedius tidak dapat tetap berkontraksi selama telinga menerima suara yang gaduh.6. Respon Auditoris Batang OtakPemeriksaan ini mengukur gelombang saraf di otak yang timbul akibat rangsangan pada saraf pendengaran. Respon auditoris batang otak juga dapat digunakan untuk memantau fungsi otak tertentu pada penderita koma atau penderita yang menjalani pembedahan otak.7. ElektrokokleografiElektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf pendengaran. Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan penyebab dari penurunan fungsi pendengaran sensorineural. Elektrokokleografi dan respon auditoris batang otak bisa digunakan untuk menilaipendengaran pada penderita yang tidak dapat atau tidak mau memberikan respon bawah sadarterhadap suara. Misalnya untuk mengetahui ketulian pada anak-anak dan bayi atau untuk memeriksa hipakusis psikogenik (orang yang berpura-pura tuli).Jalur saraf dari setiap telinga menyilang ke sisi otak yang berlawanan, karena itu kelainan pada otak kanan akan mempengaruhi pendengaran pada telinga kiri. Kelainan pada batang otak bisa mempengaruhi kemampuan dalam menggabungkan pesan yang tidak lengkap menjadi pesan yang bermakna dan dalam menentukan sumber suara.Beberapa pemeriksaan yang khusus dilakukan pada anak anak adalah: 1. Free Field Test Dilakukan pada ruangan kedap suara dan diberikan rangsangan suara dalam berbagai frekuensi untuk menilai respons anak terhadap bunyi 2. Behavioral Observation (0 6 bulan)Pada pemeriksaan ini diamati respons terhadap sumber bunyi berupa perubahan sikap atau refleks pada bayi yang sedang diperiksa3. Conditioned Test (2 4 tahun)Anak dilatih untuk melakukan suatu kegiatan saat mendengar suara stimuli tertentu.F. TatalaksanaPengobatan untuk penurunan fungsi pendengaran tergantung kepada penyebabnya. Jika penurunan fungsi pendengaran konduktif disebabkan oleh adanya cairan di telinga tengah atau kotoran di saluran telinga, maka dilakukan pembuangan cairan dan kotoran tersebut. Jika penyebabnya tidak dapat diatasi, maka digunakan alat bantu dengar atau kadang dilakukan pencangkokan koklea. 1. Alat bantu dengarAlat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang dioperasikan dengan batere, yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga komunikasi bisa berjalan dengan lancar.Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologis bisa menentukan apakah penderita sudah memerlukan alat bantu dengar atau belum (audiologis adalah seorang profesional kesehatan yang ahli dalam mengenali dan menentukan beratnya gangguan fungsi pendengaran). Alat bantu dengar sangat membantu proses pendengaran dan pemahaman percakapan pada penderita penurunan fungsi pendengaran sensorineural. Ada beberapa macam alat bantu dengar, yaitu: 1) alat bantu dengar hantaran udara; 2) alat bantu dengar yang dipasang di badan; 3) alat bantu dengar yang dipasang di belakang telinga; 4) cros (contralateral routing of signals). 2. Pencangkokan kokleaPencangkokan koklea (implan koklea) dilakukan pada penderita tuli berat yang tidak dapat mendengar meskipun telah menggunakan alat bantu dengar. Alat ini dicangkokkan di bawah kulit di belakang telinga dan terdiri dari 4 bagian:a. Sebuah mikrofon untuk menangkap suara dari sekitarb. Sebuah prosesor percakapan yang berfungsi memilih dan mengubah suara yang tertangkap oleh mikrofon c. Sebuah transmiter dan stimulator/penerima yang berfungsi menerima sinyal dari prosesor percakapan dan merubahnya menjadi gelombang listrik d. Elektroda, berfungsi mengumpulkan gelombang dari stimulator dan mengirimnya ke otak. Suatu implan tidak mengembalikan ataupun menciptakan fungsi pendengaran yang normal, tetapi bisa memberikan pemahaman auditoris kepada penderita tuli dan membantu mereka dalam memahami percakapan. Implan koklea sangat berbeda dengan alat bantu dengar. Alat bantu dengar berfungsi memperkeras suara. Implan koklea menggantikan fungsi dari bagian telinga dalam yang mengalami kerusakan.Jika fungsi pendengaran normal, gelombang suara diubah menjadi gelombang listrik oleh telinga dalam.Gelombang listrik ini lalu dikirim ke otak dan kita menerimanya sebagai suara. Implan koklea bekerja dengan cara yang sama. Secara elektronik, implan koklea menemukan bunyi yang berarti dan kemudian mengirimnya ke otak.

PENYAKIT MENIERE

IV.1 DefinisiPenyakit Meniere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo, tinnitus, berkurangnya pendengaran yang bersifat fluktuatif dan perasaan penuh di telinga. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan manusia tidak mampu mempertahankan posisi dalam berdiri tegak. Hal ini disebabkan oleh adanya hidrops (pembengkakan) rongga endolimfa pada kokhlea dan vestibulum. Penyakit ini ditemukan oleh Meniere pada tahun 1861 dan dia yakin bahwa penyakit itu berada dalam telinga. Namun para ahli saat itu menduga bahwa penyakit itu berada dalam otak. Pendapat Meniere kemudian dibuktikan oleh Hallpike dan Cairn tahun 1938, dengan ditemukannya hidrops endolimfa setelah memeriksa tulang temporal pasien dengan dugaan menderita penyakit Meniere.(1)Vertigo berasal dari bahasa Yunani yang berarti memutar. Pengertian vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitar dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), gejala otonom seperti pucat, keringat dingin, mual, muntah, dan pusing.(8)Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar bunyi namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri (impuls sendiri). Namun tinnitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus dicari penyebabnya.(8)Gangguan pendengaran biasanya berfluktuasi dan progresif dengan pendengaran yang semakin memburuk dalam beberapa hari. Gangguan pendengaran pada penyakit Meniere yang parah dapat mengakibatkan hilangnya pendengaran secara permanen. (1,2,8)

Gambar 8. Labirin pada Penyakit Meniere

IV.2 EpidemiologiPenyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada telinga dalam. Sebagian besar kasus timbul pada laki-laki atau perempuan dewasa. Paling banyak ditemukan pada usia 20-50 tahun. Kemungkinan adakomponen genetik yang berperan dalam penyakit Meniere karena ada riwayat keluarga yang positif sekitar 21% pada pasien dengan penyakit Meniere. Pasien dengan resiko besar terkena penyakit Meniere adalah orang-orang yang memiliki riwayat alergi, merokok, stres, kelelahan, alkoholisme, dan pasien yang rutin mengonsumsi aspirin.Pada tabel di bawah ini akan menggambarkan tentang insidensi penyakit Meniere di beberapa negara.

Tabel I. Insiden penyakit Meniere di beberapa negaraTahunNegaraKasus (per juta penduduk)

1973Swedia 114

1977Jepang 160

1979India200

1985Italia85

1990Amerika Serikat153

Dikutip dari (1)Distribusi pasien dengan penyakit Meniere berdasarkan usia dan jenis kelamin di Amerika Serikat pada tahun 1990

Grafik 1. Grafik distribusi penyakit Meniere berdasarkan usia dan jenis kelaminDikutip dari (1)

IV.3 Etiologi Penyebab pasti Meniere belum diketahui. Namun terdapat berbagai teori termasuk pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang menuju labirin dan terjadi gangguan elektrolit dalam cairan labirin, reaksi alergi dan autoimun.(9)Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga yang abnormal dan diduga disebabkan oleh terjadinya malabsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Selain itu para ahli juga mengatakan terjadinya suatu robekan endolimfa dan perilimfa bercampur. Hal ini menurut para ahli dapat menimbulkan gejala dari penyakit Meniere. Para peneliti juga sedang melakukan penyelidikan dan penelitian terhadap kemungkinan lain penyebab penyakit Meniere dan masing-masing memiliki keyakinan tersendiri terhadap penyebab dari penyakit ini, termasuk faktor lingkungan seperti suara bising, infeksi virus HSV, penekanan pembuluh darah terhadap saraf (microvascular compression syndrome). Selain itu gejala dari penyakit Meniere dapat ditimbulkan oleh trauma kepala, infeksi saluran pernapasan atas, aspirin, merokok, alkohol, atau konsumsi garam berlebihan. Namun pada dasarnya belum ada yang tahu secara pasti apa penyebab penyakit Meniere.(9)

IV. 4 PatofisiologiGejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa (peningkatan endolimfa yang menyebabkan labirin membranosa berdilatasi) pada kokhlea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi dan hilang timbul diduga disebabkan oleh meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri, menurunnya tekanan osmotik dalam kapiler, meningkatnya tekananosmotik ruang ekstrakapiler, jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat (akibat jaringan parut atau karena defek dari sejak lahir).(9)Hidrops endolimfa ini lama kelamaan menyebabkan penekanan yang bila mencapai dilatasi maksimal akan terjadi ruptur labirin membran dan endolimfa akan bercampur dengan perilimfa. Pencampuran ini menyebabkan potensial aksi di telinga dalam sehingga menimbulkan gejala vertigo, tinnitus, dan gangguan pendengaran serta rasa penuh di telinga. Ketika tekanan sudah sama, maka membran akan sembuh dengan sendirinya dan cairan perilimfe dan endolimfe tidak bercampur kembali namun penyembuhan ini tidak sempurna.(9)Penyakit Meniere dapat menimbulkan : (9.10) Kematian sel rambut pada organ korti di telinga tengahSerangan berulang penyakit Meniere menyebabkan kematian sel rambut organ korti. Dalam setahun dapat menimbulkan tuli sensorineural unilateral. Sel rambut vestibuler masih dapat berfungsi, namun dengan tes kalori menunjukkan kemunduran fungsi.(9.10) Perubahan mekanisme telingaDimana disebabkan periode pembesaran kemudian penyusutan utrikulus dan sakulus kronik. Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal ditemukan perubahan morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli terutama di apeks kokhlea(helikoterma). Sakulus juga mengalami pelebaran yang sama yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimulai dari apeks kokhlea kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal kokhlea. Hal ini dapat menjelaskan tejadinya tuli saraf nada rendah pada penyakit ini.(9.10)

IV.5 Gejala KlinisPenyakit Meniere dimulai dengan satu gejala lalu secara progresif gejala lain bertambah. Gejala-gejala klinis dari penyakit Meniere yang khas sering disebut trias Meniere yaitu vertigo, tinnitus, dan tuli saraf sensorineural fluktuatif terutama nada rendah. Serangan pertama dirasakan sangat berat,yaitu vertigo disertai rasa mual dan muntah. Setiap kali berusaha untuk berdiri, pasien akan merasa berputar, mual dan muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu, kemudian keadaan akan berangsur membaik. Penyakit ini bisa seembuh tanpa obat dan gejala penyakit ini bisa hilang sama sekali. Pada serangan kedua dan selanjutnya dirasakan lebih ringan tidak seperti serangan pertama kali. Pada penyakit Meniere, vertigonya periodik dan makin mereda pada serangan-serangan selanjutnya.(11)Pada setiap serangan biasanya disertai dengan gangguan pendengaran dan dalam keadaan tidak ada serangan pendengararn dirasakan baik kembali. Gejala lain yangmenyertai serangan adalah tinnitus yang kadang menetap walaupun diluar serangan. Gejala lain yang menjadi tanda khusus adalah perasaan penuh pada telinga.(11)Vertigo periodik biasanya dirasakan dalam dua puluh menit sampai dua jam atau lebih dalam periode serangan seminggu atau sebulan yang diselingi periode remisi. Vertigo menyebabkan nistagmus, mual, dan muntah. Pada setiap serangan biasanya disertai gangguan pendengaran dan keseimbangan sehingga tidak dapat beraktivitas dan dalam keadaan tidak ada serangan pendengaran akan pulih kembali. Dari keluhan vertigonya kita sudah dapat membedakan dengan penyakit lainnya yang juga memiliki gejala vertigo seperti tumor N.VIII, sklerosis multipel, neuritis vestibularis atau vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ).(11)Pada tumor N.VIII serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan semakin lama makin kuat. Pada sklerosis multipel vertigo periodik dengan intensitas sama pada tiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak periodik dan makin lama menghilang. Pada VPPJ, keluhan vertigo datang akibat perubahan posisi kepala yang dirasakan sangat berat dan terkadang disertai rasa mual dan muntah namun tidak berlangsung lama.(8,11)Tinnitus kadang menetap (periode detik hingga menit), meskipun di luar serangan. Tinnitus sering memburuk sebelum terjadi serangan vertigo. Tinnitus sering didekripsikan pasien sebagai suara motor, mesin, gemuruh, berdenging, berdengung, dan denging dalam telinga.(1,8)Gangguan pendengaran mungkin terasa hanya berkurang sedikit pada awal serangan, namun seiring dengan berjalannya waktu dapat terjadi kehilangan pendengaran yang tetap. Penyakit Meniere mungkin melibatkan semua kerusakan saraf di semua frekuensi suara pendengaran namun paling mungkin melibatkan semua kerusakan saraf di semua frekuensi suara pendegaran namun paling umum terjadi pada frekuensi yang rendah. Suara yang keras mungkin menjadi tidak nyaman dan sangat mengganggu pada telinga yang terpengaruh.(11)Rasa penuh pada telinga dirasakan seperti saat kita mengalami perubahan tekanan udara perbedaannya rasa penuh ini tidak hilang dengan perasat valsava dan toynbee.(1,8,11)IV.6 DiagnosisKondisi penyakit lain dapat menghasilkan gejala yang serupa seperti penyakit Meniere, dengan demikian kemungkinan penyakit lain harus disingkirkan dalam rangka menegakkan diagnosis yang akurat. Evaluasi awal didasarkan pada anamnesi yang sangat hati-hati. Diagnosis penyakti ini dapat dipermudah dengan kriteria diagnosis : (1,9,11) Vertigo yang hilang timbul disertai dengan tinnitus dan rasa penuh pada telinga Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural Menyingkirkan kemungkinan penyebab sentral, misalnya tumor N.VIIIPada tumor N.VIII serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan semakin lama makin kuat. Pada sklerosis multipel vertigo periodik dengan intensitas sama pada tiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak periodik dan makin lama menghilang. Pada VPPJ, keluhan vertigo datang akibat perubahan posisi kepala yang dirasakan sangat berat dan terkadang disertai rasa mual dan muntah namun tidak berlangsung lama. Pemeriksaan fisikDiperlukan untuk memperkuat diagnosis. Bila dari hasil pemeriksaan fisik telinga kemungkinan kelainan telinga luar dan tengah dapat disingkirkan dan dipastikan kelainan berasal dari telinga dalam misalnya dari anamnesis didapatkan kelainan tuli saraf fluktuatif dan ternyata dikuatkan dengan hasil pemeriksaan maka kita sudah dapat mendiagnosis penyakit Meniere, sebab tidak ada tuli saraf yang membaik kecuali pada penyakit Meniere. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang yang dapat mendiagnosis penyakit Meniere adalah:(1,11) Pemeriksaan audiometri

Gambar 9. Audiogram tuli sensorineural pada penyakit Meniere Elektronistagmografi (ENG) dan tes keseimbangan, untuk mengetahui secara objektif kuantitas dari gangguan keseimbangan pada pasien. Pada sebagian besar pasien dengan penyakit Menieremengalami penurunan respons nistagmus terhadap stimulasi dengan air panas dan air dingin yag digunakan pada tes ini. Elektrokokleografi (ECOG), mengukur akumulasi cairan di telinga dalam dengan cara merekam potensial aksi neuron auditoris melalui elektroda yang ditempatkan dekat dengan kokhlea. Pada pasien dengan penyakit Meniere, tes ini juga menunjukkan peningkatan tekanan yang disebabkan oleh cairan yang berlebihan pada telinga dalam yang ditunjukkan dengan adanya pelebaran bentuk gelombang bentuk gelombang dengan puncak yang multipel. Brain Evoked Response Audiometry (BERA), biasanya normal pada pasien dengan penyakit Meniere, walaupun terkadang terdapat penurunan pendengaran ringan pada pasien dengan kelainan pada sistem saraf pusat. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan kontras yang disebut gadolinium spesifik memvisualisasikan n.VII. Jika ada bagian serabut saraf yang tidak terisi kontras menunjukkan adanya neuroma akustik. Selain itu pemeriksaan MRI juga dapat memvisualisasikan kokhlea dan kanalis semisirkularis.

IV.7 PenatalaksanaanPasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya diberikan pengobatan yagng bersifat simptomatik, seperti sedatif dan bila perlu bila perlu diberikan antiemetik. Pengobatan paling baik adalah sesuai dengan penyebabnya. Penatalaksanaan pada Penyakit Meniere adalah sebagai berikut :(11,14,15)A. Diet dan gaya hidupDiet rendah garam memiliki efek yang kecil terhadap konsentrasi sodium pada plasma, karena tubuh telah memiliki sistem regulasi dalam ginjal untuk mempertahankan level sodium dalam plasma. Untuk mempertahankan keseimbangan konsentrasi sodium, ginjal menyesuaikan kapasitas untuk kemampuan transport ion berdasarkan intake sodium. Penyesuaian ini diperankan oleh hormon aldosteron yang berfungsi mengontrol jumlah transport ion di ginjal sehingga akan memengaruhi regulasi sodium di endolimfe sehingga mengurangu serangan penyakit Meniere.Banyak pasien dapat mengontrol gejala hanya dengan mematuhi diet rendah garam (2000 mg/hari). Jumlah sodium merupakan salah satu faktor yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan cairan dalam tubuh dapat merusak keseimbangan antara endolimfe dan perilimfe di dalam telinga.Garam natrium yang ditambahkam ke dalam makanan biasanya berupa ikatan natrium klorida atau garam dapur, monosodium glutamat (vetsin), natrium bikarbonat (soda kue), natrium benzoat (daging kornet).Pemakaian alkohol, rokok, coklat harus dihentikan. Kafein dan nikotin juga merupakan stimulan vasoaktif dan menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dan penurunan aliran darah arteri kecil yang memberi nutrisi saraf dari telinga tengah. Dengan menghindari kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala.Olahraga yang rutin dapat menstimulasi sirkulasi aliran darah sehingga perlu untuk dianjurkan ke pasien. Pasien juga harus menghindari penggunaan obat-obatan yang bersifat ototoksik seperti aspirin karena dapat memperberat tinnitus.Selama serangan akut dianjurkan untuk berbaring di tempat yang keras, berusaha untuk tidak bergerak, pandangan mata difiksasi pada satu objek tidak bergerak, jangan mencoba minum walaupun ada perasaan mau muntah, setelah vertigo hilang pasien diminta untuk bangun secara perlahan karena biasanya setelah serangan akan terjadi kelelahan dan sebaiknya pasien mencari tempat yang nyaman untuk tidur selama beberapa jam untuk memulihkan keseimbangan.B. Farmakologi Untuk penyakit ini diberikan obat-obatan vasodilator perifer, antihistamin, antikolinergik, steroid, dan diuretik untuk mengurangi tekanan pada endolimfe. Obat-obat antiiskemia dapat pula diberikan sebagai obat alternatif dan neurotonik untuk menguatkan sarafnya selain itu jika terdapat infeksi virus dapat diberikan antivirus seperti asiklovir.Transquilizer seperti diazepam (valium) dapat digunakan pada kasus akut untuk membantu mengontrol vertigo, namun karena sifat adiktifnya tidak digunakan tidak digunakan sebagai pengobatan jangka panjang. Antiemetik seperti prometazin tidak hanya mengurangi mual dan muntah tapi juga mengurangi gejala vertigo. Diuretik seperti tiazide dapat membantu mengurangi gejala penyakit Meniere dengan menurunkan tekanan dalam sistem endolimfe. Pasien harus diingatkan untuk banyak makanan yang mengandung kalium seperti pisang, tomat, dan jeruk ketika menggunakan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium.C. LatihanRehabilitasi penting dilakukan sebab dengan melakukan latihan sistem vestibuler ini sangat menolong. Kadang-kadang gejala vertigo dapat diatasi dengan latihan yang teratur danbaik. Orang-orang yang karena profesinya menderita vertigo dapat diatasi dengan latihan yang intensif sehingga gejala yang timbul tidak lagi mengganggu pekerjaan sehari-hari.(1,9,12)Ada beberapa latihan, yaitu : canalit reposition treatment (CRT) / epley manouver dan brand-darroff exercise. Dari beberapa latihan ini kadang memerlukan seseorang untuk membantunya tapi ada juga yang dapat dikerjakan sendiri.Dari beberapa latihan, umumnya yang dilakukan pertama adalah CRT jika masih terasa ada sisa baru dilakukan brand-darroff exercise.

Gambar 10. canalit reposition treatment (CRT) / epley manouverDikutip dari (13)

Gambar 11. brand-darroff exerciseD. Penatalaksanaan bedahOperasi yang direkomendasikan bila serangan veertigo tidak terkontrol antara lain: Dekompresi sakus endolimfatikusOperasi ini mendekompresikan cairan berlebih di telinga dalam dan menyebabkan kembali normalnyatekanan terhadap ujung saraf vestibulokokhlearis. Insisi dilakukan di belakang telinga yang terinfeksi dan air cell mastoid diangkat agar dapat melihat telinga dalam. Insisi kecil dilakukan pada sakus endolimfatikus untuk mengalirkan cairan ke rongga mastoid.Secara keseluruhan sekitar 60% pasien serangan vertigo menjadi terkontrol, 20% mengalami serangan yang lebih buruk. Fungsi pendengaran tetap stabil namun jarang yang membaik dan tinnitus tetap ada, 2% mengalami tuli total dan vertigo tetap ada. LabirinektomiOperasi ini mengangkat kanalis semisirkularis dan saraf vestibulokokhlearis. Dilakukan dengan insisi di telinga belakang dan air cell mastoid diangkat, bila telinga dalam sudah terlihat, keseluruhan labirin tulang diangkat. Setelah satu atau dua hari paskaoperasi, tidak jarang terjadi vertigo berat. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan. Setelah seminggu, pasien mengalami periode ketidakseimbangan tingkat sedang tanpa vertigo, sesudahnya telinga yang normal mengambil alih seluruh fungsi keseimbangan. Operasi ini menghilangkan fungsi pendengaran telinga. Neurektomi vestibulerBila pasien masih dapat mendengar, neurektomi vestibuler merupakan pilihan untuk menyembuhkan vertigo dan pendengaran yang tersisa. Dilakukan insisi di belakang telinga dan air cell mastoid diangkat, dilakukan pembukaan pada fossa durameter dan n.VIII dan dilakukan pemotongan terhadap saraf keseimbangan. Pemilihan operasi ini mirip labirinektomi. Namun karena operasi ini melibatkan daerah intrakranial, sehingga harus dilakukan pengawasan ketat paskaoperasi. Operasi ini diindikasikan pada pasien di bawah 60 tahun yang sehat.Sekitar 5% mengalami tuli total pada telinga yang terinfeksi, paralisis wajah sementara dapat terjadi selama beberapa hari hingga bulan, sekitar 85% vertigo dapat terkontrol. Labirinektomi dengan zat kimiaMerupakan operasi dimana menggunakan antibiotik (streptomisin atau gentamisin dosis kecil) yang dimasukkan ke telinga dalam. Operasi ini bertujuan mengurangi proses penghancuran saraf keseimbangan dan mempertahankan pendengaran yang masih ada. Pada kasus penyakit Meniere, diberikan streptomisin intramuskular dapat menyembuhkan serangan vertigo dan pendengaran dapat dipertahankan. Endolimfe shuntOperasi ini masih kontroversi karena banyak peneliti yang menganggap operasi ini merupakan plaseboAda dua tipe dari operasi ini yaitu:a) Endolimfe subaraknoid shunt : dengan mempertahankan tuba diantara endolimfe dan kraniumb) Endolimfe mastoid shunt : dengan menempatkan tuba antara sakus endolimfatikus dan rongga mastoid. (14,15)

Gambar 12. Skema pentalaksanaan penyakit MeniereIV.8 PrognosisPenyakit Meniere belum dapat disembuhkan dan bersifat progresif, tapi tidak fatal dan banyak pilihan terapi untuk mengobati gejalanya. Penyakit ini berbeda untuk tiap pasien. Beberapa pasien mengalami remisi spontan dalam jangka waktu hari hingga tahun. Pasien lain mengalami perburukan gejala secara cepat. Namun ada juga pasien yang perkembangan penyakitnya lambat.(11,15)Belum ada terapi yang efektif untuk penyakit ini namun berbagai tindakan dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan dan progresivitas penyakit. Sebaiknya pasien dengan verigo berat disarankan untuk tidak mengendarai mobil, naik tangga dan berenang.(11,15)

ABSES SUBMANDIBULA

DefinisiAbses leher dalam terbentuk didalam ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai kelanjutan infeksi dari daerah kepala leher. Pada abses submandibula, ruang potensial ini terdiri dari ruang sublingual dan submaksial yang dipisahkan oleh otot milohiod.

AnatomiRuang submandibula memiliki batas inferior yaitu lapisan superfisial fasia leher yang memanjang dari hyoid ke mandibula. Batas lateral dibentuk oleh mandibula itu sendiri dan batas superior yaitu mukosa dari dasar mulut.Ruang submandibula terbagi atas ruang sublingual dan submaksila yang dipisahkan oleh M. Mylohyoid. Ruang submaksial terdiri dari kelenjar sublingual, N. XII dan duktus Wharton yang berhubungan dengan ruang submaksial melalui batas posterior dari M. Miohyoid, disekitar inilah pus dapat dengan mudah berkumpul. Ruang submaksial dibagi oleh anterior belly M. Digastrikus yang menjadi kompartemen sentral submental dan ruang submaksial lateral.

EtiologiInfeksi leher dalam potensial terjadi pada ruang faring. Sumber infeksi dapat berasal dari gigi-geligi, faring, atau akibat trauma pada saluran nafas atas dan organ cerna atas, dimana terjadi perforasi pada membrana mukosa pelindung mulut atau ruang faring. Selain itu infeksi kelenjar air liur, ISPA, benda asing dan intervensi alat medis (iatrogenik) dapat menjadi fakotr penyebab abses leher dalam. Kemudia penyalahgunaan pemakain obat intravena juga merupakan salah satu faktor predisposisi kasus abses ini.

PatofisiologiRuang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan ruang submaksila. Ruang sublingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot milohyoid. Ruang submaksila selanjutnya dibagi lagi atas ruang submental dan ruang submaksila lateral oleh otot digastrikus anterior. Abses dapat terbentuk di runag submandibula atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher dan kepala.Abses leher dalam dapat terjadi karena berbagai macam proses diantaranya:1. Penyebaran abses leher dalam dapat timbul dari rongga mulut, wajah atau infeksi leher superfisial ke ruang leher dalam melalui sistem limfatik.2. Limfadenopati dapat menyebabkan terjadinya supurasi dan akhirnya abses fokal3. Infeksi menyebar ke ruang leher dalam melalui celah antara ruang leher dalam4. Infeksi langsung yang terjadi karena trauma tembus. Karena terjadi diskontinuitas dasar mulut dan regio submandibula yaitu daerah sekeliling batas posterior m. Mielohyoid dan dalamnya akar-akar gigi molar dibawah mielohyoid, maka infeksi supuratif pada mulut dan gigi-geligi dapat timbul di trigonum submandibularis.

PemeriksaanDiagnosis untuk suatu abses leher dalam kadang sulit ditegakkan bila hanya berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Ditemukan pembengkakan dibawah rahang baik unilateral maupun bilateral dan berfluktuasi. Karena itu diperlukan studi radiografi untuk membantu menegakkan diagnosis, menyingkirkan kemungkinan penyakiti lainnya dan perluasan penyakit. Pemeriksaan yang digunakan:1. Foto polos leher posisi lateral Terdapat gambaran tissue swelling tampak sebagai bayangan radioopak.2. CT-Scan Dengan menggunakan kontras merupakan suatu Gold Standard untuk mengevaluasi keadaan infeksi pada abses leher dalam. Abses akan tampak sebagai bangunan atau lesi, air fluid level, dan lokulasi. Pemeriksaan dengan CT-Scan memiliki sensitifitas hampir 95%.Pentalaksanaan dan PrognosisKematian yang terjadi akibat kasus abses submandibula lebih dari 50%. Namun seiring dengan penggunaan antibiotika yang semakin baik dan spesifik, angka mortalitas pun menurun hingga mencapai 5%. Pemberian antibiotik intravena memberikan prognosis baik jika digunakan pada masa awal kasus penyakit.Tindakan operatif dilakukan jika terjadi obstruksi jalan napas, abses yang terlokaslisir dan kegagalan penggunaan antibiotik untuk memperbaiki porgnosis baik.

BAROTRAUMA (AEROTITIS)

A. DefinisiBarotrauma merupakan suatu kerusakan yang diakibatkan oleh karena peningkatan tekanan udara atau tekanan dalam air yang dialami selama penerbangan atau selama di dalam air. Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan negative di rongga telinga tengah, sehingga cairan keluar dari pembuluh darah, menyebabkan cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.

B. Gejala KlinisKeluhan pasien adalah sebagai berikut:1. Nyeri pada telinga2. Autofoni 3. Rasa tidak nyaman pada salah satu atau kedua telinga4. Penurunan pendengaran ringan sampai tinnitus5. Rasa penuh pada telinga6. Jika kondisi memburuk dan berlangsung lama maka dapat terjadi nyeri ekstrim pada telinga, merasa ada tetkanan dalam telinga, pusing (vertigo), keluarnya darah atau cairan yang berasal dari telinga, menunjukkan telah terjadi ruptur membrane timpani.

C. KlasifikasiBarotrauma dapat dibagi menjadi:1. Barotrauma AscendingSaat pesawat terbang tinggi, tekanan udara atmosfer berkurang dan gas dalam telinga tengah mengembang sesuai dengan hukum Boyle. Jika tuba tidak terbuka, maka tekanan dalam telinga tengah menjadi positif relative sehingga mendorong membrane timpani ke arah lateral (bulging).2. Barotrauma DescendingPada saat pesawat turun tekanan atmosfer akan meningkat sehingga volume telinga tengah negative, hal ini menyebabkan membrane timpani tertarik ke medial (retraksi).Berdasarkan lokasi, barotraumas dapat dibagi menjadi:1. Barotrauma elinga luar2. Barotrauma telinga tengah3. Barotraumas telinga dalam (implosive atau explosive)

D. Derajat Kerusakan Membran TimpaniTabel Derajat kerusakan membrane timpaniDerajat kerusakanTemuan Pemeriksaan Otoskopi

0Pemeriksaan normal

1Retraksi dan injeksi membran timpani

2Perdarahan sedikit pada membran timpani

3Perdarahan luas pada membran timpani

4Hemotimpanum

5Perforasi membran timpani

E. TatalaksanaUsaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah permen karet atau melakukan perasat valsava terutama sewaktu pesawat terbang mulai turun untuk mendarat. Selain itu juga bisa dengan menghirup napas dalam, kemudian keluarkan dengan lembut dengan cara menutup lubang hidung dan mengeluarkan melalui mulut. Menghisap permen atau menguap juga bisa dijadikan terapi pencegahan.Jika penatalaksanaan yang dilaksanakan secarra mandiri tidak berhasil mengurangi rasa tidak nyaman dalam beberapa jam atau jika barotrauma dirasakan semakin memberat, maka diperlukan tindakan medis. Pengobatan biasanya cukup dengan cara konservatif saja yaitu dengan memberikan dekongestan lokal atau melakukan perasat valsava selama tidak terdapat infeksi di jalan napas atas. Apabila cairan atau cairan yang bercampur darah menetap di telinga tengah sampai beberapa minggu, maka dianjurkan untuk tindakan miringotomi dan bila perlu memasang pipa bentilasi (Grommet). Selain itu dapat diberikan antihistamin atau kortikosteroid. Pemberian obat-obatan tersebut bertujuan mengurangi kongesti nasal dan tetap menjaga agar tuba eustachius selalu terbuka. Sedangkan antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi telinga yang terjadi lebih berat. Kebanyakan kasus barotraumas yang persisten dapat ditangani dengan pemberian dekongestan. Jika tuba tetap tidak terbuka dengan terapi tersebut maka dianjurkan untuk operasi miringotomi.

OTHEMATOMAHematoma daun telinga biasanya sering terjadi pad anak anak disebabkan oleh trauma. Lokasinya di permukaan luar daun telinga. Terdapat kumpulan darah diantara perikondrium dan tulang kondrium. Kumpulan darah ini harus dikeluarkan secara steril guna mencegah terjadinya infeksi yang nantinya dapat menyebabkan terjadinya perikondritis. Perikondritis ini adalah radang pada tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga. Bila pengobatan dengan antibiotic gagal dapat timbul komplikasi berupa mengkerutnya daun telinga akibat hancurnya tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga (cauliflower ear).

DISFAGIA

DefinisiDisfagia diefinisikan sebagai kesulitan dalam mengalirkan makanan padat atau cair dari mulut melalui esofagus. Penderita disfagia mengeluh sulit menelan atau makan terasa tidak turun ke lambung. Disfagia harus dibedakan dengan odinofagia (sakit waktu menelan). Disfagia dapat disebabkan oleh gangguan pada masing-masing fase menelan yaitu pada fase orofaringeal dan fase esofageal.Keluhan pada fase orofaringeal berupa keluhan adanya regurgitasi ke hidung, terbatuk waktu berusaha menelan atau sulit untuk mulai menelan. Sedangkan pada fase esofageal pasien mampu menelan tetapi terasa bahwa yang ditelan terasa tetap mengganjal atau tidak mau turun serta sering disertai nyeri retrosternal. Disfagia awalnya terutama terjadi pada waktu menelan makanan padat dan secara progresif kemudia terjadi pula pada makanan cair, diperkirakan bahwa penyebabnya adalah kelainan mekanik atau struktural. Sedangkan bila gabungan makanan padat dan cair diperkirakan penyebabnya adalah ganguan neuromuskular. Bila keluhan bersifat progresif, sangat dicurigai adanya proses keganasan.EtiologiBerdasarkan penyebabnya:1. disfagia mekanik, timbul bila terjadi penyempitan lumen esofagus. Penyebab adalah sumbatan lumen esofagus oleh massa tumor dan benda asing. Peradangan mukosa esofagus, striktura, penekanan dari luar, arteri subklavia yang abnormal.2. disfungsi motorik, timbul bila terjadi kelainan neuromuskular yang berperan dalam proses menelan. Penyebab adalah akalasia, spasme difus esofagus, kelumpuhan otot faring dan skleiderma esofagus.3. disfagia oleh karena gangguan emosi, atau tekanan jiwa yang berat dikenal sebagai Globus Histerikus.Berdasarkan fase letaknya:1. fase orofaringeal; penyakit serebrovaskular, miastenia gravis, kelainan muskular, tumor, divertikulum Zenker, gangguan motilitas/sfingter esofagus atas.2. fase esofageal; inflamasi, striktur esofagus, tumor, penekanan dari luar esofagus, akalasia, spasme esofagus difusa, skleroderma.

Tanda dan Gejala1. disfagia oral atau faringeal Batuk atau tersedak saat menelan Kesulitan pada saat mulai menelan Makanan lengket di kerongkongan Sialorrhea Penurunan berat badan Perubahan pola makan Pneumonia berulang Perubahan suara Regusgitasi nasal2. disfagia esoofageal Sensasi makanan tersangkut di tenggorokan atau dada Regurgitasi oral atau faringeal Perubahan pola makan Pneumonia rekurenKeluhan lain berupa mual, muntah, rasa panas di dada, hematemesis, melena, odinofagia (rasa nyeri saat menelan), hipersalivasi.Diagnosis dan Pemeriksaan FisikAnamnesis Jenis makanan Progresifitas dalam beberapa waktu terakhir Terdorong dengan cairan atau tidak Penyakit sebelumnya Waktu dan perjalanan penyakit Lokasi daerah sumbatanPemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik, periksa mekanisme motoris oral dan laryngeal. Pemeriksaan N. V dan VII XII penting dalam menentukan bukti fisik dari disfagia orofaringeal Pengamatan langsung penutupan bibir, rahang, mengunyah, pergerakan dan keukatan lidah, elevasi palatal dan laryngeal, salivasi dan sensitifitas oral. Perabaan daerah leher Periksa kesadaran dan status kognitif pasien karena dapat mempengaruhi keamanan menelan dan kemampuan kompensasinya. Dysphonia dan dysartria adalah tanda disfungsi motori struktur-struktur yang terlibat pada proses menelan Periksa mukosa dan gigi-geligi mulut Periksa refleks muntah Periksa fungsi pernapasan Tahap terakhir adalah pengamatan langsung aktifitas menelan. Setelah menelan, amati pasien selama 1 menit atau lebih jika ada batuk tertunda. Periksa pemebsaran jantung, elongasi aorta.Pemeriksaan Penunjang Esofagoskopi (pemeriksaan endoskopi untuk esofagus); untuk melihat langsung isi lumen esofagus dan keadaan mukosa Barium meal (esofagografi) Fluroskopi; untuk melihat kelenturan dinding esofagus, adanya gangguan peristaltik, penekanan lumen esofagus dari luar, isi lumen esofagus dan kelainan mukosa esofagus. Manometri esofagus untuk menilai fngsi motorik esofagus dengan mengukur tekanan dalam lumen esofagus dan tekanan sfignter esofagus sehingga dapat dinilai gerakan peristaltik secara kualitatif dan kuantitaitf CT-Scan; untuk mengevaluasi bentuk esofagus dan jaringan disekitarnya MRI; untuk membantu melihat kelainan di otak yang menyebabkan disfagia secara motorikPenatalaksanaanTerdapat pengobatan yang berbeda untuk berbagai jenis disfagia. Pertama dokter dan ahli patologi bahasa yang menguji dan menangani gangguan menelan menggunakan berbagai pengujian yang memungkinkan untuk melihat berbagai fungsi menelan. Salah satu pengujian tersebut disebut dengan laringoskopi serat optik yang memungkinkan dokter untuk melihat keadaan tenggorokan. Pemeriksaan lain termasuk video fluroskopi, yang mengambil video rekaman pasien dalam menelan dan ultrasound, yang menghasilkan gambaran organ dalam tubuh, dapat secara bebas nyeri memperlihatkan tahapan-tahapan dalam menelan.Setelah penyebab disfagia ditemukan, pembedahan dan. Atau obat-obatan dapat diberikan. Jika mengobati penyebabn disfagia tidak membantu, dokter mungkin akan mengirimkan pasien kepada ahli patologi hologis yang terlatih dalam mengatasi dan mengobati masalah gangguan menelan.Pengobatan dapat melibatkan latihan otot untuk memperkuat otot wajah atau untuk meningkatkan koordinasi. Untuk lainnya, pengobatan dapat melibatkan pelatihan menelan dengan cara khusus. Sebagai contoh, beberapa orang harus makan dengan posisi kepala menegok ke salah satu sisi atau melihat lurus kedepan. Meyiapkan makanan sedemikian rupa atau menghindari makanan tertentu dpat menolong orang lain. Sebagai contoh mereka yang tidakdapat menelan minuman mungkin memerlukan pengental khusus untuk minumannya. Orang lain mungkin harus menghindari makanan atau minuman yang panas atau dingin.

DAFTAR PUSTAKA1. Hain, TC, Yacovino D. Meniere Disease. 2003. Available at : http://www.dizziness-and-balance/disorders/menieres/menieres_english.html. Accessed on April 28th, 2012.2. National Institute and Other Communication Disorder. Menieress Disease. Available at : http://nidcd.nih.gov/healthinfo/balance/menieresdisease.htm. Accessed on April 28th, 2012.3. Ellis H. The Special Senses : The Ear. In : Clinical Anatomy, Applied Anatomi for Students and Junior Doctor. 6th Ed. Massachussetts. Blackwell Publishing. 20-6. 384-387.4. Liston LS, Duvail AJ. Embriologi, Anatomi, dan Fisiologi Telinga. Dalam : BOEIS Buku Ajar THT Edisi ke 6. Editor : Efendi H, Santosa K. Jakarta : EGC. 1997. 27-38.5. Soetirto I, Hendamin H, Bashiruddin J. Ganguan Pendengaran. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidunng, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Editor : Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. 10-16.6. Sherwood L. Telinga : Pendengaran dan Keseimbangan. Dalam : Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC. 2006. 176-189.7. Anderson JH, Levine SC. Sistem Vestibularis. BOEIS Buku Ajar THT Edisi ke 6. Editor : Efendi H, Santosa K. Jakarta : EGC. 1997. 39-45.8. Bashiruddin J, Hadjar E, Alviandi W. Gangguan Keseimbangan. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidunng, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Editor : Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. 94-101.9. Hadjar E, Bashiruddin J. Penyakit Meniere. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidunng, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Editor : Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. 102-103.10. Paparella MM. Pathogenesis and Pathophysiology of Meniere Disease. Acta Otolaryngol (Stockh). 2006 ; (suppl 485)26.11. Levine SC. Penyakit Telinga Dalam. Dalam : BOEIS Buku Ajar THT Edisi ke 6. Editor : Efendi H, Santosa K. Jakarta : EGC. 1997. 136-137.