Refer At

127
Referat Pembimbing: Dr.Dian N, Sp.THT Prima cendy 2008730030

description

qwertyhujk

Transcript of Refer At

Referat

Referat Pembimbing:Dr.Dian N, Sp.THT

Prima cendy 2008730030

OTITIS MEDIA AKUT

STADIUM OMA

3STADIUM OMA

TERAPISTADIUM OMA

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK Definition

Perforasi subtotal (telinga kanan)

Cholesteatoma

Ada 2 Tipe otitis media supuratif kronik Otitis media supuratif kronik beniga (tipe mukosa. Tipe ini tidak berbahaya dan tidak terdapat kolesteatomOtitis media supuratif kronik maligna. Tipe ini berbahaya dan terdapat kolesteatom.

Cholesteatoma

Gejala otitis media supuratif tipe benigna :

Gejala otitis media supuratif tipe maligna :

Pengobatan

SinusitisMerupakan inflamasi yang terjadi pada satu atau lebih organ sinus paranasal

Klasifikasi Sinusitis di kategorikan menjadi tiga bagian:

Sinusitis akut ( beberapa hari 4minggu)

Sinusitis sub akut ( 4mgg- 3 bln)

Sinusitis kronik ( > 3bln)

Hal 16

19

20

22

Terapi Diberikan antibiotik selama 10-14 hari golongan penisilin. Diberikan dekongestan hidung danAnalgetik untuk anti nyeri.

25DefinisiRinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik.

Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.

Rinitis alergiKlasifikasi rhinitis alergi menurut guideline ARIA (2001)Berdasarkan lama terjadinya gejala:KlasifikasiGejala di alami selamaIntermitenKurang dari 4 hari seminggu, atau kurang dari 4 minggu setiap saat kambuhpersistenlebih dari 4 hari seminggu, atau lebih dari 4 minggu setiapsaat kambuhBerdasarkan Keparahan dan kualitas hidupRingan tidak mengganggu tidur, aktivitas harian, olahraga, sekolah,atau pekerjaantidak ada gejala yang menggangguSedang sampai berattidak mengganggu tidur, aktivitas harian, olahraga, sekolah,atau pekerjaantidak ada gejala yang menggangguDIAGNOSIS RINITIS ALERGI

Prick TestMerupakan uji alergi, dengan menggunakan uji tusuk. Tempat uji kulit yang paling baik adalah pada daerah volar lengan bawah dengan jarak sedikitnya 2 sentimeter dari lipat siku dan pergelangan tangan

Antihistamin dapat mengurangi reaktivitas kulit. Oleh karena itu, obat yang mengandung antihistamin harus dihentikan paling sedikit 3 hari sebelum uji kulitPatch test.Dilakukan untuk menunjukkan yang memicu dermatitis kontak alergi.Jika terdapat alergi antibodi dalam tubuh, akan timbul gatal, lebih mirip gigitan nyamuk. Reaksi ini menunjukkan adanya alergi terhadap zat tersebutAntigen yang digunakan biasanya yang telah berkontak dengan individu normal, misalnya tetanus, difteria, streptokokus, tuberkulin (OT),Candida albicans, trikofiton, dan proteus.

7 jenis antigen (Candida albicans, toksoid tetanus, toksoid difteri, streptokinase,old tuberculine, trikofiton, dan proteus) serta kontrol gliserin secara bersamaan sekaligus dapat diujiPENATALAKSANAAN RINITIS ALERGIMenghindari kontak dengan alergen pennyebabnya (avoidance) dan eliminasiSimptomatis:Medikamentosa antihistaminOperatif konkotomi parsial (pemotongan sebagian konka inferior), konkoplasti atau multiple outfractured, inferior turbinoplastyImunoterapi & netralisasi Desensitasi dan hiposensitisasi

Penatalaksanaan

Karsinoma NasoFaring

GEJALA KLINIKGejala NasofaringPilek lama yang tidak sembuhEpistaksis ringan atau sumbatan hidung. Gejala Telinga TinitusGangguan PendengaranOtalgiaGejala Mata dan SarafDiplopiaNeuralgia trigeminalKarsinoma akan mengenai saraf otak penjalaran melalui foramen jugulare. Gangguan ini sering di sebut JACKSON. Bila mengenai seluruh saraf otak di sebut sindrome unilateral,

Gejala metastasis atau gejala di leherBenjolan di leher

Lokasi tersering adalah fossa rossenmular

Primary tumor (T)TX tumor primer tidak dapat dinilaiT0 tidak tampak tumorT1 tumor terbatas di nasofaringT2 tumor meluas ke jaringan lunakT2a perluasan tumor ke orofaring/rongga hidung tanpa perluasan ke parafaringT2b disertai perluasan ke parafaringT3 tumor menginvasi struktur tulang dan/sinus paranasalT4 tumor dengan perluasan intrakranial dan/atau terdapat keterlibatan saraf kranial,fosaa infratemporal, hipofaring, orbita atau ruang mastikator.

Regional lymph nodes (N)NX pembesaran KGB tidak dapat dinilaiN0 tidak ada pembesaranN1 metastasis KGB unilateral, dengan ukuran terbesar 6 cm, diatas fossa supraklavikulaN2 - metastasis KGB bilateral, dengan ukuran terbesar 6 cm, diatas fossa supraklavikulaN3 - metastasis KGB bilateral, dengan ukuran >6 cm, atau terletak didalam fossa supraklavikulaN3a ukuran > 6 cmN3b di dalam fossa supraklavikula

Distant metastasis (M)MX metastasis jauh tidak dapat dinilaiM0 tidak ada metastasis jauhM1 terdapat metastasis jauh

STADIUM

PenatalaksanaanAbses leher dalem

Ruang retrofaring

Ruang RetrofaringBerisi jaringan ikat jarang dan fasia prevertebralisBatas atas : basis craniiBatas bawah : fasia servikalisBatas depan : dinding belakang faring (mukosa faring. Fasia faringobasilaris, oto-otot laring)Batas lateral : fosa faringomaksilaPada anak-anak banyak terisi kelenjar limfeKelenjar limfe berkurang dg pertumbuhan anak

Ruang prevertebraTerletak diantara otot-otot prevertebra dan fasia pravertebra. Infeksi disini dapat menerobos ke lateral atau inferior ke dalam mediastinum psoteriorRuang prevertebra merupakan ruang silindris dari lapisan yang mengelilingi columna vertebralis dan otot.Lapisan prevertebra melekat sepanjang psteerior dari ligamentum nuchae dan bagian superiornya berlanjut melingkari garis yang berlekatan dengan dasar tengkorak.

Ruang SuprahioidTerletak diatas tulang hioid antara lapisan selubung dan pembungkus m. milohioid.Infeksi disini dapat meluas keruang submental atau submaksila atau dapat meluas ke bawah ke dalam ruang viseraRuangSuprahioid

Ruang ParafaringMerupakan rongga segitiga besar dipenuhi dengan jaringan lemak longgar, terletak lateral dari faringDikenal sebagai faringomaksila, perifaring atau ruang faring lateral terdiri dari dua bagian, anterior (prastiloid) dan posterior (retrostiloid)Berbentuk kerucut dengan dasar tulang tengkorak dan puncaknya pada kornu mayus os hioid.Batas dalam : m. Konstriktor faring superiorBatas luar : ramus ascenden mandibula

RuangSuprahioidRuang PretrakealBerisi kumpulan fasia yang mengelilingi trakhea dan gland tiroid.Bagian Anterior : Berisi lapisan pratrakea yang melewai leher, hanya posterior otot infrahioid dan menutupi trachea adan kelenjar tiroid

GejalaGejala tonsilitis akutOdinofagia (nyeri menelan) yg hebatTrismus (sulit membuka mulut)Otalgia (nyeri telinga)RegurgitasiMulut berbau (foetor ex ore)HipersalivaSuara gumam (hot potato voice)Pembengkakan & nyeri tekan KGB submandibula

Abses Peritonsil(Quinsy)

Abses peritonsil merupakan terkumpulnya material purulen yang terbentuk di luar kapsul tonsil dekat kutub atas tonsilSebagai komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar mukus Weber di kutub atas tonsilEtiologi = tonsilitis, dapat ditemukan kuman aerob & anaerob50PenatalaksanaanStadium infiltrasi: Antibiotika gol. Penisilin/klindamisin Obat simtomatik Kumur- kumur dengan cairan hangat dan kompres dingin pada leher. Bila telah terbentuk abses: Pungsiinsisi Kemudian pasien dianjurkan operasi tonsilektomi

Abses Peritonsil(Quinsy)TonsilektomiUmumnya tonsilektomi sesudah infeksi tenang: 2-3 minggu setelah drainase abses.

51ABSES RETROFARINGGejala dan tandaRasa nyeri dan sukar menelanPada anak kecil rasa nyeri membuat anak menangis terus, tidak mau mkan dan minumDemam, leher kaku dan nyeriSesak napasStridorPerubahan suaraTerdapat benjolan pada dinding belakang faring Mukosa bengkak dan hiperemis

Insisi melalui laringoskopi langsung dalam posisi pasien baring trendelnburg.Pus yang keluar diisap, agar tidak aspirasiDalam anetesia lokal atau umum

Abses RetrofaringTindakan InsisiTerapi Antibiotik spektrum luas dosis tinggi parenteral Pungsi dan insisi abses melalui laringoskopi langsung

Gejala dan Tanda Trismus Pembengkakan sekitar angulus mandibula Demam tinggi Pembengkakan dinding lateral faring menonjol ke medial

ABSES PARAFARINGTerapi Antibiotik spektrum luas dosis tinggi parenteral Evakuasi abses Insisi

Abses ParafaringTindakan Insisi2 jari dibawah dan sejajar mandibulaSecara tumpul eksplorasi dilanjutkan dari batas anterior m. Sternokleidomastoideus ke arah atas belakang menyusuri bagian medial mandibula dan m. Pterigoid interna mencapai ruang parafaring dengan terabanya prosessus stiloidPus dalam selubung karotid insisi dilanjutkan vertikal dari pertengahan insisi horizontal ke bawah di depan m. sternokleidomastoideus55Gejala dan Tanda Demam dan nyeri leher Pembengkakan di bawah mandibula & / dibawah lidah Trismus

Abses Submandibula

56TerapiAntibiotik dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob secara parenteralEvakuasi abses : abses yg dangkal/terlokalisasi dalam anastesi lokal Abses yg dalam dan luaseksplorasi dalam narkosisPasien dirawat inap 1-2 hari sampai gejala dan tanda infeksi meredaAbses SubmandibulaTindakan InsisiDibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os. Hioid, tergantung letak dan luas abses57Gejala dan tandaNyeri tenggorok dan leherPembengkakan di daerah submandibula, yang tampak hiperemis dan keras pada perabaanDasar mulut membengkak dapat mendorong lidah ke atas belakangjalan napas tersumbat sesak napas.

Angina Ludovici(Angina Ludwig)

58TerapiAntibiotik dosis tinggi spektrum luas secara parenteralLakukan eksplorasi yang dilakukan untuk tujuan dekompresi (mengurangi ketegangan)Evakuasi pus atau jaringan nekrosisInsisi di garis tengah secara horizontal setinggi os hioid (3-4 jari dibawah mandibula)Lakukan pengobatan terhadap sumber infeksi untuk mencegah kekambuhanPasien dirawat inap sampai infeksi mereda.Angina Ludovici(Angina Ludwig)Insisi Angina LudoviciEksplorasi tujuan : dekompresi dan evakuasi pusInsisi dilakukan di garis tengah secara horizontal setinggi os. Hioid (3-4 jari di bawah mandibula)59Pemeriksaan penala

Tes garis pendengaran.

Tes Rinne

TES WEBERTes schwabach Tujuan : Membanding hantaran lewat tulang antara penderita dan pemeriksaNormal :schwabach normalTuli konduksi :schwabach memanjangTuli sensori neural :schwabach memendekTes Garpu TalaRingkasan interpretasiTuli konduktifTESTuli sensorineuralNormal Batas atas Menurun Naik Batas bawah Normal Negatif Rinne Positif False positif/ negatif Laterilasi kesisi sakit Weber Lateralisasi kesisi sehat Memanjang Schwabach Memendek

62TULI MENDADAKGejala KlinisGejalaIskemik KokleaVirusTimbulMendadak/menahunMendadakSifat Sementara atau berulang tetapi biasanya menetap. Tuli biasanya bersifat tidak berat atau tidak berlangsung lama.Disertai vertigo dan tinitusLetak Unilateral atau bilateral, dapat disertai tinutus dan bilateralUnilateral 64Penatalaksanaan Tirah baring (total bed rest) selama dua mingguVasodilatansiaDengan memberikan Complamin injeksi dengan dosis sebagai berikut3 x 1200 mg (4 ampul) selama 3 hari3 x 900 mg (3 ampul) selama 3 hari3 x 600 mg (2 ampul) selama 3 hari3 x 300 mg (1 ampul) selama 3 hariPrednison (kortikosteroid)Pemberian dengan dosis 4 x 10 mg (2 tablet), dan tapering off tiap 3 hari (hati hati pada pasien diabetes mellitus)

Vitamin C 500 mg 1 x 1 tablet/hariNeurobion (neurotonik) 3 x 1 tablet/1 hariDiit rendah garam dan resdah kolesterolInhalasi oksigen 4 x 15 menit (2 Liter/menit), obat anti virus sesuai dengan virus penyebab.Hipertonik Oksigen Terapi (HB)

EVALUASI HASILSangat Baik, apabila perbaikan lebih dari 30 dB pada frekuensi.Sembuh, apabila perbaikan ambang pendengaran kurang dari 30 dB pada frekuensi 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, dan di bawah 25 dB pada frekuensi 4000 Hz.Baik, apabila rata rata perbaikan 10 30 dB pada 5 frekuensi.Tidak ada perbaikan, apabila terdapat perbaikan kurang dari 10 dB pada 5 frekuensi.

Fungsi pendengaran harus dievaluasi setiap minggu selama satu bulanOtotoksisitas

OtotoksisitasTelinga

Fisiologi Pendengaran71

Fisiologi keseimbangan Statis

keseimbangan yang berhubungan dengan orientasi letak kepala (badan) terhadap gravitasi bumi.

Suatu upaya pertahanan keseimbangan tubuh terhadap gerakan-gerakan berbagai arah, misalnya berputar, jatuh, percepatan, dsb.

Fisiologi keseimbangan Dinamis

BPPV(Benign Paroxysmal Positional VertigodefinisiBenignParoxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan periferdengan gejala vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala.patofisiologiHorald Schuknecht (1962)Epley (1980Teori cupulolithiasisTeori canalolithiasisPenatalaksanaanBPPV dengan mudah diobati. Partikel dengan sederhanaperlu dikeluarkan dari kanal semisirkular posterior danmengembalikannya ke mana mereka berasal. Beberapa manuver yang dapat dilakukan, antara lain :Canalith Reposisi Prosedur (CRT)/Epley manuver : CRP adalah pengobatan non-invasif untuk penyebab paling umum dari vertigo, terutama BPPV, CRP pertama kali digambarkan sebagai pengobatan untuk BPPV di tahun 1992.Keterangan Gambar :Pertama posisi duduk, kepala menoleh ke kiri ( pada gangguan keseimbangan / vertigo telinga kiri ) (1), kemudian langsung tidur sampai kepala menggantung di pinggir tempat tidur (2), tunggu jika terasa berputar / vertigo sampai hilang, kemudian putarkepala ke arah kanan ( sebaliknya ) perlahansampai muka menghadap ke lantai (3), tunggu sampai hilang rasa vertigo, kemudian duduk dengan kepala tetap pada posisi menoleh ke kanan dan kemudianke arah lantai (4), masing-masing gerakan ditunggu lebih kurang 30 60 detik. Dapat dilakukan juga untuk sisi yang lain berulang kali sampai terasa vertigo hilang.

semont liberatory Keterangan Gambar :Pertama posisi duduk (1), untuk gangguan vertigo telinga kanan, kepala menoleh ke kiri, kemudian langsung bergerak ke kanan sampai menyentuh tempat tidur (2) dengan posisi kepala tetap, tunggu sampai vertigo hilang (30-6- detik), kemudian tanpa merubah posisi kepala berbalik arah ke sisi kiri (3), tunggu 30-60 detik, baru kembali ke posisi semula. Hal ini dapat dilakukan dari arah sebaliknya, berulang kali.

Brandt darRoff exerciseKeterangan Gambar :Hampir sama dengan Semont Liberatory, hanya posisi kepala berbeda, pertama posisi duduk, arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik posisi duduk, arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri, masing-masing gerakan ditunggu kira-kira 1 menit, dapat dilakukan berulang kali,pertama cukup 1-2 kali kiri kanan, besoknya makin bertambah.

Manuver rollingUntuk Rolling / Barbeque maneuver, dilakukan dengan cara berguling sampai 360, mula-mula posisi tiduran kepala menghadap ke atas, jika vertigo kiri, mulai berguling ke kiri ( kepala dan badan ) secara perlahan-lahan, jika timbul vertigo,berhenti dulu tapi jangan balik lagi, sampai hilang, setelah hilang berguling diteruskan, sampai akhirnya kembali ke posisi semula.83Nervus fasialis

Nervus facialNervus facialNervus fasialis

Grade III. Disfungsi SedangJelas terlihat kelemahan, tetapi tidak terlihat mencolok.Bisa tidak mampu mengangkat alis mataDengan usaha keras dapat menutup mata sempurna tetapi gerakan mulut asimetris.

Grade IV. Disfungsi Sedang- BeratJelas terlihat kelemahanTidak dapat mengangkat alis mataTidak dapat menutup mata dengan sempurna meskipun dengan usaha yang maksimal

Grade V. Disfungsi Berat Hanya sedikit gerakan yang terlihatAsimetris saat istirahatGrade VI Paralisis Total Tidak ada gerakan sama sekali

Derajat klasifikasi parese nervus facial menurut Yanagihara

POLIP HIDUNG

9192DEFINISI

Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi kekuning kuningan atau kemerah merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa)

92Jenis polipBerdasarkan jenis sel peradangannya, polip dikelompokkan menjadi , yaitu :

93 93Gejala utama : rasa sumbatan di hidungHiposmia atau anosmiaBernafas melalui mulutSuara sengauGangguan tidurPolip menyumbat sinus paranasal sinusitis dengan keluhan nyeri kepala dan rinoreBila penyebabnya adalah alergi, maka gejala yang utama bersin dan iritasi di hidung

Gejala klinis

94Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi: menghilangkan keluhan-keluhanmencegah komplikasimencegah rekurensi polippenatalaksanaanKonservatif : Polipektomi-kortikosteroidA. Oral, mis: prednison 50 mg/hari atau dexametason selama 10 hari, kemudian tappering offB. Suntikan intrapolip, mis: triamsinolon asetonid atau prednison 0,5 cc, tiap 5-7 hari sekali.C. Nasal spray kortikosteroid

95Tindakan bedah : Ekstraksi polip (polipektomi)menggunakan senar polip atau cunam dengan analgesi lokalethmiodektomi intranasal atau ethmoidektomi ekstranasal untuk polip ethmoidoperasi Caldwell-Luc untuk sinus maksilaYang terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop maka dapat dilakukan tindakan BSEF (Bedah Sinus Endoskopi Fungsional).

penatalaksanaan

96Tonsilitis

Besar tonsil ditentukan sebagai berikut :T0 : Post TonsilektomiT1 : Tonsil masih terbatas dalam Fossa TonsilarisT2 : Sudah melewati pillar posterior belum melewati garis paramedian T3 : Sudah melewati garis paramedian, belum melewati garis medianT4 : Sudah melewati garis median

TONSILITIS AKUTTONSILITIS VIRALTONSILITIS BAKTERIAL

TONSILITIS BAKTERIALPATOMEKANISME

Tonsilitis folikularistonsilitis akutTONSILITIS BAKTERIALTONSILITIS DIFTERITONSILITIS DIFTERIGEJALATONSILITIS DIFTERIGEJALA

TONSILITIS KRONISTONSILITIS KRONIS

TONSILITIS KRONIS

Fraktur maksilofasialisJenis-jenis:

Fraktur MaksilaKlasifikasi fraktur maksilofasial yang keempat adalah fraktur maksila, yang mana fraktur ini terbagi atas tiga jenis fraktur, yakni ;fraktur Le Fort I,Pada Fraktur Le Fort I, garis frakturnya dalam jenis fraktur transverses rahang atas melalui lubang piriform di atas alveolar ridge, di atas lantai sinus maksilaris, dan meluas ke posterior yang melibatkan pterygoid plate. Fraktur ini memungkinkan maksila dan palatum durum bergerak secara terpisah dari bagian atas wajah sebagai sebuah blok yang terpisah tunggal. Fraktur Le Fort I ini sering disebut sebagai fraktur transmaksilari Le Fort II, Fraktur Le Fort II lebih jarang terjadi, dan mungkin secara klinis mirip dengan fraktur hidung. Bila fraktur horizontal biasanya berkaitan dengan tipisnya dinding sinus, fraktur piramidal melibatkan sutura-sutura. Sutura zigomatimaksilaris dan nasofrontalis merupakan sutura yang sering terkena.

Fraktur Le Fort III Fraktur craniofacial disjunction, merupakan cedera yang parah. Bagian tengah wajah benar-benar terpisah dari tempat perlekatannya yakni basis kranii. Fraktur ini biasanya disertai dengan cedera kranioserebral, yang mana bagian yang terkena trauma dan besarnya tekanan dari trauma yang bisa mengakibatkan pemisahan tersebut, cukup kuat untuk mengakibatkan trauma intrakranial.

Gambar 6. Fraktur Le Fort I , Le Fort II, Le Fort III ( www.emedicine.com ) ( 20 September 2010 ). Penatalaksanaan Karsinoma laringDefinisi: Karsinoma laring adalah tumor ganas (kanker) yang terdapat pada laring (batang tenggorokan) dan paling sering mengenai pita suara.

Klasifikasi dan stadium tumor berdasarkan UICC :

1. Tumor primer (T) Supra glottis : T is: tumor insitu T 0 : tidak jelas adanya tumor primer l T 1 : tumor terbatas di supra glotis dengan pergerakan normal T 1a : tumor terbatas pada permukaan laring epiglotis, plika ariepiglotika, ventrikel atau pita suara palsu satu sisi. T 1b : tumor telah mengenai epiglotis dan meluas ke rongga ventrikel atau pita suara palsu T 2 : tumor telah meluas ke glotis tanpa fiksasi T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dan / atau adanya infiltrasi ke dalam. T 4 : tumor dengan penyebaran langsung sampai ke luar laring. Glotis : T is : tumor insitu T 0 : tak jelas adanya tumor primer T 1 : tumor terbatas pada pita suara (termasuk komisura anterior dan posterior) dengan pergerakan normal T 1a : tumor terbatas pada satu pita suara asli T 1b : tumor mengenai kedua pita suara T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan daerah supra glotis maupun subglotis dengan pergerakan pita suara normal atau terganggu. T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dari satu atau ke dua pita suara T 4 : tumor dengan perluasan ke luar laring

Sub glotis : T is : tumor insitu T 0 : tak jelas adanya tumor primer T 1 : tumor terbatas pada subglotis T 1a : tumor terbatas pada satu sisi T 1b : tumor telah mengenai kedua sisi T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan pada satu atau kedua pita suara asli dengan pergerakan normal atau terganggu T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi satu atau kedua pita suara T 4 : tumor dengan kerusakan tulang rawan dan/atau meluas keluar laring.

2. Pembesaran kelenjar getah bening leher (N)N x : kelenjar tidak dapat dinilai N 0 : secara klinis tidak ada kelenjar. N 1 :klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter 3 cm

N 2 :klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter >3 3 cm - 6 cm. N 2b :klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter 6 cm N 3 :kelenjar homolateral yang masif, kelenjar bilateral atau kontra lateral N 3 a :klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter > 6 cm N 3 b :klinis terdapat kelenjar bilateral N 3 c : klinis hanya terdapat kelenjar kontra lateral

3 Metastase jauh (M) - M 0 : tidak ada metastase jauh- M 1 : terdapat metastase jauh 4. Stadium : Stadium I : T1 N0 M0 Stadium II : T2 N0 M0 Stadium III : T3 N0 M0 T1, T2, T3, N1, M0 Stadium IV : T4, N0, M0 Setiap T, N2, M0, setiap T, setiap N , M1

GEJALA DAN TANDA

Suara serak Sesak nafas dan stridor Rasa nyeri di tenggorok Disfagia Batuk dan haemoptisis Pembengkakan pada leher

PenatalaksanaanSecara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring yaitu Pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi dari keduanya.

Laringektomi

Sumbatan jalan napas atasGambaran KlinisPenanggulangan

Penatalaksanaan

KRIKOTIROTOMI

Trakeostomi

Percutaneus trakeostomi