refarat sistem refleks dan aplikasinya .doc

39
SISTEM REFLEKS DAN APLIKASINYA I. PENDAHULUAN Refleks adalah jawaban terhadap suatu perangsangan. Gerakan yang timbul namanya gerakan reflektorik. Semua gerakan reflektorik merupakan gerakan yang bangkit untuk penyesuaian diri, baik untuk menjamin ketangkasan gerakan volunter, maupun untuk membela diri. Bila suatu perangsangan dijawab dengan bangkitnya suatu gerakan, menandakan bahwa daerah yang dirangsang dan otot yang bergerak secara reflektorik terdapat suatu hubungan.Lintasan yang menghubungkan reseptor dan efektor itu dikenal sebagai busur refleks. Refleks dibagi dalam dua kelompok yaitu refleks fisiologis dan refleks patologis. (1) Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor,interneuron,dan neuron motor,yang mngalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu.Gerak refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel saraf yaitu neuron sensor dan neuron motor.Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya 1

description

neurology

Transcript of refarat sistem refleks dan aplikasinya .doc

SISTEM REFLEKS DAN APLIKASINYA

I. PENDAHULUAN

Refleks adalah jawaban terhadap suatu perangsangan. Gerakan yang

timbul namanya gerakan reflektorik. Semua gerakan reflektorik

merupakan gerakan yang bangkit untuk penyesuaian diri, baik untuk

menjamin ketangkasan gerakan volunter, maupun untuk membela diri.

Bila suatu perangsangan dijawab dengan bangkitnya suatu gerakan,

menandakan bahwa daerah yang dirangsang dan otot yang bergerak

secara reflektorik terdapat suatu hubungan.Lintasan yang menghubungkan

reseptor dan efektor itu dikenal sebagai busur refleks. Refleks dibagi

dalam dua kelompok yaitu refleks fisiologis dan refleks patologis.(1)

Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang

paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron

sensor,interneuron,dan neuron motor,yang mngalirkan impuls saraf untuk

tipe reflek tertentu.Gerak refleks yang paling sederhana hanya

memerlukan dua tipe sel saraf yaitu neuron sensor dan neuron

motor.Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya

mengejutkan dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara

otomatis kita akan menarik kaki dan akan berteriak.(2)

Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf

sensori langsung disampaikan oleh neuron perantara (neuron

penghubung).Hal ini berbeda sekali dengan mekanisme gerak biasa.Gerak

biasa rangsangan akan diterima oleh saraf sensorik dan kemudian

disampaikan langsung ke otak. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah

ke saraf motori sehingga terjadilah gerakan.(2)

II. MEKANISME TERJADINYA REFLEKS

Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi

secara tiba-tiba diluar kesadaran kita. Refleks fleksor, penarikan kembali

tangan secara refleks dari rangsangan yang berbahaya, merupakan suatu

reaksi perlindungan. Refleks ekstersor (polisinaps), rangsangan dari

1

reseptor perifer yang mulai dari fleksi pada anggota badan dan juga

berkaitan dengan ekstensi anggota badan.(2)

Untuk terjadinya gerak refleks maka dibutuhkan struktur sebagai

berikut : organ sensorik yang menerima inspuls misalnya kulit. Serabut saraf

sensorik yang menghantarkan inpuls tersebut menuju sel-sel ganglion radiks

posterior dan selanjutnya serabut sel-sel akan meneruskan impuls-impuls

menuju subtansi pada kornu posterior medula spinalis. Sumsum tulang

belakang menghubungkan antara impuls menuju kornu medula spinalis. Sel

saraf motorik menerima impuls dan menghantar impuls-impuls ini melalui

serabut motorik. Organ motorik melaksanakan gerakan karena dirangsang

oleh impuls saraf motorik.(3)

Gambar 1. Mekanisme Refleks (13)

a

III. LENGKUNG REFLEKS

Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut

lengkung refleks. Lengkung refleks sederhana, melibatkan sejumlah struktur

reseptor yaitu organ indera yang khusus bagian akhir kulit atau fusus

neuromuskularis yang perangsangannya memprakarsai suatu impuls neoron

aferent yang mentransmisi impuls melalui suatu saraf perifer ke susunan

saraf pusat, tempat di mana saraf bersinaps dengan suatu neuron interkalasi,

satu atau lebih neuron interkalasi menyampaikan impuls ke saraf eferent. (2)

2

Neuron eferent berjalan keluar dalam saraf dan menyampaikan impuls

ke suatu efektor. Dan efektor yaitu otot (otot polos, lurik, atau otot jantung)

atau kelenjar yang memberikan respon. Sementara kesatuan anatomik

susunan saraf adalah neuron, maka kesatuan fungsionalnya adalah

lingkungan refleks ini merupakan dasar anatomik untuk kegiatan – kegiatan

refleks diluar pengendalian kemauan kita, ini berarti reaksi – reaksi yang

lebih kurang bersifat otomotik dan tidak berubah-ubah yang tidak

melibatkan pusat-pusat fungsional susunan saraf pusat yang lebih tinggi. (2)

Komponen-komponen utama suatu lengkungan refleks terdiri atas

unsur-unsur sebagai berikut: (2)

1. Reseptor rangsangan sensorik yang peka terhadap suatu rangsangan

misalnya kulit

2. Neuron aferen (sensoris) yang dapat menghantarkan impuls menuju

kesusunan saraf pusat (medula spinalis-batang otak)

3. Pusat saraf (pusat sinaps) tempat integrasi masuknya sensorik dan

dianalisis kembali ke neuron eferen

4. Neuron eferen (motorik) menghantarkan impuls ke perifer

5. Alat efektor merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh suatu

serat otot atau kelenjar.

Gambar 2. Lengkung Refleks (11)

Kegiatan pada lengkung reflex dimulai di reseptor sensorik, sebagai

potensial reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial

3

reseptor ini akan membangkitkan potensial aksi yang bersifat gagal atau

tuntas, di saraf aferen. Frekuensi potensial aksi yang terbentuk akan

sebanding dengan besarnya potensial generator. Di system saraf pusat

(SSP), terjadi lagi respons yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang,

berupa potensial eksitasi pascasinaps (Excitatory Postsynaptic

Potential=EPSP) dan potesial inhibisi postsinaps (Inhibitory Postsynaptic

Potential=IPSP) di hubungan-hubungan saraf (sinaps). Respon yang timbul

di serat eferen juga berupa repons yang bersifat gagal atau tuntas.Bila

potensial aksi ini sampai di efektor, terjadi lagi respons yang besarnya

sebanding dengan kuat rangsang. Bila efektornya berupa otot polos, akan

terjadi sumasi respons sehingga dapat mencetuskan potensial aksi di otot

polos. Akan tetapi, di efektor yang berupa otot rangka, respons bertahap

tersebut selalu cukup besar untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu

menghasilkan kontraksi otot. Perlu ditekankan bahwa hubungan antara

neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di system saraf pusat, dan

kegiatan di lengkung reflex ini dapat dimodifikasi oleh berbagai masukan

dari neuron lain yang juga bersinaps pada neuron eferen tersebut. (3)

Lengkung reflex paling sederhana adalah lengkung reflex yang

mempunyai satu sinaps anatara neuron aferen dan eferen. Lengkung reflex

semacam itu dinamakan monosinaptik, dan reflex yang terjadi disebut reflex

monosinaptik. Lengkung reflex yang mempunyai lebih dari satu interneuron

antara neuron aferen dan eferen dinamakan polisanptik, dan jumlah

sinapsnya antara 2 sampai beberapa ratus. Pada kedua jenis lengkung reflex,

terutama pada lengkung reflex polisinaptik. Kegiatan refleksnya dapat

dimodifikasi oleh adanya fasilitas spasial dan temporal, oklusi, efek

penggiatan bawah ambang (subliminal fringe), dan oleh berbagai efek lain.

Neuron aferen secara langsung bersinaps dengan neuron motorik alfa yang

mempersarafi serat-serat ekstrafusal otot yang sama, sehingga terjadi

kontraksi otot itu. Refleks regang (stretch reflex) ini berfungsi sebagai

mekanisme umpan balik negative untuk menahan setiap perubahan pasif

panjang otot, sehingga panjang optimal dapat dipertahankan. (3)

4

IV. JENIS REFLEKS DAN APLIKASI KLINISNYA

A. Refleks Primitif Pada Bayi

Bayi dilahirkan dengan beberapa kemampuan untuk bertahan hidup

yang menakjubkan sebelum ia dapat melakukan semua aktivitasnya secara

mandiri. Kemampuan-kemampuan itu tak lain adalah yang disebut refleks.(6)

Refleks merupakan respon alami yang dimiliki bayi sehingga dapat

bertahan hidup di luar kandungan. Kebanyakan refleks yang diperlihatkan

oleh bayi ketika lahir dengan sendirinya akan hilang dalam beberapa bulan

seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Biasanya pada usia 3-

6 bulan bayi sudah dapat melakukan aktivitasnya secara volunter/sadar (bayi

dapat mengontrol gerakannya). Pada usia inilah sebagian besar refleks yang

dimiliki bayi sudah menghilang. (4)

Refleks yang ditimbulkan pada bayi dan anak, sebagian besar

menunjukkan tahap perkembangan susunan somatomotorik sehingga

banyak sekali informasi yang dapat diperoleh dengan melakukan

pemeriksaan tersebut. (4)

Tabel 1. Usia Mulai dan Menghilangnya Refleks Pada Bayi dan Anak Normal

Jenis Refleks Usia Mulai Usia Menghilang

Refleks MORO Sejak Lahir 6 bulan

Refleks Memegang

(GRASP)

PALMAR

PLANTAR

Sejak Lahir

Sejak Lahir

6 bulan

9-10 bulan

Refleks SNOUT Sejak Lahir 3 bulan

Refleks TONIC NECK Sejak Lahir 5-6 bulan

Refleks Berjalan

(STEPPING)

Sejak Lahir 12 bulan

Refleks Penempatan Taktil

(PLACING RESPONSE)

5 bulan -

5

Refleks Terjun

(PARACHUTE)

8-9 bulan Seterusnya ada

1. Refleks Moro

Untuk membangkitkan refleks ini adalah dengan cara bayi

dibaringkan terlentang. Kemudian diposisikan setengah duduk dan

disanggah oleh kedua telapak tangan pemeriksa, secara tiba-tiba tapi hati-

hati kepala bayi dijatuhkan 30-45◦ (merubah posisi badan anak secara

mendadak).

Refleks Moro juga dapat ditimbulkan dengan menimbulkan suara

keras secara mendadak ataupun dengan menepuk tempat tidur bayi secara

mendadak. (4)

Gambar 3. Refleks Moro (14)

Refleks Moro dikatakan Positif bila terjadi abduksi-ekstensi ke-empat

ekstremitas dan pengembangan jari-jari, kecuali pada falangs distal jari

telunjuk dan ibu jari dalam keadaan fleksi. Gerakan itu segera diikuti oleh

adduksi-fleksi ke-empat ekstremitas. (4)

Refleks Moro asimetri menunjukkan adanya gangguan sistem

neuromuskular, antara lain pleksus brakialis.Apabila asimetri terjadi pada

tangan dan kaki dicurigai adanya Hemiparesis. Selain itu juga dapat

dipertimbangkan bahwa nyeri yang hebat akibat fraktur klavikula atau

humerus juga dapat memberikan hasil refleks MORO asimetri. Sedangkan

refleks Moro menurun dapat ditemukan pada bayi dengan fungsi SSP yang

6

tertekan misalnya pada bayi yang mengalami hipoksia, perdarahan

intrakranial dan laserasi jaringan otak akibat trauma persalinan, juga pada

bayi hipotoni, hipertoni dan prematur. Refleks Moro menghilang setelah

bayi berusia lebih dari 6 bulan. (4)

2. Refleks Palmar Grasp

Untuk membangkitkan refleks ini adalah dengan cara bayi ditidurkan

dalam posisi supinasi, kepala menghadap ke depan dan tangan dalam

keadaan setengah fleksi. Dengan memakai jari telunjuk pemeriksa

menyentuh sisi luar tangan menuju bagian tengah telapak tangan secara

cepat dan hati-hati, sambil menekan permukaan telapak tangan. (4)

Gambar 4. Refleks Palmar Graps (14)

Refleks Palmar Grasp dikatakan positif apabila didapatkan fleksi

seluruh jari (memegang tangan pemeriksa).(4)

Refleks PALMAR GRASP asimetri menunjukkan adanya kelemahan

otot-otot fleksor jari tangan yang dapat disebabkan akibat adanya palsi

pleksus brakhialis inferior atau disebut “Klumpke’s Paralyse”. Refleks

PALMAR GRASP dijumpai sejak lahir dan akan menghilang setelah usia 6

bulan. Rekleks Palmar Grasp yang menetap setelah usia 6 bulan khas

dijumpai pada penderita Cerebral Palsy. (4)

3. Refleks Plantar Grasp

7

Untuk membangkitkan refleks ini adalah dengan cara bayi ditidurkan

dalam posisi supinasi kemudian ibu jari tangan pemeriksa menekan pangkal

ibu jari bayi di daerah plantar. (4)

Gambar 5. Refleks Plantar Grasp (14)

Refleks Plantar Grasp dikatakan positif apabila didapatkan fleksi

plantar seluruh jari kaki. Refleks Plantar Grasp dijumpai pada bayi atau

anak dengan kelainan medula spinalis bagian bawah. Refleks ini dijumpai

sejak lahir dan akan mulai menghilang pada usia 9 bulan dan pada usia 10

bulan sudah menghilang sama sekali.(4)

4. Refleks Snout

Untuk membangkitkan refleks ini adalah dengan cara melakukan

perkusi pada daerah bibir atas. Refleks Snout dikatakan positif apabila

didapatkan respon berupa bibir atas dan bawah menyengir atau kontraksi

otot-otot di sekitar bibir dan di bawah hidung. (4)

Refleks Snout ini dijumpai sejak lahir dan akan menghilang setelah

usia 3 bulan. Refleks Snout yang menetap menunjukkan adanya regresi

SSP. (4)

5. Refleks Tonic Neck

Untuk membangkitkan refleks ini adalah dengan cara bayi ditidurkan

dalam posisi supinasi, kemudian kepalanya diarahkan menoleh ke salah satu

sisi. (4)

8

Gambar 6. Refleks Tonic Neck (14)

Refleks Tonic Neck dikatakan positif apabila lengan atau tungkai

yang dihadapi/sesisi menjadi hipertoni dan ekstensi, sedangkan lengan dan

tungkai sisi lainnya/dibelakangi menjadi hipertoni dan fleksi. Refleks Tonic

Neck ini dijumpai sejak lahir dan akan menghilang setelah usia 5-6 bulan.

Refleks Tonic Neck yang masih menetap pada bayi usia 4 bulan harus

dicurigai abnormal. Dan apabila masih bisa dibangkitkan setelah usia 6

bulan atau lebih dianggap patologik akibat gangguan pada ganglion basalis.(4)

6. Refleks Berjalan (Stepping)

Untuk membangkitkan refleks ini adalah dengan cara daerah thoraks

bayi dipegang dengan kedua tangan pemeriksa kemudian pemeriksa

mendaratkan bayi dalam posisi berdiri di atas tempat periksa. Pada bayi

yang berusia kurang dari 3 bulan, salah satu kaki yang menyentuh alas

tempat periksa akan berjingkat sedangkan pada bayi yang berusia di atas 3

bulan akan menapakkan kakinya. Kemudian diikuti diikuti oleh kaki lainnya

dan kaki yang sudah menyentuh alas periksa akan berekstensi seolah-olah

melangkah untuk melakukan gerakan berjalan secara otomatis. Refleks

berjalan negatif pada penderita cerebral palsy, metal retardasi, hipotoni,

hipertoni dan keadaan di mana SSP tertekan. (4)

9

Gambar 7. Step Refleks (14)

7. Reaksi Penempatan Taktil (Placing Response)

Untuk membangkitkan refleks ini adalah dengan cara seperti refleks

berjalan, kemudian bagian dorsal kaki bayi disentuhkan pada tepi meja

periksa. Respon Taktil dikatakan positif apabila apabila bayi meletakkan

kakinya pada meja periksa. Respon yang negatif dijumpai pada bayi dengan

paralise ekstremitas bawah.(4)

8. Refleks Terjun (Parachute)

Untuk membangkitkan refleks ini adalah dengan cara bayi dipegang

pada daerah thoraks dengan kedua tangan pemeriksa kemudian diposisikan

seolah-olah akan terjun menuju meja periksa dengan posisi kepala lebih

rendah daripada kaki. (4)

Gambar 8. Refleks Terjun (14)

Refleks Terjun dikatakan positif apabila kedua lengan bayi diluruskan

dan jari-jari kedua tangannya dikembangkan seolah-olah hendak mendarat

di atas meja periksa dengan kedua tangannya. (4)

10

Refleks Terjun tidak dipengaruhi oleh kemampuan visual, karena pada

bayi buta dengan fungsi motorik yang normal juga akan memberikan hasil

yang positif. Refleks Terjun mulai tampak pada usia 8-9 bulan dan menetap.

Refleks Terjun negatif pada bayi tetraplegia atau SSP yang tertekan. (4)

B. Refleks patologik petanda regresi ( Refleks primitif pada orangtua)

Gerakan reflektorik yang bangkit secara fisiologik pada bayi tidak lagi

dijumpai pada anak-anak yang sudah besar. Bilamana pada orang dewasa

dapat ditimbulkan kembali gerakan reflektorik tersebut, maka fenomena itu

menandakan kemunduran fungsi susunan saraf pusat. Adapun refleks-

refleks yang menandakan proses regresi itu ialah : (5)

1. Refleks menetek

Stimulus : sentuhan pada bibir.

Respons : gerakan bibir, lidah dan rahang bawah seolah-olah menetek.

Gambar 9. Refleks Menetek (20)

2. Snout reflex

Stimulus : perkusi pada bibir atas.

Respons : bibir atas dan bawah menjungur atau kontraksi otot-otot di

sekitar bibir atau bawah hidung.

11

Gambar 10 . Refleks Snout (20)

3. Refleks memegang

Stimulus : penekanan atau penempatan jari si pemeriksa pada telapak

tangan pasien.

Respons : tangan pasien mengepal.

Gambar 11. Refleks Memegang (20)

4. Refleks palmomental

Stimulus : goresan dengan ujung pensil atau ujung gagang palu refleks

terhadap kulit telapak tangan bagian tenar.

12

Respons : kontraksi m. Mentalis dan orbikularis oris ipsilateral.

Gambar 12. Refleks Palmomental (20)

Refleks patologik yang tersebut diatas dapat dijumpai pada orang-

orang dengan demensia, proses desak ruang intrakranial, paralisis,

pseudobulbaris dan sebagian penderita dangan sindroma “post stroke”.

C. Pemeriksaan Refleks Dalam

1. Refleks Glabella.

Refleks Glabella adalah pengetukan ringan di antara mata. Jika pasien

merespon dengan spasme otot-otot mata terus-menerus dan menutup mata,

Glabella adalah positif.(6)

Pada lesi nervus facialis, refleks ini berkurang atau negatif, sedangkan

pada sindrom parkinson refleks ini sering meninggi. Pusat refleks ini

terletak di pons.(15)

13

Gambar 13. Refleks Glabella (16)

2. Refleks Rahang bawah (Jaw Refleks)

Penderita diminta membuka mulutnya sedikit dan telunjuk pemeriksa

di tempatkan melintang di dagu. Setelah itu,telunjuk diketuk-refleks (refleks

hammer) yang mengakibatkan berkontraksinya otot maseter sehingga mulut

merapat. Pusat refleks ini terletak di Pons. (7)

Gambar 14. Refleks Rahang Bawah (17)

3. Refleks Biseps

14

Refleks tendo bisep diperiksa dengan meminta pasien melemaskan

lengannya dan melakukan pronasi lengan bawah di pertengahan di antara

fleksi dan ekstensi.pemeriksa harus meletakkan ibu jarinya dengan kuat

pada tendo biseps.Palu refleks kemudian dipukulkan pada ibu jari pemeriksa

itu.pemeriksa harus mengamati kontraksi biseps yang diikuti fleksi

siku.pemeriksa dapat pula mempalpasi kontraksi otot ini.refleks ini menguji

saraf pada radiks C5-C6.Aferen terletak pada musculocutaneus, eferen

terletak pada musculocutaneus.(8)

Pada lesi traksi kortikospinalis, ada refleks yang berlebihan. Pada lesi

arkus refleks perifer atau kerusakan pada segmen traksi C5-C6 di sisi yang

diuji, respon tertahan atau tidak ada.(11)

Gambar 15. Refleks Biseps (18)

4. Refleks Triseps.

Refleks tendo triseps diperiksa dengan memfleksikan lengan bawah

pasien pada siku dan menarik lengan itu ke arah dada.siku harus

15

dipertengahan di antara fleksi dan ekstensi.Ketuklah tendo triseps di atas

insersi prosesus olekranon ulna kirakira 1-2 inci di atas siku.Harus terjadi

kontraksi segera pada triseps dengan ekstensi siku. (8)

Lengkung refleks melalui nervus radialis yang pusatnya terletak di

C6-C8. Aferen terletak pada N. Radialis, eferen terletak pada N. Radialis.(7)

Gambar 16. Refleks Triseps (18)

5. Refleks Brachioradialis(refleks radius)

Lengan bawah di fleksikan serta di pronasika sedikit.kemudian di

ketok pada prosesus stiloideus radius. Sebagai jawaban lengan bawah akan

berfleksi dan bersupinasi.lengkung refleks melalui nervus radialis, yang

pusatnya terletak di C5-C6. Aferen terletak pada N. Radialis, eferen terletak

pada N. Radialis. (7)

Gambar 17. Refleks Brachioradialis (18)

6. Refleks Ulna

Lengan bawah disemifleksi dan semipronasi, kemudian di ketok pada

prosesus stiloideus dan ulna. Hal ini mengakibatkan gerakan pronasi pada

16

lengan bawah dan juga kadang-kadang adduksi pada pergelangan

tangan.lengkung refleks melalui nervus medianus yang pusatnya terletak di

C5-Th1. Aferen tyerletak pada N. Ulnaris, eferen terletak pada N. Ulnaris. (7)

7. Refleks Kuadriseps Femoris (Refleks Tendon Lutut, Refleks Patella)

Untuk melakukan refleks patella, yang dikenal pula sebagai sentakan

lutut, suruhlah pasien duduk dengan tungkai terjuntai di samping tempat

tidur.Letakkan tangan pemeriksa pada muskulus kuadriseps

pasien.Ketukkan tendo patella dengan kuat dengan dasar palu refleks.(8)

Refleks patella mengakibatkan Kuadrisep femoris akan berkontraksi

dan mengakibatkan gerakan ekstensi tungkai bawah. Lengkung refleks ini

melalui L2,L3,L4. Aferen terletak pada N. Femoralis, eferen terletak pada

N. Femoralis. (9)

Gambar 18. Refleks Patella (18)

8. Refleks Trisep Sure (Refleks Tendon Achillles)

17

Refleks Achilles, yang dikenal pula sebagai sentakan pergelangan

kaki dibangkitkan dengan posisi kaki pasien terjuntai di samping tempat

tidur.Tungkai harus difleksikan pada pinggul dan lutut.Pemeriksa harus

meletakkan tangannya di bawah kaki pasien untuk melakukan dorsofleksi

pada pergelangan kaki.Tendo Achilles diketuk tepat di atas insersinya pada

permukaan posterior kalkaneus dengan ujung lebar palu refleks.(8)

Refleks Tendon Achilles mengakibatkan berkontraksinya M. Trisesps

sure dan memberikan gerak plantar fleksi pada kaki. Lengkung refleks ini

melalui S1,S2. Aferen terletak pada N. Tibialis, eferen terletak pada N.

Tibialis. (7)

Gambar 19. Refleks Achilles (18)

9. Refleks Kornea.

Kornea mata disentuh dengan sepotong yang ujungnya dibuat runcing.

Hal ini mengakibatkan di pejamkannya mata (m.orbikularis okuli). (8)

Cara Pemeriksaan : Goreskan kapas runcing steril dari arah medial (limbus)

ke arah lateral (Sklera). Pada pemeriksaan ini harus dijaga agar datangnya

kapas di mata tidak dilihat oleh pasien, misalnya dengan menyuruhnya

melirik kearah berlawanan dengan datangnya kapas. Pada gangguan nervus

V.sensorik, refleks ini berkurang atau sensibiltas kornea di urus oleh nervus

V.sensorik cabang oftalmik. Refleks juga akan berkurang atau menghilang

bila terdapat kelumpuhan m.orbikularis okuli, yang disarafi oleh nervus VII

(fasialis). Aferen terletak pada N. V, pusat terletak pada pons, eferen

terletak pada N VII.(7)

18

Gambar 20. Refleks Kornea (19)

10. Refleks Dinding Perut

Pada lengkung refleks ini, rangkaian neuron suprasegmental juga

dilibatkan, sehingga bila teradapat kerusakan suprasegmental refleks

dinding perut ini menjadi negatif. Refleks ini dibangkitkan dengan jalan

menggores dinding perut dengan benda yang agak runcing maka otot

(m.rektus abdominis) akan berkontraksi. Refleks ini dilakukan pada berbagi

lapangan dinding perut yaitu di epigastrium(otot yang berkontraksi

diinervasi oleh Th6,Th7), perut baguan atas (Th7,Th9), perut bagian tengah

(Th9,Th11) perut bagian bawah (Th11,Th12 dan lumbal atas). Pada

kontraksi otot, terlihat pusar bergerak kearah otot yang berkontraksi. (8)

Refleks superfisialis dinding perut sering negatif pada wanita normal

yang banyak anak (sering hamil), yang dinding perutnya lembek, demikian

juga pada orang gemuk dan orang lanjut usia, juga pada bayi baru lahir

sampai usia 1 tahun. Pada orang muda yang otot-otot dinding pertunya

berkembang baik, bila refleks ini negatif, hal ini mempunyai nilai patologis.

Bila refleks dinding perut superfisialis negatif disertai refleks dinding dalam

perut meninggi hal ini menunjukkan lesi traktus piramidalis di tempat yang

lebih diatas dari Th6. Refleks dinding perut superfisialis biasanya cepat

lelah dan akan menghilang setelah beberapa kali dilakukan. (7)

19

Gambar 21. Refleks Dinding Perut (19)

11. Refleks Kremaster

Refleks ini dibangkitkan dengan jalan menggoreskan atau menyentuh

bagian pangkal paha. Terlihat scrotum berkontraksi. Pada lesi traktus

piramidalis, refleks ini negatif. Refleks ini dapat negatif pada orang lanjut

usia, penderita hidrokel, varikokel, orkhitis atau epididimitis. Lengkung

refleks melalui L1.L2. Aferen terletak pada N. Ilioinguinal, eferen terletak

pada N. Genitofemoralis. (7)

Gambar 22. Refleks Kremaster (19)

Yang Perlu Diperhatikan dalam pemeriksaan refleks adalah: (3)

Relaksasi sempurna: orang coba harus relaks dengan posisi

seenaknya. Bagian (anggota gerak) yang akan diperiksa harus

terletak sepasif mungkin (lemas) tanpa ada usaha orang coba untuk

mempertahankan posisinya.

Harus ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa. Ini

dapat dicapai bila posisi dan letak anggota gerak orang coba diatur

dengan baik.

20

Pemeriksa mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada sendi

tangan dengan kekuatan yang sama, yang dapat menimbulkan

regangan yang cukup.

D. Refleks Patologi

Refleks patologis merupakan respon yang tidak umum dijumpai pada

individu normal.Refleks patologis pada ekstemitas bawah lebih konstan,

lebih mudah muncul, lebih reliabel dan lebih mempunyai korelasi secara

klinis dibandingkan pada ekstremitas atas. Dasar pemeriksaan reflex Selain

dengan jari-jari tangan untuk pemeriksaan reflex ekstremitas atas,bisa juga

dengan menggunakan reflex hammer. Pasien harus dalam posisi enak dan

santai dan rangsangan harus diberikan dengan cepat dan langsung.(9)

Refleks patologi adalah refleks yang tidak dapat dibangkitkan pada

orang yang normal atau sehat, kecuali pada bayi dan anak kecil.

Kebanyakan merupakan gerakan reflektorik defendif atau postural yang

pada orang dewasa yang sehat terkelola dan ditekan oleh aktivitas susunan

piramidal. Anak usia 4-6 tahun belum memiliki susunan piramidal yang

bermielin penuh, sehingga aktifitas susunan piramidalnya belum sempurna.

Namun jika tejadi pada orang dewasa maka refleks patologi, ini merupakan

tanda-tanda lesi UMN.(9)

Berikut adalah jenis refleks patologi.

a. Refleks Babinski

Untuk membangkitkan refleks babinski, penderita diminta berbaring

dengan kedua tungkai diluruskan. Pemeriksa memegang pergelangan kaki

supaya kaki tetap pada tempatnya. Lakukan goresan pada telapak kaki mula

dari bagia lateral bawah yaitu tumit menuju pangkal jari.(9)

Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan

dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau membuka. Normal

pada bayi masih ada.(14)

21

Gambar 23. Refleks Babinski (19)

b. Refleks Chaddock

Untuk membangkitkan refleks ini, penderita diminta berbaring dengan

kedua tungkai diluruskan. Pemeriksa memegang pergelangan kaki supaya

kaki tetap pada tempatnya lakukan goresan pada maleolus lateralis. Jika

reaksi positif maka ibu jari akan dorsofleksi dan jari yang lain akan mekar.(7)

Gambar 24. Refleks Chaddock (18)

c. Refleks Gordon

Penderita diminta berbaring dengan kedua tungkai diluruskan. Kita

pegang pergelangan kaki supaya kaki tetap pada tempetnya lalu otot yang

ada di betis kita cubit.(7) Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski.(11)

22

Gambar 25. Refleks Gordon (19)

d. Refleks Openheim

Pasien diminta berbaring dengan kedua tungkai diluruskan. Kita

pegang pergelangan kaki supaya kaki tetap pada tempatnya lalu pemeriksa

mengurut dengan kuat os tibia dan otot tibialis anterior ke arah bawah. (7) Jika

positif maka akan timbul reflek seperti babinski.(11)

Gambar 26. Refleks Openheim (18)

e. Refleks gonda

Memencet satu jari kaki ke-empat dan kemudian dilepaskan.(7)

Gambar 27. Refleks Gonda (19)

f. Refleks Rossolimo

23

Mendorsofleksikan jari-jari kaki. Jika positif maka jari-jari kaki akan

melawan arah tekanan. (7)

Gambar 28. Refleks Rossolimo Refleks mendelbeoltrew (19)

Mengetuk metatarsal dengan hammer, jika positif maka metatarsal akan

fleksi. (7)

g. Refleks Hoffman Tromner

Pada tangan, gerak otot reflektorik yang patologik itu berupa gerakan fleksi

ibu jari dan jari telunjuk karena rangsangan (jentikan phalanges distal) atau

(goresan) terhadap kuku jari tengah.(7)

Gambar 29. Refleks Hoffman Tromner (19)

Pada Kerusakan di lokasi susunan UMN, refleks tendon lebih peka

daripada keadaan biasa (= normal). Keadaan abnormal itu disebut

hiperefleksia. Dalam hal ini gerakan otot timbul secara berlebihan,

walaupun perangsangan pada tendon sangat lemah. Hiperefleksia

24

merupakan keadaan setelah impuls inhibisi dari susunan piramidal dan

ektrapiramidal tidak dapat disampaikan ke motorneuron. (10)

Refleks tendon merupakan refleks spinal yang bersifat segmental. Ini

berarti bahwa lengkung refleks disusun oleh neuron-neuron yang berada di

satu segmen. Tetapi ada juga gerak otot reflektorik, yang lengkung refleks

segmentalnya berhubungan dengan lintasan-lintasan UMN yang ikut

mengatur efektor. Hal ini dapat dilihat pada refleks kulit dinding perut. Pada

lesi UMN, refleks tersebut menurun atau hilang. (10)

Hiperefleks sering disertai dengan klonus. Tanda ini nerupakan gerak

reflektorik, yang bangkit secara berulang-ulang selama perangsangan masih

berlangsung. Pada lesi UMN kelumpuhannya disertai klonus pada kaki.

Yang dapat dibangkitkan dengan cara tungkai diletakkan dalam posisi fleksi

di lutut dan pergelangan kaki, kemudian kaki disorsofleksikan secara

maksimal dan tetap dipertahankan dalam posisi itu untuk sementara. Akibat

penarikan tendon Achilles yang berkepanjangan, kaki bergerak dorsofleksi

dan plantar fleksi secara reflektoik. Selain itu, juga dapat dijumpai klonus

lutut. Klonus lutut dibangkitkan dengna cara penarikan pada tendon otot

kuadriseps femoris melalui pendorongan tulang patela ke arah distal akan

menghasilkan kontraksi otot kuadriseps femoris secara berulang-ulang

selama masih dilakukan pendorongan. (10)

Jika motoneuron tidak lagi berhubungan dengan korteks mototrik

primer dan korteks mototrik tambahan bukan berarti tidak dapat

menggerakkan otot karena motoneuron masih mendapat rangsangan dari

bagian susunan saraf pusat di bawah tingkat lesi. Gerakan yang bangkit

akibat rangsangan seperti itu disebut refleks automatisme spinal. Yang

sering didapatkan pada orang hemiplegik adalah lengan yang lumpuh

bergerak pada saat menguap. Pada penderita paraplegik akibat kesi

transversal di medula spinalis bagian atas, dapat dijumpai kejang fleksi lutut

sejenak padahal kedua tungkai lumpuh, apabila penderita terkejut. (10)

Tanda-tanda kelumpuhan UMN yang tersebut di atas dapat seluruhnya

atau sebagian saja ditemukan pada tahap kedua masa setelah terjadinya lesi

25

UMN. Pada tahap pertama, yaitu langsung setelah lesi UMN terjadi, tanda-

tanda kelumpuhan UMN tidak dapat dilihat. Tahap ini berlangsung selama 1

sampai 3 minggu. Jika lesinya terletak di korteks mototrik, durasi tahap

pertama sangat panjang. Sebaliknya, lesi di kapsula interna mempunyai

tahap pertama yang singkat.(10)

V. PENUTUP

A. Simpulan

Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi

tiba-tiba diluar kesadaran kita. Gerak refleks adalah bagian dari

mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi lebih cepat dari gerak sadar.

Pada saat terjadi gerak refleks implus yang datang hanya sampai pada

medulla spinalis saja yang disampaikan oleh saraf sensoris. Implus tidak

sampai pada otak. Implus yang ada pada medulla spinalis diteruskan oleh

saraf motorik yang kemudian terjadi efektor.

Kegiatan sistem saraf pusat ditampilkan dalam bentuk kegiatan

refleks. Dengan kegiatan refleks dimungkinkan terjadi hubungan kerja

yang baik antara berbagai organ yang terdapat pada tubuh manusia.

Refleks adalah respon yang tidak berubah terhadap rangsangan yang

terjadi di luar kehendak. Rangsangan merupakan reaksi terhadap

perubahan lingkungan baik didalam maupun diluar. Dengan adanya

reflex, tubuh mampu mengadakan reaksi yang tepat terhadap perubahan

diluar maupun didalam tubuh.

Jika terjadi kelainan atau terdapat lesi pada susunan saraf maka

akan berpengaruh terhadap gerakan refleks. Jika terdapat lesi UMN maka

akan memberikan gambaran gerakan refleks fisiologi akan meningkat,

timbulnya refleks patologi sehingga kita akan mengetahui dimana

lesinya.

26

Daftar pustaka

1. 2009.Panduan Peserta Pemeriksaan Klinis Neurologi.Makassar:UNHAS.

2. Cahaya I.N,Irmawati.2009.Makalah Postur Tubuh dan Peristiwa Gerak

Refleks.Kalimantan.

3. Implus Refleks Fisiologis pada Manusia.2012.

http://mualimrezki.blogspot.com/2011/02/impuls-refleks-fisiologis-pada-

manusia.html. (20 Oktober 2012)

4. Suharsono Darto.2005.Pemeriksaan Neurologi pada bayi dan anak.

Surabaya: FK UNAIR

5. Shidarta Priguna.2010.Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi.jakarta:

Dian Rakyat

6. Definisi Refleks Glabella. http://kamuskesehatan.com/arti/refleks-glabella/.

(19 Oktober 2012)

7. Marjono Mahar dan Shidarta P.2010.Neurologi Klinis Dasar. Jakarta:

Dian Rakyat

8. Swartz M.H.1995.Diagnostik Fisik.Jakarta:EGC

9. 2011.Penuntun Skill Lab Neuropsikiatri.Padang:Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas

10. Marjono Mahar dan Shidarta P.2010. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta:

Dian Rakyat.

11. Refleks Bisep. http://kamuskesehatan.com/arti/refleks-bisep/ (20 Oktober

2912)

12. Slide Kuliah Sistem Neuropsikiatri.Sensory Nerve System.Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin

13. 2010.Lengkung Refleks (Reflex Arc) dan Gerak Refleks.

http://prastiwisp.wordpress.com/2010/07/08/ (22 Oktober 2012)

14. 2011.Makalah Refleks Fisiologis dan Refleks Patologis.

http://frenshilgo.blogspot.com/2012/04/makalah-refleks-fisiologis-

dan.html (22 Oktober 2012)

15. Lumbantobing S.M.2012. Neurologi Klinis Pemeriksaan Fisik dan

Mental. Etekan 14. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

27

16. Roberti J. Myerson’s Sign Is a Good Test You Can DoN At Home And

http://glutacure.com/ ((22 Oktober 2012)

17. 2011.Reflex Tests : The Jaw Jerk. http://articlesofnursing.blogspot.com

(22 Oktober 2012)

18. Irawan P.2009.Pemeriksaan Tes Refleks. http://panji1102.blogspot.com

(22 Oktober 2012)

19. 2012.Pemeriksaan Klinis Neurologi 4. http://publichealthnote.blogspot.

com/2012/04/pemeriksaan-klinis-neurologi-4.html (22 Oktober 2012)

20. Popp A. John. 2007. A Guide to the Primary Care of Neurologic Disorder.

American: Thieme.

28