refarat psiki.docx

34
Tugas Refarat Alat Ukur KIDDIE-SCHEDULE FOR AFFECTIVE DISORDER AND SCHIZOPHRENIA Oleh: Kurniawan K. Patambo 14014101064 Masa KKM: 14 September – 11 Oktober 2015 BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA

Transcript of refarat psiki.docx

Page 1: refarat psiki.docx

Tugas Refarat

Alat Ukur KIDDIE-SCHEDULE FOR AFFECTIVE DISORDER AND

SCHIZOPHRENIA

Oleh:

Kurniawan K. Patambo

14014101064

Masa KKM: 14 September – 11 Oktober 2015

BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2015

Page 2: refarat psiki.docx

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3

A. Definisi................................................................................................. 3

B. Epidemiologi ....................................................................................... 3

C. Etioligi ................................................................................................. 4

D. Patofisiologi ........................................................................................ 5

E. Gambaran Klinis................................................................................... 6

F. Diagnosis ............................................................................................. 7

G. Diagnosis Banding ............................................................................... 8

H. Perjalanan Penyakit .............................................................................. 8

I. Penatalaksanaan .................................................................................... 9

J. Prognosis ............................................................................................... 15

K. Alat ukur K-SADS ................................................................................ 15

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 19

ii

Page 3: refarat psiki.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Kiddie-schedule for affective disorders and schizophrenia (K-SADS) adalah

sebuah versi SADS yang dirancangkan untuk anak–anak usia sekolah dari umur 6–18

tahun yang terdiagnosis gangguan afektif dan skizofrenia. Sebuah semi-struktur

wawancara yang digunakan untuk menilai SADS berdasarkan kriteria DSM IV dalam

masa kini dan masa lalu, interviu ini telah digunakan sebelum sebagai standar emas

dan telah menunjukan keefektifannya. Ganguan skizoafektif adalah mental yang

rancu yang ditandai dengan adanya gejalah kombinasi antara gejalah skizofrenia dan

gangguan afektif. Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi empat

model konseptual telah dikembangkan. Gangguan dapat berupa tipe skizofrenia atau

tipe gangguan mood. Gangguan skizoafektif merupakan tipe psikosis ketiga yang

berbeda, yang bukan merupakan gangguan skizofrenia maupun dgangguan mood.1,2

Pada gangguan skizoafektif gejalah klinis berupa episode gejala gangguan

mood maupun gejalah skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang

sama.baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bilah gejalah

skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut

skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejalah depresi

yang menonjol. Gejalah yang khas pada pasien skizofrenia berupa waham,

halusinasi, perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan

gejalah gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.2

Pada praktek klinis diagnosis gangguan skizoafektif pendahuluan sering kali

digunakan jika klinis tidak yakin akan diagnosis. Perkiraan angka Prevalensi seumur

hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1 persen, kemungkinan dalam

rentang 0,5 sampai 0,8 persen. Studi populasi umum tidak ada yang menunjukan

insiden dari penyakit skizoafektik ini, melainkan komorbid antara skizofrenia dan

1

Page 4: refarat psiki.docx

gangguan afektif. Berdasarkan national comorbidity study, didapatkan bahwa 66

orang yang didiagnosis skizofrenia , 81% perna didiagnosis gangguan afektif yang

terdiri dari 59% depresi dan 22% gangguan bipolar. Dengan kata lain depresi adalah

komorbid tertinggi dari skizofrenia.2,3

Pasien dengan skizoafektif mengalami penurunan fungsi kognitif yang lebih

parah dibandingka dengan gangguan jiwa yang terkait mood lainnya seperti gangguan

bipolar. Dari penelitian yang dilakukan Studentkowski,dkk pada tahun 2010 di

euthyma, penurunan fungsi memori dan atensi lebih parah terjadi pada skizoafektif

dibandingkan dengan gangguan bipolar.2

2

Page 5: refarat psiki.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang ditandai dengan adanya

gejalah kombinasi antara gejalah skizofrenia dan gejalah gangguan afektif. Kriteria

diagnosis untuk gangguan skizoafektif telah beruba dengan berjalannya waktu,

sebagian besar karena perubahan dalam kriteria diagnosis untuk skizofrenia dan

gangguan mood.1

B. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif kurang dari 1% mungkin berkisar

antara 0,5%-0,8%. Tetapi gambaran tersebut masi merupakan perkiraan. Gangguan

skizoafektif tipe depresi mungkin lebih sering terjadi pada orang tua dari pada orang

mudah, prevalensi gangguan tersebut dilaporkan lebih render pada laki-laki

dibandingkan perempuan, terutama perempuan menikah. Usia awitan lebih lanjut dari

pada laki-laki, seperti pada skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif

mungkin memperlihatkan perilaku antisosial dan mempunyai afek tumpul yang nyata

atau tidak sesuai.1,4

Literatur menggambarkan bahwa perbedaan jenis kelamin diantara pasien dengan

gangguan skizoafektif adalah terbatas. Tetapi beberapa pengawasan pendahuluan

akhirnya dapat diulangi pada penelitian selanjutnya. Prevalensi gangguan telah

dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dinbanding pada wanita khususnya wanita

yang menikah; usia onset untuk wanita adalah lebih lanjut dari pada usia laki-laki

seperti juga pada skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan

3

Page 6: refarat psiki.docx

menunjukan perilaku antisosial dan memiliki pendataran atau ketidak sesuaian afek

yang nyata.1,5

C. ETIOLOGI

Sulit untuk menentukan penyebab penyakit yang telah berubah begitu banyak

dariwaktu ke waktu. Dugaan saat ini bahwah penyebab gangguan skizoafektif

mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu teori etiologi mengenai

gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetic dan lingkungan.2,6

Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui tetapi empat model

konseptual telah diajukan:

1. Ganggaun skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau

suatu tipe gangguan mood.

2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari

skizofrenia dan gangguan mood.

3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang

berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatau

gangguan mood.

4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok

gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan yang pertama.

Penilitian yang dilakukan untuk menggali kemungkinan-kemungkinan tersebut

telah memeriksa riwayat keluarga, petanda biologis, respon pengobatan jangka

pendek dan hasil jangka panjang.2,7

Walaupun banyak pemeriksaan terhadap keluarga dan genetika yang dilakukan

untuk mempelajari gangguan skizoafektif didasarkan pada anggapan bahwa

skizofrenia dan gangguan mood adalah keadaan yang terpisah sama sekali, namun

4

Page 7: refarat psiki.docx

beberapa data menyatakan bahwa skizofrenia dan gangguan mood mungkin

berhubungan secera genetik. Beberapa kebinggungan yang timbul dalam penelitian

keluarga pada pasien dengan gangguan skizoafektif dapat mencerminkan perbedaan

yang tidak absolut abntara dua gangguan primer. Dengan demikian tidak

mengejutkan bahwa penelitian terhadap sanak saudarah pasien dengan gangguan

skizoafektif telah melaporkan hasil yang tidak konsisten. Peningkatan prevalensi

skizofrenia tidak ditemukan diantara sanak saudarah pasien yang pasien dengan

skizoafektif tipe bipolar, tetapi sanak saurdarah pasien dengan gangguan skizoafektif,

tipe depresi mungkin berada dalam resiko yang lebih tinggi menderita skizofrenia

dari pada gangguan mood. 2,8

D. PATOFISIOLOGI

Pada prinsipnya patofisiologi dari skizoafektif sama dengan skizofrenia yaitu

dimana mungkin melibatkan ketidak seimbangan neurotransmitter di otak, terutama

norepinefrin, serotonin dan dopamine.namun proses patofisiogis gangguan

skizoafektif masi belum diketahui secara pasti. Penelitian yang mempelajari fungsi

neurotransmitter pada penderita gangguan skizoafektif sangatlah sedikit, dan

kenbanyakan menggunakan sampel dari cairan serebrospinal atau plasma. Telah

dilaporkan pola abnormalitas neurotransmitter yang serupa antara penderita gangguan

skizoafektif, skizofrenia, dan gangguan bipolar. Tidak ada perbedaan yang signifikan

antara kadar nurepinerfrin, prostaglanding E1 dan platelet 5HT pada pasien

skizofrenia dan skizoafektif.2,8

Secara umum, penelitian-penelitian telah menemukan bahwa gangguan

skizoafektif dikaitkan dengan penurunan volume otak terutama bagian temporal

(termaksut mediotemporal), bagian frontal, termaksud sybstansi alba dan grisea. Dari

sejumlah penelitian ini, daerah otak yang konsisten menunjukan kelainan adalah

daerah hipokampus dan parahipokampus. Pada penelitian neuroimaging pasien

dengan gangguan skizoafektif, ditemukan penururnan volume thalamus dan

5

Page 8: refarat psiki.docx

derfomitas thalamus yang serupa dengan pasien skizofrenia, tetapi abnormalitas pada

nucleus ventrolateral penderita gangguan skizoafektif tidak separah penderita

skizofrenia. Penderita skizoafektif juga menjukan deformitas pada are thalamus

medius, yang yang berhubungan dengan sirkuit mood.10,11

Penelitian genetik penderita gangguan skizoafektif cenderung menunjukan

adanya gangguan afek dan skizofrenia pada sanak saudarah penderita. Hodgkinson

dkk (2004) melaporkan bahwa penderita gangguan skizoafektif memiliki gangguan

pada kromosom 1q42, yaitu abnormalitas pada DISC 1 (Disrupted-in-

SchizoprheniaI). DISC 1 berfungsi dalam perkembangan neuron dan diekspresikan

pada lobus frontal. Abnormalitas pada gen ini juga menyebabkan disfungsi pada

regulasi emosi dan dan proses informasi10

E. GAMBARAN KLINIS

Tanda dan gejalah klinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua tanda dan

gejalah skizofrenia, episode manik, dan gangguan depresif. Gejalah skizofrenia dan

gangguan mood dapat ditemukan bersama-sama atau dalam cara yang bergantian.

Perjalanan penyakit dapat bervariasi dari satu eksaserbasi dan remisi sampai satu

perjalanan jangka panjang yang memburuk.2,11

Banyak peneliti dan klinisi telah berspekulasi tentang ciri psikotik yang tidak

sesuai dengan mood ( mood-incongruent ) isi psikotik ( yaitu, halusinasi atau waham)

adalah tidak konsisten dengan mood yang lebih kuat. Pada umumnya adanya ciri

psikotik yang tidak sesuai dengan mood pada suatu gangguan mood yang lebih kuat.

Pada umumnya, adanya ciri psikotik yang tidak sesuai dengan mood pada suatau

gangguan mood kemungkinan merupakan indikator dari prognosis yang buruk.

Hubungan tersebut kemungkinan berlaku untuk gangguan skizoafektif, walaupun

data-datanya adalah terbatas.13,14

6

Page 9: refarat psiki.docx

F. DIAGNOSIS

Karena konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnosis baik

skizofrenia maupun gangguan mood, beberapa evaluasi dalam kriteria diagnosis

untuk gangguan skizoafektif mencerminkan perubahan yang telah terjadi didalam

kriteria diagnosis untuk kedua kondisi lain.

Kriteria diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa pasien telah

memenuhi kriteria diagnotik untuk episode depresi berat atau episode manik yang

bersama-sama dengan ditemukannya kriteria diagnostik untuk fase aktif dari

skizofrenia. Disamping itu pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama

sekurangnya dua minggu tanpa adanya gejalah gangguan mood yang menonjol.

Gajalah gangguan mood juga harus ditemukan untuk sebagian besar periode psikotik

aktif dan residual. Pada intinya, kriteria dituliskan untuk membantu klinisi

menghindari mengdiagnosis suata gangguan mood dengan ciri psikotik sebagai suatu

gangguan skizoafektif.14,15

Menurut DSM IV kriteria diagnosis untuk menegakan diagnosis gangguan

skizoafektif adalah sebagai berikut:2,12

Kriteria diagnosis untuk gangguan skizoafektif

A. Suatu perode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu

waktu.terdapat baik episode depresif berar, episode manik, atau suatu episode

campuran dengan gejalah yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.

Catatan: episode depresi berat harus termasuk kriteria A1 : mood terdepresi

B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama

sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejalah mood yang menonjol.

C. Gejalah yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk

sebagian bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.

7

Page 10: refarat psiki.docx

D. Gangguan buakan karena efek fisiologis langsing dari suatau zat (misalnya,

obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

Sebutkan tipe:

Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran

(atau suatu manik suatau episode campuran dan episode depresi berat)

Tipe depresi: jika gangguan hanya termasuk episode depresi berat.

DSM IV juga membantu klinisi untuk menentukan apakah pasien menderita

gangguan skizoafektif, tipe bipolar, atau gangguan skizoafektif, tipe depresif.

G. DIAGNOSIS BANDING

Semua kondisi yang di tuliskan didalam diagnosis banding skizofrenia dan

gangguan afektif perlu dipertimbangkan di dalam diagnosis banding gangguan

skizoafektif. Pasien yang di obati dengan steroid, penyalah gunaan amfetamin dan

phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan beberapa pasien dengan epilepsi

lobus temporalis secara khusus kemungkinan dating dengan gejalah skizofrenik dan

gangguan mood yang bersama-sama.2,17

Diagnosis banding psikiatri juga termasuk semua kemungkinan yang biasanya di

pertimbangkan untuk skizofrenia dang gangguan afektif. Di dalam praktik klinis

psikosis pada saat datang mungkin mengganggu deteksi gejala gangguan mood pada

masa tersebut atau masa lalu. Dengan demikian, klinisi boleh menunda diagnosis

psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling akut telah terkendali.16

H. PERJALANAN PENYAKIT

Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai

prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis

pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan

skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk dari pada pasien dengan

gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan

8

Page 11: refarat psiki.docx

gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan

skizofrenia. Generalitas tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian yang

mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang ditunjuk dan

yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan gangguan itu sendiri.18

Data menyatakan bahwa pasien dengan gangguan skizoafketif, tipe bipolar,

mempunyai prognosis yang mirip dengan prognosis pasien dengan gangguan bipolar

I dan bahwa pasien dengan t premorbid yang buruk; onset yang perlahan-lahan; tidak

ada faktor pencetus; menonjolnya gejala pskotik, khususnya gejala defisit atau gejala

negatif; onset yang awal; perjalanan yang tidak mengalami remisi; dan riwayat

keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masing-masing karakeristik tersebut

mengarah pada hasil akhir yang baik. Adanya atau tidak adanya gejala urutan pertama

dari Schneider tampaknya tidak meramalkan perjalanan penyakit.18,19

Walaupun tampaknya tidak terdapat perbedaan yang berhubungan dengan jenis

kelamin pada hasil akhir gangguan skizoafektif, beberapa data menyatakan bahwa

perilaku bunuh diri mungkin lebih sering pada wanita dengan gangguan skizoafektif

daripada laki-laki dengan gangguan tersebut. Insidensi bunuh diri di antara pasien

dengan gangguan skizoafektif diperkirakan sekurangnya 10 persen.17 19

I. PENATALAKSANAAN

a. Terapi Medikamentosa skizofrenia

Obat pertama yang efektif untuk terapi skizofrenia dikembangkan

selama tahun 1950an. Obat ini disebut sebagai antipsikotik konvensional atau

generasi pertama.

Ada berbagai obat antipsikotik ‘konvensional’, seperti haloperidol

chlorpromazine, fluphenazine, droperidol, pimozine, sulpiride, perphenazine,

flupenthixol, zuclopenthixol, dan trifluoperazine. Kelebihan utama obat ini

adalah mengobati gejala positif skizofrenia. Namun, obat ini kurang efektif

9

Page 12: refarat psiki.docx

terhadap gejala negatif skizofrenia. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet,

cairan, suntikan jangka pendek dan jangka panjang.

Sejumlah obat baru untuk skizofrenia dengan efikasi yang lebih luas

untuk berbagai gejala skizofrenia dan dapat memperbaiki kemampuan

berfungsi pasien telah tersedia sejak 20 tahun terakhir atau lebih. Obat

antipsikotik baru ini dikenal sebagai antipsikotik atipikal atau antipsikotik

generasi kedua. Obat baru ini meliputi aripiprazole, clozapine, olanzapine,

paliperidone, quetiapin, dan risperidone. Obat ini tampaknya memiliki

lingkup efek yang lebih luas untuk gejala skizofrenia. Obat ini efektif untuk

mengobati gejala positif seperti halusinasi dan delusi serta dapat juga

membantu dalam mengobati gejala negatif. Obat ini juga tersedia dalam

bentuk tablet, cairan dan suntikan jangka pendek dan jangka panjang.

Cara pemberian obat antipsikotik adalah pemberian dimulai dengan

“dosis awal” sesuai “dosis anjuran”, kemudian dinaikkan setiap 2-3 hari

sampai mencapai “dosis efektif” (mulai timbul peredaan sindrom psikosis),

dosis dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan, “dosis optimal”

dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi), kemudian dosis diturunkan

setiap 2 minggu sampai ke “dosis maintenance”, dosis dipertahankan selama 6

buulan sampai 2 tahun (diselingi “drug holiday” 1-2 hari/minggu), selanjutnya

dilakukan tappering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) sampai dapat

dihentikan.17,19

Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu

yang lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping

yang timbul. Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang

menggunakan antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan

otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam

hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak

10

Page 13: refarat psiki.docx

kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka

tidak dapat beristirahat.13,14

Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan

kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya

benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau

mengobati efek samping ini.

Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia

dimana terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding

tongue, dan facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini

dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif terendah dari obat

antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik

konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan

mengganti antipsikotik konvensional dengan antipsikotik atipikal.

Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita

Sikzofrenia yang memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang

menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu

mengatasi masalah ini.15

b. Terapi Psikososial

1) Terapi perilaku

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan

ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial,

kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi

interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau

hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak

istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi

perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang,

11

Page 14: refarat psiki.docx

berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat

diturunkan.

2) Terapi berorientasi keluarga

Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali

dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluarga dimana pasien

skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga

yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode

pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga

adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya.

Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong

sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas

teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal

dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan

tentang keparahan penyakitnya. Ahli terapi harus membantu keluarga

dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati

3) Terapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada

rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok

mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika

atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam

menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan

meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang

memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif,

tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.

4) Psikoterapi individual

Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang

ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan

hubungan seringkali sulit dilakukan; pasien skizofrenia seringkali

kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan

12

Page 15: refarat psiki.docx

kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika

seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia,

perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap

kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang

prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri.

Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat

dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau

eksploitasi.

5) Perawatan di Rumah Sakit

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan

diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan

bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk

ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan

adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung

masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada

perawatan rumahsakit harus direncanakan. Dokter harus juga

mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang

skizofrenia.

Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan

membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya

perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien

dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana

pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah

masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan

hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk

mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga

pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang

membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.3,19

13

Page 16: refarat psiki.docx

c. Penanganan pasien gangguan skizoafektif meliputi :

1. Farmakoterapi

a. Gejala manik : antimanik

b. Gejala depresi : antidepresan

Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan

percobaan anti depresan dan terapi elektrokonvulsan (ECT) sebelum

mereka diputuskan tidak responsif terhadap terapi anti depresan.

c. Gejala bipolar : antipsikotik. harus mendapatkan percobaan lithium,

carbamazepine (Tegretol), valporate (Depakene), atau suatu kombinasi

obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak efektif.

2. Psikoterapi

a.  Psikoterapi suportif

Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan bimbingan, reassurance, serta

terapi kelompok

b. Psikoterapi reedukatif

1) Terhadap Pasien :

a) Memberikan informasi kepada pasien dan edukasi mengenai

penyakit yang dideritanya, gejala-gejala, dampak, faktor-faktor

penyebab, pengobatan, komplikasi, prognosis, dan risiko

kekambuhan agar pasien tetap taat meminum obat dan segera

datang ke dokter bila timbul gejala serupa di kemudian hari

b) Memotivasi pasien untuk berobat teratur

c) Mengajarkan terapi relaksasi pada pasien saat pasien marah

ataupun akan marah sehingga diharapkan pasien dapat

mengontrol marahnya dan mengemukakan amarahnya dengan

cara yang lebih halus.

14

Page 17: refarat psiki.docx

2) Terhadap Keluarga :

a) Memberikan edukasi dan informasi mengenai penyakit pasien,

gejala, faktor-  faktor pemicu, pengobatan, komplikasi,

prognosis, dan risiko kekambuhan di kemudian hari.

b) Menjelaskan kepada keluarga bahwa salah satu faktor pemicu

penyakit pasien saat ini adalah keluarga pasien yang

mengabaikan pasien

Meminta keluarga untuk mendukung pasien pada saat-saat setelah sakit agar pasien

dapat mengalami remisi.

J. PROGNOSIS

Prognosis buruk pada pasien dengan gangguan skizoafektif umumnya dikaitkan

dengan sejarah premorbid yang buruk, onset yang tidak diketahui, tidak ada faktor

pencetus, psikosis yang dominan, gejala negatif, onset awal, kekambuhan yang tak

henti-hentinya, atau mereka yang memiliki anggota keluarga dengan skizofrenia.2

K. ALAT UKUR K-SADS

K-SADS adalah sekumpulan kriteria diagnosis kejiwaan dan sisik reting gejalah

yang diterbitkan pada tahun 1978, terdapat tiga versi dalam jadwal, yang pertama

SADS regular, masa pakai (SADS versi-L) dan sebua versi untuk mengukur perubahan

simtomatik, walaupun sebagian besar digantikan dengan kriteria diagnosis seperti

DSM IV dan selisis angka kelainan mood tertentu, SADS masi dipakai dalam

berbagai penelitian tertentu.1,12

Semi struktur wawancara diagnostik dirancang untuk mengkaji seluruh

peristiwa-peristiwa psikopatologis masa lalu pada anak-anak dan remaja menurut

kriteria DSM-IV. Kriteria objektif untuk tungkat gejalah individu, diagnosis utama

dikaji dengan K-SADS yang mencakup: depresi, manik, hipomanik, gangguan

bipolar, gangguang skizoafektif, gangguan skizofreniform, skizofrenia, gangguan

15

Page 18: refarat psiki.docx

psikotik, gangguan panic, agoraphobia, pemisaan, kecemasan, fobia sederhana, fobia

sosial, kecemasan menyeluruh, gangguan konpulsif, gangguan perilaku, gangguan

aktifitas, unuresis, encoporesis, gangguan anorexia, penyalagunaan alcohol,

penyalahgunaan NAPSA, post traumatik stress disorder, dan gangguan

perkembangan.14,15

Draf kerja K-SADS di kelolah oleh mewawancarai orang tau (S), dan anak yang

bersangkutan, dan akhirnya mencapai peringkat ringkasan yang mencakup semua

sumber-sumber informasi yang diperlukan untuk masing-masing item skor. Saat

mengelola intrumen untuk pra-remaja melakuakan wawancara pada orang tua terlebih

dahulu. Pewawancara harus bebas atau menyesuaikan alat persuasi ke tingkat anak

itu, dan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh anak dan orang tua ketika

menanyakan gejalah tertentu.19,20

Pemikiran senada yang mengatakan bahwa pewawancara tidak harus

membacakan persis tetapi pewawancara harus bisa menggambarkan cara untuk

menimbulkan informasi yang diperlukan untuk masing-masing item skor.

Bila ada kesenjangan dari informasi yang didapat atau informasi berbeda

terutama pada anak remaja, penilai harus teliti menggunakan penghakiman klinis

yang terbaik, karena sering kesenjangan di peroleh dari hasil wawancara orang tua

denag anak remaja, dan yang paling sering terjadi ketidak cocokan dalam item-item

mengenai fenomena subjektif dimana orang tua tidak tau, tetapi sang anak sangat tau

persis tetang kehadiaran atau ketiadaan gejalah tertentu. Hal ini khususnya benar

untuk item seperti tebusan salah, keputusasaan, sulit tidur, halusinasi, dan bunuh diri

yang rekuren.17,21

Jika perbedaan pendapat berkaitan dengan perilaku yang dapat diamati

(misalanya api, trauma, setelah upacara), harus orang tua dan anak yang tidak

konsisten. Jika perselisian tidak teratasi, mambantu orang tua untuk melihat bersama-

sama anak untuk mendiskusikan alas an-alasan untuk persilesiahan atau perbedaan

16

Page 19: refarat psiki.docx

pendapat mengenai gejalah.dan pada akhirnya harus menggunakan pewawancara

penghakiman klinis yang terbaik dalam menetapkan ringkasan peringkat.

17

Page 20: refarat psiki.docx

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULAN

Gangguan skizoafektif merupakan suatu gangguan jiwa yang gejala skizofrenia dan gejala afektif terjadi bersamaan dan sama-sama menonjol. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibandingkan para wanita; khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada skizofrenia. Teori etiologi mengenai gangguan skizoafektif mencakup kausa genetik dan lingkungan.

Tanda dan gejala klinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua tanda dan gejala skizofrenia, episode manik, dan gangguan depresif. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala2 definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, dalam episode yang sama.

Sebagian diantara pasien gangguan skizoafektif mengalami episode skizoafektif berulang, baik yang tipe manik, depresif atau campuran keduanya. Terapi dilakukan dengan melibatkan keluarga, pengembangan skill sosial dan berfokus pada rehabilitasi kognitif.

Pada farmakoterapi, digunakan kombinasi anti psikotik dengan anti depresan bila memenuhi kriteria diagnostik gangguan skizoafektif tipe depresif. Sedangkan apabila gangguan skizoafektif tipe manik terapi kombinasi yang diberikan adalah antara anti psokotik dengan mood stabilizer.

Prognosis bisa diperkirakan dengan melihat seberapa jauh menonjolnya gejala skizofrenianya, atau gejala gangguan afektifnya. Semakin menonjol dan persisten gejala skizofrenianya maka pronosisnya buruk, dan sebaliknya semakin persisten gejala-gejala gangguan afektifnya, prognosis diperkirakan akan lebih baik.

18

Page 21: refarat psiki.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Shahrivar Z, Kousha M, Moallemi S, et al, The Reability and Validity of

Kiddie-Schedule For Affective and Schizophrenia – present and Live Time:

Child and Adolescent Mental Healt 2009.

2. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku

Psikiatri Klinis Jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher, 2010.

3. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.

4. Wastern Psychiatric Institute and Clinic; K-SADS-PL Working Draft, 2009

5. Thomas CR. Schizoaffectif disorder. In Sadock B, Sadock V. Kaplan and

Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry, Book 2, 8th ed. New York:

Lippincott Williams & Wilkins; 2005.

6. American Psychiatric Association: Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders, 4th ed. Text Revision (DSMIV-TR). Washington (DC):

American Psychiatric Association, 2000.

7. Thomas WF, Christine AD, Eric AY, et al. Evaluation and Comparison of

Psychometric Intruments for Pediatric Bipolar Spectrum Disorders in Four

Age Groups, journal of Child and Adolescent Mental Healt 2007.

8. Young SK, Keun AC, Boong NK, et all, Reability and Validity of Kiddie-

Schedule For Affective and Schizophrenia – present and Live Time Korean

version; Younsei Medical Journal 2004.

9. Sara RF, A Comprasion of Diagnostic Interviews for Children; the Ohio State

University may 2008.

10. Heloisa HA, Isabel A. Convergent Validity of K-SADS-PL by Comparison

with CBCL in a Portuguese Speaking Outpatient Population; BMC

Psychiatry 2010.

19

Page 22: refarat psiki.docx

11. Kaplan, I. H. and Sadock, J. B. Sinopsis Psikiatri Ilmu Perilaku Psikiatri

Klinis, Edisi Ketujuh. Binarupa Aksara Publisher: Jakarta. 2010.

12. American Psychiatric Association. Diagnosis dan Statistical Manual of

Mental disorders (DSM IV TM). American Psychological Association (APA):

Washington DC. 1996

13. Joan K, Boris B, David B, et all. Schedule for Affective Disorders and

Schizophrenia for Scholl-Age Children-Present and Lifetime Version; ACAD

Psychiatry 1997.

14. Adolescent High Risk Study. Interview Manual K-SADS; 2006

15. Patric MG. Royal Australian and New Zealand College of Psychiatrists

Clinical Practice for Treatment of Schizophrenia; journal of psychiatry 2005

16. Robert F, Alastair JJ. Schizophrenia; The New England Journal of Medicine;

2003

17. Abrams DJ,Rojas DC, Arciniegas DB. Is Schizoaffective disorder a distinct

clinical condition. Journal of Neuropsychiatric Disease and Treatment, 2008

18. American Psychiatric Association. Practice Guidelines for the treatment of

patients with schizophrenia. APA Clinical Guidelines ;2004

19. Brannon GE, MD. Schizoaffective Disorder. Medscape; 2012

20. Durland VM, and Barlow DH. Essentials of Abnormal Psychology. edition

Pacific Grove, CA: Wadsworth 2007

21. Freedman R. Schizophrenia. The New England Journal of Medicine.

Colorado: University of Colorado Health Sciences Center;2003

20