Refarat Neuro - Sistem Refleks Dan Applikasi Klinisnya (1)

download Refarat Neuro - Sistem Refleks Dan Applikasi Klinisnya (1)

of 28

description

referat neuro

Transcript of Refarat Neuro - Sistem Refleks Dan Applikasi Klinisnya (1)

A. PENDAHULUANRefleks adalah suatu gerakan yang tidak sengaja dilakukan yang merupakan respon dari sistem saraf terhadap stimulus. Gerak refleks terdiri dari 5 komponen yaitu: reseptor, saraf sensorik (saraf aferen), sinapsis pada medulla spinalis, saraf motorik (saraf eferen), dan organ target (efektor). Komponen-komponen ini bekerja sama untuk mengatur operasi dalam tubuh untuk mempertahankan homeostasis. Tingkat regulasi yang paling sederhana adalah refleks, yang merupakan respon involunter terhadap rangsangan. Refleks yang menggunakan neuron somatik adalah berkedip ketika sesuatu bergerak dekat dengan mata, batuk ketika suatu benda asing masuk di tenggorokan, dan menarik diri dari sesuatu yang menyakitkan. Semua kegiatan dikendalikan oleh neuron otonom yang merupakan respon refleks. Banyak refleks yang diciptakan dan berkembang sebelum kelahiran. Refleks berkembang ketika seseorang mengulangi respon yang sama setiap kali stimulus tertentu terjadi. Sebuah refleks terjadi pada dasarnya dengan cara yang sama setiap kali stimulus tertentu terjadi karena sistem jalur saraf yang menyebabkan itu tegas didirikan.(1)Refleks merupakan penyesuaian untuk mencegah respon atau membalikkan situasi yang diciptakan oleh stimulus. Misalnya, refleks batuk menghapus benda asing yang masuk di saluran udara. Oleh karena itu refleks ini adalah sistem umpan balik negatif yang membantu mempertahankan homeostasis. Respon yang dihasilkan oleh refleks lainnya berkontribusi terhadap homeostasis dengan meningkatkan kondisi bagi tubuh. Misalnya, bau makanan menyebabkan refleks yang meningkatkan sekresi air liur, yang akan berguna ketika seseorang mulai makan karena itu membuat menelan lebih mudah. Beberapa refleks secara bersamaan menggunakan impuls sensorik dari beberapa jenis organ indra, seperti mata, telinga, reseptor kulit, dan proprioseptor. Proprioseptor mendeteksi gerakan dan ketegangan pada otot dan sendi.(1)Beberapa refleks memerlukan sejumlah besar koordinasi oleh otak dan sumsum tulang belakang dan interneuron sinapsis. Beberapa dipengaruhi oleh impuls motorik sukarela atau dengan aktivitas otak yang lebih tinggi seperti emosi dan pemikiran, yang mengirimkan impuls ke memodifikasi sinapsis refleks.(1)Refleks-refleks yang penting bagi neurologi klinis dapat di bagi menjadi 5 kelompok, yaitu: refleks tendon dalam, refleks superfisial, refleks batang otak, refleks patologis, dan refleks primitif. Refleks tendon dalam seperti refleks trisep, bisep, brakhioradialis, ulnaris, patella, achilless dan mandibula. Refleks superfisial seperti refleks dinding perut, refleks kremaster, dan refleks plantar. Refleks patologis meliputi refleks Hoffman-Tromner, Babinski, Chaddock, Oppenheim, Gordon, Schaffer dan lain-lain. Dan refleks primitif meliputi refleks snouting, menetek, palomental, dang labella.(2)

B. DEFINISIRefleks merupakan respon dari beberapa neuron yang diatur oleh tubuh untuk bereaksi dengan cepat di saat bahaya, untuk menghindari ancaman. Refleks merupakan respon cepat, secara tiba-tiba, tidak terpelajar, respon involunter terhadap rangsangan tertentu disebut refleks. Dalam penyakit saraf, refleks fisiologis normal dapat meningkat, menurun atau hilang, dan refleks patologis yang abnormal termasuk peregangan otot refleks (juga disebut sebagai refleks tendon dalam, atau yang biasa disebut hanya sebagai refleks) dan refleks superfisial.(3)

C. Anatomi dan Fisiologi Sistem RefleKSSistem refleks adalah salah satu fungsi sistem nervous. Neuron diatur untuk memungkinkan tubuh untuk bereaksi dengan cepat pada saat bahaya, bahkan sebelum kita menyadari ancaman itu. Respon yang terjadi cepat, involunter ini dikenali sebagai gerak refleks. Ada empat sifat penting dari refleks:1. Refleks stimulasi: refleks yang tidak bersifat spontan tapi berespon terhadap masukan sensorik. 2. Refleks cepat: refleks yan g umumnya melibatkan hanya beberapa interneuron dan penundaan synaptic yang minimum.3. Refleks involunter: refleks yang terjadi tanpa disedari dan sulit untuk dihambat.Apabila diberi stimulasi yang adekuat maka terjadi refleks secara otomatis.4. Refleks stereotip: refleks terjadi pada dasarnya dengan cara yang sama setiap waktu, responnya bisa diprediksi(3)Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana yang dikenali sebagai lengkung refleks. Lengkung refleks ini dibentuk oleh:1. Reseptor rangsangan sensorik yang peka terhadap suatu rangsangan misalnya di kulit,otot dan tendon.2. Neuron aferen (sensoris) yang dapat menghantarkan impuls menuju kesusunan saraf pusat (medula spinalis-batang otak)3. Interneuron(pusat sinaps) tempat integrasi masuknya sensorik dan dianalisis kembali ke neuron eferen4. Neuron eferen (motorik) menghantarkan impuls ke perifer5. Alat efektor merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh suatu serat otot atau kelenjar

Gambar 1 : Lengkung Refleks

Muscle spindel merupakan reseptor perengangan yang mengirim informasi kepada spinal kord dan otak mengenai panjang otot and perubahan panjang otot. Reseptor ini paling banyak ditemukan di otot-otot yang memerlukan kontrol yang baik. Masing-masing muscle spindel terdiri kapsul jaringan ikat yang terdiri daripada yang membentuk sekelompok serat saraf kecil yang dikenal sebagai serat intrafusal. Seratnya dimodifikasi sehingga ujang seratnya kontraktil tetapi bagian tengahnya kekurangan miofibril. Ujung kontraktil ini mendapat persarafannya sendiri dari gamma motor neuron. Bagian tengah yang non-kontraktil dibungkus oleh ujung saraf sensoris langsung oleh alpha motor neuron yang mempersarafi otot dimana spindel berada.(3)Saat otot beristirahat,dearah central dari masing-masing muscle spindel akan cukup tertarik untuk mengaktifkan serat sensorik. Hasilnya neuron dari spindel aktif secara tonik mengirimkan arus stabil potensial aksi ke CNS. Karena itu, meskipun dalam posisi istirahat otot tetap memiliki ketegangan tertentu dikenali sebagai tonus otot.(3)Muscle spindel dilabuhkan secara paralel ke serat otot extrafusal. Pengerakan yang menyebabkan pemanjangan otot meregangkan muscle spindel dan menyebabkan serat sensorisnya terstimulasi. Hal ini menyebabkan refleks kontraksi otot yang mencegah otot melakukan over-stretching. Jaras refleks yang mana regangan otot menyebabkan respon kontraksi disebut sebagai stretch refleks.(3)Golgi tendon berespon pada ketegangan otot. Reseptor ini ditemukan pada persimpangan tenson dan serat otot. Organ golgi tendon berespon secara primer ke tension otot yang berkembang selama kontraksi isometrik dan menyebabkan refleks relaksasi. Respon ini berlawanan dengan refleks kontraksi oleh muscle spindel.(3)Organ golgi tendon disusun oleh tiga ujung saraf bebas yang membelit serat kolagen dalam kapsul jaringan ikat. Saat ototnya berkontraksi, tendon akan menjadi komponen elastis fase isometrik kontraksi. Kontraksi akan menarik serat didalam tendon golgi dengan kuat menjepit ujung sensoris saraf afferen dan menyebabkan sarafnya terstimulasi.(3)Input afferen dari aktivitas orgon golgi mengeksitasi inhibitory interneurons di spinal cord. Interneuron menghambat aphla motor neuron yang mempersarafi otot dan kontraksi otot menurun. Dengan kata lain, organ golgi mencegah kontraksi berlebihan yang mungkin melukai otot.(3)Stretch refleks merupakan pergerakan disekeliling sendi paling flexibel dikontrol sekelompok otot sinergis dan antagonis yang terkoordinasi. Kumpulan pathway yang mengkontrol dikenal sebagai unit myotatic. Refleks paling sederhana pada unit myotatic adalah monosynaptic stretch refleks yang hanya melibatkan dua neuron, neuron sensorik dari muscle spindel dan neuron somatik motor neuron ke otot. Reflex hentakan lutut adalah contoh monosynaptic stretch refleks.(3) Saat tendon pattelar diketuk dengan palu kecil. Ketukan akan meregangkan otot quadriceps. Ini akan mengaktifkan muscle spindel dan mengaktifkan potensial aksi melalui serat sensoris ke spinal kord. Neuron sinaps secara langsung ke motor neuron mengkontrol kontraksi otot quadriceps. Eksitasi dari motor neuron menyebabkan unit motorik dari quadriceps berkontaksi dan kaki bagian bawah maju ke depan.(3)Withdrawl refleks merupakan refleks fleksi merupakan polysinaptic reflex pathway yang menyebabkan tangan atau kaki tertarik saat ada rangsang nyeri, misalnya saat terkena peniti atau kompor panas. Saat kaki kontak dengan titik paku, nocireseptor di kaki mengirim sensor informasi ke spinal kord. Disini sinyal akan berdivergen mengaktifkan multipel eksitatori interneuron. Beberapa neuron ini mengeksitasi alpha motor neuron meyebabkan kontraksi otot fleksi tungkai terstimulus. Beberapa interneuron secara simultan mengaktivasi inhibitory interneuron yang menyebabkan relaksasi sekelompok otot antagonis. Karena inhibisi resiprok inilah tungkai akan fleksi menarik dari stimulus nyeri. Tipe refleks ini membutuhkan waktu yang lama dari stretch refleks kerena proses sinaptic yang lebih besar (sliverthorn).(3)

Gambar 2 : Withdrawl Rfleks

D. Klasifikasi Upper Motor Neuron(UMN) dan Lower Motor Neuron(LMN)Upper Motor Neuron (UMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal dari korteks motorik serebri atau batang otak yang seluruhnya (dengan serat saraf-sarafnya ada di dalam sistem saraf pusat. Lower motor neuron (LMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal dari sistem saraf pusat tetapi serat-serat sarafnya keluar dari sistem saraf pusat dan membentuk sistem saraf tepi dan berakhir di otot rangka.(1)Gangguan fungsi UMN maupun LMN menyebabkan kelumpuhan otot rangka, tetapi sifat kelumpuhan UMN berbeda dengan sifat kelumpuhan UMN. Kerusakan LMN menimbulkan kelumpuhan otot yang 'lemas', ketegangan otot (tonus) rendah dan sukar untuk merangsang refleks otot rangka (hiporefleksia). Pada kerusakan UMN, otot lumpuh (paralisa/paresa) dan kaku (rigid), ketegangan otot tinggi (hipertonus) dan mudah ditimbulkan refleks otot rangka (hiperrefleksia). Berkas UMN bagian medial, dibatang otak akan saling menyilang.(1) Sedangkan UMN bagian Internal tetap berjalan pada sisi yang sama sampai berkas lateral ini tiba di medula spinalis. Di segmen medula spinalis tempat berkas bersinap dengan neuron LMN. Berkas tersebut akan menyilang. Dengan demikian seluruh impuls motorik otot rangka akan menyilang, sehingga kerusakan UMN diatas batang otak akan menimbulkan kelumpuhan pada otot-otot sisi yang berlawanan.(1)Salah satu fungsi medula spinalis sebagai sistem saraf pusat adalah sebagai pusat refleks. Fungsi tersebut diselenggarakan oleh substansia grisea medula spinalis. Refleks adalah jawaban individu terhadap rangsang, melindungi tubuh terhadap pelbagai perubahan yang terjadi baik dilingkungan internal maupun di lingkungan eksternal. Kegiatan refleks terjadi melalui suatu jalur tertentu yang disebut lengkung

E. JENIS REFLEKS DAN APLIKASI KLINISNYAI. Refleks Tendon Dalam1. Refleks BisepRefleks tendon bisep diperiksa dengan meminta pasien melemaskan lengannya dan melakukan pronasi lengan bawah di pertengahan di antara fleksi dan ekstensi. Pemeriksa harus meletakkan ibu jarinya dengan kuat pada tendon biseps lalu kemudian palu reflex dipukulkan pada ibu jari pemeriksa. Pemeriksa harus mengamati kontraksi biseps yang diikuti fleksi siku. Refleks ini menguji saraf pada radiks C5 C6. Aferen terletak pada N. Musculocutaneus, eferen terletak pada N. Musculocutaneus. Jika terdapat lesi pada traktus kortikospinalis, maka didapatkan refleks yang berlebihan. Jika lesi pada arkus refleks perifer atau kerusakan pada segmen traksi C5 C6 di sisi yang diuji, maka didapatkan respon tertahan atau tidak ada.(4, 7)

Gambar 3 Refleks Biseps 2. Refleks TrisepRefleks tendon trisep diperiksa dengan memfleksikan lengan bawah pasien pada siku dan menarik lengan itu ke arah dada. Ketuklah tendon triseps di atas insersi prosesus olekranon ulna kirakira 1-2 inci di atas siku. Harus terjadi kontraksi segera pada triseps dengan ekstensi siku. Lengkung refleks melalui N. Radialis yang pusatnya terletak di C6 C8 Aferen terletak pada N. Radialis dan eferen terletak pada N. Radialis.(4, 7)

Gambar 4. Refleks Triseps

3. Refleks BrakhioradialisLengan bawah di fleksikan serta di pronasika sedikit.kemudian di ketok pada prosesus stiloideus radius. Sebagai jawaban lengan bawah akan berfleksi dan bersupinasi. Lengkung refleks melalui nervus radialis, yang pusatnya terletak di C5-C6. Aferen terletak pada N. Radialis, eferen terletak pada N. Radialis.(4,7)

Gambar 5. Refleks Brachioradialis

4. Refleks UlnarisLengan bawah disemifleksi dan semipronasi, kemudian di ketok pada prosesus stiloideus dan ulna. Hal ini mengakibatkan gerakan pronasi pada lengan bawah dan juga kadang-kadang adduksi pada pergelangan tangan.lengkung refleks melalui nervus medianus yang pusatnya terletak di C5-Th1. Aferen tyerletak pada N. Ulnaris, eferen terletak pada N. Ulnaris.(4,7)

5. Refleks PatellaUntuk melakukan refleks patella, yang dikenal pula sebagai sentakan lutut, mintalah pasien duduk dengan tungkai terjuntai di samping tempat tidur. Letakkan tangan pemeriksa pada M. Kuadriseps pasien. Ketuk tendon patella dengan kuat dengan dasar palu refleks. Refleks patella mengakibatkan M. Kuadrisep femoris akan berkontraksi dan mengakibatkan gerakan ekstensi tungkai bawah. Lengkung refleks ini melalui L2, L3, L4. Aferen terletak pada N. Femoralis, eferen terletak pada N. Femoralis.(4,7)

Gambar 6. Refleks Patella

6. Refleks AchillesRefleks Achilles, yang dikenal pula sebagai sentakan pergelangan kaki dibangkitkan dengan posisi kaki pasien terjuntai di samping tempat tidur. Tungkai harus difleksikan pada pinggul dan lutut. Pemeriksa harus meletakkan tangannya di bawah kaki pasien untuk melakukan dorsofleksi pada pergelangan kaki. Tendo Achilles diketuk tepat di atas insersinya pada permukaan posterior kalkaneus dengan ujung lebar palu refleks. Refleks Tendon Achilles mengakibatkan berkontraksinya M. Trisesps sure dan memberikan gerak plantar fleksi pada kaki. Lengkung refleks ini melalui S1 S2. Aferen terletak pada N. Tibialis, eferen terletak pada N. Tibialis.(4,7)

Gambar 7. Refleks Achilles7. Refleks MandibulaRefleks mandibula atau biasa disebut Jaw-Jerk Refleks. Penderita diminta membuka mulutnya sedikit dan telunjuk pemeriksa di tempatkan melintang di dagu. Setelah itu, telunjuk diketuk-refleks (refleks hammer) yang mengakibatkan berkontraksinya otot maseter sehingga mulut merapat. Pusat refleks ini terletak di Pons. (4,7)

Gambar 8 Refleks Rahang Bawah

II. Refleks Superfisial1. Refleks Dinding PerutPada lengkung refleks ini, rangkaian neuron suprasegmental juga dilibatkan, sehingga bila teradapat kerusakan suprasegmental refleks dinding perut ini menjadi negatif. Refleks ini dibangkitkan dengan jalan menggores dinding perut dengan benda yang agak runcing maka otot (m.rektus abdominis) akan berkontraksi. Refleks ini dilakukan pada berbagi lapangan dinding perut yaitu di epigastrium(otot yang berkontraksi diinervasi oleh Th6,Th7), perut baguan atas (Th7,Th9), perut bagian tengah (Th9,Th11) perut bagian bawah (Th11,Th12 dan lumbal atas). Pada kontraksi otot, terlihat pusar bergerak kearah otot yang berkontraksi.(4,7)Refleks superfisialis dinding perut sering negatif pada wanita normal yang banyak anak (sering hamil), yang dinding perutnya lembek, demikian juga pada orang gemuk dan orang lanjut usia, juga pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun. Pada orang muda yang otot-otot dinding pertunya berkembang baik, bila refleks ini negatif, hal ini mempunyai nilai patologis. Bila refleks dinding perut superfisialis negatif disertai refleks dinding dalam perut meninggi hal ini menunjukkan lesi traktus piramidalis di tempat yang lebih diatas dari Th6. Refleks dinding perut superfisialis biasanya cepat lelah dan akan menghilang setelah beberapa kali dilakukan. (4,7)

Gambar 9 Refleks Dinding Perut

2. Refleks CremasterRefleks ini dibangkitkan dengan jalan menggoreskan atau menyentuh bagian pangkal paha. Terlihat scrotum berkontraksi. Pada lesi traktus piramidalis, refleks ini negatif. Refleks ini dapat negatif pada orang lanjut usia, penderita hidrokel, varikokel, orkhitis atau epididimitis. Lengkung refleks melalui L1.L2. Aferen terletak pada N. Ilioinguinal, eferen terletak pada N. Genitofemoralis.(4,7)

Gambar 10 Refleks Kremaster

3. Refleks PlantarRefleks ini dibangkitkan dengan menggoreskan telapak kaki bagian lateral. Dapat ditemukan refleks normal dan releks patologis(Babinski). Refleks ini pada orang normal, ditemukan ada fleksi plantar kaki dan jari kaki bersama dengan adduksi jari-jari kaki itu. Gerakan utama adalah fleksi plantar pada ibu jari kaki yaitu pada sendi metatarsophalangeal. Respon ini adalah cukup cepat dan bisa disertai fleksi pinggul dan lutut pada sisi yang dirangsang.(5)

Gambar 11 Refleks Plantar

III. Refleks Batang Otak1. Refleks batuk (tracheobronchial suctioning)Refleks trakea dan faring Tidak terdapat respon terhadap rangsangan di faring bagian posterior. Tidak terdapat respon terhadap pengisapan trakeobronkial (tracheobronchial suctioning).Secara umum, tes apnea dilakukan setelah pemeriksaan refleks batang otak yang kedua dilakukan. Tes apnea dapat dilakukan apabila kondisi prasyarat terpenuhi, yaitu : Suhu tubuh 36,5 C atau 97,7 F Euvolemia (balans cairan positif dalam 6 jam sebelumnya) PaCO2 normal (PaCO2 arterial 40 mmHg) PaO2 normal (pre-oksigenasi arterial PaO2 arterial 200 mmHg)

2. Refleks KorneaRefleks Kornea adalah salah satu refleks penting batang otak.Untuk menguji adanya refleks kornea adalah dengan menyentuh ujung kornea dengan ujung kapas pembersih untuk menghasilkan stimulus yang adekuat.Mati batang otak menghasilkan refleks cornae yang negatif. Nervus cranialis dan bagian otak yang terlibat adalah nervus oculomotor,nervus facialis, nervus trimingal dan batang otak tengah.

3. Refleks pupilRefleks pupil melibatkan nervus cranialis opticus,oculomotor dan otak tengah.Pemeriksaan reflex pupil harus dilakukan dalam tempat yang gelap dan cahaya diarah kedua mata satu persatu dan reaksinya diperhatikan. Bila tidak ada refleks batang otak, pemeriksaa harus menemukan adanya pupil yang oval atau bulat pada posisi tengah dengan dilatasi (4 6 mm) tanpa adanya respon terhadap cahaya terang. Ukuran pupil , refleks cahaya pupil dan reflex kornea penting dalam pemeriksaan pasien tidak sadar. Serat simpatik (pupillodilator) berjalan ke seluruh batang otak, sementara serat parasimpatis (pupilloconstrictor, saraf kranial ketiga adalah "sirkuit" di tingkat otak tengah. Sebuah lesi tectal (dorsal) otak tengah secara khusus melibatkan serabut parasimpatis, menyebabkan pupil yang besar .Pupil yang besar,blown yang tidak responsif terhadap stimulus cahaya langsung sering adalah karena kompresi saraf oculomotor ipsilateral (CN III) dari lobus temporal yang bengkak (herniasi uncal). Ini adalah keadaan darurat karena edema bersifat progresif dan herniasi batang otakmenyebabkan mati batang otak(kematian).

4. Refleks okulosefalikRefleks okulosefalik, atau dolls eyes reflex merupakan gerakan reflek yang diuji dengan menggerakkan kepala secara vertical atau dari sisi yang satu ke sisi yang lainnya, yang mula-mula dilakukan perlahan-lahan dan kemudian secara cepat; gerakan bola mata terjadi dengan arah yang berlawanan terhadap gerakan kepala. Respon ini diperantarai oleh mekanisme batang otak yang berasal dari dalam labirin dan propioseptor servikal. Respons tersebut dalam keadaan normal akan disupresi oleh fiksasi visual yang dimediasi hemisfer serebri pada pasien yang sadar; namun respon ini akan muncul jika hemisfer serebri mengalami supresi atau inaktif. Lintasan neuron untuk gerakan refleks bola mata yang horizontal memerlukan keutuhan daerah disekitar nervus kranialis VI (abducens) dan dihubungan dengan nervus kranialis III (okulomotor).kontralateral lewat fasikulus longitudinalis medialis.

5. Refleks oculovestibularUntuk menguji refleks oculovestibular di periksa dengan rangsang kalori, melalui telinga dengan air dingin, dokter menanamkan setidaknya 20 ml air es ke telinga pasien koma. Pada pasien dengan batang otak utuh , mata akan bergerak lateral ke arah telinga yang terkena . Pada pasien dengan cedera otak parah, tatapan akan tetap di garis tengah .

IV. Refleks PatologiRefleks patologi adalah refleks yang tidak dapat dibangkitkan pada orang yang normal atau sehat, kecuali pada bayi dan anak kecil. Kebanyakan merupakan gerakan reflektorik defendif atau postural yang pada orang dewasa yang sehat terkelola dan ditekan oleh aktivitas susunan piramidal. Anak usia 4-6 tahun belum memiliki susunan piramidal yang bermielin penuh, sehingga aktifitas susunan piramidalnya belum sempurna. Namun jika tejadi pada orang dewasa maka refleks patologi, ini merupakan tanda-tanda lesi UMN.Refleks patologis pada ekstemitas bawah lebih konstan, lebih mudah muncul, lebih reliabel dan lebih mempunyai korelasi secara klinis dibandingkan pada ekstremitas atas. Dasar pemeriksaan reflex Selain dengan jari-jari tangan untuk pemeriksaan reflex ekstremitas atas,bisa juga dengan menggunakan reflex hammer. Pasien harus dalam posisi enak dan santai dan rangsangan harus diberikan dengan cepat dan langsung.Berikut ini adalah contoh refleks patologi.1. Hoffman TromnerPada tangan, gerak otot reflektorik yang patologik itu berupa gerakan fleksi ibu jari dan jari telunjuk karena rangsangan (jentikan phalanges distal) atau (goresan) terhadap kuku jari tengah.(4)

Gambar 12. Refleks Hoffman Tromner (19)

2. Refleks BabinskiUntuk membangkitkan refleks babinski, penderita diminta berbaring dengan kedua tungkai diluruskan. Pemeriksa memegang pergelangan kaki supaya kaki tetap pada tempatnya. Lakukan goresan pada telapak kaki mula dari bagia lateral bawah yaitu tumit menuju pangkal jari. Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau membuka. Normal pada bayi masih ada.(4)

Gambar 13. Refleks Babinski3. Refleks ChaddockUntuk membangkitkan refleks ini, penderita diminta berbaring dengan kedua tungkai diluruskan. Pemeriksa memegang pergelangan kaki supaya kaki tetap pada tempatnya lakukan goresan pada maleolus lateralis. Jika reaksi positif maka ibu jari akan dorsofleksi dan jari yang lain akan mekar.(4)

Gambar 14. Refleks Chaddock

4. Refleks GordonPenderita diminta berbaring dengan kedua tungkai diluruskan. Kita pegang pergelangan kaki supaya kaki tetap pada tempetnya lalu otot yang ada di betis kita cubit. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski.(4)

Gambar 15. Refleks Gordon

5. Refleks OpenheimPasien diminta berbaring dengan kedua tungkai diluruskan. Kita pegang pergelangan kaki supaya kaki tetap pada tempatnya lalu pemeriksa mengurut dengan kuat os tibia dan otot tibialis anterior ke arah bawah. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski.(4)

Gambar 16. Refleks Openheim6. Refleks SchafferPemeriksa memencet tendon Achilles pasien secara keras. Positif jika timbul refleks seperti babinski.(4)

7. Refleks BingCara membangkitkan refleks bing adalah dengan cara memberikan rangsang tusuk pada kulit yang menutupi metatarsal kelima. Positif jika muncul refleks seperti babinski.(4)

8. Refleks RosolimoMendorsofleksikan jari-jari kaki. Jika positif maka jari-jari kaki akan melawan arah tekanan. Mengetuk metatarsal dengan hammer, jika positif maka metatarsal akan fleksi.

Gambar 17. Refleks Rossolimo (19)

9. Refleks MendelMemberikan pengetukan dorsum pedis pada daerah os cuboideum. Positif jika terdapat respon seperti rosolimo.(4)

10. Refleks GondaMemencet satu jari kaki ke-empat dan kemudian dilepaskan.(4)

Gambar 18. Refleks Gonda (19)

V. Refleks Primitif1. Refleks SnoutingUntuk membangkitkan refleks ini adalah dengan cara melakukan perkusi pada daerah bibir atas. Refleks Snout dikatakan positif apabila didapatkan respon berupa bibir atas dan bawah menyengir atau kontraksi otot-otot di sekitar bibir dan di bawah hidung. Refleks Snout ini dijumpai sejak lahir dan akan menghilang setelah usia 3 bulan. Refleks Snout yang menetap menunjukkan adanya regresi SSP. (4,7)2. Refleks MenetekPada refleks menetek pemeriksa memberikan sentuhan pada bibir. Respon yang muncul berupan gerakan bibir, lidah dan rahang bawah seolah-olah menetek.(4,7)

Gambar 19. Refleks Menetek (20)

3. Refleks PalmomentalRefleks palmomental muncul dengan memberikan goresan dengan ujung pensil atau ujung gagang palu refleks terhadap kulit telapak tangan bagian tenar. Respon yang didapatkan adanya kontraksi m. Mentalis dan orbikularis oris ipsilateral.(4,7)

Gambar 20. Refleks Palmomental (20)4. Refleks GraspingRefleks Grasping dengan memberikan penekanan atau penempatan jari si pemeriksa pada telapak tangan pasien. Respons : tangan pasien mengepal.(6)

Gambar 21. Refleks Memegang (20)

5. Refleks GlabellaRefleks glabella adalah pengetukan ringan di antara mata. Jika pasien merespon dengan spasme otot-otot mata terus-menerus dan menutup mata, Glabella adalah positif. Pada lesi nervus facialis, refleks ini berkurang atau negatif, sedangkan pada sindrom parkinson refleks ini sering meninggi. Pusat refleks ini terletak di pons(6)

Gambar 22 Refleks Glabella

Refleks primitif yang tersebut diatas dapat dijumpai pada orang-orang dengan demensia, proses desak ruang intrakranial, paralisis, pseudobulbaris dan sebagian penderita dangan sindroma post stroke. (6)

F. DIAGNOSAPemeriksaan refleks perlu dilakukan dengan menggunakan peralatan; peralatan yang biasa digunakan adalah reflex-hammer dan pen light; reflex-hammer yang paling baik adalah yang terbuat dari karet karena bahan dari karet ini tidak akan mengakibatkan nyeri. Nyeri harus dihindari pada pemeriksaan refleks karena akan mengakibatkan bias interpretasi. Pasien harus dalam keadaan rileks pada area yang akan diperiksa, dan area tersebut harus bebas sehingga dapat memberikan reaksi refleks yang maksimal. Bagian (anggota gerak) yang akan diperiksa harus terletak sepasif mungkin (lemas) tanpa ada usaha orang coba untuk mempertahankan posisinya. (2) Stimulasi harus dilakukan dengan cepat dan secara langsung, ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa. Ini dapat dicapai bila posisi dan letak anggota gerak orang coba diatur dengan baik.Intensitas harus dalam rentang normal, yaitu yang tidak mengakibatkan sakit atau nyeri. Reaksi yang terbentuk akan bergantung pada tonus otot, sehingga akan memerlukan 'kontraksi minimal' yang biasanya diperiksa. Jika pemeriksa ingin membandingkan sisi kanan dan kiri, posisi ekstremitas harus simetri kiri dan kanan. Pemeriksa mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada sendi tangan dengan kekuatan yang sama, yang dapat menimbulkan regangan yang cukup.(1)Sebuah refleks dapat diinterpretasikan sebagai refleks menurun, normal, meningkat, atau hiperaktif. Berikut adalah kriteria secara kuantitatif:0: Tidak berespon+1: Agak menurunm di bawah normal+2: Normal, rata-rata+3: lebih cepat dibanding normal; masih fisiologis (tidak perlu dianalisis & tindak lanjut)+4: Hiperaktif sangat cepat, biasanya disertai klonus, dan sering mengindikasikan adanya suatu penyakit(4)CARA KERJARefleks superficial

RefleksStimulusResponsAfferentEfferent

Refleks dinding perutGoresan dinding perut daerah, epigastrik, supraumbilical, infra Umbilical dari lateral ke medial.

kontraksi dinding perut n. intercostal T 5 7 ( epigastrik ) n. intercostal T 7 9 (supra umbilical) n. intercostal T 9 11 ( umbilical ) n. intercostals T 11 L 1 (infra umbilical) n.iliohypogastricu n. ilioinguinalisidem

Refleks cremastergoresan pada kulit paha sebelah medial dari atas kebawahelevasi testis Ipsilateral n. ilioinguinal ( L 1-2 )

n. genitofemoralis

Refleks fisiologis ( tendon / periosteum )

Refleks biseps ( B P R ) :

ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon. biseps brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku.

fleksi lengan pada sendi siku n. musculucutaneus ( c 5-6 )

idem

Refleks triceps ( T P R )ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi

extensi lengan bawah disendi siku n. radialis ( C 6-7-8 )

idem

Refleks patella ( K P R )ketukan pada tendon patellaekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.quadriceps Femoris n. femoralis ( L 2-3-4 )

idem

Refleks achilles (APR))

ketukan pada tendon Achillesplantar fleksi kaki karena kontraksi m.gastrocnemius

n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )

idem

Tabel 1Refleks patologis1. BabinskiStimulus : menggores bagian lateral telapak kaki mengarah kearah medialRespons: ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan (fanning) jari jari kaki.2. ChaddockStimulus : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral, sekitar malleolus lateralis dari posterior ke anterior.Respons : seperti babinski3. SchaefferStimulus : memencet tendon achilles secara kerasRespons: seperti babinski4. OppenheimStimulus : pengurutan crista anterior tibiae dari proksimal ke distalRespons : seperti babinski5. GordonStimulus : penekanan betis secara kerasRespons : seperti babinski6. GondaStimulus : penekukan ( planta fleksi) maksimal jari kaki keempatRespons: seperti babinski7. StranskyStimulus : penekukan ( lateral ) maksimal jari kaki kelimaRespons: seperti babinski8. RossolimoStimulus : pengetukan pada telapak kakiRespons: fleksi jari jari kaki pada sendi interphalangealnya9. Mendel - BechterewStimulus : pengetukan dorsum pedis pada daerah os cuboideumRespons : seperti rossolimo10. HoffmanStimulus : goresan pada kuku jari tengah pasienRespons : ibu jari, telunjuk dan jari jari lainnya berefleksDaftar Pustaka

1.The Nervous System. In: Ryerson M-H, editor. Biology: McGraw Hill; 2010. p. 364 - 403.2.Restrpepo RD. Neurological Assessment. In: Wilkins, editor. Clinical Assessment in Respiratory Care. sixth ed: Elsevier; 2010. p. 95 - 116.3.The Spinal Cord, Spinal Nerves and Somatic Reflexes. Anatomy and Physiology. fifth ed: Saladin. p. 481 - 513.4.Merchut DMP. Neurological Examination of Sensation Reflexes and Motor Function. 2011:1 -15.5.Khwaja GA. Plantar Reflex. JIACM. 2005 July - September 2005;6(3):193 - 7.6.Schott JM, Rossor MN. The gasp and other primitive reflexes. jnnp. 2003;74:558 - 60.7.Lumbantobing. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: FKUI; 1998.8.Shidharta Priguna. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta: Dian Rakyat; 2009.9.Mardjono Mahar, Shidarta Priguna. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 1967.10.Arbour Richard. Brain Death: Assessment, Controversy, and Confounding Factors. American Association of Critical Care Nurse; 2013.11.Alan Glass, Allyson R. Zazulia. Clinical Skills: Neurological Examination, Lecture Notes, 201112.Michael Aminoff, David A. Greenberg. Clinical Neurology, 6th Edition. Lange; 200513Zaferiou Dimitrios. Primitive Reflexes and Postural Reactions in the Neurodevelopmental Examination. Elsevier; 2004.14.Vreeling Fred, Verhey Frans, Houx Peter, Jolles Jellemer. Primitive Reflexes in Parkinson's Disease. University of Limburg, Netherlands; 1992.

22