Refarat Malaria
Transcript of Refarat Malaria
-
8/11/2019 Refarat Malaria
1/21
BAB I
PENDAHULUAN
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup
dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina.(1)
Malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Hampir 50% penduduk beresiko terinfeksi penyakit malaria. Penyakit malaria
mengenai semua usia mulai dari bayi, balita, anak-anak, remaja, dan dewasa. Penyakit malaria
dapat ditemui hampir diseluruh dunia terutama pada negara-negara yang beriklim tropis dan
subtropis.(2)
Di Indonesia sendiri sekitar 35% penduduknya tinggal didaerah yang beresiko
tertular malaria.(1)
Diperkirakan diseluruh dunia, terdapat 300 juta kasus malaria dan lebih dari 100 juta
kasus diantaranya meninggal setiap tahunnya.(3)
Di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan
Rumah Tangga tahun 2001, terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap
tahunnya.(1)
Kebanyakan mereka yang meninggal karena malaria adalah bayi,anak-anak, dan ibu
hamil.(3)
Ibu hamil dengan malaria memiliki resiko 2x lebih besar untuk keguguran, partus
prematur, dan melahirkan bayi bblr dibandingkan dengan ibu hamil tanpa malaria. Malaria yang
terjadi pada bayi dan anak dapat menyebabkan timbulnya anemi.(1)
Semuanya itu akan
berdampak pada proses tumbuh kembang anak.
-
8/11/2019 Refarat Malaria
2/21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Malaria merupakan infeksi akut hingga kronik yang disebabkan oleh satu atau lebih
spesies plasmodium, ditandai dengan panas tinggi bersifat intermitten, anemia, dan hepato-
splenomegali.(3,4)
2.2 Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa intraselluer yang masuk dalam genus Plasmodium.
Plasmodiumini ditransmisikan kepada manusia melalui gigitan nyamuk anophelesbetina. Pada
manusia, plasmodium ini akan hidup dan berkembang dalam sel darah merah.(1,3,4,5)
Terdapat 4 jenis plasmodium penyebab malaria pada manusia antara lain P. falciparum
menyebabkan malaria tropikana, P. vivaxmenyebabkan malaria tertiana, P. ovalemenyebabkan
malaria ovale, P. malariaemenyebabkan malaria kuartana.(1,3,4,5) Sekarang ini, ditemukan jenis
plasmodium pada monyet yang dapat menyebabkan malaria pada manusia yaituP. Knowlesi.(5)
Jenisplasmodiumyang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah P. falciparumdan
P. vivax sedangkan P. malariae dapat ditemukan di beberapa provinsi antara lain : Lampung,
NTT dan Papua.P. ovalepernah ditemukan di NTT dan Papua.(1)
2.3 Epidemiologi
Malaria merupakan masalah kesehatan utama di Afrika, Asia, Oceania dan Amerika
utara. Lebih dari 40% penduduk dunia hidup pada daerah populasi tinggi malaria. Diperkirakan
-
8/11/2019 Refarat Malaria
3/21
300-500 juta kasus malaria terjadi tiap tahunnya dan menyebabkan 1-3 juta orang meninggal.
Populasi yang beresiko tinggi meninggal karena malaria adalah primigravida, turis yang belum
mendapat profilaksis, dan anak dibawah umur 6 bulan sampai 3 tahun yang tinggal pada daerah
endemis malaria. Banyak anak yang meninggal karena plasmodium falciparum di daerah Sub-
Saharan Afrika. Pada Negara endemis anak yang kurang dari usia 5 tahun biasanya akan
mendapatkan malaria berulang dan serangan malaria yang serius.(6)
Plasmodium falciparum banyak ditemukan pada daerah tropis dan menyebabkan 95%
kematian pada malaria. Plasmodium vivax lebih banyak dijumpai daibandingkan plasmodium
falciparum namun tingkat kematian dan kesakitan yang ditimbulkan lebih rendah.
(6)
Di Indonesia, berdasarkan survei kesehatan Indonesia tahun 2011, jumlah penduduk
populasi beresiko malaria adalah sebanyak 146.978.014 jiwa, dan yang terdiagnosis secara klinis
sebesar 1.321.451 jiwa, dengan annual parasite incidence sebesar 1,7. NTT sendiri memiliki
jumlah populasi beresiko sebesar 4.708.982 jiwa, dan yang terdiagnosis secara klinis sebanyak
233.717 jiwa dengan angka annual parasite incidencesebesar 14,8.(7)
Prevalensi malaria di NTT menurut RISKESDAS tahun 2007 sebesar 14,9% dengan 4
kabupaten dengan prevalensi tertinggi yaitu Sumba barat Lembata, Sumba Timur dan Manggarai
barat.(8)
2.4 Siklus Hidup Plasmodium
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan
nyamuk anopheles betina.(1)
-
8/11/2019 Refarat Malaria
4/21
a. Siklus pada manusia
Dalam tubuh manusia, parasit berkembang secara aseksual (skizogoni).(9)
Pada
waktu nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit yang berada di
kelenjar liur nyamuk akan masuk kedalam peredaran darah selama kurang lebih jam.
Kemudian, sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan akan menjadi tropozoit hati yang
kemudian akan berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000-30.000 merozoit
hati. Siklus ini disebut siklus ekso-eritrosit yang berlangsung selama kurang lebih 2
minggu.(1)
Pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale sebagian tropozoit hati tidak
langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang
disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal didalam sel hati salama berbulan-
bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat, bila imunitas tubuh menurun, kana
menjadi aktif kembali sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).(1)
Skizon hati akan pecah dan berubah menjadi merozoit. Merozoit akan masuk ke
dalam peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Didalam sel darah merah,
parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon. Proses perkembagan
aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan
merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus
eritrositer. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel
darah merah dan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan betina).(1)
b. Siklus pada nyamuk anopheles betina
Dalam tubuh nyamuk, parasit berkembang secara seksual (sporogoni).(9)
Apabila
nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, didalam tubuh
-
8/11/2019 Refarat Malaria
5/21
nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot
berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada
dinding luar lambung nyamuk, ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menajdi
dporozoi. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.(1)
Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya
gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung spesies
plasmodium. Masa prapaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai parasit
dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.(1)
Tabel 1. Masa Inkubasi Penyakit Malaria
Plasmodium Masa Inkubasi (Hari)
P. falciparum 9-14 (12)
P. vivax 12-17 (15)
P. ovale 16-18 (17)
P. malariae 18-40 (28)
-
8/11/2019 Refarat Malaria
6/21
Gambar 1. Siklus Hidup Plasmodium
Sumber : Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Depkes RI. Tahun 2008
2.5 Patogenesis
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan
bermacam-macan antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel makrofag, monosit, atau limfosit
yang meneluarkan berbagai macam sitokin antara lain TNF (tumor nekrosis factor). TNF akan
dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu sehingga terjadi
demam. Proses skizogoni pada ke empat plasmodium memerlukan waktu yang berbeda-beda, P.
-
8/11/2019 Refarat Malaria
7/21
falciparum memerlukan waktu 36-48 jam, P. vivax/ovale selang waktu satu hari , dan P. malariae
demam timbul selang waktu 2 hari.(1,3)
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yan gtidak
terinfeksi. P. falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah, sehingga anemia dapat terjadi
pada infeksi akut maupun kronis. P. vivax dan P. ovale henya menginfeksi sel darah merah muda
yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah, sednagkan P. malariae
menginfeksi sel darah merah yang tua yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah merah.
Oleh karena itu anemia yang disebabkan oleh P. vivax P. ovale dan P. malariae umumnya
anemia terjadi pada keadaan kronis.
(1,3)
Pembesaran limpa atau splenomegali terjadi karena terjadi penghancuran Plasmodium
oleh sel-sel makrofag dan limfosit pada limpa yang merupakan organ retikuloendotelial.
Penambahan sel-sel radang ini akan menyebabkan ukuran limpa akan semakin membesar.(1,3)
Malaria berat akibat P. falciparum mempunyai pathogenesis yang khusus. Eritrosit yang
terinfeksi P. falciparum akan mengalami proses sekuestrasi yaitu tersebarnya eritrosit yang
berparasit ke pembuluh kapiler alat dalam tubuh. Selain itu pada permukaan eritrosit yang
terinfeksi akan membentuk knob yang berisi berbagai antigen P. falciparum. Pada saat terjadi
proses sitoadherensi knob tersebut akan berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler. Akibat
dari proses in terjadilah obstruksi dalam pembuluh darah kapiler sehingga menyebabkan
terjadinya iskemik jaringan. Terjadinya sumbatan ini juga didukung oleh proses terbentuknya
rosetteyaitu bergerombolnya sel darah merahh yang berparasit dengan sel darah merah lainnya.
Pada proses sitoadherensi ini diduga terjadi proses imunologik yaitu terbentuknya mediator-
mediator antara lain sitokin (TNF, interleukin), dimana mediator tersebut mempunyai peranan
dalam gangguan fungsi pada jaringan tertentu.(1,3)
-
8/11/2019 Refarat Malaria
8/21
2.6 Penularan Malaria
Malaria dapat ditularkan melalui (1) alamiah (natural infection)melalui gigitan nyamuk
anophelles, (2) penularan bukan alamiah yaitu malaria bawaan (congenital) dan penularan secara
mekanik melalui transfusi darah atau jarum suntik. Sumber infeksi adalah orang yang sakit
malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis.(1,9)
2.7 Manifestasi Klinik
Pada anak dan dewasa, selama masa inkubasi biasanya asimtomatik. Masa inkubasi P.
falciparum 9-14 hari, P. vivax 12-17 hari, P. ovale 16-18 hari, P. malariae 18-40 hari. Fase
prodromal berlangsung selama 2-3 hari. Pada fase ini biasanya parasit belum terdeteksi dalam
darah. Gejala yang muncul pada fase prodromal antara lain sakit kepala, lemah, anoreksia,
mialgia, demam, nyeri dada, nyeri perut ataupun nyeri sendi.(3)
Gejala klasik dari malaria adalah demam yang paroksismal. Serangan demam yang khas
terdiri dari 3 stadium yaitu stadium menggigil, stadium demam dan stadium berkeringat yang
biasanya suhu akan turun. (3,4,9)
Pada anak, gambaran klinis yang timbulkan berbeda dengan orang dewasa. Pada anak
usia kurang dari 2 bulan terutama anak yang non imun, gejala yang ditimbulkan adalah demam
lebih dari 400C disertai sakit kepala, mengantuk anoreksia, mual, muntah, diare, pucat, sianosis,
splenomegali hepatomegali, anemia, trombositopenia, serta leukosit yang normal atau sedikit
rendah.(3)
Pada anak dengan kekabalan parsial, gejalanya dapat berupa demam ringan, anemia,
nafsu makan menurun, kadang malaise, mudah lelah, batuk dan diare. Di daerah endemis,
malaria anakyang berusia lebih dari 5 tahun pernah mengalami serangan berulang malaria dan
-
8/11/2019 Refarat Malaria
9/21
mereka yang bertahan hidup akan membentuk imunitas parsial. Pada saat remaja dan dewasa
mereka akan mengalami parasitemia asimptomatis, yaitu adanya plasmodium dalam darah tanpa
manifestasi klinis malaria(10)
Kekambuhan dalam malaria ada 2 yaitu (1) rekrudensi / short term relaps : timbul
karrena parasit malaria dalam eritrosit menjadi banyak. Timbul beberapa minggu setelah
penyakit sembuh dan (2) rekuren / long term relaps : karena parasit siklus eksoeritrosit masuk ke
dalam darah dan menjadi banyak. Biasanya timbul kira-kira 6 bulan setelah penyakit sembuh.(9)
Malaria congenital didapat dari ibu baik prenatal dan perinatal. Di Negara tropis, malaria
congenital merupakan penyebab terjadinya keguguran, bayi lahir mati, premature, pertumbuhan
janin terhambat, dan kematian. Biasanya, tanda dan gejala malaria congenital mulai terlihat
dalam 10-30 hari kehidupan (rata-rata mencapai 14 hari sampai beberapa bulan kehidupan).
Tanda dan gejala yang muncul antara lain demam, gelisah, mengantuk, pucat, ikterus, malas
makan, muntah, diare, sianosis, dan hepatospelnomegali.(3)
2.8 Diagnosis Malaria
A. Anamnesis(4)
1. Pasien berasal dari daerah endemis malaria atau riwayat bepergian ke daerah endemis
malaria
2. Lemah, nausea, muntah tidak ada nafsu makan, nyeri punggung, nyeri daerah perut,
pucat, mialgia, dan artralgia
3. Malaria infeksi tunggal pada pasien non imun terdiri atas beberapa serangan demam
dengan interval tertentu (paroksisme), diselingi periode bebas demam. Sebelum
demam pasien merasa lemah, nyeri kepala, tidak ada nafsu makan, mual, atau muntah
-
8/11/2019 Refarat Malaria
10/21
4. Pada pasien dengan infeksi majemuk atau campuran (lebih dari satu jenis Plasmodium
atau infeksi berulang dari satu jenis Plasmodium), demam terus menerus (tanpa
interval)
5. Pada pejamun yang imun gejala klinis biasanya minimal
6. Periode paroksismterdiri atas stadium dingin, stadium demam, dan stadium berkeringat
7. Paroksisme jarang dijumpai pada anak, stadium dingin seringkali bermanifestasi
sebagai kejang.
B. Pemeriksaan Fisik(4)
1.
Pada malaria ringan dijumpai anemia, muntah atau diare, ikterus, dan
hepatosplenomegali.
2. Pada malaria berat adalah malaria yang disebabkan oleh P. falciparum disertai satu
atau lebih kelainan sebagai berikut :
a) Hiperparasitemia, bila > 5% eritrosit dihinggapi parasit
b) Malaria serebral dengan kesadaran menurun
c)
Anemia berat, kadar hemoglobin < 7 gr/dl
d) Perdarahan atau koagulasi intravascular diseminata
e) Ikterus, kadar bilirubin serum > 50 gr/dl
f) Hipoglikemi kadang-kadang akibat terapi kuinin
g) Gagal ginjal, kadar kreatinin serum> 3 gr/dl dan diuresis 400 ml/24 jam
h) Hiperpireksia
i) Edem paru
j) Syok, hipotensi, gangguan asam basa
C. Pemeriksaan Penunjang(1,4)
-
8/11/2019 Refarat Malaria
11/21
1. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah tebal digunakan untuk melihat ada tidaknya parasit
dalam darah, sediaan darah tipis, dipakai untuk mengidentifikasi spesies Plasmodium
dan stadium plasmodium
Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut : (1) bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang
setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut, (2) bila pemeriksaan sediaan darah tebal
selama 3 hari berturut-turut tidak ditemukan parasit malaria maka diagnosis malaria
disingkirkan.
2. Pemeriksaan dengan tes diagnostic cepat(rapid diagnostic test).
Pemeriksaan dengan tes diagnostic cepat (rapid diagnostic test). Tes ini sangat
bermanfaat pada unit gawat daruruat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan didaerah
terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab.(1)
3. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat antara lain :(4)
a)
Hemoglobin dan hematokrit
b)Hitung jumlah leukosit, trombosit
c)Kimia darah ( gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatini natrium dan kalium, analisis gas darah)
d) EKG
e) Foto Thoraks
f) Analisa Cairan Serebrospinal
g) Biakan darah dan uji serologi
h) Urinalisis
-
8/11/2019 Refarat Malaria
12/21
2.9 Diagnosis Banding
A. Malaria tanpa komplikasi(1)
1. Demam tifoid
Demam leih dari 7 hari ditambah keluhan sakit kepala, sakit perut, lidah kotor,
bradikardia relatif, leucopenia, limfositosit, uji widal positf.
2. Demam dengue
Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari disertai keluhan sakit kepala, nyeri
tulang, nyeri ulu hati, sering muntah, uji turniket positif, penurunan jumlah trombosit
dan peninggian hemoglobin dan hematokrit.
3. Leptospirosis ringan
Demam tinggi, byeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual, muntah, kemerahan pada
konjungtiva bola mata nyeri gastronekmius.
4.
Infeksi virus akut lainnya
B. Malaria berat atau malaria dengan komplikasi(1)
b. malaria berat atau malaria dengan komplikasi
1. Radang otak(meningitis/ensefalitis)
Penderita demam dengan riwayat nyeri kepala yang progresif, hilangnya kesadaran,
kaku kuduk, kejang, dan gangguan neurologis lainnya.
2. Tifoid enselopati
Demam tifoid ditandai dengan penurunan kesadaran dan tanda demam tifoid lainnya.
3. Hepatitis
-
8/11/2019 Refarat Malaria
13/21
Prodromal hepatitis (demam, mual, muntah, nyeri pada hepar, tidak bisa makan,
diikuti timbulnya ikterus tanpa demam), mata atau kulit kuning, urin seperti air the.
Kadar SGOT dan SGPT meningkat > 5x.
4. Leptospirosis berat
Demam dengan ikterus, nyeri pada gastronekmius, nyeri tulang, faktor resiko gagal
ginjal, leukositosis, gagal ginjal dan sembuh dengan pemberian antibiotika.
5. GNA
Gagal ginjal akut akibat malaria umumnya memberikan respon terhadap pengobatan
malaria secara dini dan adekuat
6. Sepsis
Demam dengan fokal infeksi yang jelas, penurunan kesadaran, gangguan sirkulasi,
leukositosis dengan granula toksik yang didukung hasil biakan mikrobiologi.
7. Demam berdarah dengue atau dengue shock syndrome
Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, disertai syok atau tanpa syok dengan
keluhan sakit kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati, manifestasi perdarahan, sering
muntah, uji turniket positif trombositopenia, dan peninggian hemoglobin dan
hematokrit.
2.9Komplikasi
1. Malaria serebral terjadi karena adanya berbagai mekanisme seperti gangguan
metabolism di otak, peningkatan asam laktat, peningkatan sitokin darah, sekuestrasi
dan rosetting.(1)
2. Anemia Berat
-
8/11/2019 Refarat Malaria
14/21
Merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin < 5 gr/dl atau hematokrit < 15 %
dengan parasit > 100.000 / ul. Anemia berat sering menyebabkan distress pernapasan
yang dapat mengakibatkan kematian.(1)
3. Hipoglikemi
Suatu keadaan dimana kadar gula darah sewaktu 40 mg%. sering terjadi pada
penderita malaria berat terutama anak usia < 3 tahun. Penyebab lain hipoglikemi
diduga karena terjadi peningkatan uptake glukosa oleh parasit malaria.(1)
4. Kolaps sirkulasi, syok hipovolemik, hipotensi
Keadaan ini terjadi pada penderita malaria yang disertai dehidrasi dengan hipovelemia,
diare dan peripheral circulatory failure, pendarahn massif saluran cerna, rupture limpa,
sepsis.
5. Gagal Ginjal Akut
Terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
ginjal sehingga terjadi iskemik dengan terganggunya mikrosirkulasi ginjal yang
menurunkan filtrasi glomerulus
6. Pendarahan dan gangguan pembekuan darah (koagulopati)
Jarang ditemukan pada kasus malaria di daerah endemis pada daerah tropis. Keadaan
ini sering terjadi pada penderita non imun. Biasanya disebabkan trombositopenia berat
dengan manifestasi penrdarahan pada kulit. Gangguan koagulasi intravascular dapat
terjadi.
7. Blackwater fever
-
8/11/2019 Refarat Malaria
15/21
Hemoglobinuria disebabkan karena hemolisis massif intravaskuler pada infeksi berat.
Keadaan in tidak berhubungan dengan disfungsi renal. Blackwater fever bersifat
sementara tetapi I dapat menjadi gagal ginjal akut pada kasus berat.
8. Hiperparasitemia
Ditemukan pada penderita non imun dengan densitas parasit > 5% dan adanya skizon.
Resiko terjadinya multiple organ failure meingkat pada penderita hiperparasitemia.
Didaerah endemic tinggi anak-anak yang imun (densitas 20-30%) dapat mentoleransi
keadaan tersebut sehingga tanpa gejala
9. Edema paru
disebabkan karena adanya ards (adult distress syndrome) dan overhidrasi akibat
pemberian cairan. ARDS dapat terjadi karena oeningkatan permeabilitas kapiler paru.
ARDS dan overload dapat terjadi bersamaan atau sendiri-snediri
10. Distres pernapasan
komplikasi ini sering terjadi pada anak. Penyebab terbanyak adalah asidosis
metabolic. Asidosis biasa berhubungan dengan malaria serebral.
2.9. Penatalaksanaan
A. Medikamentosa
Untuk semua spesies Plasmodium, kecuali P. falciparum yan gresisten terhadap
klorokuin :
1. Klorokuin sulfat oral 25 mg/kgbb terbagi dalam 3 hari yaitu 10 mg/kgbb pada hari
ke-1 dan 2 serta 5 mg.kgbb pada hari ke-3
-
8/11/2019 Refarat Malaria
16/21
2. Kina dihidroklorid intravena 1 mg garam/kgbb/dosis dam 10 cc/kgbb larutan
dekstrosa5% atau larutan NaCl 0,9 % diberikan per infuse dalam 4 jam, diulangi
tiap 8 jam dengan dosis yang sama sampai terapi oral dapat dimulai. Keseluruhan
pemberian obat adalah 7 hari dengan dosis total 21kali.
Untuk Plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin diberikan Kuinin sulfat
oral 10 mg/kgbb/dosis 3 kali sehari selama 7 hari. Dosis unutkbayi adalah 10 mg/umur
dalam bulan dibagi 3 bagian selama 7 hari\
Regimen alternatif yang bisa diberikan adalah kuinin sulfat oral dan kuinin
dihidroklorid intravena ditmabah pirimetamin sulfadoksin (fansidar) oral.
Untuk mencegah relaps bisa diberikan Primakuin fosfat oral. Untuk malaria tropikana
: 0,50,75 mg basa/kgbb dosis tunggal pada hari pertama pengobatan. Untuk malaria
tertiana, kuartana dan ovale : 0,25 mg/kgbb, dosis tunggal selama 5-14 hari
B. Suportif
1. Pemberian cairan, nutrisi, dan transfuse darah
2.
Pelihara keadaan nutrisi
3. Transfusi darah PRC 10 ml/kgbb atau whole blood 20 ml/kgbb apabila anemia
dengan Hb < 7,1 g/dl
4. Bila terjadi perdarahan, diberikan komponen darah yang sesuai
5. Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit
6. Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik, bila perlu pasang CVP. Dialysis
peritoneal dilakukan pada gagal ginjal.
7. Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu pasang oksigen
8. Apabila terjadi gagal napas, perlu pemasangan ventilator mekanik
-
8/11/2019 Refarat Malaria
17/21
9. Pertahnakna gula darah normal
10.Antipiretik diberikan apabila demam > 390C, kecuali pada riwayat kejang
demam bisa diberikan lebih awal
C. Indikasi Rawat
Semua kasus malaria berat atau dengan komplikasi harus dirawat
D. Pemantauan
Efektifitas pengobatan malaria dinilai berdasarkan respon klinis dan pemeriksaan
parasitologi.
1.
Kegagalan pengobatan dini, bila penyakit berkembang menjadi: (1) malaria berat
hari ke-1,23 dan dijumpai parasitemia, atau (2) Parasitemia hari ke-3 dengan suhu
kasila > 37,50C
2. Kegagalan pengobatan lanjut, bila perkembangan penyakit pada hari ke-4 s/d 28,
secara klinis dan parasitologi : (1) adanya malaria berat setelah hari ke-3 dan
parasitemia, (2) Adanya parasitemia pada hari ke-7, 14, 21, dan 28, (3) Suhu
aksila > 37,50C tanpa ada kriteria kegaglan pengobatan dini, atau (4) Parasitemia
dan suhu aksila > 37,50C pada hari ke-4 s/d 28 tanpa ada criteria kegagalan
pengobatan dini
3. Respon klinis dan parasitologis memadai, pabila pasien sebelumnya tidak
berkembang menjadi kegagalan butir no 1 dan 2 dan tidak ada parasitemia.
2.10 Prognosis
Plasmodium falciparum merupakan yang paling berbahaya dari semua jenis malaria yang
dihubungkan dari tingkat parasitemia. Tingkat kematian bisa mencapai 30% pada bayi jika tidak
mendapat terapi yang adekuat. Malaria yang disebabkan oleh P. ovale, P. vivax dan . malariae
-
8/11/2019 Refarat Malaria
18/21
-
8/11/2019 Refarat Malaria
19/21
BAB III
PENUTUP
Malaria merupakan infeksi akut hingga kronik yang disebabkan oleh satu atau lebih
spesies plasmodium, ditandai dengan panas tinggi bersifat intermitten, anemia, dan hepato-
splenomegali.(3,4).
Malaria disebabkan oleh protozoa intracelluer yang masuk dalam genus Plasmodium.
Plasmodium ini ditransmisikan kepada manusia melalui gigitan nyamuk anophelesbetina. Pada
manusia, plasmodium ini akan hidup dan berkembang dalam sel darah merah.
(1,3,4,5)
Malaria merupakan masalah kesehatan utama di Afrika, Asia, Oceania dan Amerika
utara. Lebih dari 40% penduduk dunia hidup pada daerah populasi tinggi malaria Prevalensi
malaria di NTT menurut RISKESDAS tahun 2007 sebesar 14,9% dengan 4 kabupaten dengan
prevalensi tertinggi yaitu Sumba barat Lembata, Sumba Timur dan Manggarai barat.(7)
Gejala klinis yang khas pada malaria adalah demam paroksisme yang terdiri atas stadium
dingin, stadium demam, dan stadium berkeringat.(4) Untuk mendiagnosis malaria dibutuhkan
pemeriksaan laboratorium berupa apusan darah tebal dan tipis serta bisa digunakan Rapid test
diagnostic (RDT) unutk kasus emergensi.(1)
Penatalaksanaan pada malaria meliputi
medikamentosa, suportif, dan pemantauan perawatan.(4)
-
8/11/2019 Refarat Malaria
20/21
DAFTAR ISI
1. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman
Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia: Gebrak Malaria. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI; 2008.
2. Direktorat PPBB Ditjen PP dan PL. Buku Saku Menuju Eliminasi Malaria. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI; 2011.
3. Krause PJ. Malaria (Plasmodium). Dalam: Nelson Text Book of Pediatrics. Edisi Delapan
Belas. Philadelphia: Elsevier Inc; 2008. h. 1139-41.
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis: Malaria. Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia; 2010.
5. WHO. Guideline For The Treatment of Malaria. Edisi kedua. Geneva: WHO; 2010
6. Mehta NP. Pediatric Malaria.[citied 1 Juli 2013]. Didapat dari :
http://emedicine.medscape.com/article/998942-overview#showall
7.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2012.
8. Departemen Kesehatan RI. Laporan Riskesdas 2007 Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2008.
9. FK UI. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FK UI; 1997. h. 655-7
10.Nurjaya IGK. Status gizi dan kepadatan parasit malaria pada anak usia sekolah di daerah
endemis malaria [tesis]. Semarang: Fakultas Kedokteran Univeresitas Airlangga, 2004.
-
8/11/2019 Refarat Malaria
21/21