REFARAT ISPA.doc

35
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit paru merupakan penyakit pernapasan yang bisa menganggu setiap orang. Tidak terkecuali anak-anak juga bisa terserang penyakit paru. Ada banyak jenis penyakit paru yang bisa menyerang anak-anak, diantaranya yaitu infeksi saluran pernapasan akut, bronkitis akut, asma, pneumonia, atelektasis, emfisema, pneumotoraks, emfiema torasis, dan lain-lain. penyakit paru pada anak merupakan salah satu penyakit yang cukup meresahkan orang tua. Terkadang kesibukan orang tua menyebabkan keterlambatan penanganan kesehatan anak sehingga banyak penderita penyakit paru berusia anak- anak berjatuhan bahkan meninggal dunia. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1

Transcript of REFARAT ISPA.doc

Page 1: REFARAT ISPA.doc

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit paru merupakan penyakit pernapasan yang bisa menganggu

setiap orang. Tidak terkecuali anak-anak juga bisa terserang penyakit paru. Ada

banyak jenis penyakit paru yang bisa menyerang anak-anak, diantaranya yaitu

infeksi saluran pernapasan akut, bronkitis akut, asma, pneumonia, atelektasis,

emfisema, pneumotoraks, emfiema torasis, dan lain-lain. penyakit paru pada anak

merupakan salah satu penyakit yang cukup meresahkan orang tua. Terkadang

kesibukan orang tua menyebabkan keterlambatan penanganan kesehatan anak

sehingga banyak penderita penyakit paru berusia anak-anak berjatuhan bahkan

meninggal dunia.

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan

angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

pertahun pada golongan usia balita, ISPA juga merupakan salah satu penyebab

utama kunjungan pasien ke sarana kesehatan. Sebanyak 40%-60% kunjungan

berobat di Puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan

rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA. Penyebab ISPA paling berat

disebabkan infeksi Streptococus pneumonia atau Haemophillus influenzae.

Menurut WHO 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian

besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang, dimana pneumonia merupakan

1

Page 2: REFARAT ISPA.doc

2

salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh 4 juta anak balita setiap tahun

(Depkes, 2000 dalam Asrun, 2006).

Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu menempati

urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu

ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei

mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan

ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan

persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Anonim, 2008).

Berdasarkan uraian di atas, penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit

dengan angka kesakitan dan angka kematian yang cukup tinggi, sehingga dalam

penanganannya diperlukan kesadaran yang tinggi baik dari masyarakat maupun

petugas, terutama tentang beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan.

2

Page 3: REFARAT ISPA.doc

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ISPA

2.1.1. Definisi

Menurut Depkes (2004) infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory

Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran

pernafasan, dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah

masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang

biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ

mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus,

rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung

sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun

untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat

berlangsung lebih dari 14 hari.

Berdasarkan pengertian diatas, maka ISPA adalah infeksi saluran

pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Saluran nafas yang dimaksud adalah

organ mulai dari hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya seperti

sinus, ruang telinga tengah, dan pleura (Habeahan, 2009).

Sistem Saluran Pernapasan

3

Page 4: REFARAT ISPA.doc

4

Menurut Depkes RI (1996) istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu

infeksi, saluran pernafasan dan akut. Pengertian atau batasan masing-masing

unsur adalah sebagai berikut:

1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

2. Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli

beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan

pleura. Dengan demikian ISPA secara otomatis mencakup saluran

pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk

jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan

ini maka jaringan paru-paru termasuk dalam saluran pernafasan

(respiratory tract).

4

Page 5: REFARAT ISPA.doc

5

3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari ini.

Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk

beberapa penyakit yang dapat digolongakan ISPA proses ini dapat

berlangsung lebih dari 14 hari (Suhandayani, 2007).

2.1.2. Epidemiologi

Pada akhir tahun 2000, ISPA mencapai enam kasus di antara 1000 bayi

dan balita. Tahun 2003 kasus kesakitan balita akibat ISPA sebanyak lima dari

1000 balita (Oktaviani, 2009). Setiap anak balita diperkirakan mengalami 3-6

episode ISPA setiap tahunnya dan proporsi kematian yang disebabkan ISPA

mencakup 20-30% (Suhandayani, 2007). Untuk meningkatkan upaya perbaikan

kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan RI menetapkan 10 program

prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat guna mencapai tujuan

Indonesia Sehat 2010, dimana salah satu diantaranya adalah Program Pencegahan

Penyakit Menular termasuk penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Depkes

RI, 2002).

2.1.3. Etiologi

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.

Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus,

Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus penyebabnya

antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus,

Micoplasma, Herpesvirus.

5

Page 6: REFARAT ISPA.doc

6

Sumber : http://www.kcom.edu/faculty/chamberlain/website/lectures/intraurt.htm.

Penyebab lainnya, yaitu :

a. Agent

Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa

secara akut atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks,

faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal

sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus

yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah virus

Myxovirus, Coxsackie, dan Echo. Berdasarkan hasil penelitian Isbagio

(2003), mendapatkan bahwa bakteri Streptococcus pneumonie adalah

bakteri yang menyebabkan sebagian besar kematian 4 juta balita setiap

tahun di negara berkembang. Isbagio ini mengutip penelitian WHO dan

UNICEF tahun 1996, di Pakistan didapatkan bahwa 95% S.pneumococcus

6

Page 7: REFARAT ISPA.doc

7

kehilangan sensitivitas paling sedikit pada satu antibiotika, hampir 50%

dari bakteri yang diperiksa resisten terhadap kotrimoksasol yang

merupakan pilihan untuk mengobati infeksi pernafasan akut. Demikian

pula di Arab Saudi dan Spanyol 60% S. pneumonie ditemukan resisten

terhadap antibiotika.

Berdasarkan hasil penelitian Parhusip (2004), yang meneliti

spektrum dari 101 penderita infeksi saluran pernafasan bagian bawah di

BP4 Medan didapatkan bahwa semua penderita terlihat hasil biakan

positif, pada dua penderita dijumpai tumbuh dua galur bakteri sedangkan

yang lainnya hanya tumbuh satu galur. Bakteri gram positif dijumpai

sebanyak 54 galur (52,4%) dan bakteri gram negatif 49 galur (47,6%).

Dari hasil biakan terlihat bahwa yang terbanyak adalah bakteri

Streptococcus viridans 38 galur sebesar 36,89%, diikuti oleh Enterobacter

aerogens 19 galur sebesar 18,45%, Pseudomonas aureginosa 16 galur

sebesar 15,53%, Klebsiella sp 14 galur sebesar 13,59%, Stapilococcus

aureus 13 galur sebesar 12,62%, Pneumococcus 2 galur sebesar 1,94%,

dan Sreptococcus pneumonie 1 galur sebesar 0,97%.

b. Manusia

1. Umur

Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia

dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar

dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak

7

Page 8: REFARAT ISPA.doc

8

di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran

nafasnya masih sempit.

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (2003), menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA

pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Namun menurut beberapa

penelitian kejadian ISPA lebih sering didapatkan pada anak laki-laki

dibandingkan anak perempuan, terutama anak usia muda, dibawah 6

tahun.

3. Status Gizi

Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan

penyebab utama kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan

tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya

didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya

tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat

berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.

4. Berat Badan Lahir

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat

lahir <2.500 gram. Menurut Tuminah (2009), bayi dengan BBLR

mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat

8

Page 9: REFARAT ISPA.doc

9

≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. Pneumonia

adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.

5. Status ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang

bayi kaya akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan

virus, terutama selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan

menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan

(Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit)

yang sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi.

Bayi (0-12 bulan) memerlukan jenis makanan ASI, susu formula,

dan makanan padat. Pada enam bulan pertama, bayi lebih baik hanya

mendapatkan ASI saja (ASI Eksklusif) tanpa diberikan susu formula. Usia

lebih dari enam bulan baru diberikan makanan pendamping ASI atau susu

formula, kecuali pada beberapa kasus tertentu ketika anak tidak bisa

mendapatkan ASI, seperti ibu dengan komplikas postnatal.

6. Status Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap

penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi

tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa

pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan

kesehatan anak.

9

Page 10: REFARAT ISPA.doc

10

Imunisasi bermanfaat untuk mencegah beberapa jenis penyakit

seperti, POLIO (lumpuh layu), TBC (batuk berdarah), difteri, liver (hati),

tetanus, pertusis.

c. Lingkungan

1. Kelembaban Ruangan

Berdasarkan KepMenKes RI No. 829 tahun 1999 tentang

kesehatan perumahan menetapkan bahwa kelembaban yang sesuai untuk

rumah sehat adalah 40- 70%, optimum 60%.

Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan

(2004), dengan desain cross sectional didapatkan bahwa kelembaban

ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan

hasil uji regresi, diperoleh bahwa factor kelembaban ruangan mempunyai

exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi

syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar

28 kali.

2. Suhu Ruangan

Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu

optimum 18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah

180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat.

Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko

terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.

10

Page 11: REFARAT ISPA.doc

11

3. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah

menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini

berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut

tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di

dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi

penghuninya menjadi meningkat.30 Sirkulasi udara dalam rumah akan

baik dan mendapatkan suhu yang optimum harus mempunyai ventilasi

minimal 10% dari luas lantai.

4. Penggunaan Anti Nyamuk

Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan

nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena

menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara di

lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru

sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.

5. Bahan Bakar Untuk Memasak

Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat

menyebabkan kualitas udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74% tidak

memenuhi standar nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan

terjadinya peningkatan penyakit paru dan penyakit paru ini telah

menyebabkan 1,3 juta kematian.

11

Page 12: REFARAT ISPA.doc

12

6. Keberadaan Perokok

Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok

pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya

merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic

Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain.

7. Status Ekonomi dan Pendidikan

Persepsi masyarakat mengenai keadaan sehat dan sakit berbeda

dari satu individu dengan individu lainnya. Bagi seseorang yang sakit,

persepsi terhadap penyakitnya merupakan hal yang penting dalam

menangani penyakit tersebut.

2.1.4. Patofisiologi

2.1.5. Klasifikasi

a. Kelompok umur < 2 bulan, diklasifikasikan atas :

1) Pneumonia berat: bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti

menyusu (jika sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk

yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi,

demam (38ºC atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di bawah 35,5 ºC),

pernafasan cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan dinding dada

berat, sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan

abdomen tegang.

12

Page 13: REFARAT ISPA.doc

13

2) Bukan pneumonia: jika anak bernafas dengan frekuensi kurang dari 60 kali

per menit dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti diatas.

b. Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun, diklasifikasikan atas :

1) Pneumonia sangat berat: batuk atau kesulitan bernafas yang disertai

dengan sianosis sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan dinding

dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.

2) Pneumonia berat: batuk atau kesulitan bernafas dan penarikan dinding

dada, tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.

3) Pneumonia: batuk (atau kesulitan bernafas) dan pernafasan cepat tanpa

penarikan dinding dada.

4) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa): batuk (atau kesulitan bernafas)

tanpa pernafasan cepat atau penarikan dinding dada.

5) Pneumonia persisten: anak dengan diagnosis pneumonia tetap sakit

walaupun telah diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang

adekuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding

dada, frekuensi pernafasan yang tinggi, dan demam ringan.

c. Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomi

1) Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)

Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek,

otitismedia, faringitis.

13

Page 14: REFARAT ISPA.doc

14

2) Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPbA)

Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampai

dengan alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran nafas, seperti

epiglotitis, laringitis, laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis, pneumonia.

a. Pneumonia

Definisi : Penyakit peradangan parenkim paru yang meliputi

alveolus dan jaringan interstitial.

Patofisiologi : Pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi

mikroorganisme melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi benda asing,

transplasental atau selama persalinan pada neonatus.

Etiologi :

Anak usia <3bln : Streptokokus grup B, Streptokokus Aureus,

C. Trakomatis, bakteri gram negatif.

Anak usia 3bln-5th : S. Pneumonia, H. Influenzae

Anak usia > 5th : M. Pneumonia, C. Pneumonia, S.pneumonia,

H.influenzae.

Gejala : Batuk, sesak nafas yang timbul mendadak, demam, nyeri dada

(pleuritik), espektorasi purulen.

Pemeriksaan fisik : demam (>39°c), dispneu, takipneu, nafas cuping

hidung, sianosis.

Pemeriksaan paru : retraksi dinding dada, perkusi sonor sampai redup.

Pemeriksaan penunjang :

14

Page 15: REFARAT ISPA.doc

15

Darah tepi : lekositosis dengan hitung jenis bergeser ke kiri.

Analisa gas darah : hipoksemia, Asidosis respiratorik.

Foto thorax : infiltrat alveolar, konsolidasi (pneumonia lobaris),

penebalan pleura (pleuritis)

Diagnosis banding :

Bronkiolitis

Payah jantung

Aspirasi benda asing

Abses paru

Diagnosis banding pada bayi :

Meningitis

Ileus

b. Bronkiolitis

Definisi : infeksi akut pada bronkiolus ditandai dengan obstruksi

inflamasi pada saluran nafas. Sering pada anak < 2 th.

Etiologi : Respiratory syncytial virus, virus parainfluenzae, adenovirus,

mikoplasma, virus influenzae.

Patogenesis : invasi virus pada bronkiolus edema, akumulasi mukus

& debris seluler obstruksi saluran nafas kecil.

Anamnesis : pada anak usia < 2 th dengan sesak nafas, mengi ygang

timbul mengikuti ISPA

Pemeriksaan fisik : demam ringan, takipneu, sianosis, nafas cuping

hidung.

15

Page 16: REFARAT ISPA.doc

16

Pemeriksaan paru : suara vesikuler menurun, ekspirium di perpanjang,

wheezing.

Pemeriksaan penunjang

Analisa gas darah : pCO2 tinggi

Foto thorax AP-lateral : normal atau emfisematosa (hiperinflasi

paru), Atelektasis sekunder (obstruksi/inflamasi)

Diagnosis banding : Asma bronkiale, Aspirasi benda asing,

bronkopneumonia, Gagal jantung, Miokarditis.

c. Bronkitis

Definisi : Proses keradangan pada bronkus

Etiologi :

Infeksi : virus (Parainfluenza), bakteri (streptococcus), dan

fungi (monilia)

Alergi : Asma

Kimiawi : Aspirasi susu, aspirasi isi lambung, Asap rokok,

uap/gas yang merangsang.

Gejala klinis :

Didahului ISPaA (virus)

Batuk pilek 3-4 hari

Sifat batuk : kering yang disertai nyeri/panas subternal, riak

jernih purulen setelah 10 hari menjadi encer lalu hilang, dapat

disertai muntah-muntah.

16

Page 17: REFARAT ISPA.doc

17

Pemeriksaan penunjang :

Foto thorax : peningkatan corak bronkovaskuler / bisa juga

normal.

Laboratorium : Leukosit meningkat / normal

Penatalaksanaan :

kontrol batuk agar sekret encer dengan perbanyak minum,

pemberian uap/mukolitik bila perlu diikuiti dengan fisioterafi

dada.

Antibiotik diberikan jika ada kecurigaan infeksi sekunder

(Ampicilline, Cloxacilline, Chloramphenichole, Erythomycine)

Pemberian antitusif dan antihistamin harus diawasi, karena

dapat mengakibatkan sekret menjadi kental sehingga dapat

menimbulkan atelektasis/pneumonia.

2.1.5. Gejala klinis

Penyakit saluran pernapasan atas dapat memberikan gejala klinik yang

beragam, antara lain:

1) Gejala koriza (coryzal syndrome), yaitu pengeluaran cairan (discharge)

nasal yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjungtivitis

ringan. Sakit tenggorokan (sore throat), rasa kering pada bagian posterior

palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, nyeri otot, lesu serta rasa

kedinginan (chilliness), demam jarang terjadi.

2) Gejala faringeal, yaitu sakit tenggorokan yang ringan sampai berat.

Peradangan pada faring, tonsil dan pembesaran kelenjar adenoid yang

17

Page 18: REFARAT ISPA.doc

18

dapat menyebabkan obstruksi nasal, batuk sering terjadi, tetapi gejala

koriza jarang. Gejala umum seperti rasa kedinginan, malaise, rasa sakit di

seluruh badan, sakit kepala, demam ringan, dan parau (hoarseness).

3) Gejala faringokonjungtival yang merupakan varian dari gejala faringeal.

Gejala faringeal sering disusul oleh konjungtivitis yang disertai fotofobia

dan sering pula disertai rasa sakit pada bola mata. Kadang-kadang

konjungtivitis timbul terlebih dahulu dan hilang setelah seminggu sampai

dua minggu, dan setelah gejala lain hilang, sering terjadi epidemi.

4) Gejala influenza yang dapat merupakan kondisi sakit yang berat. Demam,

menggigil, lesu, sakit kepala, nyeri otot menyeluruh, malaise, anoreksia

yang timbul tiba-tiba, batuk, sakit tenggorokan, dan nyeri retrosternal.

Keadaan ini dapat menjadi berat. Dapat terjadi pandemi yang hebat dan

ditumpangi oleh infeksi bakterial.

5) Gejala herpangina yang sering menyerang anak-anak, yaitu sakit

beberapa hari yang disebabkan oleh virus Coxsackie A. Sering

menimbulkan vesikel faringeal, oral dan gingival yang berubah menjadi

ulkus.

6) Gejala obstruksi laringotrakeobronkitis akut (cruop), yaitu suatu

kondisi serius yang mengenai anak-anak ditandai dengan batuk, dispnea,

dan stridor inspirasi yang disertai sianosis (Djojodibroto, 2009).

18

Page 19: REFARAT ISPA.doc

19

2.1.6. Faktor resiko

Berdasarkan hasil penelitian, ISPA yang terjadi pada ibu dan anak

berhubungan dengan penggunaan bahan bakar untuk memasak dan kepadatan

penghuni rumah, demikian pula terdapat pengaruh pencemaran di dalam rumah

terhadap ISPA pada anak dan orang dewasa. Pembakaran pada kegiatan rumah

tangga dapat menghasilkan bahan pencemar antara lain asap, debu, grid (pasir

halus) dan gas (CO dan NO). Demikian pula pembakaran obat nyamuk,

membakar kayu di dapur mempunyai efek terhadap kesehatan manusia terutama

Balita baik yang bersifat akut maupun kronis. Gangguan akut misalnya iritasi

saluran pernafasan dan iritasimata.

Faktor lingkungan rumah seperti ventilasi juga berperan dalam penularan

ISPA, dimana ventilasi dapat memelihara kondisi atmosphere yang

menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Suatu studi melaporkan bahwa

upaya penurunan angka kesakitan ISPA berat dan sedang dapat dilakukan di

antaranya dengan membuat ventilasi yang cukup untuk mengurangi polusi asap

dapur dan mengurangi polusi udara lainnya termasuk asap rokok. Anak yang

tinggal di rumah yang padat (<10m2/orang) akan mendapatkan risiko ISPA

sebesar 1,75 kali dibandingkan dengan anak yang tinggal dirumah yang tidak

padat.

2.1.7. Penatalaksanaan

Menurut Rasmaliah (2005) penatalaksan ISPA ada tiga:

1. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,

oksigen dan sebagainya.

19

Page 20: REFARAT ISPA.doc

20

2. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol per oral. Bila penderita

tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian

kotrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik

pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan

di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat

batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti

kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat

penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila

pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)

disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai

radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik

(penisilin) selama 10 hari.

Perawatan dirumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya

yang menderita ISPA:

1. Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan

memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan

dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap

6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai

dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan

20

Page 21: REFARAT ISPA.doc

21

kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak

perlu air es).

2. Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional

yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½

sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

3. Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-

ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.

Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

4. Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih

banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,

kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

Pencegahan dan Pemberantasan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

2. Immunisasi.

3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

21

Page 22: REFARAT ISPA.doc

22

BAB III

KESIMPULAN

ISPA adalah suatu penyakit pernafasan akut yang ditandai dengan gejala

batuk, pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir yang berlangsung

sampai dengan 14 hari. Menurut derajat keparahannya ISPA dapat di bagi menjadi

3 golongan yaitu ISPA ringan, ISPA sedang dan ISPA berat. Faktor resiko yang

mempengaruhi atau mempermudah terjadinya ISPA secara umum ada 3 faktor

yaitu keadaan sosial ekonomi dan cara mengasuh atau mengurus anak, keadaan

gizi dan cara pemberian makan, kebiasaan merokok dan pencemaran udara. Selain

ketiga faktor tersebut sanitasi rumah juga sangat mempengaruhi dalam kejadian

ISPA pada balita. Sanitasi rumah meliputi ventilasi, penerangan, kepadatan

hunian dan suhu ruangan.

Karena ISPA merupakan penyebab utama kematian pada balita, maka

diharapkan penanganannya dapat diprioritaskan. Disamping itu pemberian

penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan

dilaksanakan secara berkesinambungan.

22

Page 23: REFARAT ISPA.doc

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Acute upper respiratory tract infections (URTIs). Dalam: Chapman S,

Stephen G, Stradling J, West S. Oxford Handbook of Respiratory

Medicine 1st Edition. Oxford: Oxford University Press.: 2005.hlm:448-51

2. DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan

Penyakit InfeksiSaluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta.2003

3. Kajian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. Universitas

sumatera Utara. Available from :

http://library.usu.ac.id/index.php?option=com_journal_review.[Accessed

22 April 2010]

4. Kumar, V., et al., 2007. Paru dan Saluran Napas Atas. In: Hartanto, H., ed.

Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC

5. Ranuh, IG. G, Pendekatan Risiko Tinggi Dalam Pengelolaan Pelayanan

Kesehatan Anak. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak. FK-

UNAIR Santosa, G.

6. Depkes RI. 2005.Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran

Pernapasan Depkes RI. Jakarta.

7. Rasmaliah. 2005. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan

Penanggulangannya. www.fkusu.org/fkm infeksi saluran nafas. Diakses

tanggal 23 november 2008

23