Refarat Doc

31
BAGIAN RADIOLOGI REFERAT FAKULTAS KEDOKTERAN JUNI 2015 UNIVERSITAS HALU OLEO “KARSINOMA MAMMAE” OLEH : MUHAMMAD ALI BADAR K1A2 10 033 PEMBIMBING dr. METRILA HARWATI, M.Kes.,Sp. Rad

description

radiolo

Transcript of Refarat Doc

BAGIAN RADIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JUNI 2015

UNIVERSITAS HALU OLEO

“KARSINOMA MAMMAE”

OLEH :

MUHAMMAD ALI BADAR

K1A2 10 033

PEMBIMBING

dr. METRILA HARWATI, M.Kes.,Sp. Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO/

KENDARI

2015

KARSINOMA

MAMMAE

Muhammad Ali Badar, Metrila Harwati

A. Pendahuluan

Kanker merupakan neoplasma ganas. Neoplasma didefinisikan

sebagai masa jaringan abnormal yang tumbuh berlebihan dengan tidak

ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal dan tetap tumbuh

dengan cara berlebihan setelah stimulus yang menyebabkan

perubahan tersebut berhenti. Pada dasarnya awal semua neoplasma

ialah hilangnya tanggapan terhadap kendali pertumbuhan normal.

Kanker dapat tumbuh dari satu atau lebih sel. Neoplasma terjadi

akibat mutasi dari gen. Mutasi gen pada organisme terjadi akibat

adanya faktor yang menyebabkan kerusakan gen. [1]

Kanker mammae adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada

jaringan mammae seseorang. Mammae wanita terdiri dari lobulus

(kelenjar susu), duktus (saluran susu), lemak dan jaringan ikat,

pembuluh darah dan limfe. Sebagian besar kanker mammae bermula

pada sel-sel yang melapisi duktus (kanker duktal), beberapa bermula di

lobulus (kanker lobular), serta sebagian kecil bermula di jaringan lain [2]

B. Insiden dan Epidemiologi

Di dunia, kanker mammae merupakan lima besar kanker

penyebab kematian setelah kanker paru, kanker lambung, kanker

hati dan kanker kolon. Kanker mammae merupakan keganasan paling

banyak ditemukan di dunia bahkan merupakan salah satu kanker

tertua yang ditemukan di dunia. Di USA, kanker mammae

merupakan kanker dengan prevalensi tertinggi untuk keganasan

pada wanita dan penyebab kematian kedua setelah kanker paru.

Pada tahun 2007, kanker mammae merupakan 7% penyebab

kematian karena kanker dan 2% penyebab kematian pada

umumnya di USA.1,2. Penelitian di Semarang melaporkan

pada tahun 2001 ditemukan kasus kanker mammae sebanyak 769

kasus, dan masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya berada

pada peringkat kedua tertinggi kasus keganasan pada wanita setelah

kanker leher rahim3. Angka- angka diatas terus meningkat sejak tahun

1970 [1]

Prevalensi penderita kanker mammae berdasarkan usia, dari

rentang usia pasien kanker mammae 21 tahun sampai dengan di

atas 50 tahun. Diperkirakan bahwa satu diantara 10 perempuan di

Amerika akan mengidap kanker mammae selama masa hidup mereka.

Perkiraan insiden di Amerika Serikat pada tahun 1979 adalah 75 kasus

per 100.000 perempuan semua usia. Insiden meningkat sampai usia 45

tahun, kemudian mendatar atau turun sedikit selama sekitar 5-10 tahun,

kemudian meningkat kembali dengan pesat [3]

C. Etiologi dan Patogenesis

Etiologi kanker mammae belum dapat di jelaskan. Terdapat factor

genetic karena kanker mammae cenderung terjadi pada keluarga.

Melahirkan sebelum usia 30 tahun tampaknya bersifat protektif [4]

Patogenesis kanker mammae merupakan gangguan siklus sel dan

mutasi gen. Pada genom manusia, terdapat sekitar 300 gen yang

ditemukan mengalami mutasi pada kanker, yang membuat instabilitas

genomik dan instabilitas kromosom; perubahan ini berkontribusi pada

deregulasi kinase siklus sel, berdampak pada proliferasi sel kanker

yang tidak terkendali. Telah diketahui pada tahun 2001 bahwa

diperlukan kelainan cyclin D1 untuk terjadinya kanker mammae. Cyclin

D1 memudahkan proliferasi sel kanker mammae. Kerja cyclin D1 secara

spesifik adalah menonaktifkan protein retinoblastoma (Rb protein) yang

fungsinya mencegah pembelahan sel. Lebih lanjut, kehadiran cyclin D1

berkorelasi dengan buruknya prognosis kanker mammae. Keberadaan

cyclin D1a atau cyclin D1b dideteksi dengan pemeriksaan

imunohistokimia. BRCA1 dan BRCA2 merupakan tumor supressor gene,

mutasi familial padanya terjadi pada sekitar 5% kanker mammae di

Amerika Serikat setiap tahun. BRCA1 berperan dalam tiga hal:

a) aktivasi respons terhadap kerusakan DNA

b) aktivasi checkpoint siklus sel dan/atau

c) perbaikan kerusakan DNA tipe double strand break (DSB). Jadi

berperan agar sel yang mengalami kerusakan DNA tidak

berlanjut ke siklus pembelahan sel. Peran BRCA2 terutama pada

reparasi DNA dengan mekanisme rekombinasi homolog

(homologous recombinant [5]

D. Faktor Resiko

Menurut (Hawari, 2004) [6], menemukan beberapa faktor

resiko kanker pada mammae yang sudah diterima secara luas oleh

kalangan pakar kanker didunia adalah :

1. Wanita yang berumur lebih dari 30 tahun mempunyai

kemungkinan yang lebih besar untuk mendapat kanker mammae

dan resiko ini akan bertambah sampai umur 50 tahun dan

setelah menopause

2. Wanita yang tidak kawin resikonya 2-4 kali lebih tinggi dari

pada wanita yang kawin dan mempunyai anak.

3. Wanita yang melahirkan anak pertama setelah umur 35 tahun

resikonya 2 kali lebih besar.

4. Wanita yang mengalami menstruasi pertama (menarche) yang

usianya kurang dari 12 tahun resikonya 1,7-3,4 kali lebih tinggi

dari pada wanita dengan menarche yang datang pada usia

normal atau lebih dari 12 tahun.

5. Wanita yang mengalami masa menopause terlambat lebih dari

55 tahun, resikonya 2,5-5 kali lebih tinggi.

6. Wanita yang pernah mengalami infeksi, trauma atau

tomor jinak mammae, resikonya 3-9 kali lebih besar

7. Wanita dengan kanker pada mammae kontra lateral, resikonya

3-9 kali lebih besar.

8. Wanita yang pernah mengalami operasi tumor ovarium

resikonya 3-4 kali lebih tinggi.

9. Wanita yang mengalami penyinaran (radiasi) didinding dada

resikonya 2-3 kali lebih tinggi.

10. Wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita kanker

mammae pada ibu, satu darah perempuan ibu, saudara

perempuan, adik/kakak, resikonya 2-3 kali lebih tinggi.

11. Wanita yang memakai kontrasepsi oral penderita tumor

mammae jinak akan meningkat resiko untuk mendapatkan

kanker mammae 11 kali lebih tinggi.

E. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi

Gambar 1 : Anatomi mammae, dikutip dari kepustakaan 7

Mammae atau Mammae terletak pada regio thorax yang

berada disamping sternum dan meluas setinggi antara costa kedua

dan keenam. Mammae melekat pada musculus pectoralis major

dan digantung oleh ligamentum suspensorium dan diliputi oleh

lapisan lemak yang bervariasi. [7]

Masing-masing mammae berbentuk tonjolan setengah bola

dan mempunyai ujung yang meluas ke axilla (Axillaris Spence).

Pada mammae terdapat bagian ujung berupa areola yaitu lingkaran

yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi

merah muda pada wanita yang berkulit cerah lebih gelap pada

wanita yang berkulit cokelat. Pada pusat areola mammae costa

keempat, terdapat Papilla mammae yang merupakan jaringan erektil

berpigmen. Permukaan papilla mammae berlubang-lubang berupa

ostium papillare yang merupakan muara ductus lactifer. Ductus

lactifer ini dilapisi oleh epitel. [7]

Gambar 2: Anatomi mammae, dikutip dari kepustakaan 7

Mammae tersusun atas jaringan kelenjar dan lemak dan

ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi 15-20

lobus yang dibatasi jaringan fibrosa. Setiap lobus berisi kumpulan

lobules yang juga berisi banyak alveolus yang dilapisi oleh sel-

sel acini yang mensekresi air susu. Di sekeliling setiap alveolus

terdapat sel-sel mioepitel yang akan berkontraksi bila dirangsang

oleh oksitoin sehinga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer[7]

Air susu yang dihasilkan di alveolus akan diteruskan melalui

Tubulus Lactifer yang bermuara pada Ductus lectifer dan terkumpul

di Ampulla yang merupakan tempat menyimpan air susu terletak di

bawah areola[7]

Drainase limfatik mammae melalui kelenjar limfonodi

axillaris dan kelenjar limfonodi mammaria interna. Pembuluh

limfatik limfonodi axilla dapat dibagi menjadi 4 area yakni level 1,

level 2, dan level 3 (Apikal), dan suprasternal. Dimana pembuluh

limfatik suprasternal berhubungan dengan pembuluh limfonodi

mammaria interna[7]

2. Fisiologi [8]

Kenlejar mammae mulai berkembang waktu pubertas;

perkembang ini dirangsang oleh estrogen yang berasal dari siklus

haid yang merangsang pertumbuh stroma dan system saluran serta

penimbunan lemak yang memberikan massa pada kelenjar mammae.

Akan tetapi, banyak pertumbuhan tambahan selama kehamilan, dan

jaringan kelenjar hanya berkembang sempurna untuk pembentukan

air susu yang sebenarnya.

Selama kehamilan, estrogen yang disekresi dalam jumla besar

oleh plasenta ditambah tambahan hormone pertumbuhan, proklaktin

hormon dan beberapa hormon lain menyebabkan sistem saluran

mammae tumbuh dan bercabang- cabang. Bersamaan dengan ini,

stroma kelenjar mammae bertambah jumlahnya, dan sejumlah besar

lemak diletakkan dalam stroma.

Kemudian kerja progesterone menyebabkan pertumbuhan

lobules, pembentuk alveolus baru dan perkembangan sifat sekresi di

dalam sel- sel alveolus.

Susu disekresi terus- menerus kedalam alveoli kelenjar mammae.

Tetapi, susu tidak dapat mengalir dengan mudah dari alveoli

kesistem duktus, oleh karena itu tidak secara terus menerus keluar

dari putting susu. Sebagai gantinya, susu harus diejeksikan atau

dikeluarkan oleh alveoli ke duktus sebelum dapat memperolehnya.

Proses ini disebabkan oleh gabungan reflex neurogenik dan

hormonal yang menyangkut hormone oksitonin.

F. Diagnosis Keganasan Pada Mammae

1. Klinis [9]

Dalam melakukan diagnosis secara klinis, secara umum 2 hal

yang harus dilakukan ialah Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.

Dalam anamnesis, yang harus ditanyakan kepada pasien

adalah letak benjolan, onset, dan kecepatan tumbuhnya. Selain

itu, perlu juga ditanya berbagai gejala penyerta, seperti ada

tidaknya nyeri, jenis dan jumlah cairan yang keluar dari puting,

perubahan bentuk dan besar mammae, hubungannya dengan haid,

perubahan pada kulit, dan retraksi puting

Selain itu, perlu ditanyakan beberapa Faktor risiko antara lain :

riwayat keluarga yang terkena kanker mammae dan atau kanker

ovarium, riwayat obstetri dan ginekologi, terapi hormonal (termasuk

kontrasepsi hormonal), riwayat operasi/aspirasi benjolan di mammae

sebelumnya

Pemeriksaan fisik mammae paling baik dilakukan 1 minggu

setelah haid. Massa harus bisa teraba secara 3 dimensi,

batasnya jelas, konsistensinya berbeda dengan sekitar, dan tidak

dipengaruhi oleh siklus haid. Pemeriksaan boleh diulang sebelum

dan 1 minggu setelah haid. Dicurigai ganas apabila: konsistensi

kenyal-keras, batas tidak tegas, terfiksasi ke jaringan sekitarnya,

terdapat retraksi kulit dan atau putih susu, ditemukan luka, atau

cairan sero-sanguinus dari puting susu. Perlu juga untuk

dibandingkan dengan mammae sisi lainnya.

2 . Radiologi

Pada pemeriksaan radiologis dalam mendiagnosis keganasan

mammae secara umum dilakukan Mammografi dan Ultrasonografi,

namun sekarang sudah mulai digunakan MRI sebagai sarana yang

lebih modern dalam melakukan diagnosis[9]

Mamografi

Tujuan utama pemeriksaan mamografi adalah untuk mengenal

secara dini keganasan pada payudara. Berdasarkan penyelidikan, jika

mamografi dan ultrasonografi dipakai bersama-sama dalam prosedur

diagnosis, maka akan diperoleh nilai ketepatan diagnosis sebesar

97%. Apabila kedua teknik tersebut dipergunakan secara tersendiri

akan diperoleh nilai ketepatan diagnositik untuk mamografi sebesar

94%, sedangkan USG hanya 78%. [4]

Mamografi adalah foto mammae dengan sinar X dosis rendah.

Pada mammografi dapat dilihat gambaran mammae secara

keseluruhan. Mamografi merupakan alat yang terbaik untuk deteksi

dini kanker mammae, karena sinar X pada mamografi mempunyai

kemampuan menembus jaringan mammae yang mengalami kelainan

berupa tumor dan menunjukkan kelainan dalam mammae tersebut

secara memuaskan. Faktor-faktor yang dilihat pada saat pemeriksaan

mamografi antara lain: [2]

1. Intermediate Findings

Variabel yang menjelaskan keadaan sel atau jaringan yang

terdapat dalam mammae, dimana variabel ini terdiri dari lima

indikator yaitu well defined, developing, architectural, skin

thickening, dan asymetry. Seorang wanita yang melakukan

pemeriksaan mamografi memungkinkan untuk memiliki lebih

dari satu indikator atau tidak sama sekali pada variabel ini.

2. Suspicious for Malignancy

Variabel yang menjelaskan bentuk tumor yang terdapat dalam

mammae atau tanda-tanda keganasan yang terlihat pada mammae,

dimana variabel ini terdiri dari tiga indikator yaitu mass,

calcification, dan speculated sign.

3. BIRADS Category

Breast Imaging Reporting and Data System (BIRADS) digunakan

untuk memprediksi tingkat keganasan pasien kanker mammae

dalam skrining mamografi.

4. Letak abnormal

Akan dilihat letak dimana ada perubahan yang tidak wajar

pada mammae kanan atau mammae kiri.

Prediksi malignansi dapat dipermudah dengan menerapkan

kategori BIRADS (Breast Imaging Reporting and Data System).

Adapun kategori BIRADS adalah sebagai berikut: [2]

C-0 : perlu pemeriksaan lanjut

C-1 : normal

C-2 : kelainan jinak

C-3 : kelainan yang mungkin jinak, disarankan evaluasi ketat

C-4 : kelainan yang mungkin mengarah keganasan

C-5 : sangat mungkin ganas (10)

Gambar 3: gambaran payudara normal (a) posisi mediolateral, (b)

posisi kraniokaudal, dikutip dari kepustakaan 4

Gambar 4: gambaran tumor ganas payudara (a) tampak lesi dengan

densitas tinggi berspikulasi serta tampak penebalan dan retraksi kulit

berdekatan dengan lesi tersebut , (b) tampak lesi dengan densitas

tinggi berspikula, serta tampak mikrokalsifikasi spesifik dalam lesi

tersebut. dikutip dari kepustakaan 7

Jika Pada mamografi ditemukan lesi yang hipoechoic, irreguler,

batas tidak tegas ,ukuran vertical lebih dari pada horizontal,

dipertimbangkan kemungkinan malignant. (10)

Gambar 5: gambaran massa dengan densitas tinggi berspikulasi

disertai mikrokalsifikasi, dikutip dari kepustakaan 10

Ultrasonografi[10]

Ultrasonografi sangat berguna untuk membedakan lesi solid dan

kistik setelah ditemukan kelainan pada mamografi. Pemeriksaan ini

juga dapat digunakan pada kondisi klinis tertentu, misalnya pada wanita

hamil yang mengeluh ada benjolan di mammae sedangkan hasil

mamografi nya tidak jelas walaupun sudah diulang, dan untuk

panduan saat biopsi jarum atau core biopsy.

Berikut adalah contoh gambaran Ultrasonografi mammae yang

normal.

Gambar 4: gambaran Normal Ultrasonografi Mammae : 1 = Kulit; 2 =

Lemak Subkutan; 3 = Jaringan, Kelenjar; 4 = Lemak Retromammaria; 5 =

Otot Pectoralis; 6 = Tulang Rusuk, dikutip dari kepustakaan 10

Apabila terdapat sebuah massa dari pemeriksaan Ultrasonografi,

maka perlu dibedakan jenis massa tersebut merupakan massa ganas atau

jinak. Berikut tabel yang dapat digunakan untuk membedakan kategori

massa yang terdapat di mammae dengan menggunakan Ultrasonografi.

Gambar 6: Pembanding Tumor Ganas dan Jinak Mammae dengan

Ultrasonografi, dikutip dari kepustakaan 10.

Tanda tumor ganas secara USG ialah:

1. Lesi dengan batas tegas dan tak teratur

2. Strutur echo internal lemah dan heterogen

3. Batas echo anterior lesi kuat, posterior lesi lemah sampai tak ada

(posterior acoustic shadow)

4. Adanya perbedaan besar tumor secara klinis dan secara USG[4]

Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Untuk wanita dengan risiko tinggi kanker mammae, pemeriksaan MRI

direkomendasikan bersama dengan mammografi tahunan. MRI

menggunakan magnet dan gelombang radio untuk memproduksi gambar

irisan tubuh. Pemeriksaan MRI akan jaruh lebih bermanfaat bila

menggunakan zat kontras. MRI merupakan alat deteksi kanker yang lebih

sensitif dari mammografi, tetapi MRI memiliki nilai positif palsu yang

lebih tinggi, maksudnya sering muncul gambaran kelainan mammae yang

ternyata bukan kanker. Itu sebabnya MRI tidak direkomendasikan sebagai

alat skrining untuk wanita tanpa risiko tinggi kanker mammae. [11]

Gambar 7: gambaran malignan pada mammae, dikutip dari kepustakaan 10

PET Scan

Ini adalah pemeriksaan terbaru yang dapat menggambarkan anatomi dan

metabolisme sel kanker. Zat kontras disuntikkan lewat vena dan akan

diserap oleh sel kanker. Derajat penyerapan zat kontras oleh sel kanker

dapat menggambarkan derajat histologis dan potensi agresivitas tumor.

PET Scan tidak direkomendasikan untuk skrining rutin kanker mammae [11]

3 . Patologi Anatomi [11]

Biopsi

Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan yang akan diperiksa oleh

dokter ahli Patologi Anatomi. Jaringan akan dilihat di bawah mikroskop

sehingga dapat ditentukan ada tidaknya sel kanker.

Terdapat beberapa cara biopsi :

1.Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)

2.Core Biopsy

3.Biopsi Bedah

Fine Needle Aspiration Biopsy / Biopsi Jarum Halus

Biopsi ini menggunakan jarum sebesar jarum suntik biasa dan tidak

memerlukan persiapan khusus. Jaringan diambil menggunakan jarum halus

di area tumor.Bila tumor tidak mudah diraba, maka biopsy jarum halus

dapat dilakukan dengan tuntunan USG atau mammografi.

Pemeriksaan ini mungkin agak nyeri dan dapat menyebabkan memar

ringan yang akan hilang dalam 1-2 hari. Karena jaringan yang diambil

hanya sedikit maka ada kemungkinan sel kanker tidak terambil sehingga

tidak terdeteksi.

Pemeriksaan biopsi jarum halus saja memiliki kemungkinan diagnosis

meleset 10%.

Core Biopsy

Core Biopsy sangat mirip dengan Biopsi Jarum Halus tetapi menggunakan

jarum yang lebih besar. Dengan bius lokal, dibuat irisan kecil di kulit

mammae dan sedikit jaringan mammae diambil. Pemeriksaan ini dapat

menimbulkan nyeri minimal.

Hasil core biopsy adalah jaringan mammae sehingga lebih mudah

diidentifikasi adanya kanker. Beberapa jenis benjolan lebih cocok untuk

didiagnosis dengan core biopsy karena bentuknya.

Hasil pemeriksaan Biopsi Jarum Halus dan Core Biopsy dapat berupa :

- Tidak ada tanda kanker mammae

- Kemungkinan ada tanda kanker mammae, yaitu terdapat sel-sel yang

mencurigakan tetapi belum cukup jelas untuk menegakkan diagnosis. Hasil

ini lebih baik dilanjutkan  dengan biopsi bedah untuk mencapai diagnosis

akhir.

- Ditemukan sel kanker. Pada kasus ini, wanita akan menjalani biopsi

bedah yang dapat dilakukan dengan pengangkatan seluruh kanker

mammae.

Biopsi Bedah

Bila seluruh pemeriksaan tidak menghasilkan diagnosis pasti kanker, maka

wanita akan dirujuk ke dokter bedah  untuk menjalani biopsi bedah.

Sebaliknya bila hasil pemeriksaan sebelumnya menunjukkan tanda pasti

kanker, biasanya tidak perlu dilakukan biopsi bedah.

Dokter bedah akan menjelaskan pilihan terapi kepada pasien.

Untuk tumor yang berukuran kecil, biopsi bedah biasanya sekaligus dengan

mengangkat tumor seluruhnya. Dengan begitu, ahli patologi dapat

memeriksa dan lebih meudah menentukan ada tidaknya kanker. Bekas luka

biopsi akan dijahit. Hasil biopsi akan diketahui 5-7 hari setelah operasi.

G. Penatalaksanaan [12]

Radioterapi merupakan komponen terapi yang harus

dilakukan pada BCT. Radioterapi ini dapat d ikombinasikan

dengan pember ian kemoterapi. Recht et al pada penelitiannya

menyatakan bi la kemoterap i d iber ikan sebelum radioterapi

akan meningkatkan kesempatan hidup pasien dibandingkan bila

radioterapi diberikan lebih dulu. Pasca- mastektomi radioterapi

menurunkan insidens lokal dan regional rekurens 50–75%, tetapi

tidak disertai peningkatan kelangsungan hidup pas ien . Pember ian

kemoterap i yang dikombinasikan dengan radioterapi ternyata

meningkatkan kesempatan hidup dan menurunkan rekurens

dibandingkan dengan pemberian kemoterapi saja. Pada beberapa

penelitian wanita dengan tumor yang besar tapi masih operabel

pemberian kemoterapi pra-operasi pada hampir 90% kasus akan

mengecilkan ukuran tumor lebih dari 50%, sehingga operas inya

yang tadinya direncanakan suatu mastektomi dapat berubah

menjadi hanya suatu lumpektomi saja.

Kemoterapi yang dapat diberikan pada pasien-pasien tumor

ganas mammae bisa berupa terapi s is temik dengan hormon,

kemoterap i kombinas i a tau keduanya . Pemberian kemoterapi

tambahan ini lebih efektif bila berupa kombinasi kemoterapi

dibandingkan dengan terapi obat tunggal, dan akan menurunkan

risiko kematian pertahun lebih kurang 20%. Efek kemoterapi ini

lebih baik pada wani ta berumur kurang dar i 60 tahun, terutama

pada saat terapi dimulai wanita tersebut masih dalam pra-

menopause dan akan terus efektif sampai wanita tersebut berumur

69 tahun.

Terapi hormon yang diberikan adalah antara lain tamoxifen

yang bekerja atas dasar aktifitas anti-estrogen yang

menyebabkan ter rjadinya hambatan terhadap ikatan estrogen pada

reseptor estrogen dari sel-sel tumor. Sebagai hasil akhirnya

adalah terjadinya blok pada fase G1 dar i s ik lus se l dan

memperlambat proliferasi dari sel. Tumor akan mengeci l

karena berubahnya keseimbangan antara proliferasi sel dan

kemat ian se l yang terus ber langsung . Tamoxifen juga

mempunyai efek langsung pada sel yang merangsang terjadinya

kematian sel.

Operasi dianggap cukup berhasil seperti dilaporkan oleh

Haagensen, rekurens pada dinding dada atau kelenjar getah bening

aksila hanya terjadi pada 6% dari 935 orang pasien. Tetapi

operasi ini mempunyai satu kelemahan yaitu pasien-pasien yang

diambil otot-otot pektoralis dan semua kulit di atasnya

menyebabkan suatu deformitas estetika yang nyata dan sukar untuk

direkonstruksi kembali. Gangguan pada pergerakan lengan dan

limfedema kronik ditemukan pada 25% sampai 53% pada wanita-

wanita yang dilakukan radikal mastektomi dan ini jelas

mengurangi kualitas hidup dari pasien. Suatu kelemahan lain dari

radikal mastektomi adalah gagalnya operasi ini untuk

memperpanjang kesempatan hidup dari pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1) Utami, S.A. The effects of cyclophosphamid-transfer factor on

cellsproliferation (AgNOR) and volume of mice adeno ca mammae

tumor. Semarang : Program Pendidikan Dokter Spesialis I Bedah

Universitas Diponegoro ; 2008.

2) Novianti, F.A, purnami, S.W. Analisis Diagnosis Pasien Kanker Mammae

Menggunakan Regresi Logistik dan Support Vector Machine (SVM)

Berdasarkan Hasil Mamografi. Surabaya : ITS ; 2012

3) Gant, N. F, Cunninggham, F. G.Dasar- Dasar Ginekologi dan Obstetri.

Jakarta : EGC ; 2010, hal 118

4) Makes D. Payudara dan tiroid. Rasad S. Dalam Radiologi Diagnostik.

Jakarta : EGC ; 2010 hal. 513- 519

5) Romadhon, Y.A. Gangguan siklus sel dan mutasi gen pada kanker

mammae. Surakarta : FK –Universitas Muhamadiyyah; 2013

6) Hawari, D. Kanker Mammae dimensi psikoreligi. Jakarta: FK-UI;

2010

7) Dashner, R. A. Clinical Anatomy of the Breast. Advanced

Anatomical Services. 2012.

8) Guyton. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta : EGC 2012

hal. 764-765

9) Fadjari, H. Pendekatan Diagnosis Benjolan di Mammae. Bandung: Bagian

Ilmu Penyakit Dalam Hasan Sadikin ; 2012

10) Miceel M.J. The Breast. In :Sutton D, Robinson P, Jenkins J, Whitehouse

R, Allian P, Wilde P et al. Textbook of Radiology and Imaging volume 2

edisi 7. Churchill livingstone; 2012 p 1452-1459

11) Purwanto, D. J. Deteksi Dini Kanker Mammae . Copyright 2015.

Diakses dari

http://www.omni-hospitals.com/omni_alamsutera/blog_detail.php?

id_post=5 (6 Juni 2015)

12) Roezin, A. Perkembangan terakir terapi Tumor Ganas Mammae. Jakarta :

Universitas Trisakti ;2005