REDAKTUR - TNI AL

80

Transcript of REDAKTUR - TNI AL

Salam Jalesveva JayamahePembaca yang budiman… Dalam mendukung terciptanya Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia, dengan tantangan menciptakan keamanan di wilayah NKRI dari berbagai rongrongan baik datang dari dalam negeri ataupun pihak luar yang sengaja mengganggu ketenteraman. Kekuatan TNI Angkatan Laut pantas untuk mendapatkan penambahan alutsista sebagai penggentar sekaligus pemukul musuh yang akan mencoba untuk mengusik keutuhan sumber daya alam yang kita miliki. Penambahan sejumlah kapal atas air, kapal selam, pesawat udara, dan tank akan menjadi agenda pemerintah yang lebih memusatkan pada visi maritim. Dengan pemimpin baru akan terus melanjutkan kebijakan terdahulu dan memperbaiki kekurangan menuju tataran world class navy. Kapal selam Changbogo buatan Korea Selatan dengan kecanggihannya akan segera bergabung memperkuat TNI Angkatan Laut, diulas menjadi sajian khusus. Kemampuan personel penyelam TNI Angkatan Laut telah teruji dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang belum lama ini dengan keikhlasan dan semangat juang yang tinggi berhasil mengemban tugas yang dibebankan. Kiprah dalam evakuasi korban Air Asia mendapat acungan jempol. Latihan Kasus (Latkasus) yang digelar Denjaka di Palembang merupakan simulasi penanganan teror yang mampu diselesaikan dengan apik, menunjukkan profesionalisme pasukan elit TNI Angkatan Laut ini. Pengangkatan Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. menjadi warga kehormatan Marinir juga tersaji pada edisi kali ini diramu dengan info menarik lainnya yang akan menambah wawasan bagi para pembaca. Pada rubrik budaya pesona batu akik yang kini mendunia tak lupa hadir pada majalah dwi bulanan kita ini.

Redaksi menerima tulisan (maksimal 5 halaman dengan spasi 1,5) beserta foto dari segenap anggota TNI AL dan masyarakat umum. Naskah dicetak dengan kertas A4 serta dilengkapi dengan data digital dalam Compact Disc (CD). Naskah yang telah dikirim, menjadi milik redaksi, dan redaksi berhak memperbaiki/mengedit tanpa mengubah isi/makna. Naskah yang dimuat akan mendapat imbalan sepantasnya. Tulisan dapat disampaikan ke alamat redaksi Dinas Penerangan Angkatan Laut, Gd. B4 Lt. 2, Mabesal Cilangkap, Jakarta Timur - 13870 atau via email: [email protected] atau [email protected]

Radio JJM 107.8 FM Radio Streaming

di www.tnial.mil.id

Untuk kritik, saran, dan opini singkat dapat dikirim via surat ke alamat redaksi kami, Dinas Penerangan Angkatan Laut, Gd. B4 Lt. 2, Mabesal Cilangkap, Jaktim-13870 atau via email: [email protected].

PEMIMPIN UMUM: Laksma TNI Manahan Simorangkir, S.E., M.Sc.

WAKIL PEMIMPIN UMUM: Kolonel Laut (T) Moelyanto, M.Si. (Han)

PEMIMPIN REDAKSI: Kolonel Mar Nana Rukmana

REDAKTUR: Kolonel Laut (P) Rony E. Turangan Kolonel Laut (KH) Drs. Supriyono

Kolonel Laut (P) Suradi Agung Slamet, S.T., S.Sos.Letkol Laut (KH) Drs. Agus CahyonoLetkol Laut (KH) Dedi Hamdani S.

Letkol Laut (KH) Drs. Heri Sutrisno, M.Si. Mayor Laut (KH) M. Ikhsan, S.Kom.

Mayor (S) Didi Kurniadi D., S.E.Mayor Laut (KH/W) Dra. Infra WahdaniahKapten Laut (S/W) Maria Multiyani, S.Sos.

Adi Patrianto, S.S.

PENATA WAJAH: Serka PDK/W Mirliyana

Mujiyanto Irma Kurniawaty, A.Md. Graf.

Aroby Pujadi

REDAKTUR FOTO: Wamrin

TATA USAHA: Raya Mentawita T.

DISTRIBUSI: Koptu Mes MariyantoKld TTU Niki L.M.

Eko Sulistiono Edi Supono

DITERBITKAN OLEH: Dinas Penerangan Angkatan Laut

ALAMAT REDAKSI: Dinas Penerangan Angkatan Laut, Gd. B4 Lt. 2,

Mabesal Cilangkap, Jaktim-13870, Telp. (021) 8723314,

www.cakrawala-dispenal.orgNo. ISSN: 0216-440x

Salam Jalesveva Jayamahe!

DAFTAR ISI

24

Di dalam rencana pemenuhan alutsista yang mengacu kepada MEF, di tahun 2013 dalam sidang KKIP Kepala Staf TNI Angkatan Laut pada waktu itu telah mengungkapkan kebutuhan TNI AL, yaitu sebanyak 12 unit Kapal Selam untuk menjamin pengamanan wilayah NKRI. Dan sudah pula kita ketahui bahwa TNI Angkatan Laut kemudian memilih Kapal Selam dari Korea Selatan, yang dinamai DSME209/1400. Dalam kontrak pembelian, disebutkan Indonesia membeli 3 unit, di mana 1 unit terakhir rencananya akan dibuat di Galangan Kapal Nasional, PT. PAL Surabaya.

Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. meresmikan rumah tahanan militer yang berada di komplek Markas Komando (Mako) Pusat Polisi Militer Angkatan Laut (Puspomal) di Jalan Boulevard Bukit Gading Raya Nomor 9, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Peresmian tersebut bertepatan pula dengan hari ulang tahun ke-69 Pomal dan pengangkatan Kasal menjadi warga kehormatan Pomal.

Kereta Kencana Prabu Siliwangi dan Macan Putih mengawal Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. dan Ibu Endah Ade Supandi menuju Bumi Marinir Cilandak. Kemudian disambut tarian tradisional Sunda Wilujeng Sumping dan penyerahan keris putih kepada Kasal dan selendang ungu kepada Ibu Endah Ade Supandi.

6

Changbogo Siluman Penjaga Nusantara 4Kasal Beri Penghargaan kepada Pelaku SAR Air Asia 8

Filipina Versus Tiongkok dalam Arbitrase Internasional di Laut Tiongkok Selatan 18Diplomasi Indonesia di Laut Cina Selatan 38 Penataan Ruang untuk Pengelolaan Kawasan Perbatasan 44Selayang Pandang Budaya Maritim Indonesia 48Strategi Membina Hubungan dengan Media Massa 56Pemanfaatan Limbah Sumber Daya Perikanan 60

Teknologi Informasi C4ISR untuk TNI AL 28 Megalitek-1 Wahana TNI Penembus Medan Berawa 70

Mewujudkan TNI Angkatan Laut Berkelas Dunia 32Fenomena Batu Akik 74

KRI Banda Aceh-593 Kapal Markas dalam Operasi SAR Air Asia QZ-8501 10Tanggung Jawab dan Ikhlas 14

Rumah Tahanan Militer Tingkatkan Kinerja Puspomal dalam Menegakan Hukum dan Disiplin 24Pembaretan Wujud Kepercayaan Korps Marinir kepada Kasal 26Sinegritas Kerja Sama TNI AL dengan Media Massa 30Satgas Gurita Denjaka 34TNI AL Kerahkan Dua KRI Amankan Perairan Samudra Indonesi 42Ikan Nusantara 54Napak Tilas Perjuangan Prajurit ALRI dan Rakyat di Lampung 64Penghormatan Militer dalam Kehidupan Sehari-hari 66Darurat Narkoba, Pencanangan TNI AL Bebas Narkoba 72

Pengabdian Kapal Selam TNI AL 36 Jejak Historis Kemaritiman Indonesia 50

Topik Utama

Teknologi

Rerensi BukuBudaya

Wawancara

Sejarah

Info

Opini

26

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 3

ChangbogoSiluman Penjaga nusantara

Di dalam rencana pemenuhan alutsista yang mengacu kepada MEF, di tahun 2013 dalam sidang KKIP Kepala Staf TNI Angkatan

Laut pada waktu itu telah mengungkapkan kebutuhan TNI AL, yaitu sebanyak 12 unit Kapal Selam untuk menjamin pengamanan wilayah NKRI. Dan sudah pula kita ketahui bahwa TNI Angkatan Laut kemudian memilih Kapal Selam dari Korea Selatan, yang dinamai DSME209/1400. Dalam kontrak pembelian, disebutkan Indonesia membeli 3 unit, di mana 1 unit terakhir rencananya akan dibuat di Galangan Kapal Nasional, PT. PAL Surabaya.

DSME209/1400 yang dipesan oleh TNI AL melalui Kementrian Pertahanan tersebut dari segi fisik bangunan kapalnya, adalah merupakan pengembangan serta perkawinan desain antara jenis 209/1200 Changbogo milik Korea Selatan dengan jenis 209/1300 Cakra milik Indonesia. Nama Changbogo (창보고) sendiri yang diambil sebagai nama kapal selam Korea Selatan adalah nama seorang tokoh Jenderal Laut yang terkenal pada saat pemerintahan Silla (실라) Bersatu pada tahun 787–846 dan dikenal juga sebagai Gunbok (군복) yang diartikan sebagai tokoh bahari yang berkuasa selama beberapa dekade secara efektif

Oleh: Laksma TNI Suprayitno Paendridayu, S.E. (Dansatgas) dan Tim Satgas Kapal Selam

Topik uTama

4

mengontrol laut barat (laut kuning) dan pantai Korea antara barat daya Korea dan semenanjung Shandong (China). Sedangkan nama Cakra yang dipilih oleh Indonesia adalah senjata andalan Batara Wisnu. Senjata itu juga dimiliki para titisannya, termasuk Prabu Kresna, raja Dwarawati. Sebagai senjata milik dewa, Cakra bukan hanya ampuh, tetapi juga mempunyai bermacam kegunaan. Kebanyakan makhluk di dunia ini tidak ada yang sanggup mengelak dan menangkal dari serangan senjata Cakra kecuali tokoh tertentu yang berpihak pada kebajikan. Dengan pengembangan dan perkawinan dua desain 209 ini menghasilkan varian 209 dengan bobot 1400 ton dengan berbagai kelebihan dan kecanggihan komponen-komponen pendukung yang terintegrasi di dalamnya. Selain mengembangkan jenis 209 mulai 1200 s.d. 1500 ton, galangan kapal DSME juga diketahui sedang memulai mengembangkan turunan dari desain 209 dengan bobot 3000 ton. Kapal selam ini merupakan pesanan khusus dari Korean Navy untuk memperkuat skuadron kapal selam negara Korea yang mana sekarang ini baru terdiri dari beberapa kelas Midget, U209/1200 dan U214/1800. Proyek desain kapal selam berbobot 3000 ton ini sudah dimulai awal tahun 2015 dan rencana pembangunannya akan dimulai pada tahun 2016. Kapal selam pesanan pemerintah Indonesia, meski merupakan turunan dari tipe U-209 buatan Jerman, TNI AL meminta spesifikasi yang tinggi terhadap kapal selam DSME209. Diantaranya adalah, memiliki kesenyapan yang tinggi, mampu menghindari deteksi, mampu menyelam hingga 250 meter, memiliki teknologi yang canggih serta memiliki kecepatan yang mampu dipacu hingga 21 knot ketika menyelam. Disebutkan juga bahwa kapal selam DSME209 harus mampu beroperasi terus menerus selama lebih kurang 50 hari. Desain Kapal Selam Baru DSME 3000 ton Pesanan ROK-Navy Selama proses pembangunan kapal selam di Korea, TNI AL telah mengirimkan 7 (tujuh) orang personel yang masing-masing memiliki kemampuan dan pengetahuan khusus tentang kapal selam jenis 209 secara profesional. Dalam satuan tugas kapal selam

tersebut Komandan Satgas bertanggungjawab kepada keseluruhan proses pembangunan dengan dibantu oleh personel lainnya. Pembagian tugas secara khusus dalam satuan tugas ini terdiri dari:1. Pengawas Platform yang mencakup bidang permesinan, badan kapal, outfitting, painting, baterai dan pendorongan serta kelistrikan kapal selam.2. Pengawas Sewaco yang mencakup bidang sensor, navigasi, komunikasi, senjata dan sistem kendali senjata kapal selam.3. Perwira Diklat yang bertugas mengatur serta mengendalikan kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi awak kapal selam.4. Perwira Administrasi dan Logistik yang bertugas mengatur dan mengendalikan proses administrasi kontrak serta sistem logistik komponen-komponen kapal selam.5. Kesekretariatan yang bertugas mengendalikan kegiatan ketatausahaan dan administrasi personel dalam satuan tugas kapal selam.

Secara umum kapal selam DSME209/1400 memilki beberapa kelebihan dari sisi teknologinya. State of the art technology yang dimiliki oleh kapal selam ini meliputi Latest combat system, Enhanced operating system, Non-hull penetrating mast and Comfortable accommodation. Dan sebagai elemen terpenting dalam kapal selam, baterai buatan Korea digunakan sebagai sumber tenaga utamanya. Jenis baterai kapal selam buatan Korea ini digunakan pada semua kapal selam Korea. Salah satu poin yang mengejutkan adalah mengenai Persenjataan dan Sistem kendali senjatanya. Selain dipersenjatai 8 buah tabung peluncur Torpedo untuk torpedo berukuran 533 mm Blackshark juga mampu untuk men-deploy ranjau laut, Ia juga memiliki desain yang mampu untuk meluncurkan rudal. Sistem kendali senjata MSI Mk2 buatan Kongsberg dipilih oleh TNI AL sebagai komponen yang mengendalikan dan mengatur sistem peperangan serta penembakan torpedo, ditambah lagi beberapa sensor dan peralatan elektronika yang canggih dan terkini juga ikut di dalam. Bila di kapal selam Cakra kita belum memiliki Flank Array Sonar, maka di kapal selam baru nantinya sistem ini akan dipasang dan digunakan. Banyak sekali keunggulan serta kelebihan sistem dan peralatan yang

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 5

digunakan dalam kapal selam baru ini dibanding kapal selam Indonesia yang ada sekarang. Radar serta ESM dari Indra-Spanyol, Integrated Navigation System dari SAGEM-Prancis, Optronic dan Periskop dari Cassidian-Jerman, sistem Sonar dari L3 Elac Nautic-

Jerman menjadi pilihan TNI AL di dalam desain kapal selam barunya. Prosedur keamanan dan keselamatan kapal selam dan personel juga menjadi prioritas dalam desain DSME209/1400. Dua unit Life rafts dengan

DSME209/1400 – Data Umum Kapal

Topik uTama

6

kapasitas 25 personel dengan bekal darurat selama 6 hari akan terpasang di kapal selam ini. Untuk pakaian keselamatan dan pelindungan dari dekompresi selama proses evakuasi dipilih jenis MK-X buatan Inggris sebanyak 48 buah. Yang paling berbeda dibanding dengan kapal selam Cakra adalah bentuk pintu baterai dibuat sesuai dengan aturan NAVSEA 0994-LP-013-9010 pada mulut pintunya. Dengan begitu bisa lakukan proses evakuasi menggunakan Deep Submergence Rescue Vehicle (DSRV). Untuk mewujudkan kemandirian industri pertahanan, di dalam kontrak pembelian ini juga termaktub tentang skenario Transfer of Tecnology (ToT) dan juga On the Job Training (OJT) di galangan kapal DSME korea. Dua kegiatan ini diperuntukkan bagi personel PT PAL untuk lebih dapat mendalami serta menyerap semua ilmu baik desain maupun proses produksi kapal selam. Dari sisi sumber daya manusia, pada periode desain, PT PAL telah mengirimkan SDM yang mempunyai kualifikasi untuk desain kapal sebanyak 20 personel profesionalnya.

Selanjutnya mengirimkan pula personel yang tergabung dalam team OJT sebanyak 186 personel yang dikirimkan secara bertahap dimulai sejak bulan November 2013 hingga bulan Februari 2017. Menilik proses pembangunan kapal selam DSME209/1400 sampai dengan Januari 2015 ini, telah sampai dalam tahap pemotongan plat untuk kapal selam ketiga. Diharapkan pada tahun 2017, dua unit kapal selam baru DSME209/1400 sudah dapat beroperasi

diperairan indonesia. Sedangkan untuk kapal selam ketiga jika dilihat dari skenario kontrak pembelian, maka akan dapat dioperasikan sekitar awal tahun 2019. Kita harapkan kehadiran kapal selam DSME209/1400 dapat memperkuat kemampuan tempur angkatan laut kita.

Peresmian U214/1800 oleh Presiden Korea di DSME.

Kunjungan Presiden RI Ir. Joko Widodo ke DSME 11 November 2014.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 7

Kasal Beri Penghargaan

kepada Pelaku SARAirAsia

Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. memberikan penghargaan berupa piagam penghargaan dan

dana pembinaan kepada 108 personel TNI Angkatan Laut dan sejumlah perwakilan dari instansi lainnya yang terlibat dalam SAR pesawat Air Asia QZ 8501, dalam suatu upacara yang dilaksanakan di Markas Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar), Jalan Gunung Sahari-67 Jakarta. Penghargaan tersebut diberikan secara simbolis kepada 3 orang perwakilan, yakni: Kolonel Laut (P) Yayan Sofyan, Komandan KRI Bung Tomo-367 mewakili para komandan KRI, Kapten Laut (P) Wido Dwi Nugroho dari Satuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) Koarmabar mewakili para penyelam, serta Mahmut Malawat dari kapal MV. Crists Onix mewakili instansi di luar TNI AL. Penghargaan diterima oleh 108 personel ini terdiri dari para penyelam gabungan TNI AL berjumlah 83 orang, dan para Komandan KRI sebanyak 17 orang. Pada kesempatan tersebut Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. juga memberikan penghargaan yang sama kepada sejumlah petugas yang tergabung dalam

Bentuk kepedulian Pemimpin atas keberhasilan para Prajuritnya.

Topik uTama

8

SAR tersebut, yakni dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) 1 orang, kapal MGS Geo Survey 2 orang, kapal MV. Crest Onyx 2 orang, dan KN Jadayat 2 orang. Ke-17 Komandan KRI penerima penghargaan tersebut terdiri dari jajaran Koarmatim: KRI Yos Sudarso-353, KRI Sultan Hasannudin-366, KRI Bung Tomo-357, KRI Usman Harun-359, KRI Sungai Gerong-906, KRI Pulau Rengat-711, KRI Soputan-923. Jajaran Koarmabar terdiri dari KRI Patiunus-371, KRI Sutedi Senaputra-378, KRI Tjiptadi-381, KRI Teluk Sibolga-536, KRI Barakuda-633, KRI Todak-631, KRI Cucut-866, KRI Pulau Romang-723 dan dari Dishidros KRI Dewa Kembar-932, serta dari Kolinlamil KRI Banda Aceh-593 yang digunakan sebagai kapal markas. Sedangkan 83 penyelam gabungan TNI AL berasal dari Satuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) Koarmabar, Dinas Penyelamatan Bawah

Permukaan Air (Dislambair) Koarmabar, Dinas Penyelamatan Bawah Permukaan Air (Dislambair) Koarmatim, Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), dan Batalion Intai Amfibi (Taifib) 2 Korps Marinir. Pemberian penghargaan tersebut sebagai bentuk pembinaan sekaligus reward kepada para prajurit TNI AL yang telah bekerja keras membantu Basarnas dalam melaksanakan tugas mulia kemanusiaan yakni Search and Resque (SAR) terhadap penumpang pada pesawat Air Asia QZ 8501 yang jatuh di kawasan perairan Selat Karimata, Kalimantan Tengah. Tugas SAR terhadap musibah kecelakaan pesawat Air Asia QZ 8501 di perairan Selat Karimata merupakan perintah langsung Presiden RI Ir. Joko Widodo yang secara tegas memerintahkan kepada seluruh unsur TNI dan prajuritnya untuk berperan aktif dalam misi kemanusiaan SAR pesawat Air Asia QZ 8501. Hal ini juga sejalan dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI yang disebutkan dengan jelas, bahwa TNI selain berperan aktif dalam operasi militer untuk perang juga mempunyai tugas operasi militer selain perang, di mana salah satu poin tugasnya adalah berperan aktif

dalam kegiatan kemanusiaan dan penanggulangan bencana. (Tim Cakrawala)

Pada edisi ini, Cakrawala menampilkan hasil wawancara dengan Komandan KRI BAC-593 Letkol Laut (P) Arief Budiman, yang terlibat langsung dalam kegiatan itu dari awal hingga akhir. Berikut, hasil wawancara dengan Komandan KRI BAC-593:

Suasana atau situasi seperti apa yang Komandan alami saat berada dilokasi SAR Air Asia? Yang kita alami adalah kondisi cuaca yang cukup ekstrim, di mana perubahan cuaca begitu cepat dari langit cerah menjadi gelap dengan gumpalan awan hitam, curah hujan yang cukup tinggi/deras disertai petir dan angin kencang dengan kecepatan 20-50 knots. Tinggi gelombang 1-6 meter, arus bawah permukaan 0.05-3.00 knots serta jarak pandang yang terbatas. Suasana haru juga terjadi pada saat ditemukannya beberapa serpihan pesawat dan jenazah korban. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana dahsyatnya saat pesawat jatuh di laut.

Apa kendala/kesulitan dalam operasi, mulai dari pencarian hingga pengangkatan bangkai pesawat? Kendala kita paling utama adalah kondisi cuaca saat itu di daerah operasi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Para tim penyelam gabungan yang berada di KRI BAC-593 efektif bisa melaksanakan kegiatan penyelaman mulai selesai sholat subuh. Pukul 04.00 mereka sudah makan pagi, pukul 05.00 di mana langit masih gelap mulai menurunkan sekoci karet dan beberapa peralatan selam, pukul 05.28 tim sudah mulai masuk ke bawah permukaan air untuk mengeksekusi hasil deteksi dari kapal-kapal yang memiliki alat deteksi bawah air, selanjutnya melaksanakan pencarian korban, puing-puing pesawat serta black box yang terdiri dari 2 bagian yaitu Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR). Maksimal mereka bisa melaksanakan kegiatan penyelaman sampai dengan pukul 10.00. Semakin siang arus bawah permukaan semakin kuat dan kencang, jika berpegangan pada tali jalan atau bangkai pesawat yang

KRI Banda Aceh-593 Kapal Markas dalam Operasi SAR Air Asia QZ-8501

TUGAS pokok TNI tidak sebatas berperang untuk menjaga kedaulatan negara dari berbagai ancaman. Menurut pasal 7 ayat (2) UU Nomor

34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, tugas TNI selain Operasi Militer

untuk Perang (OMP), juga melaksanakan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yaitu

membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan

kemanusiaan. Selain itu tugas TNI adalah membantu pencarian dan pertolongan dalam

kecelakaan (Search and Rescue). Berdasarkan ketentuan itulah maka anggota

TNI, khususnya TNI Angkatan Laut berada dalam tim pencari korban kecelakaan Air Asia di wilayah perairan Selat Karimata, Kalimantan

Tengah. TNI AL terlibat dari awal hingga akhir pencarian korban kecelakaan pesawat itu.

Setidaknya ada 17 kapal perang (KRI) terlibat dalam misi kemanusiaan tersebut dan KRI Banda Aceh-593 merupakan satu dari kapal-kapal yang terlibat langsung

dalam pencarian pesawat maupun korban kecelakaan sebagai kapal markas.

Letkol Laut (P) Arief Budiman Komandan KRI Banda Aceh-593

wawancara

10

berada di dasar laut kondisi penyelam sudah seperti bendera yang berkibar, artinya kalau pegangan dilepaskan maka mereka akan hanyut terbawa arus. Kondisi dasar laut yang berlumpur juga sangat mempengaruhi jarak pandang para penyelam, bahkan terkadang visibility “zero” atau “nol”. Artinya mereka tidak bisa melihat sama sekali lingkungan sekitar dan hanya bisa diraba. Hal ini sangat membahayakan di mana serpihan pesawat yang didapati memiliki ujung yang tidak beraturan dan sangat tapukul, riskan untuk keselamatan dan keamanan mereka. Untuk itulah tiap sore/malam sebelum melaksanakan kegiatan keesokanharinya kita melaksanakan briefing tentang rencana kegiatan besok pagi, sekaligus evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan pada hari ini. Kendala selanjutnya adalah alat komunikasi yang terbatas. Tidak semua unsur yang berada di lapangan memiliki sarana komunikasi berupa Hp satelit atau dipasang batas untuk penguat sinyal telepon seluler. Kalaupun ada, terkadang masih terpengaruh oleh kondisi cuaca sehingga komunikasi kurang lancar. Alat komunikasi tersebut kita gunakan untuk koordinasi antar kapal, dengan pilot pesawat dan pangkalan terdekat serta personel lainnya yang berkaitan dengan kegiatan SAR ini.

Satgas ini merupakan Satgas BKO Basarnas dan melibatkan banyak negara, tentara dan juga kapal perang negara asing. Bagaimana koordinasi dilakukan. Apakah ada kendala dalam koordinasi? Sejauh ini semuanya dapat dilaksanakan dengan baik, kita dapat melaksanakan koordinasi dengan unsur-unsur baik intern TNI AL, instansi terkait dan juga kapal perang asing menggunakan fasilitas radio komunikasi yang ada di kapal, bahkan dalam suatu kesempatan beberapa personel kapal perang Jepang (JS) Japan Ship Takanami datang ke KRI BAC-593 pada saat lego jangkar di area jatuhnya pesawat, selanjutnya melaksanakan koordinasi mengenai kegiatan heli deck party/prosedur pengoperasian helikopter mereka di atas KRI BAC-593 bila suatu saat dilakukan. Selain itu ada juga helikopter Amerika yang landing di KRI BAC-593 yaitu Sea Hawk dari kapal perang USS Sampson. Kita juga melaksanakan pembagian sektor patroli terhadap seluruh unsur laut selama kegiatan berlangsung dengan lancar.

Berapa personel yang terlibat langsung di bawah kendali KRI Banda Aceh-593 di luar ABK? Kurang lebih 175 personel terdiri dari: Armabar, Guskamla Armabar, Kopaska Armabar, Denjaka, Taifib, Dislambair Barat, Dislambair Timur,

crewheli Puspenerbal, Dishidros, Dispenal, Dispen Kolinlamil, Sintel Kolinlamil, Diskes Kolinlamil, Tim SAR TNI AL Juanda, BPPT, wartawan beberapa media dan operator Telkomsel. Keseluruhan dengan ABK KRI kurang lebih 300 orang.

Karena lamanya operasi di laut, apa ada kendala logistik? Sebelum berangkat melaksanakan operasi SAR, kita sudah menghitung kebutuhan logistik baik bahan bakar minyak, air tawar, bahan makanan kering maupun basah. Perkembangan situasi di lapangan juga kita kalkulasi semuanya dengan cermat disesuaikan dengan stok logistik yang ada sehingga kita bisa mengatur kapan dan di mana harus melaksanakan bekal ulang guna efisiensi waktu. Sementara KRI BAC-593 melaksanakan bekal ulang di pangkalan terdekat (Semarang), posisi kita digantikan oleh kapal lain yang ditunjuk guna tetap berjalannya misi SAR tersebut. Kita hanya memiliki waktu maksimal selama 10 jam sandar untuk bekal ulang, selanjutnya perkesempatan pertama segera kembali ke area SAR. Hal tersebut kita lakukan karena sebagian besar tim penyelam gabungan TNI AL beserta seluruh peralatannya berada di kapal ini.

Berapa hari total KRI Banda Aceh-593 beroperasi? 31 hari, terhitung mulai tanggal 29 Desember 2014 hingga 28 Januari 2015.

Apa hasil terbesar dari operasi SAR ini? Alhamdulillah… selama melaksanakan kegiatan ini kita telah berhasil menemukan dan mengevakuasi beberapa jenazah korban, serpihan pesawat dan juga black box

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 11

yang terdiri dari FDR dan CVR. Meskipun belum keseluruhan korban berhasil ditemukan, namun paling tidak sebagian sudah berhasil kita evakuasi dari laut menggunakan beberapa helikopter yang onboard di KRI BAC-593 baik helikopter TNI AL, Basarnas maupun US Navy untuk selanjutnya dibawa ke darat yaitu Pangkalanbun, kemudian diterbangkan ke Surabaya untuk proses identifikasi lanjut dan diserahkan kepada pihak keluarganya. Mudah-mudahan penemuan black box oleh pihak KNKT dapat memberikan gambaran tentang hal-hal yang berkaitan dengan kejadian kecelakaan tersebut. Yang paling membanggakan adalah pengakuan dunia internasional tentang kinerja Tim SAR Indonesia atas keberhasilan yang dicapai dalam kurun waktu yang singkat.

Dari operasi SAR yang telah dilakukan, apa yang kurang dari TNI AL? Ke depan mungkin kita perlu memiliki sarana dan prasarana yang lebih memadai lagi, misal radio komunikasi beserta peralatan pendukung lainnya di masing-masing kapal sehingga kita bisa melaksanakan komunikasi dengan lancar layaknya di darat, kemudian penambahan beberapa peralatan sensor bawah air termasuk ping detektor yang kemarin sangat membantu keberhasilan penemuan black box, dan yang tak kalah penting adalah pelatihan SAR kepada seluruh personel di manapun bertugas mengingat negara kita sangat berpotensi terjadinya bencana, baik bencana alam maupun kecelakaan transportasi.

Adakah kelebihan TNI AL yang terjun dalam operasi itu? Biarlah masyarakatlah yang menilai. Yang saya dengar adalah pernyataan dari tim penyelam negara lain yaitu Rusia yang saat itu sama-sama di daerah operasi dengan kondisi cuaca yang sangat ekstrim, namun para tim penyelam gabungan TNI AL tetap masuk ke dalam air untuk melaksanakan tugasnya, ini bukan bonek, namun semuanya penuh perhitungan. Sehingga tak heran bila tim penyelam Rusia yang tidak sempat masuk ke dalam air berkata “Indonesian Diver is Crazy”. Itulah kekaguman dari mereka di lapangan. Disaat kondisi cuaca ekstrim saat operasi, hanya KRI yang mampu bertahan di sana, sebagian kapal-kapal lainnya berlindung dari gelombang dan badai ke teluk-teluk atau pantai yang aman. Itupun pemberitaan dari para wartawan yang onboard di beberapa KRI, jadi bukan pernyataan saya pribadi.

Dari teknologi SAR, apa Indonesia/TNI AL memiliki fasilitas yang memadai? Untuk menghadapi kemungkinan kegiatan serupa di masa mendatang, apa-apa yang sudah kita miliki perlu kita lengkapi lagi dan tingkatkan kemampuannya. Semuanya didasarkan hasil evaluasi kegiatan. Seperti apa kira-kira kebutuhannya, mungkin kita bisa mengacu kepada beberapa negara lain baik di kawasan Asean maupun lainnya yang memiliki peralatan cukup lengkap dan modern.

Adakah keluhan ataupun pujian dari pasukan lain? Keluhan tidak ada, sebagian pujian sudah saya sampaikan di atas. Yang dari media internasional lainnya silahkan browsing di internet, sepertinya banyak juga apresiasi dari mereka atas kinerja Tim SAR Indonesia.

Adakah keluhan/kesulitan dari anggota yang bertugas, mengenai sarana/prasarana? Tidak ada sama sekali. Saya salut dengan seluruh ABK KRI BAC-593 beserta seluruh Tim SAR di lapangan. Kita akui bahwa masih ada beberapa kekurangan sarana dan prasarana, namun personel kita tidak pernah habis akal. Apapun bisa mereka lakukan dalam menghadapi kendala yang ada. Contohnya, saat kita kekurangan kantong mayat, banner-banner di kapal mereka potong menjadi beberapa bagian untuk membungkus jenazah yang dievakuasi dari laut ke atas kapal kita agar tidak ada bagian-bagian yang terpisah dan memberikan rasa nyaman bagi crew helikopter yang akan menerbangkan ke darat. Sesampai di sana baru disempurnakan lagi.

Apa apresiasi masyarakat maupun pemerintah terhadap Tim, khususnya KRI Banda Aceh-593? Saat awal kita berangkat dari Jakarta menuju daerah operasi, saya briefingkan kepada seluruh personel yang onboard baik militer maupun para wartawan media massa, bahwa saat ini kita sedang melaksanakan kegiatan

wawancara

12

kemanusiaan untuk mencari pesawat yang hilang beserta para penumpangnya. Kita belum mengetahui nasib mereka semua saat itu. Saya tekankan kepada mereka semua “Anggaplah para penumpang pesawat tersebut adalah keluarga dekat kita, bisa istri, suami, anak-anak, sanak famili, sehingga keinginan kita untuk segera menemukan dan menolong mereka sangat tinggi”. Dari situlah semangat mereka meningkat, seolah tak mempedulikan kondisi fisik dan keselamatan sendiri. Mereka terus berusaha untuk mengamati perairan sekitar baik siang maupun malam dengan kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Alhamdulillah usaha mereka tidak sia-sia. Diawali dengan penemuan jenazah korban dan beberapa serpihan pesawat oleh KRI Bung Tomo-357, akhirnya titik terang mulai didapatkan. Apresiasi masyarakat justru hanya dapat kita saksikan lewat tayangan TV di kapal serta media-media online yang bisa kita akses di tengah laut. Intinya beberapa masyarakat dan keluarga korban salut atas kinerja Tim SAR/TNI AL di lapangan. Beberapa waktu lalu bertempat di lapangan Arafuru Mako Koarmabar kita mendapatkan penghargaan dari bapak Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. atas pelaksanaan kegiatan SAR tersebut. Selain piagam penghargaan, kita juga mendapatkan dana pembinaan dari Kasal. Ini merupakan bentuk apresiasi pimpinan kepada anak buah/bawahannya. Sebelumnya saat kita masih di tengah laut, Ibu Kasal juga berkenan memberikan apresiasi kepada para istri Komandan KRI dan Tim Penyelam Gabungan TNI AL melalui sms. Sementara dari media ada beberapa tawaran untuk tampil di layar kaca berkaitan dengan kegiatan yang kita lakukan dipadukan dengan hiburan masyarakat. Dengan acara tersebut TNI AL semakin dekat dengan masyarakat dan mendapatkan nilai positif.

Seperti apakah kontribusi KRI Banda Aceh-593 dalam operasi ini? KRI BAC-593 ditunjuk sebagai Kapal Markas dalam Operasi SAR Air Asia QZ-8501, dengan fasilitas yang dimiliki, KRI BAC-593 mampu menampung beberapa personel onboard baik ABK maupun non ABK, beberapa peralatan selam, sekoci karet, RHIB dan beberapa helikopter TNI AL/Basarnas/Us Navy. Selain itu kapal ini juga memiliki akomodasi untuk VVIP yang onboard diantaranya Panglima TNI, para asisten dan staf Panglima TNI, para pejabat TNI AL/TNI AUdan pejabat instansi terkait diantaranya KNKT. Di samping itu di KRI BAC-593 juga onboard beberapa wartawan dari berbagai media yang mampu menayangkan secara langsung perkembangan SAR di lapangan sehingga berita tersebut memiliki rating yang sangat tinggi saat itu. Namun semua itu tidak akan berhasil dengan baik tanpa dukungan dan kerja sama dengan berbagai instansi yang ada.

Apa saran dari KRI bila suatu saat harus menjalani operasi sejenis agar efektif ? Pelatihan SAR harus terus dilaksanakan, kekurangan-kekurangan/kendala yang kita temui di lapangan segera dicarikan solusinya. Yang terpenting adalah tetap semangat dan berdoa memohon diberikan kemudahan oleh Yang Maha Kuasa, tetap berpegang pada Standart Operation Procedure (SOP) yang ada. Safety is Paramount. Insya Allah semua akan berjalan dengan baik.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 13

TanggUng JaWab Dan IKhLaSPermudah Jalankan Tugas Untuk Tanggung Jawabserta Singkirkan Takut dan Was-Was

Anggota tim yang terlibat mengakui, kerja sama tim dalam

misi kemanusiaan ini sangat terasa ketika satu sama lain saling mengisi. Ketika peralatan kurang ternyata ada tim lain yang memiliki. Ketika peralatan tidak tembus, ada tim yang siap dengan menurunkan personel selamnya sehingga semua bisa berjalan hingga keberhasilan yang maksimal. Besarnya tanggung jawab terhadap tugas mengalahkan rasa takut, lelah bahkan mengabaikan keselamatan diri para penyelam gabungan dari Denjaka, Taifib dan Kopaska TNI AL. Mereka tetap turun ke laut saat gelombang mencapai 3-4 meter. Padahal sesuai

SOP, ketika ombak lebih dari satu meter, mestinya tidak ada penyelaman di area itu. Tidak jarang para penyelam nekat meskipun hal itu melanggar SOP. Tapi bukan karena

kemauannya, melainkan demi rasa tanggung jawab yang besar sebagai tim pencari jenazah dan bangkai pesawat Air Asia QZ8501 yang mengalami musibah. Bukan hadiah, pujian atau misi lain, kecuali karena tugas dan tanggung jawab yang dipikulnya. Berkali-kali situasi sulit, tegang, cemas dan khawatir dihadapi. Ketika mereka turun ke laut di antara tingginya gelombang dan berada di kedalaman 30 meter, tubuhnya sudah berkibar seperti bendera terbawa kencangnya arus bawah laut.

KEBERHASILAN tim penyelam gabungan dari Denjaka, Taifib dan Satuan Kopaska TNI

AL dalam misi kemanusiaan SAR pencarian korban dan pesawat Air Asia QZ8501 di wilayah perairan

Selat Karimata, Kalimantan Tengah pantas dibanggakan. Tentu saja keberhasilan dari pekerjaan selama 29 hari itu

merupakan hasil kerja keras tim dan juga dukungan semua pihak yang saling melengkapi

bahu membahu satu sama lain.

Para penyelam TNI AL yang tergabung dalam misi kemanusiaan SAR pencarian korban dan

pesawat Air Asia QZ8501.

wawancara

14

“Kita ini memang seperti bonek, namun tetap mengutamakan faktor keselamatan. Tapi kalau tidak jadi bonek justru tidak ada hasilnya karena tidak ada yang berani turun. Dan aturannya memang seperti demikian. Saat itu gelombang 3-4 meter dan kami tetap harus meloncat turun,” kata Pelda Boflen Sirait, penyelam dari Batalion Intai Amfibi (Taifib) Pasukan Marinir (Pasmar) 2 Jakarta bersama empat sejawatnya masing-masing Lettu Laut (P) Aang Zaenal Mutaqin dari Dislambair, Serma Oo Sudarna (Taifib) dan Kopda Edy Susanto dari Dislambair dalam obrolan dengan Redaksi Cakrawala. Tidak hanya gelombang yang tinggi dan arus bawah laut yang kencang. Suasana alam pun berubah sangat cepat seperti tidak mendukung mereka untuk turun. Seringkali yang tampak hanya gulungan kumpulan awan kumulonimbus yang tiba-tiba datang disertai hujan lebat dan cuaca langsung gelap. Dalam kondisi ekstrem seperti itu, mestinya nyali pun terasa ciut. Hanya penyelam-penyelam bonek yang berani menantang bahkan turun ke laut menjalankan tugas mencari tanda-tanda jasad korban Air Asia atau bangkai pesawat

terbang berdasarkan petunjuk sonar yang sebelumnya mengarah titik itu. Para penyelam datang tidak hanya dari TNI AL tetapi juga dari berbagai negara dalam satu kapal termasuk penyelam Basarnas dan POSSI. Ada sekitar 80 penyelam yang tergabung dalam Tim SAR ini. Dalam menjalankan tugasnya mereka terbagi dalam beberapa tim kecil yang masing-masing terdiri dari 3-4 orang. Umumnya saat menjalankan misi ini mereka semua tetap mengacu pada SOP dan tidak turun dalam kondisi tersebut. Seperti penyelam dari Rusia yang turut serta di kapal Geo Survey, tidak satupun yang berani turun karena memang cuaca tidak memungkinkan. Saat gelombang tinggi tidak mungkin mereka mau turun karena faktor keselamatan. “Ketika kami nekad turun berkali-kali bergantian, mereka hanya geleng-geleng kepala sambil sesekali bilang, penyelam Indonesia gila,” kata Boflen Sirait yang selalu main body dengan Serma Oo, menirukan satu penyelam asal Rusia. Boflen yang merupakan satu dari tim inti penyelam

TNI AL ini memang tergolong senior dan berpengalaman sehingga dia selalu menjadi penyelam yang pertama kali diturunkan. Boflen juga menyadari sebagai tentara tidak pernah memilih medan. Bahkan ketika dia harus berangkat bergabung dengan tim SAR, evakuasi Air Asia, dirinya harus berangkat tengah malam saat sedang menikmati masa cuti natal bersama keluarga. Ketika ditanyakan, bagaimana dengan rasa takut dan ‘mantra’ untuk mengatasi rasa takut itu, menurut Serma Oo, yang menjadi bagian dari

Para penyelam saat melakukan persiapan di kapal KN SAR 101 Purwerejo di Pelabuhan Kumai,

Kalteng.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 15

tim ini, bahwa takut dan berani itu soal kejiwaan yang dimiliki semua orang termasuk diantaranya penyelam. Rasa takut itu manusiawi dan pasti dimiliki oleh semua orang. “Tapi kalau kita ikhlas, situasi apapun bisa dikalahkan,” timpal Kopda Edy. Berkali-kali mereka turun hingga kedalaman 35 meter di bawah permukaan laut saat gelombang tinggi. Tapi selalu saja nihil karena jarak pandang nol (0) sehingga harus kembali lagi ke permukaan. Cara ini diulang berkali-kali dari tanggal 4,5,6 dengan durasi waktu yang memungkinkan pada pukul 05.00 hingga pukul 10.00. “Kalau lewat dari jam itu sudah tidak mungkin lagi karena arus bawah laut sangat kencang,” kata Lettu Aang menambahkan. Kegelisahan mulai dirasakan mereka setelah informasi melalui media yang begitu masif tentang usaha

pencarian bangkai pesawat ini belum maksimal. Apalagi sudah berhari-hari belum menampakkan titik terang. Pada penyelaman tanggal 6 tim justru menemukan bangkai kapal yang sudah ditumbuhi selasar. Mereka tidak pernah berhenti berusaha karena dari teknologi sonar kapal Geo Survei yang dicocokkan dengan hasil dari Dishidros sebagai acuan, ada potensi logam mengarah di lokasi. Pada penyelaman hari ketujuh mulai ada titik terang. Pada jarak pandang yang minim di kedalaman 35 meter itu Pelda Boflen menabrak ekor pesawat hingga dia meyakini bahwa itu ekor Air Asia. Dari situ akhirnya mulai terkuak penemuan ini. Sedikit demi sedikit penyelam mengabadikan objek temuan menjadi bahan laporan kepada Komandan. “Saya ambil gambar objek-objek yang menjadi ciri dari pesawat ini seperti huruf-huruf yang tertera pada body pesawat itu,” kata Boflen.

Potongan bagian pesawat AirAsia QZ8501 ditarik ke atas kapal Crest Onyx, setelah berhasil diangkat

dari dasar laut dengan menggunakan “floating bag” oleh tim penyelam gabungan TNI AL.

wawancara

16

Kondisi pesawat akhirnya memang ditemukan berada di lokasi titik potensi yang ditentukan kapal Geo Survei dan Dishidros. Kondisi pesawat terbelah menjadi empat bagian besar. Saat dilakukan penyelaman lanjutan, ada 26 mayat yang berada di body pesawat sebagian besar masih menempel di tempat duduk terikat safety belt. Ada juga yang mengapung di kabin pesawat. “Satu persatu kita lepaskan, sebagian besar memang sudah tidak utuh lagi. Tidak sulit melepaskan mayat-mayat itu karena tinggal lepas saftey beltnya mayat langsung mengambang dan naik ke permukaan karena memang sudah rusak dan membesar,” timpal Serma Oo Sudarna. Tim melanjutkan mencari black box yang menyimpan rekaman percakapan pesawat ini. Ternyata black box yang seharusnya menempel di bagian ekor sudah tidak ada dan ditemukan berada di bagian body pesawat. Langkah selanjutnya dilakukan evakuasi dengan upaya pengangkatan bangkai pesawat. Ketegangan pun mulai muncul lagi. Apalagi saat itu Panglima TNI merapat dan menunggui di perairan Laut Jawa di KRI Banda Aceh-593. Semakin tegang ketika Panglima TNI meminta target waktu bahwa pesawat bisa dipastikan posisinya dan kemungkinan pengangkatan. “Saya sempat diminta paparan di depan Panglima dan para Jenderal lain di KRI Banda Aceh-593 yang jadi kapal markas. Saya diminta menggambarkan sampai akhirnya mendapat teguran dari salah satu Jenderal. Kira-kira saya ditegur, kok gambarmu jelek begitu,” Serma Oo Sudarna menirukan Jenderal yang menegurnya. Karena saat itu dia sudah berusaha menggambarkan apa yang dilihatnya, secara spontan dia menjawab bahwa ini kondisi sebenarnya. “Kalau mau gambar pesawatnya bagus, ya pesawat baru yang tenggelam,” jawabnya yang justru mengendorkan ketegangan. “Saya saat itu benar-benar tidak sadar sedang presentasi di depan para Jenderal, tapi beliau justru tertawa semua.” tambah Serma Oo Sudarna yang sering diminta untuk menjadi instruktur selam. Tahapan demi tahapan dilalui hingga pengangkatan bangkai pesawat. Tim ini pula yang harus mengikat dan memikirkan bagaimana bangkai pesawat itu bisa terangkat ke permukaan. Ada untungnya gelombang memudahkan pengangkatan hingga potongan pesawat terangkat dengan diapungkan menggunakan balon.

Setelah itu baru memikirkan bagaimana bisa terangkat hingga atas kapal setelah sampai di permukaan.

Kurang dan Lebih Dari peristiwa itu banyak hal yang terungkap baik kekurangan maupun kelebihan. Kekurangan tim adalah peralatan yang tidak semua dimiliki sehingga harus saling mengisi satu sama lain. Misalnya crane besar yang diperlukan untuk pengangkatan bangkai pesawat dari permukaan harus mendatangkan milik swasta. Keterlibatan personel Dishidros yang memang menguasai bidang survey sehingga ketika mencari titik koordinat yang sudah ditandai dengan sinyal, mudah mengidentifikasinya. Dengan situasi kerja seperti saat itu pada prinsipnya juga bisa disimpulkan bahwa bangsa ini sebenarnya tidak kalah dari bangsa lain. Bahkan bangsa lain pasti akan kagum dengan hasil kerja anak bangsa yang dengan gemilang mencapai hasil maksimal. “Memang setelah ada orang asing yang terlibat dalam kegiatan SAR, kita seperti terpacu dan ingin menunjukkan diri sebagai tuan rumah yang mampu bekerja maksimal, dengan hasil maksimal tanpa harus tergantung bangsa lain. Dan terbukti mereka memang ada tetapi dalam hal-hal tertentu tidak maksimal meskipun ada bantuan teknologi yang tidak bisa kita abaikan,” tutup Lettu Aang, yang lulusan AAL angkatan 55. Tentu saja mereka bersepakat bahwa hasil kerja ini tetap merupakan kerja tim seluruh penyelam dan kerja sama semua pihak. Kalau tim 9 (sembilan) inilah yang menemukan pertama, hanya karena kebetulan mereka yang menemukan lebih dulu tetapi untuk mencapai itu berkat kerja sama semua. Demikian juga hingga akhir tuntasnya pekerjaan ini adalah buah dari partisipasi semua pihak. ”Saya merasakan bahwa tim yang terlibat dalam kegiatan SAR ini luar biasa. Terima kasih kepada para penyalam. Kalian luar biasa,” pesan Serma Oo Sudarna. ©Tim Cakrawala (Dedy Kadjo, Infra, Mujiyanto)

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 17

Babak Baru Sengketa Laut Tiongkok Selatan

Filipina versus Tiongkok dalam Arbitrase Internasional

di Laut Tiongkok Selatan

Sengketa Laut Tiongkok Selatan memasuki babak baru dengan diajukan sengketa masalah

klaim wilayah ke Mahkamah Arbitrase di Den Haag, Belanda. Filipina pada bulan Januari 2013 telah secara resmi membawa sengketa wilayah di Laut Tiongkok Selatan ke badan arbitrase internasional. Sengketa politik telah dihentikan dan memasuki babak baru yaitu penyelesaian secara hukum. Persoalan yang mengemuka adalah apakah penyelesaian secara hukum dapat menjadi kunci jawaban terhadap sengketa wilayah ini, selanjutnya apakah penyelesaian hukum dapat menciptakan keadilan bagi negara-negara yang bersengketa. Selanjutnya apakah penyelesaian secara hukum dapat meredam dan menciptakan stabilitas keamanan di kawasan. Mungkin sangat jauh jika penyelesaian secara hukum dapat memenuhi beberapa pertanyaan di atas, akan tetapi dapat diyakini bahwa Filipina telah mencoba prosedur/mekanisme lain untuk menyelesaikan sengketa di Laut Tiongkok Selatan.

Persoalan Laut Tiongkok Selatan merupakan persoalan yang melibatkan banyak negara claimant antara lain: Tiongkok (RRT), Taiwan, Brunei, Malaysia, Vietnam, Filipina. Selain itu banyak negara mempunyai kepentingan terkait dengan Laut Tiongkok Selatan baik negara yang berbatasan langsung maupun negara yang tidak berbatasan dengan laut dimaksud. Sehingga dapat diyakini bahwa mekanisme penyelesaian akan

sangat kompleks dan memerlukan pemahaman yang sama antar negara-negara yang bersengketa dan juga negara-negara yang mempunyai kepentingan di Laut Tiongkok Selatan.

Anatomi Sengketa Laut Tiongkok SelatSengketa Laut Tiongkok Selatan dapat dipahami

terdiri dari 2 hal fundamental yaitu permasalahan kepemilikan pulau/karang/bentukan geografis dan permasalahan garis batas maritim. Untuk

Oleh: Kolonel Laut (KH) Kresno Buntoro, S.H., LL.M., Ph.D.

opini

18

menyelesaikan sengketa tersebut semestinya didekati dengan metode yang berbeda. Persoalan kepemilikan pulau/karang/bentukan geografis akan muncul pertanyaan siapa pemilik pulau tersebut, bagaimana status kepemilikan pulau, dan kepemilikan tersebut diatur oleh hukum internasional yang sudah baku antara lain bagaimana cara perolehan wilayah tersebut. Dalam hukum internasional cara memperoleh wilayah dapat dilihat dari 4 cara antara lain: prescription yaitu perolehan wilayah melalui pendudukan dalam jangka waktu tertentu (lama) secara damai tanpa digugat oleh pihak manapun dan di wilayah tersebut diselenggarakan administrasi pemerintahan dengan melibatkan masyarakatnya; conquest/annexation yaitu perolehan wilayah melalui cara penaklukan secara paksa, pada saat ini cara conquest tidak dibenarkan dalam hukum internasional; cessie yaitu perolehan wilayah negara melalui perjanjian antar negara di mana perjanjian tersebut diatur tentang penyerahan wilayah negara; accretion, yaitu perolehan wilayah negara yang disebabkan oleh alam atau perobahan geografis wilayah menjadi luas karena fenomena alam. Dalam sengketa di Laut Tiongkok Selatan, masing-masing negara claimant membuat dalil-dalil tersendiri terkait kepemilikan pulau/karang/bentukan geografis lainnya.

Permasalahan kedua adalah terkait persoalan garis batas maritim, dalam permasalahan ini akan muncul beberapa pertanyaan antara lain: di mana garis batas maritim di Laut Tiongkok Selatan; apa jenis garis batas tersebut yaitu garis batas laut teritorial, garis batas ZEE atau garis batas landas kontinen; penentuan garis batas maritim termasuk prosedur, tata cara, dan mekanisme penentuan garis batas maritim diatur secara khusus dalam hukum internasional dan garis batas maritim tersebut harus disetujui oleh para pihak ataupun ditentukan oleh badan peradilan internasional. Dalam kasus sengketa Laut Tiongkok Selatan negara-negara claimant cenderung menarik garis batas secara sepihak dan tidak didasarkan pada hukum internasional yang sudah baku.

Permasalahan kepemilikan features geografis dan permasalahan batas maritim merupakan permasalahan yang berbeda, akan tetapi permasalahan tersebut sangat terkait. Penentuan kepemilikan pulau/karang/bentukan geografis lainnya akan sangat menentukan di mana batas maritim suatu negara. Hal ini disebabkan dari pulau/karang/bentukan geografis tersebut zona maritim dan bata maritim suatu negara dapat ditentukan.

Hukum internasional dengan tegas menyatakan “land dominated seas” bahwa pulau/karang/bentukan geografis harus ditentukan terlebih dahulu, dan selanjutnya batas maritim dapat ditentukan.

Sengketa Laut Tiongkok Selatan muncul permasalahan kepemilikan pulau/karang/bentukan alamiah yang diperebutkan oleh negara claimant, serta permasalahan batas maritim yang tidak hanya diperebutkan oleh negara claimant akan tetapi akan berpengaruh kepada negara lain contohnya Indonesia. Oleh karena itu penentuan kepemilikan pulau/karang/bentukan alamiah harus ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya akan ditentukan batas maritim melalui perjanjian ataupun mekanisme lainnya. Persoalan selanjutnya adalah apakah negara boleh menentukan wilayah laut tanpa menentukan features geografis yang ada di dalamnya. UNCLOS 1982 tidak mengatur kondisi yang seperti itu, UNCLOS 1982 hanya mengatur tentang historical bays saja. Akan tetapi dalam literature hukum internasional diatur tentang historical title terhadap perairan, walaupun tidak muncul dalam ketentuan UNCLOS 1982.

Mekanisme Penyelesaian Secara DamaiHukum Internasional (Piagam PBB dan UNCLOS

1982) menegaskan bahwa setiap perselisihan antara negara wajib diselesaikan secara damai. Mekanisme penyelesaian sengketa secara damai dapat ditempuh di luar persidangan ataupun di dalam persidangan. Mekanisme penyelesaian sengketa di luar persidangan dapat ditempuh antara lain: negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan beberapa mekanisme lainnya. Sedangkan penyelesaian sengketa secara persidangan dapat ditempuh melalui mahkamah internasional ataupun badan arbitrase.

UNCLOS 1982 telah mengatur secara komprehensif mekanisme penyelesaian sengketa yaitu Bab XV dan Lampiran V, VI, VII dan VIII Konvensi Hukum Laut PBB 1982. Negara yang bersengketa dihimbau untuk menggunakan mekanisme secara sukarela yaitu mekanisme yang disepakati para pihak, mekanisme regional, dan konsilias, akan tetapi apabila tidak tercapai dapat ditempuh melalui mekanisme compulsory procedure entailing binding decisions yang membatasi pemilihan mekanisme pada 4 cara yaitu Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ), Mahkamah Hukum Laut (International Tribunal for the Law of the Sea/ITLOS), Mahkamah Arbitrase,

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 19

dan mahkamah spesial arbitrase. Yurisdiksi yang dapat dimiliki mahkamah yang dibentuk hanya terkait pada “penafsiran dan penerapan ketentuan dalam UNCLOS. Selain itu negara-negara diperbolehkan untuk membuat deklarasi tentang pemberlakuan sistem penyelesian sengketa ini khususnya tentang pasal 15, 74 dan 83 UNCLOS tentang pemberlakuan batas maritim, hak kesejarahan, dan hak-hak tradisional; sengketa tentang aktivitas militer, dan sengketa terkait dengan peran Dewan Keamanan PBB. Negara Tiongkok, Filipina, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, dan Australia merupakan negara di kawasan yang menggunakan hak deklarasi ini.

Penyelesaian sengketa melalui mekanisme yang diatur dalam UNLCOS 1982 mempunyai keterbatasan yurisdiksi yaitu hanya pada persoalan penafsiran dan penerapan ketentuan UNCLOS 1982. Keterbatasan ini tentu saja akan membawa konsekuensi dalam penyelesaian sengketa yang mengandung status kepemilikan feature geografis dan batas maritim seperti sengketa Laut Tiongkok Selatan.Penyelesaian sengketa terkait status kepemilikan pulau/karang biasanya diselesaikan melalui negosiasi ataupun Mahkamah Internasional.

Mekanisme penyelesaian yang diatur dalam UNCLOS 1982 ini dapat dikatakan merupakan mekanisme yang sangat kompleks antara lain mengkomodasikan penyelesaian secara damai melalui mekanisme sukarela (voluntary) sebagaimana dianut dalam Piagam PBB, akan tetapi UNCLOS 1982 mengatur juga mekanisme yang mengikat (compulsory procedure). Selain itu negara-negara diperbolehkan untuk membuat deklarasi yang tidak terikat pada penyelesaian yang mengikat tersebut. Oleh karena itu mekanisme penyelesaian ini sangat kompleks dan mengharuskan negara-negara untuk mempelajari dan memahami prosedur ini. Seperti dalam hukum nasional, penyelesaian sengketa dalam hukum internasional harus pula memperhatikan hukum acara (rule of procedure), hukum material (element of crimes/subjects/mattes), dan pendanaan (budgeting). Ketiga unsur ini harus diperhatikan secara mendalam sebelum suatu negara membawa sengketa/kasus ke mekanisme penyelesaian sengketa secara internasional.

Mahkamah Arbitrase Filipina versus TiongkokBerdasarkan pasal 287 dan lampiran VII UNCLOS,

Filipina menempuh mekanisme sistem putusan mengikat dengan mengajukan penyelesaian sengketa

Laut Tiongkok Selatan ke Mahkamah Arbitrase pada 23 Januari 2013 melalui Nota Diplomatik Filipina Nomor 13-0211.

Republik Rakyat Tiongkok (RRT/Negara Tiongkok) pada tanggal 19 Februari 2013 dan 1 Agustus 2013 menyatakan bahwa tidak setuju dengan proses arbitrase dan tidak akan ikut dalam proses persidangan Mahkamah Arbitrase yang dibentuk. Tiongkok tidak setuju dengan penyelesaian melalui Mahkamah Arbitrase disebabkan dalam Declaration of Conduct (DOC) para negara claimant telah sepakat untuk menyelesaikan sengketa Laut Tiongkok Selatan akan diselesaikan melalui mekanisme negosiasi antar para pihak ataupun dengan forum ASEAN. Oleh karena itu Tiongkok tidak akan berpartisipasi ataupun ikut dalam Mahkamah Arbitrase. Ketidakhadiran pihak dalam suatu sengketa dalam Mahkamah Arbitrase dapat diperbolehkan sesuai Pasal 3 (c dan e) Lampiran VII UNCLOS. Walaupun tidak hadir dalam persidangan, Tiongkok tetap mempunyai hak-hak untuk mengikuti dan menerima setiap perkembangan persidangan. Selain itu hak-hak pihak yang tidak hadir tetap harus dipertimbangkan dan dihormati dalam proses persidangan.

Berdasarkan Pasal 9 Lampiran VII UNCLOS disebutkan bahwa ketidakhadiran pihak dalam suatu penyelesaian sengketa melalui Mahkamah Arbitrase tidak menghentikan proses penyelesaian. Akan tetapi sebelum mengambil keputusan nantinya, Mahkamah Arbitrase harus yakin bahwa mahkamah tersebut mempunyai yurisdiksi terhadap kasus yang diajukan dan tuntutannya dapat ditemukan baik secara fakta maupun hukum. Pada tanggal 11 Juli 2013, Mahkamah Arbitrase terbentuk dan telah mengadakan rapat untuk menentukan mekanisme pelaksanaan (rule of procedure) dan kerangka waktu persidangan.

Filipina menunjuk Rudiger Wolfrum sebagai Arbiternya, sedangkan Tiongkok karena tidak akan ikut proses arbitrase maka berdasarkan Pasal 3 (c) Lampiran VII UNCLOS menunjuk Hakim ITLOS dalam hal ini Thomas Mensah (Presiden ITLOS) untuk mewakili posisi Tiongkok. Adapun 3 hakim lainnya yaitu: Jeanne-Pierre Cot, Stanilaw Pawlak, dan Alfred Soons.

Pada tanggal 7 Desember 2014, Tiongkok menerbitkan kertas posisi (position paper) terkait dengan klaim arbitrase Filipina. Apabila dicermati kertas posisi Tiongkok, terdapat beberapa yang hal penting antara lain:

opini

20

1) Mahkamah Arbitrase tidak memiliki yurisdiksi karena permasalahan yang diajukan Filipina adalah masalah kedaulatan yang berada di luar lingkup UNCLOS.2) Tiongkok pada 25 Agustus 2006 telah menyampaikan deklarasi yang mengecualikan yurisdiksi dispute settlement UNCLOS untuk permasalahan delimitasi berdasarkan Pasal 298 UNCLOS.3) Filipina dan RRT telah sepakat untuk menyelesaikan masalah ini secara bilateral.

Pada tanggal 5 Desember 2014, Vietnam menyampaikan pernyataan kepada Mahkamah Arbitrasi mengenai proses arbitrase di Laut Tiongkok Selatan yang terkait dengan kepentingan Vietnam. Selanjutnya juru bicara Kementerian Luar Negeri Vietnam mengemukan bahwa Vietnam meminta kepada Mahkamah Arbitrase untuk memperhatikan hak dan kepentingan Vietnam di Laut Tingkok Selatan.Intervensi Vietnam ini membawa babak baru dalam Mahkamah Arbitrasi dan menambah kompleksnya penyelesaiannya. Vietnam yang merupakan salah satu negara claimant mempunyai hak untuk menyampaikan kepentingannya dalam proses penyelesaian melalui Mahkamah Arbitrase. Selanjutnya langkah yang ditempuh oleh Vietnam diyakini akan mendorong negara-negara yang mempunyai kepentingan melakukan hal yang sama.

Adanya intervensi dari Vietnam dan ketiadaan posisi Negara Tiongkok secara formal, membuat Mahkamah Arbitrase membuat beberapa keputusan terkait dengan aturan prosedural beracara, antara lain pada tanggal 17 Desember 2014, Mahkamah Arbitrasi memutuskan antara lain:1) Meminta Filipina untuk memberikan argumen tertulis tambahan hingga 15 Maret 2015.2) Memberikan kesempatan bagi RRT untuk menanggapi argumen Filipina hingga 16 Juni 2015.3) Terkait pernyataan Vietnam, Arbitral Tribunal memerlukan konsultasi dengan Filipina dan RRT.

Proses selanjutnya yang dapat ditempuh oleh Mahkamah Arbitrase yaitu mendengarkan posisi Filipina dan RRT, Mahkamah Arbitrase dapat meminta written submission dan mengadakan hearing, mengundang/mendengarkan pendapat para ahli, serta site visit bila diperlukan. Filipina menghendaki agar putusan Mahkamah Arbitrase dapat dibuat sebelum tahun 2016. Hal ini untuk menghidari perubahan politik di Filipina karena akan mengadakan pemilu.

Implikasi bagi IndonesiaPerubahan penyelesaian sengketa Laut Tiongkok

Selatan akan berpengaruh terhadap Indonesia. Hal ini disebabkan kemungkinan putusan Mahkamah Arbitrase: 1) Mahkamah Arbitrase memutuskan tidak

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 21

memiliki yurisdiksi atas klaim yang diajukan Philipina; 2) Arbitrase memutuskan memiliki yurisdiksi dan memutuskan untuk mendukung posisi RRT; 3) Arbitrase mengabulkan seluruh klaim yang diajukan Filipina.Analisa terhadap kemungkinan putusan Mahkamah Arbitrasi ini antara lain: 1) apabila Mahkamah Arbitrase memutuskan tidak mempunyai yurisdiksi terkait sengketa yang diajukan maka permasalahan sengketa Laut Tiongkok Selatan akan kembali seperti saat ini; 2) apabila Mahkamah Arbitrasi menyatakan bahwa “9 dotted lines” bertentangan dengan kententuan UNCLOS 1982, maka persoalan wilayah ZEE dan landas kontinen Indonesia di wilayah tersebut tidak akan menjadi isu; 3) apabila Mahkamah Arbitrasi menolak memberikan penilaian tentang keabsahan “9 dotted lines” karena tidak bisa menentukan status pulau/karang/bentukan geografis yang ada di Laut Tiongkok Selatan, maka sengketa Laut Tiongkok Selatan akan tetap menjadi misteri.

Sampai saat ini posisi Indonesia dalam sengketa Laut Tiongkok Selatan antara lain: 1) Indonesia bukan negara klaiman (non-claimant state); 2) “9-dotted-lines” tidak memiliki dasar hukum internasional yang kuat dan bertentangan dengan ketentuan Konvensi Hukum Laut PBB 1982; 3) Mengajak seluruh negara yang bersengketa untuk menciptakan solusi yang damai dan berkelanjutan sesuai dengan prinsip dan semangat yang terkandung dalam Declaration on the Conduct of State Parties in the South China Sea 2002 (DoC).

Indonesia bukan sebagai claimant state ditegaskan dalam berbagai forum antara lain: 1) Pernyataan Wamenlu Tiongkok Tang Jiangsuan kepada Dubes RI di Beijing (Juni 1995): Pemerintah RRT tidak memiliki klaim kewilayahan atas Kepulauan Natuna yang menurut Wamenlu Jiangsuan hal tersebut perlu ditegaskan guna mencegah munculnya kesalahpahaman dalam hubungan RI-RRT; 2) Pernyataan Menlu Qian Qichen kepada Menlu Ali Alatas di Beijing (Juli 1995): Kepulauan Natuna adalah milik RI dan RRT tidak pernah klaim wilayah tersebut. RRT dan RI tidak memiliki sengketa di Kepulauan Nansha (Spratley Islands) dan tidak ada klaim tumpang tindih.

Putusan Mahkamah Arbitrase yang kemungkinan akan dibacakan pada awal tahun 2016, akan membawa perubahan penting bagi Indonesia, antara lain: 1) Wilayah Landas Kontinen dan ZEE (WPPNRI) akan terpengaruh pada putusan Mahkamah Arbitrase.

Walaupun Mahkamah Arbitrase tidak akan memutuskan status kepemilikan pulau/karang/bentukan alamiah lainnya di Laut Tiongkok Selatan, akan tetapi yang akan diputuskan adalah status perairan terkait dengan klaim 9 dash line; 2) Vietnam telah melakukan intervensi terhadap kasus ini dan dimungkinkan negara lain yang berkepentingan pada perairan di Laut Tiongkok Selatan akan ikut melakukan intervensi guna menegaskan hak dan kepentingan mereka. Indonesia karena memiliki wilayah perairan di Laut Tiongkok Selatan semestinya ikut mengambil sikap terhadap kasus ini; 3) Selama proses persidangan, putusan, dan setelah putusan Mahkamah Arbitrase akan meningkatkan ketegangan di Laut Tiongkok Selatan.

Terkait dengan perubahan mekanisme penyelesaian sengketa di Laut Tiongkok Selatan dan kemungkinan meningkatnya ekskalasi di wilayah tersebut maka posisi Indonesia terkait dengan sengketa di Laut Tiongkok Selatan akan menentukan dalam arah stabilitas kawasan. Oleh karena itu Indonesia sebaiknya segera mengambil posisi terkait dengan proses persidangan Mahkamah Arbitrase. Posisi ini dapat dipastikan akan mempengaruhi peran Indonesia yang selama ini dilakukan yaitu sebagai penengah/inisiator penyelesaian sengketa. Terkait dengan tensi yang kemungkinan akan naik, Indonesia perlu mengajak kepada semua pihak yang bersengketa untuk tetap mengedepankan penyelesaian secara damai, menghidari penggunaan kekuatan bersenjata sebagaimana telah disepakati dalam Declaration of Conduct (DOC).

Sengketa Laut Tiongkok yang melibatkan banyak negara dengan kepentingan yang bermacam-macam seperti cerita yang tidak pernah berakhir (never ending story). Penentuan kepemilikan pulau/karang/bentukan geografis serta batas maritim sepertinya tidak mungkin untuk dapat diselesaikan. Persoalan mendesak yang dapat dilakukan bukan pada penentuan status kepemilikan dan batas maritim, akan tetapi bagaimana wilayah tersebut dapat tetap kondusif, aman, dan dapat dimanfaatkan oleh semua negara.

opini

22

Rumah Tahanan MiliterTingkatkan Kinerja Puspomal dalam Menegakan hukum dan Disiplin

Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. meresmikan rumah tahanan militer yang

berada di komplek Markas Komando (Mako) Pusat Polisi Militer Angkatan Laut (Puspomal) di Jalan Boulevard Bukit Gading Raya Nomor 9, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Peresmian tersebut bertepatan pula dengan hari ulang tahun ke-69

Pomal dan pengangkatan Kasal menjadi warga kehormatan Pomal.

F u n g s i utama Pomal

a d a l a h

menegakkan hukum dan disiplin prajurit dalam mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Rumah tahanan militer yang diresmikan Kasal dibangun di atas tanah seluas 3.920 meter persegi dengan luas bangunan 70x56 meter, juga terdapat 4 menara pengawas dan sarana olahraga. Fasilitas yang tersedia terdiri dari 11 ruangan kantor staf tahanan militer, 4 kamar sel bagi strata perwira, 2 kamar sel bagi prajurit wanita (Kowal), 4 kamar sel bagi strata anggota Bintara/

info

24

Tamtama, 1 ruangan makan, 1 ruangan mushola, 1 ruangan isolasi, 2 ruangan sel khusus, 1 ruangan gudang, 1 ruangan dapur, 1 ruangan pengawas CCTV, 4 menara pengawas, dan sarana olahraga. Dengan diresmikannya instalasi rumah tahanan militer TNI Angkatan Laut ini, diharapkan ke depan personel TNI Angkatan Laut yang tersangkut kasus, penahanan dan pembinaannya dapat diselenggarakan oleh Polisi Militer TNI Angkatan Laut dan tidak lagi dititipkan di rumah tahanan militer lain. “Harapan saya, kiprah Pomal setiap hari harus ditingkatkan terutama dalam memahami berbagai prosedur, tata cara dan metode dengan kekiniannya,” ujar Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E.

Warga Kehormatan Pomal Pengangkatan Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., sebagai warga kehormatan Pomal dilakukan oleh Komandan Pusat Polisi Militer Angkatan Laut (Danpuspomal) Brigjen TNI (Mar) Gunung Heru TWJ, S.H., ditandai dengan pemakaian baret biru dan penyematan lencana Pomal, sebagai ciri khas penegak hukum di lingkungan Angkatan

Laut yang sekaligus juga merupakan salah satu tradisi Pomal. Dalam sambutannya Kasal mengatakan, Pemakaian Baret Biru dan penyematan lencana Pomal tersebut merupakan salah satu tradisi Pomal sekaligus puncak prosesi pengangkatan seseorang sebagai warga kehormatan Pomal guna memperkokoh, menumbuhkembangkan jiwa korsa, kebanggaan, kecintaan, dan ikatan bagi Korps Pomal dalam meningkatkan semangat juang serta pengabdian kepada TNI Angkatan Laut, TNI, bangsa, dan negara. Pada kesempatan tersebut Kasal juga menambahkan, prosesi pengangkatan sebagai warga kehormatan Pomal merupakan wujud penghargaan kepada pembina tertinggi Kepolisian Militer di jajaran TNI Angkatan Laut. Pengangkatan sebagai warga kehormatan Pomal ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri sekaligus memberi implikasi pada tanggung jawab yang sangat besar untuk menjaga citra dan upaya dalam meningkatkan kemampuan personel di jajaran Korps Polisi Militer Angkatan Laut. ©Redaksi Cakrawala

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 25

Pembaretan Wujud Kepercayaan Korps Marinir kepada Kasal

Di Lapangan Apel Hartono Kesatrian Marinir tersebut, Kasal melakukan prosesi Pengangkatan dan Pengukuhan sebagai Warga Kehormatan ke-

35 Korps Marinir TNI AL. Pemasangan baret dan penyematan Brevet Kehormatan Trimedia serta Brevet Anti Teror Aspek Laut kepada Kasal dilakukan langsung oleh Komandan Korps Marinir TNI AL Mayjen (Mar) A. Faridz Wasingthon di Lapangan Apel Kesatrian Marinir Cilandak, Jakarta Selatan. Prosesi pembaretan diawali dengan masuknya empat Tank BMP-3F membentuk formasi di depan mimbar yang membawa personel Denjaka dan Taifib. Selanjutnya tiga orang penerjun free fall pembawa baret dan brevet mendarat di lapangan upacara.

Dalam amanatnya Kasal mengatakan, pengangkatan menjadi Warga Kehormatan Marinir merupakan wujud kepercayaan Korps Marinir terhadapnya, dan kepercayaan tersebut harus dijunjung tinggi dalam setiap pelaksanaan tugas. “Ini anugerah membanggakan bagi saya. Karena itu akan saya junjung tinggi layaknya menjaga harga diri saya sendiri. Dengan menjadi Warga Kehormatan Marinir, maka saya akan ada dalam setiap denyut napas kalian prajurit marinir dalam setiap pelaksanaan tugas Marinir,” kata Kasal. Oleh karena itu, lanjut Kasal, di era poros maritim dunia saat ini, TNI AL dengan armadanya yang besar dan didukung prajurit yang tangguh, harus menjadi tulang

Kereta Kencana Prabu Siliwangi dan Macan Putih mengawal Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. dan Ibu Endah Ade Supandi menuju Bumi Marinir Cilandak. Kemudian disambut tarian tradisional Sunda Wilujeng Sumping dan penyerahan keris putih kepada Kasal dan selendang ungu kepada Ibu Endah Ade Supandi.

info

26

punggung, faktor penentu bagi bangkitnya kembali Negara Maritim Nusantara. Kasal mengajak seluruh prajurit Marinir untuk senantiasa meningkatkan profesionalitas, dan menjadi prajurit AL yang handal dan membanggakan. “Terus berlatih. Tiada menit tanpa latihan. Agar tercipta kemampuan yang tangguh, handal dan profesional, agar mampu menggetarkan dunia,” himbaunya. “Sebagai Kasal, sekaligus sebagai warga kehormatan Korps Marinir, saya bertekad untuk, senantiasa meningkatkan kemampuan dan membangun kekuatan TNI AL, sehingga memiliki armada laut yang tangguh, alutsista Marinir yang handal, dan prajurit marinir yang profesional, sehingga dapat menjadi kekuatan handal dan mampu menggetarkan lawan,” tegasnya. Lebih lanjut Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., menyampaikan pesan moral sebagai bekal dalam pembinaan dan pengabdian pada TNI AL, TNI, Bangsa dan Negara yaitu:Pertama, Tingkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar senantiasa mampu. Memberikan pedoman dan landasan yang kuat dalam melaksanakan pengabdian pada Korps Marinir dan TNI AL.

Kedua, Tingkatkan etika dan moralitas prajurit dengan menjunjung tinggi nilai-nilai, Sumpah Prajurit, Sapta Marga, Delapan Wajib TNI, Sebelas azas kepemimpinan TNI dan Trisila TNI AL, sebagai landasan dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari.Ketiga, Tingkatkan kemampuan dasar keprajuritan TNI AL, dengan pengamalan peraturan militer dasar, serta profesionalisme, dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kualitas sumber daya prajurit TNI AL menuju Excellent Man Power.Keempat, Laksanakan penataan pola hidup sehat, sederhana dan terencana dengan menjaga keseimbangan antara kepentingan dinas, dan keluarga, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan prajurit dan keluarganya.Kelima, Bagi Korps Marinir tidak ada hari tanpa latihan dan membangun naluri tempur sebagai petarung sejati dan patriot Garda Nusantara,” tutupnya. Selain pengangkatan Kasal menjadi Warga Kehormatan, juga dilakukan pengangkatan Ibu Endah Ade Supandi sebagai Ibu Asuh Prajurit Tidur dalam Korps Marinir (Ibu bagi seluruh prajurit Marinir yang tinggal di dalam/bujangan). Pengangkatan sebagai warga kehormatan Korps Marinir ini, merupakan bentuk penghargaan dan penghormatan kepada Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. atas kontribusi dan perhatiannya yang tulus bagi kemajuan dan perkembangan Korps Marinir TNI AL. Serta sebagai bentuk apresiasi dan keteladanan jiwa, sikap, semangat dan komitmen yang tinggi bagi Korps Marinir TNI AL. Sebelum Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, Mantan Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono, Putera Mahkota Brunei Pangiran Muda Haji Al-Muhtade Billah, Menhan Jend. TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu, juga sudah mendapatkan Anugerah Warga Kehormatan Korps Marinir. ©Redakasi Cakrawala

Prosesi Pengangkatan dan Pengukuhan sebagai Warga Kehormatan ke-35 Korps Marinir TNI AL.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 27

Pertengahan Januari 2015 lalu, ada sebuah berita yang tidak mendapat banyak perhatian. Berita itu tentang BUMN PT LEN Industri yang memasok Combat

Management System (CMS) ketiga frigat kelas Van Speijk TNI AL.

Dikutip dari kantor berita Antara, KRI Yos Sudarso-353, KRI Oswald Siahaan-354, dan KRI Abdul Halim Perdanakusuma-355 akan ditangani pengoperasiannya lewat CMS yang tersaji dalam Pusat Informasi Tempur (PIT). Dengan demikian, beberapa sistem senjata seperti

meriam OTO Melara 76 mm, rudal C-802 Yakhont dan torpedo MK 46 akan dikendalikan oleh PIT.

Hal ini menarik. PT LEN Industri kerap hadir dengan CMS di pameran-pameran pertahanan dalam negeri. BUMN ini termasuk industri pertahanan nasional seperti PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia.

Saat pengumuman kerja sama PT LEN dengan TNI AL itu, Panglima TNI Jenderal TNI DR. Moeldoko mengatakan, hal ini terkait dengan agenda Mid Life Modernization di TNI AL. PT LEN sendiri telah membangun CMS sejak 2008 sebagai bagian dari program Kementerian Ristek. Dalam membuat CMS itu, PT LEN bekerja sama dengan Thales, produsen multi nasional asal Belanda. CMS yang

dibuat PT LEN disebutkan telah bisa melaksanakan komunikasi secara real time serta menggunakan algoritma mutakhir dalam proses tracking radar.

Hal yang kedua menarik adalah, kerja sama ini bisa diharapkan menjadi langkah awal dari perjalanan modernisasi TNI AL dengan menggunakan industri elektronika dalam negeri. Walaupun memang dibutuhkan perjalanan panjang untuk itu. Salah satu sisi penting dalam Revolution in Military Affairs (RMA) adalah penggunaan Command, Control, Communication, Computers, Intelligence, Surveilance, and Reconnaissance (C4ISR) sebagai alat dalam perang modern. Tulisan ini tidak ingin masuk dalam perdebatan tentang RMA sebagai mitos atau kecocokannya dengan Indonesia. Akan tetapi, bahkan dalam keseharian, kita bisa melihat bahwa bentuk-bentuk baru komunikasi dan teknologi visual telah menjadi senjata digital dalam perang.

Sayangnya, dalam berbagai referensi seperti buku “The Information Revolution in Military Affairs in Asia”, IHS Jane’s Military dan Military Balance, Indonesia tidak pernah masuk ke dalam negara-negara pengguna teknologi canggih dalam bidang informasi teknologi dan elektronika dalam pengembangan militernya. Dalam rencana Buku Putih Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan juga lebih banyak rencana pembelian perangkat keras alutsista. Tentunya, hal ini sangat diperlukan dan alutsista Indonesia masih belum berimbang dengan negara-negara di kawasan. Namun, soal C4ISR ini juga harus dibangun.

Prinsip C4ISR adalah membuat sistem yang memperbaiki kecepatan dalam mendeteksi dan bereaksi. Ini berarti efek gentar tidak hanya ditimbulkan oleh kekuatan peralatan tetapi juga kecepatan bereaksi. Untuk itu, dibutukan sebuah sistem yang memang dirancang untuk memenuhi hal itu, bukan saja karena alat atau karena kemampuan masing-masing individu. Dalam situasi di mana perang bersifat asimetris, faktor kecepatan ini kerap kali menjadi penentu. Pasalnya, musuh lebih kecil dan lebih lincah.

Kemampuan intelijen, pengawasan dan pengintaian berada dalam sebuah jaringan yang mempertukarkan informasi secara cepat. Analisis dan pengambilan keputusan juga harus cepat. Ini berarti bahwa C4ISR adalah sebuah sistem, dari alat, organisasi, dan jalur komando dan pengendalian. Ke depan, kemampuan angkatan laut dalam

Teknologi Informasi C4ISR untuk TNI AL

Oleh: Edna Caroline Pattisina (Wartawan Kompas)

Teknologi

28

menghadapi ancaman seperti pembajakan, penyelundupan, dan masalah lingkungan akan lebih presisi dan lebih cepat dengan adanya sistem ini. Kita tidak hanya sedang bicara mengefisienkan dan mengefektifkan sistem, tetapi menciptakan jalur informasi, komando, dan kontrol sebagai bagian penting dari sebuah operasi. Ini berarti sebuah perubahan sistem berpikir dan budaya di dalam TNI AL.

TNI AL yang harus menjaga kedaulatan Indonesia sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan perairan 93.000 km persegi, serta garis pantai sepanjang 54.716 km, harus menjadi pertahanan maritim yang kuat. Pada saat yang sama, ancaman bisa muncul dari berbagai titik dengan taraf dan ekskalasi yang bervariasi. Dengan sistem informasi yang kuat, kemampuan pertahanan maritim dengan KRI sebagai ujung tombak bisa terpenuhi dengan lebih mumpuni.

Salah satu parameter yang menentukan kekuatan pertahanan maritim tersebut adalah kemampuan tempur KRI yang dimiliki oleh TNI AL. KRI harus mampu melakukan pendeteksian serta memberikan reaksi terhadap ancaman secara efektif dan efisien. Di sinilah, C4ISR menjadi alat yang menentukan dalam operasi TNI AL, terutama dalam operasi tempur.

Dalam perang yang serba cepat ini, dibutuhkan jaringan antara satuan terkecil hingga komando tertinggi. Jaringan juga harus bersifat horisontal yaitu antara satuan-satuan yang satu level. Pembuatan jaringan ini harus mampu memenuhi hal-hal ini dalam sebuah operasi:1. Mampu mengolah data yang berasal dari berbagai sensor menjadi informasi terkait navigasi, potensi ancaman serta opsi-opsi reaksi yang dapat dilakukan untuk melumpuhkan ancaman tersebut.2. Mampu menyampaikan visualisasi menyeluruh tentang situasi taktis pertempuran.3. Bisa menyediakan sarana berupa jalur eksekusi real time untuk melakukan reaksi secara efektif dan efisien melalui sistem persenjataan yang dimiliki.4. Ada sarana untuk melakukan koordinasi dengan unit lain dalam suatu gugus tempur, seperti melakukan pertukaran data sasaran, perintah, baik dengan unit permukaan, bawah permukaan dan udara.

Dengan demikian, mudah disimpulkan kalau C4ISR adalah perangkat lunak yang strategis dalam pertahanan maritim. C4ISR adalah pertahanan dengan menggunakan jaringan. Ibaratnya, perangkat lunak adalah otak yang mengatur seluruh fungsi tubuh. Oleh karena itu, kemandirian dalam negeri adalah hal yang mutlak dalam membuat sistem pertempuran dan pertahanan laut. C4ISR adalah jiwa dari kekuatan angkatan laut. Oleh karena itu, mau tidak mau, C4ISR TNI AL harus dibangun di dalam negeri.

Kerja sama dengan PT LEN sebagai BUMN adalah salah satu alternatif. Di negara-negara maju seperti AS dan Singapura, pembangunan C4ISR dilakukan bersama-sama antara militer, instansi pemerintah, swasta, bahkan kampus.

Saat ini, sudah banyak instansi yang bergelut dalam bidang ini. Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (LIPI) misalnya telah membangun Radar ISRA Coastal. Kementerian Pertahanan kini tengah membangun kemampuan cyberwar. Demikian juga BPPT dan Kementerian Ristek memiliki banyak hasil penelitian dalam bidang elektronika dan teknologi informasi.

Namun, hal ini tentunya membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, terutama TNI AL yang dalam hal ini paling berkepentingan sebagai tumpuan utama. Kontribusi TNI AL dibutuhkan dalam beberapa hal, seperti:1. Kerja sama dalam Litbang. TNI AL telah memiliki Litbang. Di sisi lain, baik BUMN maupun pihak swasta membutuhkan kerja sama yang erat dari TNI AL sebagai pengguna utama. Salah satu yang paling penting adalah data base, termasuk dalam data operasi dan referensi-referensi yang ada termasuk kemampuan manusia, seperti pengalaman dan aksi-reaksi. Lengkapnya data ini membuat Riset dan Development dari industri-industri ini mampu menjadi sistem yang mumpuni. Selanjutnya, tentunya akan ada data-data baru sebagai masukan untuk mengatur ulang sistem. 2. Perlu integrasi dan sinkronisasi antar kegiatan yang dilakukan oleh Litbang berbagai instansi di Indonesia, TNI-AL, Swasta nasional dan BUMN agar pemanfaatan anggaran dan hasil bisa efisien. Kerap kali penelitian ada, sudah menghabiskan dana, tapi tidak pernah dipakai. Oleh karena itu, komunikasi antar instansi sangat penting dengan demikian, perencanaan di satu instansi produsen/litbang disesuaikan dengan rencana di instansi pengguna.3. Integrasi dan koordinasi serta penyatuan tujuan dan visi misi juga perlu diadakan mulai dari pemegang keputusan politik sampai pimpinan tertinggi. Dengan demikian ada keserasian antara TNI AL sebagai pengguna, pembuat kebijakan, industri.4. Penguatan SDM di dalam TNI AL baik sebagai pengguna, maupun sebagai pemelihara dan bahkan perancang. Untuk ini, SDM TNI AL secara umum harus ditingkatkan agar dapat menguasai spirit teknologi dan rincian-rincian teknisnya. Ini juga berarti kerja keras namun juga peluang untuk prajurit TNI AL.

Pada akhirnya teknologi hanyalah alat. Namun, ada momentum-momentum yang membutuhkan loncatan peradaban. Saat ini adalah saat-saat di mana perubahan berlangsung secara cepat karena teknologi. Dan seperti sejarah kerap mengajar kita, resistensi akan selalu ada. Resistensi malah kerap dibutuhkan sebagai mekanisme kontrol dan pengingat akan nilai-nilai dasar. Namun, setiap generasi adalah anak kandung masanya sendiri.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 29

SinergitaS dan Kerja Sama tni aL dengan media maSSa

“Love and Harmony Following World Class Navy”

Guna meningkatkan sinergitas dan kemitraan dengan media massa, serta sebagai sarana saling berkomunikasi dan juga menyampaikan

beberapa hal yang perlu diketahui oleh wartawan, juga berkaitan dengan apa itu angkatan laut, apa itu alutsista, sehingga pemberitaan akan menjadi benar sesuai yang kita harapkan, demikian sambutan Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. saat menggelar media gathering dengan para insan media sekaligus lomba menembak antar wartawan menggunakaan pistol dengan jarak 25 meter beberapa waktu lalu, di Lapangan Tembak Antares Markas Besar Angkatan Laut Cilangkap, Jakarta Timur.

Kasal mengatakan TNI AL tidak akan bisa seperti sekarang tanpa peran dari rekan-rekan

media massa. Berkat media lanjut Kasal, kegiatan Angkatan Laut banyak dibantu oleh awak media untuk mempublikasikan, karena bagaimanapun juga tanpa pertanggungajawaban Angkatan Laut kepada publik masyarakat kita sudah menggunakan alutsista yang dibeli oleh rakyat, dipersiapkan dananya oleh rakyat kita melaksanakan tugas negara salah satu corong kita adalah media, tanpa media angkatan laut tidak dikenali. Sebagai salah satu contoh publikasi kegiatan TNI AL yang baru saja adalah saat operasi SAR gabungan dalam pencarian pesawat Air Asia QZ 8501 yang berlangsung sebulan lamanya. Saya melihat teman-teman media juga bekerja sangat keras dalam peliputannya.

Agar lebih mempererat hubungan dengan media massa, TNI AL akan menggelar kegiatan seperti ini

Aksi Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. saat menembak pada acara media gathering.

30info

30

secara periodik tiga bulan sekali. “Acara akan dikemas sedemikian rupa, bukan hanya menembak saja, bisa juga seminar atau sarasehan di atas kapal perang, latihan diving, dan lainnya agar para jurnalis ini juga mengenal misi dan tugas TNI AL,” kata Laksamana TNI Ade Supandi, S.E.

Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. lebih lanjut menyampaikan ucapan terima kasih atas kedatangan pers dalam acara media gathering. Kasal atas nama TNI AL juga menyampaikan ucapan terima kasih karena berbagai bentuk kegiatan TNI AL telah banyak di publikasikan oleh pers nasional tanpa kenal lelah.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Manahan Simorangkir, S.E., M.Sc. mengatakan, media gathering ini merupakan program kerja Dispenal Tahun 2015 sekaligus sebagai ajang silaturahmi dengan media massa yang selama ini banyak meliput dan memberitakan kinerja TNI AL. “Diharapkan dengan diselenggarakannya media gathering dengan acara lomba menembak pistol ini, dapat mempererat sinergitas dan kerja sama yang telah terjalin baik selama ini”, lanjut Kadispenal.

Acara ini dihadiri 126 wartawan dan sejumlah pemimpin redaksi media massa dengan tema “Love and Harmony Following World Class Navy”, dengan bintang tamu Dewi Perssik, presenter Choky Sitohang, dan para prajurit TNI AL berprestasi dalam olah raga menembak.

Lomba menembak jarak 25 meter berhasil diraih oleh presenter Choky Sitohang sebagai juara I, Driantama dari MNC TV sebagai juara II, dan Joko dari Radio Elshinta sebagai juara III. ©Tim Cakrawala

Beberapa wartawan ikut serta dalam lomba menembak.

Love and Harmony Following World Class Navy.

Kadispenal Laksma TNI Manahan Simorangkir, S.E., M.Sc., saat pemberian hadiah kepada pemenang lomba menembak.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 31

Arti dalam kaitan ini, bahwa terwujudnya sebuah poros maritim yang hebat tentu harus didampingi kemampuan

pengamanan yang kuat dan berkelas dunia pula. Buku karya Laksamana TNI (Purn) Dr. Marsetio ini menjabarkan sisi-sisi TNI Angkatan Laut yang berkaliber dunia.

Buku ini mencoba memadukan antara sejarah, masa kini dan yang akan datang mengenai perjalanan TNI Angkatan Laut hingga visi ke depannya. Bahwa lahirnya TNI Angkatan Laut pada mulanya

adalah sebagai kekuatan bersenjata yang diarahkan untuk melindungi jalur pelayaran sebagai urat nadi perdagangan. Tahapan ini merupakan konsep awal

reSenSi Buku

BUKU TNI Angkatan Laut Berkelas Dunia: Paradigma Baru, sangat relevan dengan

gagasan Pemerintah Indonesia yang saat ini mencanangkan sebagai poros maritim

dunia. Hal ini wajar saja karena poros maritim dunia merupakan gagasan besar yang harus

berjalan beriringan dengan kemampuan untuk mewujudkannya. Tidak hanya sasaran

utama sebagai poros maritim dunia tetapi juga pendampingannya yang harus besar bahkan

berkelas dunia.

reSenSi Buku

32

hingga pengembangan dan sampai para teknologi kapal perang. (hal 3)

Itulah sebabnya, sangat relevan bahwa pencanangan Indonesia sebagai poros maritim dunia juga membutuhkan sebuah kekuatan TNI AL yang tangguh dan berkelas dunia. Sejarah juga mencatat kebesaran dan kejayaan kerajaan nusantara seperti Sriwijaya, Majapahit dan Demak karena kekuatan angkatan lautnya. Tentu ke depan Indonesia juga harus berjaya dengan memiliki angkatan laut berkelas dunia dan benar-benar menjadi poros maritim dunia.

Membaca buku ini serasa seperti menguliti tesis kecil yang dikemas dalam bahasa pop, tidak terlalu resmi layaknya tulisan militer, dengan tetap tanpa mengurangi bobot keilmiahannya. Misalnya penjelasan yang mestinya ilmiah dari penjabaran angkatan laut yang berkelas dunia, penulis mengutip penjelasan Merriam Webster Dictionary. Penulis menyamakan persepsi bahwa angkatan laut yang berkelas dunia adalah angkatan laut yang punya kaliber tertinggi di dunia (hal 4).

Buku karya Laksamana TNI (Purn) Dr. Marsetio (2014) ini memang visioner, terasa lengkap sehingga mampu meneropong dari awal perkembangan kekuatan laut hingga ke depan. Tiap masalah yang dikupas tidak diungkap secara mendetail, tetapi disodorkan contoh-contoh sehingga paling tidak mampu mengingatkan pembacanya akan sebuah peristiwa.

Misalkan salah satu peristiwa yang menjadi perhatian internasional adalah operasi TNI AL di luar perairan yurisdiksi nasional Maret-Mei 2011. TNI AL mengirimkan Satgas Laut Merah Putih untuk membebaskan MV Sinar Kudus (DWT 2.597 ton) yang disandera perompak di perairan Somalia. Meski perencanaan operasi sangat singkat, untuk operasi yang tidak biasa itu, pelaksanaannya berlangsung sangat baik (hal 15).

Jika diambil sebagai pembanding, tingkat kesulitan dan keberhasilan dari operasi ini bisa disejajarkan dengan operasi serupa yang dilakukan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat saat membebaskan MV Maersk Alabama (DWT 17.000 ton) April 2009 (hal 15, 25).

Kekuatan TNI Angkatan Laut pada dasarnya juga telah diakui dunia. Secara langsung hal itu

terungkap dalam sebuah diskusi 14 Mei 2002. Dalam pembicaraan resmi antara Asisten Pengamanan Kasal Laksamana Muda TNI Ir. I Putu Yuli Adnyana dengan Panglima Armada Ketujuh Angkatan Laut Amerika Laksamana Madya Scoot H Swift terungkap ucapan: “...mengapa US Navy perlu menjalin kerja sama dan berhubungan baik dengan TNI AL, pertama, karena pentingnya peran TNI AL di kawasan ini. Selain itu karena kemampuan yang diperlihatkan TNI AL saat berpartisipasi di tiga kegiatan internasional dan soal KRI Dewaruci yang berada di New York dalam sebuah misi, serta ada unsur TNI AL di Lebanon dalam misi PBB dan ada unsur TNI yang ikut latihan Multinasional Kakadu 2012. (hal 70).

Tidak hanya Swift, pujian juga datang dari Kepala Staf Angkatan Laut (USN. Chief of Naval Operation) Laksamana Jonathan Greenet yang menyampaikan aspirasinya bahwa TNI AL memang kekuatan yang berkelas dunia. Hal itu terungkap pada acara IMDEX Asia 2013 di Singapura.

Begitu pula apresiasi dari Kepala Staf Inggris (First Sea Lord Royal Navy) Laksamana George Zambellas pada saat bertandang ke Markas TNI di Cilangkap 16-19 Januari 2014. Dia datang ke Markas TNI AL untuk pertama kali bagi seorang Kepala Staf Angkatan Laut Inggris.

Yang juga perlu diketahui, buku ini tidak terlalu tebal, hanya 72 halaman (per sesi) dan berbahan kertas ringan dengan cetakan berwarna, disajikan dalam dua sesi bahasa (bilingual) dikemas di satu buku. Membaca isinya, rasanya akan mampu menutup kekurangan buku-buku bacaan soal kelautan khususnya angkatan laut yang memang tidak terlalu semarak.

Buku ini mungkin juga satu-satunya yang mengutip pernyataan seluruh Presiden RI mulai Soekarno hingga Ir. Joko Widodo, yang terkait soal kemaritiman. Kemasan bilingual (Indonesia-Inggris) juga memberi pesan bahwa sasaran buku ini lebih luas lagi, dan terbukti dalam satu tahun mengalami dua kali cetak. ©Redaksi Cakrawala (Infra W.)

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 33

Satgas Gurita

DENJAKA Pasukan khusus TNI dari Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI AL menggelar

Latihan Kasus (Latkasus) di Palembang belum

lama ini. Dalam latihan yang bersandi “Satgas Gurita” ini bertugas untuk membebaskan

PT Pusri dan Pertamina Plaju Palembang yang diskenariokan dikuasai

teroris bersenjata melalui operasi serangan kilat

dadakan.

info

34

Latihan Kasus ini dipimpin langsung Komandan Denjaka Kolonel Marinir Nur Alamsyah dengan pelaku latihan terdiri dari beberapa tim

yaitu Kelompok Komando (Pokko), Combat Free Fall (CFF), Rubber Duck Operation (RDO), Advance, Fastrope dan tim Sea Rider. Latkasus Denjaka dengan Tema Latihan “Melalui Latihan Satuan Tugas Operasi Khusus Denjaka TNI

AL, Satuan Tugas Operasi Khusus siap menangkal dan menghadapi ancaman yang timbul di wilayah perairan yurisdiksi nasional dalam rangka mendukung Tugas Pokok TNI”. Pelaksanaan Latihan Kasus (Latkasus) Denjaka dengan sandi ‘Satgas Gurita’ disaksikan langsung oleh KSAL Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. Asops Panglima TNI Mayjen TNI Indra Hidayat, Asops Kasal Laksamana Muda TNI Arie H. Sembiring, Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) A. Faridz Washington, Dirut Pertamina Dwi Sutjipto, pejabat TNI dan pejabat Pemda Sumatera Selatan. Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. menyampaikan bahwa latihan kasus Denjaka adalah latihan yang diselenggarakan untuk memelihara keterampilan, kemampuan dan profesionalisme serta kesiapsiagaan operasional prajurit Denjaka dalam melaksanakan tugas mengatasi terorisme yang beraspek laut. Sedangkan sasaran latihan adalah meningkatnya keterampilan teknis dan taktis sebagai satuan anti teror beraspek laut dihadapkan dengan ancaman terorisme, terwujudnya kemampuan dan profesionalisme dalam perencanaan operasional dan penanganan kasus sesuai dengan tugas pokok dan terwujudnya kesiapsiagaan operasional Satuan Denjaka dalam menghadapi kemungkinan kontijensi yang terjadi dari ancaman terorisme. ©Redaksi Cakrawala (Mujiyanto)

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 35

PEngabDIan KaPaL SELaM TnI aL PaDa PERJUangan PEMbEbaSan IRIan baRaT (TRIKoRa)

Te r c a p a i n y a p e n g a k u a n k e d a u l a t a n

atas Negara Republik Indonesia oleh Kerajaan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949 sesuai kesepakatan damai dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, menandai adanya pengakuan eksistensi Indonesia sebagai negara berdaulat baik secara de facto maupun de jure. Sementara itu kondisi di wilayah RI pascaperang kemerdekaan terdiri

atas daerah pendudukan Belanda, lalu wilayah yang masih berada di bawah pemerintahan RI seperti Aceh dan sebagian Sumatera bagian barat, serta negara federal bentukan Belanda yang tergabung dalam Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO). Meskipun dalam KMB Belanda berjanji akan mengembalikan wilayah-wilayah RI yang didudukinya namun pada kenyataannya Belanda masih berupaya mempertahankan pengaruhnya di beberapa wilayah di Indonesia.

Salah satu wilayah RI yang masih dikuasai Belanda, meskipun daerah-daerah lain telah dikembalikan ke pangkuan RI, adalah Irian Barat atau Nederlands Nieuw Guinea. Berdasarkan perundingan KMB, Irian Barat akan diserahkan kepada Indonesia setahun setelah pengakuan kedaulatan, namun hingga tahun 1959 Belanda masih bertahan di bumi cenderawasih tersebut tanpa sedikitpun terlihat upaya mematuhi hasil KMB. Berbagai langkah diplomasi telah ditempuh pemerintah Indonesia dalam menuntut pengembalian Provinsi Irian Barat. Semua upaya diplomatis dan persuasif tersebut menemui jalan buntu, Belanda dengan berbagai dalih tetap mempertahankan kekuasaannya di Irian Barat bahkan berencana menjalankan kebijakan dekolonisasi di sana.

Menghadapi sikap keras Belanda tersebut, akhirnya pemerintah Indonesia memutuskan untuk merebut kembali Irian Barat melalui gunboat diplomacy atau pengerahan kekuatan militer guna mendukung langkah diplomasi. Di sini, pembangunan kekuatan militer menjadi faktor yang sangat penting. Untuk itu, Presiden RI Ir. Soekarno di hadapan ribuan rakyat yang berkumpul di alun-alun Yogyakarta mengumandangkan Komando Pembebasan Irian Barat Tri Komando Rakyat (Trikora). Sejalan dengan keputusan pemerintah, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) memutuskan memperkuat angkatan perang dengan mendatangkan alat utama sistem senjata (alutsista) dalam jumlah besar dari luar negeri.

Pembelian Alutsista Uni Soviet Pengadaan alutsista modern dengan teknologi terkini

mendapat perhatian khusus pemerintah, karena menyadari ketidak-imbangan kekuatan, baik kualitas maupun kuantitas, antara Indonesia dengan Belanda. Kekuatan militer Belanda di Irian Barat didukung sejumlah alutsista modern dan personel yang terlatih, bahkan ketika situasi kian memanas Belanda mendatangkan kapal induk Hr.Ms. Karel Doorman untuk memperkuat jajaran armadanya. Namun pengadaan alutsista modern yang dibutuhkan ABRI terkendala oleh keterbatasan anggaran dan kebijakan luar negeri sejumlah negara industri maju, terutama negara-negara yang tergabung dalam North Atlantic Treaty Organization (NATO), yang lebih berpihak kepada Belanda, sebagai sesama anggota NATO.

Negara-negara anggota NATO merasa khawatir bahwa persenjataan mereka akan dipergunakan untuk “menghantam” sekutu sendiri (Belanda). Menyadari hal tersebut, Indonesia memutuskan “banting setir”, yakni beralih ke negara-negara Pakta Warsawa, terutama Uni Soviet. Sebagai informasi, pada kurun waktu ini dunia tengah diperebutkan oleh dua kubu yang saling berseteru, yakni NATO bersama Amerika Serikat dengan Pakta Warsawa yang didukung Uni Soviet, sehingga menelurkan peperangan generasi baru yang disebut Perang Dingin. Oleh sebab itu, negeri “Beruang Merah” Uni Soviet tersebut tidak menyia-nyiakan peluang emas ini. Indonesia dapat menjadi peluang sebagai pangsa pasar sekaligus juga memiliki aspek strategis bagi perluasan faham komunisme Asia Pasifik sebagai bagian dari grand strategy-nya. Sejak tahun 1959 mulailah berdatangan sejumlah besar peralatan militer buatan Uni Soviet ke Indonesia. Salah satu alutsista

Kapal Selam RI Tjandrasa-408.

Sejarah

36

modern Uni Soviet yang memperkuat Angkatan Laut RI (ALRI), adalah kapal selam kelas Whiskey.

Kapal Selam Kelas Whiskey Kapal selam kelas Whiskey yang memperkuat jajaran

Armada ALRI semenjak tahun 1959, secara resmi merupakan karya cipta Uni Soviet, namun diproduksi di Polandia, salah satu anggota Pakta Warsawa. Rancangan pertama kapal selam Whiskey dibuat berdasarkan desain kapal selam Jerman semasa Perang Dunia II, yaitu Tipe XXI, yang berhasil dirampas Soviet. Oleh Soviet dikembangkan di Lazurit Design Bureau, Gorky. Kapal selam ini dalam istilah Soviet disebut Project 613 dan NATO menjulukinya kelas Whiskey yang diluncurkan pada tahun 1949. Secara umum, kapal selam ini berbobot 1.030 ton (dipermukaan) dan 1.180 ton (saat menyelam), dipersenjatai dengan 2 pucuk meriam kaliber 57 mm dan 2 pucuk meriam AA kaliber 25 mm, serta senjata utama adalah 6 unit tabung peluncur torpedo 21 inci (4 di haluan, 2 di buritan) dan mampu memuat 14 torpedo. Sebagai tambahan, kelas Whiskey juga membawa 40 ranjau laut. Kapal selam Uni Soviet Tipe SS ini juga dikenal sebagai kelas “W” dan mampu beroperasi pada radius antara 13.000 hingga 16.500 mil.

Ketika tercapai kesepakatan pembelian 12 kapal selam kelas Whiskey, pada Agustus 1959 ALRI menerima dua kapal selam pertama, yang kemudian dinamakan RI Tjakra-401 dan RI Nanggala-403. Selanjutnya pada tahun 1962, ALRI menerima sepuluh kapal selam Whiskey, yang dinamakan RI Trisula-402, RI Nagarangsang-404, RI Hendradjala-405, RI Alugoro-406, RI Nagabanda-407, RI Tjandrasa-408, RI Widjajadanu-409 , RI Pasopati-410, RI Tjundamani-411, dan RI Bramastra-412.

Misi Infiltrasi RI Tjandrasa-408Fase paling penting saat berlangsungnya konfrontasi

Trikora, adalah misi infiltrasi, yaitu mendaratkan sebanyak mungkin pasukan gerilya dan sukarelawan Indonesia ke Irian Barat. Infiltrasi dilancarkan melalui media laut dan udara secara intens. ALRI sebagai bagian dari AL Mandala (ALLA) turut aktif menggelar sejumlah operasi laut untuk mendaratkan pasukan Indonesia ke beberapa pantai Irian Barat. Salah satu misi infiltrasi yang digelar ALRI dilaksanakan oleh kapal selam RI Tjandrasa-408 yang diserahterimakan dari AL Uni Soviet pada tanggal 29 Januari 1962.

Kapal selam ALRI yang tergabung dalam KKS-15, yaitu RI Tjandrasa-405, bertugas mendaratkan tim RPKAD ke pantai Irian Barat. Sebelum melakukan operasi pendaratan, RI Tjandrasa-408 juga melaksanakan operasi pengintaian di bagian timur Irian Barat, sekitar Pulau Asia dan Mapia. Saat melaksanakan pengintaian, Tjandrasa nyaris terdeteksi dua kapal perang Belanda, namun berhasil meloloskan diri.

Pada tanggal 15 Agustus 1962 RI Tjandrasa-408 yang dikomandani Mayor Mardiono kembali bertolak menuju

Irian Barat, dan kali ini dengan membawa 15 anggota tim RPKAD. Pada tanggal 20 Agustus pukul 22.00 Tjandrasa tiba di sekitar perairan Teluk Tanah Merah (30 mil arah barat Hollandia) dan segera menyiapkan operasi pendaratan. Tim RPKAD akan mendarat dengan menggunakan perahu karet. Namun belum sempat anggota tim naik ke perahu karet, mendadak muncul cahaya terang dari peluru suar di buritan kapal disusul sorotan lampu dari sebuah pesawat patroli maritim jenis Neptune milik Belanda. Menyadari bahwa posisinya telah terdeteksi, RI Tjandrasa-408 segera menyelam dengan kecepatan penuh serta menjauhi pantai pendaratan. Keesokan harinya, tanggal 21 Agustus pukul 21.30 pada jarak sekitar 2 mil dari pantai Tanah Merah, Tjandrasa kembali berusaha mendaratkan tim RPKAD. Kali ini, operasi berhasil dilaksanakan. Dengan menggunakan tiga perahu karet, tim RPKAD berhasil mendarat dan menyusup ke Irian Barat.

Bintang Sakti Untuk RI Tjandrasa-408Atas keberhasilan tersebut, berdasarkan Keppres RI

No. 14 tanggal 29 Januari 1963 RI Tjandrasa-408 berserta 61 ABK-nya dianugerahi Bintang Sakti oleh Presiden Soekarno. RI Tjandrasa-408 menjadi satu-satunya kapal selam ALRI yang mendapat tanda jasa kehormatan Bintang Sakti. Penganugerahan bintang jasa tertinggi di Indonesia tersebut, dilandasi pertimbangan bahwa RI Tjandrasa-408 telah melaksanakan sebuah misi hingga berhasil, meskipun dihadapkan risiko yang sangat berbahaya. Dalam terminologi angkatan laut, jika sebuah kapal selam telah terdeteksi posisinya maka akan sangat berbahaya karena menjadi sasaran empuk pihak musuh. Situasi ini berhasil dibalikkan oleh RI Tjandrasa-408. Meskipun sadar posisinya telah diketahui musuh, namun tetap melaksanakan misinya hingga berhasil. Hal ini dilatarbelakangi keyakinan bahwa pihak musuh akan berpegang pada terminologi tersebut, maka diprediksi mereka tidak akan kembali ke posisi RI Tjandrasa-408 terdeteksi. Jika kapal selam kembali ke posisi tersebut tidak akan diperkirakan oleh pihak musuh, meskipun harus menanggung risiko yang sangat berbahaya.

Dengan demikian, RI Tjandrasa-408 telah melaksanakan tugas yang melebihi panggilan tugasnya sehingga patut mendapatkan penghargaan yang juga luar biasa. Dedikasi yang ditunjukkan oleh RI Tjandrasa-408 selaras dengan moto dari Satuan Kapal Selama yakni “Tabah hingga akhir”. RI Tjandrasa-408 bukanlah satu-satunya kapal selam ALRI yang melaksanakan tugas negara di perairan Irian Barat sepanjang kampanye Trikora berlangsung. Guna mengenang pengabdian dan jasa-jasa kapal selam kelas Whiskey, didirikanlah sebuah monumen yang bangun dari KRI Pasopati-410 yang dinamakan Monumen Kapal Selam (Monkasel) di Jl. Pemuda No. 39, Plasa Surabaya, Embong Genteng, Surabaya, dan diresmikan tanggal 15 Juli 1998. ©Redaksi Cakrawala (Adi Patrianto S., S.S.)

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 37

DIPLOMASI INDONESIADI LAUT CINA SELATANOleh: Kolonel Laut (P) Lilik Abu Siswanto, S.H., M.Si. (Han)

Klaim wilayah karena posisi dan keberadaan

sumberdaya alam sering memicu konflik antar negara. Ditinjau dari aspek ekonomi, laut merupakan sarana transportasi untuk perdagangan, dimana perdagangan dunia menggunakan laut sebagai media perdagangan antar negara. Laut Cina Selatan adalah merupakan kawasan laut tepi dari Samudra Pasifik dengan luas sekitar 3.500.000 km² membentang dari Barat Daya ke Timur Laut yang merupakan perairan enclosed or semi enclosed seas yang oleh hukum internasional diwajibkan negara-negara pantai untuk saling bekerja sama dalam mengelola sumber daya alam yang ada di laut semi tertutup.

Ketegangan di kawasan muncul kembali setelah adanya peningkatan kekuatan militer Tiongkok secara masif di Laut Cina Selatan sejak 2011, didasarkan kepada awal peningkatan kapabilitas persenjataan Tiongkok yang menyatakan bahwa salah satu tujuannya adalah untuk menjaga keamanan Laut Cina Selatan. Ditinjau dari aspek politik dan pertahanan, laut menjadi wilayah yang tidak dapat dipisahkan dari batas kedaulatan suatu negara. Perbatasan wilayah laut antar negara seringkali menimbulkan konflik.

opini

38

Laut Cina Selatan adalah merupakan kawasan laut tepi dari Samudra Pasifik dengan luas sekitar 3.500.000 km² membentang dari Barat Daya ke Timur Laut yang merupakan perairan enclosed or semi enclosed seas yang oleh hukum internasional diwajibkan negara-negara pantai untuk saling bekerja sama dalam mengelola sumber daya alam yang ada di laut semi tertutup. Negara-negara yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan, antara lain; Brunei, Filipina, Indonesia, Kamboja, Malaysia, Taiwan, Tiongkok, dan Viet Nam. Awal konflik muncul di kawasan ini sejak tahun 1947, Tiongkok menerbitkan peta laut yang menyatakan bahwa sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan menjadi wilayah perairan tradisional negara Tiongkok yang berdasarkan sejarah (hystoric water) sejak Dinasty Han (206-220 SM). Peta tersebut memuat garis putus-putus yang hampir meliputi seluruh kawasan Laut Cina Selatan. Dalam perkembangannya garis klaim itu dikenal dengan “nine-dashed line”. Hingga saat ini konflik Laut Cina Selatan belum menunjukkan titik terang. Tiongkok tetap bertahan berdasarkan alasan historis. Demikian pula Viet Nam mempunyai bukti kepemilikan yang syah atas Pulau Paracell dan Pulau Spratly sejak abad 17 pada masa kekuasaan Kaisar Gia Long (1802). Tiongkok memiliki beberapa klaim wilayah dengan beberapa negara disekitarnya menyangkut klaim sepihak Tiongkok atas Laut Cina Selatan yang perlu dihadapi secara diplomatic preventive. Sampai dengan saat ini, Tiongkok tidak pernah dapat menjelaskan secara tegas kepada dunia internasional tentang klaimnya terhadap sembilan garis putus-putus tersebut. Sementara itu, kawasan Natuna mempunyai potensi sumberdaya alam yang sangat besar dan berpengaruh terhadap pengembangan dan pembangunan baik dari aspek Politik - Ekonomi - Sosial - Budaya - Pertahanan-Keamanan, sehingga dengan cara apapun negeri ini akan mempertahankan kedaulatannya di perairan Natuna. Nilai strategis Laut Natuna tidak terbatas pada fungsi sebagai jalur penghubung dan bagian dari ALKI I dan sekaligus pintu masuk ke Indonesia dari arah utara, tambang minyak dan gas bumi di Laut Natuna menyumbang devisa yang tidak sedikit bagi Indonesia, yaitu sekitar sepertiga dari pendapatan minyak dan gas bumi setiap tahunnya. Posisi strategis serta usaha dan atau kegiatannya berdampak besar dan penting terhadap kondisi politis dan pertahanan keamanan nasional serta regional. Dikaitkan dengan konsep Strategi Pertahanan Laut Nusantara, Pulau Natuna dinilai sangat strategis dan sangat berpengaruh dalam tata ruang nasional Indonesia. Pemerintah Indonesia mengeluarkan UU Nomor 27

Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau–Pulau Kecil (PWP3K) yang mengatur pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau kecil. Wilayah Natuna merupakan kawasan yang sangat potensial dan strategis dalam menunjang pembangunan nasional, yang terletak pada posisi 107º 55 BT - 3º 35 LU dan 108º 25 BT - 4º 15 LU yang artinya secara geografis di tengah-tengah Kawasan Asia Tenggara. UU Nomor 27 Tahun 2007 juga menjadi dasar untuk menata ruang wilayah Pulau–Pulau Kecil dan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang yang memang menjadi dasar utama pengaturan ruang di wilayah Indonesia termasuk pulau-pulau kecil di perbatasan.

United Nations Convention on the Law Of the Sea Mengingat pentingnya peran laut baik dari sudut pandang Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Pertahanan dan Keamanan maka diperlukan landasan yang kuat dalam penentuan perbatasan maritim antar negara. Berdasarkan Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tanggal 21 Februari 1957, disepakati mengadakan konvensi hukum laut di bulan Maret 1958, melalui United Nations Convention on the Law Of the Sea (UNCLOS 1982) yang telah ditandatangani oleh 117 negara peserta termasuk Indonesia di Montego Bay, Jamaica pada tanggal 10 Desember 1982 dan telah diratifikasi oleh Republik Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Hukum Laut. Dalam UNCLOS 1982 mengatur rezim-rezim hukum laut lengkap dan satu sama lain tidak dapat dipisah-pisahkan, antara lain: Laut Teritorial (Territorial Sea) sejauh 12 Nautical mile (Nm), Zona Tambahan (Contiguous Zone) sejauh 24 Nm, Zona Ekonomi Ekslusif (Exclusive Economic Zone) sejauh 200 Nm, Laut Lepas (High Seas) dan Landas Kontinen (Continental Shelf) sejauh 350 Nm. UNCLOS juga mengatur batas-batas yuridiksi dan batas maritim Internasional dan juga mengatur tata cara penarikan garis batas maritim antara dua atau lebih negara bertetangga, karena hal ini bisa terjadi di wilayah laut yang berdampingan. Negara-negara pantai (coastal state) sesuai rezim hukum laut UNCLOS 1982 mempunyai kedaulatan wilayah atas perairan pedalaman, laut teritorial dan perairan kepulauan serta Landas Kontinen dan Zona Ekonomi Ekslusif. Negara tersebut mempunyai hak berdaulat dan atau kedaulatan mengelola atas sumber daya alam di perairan Landas Kontinen dan ZEE. Secara kontekstual, status hukum wilayah negara tidak terpisah dengan batas wilayah negara itu sendiri. Persoalan batas maritim akan muncul karena wilayah negara berdampingan dengan wilayah

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 39

negara lain yang berbeda kedaulatan atau yurisdiksinya atas batas maritim pada kawasan tertentu. Situasi internasional dewasa ini selalu berkembang. Politik luar negeri suatu negara selalu mengalami perubahan. Indikator dari perubahan itu di antaranya dalam hal gaya pelaksanaan, dalam konteks bidang politik ke bidang ekonomi atau dari bidang ekonomi ke militer atau mungkin sebaliknya; dan atau dalam hal arah hubungan, dari yang berorientasi ke negara adikuasa, ke dunia ketiga atau sebaliknya. Berubahnya lingkungan domestik, regional dan internasional yang sangat dinamis dapat merubah pandangan dan strategi politik luar negeri Indonesia yang ditujukan untuk terwujudnya kepentingan nasional. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, khususnya Pasal 13 Ayat 1 dinyatakan bahwa Presiden menetapkan kebijakan umum pertahanan negara yang menjadi acuan bagi perencanaan, penyelenggaraan, dan pengawasan sistem pertahanan negara. Terkait dengan hal tersebut, sejak tahun 2008 Presiden telah mengeluarkan kebijakan umum pertahanan negara, di mana yang terakhir adalah Peraturan Presiden Nomor 41 Tahun 2010 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara 2010-2014.

Diplomasi Indonesia Resolusi konflik adalah suatu proses analisis dan penyelesaian masalah yang mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan individu dan kelompok seperti

identitas dan pengakuan juga perubahan-perubahan institusi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Konflik dapat dilatarbelakangi oleh banyak hal. Konflik internal suatu negara bisa disebabkan oleh konflik politik, ekonomi, perdagangan, etnis, perbatasan dan sebagainya. Tentulah kedua belah pihak maupun pihak luar yang menyaksikan menginginkan konflik dapat diakhiri. Adapun model-model penyelesaian konflik sebagai berikut:1. Coercion, adalah model penyelesaian konflik dengan cara paksaan.2. Negotiation and Bargaining, adalah perundingan antara dua pihak untuk mencari penyelesaian bersama. Tujuan negosiasi untuk mendapatkan penyelesaian konflik dengan mengkompromikan perbedaan yang ada sehingga mendapatkan penyelesaian yang saling menguntungkan dan menyelaraskan perbedaan kepentingan (interest), bukan posisi. Karena setiap kepentingan biasanya terdapat beberapa posisi yang mungkin yang bisa memuaskannya.3. Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian konflik (dispute) melalui pengadilan internasional. Contoh: penyelesaian konflik P. Sipadan dan P. Ligitan antara Indonesia dengan Malaysia.4. Mediation, yaitu penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga, akan tetapi pihak ketiga tidak diberikan keputusan yang mengikat. Contoh: PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dengan Belanda.5. Arbitration, yaitu suatu perselisihan yang langsung

dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.

Kekuatan AL Cina terbagi dalam tiga armada: Armada Timur, Armada Utara, dan Armada Selatan. Untuk Laut Cina Selatan dikawal oleh Armada Selatan (photo : defense update)

opini

40

Alternative Dispute Resolution Dalam setiap konflik selalu dicari jalan penyelesaian. Konflik terkadang dapat saja diselesaikan oleh kedua belah pihak yang bertikai secara langsung. Namun tak jarang pula harus melibatkan pihak ketiga untuk menengahi dan mencari jalan keluar baik oleh negara atau sebagai organisasi regional bahkan organisasi internasional. Diplomasi menurut Prof. P.M Drost dalam bukunya Badri (2008:95) “Diplomacy is an art only, while politics is art and law” (Diplomasi hanyalah suatu seni, sedangkan politik adalah seni dan hukum). Sedangkan pengertian diplomasi dalam dunia internasional adalah seni dalam mengelola hubungan internasional dan salah satu caranya melalui negosiasi. Negosiasi adalah proses pertemuan atau perundingan di antara 2 (dua) belah pihak atau lebih dalam rangka mencari suatu solusi atas permasalahan melalui kesepakatan bersama. Secara singkat bahwa diplomasi dapat dikatakan seni untuk menjalankan fungsi-fungsi diplomasi, dan orang yang menjalankan fungsi-fungsi diplomasi disebut dengan diplomat. Diplomasi sangat penting dalam meningkatkan pemeliharaan, keseimbangan dan perdamaian dalam tatanan internasional. Setiap negara atau bangsa memiliki tradisi diplomasi yang berbeda-beda, pandangan yang berbeda-beda tentang yang ada dalam hukum internasional dan yang dianggap penting untuk dijadikan agenda diplomasi. Pelaksanaan diplomasi dapat dilihat pada tiga pemikiran tradisional dari teori hubungan internasional yaitu: (1) Revolusionalis: menitikberatkan dan mengkonsentrasikan kepada elemen masyarakat dari suatu negara; (2) Rasionalis: menitikberatkan dan mengkonsentrasikan dari elemen kerja sama internasional; (3) Realis: menitikberatkan dan mengkonsentrasikan dari elemen internasional yang sifatnya anarki.

Diplomasi Pertahanan Dalam pengertian politik internasional, diplomasi pertahanan untuk tujuan kebijakan luar negeri melalui penggunaan secara damai dari kemampuan dan sumberdaya pertahanan untuk mencapai hasil yang positif di dalam mengembangkan hubungan bilateral maupun multilateral. Dengan demikian diplomasi pertahanan adalah suatu seni untuk mencapai kepentingan nasional

dengan menggunakan kemampuan dan sumber daya pertahanan. Ken Booth mengatakan, peran universal dari angkatan laut adalah peran militer, peran polisionil, dan peran diplomasi. Diplomasi angkatan laut adalah merupakan bagian dari diplomasi pertahanan, yang merupakan fungsi diplomasi sesuai dengan kebijakan politik luar negeri yang melekat pada peran angkatan laut secara universal sesuai dengan kebiasaan internasional. Sudah menjadi sifat dasar dari setiap kapal perang suatu negara yang berada di negara lain memiliki kekebalan diplomatik dan kedaulatan penuh. Indonesia, terhadap permasalahan Laut Cina Selatan yang melibatkan beberapa negara-negara ASEAN, tetap bersikap bijak, sebagaimana yang telah diterapkan bahwa dalam penyelesaian konflik di kawasan harus mengedepankan daya tarik dan menghindari paksaan (soft power), artinya adalah bahwa Indonesia menghendaki peminggiran peran militer dalam politik luar negeri. Sebab militer dalam konsep soft power termasuk kategori hard power yang justru akan mendistorsi kebijakan politik luar negeri. Karena itulah kekuatan militer harus dipinggirkan terlebih dahulu, dan peran diplomasi preventif harus dikedepankan. Meskipun strategi soft power cocok diterapkan, namun Indonesia memiliki tantangan tersendiri.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 41

TNI AL Kerahkan

Dua KRI Amankan Perairan Samudra

Indonesia

Dua kapal perang tersebut dalam melaksnakan kegiatan patroli keamanan laut secara rutin digelar di bawah kendali operasi Gugus

Tempur Laut Komando Armada RI Kawasan Timur, demikian disampaikan Kadispenal Laksamana TNI Manahan Simorangkir, S.E., M.Sc. kepada wartawan, pekan lalu di Mabesal Cilangkap Jakarta Timur. Kegiatan operasi ini merupakan operasi rutin yang digelar sepanjang tahun dalam rangka melaksanakan

penyekatan dan pengamanan perbatasan di perairan Samudra Indonesia khususnya di perairan Selatan Jawa sampai Pulau Bali. KRI Diponogoro-365 jenis kelas sigma dan KRI Lambung Mangkurat-374 jenis Parchim berada di perairan Cilacap dan sandar di Dermaga I Pelabuhan Tanjung Intan, Cilacap dalam rangka pengisian perbekalan bahan cair dan bahan bakar dalam rangka mendukung kegiatan operasi di sektor operasi yang

Dua kapal perang TNI AL, yakni Kapal Republik Indonesia

Diponegoro-365 dan KRI Lambung Mangkurat-374 disiagakan di perairan selatan Cilacap, Jawa

Tengah, hingga Denpasar, Bali guna melaksanakan patrol keamanan laut

secara rutin di perairan Samudra Indonesia.

info

42

menjadi tanggungnjawab khususnya di perairan sebelah selatan Pulau Jawa-Bali. Sementara itu Komandan KRI Diponegoro-365 Kolonel Laut (P) Daru Cahyo Sumirat saat di Dermaga Pelabuhan Cilacap mengatakan bahwa dua kapal perang ini melaksanakan operasi sebgai bagian dari kegiatan Operasi Perisai Nusa yang digelar Komando Armada RI Kawasan Timur. Lebih lanjut disampaikan Operasi Perisai Nusa, yaitu operasi Siaga Tempur Laut yang bertugas untuk menjaga perbatasan khususnya yang berada di wilayah Armada RI Kawasan Timur mulai dari Cilacap sampai Papua. Kedua kapal perang itu bersandar di Dermaga I Pelabuhan Tanjung Intan, Cilacap, guna mengambil perbekalan sebelum kembali berpatroli di wilayah perairan selatan Jateng-Bali. Saat ditemui wartawan di Pelabuhan Tanjung Intan, Komandan KRI Diponegoro-365 Kolonel Laut (P) Daru Cahyo Sumirat mengatakan, dua kapal perang itu melaksanakan patroli di perairan selatan Cilacap hingga Denpasar sebagai bagian dari kegiatan operasi Perisai Nusa. “Operasi Perisai Nusa, yaitu operasi siaga tempur laut yang bertugas untuk menjaga perbatasan khususnya yang berada di wilayah Armada RI Kawasan Timur mulai dari Cilacap sampai Papua,” katanya. Kedatangan KRI Diponegoro-365 dan KRI Lambung Mangkurat-374 di Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap dalam rangka mengambil muatan logistik dan bahan bakar sebelum kembali beroperasi di perairan sekitar Cilacap sampai dengan perintah yang ditentukan dari Komando Atas.

Operasi Perisai Nusa meliputi kawasan perairan timur Indonesia mulai dari Cilacap hingga Papua. Kami mendapat sektor antara Cilacap dan Denpasar. Operasi dilaksanakan setiap hari, begitu selesai mengisi bahan bakar, kami kembali ke laut,” katanya. KRI Diponegoro-365 yang di Komandani oleh Kolonel Laut (P) Daru Cahyo Sumirat merupakan kapal perang Korvet kelas Sigma yang berukuran panjang 90,71 m, lebar 13,02 m, tinggi 8,75 m dengan berat 1700, ton serta mampu melaju dengan kecepatan 28 knot. Selain itu juga dilengkapi dengan berbagai perlengkapan persenjataan siap tempur, diantaranya, meriam kaliber 76 milimeter, rudal permukaan dengan jarak jangkau 100 kilometer, radar antipesawat udara, serta dua unit meriam kaliber 20 milimeter kanan dan kiri. KRI Lambung Mangkurat-374 dengan Komandan Mayor Laut (P) Nurul Muclis mempunyai panjang 75 meter ini berjenis Parchim. KRI Lambung Mangkurat-374 adalah sebuah Korvet kelas Parchim dipersenjatai untuk perang anti kapal selam. Disinggung mengenai kemungkinan keberadaan dua kapal perang tersebut terkait rencana eksekusi terpidana mati di Pulau Nusakambangan, Komandan KRI Diponegoro-365 yang di Komandani oleh Kolonel Laut (P) Daru Cahyo Sumirat menyampaikan bahwa keberadaan KRI di dermaga Pelabuhan Cilacap untuk melaksanakan bekal ulang dalam rangka operasi keamanan laut yang digelar secara rutin di perairan perbatasan dan tergabung dalam Operasi Perisai Nusa dalam rangka menegakkan kedaulatan khususnya di perairan perbatasan pada sektor selatan Pulau Jawa-Pulau Bali. ©Redaksi Cakrawala

Penataan Ruang untuk Pengelolaan

Kawasan Perbatasan

Deklarasi Juanda pada tanggal 13 Desember 1957 yang berisi tentang konsepsi politik wilayah negara yang bulat dan utuh dengan laut yang ada

di antara kepulauan merupakan alat perekat antara pulau yang satu dengan pulau yang lain telah memantapkan

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Perjuangan bangsa Indonesia selama kurang lebih 25 tahun diforum internasional menjadi kenyataan setelah ditandatangani Konvensi Hukum Laut Internasional atau United Nations Convention on the Law of the Sea

Oleh: Mayor Laut (KH) Agus Iwan Santoso, ST., M.Sc.

opini

4444

(UNCLOS) di Montego Bay Jamaica pada tahun 1982, yang kemudian diratifikasi oleh pemerintah Indonesia menjadi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985. Dengan demikian konvensi tersebut berlaku positif dan status Indonesia sebagai negara kepulauan secara formal telah diakui oleh masyarakat Internasional. Indonesia berbatasan dengan 10 negara tetangga di darat maupun di laut. Di laut, Indonesia berbatasan dengan India, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Palau, Australia, Timor Leste, dan Papua New Guinea. Sedangkan di darat Indonesia berbatasan dengan Malaysia, Timor Leste, dan Papua New Guinea. Kawasan perbatasan Indonesia dengan negara tetangga tersebar di 12 provinsi yaitu: (1) NAD, (2) Sumatera Utara, (3) Riau, (4) Kepulauan Riau, (5) Kalimantan Barat, (6) Kalimantan Timur, (7) Sulawesi Utara, (8) Maluku, (9) Maluku Utara, (10) Nusa Tenggara Timur, (11) Papua, dan (12) Papua Barat. Setidaknya, terdapat 38 wilayah kabupaten/kota di kawasan perbatasan yang secara geografis dan demografis berbatasan langsung dengan negara tetangga, dan ini memerlukan perhatian khusus. Isu pengembangan kawasan perbatasan negara dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi topik yang sering dibicarakan dalam berbagai kesempatan, mulai dari rapat-rapat terbatas dan koordinasi antar departemen/instansi pusat dan daerah, seminar, lokakarya, pembahasan di DPR, sampai ke sidang kabinet. Kesan kurangnya perhatian dari Pemerintah terhadap kawasan perbatasan selalu dikaitkan dengan pendekatan pembangunan yang digunakan dimasa lampau, yang lebih menekankan pada keamanan (security) dibanding dengan peningkatan kesejahteraan (prosperity). Apabila kita memperhatikan kondisi sosial, politik, dan keamanan pada masa itu, terdapat kesan kuat bahwa dalam pengembangan kawasan perbatasan lebih menekankan aspek dan pendekatan keamanan. Namun pada saat ini dimana situasi kemanan yang semakin kondusif dan adanya proses globalisasi yang ditandai dengan berbagai kerja sama ekonomi baik regional maupun sub-regional, maka pendekatan keamanan perlu disertai dengan pendekatan kesejahteraan secara seimbang. Melalui UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Kawasan Perbatasan saat ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional dari sudut pandang pertahanan dan keamanan. Penggunaan istilah ini bukan berarti pengembangan kawasan perbatasan semata-mata berorientasi kepada pendekatan hankam semata. Pendekatan kesejahteraan bersama-sama dengan pendekatan hankam dan lingkungan menjadi strategi pengembangan kawasan perbatasan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk menjamin kedaulatan wilayah NKRI.

Permasalahan yang terdapat di perbatasan didominasi oleh permasalahan yang dikarenakan faktor kewilayahan, selain masalah sistem menejemen dan relasi antar negara. Masalah kewilayahan yang muncul di perbatasan sebagai akibat dari posisi geografis, potensi sumberdaya alam dan potensi sumber daya manusia. Beberapa permasalahan yang dihadapi daerah perbatasan antara lain: (1) Belum tuntasnya kesepakatan perbatasan antar negara, (2) Kesenjangan kesejahteraan baik ekonomi maupun sosial, (3) Luas dan jauhnya wilayah perbatasan dari pusat pemerintahan, baik Kabupaten maupun Provinsi. Keterbatasan aksesbilitas yang mengakibatkan sulitnya melakukan pembinaan, pengawasan dan pengamanan, dan (4) Penyebaran penduduk yang tidak merata dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah. Kondisi ini diperparah dengan eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali khususnya hutan baik yang legal maupun ilegal yang mengakibatkan rusaknya lingkungan hidup.

Kedudukan Kawasan Perbatasan dalam Tata Ruang Nasional Kedudukan tata ruang kawasan perbatasan dalam kebijakan pembangunan dapat dilihat dari sejumlah peraturan perundangan diantaranya yaitu: Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang RPJP Nasional, Perpres Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJM Nasional (2010-2014), Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Perpres Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar. Terkait dengan konsep pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional di Kawasan Perbatasan yang selanjutnya disebut PKSN, adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Menurut Undang-Undang Penataan Ruang, kawasan strategis nasional Perbatasan Negara memiliki batasan berikut:1) Kawasan Perbatasan Negara termasuk pulau kecil terluar merupakan kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan.2) Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mampunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.3) Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional merupakan rencana rinci dari RTRWN yang diatur dengan Peraturan Presiden.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 45

Perencanaan Tata Ruang Kawasan Perbatasan Proses awal dalam penataan ruang kawasan perbatasan adalah menganalisis sifat, karakteristik dan kondisi lingkungan suatu kawasan. Tipologi kawasan perbatasan yang dikelompokkan menjadi kawasan perbatasan darat dan kawasan perbatasan laut menjadi determinan utama tentang bentuk-bentuk rencana tata ruang yang akan dilakukan, karena memiliki karakter yang berbeda. Produk akhir dari rencana tata ruang adalah tersusunya (peta) pola ruang dan struktur ruang. Berikut akan dijabarkan penyusunan pola ruang dan struktur ruang.a. Penentuan Pola Ruang Kawasan Perbatasan.Beberapa pertimbangan yang dapat digunakan untuk penetapan fungsi di kawasan perbatasan adalah:

1) Karakter lingkungan fisik terkait dengan tipe perbatasan (darat atau laut), serta morfologi geografis yaitu pegunungan, perbukitan, sungai, daratan, pesisir atau pulau-pulau kecil.2) Aspek sosial ekonomi terkait dengan perkembangan kawasan.3) Posisi geografis khususnya lokasi kawasan perbatasan terhadap pusat pertumbuhan dan batas negara (pintu masuk-keluar antar negara).

b. Penentuan Struktur Ruang Kawasan Perbatasan.Secara umum perencanaan tata ruang kawasan perbatasan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Harus dijaga kesesuaiannya dengan fungsi kawasan yang ditetapkan dalam rencana tata ruangnya.2) Keselarasan fungsi ruang secara vertikal (dengan RT/RW nasional, provinsi dan kabupaten) serta horizontal dengan wilayah lain yang berbatasan baik dalam satu negara maupun negara tetangga.3) Melarang pemanfaatan kegiatan pemanfaatan ruang yang berdampak tinggi pada kerusakan fungsi lindung dan merelokasi kegiatan-kegiatan budi daya yang tidak memenuhi persyaratan.4) Memperhatikan daya dukung lingkungan dan daya tampung wilayah serta mengupayakan rekayasa untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan lingkungan.5) Memperhatikan sistem interaksi dan konektivitas antar wilayah dan antar negara.6) Mengacu pada beberapa peraturan dan pedoman terkait bidang penataan ruang serta peraturan dan pedoman yang terkait lingkungan dan sumber daya alam, termasuk mempertimbangkan perangkat hasil kesepakatan antar negara yang berbatasan.7) Menghormati hak-hak yang dimiliki orang sesuai peraturan perundang-undangan.8) Memperhatikan aspek aktivitas manusia yang telah ada sebelumnya (existing condition) dan dampak yang ditimbulkannya.

Tata Ruang Kawasan Perbatasan Penataan ruang kawasan perbatasan secara umum merupakan penataan ruang laut yang merupakan proses pengalokasian dan perencanaan ruang perairan laut, pemanfaatan ruang laut dan pengendalian pemanfaatan ruang laut. Hal ini sejalan dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep. 10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu. Selain itu sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil juga telah disusun Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZ-WP3K) yang merupakan penjabaran kebijakan dalam konteks keruangan atau spasial yang berfungsi dalam menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan, yaitu pesisir, laut dan pulau-pulau kecil. RZ-WP3K sangat penting diterapkan pada kawasan perbatasan khususnya pada daerah yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan dan pulau-pulau kecil. RZ-WP3K sama dengan pola ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), meskipun sebenarnya RTRW banyak bermain di wilayah darat, sedangkan RZ-WP3K bermain di wilayah perairan. Substansi dari disusunnya RZ-WP3K provinsi/kabupaten/kota adalah dalam upaya optimalisasi pemanfaatan ruang terutama perairan laut secara berimbang dan berkelanjutan. RZ-WP3K muncul sebagai akibat kondisi fisik lingkungan terutama perairannya (laut) yang semakin menghawatirkan. Kondisi fisik lingkungan perairan yang mengkawatirkan dikarenakan oleh:1) Eksploitasi sumber daya yang semakin tidak terkendali.2) Terjadinya konflik kepentingan antar sektor dalam pemanfaatan ruang yang sama.3) Kurang optimalnya fungsi penataan ruang/zonasi4) Inkonsistensi implementasi kebijakan terhadap ruang wilayah.5) Lemahnya koordinasi dan keterbukaan dalam menempatkan kepentingan sektor dan kepentingan wilayah dalam kerangka rencana zonasi/penataan ruang yang utuh. Untuk memberikan gambaran tentang tata ruang dan pemanfaatan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil, selanjutnya akan dijelaskan ruang lingkup wilayah dan substansi serta zonasi kawasan perbatasan laut.a. Ruang Lingkup Wilayah dan Substansi. Cakupan wilayah Perencanaan Tata Ruang Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Laut pada kawasan perbatasan dapat mengikuti model zonasi RZ-WP3K yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 yang meliputi zona kepesisiran yang mencapai bataslaut teritorial sejauh 12 mil laut diukur dari Titik Dasar (base point) atau Garis

opini

4646

Dasar (base lines) dan pengaturan batas pengelolaan antar provinsi (12 mil laut) dan kabupaten sejauh sepertiga dari batas provinsi tersebut. Sementara lingkup daratan atau pesisir mencakup unit kecamatan yang berada di pesisir. Ruang lingkup substansi mencakup alokasi ruang dalam RZ-WP3K meliputi hierarki dan isi perencanaan yang terdiri dari tingkat nasional, provinsi dan kabupaten sebagaiman yang terdapat dalam sistem penataan ruang dalam Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. b. Zonasi Kawasan Perbatasan Laut. Di antara berbagai macam jenis rencana pengelolaan wilayah laut, rencana zonasi laut yang paling relevan sebagai dasar pembahasan penataan ruang laut. Menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 rencana zonasi adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang menurut kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin. Rencana zonasi laut dan pulau-pulau kecil dapat dilakukan pada tingkat umum dan rinci atau detail yang umumnya berbasis pada aspek fungsional laut. Sedangkan isi zonasi laut dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu:1) Kawasan Pemanfaatan Umum2) Kawasan Konservasi3) Kawasan Strategis Laut4) Alur Laut Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada pembahasan tersebut diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:1) Penataan ruang memiliki peran strategis dalam perwujudan konsep pengelolaan wilayah. Penataan ruang merupakan instrumen yang digunakan untuk memahami fenomena sosial, ekonomi, lingkungan, fisik-wilayah dan sumber daya alam maupun buatan, secara komprehensif,

sekaligus instrumen untuk mengkaji keterkaitan antar fenomena tersebut serta merumuskan tujuan dan strategi pengelolaan wilayah terpadu sebagai acuan pengembangan kebijakan sektoral.2) Proses awal dalam penataan ruang kawasan perbatasan adalah menganalisis sifat, karakteristik dan kondisi lingkungan suatu kawasan. Sehingga untuk melakukan upaya percepatan pembangunan perlu disusun arah pengembangan spasialnya sehingga pemanfaatan ruang akan diatur lebih baik.3) Beberapa pertimbangan yang dapat digunakan untuk penetapan fungsi di kawasan perbatasan adalah:• Karakter lingkungan fisik terkait dengan tipe perbatasan (darat atau laut), serta morfologi geografis yaitu pegunungan, perbukitan, sungai, daratan, pesisir atau pulau-pulau kecil.• Aspek sosial ekonomi terkait dengan perkembangan kawasan.• Posisi geografis khususnya lokasi kawasan perbatasan terhadap pusat4) Cakupan wilayah Perencanaan Tata Ruang Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Laut pada kawasan perbatasan dapat mengikuti model zonasi RZ-WP3K yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 yang meliputi zona kepesisiran yang mencapai batas laut teritorial sejauh 12 mil laut diukur dari titik dasar (base point) atau garis dasar (base lines) dan pengaturan batas pengelolaan antar provinsi (12 mil laut) dan kabupaten sejauh sepertiga dari batas provinsi tersebut. Sementara lingkup daratan atau pesisir mencakup unit kecamatan yang berada di pesisir.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 47

Selayang Pandang

BUDAYA MARITIM INDONESIA

Tetapi setelah keruntuhan Majapahit (1478 M) membuat nusantara yang dulu menjadi mercusuar Selatan dan membawa arus ke arah Utara,

akhirnya harus menerima kenyataaan bahwa arus telah berbalik, dan nusantara sekian abad lamanya terjajah. Mangkatnya Mahapatih Gadjah Mada menjadi titik awal, kemudian berturut-turut peristiwa melemahkan kerajaan, dan akhirnya lenyap dengan kedatangan Islam. Aruspun berbalik, kerajaan-kerajaan yang dulu dalam kekuasaan Majapahit melepaskan diri. Sejak abad ke-9 Masehi, nenek moyang kita telah berlayar jauh dengan kapal bercadik. Ke utara mengarungi laut Tiongkok, ke barat memotong lautan Hindia hingga Madagaskar, ke timur hingga Pulau Paskah. Kian ramainya pengangkutan komoditas perdagangan melalui laut, mendorong munculnya kerajaan-kerajaan di nusantara yang bercorak maritim dan memiliki armada laut yang besar. Sumber sejarah pelayaran Indonesia dalam masa prasejarah bisa kita lihat dari relief di candi-candi Hindu dan Budha yang dibangun setelah tahun 500 Masehi,

seperti Borobudur, Prambanan, dan lain-lain. Di sana dapat dilihat bahwa pada masa itu sudah berlangsung pelayaran niaga. Perlayaran ini merupakan wujud aktivitas migrasi penduduk dalam jarak pendek, di samping migrasi pada kawasan yang lebih jauh, sampai perhubungan laut bagi pengangkutan barang dagangan. Masyarakat Indonesia telah memiliki jalinan hubungan perdagangan. Budaya kemaritiman bangsa Indonesia bukanlah fenomena baru. Sejarah menunjukkan, kehidupan kemaritiman, pelayaran dan perikanan beserta kelembagaan formal dan informalnya merupakan kontinuitas dari proses perkembangan kemaritiman Indonesia masa lalu. Situs prasejarah di gua-gua Pulau Muna, Seram dan Arguni yang dipenuhi oleh lukisan perahu layar, menggambarkan bahwa kita adalah keturunan bangsa pelaut sekitar tahun 10.000 sebelum masehi. Selain itu, ditemukannya kesamaan benda-benda sejarah antara Suku Aborigin di Australia dengan di Jawa menandakan bahwa nenek moyang kita sudah melakukan hubungan dengan bangsa lain menggunakan kapal-kapal

Bercermin pada sejarah, kita harus meneguhkan kembali jati diri bangsa sebagai penduduk negara maritim, berpikir dengan visi dan strategi cerdas dan kreatif untuk keluar dari paradigma agraris tradisional ke arah paradigma maritim yang rasional dan berwawasan global.

opini

48

yang laik layar. Sejarah juga mencatat, bahwa Sriwijaya dan Majapahit pernah menjadi kiblat di bidang maritim, kebudayaan, dan agama di seluruh wilayah Asia. Keperkasaan dan kejayaan nenek moyang kita di laut haruslah menjadi penyemangat generasi berikutnya. Bentuk implementasinya, bukan hanya sekedar berlayar, tetapi bagaimana bangsa Indonesia dapat memanfaatkannya demi pembangunan kesejahteraan bangsa.

Kemaritiman Masa Kini Dunia maritim Indonesia telah mengalami kemunduran yang cukup signifikan, kalau pada zaman dahulu mencapai kejayaan, baik dalam bidang politik maupun ekonomi, sekarang ini tidak tampak sedikit pun kemajuan yang dapat dilihat. Ironis memang, Indonesia yang mempunyai potensi laut sangat besar di dunia kurang begitu memperhatikan sektor ini. Padahal, laut menjadi salah satu faktor dalam mempertahankan eksistensi wilayah suatu negara “Barang siapa yang menguasai laut, ia akan menguasai dunia”, demikian dalil Alfred Thayer Mahan (1890) dalam karyanya: The Influence of Sea Power Upon History 1660-1783. Ia mengemukakan premis, bahwa Indonesia bisa belajar bagaimana dapat maju dengan landasan pijak seperti Inggris dengan adagiumnya: “Britanica rules the waves”. Pakar strategi maritim Inggris Dr. Geoffrey Till dalam “Sea power: A Guide to the Twenty First Century (2013) menyatakan ada empat komponen dasar menuju terciptanya sea power sebagai basis Negara Maritim. Basis yang harus dimiliki bangsa Indonesia adalah: (1) masyarakat yang memiliki preferensi terhadap laut (maritime community), (2) sumber daya maritim (sumber daya laut, infrastruktur, perkapalan), (3) posisi geografis, dan (4) political will pemerintah. Ternyata kita hanya memiliki potensi pada sumber daya maritim (nomor 2), dan posisi geografis (nomor 3) saja. Kita belum memiliki maritime community (nomor 1) yang andal dan political will pemerintah (nomor 4) yang jelas berorientasi kemaritiman. Padahal, keempat komponen itu merupakan prasyarat bagi terciptanya pelabuhan-pelabuhan laut yang dinamis dalam sistem perdagangan internasional, armada perkapalan nasional dan angkatan laut yang kuat. Kejayaan sea power suatu bangsa berkorelasi langsung dengan kejayaan bangsa itu sendiri. Untuk menuju terciptanya sea power, dibutuhkan tiga hal penting yaitu: kesadaran maritim, preferensi public dan kepentingan nasional.

Strategi Bangkitkan Budaya Maritim Sekalipun kaya akan hasil laut, bangsa Indonesia tidak dikenal sebagai pemakan ikan. Oleh karena itu, budaya maritim harus berwujud reformasi kultural, yang diawali dari meja makan, di mana ikan harus menjadi menu utama bangsa Indonesia. Gemar makan ikan laut, selain mencerdaskan bangsa sebagaimana bangsa Jepang memiliki tradisi kuat mengkonsumsi ikan, akan mendorong terbenahinya tata kelola kelautan Indonesia. Rata-rata konsumsi ikan orang Indonesia adalah 30 kg per tahun masih kalah dengan konsumsi ikan orang Malaysia yang mencapai 37 kg per tahun. Jika dibandingkan dengan Jepang, kita hanya separuh dari konsumsi mereka yang mencapai lebih dari 60 kg per tahun. Kalau konsumsi ikan saja masih rendah, itu artinya tidak mengherankan jika penanganan illegal fishing tidak dianggap penting. Jika konsumsi ikan orang Indonesia menyamai orang Jepang, artinya duakali lebih banyak kebutuhan ikan dari data sekarang, itu akan mendorong pemerintah untuk serius menangani lautnya agar kebutuhan konsumsi ikan orang Indonesia terpenuhi. Serius menangani tata kelola kelautan itu termasuk didalamnya adalah mengurai keruwetan yang terjadi. Kerugian Indonesia terkait dengan illegal fishing diperkirakan mencapai Rp 30 triliun per tahun. Jumlah triliunan ini adalah angka yang sangat besar dan dapat dialokasikan ke pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah mendatang dalam mewujudkan budaya maritim dengan cara mendorong dunia pendidikan, keluarga dan lembaga terkait memiliki program makan ikan laut. Membentuk suatu budaya itu tidak bisa instan tetapi harus dididik, diajari dan diedukasi. Ini hal yang sederhana tetapi akan mengubah cara pandang bangsa Indonesia terhadap lautnya. Jika makan ikan laut menjadi tradisi, kebutuhan makan ikan meningkat, illegal fishing diperangi, pembangunan infrastruktur kelautan dan kekuatan keamanan dan keselamatan laut ditingkatkan. Tetapi kita juga harus mengingat memoar Laksamana Cunningham, “It takes a navy three years to build a ship, but it takes a nation three hundred years to build a tradition”, “angkatan laut membutuhkan tiga tahun untuk membangun sebuah kapal, namun bangsa ini membutuhkan tiga ratus tahun untuk membangun tradisi”, bahwa memerlukan waktu panjang untuk bisa mengubah budaya “among tani” ke “dagang layar”. ©Redaksi Cakrawala

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 49

Jalur Kayu Manis,

Jejak Historis Kemaritiman Indonesia

Sejarah

50

Selama ribuan tahun, jauh sebelum bangsa Eropa hadir dan Negara Kesatuan Republik Indonesia lahir, bangsa-bangsa di bumi Nusantara ini telah

membuktikan dirinya sebagai bangsa maritim sejati. Kondisi geografis wilayah yang kini bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia ini memang ditakdirkan berbentuk kepulauan. Oleh sebab itu, bangsa yang hidup dan berdiam di Nusantara dituntut mampu menyesuaikan kehidupannya dengan kondisi ruang hidupnya. Hal inilah yang dibuktikan para leluhur bangsa Indonesia pada masa silam. Mereka berhasil memanfaatkan laut sebagai sumber kehidupan, jalur perniagaan antarpulau dan antarnegeri sekaligus simbol supremasi atau kejayaan suatu bangsa.

Keberanian dan ketangguhan para pelaut Nusantara di masa pra-kolonialisme Eropa telah membuatnya menjadi legenda tersendiri dalam catatan historis maritim dunia. Bahkan, hingga kini banyak sejarawan yang berusaha mengungkap sejarah kemaritiman masa lalu bangsa Indonesia. Rasa keingintahuan mereka kian kuat tatkala menemukan sejumlah fakta/bukti di beberapa negara di belahan dunia bagian selatan, seperti India, Madagaskar, Afrika Selatan dan Afrika Timur, yang mengindikasikan pelaut-pelaut Indonesia pernah hadir di daerah tersebut pada masa silam. Para sejarawan mengidentifikasi jalur pelayaran bangsa Indonesia di masa silam tersebut sebagai “Jalur Kayu Manis” atau sering disebut juga “Jalur Rempah”.

Jalur Perniagaan Nusantara Masa Lalu Sejumlah literatur, prasasti, dan catatan kuno

menyebutkan bahwa kerajaan-kerajaan Nusantara pada masa prakolonial Eropa pernah menjelajah samudra untuk berniaga ke beberapa negeri di belahan dunia lain. Penjelajahan dan perniagaan antarnegeri dari Nusantara telah menjadikannya terkenal hingga ke benua Eropa dan Asia. Kekayaan alam di sejumlah daerah di Nusantara menjadikannya primadona dan daya tarik tersendiri bagi negara-negara besar di Asia serta Afrika untuk mengunjunginya. Beberapa komoditi unggulan dari Nusantara antara lain kayu manis, damar, lada, cengkih dan sebagainya. Komoditi tersebut umumnya disebut sebagai rempah-rempah. Mengenai maraknya kegiatan perdagangan rempah dari Nusantara di masa lalu, banyak sejarawan dan penulis yang mencoba mengungkapnya.

Bukti paling tua yang bisa diajukan tentang keberanian pelaut Nusantara ada pada sumber yang tertulis di India dari abad ke-3 Sebelum Masehi. Bukti ini berulang kali menyebut kata “Jawa” sebagai asal rempah-rempah. Bukti kuno lain adalah buku Petunjuk Pelaut ke Lautan Erythrea (nama kuno Yunani untuk Samudra India). Buku ini menyebut adanya kapal-kapal dari arah timur yang membawa rempah-rempah. Sejarawan Inggris, Oliver William Wolters (1915 – 2000), mengungkapkan bahwa salah satu jalur pelayaran di wilayah Nusantara yang terpenting dan paling ramai terletak di bagian barat yaitu Selat Malaka. Pada paruh pertama abad ke-7 salah satu kerajaan kuno di Indonesia yang berpengaruh serta mampu mengontrol selat strategis ini adalah kerajaan Sriwijaya. Sayang, minimnya data dan informasi mengenai berbagai kegiatan perdagangan di Nusantara pada masa-masa prakolonial Eropa menyulitkan penulisan sejarah yang akurat.

Meskipun demikian, setidaknya terdapat kesamaan kesimpulan di kalangan sejarawan bahwa jalur kuno perdagangan internasional terdiri atas dua jalur. Jalur pertama, merupakan jalur darat yang membentang dari Cina, Indo-Cina, Asia Tenggara dan Asia Timur menuju Asia Barat, Asia Selatan hingga Eropa yang disebut Jalur Sutera. Sementara jalur kedua merupakan jalur laut yang populer disebut sebagai Jalur Kayu Manis atau Jalur Rempah-rempah. Jalur laut inilah yang direkonstruksi kembali oleh Phillip Arnold Beale, mantan anggota Angkatan Laut Kerajaan Inggris, pada tahun 2002 dengan membuat replika kapal kuno sebagaimana terpapar dalam relief di Candi Borobudur.

Jalur Kayu Manis merupakan fakta tak terbantahkan mengenai kedigdayaan bahari Nusantara pada masa lalu. Semua itu disebabkan beberapa kerajaan kuno di Nusantara berhasil memanfaatkan potensi maritim yang dimilikinya sehingga menjadi kerajaan yang besar dan berpengaruh kuat. Sejumlah pelabuhan di Nusantara telah berkembang menjadi bandar-bandar perdagangan internasional dan memiliki galangan kapal yang mampu memproduksi kapal-kapal berukuran besar. Kuatnya spirit maritim di Nusantara pada masa lalu dilandasi kesadaran bahwa lingkungan dan ruang hidup para nenek moyang bangsa Indonesia merupakan perairan. Selain itu, kesadaran tersebut juga diperkuat dengan tingginya semangat menjelajahi samudra untuk mencari daerah-daerah baru yang potensial sebagai

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 51

kawasan perniagaan sekaligus menebar pengaruh negerinya di wilayah tersebut. Dengan demikian, secara historis kejayaan maritim Nusantara bertumpu pada tiga pilar utama yaitu (1) Perdagangan, (2) Pelayaran, dan (3) Kota-kota pesisir.

Jejak Pelaut NusantaraKerajaan-kerajaan nusantara yang berhasil mencapai

kejayaan sebagai negeri maritim karena didukung oleh armada laut yang kuat dan kemajuan di bidang navigasi serta teknologi perkapalan. Beberapa kerajaan Nusantara yang pernah menguasai lautan antara abad ke-7 hingga ke-13 Masehi, antara lain Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan, Kerajaan Singasari dan Majapahit di Jawa Timur. Ketika kerajaan-kerajaan kuno tersebut mulai memudar kekuasaannya, perannya digantikan oleh Kesultanan Demak di Jawa Tengah, Kesultanan Banten di Jawa Barat, Kesultanan Aceh dan Samudera Pasai di Aceh, serta Kesultanan Gowa dan Bugis di Sulawesi Selatan, pada abad ke-11 hingga ke-15. Kemajuan industri maritim di beberapa kerajaan pesisir bahkan mampu memproduksi kapal-kapal bercadik atau kapal layar tiang tinggi berdimensi besar seperti jenis Jung (kapal layar Cina kuno) dan Phinisi (kapal layar Bugis), yang terbukti mampu menjelajahi samudra luas.

Maraknya kegiatan perdagangan internasional di Nusantara mendorong berdirinya kantor-kantor perwakilan atau pemukiman penduduk pendatang, sehingga terjadilah proses pembauran dan akulturasi dengan masyarakat pribumi. Kondisi serupa juga berlangsung di kalangan pedagang antarnegeri dari Nusantara di daerah-daerah yang dikunjunginya. Berlangsungnya proses interaksi dan pembauran antara pendatang dengan warga pribumi ini pada akhirnya menjadi “jejak” atau fakta historis akan kehadiran mereka di daerah tersebut. Fakta historis inilah yang berusaha diungkap oleh Profesor Timbul Haryono, guru besar arkeologi Universitas Gadjah Mada, dalam makalahnya yang berjudul “Madagaskar dan Indonesia dalam Perspektif Hubungan

Budaya”. Menurut beliau, bukti hubungan budaya Indonesia dengan Afrika dapat ditemui di Madagaskar, sebagai salah satu daerah perniagaan dan pelabuhan singgah saudagar-saudagar Nusantara. Di negara pulau ini, mudah dijumpai “jejak” historis dari negeri-negeri di Nusantara seperti bahasa, kebiasaan, dan adat-istiadat. Contohnya, terdapat kemiripan dalam bahasa Malagasy dan Indonesia seperti horita, firaka, hoala, fify, molotra, dan hihy untuk gurita, perak, kuala, pipi, mulut, dan gigi. Tidak mengherankan jika ada sejumlah suku di Afrika yang mengaku keturunan dari bangsa-bangsa di Nusantara.

Maraknya kegiatan perdagangan internasional di Nusantara, catatan pedagang antarnegeri asal Cina, I Tsing, dapat menjadi rujukan. Pada tahun 670 Masehi I Tsing pernah mengunjungi Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan dan menulis tentang maraknya kegiatan dagang di pelabuhan Sriwijaya. Pesatnya kegiatan perdagangan antarnegara di sana tampak pada banyaknya kapal-kapal dari India dan Timur Tengah. Bukti lainnya, adalah relief kapal yang dikenal dengan sebutan “Samudraraksa” di dinding Candi Borobudur, candi Budha peninggalan Dinasti Syailendra, penguasa Kerajaan Mataram kuno antara abad ke-8 hingga 9 Masehi di Jawa Tengah. Relief tersebut mengindikasikan pada masanya, kerajaan Mataram kuno telah mengarungi samudra luas untuk berniaga. Selain itu, bangsa-bangsa Eropa mengenal Nusantara sebagai penghasil rempah-rempah dari catatan petualang asal Italia yaitu Marco Polo. Catatan pedagang Portugal, Tome Pires, turut memberi

Sejarah

52

sumbangan berharga mengenai arti penting Nusantara bagi Eropa dan dunia. Semua itu merupakan “jejak-jejak historis” yang menerangkan kejayaan kekuatan maritim Nusantara di masa lampau.

Pasang Surut Kemaritiman di IndonesiaPopularitas Nusantara sebagai penghasil rempah-

rempah ternyata mengundang ambisi sejumlah negara maju di Eropa, seperti Kerajaan Portugis, Belanda, dan Inggris untuk menaklukkannya. Selain itu, jalur-jalur pelayaran dari armada dagang bangsa-bangsa di Nusantara yang telah dipetakan turut berkontribusi pada kedatangan bangsa Eropa. Pada tahap ini, popularitas Nusantara telah berubah menjadi bencana, karena mengawali berlangsungnya kolonialisme Eropa di bumi Nusantara. Portugis tampil sebagai kolonialis Eropa pertama yang berusaha menguasai Nusantara yang datang sekitar abad ke-15. Meskipun demikian, Belanda merupakan kolonialis Eropa berikutnya yang berhasil menguasai Nusantara dan mendirikan Kolonial Hindia Belanda. Belanda datang ke Indonesia pertama kali dalam bentuk Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC/Vereenigde Oost Indische Compagnie). Koloni Hindia Belanda bertahan di Indonesia selama kurang lebih 350 tahun berkat politik devide et impera (pecah belah).

Pada masa kekuasaan Kolonial Hindia Belanda ini, kejayaan Nusantara sebagai bangsa maritim runtuh secara sistematis. Segenap potensi maritim di nusantara sepenuhnya dikuasai dan dikendalikan oleh Belanda. Semua ini mengubah paradigma bangsa-bangsa di Nusantara yang semula berorientasi maritim menjadi bangsa agraris. Kejayaan Hindia Belanda runtuh ketika bala tentara Kekaisaran Jepang menyerbu kawasan Asia Tenggara saat pecah Perang Pasifik (1941-1945). Berakhirnya riwayat Hindia Belanda dan Pendudukan Jepang telah mendorong bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya dan tampil sebagai bangsa berdaulat. Setelah merdeka, negara Indonesia secara perlahan berusaha merintis kembali jejak-jejak kejayaan maritim kerajaan-kerajaan Nusantara guna mengembalikan jati diri asli dan budaya bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim.

Mengembalikan Kejayaan Maritim NusantaraGuna mengembalikan jati diri bangsa dari

masyarakat agraris yang lebih berciri kontinen menjadi

bangsa maritim kembali, bukanlah hal mudah. Di sini, diperlukan langkah-langkah konkrit yang tidak sebatas wacana atau semboyan melalui implementasi kebijakan yang lebih berpihak pada kemaritiman. Guna mengembalikan kejayaan maritim Indonesia sebagaimana pernah dicapai oleh kerajaan-kerajaan kuno Nusantara sekaligus mewujudkan Indonesia sebagai salah satu Poros Maritim Dunia, Presiden RI Joko Widodo menyampaikan di Forum East Asia Summit IX di Myanmar bulan November 2014, bahwa dibutuhkan lima pilar kemaritiman yaitu (1) Membangun budaya maritim, (2) Menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan bertumpu pada industri perikanan berbasis nelayan, (3) Infrastruktur dan konektivitas maritim, (4) Diplomasi maritim dan kerja sama kemitraan di bidang kelautan, dan (5) Pertahanan maritim.

Terkait dengan pertahanan maritim, maka mau tidak mau TNI AL selaku kekuatan pertahanan utama di bidang maritim harus diperkuat, sehingga akan menumbuhkan efek penangkalan yang ampuh. Dengan terwujudnya keamanan dan ketahanan nasional di bidang maritim yang kondusif otomatis akan meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia serta menaikkan citra positif bangsa di tataran internasional. Sekali lagi, janganlah lupa bahwa ruang hidup bangsa Indonesia adalah berbentuk kepulauan dengan dua pertiga wilayahnya terdiri dari laut. Oleh sebab itu, membangun infrastruktur kemaritiman serta memperkuat budaya maritim di masyarakat Indonesia merupakan sebuah tuntutan yang diimplementasikan dalam kebijakan nasional yang berkelanjutan. Jalur Rempah atau Jalur Kayu Manis modern yang menghubungkan wilayah-wilayah di Indonesia dengan “Dunia Luar” sepatutnya tidak sebatas pemahaman historis namun harus dihidupkan kembali sebagai jalur pelayaran yang akan menempatkan Indonesia dalam posisi strategis di tataran global. Menarik, menyimak apa yang disampaikan Presiden RRC Xi Jinping, mengutip adagium kaisar-kaisar Cina di masa lalu, bahwa “Barang siapa menguasai lautan maka akan menguasai dunia”. Pandangan senada juga diungkapkan oleh sejarawan Angkatan Laut Amerika, Alfred Thayer Mahan (1840 -1914). Di samping itu, adagium tersebut juga menjadi semboyan Kerajaan Inggris, yakni “British Rule the Waves”, yang menyiratkan kejayaan maritim bangsa Britania. ©Redaksi Cakrawala (Adi Patrianto)

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 53

IKAN NUSANTARA

Dalam Negeri

Kepulauan yang berciri Nusantara, posisi ikan memiliki arti yang sangat penting. Namun Produk Domestik

Bruto sektor ini relatif masih kecil, yakni sekitar 255,3 triliun rupiah, dibanding PDB Nasional 8.241.9 triliun rupiah, atau sekitar 3,1 persen. Kalau dihitung dengan kegiatan yang terkait di sektor lainnya, dalam istilah statistik disebut sebagai ‘PDB Satelit’, adalah

sekitar 4,16 persen. Produksi perikanan tangkap tahun lalu mencapai sekitar 5,9 juta ton. Kondisi ini sulit diharapkan berkembang, karena beberapa wilayah

penangkapan ikan sudah mengalami lebih tangkap, atau over fishing. Dengan demikian maka justru diperlukan

pengendalian, untuk mempertahankan kelestarian sumberdaya perairan. Belum lagi dihadapkan pada persoalan IUU, atau Illegal, Un-regulated dan Un-

reported Fishing, yang sangat merugikan negara dan menyebabkan banyak distorsi data.

Budi daya perikanan atau akuakultur merupakan bidang yang sangat menjanjikan, karena pemanfaatan potensi lahan masih tergolong

sangat rendah. Dari data 2009-2012, potensi lahan budidaya perikanan laut, tambak, perairan umum dan lainnya sekitar 17.744.303 ha, baru dimanfaatkan sekitar 1.125.548 ha, atau 6,34 persen. Produksi perikanan budidaya saat ini sekitar 6,3 juta ton, nomor dua terbesar di dunia, setelah Cina.

Ikan TropisNegeri Kepulauan yang berada di bentangan

katulistiwa ini tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Matahari terbit sekitar pukul 05.00 pagi dan tenggelam

sekitar pukul 18.00 sore hari. Tidak seperti kawasan subtropics, apalagi di sekitar kutub,

dikala musim dingin yang beku, melihat matahari nun jauh di arah selatan atau utara, dan di musim

panas yang terik, memiliki malam yang relatif hanya sekejab.

Kehangatan sepanjang tahun yang ada di Indonesia memberikan hikmah bisa melakukan kegiatan budidaya

perikanan tanpa halangan perubahan musim, kapanpun, di manapun. Tidak adanya musim dingin, menyebabkan laut dan perairan Nusantara ini nyaman dinikmati oleh segala jenis ikan. Tidak heran apabila perairan Indonesia merupakan kawasan biodivercity yang terbesar di dunia. Aneka ikan, tiram, terumbu karang, rumput laut, dan biota lainnya, hidup di laut, danau dan sungai kita. Sumber ikan hias terbesar adalah dari perairan ini.

Dibalik keuntungan perairan tropis tersebut, terdapat juga kelemahan yang menyertainya. Dengan komunitas ikan yang berbagai jenis dalam setiap kawasan, menyebabkan kurang menguntungkan dalam aspek efisiensi dan efektivitas bisnis serta industrialisasi. Sekali jaring diangkat, berbagai macam ikan ada di dalamnya, padahal industrialisasi memerlukan keragaman jenis dan ukuran. Memang beberapa jenis ada yang bergerombol dalam ukuran yang relatif sama, sebagaimana ikan lemuru di Selat Bali. Oleh karenanya, sejak dulu pabrik pengalengan ikan yang telah berdiri adalah di Muncar, Banyuwangi, kota kecil di Selat Bali, terutama memproduksi ikan kaleng lemuru, sejenis sardine.

Ikan di kawasan bersuhu dingin, telah terseleksi oleh alam, hanya ikan yang tahan pada lingkungan bersuhu rendah, mampu bertahan hidup. Oleh karenanya, maka jenis-jenisnya menjadi terbatas, namun jumlah gerombolan ikan setiap jenisnya berjumlah banyak. Ikan cod, herring, sardine, dan sebagainya, bila tertangkap jarring merupakan kumpulan yang masif dan berukuran

Oleh: Soen’an Hadi Poernomo

info

54

serupa. Biaya, tenaga dan waktu penanganan dan pengolahan menjadi efisien dan efektif.

Mengenai musim di kawasan tropis yang mempengaruhi bukan tidak ada. Perputaran bumi mengelilingi matahari menyebabkan kondisi musm yang berbeda di kawasan katulistiwa. Oleh karenanya, pada saat musim barat para nelayan dari Rembang dan Pekalongan menangkap ikan di kawasan Masalembo, Sulawesi Selatan, sedangkan di musim timur mereka berpindah ke area penangkapan ikan di Laut Karimata, dekat Bangka-Belitung. Pangkalan untuk berlabuh juga menyesuaikan dengan perubahan letak fishing ground tersebut. Penangkap ikan yang sedang melakukan perpindahan pelabuhan dikenal sebagai nelayan “Andon”. Menetap sementara di tempat pendaratan ikan yang sedang musim.

Rotasi bulan terhadap bumi juga mempengaruhi musim penangkapan ikan. Dikala bulan purnama, para nelayan istirahat, memperbaiki jaring, malamnya menikmati hiburan “dongbret”—musik ndang-ndut pesisir dengan penyanyi norak yang aduhai. Pada saat “padangan” terang bulan tersebut ikan sedang sepi. Ketika “petengan” atau gelap bulan, ikan sedang banyak di laut, mereka berbantal ombak, berselimut angin, menebar jaring memanen ikan.

Di Nusantara ini peta perikanan juga ada keunikan sosio-bio-ekonomi. Populasi nelayan tradisional menumpuk padat di pantai utara Jawa. Kebetulan pasar dalam negeri terbesar tentu juga di pulau Jawa, sesuai dengan kepadatan penduduknya. Tak pelak lagi, Laut Jawa mengalami kondisi over fishing, atau “lebih tangkap”, jumlah ikannya semakin menipis habis. Di kawasan Sumatera juga agak mirip dengan kondisi di pulau Jawa.

Kawasan timur Indonesia, memiliki Laut Banda dan sekitarnya yang kedalamannya jauh lebih dalam dibanding kawasan barat. Ikan yang hidup juga berbeda, banyak pelagis besar seperti tuna dan cakalang, yang beruaya bolak-balik melewati perairan tersebut. Ikan dan udang yang ada sangat laku untuk menjadi bahan industri dengan pasar luar negeri. Namun demikian, nelayan di kawasan timur kurang aktif, dibanding dengan nelayan kawasan barat. Maka terlihatlah, di kawasan timur ini bertebar

industri perikanan padat modal, dengan tenaga teknis diambil dari kawasan barat.

Salah Kaprah dalam IkanSuatu kaidah umum seringkali tidak tepat untuk

diterapkan dalam hal-hal khusus. Masyarakat sering pula melakukan kesalahan yang menganggap suatu kebenaran, karena kebanyakan orang di sekitarnya melakukan hal yang sama. Dalam melihat kegiatan perikanan, hal tersebut perlu juga diwaspadai.

Sebatang kayu akan memperoleh nilai tambah apabila dirubah bentuk menjadi sebuah kursi atau mebel air lainnya. Ikan bandeng biasa akan mendapat added value apabila diolah menjadi bandeng presto. Namun dalam produk perikanan tidak selamanya pengolahan akan memberi penambahan keuntungan. Ikan tuna segar untuk sashimi di Jepang, harganya jauh lebih mahal dibanding dengan ikan tuna beku, atau diolah lebih lanjut. Jadi hendaknya tidak berprasangka buruk, atau menganggap tidak berupaya mendapatkan nilai tambah, apabila ada nelayan atau suatu industri menjual fresh tuna. Begitu juga, udang shell-on (berkulit) lebih mahal dibanding dengan udang peeled (dikupas).

Hal yang agak khusus, misalnya permasalahan alih muat (transshipment) kapal ikan. Suatu kejahatan yang banyak merugikan negara apabila ada kapal menangkap ikan di perairan Nusantara, kemudian dialih muat ke kapal asing. Kegiatan tersebut tentu termasuk kategori illegal, un-reported dan un-regulated (IUU) fishing activities.

Tapi ternyata alih muat hasil perikanan juga ada yang bernilai halal, dan berdasarkan hitungan bisnis, bisa dianggap sebagai keharusan. Misalnya dalam suatu industri perikanan nasional, memiliki armada terdiri dari lima kapal penangkap yang bersama-sama menuju ke wilayah area penangkapan ikan (fishing ground) yang sama. Setelah beberapa waktu mendapatkan hasil tangkap, salah satu kapal perlu kembali ke pangkalan pendaratan, untuk membawa produk dengan mutu kesegaran yang prima. Guna efisiensi, empat kapal lainnya menitip hasil tangkap untuk dibawa kapal yang mau kembali. Dalam hitungan bisnis, kapal-kapal tersebut dapat mengirimkan hasil tangkapannya dalam kualitas yang masih sangat segar, dan tentu harganya jauh lebih tinggi. Bahan bakar juga dapat dihemat, dan kapal yang menitip hasil tangkap, dapat melanjutkan untuk melanjutkan operasi penangkapan ikan.

Begitulah, lain ladang lain ilalang, lain lubuk lain ikannya, sama ulah belum tentu serupa niatnya. Yang

berbuat buruk harus dihindari dan dimusuhi, adapun yang bermaksud baik harus didukung dan dimaklumi.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 55

STRaTEgI MEMbIna hUbUngan DEngan MEDIa MaSSaDalam era informasi dan tranparansi saat ini, tidak

bisa dipungkiri menjadi seorang pemimpin (pejabat atau komandan) otomatis menjadi seorang figur

publik. Bagi media massa, sang pemimpin tersebut akan menjadi sumber berita yang dicari-cari dan ditunggu-tunggu untuk kepentingan pemberitaan. Meskipun sangat banyak pemimpin dan bahkan Kepala Dinas Penerangan atau Kepala Humas (Kahumas) yang dalam pelaksanaan tugas sehari-hari mampu melayani wartawan untuk memberikan keterangan pers, akan tetapi tidak sedikit yang belum memahami benar apa sesungguhnya kemauan media massa. Tidak heran ada pemimpin yang menginginkan Kahumasnya membatasi diri dan hanya sedikit bicara kepada pers. Ungkapan seperti, “Ah, sudahlah, jangan terlalu dekat dengan wartawan, nanti ngomongnya sedikit, tulisannya panjang, ngaco lagi!”, (Zainal Abidin Partao; 2006). Ternyata di sisi lain, wartawan pun memiliki pandangan dan penilaian yang sama terhadap pemimpin tersebut. Mereka juga bisa saja memiliki rasa kecewa dengan gaya sang pemimpin tadi. Kenapa?, karena membanding-bandingkan gaya kepemimpinan seseorang adalah sifat manusia. Wartawan pun memiliki kebiasaan yang sama, membanding-bandingkan seorang pemimpin dalam suatu instansi dengan pimpinan atau kepala instansi lain. Wartawan juga manusia biasa. Ia bisa saja menumpahkan emosi dan kekecewaannya ke dalam tulisan. Wartawan sangat sensitif, apalagi jika menjelang tenggat

waktu (deadline). Hanya deadline yang mereka takuti. Tidak wartawan, tidak pemimpin redaksi, tidak redaktur pelaksana, tidak kordinator liputan. Mereka menjadi mudah tersinggung bila menjelang deadline. Terlebih bila sumber berita tidak akomodatif, maka tulisannya akan cenderung pedas. Oleh karena itu, kalau hal ini tidak pintar-pintar dalam me-manage hubungan dengan media massa, dapat mempengaruhi opini yang beredar lewat tulisan yang mungkin bernada subjektif. Faktor baik buruk dan smooth tidaknya hubungan pimpinan dengan wartawan bisa mempengaruhi bentuk opini yang beredar di masyarakat. Karena media massa adalah alat terampuh dalam membentuk opini publik yang dapat merugikan atau sebaliknya menguntungkan organisasi. Keduanya akan berdampak terhadap reputasi organisasi yang bersangkutan. Fakta membuktikan, banyak tokoh dapat melambung namanya bahkan hingga menjadi presiden, karena media. Tidak sedikit pula yang jatuh, juga karena media. Keterampilan me-manage hubungan seorang pimpinan instansi dengan pers di era reformasi, komunikasi dan informasi saat ini sangatlah penting,serta wajib sudah terbangun dengan akrab. Baik dengan wartawan maupun pemimpin redaksi, sebaiknya terbina jalinan komunikasi dengan harmonis. Jangan sebaliknya, hubungan acuh tak acuh, tak kenal, tak dekat, tidak peduli dan tidak penting. Yang menjadi masalah, bila kemungkinan terjelek instansi yang kita pimpin suatu ketika

Oleh: Letkol Laut (KH) Drs. Toni Syaiful

opini

56

tertimpa suatu krisis atau masalah besar berskala nasional yang datangnya tanpa diduga. Kalau itu sudah terjadi, mungkin tidak bisa ditutup-tutupi lagi. Di era keterbukaan ini jika krisis tersebut terjadi, tidak dapat dihindarkan lagi, wartawan akan datang berbondong-bondong ke kantor. Sebagaimana umumnya manusia memiliki beragam watak dan sifat, wartawan yang datang pun beragam latar belakang, beragam watak dan kelakuan yang kadang bukan membantu, tapi malah menambah keruh masalah, sehingga semakin tidak terkendali. Wartawan yang datang ada yang dilandasi empati dan simpati, dan ada juga yang datang dengan sinisme dan dikuasai emosi. Selain itu ada yang datang dengan data dan informasi yang tidak langsung yang sifatnya hanya merupakan humor, desas-desus penuh spekulasi sangat merugikan instansi. Karena sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, wartawan berhak datang untuk mencari berita, meski hal ini tidak lepas dari tujuan pokok, yaitu mewujudkan kepentingan bisnisnya. Di sinilah perlunya kemampuan, keterampilan dan seni untuk me-manage dan mengatur pertemuan dengan pers. Perlu diingat, pers wajib dilayani tetapi tidak wajib selalu dipertemukan dengan pimpinan utama. Pemimpin bisa saja mendelegasikannya kepada orang lain atau kepada Kahumasnya. Perlu di garis bawahi pula, dalam membina hubungan dengan pers, kita tidak boleh membeda-bedakan pelayanan terhadap wartawan diukur atas besar kecilnya lembaga perusahaan pers, termasuk perangai pribadi wartawannya.Namun, layanilah secara proporsional sesuai visi dan misi penerbitan itu sendiri. Ada penerbitan mengemban misi jurnalistik ilmiah, ada jurnalistik ekonomi, ada jurnalistik militer, ada jurnalistik hukum, dan ada juga jurnalistik yang hanya menonjolkan kriminalisme, seks, skandal dan sensasi dalam pemberitaannya. Sudah barang tentu kita harus pandai memilih, wartawan mana yang lebih layak dibina hubungan kerja samanya guna menciptakan opini positif di mata publik sesuai visi dan misi organisasi kita. Karena itu, tugas dan fungsi Humas/Dinas Penerangan adalah sebagai instrumen yang berfungsi menyampaikan informasi tentang keberhasilan dalam pembinaan dan kinerja organisasi, agar bisa dilihat secara luas sehingga diharapkan dapat menaikkan citra positif di mata publik. Satu-satunya cara agar tujuan tersebut bisa terealisir adalah menggandeng dan terus menjaga hubungan baik dengan pihak media (media relations). Untuk itu, media relations adalah wajib hukumnya bagi Kahumas termasuk juga bagi seorang pemimpin, karena keuntungan yang diperoleh bisa berdampak pada meningkatnya brand image organisasi/institusi, yang berujung pada meningkatnya citra positif di mata publik. Celah untuk dapat membentuk citra positif adalah dengan menerapkan strategi public relationship dengan media massa agar kinerja maupun personel yang ditampilkankan dapat dipublikasikan dan diketahui masyarakat. Dengan melibatkan media, bisa lebih dikenal masyarakat. Karena di tengah arus informasi

yang cepat berubah, sebuah institusi bisa berkompetisi dan bersaing lebih baik dengan menjalin hubungan baik dengan media. Image building sebuah lembaga merupakan hal mutlak yang harus selalu dilakukan. Untuk mencapai terbentuknya citra positif, dibutuhkan pemahaman seorang pemimpin didukung kejelian strategi dari Kahumas yang handal dalam menjinakkan media. Memang dibutuhkan kesabaran dan keuletan. Tetapi hasil yang ditimbulkan sangat luar biasa besar manfaatnya bagi nama baik dan kepercayaan publik terhadap kinerja organisasi. Agar kemitraan antara media dengan Kahumas dan pemimpin dapat terjalin hubungan yang harmonis dan saling membutuhkan satu sama lain, tanpa melupakan integritas profesi masing-masing, maka kedua belah pihak harus memiliki konsep yang jelas sehingga hubungan yang terjalin dapat selaras dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing pihak. Konsep tersebut dilaksanakan dengan memperlakukan pers sebagai mitra kerja dengan cara memanfaatkan pers untuk menyebarluaskan informasi kepada publik, sehingga terbentuk citra positif dapat diperoleh organisasi.

Memahami Cara Kerja Media Massa Media massa bekerja 24 jam nonstop. Tugas wartawan/pers adalah mencari dan mengumpulkan informasi kemudian menuliskannya menjadi sebuah berita. Informasi yang ditulis menjadi berita bukan sekedar informasi dan data semata, tetapi informasi dan data yang dapat dijual. Artinya informasi yang akan ditulis menjadi berita harus memiliki nilai berita, aktual, dan memberi manfaat yang tinggi bagi pembacanya/pemirsanya. Guna mendapatkan berita yang bernilai jual, apa saja akan dilakukan pers sejauh itu sesuai dengan kode etik jurnalistik dan bermanfaat serta disukai pembaca/pemirsa, dan itu semua adalah untuk keberlangsungan hidup perusahaan media itu sendiri, yakni keuntungan finansial! Fenomena sekarang yang disenangi wartawan adalah peristiwa yang memiliki kelayakan berita, yakni:a. Aktualitas. Artinya kejadian yang sedang terjadi atau baru saja terjadi yang akan menjadi pembicaraan hangat dan menjadi isu yang layak untuk dipublikasikan.b. Prominance. Artinya ketokohan atau orang-orang yang menjadi tokoh yang akan menjadi sumber berita menarik. c. Kontroversial. Sesuatu yang kontroversial dan menjadi gunjingan banyak orang pasti memiliki nilai berita, karenanya pers akan selalu memuat peristiwa atau sikap-sikap yang kontroversial.d. Dramatik. Yaitu peristiwa yang menunjukkan adanya daya humanisme yang tinggi, atau sesuatu yang mengharukan.e. Tragis. Artinya peristiwa yang menyentuh perasaan kemanusiaan dan mampu membuat ketersitaan perhatian publik.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 57

f. Novelty. Adanya hal-hal baru dalam kehidupan manusia, seperti penemuan baru, pengetahuan baru, dan lainnya.g. Unik. Maksudnya sesuatu yang berbeda dari biasanya, menyentuh rasa, langka, dan lainnya.h. Spektakuler. Yaitu segala sesuatu yang “paling” atau “ter”, misalnya sesuatu yang “terbesar”, “terbaik”, dan sebagainya.

Memahami Taktik dan Strategi Media Massa dalam Mencari Berita Untuk memperoleh berita – dengan kata lain untuk memperoleh informasi dan data agar dapat disusun menjadi sebuah berita – berbagai strategi dan taktik dibuat oleh media. Media massa dapat menyorot tentang keberadaan TNI AL, mulai masalah perilaku negatif prajurit di lingkungan masyarakat sekitar, sampai aktivitas kegiatan operasi dan latihan yang dilaksanakan. Hal ini disebabkan adanya perlindungan dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, bagi wartawan untuk menjalankan profesinya. (Pasal 4 ayat (3): “Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi”, Pasal 8: “Dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum”. Media bisa saja menjadikan tukang sapu hingga sopir sebagai informan untuk mendapatkan sumber berita. Taktik lain yang dipergunakan adalah taktik bak seorang intelijen menyelidiki buruan. Beberapa nama taktik yang digunakan adalah:a. Taktik “Memancing Harimau Turun Gunung”. Ini dilakukan dengan mewawancarai satu tokoh kontroversial tertentu. Tujuannya adalah memancing tokoh yang menjadi target utamanya keluar dan berkomentar setelah itu.b. Taktik “Pinjam Tangan”. Yakni dengan menulis berita komentar si A sebagai narasumber, padahal si A ini adalah teman satu grup wartawan tadi yang sebelumnya sudah mengetahui adanya suatu peristiwa.c. Taktik “Balon Gas”. Mumbul, naik, dan tembak. Maksudnya timbulkan dulu, wartawan sengaja melemparkan isu-isu apa saja. Tujuannya memancing reaksi. Bila reaksi itu tepat seperti yang mereka skenariokan, maka jadilah berita.d. Taktik “Ceker Ayam”. Maksudnya berbicara berbagai macam masalah sampai masalah itu keluar dengan sendirinya dari mulut kita. Untuk mengorek informasi lebih jauh di sini wartawan berpura-pura tidak tahu tentang masalah yang terjadi. Kita menjadi asyik bercerita, tanpa disadari informasi rahasia itu keluar.

e. Taktik “Bermain Kata-Kata”. Maksudnya media menggunakan kata-kata sebagai cara untuk mengecoh sasaran. Contoh: macet di Jakarta itu “biasa”. Mungkin karena sudah biasa, wartawan akan menilai, bahwa Pemda DKI sudah mati rasa dan menganggap sepele soal kemacetan di Jakarta. Untuk memperoleh informasi, wartawan akan mendatangi TKP dan akan mengkorfirmasi berbagai kepada beberapa saksi yang mengetahui peristiwa, atau yang dianggap sebagai narasumber yang terpercaya. Pendapat mereka inilah yang akan menjadi bahan berita. Bila kita yang memiliki kewenangan dan kapabilitas dalam menjawab atau menjelaskan menolak dimintai keterangan, wartawan dapat saja mencari sumber berita lain yang belum tentu memiliki kapabilitas untuk mengupas masalah yang dicarinya. Sang wartawan bisa saja melakukan konfirmasi yang salah alamat, sehingga berita yang keluar akan bias dan dapat merugikan kita. Cara berpikir orang media massa tidak sama dengan cara berpikir kita. Media massa/pers berpikir atas dasar kepentingan masyarakat kebanyakan yang dirugikan karena ketidakmampuan atau karena ketidakberdayaannya melawan

Wawancara sebagai penyampaian informasi kebijakan TNI Angkatan Laut.

opini

58

kekuatan besar yang terorganisir. Siapakah kekuatan besar itu? Salah satunya sebuah institusi. Misalnya, bagi pers, sidang kasus perdata sengketa tanah yang sifatnya horizontal di pengadilan dianggap tidak menarik. Namun kasus perdata yang sifatnya vertikal, misalnya penggusuran para purnawirawan yang masih tinggal di asrama-asrama militer oleh aparat kesatuan militer, justru menarik. Meskipun pers dalam menggali berita terlihat berimbang, akan tetapi berita yang muncul bisa jadi memihak kepada para purnawirawan. Kita juga jangan mempersulit wartawan untuk mencari berita. Semakin sulit kita ditemui, semakin sulit wartawan memperoleh informasi, maka wartawan akan semakin tidak terkendali. Jadi jangan dikira dengan sulitnya informasi diperoleh kemudian si wartawan akan mundur. Justru sebaliknya informasi diperoleh akan membuat wartawan tertantang dan bergairah untuk mengejarnya. Mereka akan semakin gigih mencari. Mereka akan segera membentuk tim untuk membongkar kebuntuan memperoleh informasi ini. Bahkan bila perlu Pemrednya juga akan ikut turun. Bagi perusahaan media massa sejenis, khususnya dengan misi pokok adalah pemberitaan/informasi, mereka bersaing satu sama lain dalam hal kecepatan memperoleh berita aktual. Bersaing mendapatkan gambar atau momen yang tepat dan bagus. Bersaing menemukan narasumber yang tepat dan kapabilitas, hingga bersaing secara cepat dalam menyiarkannya. Bagi media hal tersebut adalah kredibilitas untuk mendapatkan kepercayaan, penilaian, dan pengakuan audiens, yang ujung-ujungnya juga untuk meraih rating tertinggi demi bisnis dan finansial. Wartawan juga manusia yang akan mencari yang terbaik untuk hidupnya. Bisakah Anda bayangkan, apabila seorang wartawan yang dulu Anda sepelekan, kini hadir di hadapan Anda dalam posisi sebagai pemimpin redaksi sebuah penerbitan besar nasional, atau sebagai Ketua Komisi I DPR RI yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan kesatuan Anda. Maka, hormatilah wartawan apa adanya. Ini harus menjadi pedoman kita. Seperti hal nya profesi lain, menjadi wartawan pun adalah sebuah pilihan profesi. Mereka juga telah mengenyam pendidikan tinggi yang cukup lama bahkan hingga ke luar negeri agar bisa menjadi seorang wartawan.

Kiat Membina Hubungan dengan Media Massa Sejatinya dengan kemampuan membina hubungan yang sangat sederhana sekali pun hubungan dengan pers bisa dapat terlaksana, meski tidak memiliki nilai atau apa adanya. Namun bagi seorang pemimpin, terlebih seorang pejabat Kahumas, harus memiliki kiat-kiat yang cerdas untuk membina hubungan dengan wartawan. Kalau tidak, suatu ketika apabila mempunyai suatu kegiatan yang terbilang bernilai berita, jumlah undangan wartawan yang hadir akan sangat sedikit. Kiat yang terpenting adalah membangun komunikasi interpersonal yang lebih mengedepankan pola face to face.Kiat lain yang perlu dilakukan adalah harus memahami tugas-

tugas wartawan termasuk visi dan misi media massanya, antara lain:a. Pemahaman akan dunia dunia pers dan cara kerja mencari berita. b. Harus mampu membina tali silahturahmi yang erat dengan pers, menciptakan hubungan yang harmonis, dan membina tali asih yang kokoh dan kuat. Bisa dilakukan secara formal maupun nonformal. Contoh : diplomasi minum kopi bersama, makan siang bersama, mengadakan buka puasa bersama, mengajak media untuk mengikuti latihan menembak, latihan menyelam, menghadiri undangan resepsi wartawan atau keluarganya yang sedang menikah, memberi kartu ucapan yang berulang tahun, dan sebagainya.c. Tetap menjaga dan membina agar hubungan itu tetap hangat dan harmonis.d. Jangan sekali-kali menutup saluran informasi kepada pers, tetapi harus membantu memberi jalan keluar kepada wartawan bila mereka membutuhkan informasi.e. Terus berupaya melakukan pendekatan yang sistematis dan bijaksana. Melaksanakan komunikasi interpersonal sangatlah efektif dalam membangun media relations, karena dapat menimbulkan:a. Openess (keterbukaan). Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi.b. Emphaty (empati). Merasakan apa yang dirasakan orang lain.c. Supportiveness (dukungan). Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.d. Positiveness (rasa positif). Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi kondusif untuk interaksi yang efektif.e. Equality (kesetaraan). Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak saling menghargai, berguna,dan mempunyai sesuatu untuk disumbangkan. Dengan adanya pengetahuan di atas, pemimpin atau Kahumas akan relatif lebih mudah dalam menjalin hubungan dengan wartawan. Dengan hubungan yang baik, akan tercipta pula hubungan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan satu sama lain, serta kita juga akan memperoleh input dari media massa terkait berbagai perkembang informasi mutakhir. Hubungan yang semakin harmonis tidak saja mampu menciptakan opini positif, tetapi juga menciptakan public trust di mata publik tentang institusi atau organisasi kita.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 59

PEManFaaTan LIMbah Upaya Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Dalam upaya mengembangkan industri perikanan nasional, Departemen perikanan dan Kelautan (DKP) telah mengeluarkan Peraturan Menteri

Nomor 17 Tahun 2006 yang mewajibkan perusahaan asing yang akan melakukan usaha penangkapan ikan di perairan Indonesia diwajibkan mendirikan industri pengolahan di dalam negeri. Dalam Peraturan tersebut tersirat bahwa tujuan dari kewajiban untuk membangun industri pengolahan ialah melalui pengembangan industri pengolahan akan meningkatkan nilai tambah produk perikanan Indonesia dan dapat membuka lapangan kerja.

Dengan keluarnya ketentuan tersebut diharapkan ke depan Indonesia tidak lagi melaksanakan ekspor dalam bentuk bahan baku lagi tetapi harus sudah menjadi produksi olahan seperti produk pengalengan ikan.

Dari sumber data diketahui hanya 422 Industri Perikanan yang kantongi sertifikat dari 59.839 unit industri pengolahan ikan di Indonesia, baru ada 422 unit industri saja yang memiliki Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP). Dari 59.839 unit industri pengolahan ikan di Indonesia, industri perikanan

masih mengalami banyak kendala. Menurut beberapa sumber seperti pada catatan FAO (2007), Indonesia termasuk sebagai negara produsen perikanan ketiga terbesar di dunia. Namun, kenyataannya, industri yang menggelinding di dalam negeri belum mampu mengiringi produksi tersebut karena tingginya ekspor bahan baku berupa ikan segar. Sektor perikanan telah menyumbang 3,12% dengan nilai Rp 128,8 triliun untuk produk domestik bruto (PDB) tahun 2009. Penyerapan tenaga kerja mencapai 6,43 juta orang.

Indonesia merupakan negara penghasil bahan baku perikanan terbesar tetapi ekspor industri pengolahan perikanan di pasar internasional masih kecil, sekitar 3 persen. Dalam menunjang kegiatan ekspor perlu

adanya perubahan dalam kebijakan yang tadinya ekspor dalam bentuk bahan baku diubah menjadi ekspor dalam bentuk olahan demikian disampaikan Direktur Hasil Pengolahan Perikanan Ditjen

Pemasaran dan Pengolahan Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Ir.

Saut P. Hutagalung, M.Sc. belum lama ini. Lebih lanjut disampaikan Indonesia

sebagai pemilik bahan baku terbesar, Indonesia seharusnya dapat menjadi

penentu pasar, dengan mengubah dari ekspor bahan baku menjadi ekspor bahan jadi (olahan) dan pemerintah

berpihak kepada industri pengolahan dalam negeri.

Oleh: Kolonel Laut (P) Eko Irianto, S.Pi.

opini

60

Limbah Hasil PerikananLimbah adalah bahan yang merupakan buangan dari

proses perlakuan atau pengolahan untuk memperoleh hasil utama atau hasil samping. Limbah hasil perikanan mengandung karbohidrat, protein, lemak, garam mineral, dan sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan/pembersihan. Sifat-sifat limbah industri pangan: limbah yang diproduksi oleh industri perikanan bervariasi dalam kuantitas dan kualitasnya, limbah ini merupakan limbah berbeban rendah (BOD dan padatan tersuspensi tinggi, miskin Nitrogen, proses dekomposisi cepat) volume cairan tinggi. Limbah PHP, bersumber dari pemotongan, pembersihan peralatan pengolahan dan pendinginan produk akhir. Komponen limbah cair sebagian besar adalah bahan organik. Limbah-limbah perikanan tentunya dapat dimanfaatkan sesuai peruntukannya seperti untuk pembuatan campuran pakan ternak atau pupuk dan teknologi terbarukan lainnya.

Desa pesisir jumlahnya sangat banyak di negara kita, hasil perikanan yang didapat sehari hari biasanya langsung dijual atau diolah sesuai kebutuhan produk hasil akhirnya menjadi ikan asin dan produk cemilan lainnya yang bisa menghasilkan perekonomian lokal yang tentunya belum maksimal. Di wilayah Indonesia timur misalnya Sulawesi, Maluku, dan Papua dan lain-lain rata-rata di desa pesisirnya belum dapat mengolah hasil limbahnya. Limbah tersebut tentunya mempunyai nilai ekonomi tinggi. Sebagai contoh banyak desa pesisir di Pulau Jawa sudah bisa mengolah hasil limbahnya untuk dikirim ke pabrik-pabrik pakan ternak seperti, PT Charoen Phokphand, Confeed Japfa confeed dan lain-lain.

Dampak terhadap lingkungan sekitar, limbah perikanan jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan dan manusia. Gas yang ditimbulkan dari ikan sangat menyengat dan mengganggu indera penciuman manusia, seperti kulit udang dan sisik udang jika dibuang sembarangan akan mengundang lalat yang banyak membawa bibit penyakit.

Pemanfaatan limbah perikanan jika diolah dengan baik akan mendatangkan banyak keuntungan. Pemanfaatan limbah perikann diantaranya adalah tulang ikan dapat dimanfaatkan menjadi tepung tulang ikan yang dapat dijadikan makanan ternak, limbah kulit ikan tuna dapat disamak dan dijadikan cinderamata, kotoran ikan dapat dijadikan pupuk, kulit ikan jadi kerupuk dan lain lain.

Perkembangan industri pengolahan ini khususnya pengalengan ikan serta pengolahan ikan lainnya seperti udang, kepiting, dan tuna menyisakan hasil sampingan berupa limbah yakni tulang, kulit, kepala, dan limbah cair. Limbah dari suatu proses pengolahan ikan tersebut dapat menjadi pemasukan sampingan produksi pengolahan dan tentunya akan memberi tambahan pendapatan bagi industri.

Pemanfaatan limbah produk perikanan seperti pada industri pengalengan ikan sangat berkembang di Jawa Timur, terdapat 25 industri pengolahan tepung ikan yang memanfaatkan limbah seperti tulang, kepala, dan ekor ikan. Pemanfaatan limbah-limbah tersebut memanfaatkan limbah yang berasal dari industri pengalengan ikan, di mana kapasitas pengolahan limbah ini yaitu 2 hingga 50 ton bahan baku berupa limbah-limbah industri perikanan per harinya.

Selain pemanfaatan limbah industri perikanan menjadi pupuk, limbah tersebut dapat pula dijadikan produk minyak ikan. Di mana industri pengolahan minyak ikan saat ini sudah mulai berkembang. Saat ini sudah terdapat 9 usaha pengolahan minyak ikan di Jawa Timur dengan kapasitas 1 hingga 15 ton minyak ikan per bulannya. Ke depan diharapkan semua jenis komoditas perikanan bisa diolah secara keseluruhan sehingga hampir tidak ada lagi limbah hasil produk perikanan yang menumpuk serta mengganggu lingkungan.

Desa PesisirSeharusnya masyarakat pesisir merupakan masyarakat

yang sejahtera karena potensi sumber daya alamnya yang besar. Namun pada kenyataannya hingga saat ini sebagian besar masyarakat pesisir masih merupakan bagian dari masyarakat yang tertinggal dibandingkan dengan kelompok

Salah satu cara pelestarian dan pemanfaatan lingkungan di laut.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 61

masyarakat lainnya. Kemiskinan yang melanda rumah tangga masyarakat pesisir/nelayan telah mempersulit mereka dalam membentuk kehidupan generasi berikutnya yang lebih baik dari keadaan mereka saat ini. Anak-anak mereka harus menerima kenyataan untuk mengenyam tingkat pendidikan yang rendah. Karena ketidakmampuan ekonomi orang tuanya.

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) merupakan upaya untuk menjawab permasalahan yang terjadi pada masyarakat pesisir dewasa ini. Program PEMP membawa angin segar bagi kehidupan masyarakat pesisir yang mempunyai harapan untuk menikmati kehidupan yang lebih baik dan dapat membantu masyaakat nelayan yang sejahtera. Salah satu contoh adalah desa pesisir di tanggerang kecamatan Teluk Naga seperti desa Tanjung Pasir. Desa Tanjung Pasir sering menjadi lokasi pelaksanaan program pemberdayaan, khususnya dari sektor perikanan. Perikanan tangkap merupakan sumber ekonomi nelayan desa tersebut.

Strategi Pemberdayaan Nelayan Pendapatan nelayan di Desa Tanjung Pasir terdukung

dengan akses sarana dan prasarana perikanan yang lebih mudah dan tersedia di Desa Tanjung Pasir. Fasilitas yang tersedia di desa tersebut meliputi Tempat Pelelangan Ikan, Kios sarana produksi perikanan, ketersediaan bahan bakar minyak, dan infrastruktur jalan raya. Ketersediaan sarana dan prasarana perikanan mutlak dibutuhkan oleh komunitas nelayan. Selain itu, dalam sistem perikanan, diperlukan keterkaitan dan subsistem yang saling mendukung yakni, subsistem terkait dengan sosial ekonomi masyarakat (humanistik), subsistem ekosistem alam dan perairan, dan manajemen sistem (Charles, 2001). Dinamika di dalam subsistem sangat dipengaruhi oleh pergolakan di dalam

subsistem itu dan pengaruh eksternal seperti perubahan dalam struktur hak penguasaan perairan, kerusakan sumber daya pesisir dan laut, dan perangkat peraturan lain yang berpotensi menghambat mobilisasi vertikal nelayan kecil. Hal inilah yang dialami oleh nelayan dihadapkan pada kondisi sumber daya pesisir dan laut yang semakin menurun kualitasnya meliputi pencemaran air laut oleh limbah pabrik, muara dengan sedimentasi semakin tinggi, dan kelembagaan nelayan yang perlu berkembang menjadi lebih kuat dan terorganisir.

Sementara itu, industri pengolahan hasil perikanan dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 6 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha. Industri ini sejatinya memberikan dampak positif bagi banyak pihak, seperti masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan industri, pelaku usaha, hingga pemerintah. Akan tetapi, sebagaimana karakteristik industri pada umumnya, industri ini juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsungnya berupa pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran daratan, sedangkan dampak tidak langsung yakni dampak yang berhububungan dengan masalah sosial masyarakat, bisa dilihat dari tingkat urbanisasi, perilaku, kriminalitas, dan sosial budaya. Penekanan pembangunan sektor perikanan selama ini lebih bersifat eksploitasi sumber daya sehingga mengakibatkan penurunan kualitas ekosistem lingkungan dan tidak memperhatikan kualitas produksi dan nilai tambah ekonomis yang dapat diperoleh dari sektor tersebut. Menekankan kepada dampak permasalahan terhadap lingkungan, limbah industri ini pada kenyataannya telah menimbulkan pencemaran, di mana pencemaran yang terjadi berakibat terhadap berkurangnya ikan yang bisa ditangkap dan menurunnya kualitas lingkungan serta kesehatan masyarakat.

Secara khusus, kualitas diri dari pelaku usaha di industri ini juga menjadi sorotan. Rendahnya tingkat pemahaman Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan sistem manajemen limbah menyebabkan sulitnya untuk mengelola limbah yang ada.

Pentingnya Penataan Ruang Penataan ruang di Indonesia, yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR), berorientasi untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berdasarkan wawasan nusantara dan ketahanan nasional.

Dalam penataan ruang, masyarakat termasuk para pelaku usaha industri pengolahan hasil perikanan, wajib menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan, memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang

Pemberdayaan masyarakat desa pesisir.

opini

62

dari pejabat yang berwenang, mematuhi ketentuan yang diterapkan dalam persyaratan ijin pemanfaatan ruang, dan memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Perikanan menjadi salah satu bidang industri yang bergerak didaerah perairan perlu dikembangkan. Industri perikanan laut adalah industri yang sangat potensial untuk dikembangkan dan menjadi tombak perekonomian Indonesia dengan luas laut sekitar 5,8 juta km2 dan garis pantai sekitar 81.000 km, serta potensi lestari sumber daya perikanan sebesar 6,7 juta ton per tahun. Potensi tersebut yang seharusnya dengan mudah kita kuasai dan dapatkan, namun idealita tersebut sampai saat ini hanya menjadi khayalan semata. Nelayan yang menjadi pejuang di laut kini nasibnya kesejahteraan belum meningkat.

Sebagai rakyat Indonesia sudah seharusnya kita menjaga kekayaan alam kita untuk kemakmuran rakyat seperti yang tertuang dalam pasal 33 dalam UUD 1945 bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasasi oleh nagara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat. Menjadi sebuah dasar bahwa seharusnya kita tidak perlu pesimis dengan apa yang telah terjadi, namun berpikir apa yang bisa kita lakukan untuk kedepannya karena harapan masa depan akan bermakna jika terdapat sebuah keyakinan. Yang perlu dilakukan adalah berjuang dan terus berjuang.

Pembangunan perikanan laut yang baik adalah dengan mengoptimalkan potensi dari segala pihak seperti pemerintah, swasta, dan masyarakat pesisir dari segala tingkatan pranata sosial harus ada komitmen untuk bersinergis bersama-sama.

Beberapa lembaga pun seperti LKM sudah seharusnya dimaksimalkan fungsinya dengan diisi oleh orang yang profesional dalam memanajemennya. Dari itu diharapkan akan terjadinya peningkatan ekonomi yang baik di daerah pesisir. Harapan lain adalah juga hilangnya fungsi tengkulak dalam pemberi pinjaman uang yang selama ini menghantui nelayan.

Dalam membentuk potensi nelayan ini juga tidak dibiarkan secara alamiah/natural saja, namun juga perlu dikoordinasikan dengan ketua kelompok nelayan pesisir

yang sebelumnya telah membuat sebuah standar dalam manajemen yang disepakati oleh semua pihak. Fungsi ini akan membantu menentukan dalam memberikan porsi-porsi fungsi dan tugas yang sesuai dengan potensi dari nelayan yang tentunya seimbang dari hulu ke hilir. Perlunya koordinator menjadi hal mutlak dalam fungsi koordinasi sehingga standar manajemen ini dapat berjalan maksimal, maka pemilihan orang yang independen adalah prioritas utama dalam melakukan strategi ini.

Untuk peran swasta diberikannya suatu peluang dalam memberikan akses untuk melaut dengan para buruh nelayan yang tidak memiliki modal juga harus terus dilakukan, namun yang menjadi perhatian adalah adanya perlindungan pada nelayan tersebut dalam standarisasi pemberian upah, peran pemerintah harus maksimal pada kondisi ini.

Selanjutnya adanya pembinaan dari pihak swasta selain menjadikan nelayan sebagai buruh juga dapat dilakukan pembinaan wirausahawan dalam diri nelayan.

Penguatan karakter ini juga perlu dibentuk oleh pemerintah dengan sebuah kebijakan. Nelayan menjadi buruh pada swasta hanya menjadi sebuah batu loncatan menjadi seorang nelayan yang sukses. Swasta sebagai pelaku usaha yang mempunyai modal seharusnya memang mendapat porsi lebih dari pemerintah untuk membantu memberdayakan para nelayan tentunya dengan adanya timbal balik yang sepadan dan berimbang. Terakhir adalah pemutusan generasi nelayan dengan diberinya pendidikan yang mumpuni terlebih dalam hal teknologi. Intinya kaderisasi untuk menjadi generasi nelayan yang sukses harus digalakkan.

Limbah kulit kerang dapat dimanfaatkan menjadi souvenir hiasan rumah.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 63

Napak Tilas Dharma Samudera Tahun 2015 dengan rute Perjuangan Prajurit ALRI dan Rakyat di Provinsi Lampung telah dilaksanakan dengan

peserta sebanyak 64 tim terdiri dari 320 orang peserta dengan menempuh jarak sejauh 72 km diberangkatkan dari Pelabuhan Panjang dan finis di di Monumen Perjuangan di Kotadalam Kabupaten Pesawaran berlangsung bulan lalu.

Napak tilas sebagai salah satu kegiatan dalam mengenang perjuangan Sejarah Perjuangan Prajurit ALRI dan Rakyat dilaksanakan dengan melewati jalan protokol, hutan karet, perkampungan, dan sungai dapat dilaksanakan dengan aman dan lancar.

Keceriaan meliputi seluruh peserta, setelah menuntaskan etape 1 (32 km) dan etape 2 (33 km) yang jauh dan melelahkan selama dua hari sebelumnya. Lokasi finish adalah Monumen Perjuangan Prajurit ALRI Pangkalan I.A Lampung di Kotadalam, Kecamatan Kedondong, Kabupaten Pesawaran yang diresmikan oleh Kasal saat itu Laksamana TNI (Purn)R.S. Subiyakto pada tanggal 28 Juni 1976.

Untuk mengenal latar belakang sejarah perjuangan yang terjadi pada Agresi Militer II Belanda tersebut, berikut ringkasan kisah heroik yang dibacakan dalam rangkaian Hari Dharma Samudera.

Pertempuran di Teluk Lampung, PanjangMenjelang pergantian tahun, tepatnya pada

Jumat, 31 Desember 1948 sekitar pukul 18.00 (WIB), terlihat dua kapal patroli pantai Belanda berada di sekitar Pulau Condong, disusul gerakan dua kapal perang lainnya. Menjelang pukul 24.00, empat kapal perang Belanda tersebut berlabuh di alur pelayaran Pelabuhan Panjang. Gerakan kapal-kapal perang Belanda mencurigakan akan melancarkan penyerangan. Komandan pasukan Armada menyiapkan pasukan guna menghadapi setiap kemungkinan, dengan bersiaga pada posisi pertahanan di Pelabuhan Panjang.

Pertempuran diawali pada saat hari Sabtu, 1 Januari 1949, pukul 04.00, kapal perang Belanda

mulai bergerak dalam formasi memasuki alur menuju pelabuhan. Menjelang pukul 05.00, kapal pertama tiba di Bui 1. Komandan pasukan Armada memerintahkan serentak menembak ke arah kapal-kapal perang Belanda. Kapal perang Belanda menghentikan gerakannya, kemudian membalas dengan tembakan-tembakan senapan mesin berat. Maka terjadilah pertempuran antara pasukan ALRI melawan kapal-kapal perang Belanda.

Dalam pertempuran tersebut, pasukan ALRI hanya bermodalkan persenjataan yang sangat sederhana, namun berkat semangat heroik dalam pertempuran tersebut, telah dapat mempertahankan pelabuhan Panjang selama 2 jam. Pertempuran berlangsung dalam keadaan tidak seimbang, menjelang fajar menyingsing, kapal-kapal perang Belanda melancarkan tembakan-tembakan meriam ke kubu pertahanan pasukan ALRI. Komandan pasukan Armada memerintahkan pasukan mengundurkan diri dan membumihanguskan bangunan-bangunan di pelabuhan.

Mengenal Monumen Sejarah Perjuangan Prajurit ALRI dan Rakyat:Pangkalan I.A Lampung di Kotadalam, Kec. Kedondong, Kab. Pesawaran

NAPAK TILAS PERJUANGAN PRAJURIT ALRI DAN RAKYAT

DI LAMPUNGOleh: Kolonel Laut (P) Suharto

info

64

Fase Pengunduran Pasukan dan Dimulainya Perang Gerilya

Sesuai instruksi dari pimpinan dalam pertempuran tersebut, bila Panjang, Teluk Betung, dan Tanjung Karang diduduki Belanda, maka seluruh pasukan ALRI diperintahkan untuk mengundurkan diri, berkumpul di Kilometer 21 Kecamatan Gedongtataan sebagai basis pasukan dan markas darurat ALRI. Setelah konsolidasi, dibentuk pasukan Induk ALRI dan satu Seksi pasukan, dipimpin Letnan Abu Bakar Siddik untuk membantu pertahanan Seksi Front Utara. Setelah pasukan ALRI tersusun, Komandan Pangkalan I.A mulai memimpin perang gerilya melawan Belanda di sektor Front Selatan.

Pada akhir minggu kedua Januari 1949, militer Belanda melancarkan serangan ke Gedongtataan. Penyerbuan dilancarkan sejak pukul 06.00 dengan mengerahkan pasukan dan bantuan pesawat-pesawat tempur. Menjelang pukul 12.00, Gedongtataan dikuasai militer Belanda.

Dengan jatuhnya Gedongtataan, posisi Markas ALRI dipindahkan ke Desa Wilinti di kaki Gunung Sukmahilang. Selama di Desa Wilinti, setiap hari pasukan melakukan patroli dan bersama rakyat setempat membuat rintangan-rintangan jalan dari Km. 21 sampai kampung Negeri Sakti.

Dalam suatu kesempatan, dua regu pasukan ALRI telah melakukan penghadangan terhadap konvoi kendaraan militer Belanda yang datang dari arah Gedongtataan menuju Tanjung Karang, tepatnya di Km. 18. Dalam serangan tersebut, pasukan ALRI berhasil menewaskan tiga serdadu Belanda.

Kemudian, Markas dan Pasukan Induk ALRI dipindahkan ke salah satu desa di sekitar perkebunan Way Lima, secara bergiliran dengan pasukan AD mempertahankan pos terdepan di Kampung Way Semah yang berjarak 1 km dari kedudukan tentara Belanda di Gedongtataan. Saat Pos Kampung Way Semah dipertahankan oleh pasukan ALRI dari serangan tentara Belanda, peristiwa tersebut merupakan pengalaman bertempur yang ketiga. Dalam penyerangan ini, militer Belanda mengerahkan kekuatan tentaranya dari Markas Gedongtataan. Pertempuran yang berlangsung 3 jam ini, mengakibatkan gugurnya pasukan ALRI, yaitu Kopral Moehidin dan Kelasi Satu Soetadji.

Pada bulan April 1949, Markas ALRI dipindahkan ke kampung Kotadalam dan menempati tiga rumah rakyat. Ditinjau dari strategi militer, letak Kampung Kotadalam merupakan tempat rawan untuk basis pasukan, karena berada di persimpangan jalan yang dapat ditempuh ke arah Gadingrejo, Pringsewu, dan Gedongtataan serta banyak jalan pintas. Pasukan AD ditempatkan di Kampung Guyuban dan Kampung Way Layap.

Tugas pokok pasukan ALRI selama di Kampung Kota dalam adalah melaksanakan patroli sampai ke daerah perbatasan dan berfungsi sebagai pasukan bantuan bila terjadi penyerangan dari pihak musuh terhadap sektor-sektor pertahanan pejuang di Front Selatan.

Dalam rangka koordinasi komando, Komandan ALRI Kapten C. Souhoka beserta beberapa orang perwira dan bintara memperkuat Staf Koordinator pada Komandan Koordinator Militer yang bermarkas di Kedondong, sedangkan pasukan Induk ALRI sementara dipimpin oleh Kapten K.L. Tobing.

Peristiwa Penyerangan Tentara Belanda terhadap Pasukan ALRI di Kampung Kotadalam.

Pada hari Sabtu, 19 Mei 1949, atas bantuan mata-matanya, tentara Belanda dari Pringsewu telah dapat menghindari pertahanan pasukan ALRI di Kampung Guyuban dan berhasil memasuki Kampung Kotadalam. Sekitar pukul 02.00 Wib, dua orang petugas jaga pasukan ALRI Sersan Agus Djalil dan Sersan Marjono yang sedang berjaga di belakang markas, tiba-tiba mereka melihat tentara Belanda yang akan mengepung markas dan rumah yang ditempati pasukan ALRI. Kedua petugas jaga tersebut langsung menembak ke arah tentara Belanda. Tentara Belanda membalas tembakan dan terjadilah pertempuran jarak dekat. Gugurlah Sersan Agus Djalil dan Sersan Marjono di pihak Indonesia dam dua orang juga di pihak tentara Belanda.

Kewaspadaan dan pengorbanan kedua petugas jaga Sersan Agus Djalil dan Sersan Marjono pada malam peristiwa penyerbuan tersebut telah menyelamatkan pasukan inti dan berkat perlindungan Tuhan Yang Maha Kuasa, serangan yang dilancarkan tentara Belanda secara mendadak dalam jarak dekat, namun dalam penyerangan tersebut pasukan ALRI dapat terhindarkan dari kehancuran.

Dalam penyerangan tentara Belanda terhadap Markas pasukan ALRI di Kotadalam telah gugur 8 anggota pasukan dan seorang laskar. Kerugian material 3 rumah rakyat yang digunakan sebagai Markas pasukan ALRI dibakar oleh tentara Belanda.

Selanjutnya, Komandan Pangkalan I.A memerintahkan Letnan Satu Talmiz selaku Perwira Senior dan beberapa orang perwira untuk memindahkan pasukan Induk ALRI ke Pos yang baru dengan tugas mempertahankan daerah pantai Putihdoh dan pantai Tengor Kecamatan Limau. Komandan Pangkalan dengan beberapa orang Perwira dan Bintara bergabung dengan staf koordinator Militer Wilayah Selatan di Markas Kedondong.

Pasukan Induk ALRI bertugas di Pos Limau sampai akhir bulan Agustus 1949. Dengan diumumkannya gencatan senjata oleh pemerintah RI dan pihak Belanda, Pasukan ALRI dipusatkan di Kampung Gebang menunggu perintah masuk kota, sedangkan Komandan Pangkalan dan perwira-perwira lainnya sudah masuk kota bertugas sebagai perwira penghubung.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 65

Kode Kehormatan Prajurit TNI“Tunduk kepada hukum dan memegang teguh

disiplin keprajuritan”. Demikianlah butir kedua Sumpah Prajurit yang diucapkan seorang prajurit disaat awal menginkatkan diri dalam dinas keprajuritan. Ini sebagai Kode Kehormatan yang tak terbantahkan dan sangat luar biasa karena diucapkan dalam suasana sakral dan disumpah sesuai dengan agamanya. Lalu timbul pertanyaan, apakah kita sudah sungguh-sungguh taat hukum dan telah memegang teguh disiplin itu? Jawabannya “belum”. Bila saja “ya”, maka tidak perlu ada Bintutipmil (Pembinaan tuna tertib militer) di Pomal. Sengaja ataupun tidak disengaja, hampir semua prajurit berpotensi melakukan pelanggaran hukum dan pelanggaran disiplin milter, bahkan lebih dari itu, seorang militer ataupun secara bersama-sama melakukan tindak pidana, karena secara fakta meneunjukkan statistik putusan Peradilan Militer yang berjumlah ratusan prajurit TNI yang di pecat. Hal ini terungkap dalam Rapat Koordinasi dan Pembinaan Teknik para Penegak Hukum TNI di Bogor pada tahun 2013. Kababinkum TNI mengemukakan angka yang fantastik sampai menyentuh angka ke-600 (enam ratus) prajurit TNI yang dipecat, sementara untuk TNI AL diwilayah Hukum Lantamal V saja dalam kurun waktu tahun 2013 terdapat 43 (empat puluh tiga) putusan Peradilan Milter yang berisi hukuman tambahan pemecatan. ini belum termasuk Pemberhentian dengan tidak hormat di setiap satuan melalui Dewan Kehormatan Perwira (DPW) ataupun putusan Sidang Tabiat untuk Bintara dan Tamtama.

Disadari maupun tidak, secara organisasi maupun perorangan dari semua golongan kepangkatan sangat rentan dengan perbuatan melawan hukum, karena begitu luas cakupan seseorang dapat digolongkan sebagai pelaku kejahatan ataupun pelanggaran. Menurut pasal 55 KUHP

menyebutkan kategori seseorang dapat digolongkan bersalah yaitu:a. Menyuruh melakukan, penganjur adalah sebagai pelaku intelektual.b. Mereka yang melakukan adalah sebagai pelaku langsung atau pelaku materiil.c. Turut serta melakukan. d. Memberi bantuan sehingga terjadinya pelanggaran.e. Memberi kesempatan atau adanya pembiaran sehingga terjadi pelanggaran.

Namun semua kategori pelaku kejahatan menurut hukum di atas, tidaklah berlaku bagi anggota TNI bila saja berbanding lurus antara dinamika kehidupan perajurit dengan keteguhan berpegang pada Kode Etik dan Kode Kehormatan Prajurit yaitu penjiwaan dan pengetrapan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.

Berawal dari kesalahan kecil mengabaikan arahan-arahan pimpinan dan mungkin saja adanya pembiaran yang kebiasaan itu makin tak terkendali yang makin lama makin besar dan menimbulkan dampak merusak. Dari kesalahan yang kecil ini akan meningkat menjadi tingkat kejahatan. Ini sangat kental dengan hal pembiaran sebagai kategori kelima pada pemahaman pelaku kejahatan menurut pasal 55 KUHP, memberi kesempatan atau biasa juga disebut “karena diamnya” sehingga kejahatan atau pelanggaran itu dapat terjadi.

PENGHORMATAN MILITER

Dalam Kehidupan Sehari-hariOleh: Letkol Laut (PM) Zaihuddin Mattewakang, S.H., M.H.

info

66

Untuk itu bila anggota militer selalu berpangku tangan melihat kesalahan namun paling tidak secara terukur dan sesuai kapasitas yang dimiliki ada upaya meminimalisir terjadinya pelanggaran. Diawali dari hal yang sederhana yaitu kepedulian, sehingga Sumpah Prajurit yang telah kita ucapkan bukanlah slogan atau hanya formalitas semata dalam rangkaian upacara. Agar dapat dengan ikhlas mengkonkritkan yang sederhana tersebut adalah dengan satu kata kunci yaitu “Disiplin”.

Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 1997 tentang Hukum Disiplin Porajurit TNI Jo pasal 1 huruf c Keputusan Panglima TNI Nomor: Kep/22/VIII/2005 tentang Prajurit TNI Peraturan Disiplin menyatakan bahwa, “Disiplin Prajurit TNI adalah ketaatan dan kepatuhan yang sungguh-sungguh setiap prajurit TNI yang didukung oleh kesadarkan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit untuk menunaikan tugas dan kewajiban serta bersikap dan berprilaku sesuai dengan aturan-aturan atau tata kehidupan prajurit TNI”.

Peraturan Dasar Militer yang MemudarTerjadinya kerugian seperti yang telah kegiatan yang

telah dilaksanakan secara sistimatis dan menyatu dalam jalur komando baik dalam Santi Aji maupun dalam Santi Karma yang mengkristal dalam perintah kedinasan berupa telegram Kasal atau adanya kegiatan jam-jam komandan, dilaksanakan latihan maupun dalam lembaga pendidikan. Penegasan untuk mematuhi unsur-unsur P5T dan Gam telah tertuang dalam pasal 12 pada Keputusan Panglima TNI Nomor: Kep/22/VIII/2005 tentang Peraturan Disiplin Prajurit TNI yang menyebutkan bahwa setiap prajurit wajib:a. Melaksanakan Penghormatan sesuai Peraturan Penghormatan TNI (PP TNI).b. Melaksanakan baris-berbaris sesuai Peraturan Baris-berbaris TNI (PBB TNI).c. Mentaati dan melaksanakan Peraturan Urusan Dinas Dalam TNI (PUDD TNI).d. Mentaati dan melaksanakan Peraturan Dinas Garnisun TNI (PDG TNI).e. Melaksanakan Peraturan Tata Upacara TNI (PTU TNI).f. Mentaati dan menggunakan seragam sesuai Peraturan Pakaian Seragam TNI (PPS TNI).

Penempatan materi Peraturan Penghormatan dalam kewajiban setiap anggota militer yang tertera dalam pasal 12 Peraturan Disiplin Prajurit TNI, adalah suatu kajian

yang mengandung nilai kebatinan yang menjiwai seluruh jenis peraturan yang terdapat dalam kehidupan prajurit TNI. Hal tersebut merupakan titik yang menentukan terselenggaranya segala tugas dan perintah atasan terhadap bawahan. Pentingnya penghormatan terhadap atasan sehingga bab-bab yang mengatur hubungan antara atasan dan bawahan begitu agung dan memiliki kedudukan tersendiri dalam norma kehidupan perajurit. Katakanlah dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer memberi penggarisan yang tegas tentang kedudukan yang dibedakan atas kepangkatan, seperti pasal 12 Undang-Undang Peradilan Militer yang mengatur tentang Perbedaan Peradilan, yang menangani perkara militer yang didasarkan pada perbedaan pangkat, dapat pula dilihat pada pasal 122 Undang-Undang Peradilan Militer tentang Kewenangan Kepaperaan, yang juga didasarkan pada strata kepangkatan, hal ini merupakan pembeda yang sangat jelas antara kehidupan militer dan kehidupan masyarakat sipil. Aturan lain yang lebih menegaskan tentang tuntutan kesungguhan seorang bawahan terhadap kedudukan seorang atasan dalam kehidupan militer yaitu Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1947 tentang Hukum Pidana Militer (KUHPM) yang disebut sebagai “kejahatan terhadap Pengabdiaan”. Sebagai contoh, seorang bawahan menghina atasan baik lisan maupun tulisan sebagaimana diatur dalam pasal 97 KUHPM, atau seorang bawahan menantang atasan sebagaimana diatur dalam pasal 101 KUHPM atau seorang bawahan yang tidak taat kepada atasan (pembangkangan militer) sebagai mana diatur dalam pasal 103 KUHPM dan atau seorang bawahan yang melawan atasan (insubbordinasi) sebagaimana diatur 106 KUHPM, maka semua itu dikategorikan tindak pidana Militer yang diancam Pidana Militer yang sangat berat.

Koreksi terhadap Penghormatan Militer Penuntutan atas kejahatan terhadap Pengabdian seperti yang disebutkan di dalam KUHPM di atas tidaklah akan terjadi bila saja penghormatan dilaksanakan secara sungguh-sungguh baik secara lahir maupun bathin. Bila saja penghormatan dilecehkan maka rantai komando akan putus. Menyadari atas potensi ancaman yang begitu serius, sebiknya kita memulai saja dari hal yang kelihatan kecil tetapi dampaknya yang begitu besar yaitu Penghormatan Militer sesuai yang diatur dalam Peraturan Penghormatan Perajurit TNI. Bila ini dilaksanakan sungguh-sungguh dengan berpedoman pada tataran yang ada, institusi kita akan makin meningkat dan prajurit akan sejahtera.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 67

Timbul pertanyaan, kepada siapa penghormatan itu dan bagaimana cara melaksanakan penghormatan itu?. Jawabnya adalah pasal 2 Peraturan istal dalam perintah kedinasan berupa telegram kasal atau adanya kegiatan jam-jam komandan, dilaksanakan latihan maupun dalam lembaga pendidikan. 1) Atasan karena pangkatnya berkedudukan lebih tinggi adalah:

a) Setiap prajurit yang pangkatnya lebih tinggi dari pada pangkat prajurit yang lain.b) Dalam hal pangkat sama, maka kedudukannya ditinjau dari lamanya menyandang pangkat.c) Dalam hal pangkatnya sama, lamanya menyandang ppangkat sama, maka kedudukannya ditinjau dari lamanya memangku jabatan setingkat.d) Dalam hal pangkatnya sama, lamanya menyandang pangkat sama, lamanya memangku jabatan setingkat sama, maka ditinjau dari lamanya menjadi prajurit .e) Dalam hal pangkatnya sama, lamanya menyandang pangkat sama, lamanya memangku jabatan setingkat sama, lamanya menjadi prajurit sama maka kedudukannya ditinjau dari usianya.

2) Atasan yang karena jabatannya berkedudukan lebih tinggi adalah atasan yang memangku jabatan sesuai dengan tingkat jabatan berdasarkan struktur organisasi atau berdasarkan penunjukan lebih tinggi dari pada jabatan yang lain.

Keengganan Bawahan Menghormat kepada AtasanDalam kegiatan sehari-hari seseorang prajurit

terkadang melakukan pengelabuan, penyamaran bahkan

pengingkaran bahwa dirinya adalah sebagai bawahan. Beberapa trik yang dipakai: antara lain, cara berpakaian yang menutupi atribut tanda pangkat dengan jaket, rompi, topi, tas ransel, hal ini menyalahi apa yang diatur dalam Peraturan Pakaian Seragam TNI (PPPS TNI) gaya berdiri, duduk pada tempat yang bukan untuknya; masuk ruangan yang bukan untuk golongannya; cara berbicara yang tinggi; dan lain-lain yang nyata-nyata melanggar etika Prajurit yang diatur dalam Peraturan Disiplin Prajurit. Semua itu dilakukan untuk menghindar dari kewajiban menghormat kepada atasan dan kedudukan dirinya sebagai bawahan dipungkiri dan lambat laut mempengaruhi tingkat kepatuhan dan

keikhlasan terhadap perintah atasan ataupun perintah kedianasan.

Pengingkaran kedudukan seorang atasan dari seorang bawahan kerap terjadi, seperti yang disebutkan di atas, karena tolok ukur telah terkontaminasi dengan tata cara pergaulan dengan masyarakat umum, bbisa saja terjadi seorang atasan diukur dengan kebendaan atau hal lain yang tidak bersumber pada pasal 14 Peraturan Disiplin Perajurit TNI.

Fenomena yang memprihatinkan saat ini adalah, bawahan enggan lagi menghormat kepada atasan secara nyata sebagai mana yang disebutkan dalam pasal 5 Peraturan Penghormatan TNI yaitu pemberian Penghormatan dengan sikap sempurna dan menghadap kepada objek yang dihormati. Hal ini semua Prajurit tahu bahwa pelaksanaan yang seharusnya memang begitu, namun faktor-faktor yang mempengaruhinya begitu beragam antara lain:1) Keakraban bawahan dan atasan yang disalah artikan. Seolah-olah seorang bawahan sama pangkat dan kedudukan dengan atasannya sehingga tidak lagi melakukan penghormatan.2) Seorang bawahan yang pernah menjadi atasan. Ini terjadi seseorang tidak pernah naik pangkat karena kasus atau faktor lain sehingga adik-adiknya dan atau mantan anak buahnya telah memiliki pangkat lebih tinggi.3) Seorang bawahan menurut perkiraannya akan menjadi atasan. Bawahan yang memiliki sekolah atau kemahiran tertentu, tidak akan menghormat kepada seniornya karena menganggap dirinya akan melewati pangkat senior tersebut.

info

68

4) Bawahan yang merasa sebagai atasan. Hal ini dapat terjadi karena dekat dengan atasan atau dengan sering mendapat kepercayaan dari pimpinan maka orang-orang yang berpangkat lebih rendah dari pimpinan seolah-olah adalah bawahannya juga.5) Bawahan yang berasal dari keluarga pejabat. Ini bisa terjadi pada keluarga yang berpangkat, suami, bapak atau kelurganya yang memilliki pangkat tinggi, dia pun merasa memiliki pangkat tersebut sehingga pangkat yang lebih rendah dari keluarganya tidak lagi dianggap sebagai atasannya.6) Bawahan yang malu menghormat. Hal ini terjadi karena berada di tengah teman dan atau keluarganya yang telah menggap dirinya adalah seorang atasan.7) Pengaruh ketegasan dan keseragaman tindak atau sanksi. Jarang atau bahkan tidak pernah terdengar seorang bawahan diberi sanksi hukum karena tidak menghormat kepada atasan.8) Tidak sempat menghormat hal ini dapat terjadi, terdadak, terburu-buru, tidak mawas diri. Kejadian seperti ini dapat saja diciptakan dengan pura-pura sibuk, pura-pura ada urusan penting.9) Tidak ada kepentingan. Menghormat karena memiliki harapan terhadap atasan, contoh kecil di jalan, seorang bawahan menghormat karena mau ikut tumpangan.10) Bawahan yang lebih kaya dari seorang atasan.11) Bawahan yang lebih berprestasi atau lebih terkenal dari seorang atasan.12) Bawahan yang memiliki penampilan, postur tubuh dan kesehatan yang lebih baik dari sesorang atasan.13) Pengaruh antara senang dan tidak senang dari bawahan kepada atasan.

Pelaksanaan Penghormatan yang MenyimpangPola sikap perlawanan atau keenggangan menghormat

seorang bawahan kepada atasan secara lahir dan kasat mata tergambar dari tata cara pemberian penghormatan yang tidak lagi sempurna dan tidak mencerminkan ketaatan sebagaimana yang tertuang Peraturan Penghormatan TNI. Mencermati dari tata cara menghormat yang dilaksanakan saat ini sudah jauh menyimpang dari yang seharusnya.

Beberapa koreksi tentang cara dan pemahaman tentang pelaksanaan penghormatan antara lain:1) Menyapa atasan telah dianggapnya telah melakukan penghormatan. Penghormatan yang hanya mengucap

salam atau menganggukan kepala kepada atasan sudah menganggap dirinya menghormat. Bahkan dari beberapa situasi seorang bawahan langsung saja mengucapkan salam. Dengan ucapan yang tidak lazim seperti “halo Bro” lalu jabat tangan komando, terkadang pula mengucapkan salam (tanpa menghormat) sambil berbicara, atau sambil merokok, tangan masih dalam saku celana atau bahkan sambil menunduk ber SMS ria tanpa melihat atasan. Menurut pasal 11 Peraturan Baris-berbaris TNI adalah: berdiri tegak; kaki dan tumit rapat membentuk 45°; dada dibusungkan; lengan rapat ke badan; pergelangan tangan lurus; jari tangan menggenggam; punggung ibu jari menghadap ke depan; mulut dikatup; mata memandang lurus mendatar ke depan dan bernafas sewajarnya.2) Kelengkapan preman/sipil dijadikan sebagai kelengkapan militer, dan kelengkapan militer digantikan dengan kelengkapan preman, seperti tas punggung, topi preman menggantikan Baret atau Muts, ransel punggung yang menutupi tanda pangkat, papan nama dan tanda jasa dan khusus Wan TNI termasuk Kowal sudah enggan memakai tas kelengkapan PDH yang diganti dengan tas yang bermacam-macam warna dan bentuknya. Dengan benda-benda seperti ini akan mempengaruhi tata cara pemberian penghormatan. Katakanlah seorang Lettu yang memakai ransel dan menutupi tanda pangkat berpapasan dengan seorang Kapten yang juga tertutup, maka semua saling menunggu untuk didahului menghormat lebih awal karena menganggap dirinyalah berpangkat lebih tinggi dari yang lainnya. Belum lagi pakaian tersebut menyalahi Peraturan Pakaian Seragam TNI (PPS TNI). 3) Handphone (HP). Dalam rapat dengan pimpinan saja handphone tetap jalan terus, sebagai peserta upacara handphone juga tetap jalan, bahkan sambil menghormat ke Bendera dalam acara resmi handphone pun tetap jalan, tangan kanan menghormat tangan kiri pegang handphone, bahkan parahnya tangan kiri menempelkan handphone di telinga kanan lalu homat dengan cara tangan kanan menyilang, lebih parah lagi saat tangan kanan pegang handphone lalu tangan kiri yang diangkat untuk melaksanakan penghormatan. Menurut pasal 9 PDP TNI bahwa setiap prajurit dalam kehidupan di luar kedinasan dan dalam pergaulan sehari-hari wajib menjunjung tinggi norma, etika, kesopanan dan menjaga kehormatan prajurit.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 69

Tak mudah bagi regu pasukan patroli pemantau perbatasan untuk menjangkau patok-patok batas wilayah. Di antara perbatasan propinsi

Papua dan Papua Nugini misalnya, satgas TNI harus menembus lebatnya hutan dan rawa-rawa untuk melihat dan mendatangi patok perbatasan. Maklum, patok batas

wilayah harus secara berkala d i p a n t a u , entah karena faktor alam atau disengaja, titik patok bisa bergeser yang b e r d a m p a k pada eksistensi luas wilayah t e r i t o r i Indonesia. D a l a m kondisi apa pun, lebatnya hutan dan sungai berawa-rawa harus d i s a m b a n g i regu patroli TNI. Ironisnya, m a s a l a h t r a n s p o r t a s i

lagi-lagi jadi kendala. Untuk m e n j a n g k a u r a w a - r a w a , pasukan TNI tak jarang harus menyewa perahu sampan

kayu dari penduduk lokal. Selain manuver yang terbatas, perahu tradisional hanya bisa menjangkau titik tertentu, selanjutnya pasukan harus turun di air rawa, yang tak jarang berpenghuni ular dan buaya. Tak hanya di Papua, tantangan alam dan ketersediaan wahana transportasi juga potensial dihadapi saat melihat patol batas wilayah di Kalimantan.

Megalitek-1: Wahana TNI Penembus Medan Berawa

Teknologi

Oleh: Haryo Adjie Nogo Seno

70

Nah, guna menjangkau medan yang berat, khususnya rawa-rawa yang ditumbuhi aneka tumbuhan, jelas dibutuhkan wahana khusus. Dan jawaban yang paling tepat untuk peran ini adalah swamp boat atau air boat. Wujud dan tampilan perahu ini dijamin sudah akrab dimata orang Indonesia, pasalnya swamp boat kerap tampil di film-film action Hollywood, khususnya film yang mengambil latar di kawasan Amerika Serikat bagian selatan, seperti di New Orleans. Sayangnya, swamp boat masih terasa asing di Indonesia, baik kalangan militer dan sipil nyaris tidak pernah menggelar wahana ini. Bagi sipil, umumnya swamp boat diperankan untuk misi wisata. AS sendiri menggunakan swamp boat dalam misi patroli saat berlangsungnya Perang Vietnam. Menyadari potensi penggunaan swamp boat dalam misi operasi TNI, Dinas Peneltian dan Pengembangan TNI AL (Dislitbangal) pada Indo Defence 2014 lalu memperkenalkan Megalitek-1, prototipe swamp boat yang telah dilengkapi dudukan senjata FN MAG 7,62 mm. Keunggulan swamp boat pada dasarnya mampu beroperasi tanpa memerlukan dukungan mekanis dari lingkungan, seperti air untuk pendingin, tidak memerlukan dukungan pendorong (waterjet propulsion), serta tidak membutuhkan kedalaman air untuk mengakomodir propeller. Karena itulah, swamp boat dapat melaju di air yang amat dangkal dan keruh. Selain rawa-rawa, swamp boat juga cocok dioperasikan di danau dan sungai. Bisa juga di pantai dengan ketinggian gelombang minimal. Khusus untuk Megalitek-1, ditenagai mesin diesel Steyr Marine SE 286E40 Lyncoming atau Continental Cyl-4 AVI Stroke Petrol. Dari situ dapat dicapai tenaga hingga 279 HP/ 4000 RPM belt drive reduction. Baling-baling (blade) terdiri dari 3 bilah Airbot Propeller. Propeller memiliki diameter 1,98 meter. Megalitek-1 dapat membawa 5 pasukan dan dikendalikan oleh seorang juru mudi. Dalam menunjang mobilitas, swamp boat umumnya dipindahkan dengan di tarik lewat mini trailer. Spesifikasi Megalitek-1 memiliki Panjang 5,8 meter, Lebar 2,4 meter, Tinggi 2,5 meter, Sarat air 0,2 meter, serta Mesin Diesel Steyr Marine SE 286E40 Lyncoming atau Continental Cyl-4 AVI Stroke Petrol.

Pasukan Filipina juga memanfaatkan swamp boat.

Swamp boat juga kondang untuk tujuan wisata di AS.

Pasukan AS dengan swamp boat bersenjata M-60 di Perang Vietnam.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 71

DARURAT

NARKOBA

Pencanangan TNI AL Bebas Narkoba

Sedikitnya 10 tahun belakangan ini kontraversi penerapan hukuman mati terhadap produsen, Bandar dan pengedar Narkotika, obat terlarang dan

zat adiktif lainnya muncul di tengah masyarakat. Perlu kita ketahui bersama bahwa produsen, bandar dan pengedar narkoba, obat-obat terlarang dan zat adiktif lainnya adalah pelaku kejahatan luar biasa besar yang dapat membunuh manusia terutama generasi muda yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa ini. Selain itu dapat menimbulkan kerugian bagi bangsa dan negara. Berkaitan dengan narkoba, Presiden RI Ir. Joko Widodo mengatakan Republik Indonesia sudah sampai ke tahap darurat narkoba sehingga tidak akan mengabulkan grasi yang diajukan pengedar narkoba demikian disampaikan pada saat memberikan kuliah umum di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Selasa pada awal Januari lalu tepatnya pada tanggal 9 Januari 2015. Ada sebanyak 40-50 orang di Indonesia yang meninggal setiap hari karena narkoba,” kata Presiden Jokowi. Selain itu, berdasarkan statistik yang beliau kemukakan, di Indonesia telah terdapat 4,5 juta orang yang terkena serta ada 1,2 juta orang yang sudah tidak bisa direhabilitasi karena kondisinya dinilai terlalu parah. Saat ini ada sebanyak 64 pengedar yang grasinya sudah beredar di Istana Kepresidenan untuk meminta pengampunan Presiden. Dalam kesempatan tersebut Presiden juga menyampaikan tidak ada yang diberi pengampunan untuk narkoba, sikapnya yang tegas untuk tidak ada ampun untuk

narkoba juga karena alasan terapi kejut (shock therapy). D e n g a n k e p u t u s a n yang tegas ini, kita sebagai warga negara dan bangsa I n d o n e s i a b e r h a r a p dengan keputusan pemimpin yang tegas ini dapat menjadi efek jera dan sekaligus sebagai genderang perang terhadap peredaran Narkoba. Keberanian pemimpin dalam mengambil keputusan penerapan hukuman mati terhadap kejahatan narkoba perlu mendapat apresiasi, dukungan moril yang harus diberikan kepada Presiden RI Ir. Joko Widodo yang menolak grasi lima orang sindikat narkoba yang sudah di esksekusi mati pada akhir bulan Januari 2015. Sampai dengan awal bulan April 2015 ini masih ada sejumlah narapidana sejumah 59 orang yang sedang menunggu eksekusi mati. Penegasan tentang bahaya narkoba kembali disampaikan pada saat Presiden RI Ir. Joko Widodo meresmikan Masjid Raya Mujahidin di Pontianak,

Kalimantan Barat, akhir Januari 2015. Dalam kesempatan tersebut Presiden RI Ir. Joko Widodo meminta pengurus masjid gencar menyampaikan bahaya narkoba. “Lewat masjid sampaikan bahaya narkoba,” katanya. Saya titip masalah narkoba disampaikan secara gencar. Posisi kita dalam darurat narkoba, demikian ungkap Presiden RI Ir. Joko Widodo. Indonesia dalam kondisi darurat narkoba karena saat ini ada hampir 4,5 juta orang yang harus direhabilitasi; 1,2 juta yang tak bisa direhabilitasi; dan 50 orang per hari atau 18.000 orang per tahun yang meninggal dunia akibat narkoba, tambahnya. Presiden menyatakan pemerintah akan bertindak tegas terhadap penjahat narkoba, antara lain dengan menolak pemberian grasi dalam kasus itu. “Saya titip ke pengurus masjid, ke ustad dan lainnya, sampaikan masalah ini karena merusak generasi muda,” katanya Presiden RI Ir. Joko Widodo.

Pencanangan Bebas Narkoba di Lingkungan TNI Angkatan Laut Penegasan perang terhadap narkoba di lingkungan TNI AL, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal ) Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. telah menegaskan TNI AL dalam

acara penutupan Apel Komandan Satuan TNI AL 2015 telah mencanangkan TNI AL Bebas dari Narkoba yang digelar di Graha Samudera Bumimoro (GSB), Surabaya. Dalam kesempatan tersebut Kasal menyampaikan ancaman narkoba saat ini telah menjadi isu yang mengemuka bukan hanya di Indonesia tapi dunia internasional, terlebih dengan pernyataan presiden RI tentang darurat narkoba yang diikuti dengan tidak diberikannya grasi atau pengampunan terhadap vonis hukuman mati terhadap narapidana narkoba. Dengan mempertimbangkan bahaya narkoba bagi kehidupan berbangsa dan bernegara serta kelangsungnan generasi penerus bangsa yang cerdas dan sehat maka pada tanggal 28 Januari 2015 lalu, TNI AL mencanangkan “Bebas dari Narkoba” bagi seluruh personel TNI Angkatan Laut di manapun berada dan bertugas dan beserta keluarganya. Untuk itu Kepala Staf Angkatan Laut menegaskan kepada seluruh komandan satuan dan kepala satuan kerja untuk mensosialisasikan dan mengimplementasikan pencanangan TNI AL bebas narkoba kepada seluruh prajurit dan PNS di jajaran TNI Angkatan Laut beserta keluarganya.

Dengan pencanangan TNI AL bebas narkoba tersebut, guna menindak lanjuti arahan dan perintah Kasal Laksamana Ade Supandi, S.E. di seluruh Kotama dan Satlak wilayah Jakarta diantaranya Koarmabar dan Korps Marinir serta Pangkalan Angkatan Laut lantamal III, Seskoal telah dilaksanakan sosialisasi dengan melaksanakan pembinaan dan ceramah tentang bahaya narkoba bekerja sama dengan instansi terkait Badan Narkotika Nasional. Demikian juga di kotama dan satlak wiayah timur Surabaya antara lain Koarmatim, Kobangdikal, AAL dan Lantamal V Surabaya termasuk Pasmar 1 melaksanakan sosialisasi pencanangan TNI AL bebas narkoba dan ceramah bahaya narkoba kepada personel di satuan masing-masing dengan bekerja sama dengan BNN daerah.

Sosialisasi dan ceramah narkoba secara serentak telah dilaksanakan di jajaran Pangkalan Angkatan Utama Angkatan Laut (Lantamal) dan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal ) dalam rangka sosialisasi pencanangan TNI Angkatan Laut bebas narkoba. ©Tim Redaksi Cakrawala

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 73

Fenomena batu akik, Klenik atau Soal Lain?

Batu akik merupakan benda bertuah yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat Jawa. Pengertian batu akik sendiri adalah jenis-jenis batu yang

nilai kekerasannya berada di bawah batu permata atau tidak tergolong sebagai batu permata. Batu-batu ini dimuliakan orang karena khasiat dan tuah yang ada, tetapi disukai karena memiliki pesona fisik dan warna yang bagus (relatif bagi setiap orang) dan dianggap memiliki kegaiban.

Tuah yang diharapkan dari suatu batu akik adalah dapat memberikan aura positif bagi si pemakai. Jenis kegaiban (tuah) yang sering dipercaya orang diberikan oleh batu akik adalah tuah untuk pengasihan, pelaris dagangan, keselamatan, kekuatan (pukulan), pengobatan dan kesehatan, ketenangan hati.

Ada beberapa jenis batu akik yang memiliki kegaiban biasa saja, tetapi ada juga yang kegaiban nya sangat tinggi, seperti anti cukur, anti bacok, dan sebagainya. Di sini tidak akan membahas sisi gaib dari batu akik, karena kegaiban nya tidak dapat dikategorikan secara seragam, harus dilihat batunya satu per satu.

Selain sisi gaibnya, masing-masing batu memiliki energi sendiri-sendiri dan memberikan pengaruh positif atau negatif yang tergantung kecocokannya dengan si pemakai. Dalam memilih batu akik, biasanya pemilihan warna merupakan yang utama. Batunya sendiri adalah sebagai sarana menyalurkan energi yang kekuatannya sebagai penyimpan energi itu antara satu batu akik

dengan batu akik lainnya berbeda-beda tergantung pada masing-masing jenis batunya, keaslian batunya, warnanya, bentuknya, ukuran besar kecilnya, cara memakainya, dsb.

Tren batu akik kini menjadi ladang mata pencaharian baru bagi sebagian orang. Kilauan batu akik ini diyakini para perajin dan pengolah batu mampu mendulang rupiah. Tapi kilauan batu akik itu tak selalu berbanding lurus dengan fakta yang terjadi di daerah-daerah penambangan.

Direktur Walhi Aceh, Muhammad Nur, mengatakan penambangan batu giok atau akik ini menambah daftar tantangan yang dihadapi sumberdaya alam Aceh atas pengerusakan lingkungan hidup. Bahkan bencana ekologi, seperti banjir dan longsor merupakan kejadian yang terus mengulang hingga awal tahun 2015.

Di Aceh, dan beberapa daerah lainnya, tren batu akik dinilai menjadi salah satu sumber pendapatan baru warga. Tapi sayangnya, para warga lupa menghitung untung-rugi atau dampak lingkungan yang ditimbulkan pasca pengambilan bongkahan batu-batu sebagai bahan baku untuk diolah menjadi perhiasan.

Meski karakteristik penambangan batu akik ini masih menggunakan cara-cara tradisional, tapi menurut UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, harusnya tidak bisa diabaikan begitu saja sebagai payung hukum yang memberikan perlindungan bagi keseimbangan ekosistem.

Oleh: Kapten Laut (E) Ajid Sutisno

Batu akik kini makin tren dalam masyarakat, bahkan dapat menciptakan peluang usaha baru, karena batu aksesori ini digemari masyarakat baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa.

Batu akik yang dibeli bisa dijual kembali kepada relasinya dan kenalan melalui media internet. Hasilnya pun lumayan, karena harga satu batu akik bisa puluhan ribu rupiah

hingga jutaan rupiah.

Budaya

74

Pengaruh Positif dan Negatif Energi Batu Akik Jenis batu yang warnanya padat (tidak tembus

pandang) lebih baik dalam menyerap dan menyimpan energi aura. Bagi pemakainya, pengaruh yang dirasakan biasanya adalah:• Pengaruh Positif: lebih mantap dalam bersikap dan berpendirian (tidak mudah goyah)• Pengaruh Negatif: terlalu kukuh pada pendirian, pikiran cepat penat.• Pengaruh Positif: kondisi tubuh lebih stabil, bertenaga.• Pengaruh Negatif: sering merasa penat atau pegal.Jenis batu yang berwarna bening (transparan tembus pandang) lebih baik dalam melepaskan, menyalurkan energi dan aura. Bagi pemakainya, pengaruh yang dirasakan biasanya adalah:• Pengaruh Positif: lebih ceria, segar.• Pengaruh Negatif: sering lengah, kurang berhati-hati.• Pengaruh Positif: mudah mendapatkan ide baru.• Pengaruh Negatif: kurang konsentrasi berpikir, mudah lupa.

Batu yang berukuran cukup besar (relatif bagi tiap

orang) biasanya lebih baik dalam menyimpan dan menyalurkan energi dibandingkan batu yang berukuran lebih kecil. Batu alam asli biasanya menyimpan dan menyalurkan energi yang lebih sejuk dibandingkan batu masakan atau batu imitasi yang biasanya menyimpan dan menyalurkan energi yang berhawa lebih panas dan dapat menyebabkan panas dalam dan mudah lelah berpikir dan stres.

Batu tua (biasanya lebih mengkilat) menyimpan dan menyalurkan energi yang berhawa lebih panas, dibandingkan batu muda. Jenis batu yang bulat, lonjong atau setengah gepeng lebih baik dalam menyerap dan menyimpan energi dan aura. Jenis batu yang bentuknya meruncing seperti asahan berlian lebih baik dalam melepaskan energi dan aura.

Saat ini, k e g e m a r a n akan batu akik m e n j a d i

f e n o m e n a sosial di

Indonesia. Di banyak tempat bisa ditemui penjual-penjual batu cincin yang menyediakan berbagai jenis batu akik. Ada banyak alasan seseorang membeli batu cincin berbagai ukuran itu, mulai dari alasan keindahan hingga alasan klenik.

Sujarwanto Rahmat M. Arifin, salah seorang komisioner Komisi Penyiaran Indonesia, yang menaruh perhatian pada batu akik sejak 4 tahun lalu punya pandangan sendiri tentang fenomena kegemaran masyarakat akan batu akik. awalnya Sujarwanto mengira bahwa fenomena batu cincin ini sama halnya dengan fenomena batu Ponari.

Ponari konon mendapat batu setelah disambar petir dan batu itu disebut bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Kemudian banyak orang berduyun-duyun datang ke ponari untuk minta disembuhkan dengan batunya itu. “Pada mulanya saya mengira bahwa fenomena kegemaran batu akik ini juga berkaitan dengan masalah klenik,” ucap Sujarwanto.

Merujuk pada bidang Sosiologi, Sujarwanto melihat bahwa fenomena sosial seperti yang terjadi pada kasus batu Ponari dapat disebut sebagai gejala Anomie. Anomie merupakan sebuah kondisi kekosongan atau kebingungan norma yang berakibat pada tindak-tindak yang “menyimpang”.

Namun setelah mengamati fenomena batu akik selama beberapa lama, Sujarwanto melihat bahwa hal tersebut sesungguhnya merupakan geliat ekonomi rakyat hasil perubahan kondisi masyarakat yang tadinya hanya memikirkan kebutuhan primer menjadi juga peduli dengan hobinya. Dikatakan Sujarwanto, “ini merupakan fenomena sosial ekonomi masyarakat di mana dampak kegemaran masyarakat akan batu akik berdampak pada bertambahnya p e r h a t i a n pada potensi e k o n o m i dari batu a k i k tersebut”.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 75

Sujarwanto mengatakan bahwa importir-importir batu dari berbagai negara, seperti Taiwan, Tiongkok, Jepang, Korea, dan lain sebagainya sudah masuk langsung ke pelosok-pelosok Indonesia untuk membeli batu-batu untuk kemudian diolah negara mereka sendiri. Menurutnya tentang potensi batu ini, Pemerintah Daerah seharusnya memberi perhatian yang lebih besar sehingga apa yang ditawarkan daerah bukan lagi batu-batu mentah tapi yang sudah diolah sehingga memiliki nilai tambah dalam perdagangan.

Kembali ke soal klenik batu akik, tak semua penggemar batu akik percaya akan hal-hal klenik. Mengenai orang-orang yang suka akik karena unsur kleniknya dikatakan Sujarwanto, “Memang ada sebagian orang yang suka batu akik karena kepercayaan kleniknya. Untuk hal ini merupakan tugas pemuka-pemuka agama untuk terus menyuarakan apa yang harusnya menjadi pedoman dalam berkegiatan, termasuk kegemaran akan batu akik”.

Hobi sekaligus bisnis batu akik ini merebab di media sosial. Banyak akun facebook, twitter dan lainnya yang membincangkan batu akik. Di samping membincangkan, banyak diantaranya malah berbisnis dengan menawarkan koleksi batu akik yang dimiliki, baik berbentuk bahan belum jadi, sudah jadi batu akik hingga sudah diikat dengan cincin. Di antara banyak komunitas yang menyebut kata Pekanbaru yaitu Komunitas Akik dan Batu Mulia Pekanbaru, Jual Beli Batu Akik Pekanbaru dan banyak lainnya. ‘’Sungai Dareh Kumbang Jati. Dilihat, diraba ditrawang, selanjutnya nilai sendiri bos,’’ post salah anggota komunitas akik dan batu mulia Pekanbaru itu.

Melihat fenomena batu akik ini, dinilai dosen Fisip Unri Zulkarnain MSi memang sedang mengalami trend tinggi. “Kini kembali ke zaman batu. Kalau zaman batu untuk kehidupan sehari-hari. Kini semua batu jadi batu akik. Jadi gaya sehari-hari, cincin, gelang, kalung, anting, tasbih sampai pajangan rumah. Malah ada anekdot, kalau ingin menjadi pejabat harus memakai batu akik. Hanya monyet yang tidak pakai batu akik. Tapi ini bisa musiman yang lambat laun akan turun sendiri seperti saat orang sedang maniak hobi burung. Bisa jadi akibat gejolak ekonomi, harga kebutuhan

tinggi, kebutuhan hidup tidak lagi mencukupi atau pas-passan, menghilangkan stres, lari ke batu akik. Tapi yang fanatik, hobi atau kolektor, tentu tetap bertahan sampai kapanpun,’’ kata Zul.

Tapi ada pandangan berbeda. Sosiolog Fisip Unri, Dr Yoserizal menyebut kalau fenomena ini akan bertahan lama sebab sudah terjadi pergeseran baru penyebab kesukaan masyarakat akan batu akik. Kalau dulu katanya lebih didominasi mistis, saat ini lebih kepada seni, keunikan hingga aspek bisnis. ‘’Malah kedepannya bisa menambah devisa negara. Di negara lain, Malaysia, Thailand, Burma, India malah sudah lama menjadi devisa negara. Paling tidak bagi daerah menambah PAD nya dan menggeliatkan ekonomi masyarakat,’’ terangnya.

Perspektif IslamDalam perspektif Islam ternyata soal batu akik harus

hati-hati menyikapinya. Demikian dikatakan Alumnus S2 Darul Hadits Kerajaan Maroko Al Ustadz Abdul Somad Lc MA kepada Riau Pos. Menurutnya soal-soal ini berkembang jadi keyakinan soal hoki, lucky, hazh sampai tuah. Semuanya bercerita tentang keserasian antara manusia dengan alam yang pada akhirnya diyakini memberikan dua hal, menolak bahaya (mudharat) dan mendatangkan manfaat. Manusia dengan hewan pada kasus ikan arwana, tokek, kuda dan berbagai jenis hewan lainnya. “Manusia dengan tumbuhan pada kasus akar bahar, pinang merah dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Manusia dengan bebatuan pada kasus delima, giok, fairuz dan berbagai jenis batu mulia lainnya. Semua ini terkait erat dengan al-Kuhanah alias ramalan dan perdukunan Haram,” ujarnya.

Sujarwanto Rahmat M. Arifin, salah seorang komisioner Komisi Penyiaran Indonesia.

Budaya

76

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa jika orang beriman sampai menggantungkan keyakinannya tentang manfaat dan mudharat kepada batu, maka sungguh ia telah tergolong musyrik mempersekutukan Allah SWT dengan benda. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (QS Az-Zumar: 65). Menurutnya Islam memang tidak melarang memakai cincin karena Nabi pun memakai cincin. Namun Nabi memakai cincin bukan untuk bergaya atau meyakini ada khasiat tertentu dari cincinya itu melainkan cincin tersebut berfungsi sebagai stempel surat-surat Rasulullah SAW. Jadi hobi bercincin bukan suatu yang terlarang kecuali meyakini sang batu punya kuasa.

“Dalam aktifitas ekonomi di balik batu akik, setidaknya terdapat beberapa profesi krusial agar aktivitas ekonomi itu terus berjalan. Profesi penting itu antara lain penambang, pengumpul, pengrajin dan tentunya penjual. Di lapangan, kerap kali ditemukan pengusaha batu akik yang merangkap beberapa profesi. Contoh, selain pengrajin, ia juga langsung menjual. Bahkan ada penambang yang langsung menjadi pengrajin dan menjual langsung hasil kerajinan tersebut.

Aktivitas Minim AturanRudi Rasyid selaku Wakil Ketua Komunitas Batu

Akik Mulia Sumatera Barat sangat mengharapkan adanya aturan tertentu untuk kegiatan bisnis batu akik. Mulai dari aturan penambangan, hingga aturan dalam penjualan. Karena jika tidak, ditakutkan akan ada pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lainnya.

“Untuk mengatur regulasi, tentu kita berharap ada campur tangan pemerintah dalam aktifitas bisnis yang menjanjikan ini. Karena jika tidak, kita resah akan terjadi perpecahan dan persaingan tidak sehat antar sesama pengusaha. Tentu sebaiknya kemungkinan tersebut dihalangi sedini mungkin dengan aturan,” ucap Rudi.

Rudi mencontohkan pada tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Aceh dan Kabupaten Garut dalam merumuskan aturan terkait bisnis batu akik. Dampak yang sangat terasa adalah kekompakan antar sesama pengusaha batu akik yang lahir dari keberadaan aturan tersebut. Karena tidak ada celah untuk bermain curang seperti membanting harga asalkan batu laku terjual.

Sementara itu, pengamat lingkungan yang juga Direktur Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Andalas (PSLH Unand), Bustanul Arifin, mengingatkan agar jangan sampai penambangan terhadap batu akik malah merusak alam, untuk itu prakteknya harus terus dikawal.

“Bicara pencarian batu akik, tentu kita bicara bagaimana cara mengeksploitasi alam. Jika dilakukan dengan skala besar seperti yang kerap terjadi di Pulau Jawa, tentu akan sangat merugikan dan merusak. Contohnya, mencari batu akik dengan melakukan pengerukan dengan alat berat, jika tanpa perhitungan tentu dapat merusak alam,” tutur Bustanul.

Ia melanjutkan, lakukanlah penambangan namun dengan skala dan ketetapan tertentu yang tidak merusak alam. Karena tidak mungkin hanya karena mencari batu akik, malah merusak sumber daya lain yang ada

di sekitarnya. “Jika ada yang melakukan pengerukan dengan skala besar, harus ada aturannya dan dilengkapi berbagai dokumen seperti Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) yang harus dipenuhi,” tutup Bustanul.

Nah, secara langsung atau tidak akan berdampak pada kita terutama bagi penggila batu akik mania, akan tetapi harus pula diperhatikan dampak untuk sekitar kita dalam hal ini Sumber Daya Alam dan Sumbers Daya Manusia dengan penjelasan di atas semoga kita tidak terjebak dalam hal-hal yang kita inginkan dan tetap dijalurnya.

Batu Akik Teratai Hitam.

Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 77

Pa s u k a n khusus dari

Batalion Intai Amfibi (Yontaifib) Marinir dan prajurit US Marsoc dari Amerika Serikat mengadakan latihan bersama di Pusat Latihan Tempur (Puslatpor) Marinir Lampon,

Pesanggaran, Banyuwangi, pekan lalu.Puslatpur Lampon Banyuwangi ini merupakan

tempat untuk menggembleng calon prajurit Intai Amfibi Korps Marinir, dan menjadi tempat latihan bersama

Marinir dengan US Marsoc dari Amerika Serikat dengan menggelar berbagai materi latihan diantaranya, renang rintis, pengintaian pantai lanjutan dan raid amfibi.

Selain itu, berlatih tentang identifikasi serta tindakan terhadap bahan peledak, operasi perang kota, pertempuran jarak dekat, jungle and sea survival dan latihan berganda (full mission profile), heli water jump dan stabo.

Mayor Marinir Freddy Ardianzah selaku Komandan Satgas latihan mengatakan, latihan bersama Lantern Iron 15-5524 bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan teknik dan taktik prajurit Taifib serta menjalin kerjasama dengan prajurit US Marsoc dalam bidang militer. Dalam latihan ini melibatkan satu buah heli Bell 412 dari Skuadron 400 Wing Udara-1 Puspenerbal.

TNI-AL DAN US MARSOC LATIHAN DI BANYUWANGI

Satuan Komando Pasukan Katak TNI AL melaksanakan

latihan bersama dengan US Navy Seal, di Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat.pekan lalu.

Latihan bersama dengan sandi “Flash Iron 15-5524” Tahun 2015 ini melibatkan 73 personel terdiri dari 57 personel TNI AL dan 16 personel US Navy Seal. Materi latihan meliputi Tactical Combat Casualty Care (TCCC), Military Operation on Urban Terrain (MOUT), Closed

Quarters Combat (CQC) serta Small Craft Operation (SCO). Dalam latihan di Purwakarta, kedua pasukan khusus ini melaksanakan latihan menembak reaksi cepat dan Closed Quarters Combat (CQC) atau pertempuran jarak dekat.

TNI AL dan Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) menggelar latihan bersama dengan nama Sea

Surveillance Exercise 15 (Sea Survex) di Batam dan perairan perbatasan hingga ke Natuna pada 6-10 April 2015 dengan melibatkan sejumlah pesawat patroli maritim TNI AL dan US Navy.

TNI AL dalam latihan ini melibatkan sejumlah pesawat diantaranya CN-212, CN235-MPA, dan heli milik TNI

AL dan Angkatan Laut Amerika melibatkan patroli maritim jenis Orion.

Pesawat CN 235-MPA merupakan pesawat buatan produksi dalam negeri untuk mendukung kegiatan patroli maritim TNI Angkatan Laut. CN235-MPA dilengkapi antara lain dengan Elletronica ALR 733 Radar Warning Receiver, radar Ocean Master

dan perangkat lihat malam (FLIR-Forward Looking Infrared).

Sedangkan Pesawat Orion milik US Navy merupakan pesawat patroli maritim yang digunakan oleh banyak pasukan tentara di dunia, terutamanya bagi patroli samudra, peninjauan dan perang anti-kapal selam.

LATIHAN SATKOPASKA TNI AL DENGAN US NAVY SEAL

BANDARA BATAM JADI TEMPAT LATIHAN MILITER

TNI AL DAN US NAVY

info

78

Prajurit Taifib Korps Marinir TNI AL dan prajurit US MARSOC yang terlibat dalam

latihan bersama Lantern Iron 15-5524 menggelar

latihan perang kota atau Military Operations On

Urban Terrain (MOUT) di Pesanggaran, Banyuwangi,

Jawa Timur.