REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM...

99
REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM NOVEL JEJAK-JEJAK YANG MEMBEKAS KARYA SYAFIWAL AZZAM SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA I) RATIHFA SEPLI NPM 12080249 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2017

Transcript of REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM...

Page 1: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

i

REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM NOVEL

JEJAK-JEJAK YANG MEMBEKAS KARYA SYAFIWAL AZZAM

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memeroleh

Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA I)

RATIHFA SEPLI

NPM 12080249

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2017

Page 2: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

I'IALAMAN PERSETU.IUAN ARTIKEL ILMIAH

Realitas Sosial Masyarakat Minangkatrau dalamNovel Jejak-Jejak yangMembekas kuya SlafilYal Azzam

r_ama

^. PM

ProdiInslitrlsi

Ratihta Scpli12080249Per,didikar Bahasa dau Sastla indonesiaSTKTP ?GRI Sumatera Bardt

Disetuiui OIe h:

PenrbrnbiLrg I

Dr. Eva Kdsn... M. Ilun.

Padang, Scptcrnber 201 7

Ptllrhrnrhrng I

$rurt

Mengetahui,

Ketus Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dra. Nisja, M.Pd.

Page 3: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

\ima\t l\,t

Progranr Sludihslitusi

IIAI,AN{AN PENGI,SAHAN" LULUS UJIT\N SKRIPSI

Dirlyatakan lulus setelali dipcltahfirkan di depdD Tim Peng!il Sl{rhsiPlogroln Studi Pcndidikan Bahasa dcn Sastra Indoncsiri

STl{11' IIGRI Sumatera Balat

Rcalit.s Sosial X{!sl'araktt N'IiD:rngknbau dal:w Novcl /erf-.kiaL J)a gMenbehask rya SYa fiw:rl Azzam

: Ratihf'a Sepli: 12080249: Pcnditlikan Bah.rsa dall Sastra llldorlesia: Sckola.h Tirggi KegurLun clan llnru llendidlkan

{STKIP) PGRI Sunratera Baral

J.rbrtrn

I(clua

SeL(retaris

ADggoto

Tim Penguii,

Nama

: Dr. Eva Krisna, M. I-lulrr-

: Si}rrsiarni, S,S,. M. Hurn.

: L Artlrla l,aile, S,S,. M.Pd.

2- Diyan Penuala Yanda, M.Pd.

3. Risa Yulisna, NLPd.

Disrhkan oleh.

Padang,l5 AguslLr! .l(l . I

Selo€tar-is Progmnl Slu.lil(etua Proglal1] StudiD

A,,X" t'Dft lndriani Nisja, \'l.Pd ,t".,^tru\',

I,]]atera Berdt

. llr r'r

,i1'tl,

Page 4: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

Hahman Pernvataan

lagan di bawab ini :

; Ratibfr Sepli

: Pendidikan Bahasa dan Sasea IndooeAia

m€ol"atakan bahwa skipsi ini adalah l(arya saya sendiri dan beluE pemah diajukan

gelar kesarjanaan di pqguruan tinggi manapun. Sepanjang pengetainran sala tidak

pcDdapat yang dinrlis atau diterbitktt oleb orang laiD, kecuali yang s€cam lertulis

Jika lerdapa! hd-hal tidak sestrai dengaa -isi pedyataan fuii, maka saya

sala ahcabut.

Padang, Seplember 2017

lLRatiffa sepli

Page 5: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

i

ABSTRAK

Ratihfa Sepli, (NIM: 12080249), Realitas Sosial Masyarakat Minangkabau

dalam Novel Jejak-Jejak yang Membekas Karya Syafiwal Azzam, Skripsi,

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI

Sumatera Barat, Padang, 2017

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan realitas sosial masyarakat

Minangkabau dalam novel Jejak-Jejak yang Membekas karya Syafiwal Azzam.

penelitian ini difokuskan pada realitas sosial masayarakat Minangkabau yang

dilihat dari aspek lima lingkup sosial masyarakat Minangkabau: (1) adat bakaum,

(2) adat bakampuang (3) adat bergaul dalam masyarakat (4) adat sumando

manyumando dan (5) adat di dalam keluarga.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sumber data pada penelitian ini

adalah novel Jejak-Jejak yang Membekas karya Syafiwal Azzam . Data penelitian

ini adalah realitas sosial masyarakat Minangkabau dalam novel Jejak-Jejak yang

Membekas karya Syafiwal Azzam. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

cara: (1) membaca dan memahami novel Jejak-Jejak yang Membekas karya

Syafiwal Azzam dengan tujuan agar mempeoleh pemahaman yang lebih jelas

tentang isi novel secara keseluruhan, (2) menandai data yang berhubungan dengan

realitas sosial masyarakat Minangkabau dalam novel Jejak-Jejak yang Membekas

karya Syafiwal Azzam (3) mencatat peristiwa yang berhubungan dengan realitas

sosial masyarakat Minangkabau dalam novel Jejak-Jejak yang Membekas karya

Syafiwal Azzam, dan (4) mengelompokkan data yang berhubungan dengan

realitas sosial masyrakat Mminangkabau dalam novel Jejak-Jejak yang Membekas

karya Syafiwal Azzam.

Berdasarkan data yang telah ditemukan dapat disimpulkan bahwa realitas

masyarakat Minangkabau, yakni (1) adat bakaum dalam novel Jejak-Jejak yang

Membekas mencerminkan bagaimana kehidupan masyarakat Minang dalam

bakaum dan peranan Mamak dengan kemenakan, (2) adat bakampuang dalam

novel Jejak-Jejak yang membekas ditinjau dari bagaimana sebagai masyarakay

kampung harus pandai menjaga diri, (3) adat bergaul dalam masyarakat ditinjau

dari kato nan ampek yaitu kato mandaki, kato manurun kato mandata dan kato

malereang, (4) adat sumando manyumando terlihat dari bagaimana adat

kasumando dan bagaimana pula adat manyumando, (5) adat dalam keluarga

dilihat dari adat sebagai anak, adat sebagai ibu dan istri dan adat sebagai suami

dan bapak.

Page 6: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Realitas Sosial Masyarakat Minangkabau dalam Novel

Jejak-jejak yang Membekas Karya Syafiwal Azzam”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,

arahan, masukan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini.

1. Dr. Eva Krisna, M.Hum. sebagai pembimbing I dan Samsiarni, S.S.,

M.Hum. sebagai pembimbing II yang telah bersedia meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan, mengarahkan, dan memberikan

masukan sejak awal penulisan skripsi ini.

2. Aruna Laila, S,S,. M.Pd sebagai pembahas I, Diyan Permata Yanda, M.Pd.

sebagai pembahas II, dan Risa Yulisna, M.Pd. sebagai pembahas III yang

telah memberikan saran serta arahan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Iswadi Bahardur, S.S., M.Pd. sebagai ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia.

4. Dra. Indriani Nisja, M.Pd. sebagai sekretaris Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia.

5. Yulia Febriani, M.Pd. sebagai Penasehat Akademik (PA) yang telah

memberikan masukan dan arahan selama ini.

Page 7: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

iii

6. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat yang telah membekali

penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan.

7. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Semua rekan-rekan dan berbagai pihak yang telah ikut membantu dalam

penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

skripsi ini.

Padang, Agustus 2017

Penulis

Page 8: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...............................................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...........................................................................1

B. Fokus Masalah..........................................................................................5

C. Rumusan Masalah.....................................................................................5

D. Tujuan Penelitian.......................................................................................5

E. Manfaat Penelitian....................................................................................6

F. Batasan Istilah...........................................................................................6

BAB II KERANGKA TEORETIS

A. Landasan Teori.........................................................................................8

1. Pengertian Sastra.................................................................................8

2. Hakikat Novel.....................................................................................8

3 Realita Sosial.....................................................................................15

4 Realita Sosial Masyarakat Minangkabau..........................................19

5 Sosiologi Sastra.................................................................................23

B. Penelitian yang Relevan..........................................................................24

C. Kerangka Konseptual..............................................................................26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian....................................................................28

B. Data dan Sumber Data.............................................................................28

C. Instrumen Penelitian................................................................................29

D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................31

Page 9: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

v

E. Teknik Pengabsahan Data.......................................................................31

F. Teknik Analisis Data................................................................................32

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Temuan Penelitian.................................................................................40

1. Realitas Sosial Masyarakat Minangkabau dalam Novel Jejak-Jejak

yang Membekas Karya Syafiwal Azzam.........................................41

a. Adat Bakaum.............................................................................41

b. Adat Bakampuang.....................................................................46

c. Adat Bergaul dalam Masyarakat...............................................50

d. Adat Sumando Manyumando....................................................56

e. Adat dalam Keluarga.................................................................57

B. Pembahasan...........................................................................................60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................70

B. Saran......................................................................................................71

LAMPIRAN

KEPUSTAKAAN

Page 10: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Realitas sosial merupakan kenyataan yang terjadi di tengah masyarakat,

baik dari sisi positif maupun sisi negatifnya. Realitas sosial bukanlah suatu

keadaan yang tetap, tetapi merupakan proses yang dinamis. Masyarakat pada

hakikatnya merupakan suatu sistem hubungan antara satu individu dengan

individu yang lain. Oleh karena itu, manusia selalu membutuhkan satu sama lain

dalam menjalani kehidupan, sehingga hal ini menimbulkan sebuah interaksi.

Interaksi inilah yang mempengaruhi timbulnya realitas sosial di dalam

masyarakat. Hubungan yang bermula dengan ikhlas berubah menjadi pamrih,

pergeseran itulah yang merupakan sumber berbagai masalah sosial yang

melandasi setiap realitas kehidupan masyarakat.

Realitas sosial dapat dijadikan sebagai dasar pembuatan karya sastra.

Karya sastra merupakan sarana yang digunakan oleh pengarang untuk

mengungkapkan perasaan, ide, dan segala permasalahan kehidupan. Salah satu

bentuk karya sastra yaitu novel, novel merupakan sebuah karya fiksi yang

menawarkan sebuah dunia. Dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan,

dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur ekstrinsiknya seperti

peristiwa, plot, tokoh, (dan tentu saja juga bersifat imajinatif). Salah satu cara

memahami karya sastra dari segi masyarakat dalam karya sastra adalah dengan

menggunakan teori sosiologi sastra.

1

Page 11: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

2

Sosiologi sastra berhubungan dengan masyarakat dalam menciptakan

karya sastra tentunya tak lepas dari pengaruh budaya tempat karya sastra

dilahirkan karena sosiologi sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah

manusia. Hal itu disebabkan sastra sering mengungkapkan perjuangan umat

manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan, dan

intuisi. Dari pemaparan ini, tampak bahwa perjuangan panjang hidup manusia

akan selalu mewarnai teks sastra.

Dalam sebuah novel pengarang menggambarkan fenomena yang ada di

dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya dalam novel Jejak-jejak Yang

Membekas karya Syafiwal Azzam. Pada novel menggambarkan tentang bermacam

polemik kehidupan yang dialami oleh masyarakat Minangkabau. Dalam

kehidupan sehari-hari memang segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan di

Minangkabau harus berlandas pada adat istiadat. Adat merupakan suatu aturan

atau kebiasaan dalam masyarakat. Dalam adat Minangkabau sendiri ada beberapa

bentuk adat yang melandasi realita sosial dalam masyarakatnya yaitu, adat

bakaum, adat bakampuang, adat bergaul dalam masyarakat, sumando

manyumando dan adat di dalam keluarga.

Ketentuan adat dalam masyarakat Minangkabau diperoleh dari hasil

kesepakatan organisasi sosial masing-masing kaum. Kesepakatan yang dibuat

harus berlandaskan Alquran dan hadist karena masyarakat Minangkabau

merupakan masyarakat yang kuat akan agama dan mematuhi tatanan adat yang

berlaku. Masyarakat memandang hidup tanpa aturan atau adat bagi orang Minang

Page 12: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

3

namanya “tak beradat”. Jadi aturan itulah yang jadi pakaian sehari-hari

masyarakat Minangkabau.

Realitas sosial masyarakat Minangkabau yang diuraikan dalam novel Jejak-

Jejak yang Membekas dapat dilihat pertama dari adat bakaum. Di dalam adat

bakaum atau basuku orang Minang senantiasa akan mengayomi serta

mempertahankan citra kaumnya namun realitas di dalam novel Jejak-Jejak Yang

Membekas ini mengungkapkan sisi keegoisan dari penegak kaum yaitu

mamaknya sendiri yang bernama Datuk Mantiko. Kedua, adat bakampuang

dalam adat bakampuang dijelaskan bagaimana kaum sebagai anggota masyarakat

harus pandai menjaga diri, kalau masyarakat tidak pandai menjaga diri maka

cemo dalam nagari (cacat) dan terhina dalam adat. ada beberapa kewajiban dalam

bakampuang seperti saraso samalu, sanasib sapanangguangan, saling

menasehati, saling silaturahmi, saling tolong menolong dan menguntungkan serta

saling memaafkan.

Ketiga, adat bergaul dalam masyarakat, dalam bergaul masyarakat tidak akan

lepas dari interaksi. Interaksi sosial di Minangkabau biasanya tergantung dari

status sebagai individu. Posisi harus disadari dalam adat Minangkabau ada istilah

kato mandata, kato malereang, kato manurun dan kato mandaki. Keempat ada

adat sumando manyumando adapun lingkup adat dalam sumando manyumando

yaitu, bagaimana adat kepada sumando dan adat sebagai sumando. Selanjutnya

yang kelima ada adat dalam keluarga, di dalam adat keluarga juga ada beberapa

hal yang harus dipatuhi.

Page 13: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

4

Syafiwal Azzam pengarang novel Jejak-Jejak yang Membekas ini dilahirkan

disebuah kampung kecil tidak jauh dari kota Batusangkar pada 29 Desember

1953. Setamat SMP, penulis di sekolahkan di SAA Ikasari Pekanbaru Riau.

Melanjutkan kuliah jurusan Farmasi FMIPA di universitas Andalas dan dapat

menyelesaikan dengan gelar Apoteker. Selama kuliah penulis sering menulis,

tulisan beliau berupa cerpen dan tulisan ilmiah di koran terbitan Padang. Beliau

pernah juga punya kolom khusus di koran harian Haluan.

Novel Jejak-Jejak yang Membekas diambil sebagai sumber penelitian karena

mengangkat tema tentang kehidupan sosial masyarakat Minangkabau yang

menghadirkan sisi positif dan negatif yang dilakuan masyarakat Minang sehari-

hari. Selain itu, novel Jejak-Jejak yang Membekas ini dipilih karena ceritanya

yang menarik, juga menggambarkan kehidupan nyata dengan masalah-masalah

sosial yang ada di lingkungan masyarakat Minangkabau seperti, adat bakaum,

adat bakampuang, bergaul dalam masyarakat, sumando manyumando dan adat

dalam keluarga, Selain novel Jejak-Jejak yang Membekas karya Syafiwal Azzam,

ada novel Mengurai Rindu karya Nang Syamsuddin yang juga membicarakan

masalah realitas sosial masyarakat Minangkabau. Dalam novel Mengurai Rindu

menceritakan bagaimana kehidupan masyarakat Minangkabau yang sudah lupa

akan rumah gadang, selepas mak tuo penghuni rumah gadang meninggal dunia.

Rumah gadang seperti terlantar begitu saja dan tentang masyarakat yang terpaut

kepada perkawinan antar etnis, perkawinan campur yang dianggap akan

merendahkan suku Minangkabau.

Page 14: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

5

Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian terhadap novel Jejak-Jejak

yang Membekas ini dengan judul Relitas Sosial Masyarakat Minangkabau dalam

Novel Jejak-Jejak yang Membekas layak dilakukan. Penelitian penting dilakukan

untuk melihat bagaimana realitas sosial masyarakat Minangkabau dalam sebuah

karya sastra. Kedua, dengan adanya penelitian realitas sosial masyarakat

Minangkabau ini diharapkan pembaca lebih sadar memperhatikan lingkungan

sekitar terutama di Minangkabau. Ketiga, untuk dapat memberikan penghayatan

dan pemahaman mengenai masyarakat Minangkabau terutama pada zaman

globalisasi sekarang ini.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini

difokuskan pada realitas sosial masyarakat Minangkabau dalam novel Jejak-Jejak

yang Membekas karya Syafiwal Azzam.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian ini

adalah bagaimanakah realitas sosial masyarakat Minangkabau yang terdapat

dalam novel Jejak-Jejak Yang Membekas karya Syafiwal Azzam?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak

dicapai adalah mendeskripsikan bentuk realitas sosial masyarakat Minangkabau

dalam novel Jejak-Jejak yang Membekas karya Syafiwal Azzam.

Page 15: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

6

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan pada bidang sastra dalam mengkaji realitas

sosial masyarakat Minangkabau yang terdapat pada karya sastra.

2. Secara praktis hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, di

antaranya adalah sebagai berikut.

a) Bagi penulis dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman

baik dalam melakukan penelitian maupun dalam menerapkan ilmu

pengetahuan yang diperoleh.

b) Bagi pembaca dapat menambah wawasan, serta memberikan kritik sosial

terutama pada zaman globalisasi seperti sekarang ini.

c) Bagi peneliti lainnya dapat dijadikan bahan untuk melanjutkan penelitian

yang sejenis, baik yang bersifat mendalami maupun penemuan aspek-

aspek baru.

F. Batasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahan pemahaman dalam penelitian baik yang

berkenaan dengan judul maupun dalam fokus masalah, perlu dijelaskan istilah-

istilah di bawah ini.

1. Realitas adalah kenyataan yang bukan hanya direduksi dari sisi negatif saja

tapi juga hal positif.

2. Sosial adalah yang berkenaan dengan masyarakat.

Page 16: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

7

3. Masyarakat adalah sejumlah manusia adalah suatu sistem hubungan antara

satu individu dengan individu lain.

4. Minangkabau adalah suatu suku bangsa yang berasal atau mendiami daerah

Sumatra Barat.

5. Novel adalah karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita

kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak

dan sifat setiap pelaku.

Page 17: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

8

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Landasan Teori

Pada bab ini akan diuraikan tentang beberapa teori yang relevan untuk

mendukung penelitian ini. Teori-teori tersebut adalah: (1) Hakikat sastra;

(2) hakikat novel; (3) hakikat realita sosial; (4) realita sosial masyarakat

Minangkabau; dan (5) sosiologi sastra.

1. Hakikat Sastra

Menurut Teeuw (dalam Ratna, 2010:4), sastra berasal dari akar kata sas

(sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk, dan instruksi.

Akhiran tra berarti alat, sarana. Jadi, secara leksikal sastra berarti kumpulan alat

untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik, seperti

silpasastra (buku petunjuk arsitektur), kamasastra (buku petunjuk percintaan).

Menurut Wardani (2009:1), karya sastra merupakan sebuah cerita yang

menampilkan hasil kreasi pengarang. Wujud karya sastra berupa kata-kata. Karya

sastra, dengan demikian menampilkan dunia dalam kata disamping juga

menampilkan dunia dalam kemungkinan-kemungkinan. Karya sastra diciptakan

oleh pengarang dengan maksud untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan

oleh masyarakat-masyarakat. Sumber penciptaan karya sastra, selain wawasan

yang luas tentang masalah politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya, adalah

kenyataan hidup sehari-hari yang terjadi di tengah masyarakat.

Berdasarkan pendapat dua para ahli diatas, disimpulkan bahwa sastra

adalah sebuah hasil karangan atau pemikiran seseorang yang berkaitan dengan

Page 18: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

9

kenyataan atau rekaan yang diciptakan sedemikian rupa. dituangkan dalam sebuah

buku dan dapat dinikmati oleh semua orang, dalam berbagai bentuk genre yang

berbeda Baik itu novel, cerpen, puisi dan lain-lain.

2. Hakikat Novel

Teori yang akan diuraikan pada bagian ini adalah (a) pengertian novel, dan (b)

unsur-unsur novel.

a. Pengertian Novel

Menurut Tarigan (2011: 167), novel berasal dari kata Latin novellus yang

diturunkan pula dari kata novies yang berarti “baru”. Dikatakan baru karena bila

dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain,

maka jenis novel ini muncul kemudian. Teeuw (dalam Atmazaki, 2005:31-32)

menyatakan novel merupakan sebuah struktur organisasi yang kompleks, unik,

dan mengungkapkan sesuatu (lebih bersifat) secara tidak langsung.

Novel sebagai salah satu produk sastra yang menanggung peranan penting

dan memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk menyikapi kehidupan

manusia, misalnya dapat diambil beberapa pelajaran untuk memahami hakikat

kehidupan. Di dalam novel, pengarang mengungkapkan perasaan yang dilihatnya,

dirasakan dengan bantuan imajinasi. Selain itu imajinasi pengarang tidak akan

mungkin berkembang jika tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang

realitas objektif lainnya.

Berdasarkan pendapat dua ahli tersebut dapat disimpulkan novel adalah

karya sastra yang imajinatif, hanyalah rekaan, khayalan, atau imajinasi pengarang.

Novel menceritakan tentang realitas kehidupan manusia yang dituangkan

Page 19: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

10

pengarang dengan menggunakan imajinasi dan daya kreatif yang tinggi. Realitas

yang dihasilkan adalah realitas novel dan kebenarannya hanya berada dalam

khayalan dari karya yang dihasilkan.

a. Unsur-Unsur Novel

Menurut Mihardja (2012:4), karya sastra disusun oleh dua unsur yang

menyusunnya. Dua unsur yang dimaksud ialah unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Artinya novel memiliki bagian atau unsur-unsur yang dapat saling berkaitan

antara satu dengan yang lain dan unsur tersebut adalah dua bentuk yang

membangun baik dari dalam maupun dari luar karya sastra itu sendiri.

Jadi kesimpulannya novel merupakan salah satu dari totalitas keseluruhan

yang bersifat artistik, artinya novel memiliki bagian atau unsur-unsur yang saling

berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Unsur-unsur yang dimaksud adalah

unsur intrinsik dan ekstrinsik.

1) Unsur Intrinsik

Aminuddin (dalam Priyatni 2010:109) mengatakan unsur intrinsik

merupakan elemen-elemen fiksional yang membangun karya fiksi itu sendiri

sebagai suatu wacana. Sedangkan Soedjijono (dalam Priyatni 2010:109)

mengatakan bahwa unsur instrinsik adalah unsur yang berkaitan dengan eksistensi

sastra sebagai struktur verbal yang otonom.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur

yang melekat pada prosa fiksi itu atau yang dapat diamati atau dianalisis dari

karya fiksi itu sendiri. Jadi, dapat disimpulkan bahwa unsur tema dapat dijadikan

dasar utama oleh peneliti dalam melakukan penganalisisan terhadap karya sastra.

Page 20: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

11

a) Tema

Ramadansyah (2012:152) menyatakan tema berarti pikiran sentral, inti

pembahasan, gagasan pokok, ide utama, pengalaman batin yang diekspresikan ke

dalam karya. Jadi untuk menemukan tema sebuah novel, seseorang harus

membaca dan memahami keseluruhan cerita dalam novel tersebut.

Sedangkan menurut Nurgiyantoro (1995:13), tema merupakan makna

keseluruhan yang didukung cerita, dengan sendirinya ia akan tersembunyi di balik

cerita yang mendukungnya. Sebagai sebuah makna tema tidak dilukiskan, paling

tidak pelukisan secara langsung atau khusus. Eksistensi dan kehadiran tema

adalah terimplisit dan merasuki keseluruhan cerita dan inilah penyebab kecilnya

kemungkinan pelukisan secara langsung tersebut.

Berdasarkan pendapat dua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tema

merupakan permasalahan pokok yang mendasar, dan menentukan bentuk sebuah

cerita, serta pokok pikiran yang dapat melahirkan sebuah karya sastra.

b) Alur (Plot)

Nurgiyantoro (1995:33) menjelaskan bahwa plot adalah cerita, yaitu

peristiwa yang terjadi menyusul peristiwa sebelumnya yang mempersoalkan

kelanjutan peristiwa, lebih merupakan masalah cerita. Masalah cerita disajikan

dalam urutan waktu tertentu dalam cerita fiksi. Pengaluran adalah pengaturan

urutan penampilan peristiwa untuk memenuhi tuntutan cerita. Alur cerita biasanya

terlihat dari tindakan dan ucapan tokoh. Tindakan dan ucapan tokoh itu haruslah

ditampilkan bermakna dalam hubungan keseluruhan alur.

Page 21: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

12

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa alur (plot) adalah

pemaparan peristiwa, urutan peristiwa atau kejadian-kejadian dalam suatu cerita.

Peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh akan memberikan gambaran yang jelas

tentang alur dan konflik yang terdapat dalam cerita.

c) Tokoh /Penokohan

Menurut Ramadansyah (2012:155), penokohan berkaitan dengan sifat

tokoh, perwatakan, dan karakteristik tokoh cerita. Sifat tokoh cerita diperoleh dari

kata sifatnya, gambaran tindak-tanduk dan ucapan para tokohnya yang sekaligus

menjadi sifat dasar tokoh. Sedangkan menurut Suyitno (dalam Priyatni 2010:110)

yang dimaksud Dengan tokoh adalah para pelaku atau subyek lirik dalam karya

fiksi.

Berdasarkan sifat atau watak tokoh, tokoh dapat dibedakan menjadi

dua,yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh

yang berwatak baik sehingga disukai para pembaca. Sedangkan tokoh protagonis

adalah tokoh yang berwatak jelek, tidak sesuai dengan yang diidamkan pembaca

Aminuddin (dalam Priyatni 2010:110).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh

adalah pelaku yang memainkan peran atau pelaku yang bertindak sesuai

perwatakan, penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

d) Latar (Setting)

Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995:216), latar dan setting

disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan

Page 22: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

13

waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya tempat peristiwa-peristiwa yang

diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara kongkrit dan jelas. Hal ini

penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana

tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.

Atmazaki (2007:104) mengatakan bahwa latar adalah urutan waktu ketika

tindakan berlangsung. Latar merupakan faktor utama dalam memformulasi

persoalan dan berpengaruh langsung dalam pengungkapan tema. Latar sebuah

cerita akan mewarnai cerita tersebut.pembaca akan mempunyai persepsi itu akan

dibuyarkan oleh tindakan tokoh-tokoh selanjutnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dalam karya fiksi, dapat

disimpulkan bahwa latar merupakan tempat, waktu, dan situasi yang terjadi dalam

suatu cerita, tanpa adanya latar sebuah karya sastra tidak akan jelas ceritanya.

e) Amanat

Menurut Ramadansyah (2012:152), amanat adalah kesan, pesan, arahan,

dan maksud yang hendak disampaikan pengarang melalui isi karya sastra dengan

tujuan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia. Amanat dalam sebuah

fiksi dapat terjadi lebih dari satu, asal semuanya itu terkait dengan tema.

Pencarian amanat pada dasarnya identik atau sejalan dengan teknik pencarian

tema. Oleh sebab itu, amanat juga merupakan kristalisasi dari berbagai peristiwa,

perilaku tokoh dan latar cerita.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa amanat

merupakan pesan yang disampaikan pengarang dalam sebuah karya sastra.

Page 23: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

14

f) Gaya Bahasa

Atmazaki (2007:107) mengatakan bahwa gaya bahasa dalam sastra

merupakan bentuk-bentuk ungkapan oleh pengarang untuk menyampaikan

ceritanya. Penggunaan bahasa dalam mengungkapkan ide atau tema yang diajukan

di dalam karya sastra dapat bergam dari pengarang satu ke pengarang yang lain.

Menurut Ramadansyah (2012:160), mengatakan gaya bahasa merupakan tingkah

laku pengarang dalam menggunakan bahasa. Gaya bahasa cenderung

dikelompokkan menjadi empat jenis, yakni penegasan, pertentangan,

perbandingan, dan sindiran.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan gaya bahasa merupakan

cara pengarang mengungkapkan pikiran yang ada dalam batin dengan bahasa

yang khas atau gaya bahasa merupakan kemahiran pengarang dalam

menggunakan bahasa terhadap karya sastra sehingga dapat dipahami pembaca.

g) Sudut Pandang

Menurut (Atmazaki 2007:105), sudut pandang atau pusat pengisahan

merupakan tempat berada narator dalam menceritakan kisahnya. Setiap kalimat di

dalam karya sastra naratif merupakan perkataan yang diucapkan oleh seorang

pencerita tentang perbuatan tokoh-tokoh atau kutipan dari ucapan tokoh-tokoh.

Ada beberapa jenis sudut pandang, yaitu pengarang sebagai tokoh cerita orang

pertama, pengarang sebagai orang ketiga, dan sudut pandang campuran.

Sedangkan menurut Nurgiyantoro (1995:248), sudut pandang, atau poin of

view menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara atau

pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh,

Page 24: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

15

tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah

karya fiksi kepada pembaca.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang

merupakan cara pengarang menempatkan dirinya dalam cerita atau suatu sarana

penyampaian informasi dari pengarang dalam membentuk cerita agar jelas saat

dibaca pembaca. Sudut pandang dapat dibagi menjadi tiga, yaitu orang pertama,

ketiga dan campuran.

2) Unsur Ekstrinsik

Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:21) Unsur Ekstrinsik adalah unsur

yang berada di luar karya sastra yang ikut mempengaruhi penciptaan karya sastra

yaitu pengarang dan realitas objektif. Pengarang adalah unsur utama dan dominan

dari unsur ekstrinsik fiksi. Realitas objektif yang mempengaruhi karya sastra

seperti tatanilai budaya, konvensi sastra dan norma yang berlaku dalam

masyarakat, realitas masing-masing daerah berbeda karena memiliki budaya yang

berbeda.

Nurgiyantoro (1995:23) berpendapat bahwa unsur ekstrinsik memang

unsur-unsur yang berada di luar karya sastra tetapi secara tidak langsuang

mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih khusus

ia dapat dikatakan sebagai unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya

sastra.

Berdasarkan dua pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa unsur

ekstrinsik adalah unsur yang membangun dari luar karya sastra. Seperti pengarang

dan realitas objektif.

Page 25: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

16

3. Hakikat Realita Sosial

Menurut Sztompka (2010: 248), realitas sosial bukanlah suatu keadaan

yang tetap tetapi merupakan proses yang dinamis. Realitas sosial lebih berupa

kejadian dari pada terjadi begitu saja dan lebih merupakan suatu kejadian dari

pada sebagai objek. Waktu adalah faktor internal yang tetap ada dalam kehidupan

sosial. Apa-apa yang terjadi , bagaimana cara terjadinya, mengapa terjadi, apa

akibat yang ditimbulkannya, semuanya tergantung kepada waktu terjadinya.

Realitas sosial dibedakan menjadi dua tingkatan yang pertama tingkat

individualitas dan tingkat totalilas. Tingkat individualitas terdiri dari manusia

individual atau sebagai anggota kolektifitas kongret (kelompok, asosiasi,

komunitas, kelas, gerakan sosial dan sebagainya). Kedua, tingkat totalitas adalah

kesatuan sosial abstrak, sejenis supra individu, mencerminkan realitas sosial sui-

generis (masyarakat, kultur, peradapan, formasi sosio ekonomi, sistem sosial, dan

sebagainya). Kedua bentuk realitas sosial itu dapat diambil oleh setiap komponen

utama kehidupan sosial.

Sejalan dengan itu Atmazaki (2007: 59) menyatakan hubungan antara

karya sastra dengan kenyataan atau realitas telah dikemukakan oleh Plato dalam

bukunya yang berjudul republic. Plato menggunakan istilah mimetis, tiruan. Karya

sastra meniru kenyataan sementara kenyataan sehari-hari tersebut hanyalah tiruan

pula dari dunia ide yang merupakan kenyatan tertinggi pula yang terletak pada

dunia Illahi.

Page 26: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

17

a. Bentuk Realitas Sosial

Realitas sosial merupakan kenyataan yang terjadi dalam masyarakat.

Bersamaan dengan adanya realitas sosial berarti kita tidak terlepas dari yang

namanya pemasalahan sosial. Masalah sosial merupakan akibat interaksi sosial

antara individu dengan kelompok, interaksi sosial berkisar pada ukuran nilai adat

istiadat, tradisi, dan ideologi, yang ditandai dengan suatu proses sosial yang

disosiatif.

Soekanto (2007:314) berpendapat bahwa masalah sosial timbul dari

kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber

pada faktor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis dan kebudayaan. Setiap

masyarakat mempunyai norma yang bersangkut-paut dengan kesejahteraan

kebendaan, kesehatan fisik, kesehatan mental, serta penyesuaian diri individu atau

kelompok sosial. Hal penting yang mempengaruhi permasalahan sosial yaitu

moral, politik, pendidikan, agama, kebiasaan, ekonomi, dan rumah tangga.

4. Realitas Sosial Masyarakat Minangkabau

Berbicara tentang realitas sosial masyarakat Minangkabau berarti kita

tidak terlepas dari adat atau aturan yang berlaku dalam masyarakat Minangkabau,

yang berfungsi sebagai pedoman dan pegangan hidup agar tercipta ketertiban dan

ketentraman dalam masyarakat. Menurut pemuka adat Minangkabau, dikatakan

pula adat Minangkabau adalah tata nilai yang mengatur kehidupan masyarakat di

Minangkabau, baik kehidupan pribadi, maupun kehidupan bermasyarakat yang

didasarkan pada budi pekerti yang mulia sehingga terwujud keamanan, ketertiban,

bahagia, sejahtera lahir dan bathin.

Page 27: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

18

Menurut pandangan pemuka adat (dalam Effendi 2010:166), sebelum

agama Islam masuk ke Minangkabau, ajaran budi dan malu yang banyak

berorientasi kepada moral dan akhlak masyarakat Minangkabau. Selanjutnya

Sejalan dengan itu menurut Jamil (2015: 58-77), ada lima aspek yang terdapat

dalam tempat pengamalan adat sehingga hal inilah yang mendasari kehidupan

sosial masyarakat di Minangkabau.

a. Adat Bakaum

Dalam bersuku dan berkaum orang Minang senantiasa akan

mempertahankan citra kaumnya “Tagak Kaum, bakaum, tagak nagari banagari”

demikian pepatah adat mengatakan. Maksudnya adalah setiap pribadi orang

Minangkabau akan senantiasa menjaga nama baik kaumnya dimata kaum lain.

Hal ini tentu saja dalam batas-batas kepautan adat dan syarak.

“Barek samo dipikua.

Ringan samo dijinjiang.

Mandapek samo balabo.

Kahilangan samo marugi.

Samalu, sasopan, sahino.

Sakik samo sakik.

Sanang samo sanang.

Sanasib sapanangguangan.

Kasih mangasihi salamo hiduik”.

Artinya setiap orang Minangkabau punya rasa senasib sepenanggungan,

sahino samalu. Jika ada yang mendapat musibah spontan merasa duka. “sakik

bahambauan dan sanang bahimbauan” bagi yang mendapat berita akan datang

kerumah duka, dan jika ada pesta maka kaum lainpun akan datang, seperti baralek

dan lain-lain.

Page 28: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

19

Jika terjadi pertikaian dalam kaum “selang sangketo” akan diselesaikan

secara “bajanjang naik batanggo turun”. Artinya, jika ada persoalan dalam kaum

atau keluarga suku terlebih dahulu diselesaikan melalui mamak jurai kali rumah.

Selanjutnya akan dilanjutkan kepada datuak atau penghulu kaum. Dalam adat

bakaum ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan, yaitu :

1) Saraso Samalu

Saraso samalu artinya aib kaum adalah aib bersama, hina kaum adalah

hino semuanya, maka setiap kaum berusaha menegakkan kaum. Maksudnya

adalah memelihara kaum agar jauh dari sifat tercela. Orang sekaum harus saling

menjaga perasaan dirinya sendiri, istilah lain (perasaan dunsanak).

2) Sanasib sapanangguangan

Dalam suku persaudaraan ini disebut dunsanak. Dunsanak adalah ikatan

kekeluargaan dalam satu kaum dan suku satu penghulu. Sakik samo sakik, sanang

samo sanang, kabukik samo mandaki kalurah samo manurun. Demikianlah

pepatah adat mengatakan, artinya kebersamaan dalam berkaum senantiasa

menjadi bagian terpenting bagi masyarakat di Minangkabau.

Pendidikan, status ekonomi mungkin berbeda, tapi untuk menopang

kebersamaan tetap dipertahankan. Hal yang perlu dijaga adalah bila ada sedikit

persoalan jangan membuat sesuku timbul kerenggangan. Harus ada perasaan

bahwa dunsanak kita itu adalah bagian dari diri kita, bagian dari keluarga kita.

Page 29: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

20

3) Saling Menasehati

Dalam adat bakaum pun harus terbiasa menasehati saudara atau kaumnya

yang lain. Jika melihat saudaranya ada kejanggalan maka segeralah untuk

memberi tahu, baik informasi dari orang lain. Jika menerima dengan lapang dada,

dan berterima kasih dengan tulus maka cairlah suasana.

Hal yang lebih berbahaya lagi adalah mengajak serta melibatkan keluarga,

anak, famili, untuk juga ikut memusuhi orang yang telah memberi nasehat dan

lebih celaka bila sudah perang antar keluarga masing-masing. Disinilah perlunya

rasa senasib, rasa persaudaraan, rasa sekaum sehingga tidak mudah cekcok.

4) Saling Sillaturahim

Salah satu cara untuk mempererat keakraban adalah dengan banyak

sillaturahim. Sillaturahim pribadi, sillaturahim antar keluarga dan sillaturahim

antar kaum. Sebaliknya bagi orang yang suka hidup sendiri, maka hidup terasa

sempit, kurang pergaulan, menutup diri. Orang seperti ini akan mudah putus asa,

mudah tersinggung, suka menyendiri. Padahal hidup akan terasa indah, terasa

nikmat ketika kita sama-sama berbagi dalam suka dan duka.

5) Saling menolong dan Menguntungkan

Salah satu tujuang bakaum adalah karena adanya rasa senasib

sepenanggungan dalam satu payung penghulu suku. Semangat saling tolong

menolong adalah wujud dari adat. Orang yang suka menolong, suka memberi

kelapangan orang lain hidupnya pun akan dimudahkan.

Page 30: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

21

6) Saling memaafkan

Dalam kaum terdiri dari banyak keluarga dan banyak individu. Hal itu

sudah barang tentu memiliki karakter dan beragam perangai. Jangankan dalam

kaum, di dalam keluarapun kita sudah banyak perbedaan, sifat dan kemauan.

b. Adat dalam Bakampuang

Bakorong bakampuang adalah ciri masyarakat Minangkabau, basasok

bajarami, bapandan bapakuburan. Kaum sebagai anggota masyarakat harus

pandai mejaga diri, kalau tak pandai menjaga diri maka cemo dalam nagari (cacat)

dan terhina dalam adat. Beberapa hal yang perlu dijaga dalam bakampuang.

Perasaan senasib sepenanggungan, sifat tolong menolong, sifat

persaudaraan harus ada dalam hidup bakampuang banagari atau bermasyarakat.

Jika tidak terbiasa dengan sifat kebersamaan atau hidup secara individu

kejanggalan tercemarlah (cemo) kaumnya. Artinya ketika ada yang sumbang

dilakukan anggota kaum tidak hanya mencemarkan nama baik pribadi tapi juga

kaumnya.

Penghulu mengatakan timbulnya kekacauan, pertentangan dan sebagainya

dalam suatu masyarakat atau nagari disebabkan karena sesuatu tidak meletakan

pada tempatnya. Suatu keinginan yang hendak dicapai hanya menurut keinginan

sendiri atau sekelompok orang, tidak menurut keinginan dan kebaikan bersama.

c. Adat Bergaul dalam Bermasyarakat

Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan makhluk lainnya,

butuh kontak komunikasi, dalam kehidupan, manusia membutuhkan tatakrama

Page 31: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

22

agar bisa diterima ditengah masyarakat dimana pun berada. Tidak ada manusia

yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

Interaksi sosial biasanya tergantung dari status sebagai individu.

Bagaimana berinteraksi dan berhubungan. Posisi harus disadari dan didalam adat

Minangkabau ada istilah kato mandata, kato malereang, kato manurun dan kato

mandaki. Kato mandata dipakaikan untuk sesama besar. Baik dari segi usia atau

statusnya dalam kaum. Begitupun ada rasa saling harga menghargai apalagi

berkata- kata.

Kato malereang yaitu bagaimana seseorang berkata kepada orang yang

cukup disegani seperti bersikap kepada sumando, ipar bisan dan mamak rumah.

Kato malereang adalah kata yang tidak diucapkan secara terus terang tapi

adakalanya melalui sindiran. Kato manurun yaitu bagaimana bersikap dan

berkata-kata kepada yang lebih kecil. Baik status usia maupun hubungan

kekeluargaan. Antara mamak kepada kemenakan, antara orang tua kepada anak,

antara kakak kepada adik, antara guru kepada murid dan lain sebagainya. Kato

mandaki merupakan berkata dan bersikap kepada orang yang lebih dewasa atau

lebih tua dari kita. Baik dari segi umur, status sosial yang dimiliki oleh seseorang

tempat lawan bicara.

d. Adat Sumando Manyumando

Dalam bakaum sudah tentu akan hidup dalam adat sumando mayumando,

karena seorang yang sudah berumah tangga didirinya terlekat sebagai ayah dari

anak-anaknya, sebagai sumando dirumah istrinya, sebagai mamak dari

kemenakannya, ipar dan bisan bagi famili dalam kaum istrinya. Jabatan tersebut

Page 32: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

23

tidak bisa dilepaskan dalam berkaum dan masyarakat minangkabau. Adapun

lingkup adat dalam sumando manyumando yaitu :

1) Adat Kasumando

Mamak rumah harus menghargai sumando karena sumando adalah orang

yang dijapuik secara adat untuk menjadi suami adik atau kakak. Dia adalah orang

yang berperan sebagai pemelihara keluarga dan juga bagian dari dalam keluarga.

Mamak seharusnya mengajak sumando ikut serta dalam musyarwarah di rumah

istrinya. Bagi tuan rumah dalam adat tidak boleh seenaknya membentak atau

menghardik sumando.

2) Adat Sebagai Sumando

Sebagai sumando juga harus bersikap hati-hati dan pandai menempatkan

diri. Jangan berpikir picik apalagi berniat untuk meguasai harta benda istri dan

pemalas. Maka jadilah hendaknya sumando ninik mamak yaitu tampek baiyo

bakato-kato. Artinya seorang sumando yang pandai menempatkan diri akan selalu

menjadi tempat bertanya, suka membantu, suka bergaul dan memakai sopan dan

santun.

e. Adat dalam Keluarga

Keluarga adalah basis terkecil dalam susunan masyarakat dan suku. Tiap

keluarga terdiri dari ayah, ibu, anak. Selanjutnya jika anak sudah menikah akan

ada sumando, bisan, cucu dan lain-lain. Bagi orang Minang harus bisa

memposisikan dirinya, sebagai apa ia dirumah, karena secara ideal memang

keluarga adalah rumah tangga kita sendiri namun dalam masyarakat Minang tiap

pribadi, keluarga dan paruik adalah bagian dari suku, ialah kemenakan dari

Page 33: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

24

mamaknya, anggota dari kaumnya. Dibawah penghulu sebagai “tuo suku” dan

juga adalah penduduk dari nagari.

Di Minangkabau anak dalam keluarga adalah kemenakan dari mamak.

Mamak bertanggung jawab terhadap kamanakan dalam posisinya sebagai mamak,

ayah selaku kepala keluarga hanya bertanggung jawab untuk kelangsungan hidup.

Jika anak berbuat salah maka orang akan bertanya “itu kemenakan siapa? Bukan

ditanyakan, “itu anak siapa? Ini masih dapat dirasakan 40 sampai 50 tahun lalu,

tapi sekarang semuanya sudah berubah, dulu Ayah sebagai sumando dirumah istri

sekarang dia hanya bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup anaknya.

Agama islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk

berbakti dan taat kepada ibu bapak. Taat dan berbakti kepada kedua orangtua

adalah sikap dan perbuatan yang terpuji, cara berbakti dan sopan santun kepada

orangtua adalah melaksanakan segala perintahnya dengan melakukan hal-hal

diantaranya adalah:

1. Berbakti dengan melaksanakan nasehat dan perintah yang baik dari keduanya.

2. Memelihara dengan penuh keikhlasan dan kesabaran apalagi jika keduanya

sudah tua dan pikun.

3. Merendahkan diri, kasih sayang dan mendoakan keduanya

4. Anak harus berkorban untuk orangtuanya.

5. Meminta kerelaan orang tua ketika akan berbuat sesuatu.

6. Berbuat baik kepada Ibu dan Ayah, walaupun keduanya zalim.

7. Berkata halus dan mulia kepada Ibu dan Ayah.

Page 34: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

25

5. Sosiologi Sastra

Menurut pandangan Wolff (dalam Endraswara 2011:77), sosiologi sastra

merupakan disiplin yang tanpa bentuk, tidak terdefinisikan dengan baik, terdiri

dari sejumlah studi-studi empiris dan berbagai percobaan pada teori yang agak

lebih general, yang masing-masingnya hanya mempunyai kesamaan dalam hal

bahwa semuanya berurusan dengan hubungan sastra dengan masyarakat.

Sedangkan menurut Simmel (dalam Faruk 2010:35), beranggapan

masyarakat pada struktural yang makro harus bepijak pada interaksi sosial yang

teramati pada level mikro, misalnya interaksi dalam silaturahmi dan pergaulan

sehari-hari , interaksi antar sepasang kekasih, dan sebagainya.Hal penting dalam

sosiologi sastra adalah konsep cermin (mirror). Dalam kaitan ini, sastra dianggap

sebagai mimetis (tiruan) masyarakat. Kendati demikian, sastra tetap diakui

sebagai sebuah ilusi atau khayalan dari kenyataan. Teoretikus lain Madame de

Stael (dalam wardani 2009:34) menghubungkan karya sastra dengan iklim,

geografi, dan institusi sosial. Faktor iklim, geografi, dan istitusi sosial akan

terlihat dalam karya sastra yang diciptakan pengarang.

Sependapat dengan itu (Wardani 2009:34) mengatakan teori sosiologi

sastra (teori sosial sastra) berkembang pada abad 18. Ada suatu kesadaran bahwa

karya sastra dikondisikan oleh lingkungan sosial. Lingkungan menjadi faktor

penting dalam lahirnya karya sastra. Lingkungan terdiri dari faktor fisik, iklim dan

geografi, serta karakter daerah.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa sosiologi

sastra adalah suatu ilmu yang menghubungkan sebuah karya sastra dengan

Page 35: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

26

manusia atau masyarakat yang terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dan

berbagai percobaan pada teori yang agak lebih general yang masing-masingnya

hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa semuanya berurusan dengan

hubungan sastra dengan masyarakat.

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan studi pustaka, ditemukan beberapa penelitian lain yang

relevan dengan penelitian ini, yaitu:

Pertama, Yaflis (2000) mahasiswa Universitas Andalas dengan judul

penelitan “Realita sosial masyarakat Pinggiran dalam kumpulan cerpen Nyindam

(tinjauan sosiologi sastra)” hasil penelitiannya pertama, ditemukan dari masalah

sosial ekonomi pada masyarakat Pinggiran selalu merujuk pada kemiskinan dan

kemiskinan adalah hal yang sangat mencolok dari masyarakat ini. Kedua, dari

sosial keluarga pada masyarakat pinggiran adalah perceraian dan banyak anak-

anak dari setiap keluarga adalah pemulung dan putus sekolah dan ketiga, dilihat

dari sosial budaya.

Wadiah (2014) mahasiswa Universitas Andalas. dengan judul penelitian

“Realita Sosial dalam novel Gerhana karya A.A. Navis (tinjauan sosiologi

sastra)”. Hasil dari penelitiannya adalah: pertama, terdapat permasalahan sosial.,

permasalahan sosial dalam penelitian ini adalah kemiskinan. Kedua masalah

politik dan demonstrasi yang hadir dalam permasalahan cerita.

Yonesa, (2016) mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat dengan judul

penelitian “Realitas Sosial Dalam Kumpulan Cerpen Senyum Karyamin Karya

Ahmad Tohari”. Hasil penelitinnya adalah mengungkapkan bentuk realitas sosial

Page 36: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

27

ditengah masyarakat, bentuk realitas sosial yang ditemukan dalam kumpulan

cerpen “Senyum Karyamin” dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu. Pertama

bentuk realitas sosial moral yang ditemukan ada enam. Kedua bentuk realitas

politik ada enam. Ketiga bentuk realitas sosial pendidikan ada dua. Keempat

bentuk realitas agama tiga. Kelima bentuk realitas kebiasaan ada delapan. Ke

enam bentuk realitas ekonomi ada dua. Ketujuh bentuk realitas rumah tangga ada

lima.

Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, diketahui bahwa

terdapat perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, yaitu terletak pada

objek penelitiannya. Pada penelitian ini, akan dilakukan penelitian tentang realitas

sosial masyarakat Minangkabau dalam novel Jejak-jejak yang Membekas karya

Syafiwal Azzam dan meliputi lima aspek yaitu (1) adat bakaum; (2) adat

bakampuang; (3) adat bergaul dalam masyarakat; (4) adat sumando manyumando;

dan (5) adat dalam berkeluarga.

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan gambaran penelitian yang dilakukan

dalam menganalisis sebuah karya sastra sehingga memperoleh sebuah penjabaran

atau gambaran umum tentang apa yang akan dianalisis dalam penelitian ini.

Penelitian terhadap novel Jejak-Jejak Yang Membekas karya Syafiwal Azzam

tidak terlepas dari kajian instrinsik karya sastra berupa penokohan, alur, latar,

sudut pandang, gaya bahasa, tema dan amanat. Kemudian penelitian terhadap

novel Jejak-Jejak Yang Membekas karya Syafiwal Azzam juga dianalisis melalui

struktur ekstrinsik sehingga dengan menggunakan penelitian kualitatif dan metode

Page 37: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

28

deskriptif analisis. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai realita sosial

masyarakat Minangkabau.

Page 38: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

29

Bagan 1. Kerangka Konseptual Realita Sosial Masyarakat Minangkabau

dalam Novel Jejak-Jejak Yang Membekas Karya Syafiwal Azzam.

Karya Sastra

Novel

Unsur Instrinsik

Penokohan Alur Latar Sudut

Pandang

Gaya

Bahasa

Tema dan

Amanat

Realita sosial masyarakat Minangkabau dalam novel Jejak-

Jejak Yang Membekas karya Syafiwal Azzam

Realitas Objektif

Realita sosial masyarakat

Minangkabau

Puisi

Prosa

Drama

Unsur Ekstrinsik

Norma-

norma Konvensi

Sastra

Konvensi

Budaya

Bentuk Realita

Sosial

kebiasaan

Pengarang

Adat Bakaum Adat

Bakampuang

Adat dalam

bergaul dalam

masyarakat

Adat sumando

manyumando

Adat dalam

keluarga

Page 39: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Semi (2012:3) menyatakan

bahwa penelitian kualitatif yang diutamakan bukan berdasarkan angka-angka,

tetapi kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji

secara empiris. Empiris berarti berdasarkan pengalaman terutama yang diperoleh

dari penemuan, percobaan, dan pengamatan yang telah dilakukan. Penelitian

kualitatif lebih sesuai digunakan untuk meneliti karya sastra. Karya sastra

merupakan suatu bentuk karya kreatif yang bentuknya senantiasa berubah dan

tidak tetap.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah deskriptif analisis. Menurut Ratna (2004: 53),

metode deskriptif analisis adalah metode yang dilakukan dengan cara

mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian dilanjutkan dengan analisis. Secara

etimologis deskripsi dan analisis adalah menguraikan tetapi tidak semata-mata

menguraikan, melainkan memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya.

C. Data dan Sumber Data

Data penelitian ini adalah teks berupa kutipan yang berkaitan dengan

realita sosial masyarakat Minangkabau dalam novel Jejak-jejak yang Membekas

karya Syafiwal Azzam. Novel ini diterbitkan oleh CV Haren, Padang pada tahun

2011 dengan jumlah halaman 266. Perwajahan novel ini sangat sederhana.

Terlihat pada bagian depan terdapat gambar kaki yang berjalan di pasir dengan

29

Page 40: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

31

meninggalkan jejak dari kakinya. Halaman penuh pada kulit tergambar kaki di

pojok atas dengan gambar pasir memenuhi sampulnya sehinga terlihat warnanya

krim karena pasir dan ditengah-tengah sampul terdapat judul novel Jejak-jejak

yang Membekas dengan warna tulisan biru-merah.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri serta dibantu oleh format

pengumpulan data. Penelitian ini difokuskan pada realita sosial masyarakat

Minangkabau dalam novel Jejak-Jejak yang Membekas karya Syafiwal Azzam.

Menurut Moleong (2010:168), instrumen penelitian adalah alat pengumpulan

data. Instrumen penelitian bertujuan untuk membantu peneliti dalam

mengumpulkan data agar lebih mudah dan sistematis. Instrumen lainnya yang

mendukung langkah-langkah operasional penelitian yaitu lembaran format

inventarisasi data yang digunakan untuk mencatat hal-hal penting yang

berhubungan dengan aspek realitas sosial masyarakat Minangkabau yang

berpengaruh dari bentuk-bentuk realitas sosial itu sendiri.

30

Page 41: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

32

Page 42: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

33

E. Teknik Pengumpulan Data

Endaswara (2009:228) menyatakan bahwa pengamatan dan pencatatan

adalah bagian penting dalam mengumpulkan data. Penelitian ini merupakan

penelitian kepustakaan, maka teknik pengumpulan datanya adalah teknik pustaka

dan catat. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data sebagai berikut ini:

1. Tahap pembacaan, yaitu membaca dengan cermat teks dengan unsur-unsur

yang berkaitan dengan realitas sosial masyarakat Minangkabau dan

membaca buku-buku penunjang penelitian terkait objek dan kajiannya.

2. Menandai data yang berhubungan dengan realita sosial masyarakat

Minangkabau dalam novel Jejak-Jejak yang Membekas karya Syafiwal

Azzam.

3. Mencatat, menginvetarisasikan dan mengklasifikasikan data yang

ditemukan mengenai realitas sosial masyarakat Minangkabau dalam novel

Jejak-Jejak yang Membekas karya Syafiwal Azzam.

F. Teknik Pengabsahan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengabsahan data berupa teknik

triangulasi. Moleong (2010:330) menyatakan bahwa teknik triangulasi merupakan

teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu,

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

Pada penlitian ini teknik triangulasi dalam bentuk penyidik. Teknik triangulasi

dalam bentuk penyidik merupakan teknik pengabsahan data dengan

memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan

kembali derajat kepercayaan data.

Page 43: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

34

Pemanfaatan pengamat membantu mengurangi kemelencengan dalam

pengumpulan data. Oleh sebab itu, penelitian ini menggunakan triangulator.

Triangulator dalam penelitian ini adalah Bapak Wahyudi Rahmat, M.Hum, beliau

adalah salah seorang dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia di STKIP PGRI Sumatera Barat. Memilih beliau sebagai triangulator

karena beliau mempunyai pengalaman meneliti tentang sosiologi sastra. Bapak

Wahyudi Rahmad, M.Hum pernah meneliti kajian sosiologi sastra dengan judul

“Sosial Budaya Cina dalam Kaba Siti Kalasun Tinjauan Sosiologi Sastra”.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Patton (dalam Moleong, 2010:280), analisis data adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satu

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema serta dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data. Berikut tahap-tahap analisis data pada

penelitian ini: (1) mendeskripsikan data yang berkaitan dengan realita sosial

masyarakat Minangkabau; (2) menganalisis data berdasarkan kutipan yang

berkaitan dengan realita sosial masyarakat Minangkabau; (3) menginterpretasikan

realita sosia masyarakat Minangkabau dalam novel; (4) menyimpulkan

berdasarkan hasil perolehan data, dan (5) menuliskan hasil laporan penelitian.

Page 44: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

35

DAFTAR PUSTAKA

Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: Citra Budaya

Indonesia.

Atmazaki. 2007. Ilmu Sastra Teori dan Terapan. Padang: UNP Press.

Effendi, Nursyirwan. 2010. Bunga Rampai Budaya: Rumah Tradisional, Sistem

Pewarisan, Songket Palembang, dan Adat Minangkabau. Padang: BPNST

Padang Press.

Endraswara, Suwardi. 2009. Metodologi Penelitian Foklor Konsep, Teori dan

Aplikasi. Yogyakarta: Media Pressindo.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi, Model,

Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS.

Faruk. 2010. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Jamil, Muhammad. 2015. Hiduik Baradaek “Inilah Karakter Pendidikan Dan

Budi Pekerti Orang Minang”. Bukittinggi: Cinta Buku Agensi.

Mihardja, Ratih. 2012. Buku Pintar Sastra Indonesia. Jakarta Timur: Laskar

Aksara.

Moleong, Lexy. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Muhardi dan Hasanuddin. 1992. Prosedur Analisis Fiksi. Padang: IKIP Press.

Priyatni, Tri Endah. 2010. Membaca Sastra dengan Ancaman Literasi Kritis.

Jakarta: Bumi Aksara.

Ramadansyah. 2012. Paham dan Terampil Berbahasa dan Bersastra Indonesia.

Padang: Dian Aksara Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Jakarta: Bumi Aksara.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Sastra dan kultural studies: Representasi fiksi dan

Fakta.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sasmita, Feni. 2011. “Kehidupan Sosial Masyarakat Batak Toba (tinjauan

sosiologi sastra)”. Skripsi. Padang:UNAND.

Semi, M.Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Sztompka, Piotr. 2010. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.

34

Page 45: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

36

Tarigan, Hendri Guntur. 2011. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Yaflis. 2000. “Realitas Sosial Masyarakat Pinggiran dalam Kumpulan Cerpen

Nyindam”. Skripsi. Padang: UNAND.

Yonesa, Rahmi Fitri. 2016. “Realitas Sosial Dalam Kumpulan cerpen Senyum

Karyamin Ahmad Tohari”. Skripsi. Padang: STKIP.

Wadiah, Rahmadania. 2014. “Realitas Sosial dalam Novel Gerhana Karya A.A.

Navis (Tinjauan Sosiologi Sastra)”. Skripsi. Padang: UNAND.

Wardani, Eko Nugraheni. 2009. Makna Totalitas dalam Karya Sastra. Surakarta:

UNS Press.

Page 46: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

37

Judul Novel : Jejak- Jejak yang Membekas

Sinopsi : Perjuangan seorang anak muda dalam meraih masa depan

dalam keteguhan agama dan budaya.

Jumlah Halaman : 226 halaman

ISBN : 978-602-99722-0-7

Page 47: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

38

LAMPIRAN

Sinopsis Novel Jejak-Jejak yang Membekas karya Syafiwal Azzam

Kisah ini menceritakan sebuah perjuangan seorang anak muda yang

bernama Wim Buana Putra yang tinggal di sebuah kampung di kaki gunung

Merapi. Demi masa depan Ia pergi merantau, terpisah dari Ibu Bapak dan adik-

adiknya. Namun ia selalu ingat akan pesan dan niat utama kenapa ia di sana, Wim

sadar tujuan ia kesana adalah belajar bukan berpacaran dan mengikuti hawa nafsu.

Wim paham betul Tentang penduduk desa yang punya kehidupan yang sangat

religius sekali yang menganggap tabu pergaulan muda mudi berupa pacaran

sebelum nikah. Tentang guru mengaji yang berpesan : jangan mendekati zina.

Karena zina adalah dosa besar. Pacaran adalah suatu bentuk mendekati zina bila

dilakukan berduaan ditempat sepi. Karena tidak ada istilah pacaran dalam islam

dan tentang pesan kedua orangtuaku : kita orang miskin, tugasmu ke sana adalah

sekolah, menuntut ilmu sesuai ajaran agama kita. Oleh sebab itu hindari semua hal

yang dapat mengganggu kelancaran belajarmu.

Hal yang paling ditunggu Wim adalah ketika pulang ke kampung

halamannya. Wim sangat takjub dengan kegigihan masyarakat kampungnya salah

satunya adalah Pak Malano, Semenjak Wim sekolah dasar sampai saat ini lelaki

itu masih setia dengan profesinya sebagai kusir. Walaupun kini ojek telah mulai

secara perlahan dan pasti mempersempit lahan untuk bendi namun ia masih tetap

bertahan. Di perjalanan, orang kampung yang sedang duduk-duduk tampak ingin

tau sekali siapa yang dibawa bendi itu, setelah Wim turun barulah mereka tau dan

memang sudah adatnya dalam bakampuang masyarakat Minangkabau harus

menjalin rasa persaudaraan walaupun sudah lama di rantau.

Di keesokan pagi Wim mulai melihat-lihat dan berjalan di pematang

sawah, tiba-tiba perasaan sendu merasuki dirinya. Hati Wim sedih ketika ia

menyadari bahwa sawah yang padinya kini sedang menguning tidak satu petak

pun menjadi milik keluarganya. Wim tahu persis permulaan terjadinya

penggadaian sawah-sawah mereka itu. Penggadaian itu dimulai sepuluh tahun

yang lalu. Semuanya berpangkal dari tingkah laku abangnya Zaldy. Abangnya

telah melakukan pencurian di rumah Mamak mereka sendiri. Dan agar perkara

tidak sampai ke polisi maka mereka mengganti kerugian harta Mamak. Maka

sawah mereka terpaksa digadaikan sebagian selain itu, Zaldy harus meninggalkan

kampung mereka.

Pak Imam dan Bu Halimah, ayah dan ibu Wim tahu sebabnya dari mana

bermula perkara yang melibatkan kemenakan dan Mamak itu terjadi. Semua ini

berawal dari sikap Datuk Mantiko yang menolak bila ibu Wim menghutang padi.

Hal ini adalah disebabkan pak Imam dan Datuk Matiko adalah dua orang yang

sering berdebat dalam rapat nagari. padahal pak imam adalah bisan yang

seharusnya lawan ber iya dengan sang datuk, Datuk Mantiko yang merasa dirinya

Page 48: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

39

adalah sebagai keturunan bangsawan biasanya selalu memaksakan kehendak

disetiap rapat.

Ia sering mendikte orang lain agar pendapatnya dituruti dan dijalankan.

Orang-orang kampung yang memandang hartanya biasanya tidak berani

membantah karena kebanyakan mereka punya hutang pada Datuk Mantiko. Pada

suatu hari diundanglah Wim oleh sang Datuk untuk menghadiri hajatan di

rumahnya karena keberhasilan panen padi yang didapat Datuk. Selesai makan dan

jedah menghabiskan satu batang rokok Datuk Mantiko angkat bicara, Wim

menyalami mamaknya, eteknya dan Hennita, anak mamaknya itu. Hennita adalah

anak bungsu Datuk Mantiko.

Sampai saat ini barulah Wim menyadari bahwa malu yang diberikan oleh

abangnya itu bukan hanya sekedar malu yang di coreng untuk Ibu Bapaknya di

hadapan orang kampung saja, namun semua itu adalah bukti kecintaannya

terhadap Ibu Bapaknya. Kemurkaan Zaldy bukannya tidak mau dilarang namun

sekaligus ia ingin semua orang kampung tau, bahwa Datuk Mantiko orang yang

selama ini didahulukannya selangkah dan ditinggikan seranting itu tidak pantas

dipanggil Mamak.

Suatu hari Datuk Mantiko ingin sekali menikahkan putrinya dengan Wim,

sebagai kemenakan Wim sangat segan untuk menolak permintaan Mamak nya ini.

Dengan cara halus Wim menyatakan menolak untuk menikahi hennita dan Datuk

pun paham arti dari alasan yang telah diterima nya itu. Wim akhirnya menikah

dengan Tika, perempuan yang telah membuatnya jatuh hati dan Tika

mengingatkan Wim dengan jejak perempuan yang dicintainya dulu.

Page 49: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang : (a) temuan penelitian, (b)

pembahasan. Pembahasan dilakukan dengan cara menganalisis data yang

berhubungan dengan realitas sosial masyarakat Minangkabau dalam novel Jejak-

Jejak yang Membekas karya Syafiwal Azzam.

A. Temuan Penelitian

Dalam penelitian ini, yang akan menjadi temuan penelitian adalah realitas

sosial masyarakat Minangkabau dalam novel Jejak-Jejak yang Membekas karya

Syafiwal Azzam. Realitas sosial yang dapat direduksi bukan dari unsur positif saja

namun juga negatifnya, pada masyarakat Minangkabau dilihat dari lima lingkup

adat. Realitas sosial kehidupan Masyarakat Minangkabau di dalam novel menjadi

gambaran tentang kehidupan masyarakat yang nyata.

Pada penelitian ini ditemukan lima aspek adat sosial masyarakat

Minangkabau yaitu adat bakaum, adat bakampuang, bergaul dalam masyarakat,

sumando-manyumando, dan adat dalam keluarga. Dalam penelitian ini ditemukan

4 data adat dalam bakaum, 7 data adat dalam bakampuang, 2 data adat dalam

bergaul dalam masyarakat, 4 data adat sumando-manyumando, dan 5 data adat

dalam berkeluarga. Pada penelitian ini, data adat bakaum dan adat bergaul dalam

masyarakat lebih dominan terdapat pada masyarakat Minangkabau dalam novel

Jejak-Jejak yang Membekas karya Syafiwal Azzam.

40

Page 50: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

41

1. Realitas Sosial Masyarakat Minangkabau dalam Novel Jejak-Jejak yang

Membekas Karya Syafiwal Azzam.

A. Adat Bakaum

Bakaum merupakan salah satu bentuk persaudaraan atau basuku di

Minangkabau. Setiap individu di Minangkabau wajib memiliki suku atau kaum

kaum dari garis keturunan Ibu (matrilineal). Dalam suku ada penghulu atau datuak

sebagai pemimpin kaumnya. Kaum adalah organisasi terkecil dalam Nagari di

Minangkabau. Setiap pribadi orang Minangkabau akan senantiasa menjaga nama

baik kaumnya, sebagai contoh hubungan antara kemenakan dan Mamak.

Kemenakan harus patuh kepada Mamak. Namun, karena tidak saling

menempatkan diri pada tempatnyahubungan ini bisa sebaliknya, bahkan yang

tidak terpikir sekalipun. Hal tersebut tergambar pada kutipan berikut.

“ia terbukti merencanakan pencurian di rumah Mamaknya

sendiri. Ia ketahuan setelah uang habis difoya- foyakan bersama

teman-temannya”. (Syafiwal azzam, 2011:90).

Berdasarkan kutipan di atas terlihat perilaku buruk yang dilakukan

kemenakan terhadap Mamaknya karena tidak adanya lagi saraso samalu maka

dalam kaum, ini akan menimbulkan cemooh dimata orang banyak. Mencuri

merupakan perilaku yang tercela, apalagi ini dilakukan di rumah seorang Mamak.

Mamak yang seharusnya di segani dan di hormati malah menjadi sasaran

pencurian. Di dalam adat Minangkabau sendiri telah disebutkan “Adat basandi

syarak, syarak basandi kitabullah” yang berarti setiap hal yang berhubungan

dengan adat tidak lepas dari Alquran atau kitab Allah. Mencuri harta benda orang

lain adalah perbuatan yang mendatangkan dosa apalagi dilakukan di rumah orang

Page 51: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

42

yang harusnya disegani. Datuk adalah pengganti orangtua kepada kemenakannya

dan kemenakan berartia adalah anak, bagaimana jika hal ini terjadi dan antara

Mamak dengan kemenakan akan menimbulkan buah bibir di mata kaum lain.

Tidak ada lagi hormat menghormati, segan menyegani. Rusak kaum, rusak lah

adat.

Adat bakaum selanjutnya tercermin dari perasaan sanansib

sapanangguangan ikatan kekeluargaan dalam satu kaum, satu suku, satu penghulu

harus mempunyai sikap sakik samo sakik,sanang samo sanang, kabukik samo

mandaki, kalurah samo manurunbermula daricerita Ayah Wim mengenai alasan

kenapa Abangnya Zaldy mampu melakukan perbuatan memalukan seperti itu.

Semua terjadi ketika di Indonesia sedang krisis beras, keluarga Datuk Mantiko

yang terbilang kaya mereka tidak perlu merasakan kepayahan dan mengantri

seperti orang kampung yang lain. Saudara-saudara Ibu Halimah yang lain juga

merupakan Adik dari datuk Mantiko dapat berhutang meminjam beras namun

terhadap bu Halimah Ibu Wim itu tidak berlaku. Hal itu terbukti dari kutipan

berikut ini.

“Waktu musim paceklik terjadi, Datuk Mantiko dan adik-adiknya

dapat berhutang kepadanya sehingga tidak begitu merasakan

kesulitan akibat musim yang buruk itu. Mereka tidak perlu

berdesak-desakan membeli beras bulog atau mencari tempat

berhutang ke kampung-kampung lain. Tapi berhutang padi ini

tidak berlaku untuk ibu Wim. Ibu Halimah seakan dipencilkan

oleh datuk ini, dari keluarga mereka. Ia memusuhi adiknya

yang satu ini.”(Syafiwal Azzam,2011:99)

Berdasarkan kutipan di atas, terlihat tidak ada rasa iba Datuk Mantiko

teruntuk kaumnya sendiri bahkan Adik yang masih berada dalam satu keluarga

Page 52: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

43

dan terikat tali sedarah diperlakukan tidak adil. Ikatan tersebut bahkan tidak

mampu membuat ada kebaikan dihati Datuk Mantiko karena tidak adanya rasa

sanasib sapanangguangan di dalam dirinya. Membuat siapa saja mau tidak mau

harus menerima kenyataan ini bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan

dengan sadar datuk mantiko menyadari bahwa kelakuannya itu telah menggores

luka di hati adiknya, namun hal itu tidak membuatnya merasa bersalah ataupun

berusaha memperbaiki diri. Terlihat pada kutipan berikut ini.

“walaupun tindakan itu akan menyakiti adiknya sendiri dan

membuat adiknya menderita, tapi sang datuk tidak

peduli”.(Syafiwal Azzam, 2011:100)

Tidak sepatutnya seorang kakak mengucilkan adiknya sendiri.

Kebanyakan orang akan melindungi keluarganya dari cemooh orang lain namun

tidak sedikit juga hal demikian terjadi. Semuanya hanya bermula dari pemikiran

jahat sang Datuk saja.

Selanjutnya pertikaian kaum semakin menjadi ketika abang Wim yaitu

Zaldy menuntut keadilan dari sang Mamak. Sebagai kemenakan patut Zaldy

berkata demikian, ulah dari perangai datuk Mantiko sendiri. Terlihat dari kutipan

berikut ini.

“sebagai seorang datuk yang ditinggikan seranting dan

didahulukan selangkah ia tidak boleh berbuat demikian. Ia

harus berlaku adil terhadap kaum dan anak

kemenakannya”.(Syafiwal Azzam, 2011:103)

Demikian kemenakannya Zaldy menuntut agar sang datuk dapat berlaku

adil. Sangat terasa keangkuhan Mamaknya ini sehingga Zaldy angkat bicara

Page 53: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

44

terhadap hal yang ia rasakan selama ini. Zaldy sepertinya ingin Mamaknya

mengubah kembali perilaku yang tidak terpuji dari Mamaknya itu terhadap

keluarganya.

Setelah Zaldy melancarkan pencurian di rumah Datuk Mantiko, Zaldy

dengan ikhlas menerima hukuman yang akan diterimanya. Bahkan kepala kaum

memanggil polisi agar kasus ini bisa diselesaikan tetapi karena lebih kuatnya adat

pada masyarakat polisi harus menyerahkan hukuman yang datang dari kaum ini

sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

“polisi dapat menerima bahwa ini adalah masalah dalam kaum

kita, apapaun hukuman yang diberikan oleh kaum, kamu

harus menerimanya tanpa membantah, karena itulah resiko

dari perbutanmu”. (Syafiwal Azzam, 2011:113)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Sekuat apapun keadilan di negara

tetapi kalau semua sudah diserahkan kepada adat bahkan keadilanpun akan

dengan senang hati mengembalikan semuanya kepada adat.

Wim meyadari perubahan Datuk Mantiko ketika ia baru pulang dari

menamatkan kuliahnya di S.S.A Pekanbaru, Datuk Mantiko seketika berubah

menjadi hangat dan menegurnya duluan. Hal tersebut terlihat dari kutipan

dibawah ini.

“Di kepalanya bermunculan bermacam-macam pertanyaan.

Selama ini tidak pernah Mamaknya berbuat ramah seperti

demikian. Ia tidak pernah menegur duluan”(Syafiwall Azzam,

2011: 92).

Dari kutipan diatas terlihat bahwa Wim selaku kemenakan terkejut atas

sikap ramah yang diberikan Datuk. Hal itu disebabkan karena selama ini Datuk

Page 54: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

45

Mantiko telah membina hubungan yang buruk sehingga menimbulkan tanda tanya

dihati kemenakannya sendiri.

Tidak sampai disitu perubahan Datuk Mantiko kepada Wim, Datuk

Mantiko juga mengadakan syukuran atas melimpahnya hasil padi dan yang kedua

karena telah berhasilnya kemenakannya menamatkan sekolah di S.S.A Pekanbaru,

dimana tidak semua orang dikampung itu dapat bersekolah disana. Terlihat dari

kutipan berikut.

“dan yang kedua adalah berhasilnya kemenakan kami, Wim

menyelesaikan sekolahnya di SSA Pekanbaru karena itu pada

pak haji kami mohon untuk membacakan doa”. (Syafiwal

Azzam, 2011:123)

Sangat terlihat jelas bahwa Datuk Mantiko tidak menyianyiakan

keberhasilan yng telah dibawa pulang oleh Wim. Setelah syukuran karena pada

panen kali ini padi melimpah, Datuk juga tidak ketinggalan mengungkapkan

kebahagiaannya atas berhasilnya anak kemenakan dalam menyelesaikan

pendidikan yang mana tidak semua orang bisa mencapainya.

Adat bakaum selanjutnya terlihat ketika Zaldy dijatuhi hukuman oleh

kepala kaum, Zaldy mendapatkan hukuman meninggalkan kampung dan

orangtuanya mengganti seperempat harta Mamaknya yang hilang berdasarkan

kutipan dibawah ini.

“kalau begitu, menurut adat kita kamu di hukum dengan

hukuman meninggalkan kampung selama lima tahun dan

orangtuamu mengganti seperempat harta Datuk Mantiko.

Kepala kaum mengambil keputusan” (Syafiwal Azzam, 2011:

113)

Page 55: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

46

Dari kutipan diatas terlihat bahwa dalam adat bakaum segalanya harus

dimusyawarahkan bersama-sama, termasuk menentukan sebuah hukuman yang

datang dari kaum itu sendiri. Begitulah dalam bakaum, meninggalkan kampung

dan keluarganya menggganti seperempat harta Mamak menurut kaum sudah

setimpal dengan perbuatan yang telah dilakukan.

Datuk mantiko bahkan mencoba untuk menggagalkan acara

pertunanganan antara Wim dengan Tika, Datuk sakit hati karena pinangan darinya

tidak diterima oleh keluarga Wim dan tidak tanggung-tanggung kelicikan Datuk

kali ini meminta uang jemputan yang sangat tidak wajar, telihat dari kutipan

dibawah ini.

”Dalam acara meminang ini sempat terjadi sedikit ketegangan

karena Datuk Mantiko meminta uang jemputan yang besar.

Seratus juta rupiah . itulah uang jemputan yang diminta

Datuk Mantiko. Pihak keluarga Tika sempat tersinggung dengan

permintaan Datuk ini” (Syafiwal Azzam, 2011:249)

Sangat terlihat kepicikan Datuk Mantiko, sebagai seorang Mamak Datuk

telah menyalahi fungsinya. Datuk seharusnya bersikap arif bijaksana tapi yang

dilakukan datuk kali ini sungguh sangat keterlaluan, Datuk Mantiko mencoba

menggagalkan pertunanganan Wim dan Tika dengan syarat yang sangat diluar

dugaan pihak keluarga Tika.

B. Adat Bakampuang

Di Minangkabau dikenal dalam istilah bakorong bakampuang, basasok,

bajarami, bapandan bapakuburan.Bakampuang merupakan suatu wilayah atau

kawasan yang didiami oleh orang yang sesuku atau suku sejenis saja atau tidak

Page 56: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

47

bercampur dengan suku lain. Setiap apa yang datang maupun pergi orang

kampung akan selalu peduli dan mata tidak akan lengah memperhatikan

lingkungan sekitar. Seperti ketika kepulangan Wim ke kampung setelah

kepulanganya dari menuntut sekolah di Pekanbaru, terlihat pada kutipan dibawah

ini.

“ Wim hanya diam saja mendengar celoteh kusir itu. Sementara itu

bendi mendekati kudanya.beberapa orang laki-laki tampak

duduk berjuntai diatas balai-balai bambu sambil menghisap

rokok, semuanya menoleh ke arah bendi yang ditumpangi.

Nampaknya mereka ingin tau siapa yang turun”. (Syafiwal

Azzam, 2011: 79)

Dari kutipan diatas dapat di pahami bahwa orang kampung sangat peduli

dengan lingkungan sekitar, apa yang terjadi didalam kampung akan selalu

menjadi perhatian orang banyak termasuk hanya sosok yang sedang datang

dibawa oleh bendi. Orang kampung tampak ingin tau sekali apa siapa yang datang

dan siapa yang pergi karena kalau tak pandai mawas diri, dikucilkan bukan lah

hak baru dalam bakampuang.

Kaum sebagai anggota masyarakat harus pandai menjaga diri, kalau tak

pandai menjaga diri maka cemo dalam nagari (cacat) dan terhina dalam

adat.begitulah yang terjadi dengan Zaldy, anak yang di kenal baik dan patuh tega

melakukan hal yang memalukan dan pada akhirnya, gunjing dan cemooh tak

dapat dielak kan. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut.

“dan itu saja belum lagi begitu menghebohkan jika sekiranya anak

pak Imam, Zaldy tidak terlibat di dalamnya.betapa orang

kampung tidak akan heboh, Zaldy anak seorang alim yang

disegani selama ini yang mereka kenal sebagai seorang

pemuda baik dan taat beribadah tersangkut dalam peristiwa

yang sangat memalukan itu. Benar-benar tidak pernah mereka

bayangkan sama sekali.(Syafiwal Azzam, 2011:108)

Page 57: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

48

Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bagaimana berita buruk akan

cepat tersebar, dalam bakampuang hal yang ganjil akan menjadi buah bibir orang-

orang, apalagi ketika yang digunjingkan adalah orang yang terkenal alim dan

baik. Berbuat salah di dalam kampung akan membuat berita yang heboh dan hina

dimata orang banyakdan penting untuk menjaga diri beserta nama baik keluarga

dimata siapapun.

Selanjutnya hal yang paling memalukan dalam keluarga Wim adalah

pencurian yang dilakukan Abangnya dirumah Mamaknya sediri, sehingga Zaldy

menerima sangsi sosial dari kampung yaitu dibuang dari tempat tinggalnya

sendiri, terlihat pada kutipan dibawah ini.

“Hal ini tentulah karena teringat pada anaknya yang pergi tanpa

berita sampai saat itu. Yaitu anak tertua dalam keluarga

mereka. Kakak Wim, Zaldy, telah lama pergi. Kepergiaanya

adalah dalam keadaan yang menyedihkan karena dibuang

dari kampung dan sampai saat ini tidak ada kabar beritanya

sama sekali”. (Syafiwal Azzam 2011 : 82)

Betapa arang dicorengkan oleh Zaldy ke wajah Ibu Bapaknya,

bagaimanapun mencuri merupakan suatu perbuatan yang hina apalagi dilakukan

dirumah Mamak sendiri. Namun Zaldy mendapakan hukuman yang dikira pantas

untuk menebus kesalahannya yaitu dibuang darin kampung tempat ia dibesarkan.

Dalam bakampuang orang-orang tidak jarang berpikir bahwa orang yang berbuat

salah di dalam kampung hanya akan mencemarkan dan mendatangkan bala

ditengah-tengah mereka.

Selain itu dalam bakampuang, seorang guru yang baik akan di segani oleh

orang kampung karena dalam bakampuang orang yang mempunyai dampak yang

Page 58: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

49

besar untuk orang lain sangat dihormati dan dielu-elukan dalam kampung, seperti

kutipan dibawah ini.

“dari surau itulah mereka diberi pelajaran secara komplit oleh

seorang guru yang mereka sebut dengan panggilan Pak Malin, atau

lengkapnya Malin Sati. Beliau mempunyai ilmu yang sangat

komplit. Dari beliaulah mereka menerima ilmu dan seni

membaca Alquran, mulai dari mengenal huruf Arab, tajwid,

nahu, sharaf, sejarah Islam, akhlak dan lain sebagainya, sesuai

dengan usia mereka dan selain itu beliau juga megajari ilmu

beladiri khas Minangkabau yaitu silek karena itu beliau sangat

disegani di kampung itu”. (Syafiwal Azzam, 2011:202)

Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa orang yang cerdik pandai atau

alim ulama sangat dihormati di dalam kampung. Keberadaannya dicari dan ilmu

nya di amalkan, dalam bakampuang hal seperti ini sering terjadi, betapa orang

yang memberikan dampak baik ataupun buruk akan selalu disebut oleh orang

kampung.

Selanjutnya realitas sosial dalam adat bakampuang dapat dilihat ketika

masyarakat sedang dilanda musim paceklik, musim yang membuat orang

kampung menderita, namun dalam keadaan susah seperti itu ada saja yang tidak

peduli dengan keadaan sekitar. Dapat dilihat dari kutipan berikut.

“di samping penduduk yang mengeluh karena kekurangan bahan

pangan dan menderita kelaparan masih ada yang tidak terpengaruh

sama sekali dengan keadaan tersebut. Beberapa orang kaya yang

terdapat di kampung, keluarga Datuk Mantiko seakan tidak

hirau dengan keadaan panceklik yang menimpa”. (Syafiwal

Azzam. (2011:99)

Dari kutipan dibatas telihat bahwa datuk Mantiko tidak peduli dengan

kesulitan yang dihadapi orang kampung,. Dalam kampung harusnya Datuk

Page 59: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

50

Mantiko dapat merasakan kesulitan di kampung. Setidaknya Datuk Mantiko

saling membantu masyarakat lain yang kesusahan.

Kampung Wim merupakan kampung yang sangat religius, bahkan untuk

mengaji merupakan suatu tradisi dan aturan yang sudah lama ada di kampungnya.

Mengaji kesurau yang dilakukan oleh anak-anak dikampungnya, sepertimkutipan

dibawah ini.

“Sudah menjadi sebuah tradisi yang turun temurun

dikampungnya yang terletak dipinggang gunung merapi, semua

anak-anak sampai remaja diwajibkan untuk mengaji disarau.

Sirau itu berlokasi ditempat yang sangat strategis ditengah-tengah

desa”. (Syafiwal Azzam, 2011: 201)

C. Adat Bergaul dalam Masyarakat

1. Kato Malereang

Kato malereang adalah bagaimana sikap atau perkataan seseorang kepada

orang yang cukup disegani salah satunya seperti bersikap kepada orang yang telah

menumpangkan kita tinggal. Seperti yang diucapkan Wim kepada pak Ahmad dan

bu Arti yang telah menganggap Wim sebagai anak. Terlihat pada kutipan di

bawah ini.

“Assalamualaikum guru, ujar Wim mengucapkan salam

sambil melangkah masuk. Waalaikumsalam warahmatullahi

wabarakatuh jawab pak Malin sembari memperbesar cahaya

lampu. Wim mengulurkan tangan menyalami dan mencium

tangan gurunya”.(Syafiwal Azzam, 2011:85)

Wim mengucapkan salam kepada gurunya, dengan memberikan salam serta

menyalami dan mencium adalah wujud rasa hormat kepada gurunya yang selama

ini telah lama tidak dijumpainya. Rasa kasih sayang dan hormat sangat Wim

tunjukan kepada sang guru yang sangat dicintainya itu.

Page 60: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

51

Ketika Wim mencari kerja ke Solok Wim dikenal kan oleh temannya kepada

Bapak pemilik toko, sempat Wim berbincang-bincang dengan pemilik toko. Wim

sangat tersanjung karena pemilik toko sangat baik. Begitu pun sebaliknya seperti

kutipan dibawah ini.

“Kapan kamu mulai masuk? Dua hari lagi pak. Hari ini saya mau

pulang ke kampung dulu. Baiklah. Terima kasih pak. Kami mau

permisi dulu. Ayo kita makan dulu, ajak pak Rahman. ( Syafiwal

Azzam, 2011:136)

Dari kutipan diatas dapat terlihat bahwa kita harus mempunyai rasa hormat

kepada orang yang yang lebih besar dari kita apalagi terhadap orang yang

memegang hak lebih.

2. Kato Manurun

Kato manurun yakni bagaimana bersikap dan berkata kepada yang lebih

kecil. Baik dari segi status sosial, usia maupun hubungan kekeluargaan. Dalam

kehidupan sehari-hari tidak jarang atasan berkata kasar kepada bawahan namun

di Minangkabau hal demikian ada aturannya. apalagi ketika seorang datuk yang

kaya berkata kepada bawahannya. Sang datuk suka menghardik dan bermata

merah berarti sudah mewariskan sikap yang tidak baik. Seperti kutipan berikut ini.

“Wim, sebahagian uang ini harus kamu zakatkan. Zakatnya

sepuluh persen” iya yah, baiknya dizakatkan sama siapa ya?

“sebaiknya zakatkan kepada fakir miskinterlebih dahulu.

Sisanya mungkin dapat kamu berikan untuk pembangunan

TK Aisyiyah yang saat ini sedang dikerjakan”.

Kata itu keluar dari mulut seorang ayah kepada anaknya, bagaimana ayah

menasehati dan memberikan arahan kepada Wim merupakan sebuah cerminan

Page 61: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

52

dari kato manurun. Kata yang dipakaikan orang yang lebih tua kepada yang lebih

muda.

Selanjutnya ibu Halimah berpesan kepada Wim agar selalu dalam

jalannya, pesan yang disampaikan bu Halimah selalu di pegang teguh oleh Wim

karena ia sadar tujuan nya kesana untuk sekolah bukan berpacaran, terlihat dari

kutipan dibawah ini.

“jangan pernah tinggalkan Sholat dan hati-hati dengan

pergaulan antara berlainan jenis yang telah banyak

menjerumuskan manusia, terutama generasi muda dan

menghancurkan masa depan mereka”. (Syafiwal Azzam, 2011:

24)

Memberikan nasehat merupakan bagian dari kato manurun, pesan yang

disampaikan oleh bu Halimah selalu dikenang baik oleh anak nya dirantau orang.

Wim mengingat pesan Ibu nya itu karena Wim sadar tujuannya kesana adalah

untuk bersekolah bukan mengikuti hawa nafsu para kaum muda.

3.Kato Mandaki

Kato mandaki adalah bagaimana berkata dan bersikap kepada orang yang

lebih dewasa atau lebih tua dari kita. Baik dari segi umur, status sosial yang

dimiliki oleh seorang tempat lawan bicara. Menghargai orang yang lebih tua dari

kita termasuk kepada guru yang mengajarkan mengaji dan ilmu silat. Rasa hormat

tidak hanya ada dari perkataan tapi juga perbuatan Terlihat dari kutipan berikut

ini.

“Alhamdulillah ada baik-baik saja, pak. Dan kedua

orangtuaku mengirimkan salam buat bapak dan ibu,

Page 62: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

53

“terimakasih, lalu bagaimana tanggapan kedua orangtuamu

atas kegagalanmu tidak lulus ujian?. Syafiwal Azzam.(2011:2)”

Dari kutipan di atas terlihat bahwa sikap dalam kato mandaki yang

dipakaikan Wim berupa umgkapan syukur dan terimakasih kepada Pak Ahmad

atas perhatian yang telah diberikan kepadanya, Pak Ahmad sudah dianggap

orangtua kedua oleh Wim karena tanpa mereka Wim tidak akan bisa apa-apa

disana. Dan Wim memakai kan kato malereang kepada Pak Ahmad.

Selanjutnya, Wim ingin mencari pekerjaan di Solok. Wim diperkenalkan

oleh temannya kepada pemilik toko. Wim dengan hati riang menyambut baik

perkenalan dengan pemilik toko, terlihat dari kutipan dibawah ini.

“Hendra, sudah lama? Sapa pemilik apotik. “belum pak, oh ya ini

temanku pak. Ujar Hendra memperkenalkan Wim. Sambil

menyalami pak Rahman.” (Syafiwal Azzam, 2011: 137)

Dari kutipan diatas dapat dilihat sikap yang ditunjukan Wim adalah

gambaran dari kato mandaki. Berkata dan bersikap kepada orang yang lebih tua

bukan hanya dari cara kita bertutur tapi juga bagaimana cara bertindak.

Berikutnya, ketika Wim menjadi perwira polisi hormat dan santunya tidak

pernah hilang. Walaupun tindakan itu dapat merusak kepentingannya, Wim tidak

pernah peduli dan Pak Ahmad dimanapun tetap adalah Ayah pengganti bagi

dirinya, terlihat dari kutipan dibawah ini.

“hari pertama Wim mulai bertugas di polda Riau ia merasa

risih ketika berpapasan dengan pak Ahmad. Ia segera

memberi hormat terlebih dahulu. Tapi kemudian pak Ahmad

memberitahukan bahwa tindakan seperti itu akan merugikan

mereka berdua karena menyimpang dari peraturan, semenjak saat

Page 63: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

54

itu berpapasan sebisanya agar tidak berpapasan dengan pak

Ahmad”. (Syafiwal Azzam, 2011: 243)

Wim memang dikenal sebagai anak yang sangat patuh, tidak hanya kepada

kedua Ibu Bapaknya tapi kepada Pak Ahmad Wim juga melakukan hal yang

sama. Memberi hormat merupakan sebuah tanda hormat namun karena demi

kepentingan pekerjaan Pak Ahmad tidak ingin Wim memberikan hormat

kepadanya karena secara pribadi itu akan merugikan Wim sendiri. Bukannya

mengikuti agar tidak memberi hormat, Wim lebih memilih agar ia tidak

berpasasan dengan Pak Ahmad.

.4. Kato Mandata

Kato mandata dipakaikan untuk sesama besar. Baik disegi usia atau

statusnya dalam kaum harus ada saling harga menghargai apalagi dalam berkata-

kata, seperti pepatah Minangkabau mengatakan”Muluik manih kucindan murah,

budi baiak baso katuju”. Jika hal ini kita amalkan maka orang lain akan

menyenangi kita. Seperti terlihat dalam kutipan ini.

“Boleh aku bertanya,” ujar gadis itu lagi dengan sopan. “

silakan.” “ begini. Saya orang baru di sini. Kemaren baru

sampai di kota ini dan maksud saya pada hari ini mau

mendaftar pada S.A.A di sini, tetapi saya tidak tahu tempatnya

dengan pasti”. (Syafiwal Azzam, 2011:6)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa seseorang perempuan bertanya kepada

Wim, seseorang yang baru saja dikenal nya dijalan. Perempuan itu tampak sopan

bertanya kepada Wim karena dia ingin bertanya.

Page 64: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

55

Selanjutnya Wim ditawari oleh Marni untuk singgah kerumah nya karena

hari yang udah masuk waktu maghrib dan Wim baru pertama kali bertamu

kerumahnya. Kepada sesama besar harus saling membawakan diri. Terlihat dari

kutipan dibawah ini.

“Mampirlah kerumahku dulu untuk sholat maghrib. Nanti

waktu keburu habis,” ajak Marni.” Lagi pula kamu belum

pernah mampir kerumahku”. (Syafiwal Azzam, 2011: 33)

Dari kutipan diatas terlihat jelas bahwa Marni mempersilakan Wim untuk

bertamu dan sekalian sholat di rumahnya, sikap saling

Selanjutnya ketik Marni dan Wim berjalan bersama ketika selesai

pertandingan basket di sekolah mereka. Marwan mencoba menggoda Marni untuk

diberikan tumpangan namun Marwan tidak sedikitpun menghiraukan Wim yang

dari tadi berjalan beriringan dengan Marni. Terlihat dari kutipan dibawah ini.

“ Ayo Marni kuantar kau pulang, tentu kau capek berjalan

kaki setelah tadi bermain basket. Ajaknya tanpa

menghiraukan Wim sedikitpun juga meskipun Wim berdiri di

samping Marni”. (Syafiwal Azzam, 2011:33)

Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa Marwan tidak memiliki rasa

pertemanan dengan Wim. Marwan hanya ingin menawarkan tumpangan kepada

Marni bahkan Marwan tidak menganggap Wim ada. Dalam pergaulan sesama

besar Marwan tidak boleh seperti itu karena secara tidak langsung tindakan itu

telah membuat hubungan menjadi tidak baik.

Tidak sampai disitu kekuranga ajaran Marwan juga terlihat ketika ia ingin

mencegat Wim karena sakit hatinya belum lepas. Ditengah jalan Marwan dan

Page 65: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

56

teman-temannya mengepung Wim sambil berkata yang tidak patut dikeluarkan,

terlihat dari kutipan dibawah ini.

“ Anjing kau, belum kenal aku ya ! teriaknya sambil

turun dari sepeda motornya. Kau juga belum kenal aku

sahut Wim bersiap-siap menghadapi sesuatu”. ( Syafiwal

Azzam, 2011: 49)

Berdasarkan kutipan diatas dapat dilihat kata kotor yang diucapkan

Marwan kepada Wim, kato mandata mengajarkan bagaimana bersikap kepada

teman sebaya dan sesama besar. Baik dari sikap dan cara bertutur.

4.Adat Sumando Manyumando

a. Adat Kasumando

Mamak rumah harus menghargai sumando karena sumando adalah orang

yang dijapuik secara adat untuk menjadi suami adik atau kakak. Dia adalah orang

yang berperan sebagai pemelihara keluarga dan juga bagian dalam keluarga.

Mamak rumah harusnya menjalin rasa persaudaraan dengan sumando kalau tidak

tentu ini akan menyalahi adat kasumando seperti yang dilakukan Datuk Mantiko

kepada ayah Wim selaku sumando bagi kaumnya. Datuk Mantiko tidak menyukai

Pak Imam lantaran dalam musyawarah datuk dan pak Imam adalah dua orang

yang berbeda pendapat. Hal itu terlihat dari kutipan ini.

“hal ini adalah di sebabkan Pak Imam dan Datuk Mantiko adalah

dua orang yang sering berdebat dalam rapat nagari. Datuk

Mantiko yang merasa dirinya adalah sebagai keturunan

bangsawan biasanya selalu memaksakan kehendaknya dalam

setiap rapat”. (Syafiwal Azzam, 2011:100)

Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa datuk mantiko tidak menyukai

Pak Imam selaku sumando dikaumnya, datuk mantiko memandang pak Imam

Page 66: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

57

sebelah mata hanya karena dia merasa lebih bermartabat dibanding suami adiknya

sendiri.

b. Adat Sebagai Sumando

Sebagai sumando juga harus bersikap hati-hati dan pandai menempatkan

diri, jangan berpikiran picik apalagi berniat untuk menguasai harta benda istri,

pemalas, karajo ndak bakakok, Maka hendaknya menjadi sumando ninik mamak,

yaitu tempat seiya sekata. Artinya pandai menepatkan diri. Menjadi tempat

bertanya, suka membantu, suka bergaul dan memakai sopan dan santun. Itulah

yang dilakukan oleh pak Imam. Sebagai sumando, pak Imam juga menjadi

panutan untuk masyarakat kampung. Terlihat dari kutipan di bawah ini.

“hal ini sering terjadi, sehingga akhirnya simpati orang

kampung berpindah pada Pak Imam yang alim dan rendah

hati. Itulah pangkal mulanya Datuk Mantiko memusuhi pak

Imam”. (Syafiwal Azzam, 2011:100)

Dari kutipan di atas, dapat disimpulakan bahwa pak Imam selaku sumando

di kaumnya dan juga di kampung lebih sering menjadi panutan karena saran pak

Imam selalu ditemukan kebenarannya selain orangnya taat agama, alim dan

rendah hati.

D. Adat dalam Keluarga

1.Adat Sebagai Anak

Agama islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk

berbakti dan taat kepada Ibu dan Bapak. Taat dan berbakti kepada kedua orangtua

adalah sikap dan perbuatan yang terpuji. Adapun akhlak terhadap orangtua adalah

sayangilah, cintailah, hormatilah serta patuhlah kepadanya, rendahkan dirimu dan

sopanlah kepadanya.itulah yang dilakukan oleh Wim. Memohon izizn merupakan

Page 67: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

58

suatu sikap menghargai orangtua karena bagi orangtua rasa hormat terhadap

keduanya, terlihat darin kutipan dibawah ini.

“Ayah, Ibu, Wim mohon izin untuk menemui Pak Malin di

surau dan sekalian tidur disana.” Ya, temuilah. Beliau selalu

menanyakan tentang kamu bila bertemu dengan kami, sambut

pak Imam. Ya, Ayah, Ibu Wim berangkat sekarang.

Assalamualaikum. (Syafiwal Azzam, 2011: 83)

Menghormati orangtua adalah harga mati bagi seorang anak, ridho Allah

adalah ridhonya orangtua. Maka diwajibkan bagi anak untuk menghormati kedua

Ibu Bapaknya. Masyarakat Minangkabau adalah masyarakat yang mengajarkan

adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Apa yang diajarkan agama itulah

yang dipakaikan adat.

Zaldy, walaupun hal yang dilakukannya adalah kesalahan yang besar

namun itu semua wujud dari rasa sayangnya kepada orangtuanya. Dapat dilihat

dari kutipan di bawah ini.

“Mamak keparat. Tunggu pembalasanku.” Kutuknya dalam

hati.kemarahannya benar-benar memuncak mendengar

sedu-sedan dan tangis ibu yang sangat disayanginya itu. “kurang ajar!” tiba-tiba tanpa dapat menahan ucapannya,

Zaldy berteriak keras”. (Syafiwal Azzam, 2011:102)

Dari kutipan di atas, dapat dipahami bagaimanapun Zaldy melakukan

kesalahan besar, hal tersebut terjadi tak lain dan tak bukan karena dia tidak

sangggup mendengar ibunya menangis dan beriba hati. Memang Zaldy memiliki

hati yang keras namun dibalik itu semua dia sangat mencintai ibunya sehingga

melakukan tindakan yang nekad.

Page 68: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

59

2.Adat Sebagai Ibu dan Istri

Seorang perempuan di Minangkabau sangat dihargai dan ditinggikan

martabatnya, maka hendaknya hal ini harus dipelihara apalagi jika sudah

bersuami, kesopanan dan menjaga kehormatan merupakan kewajiban setiap

wanita. Walaupun posisi suami juga merupakan sebagai sumando dalam rumah

istrinya, selaku istri harus lebih dahulu menjaga martabat dan nilai kesopanan

padanya.

Sebagai seorang Ibu, bu Halimah sangat menyayangi anak-anaknya,

termasuk Zaldy, meskipun Zaldy terbukti melakukan pencurian bu Halimah selalu

megkhawatirkan anaknya. Kekhawatiran bu Halimah karena takut suaminya

memarahi anaknya, terlihat dari kutipan dibawah ini.

“bu Halimah memeluk suaminya dengan erat. Tadi bu

Halimah bukan hanya menangis karena anaknya telah

terbukti terlibat dalam pencurian, melainkan ia juga takut

membayangkan tindakan-tindakan yang akan dilakukan

suaminya terhadap anaknya”. (Syafiwal Azzam, 2011:110)

Bukan hanya dari memberikan kasih sayang dan membesarkan anak-

anaklah kita bisa mengukur pengorbanan seorang ibu tetapi ketika seorang Ibu

menangis lantaran rasa kasihnya terhadap anak nya itu adalah sebuah ketulusan

yang sangat dalam dari seorang Ibu. Zaldy tertangkap dalam kasus pencurian dan

disana air mata bu Halimah tumpah.

3.Adat sebagai Suami dan Bapak

Seorang suami memiliki tugas dan tanggung jawab yang penuh terhadap

istrinya, menyangkut ibadahnya, ahklak dan pergaulannya, akidah dan

Page 69: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

60

keyakinannya, pemahaman dan ilmunya dan seluruh sisi kehidupan dirinya

sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya.

Didalam tangis Bu Halimah, Pak Imam selalu menenangkan dan berkata

seolah semuanya baik-baik saja. Meskipun yang membuat istrinya menangis pilu

adalah Datuk Mantiko sendiri. Bahkan pak Imam ingin meminjam beras kepada

kamoung sebelah dari pada harus meminjan kepada Datuk Mantiko, dapat dilihat

dari kutipan dibawah ini.

“ Biarlah Imah, bukan Datuk Mantiko saja tempat kita

bertenggang. Biarlah besok kuusahakan meminjam

padi kepada kenalan ku dikampung lain. Ujar pak Imam

membujuk istrinya yang menangis pilu karena penolakan

yang dilakukan Datuk Mantiko siang tadi”. (Syafiwal

Azzam. 2011: 101)

Sebagai suami Pak Imam menjadi pemimpin yang bertanggung jawab atas

apa yang ia pimpin, ia berkewajiban untuk mencarikan penghasilan yang halal

nagi keluargany, membelanjakan pada yang halal juga, dan mengatur ekonomi

rumah tangganya. Suami harusnya memiliki sifat penyantun dan penyabar kepada

istrinya, tidak marah atas atas kesalahan yang dilakukan istrinya.

b. Pembahasan: Realitas Sosial Masyarakat Minangkabau dalam Novel

Jejak-Jejak yang Membekas Karya Syafiwal Azzam

Realitas sosial masyarakat Minangkabau dalam novel Jejak-Jejak yang

membekas karya Syafiwal Azzam, dilihat berdasarkan hal yang mendasari realitas

sosial masyarakat Minangkabau itu sendiri. Terdapat lima aspek adat yang

melandasi realitas sosial masyarakat Minangkabau, yaitu adat bakaum, adat

bakampuang, bergaul dalam masyarakat, adat sumando manyumando dan adat

Page 70: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

61

dalam keluarga. Realitas sosial masyarakat Minangkabau yang dilihat

berdasarkan lima aspek adat yang akan dibahas sebagai berikut.

1. Adat Bakaum

Realitas sosial masyarakat Minangkabau dalam novel Jejak-Jejak yang

Membekas karya Syafiwal Azzam ini dapat dilihat dari saraso samalu, sanasib

sapanangguangan, saling menasehati, saling silaturahmi, saling menolong dan

menguntungkan serta saling memaafkan. Saraso samalu dalam bakaum

merupakan suatu keharusan yang dharus ditanamkan setiap indivudu. Apabila

kemenakan salah Mamak harus menegur, memberi nasehat dan menunjukan

kebenaran. Dalam novel Jejak-jejak yang Membekas ini hal demikian tidak

berjalan dengan seharusnya, Zaldy kemenakan dari Datuk Mantiko malah

melakukan pencurian dirumah sang Datuk walaupun sebetulnya pencurian itu

dilakukan Zaldy adalah akibat dari perangai Datuk Mantiko yag semena-mena

terhadap keluarganya. Bagaimanapun alasannya sikap yang dilakukan Zaldy

tetaplah menyalahi aturan adat bakaum.

Setelah dikabarkan uang habis difoya-foyakan dan sekarang tinggalah malu

dan aib yang harus di tanggung keluarga Zaldy. Mencuri dirumah mamak sendiri

itu sangatlah hal yang memalukan karena orang Minangkabau sangat terkenal

dengan budi pekerti, rasa sopan dan santunnya.

Rasa sanasib sapanagguangan dapat diartikan dengan perasaan sakik samo

sakik, sanang samo sanang, kabukik samo mandaki kalurah samo manurun.

Demikian pepatah adat mengatakan. Lain hal dengan yang di lakukan Datuk

Page 71: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

62

Mantiko terhadap kaumnya, lebih tepatnya kepada adiknya sendiri yaitu Ibu

Halimah. Bagaimana sanasib sapanagguangan ini dipakaikan datuk dalam

kehidupannya. Sebagai kakak sampai hati sang Mamak tidak mau memberi kan

pinjaman.

Tidak ada perasaan kasihan dalam hati Datuk. Hanya karena persoalan

sepele ia tega menyakiti hati adiknya dengan tidak mengerti akan kepedihan yang

tengah di derita adiknya dan keluarga. Ingin menang sendiri begitulah Datuk

Mantiko. Rasa senasib sepanngguangan ini penting di tanamkan sebagai bukti

bahwa saudara itu adalah bagian dari diri kita dan juga bagian dari keluarga kita.

2. Adat Bakampuang

Masyarakat Minangkabau dalam adat bakampuang harus pandai menjaga

diri, kalau tidak pandai menjaga diri maka cemooh dalam nagari dan akan terhina

dalam adat. Seperti itulah yang dirasakan Zaldy, pencurian yang dilakukan

dirumah Mamaknya telah menjadi buah bibir masyarakat kampung. Betapa malu

yang diderita oleh keluarga, Zaldy telah mencoreng arang dikening Ibu

Bapaknya. Orang kampung geram bagaimana mungkin Zaldy tega melakukan hal

yang tidak terpuji seperti demikian sedangkan orang kampung selalu memandang

baik keluarganya.

Dalam bakampuang selanjutnya perasaan senasib sepenangggungan, sifat

tolong menolong, sifat persaudaraan harus ada dalam hidup bakampuang,

banagari atau bermasyarakat. Disaat orang kampung sedang dilanda musim

peceklik sekalipun harus terus saling berbagi, namun apa daya dikampung Wim

Page 72: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

63

orang kaya tidak hirau akan musim itu dan juga tidak menghiraukan kepayahan

dari orang kampung. Maka dengan demikian sikap berhati-hati dan sopan setiap

anggota kaum harus dijaga.

3. Adat Bergaul dalam Bermasyarakat

Bergaul dalam masyarakat atau interaksi sosial biasanya bergantung dari

status sebagai individu, atau di Minangkabau disebut kato nan ampek. Kato nan

ampek terdiri dari kato mandaki, kato manurun, kato mandata dan kato

malereang. Kato mandaki dipakaikan kepada orang yang lebih besar dari kita.

Baik dari segi umur, status sosial yang dimiliki oleh seseorang tempat lawan

bicara.

Kato mandaki dipakaikan kepada sesama besar baik usia maupun statusnya

dalam kaum. Harus ada sikap saling harga menghargai apalagi dalam berkata-kata

4. Adat Sumando Manyumando

a. Adat Kasumando

Sebagai Mamak rumah tidak boleh seenaknya membentak atau

menghardik sumando, harus bajanjang naik batanggo turun. Harus sopan dan

jangan langsung. Sebagai Mamak rumah dapat dilihat datuk mantiko tidak

menyukai Pak Imam hanya lantaran Pak Imam tidak pernah sependapat dengan

Datuk Mantiko. Datuk Mantiko tidak mencerminkan sikap adat kasumando, datuk

mantiko memusuhi suami adiknya yang tak lain adalah seorang sumando bagi

kaumnya. Bermusyawarah merupakan kegiatan yang baik namun bukan berarti

Page 73: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

64

kita harus mengedepankan pendapat kita, pendapat orang lain harus kita hargai

apalagi kalau kita berpangkat sebagai seorang Datuk, harus arif dan bijaksana.

b. Adat Sebagai Sumando

Seorang sumando yang pandai menempatkan diri akan selalu menjadi

tempat bertanya, suka membantu, suka bergaul, memakai sopan santun. Pak Imam

memang bukan orang yang berpangkat tinggi ataupun mempunyai banyak harta

namun karena kesederhanaannya dan disetiap keputusannya selalu ditemukan

banyak kebenaran maka dari itulah orang kampung menyenangi pak Imam. Orang

kampung meninggalkan saran Datuk Mantiko dan membuat Datuk sakit hati.

5. Adat dalam Keluarga

a. Adat Sebagai Anak

Di Minangkabau anak dalam keluarga adalah kemenakan dari Mamak. Mamak

bertanggung jawab terhadap kemenakan dalam posisinya sebagai Mamak.

Selanjutnya sebagai anak dalam islam wajib mantaati orang tuanya kalau dalam

bahasa adat disebut dengan adat kepada orangtua dan dalam islam disebut akhlak.

Zaldy sebagai seorang anak harus mempunyai rasa hormat kepada kedua

orangtua. Sebagai anak tentu Zaldy rela melakukan apapun agar kedua

orangtuanya bangga kepadanya.

Page 74: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

65

3. Realitas Sosial Masyarakat Minangkabau dengan Novel jejak-Jejak yang

Membekas karya syafiwal Azzam

A. Adat Bakaum

Masyarakat Minangkabau merupakan masyarakat yang menganut sistem

garis keturunan Ibu (matrilineal), sehingga bakaum selalu dikaitkan dalam

kehidupan masyarakatnya. Bakaum merupakan suatu ikatan kekeluargaan atau

persaudaraan yang diikat oleh suku yang sama, suku yang datang dari Ibu.

Apabila ibu bersuku caniago maka sang anak juga akan bersuku caniago begitu

seterusnya berjalan sampai kapanpun. Dalam bakaum tentu setiap individu harus

mempunyai tanggung jawab dalam menjaga nama kaum seperti anak dengan Ibu,

Ibu dengan Mamak, Mamak dengan kemenakan.

Kesadaran penuh dalam menjaga kaum seperti harus adanya rasa saraso

samalu, sanasib sapananguangan, saling menasehati, saling silaturahmi, saling

tolong menolong dan saling memaafkan. Dalam kaum sendiri terdiri dari banyak

keluarga dan banyak individu hal itu tentu memiliki karakter dan beragam

perangai. Jangankan satu kaum, dalam keluargapun kita sudah banyak perbedaan

sifat dan kemauan, berlainan sudut pandang, berlainan karakter adalah hal yang

lumrah dan dari perbedaan inilah akan melahirkan salah paham apalagi bila

tingkat pendidikan yang tak sebanding. Seperti seorang kemenakan melancarkan

pencurian di rumah Mamaknya sendiri. Banyak kita temui dalam masyarakat

terjadi keretakan antara satu sama lain bahkan timbul permusuhan, pergunjingan,

salin fitnah dan bacaran (adu mulut, saling membuka aib).

Page 75: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

66

Inilah akibat sifat yang terlalu berlebihan dalam mempertahankan harga

diri kaum. Padahal tidak demikian sebenarnya yang dituntut dalam adat

Minangkabau. Seseorang yang sedang bertengkar harus didamaikan. Maka sifat

pemaaf adalah sikap terpuji dalam adat, karena menjadi orang pemaaf akan

melahirkan sikap sabar. Lawan dari sifat pemaaf adalah pendendam. Dendam jika

membara biasanya tiada kta lain kecuali perasaan ingin membalas, ingin

menyakiti bahkan bisa menzalimi. Dendam bagaikan virus yang menjalar dalam

tubuh seseorang yang sedng marah.

A. Adat Bakampuang

Bakampuang di Minangkabau berarti suatu kaum yang hidup saling

berdampingan. kaum sebagai anggota masyarakat harus pandai menjaga diri

karena kalau tidak pandai menjaga diri cemooh akan timbul ditengah kampung.

Begitupun kalau ada masalah Karena itu harus selalu dicari jalan keluar. Jalan

keluar yang ditunjukkan adat Minang adalah melakukan musyawarah untuk

mufakat, bukan musyawarah untuk melanjutkan pertengkaran. Keputusan boleh

bulat tapi boleh juga pipih atau Setiap individu Minang disarankan untuk selalu

menjaga hubungan dengan lingkungannya. Adat Minang tidak terlalu memuja

kemandirian menurut ajaran individualisme barat. Adat Minang mengajarkan

supaya membiasakan berembuk dengan lingkungan kendatipun menyangkut

masalah pribadi.Dengan demikian adat Minang mendorong orang Minang lebih

mengutamakan “kebersamaan” kendatipun menyangkut urusan pribadi.

Page 76: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

67

Walaupun seorang individu Minang menduduki posisi sebagai penguasa

seperti dalam kedudukan mamak-rumah atau pun Penghulu Andiko maka

keputusan tidak mungkin juga diambil sendiri. Karena itu sikap otoriter tidak

pernah disukai orang-orang Minang. Kedekatan hubungan dalam kelompok suku

ini, menjadikan harga diri individu, melebur menjadi satu menjadi harga diri

kelompok suku. Kalau seseorang anggota suku diremehkan dalam pergaulan,

seluruh anggota suku merasa tersinggung. Begitu juga bila suatu suku

dipermalukan maka seluruh anggota suku itu akan serentak membela nama baik

sukunya.

B. Adat Bergaul dalam Masyarakat

Minangkabau mengatur tatanan tersebut sedemiakain rupa dalam bentuk

raso jo pareso, dan malu jo sopan. Artinya orang minang memiliki raso pareso

yang tinggi akan sikap dan perbuatan yang mereka lakukan terutama pada kata-

kata yang mereka ucapkan agar tidak menyinggung orang lain. Malu akan hal-hal

yang berbau pertentangan dengan adat dan kebudayaan serta malu ketika

berprilaku tidak sopan terhadap orang lain. Baik itu yang di depan orang rumah

seperti mamak, ataupun orang lain yang berada di lingkungan tempat tinggal

sendiri.

Hal inilah yang mulai hilang dari pekarangan Minang.

Hilangnya raso jo pareso dan malu jo sopan pada remaja minang menjadi

masalah sampingan dalam topik makalah mini ini. Tidak adanya penelaahan diri

pada remaja membuat permasalahan tergerusnya tatanan kato nan ampek pada

Page 77: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

68

remaja minang semakin menjadi-jadi. Tidak sadar akan kebudayaan sendiri yang

mulai mencair menandakan remaja minang telah lengah akan harta pusaka

terbesar Minangkabau yakninya adat dan budaya Minang, dan berdampak pada

kehancuran budaya itu sendiri.

C. Sumando Manyumando

Seorang laki-laki di Minangkabau harus menyadari bahwa dia mempunyai

dwifungsi kepemimpinan didalam hidupnya, yaitu sebagai kepala keluarga di

dalam rumah isterinya dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang sesuai

dengan "kode etik" urang sumando, dan juga sebagai tanggung jawab mamak

rumah dalam keluarga ibunya dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang

sesuai dengan "kode etik" mamak rumah.

Dalam tugas dwifungsinya itu hendaklah dia melaksanakan ketentuan yang

disebutkan dalam adat.

5.Adat dalam Keluarga

Di Minangkabau huhungan kekerabatan dalam sebuah keluarga sendiri

cukup unik, tapi sayangnya keunikan mulai memudar seiring berjalannya waktu.

Generasi sekarang sudah banyak yang tidak tahu lagi dengan hubungan

kekerabatan dalam keluarga mereka sendiri. Akibatnya cukup fatal, selain tidak

tau dengan keluarga banyak juga yang akhirnya elanggar aturan dalam adat. Lalu

akhirnya yang disalahkan adat itu sendiri.

Page 78: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

69

Hubungan seorang ibu dengan anak-anaknya pada prinsipnya sama saja,

baik kepada anak laki-laki ataupun perempuan. Perbedaanya terletak pada sudut

kepentingan dan ruang lingkup tanggung jawab atau tugas masing-masingnya. Hal

ini disebabkan tugas seorang anak laki-laki di Minangkabau jauh berbeda dari

yang diharapkan dari anak perempuan.

Page 79: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa realitas sosial masyarakat Minangkabau dalam novel Jejak-Jejak yang

Membekas terlihat dari lima lingkup adat yang mendasari realitas sosial itu

sendiri. Hal yang dapat dilihat pertama yaitu dari adat bakaum, adat bakampuang,

adat bergaul dalam masyarakat, adat sumando manyumando dan adat dalam

keluarga.

Pada masyarakat Minangkabau, bakaum berarti hubungan kekeluargaan

dalam satu payung suku, tali darah dan satu datuk. Dalam hubungan bakaum tentu

harus mempunyai saraso samalu yang artinya aib kaum adalah aib bersama.

Apabila setiap anggota kaum sama menjaga raso, seperti raso malu maka ia telah

menegakkan martabatnya selaku anggota kaum ataupun sebaliknya, rasa malu

yang sudah hilang dan tidak terpakaikan akan mencelakakan diri kita. Yang

dilakukan Zaldy mungkin salah karena tidak memakaikan malu lagi kepada

dirinya sehingga mencuri di rumah Mamak sendiripun ia lakukan. Perbuatan yang

dilakukan tentu bukan yang diharapkan dalam adat bakaum namun Zaldy punya

alasan sendiri untuk kelakuannya ini.

Pada adat bakampuang, kaum sebagai anggota masyarakat harus pandai

menjaga diri, kalau tak pandai maka cemooh dalam nagari dan terhina dalam adat.

Sebagai ganjaran yang harus diterima Zaldy atas kelakuan yang diterima nya

selain masyarakat kampung menjadikannya bahan gunjingan keluarga pun ikut

Page 80: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

71

merasakan malu karena aib yang sangat mencoreng muka kedua Ibu Bapaknya.

Selain itu hukuman yang pantas diterima Zaldy adalah dibuang dari kampung.

Begitulah dalam adat bakampuang bagaimana hukuman dan sangsi sosial yang

diterima harus bisa dipertanggung jawabkan.

Adapun adat bergaul dalam masyarakat Minangkabau biasanya tergantung

dari status sebagai individu. Bagaimana kita berinteraksi dan berhubungan. Posisi

harus disadari karena dalam adat Minangkabau ada istilah kato mandaki, kato

manurun, kato mandata dan kato malereang. Kato mandaki dapat dipakaikan

kepada orang yang lebih besar dari kita, ketika Wim menemui gurunya.

Disamping rasa hormat yang diungkapkan melalui tutur kata, Wim juga

menunjukan melalui perbuatan seperti mencium tangan gurunya. Begitupun

kepada yang lebih kecil, lebih kecil dari segi umur ataupun status sosial tempat

lawan bicara. Seperti Datuk Mantiko terhadap bawahannya. Datuk Mantiko

berkata seenaknya, kata-kata yang tidak seharusnya dipakaikan seorang Datuk

keluar begitu saja. Hal tersebut sudah mencerminkan bahwa Datuk Mantiko

adalah orang yang bermata merah dan berkata tidak sesuai pada tempatnya.

Kato mandata biasanya dipakaikan untuk sesama besar baik segi usia atau

status dalam kaum. Begitupun kato melereang yang digunakan

B. Saran

Setelah menganalisis realitas sosial masyarakat Minangkabau dalam novel

Jejak-jejak yang Membekas Karya Syafiwal Azzam, maka peneliti mengharapkan

pertama, hasil penelitian ini dapat dapat menambah wawasan dalam mempelajari

Page 81: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

72

karya sastra terutama dalam kajian sosiologi sastra. Kedua, penelitian ini realitas

sosial masyarakat Minangkabau ini mampu memberikan kesadaran pada pembaca

lebih sadar memperhatikan lingkungan sekitar teruatama di Minangkabau. Ketiga

hasil penelitian ini dapat memberikan penghayatan dan pemahaman mengenai

masyarakat Minangkabau terutama pada era globalisasi sekarang ini.

Page 82: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

DAFTAR PUSTAKA

Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: Citra Budaya Indonesia.

Atmazaki. 2007. Ilmu Sastra Teori dan Terapan. Padang: UNP Press.

Effendi, Nursyirwan. 2010. Bunga Rampai Budaya: Rumah Tradisional, Sistem

Pewarisan, Songket Palembang, dan Adat Minangkabau. Padang: BPNST

Padang Press.

Endraswara, Suwardi. 2009. Metodologi Penelitian Foklor Konsep, Teori dan

Aplikasi. Yogyakarta: Media Pressindo.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi, Model,

Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS.

Faruk. 2010. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Jamil, Muhammad. 2015. Hiduik Baradaek “Inilah Karakter Pendidikan Dan Budi

Pekerti Orang Minang”. Bukittinggi: Cinta Buku Agensi.

Mihardja, Ratih. 2012. Buku Pintar Sastra Indonesia. Jakarta Timur: Laskar Aksara.

Moleong, Lexy. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Muhardi dan Hasanuddin. 1992. Prosedur Analisis Fiksi. Padang: IKIP Press.

Priyatni, Tri Endah. 2010. Membaca Sastra dengan Ancaman Literasi Kritis. Jakarta:

Bumi Aksara.

Ramadansyah. 2012. Paham dan Terampil Berbahasa dan Bersastra Indonesia.

Padang: Dian Aksara Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Jakarta:

Bumi Aksara.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Sastra dan kultural studies: Representasi fiksi dan

Fakta.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sasmita, Feni. 2011. “Kehidupan Sosial Masyarakat Batak Toba (tinjauan sosiologi

sastra)”. Skripsi. Padang:UNAND.

Semi, M.Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Page 83: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

Sztompka, Piotr. 2010. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.

Tarigan, Hendri Guntur. 2011. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Yaflis. 2000. “Realitas Sosial Masyarakat Pinggiran dalam Kumpulan Cerpen

Nyindam”. Skripsi. Padang: UNAND.

Yonesa, Rahmi Fitri. 2016. “Realitas Sosial Dalam Kumpulan cerpen Senyum

Karyamin Ahmad Tohari”. Skripsi. Padang: STKIP.

Wadiah, Rahmadania. 2014. “Realitas Sosial dalam Novel Gerhana Karya A.A.

Navis (Tinjauan Sosiologi Sastra)”. Skripsi. Padang: UNAND.

Wardani, Eko Nugraheni. 2009. Makna Totalitas dalam Karya Sastra. Surakarta:

UNS Press.

Page 84: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

Judul Novel : Jejak- Jejak yang Membekas

Sinopsi : Perjuangan seorang anak muda dalam meraih masa depan dalam

keteguhan agama dan budaya.

Jumlah Halaman : 226 halaman

ISBN : 978-602-99722-0-7

LAMPIRAN

Sinopsis Novel Jejak-Jejak yang Membekas karya Syafiwal Azzam

Kisah ini menceritakan sebuah perjuangan seorang anak muda yang bernama

Wim Buana Putra yang tinggal di sebuah kampung di kaki gunung Merapi. Demi

masa depan Ia pergi merantau, terpisah dari Ibu Bapak dan adik-adiknya. Namun ia

selalu ingat akan pesan dan niat utama kenapa ia di sana, Wim sadar tujuan ia kesana

adalah belajar bukan berpacaran dan mengikuti hawa nafsu. Wim paham betul

Tentang penduduk desa yang punya kehidupan yang sangat religius sekali yang

menganggap tabu pergaulan muda mudi berupa pacaran sebelum nikah. Tentang guru

mengaji yang berpesan : jangan mendekati zina. Karena zina adalah dosa besar.

Pacaran adalah suatu bentuk mendekati zina bila dilakukan berduaan ditempat sepi.

Karena tidak ada istilah pacaran dalam islam dan tentang pesan kedua orangtuaku :

kita orang miskin, tugasmu ke sana adalah sekolah, menuntut ilmu sesuai ajaran

agama kita. Oleh sebab itu hindari semua hal yang dapat mengganggu kelancaran

belajarmu.

Hal yang paling ditunggu Wim adalah ketika pulang ke kampung

halamannya. Wim sangat takjub dengan kegigihan masyarakat kampungnya salah

satunya adalah Pak Malano, Semenjak Wim sekolah dasar sampai saat ini lelaki itu

masih setia dengan profesinya sebagai kusir. Walaupun kini ojek telah mulai secara

perlahan dan pasti mempersempit lahan untuk bendi namun ia masih tetap bertahan.

Di perjalanan, orang kampung yang sedang duduk-duduk tampak ingin tau sekali

siapa yang dibawa bendi itu, setelah Wim turun barulah mereka tau dan memang

Page 85: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

sudah adatnya dalam bakampuang masyarakat Minangkabau harus menjalin rasa

persaudaraan walaupun sudah lama di rantau.

Di keesokan pagi Wim mulai melihat-lihat dan berjalan di pematang sawah,

tiba-tiba perasaan sendu merasuki dirinya. Hati Wim sedih ketika ia menyadari

bahwa sawah yang padinya kini sedang menguning tidak satu petak pun menjadi

milik keluarganya. Wim tahu persis permulaan terjadinya penggadaian sawah-sawah

mereka itu. Penggadaian itu dimulai sepuluh tahun yang lalu. Semuanya berpangkal

dari tingkah laku abangnya Zaldy. Abangnya telah melakukan pencurian di rumah

Mamak mereka sendiri. Dan agar perkara tidak sampai ke polisi maka mereka

mengganti kerugian harta Mamak. Maka sawah mereka terpaksa digadaikan sebagian

selain itu, Zaldy harus meninggalkan kampung mereka.

Pak Imam dan Bu Halimah, ayah dan ibu Wim tahu sebabnya dari mana

bermula perkara yang melibatkan kemenakan dan Mamak itu terjadi. Semua ini

berawal dari sikap Datuk Mantiko yang menolak bila ibu Wim menghutang padi. Hal

ini adalah disebabkan pak Imam dan Datuk Matiko adalah dua orang yang sering

berdebat dalam rapat nagari. padahal pak imam adalah bisan yang seharusnya lawan

ber iya dengan sang datuk, Datuk Mantiko yang merasa dirinya adalah sebagai

keturunan bangsawan biasanya selalu memaksakan kehendak disetiap rapat.

Ia sering mendikte orang lain agar pendapatnya dituruti dan dijalankan.

Orang-orang kampung yang memandang hartanya biasanya tidak berani membantah

karena kebanyakan mereka punya hutang pada Datuk Mantiko. Pada suatu hari

diundanglah Wim oleh sang Datuk untuk menghadiri hajatan di rumahnya karena

keberhasilan panen padi yang didapat Datuk. Selesai makan dan jedah menghabiskan

satu batang rokok Datuk Mantiko angkat bicara, Wim menyalami mamaknya,

eteknya dan Hennita, anak mamaknya itu. Hennita adalah anak bungsu Datuk

Mantiko.

Sampai saat ini barulah Wim menyadari bahwa malu yang diberikan oleh

abangnya itu bukan hanya sekedar malu yang di coreng untuk Ibu Bapaknya di

hadapan orang kampung saja, namun semua itu adalah bukti kecintaannya terhadap

Ibu Bapaknya. Kemurkaan Zaldy bukannya tidak mau dilarang namun sekaligus ia

ingin semua orang kampung tau, bahwa Datuk Mantiko orang yang selama ini

didahulukannya selangkah dan ditinggikan seranting itu tidak pantas dipanggil

Mamak.

Suatu hari Datuk Mantiko ingin sekali menikahkan putrinya dengan Wim,

sebagai kemenakan Wim sangat segan untuk menolak permintaan Mamak nya ini.

Dengan cara halus Wim menyatakan menolak untuk menikahi hennita dan Datuk pun

paham arti dari alasan yang telah diterima nya itu. Wim akhirnya menikah dengan

Tika, perempuan yang telah membuatnya jatuh hati dan Tika mengingatkan Wim

dengan jejak perempuan yang dicintainya dulu.

Page 86: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

Format Inventarisasi Data

Realita Sosial Masyarakat Minangkabau dalam Novel Jejak-Jejak yang Membekas Karya Syafiwal Azzam.

No

Peristiwa

Latar

Tokoh/Penokohan

Kutipan

Realitas Sosial masyarakat

Minangkabau

Hal

AB ABK ABM SM ADK

1.

2.

3.

Wim

teringat

akan pesan

kedua Ibu

Bapaknya

Marni

menawark

an kepada

Wim agar

ampir

kerumah

Marwan

memberik

an

Di Rantau

orangtua wim

Marni

Marwan

“Jangan tinggalkan sholat dan

hati-hati dengan pergaulan

antara berlainan jenis yang telah

banyak menjerumuskan

manusia, terutama generasi

muda dan menghancurkan masa

depann mereka”.

“Mampirlah kerumahku dulu

untuk sholat maghrib. Nanti

waktu keburu habis, ajak Marni.

Lagi pula kamu belum pernah

mampir kerumahku”.

“Ayo Marni kuantar kau pulang,

kau tentu capek berjalan kaki

setelah tadi bermain basket,

ajaknya tanpa menghiraukan

√ √

24

33

34

30

Page 87: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

4.

5.

tumpanga

n kepada

Marni

tanpa

menghirau

kan Wim.

Marwan

menantang

Wim

karena

menghalan

gi niatnya

untuk

mendekati

Marni

Tradisi

kesurau di

kampung

Wim

masih

selalu

dilakukan

Di kampung

Marwan

Wim

polisi

Wim sedikitpun juga, meskipun

Wim berdiri disamping Marni”

“Anjing, kau belum kenal aku,

ya! “teriaknya lagi sambil turun

dari sepeda motornya. “Kau juga

belum kenal aku,” sahut Wim

sambil bersiap-siap menghadapi

sesuatu”

“Bagi dia sebagai anak, apalagi

besar di kampung dimana

tradisi kesurau masih bertahan,

pergi ke surau bukan hanya untuk

mengaji saja tapi juga untuk diberi

bekal ilmu bela diri yaitu silat.”

“Hei, dari mana Wim. Tanya salah

seorang polisi” “pulang belajar dari

rumah teman om, tadi hujan

sehingga kemalaman pulangnya”.

Jawab Wim ketika ia kenal salah

seorang polisi yang menyapanya itu

kerena polisi itu sering datang

kerumah pak Ahmad. “hati-hati

katanya lagi sambil berlalu

√ √

49

40

50

Page 88: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

meninggalkan Wim.

6. Kekaguman Pak

Malin

terhadap

sosok

Ayah Wim

Di surau Pak Malin “syukurlah. Bapak sungguh

sangat salut dengan orangtuamu

yang sangat kuat kemauannya

untuk menyekolahkan anak-

anaknya.”

√ 79

7. Orang

kampung

selalu

memperth

atikan

keadaan

sekitar

termasuk

bendi yang

membawa

penumpan

g.

Di kampung Masyarakat

kampung

“beberapa orang lelaki nampak

duduk berjuntai di atas balai-balai

bambu sambil menghisap rokok,

semuanya menoleh ke arah bendi

yang ditumpangi,. Nampaknya

mereka ingin tau siapa turun,”

8. Para

pemuda

meyadari

penumpan

g yang

turun

adalah

Wim,

Para pemuda

di kampung

Di kampung “hei Wim baru pulang ? ujar lelaki

yang di kedai itu menyapa. Karena

semuanya memang saling kenal.

Sebagian mereka adalah teman

sebaya dan Wim pun

menyalami.”

√ 80

Page 89: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

orang

yang

mereka

kenal

10. Wim

sampai

dirumah

setelah

sekian

lama

menuntut

ilmu di

daerah

lain.

Wim dirumah “Assalamualaikum,” Wim

memberi salam.

Waalaikumsalam. “ seisi rumah

menyahut. Wim segera menjabat

tangan tangan Ibu dan Ayah

bergantian dan menciumnya

dengan penuh hikmat. Kemudian

juga menyalami semua adik-

adiknya.

√ 81

11. Cerita

lama

tentang aib

yang

ditinggalk

an abang

Wim.

Di kampung “kakak Wim, Zaldy telah lama

pergi. Kepergiannya adalah

dalam keadaan yang

menyedihkan karena dibuang

dari kampung.”

82

12. Wim

sangat

menyayan

gi

gurunya.

Di surau “Wim mengulurkan tangan

menyalami dan mencium tangan

gurunya.”

√ 85

13. Kelakuan

buruk “ia terbukti merencanakan

pencurian di rumah mamaknya

√ 90

Page 90: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

abangnya

yang

kembali

dikenang

keluarga.

sendiri. Ia pun ketahuan setelah

uang habis di foya- foyakan

bersama teman-temannya dan

agar perkara tidak sampa ke

polisi keluarga mereka

mengganti kerugian harta

mamak.”

14. Wim

terkejut

dengan

perubahan

sifat

mamak

kepadanya

.

Wim “Dikepalanya bermunculan

bermacam-macam pertanyaan..”

Selama ini tidak pernah

Mamaknya berbuat ramah

seperti tadi. Ia tidak pernah

menegur duluan

√ 92

15. Kehebatan

Ayah Wim

di mata

orang

kampung

Ayah Wim “Ayahnya sangat ingin anak-

anaknya mengecap pendidikan

setinggi-tingginya.”

√ 93

16.

Ketidak

pedulian

orang kaya

kepada

masyaraka

t kampung

Penduduk

kampung “Di samping penduduk yang

mengeluh karena kekurangan

bahan pangan dan menderita

kelaparan masih ada yang tidak

peduli dengan sama sekali

dengan keadaan tersebut

beberapa orang kaya yang

√ 99

Page 91: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

terdapat di kampung seakan

tidak hirau dengan keadaan yang

menimpa.”

17. Cerita

lama

tentang

keangkuha

n Datuk

Mantiko

Pak Imam Di ladang “Waktu musim paceklik itu terjadi.

Datuk Mantiko dan adik-adiknya

dapat berhutang kepadanya

sehingga tidak begitu merasakan

kesulitan akibat musim yang buruk

itu. Mereka tidak perlu berdesak-

desakkan membeli beras bulog

atau mencari tempat berhutang

ke kampung-kampung lain tapi

berhutang padi ini tidak berlaku

untuk Ibu Wim. Ibu Halimah

seakan dipencilkan oleh Datuk

ini dari keluarga mereka. Ia

memusuhi adiknya yang satu

ini.”

√ 99

18. Pangkal

mula

kebencian

Datuk

Mantiko

kepada

Pak Imam.

Di kampung “Hal ini adalah disebabkan pak

Imam dan Datuk Mantiko adalah

dua orang yang sering berdebat

dalam rapat nagari.”

√ 100

19.

Berpindah

nya

kepercaya

Di kampung “Sehingga akhirnya orang

kampung berpindah kepada pak

Imam yang alim dan rendah

hati.”

√ 100

Page 92: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

an oarng

kampung

kepada

pak Imam.

20.

Tidak

peduli Pak

Imam

karena

Datuk

Mantiko

juga

memusuhi

adiknya

sendiri.

Di kampung “Walaupun tindakannya itu akan

menyakiti adiknya sendiri dan

membuat adiknya menderita tapi

sang datuk tidak peduli.”

√ 100

21. Datuk

Mantiko

tidak

memperla

kukan

Kemenaka

nnya,

selayakny

a.

Di kampung “Kalau anak-anak dari saudara

bu Halimah yang lain sering

diberi belanja Mamaknya pada

hari pekan tetapi anak-anak bu

Halimah tidak mendapatkanya

tindakan ini dilakuknnya untuk

menyiksa batin pak Imam.”

√ 100

22.

Kesabaran

pak Imam

Di kampung Pak Imam “Biarlah Imah, bukannya Datuk

Mantiko saja tempat kita

bertenggang. Biarlah besok ku

√ 101

Page 93: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

kepada

istrinya

meski

hatinya

sendiri

hancur.

usahakan meminjam padi pada

kenalanku di kampung lain. “

ujar pak Imam membujuk

istrinya yang menangis pilu

kerena penolakan yang

dilakukan Datuk Mantiko siang

tadi.”

23.

Sakit hati

Zaldy atas

prilaku

Datuk

Mantiko

terhadap

Ibunya.

Zaldy “Kemarahanya benar-benar

memuncak mendengar sedu

sedan dan tangis Ibu yang sangat

di sayanginya itu. “ kurang ajar

!!! tiba-tiba tanpa dapat

menahan ucapannya, Zaldy

berteriak keras.

√ 102

24.

Zaldy

angkt

bicara atas

ketidak

adilan

Datuk

Mantiko.

Zaldy “Sebagai seorang Datuk yang

ditinggikan seranting dan

didahulukan selangkah ia tidak

boleh berbuat demikian. Ia harus

berlaku adil terhadap kaum dan

anak kemenaknnya.”

√ 103

25.

Orang

kampung

mulai

mempergu

Di kampung Orang kampung “Betapa orang kampung tidak

akan heboh. Zaldy anak seorang

alim yang disegani selama ini

yang mereka kenal sebagai

seorang pemuda baik dan taat

√ 108

Page 94: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

njingkan

Zaldy dan

keluargan

ya.

beribadah tersangkut dalam

peristiwa yang sangat

memalukan itu.”

26.

Kesabaran

pak Imam

kembali di

uji atas

kasus

Zaldy

kepada

Datuk

Mantiko.

Di kampung Orang Kampung “Akhirnya berkat imannya yang

kuat, ia berhasil juga menguasai

dirinya yang sebentar tadi

diredam kesedihan, ia mengusap-

usap kepala istrinya dengan

lemah lembut dan penuh kasih

sayang.”

√ 109

27.

Kebaikan

pak Imam

dalam

keluarga.

Pak Imam “Suaminya selalu menanamkan

kepada anak-anak untuk

bersikap jujur, lurus dan berani

bila anak-anak membawa

sesuatu pulang kerumah maka

pak Imam akan menanyai dari

mana benda itu didapat.”

√ 111

28. Dijatuhka

nnya

hukuman

terhadap

Zaldy,

yaitu pergi

meninggal

kan

kampung.

Pak Imam “jangan lari dari tanggung jawab.

Sekarang pergilah ke balai adat

karena disana akan di adakan

rapat dan melalui rapat ninik

mamak itu akan ditutuskan

hukumn yang di jatuhkan

terhadapmu. Atas permintaan

ninik Mamak, kamu tidak

dipenjarakan seperti teman-

√ 112

Page 95: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

temanmu yang lain yang tidak ada

hubungan kekerabatan dengan

Datuk Mantiko.”

30. Polisi

menyerah

kan

hukuman

Zaldy

kepada

kaum.

Di balai adat “bahkan polisi dapat menerima

bahwa ini adalah masalah dalam

kaum, kamu harus menerimanya

tanpa membantah karena itulah

resiko dari perbuatannmu”.

√ 112

31. Hukuman

terhadap

Zaldy

diumumka

n tetua

adat,

Kepala kaum “ kalau begitu, menurut adat

kita, kamu dihukum dengan

hukuman meninggalkan

kampung selama lima tahun dan

orangtuamu mengganti

seperempat bagian dari kerugian

datuk mantiko. Kepala kaum

mengambil keputusan.

√ 113

32. Zaldy

membuka

kebusukan

datuk

mantiko di

depan

semua

orang

kampung.

Zaldy “setiap terjadi sesuatu tentu ada

penyebabnya begitupun

perbuatan saya ini ada

penyebanya, penyebabnya adalah

lelaki yang bergelar datuk ini.

Ucap Zaldy dengan suara keras

sambil menunjuk ke arah Datuk

Mantiko.”

√ 114

Page 96: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

33. Datuk

mantiko

mengeluar

kan

sumpah

serapah

kepada

Zaldy.

Datuk Mantiko “diam tutup mulutmu pencuri

pencuri hina ! datuk mantiko

sangat marah mendengarkan

kata kemenakannya. Kata-kata itu

sekan menginjak-injak kopiah

penghulu yang bertengger di atas

kepalanya.”

√ 114

34. Datuk

Mantiko

mulai

memperha

tikan

kemenaka

nnya.

Datuk Mantiko “dan yang kedua adalah

berhasilnya kemenakan kami,

Wim menyelesaikan sekolahnya

di SSA Pekanbaru karena itu

pada pak haji untuk mohon

membacakan doa.”

√ 123

35. Datuk

Mantiko

bersemang

at ingin

menguliah

kan Wim.

Datuk Mantiko “Aku akan lebih bangga lagi jika

kamu dapat kuliah “ ujar Datuk

Mantiko melanjutkan bicaranya”.

√ 125

36. Hendara

memperke

Di Solok Hendra “Hendra, sudah lama? Sapa pemilik

apotik. “ belum pak. Oh iya pak. Ini √ 137

Page 97: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

nalkan

Wim

kepada

pemilik

apotik

tempatnya

bekerja.

temanku pak. Hendra

memperkenalkan Wim sambil

menyalami pak Rahmat.”

37. Penyebab

Datuk

Mantiko

membenci

pak Imam.

“ hal ini sering terjadi, sehingga

akhirnya simpati orang kampung

berpindah pada pak Imam yang

alim dan rendah hati. Itulah

pangkal mulanya Datuk Mantiko

memusuhi keluarga pak Imam.”

√ 100

38. Wim

bertemu

dengan

keluarga

Marni.

Di Rumah

mak Tuo

Marni

Wim “ Ketika telah sampai diambang

pintu, Wim mengucapkan salam

yang dijawab oleh ketiga

perempuan yang berada di dalam

rumah. Wim melangkah menuju

Mama, dan Mak tuo Marni dan

bersalaman dengan keduanya.”

√ 165

39. Kampung

Wim

adalah

kampung

yang

sangat

religius.

Di kampung “ Sudah menjadi sebuah tradisi

yang turun temurun di

kampungnya yang terletak di

pinggang gunung Merapi, semua

anak-anak sampai remaja

diwajibkan untuk mengaji di

surau. Surau itu berlokasi ditempat

√ 201

Page 98: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

yng sangat strategis di tengah-

tengah desa.”

40. Kepandaia

n pak

Malin

yang

membuat

ia

disegani.

“Dari beliaulah mereka

menerima ilmu dan seni

membaca alquran, mulai dari

menghapal huruf Arab, tajwid,

nahu, sharaf, sejarah, akhlak

dan lain sebagainya sesuai

dengan usia mereka, selain itu

beliau sangat di segani di

kampung itu.”

√ 202

41. Wim

terbiasa

mengucap

kan salam

kepada

pak

Ahmad

sehingga

hal ini

sulit ia

rubah.

Di Polda

Riau “hari pertama Wim mulai bertugas

di polda Riau ia merasa risih ketika

perpapasan dengan pak Ahmad. Ia

segera memberi hormat terlebih

dulu. Tapi kemudian Pak Ahmad

memberitahukan bahwa

tindakan seperti itu akan

merugikan mereka berdua

karena menyimpang dari

peraturan. Semenjak saat itu

Wim berusaha sebisanya agar

tidak berpasasan dengan Pak

Ahmad.”

√ 243

42. Datuk

Mantiko

berusaha

membuat

acara

pinangan

Di rumah

Tika

Datuk Mantiko “Dalam acara meminang ini sempat

terjadi ketegangan karena Datuk

Mantiko meminta uang jemputan

yang besar, seratus juta rupiah.

Itulah uang jemputan yang diminta

Datuk Mantiko. Pihak keluarga

√ 249

Page 99: REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM …repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1831/3/12080249 RATIHFA SEPLI.pdfrealitas sosial masyarakat minangkabau dalam novel jejak-jejak

Keterangan :

Aspek yang memengaruhi realita sosial masyarakat Minangkabau:

A. Adat Bakaum (AB)

B. Adat Bakampuang (ABK)

C. Adat Bergaul dalam Masyarakat (ABM)

D. Sumando Manyumando (SM)

E. Adat dalam Keluarga (ADK)

Wim

gagal.

Tika sempat tersinggung dengan

permintaan Datuk ini.

Nampaknya ada keinginan

terselubung dari Datuk Mantiko

yaitu menggagalkan pernikahan

Wim.

43.

Datuk

Mantiko

kesetanan

karena

hartanya

telah

dicuri.

Datuk Mantiko “pergi sialan! Kerjanya hanya

tidur saja. Aku pecat kalian

semuanya. Tidak tahu diuntung.

Ingin gaji besar tetapi kerja tidak

becus. Lebih baik aku pelihara

anjing saja dari pada kalian,

sumpah serapah Datuk Mantiko

yang tidak enak didengar”.