RDTR Draft 1.Raperda Jakarta Utara (A3)

download RDTR Draft 1.Raperda Jakarta Utara (A3)

of 42

Transcript of RDTR Draft 1.Raperda Jakarta Utara (A3)

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMORTAHUN 2010 TENTANG RENCANA RINCI TATA RUANG UNTUK WILAYAH KECAMATAN DI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

8. 9. 10. 11. 12. 13.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 1992 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Tahun Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Tahun 2003 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun

Negara Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470); Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481); Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3689); Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888); Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4169);

Menimbang : a. bahwa Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1516 Tahun 1997 tentang Rencana Rinci Tata Ruang untuk Wilayah Kecamatan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta sudah tidak sesuai dengan kebutuhan pengaturan penataan ruang sehingga perlu diganti dengan peraturan daerah provinsi rencana rinci tata ruang; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78 ayat (4) huruf b, dan huruf c, Pasal 18 dan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dan Pasal.... Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor ....Tahun..... tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta perlu menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Rencana Rinci Tata Ruang Untuk Wilayah Kecamatan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta; Mengingat : 1. 2. 3. 3419); 4. 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Tahun 1990 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4966 ); Pembangunan Keluarga Sejahtera (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3475); 6. 7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480); (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469); Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3318); dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor

14. 15. 16.

Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor); Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377); 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839), sebgaimana diubah beberapa kali yang terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844; 17. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 18. 4389); 19. 20. 21. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 83, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tambahan Lembaran Negara Nomor 4444); (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700); 22. 23. 24. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Tahun 2007 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4722); Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4723); Kecil (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4739); Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

25.

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota

42. 43. 44. 45. 46. 47.

Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Tahun 2002 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Tahun 2004 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28

Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 93 , Tambahan Lembaran Negara Nomor 4744); 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Tahun 2008 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air (Lembaran Negara Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Tahun 1991 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725); Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4849);

Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4146); Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4161); Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4242); Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4385); Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4489); Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4532); 48. 49. 50. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Tahun 2006 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 2006 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyuluhan Rencana Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4624); Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4655); Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4696); 51. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 52. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761); 53. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Keputusan Presiden Nomor 64 Tahun 1986 tentang Pengendalian Penggunaan Tanah dan Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta; Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Persetujuan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4833); 54. 55. 56. 57. 58. Ruang Udara di sekitar Bandar Udara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta;

Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3225); Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373); Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3445); 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3527); (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 60,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529); Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3516); 35. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3660); 36. 3776); 37. 38. 39. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3174); Ruang Wilayah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3934); Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 233, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4036); 40. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4122); 41. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4145); Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor

Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur; Substansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Beserta Rencana Rincinya. 59. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Raperda tentang Rencana Tata Ruang Daerah;

60. 61. 62. 63. 64.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan Prasarana Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006 tentang Pedoman Umum Mitigasi

2.

Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang selanjutnya disebut

Lingkungan, Utilitas Umum, dan Fasilitas Sosial Perumahan Kepada Pemerintah Daerah; Kawasan Perkotaan; Bencana; Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 1991 tentang Badan Kerjasama Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1975 tentang Ketentuan Bangunan Bertingkat di Daerah Pembangunan Jabotabek; Khusus Ibukota Jakarta (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1975 Nomor.); 65. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1986 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1986 Nomor.); 66. .); 67. 68. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 1991 tentang Bangunan Dalam Wilayah Daerah Khusus Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 1992 tentang Penataan dan Pengelolaan Kepulauan Seribu Ibukota Jakarta (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1991 Nomor ); Kota administrasi / Kabupaten administrasi Jakarta Utara (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1992 Nomor.); 69. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Pantai Utara Jakarta (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1995 Nomor ); 70. 71. 72. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Kereta Api, Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Lembaran Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum (Lembaran Daerah Provinsi Sungai dan Danau (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2003 Nomor ); Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2005 Nomor ..); dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2007 Nomor 8). BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksudkan dengan : 1. Jakarta. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau disebut Provinsi DKI Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1988 tentang Kebersihan Lingkungan dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1988 Nomor

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah Gubernur dan perangkat daerah Provinsi DKI Jakarta sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. 3. 4. 5. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk

Daerah Khusus Ibukota Jakarta. ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. 6. 7. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana

dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional. 8. 9. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi Kawasan Sistem Pusat Kegiatan adalah kawasan yang diarahkan bagi pemusatan peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. berbagai kegiatan campuran maupun yang spesifik, memiliki fungsi strategis dalam menarik berbagai kegiatan pemerintahan, sosial, ekonomi, dan budaya serta kegiatan pelayanan kota menurut hirarkhi terdiri dari sistem pusat kegiatan utama yang berskala kota, regional, nasional dan internasional dan sistem pusat penunjang yang berskala lokal. 10. 11. 12. 13. 14. 15. fungsional. 16. Visi adalah suatu pandangan jauh ke depan yang menggambarkan arah dan tujuan ideal yang ingin dicapai serta akan menyatukan komitmen seluruh pihak yang terlibat dalam pembangunan wilayah. Visi biasanya digunakan untuk menggambarkan keadaan yang ingin diwujudkan di masa datang. 17. 18. Misi adalah komitmen dan panduan arah bagi pembangunan dan pengelolaan wilayah Tujuan adalah nilai-nilai dan kinerja yang mesti dicapai dalam pembangunan wilayah kabupaten administrasi untuk mencapai visi pembangunan yang telah ditetapkan. kabupaten administrasi berkaitan dalam kerangka visi dan misi yang telah ditetapkan. Tujuan merupakan Sistem Pusat Kegiatan primer adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk Sistem pusat kegiatan sekunder adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk Sistem pusat kegiatan tersier adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur melayani kegiatan skala internasional, nasional atau beberapa provinsi. melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek

operasionalisasi dari visi, karena itu disyaratkan agar rumusannya memberikan gambaran yang terukur atau diuraikan dengan pertalian yang jelas, layak, dapat diterima dan dimengerti oleh yang akan melaksanakan. 19. telah ditetapkan. 20. 21. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 22. 23. 24. 3 Juli 2001. 25. 26. 27. 28. 29. 30. pembiayaannya. 31. pembiayaannya. 32. pembiayaannya. 33. 34. 35. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi Pemanfaatan ruang Kecamatan adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta Pemanfaatan ruang Kota/kab adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola Pemanfaatan ruang Provinsi adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola Pemerintah, Pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah Bupati adalah Kepala Pemerintahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu adalah wilayah kepulauan dalam lingkup sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Strategi Pengembangan adalah langkah-langkah penataan ruang dan pengelolaan wilayah yang perlu dilakukan untuk mencapai visi dan misi pembangunan kabupaten administrasi yang

36.

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai

perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. 37. daya buatan. 38. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 39. Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa. 40. 41. 42. Kawasan Megalopolitan adalah suatu kawasan yang merupakan kolusi beberapa Kawasan Perlindungan daerah bawah adalah Bagian dari kawasan lindung yang terdiri Kawasan Perlindungan setempat adalah Bagian dari kawasan lindung yang terdiri dari kawasan metropolitan yang secara fungsional maupun geografi mempunyai hubungan yang timbal balik. dari kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air. sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air, serta kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan kota. 43. Kawasan Hutan suaka alam adalah Kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. 44. Kawasan hutan pelestarian alam adalah Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. 45. Kawasan cagar budaya adalah adalah kawasan atau kelompok bangunan yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan nilai lainnya yang dianggap penting untuk dilindungi dan dilestarikan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dokumentasi, dan pariwisata. 46. Kawasan rawan bencana adalah kawasan dimana terdapat kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. 47. terstruktur. 48. Kawasan Pusat Perkantoran Perdagangan dan Jasa adalah Kawasan yang terpusat diperuntukkan bagi kegiatan perkantoran, perdagangan dan jasa, termasuk pergudangan, yang Kawasan permukiman adalah adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan bagi pengembangan permukiman atau tempat tinggal/ hunian beserta prasarana dan sarana lingkungan yang Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber

wilayah DKI Jakarta yang terdiri dari 110 pulau dan dibentuk berdasarkan PP No. 55 Tahun 2001 tanggal

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

diharapkan mampu mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya dan memberikan nilai tambah pada suatu kawasan perkotaan. 49. Kawasan Pertanian adalah kawasan yang memiliki ciri hamparan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan/atau hamparan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional 50. Kawasan perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. 51. ruang nasional. 52. Kawasan industri adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan bagi pengembangan industri beserta fasiilitas penunjangnya dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimal 50% dengan prosentase luas kawasan di tiap wilayah mengacu pada ketentuan yang berlaku dan kecenderungan pengembangan yang terjadi dilapangan 53. Kawasan pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. 54. Kawasan Campuran adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan bagi pengembangan kegiatan campuran bangunan umum dengan permukiman beserta fasilitasnya yang dirancang sesuai dengan fungsi dan kebutuhan masyarakat di mana kawasan bangunan tersebut dibangun dan dikelola serta dipelihara dengan baik. 55. 56. Kawasan/Ruang Terbuka Non Hijau adalah ruang terbuka diwilayah perkotaan yang Kawasan hijau non lindung adalah kawasan hijau di luar kawasan hijau lindung yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras, maupun yang berupa badan air. dimanfaatkan untuk kegiatan penanaman, pengembangan, pemeliharaan, maupun pemulihan vegetasi yang diperlukan sebagai sarana ekonomi, ekologi, sosial dan estetika. 57. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. 58. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. 59. Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Kawasan pertambangan adalah kawasan yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari tata

60.

Ruang/Kawasan terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok,

yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. 61. 62. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan Kawasan Khusus adalah bagian wilayah dalam provinsi dan/atau kabupaten/kota yang ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. ditetapkan oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional. 63. dihuni oleh satwa. 64. air laut terendah. 65. 66. 67. Peruntukan Pulau adalah pemanfaatan pulau baik secara harfiah maupun dalam Penggunaan Utama Pulau adalah segala bentuk kegiatan yang mempunyai karakteristik Pulau Permukiman Mewah adalah pulau-pulau yang semula disebut sebagai pulau penampilannya mencerminkan bentuk-bentuk kegiatan di dalamnya. tertentu pada pulau berdasarkan sifat-sifat fisik dan ekologisnya. wisata pribadi dengan luas di bawah 5 ha. Kemewahannya adalah karena menguasai pulau/sebagian pulau yang tidak dapat dimanfaatkan untuk umum. 68. prasarana. 69. Kawasan Pusat Pelayanan adalah kawasan yang diarahkan bagi pemusatan berbagai fasilitas pelayanan, baik terpadu maupun khusus, memiliki fungsi strategis dalam menarik berbagai kegiatan pemerintahan, sosial, ekonomi, dan budaya sesuai dengan hirarkinya. 70. 71. 72. Kawasan Wilayah Kerja Pelabuhan Laut adalah kawasan perairan dan daratan pada Kawasan Lingkungan Kepentingan Pelabuhan adalah perairan di sekeliling daerah Gugus Pulau Konservasi adalah gugus pulau yang terdiri dari pulau-pulau yang terletak pelabuhan umum (PELUM) yang dipergunakan secara langsung untuk kegiatan kepelabuhanan. lingkungan kerja perairan pelabuhan umum yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran. di zona inti Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu dan pulau-pulau Penggunaan Hijau Umum dan Cagar Alam di luar Taman Nasional Laut. Gugus ini berfungsi untuk melindungi kelestarian lingkungan, keanekaragaman hayati, dan ekosistem kepulauan. 73. Gugus Pulau Perlindungan adalah gugus pulau yang terdiri dari pulau-pulau yang terletak di zona perlindungan Taman Nasional Laut. Fungsi gugus ini sama dengan gugus pulau konservasi, tetapi masih diperbolehkan adanya kegiatan terbatas, seperti penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan pendidikan. 74. Gugus Pulau Permukiman adalah gugus pulau yang terdiri dari pulau-pulau permukiman dan sekitarnya, serta gosong-gosong pulau sebagai calon pulau permukiman, yang Daya Dukung Lingkungan Pulau adalah kemampuan pulau untuk mendukung kehidupan dari segi ketersediaan air, ketersediaan lahan serta kemungkinan penyediaan sarana dan Pantai adalah areal yang dibatasi oleh batas pasang air laut tertinggi dan batas surut Pulau adalah daratan dalam lingkungan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang dikelilingi oleh perairan, tidak tenggelam pada saat pasang naik, ditumbuhi oleh tumbuhan dan

diarahkan dan diperuntukkan bagi pengembangan permukiman dan kegiatannya, beserta sarana dan prasarananya. 75. Gugus Pulau Wisata adalah gugus pulau yang terdiri dari pulau-pulau wisata komersial maupun terbatas, diarahkan dan diperuntukkan bagi pengembangan kegiatan wisata, terutama yang melibatkan masyarakat. 76. Gugus Pulau Penelitian dan Percontohan adalah gugus pulau yang fungsi utamanya adalah sebagai basis kegiatan penelitian dan sekaligus dapat menjadi lokasi percontohan dalam berbagai hal yang relevan: budidaya kelautan, teknologi ramah lingkungan, dan sebagainya. 77. untuk 78. 79. dilindungi Gugus Pulau Cagar Budaya adalah gugus pulau yang terdiri dari pulau-pulau yang di dan dikembangkan bagi kegiatan pendidikan, penelitian, dokumentasi, dan dalamnya terdapat bangunan-bangunan bernilai sejarah dan nilai-nilai lainnya yang dianggap penting kepariwisataan. Gugus Pulau Khusus adalah gugus pulau yang terdiri dari pulau-pulau dengan Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, peruntukan rambu lalu lintas, pertambangan, dan fungsi khusus lainnya. dikelola dengan sistem zonasi, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. 80. Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu adalah taman nasional di Kepulauan Seribu yang disesuaikan dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. 162/Kpts-II/1995 tanggal 21 Maret 1995 tentang Perubahan Fungsi Cagar Alam Laut Kepulauan Seribu yang terletak di Kotamadya Jakarta Utara menjadi Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. 81. 82. Transit Oriented Development (TOD) adalah kawasan terpadu dari berbagai kegiatan Kota adalah luas areal terbatas yang bersifat non agraris dengan kepadatan penduduk fungsional kota dengan fungsi penghubung lokal dan antar lokal. relatif tinggi tempat sekelompok orang bertempat tinggal bersama dalam suatu wilayah geografis tertentu dengan pola hubungan rasional, ekonomis, dan individualistis. 83. 84. 85. Jalur pejalan kaki adalah jalur khusus yang disediakan untuk pejalan kaki. Pejalan Kaki adalah setiap orang yang berjalan di Ruang Lalu Lintas jalan. Ruang evakuasi bencana adalah area yang disediakan untuk menampung masyarakat

88.

Kawasan Hijau Lindung adalah bagian dari kawasan terbuka hijau yang memiliki

karakteristik alamiah yang perlu dilestarikan untuk tujuan perlindungan ekosistem setempat maupun untuk tujuan perlindungan wilayah yang lebih luas. 89. Kawasan Lindung Laut adalah kawasan perairan laut yang memiliki fungsi sebagai Kawasan Pelestarian Alam (KPA) untuk perlindungan ekosistem perairan laut, ekosistem pesisir, dan ekosistem pulau kecil untuk tujuan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, menunjang kegiatan budidaya, dan menunjang pariwisata. 90. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai pengaruh secara signifikan baik secara alamiah atau binaan terhadap fungsi penampungan dan peresapan air hujan ke dalam tanah, sehingga dapat membantu mengendalikan aliran air permukaan dan mencegah banjir. 91. Kawasan tangkapan air adalah kawasan yang mempunyai pengaruh secara alamiah atau binaan terhadap keberlangsungan badan air seperti waduk, situ, sungai, kanal, pengolahan air limbah dan lain-lain. 92. Kawasan Ekonomi Khusus adalah suatu kawasan yang direncanakan khusus bagi pengembangan investasi yang (dipisahkan dari permukiman penduduk) dilengkapi dengan infrastruktur dan sarana penunjang serta fasilitas administrasi sebagai kemudahan-kemudahan dalam melaksanakan investasi, proses produksi maupun ekspor dan impor. 93. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. 94. Industri selektif adalah kegiatan industri yang kriteria pemilihannya disesuaikan dengan kondisi Jakarta sebagai kota jasa, yakni industri yang hemat lahan, hemat air, hemat energi, tidak berpolusi, dan menggunakan teknologi tinggi yang berlokasi dekat atau di kawasan ekonomi prospektif. 95. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang. 96. Perbaikan Lingkungan adalah pola pengembangan kawasan dengan tujuan untuk memperbaiki struktur lingkungan yang telah ada, dan dimungkinkan melakukan pembongkaran terbatas guna penyempurnaan pola fisik prasarana yang telah ada. 97. lingkungan. 98. Pemugaran Lingkungan adalah pola pengembangan kawasan yang ditujukan untuk melestarikan, memelihara serta mengamankan lingkungan dan atau bangunan yang memiliki nilai sejarah budaya dan/atau keindahan/estetika. 99. Peremajaan Lingkungan adalah pola pengembangan kawasan dengan tujuan untuk memperbaiki secara menyeluruh fungsi dan kualitas lingkungan, meletakkan prasarana utama kota, serta mencegah bencana, penyakit, atau bahaya yang mengancam. 100. Pembangunan baru adalah pola pembangunan pada kawasan tanah yang masih kosong dan/atau belum dikembangkan sebagai kawasan pembangunan. Pemeliharaan Lingkungan adalah pola pengembangan kawasan dengan tujuan untuk mempertahankan kualitas suatu lingkungan yang sudah baik agar tidak mengalami penurunan kualitas

yang terkena bencana dalam kondisi darurat, sesuai dengan kebutuhan antisipasi bencana karena memiliki kelenturan dan kemudahan modifikasi sesuai kondisi dan bentuk lahan di setiap lokasi. 86. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. 87. Mitigasi Bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik secara struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan maupun non struktur atau non fisik melalui peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

101.

Panduan Rancang Kota (Urban Design Guidelines) adalah panduan bagi perencanaan

114.

Jalan rel adalah satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja, beton, atau konstruksi

kawasan yang memuat uraian teknis secara terinci tentang kriteria, ketentuan-ketentuan, persyaratanpersyaratan, standar dimensi, standar kualitas yang memberikan arahan bagi pembangunan suatu kawasan yang ditetapkan mengenai fungsi, fisik bangunan prasarana dan fasilitas umum, utilitas maupun sarana lingkungan.

lain yang terletak di permukaan, di bawah, dan di atas tanah atau bergantung beserta perangkatnya yang mengarahkan jalannya kereta api. 115. Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi adalah arahan untuk mewujudkan rencana tata ruang provinsi melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya dalam suatu indikasi program utama jangka menengah lima tahunan yang berisi usulan program utama, perkiraan pendanaan beserta sumbernya, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan. 116. Indikasi program utama jangka menengah lima tahunan adalah petunjuk yang memuat usulan program utama, lokasi program, prakiraan pendanaan beserta sumbernya, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan, dalam rangka mewujudkan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang. 117. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi adalah arahan-arahan yang dibuat/disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah provinsi agar sesuai dengan RTRW provinsi yang dirupakan dalam bentuk indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, 118. arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi yang diterapkan pada pelanggaran/penyimpangan terhadap RTRW provinsi yang telah ditetapkan.

102.

Pedoman Pembangunan Kota (Urban Development Guidelines) adalah panduan bagi

perencanaan kawasan yang memuat uraian kriteria, ketentuan-ketentuan yang mengatur komposisi peruntukan dan pemanfaatan ruang kawasan, kebutuhan fasilitas yang diperlukan, serta tata cara pembangunan pembiayaan pembangunan dan sistem pengelolaan kawasan yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Panduan Rancang Kota. 103. Kawasan Jabodetabekjur adalah adalah kawasan strategis nasional yang meliputi seluruh wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat, dan sebagian wilayah Provinsi Banten. 104. Jalan rel adalah satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja, beton, atau konstruksi lain yang terletak di permukaan, di bawah, dan di atas tanah atau bergantung beserta perangkatnya yang mengarahkan jalannya kereta api. 105. Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel. 106. 107. 108. dibatasi. 109. 110. Jalan lokal adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan. 111. Konservasi air tanah adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi air tanah agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. 112. 113. Pengendalian daya rusak air tanah adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi, dan Jaringan telekomunikasi adalah rangkaian perangkat telekomunikasi dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air tanah. kelengkapannya yang digunakan dalam bertelekomunikasi; Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, Jalan arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri Jalan kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau jalan lokal, dan jalan lingkungan. perjalanan jarak jauh, kecepatan ratarata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk

Indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi adalah arahan yang disusun untuk

menjadi dasar bagi penyusunan ketentuan umum peraturan zonasi dan peraturan zonasi yang lebih detail, maupun bagi pemanfaatan ruang dalam wilayah provinsi terutama pada kawasan strategis provinsi dan zona sekitar infrastruktur wilayah. 119. Arahan perizinan adalah arahan-arahan yang disusun oleh pemerintahan provinsi, sebagai dasar dalam menyusun ketentuan perizinan oleh pemerintahan kabupaten/kota, yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum pemanfaatan ruang, yang ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya, yang digunakan sebagai alat dalam melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan. 120. 121. Arahan sanksi adalah arahan untuk memberi sanksi bagi siapa saja yang melakukan Arahan insentif dan disinsentif adalah arahan-arahan yang diterapkan untuk dapat pelanggaran dalam pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku. mendorong perkembangan wilayah provinsi ke arah yang dituju serta dapat menimbulkan dampak positif yang menunjang pembangunan wilayah provinsi atau upaya pembatasan perkembangan yang berdampak negatif. 122. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota adalah arahan untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kota sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kota melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi program utama jangka menengah lima tahunan kota yang berisi usulan program utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan. 123. Indikasi program utama jangka menengah lima tahunan adalah petunjuk yang memuat usulan program utama, perkiraan pendanaan beserta sumbernya, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan, dalam rangka mewujudkan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang.

124.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota adalah ketentuan-ketentuan

135.

Sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi, yaitu jalur perjalanan yang menerus

yang dibuat/disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah kota agar sesuai dengan RTRW kota yang dirupakan dalam bentuk ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi untuk wilayah kota. 125. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem kota adalah ketentuan umum yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kota. 126. Ketentuan perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kota sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum pemanfaatan ruang, yang digunakan sebagai alat dalam melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan. 127. Ketentuan insentif dan disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan

(termasuk jalan ke luar, koridor/selasar umum dan sejenis) dari setiap bagian bangunan gedung termasuk di dalam unit hunian tunggal ke tempat aman, yang disediakan bagi suatu lingkungan/kawasan sebagai tempat penyelamatan atau evakuasi. BAB II RUANG LINGKUP Umum Pasal 2 (1) Ruang lingkup Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kecamatan mencakup : 1. Kecamatan Cakung, 2. Kecamatan Cempaka Putih, 3. Kecamatan Cengkareng, 4. Kecamatan Cilandak, 5. Kecamatan Cilincing, 6. Kecamatan Cipayung, 7. Kecamatan Ciracas, 8. Kecamatan Duren Sawit, 9. Kecamatan Gambir, 10. Kecamatan Grogol Petamburan, 11. Kecamatan Jagakarsa, 12. Kecamatan Jatinegara, 13. Kecamatan Johar Baru, 14. Kecamatan Kalideres, 15. Kecamatan Kebayoran Baru, 16. Kecamatan Kebayoran Lama, 17. Kecamatan Kebon Jeruk, 18. Kecamatan Kelapa Gading, 19. Kecamatan Kemayoran, 20. Kecamatan Kembangan, 21. Kecamatan Koja, 22. Kecamatan Kramatjati, 23. Kecamatan Makasar, 24. Kecamatan Mampang Prapatan, 25. Kecamatan Matraman, 26. Kecamatan Menteng, 27. Kecamatan Pademangan, 28. Kecamatan Palmerah,

imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang. 128. Sistem jaringan air bersih, yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan penyediaan air bagi penduduk suatu lingkungan, dan terintegrasi dengan jaringan air bersih secara makro dari wilayah regional yang lebih luas. 129. Sistem jaringan air limbah dan air kotor, yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan pembuangan/pengolahan air buangan rumah tangga, lingkungan komersial, perkantoran, dan bangunan lainnya, yang berasal dari manusia, binatang atau tumbuh-tumbuhan, untuk diolah dan kemudian dibuang dengan cara-cara sedemikian rupa sehingga aman bagi lingkungan, termasuk di dalamnya buangan industri dan buangan kimia. 130. Sistem jaringan drainase, yaitu sistem jaringan dan distribusi drainase suatu lingkungan yang berfungsi sebagai pematus bagi lingkungan, yang terintegrasi dengan sistem jaringan drainase makro dari wilayah regional yang lebih luas. 131. Sistem jaringan persampahan, yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan pembuangan/pengolahan sampah rumah tangga, lingkungan komersial, perkantoran dan bangunan umum lainnya, yang terintegrasi dengan sistem jaringan pembuangan sampah makro dari wilayah regional yang lebih luas. 132. Sistem jaringan listrik, yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan penyediaan daya listrik bagi penduduk suatu lingkungan, yang memenuhi persyaratan bagi operasionalisasi bangunan atau lingkungan, yang terintegrasi dengan jaringan instalasi listrik makro dari wilayah regional yang lebih luas. 133. Sistem jaringan telepon, yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan penyediaan kebutuhan sambungan dan jaringan telepon bagi penduduk suatu lingkungan yang memenuhi persyaratan bagi operasionalisasi bangunan atau lingkungan, yang terintegrasi dengan jaringan instalasi listrik makro dari wilayah regional yang lebih luas. 134. Sistem jaringan pengamanan kebakaran, yaitu sistem jaringan pengamanan lingkungan/kawasan untuk memperingatkan penduduk terhadap keadaan darurat, penyediaan tempat penyelamatan, membatasi penyebaran kebakaran, dan/atau pemadaman kebakaran.

29. Kecamatan Pancoran, 30. Kecamatan Pasar Minggu, 31. Kecamatan Pasar Rebo, 32. Kecamatan Penjaringan, 33. Kecamatan Pesanggrahan, 34. Kecamatan Pulogadung, 35. Kecamatan Sawah Besar, 36. Kecamatan Senen, 37. Kecamatan Setiabudi, 38. Kecamatan Taman Sari, 39. Kecamatan Tambora, 40. Kecamatan Tanah Abang, 41. Kecamatan Tanjung Priok, 42. Kecamatan Tebet, (2) Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kecamatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Kecamatan; b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. Persebaran Penduduk Wilayah Kecamatan; Rencana Struktur Ruang Wilayah Kecamatan; Rencana Pola Ruang Wilayah Kecamatan; Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Kecamatan; Pengembangan Fasilitas Umum dan Sosial Wilayah Kecamatan; Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kecamatan; Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kecamatan; Sanksi; Penyidikan; Ketentuan Peralihan; Ketentuan Penutup Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah

b. Rencana Struktur Ruang Kecamatan Tanjung Priok; c. Rencana Pola Ruang Kecamatan Tanjung Priok; d. Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Kecamatan Tanjung Priok; e. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kecamatan Tanjung Priok; dan f. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kecamatan Tanjung Priok.Bagian Kedua Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kecamatan Tanjung Priok Paragraf 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kecamatan Tanjung Priok Pasal 3 Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah Kecamatan Tanjung Priok, maka tujuan pengembangan Tata Ruang Wilayah Kecamatan Tanjung Priok adalah: a. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budi daya. b. Terwujudnya keterpaduan, keterikatan dan keseimbangan antar wilayah kecamatan serta keserasian antar sektor. c. Terwujudnya rencana tata ruang mempertimbangkan aspek optimalisasi pemanfaatan ruang yang ada, serta memperhatikan kemungkinan-kemungkinan pemanfaatan ruang bawah tanah pada bagian bagian tertentu di wilayah Kecamatan Tanjung Priok. d. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk : BAB III f. Mewujudkan kehidupan masyarakat Kecamatan Tanjung Priok yang sejahtera lahir dan batin. Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan secara berdayaguna, Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif Mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan.

berhasilguna dan tepatguna untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. terhadap lingkungan. e. Tersusunnya arahan lokasi investasi yang akan dilaksanakan pemerintah dan masyarakat. Tersusunnya arahan pelaksanaan pemanfaatan ruang dan merupakan dasar dalam mengeluarkan

RENCANA RINCI TATA RUANG WILAYAH KECAMATAN TANJUNG PRIOK Bagian Kesatu Umum Pasal 3 Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kecamatan Tanjung Priok meliputi:

perijinan lokasi pembangunan. Paragraf 2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kecamatan Tanjung Priok Pasal 4 Kebijakan Kawasan Budidaya Kecamatan Tanjung Priok, a. Sektor Perumahan

a. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kecamatan Tanjung Priok;

Pembangunan perumahan diarahkan pada pembangunan secara vertikal. Pembangunan perumahan secara horisontal dibatasi.

Pengembangan kawasan diprioritaskan untuk mendukung pengembangan sektor strategis di Sektor strategis yang akan dikembangkan di Kecamatan Tanjung Priok adalah sektor Pengembangan secara intensif potensi sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan. Pengembangan prasarana perhubungan yang lebih dapat diandalkan.

atasnya. perdagangan dan jasa.

b. Sektor Perdagangan dan Jasa

Pembatasan sistem ribbon, kecuali yang mengalami peningkatan fungsi dan kualitas dengan memperhatikan kelancaran arus lalu lintas dan penyediaan tempat parkir. Pengembangan sentra sentra lokal dilakukan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas. Peremajaan pasar. Sektor Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial Pengembangan dan peningkatan fasilitas umum baik kuantitas maupun kualitas. Pengembangan fasilitas umum dan fasilitas sosial secara vertikal. Penambahan gardu-gardu listrik dan penambahan/peningkatan jaringan pelayanan listrik serta lampu lampu penerangan jalan Penambahan telepon umum pada lokasi-lokasi strategis Koordinasi terpadu antara PLN, Telkom dan Pemda DKI Jakarta dalam perencanaan dan pelaksanaan pengadaan instalasi listrik, telepon dan gas

c.

(3) Strategi Penanganan Lingkungan di Kecamatan Tanjung Priok Peningkatan peran dan fungsi serta menata pusat-pusat kegiatan yang sudah berkembang. Perbaikan dan perencanaan kawasan kawasan yang cenderung kumuh dengan membangun Pengembalian fungsi RTH khususnya di bantaran sungai, pinggiran jalan rel kereta api yang Realisasi pembangunan sarana dan prasarana yang mampu meningkatkan kapasitas Realisasikan pembangunan jalan lingkungan di dalam lingkungan yang telah berkembang guna

rumah susun beserta fasilitas fasilitasnya. dijadikan permukiman kumuh serta mempertahankan RTH yang sudah ada . perdagangan dan jasa. menyediakan ruang perumahan kota yang dapat menampung perkembangan penduduk. Bagian Ketiga Persebaran Penduduk Wilayah Kecamatan Tanjung Priok Pasal 6 Jumlah penduduk di Kecamatan Tanjung Priok sampai pada tahun 2030 dibatasi sebanyak-banyaknya 286.462 jiwa dengan jumlah kepadatan penduduk sebesar 254 jiwa/ha. Bagian Keempat Struktur Ruang Wilayah Kecamatan Tanjung Priok Umum Pasal 7

d. Sektor Utilitas Umum

e. Sektor Air Minum dan Sumber Air Bersih Peningkatan kualitas jaringan pipa pipa induk dan distribusi air bersih. Pembatasan penggunaan air tanah. Penambahan hydrant umum.

f. Sektor Ruang Terbuka Hijau Melaksanakan dan mencadangkan serta mengamankan ruang terbuka hijau sepanjang kali dan memanfaatkannya untuk taman dan hortikultura yang dapat dinikmati masyarakat. Mengadakan penghijauan maksimum pada pekarangan pekarangan individu melalui program penyuluhan pembinaan. Mengadakan penghijauan maksimum pada ROW (lebar badan jalan) arteri dan kolektor. Pasal 5 (1) Strategi Kawasan Budidaya di Kecamatan Tanjung Priok meliputi,

(1) Rencana struktur ruang wilayah provinsi dijabarkan kedalam struktur ruang wilayah Kecamatan TanjungPriok, yang meliputi sistem pusat kegiatan dan sistem prasarana wilayah; (2) Rencana pengembangan sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan berdasarkan : a. b. c. a. sistem pusat kegiatan primer; sistem pusat sekunder; dan sistem pusat kegiatan tersier prasarana transportasi, prasarana sumber daya air bersih,

Intensifikasi lahan pada lahan dengan kepadatan penduduk atau kegiatan tinggi. Ekstensifikasi pada kawasan cadangan pengembangan kawasan perkotaan. Pengembangan disesuai dengan potensi yang ada. Pengembangan kawasan perkotaan dijaga supaya tidak meluas dan mengganggu kawasan Pengembangan di kawasan perkotaan terutama di pusat kota tetap memperhatikan agar

dengan fungsi lindung. kekompakan penggunaan lahan terjaga dan tidak menjadi homogen.

(3) Rencana sistem prasarana wilayah sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi

(2) Strategi Kawasan Strategisdi Kecamatan Tanjung Priok

b.

c. d.e.

prasarana pengendalian drainase, prasarana sanitasi limbah, prasarana persampahan, prasarana energi listrik, dan prasarana telekomunikasi. Sistem Pusat Kegiatan Wilayah Kecamatan Tanjung Priok Pasal 8 (3)

Pembangunan jalan tol yang menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan Jalan Tol Jakarta Cikampek tanpa melewati Cawang. e. f. Jalan Laksamana Yos Sudarso Jalan Enggano dan Jalan R.E. Martadinata Perbaikan Jalan Laksanaba Yos Sudarso secara menyeluruh Perbaikan jalan utama di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok akibat dari terkena rob air laut. Rencana pembangunan jalan rel kereta api sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi, a. b. c. Rencana Jalan Kereta Api Tanjung Priok Marunda. Rencana Jalan Kereta Api Tanjung Priok Cilincing. Revitalisasi Jalur Kereta Api Tanjung Priok Kota. Prasarana Sumber Daya Air Bersih Wilayah Kecamatan Tanjung Priok Pasal 11 Pengembangan prasarana sumber daya air bersih di wilayah Kecamatan Tanjung Priok meliputi, a.Peningkatan sistem secara menyeluruh mulai dari air baku, transmisi dan distribusi, serta instalasi produksi pengolahan instalasi air bersih. b.Pengembangan kawasan pelayanan dengan pembangunan jaringan distribusi baru untuk kawasankawasan yang belum terlayani terutama pada kawasan pusat kegiatan kota serta pada kawasan permukiman baru.

f.g.

(1) (2) (3)

Rencana pengembangan pusat-pusat kegiatan Kecamatan Tanjung Priok diwujudkan dalam bentuk Sistem Pusat Kegiatan Tersier; Rencana pengembangan Sistem Pusat Kegiatan Tersier Kecamatan Tanjung Priok sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (2) huruf c, terdapat pada lokasi. Rencana pengembangan Sistem Pusat Kegiatan Tersier di wilayah Kecamatan Tanjung Priok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum pada Lampiran Gambar 1.1 Peraturan Daerah ini. Sistem Prasarana Wilayah Kecamatan Tanjung Priok Pasal 9

Sistem prasarana meliputi prasarana transportasi, prasarana sumber daya air bersih, prasarana pengendalian drainase, prasarana sanitasi limbah, prasarana persampahan, prasarana energi listrik, dan prasarana telekomunikasi. Prasarana Transportasi Wilayah Kecamatan Tanjung Priok Pasal 10 Prasarana Drainase Pasal 12 Pengembangan prasarana pengendalian drainase di Kecamatan Tanjung Priok meliputi : a. Saluran primer mengalirkan air ke saluran alam atau sungai yang ada dan ditempatkan pada setiap jalan primer. b. Saluran sekunder mengalirkan air ke saluran primer dan ditempatkan pada setiap jalan sekunder dengan menggunakan drainase primer atau jaringan sungai terdekat. c. Saluran tersier mengalirkan air ke saluran sekunder. Saluran ini berfungsi sebagai saluran penampung aliran dari limpasan air hujan baik dari halaman maupun dari permukaan jalan dan ditempatkan pada setiap jalan lingkungan.

(1)(2)

Rencana pengembangan prasarana transportasi di Kecamatan Tanjung Priok, meliputi pembangunan dan pemeliharaan jalan dan pembangunan jalan rel kereta api. Rencana pembangunan dan pemeliharaan jalan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi, a. Jalan Sunter Boulevard Pembangunan Jalan Sunter Boulevard hingga ke Jalan Sunter Jaya serta serta peningkatan kualitas jalan menjadi jalan arteri primer. b. Jalan kolektor Pembangunan jalan tembus Jalan Danau Sunter Barat melewati Taman BMW hingga Warakas. c. d. Jalan kolektor

Pembangunan jalan tembus Jalan Sunter Garden dengan Jalan Danau Sunter Barat. Jalan Tol Tanjung Priok Cikunir (lingkar luar barat)

Prasarana Sanitasi Limbah Wilayah Kecamatan Tanjung Priok Pasal 13

Pengembangan prasarana sanitasi di Kecamatan Tanjung Priok dilaksanakan dengan pengembangan sistem pembuangan air limbah secara sistem on-site. Prasarana Persampahan Wilayah Kecamatan Tanjung Priok Pasal 14 Pengendalian bencana Kecamatan Tanjung Priok berupa pengendalian bencana banjir meliputi: Pengembangan prasarana persampahan di wilayah Kecamatan Tanjung Priok, meliputi: Prasarana Pengendalian Bencana Pasal 17

a.ke LPS (Lokasi b.

Normalisasi sepanjang aliran sungai dan mengamankan sungai dari kegiatan yang Penataan kembali garis sempadan sungai (GSS) menurut fungsinya yaitu sebagai

a.

Program

pemilahan

sampah

sebelum

dibuang

dapat menggangu fungsinya. pengendali banjir, drainase dan penggelontor;

pembuangan sampah) melalui pemilahan sampah organik (basah) dan non-organik (kering) akan memudahkan proses pembuatan kompos sebelum dibakar di dalam incinerator;

b. c. d. e.

Pengembangan prasarana sampah bahan berbahaya dan beracun (B3)

c.

Peningkatan dan pengembangan fungsi situ-situ sebagai lokasi tempat penampungan

dengan penggunaan teknologi tepat guna; Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan

air di Kelurahan Grogol dan Tanjung Duren Utara; Bagian Kelima Rencana Pola Ruang Wilayah Kecamatan Tanjung Priok Umum Pasal 18

penerapan konsep 3R (reduced, reused, recycling); Peningkatan mutu, kapasitas dan jumlah armada sampah yang dapat

masuk ke lingkungan padat penduduk; Pencegahan dan penindakan tegas pembuangan sampah ke sungai dan

saluran, serta mencegah tumbuhnya perumahan liar dan bedeng di sepanjang tepi sungai. Prasarana Energi Listrik Pasal 15 Pengembangan prasarana energi di wilayah Kecamatan Tanjung Priok, meliputi: a. b. c. d. Rencana pemenuhan kebutuhan listrik untuk rumah susun sewa (rusunawa) Peningkatan pembangunan sistem jaringan listrik yang aman untuk kawasan perumahan terutama Peningkatan kebutuhan listrik akibat pertambahan penduduk dan kegiatan Penataan kondisi sistem jaringan listrik yang telah ada serta memperbaiki kendala-kendala yang

(1). Rencana pola ruang Kecamatan Tanjung Priok, terdiri atas:a. Peruntukan ruang untuk fungsi lindung/kawasan lindung, dan

b. Peruntukan ruang untuk fungsi budidaya /kawasan budidaya. (2). Rencana pengembangan kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi kawasansempadan sungai dan kanal;

(3). Rencana pengembangan kawasan budidaya, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:a. Kawasan Permukiman; Kawasan Perdagangan dan Jasa; Kawasan Perindustrian dan Pergudangan; Kawasan Pelayanan Sosial. tercantum

mencakup kawasan pemukiman padat

b.c.

terjadi pada sistem jaringan listrik tersebut Prasarana Telekomunikasi Pasal 16

d.

(4). Rencana pola ruang wilayah Kecamatan Tanjung Priok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dalam Lampiran Gambar 1.2 Peraturan Daerah ini. Peruntukan Ruang untuk Fungsi Lindung (Kawasan Lindung) Pengembangan prasarana telekomunikasi dan informatika di Kecamatan Tanjung Priok, meliputi: Kawasan Sempadan Sungai dan Kanal teknologi (1) Penentuan Kawasan Sempadan Sungai, a. b. c. Sekurang kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar; Pasal 19

a. b. c.lingkungan.

Pengembangan

sistem

pelayanan

telekomunikasi

melalui

penerapan

telekomunikasi yang memadai; Pembangunan jaringan telekomunikasi baru pada kawasan pemukiman padat, dengan tujuan

untuk memfasilitasi masyarakat dalam melakukan aktifitas bersosial; Pengembangan jaringan telekomunikasi yang aman dan menyesuaikan dengan estetika

Sekurang kurangnya 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman; Sekurang kurangnya 10 15 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di dalam

permukiman;

(2) Kawasan sempadan sungai di Kecamatan Tanjung Priok berada pada kawasan Kali Sunter. (3) Kawasan sekitar danau danau yang berada di Kecamatan Tanjung Priok perlu dijaga kelestariannya dantidak boleh ada permukiman di sekitarnya. Peruntukan Ruang Untuk Fungsi Budidaya (Kawasan Budidaya) Kawasan Permukiman Pasal 20

(1)

Pengembangan kawasan strategis di tingkat Kecamatan Tanjung Priok diarahkan pada bagian

wilayah kecamatan yang memiliki peranan dan fungsi strategis bagi pengembangan kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan kota; (2) Pengembangan kawasan strategis kota administrasi Jakarta Barat sebagaimana dimaksud ayat (1) diarahkan yaitu pengembangan Bagian Ketujuh

Pengembangan kawasan permukiman, meliputi: a. b. Program perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan kawasan permukiman berkepadatan tinggi serta mempertahankan permukiman. Pembangunan kawasan permukiman berskala besar pada kawasan permukiman yang berkepadatan sedang dan rendah.

Pengembangan Fasilitas Umum dan Sosial Pasal 25

Pengembangan fasilitas umum dan sosial sebagai upaya penanganan pemenuhan kebutuhan penduduk Kecamatan Tanjung Priok yang terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas olah raga dan fasilitas pengendalian bencana. Fasilitas Pendidikan Pasal 26

c.

Daerah

permukiman

direncanakan

menyebar

di

seluruh

wilayah

Kecamatan Tanjung Priok pada semua kelurahan baik dalam bentuk vertikal atau apartemen dan landed house dengan memperhatikan kebutuhan perumahan di masa yang akan datang dan kecenderungan perkembangan serta aksesibilitas. Kawasan Perdagangan dan Jasa Pasal 21 Rencana pengembangan fungsi perdagangan dan jasa di Kecamatan Tanjung Priok sebagai sarana utama bagi distribusi dan koleksi barang dan jasa yang ada di Kecamatan Tanjung Priok sehingga dapat mendukung perkembangan Kecamatan Tanjung Priok sebagai pusat pelayanan bagi daerah di sekitarnya. Fasilitas Kesehatan Kawasan Perindustrian dan Pergudangan Pasal 22 Keberadaan industri dan pergudangan di Tanjung Priok tetap dipertahankan sedangkan keberadaan industri berat perlu direlokasi ke luar kawasan DKI Jakarta. Kawasan Pelayanan Sosial Pasal 23 Pengembangan kawasan pelayanan sosial diarahkan sebagai pendukung aktifitas kawasan, sehingga peruntukkan lahan disesuaikan dengan aktifitas pada tiap tiap pusat kegiatan. Bagian Keenam Penetapan Pengembangan Kawasan Strategis Wilayah Kecamatan Tanjung Priok Pasal 24 Fasilitas Olahraga Pasal 29 Pasal 27

(1) Pengembangan fasilitas pendidikan diutamakan untuk fasilitas pendidikan yang masih kurang dandiperlukan penambahan lahan dan bangunan fasilitas pendidikan;

(2) Pengembangan fasilitas pendidikan di Kecamatan Tanjung Priok diarahkan untuk tingkat pendidikandasar (TK, SD, SMP) dan pendidikan lanjutan (SLTA);

(3) Peningkatan kualitas sarana dan prasarana fasilitas pendidikan.

(1) Pengembangan fasilitas kesehatan diperlukan penambahan yang disesuaikan dengan jumlah kebutuhanyang direncanakan; (2) Peningkatan kualitas sarana dan prasarana fasilitas kesehatan. Fasilitas Peribadatan Pasal 28

(1) Pengembangan fasilitas peribadatan disesuaikan dengan jumlah kebutuhan yang direncanakan;(2) Peningkatan kualitas sarana dan prasarana fasilitas peribadatan.

Peningkatan kualitas sarana dan prasarana fasilitas olahraga yang ada di Kecamatan Pulo Gadung.

Bagian Kedelapan Intensitas Pemanfaatan Ruang Wilayah Kecamatan Tanjung Priok Pasal 30

BAB IV RENCANA RINCI TATA RUANG WILAYAH KECAMATAN KOJA Bagian Kesatu

(1) KLB rata-rata 1,0 diarahkan pada : a. Kawasan permukiman b. Kawasan permukiman KDB rendah c. Kawasan bangunan umum

Umum Pasal 31 Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kecamatan Koja meliputi: a.Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kecamatan Koja; b.Rencana Struktur Ruang Kecamatan Koja; c. Rencana Pola Ruang Kecamatan Koja; d.Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Kecamatan Koja; e.Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kecamatan Koja; dan f. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kecamatan Koja. Bagian Kedua Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kecamatan Koja Paragraf 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kecamatan Koja Pasal 32 Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah Kecamatan Koja, maka tujuan pengembangan Tata Ruang Wilayah Kecamatan Koja adalah: a.Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budi daya. b.Terwujudnya keterpaduan, keterikatan dan keseimbangan antar wilayah kecamatan serta keserasian antar sektor.

d. Kawasan bangunan umum KDB rendah e. Kawasan campuran f. Kawasan industri/pergudangan (2) KLB rata-rata 2,0 diarahkan pada : a. Kawasan permukiman b. Kawasan permukiman KDB rendah c. Kawasan bangunan umum d. Kawasan bangunan umum KDB rendah e. Kawasan campuran f. Kawasan industri/pergudangan (3) KLB rata-rata 3,0 diarahkan pada : a. Kawasan permukiman b. Kawasan permukiman KDB rendah c. Kawasan bangunan umum d. Kawasan bangunan umum KDB rendah e. Kawasan campuran (4) KLB rata-rata 4,0 diarahkan pada : a. Kawasan permukiman b. Kawasan bangunan umum c. Kawasan bangunan umum KDB rendah d. Kawasan campuran e. KLB lebih besar dari 5,0 sampai dengan 10,0 diarahkan pada kawasan Sentra Primer Baru Barat

c. Terwujudnya rencana tata ruang mempertimbangkan aspek optimalisasi pemanfaatan ruang yang ada,serta memperhatikan kemungkinan kemungkinan pemanfaatan ruang bawah tanah pada bagian-bagian tertentu di wilayah Kecamatan Koja. d.Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk :

(5) Arahan rencana intensitas pemanfaatan ruang Kecamatan Tanjung Priok, sebagaimana yang dimaksudayat 1, dapat dilihat dalam Lampiran 1 Peraturan Daerah Ini.

Mewujudkan kehidupan masyarakat Kecamatan Koja yang sejahtera lahir dan batin.Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan secara berdayaguna, berhasilguna dan tepatguna untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan. Mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan. e.Tersusunnya arahan lokasi investasi yang akan dilaksanakan pemerintah dan masyarakat. f. Tersusunnya arahan pelaksanaan pemanfaatan ruang dan merupakan dasar dalam mengeluarkan perijinan lokasi pembangunan.

-

Penambahan saluran mikro. Peningkatan sistem makro drainase yang ada. Pelaksanaan kegiatan penanaman pohon secara serentak.

8. Sektor Utilitas Umum Paragraf 2 Penambahan gardu gardu listrik. Penambahan/peningkatan jaringan pelayanan listrik. Penambahan lampu lampu penerangan jalan. Penambahan telepon umum pada lokasi lokasi strategis. Perencanaan dan pengadaan instalasi listrik, telepon dan gas yang terkoordinasi antara PLN,

Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kecamatan Koja Pasal 33 Kebijakan-kebijakan sektor yang mendukung tercapainya tujuan kecamatan ini adalah: 1. Perumahan

Telkom dan Pemda DKI Jakarta. 9. Sektor Ruang Terbuka Hijau Pelaksanaan, pencadangan, dan pemanfaatan ruang terbuka hijau sepanjang kali untuk taman Pengadaan penghijauan maksimum pada pekarangan-pekarangan individu melalui program Pengadakan penghijauan maksimum pada ROW (lebar badan jalan) arteri dan kolektor. Pasal 34 Strategi penataan ruang Kecamatan Koja adalah : a. b. c. d. e. Meningkatkan peran dan fungsi serta menata pusat-pusat kegiatan yang sudah berkembang. Memperbaiki dan merencanakan kawasan kawasan yang cenderung kumuh dengan Mempertahankan RTH yang sudah ada dan mengembalikan fungsi RTH khususnya di Merealisasikan pembangunan sarana dan prasarana yang mampu meningkatkan kapasitas Merealisasikan pembangunan jalan lingkungan di dalam lingkungan yang telah berkembang

-

Penggunaan perumahan diarahkan pada resettlement daerah daerah hunian yang berubah Pembatasan pembangunan perumahan. Program perbaikan lingkungan. Pengembangan sentra sentra perdagangan dan jasa. Pengembangan ribbon dibatasi kecuali pada kelas jalan kolektor ke atas untuk menjamin Peremajaan pasar harus memperhatikan kepentingan pedagang lama dan ekonomi lemah. Peningkatan kapasitas jalan melalui program pelebaran jalan. Pengembangan jaringan jalan baru diutamakan pada bagian utara dan selatan. Pengembangan dan peningkatan fasilitas umum, baik kuantitas maupun kualitas Pengembangan fasilitas umum dan fasilitas sosial secara vertikal. Penambahan jaringan pelayanan air bersih/air minum PAM melalui pengembangan jaringan induk Pembatasan penggunaan air. Pengadaan septick tank kelompok pada lokasi-lokasi perumahan masyarakat berpenghasilan

fungsi akibat pengembangan kegiatan lain.

dan hortikultura. penyuluhan pembinaan.

2. Sektor Perdagangan dan Jasa

rendah.

kelancaran lalu lintas dan penyediaan fasilitas parkir yang memadai. 3. Sektor Transportasi

membangun rumah susun beserta fasilitas fasilitasnya. bantaran sungai, pinggiran jalan rel kereta api yang dijadikan permukiman kumuh. perdagangan dan jasa . guna menyediakan ruang perumahan kota yang dapat menampung perkembangan penduduk. Bagian Ketiga Persebaran Penduduk Wilayah Kecamatan Koja Pasal 35 Jumlah penduduk di Kecamatan Koja sampai pada tahun 2030 sebanyak dapat menampung 332.203 jiwa dengan kepadatan 214 jiwa/ha. Bagian Keempat Struktur Ruang Wilayah Kecamatan Koja

4. Sektor Fasilitas Umum

5. Sektor Air Minum baru dan jaringan distribusi serta hidran umum. 6. Sektor Sanitasi dan Sampah

-

Perencanaan yang diintegrasikan terhadap sistem sewerage. Peningkatkan kualitas dan jumlah MCK di lingkungan perumahan padat. Pengelolaan sampah dengan menyediakan container dan dipo dipo sampah sesuai kebutuhan. Pelaksanaan normalisasi kali.

7. Sektor Banjir dan Drainase

Umum Pasal 36 (1) Rencana struktur ruang wilayah provinsi dijabarkan ke dalam struktur ruang wilayah Kecamatan Koja, yang meliputi sistem pusat kegiatan dan sistem prasarana wilayah; (2) Rencana pengembangan sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan berdasarkan : a. b. c. a. b. c. d. e. f. g. sistem pusat kegiatan primer; sistem pusat sekunder; dan sistem pusat kegiatan tersier prasarana transportasi, prasarana sumber daya air bersih, prasarana pengendalian drainase, prasarana sanitasi limbah, prasarana persampahan, prasarana energi listrik, dan prasarana telekomunikasi. Sistem Pusat Kegiatan Wilayah Kecamatan Koja Pasal 37 (4) (5) Rencana pengembangan pusat-pusat kegiatan Kecamatan Koja diwujudkan dalam bentuk Sistem Pusat Kegiatan Tersier; Rencana pengembangan Sistem Pusat Kegiatan Tersier Kecamatan Koja sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (2) huruf c, terdapat pada lokasi Pasar Koja dan Rumah Sakit Koja.

(5)

Rencana pengembangan jaringan jalan sebagaimana di maksud pada ayat (1) meliputi; a. 1. 2. 3. b. Jalan Arteri Pelebaran Jalan Koja Raya dan Jalan Cakung Koja. Pengembangan jalan alternatif sebagai jalur pergerakan regional. Pembangunan jalan tol Cikarang Tanjung Priok. Jalan Kolektor

Jaringan jalan kolektor diarahkan sebagai jalan penghubung kota yang berfungsi melayani kelancaran distribusi kegiatan antar kota. c. d. Jalan Lokal Jalan Lingkungan Jaringan jalan lokal diarahkan sebagai penghubung antar pusat lingkungan permukiman Jaringan jalan lingkungan merupakan ruas jalan yang berada di dalam lingkungan permukiman yang fungsi utamanya memberikan pelayanan di dalam lingkungan permukiman. (6) Rencana pengembangan angkutan umum sebagaimana di maksud pada ayat (1) meliputi; a. Pengembangan pola sirkulasi angkutan umum ditujukan untuk menunjang perkembangan antar kawasan di Kecamatan Koja dan Kecamatan Koja dengan kawasan di sekitarnya serta penyediaan angkutan yang murah, aman dan nyaman bagi masyarakat. b. Penambahan jumlah armada angkutan umum dan pemerataan pelayanan angkutan dalam kota. c. Penyediaan terminal angkutan tipe C yang melayani angkutan kota dan kecamatan.

(3) Rencana sistem prasarana wilayah sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi

(7)

Rencana pengembangan tempat parkir, pedistrian, dan shelter sebagaimana di maksud pada ayat (1) meliputi, a. Penyediaan fasilitas parkir kendaraan pada pusat-pusat kegiatan, seperti pertokoan, pasar, sub terminal, serta fasilitas sosial lainnya yang penempatannya ditentukan oleh pengelola fasilitas fasilitas tersebut. b. Perencanaan pedestrian diarahkan pada jaringan jalan utama terutama di pusat pusat kegiatan ekonomi, seperti di pusat perdagangan dan pembangunan trotoar.

(6)

Rencana pengembangan Sistem Pusat Kegiatan Tersier di wilayah Kecamatan Koja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum pada Lampiran Gambar 1.3 Peraturan Daerah ini. Sistem Prasarana Wilayah Kecamatan Koja Pasal 38

c. Penempatan shelter (halte) untuk angkutan umum didesain mengikuti kriteria sebagai berikut1. umum; 2. 3. (8) Jarak antar shelter satu dengan lainnya minimal 500 meter; Desain shelter pada kiri dan kanan jalan dengan bentuk disesuaikan dengan ciri Penempatan shelter diutamakan pada jalan-jalan utama yang dilalui angkutan

khas kawasan setempat. Sistem prasarana meliputi prasarana transportasi, prasarana sumber daya air bersih, prasarana pengendalian drainase, prasarana sanitasi limbah, prasarana persampahan, prasarana energi listrik, dan prasarana telekomunikasi. Prasarana Transportasi Wilayah Kecamatan Koja Pasal 39 Rencana pengembangan pelabuhan laut sebagaimana di maksud pada ayat (1) meliputi a. Pengembangan Pelabuhan Kalibaru sebagai satu pelabuhan yang dapat melayani kapal angkutan batu bara. b. Pengembangan Pelabuhan Marunda yang merupakan Pelabuhan Industri yang teritegrasi dengan Kawasan Industri KBN dan KEK DKI Jakarta sebagai pelabuhan internasional. Prasarana Sumber Daya Air Bersih Wilayah Kecamatan Koja Pasal 40

(4)

Rencana pengembangan prasarana transportasi di Kecamatan Koja, meliputi jaringan jalan, angkutan umum, tempat parkir, pedistrian, dan shelter angkutan umum serta pelabuhan laut.

Pengembangan prasarana sumber daya air bersih di wilayah Kecamatan Koja meliputi, c. Peningkatan sistem secara menyeluruh mulai dari air baku, transmisi dan distribusi, serta instalasi produksi pengolahan instalasi air bersih. d.Pengembangan kawasan pelayanan dengan pembangunan jaringan distribusi baru untuk kawasankawasan yang belum terlayani terutama pada kawasan pusat kegiatan kota serta pada kawasan permukiman baru. Prasarana Drainase Pasal 41 Pengembangan prasaran drainase meliputi, a.Perbaikan atau normalisasi sungai-sungai yang ada. b.Penertibkan kawasan sekitar sungai dari kegiatan-kegiatan yang dapat mengganggu kelestarian sungai melalui pengaturan sempadan-sempadan sungai. c. Penyuluhan kepada masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam upaya memelihara saluran drainase yang ada agar dapat selalu berfungsi sebagaimana mestinya. d.Penambahan jumlah saluran drainase terutama untuk daerah yang berada di pusat kota. e.Perbaikan dan pemeliharaan saluran drainase yang ada supaya berfungsi dengan baik. f. Perencanaan pendistribusian buangan air hujan di wilayah kota terhadap saluran drainase yang telah ada. g.Perbaikian dan peningkatan saluran drainase jalan yang telah ada. h.Pembuatan saluran drainase baru pada jalan yang belum ada salurannya. Prasarana Sanitasi Limbah Wilayah Kecamatan Koja Pasal 42 Pengembangan prasarana sanitasi di Kecamatan Koja meliputi, a. c. Sistem pembuangan air limbah secara on site. Penyuluhan personil instansi pengolahan dan penyuluhan kepada penduduk dalam peningkatan aspirasi b. Pembangunan sarana sanitasi setempat, baik secara individual maupun komunal. masyarakat untuk membangun sendiri sarana sanitasi di tempat tinggalnya masing masing, dan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan air limbah. d. Monitoring untuk memantau pengelolaan air limbah domestik maupun industri, serta kualitas dan kuantitas badan badan air yang ada di perkotaan. e. Pengembangan sistem pembuangan limbah industri dengan sistem perpipaan terpusat atau menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Pengembangan prasarana persampahan di wilayah Kecamatan Koja, meliputi: a. b. membakarnya; c. d. Penempatan lokasi TPS di masing masing pusat unit lingkungan dan Pembangunan fasilitas Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di di TPA diarahkan berada di luar kawasan perkotaan. sekitar Waduk Marunda Kelurahan Marunda. Prasarana Energi Listrik Pasal 44 Pengembangan prasarana energi di wilayah Kecamatan Koja, meliputi: a. b. c. d. Perbaikan jaringan listrik yang telah ada; Peningkatan daya transmisi yang sudah ada; Penindakan pencurian listrik; Penempatan gardu gardu listrik secara terpadu dengan Penambahan sarana pengangkutan sampah dari lingkungan perumahan Penyediakan wadah wadah sampah untuk setiap rumah tangga ataupun ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS) serta peningkatan manajemen pengelolaannya.

mempertimbangkan estetika lingkungan; Prasarana Telekomunikasi Pasal 45 Pengembangan prasarana telekomunikasi dan informatika di Kecamatan Koja, meliputi: d. e. Pengembangan sistem pelayanan telekomunikasi melalui penerapan teknologi telekomunikasi yang memadai; Pembangunan jaringan telekomunikasi baru pada kawasan pemukiman padat, dengan tujuan untuk memfasilitasi masyarakat dalam melakukan aktifitas bersosial;

f.lingkungan.

Pengembangan jaringan telekomunikasi yang aman dan menyesuaikan dengan estetika

Bagian Kelima Rencana Pola Ruang Wilayah Kecamatan Koja Umum Pasal 46 (1). Rencana pola ruang Kecamatan Koja, terdiri atas:

Prasarana Persampahan Wilayah Kecamatan Koja Pasal 43

a. Peruntukan ruang untuk fungsi lindung/kawasan lindung, dan b. Peruntukan ruang untuk fungsi budidaya /kawasan budidaya.

(2). Rencana pengembangan kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa kawasan sempadan sungai dan sempadan danau/situ. (3). Rencana pengembangan kawasan budidaya, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: a. b. c. d. Kawasan Permukiman; Kawasan Perdagangan dan Jasa; Kawasn Industri Kawasan Terbuka Hijau

a. b. c. d.

Program perbaikan kampung pada kawasan kawasan yang tidak layak huni (tidak memenuhi Pengembangan permukiman menengah kecil. Pengembangan perumahan penunjang industri. Peningkatan dan pemugaran permukiman melalui program perbaikan kampung bagi perumahan

syarat rumah sehat).

kurang sehat dan tidak teratur.

e.sehat. f. g. h. i.

Peremajaan kota (urban renewal) pada permukiman padat dan tidak memenuhi syarat rumah Perumahan penunjang kegiatan industri diarahkan pada pola pembangunan vertikal (rumah Penyediaan sarana permukiman oleh pemerintah bersama masyarakat dan swasta. Pengadaan permukiman oleh pemerintah bersama pihak swasta/masyarakat. Perumahan penduduk yang telah ada di kawasan industri atau zona industri tetap dipertahankan. Kawasan Perdagangan dan Jasa Pasal 49

(4). Rencana pola ruang wilayah Kecamatan Koja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalamLampiran Gambar 1.4 Peraturan Daerah ini. Peruntukan Ruang untuk Fungsi Lindung (Kawasan Lindung) Kawasan Sempadan Sungai dan Danau/Situ Pasal 47 Pengembangan kawasan lindung di Kecamatan Koja meliputi , a. 1. Sempadan sungai Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

susun) dan rumah kontrak sewa dengan efisiensi tingkat hunian.

Pengembangan kawasan perdagangan meliputi,

2.dari tepi sungai. 3.

Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan dengan

a.b.

Kegiatan perdagangan dan jasa diarahkan pada ruas jalan utama dengan membentuk pola Kegiatan yang akan dikembangkan pada koridor kegiatan komersial berupa kegiatan tersier baik

kedalaman tidak lebih dan 3 (tiga) meter ditetapkan sekurang-kurangnva 10 (sepuluh) meter dihitung Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan dengan

memita (ribbon pattern). berupa jasa pelayanan, pasar swalayan, bank, hotel, tempat hiburan, restoran, salon, bengkel, SPBU dan kegiatan jasa lainnya dengan skala pelayanan kota/regional. c. Kegiatan perdagangan dan jasa di sepanjang jalan nasional dari pusat kegiatan industri hingga ke pusat kota untuk skala pelayanan kota. Kawasan Industri Pasal 50 Pengembangan kawasan industri di Kecamatan Koja meliputi,

kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (duapuluh) meter ditetapkan sekurang-kurangnva 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai. 4. Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan dengan kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh) meter ditetapkan sekurang kurangnva 30 (tigapuluh) meter dihitung dari tepi sungai. 5. b. 6. 7. disekitar mata air. Peruntukan Ruang Untuk Fungsi Budidaya (Kawasan Budidaya) Kawasan Permukiman Pasal 48 Pengembangan sarana pemukiman dilaksanakan melalui, Garis sempadan sungai yang terpengaruh pasang surut air laut ditetapkan Sempadan danau atau situ Garis sempadan danau dan waduk ditetapkan sekurang kurangnya 50 (lima Garis sempadan mata air ditetapkan sekurang kurangnya 200 (dua ratus) meter puluh) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. sekurang kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai dan berfungsi sebagai jalur hijau.

a.b. c.

Pengembangan Kawasan Industri diarahkan pada kegiatan clean industry Kegiatan industri diarahkan pada industri selektif dan pengembangan Kegiatan industri perakitan yang terintegrasi dengan kegiatan

dan industri perakitan (assembling). kawasan pergudangan untuk mengantisipasi perkembangan pelabuhan Tanjung Priok. perdagangan dikembangkan secara vertikal dimana pada lantai bawah diperuntukankan untuk tempat pemasarannya atau tempat kegiatan perdagangan produk industrinya dan pada lantai di atasnya diperuntukkan bagi aktivitas kegiatan industri perakitannya. d. Pengembangan sentra industri dan perdagangan diprioritaskan kepada penduduk bermodal kecil menengah, baik melalui pemodalan sendiri atau melakukan kemitraan dengan industri hulu dan industri antara penghasil bahan baku atau dengan pihak lainnya yang berkaitan.

e.

Kegiatan aneka industri, baik industri ringan maupun industri menengah

(4) Fasilitas pendidikan untuk tingkat SD diarahkan penempatannya di pusat lingkungan, yang dihubungkandengan jaringan jalan dan radius pelayanannya 500 meter. (5) Fasilitas pendidikan tingkat SLTP dan SLTA diarahkan penempatannya pada jalan-jalan utama, dialokasikan sesuai dengan rencana tata ruang. Fasilitas Kesehatan

(light and medium industry) diarahkan pada zona industri yaitu di Kawasan Berikat Nusantara (KBN). Kawasan Ruang Terbuka HIjau Pasal 51 Pengembangan ruang terbuka hijau di Kecamatan Koja meliputi, a. b. c. Pembuatan sempadan sungai di sepanjang sisi kiri kanan sungai, yang juga dapat difungsikan sebagai ruang terbuka hijau dalam bentuk taman kota, sarana olah raga. Pengatur arah bangunan bangunan yang berada di sekitar sungai agar menghadap ke sungai, Pelarang pembuangan semua sampah ke badan sungai. sehingga kebersihan sungai tetap terjaga.

Pasal 56 (1) Pengembangan fasilitas kesehatan diperlukan penambahan yang disesuaikan dengan jumlah kebutuhan yang direncanakan; (2) Peningkatan kualitas sarana dan prasarana fasilitas kesehatan.

Bagian Keenam Penetapan Pengembangan Kawasan Strategis Wilayah Kecamatan Koja Pasal 52

Fasilitas Peribadatan Pasal 57 (3) Pengembangan fasilitas peribadatan disesuaikan dengan jumlah kebutuhan yang direncanakan;

(1)

Pengembangan kawasan strategis di tingkat Kecamatan Koja diarahkan pada bagian wilayah

(4) Peningkatan kualitas sarana dan prasarana fasilitas peribadatan. Fasilitas Olahraga Pasal 58

kecamatan yang memiliki peranan dan fungsi strategis bagi pengembangan kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan kota; Bagian Ketujuh Pengembangan Fasilitas Umum dan Sosial Pasal 53 Peningkatan kualitas dan jumlah sarana dan prasarana fasilitas olahraga, berupa tempat bermain, taman, lapangan olah raga, bioskop, gedung olahraga, kolam renang dan lapangan serba guna. Bagian Kedelapan Intensitas Pemanfaatan Ruang Wilayah Kecamatan Koja Pasal 59

Pengembangan fasilitas umum dan sosial sebagai upaya penanganan pemenuhan kebutuhan penduduk Kecamatan Koja yang terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, dan fasilitas olah raga. Fasilitas Pendidikan Pasal 54 (1) Pengembangan fasilitas pendidikan diutamakan untuk fasilitas pendidikan yang masih kurang dan diperlukan penambahan lahan dan bangunan fasilitas pendidikan. (2) Peningkatan kualitas sarana dan prasarana fasilitas pendidikan. (3) Fasilitas pendidikan untuk tingkat TK diarahkan penempatannya pada lingkungan permukiman penduduk, lokasinya bersatu dengan tempat bermain anak-anak, radius pencapaiannya antara 100 200 meter dari kelompok permukiman.

Arahan rencana intensitas pemanfaatan ruang Kecamatan Koja, meliputi : a.Kawasan perdagangan direncanakan memiliki intensitas KDB 40 % dengan ketinggian bangunan maksimal 6 lantai. b.Kawasan dengan peruntukan untuk karya umum taman dan wisma taman direncanakan memiliki KDB 20 % dengan ketinggian bangunan maksimal 2 lantai. c. Kawasan wisma direncanakan memiliki KDB 60% dengan ketinggian bangunan maksimal 2 lantai. BAB V RENCANA RINCI TATA RUANG WILAYAH KECAMATAN CILINCING

f. Bagian Kesatu Umum Pasal 60 Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kecamatan Cilincing meliputi: a. b. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kecamatan Cilincing; Rencana Struktur Ruang Kecamatan Cilincing; Rencana Pola Ruang Kecamatan Cilincing; Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Kecamatan Cilincing; Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kecamatan Cilincing; dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kecamatan Cilincing

Tersusunnya arahan pelaksanaan pemanfaatan ruang dan merupakan dasar dalam mengeluarkan perijinan lokasi pembangunan.

Paragraf 2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kecamatan Cilincing Pasal 62

(1) Kebijakan Kawasan Lindung Kecamatan Cilincing, (2) Kebijakan Kawasan Budidaya Kecamatan Cilincing, a. Sektor Perumahan Penerapan penggunaan campuran dalam rangka mengintesifkan penggunaan lahan dan Program perbaikan lingkungan dan permajaan lingkungan pada kawasan kumuh Pembangunan rumah susun sederhana untuk memenuhi kebutuhan perumahan Pembatasan sistem ribbon, kecuali yang mengalami peningkatan fungsi dan kualitas Pengembangan sentra sentra lokal dilakukan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas Program perbaikan lingkungan dan peremajaan lingkungan pada wilayah yang cukup bangunan, baik secara vertikal maupun horisontal

c.d. e.

f.

b. Sektor Perdagangan dan Jasa Bagian Kedua Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kecamatan Cilincing Paragraf 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kecamatan Cilincing Pasal 61 c. Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah Kecamatan Cilincing, maka tujuan pengembangan Tata Ruang Wilayah Kecamatan Cilincing adalah: a. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budi daya. b. Terwujudnya keterpaduan, keterikatan dan keseimbangan antar wilayah kecamatan serta keserasian antar sektor.

dengan memperhatikan kelancaran arus lalu lintas dan penyediaan tempat parkir

padat. Sektor Industri Kegiatan industri dibatasi pada kegiatan industri skala kecil (home industry); Peningkatan kualitas jalan kolektor; Pembangunan jalan arteri; Pengembangan dan peningkatan fasilitas umum, baik kuantitas maupun kualitas Pengembangan fasilitas umum dan fasilitas sosial secara vertikal.

d. Sektor Transportasi

c. Terwujudnya rencana tata ruang mempertimbangkan aspek optimalisasi pemanfaatan ruang yang ada,serta memperhatikan kemungkinan-kemungkinan pemanfaatan ruang bawah tanah pada bagian-bagian tertentu di wilayah Kecamatan Cilincing. d. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk :

e. Sektor Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial

f. Sektor Drainase dan Pengendalian Banjir Normalisasi sungai dan saluran drainase Pembangunan dan peremajaan drainase ke dalam sistem pengendalian banjir Peningkatan kualitas jaringan pipa pipa induk dan distribusi air bersih Pembatasan penggunaan air tanah Penambahan hydrant umum

Terwujudnya kehidupan masyarakat Kecamatan Cilincing yang sejahtera lahir dan batin Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam Terwujudnya pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan secara berdaya-guna,

g. Sektor Air Minum dan Sumber Air Bersih

berhasil-guna dan tepat-guna untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif

terhadap lingkungan Terwujudnya keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan

(3) Kebijakan Pengendalian Lingkungan Kecamatan Cilincing; a. Pemeliharaan lingkungan guna mempertahankan ekosistem dan kelestarian lingkungan alam. b. Pengendalian dan pengelolaan lingkungan hidup serta peraturan tentang adanya penetapan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).

e. Tersusunnya arahan lokasi investasi yang akan dilaksanakan pemerintah dan masyarakat.

Pasal 63

Sistem Pusat Kegiatan Wilayah Kecamatan Cilincing Pasal 66

Strategi penataan ruang Kecamatan Cilincing, adalah: a. Meningkatkan peran dan fungsi serta menata pusat-pusat kegiatan yang sudah berkembang. b. Memperbaiki dan merencanakan kawasan-kawasan yang cenderung kumuh dengan membangun rumah susun beserta fasilitas-fasilitasnya. (1) Tersier; Rencana pengembangan pusat-pusat kegiatan Kecamatan Cilincing diwujudkan dalam bentuk Sistem Pusat Kegiatan Primer dan

c. Mempertahankan RTH yang sudah ada dan mengembalikan fungsi RTH khususnya di bantaran sungaidan pinggiran Jalan Rel kereta api yang dijadikan permukiman kumuh.

(2)terdapat pada Kawasan Ekonomi Khusus Marunda. (3) terdapat pada Pasar Koja, Gereja Tugu, dan Pasar Cilincing.

Rencana

pengembangan

Sistem Pusat Kegiatan Primer Kecamatan Cilincing sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 a