Rcn Pola Ruang

23
5-1 RTRW Provinsi Papua Barat L a p o r a n R e n c a n a 2008 - 2028 BAB 5 RENCANA POLA RUANG WILAYAH PROVINSI PAPUA BARAT 5.1. RENCANA POLA RUANG WILAYAH DARATAN Arahan pemanfaatan ruang wilayah daratan terdiri dari arahan pemanfaatan ruang untuk Kawasan Lindung dan Budidaya yang dijelaskan sebagai berikut. 5.1.1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung a. Klasifikasi Kawasan Lindung Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Kawasan lindung merupakan kawasan yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekologi kawasan sekitarnya. Kawasan lindung dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya: Kawasan ini berfungsi untuk melindungi kawasan yang berada di bawahnya. Kawasan ini dapat berupa kawasan hutan lindung, kawasan penyangga, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air. a. Kawasan Hutan Lindung. b. Kawasan Bergambut. c. Kawasan Resapan Air. 2. Kawasan Perlindungan Setempat: Kawasan lindung setempat meliputi kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar mata air, dan kawasan sekitar danau atau waduk. Kawasan sempadan sungai sebagai salah satu kawasan lindung setempat mempunyai kriteria sebagai berikut: a. Sekurang-kurangnya 100 meter di kanan-kiri sungai besar dan 50 meter di kanan-kiri anak sungai yang berlokasi di luar kawasan permukiman.

description

space

Transcript of Rcn Pola Ruang

  • 5-1

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    BAB 5555 RENCANA POLA RUANG WILAYAH PROVINSI PAPUA BARAT

    5.1. RENCANA POLA RUANG WILAYAH DARATAN

    Arahan pemanfaatan ruang wilayah daratan terdiri dari arahan pemanfaatan ruang untuk Kawasan Lindung dan Budidaya yang dijelaskan sebagai berikut.

    5.1.1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung a. Klasifikasi Kawasan Lindung Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Kawasan lindung merupakan kawasan yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekologi kawasan sekitarnya. Kawasan lindung dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya:

    Kawasan ini berfungsi untuk melindungi kawasan yang berada di bawahnya. Kawasan ini dapat berupa kawasan hutan lindung, kawasan penyangga, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air. a. Kawasan Hutan Lindung. b. Kawasan Bergambut. c. Kawasan Resapan Air.

    2. Kawasan Perlindungan Setempat: Kawasan lindung setempat meliputi kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar mata air, dan kawasan sekitar danau atau waduk. Kawasan sempadan sungai sebagai salah satu kawasan lindung setempat mempunyai kriteria sebagai berikut: a. Sekurang-kurangnya 100 meter di kanan-kiri sungai besar dan 50 meter di

    kanan-kiri anak sungai yang berlokasi di luar kawasan permukiman.

  • 5-2

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    b. Sekurang-kurangnya 15 meter di kanan-kiri sungai yang berada di kawasan permukiman. Sempadan Pantai. Sempadan Sungai. Kawasan Sekitar Danau/Waduk. Kawasan Sekitar Mata Air. Kawasan Terbuka Hijau Kota termasuk Hutan Kota.

    3. Kawasan Suaka Alam: Kawasan ini memang sengaja diperuntukkan bagi kelangsungan hidup berbagai biota demi menjaga kelestarian serta keanekaragaman ekosistem yang ada pada suatu wilayah. Kawasan yang temasuk di dalam kategori ini meliputi kawasan suaka alam; pantai hutan; kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya; Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam; Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan. a. Cagar Alam. b. Suaka Margasatwa.

    b. Kriteria Penentuan Kawasan Lindung Kriteria penentuan kawasan lindung adalah sebagai berikut: 1. Kriteria Kawasan Lindung untuk Kawasan Hutan Lindung:

    a. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapang 65% atau lebih; dan b. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2000 m atau

    lebih. 2. Kriteria kawasan lindung untuk kawasan bergambut, yaitu kawasan tanah bergambut

    dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat di bagian hulu sungai dan rawa. 3. Kriteria kawasan lindung untuk kawasan resapan air, yaitu kawasan curah hujan

    yang tinggi, berstruktur tanah yang mudah meresap air, dan mempunyai geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran.

    4. Kriteria kawasan lindung untuk sempadan pantai, yaitu daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

    5. Kriteria kawasan lindung untuk sempadan sungai, adalah; a. Garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan dengan batas lebar sekurang-

    kurangnya 5 meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. b. Garis sempadan sungai tidak bertanggul ditetapkan berdasarkan pertimbangan

    teknis dan sosial ekonomis oleh pejabat yang berwenang. c. Garis sempadan sungai yang bertanggul dan tidak bertanggul yang berada di

    wilayah perkotaan dan sepanjang jalan ditetapkan tersendiri oleh pejabat yang berwenang.

  • 5-3

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    6. Kriteria kawasan lindung untuk kawasan sekitar danau/waduk, yaitu daratan sepanjang tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

    7. Kriteria kawasan lindung untuk kawasan sekitar mata air, yaitu kawasan di sekitar mata air dengan jari-jari sekurang-kurangnya 200 meter.

    8. Kriteria kawasan lindung untuk kawasan terbuka hijau kota, adalah: a. Lokasi sasaran kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan kota

    antara lain di kawasan permukiman, industri, tepi sungai/pantai/jalan yang berada di kawasan perkotaan;

    b. Hutan yang terletak di dalam wilayah perkotaan atau sekitar kota dengan luas hutan minimal 0,25 hektar;

    c. Hutan yang terbentuk dari komunitas tumbuhan yang berbentuk kompak pada satu hamparan, berbentuk jalur atau merupakan kombinasi dari bentuk kompak dan bentuk jalur;

    d. Jenis tanaman untuk hutan kota adalah tanaman tahunan berupa pohon-pohonan, bukan tanaman hias atau herba, dari berbagai jenis baik jenis asing atau eksotik maupun jenis asli atau domestik;

    e. Jenis tanaman untuk kawasan terbuka hijau kota adalah berupa pohon-pohonan dan tanaman hias atau herba, dari berbagai jenis baik jenis asing atau eksotik maupun jenis asli atau domestik;

    9. Kriteria kawasan lindung untuk kawasan cagar alam, adalah; a. Kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa

    serta tipe ekosistemnya; dan/atau b. Mewakili formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya; c. Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak

    atau belum diganggu manusia; dan/atau d. Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif

    dengan daerah penyangga yang cukup luas; dan/atau e. Mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah

    serta keberadaannya memerlukan konservasi. 10. Kriteria kawasan lindung untuk kawasan suaka margasatwa, adalah;

    a. Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasinya; dan/atau

    b. Memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi; dan/atau c. Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu; dan/atau d. Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan

  • 5-4

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    11. Kriteria kawasan lindung untuk taman nasional, adalah; a. Wilayah yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin

    kelangsungan proses ekologi secara alami; b. Memiliki sumberdaya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan

    maupun jenis satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami;

    c. Satu atau beberapa ekosistem yang terdapat di dalamnya secara materi atau fisik tidak dapat diubah oleh eksploitasi maupun pendudukan oleh manusia;

    d. Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam;

    e. Merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona pemanfaatan dan zona lain yang dapat mendukung upaya pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

    12. Kriteria kawasan lindung untuk taman hutan rakyat, adalah; a. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa beserta ekosistemnya yang

    masih asli serta formasi geologi yang indah, unit dan nyaman; b. Memiliki keindahan alam, tumbuhan, satwa, dan gejala alam; c. Mudah dijangkau dan dekat dengan pusat-pusat pemukiman penduduk; d. Mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi

    tumbuhan dan/atau satwa baik jenis asli dan/atau bukan asli. 13. Kriteria kawasan lindung untuk taman wisata alam, adalah;

    a. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa beserta ekosistemnya yang masih asli serta formasi geologi yang indah, unik dan nyaman;

    b. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam;

    c. Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam;

    d. Mudah dijangkau dan dekat dengan pusat-pusat permukiman penduduk. 14. Kriteria kawasan lindung untuk cagar budaya, yaitu tempat serta ruang di sekitar

    bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentuk geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

    15. Kriteria kawasan lindung untuk kawasan rawan bencana alam, yaitu kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi dan tanah longsor serta gelombang pasang dan banjir.

    16. Kriteria kawasan lindung untuk kawasan taman buru, adalah; a. Areal yang ditunjuk mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak

    membahayakan; dan/atau

  • 5-5

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    b. Kawasan yang terdapat satwa buru yang dikembangbiakkan sehingga memungkinkan perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi rekreasi, olahraga, dan kelestarian satwa.

    17. Kriteria kawasan lindung untuk kawasan cagar biosfer, adalah: a. Kawasan yang mempunyai keterwakilan ekosistem yang masih alami dan

    kawasan yang sudah mengalami degradasi, modifikasi, dan/atau binaan; b. Kawasan yang mempunyai komunitas alam yang unik, langka, dan indah;

    dan/atau c. Merupakan bentang alam yang cukup luas yang mencerminkan interaksi antara

    komunitas alami dengan manusia beserta kegiatannya secara harmonis; dan/atau

    d. Tempat bagi penyelenggaraan pemantauan perubahan-perubahan ekologi melalui kegiatan penelitian dan pendidikan.

    18. Kriteria kawasan lindung untuk kawasan perlindungan plasma nutfah, adalah: a. Areal yang memiliki jenis plasma nutfah tertentu yang memungkinkan

    kelangsungan proses pertumbuhan jenis plasma nuftah tersebut; b. Areal dengan luas tertentu yang memungkinkan kelangsungan proses

    pertumbuhan jenis plasma nutfah tersebut. 19. Kriteria kawasan lindung untuk kawasan pengungsian satwa, adalah:

    a. Menghuni areal tersebut; dan/atau b. Areal tempat pemindahan satwa sebagai tempat kehidupan baru bagi satwa

    tersebut; c. Mempunyai luas tertentu yang memungkinkan berlangsungnya proses hidup dan

    kehidupan serta berkembangbiaknya satwa tersebut. 20. Kriteria kawasan lindung untuk kawasan pantai berhutan bakau, yaitu kawasan

    minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat yang merupakan habitat hutan bakau.

    a. Arahan Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung Kebijaksanaan pengelolaan secara umum di kawasan lindung meliputi: Penggunaan klasifikasi dan kriteria pembentuk struktur kawasan lindung yang

    konsisten antar sektor yang terkait; Penyelesaian permasalahan tumpang tindih dan konflik penggunaan tanah

    berdasarkan ketentuan/peraturan yang ada; Pengendalian secara ketat terhadap cara penggunaan dan pengelolaan tanah oleh

    penduduk atau proyek pembangunan (sektoral) tertentu yang diperbolehkan, agar tidak mengganggu fungsi lindung;

  • 5-6

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    Penyelesaian atau penanganan berbagai kegiatan budidaya yang terdapat di dalam kawasan lindung melalui pembebasan/pencabutan hak atas tanah, upaya konservasi/rehabilitasi tanah, pembatasan kegiatan secara enclave, serta pemindahan kegiatan/penduduk yang mengganggu secara bertahap keluar kawasan lindung; dan

    Penyelesaian informasi yang bersifat terbuka kepada masyarakat mengenai batas-batas kawasan lindung dan kawasan budidaya, serta syarat-syarat pelaksanaan kegiatan budidaya di dalam kawasan lindung.

    1. Kawasan Suaka Alam Kawasan suaka alam merupakan kawasan yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Kawasan cagar alam dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan sebagai berikut:

    1) Menjaga ekosistem hutan dan segala isinya. 2) Memberikan kenyamanan bagi penduduk setempat dan pengunjung cagar

    alam.

    Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka rencana pemanfaatan ruang kawasan suaka alam di Provinsi Papua Barat terletak di Kabupaten Manokwari, Kabupaten Sorong, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Fak-Fak, Kabupaten Kaimana, dam Kabupaten Teluk Wondama.

    Kawasan lindung di Provinsi Papua Barat yang memiliki nilai strategis kabupaten: Cagar Alam Pulau Waegeo Barat, Cagar Alam Wekwek Kwoor, Taman Nasional Laut Cenderawasih, Cagar Alam Pantai Sausapor, Suaka Margasatwa Sabuda Tataruga, Suaka Margasatwa Mubrani Kairomi, Taman Wisata Alam Sorong, Taman Wisata Alam Gunung Meja, Taman Wisata Sungai Sausiran.

    Kawasan lindung nasional, terdiri dari kawasan suaka alam nasional, yaitu: Suaka Alam Laut Kaimana, Suaka Margasatwa Tanjung Mubrani-Sidei-Wibain I-dan Wibain II, Suaka Margasatwa Pulau Venu, Cagar Alam Pulau Waigeo Barat, Cagar Alam Pulau Batanta Barat, Cagar Alam Pegunungan Arfak, Cagar Alam Salawati Utara, Cagar Alam Biak Utara, Cagar Alam Tamarau Selatan, Cagar Alam Pulau Supriori, Cagar Alam Pegunungan Wondiboy, Cagar Alam Pulau Waigeo Timur, Cagar Alam Pulau Misool, Cagar Alam Pulau Kofiau, Cagar Alam Pegunungan Wayland, Cagar Alam Teluk Bintuni, Cagar Alam Pegunungan Fak-Fak, Cagar Alam Pegunungan Kumawa, Cagar Alam Tamrau Utara, Cagar Alam Tanjung Wiay, Cagar Alam

  • 5-7

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    Wagura Kote, Taman Wisata Alam Beriat, dan Taman Wisata Alam Klamono. Luas keseluruhan cagar alam di Provinsi Papua Barat sekitar 335,31 km2.

    Pelestarian kawasan suaka alam merupakan komponen yang penting dalam lingkup tata ruang, sehingga pengelolaannya (pengawasan dan pengendalian) di kawasan suaka alam untuk setiap kegiatan yang dapat mengganggu lingkungan suaka alam perlu menjadi prioritas. Berdasarkan hal tersebut, maka pelestarian kawasan suaka alam dilakukan dengan cara: a. Memelihara keanekaragaman flora dan fauna. b. Pembangunan pos-pos keamanan di sekitar kawasan cagar alam yang

    berfungsi menjaga keamanan kawasan cagar alam. c. Kawasan lindung yang berupa cagar alam dipertahankan keberadaannya dan

    dijaga kelestariannya. d. Perlu dibuat suatu buffer zona (kawasan penyangga) untuk membatasi antara

    fungsi lindung dan budidaya. Pada zona ini bisa dikembangkan model Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM), sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat ekonomi pengolahan lahan, namun juga berpartisipasi dalam pengelolaan hutan.

    2. Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan lindung merupakan kawasan hutan yang karena keadaan sifatnya diperuntukan guna pengaturan tata air, pencegahan bencana banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Luas kawasan hutan lindung di Provinsi Papua Barat sampai 2028 adalah sekitar 499,32 km2. Kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung di Provinsi Papua Barat tersebar di Kabupaten Manokwari, Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Fak-Fak, Kabupaten Kaimana, dam Kabupaten Teluk Wondama.

    Dalam rangka mengendalikan dengan areal peruntukan pada kawasan hutan lindung dikenakan ketentuan:

    Inventarisasi dan pemetaan partisipatif kawasan hutan lindung di Provinsi Papua Barat.

    Pemaduserasian tata ruang wilayah dan tata guna hutan. Optimalisasi pengelolaan kawasan konservasi melalui studi kelayakan kategori

    kawasan konservasi.

    Pengusulan perubahan kategori kawasan konservasi sesuai hasil studi, pengusulan penetapan kategori kawasan konservasi baru bila diperlukan sesuai

  • 5-8

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    hasil studi, restrukturisasi Unit Pelaksana Teknis pengelola kawasan sesuai hasil rasionalisasi katagori kawasan.

    Mengefektifkan kegiatan reboisasi pada hutan lindung dan kawasan konservasi dalam skema program dan anggaran pengelola kawasan.

    Mengefektifkan kegiatan reboisasi pada hutan lindung dan kawasan konservasi dalam skema program dan anggaran pengelola kawasan.

    Penyusunan sistem informasi kehutanan untuk mengetahui potensi dan masalah di kawasan lindung.

    Tidak diijinkan melakukan pemanfaatan ruang yang mengubah bentang alam, mengganggu kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidro-orologis serta kelestarian flora dan fauna.

    Pemanfaatan diijinkan apabila dilakukan kepentingan ilmu pengetahuan, penyelidikan serta bagi kepentingan nasional dan hajat hidup orang banyak serta dapat menjaga keaslian bentang alam, kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologis, serta kelestarian flora dan fauna.

    3. Kawasan Sempadan Pantai Kawasan Sempadan Pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Tujuan perlindungan adalah untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Jarak sempadan pantai ditetapkan sejauh 100 m dari titk pasang air laut tertinggi.

    Sebaran dari kawasan sempadan pantai terdapat di sepanjang pantai selatan. Kebijaksanaan pengelolaan bagi kawasan ini adalah: Pengendalian kegiatan budidaya yang di sepanjang pantai yang dapat

    mengganggu kelestarian fungsi pantai; Mengendalikan kegiatan di sekitar sempadan pantai; Penanggulangan dan pengembalian fungsi lindung pantai yang mengalami

    kerusakan karena abrasi; Pengembangan kegiatan perikanan laut dengan fungsi lahan untuk kegiatan para

    nelayan (pasar ikan dan penambatan perahu) yang tidak merusak fungsi lindung. Sempadan pantai dapat lebih kecil dari 100 m dari titik pasang air laut tertinggi

    bagi pantai dengan kondisi fisik stabil setelah dilakukan penelitian oleh instansi teknis terkait, terutama lokasi-lokasi di luar tempat melangsungkan kegiatan keagamaan untuk kepentingan umum, kepentingan pertahanan keamanan, dan kegiatan keagamaan.

  • 5-9

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    4. Kawasan Sempadan Sungai Kawasan Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang tepi kiri dan kanan sungai, meliputi sungai alam dan buatan, kanal, dan saluran irigasi primer. Tujuan perlindungan adalah untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai.

    Penetapan jarak sempadan sungai meliputi jarak sekurang-kurangnya 50 m di kiri-kanan sungai tidak bertanggul, dan 25 m di kiri-kanan sungai bertanggul, berlaku untuk sungai-sungai di luar kawasan permukiman; sedangkan untuk sungai di dalam kawasan permukiman sekurang-kurangnya 10 m di kiri-kanan sungai tidak bertanggul dan 3 m di kiri-kanan sungai bertanggul, serta cukup untuk dibangun jalan inspeksi sungai atau jalan lingkungan. Penetapan ini mengacu pada Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993. Kebijaksanaan pengelolaan kawasan sempadan sungai meliputi: Pencegahan kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat mengganggu

    atau merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta alirannya; Mengendalikan kegiatan yang telah ada di sekitar sungai; dan Pengamanan daerah aliran sungai.

    5. Kawasan Rawan Bencana Alam Karakteristik bencana yang ada di Provinsi Papua Barat yaitu Gempa dan Tsunami. Kawasan rawan bencana alam ini meliputi kawasan rawan gempa dan tsunami yang terletak di daerah pesisir maupun daratan di Provinsi Papua.

    Umumnya daerah patahan aktif Sesar Sorong merupakan zona yang sangat rawan gempabumi. Wilayah Manokwari merupakan daerah yang paling rawan gempa. Akan tetapi, secara umum wilayah Papua Barat rawan terhadap gempa bumi. Sementara itu potensi tsunami dapat terjadi dari wilayah gempa yang aktif di sisi Barat Daya Papua Barat seperti pada daerah Seram, Aru, yang akan dapat mengenai wilayah Barat Daya Pantai Papua Barat. Demikian pula sesar-sesar geser di daerah Selatan Biak dapat menimbulkan potensi tsunami yang dapat mengenai daerah Teluk Cendrawasih. Potensi gempa besar pada zona Subduksi di Utara Papua juga memiliki peluang untuk menimbulkan gempa di sekitar Pantai Utara Papua Barat.

    Daerah rawan longsor umumnya juga merupakan daerah pegunungan yang terjal. Tinggian Kemum, dan Sabuk Lenguru merupakan daerah yang relatif rawan longsor di Papua Barat.

  • 5-10

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    Zona kerawanan banjir Papua Barat sangat berhubungan dengan wilayah dataran rendah di sekitar Dataran Tengah. Sungai-sungai mengalir secara intensif di dataran tengah yang menyebabkan daerah ini rawan mengalami banjir dan sedimentasi (pendangkalan sungai, dan pantai).

    Untuk itu, diperlukan upaya mitigasi bencana pada daerah yang rawan terhadap gempa dan tsunami. Hal-hal yang perlu disiapkan adalah: a. Jalur Evakuasi dan Jalur Pertahanan Hidup (escape route & relief route). b. Area/Bangunan Penyelamatan (escape area & building). c. Bukit Penyelamatan (escape hill). d. Sabuk Hijau (green belt). e. Menciptakan Sistem Peringatan Dini (Tsunami Early Warning System / TEWS). f. Pemahaman Masyarakat (Community Awareness).

    Ada 3 elemen penting dalam memberdayakan masyarakat untuk paham dan peduli akan ancaman bahaya tsunami yaitu: Pedoman/petunjuk mengenai tsunami dan cara evakuasi. Sosialisasi kepada seluruh masyarakat pada lokasi rawan bencana tsunami

    serta pejabat terkait. g. Penanda (Signade).

  • 5-11

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    Gambar 5.1 Peta Arahan Pemanfaatan Kawasan lindung

  • 5-12

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    5.1.2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya A. Klasifikasi Kawasan Budidaya Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumber dayamanusia dan sumberdaya buatan.

    Kawasan budidaya merupakan kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan dengan penggunaan lahan tertentu sebagai bagian dari kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Berikut beberapa penggunaan lahan sebagai kawasan budidaya: Kawasan Budidaya meliputi: 1. Kawasan Hutan Produksi:

    a. Kawasan Hutan Produksi Terbatas. b. Kawasan Hutan Produksi Tetap. c. Kawasan Hutan yang Dapat Dikonversi.

    2. Kawasan Hutan Rakyat. 3. Kawasan Pertanian.

    Kawasan ini dibagi menjadi beberapa kategori yaitu kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan, dan kawasan perikanan. Definisi dari kategori-kategori tersebut adalah sebagai berikut: Kawasan pertanian lahan basah adalah kawasan yang diperuntukkan bagi

    tanaman lahan basah dimana pengairannya dapat diperoleh baik secara alamiah maupun teknis secara menahun.

    Kawasan pertanian lahan kering adalah kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman lahan kering seperti palawija, hortikultura, atau tanaman pangan lain.

    Kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman tahunan/perkebunan yang menghasilkan bahan pangan dan bahan baku bagi industri.

    Kawasan perikanan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan perikanan/budidaya di air daratan, meliputi pertambakan/kolam dan perikanan darat lainnya.

    4. Kawasan Pariwisata Kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

    5. Kawasan Permukiman Tanah yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal. Kawasan permukiman adalah kawasan yang diperuntukkan bagi permukiman, baik permukiman desa maupun permukiman kota. Untuk penggunaan lahan kawasan permukiman, beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai

  • 5-13

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    parameter/gambaran umum suatu wilayah dikatakan sesuai untuk dijadikan sebagai kawasan permukiman antara lain kemiringan lereng, jenis tanah, kedalaman air tanah, peta rawan bencana, aksesibilitas, kedekatan dengan utilitas. Sedangkan data masukan (variabel) yang digunakan sebagai parameter untuk melihat kesesuaian lahan/kriteria karakteristik lahan kawasan permukiman dapat dilihat pada tabel berikut ini. Total nilai dari beberapa kriteria di atas kemudian dihubungkan dengan aksesibilitas serta ketersediaan utilitas dan sarana. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan overlay peta-peta sarana dan prasarana.

    B. Kriteria Kawasan Budidaya Secara umum, kriteria kawasan budidaya harus bermanfaat. Kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan budidaya secara ruang dapat memberikan manfaat untuk; 1. Meningkatkan produksi pangan dan pendayagunaan investasi; 2. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta

    kegiatan ekonomi sekitarnya; 3. Meningkatkan fungsi lindung; 4. Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam; 5. Meningkatkan pendapatan masyarakat; 6. Meningkatkan pendapatan nasional dan daerah; 7. Meningkatkan kesempatan kerja; 8. Meningkatkan ekspor; 9. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    Kriteria Kawasan Budidaya adalah sebagai berikut: 1. Kriteria kawasan budidaya untuk kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan di

    luar kawasan hutan lindung dan cagar alam dengan kriteria sebagai berikut: Kawasan dengan ketinggian > 1000 m dpl. Kawasan dengan kelerengan > 40%. Kawasan di luar kawasan hutan lindung. Kawasan dengan kedalaman efektif lapisan tanah > 60 cm.

    2. Kriteria kawasan budidaya untuk kawasan hutan rakyat adalah luas minimal 0,25 hektar dan mempunyai fungsi hidrologis/pelestarian ekosistem, luas penutupan tajuk minimal 50 % dan merupakan tanaman cepat tumbuh.

    3. Kriteria kawasan budidaya untuk kawasan lahan basah adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk pertanian lahan basah;

    4. Kriteria kawasan budidaya untuk kawasan pertanian lahan kering adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pertanian lahan kering;

    5. Kriteria kawasan budidaya untuk kawasan tanaman tahunan/perkebunan adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan perkebunan;

  • 5-14

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    6. Kriteria kawasan budidaya untuk kawasan peternakan adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk usaha peternakan baik sebagai sambilan, cabang usaha, usaha pokok, maupun industri;

    7. Kriteria kawasan budidaya untuk kawasan perikanan adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk usaha perikanan;

    8. Kriteria kawasan budidaya untuk kawasan pertambangan adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk pemusatan kegiatan pertambangan, serta tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup;

    9. Kriteria kawasan budidaya untuk kawasan peruntukan industri adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan industri serta tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup;

    10. Kriteria kawasan budidaya untuk kawasan pariwisata adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan pariwisata, serta tidak mengganggu kelestarian budaya, keindahan alam dan lingkungan;

    11. Kriteria kawasan budidaya untuk kawasan permukiman adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam maupun buatan manusia, sehat dan mempunyai akses untuk kesempatan usaha.

    C. Rencana Kawasan Budidaya Kegiatan budidaya yang akan dikembangkan dibedakan menurut karakteristiknya dalam memanfaatkan ruang, yaitu: Kawasan, pertambangan, perindustrian, permukiman, pertanian merupakan kegiatan

    budidaya intensif dalam memanfaatkan ruang; Kawasan pariwisata (yang berorientasi pada obyek dan daya tarik wisata alam) dapat

    dipandang sebagai kegiatan yang fleksibel di dalam memanfaatkan ruang sehingga kawasannya dapat saja tumpang tindih/terpadu pada kawasan-kawasan lain; dan

    Kawasan hankam dapat dipandang sebagai kegiatan yang bersifat khusus dan kawasannya dapat berlokasi secara tumpang tindih/diserasikan dengan kawasan-kawasan lainnya.

    Perbedaan karakteristik kegiatan budidaya ini perlu menjadi salah satu pertimbangan dalam perumusan kebijksanaan pengembangannya atau pemanfaatan ruang pada tiap kawasan budidaya. Kebijaksanaan dalam pemanfaatan kawasan budidaya ditunjukkan pada upaya optimasi pemanfaatan sumberdaya wilayah sesuai dengan daya dukung lingkungan. Sasaran pengembangannya adalah: Memberikan arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara optimal dan

    mendukung pembangunan berkelanjutan; Memberikan arahan untuk menentukan prioritas pemanfaatan ruang antar kegiatan

    budidaya yang berbeda; dan

  • 5-15

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang dari jenis kegiatan budidaya tertentu ke jenis lainnya.

    Secara umum, pengelolaan kawasan budidaya akan menyangkut: Pengembangan kegiatan utama serta pemanfaatan kawasan secara optimal pada

    tiap kawasan budidaya; Pengembangan prasarana pendukung di tiap kawasan budidaya; Pengendalian pemanfaatan ruang kegiatan budidaya yang dapat mengganggu fungsi

    lindung; Penanganan masalah tumpang tindih/terpadu antar kegiatan budidaya; Pelaksanaan koordinasi yang terpadu dari setiap instansi terkait untuk setiap

    pengembangan kawasan budidaya, khususnya kegiatan yang berskala besar; Konsistensi dalam penerapan dan pemanfaatan arahan vegetasi/tanaman yang telah

    dihasilkan melalui penelitian khusus oleh lembaga terkait (Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dll);

    Penyertaan studi lingkungan dalam mengembangkan kegiatan budidaya pada lahan-lahan yang berada di bawah kawasan suaka alam untuk menjaga kelestariannya; dan

    Penanganan lahan kritis di kawasan budidaya disesuaikan dengan kondisi setempat dengan pemilihan tanaman yang memiliki nilai ekonomi.

    1. Kawasan Permukiman Pemanfaatan ruang kawasan permukiman dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan: a. Terciptanya kegiatan permukiman yang memiliki aksebilitas dan pelayanan

    infrastruktur yang memadai sehingga perlu disesuaikan dengan rencana struktur tata ruangnya dan tingkat pelayanan wilayah (struktur/hirarki kota).

    b. Menyediakan permukiman untuk memenuhi kebutuhan penduduk dan perkembangannya.

    c. Menciptakan aktivitas sosial ekonomi yang harmonis dengan seluruh komponen pengembangan wilayah seperti dengan aktivitas perdagangan dan jasa,industri, pertanian, dan lain-lain.

    Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka rencana pola pemanfaatan ruang untuk kawasan permukiman perkotaan dikembangkan dengan pola linier dan mengelompok mengikuti jaringan jalan utama. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan dilakukan pada wilayah-wilayah dengan konsentrasi penduduk tinggi dan memiliki lokasi yang strategis. Untuk kawasan permukiman pedesaan dikembangkan

  • 5-16

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    dengan pola mengelompok. Wilayah yang dikembangkan menjadi kawasan perrmukiman pedesaan adalah di seluruh kabupaten dengan lebih memperhatikan pengelompokan eksisting dan ketersediaan lahan untuk pertanian sebagai mata pencaharian serta tidak berada pada wilayah-wilayah rawan bencana. Luas kawasan permukiman sampai akhir tahun perencanaan sekitar 10,03 Km2.

    2. Kawasan Hutan Produksi Hasil produksi merupakan kawasan hutan yang diperuntukkan guna produksi hasil hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk pembangunan industri dan ekspor. Hasil hutan akan dikembangkan dalam rangka mendukung perekonomian wilayah dan kelestarian alam dan lingkungan hidup.

    Adanya penebangan liar (illegal logging) menimbulkan ancaman bagi makhluk hidup dan lingkungan di sekitarnya, seperti hilangnya atau matinya satwa hutan tersebut, pencemaran udara, ancaman bencana alam seperti banjir, longsor, dan lain-lain. Sehingga untuk mencegah bencana alam akibat pemanfaatan hutan yang tidak ramah lingkungan diperlukan pengelolaan hutan produksi yang memperhatikan kesinambungan lingkungan hidup.

    Pengembangan industri pengelolaan dengan bahan baku kayu dapat dikembangkan di Provinsi Papua Barat diantaranya dengan membuat kertas, kerajinan tangan, dan lain-lain. Selain itu, untuk mendukung kapasitas industri kayu perlu adanya budidaya tanaman industri bernilai ekonomis.

    A. Hutan Produksi Tetap Kawasan yang sesuai untuk kawasan hutan produksi tetap di Provinsi Papua Barat adalah terletak pada seluruh kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Papua Barat. Luas lahan hutan produksi tetap untuk Provinsi Papua Barat adalah 488,26 km2. B. Hutan Produksi Terbatas Kawasan yang sesuai untuk kawasan hutan produksi terbatas di Provinsi Papua Barat adalah terletak pada seluruh kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Papua Barat. Luas lahan hutan produksi terbatas untuk Provinsi Papua Barat adalah 538,98 km2. C. Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi Kawasan yang sesuai untuk kawasan hutan produksi tetap di Provinsi Papua Barat adalah terletak pada seluruh kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Papua Barat. Luas lahan hutan produksi untuk Provinsi Papua Barat adalah 520,95 km2.

  • 5-17

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    3. Kawasan Pertanian Kawasan pertanian yang dikembangkan berdasarkan pada kawasan pertanian yang telah ada serta kecocokan lahan berdasarkan kriteria untuk pertanian. Di Provinsi Papua Barat kawasan pertanian tersebar di seluruh kabupaten/kota dengan luas 50,02 Km2.

    4. Kawasan Pertambangan Sampai saat ini belum diketahui jumlah kandungan dan kualitas tambang yang yang terkandung di Provinsi Papua Barat, namun apabila akan dilakukan eksplorasi dan ekspoitasi, maka perlu adanya perencanaan khusus untuk kawasan ini. Perencanaan kawasan pertambangan dimungkinkan dari rekomendasi rencana tata ruang wilayah. Menurut Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dimungkinkan untuk membuat Rencana Induk Sektoral yang salah satunya adalah Rencana Induk Kawasan Pertambangan. Dengan rencana yang disusun, diharapkan pengelolaan pertambangan di Provinsi Papua Barat dapat diatur dan menjadi pemicu bagi pertumbuhan ekonomi wilayah dan masyarakatnya. Pertambangan yang sudah berjalan di Provinsi Papua Barat adalah kawasan pertambangan BP Tangguh.dengan luas total 46,65 Km2 yang terletak di Kabupaten Teluk Bintuni.

  • 5-18

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    Gambar 5.2 Peta Arahan Permukiman

  • 5-19

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    Gambar 5.3 Peta Arahan Hutan Produksi

  • 5-20

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    Gambar 5.4 Peta Arahan Kawasan Pertanian

  • 5-21

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    Gambar 5.5 Peta Arahan Kawasan Pertambangan

  • 5-22

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    Berdasarkan data dan hasil analisis serta kemampuan para ahli untuk merumuskan arahan pemanfaatan ruang tersebut, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 5.1 Jenis Penggunaan Lahan

    Jenis Penggunaan Lahan No

    Kawasan Lindung Luas % Lokasi

    1 Cagar alam 335,31 13,47% Kabupaten Manokwari, Kabupaten Sorong, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Fak-Fak, Kabupaten Kaimana, dan Kabupaten Teluk Wondama

    2 Hutan Lindung 499,32 20,06% Kabupaten Manokwari, Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Fak-Fak, Kabupaten Kaimana, dan Kabupaten Teluk Wondama

    Jumlah 834,62 33,53%

    Kawasan Budidaya

    1 Permukiman 10,03 0,40% tersebar pada ibukota kabupaten dan provinsi serta permukiman pedesaan

    2 Tambang (BP Tangguh) 46,65 1,87% Kabupaten Teluk Bintuni

    3 Hutan porduksi tetap 488,26 19,61% tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat

    4 Hutan produksi terbatas 538,98 21,65% tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat

    5 Hutan produksi yang dapat dikonversi

    520,95 20,93% tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat

    6 Pertanian 50,05 2,01% tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat

    Jumlah 1.654,91 66,47%

    Total 2.489,54 100,00%

    Sumber: Hasil Analisis.

  • 5-23

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    Gambar 5.6 Peta Arahan Pemanfaatan Ruang