Ratusan Naskah Minangkabau MINGGU 13 Secara Daring … fileNaskah Minangkabau Dapat Diakses Secara...

1
MINGGU 20 MARET 2016 13 14 CERPEN Jatilan Ratusan Naskah Minangkabau Dapat Diakses Secara Daring HARI PUISI Deddy Arsya 16 Oleh ESHA TEGAR PUTRA Mahasiswa Pascasarjana Departemen Susastra Universitas Indonesia 15 Foto-foto: Witjak Widi Cahya dan Koleksi Komunitas Salihara Kejutan demi kejutan terus dihadirkan di atas panggung pementasan tersebut lewat perpindahan-perindahan pemain serta adegan seperti potongan-potongan fragmen kacau, tapi saling berhubungan. Pertunjukan ini hanya mengolah bagian penting perjalanan Biksu Tang, yang dalam pementasan tersebut diberi peran Boss (V. Ginta), manusia mirip tuyul, bersama dengan Sun Go Kong, Cut Pat Kai (Takuhei Kozu) dan Sha Wujing atau Sagojo (Iwao). Empat tokoh tersebut, satunya lagi seekor kuda putih hanya peran pelengkap, merupakan watak saling melengkapi dalam pertunjukan tersebut. Biksu Tang, atau Boss, menjadi seorang pengingat bagi tiga orang tokoh lain yang mempunyai sifat-sifat yang unik. Sun Go Kong, dengan kenakalan dan pembunuhan-pembunuhan yang dilakukannya mengharuskan Boss untuk memberi peringatan terus-menerus. Boss akan membacakan sebuah mantera jika Sun Go Kong terus melakukan pembunuhan. Cut Pat Kai, dengan perawakan babi, mempunyai hasrat yang tidak pernah terpuaskan—Ia dululnya merupakan laksamana di langit dan mempunya 80.000 prajurit tapi ia mendapat hukuman dibuang ke dunia karena mabuk dan mengganggu Dewi Bulan, Chang’e. Sementara karakter Sangojo, merefleksikan manusia yang selalu membutuhkan dukungan semangat, manusia bingung yang selalu mengharapkan petunjuk. Dengan konsep alienasi Brecht, Ryuzanji Company, mengolah kisah epik tentang perjalanan mencari kitab menjadi lebih dramatik. Pertunjukan tersebut benar-benar membuat penonton merasa dekat dengan apa yang sedang terjadi di panggung. Sepanjang pertunjukan penonton dibantu memahami dialog pertunjukan dalam bahasa Jepang melalui teks pembantu (subtitle) yang ditembakkan melalui infocus ke siluet panggung. Teks pembantu juga kerap berupa tulisan dalam bahasa Indonesia di atas kertas karton untuk menjelaskan beberapa kata dalam bahasa Jepang—terkadang aktor juga menggunakan beberapa patah kata atau kalimat dalam bahasa Indonesia. Ryuzanji Company lewat pementasan tersebut juga seakan me- lakukan kritik terhadap kisah konvensional Sun Go Kong, baik dalam cerita Perjalanan ke Barat oleh Wu Cheng’en, atau Sun Go Kong yang Tidak ada “tadi”, tidak ada “nanti”, tapi perjalanan hidup terus merupakan perulangan. Waktu hanyalah “antara”. Peristiwa terus terjadi dalam sebuah rentang waktu “antara” . Terus berulang, tapi dalam perulang itu orang-tidak sadar apa yang sudah pernah terjadi dan terus mempertanyakan tentang kebenaran diri mereka. Dan bagaimana jika kamu hidup sendirian, mengapa tidak hidup dalam sebuah cerita yang tidak pernah berakhir? diadaptasi dalam pertunjukan dan film-film yang selama ini dikenal. Dalam pertunjukan tersebut, Show Ryuzanji, selaku produser turut muncul ke panggung. Ryuzanji beberapa kali masuk dan mengkritisi permainan Sun Go Kong tapi ia tetap bermain sekehendak hatinya. Bagian ini seakan berupa penolakan terhadap kehendak jalan cerita Sun Go Kong yang kita kenal selama ini. Perulangan-perulangan terus terjadi dalam pertunjukan tersebut. Namun tidak membuat penonton jenuh, melainkan jadi semacam komedi satir, dan penonton terus dibuat tertawa sepanjang pertunjukan. Perulangan terjadi pada peristiwa ketika dalam sebuah perjalanan Boss, atau Biksu Tang, seringkali tertipu dengan siluman berperawakan manusia. Terkadang berupa gadis kecil dan kadang orang tua. Siluman- siluman yang ingin menangkap Biksu Tang dikarenakan, konon, ketika seseorang akan abadi dengan memakan dagingnya. Sun Go Kong, yang mempunyai penglihatan terhadap siluman terus-menerus mengingatkan Biksu Tang bahwa manusia-manusia yang menggoda Biksu Tang tersebut adalah siluman dan Sun Go Kong terus membunuh siluman yang menyamar tersebut. Setiap kali ia membunuh, setiap kali itu pula Biksu Tong mengingatkan kelakuan keji Sun Go Kong. Peristiwa ini terus berulang, Sun Go Kong mengingatkan, sementara Biksu Tang, Cut Pat Kai, Sangojo tidak sadar. Sun Go Kong terus mengingatkan Biksu Tang dan rekan- rekannya bahwa peristiwa akan terus berulang: siluman menyamar lalu menangkap Biksu Tang dan akan memakannya. Adegan demi adegan perkelahian kerap dihadirkan sepanjang pertunjukan. Terkadang peristiwa cepat berlalu, seperti ketika perjalanan Biksu Tang, Sun Go Kong, dan dua rekannya tertahan gunung api panas. Gunung yang hanya bisa dipadamkan apinya oleh kipas milik Rasetsu, istri Siluman Kerbau (Gyumaou). Perkelahian antara Sun Go Kong, Gyumaou, dan Rasetsu dihadirkan melalui gaya komedi unik dan teknik muncul yang baik. Sepanjang pementasan Sun Go Kong seakan terus mempertanyakan siapa dirinya, tentang kesunyiannya, dan hidupnya yang akan terus berulang. Pementasan ini juga dikemas dengan menghadirkan grup musik punk Marjinal yang tiba-tiba masuk dan bernyanyi di antara aktor yang sedang bermain di atas panggung. Selain di Teater Salihara (11 – 12 Maret), pertunjukan Kera Sakti ini juga diadakan di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (16 Maret), Taman Wisata Candi Borobudur Magelang (19 Maret), dan di Geria Olah Kreativitas –GEOKS Bali (23 Maret). Ryuzanji Company merupakan kelompok teater yang didirikan oleh Show Ryuzanji pada juli 1984. Kelompok teater berakar pada kelompok- kelompok teater bawah tanah di Jepang yang berkembang pada 1960- an. Kelompok ini adalah tempat berjejaring dan berkolaborasi para sutradara, penulis dan aktor dari perlbagai kelompok teater di Jepang. P eristiwa itulah yang dihadirkan Ryuzanji Company (Jepang) lewat pertunjukan Kera Sakti di Teater Salihara, Jakarta, pekan lalu (11/3). Pertunjukan teater dengan sutradara Tengai Amano tersebut menafsir lagi Perjalanan ke Barat, karya sastra klasik Tiongkok, karangan Wu Cheng’en, penulis dari masa Dinasti Ming (1360- 1644). Perjalanan ke Barat, melalui tokoh Goku (Sun Go Kong) adalah salah satu karya sastra klasik Tiongkok paling sering diadaptasi. Tapi pertunjukan Ryuzanji Company sama sekali baru, sebuah dongeng baru, mengambil sudut pandang Sun Go Kong. Pertunjukan tersebut menafsir kembali kesunyian Sun Go Kong, Sang Kera Batu, makhluk abadi yang tidak akan pernah mati meski tubuhnya dipotong dan dibakar dikarenan ia terlalu banyak memakan buah kebadian surgawi. Dalam Perjalanan ke Barat, Wu Cheng’en, menulis tiga bagian kisah yang terdiri dari 100 bab. Dimulai dari kelahiran Sun Go Kong dari sebutir telur batu di Gunung Bunga Buah. Berlanjut peristiwa dimana Sun Go Kong mengacaukan keseimbangan alam dan melakukan kekacauan di khayangan hingga ia dikurung selama 500 tahun penguasa alam di Gunung Lima Unsur Alam. Sampai pada peristiwa ketika ia dibebaskan Biksu Tang yang sedang melakukan perjalanan ke arah barat mencari sebuah kitab rahasia. Sun Go Kong harus menemani perjalanan Biktu Tang untuk mendapatkan kitab tersebut, ditemani dua orang murid Biksu Tang lain yang mempunya sifat unik. Kejutan demi Kejutan Dari pertempuran antara Sun Go Kong (diperankan Munekzu Tani dan Sanshiro Goto) dan Gyumaou si Siluman Kerbau (Kazuhiro Eda), Ryuzanji Company memulai pertunjukan tersebut hingga dua jam lebih. KHASANAH

Transcript of Ratusan Naskah Minangkabau MINGGU 13 Secara Daring … fileNaskah Minangkabau Dapat Diakses Secara...

Page 1: Ratusan Naskah Minangkabau MINGGU 13 Secara Daring … fileNaskah Minangkabau Dapat Diakses Secara Daring HARI PUISI Deddy Arsya 16 Oleh ESHA TEGAR PUTRA Mahasiswa Pascasarjana ...

MINGGU 20 MARET 2016 13

14 CERPEN Jatilan

RatusanNaskahMinangkabauDapat DiaksesSecara Daring

HARIPUISI

DeddyArsya

16

Oleh ESHA TEGAR PUTRAMahasiswa Pascasarjana

Departemen Susastra Universitas Indonesia

15

Foto-foto: Witjak Widi Cahya dan Koleksi Komunitas Salihara

Kejutan demi kejutan terus dihadirkan di atas panggung pementasantersebut lewat perpindahan-perindahan pemain serta adegan sepertipotongan-potongan fragmen kacau, tapi saling berhubungan.

Pertunjukan ini hanya mengolah bagian penting perjalanan BiksuTang, yang dalam pementasan tersebut diberi peran Boss (V. Ginta),manusia mirip tuyul, bersama dengan Sun Go Kong, Cut Pat Kai (TakuheiKozu) dan Sha Wujing atau Sagojo (Iwao). Empat tokoh tersebut, satunyalagi seekor kuda putih hanya peran pelengkap, merupakan watak salingmelengkapi dalam pertunjukan tersebut.

Biksu Tang, atau Boss, menjadi seorang pengingat bagi tiga orangtokoh lain yang mempunyai sifat-sifat yang unik. Sun Go Kong, dengankenakalan dan pembunuhan-pembunuhan yang dilakukannyamengharuskan Boss untuk memberi peringatan terus-menerus. Bossakan membacakan sebuah mantera jika Sun Go Kong terus melakukanpembunuhan. Cut Pat Kai, dengan perawakan babi, mempunyai hasratyang tidak pernah terpuaskan—Ia dululnya merupakan laksamana dilangit dan mempunya 80.000 prajurit tapi ia mendapat hukuman dibuangke dunia karena mabuk dan mengganggu Dewi Bulan, Chang’e.Sementara karakter Sangojo, merefleksikan manusia yang selalumembutuhkan dukungan semangat, manusia bingung yang selalumengharapkan petunjuk.

Dengan konsep alienasi Brecht, Ryuzanji Company, mengolah kisahepik tentang perjalanan mencari kitab menjadi lebih dramatik.Pertunjukan tersebut benar-benar membuat penonton merasa dekatdengan apa yang sedang terjadi di panggung. Sepanjang pertunjukanpenonton dibantu memahami dialog pertunjukan dalam bahasa Jepangmelalui teks pembantu (subtitle) yang ditembakkan melalui infocus kesiluet panggung. Teks pembantu juga kerap berupa tulisan dalam bahasaIndonesia di atas kertas karton untuk menjelaskan beberapa kata dalambahasa Jepang—terkadang aktor juga menggunakan beberapa patahkata atau kalimat dalam bahasa Indonesia.

Ryuzanji Company lewat pementasan tersebut juga seakan me-lakukan kritik terhadap kisah konvensional Sun Go Kong, baik dalamcerita Perjalanan ke Barat oleh Wu Cheng’en, atau Sun Go Kong yang

Tidak ada “tadi”, tidak ada “nanti”, tapi perjalananhidup terus merupakan perulangan. Waktu hanyalah

“antara”. Peristiwa terus terjadi dalam sebuahrentang waktu “antara”. Terus berulang, tapi dalam

perulang itu orang-tidak sadar apa yang sudahpernah terjadi dan terus mempertanyakan tentangkebenaran diri mereka. Dan bagaimana jika kamu

hidup sendirian, mengapa tidak hidup dalam sebuahcerita yang tidak pernah berakhir?

diadaptasi dalam pertunjukan dan film-film yang selama ini dikenal.Dalam pertunjukan tersebut, Show Ryuzanji, selaku produser turutmuncul ke panggung. Ryuzanji beberapa kali masuk dan mengkritisipermainan Sun Go Kong tapi ia tetap bermain sekehendak hatinya.Bagian ini seakan berupa penolakan terhadap kehendak jalan cerita SunGo Kong yang kita kenal selama ini.

Perulangan-perulangan terus terjadi dalam pertunjukan tersebut.Namun tidak membuat penonton jenuh, melainkan jadi semacamkomedi satir, dan penonton terus dibuat tertawa sepanjang pertunjukan.Perulangan terjadi pada peristiwa ketika dalam sebuah perjalanan Boss,atau Biksu Tang, seringkali tertipu dengan siluman berperawakanmanusia. Terkadang berupa gadis kecil dan kadang orang tua. Siluman-siluman yang ingin menangkap Biksu Tang dikarenakan, konon, ketikaseseorang akan abadi dengan memakan dagingnya. Sun Go Kong, yangmempunyai penglihatan terhadap siluman terus-menerusmengingatkan Biksu Tang bahwa manusia-manusia yang menggodaBiksu Tang tersebut adalah siluman dan Sun Go Kong terus membunuhsiluman yang menyamar tersebut.

Setiap kali ia membunuh, setiap kali itu pula Biksu Tongmengingatkan kelakuan keji Sun Go Kong. Peristiwa ini terus berulang,Sun Go Kong mengingatkan, sementara Biksu Tang, Cut Pat Kai, Sangojotidak sadar. Sun Go Kong terus mengingatkan Biksu Tang dan rekan-rekannya bahwa peristiwa akan terus berulang: siluman menyamar lalumenangkap Biksu Tang dan akan memakannya.

Adegan demi adegan perkelahian kerap dihadirkan sepanjangpertunjukan. Terkadang peristiwa cepat berlalu, seperti ketika perjalananBiksu Tang, Sun Go Kong, dan dua rekannya tertahan gunung api panas.Gunung yang hanya bisa dipadamkan apinya oleh kipas milik Rasetsu,istri Siluman Kerbau (Gyumaou). Perkelahian antara Sun Go Kong,Gyumaou, dan Rasetsu dihadirkan melalui gaya komedi unik dan teknikmuncul yang baik. Sepanjang pementasan Sun Go Kong seakan terusmempertanyakan siapa dirinya, tentang kesunyiannya, dan hidupnyayang akan terus berulang.

Pementasan ini juga dikemas dengan menghadirkan grup musikpunk Marjinal yang tiba-tiba masuk dan bernyanyi di antara aktor yangsedang bermain di atas panggung. Selain di Teater Salihara (11 – 12 Maret),pertunjukan Kera Sakti ini juga diadakan di Concert Hall Taman BudayaYogyakarta (16 Maret), Taman Wisata Candi Borobudur Magelang (19Maret), dan di Geria Olah Kreativitas –GEOKS Bali (23 Maret). RyuzanjiCompany merupakan kelompok teater yang didirikan oleh ShowRyuzanji pada juli 1984. Kelompok teater berakar pada kelompok-kelompok teater bawah tanah di Jepang yang berkembang pada 1960-an. Kelompok ini adalah tempat berjejaring dan berkolaborasi parasutradara, penulis dan aktor dari perlbagai kelompok teater di Jepang.

P eristiwa itulah yang dihadirkan Ryuzanji Company (Jepang)lewat pertunjukan Kera Sakti di Teater Salihara, Jakarta, pekanlalu (11/3). Pertunjukan teater dengan sutradara Tengai

Amano tersebut menafsir lagi Perjalanan ke Barat, karya sastra klasikTiongkok, karangan Wu Cheng’en, penulis dari masa Dinasti Ming (1360-1644).

Perjalanan ke Barat, melalui tokoh Goku (Sun Go Kong) adalahsalah satu karya sastra klasik Tiongkok paling sering diadaptasi. Tapipertunjukan Ryuzanji Company sama sekali baru, sebuah dongeng baru,mengambil sudut pandang Sun Go Kong. Pertunjukan tersebut menafsirkembali kesunyian Sun Go Kong, Sang Kera Batu, makhluk abadi yangtidak akan pernah mati meski tubuhnya dipotong dan dibakar dikarenania terlalu banyak memakan buah kebadian surgawi.

Dalam Perjalanan ke Barat, Wu Cheng’en, menulis tiga bagian kisahyang terdiri dari 100 bab. Dimulai dari kelahiran Sun Go Kong dari sebutirtelur batu di Gunung Bunga Buah. Berlanjut peristiwa dimana Sun GoKong mengacaukan keseimbangan alam dan melakukan kekacauan dikhayangan hingga ia dikurung selama 500 tahun penguasa alam diGunung Lima Unsur Alam. Sampai pada peristiwa ketika ia dibebaskanBiksu Tang yang sedang melakukan perjalanan ke arah barat mencarisebuah kitab rahasia. Sun Go Kong harus menemani perjalanan BiktuTang untuk mendapatkan kitab tersebut, ditemani dua orang muridBiksu Tang lain yang mempunya sifat unik.

Kejutan demi KejutanDari pertempuran antara Sun Go Kong (diperankan Munekzu Tani

dan Sanshiro Goto) dan Gyumaou si Siluman Kerbau (Kazuhiro Eda),Ryuzanji Company memulai pertunjukan tersebut hingga dua jam lebih.

KHASANAH