Rasionalisme vs Empirisme
-
Upload
boas-hermon -
Category
Documents
-
view
13 -
download
4
description
Transcript of Rasionalisme vs Empirisme
TUGAS FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
Rasionalisme Versus Empirisme
Nama : Boas Dwi Hermon Pasanda
NIM : 135114027
Ilmu pengetahuan yang tidak berkembang pada abad pertengahan kerena
dominasi gereja, mulia pesat pada masa Renaisans. Kebenaran tidak lagi
bersumber pada teks-teks suci, melainkan pada langkah-langkah metodis berupa
pengamatan empiris dan perumusan hipotesa. Masa modern dikenal sebagai masa
penegasan subketivitas manusia, kelanjutan dari semangat Renaisans.
Modernisme tak lepas dari pengaruh filsafat yang telah kembali
menemukan jati dirinya sebagai disiplin yang yang mengutamakan kebebasan
berpikir, kritis, dan radikal. Filsafat modern juga menghasilkan pemikiran-
pemikiran baru dibidang filsafat ilmu pengetahuan yang pada dasarnya ingin
meletakkan landasan filosofis bagi pengetahuan manusia.
Filsafat ilmu pengetahuan yang berkembang di Eropa daratan adalah
rasionalisme, sedangkan yang berkembang di Inggris adalah empirisme.
Rasionalisme dapat didefinisikan sebagai paham yang menekankan pikiran
sebagai sumber utama pengetahuan dan pemegang otoritas terakhir bagi
penentuan kebenaran. Singkatnya , rasionalisme menyatakan bahwa sumber
pengetahuan manusia adalah akal atau ide.
Pengetahuan manusia tentang dunia merupakan hasil deduksi dari
kebenaran-kebenaran apriori yang diketahui secara jernih dan gamblang oleh akal.
Misalnya, lilin yang terbakar mencair dan berubah bentuk, tanaman bermula dari
benih, tumbuh, layu, kemudian mati. Apabila kita membahas rasionalisme secara
mendalam dan komprehensif Descartes adalah oranggnya, beliau merupakan filsuf
sentral rasinalisme. Orosinilitas pemikiran Descartes tereltak pada idenya tentang
metode kesangsian (dubium methodicum), untuk memperoleh kebenaran yang tak
tergoyahkan. Descartes mengklaim dirinya telah menemukan metode filsafat yang
sangat tajam dan kritis, yaitu metode yang dimulai dengan menyangsikan segala-
galanya.
Akhir dari kesangsian metodis tersebut adalah kebenaran yang tak dapat
disangsikan lagi oleh Descartes, yaitu "aku yang berpikir" . Jawaban Descartes
adalah karena akal kita mampu menangkap ide secara gamblang. Karena
penampakan dari luar tidak dapat dipercaya, maka seseorang mesti mencari
kebenaran-kebenaran di dalam dirinya sendiri, yang bersifat pasti. Descartes
mengemukakan bahwa didalam diri manusia ada tiga ide bawaan yang bersifat
pasti, jernih dan gamblang. Ide ide bawaan tersebut antara lain : Ide tentang diri
yang berkesadaran, ide tentang materi yang berkeluasan dan ide tentang wujud
yang sempurna. Descartes masih memberi tempat bagi Tuhan. Asumsi dasar kaum
rasionalis tentang hubungan manusia dan semesta adalah adanya keselarasan
antara pikiran dan semesta, atau dengan kata lain terdapat korespondensi antara
struktur pikiran manusia dan struktur matematis dunia.
Empirisme berasal dari bahasa Yunani empeiria yang berarti pengalaman.
Bertolak belakang rasionalisme yang memandang akal-budi sebagai satu-satunya
dan penjamin kepastian kebenaran pengetahuan, empirisme memandang hanya
pengalaman lah sumber pengetahuan manusia. John Locke mengatakan bahwa,
ide manusia pada dasarnya terbagi dua, yaitu ide sederhana dan ide kompleks. Ide
sederhana adalah ide yang secara langsung kita peroleh dari pengalaman inderawi.
Sedangkan ide kompleks adalah refleksi terhadap ide-ide sederhana tersebut
sehingga mampu membentuk pengetahuan tentang dunia.
Hume berpendapat, ide harus bisa diaslkan pada kesan inderawi. Dengan
kat lain, isi pikiran manusia tergantung pada aktivitas inderanya. Pikiran menurut
Hume, bekerja berdasarkan tiga prinsip pertautan ide. Pertama, prinsip kemiripan,
Kedua : prinsip kedekatan, Ketiga : Prinsip sebab-akibat.
Kantianisme merupakan paham filsafat ilmu pengetahuan yang
dikembangkan filsuf jerman bersama Immanuel Kant. Kant berhasil mendamaikan
perdebatan ratusan tahun antara kubu rasionalisme dan empirisme. Menurut Kant,
pengetahuan manusia muncul dari dua sumber utama dalam akal. Pertama,
fakultas pencerapan dan kedua, fakultas pemahaman yang membuat keputusan-
keputusan tentang data-data inderawi yang diperoleh melalui fakultas. Filsafat
Kant adalah filsafat yang menolak klaim metafisika atas pengetahuan tentang
semesta dibalik penampakan. Oleh karena itu Kant mengembangkan suatu filsafat
transdental yang menyelidiki cara akal manusia memahami objek atau fakultas-
fakultas di dalammnya.