Ranperda Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Revisi 1

14
BUPATI SIAK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a.bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tenta Daerah dan Retribusi Daerah yang merupakan salah satu sumber Pendapatan yang penting guna membiayai pelaksanaan Pemerintah Daerah serta memped ketentuan pada Bab VII penetapan pada muatan yang diatur dalam Peratura tentang Retribusi Daerah dalam Pasal 156 ayat (1) Retribusi di Peraturan Daerah; b. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 26 Tahun 2002 tentan Retribusi IzinMendirikan Bangunan tidaksesuai lagidengan perkembangan pembangunan di Kabupaten Siak, maka dipandang perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Me Bangunan. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2034); 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3469); 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Kontruksi (Lemba Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negar Republik Indonesia 3699); 4. Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten kuntan SIngingi d Batam (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Tahun Nomor 3902), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor Tahun 2003 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4274); 5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4247); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

Transcript of Ranperda Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Revisi 1

BUPATI SIAK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang merupakan salah satu sumber Pendapatan Daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan Pemerintah Daerah serta mempedomani ketentuan pada Bab VII penetapan pada muatan yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah dalam Pasal 156 ayat (1) Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah; bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 26 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan tidak sesuai lagi dengan perkembangan pembangunan di Kabupaten Siak, maka dipandang perlu ditinjau kembali;b.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.c.

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2034); 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3469); Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Kontruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3699);3.

Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten kuntan SIngingi dan Kota Batam (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Tahun Nomor 3902), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2003 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4274);4.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4247);5.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4389);6. 1

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);7.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);8.

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4444);9.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);10.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4);11.

12. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);13.

14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138); Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);16.

17. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655); Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);18.

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);19.

Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung;20. 2

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 441/KPTS/1998, tentang Persyaratan Teknis Bangunan;21.

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan;22.

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;23.

Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 1994, tentang Pelaksanaan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan dan Undang-Undang Gangguan bagi Perusahaan Industri;24.

25. Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 1 Tahun 2002 tentang tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Siak (Lembaran Daerah Kabupaten Siak Tahun 2002 Nomor 1 Seri D); 26. Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 37 Tahun 2002 tentang Ketertiban Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Siak Tahun 2002 Nomor 38 Seri C); 27. Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 7 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pemugaran Lingkungan dan Bangunan Cagar Budaya di Daerah Kabupaten Siak (Lembaran Daerah Kabupaten Siak Tahun 2005 Nomor 7); 28. Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 12 Tahun 2006 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten Siak (Lembaran Daerah Kabupaten Siak Tahun 2006 Nomor 12); Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 24 Tahun 2007 tentang Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Siak;29.

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SIAK dan BUPATI SIAK MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BANGUNAN. DAERAH TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1.2.

Daerah adalah Kabupaten siak. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3

3.

Pemerintah Daerah adalah Bupati Siak beserta Perangkat Daerah sebagai Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah. Pejabat yang ditunjuk adalah pegawai dilingkungan Pemerintah Daerah yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Siak. Bangunan adalah sebuah atau sekelompok bangunan yang didirikan untuk dipergunakan sebagai tempat tinggal, tempat usaha dan keperluan lainnya atau bagian yang bersangkutan dengan bangunan tersebut yang bersifat permanen dan semi permanen di atas tanah atau perairan. Mendirikan Bangunan adalah usaha/pekerjaan untuk membuat atau mendirikan bangunan. Merubah Bangunan adalah usaha/pekerjaan untuk merubah bentuk, dasar dan sifat bangunan semula baik bangunan induk maupun bangunan urutannya. Izin Mendirikan Bangunan adalah izin yang diberikan oleh Pemerintah Derah kepada orang pribadi atau badan untuk mendirikan suatu bangunan yang dimaksudkan agar desain, pelaksanaan pembangunan dan bangunan yang didirikan sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku, dengan tetap memperhatikan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Luas Bangunan (KLB), Ketinggian Bangunan yang ditetapkan dan sesuai pula dengan syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut. Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksud untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau golongan. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas pemberian Izin Mendirikan Bangunan oleh Pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan, termasuk merubah bangunan. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi atas pemberian Izin Mendirikan Bangunan. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupaka batas waktu abgi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan Izin mendirikan Bangunan. Surat Ketetapan Retribusi Daerah selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menetukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit lebih besar dari pada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDKB adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok retribusi, besarnya sanksi administrasi dan julah yang masih harus dibayar.

4.

5. 6.

7. 8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

4

20.

Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda. Badan adalah suatau badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komenditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negaraatau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pension, bentuk usaha tetap seta bentuk badan usaha lainnya. Penyidikan Tindak Pidana di bidang retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya sdisebut Penyidik, untuk mencari serta megumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. NPWPD adalah Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah yang harus dimiliki oleh setiap wajib pajak/retribusi daerah yang dikeluarkan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. BAB II KETENTUAN RETRIBUSI Pasal 2

21.

22.

23.

24.

(1) (2)

Setiap orang atau Badan yang akan mendirikan bangunan terlebih dahulu harus mendapatkan izin dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk. Tata cara dan persyaratan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati. BAB III NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 3

Dengan nama Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian Izin Mendirikan Bangunan. Pasal 4 Objek Retribusi adalah bangunan yang diberikan Izin Mendirikan Bangunannya. Pasal 5 Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh Izin Mendirikan Bangunan. BAB IV GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 6 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu.

5

BAB V CARA MENGUKUR TINGKAT PENGUNAAN JASA (FUNGSI BANGUNAN) Pasal 7(1) Tingkat penggunaan jasa (fungsi bangunan) izin mendirikan bangunan diukur dengan rumus yang

didasarkan atas faktor luas bangunan, Koefesien Peruntukan Bangunan.(2) Besarnya koefesien Peruntukan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai

berikut : Nomor 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jenis Peruntukan 2 Bangunan Peribadatan dan Panti Sosial Bangunan Pemerintah Bangunan Rumah Tempat Tinggal Bangunan Perdagangan/Pertokoan Bangunan Industri dan Gudang Bangunan Hotel dan sejenisnya Bangunan Kantor dan sejenisnya Bangunan Fasilitas Umum/Sosial Bangunan Jembatan/Dermaga Bangunan Pelataran, lapangan Olah Raga dan sejenisnya Bangunan Pagar dan Turap BAB VI PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 8(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan

Koefesien 3 0.00 0.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

untuk menutupi biaya penyelenggaraan pemberian izin.(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pengecekan dan pengukuran ruang tempat

usaha, biaya pemeriksaan dan biaya transportasi dalam rangka pengawasan dan pengendalian. (3) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya dapat dirincikan melalui peraturan Bupati. BAB VII STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 9 (1) Tarif retribusi berdasarkan Jenis Peruntukan.(2) Besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sebagai berikut :

No 1 A 1 2

Fungsi Sosial 2 Fungsi Sosial Fasilitas Pendidikan (Sekolah, Kursus Pelatihan dan Sejenisnya) Fasilitas Olahraga (Stadion, Gedung Olahraga dan Sejenisnya)

Tarif 3 Rp. 6.000,-/m2 Rp. 6.000,-/m26

3 B 1 2 3 4 6 7 8 C 1 2 D 1 2 E F

Fasilitas Kesehatan (Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Tempat Praktek Dokter dan sejenisnya) Fungsi Usaha : Pasar Tradisional Toko/Ruko, Pasar Modern dan Bangunan Perdagangan lainnya Kantor Swasta Hotel Wisuda / Penginapan Tangki Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan sejenisnya Bangunan Usaha dan Jasa Lainnya Fungsi Tempat Tinggal : Rumah tinggal Real Estate/ Apartemen/ Rumah Susun Fungsi Industri : Industri dan Pergudangan Pelabuhan dan Dermaga Tower/Menara Telekomunikasi Selular/Telepon dan sejenisnya Pagar dan Turap

Rp. 6.000,-/m2

Rp. 5.000,-/m2 Rp. 7.000,-/m2 Rp. 6.500,-/m2 Rp. 8.000,-/m2 Rp. 7.000,-/m2 Rp. 1.000.000,-/ Tangki Rp. 6.000,-/m2 Rp. 5000,-/m2 Rp. 8.000,-/m2 Rp. 8.500,-/m2 Rp. 10.000,-/m2 Rp. 8.500,-/m2 Rp. 3.000,-/m2

(3) Apabila Bangunan yang didirikan adalah bangunan bertingkat atau lebih dari 1 (satu) lantai, maka besarnya tarif retribusi untuk setiap lantai berikutnya ditetapkan tercantum pada ayat (2) sebagai berikut: NO 1 2 3 4 5 LUAS BANGUNAN KOEFIEN Bangunan 1 lantai 1,00 Bangunan 2 lantai 1,50 Bangunan 3 lantai 2,00 Bangunan 4 lantai 3,00 Bangunan lebih 4 lantai; untuk setiap penambahan 1 lantai, koefisiennya ditambah 1 BAB VIII CARA PENGHITUNGAN RETRIBUSI Pasal 10 Besarnya retribusi dihitung dengan cara mengalikan tarif retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dan ayat (3) dengan tingkat penggunaan jasa (fungsi bangunan) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dengan luas bangunan. BAB IX WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 11 Wilayah Pemungutan retribusi dalah Kabupaten Siak.

7

BAB X PENENTUAN PEMBAYARAN, TEMPAT PEMBAYARAN, ANGSURAN, DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN Pasal 12 (1) (2) Penentuan pembayaran retribusi dilakukan pada waktu dan tempat pembayaran yang telah ditentukan dalam surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD). Tempat pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui Kas Daerah Kabupaten Siak atau melalui Bendahara Penerimaan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Siak/Pembantu Bendahara Penerimaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Siak atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang selanjutnya disetorkan ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam. Kepala Daerah atau instansi yang ditunjuk dapat memberikan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran retribusi dalam kurun waktu tertentu. Permohonan angsuran dan penundaaan pembayaran retribusi disampaikan secara tertulis oleh Wajib Retribusi kepada Kepala Daerah melalui instansi yang ditunjuk selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal penerbitan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD). Permohonan sebagaimana dimaksud aat (4) sekurang-kurangnya disertai dengan lampiran : a. keadaan keuangan perusahaan atas dasar penilaian instansi atau lembaga yang berwenang; b. besarnya retribusi yang terutang. sejak menerima permohonan surat yang dimaksud dengan ketentuan : a. angsuran pembayaran retribusi dilakukan maksimal 2 (dua) bulan sejak dikeluarkan persetujuan; b. penundaan pembayaran retribusi dilakukan maksimal 2 (dua) bulan sejak dikeluarkan persetujuan.(7) Apabila lewat waktu 2 (dua) bulan Kepala Daerah atau instansi yang ditunjuk tidak memberi

(3)

(4)

(5)

(6) Kepala Daerah atau instansi yang ditunjuk dapat memberikan persetujuan paling lama 2 (dua) bulan

keputusan permohonan wajib retribusi dianggap dikabulkan. BAB XI TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 13(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Pemungutan retribusi dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh Bupati. BAB XII SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 14 Dalam hal wajib retribusi tidak dapat membayar tepat pada waktunya atau kurang bayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (persen) setiap bulan dari besarnya retribusi yang terutang atau kurang bayar yang ditagih dengan menggunakan STRD.

8

BAB XIII TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 15 (1) Pembayaran Retribusi dilakukan di Kas Daerah atau ditempat lain yang ditunjuk sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD, SKRD Secara Jabatan dan SKRD Tambahan. (2) Dalam hal pembayaran dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan retribusi harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditetapkan oleh Kepala Daerah. (3) Apabila Pembayaran retribusi dilakukan setelah waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen ) sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat ) bulan dengan menerbitkan STRD. Pasal 16 (1) Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas. (2) Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk dapat memberikan izin kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur atau menunda retribusi terutang dalam jangka waktu tertentu dengan alasan yang dapat di pertanggung jawabkan. (3) Tata cara pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Kepala Daerah. Pasal 17(1) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) diberikan tanda bukti

pembayaran. (2) Setiap Pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.(3) Bentuk, isi, kualitas, ukuran buku, tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Kepala Daerah. BAB XIV TATA CARA PENAGIHAN Pasal 18 (1) Pengeluaran Surat Teguran/Peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari, setelah tanggal Surat Teguran/Peringatan/surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi retribusi yang terutang. BAB XV TATA CARA PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 19 (1) Kepala Daerah dapat memberikan pengurungan, keringanan dan pembebasan retribusi.(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Daerah.

9

BAB XVI TATA CARA PEMBETULAN, PENGURANGAN KETETAPAN, PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI DAN PEMBATALAN Pasal 20 (1) Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pembetulan SKRD dan STRD yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan peraturan perundangan-undangan Retribusi Daerah.(2) Wajib Rertibusi dapat mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi

berupa bunga dan kenaikan retribusi yang terutang dalam hal sanksi tersebut dikenakan kerena kekhilafan Wajib Retribusi atau bukan karena kesalahannya.(3) Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan retribusi

yang tidak benar.(4) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengurangan ketetapan. penghapusan

atau pengurangan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus disampaikan secara tertulis oleh Wajib Retribusi kepada Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya SKRD dan STRD dengan memberikan alasan yang jelas dan menyakinkan untuk mendukung permohonannya.(5) Keputusan atas permohonan sebagai dimaksud pada ayat (2) dikeluarkan oleh Kepala Daerah atau

Pejabat yang ditunjuk paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Permohonan diterima.(6) Apabila sudah lewat 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (5) Kepala Daerah

atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan maka permohonan pembetulan, pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dan pembatalan dianggap dikabulkan. BAB XVII TATA CARA PENYELESAIAN KEBERATAN Pasal 21 (1) Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan keberatan atas SKRD dan STRD. (2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini harus disampaikan secara tertulis kepada Kepala daearh atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD dan STRD diterima oleh Wajib retribusi. (3) Pengajuan keberatan tidak menunda pembayaran.(4) Permohonan keberatan sebagaimana di maksud pada ayat (1) dan (2) harus diputuskan oleh kepala

daerah atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Permohonan keberatan diterima. (5) Bilamana telah lewat waktu 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Kepala daerah atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonana keberatan dianggap dikabulkan.

BAB XVIII10

TATA CARA PERHITUNGAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN RETRIBUSI Pasal 22 (1) Wajib Retribusi harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Daerah untuk perhitungan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi.(2) Atas dasar permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kelebihan pembayaran retribusi dapat

langsung diperhitungkan terlebih dahulu dengan utang retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga oleh Kepala Daerah.(3) Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kelebihan pembayaran tersebut dapat

diperhitungkan dengan pembayaran retribusi selanjutnya. Pasal 23(1) Dalam hal kelebihan pembayaran retribusi yang masih tersisa setelah dilakukan perhitungan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, diterbitkan SKRDLB paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi.(2) Kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembalikan kepada Wajib

retribusi paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB. (3) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB, Kepala Daerah memberikan imbalan bunga 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi. Pasal 24(1) Pengembalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dilakukan dengan menerbitkan Surat

Pemerintah Membayar Kelebihan Retribusi.(2) Atas perhitungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 diterbitkan bukti Pemindahbukuan yang

berlaku juga sebagai bukti pembayaran. BAB XIX KADALUWARSA Pasal 25 (1) Penagihan retribusi kadaluwarsa setelah melampaui jangka 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.(2) Kadaluwarsa penagihan rertibusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :

a. b.

diterbikan surat teguran dan atau; ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. BAB XX TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KADALUWARSA Pasal 26

(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa, dapat dihapus.

11

(2) Kepala Daerah menetapkan keputusan penghapusan piutang retribusi yang sudah kadaluwarsa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1). BAB XXI PENGELOLAAN Pasal 27 Pengelolaan Izin Mendirikan Bangunan ditetapkan oleh Kepala Daerah. BAB XXII INSTANSI PEMUNGUT Pasal 28 Instansi Pemungut ditetapkan oleh Kepala Daerah. BAB XXIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 29 Pembinaan dan pengawasan untuk pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk. BAB XXIV KETENTUAN PIDANA Pasal 30 (1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang bayar. (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. Pasal 31 Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) merupakan penerimaan daerah. BAB XXV PENYIDIKAN Pasal 32 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;12

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; dan/atau k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. BAB XXVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 33 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah. Pasal 34 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan Penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Siak. Disahkan di Siak Sri Indrapura pada tanggal 2011 BUPATI SIAK,

H. ARWIN. AS, SH Diundangkan di Siak Sri Indrapura pada tanggal 2011 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SIAK,

Drs. H. ADLI MALIK Pembina Utama Muda NIP. 19550705 197402 1 001 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR TAHUN 2011

13