Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

26
7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA) http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 1/26 !"# %&' #!()')"* +', (-./012-. 3.3 435- 5-6- 575-8 9-. 27.:75-80-.; <37 5727587= 5-81.:- 19-> 2-1 57?75-3; !"#$%" '(%( )*+",,"- ./ 0122"3 4%#+ 5%6+7"/ !*8$"91:1

Transcript of Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

Page 1: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 1/26

!"# %&'

#!()')"* +',(-./012-. 3.3 435- 5-6- 575-8 9-. 27.:75-80-.;

<37 5727587= 5-81.:- 19-> 2-1 57?75-3;!"#$%" '(%( )*+",,"- ./ 0122"3 4%#+ 5%6+7"/ !*8$"91:1

Page 2: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 2/26

! #$%& '() &$*+)+%, -)./

; ' < = > ? ' ! @ = < = ) = A . B C 5 ! . ? ' ! . A D E A C ! . ' F G H I

HUKUM PERDATAMenurut Subekti:  Hukum perdata adalah segala hukum pokok yang mengaturkepentingan pribadi. 

Menurut Sri Soedewei Masjhoen:   Hukum perdata adalah hukum yang mengaturkepentingan antara warga negara yang satu dengan yang lain

SEJARAH KUHPerdata (BW)

Kodifikasi hukum perdata di Belanda banyak dipengaruhi Code Napoleon. BW berhasildisusun oleh panitia yang diketuai J.M.Kemper. Kodifikasi KUHPer selesai pada 5 Juli

1830, diberlakukan di Belanda 1 Oktober 1838. Berdasarkan asas konkordansi  (asasyang melandasi untuk diberlakukannya hukum eropa atau belanda pada masa itu untuk

diberlakukan juga kepada bangsa pribumi / Indonesia. Sehingga hukum eropa yangdiberlakukan kepada pihak belanda pada masa itu, dikenai juga oleh bangsa Indonesia)

Kodifikasi KUHPer Indonesia dibentuk oleh panitia yang diketai C.J.Scholten van Oud

Haarlem. Kodifikasi BW Indonesia diumumkan pada 30 April 1847 melalui staatsblad

no.23 dan mulai berlaku 1 Januari 1848.

SISTEMATIKA HUKUM PERDATA DALAM KUHPerdata (BW)

1.  Buku I, perihal orang  (van persoonen) memuat hukum perorangan dan hukum

kekeluargaan2.  Buku II, perihal benda (van zaken), memuat hukum benda dan hukum waris

3.  Buku III, perihal perikatan (van verbintcnnisen) memuat hukum harta kekayaan4.  Buku IV, perihal pembuktian dan kadaluwarsa, memuat perihal alat-alat

 pembuktian dan akibat lewat waku dalam hubungan hukum

KUHPer berlaku bagi orang Indonesia berbagai keturunan, kecuali hukum keluarga danhukum waris, dimana kedua bidang hukum ini mereka tunduk pada hukum adat masing-

masing. Sedangkan hukum adat, merupakan hukum perdata yang berlaku bagi warganegara Indonesia asli. Dengan demikian, hukum perdata Indonesia bersifat pluralistis.

Hukum Dagang menurut Achmad Ihsan adalah hukum yang mengatur soal perdangan

atau soal yang timbul karena tingkah laku manusia dalam perdagangan. Yang mengatur:1.  Hubungan hukum antara produsen satu sama lain, dan dengan konsumen

2.  Pemberian perantaraan kepada makelar, komisioner, pedagang keliling3.  Hubungan hukum yang terdapat pada:

a.  Asosiasi Perdagangan b.  Pengangkutan di Darat, Laut, dan Udara

c.  Penggunaan surat-surat niaga

Atas dasar ini maka hukum dagang meliputi:Hukum bagi pedagang antara, hukum perserikatan, hukum angkutan,

hukum asuransi, dan hukum surat-surat niaga/surat-surat berharga.

Sampai saat ini, hukum dagang Indonesia = KUHD kolonial Wetboek van Koophandel

SISTEMATIKA HUKUM PERDATA MENURUT ILMU PENGETAHUAN

1.  Hukum tentang orang yang mengatur tentang orang sebagai subjek hukum danorang dalam kecakapannya untuk memiliki hak-hak dan bertindak sendiri untuk

melaksanakan haknya tersebut 

Page 3: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 3/26

#$%& '() &$*+)+%, -)./ 

?@C J'D ACK! .! ?.)C ;>.C!L ?@C MEED ACK! .! NE= '5C ?@C O.>E?P 

2.  Hukum kekayaan yang meliputi hukum benda, hukum hak immaterial, dan hukum perikatan

3.  Hukum keluarga yang memuat perkawinan, hubungan ortu-anak, perwalian, pengampuan

4.  Hukum kewarisan yang mengatur kekayaan seseorang ketika ia meninggal

MANA YANG LEBIH BAIK, SISTEMATIKA HUKUM PERDATA MENURUT

KUHPer ATAU ILMU PENGETAHUAN?

Lebih baik sistematika hukum perdata menurut Ilmu Pengetahuan.  Karena menurutKUHPer memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

1.  Karena BW kita harusnya mengatur materiil saja, tapi nyatanya membahasformil juga (Pembuktian dan daluarsa)

2.  Waris dimasukkan ke dalam buku benda. Padahal:a.  Waris ada hubungan erat dengan keluarga, tidak hanya kekayaan

 b.  Waris juga harusnya mengenai perikatan3.  Dalam KUHPer tiap bab ada pengertian umum, seharusnya cukup dijabarkan

dalam 1 bab saja.

HUKUM PRIBADIHukum pribadi mengatur hak-hak dan kewajiban subjek hukum. Dalam hukum adatmaka subjek hukumnya adalah pribadi kodrati dan pribadi hukum, yaitu pribadi yang

merupakan ciptaan hukum.

Dalam hukum barat (Pasal 2 BW) : seorang anak yang masih dalam kandungan ibunya,karena kepentingan tertentu dianggap telah memiliki hak dan kewajiban.

HUKUM PRIBADI MENURUT HUKUM ADAT

A. 

Pribadi Kodrati Sebagai Subjek Hukum Pada dasarnya pribadi kodrati telah memiliki hak dan kewajiban sejak lahir

sampai meninggal dunia. Ter Haar menyatakan bahwa “keadaan berhenti sebagaianak yang tergantung pada orang tua merupakan sat berakhirnya masa belum

dewasa menurut hukum adat bukan lagi saat menikah”

B.  Pribadi Hukum Sebagai Subjek Hukum

Sebab adanya pribadi hukum :

1.  Adanya suatu kebutuhan untuk memenuhi kepentingan tertentu atas dasarkegiatan yang dilakukan bersama

2.  Adanya tujuan ideal yang perlu dicapai tanpa senantiasa tergantung pada pribadi

kodrati secara perorangan

Page 4: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 4/26

1 #$%& '() &$*+)+%, -)./

; ' < = > ? ' ! @ = < = ) = A . B C 5 ! . ? ' ! . A D E A C ! . ' F G H I

HUKUM HARTA KEKAYAAN

HUKUM BENDA

Dari sudut Ilmu Hukum (doctrine) Hukum kekayaan mengatur hubungan hukum antaraorang dan harta kekayaan mereka yang merupakan hak dan kewajiban yang dapat dinilai

dengan uang. Hukum kekayaan dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:1.  Hukum Kekayaan yang Sifatnya Absolut (Mutlak)

Hukum kekayaan yang sifatnya absolut yaitu hak yang dapat dipertahankan terhadap siapapun juga yang bermaksud untuk mengaggu hak kebendaan tersebut.

Contoh: Hak milik (eigendom), hak menguasai (bezit), hak gadai, dll. Biasanyaterjadi pada harta yang berupa tanah 

2.  Hukum Kekayaan yang Bersifat RelatifHukum kekayaan yang bersifat relatif lahir dari perjanjian, yaitu hak yang hanya

dapat dipertahankan terhadap orang tertentu saja, yakni orang yang terikatdalam perjanjian itu saja. Contoh: Hak yang menyewakan atas uang sewa.

Sistematika hukum kebendaan yang digunakan didalam buku II KUHPer itumenggunakan sistem tertutup, artinya tidak diperkenankan untuk menciptakan hakkebendaan lain, selain apa yang sudah ada di dalam buku II tersebut.

Hak kebendaan  adalah hak yang diberikan kepada seseorang dan memberikan

kekuasaan langsung atas suatu benda yang dapat dipertahankan terhadap setiap orang.Hak kebendaan dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

1.  Hak kebendaan yang memberikan Kenikmatan; misalnya hak milik (eigendom),hak postal, dsb.

2.  Hak kebendaan yang memberikan Jaminan; misalnya hak gadai dan hak hipotik.

A. 

Pembagian Benda Menurut Hukum Perdata 1.  Benda Berwujud; Benda yang dapat dilihat dan diraba dengan pancaindera.

Contoh : meja, kursi, perhiasan, dsb.2.  Benda Tidak Berwujud; Benda yang tidak dapat dilihat secara inderawi dan

 biasa disebut dengan sebutan “hak”. Contoh: hak atas tagihan, HAKI3.  Benda bergerak  (roerende goederen);

a)  Benda bergerak menurut UU Pasal 509 KUHPer ialah benda yang dapatdipindah-pindahkan tanpa merubah bentuknya. Contoh: alat perabot

rumah tangga, perhiasan, kendaraan, hewan, dsb. b)  Benda bergerak menurut penetapan UU Pasal 511 KUHPer; ialah suatu

 benda yang oleh UU ditetapkan sebagai benda bergerak. Contoh: hak

 penagihan atas sejumlah uang atau atas sejumlah benda bergerak.4.  Benda tidak bergerak (onroerende goederen);

a)  Benda Tidak Bergerak Karena Sifatnya 

Contoh: tanah dan segala yang melekat diatasnya (pohon, tanaman) b)  Benda Tidak Bergerak Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya 

Contoh: mesin-mesin pabrik.c)  Benda Tidak Bergerak  Karena UU 

Page 5: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 5/26

#$%& '() &$*+)+%, -)./ 

?@C J'D ACK! .! ?.)C ;>.C!L ?@C MEED ACK! .! NE= '5C ?@C O.>E?P 

Contoh: hak memungut hasil atas benda tidak bergerak, hak erpacht, hak postal.

B.  Hak Kebendaan yang Memberikan Jaminan Hutang 

1.  Gadai

Gadai diatur pada Pasal 1150 KUHPer, adalah hak yang diperoleh kredituratas suatu benda bergerak, yang diberikan debitur untuk menjamin hutang danmemberikan kewenangan kepada kreditur untuk mendapat pelunasan dari barang

tersebut. Gadai bersifat  Accesoir   merupakan perjanjian tambahan saja dari perjanjian pokok yang berupa perjanjian pinjaman uang.

Jika pelunasan hutang hanya sebagian, hak gadai akan tetap utuh dan tidak

menghapus sebagian hak gadai tersebut. Benda yang dapat digadaikan adalah:a)  Benda Bergerak Berwujud, contoh: perabot rumah tangga

 b)  Benda Tidak Bergerak Berwujud, contoh: surat-surat berharga, surat piutang atas bawa, atas tunjuk, dan atas nama.

Gadai dalam perkembangannya kini dikenal dengan Lembaga Fidusia  diaturdalam UU No. 42 tahun 1999 tentang Fidusia.

2.  Hipotik

Hipotik diatur dalam Pasal 1162 KUHPer. Hipotik adalah hak kebendaan atas

benda tidak bergerak , untuk menjadikan jaminan pelunasan atas suatu hutang

tertentu. Hipotik juga merupakan perjanjian  Accesoir   dan perjanjian pokoknyaadalah perjanjian pinjaman uang.

Hipotik mempunyai sifat-sifat antara lain:

a)  Selalu mengikuti bendanya dalam tangan siapapun benda tersebut berada

(droit de suit)  b) 

Lebih diutamakan pelunasannya (droit de preference) c)  Objeknya adalah benda benda tidak bergerak

Hak hipotik memberikan hak untuk pelunasan hutang dan dapat menjual ataskehendak sendiri apabila debitur wanprestasi. Dalam perkembangannya hak

hipotik kini sudah dihapus dan digantikan dengan Hak Tanggungan  dengan berlakunya UU No. 4 tahun 1996  tentang Hak Tanggungan. Sementara hipotik

tetap berlaku terhadap kapal laut yang beratnya diatas 20 M3 

C.  Hukum Benda Menurut Hukum Adat Benda dalam hukum adat dibagi menjadi:

1.  Benda tetap, yaitu tanah2.

 

Benda lepas, bukan tanah yaitu hak atas rumah, hak atas tumbuh-tumuhan, hak

atas ternak dan hak atas benda bergerak lainnya (contoh: mobil)3.  Berlakunya Asas Pemisahan Horizontal (horizontale scheiding) yaitu hak atas

tanah terpisah dengan hak atas rumah (contoh: apartemen, rusun)Hak Ulayat atas adalah hak bersama atas tanah. Berdasarkan hak ini masyarakat hukum

adat sebagai badan penguasa mengatur dan membatasi kebebasan warganya untuk

Page 6: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 6/26

3 #$%& '() &$*+)+%, -)./

; ' < = > ? ' ! @ = < = ) = A . B C 5 ! . ? ' ! . A D E A C ! . ' F G H I

memungut hasil dari tanah (baik tanah, tumbuh-tumbuhan, maupun hewan). Sedangkan

Hak Pribadi hanyalah hak pakai atas tanah yang dapat dipindahtangankan.

Pemindahan atas tanah harus memenuhi syarat, yaitu:

1.  Terang, artinya dilakukan di depan kepala adat, sehingga diketahui umum

2. 

Tunai,  artinya pembayaran dan pemindahan hak dilakukan secera serentak baikseluruhnya maupun sebagian.

D.  Hukum Benda Menurut UU Pokok Agraria Saat ini buku II KUHPer tidak berlaku sepenuhnya, karena sebagian dari isi, khususnya

yang mengenai tanah telah dihapuskan dengan berlakunya UU No.5 tahun 1960 tentang peraturan pokok agraria. Dimana hukum benda tetap atau hukum tanah dikenal dengan

istilah hak-hak seperti:1.  Hak Milik (seumur hidup)

2.  Hak Guna Bangunan (20-25 tahun)3.  Hak Guna Usha

4. 

Hak Pakai5.  Hak Sewa

6.  Hak gadai7.  Hak Usaha Bagi Hasil

8.  Hak MenumpangDengan berlakunya UUPA maka:

1.  Dualisme Hukum atas tanah tidak berlaku2.  Hak mutlak sudah tidak berlaku karena tanah memiliki fungsi sosial

3.  Mengenai air serta kekayaan alam maka Hak Jaminan, hipotik, dan hak gadaitidak berlaku.

HUKUM PERIKATAN (PERJANJIAN)Hukum Perikatan dalam sistematika Hukum Perdata Barat masuk kedalam Buku III KUHPer. Sedangkan menurut Ilmu Pengetahuan, Hukum Perikatan masuk kedalam

hukum Harta Kekayaan  bersama-sama dengan hukum benda dan hukum hakimmaterial.

Hukum Perikatan di dalam BW disebutkan adalah suatu hubungan hukum (mengenai

harta benda) antara 2 orang dimana pihak yang satu mempunyai hak untuk memintasesuatu dari pihak yang lain, dan pihak yang lainnya mempunyai kewajiban untuk

memenuhi tuntutan itu, serta barang yang dituntut itu disebut dengan prestasi. Perikatanlahir dari sebuah perjanjian

A. 

Sumber-sumber Hukum Perikatan Berdasarkan Pasal 1233 KUHPer, adalah:

1.  Perjanjian; 2.  Undang Undang; 

a)  Terdapat pada buku ke-III KUHPer Bab ke III pasal 1352, 1354, 1359,dan 1365  tentang Perikatan. Tetapi terdapat juga pada hukum benda dan

hukum keluarga.3.  Hak tidak tertulis.

Page 7: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 7/26

#$%& '() &$*+)+%, -)./ 

?@C J'D ACK! .! ?.)C ;>.C!L ?@C MEED ACK! .! NE= '5C ?@C O.>E?P 

B.  Perbedaan Antara Perikatan dan Perjanjian

Perikatan  adalah suatu pengertian yang abstrak sedangkan Perjanjian  merupakan

sesuatu yang konkret dan merupakan suatu peristiwa. Perikatan lahir dari suatu perjanjian

C.  Syarat Sahnya Suatu Perjanjian (Pasal 1320 KUHPer)

Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 syarat, yaitu:1.  Kata Sepakat (Pasal 1321-1328 KUHPer)2.  Cakap, dalam melakukan perjanjian / perbuatan hukum (Pasal 1329-1331

KUHPer)3.  Mengenai hal tertentu, Ditentukan klausul  perjanjiannya secara jelas.

(Pasal 1332-1334 KUHPer)4.  Suatu sebab yang halal, tidak melanggar hukum ataupun kesusilaan (Pasal

1335-1337 KUHPer)Dalam hal syarat subjektif bila tidak terpenuhi maka salah satu pihak mempunyai hak

untuk meminta pejanjian itu dibatalkan. Sedangkan bila syarat objektif tidak terpenuhimaka perjanjian itu batal demi hukum (null and void  ). 

Perjanjian memiliki sifat terbuka  karena, kita diperbolehkan membuat perjanjian yang

 berupa dan berisi apa saja atau tentang apa saja dan perjanjian itu akan mengikat merekayang memuatnya seperti UU.

D.  Asas-Asas dalam Hukum Perjanjian

1.  Asas Kebebasan Berkontrak;Ditentukan pada Pasal 1338 ayat (1) KUHPer yaitu semua perjanjian yang sah

 berlaku sebagai UU bagi para pihak yang membuatnya.2.  Asas Konsensualisme;

Consensus yang berarti sepakat, asas ini bersifat mutlak dalam perjanjian.

E. 

Ketentuan-Ketentuan Perjanjian berdasar UU

1.  Pasal 1338 ayat (2) KUHPer dinyatakan bahwa persetujuan-persetujuan itu tidak

dapat ditarik kembali atau dibatalkan selain dengan kesepakatan kedua belak pihak, atau karena alasan yang dibenarkan oleh UU.

2.  Pasal 1338 ayat (3) KUHPer dinyatakan bahwa persetujuan haus dilaksanakandengan itikad baik (good faith).

3.  Pasal 1339 KUHPer  meyatakan bahwa dalam pembentukannya dapat dilihat bahwa meskipun bebas dalam membuatnya, perjanjian juga harus tetap

memperhatikan ketentuan yang ada didalam UU, adat kebiasaan di masyarakat,serta mengindahkan norma-norma yang berlaku.

F. 

Macam-Macam Perikatan, antara lain:

1.  Perikatan Bersyarat (Pasal 1253-1267 KUHPer) 2.  Perikatan dengan ketepatan waktu (Pasal 1268-1277 KUHPer) 

3.  Perikatan mana suka (Pasal 1272-1277 KUHPer) 4.  Perikatan tanggung menanggung (Pasal 1278-1295 KUHPer) 

5.  Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi (Pasal 1296-1303 KUHPer) 6.  Perikatan dengan ancaman hukuman (Pasal 1312-1340 KUHPer) 

!*3QRS

E3QRS

Page 8: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 8/26

5 #$%& '() &$*+)+%, -)./

; ' < = > ? ' ! @ = < = ) = A . B C 5 ! . ? ' ! . A D E A C ! . ' F G H I

G.  Macam-Macam Perjanjian, antara lain:

1.  Perjanjian Jual –Beli; 

2.  Perjanjian sewa-menyewa; 3.  Perjanjian hibah; 

4.  Perjanjian Persekutuan; 

5. 

Perjanjian Penyuruhan 6.  Perjanjian pinjam-meinjman; 7.  Perjanjian kerja; 

8.  Penanggungan Hutang; serta 

9.  Perjanjian Perdamaian. 

H.  Isi Perjanjian dapat dibagi menjadi 3, yaitu: 

1.  Perjanjian untuk Memberikan sesuatu, atau menyerahkan suatu barang. Contoh: Jual-beli dan sewa-menyewa 

2.  Perjanjian untuk berbuat sesuatu.  Contoh:  perjanjian  untuk membuat suatulukisan. 

3. 

Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu. Contoh:  perjanjian untuk tidakmendirikan pagar. 

I.  Hapusnya Suatu Perikatan

Pasal 1381 KUHPer menyebutkan 10 cara hapusnya perikatan yaitu:1.  Pembayaran

2.  Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan3.  Pembaharuan hutang

4.  Kompensasi5.  Percampuran hutang

6.  Pembebasan hutang

7. 

Musnahnya barang yang terhutang8. 

Batal atau pembatalan9.  Berlakunya suatu syarat batal

10. Lewat waktu (Kadaluarsa)

HAK IMATERIIL ATAU HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

Hak Imateriil merupakan bagian dari Hukum Harta Kekayaan. Diatur dalam buku ke-II

KUHPer, Hak imateriil kini dikenal sebagai hak kekayaan intelektual (HAKI) Bagian-bagian hak yang dilindungi oleh HAKI, antara lain:

1.  Hak Cipta; orisinalitas 2.  Merek; daya pembeda

3.  Desain Industri4.

 

Rahasia Dagang

5.  Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu6.  Paten; inovasi di bidang teknologi

1.  Hak Cipta

Hak cipta diatur dalam UU No. 19 Tahun 2012  (yang baru 28 Tahun 2014),menggantikan UU No. 6 tahun 1982. Hak Cipta adalah hak eksklusif   bagi

Page 9: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 9/26

#$%& '() &$*+)+%, -)./ 

?@C J'D ACK! .! ?.)C ;>.C!L ?@C MEED ACK! .! NE= '5C ?@C O.>E?P 

 pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannyaatau memberi izin untuk itu. Yang dapat diberikan Hak Cipta antara lain: Buku,

Program computer, Musik, Drama, Karya tulis, Seni rupa, Arsitektur, Fotografi,

2.  Merek

Merek diatur dalam UU No. 15 tahun 2001. Merek adalah tanda yang berupagambar, nama, kata, huruf-huruf, angka, sususan warna, atau kombinasi dariunsur-unsur tersebut, yang memiliki daya pembeda  dan digunakan dalam

kegiatan perdagangan barang atau jasa.

3.  Paten

Perlindungan Paten diatur dalam UU No. 14 tahun 2001. Paten adalah hak

eksklusif yang diberikan negara kepada penemu atas hasil penemuannya dibidangteknologi.

HUKUM KELUARGAPendapat Sudiman “Kesemuanya kaedah-kaedah hukum yang menentukan syarat-syaratdan caranya mengadakan hubungan abadi, dan akibatnya (yaitu mengenai kedudukan, pribadi seseorang dan harta kekayaan).

Menurut Purnadi Purbacaraka  dan Soerjono Soekanto  secara luas Hukum Keluargameliputi bidang-bidang sebagai berikut:

1.  Perkawinan2.  Keturunan

3.  Kekuasaan orang tua4.  Perwalian

5.  Pendewasaan; Pengurusan harta kekayaan orang tuanya (min. 21 tahun)6.  Curatele (Pengampuan)

7. 

Orang yang hilang (diatur KUHPer)

A.  Perkawinan

Pengertian perkawinan; yaitu seluruh kaedah hukum yang mengatur syarat-syarat dan

cara melakukan perkawinan serta akibat yang berhubungan dengan pribadi yang bersangkutan. (definisi diatur dalam KUHPer)

Konsepsi Perkawinan menurut Pasal 26 KUHPer (BW):a)  Perkawinan sah bila berdasarkan KUHPer

 b)  Mengkesampingkan peraturan agamac)  Perkawinan Monogami (hanya boleh mempunyai satu istri atau suami)

1. 

Pengertian perkawinan menurut UU No. 1 Tahun 1974a)  Pasal 1:  “Perkawinan adalah sebuah ikatan lahir batin antara seorang

wanita dengan seoarang pria sebagai suami isteri dengan tujuan

membentuk sebuah keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan YME” 

 b)  Pasal 2 ayat (1):  “Perkawinan yang sah apabila dilakukan menurutmasing-masing agama, dan kepercayaannya.” 

Page 10: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 10/26

7

 

#$%& '() &$*+)+%, -)./

; ' < = > ? ' ! @ = < = ) = A . B C 5 ! . ? ' ! . A D E A C ! . ' F G H I

c)  Pasal 2 ayat (2):  “tiap tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku” 

d)  Perkawinan yang dilakukan diluar negeri adalah sah  apabiladilangsungkan menurut cara-cara yang berlaku di negara dimana

 perkawinan tersebut dilangsungkan, asal tidak melanggar larangan yang

 bersifat menjaga ketertiban umum di Indonesia. Dan dalam waktu satutahun perkawinan tersebut harus di daftarkan di Catatan Sipil di Indonesia.  

2.  Konsepsi Perkawinan Berdasarkan UU No.1 Tahun 1974:“Asas Monogami” yang dianut oleh KUHPer dilaksanakan tidak konsekuen

karena sesuai dengan ketentuan UU 1/1974 Pasal 4 ayat (1) bahwa suami dapat

beristeri lebih dari satu asalkan syarat yang dicantumkan dalam pasal 4 ayat (2)

terpenuhi, yaitu:a.  isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri;

 b.  isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;c.  isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

Perkawinan menurut UU No.1 Tahun 1974 mengandung unsur-unsur:

1.  Keagamaan/Kepercayaan/rohani;2.  Biologis;

3.  Sosiologis; 4.  Unsur Hukum Adat; 

5.  Yuridis; Perkawinan dilakukan secara sah apabila perkawinantersbut memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh UU (Pasal 2

ayat (2)).

B.  Keturunan

Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam perkawinan yang sah. Anak yang lahirdiluar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluargaibunya (Pasal 42 sampai dengan pasal 44 UU No. 1 Tahun 1974)

Asal-usul anak harus dibuktikan dengan akte kelahiran yang dimana akta diterbitkan 14hari setelah kelahiran. (Pasal 55 UU 1/1974) jika akta tidak ada maka dibuatkan surat

kenal lahir yang ditetapkan melalui penetapan pengadilan.1.  Adopsi

Dalam Hukum Perdata Adat, adopsi merupakan perbuatan yang bersifat terang(dilakukan dimuka pejabat umum) dan tunai (dibayar secara “magis” yang artinya

dimana menurut mereka sah secara hukum adat). Terdapat 2 bentuk adopsi:a)  Adopsi umum:

a.  Terang dan tunai b.

 

Terang saja

c.  Tunai sajad.  Tidak terang dan tunai

 b)  Adopsi Khususa.  Pengangkatan orang luar menjadi warga satu clan

 b.  Pengangkatan anak tiri menjadi anak kandungc.  Pengangkatan derajat anak

Page 11: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 11/26

#$%& '() &$*+)+%, -)./ 

7

 

?@C J'D ACK! .! ?.)C ;>.C!L ?@C MEED ACK! .! NE= '5C ?@C O.>E?P 

C.  Kekuasaan Orang Tua

1.  Pasal 45:  Kewajiban orang tua untuk mendidik dan memelihara anak-anak

mereka sampai menikah atau dapat berdiri sendiri. 2.  Pasal 46: Apabila diperlukan anak yang dewasa wajib memelihara orang tua dan

keluar dalam garis lurus ke atas jika diperlukan bantuannya (garis keturunan)  

3. 

Pasal 47: Anak yang belum berusia 18 tahun belum pernah menikah ada dibawahkekuasaan orang tua, artinya segala perbuatan hukum anak diluar/didalam pengadilan diwakili oleh orang tua. 

1.  Pencabutan Hak Orangtua atas Anak Dapat Dilakukan atas Permintaan:

a)  Saudara kandung ygng lebih tua 

 b)  Orangtua lain 

c)  Keluarga dalam garis lurus keatas 

d)  Pejabat yang berwenang dalam pengadilan 

2.  Usia Dewasa Dalam UU No. 1 Tahun 1974

Usia dewasa berkaitan dengan dapat atau tidaknya seseorangdipertanggungjawabkan atas perbuatan hukum yang telah diperbuat, dalam hal ini

khususnya dibidang hukum perdata. Dapat disimpulkan dari pasal 47 dan pasal

50 UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan bahwa usia dewasa yang dimaksud

adalah 18 tahun. 

D.  Perwalian (Pasal 50 s/d Pasal 54 UU No. 1 tahun 1974)

Perwalian adalah pengawasan terhadap anak dibawah umur yang tidak didalam

kekuasaan orang tua meliputi pengurusan benda dan kekayaan yang berhubungan dengananak itu. Persyaratan (Batasan perwalian):

1.  Dibawah 18 tahun

2. 

Belum menikah3. 

Tidak dibawah kekuasaan orang tua (meninggal, cerai atau cerai mati); dalamkasus cerai salah satu orang tua dapat menjadi wali.

Untuk menjadi wali harus memenuhi syarat tertentu sebagaimana ditentukan dalam

Pasal 51 UU No. 1 Tahun 1974, yaitu:1.  Wali dapat ditunjuk oleh satu orang tua, sebelum ia meninggal, dengan surat

wasiat atau dengan lisan di hadapan 2 (dua) orang saksi.2.  Wali sedapat-dapatnya diambil dari keluarga anak tersebut atau orang lain yang

sudah dewasa, berpikiran sehat, adil, jujur dan berkelakuan baik.3.  Wali wajib mengurus anak yang dibawah penguasaannya dan harta bendanya

4.  Wali wajib membuat daftar harta benda anak yang berada dibawah kekuasaannya pada waktu memulai jabatannya dan mencatat semua perubahan-perubahan harta

 benda anak atau anak-anak itu.5.  Wali bertanggung-jawab tentang harta benda anak yang berada dibawah

 perwaliannya serta kerugian yang ditimbulkan karena kesalahan ataukelalaiannya.

Page 12: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 12/26

7

 

#$%& '() &$*+)+%, -)./

; ' < = > ? ' ! @ = < = ) = A . B C 5 ! . ? ' ! . A D E A C ! . ' F G H I

E.  Pendewasaan (Pasal 419 s/d Pasal 432 KUHPer)

“Pendewasaan”  adalah suatu pernyataan tentang seseorang yang belum mencapai usia

dewasa sepenuhnya, dipersamakan dengan orang dewasa dalam hal-hal tertentu.Permohonan  untuk dipersamakan sepenuhnya dengan seseorang yang sudah dewasa

dapat diajukan dengan cara:

1. 

Seorang anak yang sudah mencapai usia 20 tahun kepada Presiden, denganmelampirkan surat kelahiran atau bukti lain yang menyatakan bahwa ia sudahmencapai usia tersebut.

2.  Presiden akan memberikan keputusannya setelah mendapat nasehat dari MA yanguntuk itu akan mendengar orang tua anak tersebut dan anggota keluarga lain yang

dianggap perlu.

F.  Pengampuan (Curatele); (Pasal 433 s/d 462 KUHPer)

Orang yang sudah dewasa, yang menderita sakit ingatan atau boros menurut UU harus

ditaruh dibawah pengampuan.Dalam kasus orang hilang ingatan, tiap anggota keluarga berhak untuk memintakan

curatele itu, sedangan pada kasus orang boros permintaan itu hanya dapat diajukan olehanggota keluarga yang sangat dekat saja (suami/isteri)

Kedudukan orang yang dianggap curatele  sama dengan kedudukan orang yang belumdewasa.

G.  Orang Yang Hilang (Pasal 463 s/d Pasal 495 KUHPer)

Jikalau seseorang meninggalkan tempat tinggalnya selama 5 tahun (dihitung sejaktanggal keberangkatannya) dengan tidak memberikan kuasa pada seseorang untuk

mengurus kepentingan-kepentingannya, sedangkan kepentingannya itu harus diurus makaatas permintaan orang yang berkepentingan ataupun atas permintaan jaksa, maka hakim

dapat memerintahkan Balai Harta Peninggalam (weeskamer) untuk mengurusnya.

Pengurusan dapat dilakukan oleh:1. 

Anggota keluarga yang ditunjuk hakim2.  Jaksa, Hakim

3.  Balai Harta PeninggalanOrang tersebut dianggap telah meninggal setelah hakim mengeluarkan pernyataaan

demikian. Namun jika setelah 30 tahun terhitung mulai hari dan tanggal surat pernyataandianggap telah meninggal itu, seandainya masih hidup, maka para ahli waris dapat

mengadakan suatu pembagian waris yang tetap.

HUKUM KEWARISAN

HUKUM WARIS MENURUT HUKUM BARAT

Hukum Waris adalah hukum harta kekayaan dalam lingkungan keluarga, karena

wafatnya seseorang maka akan ada pemindahan harta kekayaan yang ditinggalkan olehyang meninggal. Dalam Pasal 528 B.W., hak warisan diidentikkan dengan hak

kebendaan. Ketentuan Pasal 548 B.W. menyebutkan bahwa hak waris sebagai salah satucara untuk memperoleh hak kebendaan. Oleh karenanya hukum waris dicantumkan

dalam buku II B.W. tentang Benda.

Page 13: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 13/26

#$%& '() &$*+)+%, -)./ 

7

 

?@C J'D ACK! .! ?.)C ;>.C!L ?@C MEED ACK! .! NE= '5C ?@C O.>E?P 

Cara Memperoleh Warisan:1.  Sesuai dengan ketentuan Undang-undang ( Ab Intestato)

2.  Melalui wasiat (testamen)

A.  Subyek Hukum Waris 

1. 

PewarisSetiap orang yang meninggal dengan meninggalkan harta kekayaan disebutPewaris.

2.  Ahli WarisOrang-orang tertentu, yang secara limitatif diatur dalam KUHPer yaitu:

a)  Ahli Waris yang mewaris berdasarkan kedudukan sendiri  (Uiteigen Hoofde). Mengenai ahli waris ini, KUHPer menggolongkan sebagai

 berikut:i.  Golongan Pertama

Yaitu sekalian anak-anak  beserta keturunannya dalam garis

lencang ke bawah.

ii. 

Golongan KeduaOrang tua dan saudara-saudara pewaris. 

iii.  Golongan KetigaPasal 853 dan Pasal 854 KUHPer menentukan dalam hal tidak

terdapat golongan pertama dan kedua, maka harta warisan harusdibagi dua (kloving ), setengah untuk kakek-nenek pihak ayah,

setengah lagi untuk kakek-nenek pihak ibu.

iv.  Golongan Keempat

Sanak keluarga/kerabat si Pewaris dalam garis menyampingsampai derajat keenam.

 b) 

Ahli Waris berdasarkan penggantian (bij plaatsvervulling ), dalam hal inidisebut ahli waris tidak langsung. Ahli waris menurut penggantian:i.  Penggantian Dalam Lurus ke Bawah

•  Setiap anak yang meninggal lebih dulu, digantikan oleh

cucu pewaris. 

•  Dalam hal semua anak/ahli waris yang termasuk Uiteigen Hoofde  ternyata “Onwaarding Onterfd” yang berarti

“tindakan mencoba membunuh bapaknya atau

menghalangi bapaknya membuat surat wasiat”  maka

akan digantikan oleh cucu pewaris.ii.  Penggantian Dalam Garis ke Samping ( Zijlinie)

Tiap saudara kandung/saudara tiri yang meninggal lebih duludigantikan oleh anaknya mereka.

iii.  Penggantian Dalam Garis ke Samping tetapi lebih jauhMelibatkan penggantian anggota-anggota keluarga yang lebih jauh.

Misalnya: Paman/keponakan, jika meninggal terlebih dahuludigantikan oleh anaknya.

Page 14: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 14/26

7

 

#$%& '() &$*+)+%, -)./

; ' < = > ? ' ! @ = < = ) = A . B C 5 ! . ? ' ! . A D E A C ! . ' F G H I

c)  Penggantian ketiga yang bukan ahli waris dapat menikmati harta peninggalan. Hal ini mungkin karena dalam KUHPer terdapat ketentuan

 pihak ketiga yang bukan ahli waris bisa memperoleh warisan melaluisuatu testamen/wasiat.

3.  Pihak Ketiga yang Tersangkut dalam Pewarisan

a) 

Fidei Comis Ialah pihak ketiga yang berkewajiban menyimpan warisan itu dan setelahlewatnya suatu waktu tertentu, warisan itu harus diserahkan pada orang

lain. Hal ini disebut pemberian warisan secara melangkah. b)   Executeur Testamentair  

Adalah pelaksana wasiat yang ditunjuk oleh si pewaris, yang bertugas

mengawasi pelaksanaan surat wasiat.

c)   Bewindvoerder  Adalah pengelola, seorang yang ditentukan dalam wasiat untuk mengurus

kekayaan agar terkelola dan tidak cepat habis.

B. 

Hak dan Kewajiban Pewaris dan Ahli Waris 1.  Hak dan Kewajiban Pewaris

a)  Hak PewarisPewaris sebelum meninggal dunia berhak menyatakan kehendaknya dalam

sebuah wasiat/testamen yang dapat berupa:i.   Erfstelling : penunjukan satu atau beberapa orang menjadi ahli

waris, disebut testamentair ergenaam (ahli waris menurut wasiat)ii.   Legaat : pemberian hak kepada seseorang atas dasar testamen

khusus. Pemberian ini berupa:

•  Hak atas suatu benda tertentu

•  Hak atas seluruh dari satu macam benda tertentu

 

Hak vruchtgebruik   atas sebagian/seluruh warisan (Pasal 957KUHPerdata)

Orang yang menerima Legaat dinamakan Legataris. BentukTestamen, ada tiga macam:

•  Openbaar Testament : dibuat oleh notaris dengan disaksikan 2

orang. Kecil kemungkinan melanggar Ligitime Portie. 

•  Olographis Testament : ditulis oleh calon pewaris sendiri

(eigenhanding ) kemudian diserahkan ke notaris untuk disimpandan disaksikan 2 orang. Mungkin melanggar Ligitime Portie. 

•  Testament Rahasia: dibuat oleh calon pewaris kemudiatestament tersebut di segel dan diserahkan oleh 4 saksi. 

Codicil  merupakan pesan pewaris sebelum meninggal dunia, inimerupakan salah satu haknya.

 b)  Kewajiban Pewaris

 Legitime Portie  adalah pembatasan terhadap hak si pewaris dalammembuat wasiat seperti yang tertulis di Pasal 913 KUHPerdata.

2.  Hak dan Kewajiban Ahli Waris

a)  Hak Ahli Waris

Page 15: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 15/26

#$%& '() &$*+)+%, -)./ 

7

 

?@C J'D ACK! .! ?.)C ;>.C!L ?@C MEED ACK! .! NE= '5C ?@C O.>E?P 

Setelah terbuka warisan, ahli waris diberi hak untuk menentukan sikap:i.  Menerima secara penuh ( Zuivere Aanvaarding )

ii.  Menerima dengan reserve ( Beneficiare Aanvarding ). Hak iniialah menerima warisan sebatas kemampuan ahli waris karena

 banyak hutang di warisan itu. Hal ini disampaikan di

 pengadilan.iii.  Menolak warisan. Hal ini jika harta lebih sedikit daripadahutang.

 b)  Kewajiban Ahli Waris

i.  Memelihara keutuhan harta peninggal sebelum dibagiii.  Mencari cara pembagian yang sesuai

iii.  Melunasi hutang pewarisiv.  Melaksanakan wasiat

C.  Pembagian Warisan 

KUHPer memberikan ketentuan pembagian warisan secara tegas dalam Pasal 1066 yangisinya sebagai berikut:

1.  Tidak seorang ahli waris yang dapat dipaksa membiarkan harta tidak terbagi.2.  Pembagian harta warisan dapat dibagi sewaktu-waktu.

3.  Ada kemungkinan untuk mempertangguhkan pembagian harta warisan dengan jangka waktu 5 tahun. Bisa diperpanjang 5 tahun lagi atas persetujuan semua ahli

waris.

D.  Obyek Hukum Waris Harta dalam Warisan:

1.  Aktiva: Harta yang bisa dinikmati (tagihan, piutang, hak immateriil)

2. 

Pasiva: Harta yang berbentuk utang

E.  Harta Warisan 

1.  Jika tidak ada ahli waris yang mengakui sebuah harta warisan, maka harta itudisebut harta tak terurus  dan Balai Harta Peninggalan akan mengurusnya

dengan memeberitahukan kejaksaan negeri setempat.2.  Jika ada sengketa antara warisan itu harta tak terurus atau bukan, maka hal itu

diputus oleh hakim.3.  Jika diduga masih mungkin adanya ahli waris, maka BHP diwajibkan

memanggilnya melalui media massa dengan tenggat waktu 3 tahun.

HUKUM WARIS MENURUT HUKUM ADAT

A.  Hukum Waris Adat Memuat peraturan yang mengatur proses meneruskan harta benda dari suatu angkatan

manusia kepada turunannya. Hukum adat waris di Indonesia sangat dipengaruhi oleh prinsip garis keturunan yaitu

1.  Patrilineal: Penghubung laki-laki yang diperhatikan2.  Matrilineal: Penghubung perempuan yang diperhatikan

Page 16: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 16/26

7

 

#$%& '() &$*+)+%, -)./

; ' < = > ? ' ! @ = < = ) = A . B C 5 ! . ? ' ! . A D E A C ! . ' F G H I

3.  Bilateral: “ Parental ” atau penghubung keduanya diperhatikan

Hukum waris mengenal adanya Tiga Sistem Kewarisan atau cara membagi harta, yaitu:1.  Sistem Kewarisan Individual

Sistem kewarisan dimana para ahli waris mewarisi harta secara perorangan

2. 

Sistem KolektifMewarisi secara kolektif karena harta tidak bisa dibagi-bagi. Contoh: RumahGadang di Minangkabau.

3.  Sistem Kewarisan Mayorata)  Mayorat Laki-laki: Anak laki-laki tertua sebagai ahli waris tunggal yang

menampung dan mengelola warisan. b)  Mayorat Perempuan: Anak perempuan tertua sebagai ahli waris tunggal

yang menampung dan mengelola warisan.

Hukum Adat menentukan siapa yang menjadi ahli waris dengan dua macam garis pokok:1.  Garis pokok keutamaan

Orang yang mempunyai hubungan darah, dan digolongkan menjadi:a)  Orang yang tidak mempunyai penghubung dengan pewaris

 b)  Orang yang tidak ada lagi penghubungnya dengan pewaris2.  Garis pokok penggantian

B.  Subyek Hukum Waris 

1.  Pewaris2.  Ahli Waris: Anak-anak si pewaris

C.  Obyek Hukum Waris 

Yang menjadi obyek hukum waris itu adalah harta keluarga, yang berupa:

1. 

Harta Pusaka: benda yang memiliki kekuatan magis. 2. 

Harta Bawaan: harta yang dibawa (calon) istri pada saat perkawinan.3.  Harta Pencaharian: harta yang diperoleh selama perkawinan

4.  Harta yang Berasal dari Pemberian Seseorang

Pembagian harta dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan pengurangan:

1.  Biaya-biaya pada waktu pewaris sakit 

2.  Hutang-hutang yang ditinggalkan pewaris 

3.  Biaya pemakaman 

HUKUM WARIS ISLAMHukum Waris Islam disebut juga Hukum Faraid, yaitu sebab adanya bagian-bagian

tertentu bagi orang-orang tertentu dan dalam keadaan tertentu.

A.  Sumber Hukum Kewarisan 1.  Al-Quran

Surat IV ayat 7 yang berbunyi:

Page 17: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 17/26

#$%& '() &$*+)+%, -)./ 

7

 

?@C J'D ACK! .! ?.)C ;>.C!L ?@C MEED ACK! .! NE= '5C ?@C O.>E?P 

“…bagi laki-laki ada bagian warisan dari harta peninggalan ibu-bapak dankeluarga dekat dam bagi wanita ada bagian warisan dari harta peninggalan ibu-

  bapak dan keluarga dekat, ada yang mendapatkan sedikit dan banyak dari bagian yang diwajibkan.”

2.  Hadist Rasul

Ucapan dan perbuatan Rasul3.  Ijtihad/Pendapat UlamaMengatur secara lebih spesifik namun bersumber dari Al-Quran dan Hadist

B.  Subyek Hukum Waris 

1.  Pewaris2.  Ahli Waris

C.  Obyek Hukum Waris 

Dalam hukum kewarisan Islam, seseorang dapat menjadi ahli waris:1.  Adanya Hubungan Darah/Kekerabatan yang meliputi:

a) 

Ke Bawah: Anak b)  Ke Atas: Orangtua

c)  Ke Samping: Anak Ayah/Ibu atau anak Kakek/Nenek2.  Adanya Hubungan Perkawinan yaitu Suami-Istri

Hukum Islam tidak mengakui lembaga adopsi. Sehingga anak angkat tidakmendapatkan harta warisan. Tetapi Ia bisa mendapatkan Hibah  atau Pemberian

kepada orang yang tidak memiliki ikatan darah.

D.  Asas-asas Hukum Waris 1.  Asas Ijbari

Peralihan harta dari seseorang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya

 berlangsung dengan sendirinya tanpa digantungkan kepada kehendak pewaris atauahli warisnya

2.  Asas BilateralSeseorang menerima hak kewarisan dari kedua belah pihak yaitu keturunan laki-

  laki dan perempuan.3.  Asas Individual

Harta warisan dapat dibagi-bagikan kepada masing-masing ahli waris untukdimiliki secara perseorangan.

4.  Asas Keadilan BerimbangSenantiasa terdapat keseimbangan antara hak yang diperoleh dengan kewajiban

yang harus ditunaikannya.5.

 

Asas Akibat Kematian

Pewarisan semata-mata akibat dari kematian seseorang.

Page 18: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 18/26

7

 

#$%& '() &$*+)+%, -)./

; ' < = > ? ' ! @ = < = ) = A . B C 5 ! . ? ' ! . A D E A C ! . ' F G H I

HUKUM ACARA

HUKUM ACARA PIDANA

Hukum Acara Pidana adalah aturan hukum yang mengatur tentang cara bagaimanamempertahankan atau menyelenggarakan hukum pidana materiil, sehingga memperoleh

keputusan Hakim dan cara bagaimana keputusan itu dilaksanakan.

Mustafa Abdullah dan Ruben Achmad  menyatakan bahwa Hukum Acara Pidanaadalah Realisasi hukum pidana sebagai hukum yang menyangkut cara pelaksanaannya.

A.  Landasan Hukum Acara Pidana 

1.  Sumber Hukum Acara Pidanaa)  UU no 14 tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman

 b)  UU no 3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tipikorc)  UU no 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

d)  UU no 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung

e) 

UU no 2 tahun 1986 tentang Peradilan Umum2.

 

Fungsi Hukum Acara Pidanaa)  Mencari dan menemukan kebenaran

 b)  Pemberian keputusan oleh Hakimc)  Pelaksanaan keputusan oleh Hakim

B.  Asas-asas Dalam Hukum Acara Pidana 

1.  Yang Berhubungan dengan Peranana)  Prakarsa proses dilakukan oleh Polisi/Jaksa. Jaksa mengajukan tuntutan ke

Pengadilan serta melaksanakan Penetapan Hakim. b)  Asas-asas Oportunitas: dimungkinkannya perkara yang dalam proses

 penuntutan di  deponir   (menyimpan untuk tidak digarap) olehJaksa/pengadilan demi kepentingan umum.

c)  Kedua belah pihak wajib didengar keterangannya oleh Hakimd)  Acara pemeriksaan dalam sidang dilakukan dengan perdebatan lisan

e)  Keputusan Hakim wajib dilandasi dengan alasan yang rasional obyektif,setelah mendengar kedua pihak termasuk saksi a charge (meringankan)

dan saksi a de charge (memberatkan)f)  Hakim bersifat aktif (leidende rol ) artinya Hakim bertindak memimpin

 proses peradilang)  Asas  Akusator : Para pihak diakui sebagai subyek dan kedudukannya

sederajat. Pemeriksaan terbuka untuk umum, dan tersangka didampingin

oleh Penasehat Hukum.h)  Peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringani)  Asas Praduga Tak Bersalah. Setiap orang yang dihadapkan di sidang

dianggap tidak bersalah sampai ada putusan pengadilan yang menyatakan bersalah dan memiliki kekuatan hukum tetap

 j)  Semua orang diperlakukan sama di depan Hakim2.  Yang Berhubungan dengan Keadaan Peradilan

Page 19: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 19/26

#$%& '() &$*+)+%, -)./ 

7

 

?@C J'D ACK! .! ?.)C ;>.C!L ?@C MEED ACK! .! NE= '5C ?@C O.>E?P 

a)  Sidang pengadilan dilakukan terbuka untuk umum. Kecuali  sidang perkara asusila dan perilaku kejahatan adalah anak-anak.

 b)  Peradilan Bertahap: i.  Tingkat Pertama: Pengadilan Negeri

ii.  Tingkat Kedua: Pengadilan Tinggi

iii. 

Tingkat Ketiga: Mahkamah Agung3.  Sidang Pengadilan diselenggarakan oleh Majelis Hakim  (Ketua + 2/3 oranganggota)

4.  Dilakukan oleh Hakim karena jabatannya yang tetap

C.  Subyek Hukum Acara Pidana 1.  Tersangka

2.  Polisi sebagai petugas yang melakukan penyidikan3.  Jaksa sebagai petugas yang melakukan penuntutan

4.  Hakim sebagai petugas yang mengadili5.  Panitera sebagai yang melakukan pencatatan

6. 

Penasehat Hukum/Pengacara yang mendampingi tersangka7.  Saksi-saksi

8.  Pegawai Lapas sebagai pelaksana putusan Hakim

D.  Pelaksanaan Peranan Acara Pidana dalam Perkara Pidana Bila diduga atau diketahui terjadi peristiwa pidana, maka:

1.  Penyidikan oleh Polisi atau PNS yang diberi wewenang untuk mengumpulkan bukti

2.  Setelah tersangka dan bukti ditemukan, perkara dilimpahkan kepada Jaksa(Penuntut Umum) untuk melakukan penuntutan di Pengadilan Negeri

3.  Pemeriksaan di Pengadilan dilakukan oleh Hakim untuk mengadili

a) 

Hakim mengadili dengan asas bebas, jujur dan tidak memihak .4. 

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Hakim menetapkan putusan.a)  Dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan 

5.  Setelah Hakim menjatuhkan putusan, maka Jaksa menjalankan isi putusan6.  Bila putusan Hakim sudah dijatuhkan, dan Jaksa atau Terdakwa TIDAK PUAS,

maka upaya hukumnya ialah:a)  Biasa 

Melalui pemeriksaan tingkat banding terlebih dahulu yang diajukan kePengadilan Tinggi oleh Terdakwa/kuasanya atau Jaksa melalui

 pemeriksaan untuk kasasi yang diajukan ke Mahkamah Agung.*Permintaan kasasi terhadap putusan bebas tidak dapat dilakukan

 b)  Luar Biasa Demi kepentingan hukum, dapat diajukan satu kali pemeriksaan kasasi

oleh Jaksa Agung kepada Mahkamah Agung. Kasasi disini bertujuanuntuk mencapai kesatuan penafsiran hukum oleh pengadilan.

Page 20: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 20/26

!

 

#$%& '() &$*+)+%, -)./

; ' < = > ? ' ! @ = < = ) = A . B C 5 ! . ? ' ! . A D E A C ! . ' F G H I

7.  Satu macam pemeriksaan yang tidak dikenal dalam HIR/RID (KUHAP jamanBelanda) tetapi diuraikan dalam UU no. 8 tahun 1981 tentang KUHAP adalah

Pra Peradilan. Pemeriksaan dalam Pra Peradilan ialah perkara:a)  Sengketa sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian

 penyidikan dan pengentian penuntutan.

 b) 

Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi orang yang perkara pidananyadihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.c)  Sidang ini cukup dilakukan oleh Hakim Tunggal yang dibantu Panitera.

d)  Permohonan dilakukan oleh tersangka, kuasanya, atau keluarga tersangka.e)  Pra Peradilan harus cepat dan singkat, 10 hari setelah diterimanya

 penuntutan, Hakim harus sudah menjatuhkan putusannya.

HUKUM ACARA PERDATA

Hukum Acara Perdata adalah peraturan yang menentukan bagaimana cara mengajukan perkara perdata ke muka pengadilan dan cara melaksanakan putusan Hakim. Atau dapat

dikatakan cara memelihara dan mempertahankan hukum Perdata Materiil. 

Menurut Wirjono Prodjodikoro Hukum Acara Perdata adalah peraturan yang memuatcara orang harus bertindak di Pengadilan dan bagaimana Pengadilan bertindak satu sama

lain untuk melaksanakan Perdata Materiil.

Menurut Izaac S. Leihutu  Hukum Acara Perdata adalah peraturan yang mengatur bagaimana melaksanakan hak dan kewajiban dalam Perdata Materiil melalui Pengadilan.

A.  Sejarah Perkembangan Peradilan di Indonesia 

Peradilan di Indonesia telah mengalami tiga zaman:

1. 

Zaman Pemerintahan Hindia Belanda (1848-1942)a)  Menurut  IR  tahun 1848 peradilan di Indonesia untuk Bangsa Indonesiadalam perkara perdata ditentukan sebagai berikut:

i.   District-gerecht (Pengadilan Kewedanaan)ii.

   Regentschap-gerecht (Pengadilan Kabupaten)

iii.   Landraad (Pengadilan Negeri)iv.   Raad van Justitie/RvJ (Pengadilan Tinggi)

v.   Hooggerechtshof/HGH (Mahkamah Agung)2.  Zaman Pendudukan Jepang (1942-1945)

a)  Pada zaman ini, semua badan peradilan Hindia Belanda dihapuskan,kemudian diubah namanya menjadi:

i. 

 District-gerecht  menjadi Gun-Hooin ii.   Regentschap-gerecht  menjadi Ken Hooin 

iii.   Landraad menjadi Tihoo-Hooin iv.   Raad van Justitie menjadi Koo-Too-Hooin 

v.   Hooggerechtshof  menjadi Saikoo-Hocin 

Page 21: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 21/26

#$%& '() &$*+)+%, -)./ 

!

 

?@C J'D ACK! .! ?.)C ;>.C!L ?@C MEED ACK! .! NE= '5C ?@C O.>E?P 

3.  Zaman Kemerdekaan RI (1945-Sekarang)a)  Pada zaman ini, susunan peradilan sebagai berikut:

i.  Pengadilan Negeriii.  Pengadilan Tinggi

iii.  Mahkamah Agung

B.  Landasan Hukum Acara Perdata Pada masa penjajahan Belanda untuk Hukum Acara Perdata berlaku:

1.  Eropa:  Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering (  Rv )  dengan BadanPeradilannya di Raad van Justitie (RvJ) dan Residentie Gerecht. 

2.  Bumiputera:  Herzeine Indonesisch Reglement (HIR)  atau  Reglemen Indonesia yang Dibaharui (RID) kecuali yang diluar Jawa dan Madura berlaku

 Rechtsreglement Buitengewesten (RBg) dengan Badan Peradilannya di Landraad  

Sumber hukum yang lain:1.  UU Darurat no 1 tahun 1951 tentang kesatuan susunan kekuasaan Acara

Pengadilan Sipil yang menunjuk RID sebagai pedoman2.  UU no 14 tahun 1970 tentang ketentuan pokok kekuasaan kehakiman,  jo UU no

35 tahun 19993.  UU no 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung jo UU no 4 & 5 tahun 2004

4.  UU no 2 tahun 1986 tentang Peradilan UmumSelain UU, Yurisprudensi dan Doktrin juga merupakan sumber Hukum Acara Perdata.

C.  Asas-asas dalam Hukum Acara Perdata 

1.  Yang Berhubungan dengan Peranan:a)  Prakarsa proses dilakukan oleh pihak yang bersengketa

 b)  Hakim bersifat menunggu artinya inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak

diserahkan kepada yang berkepentinganc) 

Hakim wajib mengusahakan perdamaian d)  Perkara yang sudah berjalan dapat sewaktu-waktu ditarik  atas persetujuan

 pihak yang bersengketae)  Acara pemeriksaan dalam pengadilan mengutamakan tulisan-tulisan 

f)  Putusan hakim wajib dilandasi alasan yang rasional obyektif  g)  Putusan yang tidak lengkap merupakan alasan untuk pemeriksaan kasasi

di MAh)  Yurisprudensi  dan doktrin  seringkali dijadikan landasan untuk

memperkuat putusan Hakim.2.  Yang Berhubungan dengan Keadaan Peradilan

a)  Sidang Pengadilan dilakukan secara terbuka untuk umum  b)

 

Asas terbuka ini dapat disimpangi dalam perkara susila dan ketertiban

umum. Namun, putusan harus dibacakan dalam sidang terbuka.c)  Pihak yang berperkara didengar pendapatnya dan diakui sebagai subyek

hukum dan berkedudukan sederajat d)  Peradilan dilaksanakan bertahap:

i.  Tingkatan Pertama: Pengadilan Negeri

ii.  Tingkatan Kedua: Banding pada Pengadilan Tinggi

Page 22: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 22/26

!

 

#$%& '() &$*+)+%, -)./

; ' < = > ? ' ! @ = < = ) = A . B C 5 ! . ? ' ! . A D E A C ! . ' F G H I

Bagi mereka yang tidak puas, bisa mengulang perkara

iii.  Tingkat Ketiga: Kasasi

Disini bukan untuk mengulang perkara, tapi diteliti apakah putusanhakim telah melanggar atau menyimpang.

e)  Diselenggarakan oleh suatu Majelis Hakim 

D.  Subyek dalam Hukum Acara Perdata 1.  Para pihak yang bersengketa:

a)  Penggugat: pihak yang mengajukan gugatan ke Pengadilan b)  Tergugat: pihak yang digugat dalam perkara perdata

2.  Hakim yang mengadili3.  Panitera yang mencatat jalannya persidangan

4.  Penasehat Hukum/Pengacara5.  Juru Sita

E.  Norma-norma dalam Hukum Acara Perdata 

1. 

Kompetensi/Kewenangan Mengadili ada dua macam:a)  Kompetensi Mutlak / Absolute Competentie 

Kompetensi Mutlak ini menyangkut pembagian kekuasaan antar badan peradilan, dlihat dari macam pengadilannya.

 b)  Kompetensi Relatif / Relatieve Competentie Kompetensi Relatif ini adalah kewenangan untuk mengadili diantara

 badan peradilan yang sejenis.2.  Perkara Perdata yang Diajukan ke Pengadilan dapat berupa:

a)  Perkara Gugatan ( Jurisdictio Contentiosa)Berhubungan dengan perselisihan. Jenis putusannya ialah

Keputusan/Vonis.

 b) 

Perkara Permohonan ( Jurisdictio Voluntaria) Disini Hakim tidak melakukan peradilan, tetapi menetapkan secara resmiapa yang sudah ada. Misalnya penetapan ahli waris.

3.  Sifat Isi Putusan Pengadilan dapat berupa: a)  Putusan yang Bersifat Deklarator

Putusan yang menjelaskan sesuatu. Contoh: Penetapan Ahli Waris 

 b)  Putusan yang Bersifat Konstitutif

Putusan yang bersifat menciptakan atau menghapus status hukum tertentu.Contoh: bubarnya perkawinan, istri menjadi janda

c)  Putusan yang Bersifat Kondemnator

Putusan yang memberi hukuman. Contoh: menyerahkan barang, ganti

rugi

Page 23: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 23/26

#$%& '() &$*+)+%, -)./ 

!

 

?@C J'D ACK! .! ?.)C ;>.C!L ?@C MEED ACK! .! NE= '5C ?@C O.>E?P 

HUKUM INTERNASIONAL 

Hukum Internasional adalah hukum yang berhubungan dengan peristiwa Internasional,yang meliputi:

1.  Peristiwa tantra internasional – hukum tantra internasionala)  Hukum Tantra  adalah hukum yang mengatur segala kegiatan dalam

 bidang kenegaraan, diantaranya: HAN, HTNa)  Peristiwa Perdata internasional – Hukum Perdata internasional

Hukum internasional tidak sepenuhnya bersumber pada internasional, karena ada hukuminternasional yang bersumber pada hukum nasional.

A.  Perbedaan Hukum Internasional Publik Dengan Hukum Perdata Internasional

HUKUM INTERNASIONAL PUBLIK HUKUM PERDATA

INTERNASIONAL

Keseluruhan kaedah dan asas hukum yangmengatur hubungan atau persoalan yang

melintasi batas negara (hubunganinternasional) selain yang bersifat pedata,

seperti:a.   Negara dengan negara

 b.   Negara dengan subjek hukum bukan negara

c.  Antar subjek hukum bukan negara.

Keseluruhan kaedah dan asas hukum yangmengatur hubungan perdata antar masing

masing pelaku hukum yang tunduk denganhukum perdata nasional yang berbeda

Contoh: hubungan orang yang berbedanegara.

B.  Perbedaan Kedudukan Hukum Nasional Dengan Hukum Internasional

HUKUM NASIONAL HUKUM INTERNASIONAL

Terdapat lembaga:

1.  Eksekutif2.  Legislatif

3.  Yudikatif, dan4.  kepolisian

Tidak ada lembaga tersebut.

Sanksi hukum dapat berlaku secara tegas

dan efektif bila terjadi pelanggaran yangdilakukan oleh warga negara.

Sanksi tidak dapat berlaku efektif terhadap

suatu negara yang melakukan suatu pelanggaran. Hal ini dikarenakan setiap

negara di dunia memiliki kedaulatannyamasing masing yang tidak dapat

diintervensi oleh negara manapun.

C.  Sumber Hukum Internasional

1.  Arti materiil,  adalah apa yang menjadi dasar dari kekuatan mengikat hukum

internasional. 

Page 24: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 24/26

!

 

#$%& '() &$*+)+%, -)./

; ' < = > ? ' ! @ = < = ) = A . B C 5 ! . ? ' ! . A D E A C ! . ' F G H I

2.  Arti formal, adalah dimana terdapatnya ketentuan hukum internasional. Sumber Hukum Internasional dalam arti formal dapat dilihat pada Pasal 38 Piagam

Mahkamah Internasional.  Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa sumber hukuminternasional, adalah:

a)  Perjanjian-perjanjian Internasional

Perjanjian internasional harus diadakan oleh subjek-subjek hukuminternasional. Perjanjian tersebut diterima atau tidak sebagai hukum oleh masyarakat internasional dapat dilihat dari:

i.  Pernyataan kepala negara dalam masalah internasional yang adahubungannya dengan kebiasaan internasional.

ii.  Ketentuan dalam perundang-undangan nasional.iii.  Keputusan pengadilan internasional/nasional sehubungan dengan

masalah-masalah internasional yang ada kaitannya dengankebiasaan internasional.

b)  Prinsip-prinsip atau Asas yang Mendasari Sistem Hukum Modern

yang Diakui Bangsa Beradab.Contoh: asas dalam hukum perdata seperti asas pada pacta sunt servanda,

asas penyalahgunaan hak (abus de droit ), asas nebis in idem.Fungsi dari asas-asas hukum umum pada hukum internasional

adalah:i.  Sebagai pelengkap dari hukum kebiasaan dan perjanjian

internasionalii.  Sebagai alat penafsir bagi perjanjian internasional dan hukum

kebiasaaniii.  Sebagai alat pembatas bagi perjanjian internasional dan hukum

kebiasaan.

c) 

Keputusan pengadilan internasional dan pendapat (doktrin) parasarjana terkemuka dari berbagai bangsa di dunia sebagai hukum

tambahan

D.  Subjek Hukum Internasional

Subjek hukum internasional adalah pemegang hak dan kewajiban menurut HukumInternasional

1.  Negara

Bentuk bentuk negara, antara lain:

a)  Negara federal, yang diwakili oleh pemerintah federal (pusat). Tetapi bisa juga negara bagian pada saat tertentu.

 b)  Protektorat, yaitu negara yang pada mulanya berdaulat, kemudianmeminta perlindungan pada negara yang berdaulat. Contoh: Monaco

merupakan negara protektoran dari Prancis.c)  Dominion,  merupakan suatu persatuan secara sukarela yang melibatkan

negara-negara berdaulat yang didirikan atau pernah dijajah oleh pihak Britania Raya.

2.  Tahta suci Vatikan, memiliki kedudukan yang sama dengan negara denganmemiliki perwakilan diplomatik di berbagai negara.

Page 25: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 25/26

#$%& '() &$*+)+%, -)./ 

!

 

?@C J'D ACK! .! ?.)C ;>.C!L ?@C MEED ACK! .! NE= '5C ?@C O.>E?P 

3.  Organisasi Internasional, kedudukan organisasi internasional sebagai subjekhukum internasional dapat dilihat dari perjanjian yang mendasari berdirinya

organisasi tersebut, dimana dalam perjanjian itu terdapat hak, kewajiban, dankewenangan organ-organ lembaga tersebut. Contoh: oranisasi liga bangsa bangsa

didirikan setelah terjadinya PD I beranggotakan berbagai negara dengan tujuan

menghindari terjadinya perang dunia.4.  Palang Merah Internasional (ICRC), Palang merah internasional memilikikedudukan sebagai subjek hukum internasional, diberi kedudukan khusus dalam

konflik bersenjata untuk menolong korban perang dari pihak yang berselisih tanpamemandang siapa yang menjadi korban.

5.  Pemberontakan dan Pihak yang Dalam Sengketa, Menurut hukum perang, pemberontak dapat memperoleh kedudukan dan hak sebagai pihak yang

 bersengketa (belligerent ) Keadaan ini ditentukan oleh pengakuan pihak ketiga bagi pemberontak atau pihak yang bersengketa.

6.  Pribadi Kodrati, Pada keadaan tertentu manusia sebagai pribadi dapat dianggapsebagai subjek hukum internasional

HUKUM PERDATA INTERNASIONAL 

A.  Hukum Perdata Internasional Substantif  

1.  Hukum Pribadi / Law of Person a)  Status Personal

 b)  Kewarganegaraanc)  Domisili

d)  Pribadi Hukum / corporations2.  Hukum Harta Kekayaan / Law of Property 

a)  Harta Kekayaan Materiili.  Benda-benda tetap / immoveables property 

ii. 

Benda-benda lepas / movables property  b)  Harta Kekayaan Imateriil

c)  Perikatan / Obligations i.  Perjanjian / contracts 

ii.  Perbuatan melanggar hukum perdata / torts 3.  Hukum Keluarga / Family Law 

a)  Perkawinan b)  Hubungan orangtua-anak

c)  Adopsid)  Perceraian

e)  Harta perkawinan

4. 

Hukum Waris / Succession

B.  Hukum Perdata Internasional Ajektif  

1.  Kualifikasi2.  Persoalan Preliminer/Pendahuluan

3.  Penyelundupan Hukum4.  Pengakuan Hak yang Telah Diperoleh, Pelanjutan Keadaan Hukum

5.  Ketertiban Umum

Page 26: Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

7/23/2019 Rangkuman UAS PHI (PENGANTAR HUKUM INDONESIA)

http://slidepdf.com/reader/full/rangkuman-uas-phi-pengantar-hukum-indonesia 26/26

!

 

#$%& '() &$*+)+%, -)./

6.  Asas Timbal Balik7.  Penyesuaian

8.  Pemakaian Hukum Asing9.   Renvoi 

10. Pelaksanaan Keputusan Hakim Asing

C.  Unsur Asing Bisa Disebabkan Karena: 1.  Kewarganegaraan

2.  Bendera Kapal3.  Domisili

4.  Tempat Kediaman5.  Tempat Kedudukan Pribadi Hukum

6.  Pilihan Hukum Asing dalam Hubungan Interen7.  Letak Benda

8.  Tempat Dilaksanakannya Isi Perjanjian9.  Tempat Dilakukannya Perbuatan Hukum

10. 

Tempat Diajukannya Proses Perkara11. Tempat Terjadinya Penyelewangan Perdata

D.  Sumber Hukum dan Asas Hukum Perdata Internasional Indonesia 

1.  Pasal 16 AB “ketentuan-ketentuan perundangan tentang kedudukan hukum dan kewenangan

individu untuk bertindak, tetap mengikat warga negara Indonesia walaupunberada di luar negeri.”

Hukum Indonesia akan berlaku bagi warga negara Indonesia walaupun mereka berada di luar negeri (Asas Personalitas)

2.  Pasal 17 AB 

“mengenai benda tetap (tidak bergerak) berlaku hukum dari negara tempat bendaitu terletak.”Asas dari Pasal 17 AB ini dikenal sebagai asas Hukum Setempat (lex situs)

yang disebut juga Statute Realita. 3.  Pasal 18 AB 

“ Bentuk (tata cara/formalitas) suatu tindakan hukum mengikuti bentuk hukum yang berlaku di negara tempat dilakukannya tindakan itu.”

Asas dari Pasal 18 AB ini dikenal dengan asas Logus Regit Actum atau Lex Loci

Celebrationis yang disebut Statuta Mixta.

E.  Asas Timbal Balik / Resiprositas 

Bertitik tolak dari Asas Personalitas tersebut, maka secara timbal balik (resiprositas), bagiorang-orang asing yang berada di Indonesia juga harus diberlakukan hukum nasional

orang tersebut.