RANGKUMAN MODUL 2

download RANGKUMAN MODUL 2

of 22

Transcript of RANGKUMAN MODUL 2

Contoh Hasil Komunikasi Efektif: Pasien merasa dokter menjelaskan keadaannya sesuai tujuannya berobat. Berdasarkan pengetahuannya tentang kondisi kesehatannya, pasien pun mengerti anjuran dokter, misalnya perlu mengatur diet, minum atau menggunakan obat secara teratur, melakukan pemeriksaan (laboratorium, foto/rontgen, scan) dan memeriksakan diri sesuai jadwal, memperhatikan kegiatan (menghindari kerja berat, istirahat cukup, dan sebagainya). Pasien memahami dampak yang menjadi konsekuensi dari penyakit yang dideritanya (membatasi diri, biaya pengobatan), sesuai penjelasan dokter. Pasien merasa dokter mendengarkan keluhannya dan mau memahami keterbatasan kemampuannya lalu bersama mencari alternatif sesuai kondisi dan situasinya, dengan segala konsekuensinya. Pasien mau bekerja sama dengan dokter dalam menjalankan semua upaya pengobatan/perawatan kesehatannya. Contoh Hasil Komunikasi Tidak Efektif: Pasien tetap tidak mengerti keadaannya karena dokter tidak menjelaskan, hanya mengambil anamnesis atau sesekali bertanya, singkat dan mencatat seperlunya, melakukan pemeriksaan, menulis resep, memesankan untuk kembali, atau memeriksakan ke laboratorium/fotorontgen, dan sebagainya. Pasien merasa dokter tidak memberinya kesempatan untuk bicara, padahal ia yang merasakan adanya perubahan di dalam tubuhnya yang tidak ia mengerti dan karenanya ia pergi ke dokter. Ia merasa usahanya sia-sia karena sepulang dari dokter ia tetap tidak tahu apa-apa, hanya mendapat resep saja. Pasien merasa tidak dipahami dan diperlakukan semata sebagai objek, bukan sebagai subjek yang memiliki tubuh yang sedang sakit. Pasien ragu, apakah ia harus mematuhi anjuran dokter atau tidak. Pasien memutuskan untuk pergi ke dokter lain. Pasien memutuskan untuk pergi ke pengobatan alternatif atau komplementer atau menyembuhkan sendiri (self therapy). definisi komunikasi adalah Sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi. (Komaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988) Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003). Model proses komunikasi digambarkan Schermerhorn, Hunt & Osborn (1994) sebagai berikut:

Sumber : Schermerhorn, Hunt & Osborn (1994)

Sumber (source) atau kadang disebut juga pengirim pesan adalah orang yang menyampaikan pemikiran atau informasi yang dimilikinya. Pengirim pesan bertanggungjawab dalam menerjemahkan ide atau pemikiran (encoding) menjadi sesuatu yang berarti, dapat berupa pesan verbal, tulisan, dan atau non verbal, atau kombinasi dari ketiganya. Pesan ini dikomunikasikan melalui saluran (channel) yang sesuai dengan kebutuhan. Pesan diterima oleh penerima pesan (receiver). Penerima akan menerjemahkan pesan tersebut (decoding) berdasarkan batasan pengertian yang dimilikinya. Dengan demikian dapat saja terjadi kesenjangan antara yang dimaksud oleh Message Receives Noise. pengirim pesan dengan yang dimengerti oleh penerima pesan yang disebabkan kemungkinan hadirnya penghambat (noise). Penghambat dalam pengertian ini bisa diakibatkan oleh perbedaan sudut pandang, pengetahuan atau pengalaman, perbedaan budaya, masalah bahasa, dan lainnya. Pada saat menyampaikan pesan, pengirim perlu memastikan apakah pesan telah diterima dengan baik. Sementara penerima pesan perlu berkonsentrasi agar pesan diterima dengan baik dan memberikan umpan balik (feedback) kepada pengirim. Umpan balik penting sebagai proses klarifikasi untuk memastikan tidak terjadi salah interpretasi. Unsur-unsur yang perlu diinformasikan meliputi prosedur yang akan dilakukan risiko yang mungkin terjadi manfaat dari tindakan yang akan dilakukan alternatif tindakan yang dapat dilakukan kemungkinan yang dapat timbul apabila tindakan tidak dilakukan ramalan (prognosis) atau perjalanan penyakit yang diderita Komunikasi Efektif dalam Hubungan Dokter-Pasien Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998). Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan: - Disease centered communication style atau doctor centered communication style. Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala. - Illness centered communication style atau patient centered communication style. Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya. Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic Communication in Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan betapa pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi berikut: (1) kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien (aphysician cognitive capacity to understand patients needs), (2) menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien (anaffective sensitivity to patients feelings), (3) kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy to patient). Sementara, Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat empati yang dikodekan dalam suatu sistem (The Empathy Communication Coding System (ECCS) Levels). Berikut adalah contoh aplikasi empati tersebut:

Level 0: Dokter menolak sudut pandang pasien Mengacuhkan pendapat pasien Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti Kalau stress ya, mengapa datang ke sini? Atau Ya, lebih baik operasi saja sekarang. Level 1: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu A ha, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan badan, menyiapkan alat, dan lainlain Level 2: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit Pasien, Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja Dokter, Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini? Level 3: Dokter menghargai pendapat pasien Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau menceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stres? Level 4: Dokter mengkonfirmasi kepada pasien Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha Anda untuk menyempatkan berolah raga Level 5: Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and experience) dengan pasien. Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua. Beberapa pasien pernah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat, khawatir Empati pada level 3 sampai 5 merupakan pengenalan dokter terhadap sudut pandang pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit. Dari sekian banyak tujuan komunikasi maka yang relevan dengan profesi dokter adalah: (1) Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan pasien). (2) Membantu pengembangan rencana perawatan pasien bersama pasien, untuk kepentingan pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk kemampuan finansial. (3) Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan pasien. (4) Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang penyakit/masalah yang dihadapinya. (5) Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-langkah atau hal-hal yang telah disetujui pasien. Manfaat komunikasi efektif dokter-pasien di antaranya: (1) Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter atau institusi pelayanan medis. (2) Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar hubungan dokterpasien yang baik. (3) Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis. (4) Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam menghadapi penyakitnya. Sesi Pengumpulan Informasi

Di dalam komunikasi dokter-pasien, ada dua sesi yang penting, yaitu sesi pengumpulan informasi yang di dalamnya terdapat proses anamnesis, dan sesi penyampaian informasi. Dalam dunia kedokteran, model proses komunikasi pada sesi penggalian informasi telah dikembangkan oleh Van Dalen (2005) dan digambarkan dalam sebuah model yang sangat sederhana dan aplikatif.

Kotak 1 : Pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan terbuka yang dikemukakan oleh dokter (Patient takes the lead through open ended question by the doctor) Kotak 2 : Dokter memimpin pembicaraan melalui pertanyaan tertutup/terstruktur yang telah disusunnya sendiri (Doctors takes the lead through closed question by the doctor). Kotak 3 : Kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan negosiasi kedua belah pihak (Negotiating agenda by both). Sesi penggalian informasi terdiri dari: 1. Mengenali alasan kedatangan pasien, dimana belum tentu keluhan utamasecara medis (Silverman, 1998). Inilah yang disebut dalam kotak pertama model Van Dalen (2005). Pasien menceritakan keluhan atau apa yang dirasakan sesuai sudut pandangnya (illness perspective). 2. Penggalian riwayat penyakit (Van Thiel, 2000) Penggalian riwayat penyakit (anamnesis) dapat dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka dahulu, yang kemudian diikuti pertanyaan tertutup yang membutuhkan jawaban ya atau tidak. Inilah yang dimaksud dalam kotak kedua dalam model Van Dalen (2005). Dokter sebagai seorang yang ahli, akan menggali riwayat kesehatan pasien sesuai kepentingan medis (disease perspective). Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat ditanyakan: Bagaimana pusing tersebut Anda rasakan, dapat diceritakan lebih jauh? Menurut Anda pusing tersebut reda bila Anda melakukan sesuatu, meminum obat tertentu, atau bagaimana menurut Anda? Sedangkan pertanyaan tertutup yang merupakan inti dari anamnesis meliputi: Eksplorasi terhadap riwayat penyakit dahulu Eksplorasi terhadap riwayat penyakit keluarga Eksplorasi terhadap riwayat penyakit sekarang, contoh menggunakan pedoman Macleods clinical examination seperti disebutkan dalam Kurtz (1998) Macleods clinical examination: Di mana dirasakan? (site) Sampai di bagian tubuh mana hal tersebut dirasakan? (radiation) Bagaimana karakteristik dari nyerinya, berdenyut-denyut? Hilang timbul? Nyeri terus menerus? (character) Nyeri? Amat nyeri? Sampai tidak dapat melakukan kegiatan mengajar? (severity) Berapa lama nyeri berlangsung? Sebentar? Berjam-jam? Berhari-hari? (duration) Setiap waktu tertentu nyeri tersebut dirasakan? Berulang-ulang? Tidak tentu? (frequency) Apa yang membuatnya reda? Apa yang membuatnya kumat? Saat istirahat? Ketika kerja? waktu minum obat tertentu? (aggravating and relieving factors) Adakah keluhan lain yang menyertainya? (associated phenomenon) Secara ringkas ada 6 (enam) hal yang penting diperhatikan agar efektif dalam berkomunikasi dengan pasien, yaitu: 1. Materi Informasi apa yang disampaikan 2. Siapa yang diberi informasi

3. Berapa banyak atau sejauh mana 4. Kapan menyampaikan informasi 5. Di mana menyampaikannya 6. Bagaimana menyampaikannya Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi, yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition, Depkes RI, 1999). S = Salam A = Ajak Bicara J = Jelaskan I = Ingatkan Salam: Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk berbicara dengannya. Ajak Bicara: Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar pasien mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam usaha menggali informasi. Jelaskan: Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detil. Ingatkan: Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting. Kode Etik harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (1) Kode etik harus rasional, tetapi tidak kering dari emosi; (2) Kode etik harus konsisten, tetapi tidak kaku; (3) Kode etik harus bersifat universal. Kode Etik Kedokteran Indonesia dikeluarkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 434/Menkes/SK/X/1983. Kode Etik Kedokteran Indonesia disusun dengan mempertimbangkan International Code of Medical Ethics dengan landasan idiil Pancasila dan landasan strukturil Undang Undang Dasar 1945. adanya 4 kelompok pasien yang tidak perlu mendapat informasi secara langsung, yaitu: Pasien yang diberi pengobatan dengan placebo yaitu merupakan senyawa farmakologis tidak aktif yang digunakan sebagai obat untuk pembanding atau sugesti (suggestif-therapeuticum). Pasien yang akan dirugikan jika mendengar informasi tersebut, misalnya karena kondisinya tidak memungkinkan untuk mendengarkan informasi yang dikhawatirkan dapat membahayakan kesehatannya. Pasien yang sakit jiwa Pasien yang belum dewasa. Seseorang dikatakan cakap-hukum apabila ia pria atau wanita telah berumur 21 tahun, atau bagi pria apabila belum berumur 21 tahun tetapi telah menikah. Suatu tindakan medik itu sifatnya tidak bertentangan dengan hukum apabila memenuhi syaratsyarat sebagai berikut: Mempunyai indikasi medis, untuk mencapai suatu tujuan yang konkret.

Dilakukan menurut aturan-aturan yang berlaku di dalam ilmu kedokteran. Kedua syarat ini dapat juga disebut sebagai bertindak secara lege artis. Harus sudah mendapat persetujuan dulu dari pasien.

Keterampilan berkomunikasi berlandaskan empat unsur yang merupakan inti komunikasi: Sumber (yang menyampaikan informasi). Siapa dia? Seberapa luas/dalam pengetahuannya tentang informasi yang disampaikannya? Isi pesan (apa yang disampaikan). Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi, media penyampaian, penerimanya. Media yang digunakan. Apakah hanya berbicara? Apakah percakapan dilakukan secara tatap muka atau melalui telepon, menggunakan lembar lipat, buklet, vcd, peraga). Penerima (yang diberi informasi). Bagaimana karakternya? Apa kepentingannya? (langsung, tidak langsung). Keempat unsur ini masih perlu dilengkapi dengan umpan balik. Dokter sebagai sumber atau pengirim pesan harus mencari tahu hasil komunikasinya (apa yang dimengerti pasien?). Sejalan dengan keterampilan yang termuat dalam empat unsur ditambah umpan balik tersebut, diperlukan kemampuan berkomunikasi dalam hal-hal berikut: - Cara berbicara, termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi, parafrase, intonasi. - Mendengar, termasuk memotong kalimat. - Cara mengamati (observasi) agar dapat memahami yang tersirat di balik yang tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak tubuh). - Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan pasien (bahasa tubuh) agar tidak mengganggu komunikasi, misalnya karena pasien keliru mengartikan gerak tubuh, raut muka dan sikap dokter. Tips dalam Komunikasi Efektif : 1. Tanyakan, apakah ada yang dikhawatirkannya. 2. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti, sesuai tingkat pemahamannya (usia, latar belakang pendidikan, sosial budaya) 3. Tidak dianjurkan memakai bahasa atau menggunakan istilah kedokteran. Kalaupun harus menggunakannya, beri penjelasan dan padanan katanya (kalau memang ada). 4. Tidak perlu tergesa-gesa dan sekaligus, pemberian informasi bisa dilakukansecara bertahap. 5. Jika menyampaikan berita buruk, gunakan kata atau kalimat persiapan atau pendahuluan, misalnya, Boleh saya minta waktu untuk menyampaikan sesuatu? untuk melihat apakah dia (yang diajak berkomunikasi) siap mendengar berita tersebut. 6. Hindari memakai kata-kata yang bersifat mengancam, seperti Kalau tidak melakukan anjuran saya, kalau ada apa-apa jangan datang ke saya. 7. Gunakan kata atau kalimat yang menimbulkan semangat atau meyakinkannya. 8. Ulangi pesan yang penting. 9. Pastikan pasien/keluarga mengerti apa yang disampaikan. 10. Menanggapi reaksi psikologis yang ada, terlihat dari ucapan atau sikap dan dengan empati. Saya dapat mengerti jika ibu khawatir. 11. Menyimpulkan apa yang telah disampaikan. 12. Beri kesempatan pasien/keluarga untuk bertanya, jangan memonopoli pembicaraan. 13. Berikan nomor telpon yang bisa dihubungi jika sewaktu-waktu diperlukan. Komunikasi efektif mampu menghindarkan kesalahpahaman yang bisa menimbulkan dugaan malapraktik

Pengertian Konseling Ada banyak pengertian dari konseling yang penulis temukan. Berikut beberapa pengertian konseling menurut beberapa ahli : Konseling adalah proses komunikasi antara seseorang (konselor) dengan orang lain. (Depkes RI, 2000:32). Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini,masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/ upaya untuk mengatasi masalah tersebut. (Saifudin, Abdul Bari dkk, 2001:39 ) Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta, harapan, kebutuhan, dan perasaan klien. ( Saraswati, Lukman, 2002:15 Tahap-Tahap Konseling Agar konseling berjalan dengan baik, konseling memiliki lima tahapan sebagai berikut : 1. Tahap Analisis Tahap kegiatan yang terdiri pengumpulan informasi dan data mengenai klien. 2. Tahap Sintesis Langkah merangkum dan mengatur data dari hasil analisis yang sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat, kekuatan, kelemahan dan kemampuan penyesuaian diri klien. 3. Tahap Diagnosis Sebenarnya merupakan langkah pertama dalam bimbingan dan hendaknya dapat menemukan ketetapan yang dapat mengarah kepada permasalahan, sebab-sebabnya, sifat-sifat klien yang relevan dan berpengaruh pada penyesuaian diri. Diagnosis meliputi : 1. Identifikasi masalah yang sifatnya deskriptif misalnya dengan menggunakan kategori Bordin dan Pepinsky Kategori diagnosis Bordin : a. dependence (ketergantungan) b. lack of information (kurangnya informasi) c. self conflict (konflik diri) d. choice anxiety (kecemasan dalam membuat pilihan) Kategori diagnosis Pepinsky : a. lack of assurance (kurang dukungan)

b. lack of information (kurang informasi) c. dependence (ketergantungan) d. self conflict (konlflik diri) 2. Menentukan sebab-sebab, mencakup perhatian hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan yang dapat menerangkan sebab-sebab gejala. Konselor menggunakan intuisinya yang dicek oleh logika, oleh reaksi klien, oleh uji coba dari program kerja berdasarkan diagnosa sementara. 3. Prognosis yang sebenarnya terkandung didalam diagnosis misalnya diagnosisnya kurang cerdas prognosisnya menjadi kurang cerdas untuk pekerjaan sekolah yang sulit sehingga mungkin sekali gagal kalau ingin belajar menjadi dokter. Kalau klien belum sanggup berbuat demikian, maka Konselor bertanggung jawab dan membantu klien untuk mencapai tingkat pengambilan tanggung jawab. 4. Tahap Konseling Merupakan hubungan membantu klien untuk menemukan sumber diri sendiri maupun sumber diluar dirinya, baik dilembaga, sekolah dan masyarakat dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian optimal, sesuai dengan kemampuannya. Dalam kaitan ini ada lima jenis konseling adalah : a. Belajar terpimpin menuju pengertian diri b. Mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai alat untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya. c. Bantuan pribadi dan Konselor, agar klien mengerti dan trampil dalam menggunakan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. d. Mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif. e. Mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran 5. Tahap Tindak Lanjut Mencakup bantuan kepada klien dalam menghadapi masalah baru dengan mengingatkannya kepada masalah sumbernya sehingga menjamin keberhasilan konseling. Teknik yang digunakan harus disesuaikan dengan individualitas klien.

Pada dasarnya tahap-tahap dengan langkah-langkah konseling mempunyai kesamaan. Namun disini penulis menemukan perbedaan antara keduanya. Berikut langkah-langkah dalam konseling: 1. Assesment, langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien (untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benarbenar dialaminya pada waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah. 2. Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

(a) Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien (b) Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling (c) Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien : a. b. c. d. apakah merupakan tujuan yang benar-benar dimiliki dan diinginkan klien apakah tujuan itu realistik kemungkinan manfaatnya kemungkinan kerugiannya

(d) Konselor dan klien membuat keputusan apakah melanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai, atau melakukan referal. 3. Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling. 4. Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling. 5. Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.

Tehknik Konseling Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahapantahapan konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa jenis teknik umum, diantaranya : A. Perilaku Attending Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat : 1. Meningkatkan harga diri klien. 2. Menciptakan suasana yang aman 3. Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas. Contoh perilaku attending yang baik :

Kepala : melakukan anggukan jika setuju Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.

Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan. Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.

Contoh perilaku attending yang tidak baik :

Kepala : kaku Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot. Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling. Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara. Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar. B. Empati Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati. Terdapat dua macam empati, yaitu : 1. Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka. Contoh ungkapan empati primer : Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda. Saya dapat memahami pikiran Anda. Saya mengerti keinginan Anda. 2. Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya. Contoh ungkapan empati tingkat tinggi : Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu. C. Refleksi Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu : 1. Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : Tampaknya yang Anda katakan adalah . 2. Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.Contoh : Tampaknya yang Anda katakan

3. Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : Tampaknya yang Anda katakan suatu D. Eksplorasi Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu : 1. Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan. Contoh : Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan . 2. Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Contoh : Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang tindakan lain yang harus saya lakukan. 3. Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman klien. Contoh : Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui. Namun, saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pengobatan anak Anda E. Menangkap Pesan (Paraphrasing) Menangkap Pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien dengan teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati respons klien terhadap konselor. Tujuan paraphrasing adalah : (1) untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan klien (2) mengendapkan apa yang dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan (3) memberi arah wawancara konseling (4) pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan klien. Contoh dialog : Klien : Saya ada keyakinan bahwa operasi yang akan dijalani anak saya akan berhasil meskipun doter memvonis ada kemungkinan gagal, tapi saya tidak tahu kenapa saya menolaknya ? Konselor : Tampaknya Anda masih ragu. F. Pertanyaan Terbuka (Opened Question) Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing pasien agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya dapat digunakan teknik

pertanyaan terbuka (opened question). Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien, jika dia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah. Contoh : Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan ?

G. Pertanyaan Tertutup (Closed Question) Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan kata Ya atau Tidak atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup untuk : (1) mengumpulkan informasi (2) menjernihkan atau memperjelas sesuatu (3) menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang. H. Dorongan minimal (Minimal Encouragement) Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan ungkapan : oh, ya., lalu, terus. danTujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya dan pada saat klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan atau pada saat konselor ragu atas pembicaraan klien. I. Interpretasi Interpretasi yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut. Contoh dialog : Klien : Saya pikir dengan berhenti sekolah dan memusatkan perhatian membantu orang tua merupakan bakti saya pada keluarga, karena adik-adik saya banyak dan amat membutuhkan biaya. Konselor : Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi semua warga negara. Terutama hidup di kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus, namun mungkin disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong akan meninggalkan SMA.

J. Mengarahkan (Directing) Mengarahkan yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau menghayalkan sesuatu. Klien : Ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tak dapat lagi menahan diri. Akhirnya terjadi pertengkaran sengit. Konselor : Bisakah Anda mencobakan di depan saya, bagaimana sikap dan kata-kata ayah Anda jika memarahi Anda. K. Menyimpulkan Sementara (Summarizing) Menyimpulkan sementara yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan sementara adalah untuk : (1) memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari halhal yang telah dibicarakan; (2) menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap; (3) meningkatkan kualitas diskusi; (4) mempertajam fokus pada wawancara konseling. Contoh : Setelah kita berdiskusi beberapa waktu alangkah baiknya jika simpulkan dulu agar semakin jelas hasil pembicaraan kita. Dari materi-materi pembicaraan yang kita diskusikan, kita sudah sampai pada dua hal: pertama, tekad Anda untuk bekerja sambil kuliah makin jelas; kedua, namun masih ada hambatan yang akan hadapi, yaitu : sikap orang tua Anda yang menginginkan Anda segera menyelesaikan studi, dan waktu bekerja yang penuh sebagaimana tuntutan dari perusahaan yang akan Anda masuki.

Tujuan Konseling Berikut beberapa tujuan konseling dengan dokter : baik Mendapatkan penjelasan yang lebih rinci mengenai penyakit yang diderita Memberikan alternatif pilihan beserta resikonya dalam pengobatan Membantu dalam memilih pilihan alternatif agar mendapatkan hasil yang pasien bila penyakitnnya tersebut

Memberikan motivasi kepada mematahkan semangat hidupnya

Menghilangkan keraguan dalam mengambil keputusan

Menjadi Konselor yang Baik Seorang konselor memiliki beberapa keterampilan sebagai berikut : a) Keterampilan Observasi

Hal hal yang ada dalam ketrampilan observasi yaitu Apa yang diobservasi/diamati ? . Dalam mengobservasi sesuatu ada 2 hal penting yang perlu diperhatikan : 1. Pengamatan Obyektif, yaitu berbagai tingkah laku yang kita lihat dan dengar. 2. Interpretasi/penafsiran, yaitu kesan yang kita berikan terhadap apa yang kita lihat (amati) dan kita dengar. b) Keterampilan Mendengar Aktif Terdapat empat bentuk mendengarkan yang bisa digunakan sesuai dengan situasi yang dihadapi, yaitu : 1. 2. 3. 4. Mendengar Pasif (Diam) Memberi tanda perhatian verbal dan nonverbal Mengajukan pertanyaan untuk mendalami dan klarifikasi Mendengar Aktif

c). Keterampilan Bertanya Semua jenis pertanyaan dapat dikelompokkan menjadi pertanyaan tertutup dan terbuka. Pertanyaan Tertutup Menghasilkan jawaban ya atau tidak yang berguna untuk mengumpulkan informasi yang factual. Menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi dan proses pengambilan keputusan Pertanyaan Terbuka Jenis pertanyaan biasanya memakai kata tanya bagaimana atau apa Memberi kebebasan atau kesempatan kepada klien dalam menjawab yang memungkinkan partisipasi aktif dalam percakapan. Merupakan cara yang efektif untuk menggali informasi dengan menggunakan intonasi suara yang menunjukkan minat dan perhatian.

Sifat yang Harus Dimiliki Seorang Konselor Ada beberapa sikap yang harus dimiliki seorang konselor agar pasien mendapatkan tujuannya. Berikut sifat-sifat yang harus dimiliki seorang konselor : Mempunyai motivasi tinggi untuk menolong orang lain Bersikap ramah, sopan , dan santun Menerima klien (pasien) apa adanya Berempati terhadap klien (pasien)

Membantu dengan tulus Terbuka terhadap pendapat orang lain

ARTIKEL ILMIAHArtikel merupakan karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai di majalah, surat kabar, dan sebagainya (KBBI 2002: 66). Artikel adalah sebuah karangan prosa yang dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas (Tartono 2005: 84). Artikel imiah juga dapat diartikan sebagai hasil berpikir ilmiah yang didasarkan pada rencana yang relatif matang karena akan memudahkan penulis untuk mewujudkan teks artikel.

Manfaat dari Artikel Ilmiah memperoleh pengakuan profesional dari kalangan profesinya memperdalam penguasaan bidang ilmu memperlancar peningkatan karir akademik atau jabatan fungsionalnya berpartisipasi dalam penyebaran dan pengembangan ilmu.

Tujuan Membuat Artikel Ilmiah untuk mendiseminasikan pemikiran kita ke khalayak akademik lebih luas melalui media jurnal yang sesuai dengan disiplin ilmunya baik lingkup nasional maupun antarbangsa.

Bagaimana cara membuat Artikel Ilmiah Artikel ilmiah selayaknya ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan sehingga memuat informasi-informasi dan fakta-fakta empirik yang akurat, mutakhir dan komprehensif dengan metodologi yang jelas. Laporan penelitian saja tidak cukup, karena sering kali hanya dibaca oleh pemberi dana dalam lingkungan terbatas. Artikel ilmiah dipaparkan secara singkat, rinci, logis, sistematis, padat, dan komprehensif (namun tidak bertele-tele), dengan menggunakan bahasa Indonesia (asing) yang sesuai dengan aturan main yang berlaku di dunia akademik. sehingga pembahasan dan analisisnya dapat dipahami dengan jelas dan tepat.

Langkah Umum Penulisan Artikel Ilmiah Pengembangan gagasan Perencanaan naskah Perencanaan bahasa

Pengembangan paragraph Penulisan draf [ konsep ]

Syarat-syarat Artikel Ilmiah yang Baik Mengandung masalah Topik harus spesifik, sehingga dapat dengan mudah dijelaskan atau diuraikan. Semua gagasan harus bisa dipertanggungjawabkan dengan mengikutsertakan alasan, bukti dan contoh. Panjang artikel antara 3-5 halaman Sebuah artikel hendaknya menyertakan alternatif pemecahan persoalan atau menyertakan harapan, usul atau saran kepada pembaca Ciri-ciri Artikel Ilmiah Yang Baik Aktual Akurat Cukup panjang dan bagus Mempunyai gambar sebagai ilustrasi pelengkap Mudah di pahami

Bagian-bagian yang Harus diperhatikan dalam membuat Artikel Ilmiah Judul - informatif - lengkap - tidak terlalu panjang atau pendek [5-15 kata] - memuat variabel-variabel yang diteliti Abstrak terdiri dari : - masalah dan tujuan penelitian - prosedur penelitian - ringkasan hasil penelitian Text, terdiri dari : - Pendahuluan : latar belakang atau rasional penelitian

landasan teori (kajian pustaka) wawasan rencana pemecahan masalah rumusan tujuan penelitian - Metode : * Desain penelitian * Populasi & Sampel/Sumber data * Bagaimana data dikumpulkan * Bagaimana data dianalisis Hasil : - bagian utama artikel ilmiah - hasil bersih tanpa proses analisis data - hasil pengujian hipotesis - dapat disajikan dengan tabel atau grafik untuk memperjelas penyajian hasil secara verbal Diskusi :

Dalam diskusi pengarang hendaknya menjelaskan makna penemuan penelitian yang dikemukakan dalam Results. Tiap pernyataan harus dijelaskan dan didukung oleh literatur yang memadai. Pada penelitian dengan banyak hasil, dianjurkan untuk memberikan subjudul pada tiap bidang yang didiskusikan. Ucapan terima kasih

Pada ucapan terima kasih ini penulis dapat mencantumkan teman, dosen, atau siapa saja yang memberikan bantuan secara substansial kepada penelitian Daftar Pustaka Untuk journal perhatikan : singkatan jurnal tahun volume halaman awal dan akhir Untuk buku : kota terbit nama penerbit

tahun halaman awal dan akhir yang dikutip Lampiran - sertakan lampiran yang substansial

Cara Mempublikasikan Artikel Ilmiah Publikasi artikel ilmiah dapat dilakukan melalui : - penerbitan artikel ilmiah dalam jurnal ilmiah - dapat dipresentasikan pada seminar, workshop, atau pertemuan ilmiah - bisa juga diterbitkan dalam seminar yang bersangkutan Pengertian dari Presentasi Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin. Berbeda dengan pidato yang lebih sering dibawakan dalam acara resmi dan acara politik, presentasi lebih sering dibawakan dalam acara bisnis. Presentasi adalah salah satu bentuk komunikasi yaitu pertukaran pesan/informasi antara Anda dengan seseorang atau beberapa orang.

7 Tips Agar Sukses Presentasi Untuk meyakinkan pendengar, jangan memilih cara inkonvensional (tidak lazim), tapi sampaikan presentasi yang berisi agar bisa difahami oleh pendengar. Faktor penting dalam presentasi adalah keseluruhan ide yang disampaikan harus dapat difahami oleh pendengar Pada akhir presentasi, sangat dianjurkan untuk mengulas kembali point-point penting yang dipresentasikan Pemakaian demonstrasi eksperimen merupakan hal yang menarik. Siapkan beberapa alternatif yang akan didemonstrasikan pada pendengar. Perhatikan pengaturan waktu/scheduling dalam menyampaikan presentasi. Jika presentasi terasa berjalan lambat, anda perlu untuk meringkas materi yang disajikan. Perlunya berlatih presentasi di depan teman/kolega Cek lah projector sebelum melakukan presentasi

Yang tidak dilakukan Pada Saat Presentasi

Mumble Talk to the whiteboard or screen Apologize all the time Read your talk [ unless it is a speech ] Sit down while talking Talk in a monotone Have a poor attitude Say umm repetitively Discuss things you dont understand

Tujuan dari Presentasi Menginformasikan: presentasi berisi informasi yang akan disampaikan kepada orang lain. Presentasi semacam ini sebaiknya menyampaikan informasi secara detail dan jelas (clear) sehingga orang dapat menerima informasi dengan baik dan tidak salah presepsi terhadap informasi yang diberikan tersebut. Meyakinkan: presentasi berisi informasi, data, dan bukti-bukti yang disusun secara logis sehingga menyakinkan orang atas suatu topik tertentu. Kondradiksi dan ketidakjelasan informasi dan penyusunan yang tidak logis akan mengurangi keyakinan orang atas presentasi yang diberikan. Membujuk: presentasi yang berisi informasi, data, dan bukti-bukti yang disusun secara logis agar orang mau melakukan suatu aksi/tindakan. Presentasi dapat berisi bujukan, atau rayuan yang disertai dengan bukti-bukti sehingga orang merasa tidak ragu dan yakin untuk melakukan suatu tindakan. Menginspirasi: presentasi yang berusaha untuk membangkitkan inspirasi orang. menghibur: presentasi yang berusahan untuk memberi kesenangan pada orang melalui informasi yang diberikan.

Bagaimana Menjadi Presentator yang Baik Utarakan objective anda diawal prsentasi, dan ulangi kembali di akhir presentasi. Jangan membuat lawakan kalau anda tidak ahli untuk itu. Perhatikan kelakuan anda, hindari kebiasaan tidak baik. Gunakan laser pointer dengan benar, dan jangan ganggu audience anda dengannya.

Libatkan audience dalam proses Awasi waktu anda! Jangan membahas hal-hal diluar topik. Hindari membaca kata per kata [gagap] Usahakan Anda lihat terlebih dahulu setiap transisi slide ke layarapakah Audience dapat melihat slide Anda dengan baik ?

Pengertian Kerja Sama Kerja sama atau belajar bersama adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggotaanggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil mufakat.

Dalam kerja sama kelompok harus : Membangun dan membagi suatu tujuan yang lumrah Sumbangkan pemahamanmu tentang permasalahan: pertanyaaan, wawasan, dan pemecahan Tanggap terhadap, dan belajar memahami, pertanyaan lain, wawasan dan penyelesaian. Setiap anggota memperkuat yang lain untuk berbicara dan berpartisipasi, dan menentukan kontribusi (sumbangan) mereka. Bertanggung jawab terhadap yang lain, dan mereka bertanggung jawab pada Anda Bergantung pada yang lain, dan mereka bergantung pada Anda

Kerja sama dapat menimbulkan hal-hal yang positif, yaitu : Bersosialisasi Berempati dengan teman Menjaga emosi Leadership Mengemukakan pendapat Mengambil keputusan Toleransi Saling berbagi

Tiga kata kunci meningkatkan nilai kerja sama kelompok :

Metode. Artinya kelompok itu dapat dibuat karena ada caranya. Bagaimana cara membentuk kelompok? Apakah karena ada kesamaan nilai, motif, ataukah tujuan yang dibentuk oleh pihak diluar kelompok? Proses. Pembentukan kelompok adalah suatu proses yang terdiri dari fase-fase tertentu yang melibatkan peran serta semua anggota kelompok. Sebagai suatu proses, ada fase run up dan run down. Nilai Kerjasama. Bagaimana mengukur keberhasilan kelompok, dari tujuan yang tercapai ataukah dari proses pembentukan kelompok yang menguatkan nilai kerjasama dalam kelompok? Apakah nilai kerjasama menjamin tercapainya tujuan kelompok?

Pembentukan kelompok di bagi atas 4, yaitu : Forming. Inilah tahap dimana setiap anggota kelompok masih mengenakan topeng sosialnya dengan rapi. Storming. Disini setiap individu mulai melepaskan topengnya dan menunjukkan ke-akuannya dengan bangga. Mulailah petir dan badai bermunculan karena benturan-benturan kepentingan antar individu. Norming. Setelah semua ke-aku-an muncul, timbullah kesadaran dan kesepakatan akan perilaku yang boleh dan tidak boleh muncul dalam kelompok. Aturan-aturan dalam kelompok disepakati dalam fase ini. Performing. Menginjak fase ini, kelompok telah mencapai apa yang disebut oleh Gestalt The Whole is Greater than The Sum of its Parts. Sinergi kelompok telah terbukti dengan pencapaian sejumlah tujuan kelompok.

Secara umum, ada 3 hal yang menunjukan efektif atau tidaknya suatu kelompok : kemampuan kelompok tersebut dalam mencapai tujuannya seoptimal mungkin kemampuan kelompok dalam mempertahankan kelompoknya agar tetap serasi, selaras dan seimbang kemampuan kelompok untuk berkembang dan berubah sehingga dapat terus meningkatkan kinerjanya.

Ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan dalam upaya pembentukan kelompok/tim, yaitu : 1. Adanya ketergantungan yang sifatnya positif (positive interdependency). 2. Keandalan individu (individual accountability). 3. lnteraksi langsung (face-to-face interaction). 4. Ketrampilan kerjasama (collaborative skills). 5. Proses kelompok (group processing).