Rangkuman Materi OSN Kebumian

25
Gneiss Gneiss adalah typical dari jenis batuan metamorf, batuan ini terbentuk pada saat batuan sediment atau batuan beku yang terpendam pada tempat yang dalam mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi. Hampir dari semua jejak jejak asli batuan ( termasuk kandungan fosil) dan bentuk bentuk struktur lapisan ( seperti layering dan ripple marks) menjadi hilang akibat dari mineral-mineral mengalami proses migrasi dan rekristalisasi. Pada batuan ini terbentuk goresan goresan yang tersusun dari mineral mineral seperti hornblende yang tidak terdapat pada batuan batuan sediment. Pada batuan gneiss, kurang dari 50 persen dari mineral mineral menjadi mempunyai bentuk bentuk penjajaran yang tipis dan terlipat pada lapisan-lapisan. Kita dapat melihat bahwasannya tidak seperti pada batuan schist yang mempunyai pensejajaran mineral yang sangat kuat, batuan gneiss tidak retak atau hancur sepanjang bidang dari pensejajaran mineral tersebut, dan terbentuk urat-urat yang tebal yang terdiri dari butiran-butiran mineral di dalam batuan tersebut, hal ini tidak seperti kebanyakan bentuk bentuk perlapisan yang terdapat pada batuan schist. Dengan proses metamorfosa lebih lanjut batuan gneiss dapat berubah menjadi magmatite dan akhirnya terkristalisasi secara total menjadi batuan granit. Meskipun batuan ini terubah secara alamiah, gneiss dapat mengekalkan bukti terjadinya proses geokimia di dalam sejarah pembentukannya, khususnya pada mineral mineral seperti zircon yang bertolak belakang dengan proses metamorfosa itu sendiri. Batuan batuan keras yang berumur tua seperti pada batuan gneiss yang berasal dari bagian barat Greenland, Isotop atom karbon dari batuan tersebut menunjukkan bahwasannya ada kehidupan pada masa batuan tersebut terbentuk , yaitu sekitar 4 millyar tahun yang lalu. POSTED BY ASMATIGMA AT 6:01 PM 0 COMMENTS LABELS: BATUAN METAMORF GNEISS Older Posts

description

GneissGneiss adalah typical dari jenis batuan metamorf, batuan ini terbentuk pada saat batuan sediment atau batuan beku yang terpendam pada tempat yang dalam mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi. Hampir dari semua jejak jejak asli batuan ( termasuk kandungan fosil) dan bentuk bentuk struktur lapisan ( seperti layering dan ripple marks) menjadi hilang akibat dari mineral-mineral mengalami proses migrasi dan rekristalisasi. Pada batuan ini terbentuk goresan goresan yang tersusun dari mine

Transcript of Rangkuman Materi OSN Kebumian

Page 1: Rangkuman Materi OSN Kebumian

Gneiss

Gneiss adalah typical dari jenis batuan metamorf, batuan ini terbentuk pada saat batuan sediment atau batuan beku yang terpendam pada tempat yang dalam mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi. Hampir dari semua jejak jejak asli batuan ( termasuk kandungan fosil) dan bentuk bentuk struktur lapisan ( seperti layering dan ripple marks) menjadi hilang akibat dari mineral-mineral mengalami proses migrasi dan rekristalisasi. Pada batuan ini terbentuk goresan goresan yang tersusun dari mineral mineral seperti hornblende yang tidak terdapat pada batuan batuan sediment.

Pada batuan gneiss, kurang dari 50 persen dari mineral mineral menjadi mempunyai bentuk bentuk penjajaran yang tipis dan terlipat pada lapisan-lapisan. Kita dapat melihat bahwasannya tidak seperti pada batuan schist yang mempunyai pensejajaran mineral yang sangat kuat, batuan gneiss tidak retak atau hancur sepanjang bidang dari pensejajaran mineral tersebut, dan terbentuk urat-urat yang tebal yang terdiri dari butiran-butiran mineral di dalam batuan tersebut, hal ini tidak seperti kebanyakan bentuk bentuk perlapisan yang terdapat pada batuan schist. Dengan proses metamorfosa lebih lanjut batuan gneiss dapat berubah menjadi magmatite dan akhirnya terkristalisasi secara total menjadi batuan granit.

Meskipun batuan ini terubah secara alamiah, gneiss dapat mengekalkan bukti terjadinya proses geokimia di dalam sejarah pembentukannya, khususnya pada mineral mineral seperti zircon yang bertolak belakang dengan proses metamorfosa itu sendiri. Batuan batuan keras yang berumur tua seperti pada batuan gneiss yang berasal dari bagian barat Greenland, Isotop atom karbon dari batuan tersebut menunjukkan bahwasannya ada kehidupan pada masa batuan tersebut terbentuk , yaitu sekitar 4 millyar tahun yang lalu.POSTED BY ASMATIGMA AT 6:01 PM 0 COMMENTS

LABELS: BATUAN METAMORF GNEISS Older Posts

B A T U A N : B A T U A N M E T A M O R F

atuan metamorf adalah batuan yang terbentuk sebagai akibat dari proses metamorfosa pada batuan yang sudah ada karena perubahan temperatur(T), tekanan (P), atau Temperatur (T) dan Tekanan (P) secara bersamaan. Batuan metamorf diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelas atas dasar derajat metamorfosanya, yaitu:

Batuan metamorfosa derajat rendah; Batuan metamorfosa derjat menengah, dan Batuan metamorf derajat tinggi.

Page 2: Rangkuman Materi OSN Kebumian

Penamaan Batuan Metamorf

Penamaan batuan metamorf didasarkan atas tekstur, struktur dan komposisi mineral yang menyusun batuan tersebut. Adapun tekstur batuan metamorf terdiri dari: Bentuk butir granoblatik (terdiri dari mineral-mineral granular), lepidoblastik (terdiri dari mineral-mineral pipih), dan nematoblastik (terdiri dari mineral-mineral orthorombik), sedangkan teksturnya ada foliasi, dan non foliasi.

Tekstur foliasi (tekstur batuan metamorf yang memperlihatkan adanya orientasi dari mineralnya). Struktur batuan metamorf dapat terdiri dari struktur schistose (struktur batuan metamorf yang memperlihatkan perselingan orientasi mineral pipih dan mineral granular / nematoblastik), gneistose (struktur batuan metamorf yang memperlihatkan hubungan dari orientasi mineral pipih dan mineral nematoblastik/granular yang saling berpotongan/tidak menerus), hornfelsic (struktur batuan metamorf yang hanya tidak memperlihatkan foliasi).

Derajat Metamorfosa

Derajat metamorfosa adalah suatu tingkatan metamorfosa yang didasarkan atas temperatur (T) atau tekanan (P) atau keduanya T dan P. Tabel dibawah ini adalah tingkatan batuan metamorf berdasarkan derajat metamorfosa:

Tabel dibawah ini adalah nama-nama batuan metamorf, tekstur batuan, derajat metamorfosa, serta batuan asal.

Page 3: Rangkuman Materi OSN Kebumian

Sumber : Noor, D., 2008. “Pengantar Geologi”, Universitas Pakuan, Bogor

B A T U A N M E T A M O R F

May 8th, 2009 by Risa Triandari in Geologi, Petrologi | leave a response

Sedikit esai tentang batuan metamorf yang diterjemahkan dan diringkas dari buku Physical Geology (Twelfth Edition) yang ditulis oleh C. Plummer dan D. Carlson dan diterbitkan pada tahun 2007. (By the way, saya sangat merekomendasikan buku ini bagi siapa saja yang ingin mempelajari ilmu geologi secara umum. Terutama yang masih awam akan ilmu geologi karena didukung oleh gambar-gambar yang memudahkan kita dalam memvisualisasikan penjelasannya dan bahasanya mudah dicerna.) Semoga dapat bermanfaat ya =)

BATUAN METAMORF

PENDAHULUAN

Siklus batuan menunjukkan kemungkinan batuan untuk berubah bentuk. Batuan yang terkubur sangat dalam mengalami perubahan tekanan dan temperatur. Jika mencapai

Page 4: Rangkuman Materi OSN Kebumian

suhu tertentu, batuan tersebut akan melebur menjadi magma. Namun, saat belum mencapai titik peleburan kembali menjadi magma, apa yang terjadi pada batuan tersebut? Batuan tersebut berubah menjadi batuan metamorf.

Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami proses metamorfosis. Proses metamorfosis terjadi hanya di dalam Bumi. Proses tersebut mengubah tekstur asal batuan, susunan mineral batuan, atau keduanya. Proses ini terjadi dalam solid state, artinya, batuan tersebut tidak melebur. Bayangkan sebuah roti yang berubah menjadi roti bakar. Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa fluida – terutama air – memiliki peranan penting dalam proses metamorfosis.

Batugamping termetamorfosis menjadi marmer.

Butiran halus kalsit pada batugamping terekristalisasi menjadi butiran besar. Perubahan yang terjadi hanya pada teksturnya.

Serpih termetamorfosis menjadi mika berbutir besar.

Mineral lempung pada serpih tidak stabil pada temperatur tinggi. Perubahan yang terjadi, selain teksturnya, juga mencakup pembentukan mineral baru.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KARAKTERISTIK BATUAN METAMORF

1. Komposisi Mineral Batuan Asal

2. Temperatur dan Tekanan Selama Metamorfosis

3. Pengaruh Gaya Tektonik

4. Pengaruh Fluida

KLASIFIKASI BATUAN METAMORF

Batuan metamorf diklasifikasikan berdasakan ada atau tidaknya foliasi. Foliasi adalah struktur planar pada batuan metamorf yang disebabkan oleh pengaruh tekanan diferensial saat proses metamorfosis.

Tidak Terfoliasi

Kelas ini diklasifikasikan lagi menurut komposisi mineralnya.

Marmer terdiri dari butiran kalsit berukuran kasar. Jika batuan asalnya adalah dolomit, namanya menjadi marmer dolomit.

Kuarsit terdiri dari butiran kuarsa yang terlaskan bersama dan terikat kuat pada temperatur tinggi.

Hornfels berukuran butir sangat halus. Hornfels mika berasal dari serpih dan hornfels amphibole berasal dari basalt.

Page 5: Rangkuman Materi OSN Kebumian

Terfoliasi

Kelas ini diklasifikasikan lagi menurut tipe foliasinya. Makin jelas foliasinya, makin tinggi derajat metamorfosisnya (menandakan makin tingginya tekanan/temperatur).

Derajat metamorfosis

Struktur Nama Batuan Mineral Penciri

Karakter Khas

Makin rendah Slaty Slate/Batusabak Lempung, silika melembar

Butiran sangat halus. Kilap earthy. Mudah membelah menjadi lembaran tipis datar.

Slaty – Schistose

Phyllite Mika Butiran halus. Kilap sutra. Membelah mengikuti permukaan bergelombang.

Schistose Schist Biotit, amfibol muskovit

Berkomposisi mineral melembar dan memanjang dengan susunan mendatar. Variasi mineral yang luas.

Gneissic Gneiss Feldspar, kuarsa, amfibol, biotit

Mineral gelap dan terang terpisah dan membentuk perlapisan atau lenses. Perlapisan mungkin berlipat. Lapisan gelap: biotit, hornblende; lapisan terang: felspar, kuarsa

JENIS-JENIS METAMORFISME

Metamorfisme Kontak/Termal

Metamorfisme ini faktor dominannya ialah temperatur tinggi. Tekanan confining (tekanan yang pengaruhnya sama besar ke semua permukaan benda) juga berpengaruh, namun tidak signifikan. Kebanyakan terjadi < 10 km di bawah permukaan Bumi. Metemorfisme kontak terjadi pada batuan intrusi jika ada magma yang mengintrusi batuan tersebut. Prosesnya menghasilkan efek yang dikenal dengan sebutan baking effect. Zona kontak ini (disebut aureole) tidak terlalu luas, hanya sekitar 1 – 100 meter. Karena tekanan diferensial (tekanan yang pengaruhnya tidak sama besar ke semua permukaan benda) juga tidak terlalu signifikan, batuan metamorf yang terbentuk biasanya tidak terfoliasi.

Metamorfisme Regional/Dinamotermal

Metamorfisme ini terjadi pada kedalaman yang signifikan yakni > 5 km. Batuan jenis ini merupakan yang paling banyak tersingkap di permukaan. Biasanya pada dasar pegunungan yang bagian atasnya tererosi. Batuan dari proses ini kebanyakan terfoliasi, menandakan tingginya tingkat tekanan diferensial (akibat gaya tekonik). Temperatur saat terjadi proses ini bervariasi, tergantung oleh kedalaman dan kehadiran badan magma. Kehadiran mineral indeks dapat menentukan tingkat tekanan

Page 6: Rangkuman Materi OSN Kebumian

dan temperatur proses rekristalisasi. Contohnya: schisthijau dan batuschist yang mengandung mineral klorit, aktinolit, dan plagioklas kaya sodium, terbentuk pada P & T lebih rendah; sedangkan amphibolit yang mengandung hornblende, plagioklas feldspar, dan terkadang garnet, terbentuk pada P & T lebih tinggi.

Batuan BekuBatuan beku atau igneous rock adalah batuan yang terbentuk dari proses pembekuan magma di bawah permukaan bumi atau hasil pembekuan lava di permukaan bumi. Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.5000C dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan beku. Dalam membicarakan masalah sifat fisik batuan beku tidak akan lepas dari:1. Tekstur

Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan.Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu: o KristalinitasKristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya

Page 7: Rangkuman Materi OSN Kebumian

berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:  Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.  Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.  Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.  Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan. o GranularitasGranularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:  Fanerik/fanerokristalin  Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:  Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.  Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.  Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.  Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm. o AfanitikBesar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisa mikroskopis dapat dibedakan:  Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.  Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm. Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas. o Bentuk KristalBentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu: 

Page 8: Rangkuman Materi OSN Kebumian

Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.  Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.  Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.  Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:  Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.  Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi  yang lain.  Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.  Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur. o Hubungan Antar KristalHubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:  Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:  Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.  Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.  Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.  Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas. 2. StrukturStruktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya: o Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal. o Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. 

Page 9: Rangkuman Materi OSN Kebumian

Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:o Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku. o Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur. o Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur. o Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat. o Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi. Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar berlembar). 3. Komposisi MineralUntuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: o Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit. o Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol dan olivin. Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar klasifikasinya.Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya, menurut Rosenbusch (1877-1976) batuan beku dibagi menjadi:• Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan. • Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan. • Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T. Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut batuan vulkanik. Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes,

Page 10: Rangkuman Materi OSN Kebumian

1962), yaitu:• Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah riolit. • Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%. Contohnya adalah dasit. • Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya adalah andesit. • Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya adalah basalt. Klasifikasi berdasarkan indeks warna ( S.J. Shand, 1943), yaitu:• Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik. • Mesococtik rock, apabila mengandung 30% - 60% mineral mafik. • Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik. Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan indeks warnanya sebagai berikut:• Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%. • Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%. • Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%. • Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.3.2 Sifat-sifat fisik mineral

Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat

fisik mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat-sifat

fisik mineral tersebut meliputi: warna, kilap (luster), kekerasan (hardness), cerat

(streak), belahan (cleavage), pecahan (fracture), struktur/bentuk kristal, berat

jenis, sifat dalam (tenacity), dan kemagnetan.

Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna mineral dap20

Page 11: Rangkuman Materi OSN Kebumian

at dibedakan menjadi dua, yaitu idiokromatik, bila warna mineral selalu

tetap, umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya

(opak), seperti galena, magnetit, pirit; dan alokromatik, bila warna mineral

tidak tetap, tergantung dari material pengotornya. Umumnya terdapat pada

mineral-mineral yang tembus cahaya, seperti kuarsa, kalsit.

Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan

padanya. Kilap dibedakan menjadi dua, yaitu kilap logam dan kilap bukanlogam.

Kilap logam memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya.

Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral yang mengandung logam

atau mineral bijih, seperti emas, galena, pirit, kalkopirit. Kilap bukan-logam

tidak memberikan kesan seperti logam jika terkena cahaya. Kilap jenis ini dapat

dibedakan menjadi:

_ Kilap kaca (vitreous luster)

memberikan kesan seperti kaca bila terkena cahaya, misalnya: kalsit,

kuarsa, halit.

_ Kilap intan (adamantine luster)

memberikan kesan cemerlang seperti intan, contohnya intan

Page 12: Rangkuman Materi OSN Kebumian

_ Kilap sutera (silky luster)

memberikan kesan seperti sutera, umumnya terdapat pada mineral yang

mempunyai struktur serat, seperti asbes, aktinolit, gipsum

_ Kilap damar (resinous luster)

memberikan kesan seperti damar, contohnya: sfalerit dan resin

_ Kilap mutiara (pearly luster)

memberikan kesan seperti mutiara atau seperti bagian dalam dari kulit

kerang, misalnya talk, dolomit, muskovit, dan tremolit.

_ Kilap lemak (greasy luster)

menyerupai lemak atau sabun, contonya talk, serpentin

_ Kilap tanah

kenampakannya buram seperti tanah, misalnya: kaolin, limonit, bentonit.

Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Secara relatif

sifat fisik ini ditentukan dengan menggunakan skala Mohs, yang dimulai dari

skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling keras.

Page 13: Rangkuman Materi OSN Kebumian

Skala Mohs tersebut meliputi (1) talk, (2) gipsum, (3) kalsit, (4) fluorit, (5) apatit,

(6) feldspar, (7) kuarsa, (8) topaz, (9) korundum, dan (10) intan.

Cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat sama atau

berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna cerat tetap. Belahan

adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melalui

bidang-bidang belahan yang rata dan licin (Gambar 3.1). Bidang belahan

umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut.

Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang

tidak rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi: (a) pecahan

konkoidal, bila memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan

(Gambar 3.2); (b) pecahan berserat/fibrus, bila menunjukkan kenampakan

seperti serat, contohnya asbes, augit; (c) pecahan tidak rata, bila memperlihatkan

permukaan yang tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet;

(d) pecahan rata, bila permukaannya rata dan cukup halus, contohnya: mineral

lempung; (e) pecahan runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar,

dan ujungnya runcing-runcing, contohnya mineral kelompok logam murni;

Page 14: Rangkuman Materi OSN Kebumian

(f) tanah, bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.

Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut mempunyai

bidang kristal yang jelas dan disebut amorf, bila tidak mempunyai batasbatas

kristal yang jelas. Mineral-mineral di alam jarang dijumpai dalam bentuk

kristalin atau amorf yang ideal, karena kondisi pertumbuhannya yang biasanya

terganggu oleh proses-proses yang lain. Srtruktur mineral dapat dibagi

menjadi beberapa, yaitu:

_ Granular atau butiran: terdiri atas butiran-butiran mineral yang mempunyai

dimensi sama, isometrik.

_ Struktur kolom, biasanya terdiri dari prisma yang panjang dan bentuknya

ramping. Bila prisma tersebut memanjang dan halus, dikatakan

mempunyai struktur fibrus atau berserat.

Page 15: Rangkuman Materi OSN Kebumian

GAMBAR 3.1: Belahan tiga arah pada gipsum yang dihasilkan dari fragmen semirombohedral

(Hibbard, 2002)

Page 17: Rangkuman Materi OSN Kebumian

GAMBAR 3.2: Pecahan konkoidal pada beril (Hibbard, 2002

_ Struktur lembaran atau lamelar, mempunyai kenampakan seperti lembaran.

Struktur ini dibedakan menjadi: tabular, konsentris, dan foliasi.

_ Struktur imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain, seperti

asikular, filiformis, membilah, dll.

Sifat dalam merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya,

seperti penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan, pemukulan

atau penghancuran. Sifat dalam dapat dibagi menjadi: rapuh (brittle), dapat

diiris (sectile), dapat dipintal (ductile), dapat ditempa (malleable), kenyal/lentur

(elastic), dan fleksibel (flexible).

3.3 Sistematika mineral

Sistematika atau klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi

dari Dana, yang mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur

kristalnya. Dana membagi mineral menjadi delapan golongan (Klein & Hurlbut,

1993), yaitu:

Page 18: Rangkuman Materi OSN Kebumian

1. Unsur murni (native element), yang dicirikan oleh hanya memiliki satu

unsur kimia, sifat dalam umumnya mudah ditempa dan/atau dapat dipintal,

seperti emas, perak, tembaga, arsenik, bismuth, belerang, intan,

dan grafit.

2. Mineral sulfida atau sulfosalt, merupakan kombinasi antara logam atau

semi-logam dengan belerang (S), misalnya galena (PbS), pirit (FeS2),

proustit (Ag3AsS3), dll

3. Oksida dan hidroksida, merupakan kombinasi antara oksigen atau

hidroksil/air dengan satu atau lebih macam logam, misalnya magnetit

(Fe3O4), goethit (FeOOH).

4. Haloid, dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenida yang elektronegatif,

seperti Cl, Br, F, dan I. Contoh mineralnya: halit (NaCl), silvit

(KCl), dan fluorit (CaF2).

5. Nitrat, karbonat dan borat, merupakan kombinasi antara logam/semilogam

dengan anion komplek, CO3 atau nitrat, NO3 atau borat

(BO3). Contohnya: kalsit (CaCO3), niter (NaNO3), dan borak

(Na2B4O5(OH)4 . 8H2O).

Page 19: Rangkuman Materi OSN Kebumian

6. Sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat, dicirikan oleh kombinasi logam

dengan anion sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat. Contohnya: barit

(BaSO4), wolframit ((Fe,Mn)Wo4)

7. Fosfat, arsenat, dan vanadat, contohnya apatit (CaF(PO4)3), vanadinit

(Pb5Cl(PO4)3)

8. Silikat, merupakan mineral yang jumlah meliputi 25% dari keseluruhan

mineral yang dikenal atau 40% dari mineral yang umum dijumpai.

Kelompok mineral ini mengandung ikatan antara Si dan O. Contohnya:

kuarsa (SiO2), zeolit-Na (Na6[(AlO2)6(SiO2)30] . 24H2O).

Page 20: Rangkuman Materi OSN Kebumian

GAMBAR 3.3: Beberapa kebiasaan mineral dan asal mulanya (Klein & Hurlbut, 1993)

Paleontologi

Page 21: Rangkuman Materi OSN Kebumian

Fosil

Fosil, dari bahasa Latin fossa yang berarti "galian", adalah sisa-sisa

atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral.

Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini harus segera

tertutup sedimen. Oleh para pakar dibedakan beberapa macam

fosil. Ada fosil batu biasa, fosil yang terbentuk dalam batu ambar,

fosil ter, seperti yang terbentuk di sumur ter La Brea di Kalifornia.

Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah tetapi ternyata

masih ada disebut fosil hidup. Ilmu yang mempelajari fosil adalah

paleontologi.

Secara singkat definisi dari fosil harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:

1. Sisa-sisa organisme.

2. Terawetkan secara alamiah.

3. Pada umumnya padat/kompak/keras.

4. Berumur lebih dari 11.000 tahun.

Fosilisasi merupakan proses penimbunan sisa-sisa hewan atau

tumbuhan yang terakumulasi dalam sedimen atau endapan-

endapan baik yang mengalami pengawetan secara menyeluruh,

sebagian ataupun jejaknya saja. Terdapat beberapa syarat

terjadinya pemfodilan yaitu antara lain:

Organisme mempunyai bagian tubuh yang keras

1. Mengalami pengawetan

2. Terbebas dari bakteri pembusuk

3. Terjadi secara alamiah

4. Mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang sedikit

5. Umurnya lebih dari 10.000 tahun yang lalu.

Istilah "fosil hidup" adalah istilah yang digunakan suatu spesies

hidup yang menyerupai sebuah spesies yang hanya diketahui dari

fosil. Beberapa fosil hidup antara lain ikan coelacanth dan pohon

ginkgo. Fosil hidup juga dapat mengacu kepada sebuah spesies

hidup yang tidak memiliki spesies dekat lainnya atau sebuah

kelompok kecil spesies dekat yang tidak memiliki spesies dekat

lainnya. Contoh dari kriteria terakhir ini adalah nautilus.

Page 22: Rangkuman Materi OSN Kebumian