Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

download Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

of 29

Transcript of Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    1/29

    Rangkuman Stabilitas Obat :

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Obat

    Anggota Kelompok 2:

    Desi N 260110100018

    Rinda Riany 260110100019

    Wieke B P 260110100020Firda A W 260110100021

    Eka Bayu P 260110100022

    Utami DiA 260110100023Meriam GM 260110100024Dini F 260110100025

    Ferina I 260110100026Rusyida L D 260110100027

    Ratih K 260110100028Ayu S 260110100029

    Virna O 260110100030

    Ayu K 260110100031

    Riska W 260110100032

    Nurul N D 260110100033Dilan G 260110100035

    Resty 260110100036

    Fatimah R 260110100038M. Haidar R 260110100039Sandy Akbar 260110100040

    Marchi S R 260110100041Rahmat Karim 260110100044

    Ugih Sri R 260110100045Wulanda 260110100047

    Fakultas Farmasi

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    2/29

    BAGAN RANGKUMAN KELOMPOK 2

    Faktor yang Menentukan

    Stabilitas Kimia pada Substansi

    Obat:

    Faktor intrinsik :

    struktur molekular

    Faktor

    lingkungan:

    suhu, pH, spesiesbuffer, kekuatanion, cahaya,oksigen,kelembaban, daneksipien.

    Faktor lain untuk

    obat dalambentuk padatseperti

    titik leleh, kristal,danhigroskopisitasnya.Kekuatan mekanik

    seperti tekanan danpenggerusan jugadapatmempengaruhistabilitas fisik obat.

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    3/29

    Prinsip Dasar Kinetika

    Prinsip reaksifisikokimia obat

    Laju degradasi obat

    Diargram Energi Bebas G adalah perbedaan

    energi bebas antara reaktandan kompleks aktif.

    Hambatan energi bebasadalah entalpi entalpi (H)

    dan entropi (S).

    Teori Tumbukan

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    4/29

    The Role

    of

    Molecular

    Structure(Faktor

    Intrinsik)

    Struktur molekulobat menentukan

    mekanisme ataujalur degradasidan substituentdisekeliling pusatreaksi dapatdengan kuatmempengaruhi

    reaktivitasnya.

    Obat B dengan estertanpa gugus penarikelektron LESS RISK

    serangan Nukleofilik ionHidrogen

    Obat A dg gugus fungsipenarik elektron yang dekatdengan ikatan este HIGHRISK serangan nukleofilikoleh ion hidroksida,

    Hidrolisis meningkat. LajuDegradasi meningkat.

    Bulky Subsitutentmempengaruhiberbagai reaksikimia

    Tingkat siklisasi lakton AsamIsopilocarpic 17,5 kali lebih besardari asam pilocarpic Karena faktorrintangan sterik dari asam pilocarpicyang basar menyebabkan asampilocarpic lebih mudah bereaksimenghasilkan siklisasi lakton ,dibandingkan rintangan sterik asam

    isopilocarpic.

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    5/29

    ReaksiOrde

    Semu

    Definisi

    adalah reaksidimanakonsentrasisatu ataulebih darisuatureaktan jauhmelebihikonsentrasi

    reaktanlainnya, atausalah satubekerjasebagaikatalis.

    ReaksiKompleks

    Reaksi pararel adalahreaktan yang samabisa bereaksi dengan

    cara yang berbedamembentuk produkyang berbeda.

    Reaksi reversible

    adalah reaksiberlangsung padakedua arah.

    Reaksi berurutanadalah Reaksidimana perantarayang terbentukdalam satu tahapreaksi selanjutnyamembentukproduk.

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    6/29

    Reaksi Sederhana

    Pseudo-First-Orderdan Reaksi Zero-Order

    Reaksi Sederhana

    Pseudo-Second-Order

    Pseudo-First-Order

    Reversible Reaction

    Pseudo-Second- and

    Pseudo-First-Order

    Reversible Reactions

    Pseudo-First- and

    Pseudo-Second-Order

    Reversible Reactions

    Pseudo-First-Order

    Consecutive Reactions

    Reaksi Pseudo-Order-

    Pertama Reversibel

    dan berurutan

    Pseudo-First-Order

    Parallel Reactions

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    7/29

    Pseudo-First-Order Reversible

    and Parallel Reactions

    Pseudo-first and pseudo-Second-

    Order reversible and parallel

    reactions

    Pseudo-first-order parallel and

    Consecutive Reactions

    Pseudo-First-Order Reversible,

    Parallel and Consecutive

    Reactions

    Pseudo-First- and Pseudo-Second-

    Order Parallel Reactions

    Kesetimbangan Orde Reaksi Semu

    Pararel

    Produk yang dikatalisis

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    8/29

    Model-model

    Kinetik yang

    MenjelaskanDegradasi

    Senyawa

    Obat padaFase Padat

    Persamaan Jander(Reaksi Difusi

    Terkontrol)

    Reaksi Autokatalitik

    Reaction Forming a Liquid Product : The

    Bawn Equation.

    Reaction Controlled by an Adsorbed

    Moisture layer : The Leeson& MattocksEquation.

    Persamaan Weibull

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    9/29

    Pengaruh Temperatur

    terhadap Stabilitas

    Obat (Faktor Ekstrinsik)

    Menurut teoritumbukan

    Kecepatan reaksisebanding denganjumlah tumbukan perwaktu.

    Meningkatnyatemparatur Jumlahtumbukan meningkat

    kec.reaksimeningkat.

    Kecepatan reaksimeningkat 2-3x lipatsetiap peningkatantemperatur 10oC.

    Kecepatan reaksimenyebabkan stabilitasobat menurun.

    Kecepatan reaksitidak sebandingdengan Energiaktivasi.

    Energi aktivasi (Ea)dengan satuan kilojoule per mol (KJ/mol)merupakan energi yangharus dicapai

    agar reaksi kimia dapatterjadi. Ea diibaratkansebagai energi yangmenghalangi terjadinyareaksi.

    Jika Ea besar, makareaksi berjalan lambat(kecepatan reaksinyakecil) oleh karena itustabilitas obat

    meningkat.

    Jika Ea kecil, makareaksi berjalan cepat(kecepatan reaksinyatinggi) oleh karena itustabilitas obat lebihcepat menurun.

    PersamaanArrhenius

    digunakan untukmemprediksikanstabilitas obat yangdidasarkan denganperubahan suhu danenergy aktivasi.

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    10/29

    Rangkuman Kelompok 2:

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Obat

    I. Faktor yang Menentukan Stabilitas Kimia pada Substansi Obat:1. Faktor intrinsik : struktur molekular2. Faktor lingkungan: suhu, pH, spesies buffer, kekuatan ion, cahaya, oksigen, kelembaban,

    dan eksipien.

    Faktor lain untuk obat dalam bentuk padat seperti titik leleh, kristal, dan

    higroskopisitasnya. Kekuatan mekanik seperti tekanan dan penggerusan juga dapat

    mempengaruhi stabilitas fisik obat.

    II. Prinsip Dasar KinetikaReaksi fisikokimia obat pada prinsipnya adalah dimana obat (D) bereaksi dengan suatu

    reaktan (A) menghasilkan suatu produk (P) dengan energi yang cukup.

    Laju degradasi obat di hitung dengan rumus berikut :

    Dimana : [D] = Konsentrasi obat ; [A] = Konsentrasi Reaktan ; k= konstanta

    kesetimbangan reaksi ; -

    Jika jumlah A > D maka rumusnya menjadi :

    dimana : kobs = konstanta observasi

    kondisi ini sering disebut pseudo orde 1, biasanya untuk hitung laju degradasi obat berupa

    larutan.

    Karena laju degradasi dipengaruhi konsentrasi obat dan spesies kimia lain yang

    berpartisipasi dalam reaksi maka rumusnya menjadi :

    Dimana : k0,AB = Konstanta reaksi spesies kimia

    l, m,n, o, p = orde reaksi tiap spesies

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    11/29

    Reaksi degradasi obat merupakan reaksi langsung antara obat (D) dengan spesies kimia

    (A). Dalam reaksi ini terdapat keadaan transisi antara D dan A yang di notasikan sebagai

    Dimana : [X] = Konsentrasi X ; D, A, X = Koefisien aktivitas dari D, A ,dan X ; k = Konstanta

    kesetimbangan.

    Gambar 1. Diagram energi bebas

    Diagram energi bebas diatas menunjukkan proses reaktan menjadi produk dengan

    melewati transisi atau kompleks aktif. G adalah perbedaan energi bebas antara reaktan dan

    kompleks aktif.

    Persamaan 2.7

    Keterangan:

    G= energi bebas T= temperature (Kelvin)

    S= entropi k= konstanta Boltzman(1,38142 x 10^-23 joule.K)

    H= entalpi h= konstanta Planck (6,6260755 x 1034 Js)

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    12/29

    Reaksi kimia dapat terjadi diawali dengan bertumbukannya molekul- molekul. Molekul

    tidak hanya bertumbukan, tetapi molekul harus bertumbukan dengan energi yang cukup bebas

    sehingga terjadi penataan molekul. Molekul kT/ jam adalah nomor tumbukan un iversal. e -

    G. /RTadalah fraksi molekul yang bertabrakan dengan energi yang dibutuhkan untuk mengatasi

    hambatan energi bebas reaksi.Hambatan energi bebas adalah entalpi (H) dan entropi (S).

    Teori Tumbukan

    Persamaan 2.8

    Keterangan:

    V= kecepatan reaksiZ= frekuensi tumbukan

    R= konstanta gas (0,082 L.atm/mol atau 8,314J/Kmol)

    E= energi aktivasi

    Persamaan 2.9

    Keterangan:

    QA, QB & Q= fungsi partisi dari A, B, dan kompleks diaktifkan

    E0 = energi yang diperlukan untuk pembentukan 1 mol kompleks diaktifkan pada 0 K

    Fungsi partisi pada persamaan 2.9 dapat digantikan dengan fungsi termodinamika hasil

    dari persamaan 2.7, hal ini dapat dilakukan karena laju reaksi kimia bukan hanya tergantung

    pada konsentrasi tapi lebih akurat dengan aktivitas, yaitu suhu dan energi bebas.G diwakili

    oleh persamaan 2.4, 2.6, dan 2.7 dan laju reaksi sangat dipengaruhi oleh faktor- faktor yang

    mempengaruhi G.

    Degradasi obat dalam larutan, setiap tingkat atau konstanta laju dapat dihitung sesuai

    dengan persamaan. 2.4, 2.6, dan 2.7, begitu juga dengan faktor- faktor yang mempengaruhi

    degradasi obat. Persamaan 2.4, 2.6, dan 2.7 juga berlaku terhadap degradasi zat narkoba dalam

    keadaan padat. Tetapi faktor yang mempengaruhi laju reaksi lebih kompleks karena reaksi sering

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    13/29

    terjadi dalam keadaan fisik yang heterogen. Sebagai contoh, laju reaksi tergantung pada tingkat

    kelarutan dan disolusi obat ketika hasil degradasi dalam lapisan air teradsorpsi pada

    permukaan obat padat. Stabilitas zat obat tidak berubah kecuali parameter kunci muncul dalam

    persamaan 2.4, 2.6, dan 2.7 berubah karena perubahan kondisi / media reaksi.

    III. The Role of Molecular Structure (Faktor Intrinsik)a. Struktur molekul obat menentukan mekanisme atau jalur degradasi dan substituent

    disekeliling pusat reaksi dapat dengan kuat mempengaruhi reaktivitasnya.

    Contoh :

    Obat B dg ester tanpa gugus penarik elektron disekitarnya LESS RISK terhadapserangan nukleofilik oleh ion hidroksida.

    Obat A dg gugus fungsi penarik elektron yang dekat dengan ikatan ester HIGHRISK untuk serangan nukleofilik oleh ion hidroksida Hidrolisis meningkat

    Laju Degradasi meningkat.

    Terjadi karena gugus penarik elektron membuat karbon karbonil dari gugus ester lebih

    rentan terhadap serangan , maupun menstabilkan terbentuk kompleks teraktivasi , sehingga

    menurunkan G.

    Gugus Fungsi yang Mudah

    Mengalami hidrolisis

    Beberapa gugus fungsi

    yang mudah mengalamiautooksidasi

    PHOTODECOMPOSITION

    PATHWAYS

    Drug type Examples GugusFungsi

    Contoh N-Dealkylation:Eg. Diphenhydramine,

    Chloroquine, Methotrexate.Esters Aspirin, alkaloidsDexmethasne

    sodium phosphateNitroglycerin

    Cathecol Cathecolamines(dopamine)

    Lactones PilocarpineSpironolactone

    Ether Diethylether Dehalogenation:Eg. Chlorpropamide,Furosemide.Amides Chloramphenicol Thiols Dimercaprol

    (BAL)

    Lactams PenicillinsCephalosporins Thioethers Chlorpromazine Dehydrogenation of Ca++channel blocker.

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    14/29

    Imides Glutethimide

    Carboxylicacid

    Fatty acid Eg. Solution of Nifedipine Nitrosophenylpyridine(with loss of water).

    Rapidly yellow color

    Brown.

    Malonicureas

    Barbiturates

    b. Bulky Subsitutent mempengaruhi berbagai reaksi kimiaContoh:

    Tingkat siklisasi lakton Asam Isopilocarpic 17,5

    kali lebih besar dari asam pilocarpic

    Karena faktor rintangan sterik dari asam pilocarpicyang basar menyebabkan asam pilocarpic lebih

    mudah bereaksi menghasilkan siklisasi lakton ,

    dibandingkan rintangan sterik asam isopilocarpic.

    IV. Reaksi Orde SemuReaksi Orde semu (pseudo reaction) adalah reaksi dimana konsentrasi satu atau lebih dari

    suatu reaktan jauh melebihi konsentrasi reaktan lainnya, atau salah satu bekerja sebagai katalis.

    Karena konsentrasi dari jenis-jenis ini hampir tetap sama dan dapat dianggap konstan, maka orde

    reaksinya akan bekurang.

    Reaksi yang melibatkan lebih dari satu langkah/ reaksi elementer. Reaksi kompleks

    meliputi :

    1. Reaksi pararel adalah reaktan yang sama bisa bereaksi dengan sendirinya atau denganreaktan lain dalam cara yang berbeda membentuk produk yang berbeda.

    2. Reaksi reversible adalah reaksi berlangsung pada kedua arah, pada saat keadaan setimbang,laju kearah kiri sama dengan laju kearah kanan.

    3. Reaksi berurutan adalah Reaksi dimana perantara yang terbentuk dalam satu tahap reaksiselanjutnya membentuk produk.

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    15/29

    1. Reaksi Sederhana Pseudo-First-Order dan Reaksi Zero-Order

    Persamaan laju diferensial untuk reaksi pseudo-first-order adalah

    Keterangan:

    [D] = konsentrasi awal obat

    k = konstanta laju orde pertama

    t = waktu

    Persamaan laju untuk pseudo-zero-order kinetika adalah

    Dalam kasus ini, laju degradasi obat tidak tergantung dari konsentrasi obat. Contoh

    spesifik dari pseudo-zero-order kinetika bisa dilihat dengan degradasi obat dalam suspensi. Jika

    obat terdegradasi dalam fase larutan suspensi sesuai dengan pseudo-kinetika orde pertama tetapi

    stabil dalam fase padat dari suspensi, laju degradasi sebanding dengan konsentrasi obat dalam

    larutan.

    Karena konsentrasi obat dalam larutan ditentukan oleh kelarutan jenuh [S] dan dijaga

    konstan selama obat melebihi kelarutannya, jumlah total obat yang tersisa, M, menurun sesuai

    dengan persamaan pseudo-orde nol :

    Degradasi aspirin dalam suspensi telah mengikuti zero-order kinetika.

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    16/29

    2. Reaksi Sederhana Pseudo-Second-Order

    Keterangan :

    D = drug

    A = reaktan

    P = product

    k = konstanta

    Laju dan konsentrasi obat akan berubah ketika obat D bereaksi dengan reaktan A.

    Persamaan dibawah ini terjadi ketika obat D mengalami reaksi biomolekuler dengan

    dirinya sendiri :

    3. Pseudo-First-Order Reversible ReactionDigunakan Ketika suatu obat D diubah menjadi produknya secara reversibel, seperti :

    Keterangan :

    k1 = konstanta laju pembentukan P

    k2 = konstanta laju pembentukan D

    Reaksi reversibel ini akan mengalami kondisi setimbang pada saat k1 = k2 atau pada saat

    kecepatan perubahan D menjadi P= kecepatan perubahan P menjadi D.

    Ketika D dan P setimbang, maka:

    d[D]/dt = 0 atau d[P]/dt =0

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    17/29

    Maka laju pengurangan D adalah:

    Contohnya pada hidrolisis triazolam dan rasemisasi oksazepam. Keduanya adalah obat

    golongan benzodiazepin yang digunakan untuk hipnotik-sedatif. Triazolam tersebut akan

    diinaktifkan pada reaksi pertama agar tidak mengalami hidrolisis, sehingga efek dari triazolam

    akan tercapai.

    4. Pseudo-Second- and Pseudo-First-Order Reversible ReactionsTerjadi Ketika obat D bereaksi dengan senyawa lain atau katalis (A) secara bolak balik

    dan membentuk suatu produk (P), maka obat tersebut akan mengalami reaksi orde dua semu.

    Dimana :

    Laju reaksi untuk menyatakan obat D tersebut hilang dirumuskan sebagai berikut :

    5. Pseudo-First- and Pseudo-Second-Order Reversible ReactionsReaksi reversibel paling sederhana adalah reaksi yang tahap reaksi maju dan reaksi

    baliknya merupakan proses orde pertama

    A B

    Meskipun awalnya tampak seperti persamaan untuk sebuah kesetimbangan antara A dan

    B perlu ditegaskan bahwa Keadaan kesetimbangan mengharuskan konsentrasi A dan konsentrasi

    B tidak berubah seiring dengan waktu. Persamaan tersebut menggambarkan pendekatan untuk

    kesetimbangan. Artinya keadaan yang ditunjukkan adalah suatu keadaan ketika A berkurang

    untuk membentuk B dan sejumlah produk B kembali menjadi A.

    k

    fkr

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    18/29

    Berdasarkan penjelasan tersebut, kecepatan bersih pengurangan A akan diberikan oleh

    kecepatan ketika A berkurang pada tahap reaksi maju dikurangi kecepatan ketika A bertambah

    pada tahap reaksi balik.

    (1)

    Hukum kecepatan ini dpat diintegralkan dengan catatan bahwa

    AoA = B (2)

    Substitusi persamaan (2) ke dalam persamaan (1), setelah pengintegralan

    (3)

    Persamaan 3 dapat disederhanakan dengan memasukkan kondisi kesetimbangan

    kf Aeq = kr Beq (4)

    Dengan

    AoAeq = Beq (5)

    Persamaan 4 dan 5 dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi kesetibangan berdasarkan

    konsentrasi awal:

    (6)

    Penggunaan persamaan (6) pada persamaan (3) memungkinkan kita memperoleh bentuk

    sederhana hukum kecepatan:

    (7)

    atau

    (8)

    Persamaan (8) memiliki keuntungan bahwa pendekatan A ke kesetimbangan dapat diikuti pada

    rentang konsentrasi yang jauh lebih luas dari pada jika suatu upaya dilakukan untu memperoleh

    konstanta kecepatan orde pertama, kf. Pada taap awal reaksi ketika B 0

    Persamaan ini berkaitan dengan sebuah garis lurus yang memotong titik nol dan memiliki

    kemirigan yang diberikan oleh . Karena konstanta kesetimbangan reaksi diberikan

    oleh kedua kecepatan reaksi baik tahap balik, dapat dievaluasi setelah kemiringan garis dan

    konstanta kesetimbangan ditentukan

    (9)

    kfBkfAdtdA

    tkrkfAoKfAkrkf

    Aokf)(

    .)(

    .ln

    Aokrkf

    krAeq

    tkrkfAeqA

    AeqAo)(ln

    tkrkf

    AeqA

    AeqAo

    303,2log

    Aeq

    Beq

    kr

    kfK

    303,2

    krkf

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    19/29

    6. Pseudo-First-Order Consecutive ReactionsReaksi berurutan lazim terjadi pada rangkaian radioaktif yaitu isotop induk meluruh

    sesuai proses orde pertama menjadi isotop turunan dan begitu selanjutnya melalui rantai

    disintegrasi. Kita ambil versi skema degradasi glukosa sebagai ilustrasi reaksi tipe berurutan.

    Pengurangan glukosa dalam larutan asam dapat digambarkan dengan skema berikut 5-HMF

    adalah 5-hidroksimetilfurfural

    Gambar.2.Struktur 5-hidroksimetilfurfural (5-HMF)

    Gambar.3.Skema Degradasi Glukosa

    Skema tersebut tampak melibatkan semua tipe reaksi kompleks, yaitu Proses reversibe; Paralel;

    Berurutan. Bila glukosa dan katalis asam memiliki konsentrasi yang rendah, pembentuknpolisakarida dapat diabaikan. Selain itu karena sifat tertentu dari produk peruraian 5-HMF.

    Produk-produk ini dapat digabungkan dan hanya disebut dengan konstituen C pleh sebab itu

    mekanisme yang disederhanakan ditulis sebagai rangkaian reaksi

    Kecepatan peruraian glukosa diberikan dengan persama

    (1)

    Glukosa

    k2

    K-2

    k15-HMF

    Polisakarida

    k2

    K-2

    k1

    Material

    berwarna

    Asam format

    & asam

    levulinat

    AkdtdA 1/

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    20/29

    Kecepatan perubahan konsentrasi 5-HMF adalah

    (2)

    Keceptan perubahan konsentrasi produk peruraian

    (3)

    Jika persamaan tersebut diintegralkan dan dilakukan substitusi yang sesuai yaitu

    (4)

    (5)

    (6)

    Dengan menerapkan persamaan (4) sampai (5), konstanta k1 dan k2 serta konsentrasi

    produk peruraian C dappat ditentukan. Glukosa diketahui terurai sesuai degan reaksi orde

    pertama. Seiring berkurangnya glukosa, konsentrasi 5-HMF meningkat dengan cepat pada awal

    reaksi, kemudian meningkat dengan cepat pada awal reaksi, kemudian meningkat dengan

    kecepatan yang lebih lambat seiring berjalannya waktu. Produk peruraian 5-HMF meingkat

    dengan lambat pada awalnya. Yang menunjukkan suatu periode induksi atau periode tunda,

    kemudian meningkat dengan kecepatan yang lebih besar. Produk peruraian 5-HMF bertanggung

    jawab atas hilangnya warna larutan glukosa yang terjadi ketika larutan disterilkan pada

    temperatur yang dinaikkan.

    7. Reaksi Pseudo-Order-Pertama Reversibel dan berurutan

    Ketika obat D dikonversi ke P1 secara reversibel, yang dikonversi ke P2 secara reversibel

    dengan kinetika pseudo orde pertama. Contohnya adalah

    tkeAA 10

    )( 21

    12

    10 tktk eekk

    kAB

    BkAkdtdB 21/

    BkdtdC2

    /

    )(

    11 21 12

    21

    0

    tktk ekekkk

    AC

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    21/29

    Sehingga persamaan yang dihasilkan adalah

    8. Pseudo-first and pseudo-Second-Order reversible and parallel reactionsReaksi dimana suatu senyawa dapat mengalami lebih dari satu reaksi, dimana salah

    satunya bereaksi reversible dan salah satunya bereaksi pararel baik pada orde satu semu maupun

    orde dua semu. Reaksi tersebut dapat berupa reaksi yang diinginkan maupun tidak, oleh karena

    itu dengan mengetahui reaksi yang dimiliki oleh obat kita dapat memprediksi stabilitas obat

    dengan menggunakan kinetika reaksi.

    Contoh :

    Hetacilin merupakan pro-drug yang didalam tubuh kemudian mengalami hidrolisis membentuk

    ampisilin (antibiotik) dan aseton (reaksi reversible). Namun disisi lain pada kondisi tertentu

    ampisilin dapat bereaksi epimerisasi menjadi epihetacilin yang tidak aktif (degradasi obat).

    Reaksi ini merupakan reaksi pararel dari hetacilin. Oleh karena itu untuk menjaga kestabilan obat

    pada kondisi-kondisi tertentu (suhu, pH, pD) kita dapat memprediksinya dengan menggunakan

    kinetika reaksi.

    9. Pseudo-first-order parallel and Consecutive Reactions

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    22/29

    Reaksi dimana suatu senyawa dapat mengalami lebih dari satu reaksi, dimana salah

    satunya bereaksi berurutan dan salah satunya bereaksi pararel pada orde satu semu. Suatu

    senyawa dapat bereaksi membentuk produk, kemudian produk tersebut dapat kembali bereaksi

    (reaksi berurutan) selain itu juga senyawa mengalami reaksi pembentukan produk yang lain.

    Contoh:

    Pilokarpin adalah senyawa obat yang digunakan untuk pengobatan glaucoma. Pilokarpin

    terdapat dalam sediaan tetes mata. Pilokarpin dapat mengalami dua reaksi degradasi yang

    pertama pilokarpin bereaksi membentuk asampilokarpin (pararel), namun selain itu pilokarpin

    dapat membentuk isopilokarpin yang kemudian bereaksi membentuk asam isopilokarpin

    (berurutan). Didalam tubuh reaksi pembentukan isopilokarpin merupakan jalur metabolisme

    inaktivasi paling utama untuk pilokarpin. Namun diluar tubuh reaksi tersebut dapat terjadi pada

    kondisi tertentu seperti pada saat pengemasan, ekstraksi, pengeringan dan sterilisasi dengan

    menggunakan panas. Oleh karena itu tiap obat memiliki reaksi degradasi yang berbeda yang

    perlu dipahami dalam memprediksi stabilitas obat dengan kinetika reaksi.

    10.Pseudo-First-Order Reversible, Parallel and Consecutive Reactions

    Ketika terjadi kesetimbangan antara D dan P1, maka keadaan ini menggambarkan

    berkurangnya D untuk membentuk P1 dan beberapa hasil P1 berubah kembali menjadi D.

    Menurut gambaran ini, laju total pengurangan D diberikan sebagai laju dimana D berkurang

    dalam reaksi ke kanan dikurangi laju dimana D bertambah dalam reaksi ke kiri.

    Seperti yang tertera pada grafik, bahwa obat (carumonam) semakin lama konsentrasinya

    akan menurun untuk membentuk produk. Sedangkan produk yang dihasilkan semakin lama

    konsentrasinya akan meningkat sesuai tingkat kestabilannya.

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    23/29

    11.Kesetimbangan Orde Reaksi Semu Pararel

    Reaksi diatas menjelaskan ketika obat D dan A membentuk kompleks DA dengan adanyakonstanta kesetimbangan. Dimana antara A dan D mampu mengalami reaksi pararel orde

    satu semu.

    Ketika konsentrasi A secara signifikan lebih tinggi dari pada D, kinetika dapatdigambarkan oleh Persamaan(2.43) and (2.44) :

    12.Produk yang dikatalisis

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    24/29

    Reaksi disamping dapat digambarkan oleh persamaan berikut :

    Dimana Persamaan (2.45) menggambarkan laju degradasi obat D yang dikatalisis oleh P

    dalam bentuk produknya, yang terus berubah secara kontinyu selama reaksi berlangsung.

    V. Model-model Kinetik yang Menjelaskan Degradasi Senyawa Obat pada Fase PadatPersamaan laju digunakan untuk menggambarkan degradasi suatu senyawa obat dalam

    larutan. Degradasi suatu senyawa obat pada fase padat umumnya terjadi pada system heterogen,

    yaitu senyawa obat bercampur dengan zat-zat eksipien lain, dengan lain kata bahwa senyawa

    obat tersebut tidak berada dalam bentuk murni.

    Teori-teori yang menjelaskan mekanisme degradasi senyawa obat pada fase padat,

    diantaranya:

    1. Persamaan Jander(Reaksi Difusi Terkontrol)Teori ini menjelaskan bahwa reaksi degradasi senyawa obat (B) terjadi pada lapisan

    antarmuka suatu likuida (A). Senyawa obat (B) terdegradasi pada lapisan antarmuka dengan

    jarak (r) membentuk suatu produk yang disebut sebagai degradan dengan ketebalan (y), dan

    volume molekul-molekul degradan yang dinyatakan sebagai (x).

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    25/29

    Nilai (x) dan (y) dirumuskan sebagai berikut :

    Laju pembentukan senyawa degradan dengan ketebalan (y) sebanding dengan laju di fusi l ikuida (A)

    kedalam senyawa obat (B)..

    2. Reaksi AutokatalitikReaksi Autokatalitik merupakan reaksi yang terjadi ketika produk yang dihasilkan

    mengkatalisis reaksinya sendiri. Artinya, reaksi akan berhenti ketika produk seluruhnya telah

    terbentuk. Laju reaksi autokatalitik bergantung pada laju pembentukan inti..Semakin tinggi laju

    pembentukan inti -> semakin tinggi derajat ketidakteraturan -> semakin tinggi laju reaksi

    autokatalitik.

    3. Reaction Forming a Liquid Product : The Bawn Equation.Sebuah persamaan laju diusulkan oleh Bawn berlaku untuk reaksi padatan membentuk

    produk gas dan cair. Pada kasus ini , Reaksi kinetik solid yang membentuk produk liquid , terjadi

    reaksi antara 2 media , yaitu solid state dan liquid state. Pada kasus ini laju reaksi keseluruhan

    diperoleh sebagai penjumlahan laju reaksi kedua state tersebut

    S adalah kelarutan obat dalam liquid state

    formed, danks : konstanta laju dalam solid state

    kl : konstanta laju dalam liquid state

    Sx: produk dari fraksi terdegradasi, x,kelarutan S : fraksi molekul obat dalam

    liquid phase

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    26/29

    (1 - X - Sx): merupakan fraksi dalam solid

    state

    Dekarboksilasi dari berbagai asam alkoxyfuroic seperti 5 - (tetradecyloxy)-2-furoic acid

    dan octyloxy furanoic.

    4. Reaction Controlled by an Adsorbed Moisture layer : The Leeson& Mattocks Equation.Uap air akan menyerap pada permukaan tablet dan membentuk lapisan penyerap

    kelembapan (moisture-sorbed layer) sehingga zat aktif dalam tablet dapat terdegradasi. Dalam

    persamaan Leeson dan mattocks. Sebuah model degradasi obat terjadi di dalam lapisan penjerap

    kelembaban .contoh obat ini adalah aspirin. Aspirin dianggap larut dengan cepat dalam lapisan

    penjerap kelembaban sehingga membentuk larutan jenuh dan mengalami pengurain . Penguraiantersebut dikatalis oleh ion hydronium seperti yang dijelaskan oleh persamaan . ( 2.66 ), dan laju

    peningkatan jumlah asam salisilat dibentuk ( x ) meningkat, sehingga menghasilkan bentuk

    kurva S. Ketika tablet terdegradasi oleh uap air maka semakin lama waktu kontak air dengan

    permukaan tablet maka semakin berkurang kadar dari aspirin tersebut,

    Dimana:

    V = Volume lapisan penjerap kelembaban

    K = Konstanta ionisasi degradant

    [H] = ion hydronium

    k = tingkat konstan

    D= konsentrasi aspirin.

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    27/29

    5. Persamaan Weibull Digunakan untuk menggambarkan jenis degradasi obat padat

    Persamaan laju degradasi obat dalam bentuk padat karena sifat fisik dari beberapa macam

    sistem terhadap waktu cukup sulit karena melalui beberapa cara. Contoh: Contohnya

    degradasi terhadap kelembaban, sehingga derivasi dari persamaan laju tidak

    memungkinkan terjadi.

    Menghasilkan deviasi yang lebih kecil Konstansta kecepatan oleh model kinetik

    Konstanta kecepatan spesifik adalah Konstanta (k) yang muncul dalam hukum kecepatan

    untuk reaksi tahap tunggal

    Perubahan kontanta kecepatan spesifik mengakibatkanperubahan pada tingkat molekular

    Contoh kasus Konstanta reaksi orde nol: Hilangnya warna produk multisulfa dengan

    adanya penurunan serapan spektrofotometrik pada panjang gelombang 500 nm mengikuti

    kecepatan reaksi orde nol

    Contoh kasus Konstanta reaksi orde nol dan satu: suspensi. Selama obat terurai dalam

    larutan, obat terus dilepaskan dari partikel-partikel tersuspensi sehingga konsentrasi tetap

    konstan

    Contoh kasus Konstanta reaksi orde satu: Kec peruraian hidrogen peroksida yang dikatalisis

    oleh 0,02 M KI sebanding dengan konsentrasi hidrogen peroksida yang tersisa dalam di

    dalam campuran reaksi pada setiap saat

    Contoh kasus Konstanta reaksi orde kedua: saponifikasi etil asetat

    VI. Pengaruh Temperatur terhadap Stabilitas Obat (Faktor Ekstrinsik) Menurut teori tumbukan,

    Kecepatan reaksi sebanding dengan jumlah tumbukan per waktu.

    Meningkatnya temparatur Jumlah tumbukan meningkat kec.reaksi meningkat.

    Kecepatan reaksi meningkat 2-3x lipat setiap peningkatan temperatur 10oC.

    Kecepatan reaksi menyebabkan stabilitas obat menurun.

    Kecepatan reaksi tidak sebanding dengan Energi aktivasi.Energi aktivasi (Ea) dengan satuan kilo joule per mol (KJ/mol) merupakan energi yang

    harus dicapai agar reaksi kimia dapat terjadi. Ea diibaratkan sebagai energi yang

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    28/29

    menghalangi terjadinya reaksi. Jika Ea besar, maka reaksi berjalan lambat (kecepatan

    reaksinya kecil) oleh karena itu stabilitas obat meningkat.

    Jika Ea kecil, maka reaksi berjalan cepat (kecepatan reaksinya tinggi) oleh karena itu

    stabilitas obat lebih cepat menurun.

    Persamaan Arrhenius dapat digunakan untuk memprediksikan stabilitas obat yangdidasarkan dengan perubahan suhu dan energy aktivasi.

    Persamaan Arheniuss

    Dalam memperkirakan kecepatan degradasi suatu obat dapat menggunakan Persamaan

    Regresi Linear Arrhenius sebagi berikut:

    k = A e-Ea/RT

    ln k = ln A+ (-Ea/R) 1/T

    dimana A merupakan suatu tetapan yang disebut tetapan Arrhenius atau factor frekuensi yang

    tidak tergantung pada suhu, sedangkan k merupakan konstanta penurunan mutu dari salah satu

    kondisi suhu yang digunakan (uji stabilitas dipercepat dari beberapa suhu) , Ea (Energi aktivasi ),

    T = suhu mutlak ( C+273 ) dan R = konstanta gas (1,986 kal/mol) .

    Jika suhu dinaikan maka harga k akan meningkat dan sebaliknya. Dari harga k tersebut

    maka akan dapat dihitung energi aktivasi. Hubungan energi aktivasi dengan laju reaksi adalah

  • 7/27/2019 Rangkuman Kelompok 2 SO Fix

    29/29

    berbanding terbalik. Semakin besar energi aktivasi maka laju reaksinya semakin lambat karena

    energi minimum untuk terjadi reaksi semakin besar. Semakin kecil harga Ln k maka harga 1/T

    semakin besar (suhunya rendah). Ini membuktikan bahwa semakin tinggi temperatur maka

    energi aktivasinya akan semakin kecil dan semakin sedikit waktu yang diperlukan sehingga akan

    memperbesar harga laju reaksi. Hal ini sesuai dengan teori dimana energi aktivasi berbanding

    terbalik dengan laju reaksi.

    Dalam memperkirakan kecepatan degradasi obat pada suhu 25ocelcius, pertama

    dilakukan regresi linear sederhana (HPLC, spekto uv_vis dll), lalu ln k dari masing masing suhu,

    lalu dibuat plot arrhenius dengan X= 1/T dan Y= ln k dan akan didapatkan persamaan regresi y=

    a+bx. Sehingga dengan dimasukkan T= 298 Kelvin akan didapatkan laju degradasi (k) pada suhu

    25 dan dapat ditentkuan batas kadaluarsa (t90) dan waktu paruh (t50) sesuai dengan orde reaksi

    yang terjadi pada kondisi obat tersebut.