rangkuman buku jilid 1 MPKT A

download rangkuman buku jilid 1 MPKT A

of 15

description

tugas MPKT A merangkum buku jilid satu

Transcript of rangkuman buku jilid 1 MPKT A

BAB IKEKUATAN DAN KEUTAMAAN KARAKTERDitulis: Bagus TakwinKarakter menjadi salah satu kunci dari kemajuan dan pembangunan bangsa. Pembentukan karakter juga merupakan isu penting dalam pendidikan mengingat tujuan pendidikan adalah pembentukan watak atau karakter (Santoso,1979). Dengan kekuatan dan keutamaan karakter, orang dapat menghasilkan perasaan-perasaan positif dalam situasi apapun. Karena itu, pendidikan karakter juga merupakan usaha untuk membantu peserta didik mencapai kebahagiaan. Jika dikaji lebih dalam lagi, maka kekuatan karakter bersumber pada keberadaan manusia sebagai makhluk spiritual.Karakter dan kepribadian merupakan hal yang berbeda walaupun memiliki keterkaitan yang kuat. Kepribadian manusia dapat diartikan sebagai hal yang terorganisir, tidak acak, unsur-unsurnya tidak bekerja sendiri-sendiri, tapi mereka merupakan sebuah kesatuan, dan dinamis. Menurut Allport(1937), karakter adalah segi-segi kepribadian yang ditampilkan keluar dari, dan disesuaikan dengan nilai dan norma tertentu.Peterson dan Seligman (2004) mengemukakan tiga level konseptual dari karakter, yaitu keutamaan, kekuatan dan tema situasional dari karakter. Hubungan antara ketiganya bersifat hierarkis. Keutamaan secara umum terdiri dari: kebijaksanaan, kesatriaan, kemanusiaan, keadilan, pengendalian diri, dan trandensi. Untuk kepentingan pengukuran dan pendidikan karakter, kekuatan karakter adalah karakteristik yang dijadikan indicator untuk mengenali adanya satu atau lebih keutamaan pada diri seseorang. Tema situsional dari karakter adalah kebiasaan khusus yang mengarahkan orang untuk mewujudkan kekuatan karakter dalam situasi tertentu.Kebijaksanaan dan pengehtahuan merupakan keutamaan yang berkaitan dengan fungsi kognitif, yaitu tentang bagaimana mendapatkan dan menggunakan pengehtahuan. Ada enam kekuatan yang tercakup dalam keutamaan ini, yaitu (1) kreativitas, orisinialitas, dan kecerdasan praktis, (2) rasa ingin tahu atau minat terhadap dunia, (3) cinta akan pembelajaran, (4) pikiran yang kritis dan terbuka, (5) kemampuan memahami beragam perspektif yang berbeda dan (6) memadukan hal tersebut secara sinergis.Kemanusian dan cinta merupakan keutamaan yang mencakup kemampuan interpersonal dan bagaimana menjalin pertemanan dengan orang lain. Keutamaan ini terdiri atas (1) baik dan murah hati, (2) memiliki waktu dan tenaga untuk membantu dan mencintai diri sendiri dan orang lain, dan (3) kecerdasan social dan kecerdasan emosional.Kesatriaan merupakan kekuatan emosional yang melibatkan kemauan emosional yang melibatkan kemauan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan meskipun mendapatkan halangan baik dari eksternal maupun internal. Keutamaan ini mencakup (1) untuk menyatakan kebenaran dan mengakui kesalahan, (2) ketabahan atau kegigihan, tegas, emberas hati, (3) integritas, kejujuran, dan penampilan diri dengan wajar serta (4) vitalitas, bersemangat, dan antusias.Keadilan adalah kekuatan sipil yang mendasari kehidupan masyarakat yang sehat. Keadilan mencakup hal, seperti (1) kewarganegaraan atau kemampuan mengemban tugas, dedikasi, dan kesetiaan demi keberhasilan bersama, (2) kesetaraan perlakuan terhadap orang lain, dan (3) kepemimpinan.Pengelolaan diri adalah keutamaan untuk melindungi diri dari segala akibat buruk yang mungkin terjadi di kemudian hari karena perbuatan sendiri. Didalamnya tercakup (1) pemaaf, (2) pengendalian diri, (3) kerendahan hati, (4) kehati-hatian.Transendensi merupakan keutamaan yang menghubungkan kehidupan manusiadengan seluruh alam semesta dan memberi makna kepada kehidupan. Keutamaan ini mencakup (1) penghargaan terhadap keindahan dan kesempurnaan, (2) kebersyukuran terhadap segala hal yang baik, (3) penuh harapan, optimis, dan berorientasi ke masa depan, semangat dan gairah besar untuk menyongsong hari demi hari, (4) spiritualitas, dan (5) menikmati hidup dan selera humor yang memadai.Kekuatan trandensi ditandai oleh daya kemampuan untuk membayangkan apa yang mungkin ada di luar situasi yang dialami kini dan disini dan memahami keterkaitan hal itu dengan alam semesta disebut spiritualitas.spiritualitas memberikan kedalaman dan integrasi kepada kehidupan manusia sebagai makhluk yang hidup dalam kebudayaan, tempat, dan waktu tertentu. Burnard (1988, dalam McSherry, 1998) melihat spiritualitas dapat merujuk kepada pengertian yang berbeda pada orang yang berbeda. Dimensi spiritualitas manusia selalu berusaha melakukan penyelarasan dengan alam semesta dan menjawab petanyaan tentang yang terbatas. Segala hal yang ada di alam semesta ini terkait dengan spiritualitas. Dengan demikian, karaktr dan spiritualitas merupakan dua sisi koin yang tak bisa dipisahkan yang membicarakan tentang daya-daya yang menguatkan dan mengembangkan manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.Maka inti dari pembentukan karakter itu sendiri adalah untuk mencapai kebahagiaan. Untuk mencapai hal tersebut tidak mungkin dilakukan dengan hal yang instan. Pendidikan merupakan saslah satu cara untuk membentuk karakter. Maka semua pendidikan harus diarahkan untuk bisa membentuk karakter manusia itu sendiri.

BAB IIDASAR-DASAR FILSAFATDitulis : Bagus TakwinSecara singkat, filsafat merupakan bidang ilmu yang berurusan dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak dapat dijawab oleh ilmu pengehtahuan. Setidaknya ada tiga bidang kajian filsafat yang dibutuhkan untuk menjadi dasar bagi aktivistasnya mencari ilmu pengehtahuan, yaitu, (1) etika, (2) epistemologi, dan (3) logika.Filsafat dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk memahami segala perwujudan kenyataan secara kritis, radikal, dan sistematis. Produk yang dihasilkan oleh filsafat akan terus mengalir dan pemikiran hasil filsafat perlu untuk dikaji, direfleksikan, dan dikritik lagi.Kritis adalah usaha yang dilakukan secara aktif untuk memahami dan mengevaluasi informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima, ditolak, atau belum dapat diputuskan penerimaannya karena belum jelas. Radikal berarti mendalam, dan filsafat menginginkan pemahama terhadap ilmu pengehtahuan secara mendalam sehingga bisa memahami persoalan sampai keakar-akarnya dan mengajukan penjelasan yang mendasar. Sistematis memiliki pengertian upaya memahami segala sesuatu itu dilakukan menurut suatu aturan berlaku, runut, dan bertahap serta hasilnya ditulis mengikuti pola tertentu.Dari pengertian diatas, maka berpikir filosofis adalah merenung, dengan artian berkontemplasi, yaitu berfikir mendalam, kritis, dan universal dengan konsentrasi tinggi yang terfokus atau menitikberatkan pada segi usaha mengetahui sesuatu. Filsafat secara umum terbagi menjadi 3 bagian umum, yaitu:1. Ontologi, yaitu bagian filsafat yang mengkaji tentang ada atau tentang apa yang nyata2. Epistemologi,yaitu bagian filsafat yang mengkaji hakikat dan ruang lingkup pengehtahuan3. Axiologi, yaitu bagian filsafat yang mengkaji nilai-nilai yang menentukan apa yang seharusnya dilakukanBeberapa aliran yang cukup berpengaruh dalam sejarah perkembangan filsafat, yaitu:1. Rasionalisme, yaitu aliran filsafat yang berdasarkan akal2. Empirisme, yaitu aliran filsafat berdasrkan pengalaman3. Kritisme, yaitu aliran filsafat berdasarkan kritik terhadap rasionalisme dan empirisme4. Idealisme, yaitu aliran filsafat yang berpendirian pada pengehtahuan yang sifatnya subjektif5. Vitalisme, yaitu aliran filsafat yang berdasarkan pada memandang bahwa hidup tidak dapat sepenuhnya dapat dijelaskan secara mekanis6. Fenomenologi, yaitu aliran filsafat yang mengkaji penampakan dan memandang gejala dan kesadaran selalu saling keterkaitan.Untuk mempelajari tentang filsafat dengan metode analisis-sintesis , Kattsoff(2004:34-38) mengemukakan beberapa langkah, yaitu:1. Memastikan adanya masalah yang diragukan kesempurnaan2. Masalah umumnya terpecahkan dengan 2 langkah, yaitu prinsip kesahihan dan menentukan sesuatu yang tidak dapat diragukan kebenarannya3. Meragukan dan menguji secara rasional4. Mengenali apa yang dikatakan orang lain dan mengujinya5. Menyarankan suatu hipotesis6. Menguji konsekuensi7. Menarik konsekuensi

BAB IIIDASAR-DASAR LOGIKADitulis Oleh: Bagus TakwinLogika ditempatkan sebagai dasar berpikir dalam memperoleh, mencermati, dan menguji pengehtahuan. Logika dapat diartikan sebagai kajian tentang prinsip, hukum, metode, dan cara berpikir yang benar untuk memperoleh pengehtahuan yang benar. Jika ditempatkan sebagai cabang filsafat, logika dapat diartikan sebagai cabang yang mengkaji prinsip, hukum, dan metode berpikir yang benar, tepat dan lurus. Jika dalam bidang matematika, logika dugunakan untuk mengkaji seluk beluk perumusan pernyataan atau persamaan yang benar.

Manusia berpikir menggunakan kategori. Kategori inilah yang mengelompokkan sesuatu. Aristoteles membagi segala sesuatu dalam sepuluh kategori, yaitu substansi, kualitas, kuantitas, relasi, aksi, reaksi, waktu, lokasi, posisi, dan memiliki. Setelah aristoteles, ada Immanuel kant dan Georg Wilhelm friedrich hegel.Setiap hal yang diinderai dan dipersepsi dibentuk oleh pikiran menjadi ide. Hasil dari pembentukan ini adalah konsep. Setiap konsep ditandakan dalam bentuk term. Rangkaian term yang bermakna adalah pernyataan.Penyamaan pengertian dan menghindari kesalahan penafsiran terhadap term maka dperlukan definisi. Menurut kesesuainnya dengan fakta, definisi dibagi dua, yaitu:1. Definisi nominal, menerangkan makna kata seperti apa yang dimuat didalam kamus2. Definisi real, menerangkan arti hal tersebut. Definisi real dibagi dua, yaitu:a. Definisi esensial, menerangkan inti dari suatu hal yang meyebutkan umum dan ciri khas.b. Definisi deskriptif, mengemukakan segi-segi positif tetapi belum tentu esensial mengenai suatu hal.1. Definisi destingtif, menunjukkan property.2. Definisi genetik, menyebutkan asal mula.3. Definisi kausal, menunjukkan penyebab atau akibat4. Definisi aksidental, tidak menunjukkan hal esensial.Selain dapat dijelaskan apa artinya, term juga dapat diuraikan dengan kriteria tertentu menjadi divisi. Divisi adalah uraian suatu keseluruhan kedalam bagian-bagian berdasarkan satu kesamaan karakteristik tertentu. Pembagian divisi adalah1. Divisi real, menguraikan bagian-bagian yang ada pada objek itu sendiri terlepas dari aktivitas mental manusia.2. Divisi logis, pembagian berdasarkan mental manusia menjadi beberapa bagian.Kalimat adalah serangkaian kata-kata yang disusun berdasarka aturan tata bahasa dalam suatu bahasa, dan dapat digunakan untuk tujuan menyatakan, menanyakan, atau memerintahkan sesuatu hal. Pernyataan adalah kalimat yang digunakan untuk membuat suatu klaim atau menyampaikan sesuatu yang bisa benar atau salah. Pernyataan dibagi menjadi dua bagian, yaitu pernyataan sederhana, pernyataan yang memiliki satu proposisi, dan pernyataan kompleks, yang memiliki lebih dari satu proposisi.Berdasarkan hubungan diantara proposisi-proposisi yang terkandung dalam pernyataan kompleks, ada empat jenis pernyataan kompleks, yaitu:a. Negasi,ingkaran dari sebuah pernyataan kompleks.b. Konjungsi, pernyataan kompleks yang komponen logikanya dihubungkan dengan kata dan.c. Disjungsi, pernyataan yang dihubungkan dengan kata atau.d. Kondisional, pernyataan yang dihubungkan dengan kata jika..maka...

Hubungan kondisionala. Kausalb. Konseptualc. Definisionald. Regulatorie. LogisHubungan kategorikal yang didasarkan atas hubungan antar-pernyataan dibagi empat, yaitu:1. Kontradiktif2. Kontrari3. Subkontrari4. SubalternasiPenyimpulan dari suatu pernyataan dapat diambil dari penyimpulan langsung dan penyimpulan tak langsung. Penalaran terbagi dua, yaitu deduksi, penalaran dari hukum untuk keadaan khusus, dan induksi, keadaan untuk hukum. Silogisme adalah jenis argument logis yang kesimpulannya diturunkan dari sua proposisi umum yang berbentuk kategoris.Sesat piker adalah kekeliruan dalam penalaran berupa penarikan kesimpulan-kesimpulan dengan langkah-langkah yang tidak sah, yang disebabkan oleh dilanggarnya kaidah-kaidah logika. Beberapa pembagian sesat piker yaitu:1. Sesat Pikir Formala. empat termb. term tengah yang tidak terdistribusikanc. proses ilisitd. premis afirmatif tetapi kesimpulannya negativee. premis negative dan kesimpulan afirmatiff. dua premis negativeg. mengafirmasi konsekuensih. menolak antesedeni. mengiyakan sebuah pilihan dalam susunan kata atauj. mengingkari sebuah pilihan dalam susunan kata dan2. Sesat Pikir Nonformala. perbincangan dengan ancamanb. salah gunac. argumentasi berdasarkan kepentingand. argumentasi berdasarkan ketidaktahuane. argumentasi berdasarkan belas kasihanf. argumentasi yang disangkutkan dengan orang banyakg. argumentasi dengan kewibawaan ahli walaupun keahliannya tidak relevanh. accidenti. perumusan yang salahj. sebab yang salahk. penalaran sirkularl. sesat pikir karena terlalu banyak pertanyaanm. kesimpulan tak relevann. makna gandao. makna ganda ketata-bahasaanp. sesat pikir karena dialekq. kesalahan komposisir. kesalahan divisis. generalisasi tak memadaiBeberapa kesalahan umum dalam penalaran induktif adalah menilai penalaran induktif dengan standar deduktif,kesalahan generalisasi -seperti generalisasi terburu-buru dan kesalahan kecelakaan-, kesalahan penggunaan bukti secara sah seperti kesimpulan yang tidak relevan, kesalahan bukti yang ditahan-, kesalahan statistical seperti kesalahan sampel yang bias,kesalahan percontoh yang kecil, kesalahan penjudi-, kesalahan kausal seperti mengacaukan sebab akibat, mengabaikan penyebab bersama, kesalahan penyebab yang salah, mengacaukan penyebab yang berupa necessary condition dengan sufficient condition-, dan kesalahan analogi.

BAB IVMODUL ETIKA MPKTDitulis Oleh : Fristian HAdinata M. Hum dan LG. Saraswati Putri M. HumEthikos dalam bahasa yunani yang berarti adat, kebiasaan, watak (Pitchard, 2012, 1). Dalam pengertian secara keseluruhan, etika adalah cabang ilmu filsafat yang menyelidiki suatu sistem prinsip moral dan berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan radikal.tidak heran jika etika disebut juga filsafat atas moral.Moralitas berasal dari kata latin moralis yang berarti tata cara, karakter, atau perilaku yang tepat. Secara terminologis moralitas sering kali dirujuk sebagai differensiasi dari keputusan dan tindakan anara yang baik atau yang tidak baik. Moralitas mengacu pada nilai baik atau tidak baikyang disepakati dan diadopsi dalam suatu lingkungantertentu (Borchert, 2006, 280). Moralitas sangat berhubungan dengan etika karena hal itu adalah objek kajiannya.Etika bisa diklasifikasikan menjadi beberapa bidang, yaitu:a. Etika Normatif, cabang etika yang penyelidikannya terkait dengan pertimbangan-pertimbangan tentang bagaimana seharusnya seseorang bertindak secara etis.b. Etika Terapan, sebuah penerapan teori-teori etika secara lebih spesifik kepada topik-topik kontroversial bak pada domain privat atau publik.c. Etika deskriptif, sebuah studi tentang apa yang dianggap etis oleh individu atau masyarakat.d. Metaetika, makna dari dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam etika.Pernyataan etika itu merupaka hal objektif terkait dengan cara melihat pernyataan etika atau kualitas etis tersebut, yaitu:a. Realisme EtisRealisme etis ini mengajarkan bahwa kualitas etis atau tidak ada secara independen dari manusia dan pernyataan etis memberikan pengehtahuan tentang dunia objektif. Hal itu disebut juga absolutism etis. Masalah bagi etika realis adalah manusia mengikuti keyakinan etis yang berbeda-beda.b. Nonrealisme EtisKeberatan terhadap realisme etis diatas menimbulkan cara melihat persoalan etis yang disebut dengan nonrealisme etis. Nonrealisme etis ini sangat terkait dengan realtivisme etis. Relativisme menghormati keragaman budaya dan tindakan mausia yang berbeda pula dalam cara merespon situasi yang berbeda. Akn tetapi, ada persoalan juga di dalam relativisme etis. Diantaranya bahwa aturan etis memiliki nilai kualitas yang lebih tinggi daripada sekedar kesepakatan umum dari sekelompok orang. Relativisme etis ini juga mengabaikan banyaknya perbaikan yang terjadi di dunia dikarenakan orang menentang pandangan etika yang berlaku.Pengkajian terhadap permasalahan etis pada dasarnya bisa dilakukan dengan pengajuan pernyataan tertentu. Untuk memilah jenis dari pernyataan etika, maka dibagilah menjadi empat jenis, yaitu:a. Realisme moral, yang didasarkan pada gagasan bahwa ada fakta-fakta nyata dan objektif terkait masalah etis di alam semesta yang memberikan informasi faktual tentang kebenaran.b. Subjektivisme, mengajarkan bahwa penilaian etis tidak lebih dari pernyataan perasaan ata sikap seseorang. Pernyataan dinilai benar jika manusia memegang sikap dan perasaan yang tepat.c. Emotivisme, pandangan bahwa klaim moral adalah tidak lebih dari ekspresi persetujuan atau ketidaksetujuan. Jika dilihat dari emotivisme ketika seseorang membuat penilaian moral apa yang ditunjukkan adalah perasaan tentang sesuatu.d. Preskriptivisme, pemfokusan pada pernyataan etis adalah petunjuk atau rekomendasi. Hampir selalu ada unsure preskriptivisme dalam suatu pernyataan etis.Dalam suatu masalah moral yang melibatkan perasaan emosional, maka mansia cenderung membiarkan perasaan tersebut menentukan keputusan moral kita, sedang nalar kita hanya mengikuti arus perasaan tersebut. Disinilah etika berperan untuk menawarkan satu prinip yang memungkinkan untuk mengambil pandangan yang lebih jernihdalam melihat isu moral. Tetapi tidak semua masalah moral memiliki jawaban yang tepat dari etika, karena terkadang masalah moral itu memiliki banyak jawaban.Beberapa ahli dan pemikiran tentang etika yang mereka terangkan adalah:1. Immanual Kant dan Etika KewajibanPrinsip moralyang dikemukakan oleh kant adalah mengharuskan adanya kesadaran untk bersikap etis. Kant menekankan prinsip moral bekerja bila setiap orang memperlakukan oran lain dengan prinsip bahwa yang diperbuat secara individual berdampak serta perlu diperhitungkan dalam tataran universal. Kant juga menekankan pada knsep kewajiban sebagai dasar segala perbuatan etis yang sering disebut prinsip deontologis, yang menyatakan bahwa suatu tindakan memiliki nilai moral yang baik bila tindakan itu terlepas dari kepentingan individu dan hanya bertujuan terhadap prinsip kewajiban tersebut. Prinsip moral oleh kant, tidak lagi menjadi argumen etis, tetapi menjadi keharusan, karena itulah dinyatakan sebagai Imperatif Kategoris. Hal lain yang disebutkan oleh kant adalah bagaimana ketika melakukan tindakan etis meski terlepas dari motif individual, hal ini tetaplah dianggap sebagai tindakan yang bernilai moral. Etika kewajiban dari kant mengingatkan kita betapa pentingnya perbuatan moral yang patuh pada suatu prinsip moral bahwa kebaikan tersebut intrinsic adanya.2. John Stuart Mill dan Konsep Etika UtilitarianTeori moral dalam filsafat dapat dipahami menjadi dua aliran besar, yaitu deontologis seperti yang dijelaskan kant diatas, dan konsekuensialis, yatu motif terhadap apa yang dianggap menyebabkan kebahagian menjadi dasar dari suatu perbuatan moral bagi kaum konsekuensialis. Tokoh yang mengembangkan paham etis utilitarian adalah John Stuart Mill. Utilitarian, berasal dari kata utility, kegunaan. Utilitarian mempercayai bahwa tndakan dianggap benar ketika menghasilkan sebuah kebahagiaan. Mill menjelaskan kebahagiaan yang dimaksud bukan hanay kebahagiaan ragawi, tapi lebih dari hal itu. Mill berusaha menjelaskan bahwa ada tingkatan dalam kebahagiaan. Klarifikasi ini menunjukkan bahwa kebahagiaan yang memiliki nilai moral atau yang bertujuan etis bagi Mill adalah jenis kebahagiaan utama. Selain adanya tingkatan, tingkatan-tingkatan itu juga tidak semua memuaskan secara sempurna. Prinsip etis utilitarian ini untuk mengenyahkan anggapan bahwa bila prinsip terutama manusia adalah kebahagiaan maka ia hanya akan melakukan sesuatu hal yang menguntungkan diri sendiri, sebaliknya arena ia menyadari bahwa kebahagiaan semuanya. Mill menjelaskan tentang perspektif berbeda, bila pandangan yang mendominasi adalah pandangan yang mengatakan bahwa prinsip moral itu didasari atas kewajiban, Mill mengkritik dengan mengatakan bahwa prinsip moral itu didasari atas kewajiban.3. W.D Ross ; Intuisi dan KewajibanRoss berargumen bahwa seseorang mengetahui secara intuitif perbuatan apa yang bernilai baik maupun buruk. Ross merupakan filosof yan menekankan bahwa tindakan etis haruslah terlepas dari kepentingan individu. Ross meluncurkan ide yang disebut sebagai Prima Facie, situasi moral yang dapat ditelaah secara objektif. Ross menyebutkan tentang berbagai macam kewajiban yang membutuhkan pertimbangan individu dalam kejadian aktual sebaga berkut: 1) Fidelitas, 2) kewajiban atas rasa terima kasih, 3) kewajiban berdasarkan keadilan, 4) kewajiban beficence, 5) kewajiban untuk merawat dan menjaga diri, 6) kewajiban untuk tidak menyakiti diri sendiri. Enam tipe dari Prima Facie yang dijelaskan oleh Ross menunjukkan bahwa dalam kondisi tertentu kita kerap terbentur untuk memutuskan diantara pilihan moral. Kemampuan intuitif menentukan sikap pada saat terdesak untuk mendapat pilihan terbaik.

12