rangkuman BLOK RESPIRASI.docx
Transcript of rangkuman BLOK RESPIRASI.docx
BLOK RESPIRASI
1RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
INFEKSI BAKTERI DI SALURAN NAFAS ATAS
Professional invaders: menyerang saluran nafas yang sehat (flu umum, virus influenza, dll)
Sekunder invaders: sebabkan penyakit ketika imunitas sedang terganggu (pseudomonas)
Mekanisme protektif Flora Normal: terbatas di saluran atas saja, saluran nafas bawah steril.
Gram (+) atau anaerob
Antagonis mikroba (kompetisi)
Pembersihan partikel dan organisme dari saluran nafas.
- Disaluran nafas atas: system mukosilia → di nasofaring- Pengeluaran saliva: di orofaring
2RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
Pharyngitis Otitis Media dan Sinusitis Epiglotitis Akut Diphteria Kebanyakan oleh virus: Adenovirus Bakteri: Streptococcus pyogenes
(grup A-β hemolytic streptococci). Jarang: Corynebacterium diphteriae, grup C dan G β hemolitik streptococci
Candida (jamur) Ciri: pasien demam, nyeri
tenggorok, dapat terlihat adanya pus
Penyebaran local oleh bakteri atau mikroorganisme dari saluran nafas atas ( S. pneumoniae, S. pyogenes, Haemophilus influenza, Moraxella catarthalis, virus)
Ciri: demam, sakit local, pusing, tuli Infeksi muncul saat sinus atau telinga
tertutup oleh peradangan Anak <7 tahun rentan krn tuba
eustachinya pendek, sempit, hampir horizontal
Emergency infektif: krn haemophilus influenza capsular tipe B
Skrg sudah jarang krn ada HIB vaksin
S. pyogenes pada dewasa Bisa disebebkan obstruksi respirasi
akut → edema & inflamasi Gejala: nyeri tenggorok, demam
tinggi, hipersalivasi
Penyakit krn toxin dari Corynebacterium diphteriae
Inkubasi: 2-5 hari Biasanya faring dan tonsil:
pseudomembran → obstruksi respirasi Efek toksin: myocarditis, neurophaty
STREPTOCOCCI
MORFOLOGI: gram (+), rantai/pasangan, biasanya berkapsul, non motil, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, butuh CO2, katalase (-)
KLASIFIKASI
Kebutuhan Oksigen: - Anaerob (Peptostreptococcus) - Aerob/fakultatif anaerob (streptococcus)
Serology (Lanciefield Classification): berdasarkan antigen dinding bakteri → C-Carbohydrate antigen
Grup A: S. pyogenes Grup B: S. agalactiae Grup D: Enterococcus Grup C: S. equisimitis Grup G-F Non grup: S. pneumonia, S. viridans
Hemolisis α Sebagian Warna hijau sekitar koloni Non grup: S. pneumonia, S.
viridans
Sensitif Optochin: S. pneumonia Resisten Optochin: S. viridans dan grup D
Hemolisis β Sempurna Zona bening sekitar koloni Grup A & B: S. pyogenes
dan S. agalactiae
Sensitif bachitracin: Grup AResisten Bachitracin: grup B,C
Hemolisis γ Tidak lisis Grup D: Enterococcus spp
3RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
Streptococcus pyogenes Streptococcus pneumonia Streptococcus viridans Aderens thd sel epitel (> 10 adesi molekul) Invasi ke sel epitel (dibantu oleh protein M&F,
penting untuk infeksi ke jaringan yang lebih dalam Menghindar dari opsonisasi dan fagositosis (M
protein dan C5a peptidase) Hasilkan enzim dan toxin, c/ streptolisin,
streptokinase, dll Factor virulensi:
- Protein M, F dan as. Lipoteichoid→aderens - Kapsul as. Hiluronat sbg penyamaran imunologi
dan menghindari dari fagositosis - Menghasilkan enzim dan hemolysin untuk Invasi
dan destruksi seperti streptokinase, streptodornase, hyduronidase, streptolysin
- Exotoxin spt pyrogenic→sebabkan demam scarlet dan sindrom shock toxic
Komplikasi: - Demam reumatik - Glomerulonephritis : deposisi complex, antigen
streptococcus dgn antibody di ginjal → glomeruli rusak
Diagnosis Lab: - Metode deteksi Ag: antigen streptokokus grup A
dari swab tenggorok- Serologi: titrasi ASO utk infeksi pernafasan, anti
DNAase B, dll - Kultur: diagar darah di udara - Identifikasi
Gram(+), diplokokus lancet, α hemolytic Reaksi quellung untuk identifikasi bakteri Saat mencapai paru melalui aspirasi→ pneumonia
supuratif akut Saat masuk darah dan meninges→ akut, supuratif,
kadang mengancam jiwa Jadi penyakit: kemampuan invasi dengan cara
multifikasi di jaringan Factor virulensi: kapsul, dinding sel polisakarida,
fosforilkolin, pneumolysin (menghancurkan sel bersilia), protease IgA (utk hambat sekresi IgA)
Mekanisme pertahanan host: sel bersilia disaluran nafas dan lien
Hilangnya resistensi natural pada host: saluran nafas abnormal (setelah infeksi virus), alcohol/obat, transplant ginjal/penyakit ginjal kronik, malnutrisi, sickle cell anemia, hiposplenisme, splenectomy, anak kecil, manula
Gejala: demam, menggigil, sakit tajam pada dada. Sputum coklat/darah, emphyema (pengumpulan pus diruang antar paru dan permukaan dalam dinding dada (ruang pleura)
Diagnosis Lab:- Sputum: pewarnaan, tes quelling- Kultur sputum, aspirasi sinus/kuping tengah di
agar darah dengan CO2 5-10% - Identifikasi: empedu, sensitivitas optokin - Deteksi Ag: kapsul polisakarida di cairan tubuh
α hemolytic / γ hemolytic, termasuk nongrup berkoloni di orofaring, sal. GI, sal. Urin, permukaan
kulit produksi complex polisakarida ekstraseluler untuk
menempel di permukaan sel host, contoh: glucan dan dextran. Missal: pada sel endotel dan permukaan gigi (caries gigi)
penyakit: - SBE - Infeksi intra abdominal - Caries dentist
Komplikasi: penyebaran ke organ lain→ sinusitis, meningitis, endocarditis
4RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
Corynebacterium diphteriaeMorfologi Habitat: nasofaring manusia, tp bukan flora normal
Mode transmisi: Orang ke orang ( droplet, kontak langsung dengan yang terinfeksi, terkena objek langsung Aerobic, gram(+), non kapsul, koloni abu hitam pada media tellurite, granuloma metachromatic (granula babes-ernest)
Virulensi Exotoxin Polipeptida yang tidak tahan panas pH alkaline 7,8-8, aerobic, kadar besi rendah→esensial untuk produksi toxin toxin hambat sinspro oleh ADP ribosilating toxin masuk ke reseptor endositasis→asidifikasi endositik vesikel memudahkan A untuk pisah dari B→A masuk ke
sitoplasma→disitplasma A ganggu kerja sinspro→kematian sel→tenggorokan sakit, bull neck, shockPathogenesis tahap awal: sakit tenggorok, demam ringan, kel.leher bengkak
tahap lanjut: obstruksi sal nafas dan susah nafas, shock biasanya ditemukan ditenggorokan orang karier yang sehat
Difteri:- biasanya diawali dengan infeksi local membrane mukosa, menyebabkan faringitis membrane- efek local toxin menghasilkan degenerasi sel epitel - inflames, edema, pembentukan pseudomembran terdiri dari bekuan fibrin, leukosit, sel epitel mati dan mikroorganisme yang ada
di tenggorokan - efek paling bahaya saat toxin jadi sistemik dan menyerang jantung (gagal jantung), saat perifer (paralisis), kel. Adrenal
(hypofunction)- difteri kutaneus: di daerah tropical/ subtropical. Lesi nekrotik dgn pembentukan pseudomembran local
Diagnosis klinis: otot lemah, edema bullneck, pseudomembran LAB: isolasi dan identifikasi
- Media telurite: membentuk koloni hitam - Media agar loeffent: mengandung serum dan telur→ ↑formasi granula metacromatic di C. diphtheria - Demonstrasi produksi toxin dengan gel difusi presipitasi→ test elek
Control Kebersihan Imunologi: vaksin DPT Kemoterapetik: penisilin, eritromisin, atau gentamisin
Haemophilus Moraxella Fusobacterium Morfologi: Kecil, gram(-), pleomorfik, kokobasil,
nonmotil Tumbuh di kultur agar coklat dan butuh hemin
exogenous dan atau NAD (V factor) Habitat: saluran nafas atas, GI, genital (kecuali H.
Morfologi: gram(-), diplokokus, biasanya muncul dalam PMN neutrophil
Kultur M. catarrhalis di agar darah domba dan agar coklat dengan CO2 3-7%
Mode infeksi: strain endogenous orofaring
Morfologi: anaerob, tidak membentuk spora, basil gram(-)
Infeksi pada manusia biasanya oleh F. necrophorum subspecies furduliforme. Tapi bisa F. nucleatum, F. gonidiaformans, F. noviforme, F. mortiferum, F.
5RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
ducreyi krn bukan flora normal) Ex:
- H. influenzae (tipe B sangat pathogen pada manusia)
- H. ducreyi (transmisi sexual)- H. parainfluenzae, H. aphropilus, H. aegyptiuss
(FN) Mode infeksi:
- strain kapsul H. influenza lewat orang ke orang (inhalasi droplet).
- Tipe B (banyak utk vaksin) Tipe penyakit infeksius
- Strain encapsulated (tipe a-f) H. influenza: produksi infeksi invasive (pneumonia, meningitis, epiglottitis, bacteremia)
- Strain unencapsulated H. influenza (tipe non): otitis media di anak kecil , infeksi sal. Nafas bawah
Haemophillus influenza
Morfologi: aerob/fakultatif aerob, gram (-), kapsul polisakarida
Reservoir: manusia dengan karier asimtomatik, transmisi: droplet pernafasan
Pathogenesis: - Koloni di nasofaring - Pada beberapa orang menginvasi darah dan
sebabkan infeksi di sisi lain- Tidak sebabkan flu, tp muncul setelah sakit flu
akibat virus Mekanisme pathogen:
- Antifagositik kapsul polisakarida - Lipopolisakarida lipid A (komponen dari dinding
sel) berperan besar pada strain tidak berkapsul- Semua strain virulen memproduksi
neuroaminidase dan protease igA- Tidak memiliki exotoxin
menyebar ke daerah steril oada batang trakeobronkial, telinga tengah, sinus
Tipe penyakit infeksius: - Akut purulent exoserbasi bronchitis kronik- Sebabkan 10-15% otitis media & sinusitis - Jarang sebabkan infeksi sistemik
varium Infeksi paling banyak dikalangan dewasa dan
dewasa muda, tapi penyakit lemierre (fatal) pada bayi dan anak kecil
Diagnosis: kultur darah anaerob
6RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
Factor host: - Vaksin Hib konjugasi (poliribitol
phosphate/PRP) kapsul- Vaksin Hib konjugasi (tidak proteksi dari strain
nontypable)- Org yg beresiko terinvasif H. influenza
(asplenia, imunokompremise)- Kalau vaksin dari kapsul PRP(plg virulen) saja
kurang efektif - Vaksin=kapsul PRP+protein→ titer Ab lbh
banyak daripada kapsul PRP saja
INFEKSI BATERI DI SALURAN NAFAS BAWAH
Bordetella Mycoplasma Legionella Morfologi:
- Kokobasil, gram (-), obligat aerob, nonmotil - Tumbuh pada suhu 35-37oC, ≠fermentasi KH,
mengoksidasi asam amino- Secara umum positif katalase (B. pertusis→variatif) - B. pertussis pertussis (whooping cough)
dimanusia- B. parapertussis whooping cough ringan - B. bronchiseptica opportunistic pada respiratory
tract dan luka infeksi pada manusia, batuk kemel pada anjing
- B. avium coryza burung
Morfologi:- Family: Mycoplasmataceae, organisme yg hidup
bebas terkecil- Tumbuh lambat, fakultatif anaerob, fastidious- Membrannya mengandung kolesterol - ≠ dinding sel→ pleumorfik, susah diwarnai gram,
resisten thd antibiotic aktif dinding sel (penisilin, sefalosporin)
- Pd media tbtk koloni spt telur mata sapi dan bergranular
Morfologi:- Family: Legionellacpae, batang gram(-)- Motil dengan flagella polar, obligat aerob,
facultative intrasel
Bordetella pertussis Sebabkan pertussis/whooping cough (parah/tidak
dapat control batukyang dapat menyebabkan muntah dan aspirasi/ sesak nafas)
Transmisi: sangat menular lwt droplet atau sekresi respirasi. Paling menular saat fase catharal & 2mg setelah onset
Factor virulensi:
Mycoplasma pneumonia PPLO (pleuropneumoniae like organism) Sebabkan pneumonia atypical atau pneumonia
berjalan (≠gejala) Banyak pd anak, dws muda, populasi padat
PATOGENESIS 1. Penempelan
Legionella pneumophila Fastidious (L-sistein&Fe, media: BCYE) Infeksi: lwt tempat air hangat (hottubes), system AC,
system keran Gejala: sama dengan flu berat & bisa demam,
menggigil, nafsumakan(-), sakit kepala, letargi ≠transmisi orang→orang Factor resiko: rokok, alcohol, usia tua, penyakit
7RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
- Filamentous hemaglutinin (FHA): untuk nempel di epitel bersilia sal. Nafas
- Fimbriae: untuk membantu pengikatan - Pertactin: untuk penempelan bakteri - Toxin pertussis: limfositosis- Adenylate cyclase toxin/hemolisin: mengkatalisis
pembuatan cAMP → hambat fagositik dan NK - Toxin dermonecrotin: inflamasi dan nekrosis total- Trakea sitotoxin: kemampuan untuk merusak sel
epitel bersilia sal. Nafas- Lipopolisakarida: endotoxin, pembantu kolonisasi- Fak. Kolonisasi trakea: bakteri kolonisasi
Patogenesis :
Gejala: - Masa inkubasi: 7-10 hari- Tahap:
- P1 adesin berikatan di as. Sialik pada sel epitel host
- Kolonisasi di sal. Nafas → sessasi gerakan silia - Mekanisme berhenti → kontaminasi → batuk
kering 2. Metabolic toxic: H2O, superoksida3. Imunopatogenesis → superantigen:
- Aktifasi makrofag- Stimulasi produksi sitokin - Stimulasi aktifasi limfosit
GEJALA1. Tracheobronchitis2. Pneumonia:
- Pneumonia atypical primer (ringan tp durasi lama)
- Inkubasi: 2-3mg → demam, skt kpl, malaise- Batuk presisten produktif - Tanda Radiologi mendahului gejala - Resolusi lambat biasanya fatal
KOMPLIKASI- Pulmoner (ARDS, bronchitis obliterans, gagal
nafas)- Extrapulmonal (miokarditis, pericarditis,
encephalitis, sindrom gulaillan barre, s. steven Johnson)
LAB1. Kultur: sputum diambil 2-3mg2. PCR3. Serologi:
- Test fixasi komplemen (4-bing, + jika ada titer Ab)- Cold agglutinin (≠spesifik)- ELISA (igM)
TREATMENT: Makrolida (eritromisin, azithromisin, clarithromycin)
(limfoma, pulmo, emfisema), imunokompremis
PATOGENESIS - Host: protozoa dan makrofag alveolus manusia- Pathogen intraselular→ invasi dan replikasi selama
di fagosom- 2 fase:
1. Fase replikasi (toxin≠/rendah, ≠flagel)2. Fase infeksius (toxin, flagel)
- Virulensi: fili tipe IV (utk nempel), LPS (endotoxin)
GEJALA- Masa inkubasi: 2-10hari- Sindrom klinis: pneumonia - Sindrom local: demam tinggi, skt kepala, batuk,
sakit dada, nausea, dyspnea, hemoptasis- Sistemik: disorientasi, muntah, bingung, nausea,
diare, insuf ginjal- Demam pontiak: infeksi lebih ringan dgn 2-5 hari
setelah infeksi, ≠pneumonia, bisa sembuh sendiri
KOMPLIKASI: gagal paru, kematian
LAB1. Kultur:
- Sampel: sputum, specimen biopsy paru, cavum pleura, darah
- Inokulasi di agar BCYE yang mengandung L-systein, besi, polimixin B, anysomisin, vancomysin
2. ELISA- Sampel: sera paired (fase akut dan
konvalesen)- Kenaikan, four fold Ab titer→ +
3. Deteksi Ag urin: prinsip → ELISA sandwich → imunokromatografi
TREATMENT
Nempel di epitel bersilia
dan bereplikasi
Berinteraksi dengan sel efektor imun
Masuk bertahan
hidup dalam
makrofag
Masuk
Persistensi
transmisi
Intoksisitas sistemik, toxin pertussis, sitotoxin trakea, toxin dermonectin, adenilatsiklasi toxin
Rusak mukosa local, batuk
Katarrhal (1-2mg): Ingus encer, demam tinggi, batuk ringan dan kadang → sangat menular
Paroxysmal (1-6mg): batuk dengan bunyi whoop, muntah, lelah setelah batuk (paroxysms)Konvalesen (2-3mg): penyembuhan, batuk berkurang
Makrolida dosis tinggi I/V
8RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
Komplikasi:- Pada anak: pneumonia, komplikasi neurologis
(kejang, enselopati), apnea, kematian - Dewasa: pneumonia, BB↓, hilang kendali BAK,
fraktur iga (usia lanjut) LAB:
1. Isolasi dan kultur - Sampel nasofaring posterior: Dacron/swab
alginate calcium - Fastidious MO: butuh nutrisi yg khusus utk
tumbuh→ agar charcoal, bordet gengou agar, Tegan lowe agar
2. PCR: sensitifitas optimum→ambil sample 3mg 1 3. Ab flouresen direct: utk screening4. Serologi: + jika igA terdeteksi dgn whole cell B
pertussis PENCEGAHAN
1. Vaksin whole cell pertussis- Mengandung suspense sel B pertussis yang
diinaktifasi dengan formalin- Dikenal sbg DTwP (difteri, tetanus, whole cell
pertussis) → jarang - Efisiensi 80-90%, perlindungan menurun 5-10
tahun setelah booster terakhir- Rx local: merah, bengkak, sakit saat
penyuntikan, demam 2. Vaksin pertussis aselular - Mengandung komponen yang ≠aktif (FHA, PT,
pertactin, fimbriae)- Dikenal sbg DTaP (utk anak-anak usia 6mg-
6thn) atau Tdap (utk dws 10-64thn)- Efikasi 80-85%- Rx local: <DTwP
Treatment: antibiotic - Makrolida: eritromisin, azithromisin,
kloritramisin
- Eritromisin- Azithromycin- Rifampicin- Floroquinolon- Terapi suportif (ventilasi, dialysis ginjal, rehidrasi,
koreksi ketidakseimbangan elektrolit- Mengontrol (klomasi air dgn suhu 60oC
9RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
- Tetrasiklin: doxyciline- Floroquinolone: levofloxacin, merifloxacin
JAMUR PENYEBAB INFEKSI PERNAFASAN
Chlamydophila pneumonia MOFOLOGI Obligat intraseluler, dikenal sbg agen respiratori akut Taiwan
C. psittrasi dan C. pneumonia → infeksi sal. Nafas jarang sebabkan penyakit, tp bisa sebabkan menigoencepalitis, arthritis, myocarditis, sindrom gullain barre tidak ada vaksin
SIKLUS HIDUPEB: menginfeksi tapi tidak bereplikasiRB: replikasi tp tidak menginfeksi
Histoplasmosis capsulatum Coccidioides immitis Blastomycosis Pneumocystis pneumonia sebabkan infeksi subklinik lewat inhalasi konidia isolasi jamur/identifikasi jamur perlu
untuk diagnosis (dari sample jaringan) keluar masuk gua
lewat inhalasi arthrospora biasanya subklinis tapi factor prediposisi
(lemah, krg gizi) bisa memperparah gejala: sakit dada, demam, batuk, BB↓ siklus hidup:
arthrospora bentuk hifa tubular
hifa mulai bersegmen
arthrospora misah dr hifa
bbrp bisa terbang lwt udara
membesar & jadi spherule
tbtk endospore di dalam spherule, endospore lps dijaringan
karena Blastomyces dermatitidis infeksi dimulai di paru dan
menyebar utk menyebabkan abses extensive
karena pneumocystis jiroveci (carinni) pneumocystis jiroveci opportunistic
pathogen yang menyerang pasien kanker/imunosupresan
jk tdk ditangani fatal
Lanjut membelah
Elementary body (EB) nempel di
reseptor sel (0jam)
Sintesis RNA & protein EB dalam sel
(1-6jam)
EB berubah jadi Reticulate body (RB)
(8jam)
RB membelah secara biner
(12 Jam)
Sintesis DNA sel host gagal, RB produksi DNA, RNA, dll (24jam)
RB jadi EB lagi (infektifitas
rendah)
Infektifitas naik
(30jam)
Pembentukan induksi yang
mengandung EB&RB
Lisis sel dan pengeluaran EB
(48jam)
10RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
PENYAKIT DALAM
PNEUMONIADefinisi Peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme: bakteri, virus, Jamur, parasite
Pneumonitis: Peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh zat iritan, radiasi, bahan korosifFaktor yang
mempengaruhi Mekanisme pertahanan paru Kolonisasi bakteri di saluran napas, saluran nafas bawah steril tdk memiliki flora normal Pembersihan saluran napas terhadap bahan infeksius
Patogenesis Masuknya mikroorganisme ke saluran napas bawah- Inhalasi langsung dari udara - Aspirasi bahan-bahan di nosofaring dan orofaring, contoh: tersedak- Perluasan langsung dari tempat-tempat lain: penyakit infeksi di organ lain- Penyebaran hematogen
Klasifikasi, berdasarkan tempat
Community Acquired Pneumonia (CAP), di masyarakat• Definisi: pneumonia yang didapat diluar Rumah Sakit • Etiologi: banyak disebabkan oleh kuman gram positif. Akhir-akhir ini banyak gram negatif
Hospital Acquired pneumonia (HAP), di rumah sakit Ventilator Associated Pneumonia (VAP), karna pemakaian ventilator Health Care Associated Pneumonia (HCAP), missal: org yang di panti jompo
Cara pengambilan specimen
Dahak, kurang efektif karena mudah terkontaminasi oleh kuman di sal. Atas Darah, kalau orang bakterimia tidak akan ketemu kumannya Cairan pleura, kadang bisa temukan kuman di pleura tp jarang Bronkoskopi, bisa menggunakan sikatan di bronkus, bisa dengan bilasan, atau di kuras dgn BAL (bronco alveolar lavas) Transtorakal aspirasi: menusuk melalui dinding dada Transtrakeal aspirasi: menusuk di trakea
Gambaran klinis Tanda-tanda infeksi saluran napas akut Demam, suhu tubuh meninggi Nyeri otot, sendi Batuk, sputum purulen/mukoid kadang-kadang ada darah
Pemeriksaan Fisik Dada sakit tertinggal waktu bernapas Suara napas bronkial atau menurun Ronki basah halus - ronki basah kasar
11RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
Foto Ro
Terdapat konsolidasi LAB Jumlah lekosit meninggi (> 10.000/ul)
LED meninggi Hitung jenis lekosit bergeser ke kiri Kultur darah (+) : 20-25% penderita Ureum meninggi, kreatinin normal
Procalcitonin (PCT)- PCT meningkat terutama pada infeksi
bakterial berat, sepsis, syok septik dan sindrom disfungsi multiorgan (MODS).
- Kadar PCT > 2 ng/mL menjadi prediktor bakteremia, sepsis, syok septik dan MODS.
- PCT sebagai panduan pemberian antibiotik intensif (PCT 0.25 atau 0.5 ng/L).
- Menghentikan antibiotik bila kadar PCT menurun tajam.
C-Reactive Protein (CRP)- Nilai normal CRP adalah 3 mg/L.- Kadar CRP 10 mg/L merupakan indikasi
inflamasi yang signifikan.- Kadar CRP di atas 100mg/L dapat
digunakan untuk menentukan prognosis dan kebutuhan ventilasi mekanis pada pasien pneumonia
Perbedaan gambaran klinis pneumonia
atipik dan tipik
Gambaran Klinis Atipik (mycoplasma, legionella, chlamydia) Tipik (S. pneumonia)Onset Gradual(bertahap) Akut Suhu Kurang tinggi Tinggi, mengigilBatuk Non produktif ProduktifDahak Mukoid Purulent(ada pus)Gejala lain Nyeri kepala, myalgia, sakit tenggorokan JarangGejala diluar paru Sering Lebih jarangPewarnaan gram Flora normal atau spesifik Kokus (+)/(-)Radiologi “patchy”, seperti bercak Konsolidasi lobarLab Leukosit: normal/rendah Kadang lebih tinggi
Gangguan fungsi hati Sering JarangPenilaian berat Sistim skor pada pneumonia di masyarakat menurut PSI CURB 65
12RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
penyakit Demografi• Usia : laki-laki, umur (tahun)
Perempuan, umur (tahun) - 10• Perawatan di rumah + 10• Penyakit penyerta
– Keganasan + 30– penyakit hati + 20– gagal jantung kongestif + 10– penyakit cerebrovascular + 10– penyakit ginjal + 10
Pemeriksaan fisik• Perubahan status mental + 20• Tekanan darah sistolik < 90 mmHg + 20• Suhu tubuh < 35oC atau > 40oC +15• Nadi > 125 kali/menit + 10
Lab/Radiologi• Analisis gas darah arteri : pH < 7,35 + 30• BUN > 30 mg/dl + 20• Natrium < 130 meg/liter + 20• Glukosa > 250 mg/dl + 10• Hematokrit < 30% + 10• PO2 < 60 mmHg + 10• Efusi pleura + 10
Indikasi rawat:Skor ≤ 70 bila salah satu dari :
– Frekuensi napas > 30/ menit– PaO2/FiO2 < 250 mmHg– Foto toraks kelainan bilateral– Foto toraks melibatkan > 2 lobus– Tekanan sistolik < 90 mmHG– Tekanan diastolik > 60 mmHg– Pneumonia NAPZA
C: Confusion yaitu tingkat kesadaran ditentukan berdasarkan uji mental U: Urea R: Respiratory rate atau frekuensi napas B: Blood pressure atau tekanan darah 65: Umur ≥ 65 tahun
Confusion Uji mental ≤ nilai 8 skor 1Uji mental > nilai 8 skor 0 Urea Urea > 19 mg/dL skor 1Urea < 19 mg/dL skor 0Respiratory Rate (RR)RR > 30x/menit skor 1RR < 30x/menit skor 0Blood pressure (BP)BP < 90/60 mmHg skor 1BP > 90/60 mmHg skor 0UmurUmur > 65 tahun skor 1Umur < 65 tahun skor 0
Skor 0 – 1 : risiko kematian rendah, pasien dapat berobat jalan Skor 2 : risiko kematian sedang, dapat dipertimbangkan untuk
dirawat Skor > 3 : risiko kematian tinggi, harus ditatalaksana sebagai
pneumonia berat Skor 4 atau 5 : harus dipertimbangkan perawatan intensif.
Kriteria Rawat di ICU1 atau 2 gejala mayor
Kriteria Minor Frekuensi napasb > 30/menit
Kriteria Mayor Membutuhkan ventilasi mekanis
13RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
dan 2 dari 3 gejala minor
PaO2/FiO2 b < 250 mmHg Foto toraks menunjukkan infiltrat multilobus Kesadaran menurun/disorientasi Uremia (BUN > 20 mg/dl) Leukopeniac (leukosit < 4000 sel/mm3) Trombositopenia (trombosit < 100.000 sel/mm3) Hipotermia (suhu < 360C) Hipotensi yang memerlukan resusitasi cairan agresif
Syok septik yang membutuhkan vasopresor (meningkatkan tekanan darah)
Penatalaksanaan Pasien Rawat jalan Pengobatan suportif / simptomatik
- Istirahat di tempat tidur - Minum secukupnya untuk mengatasi
dehidrasi- Bila panas tinggi perlu dikompres atau
minum obat penurun panas- Bila perlu dapat diberikan mukolitik
dan ekspektoran Pemberian antibiotik harus diberikan
sesegera mungkin Terapi Empirik
- Pasien tanpa faktor modifikasi (belum mendapatkan antibiotic sebelumnya): Golongan laktam laktam ditambah anti
laktamase Makrolid baru (klaritromisin,
azitromisin) - Pasien dengan faktor modifikasi:
Fluorokuinolon Golongan laktam ditambah anti
laktamase laktam ditambah makrolid
Pasien Rawat Inap Pengobatan suportif / simptomatik
- Pemberian terapi oksigen- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan
koreksi kalori dan elektrolit- Pemberian obat simptomatik antara
lain antipiretik, mukolitik Pengobatan antibiotik harus diberikan
sesegera mungkin Terapi Empirik
- Fluorokuinolon respirasi levofloksasin 750 mg, moksifloksasin 400 mg)
- laktam ditambah makrolid
Pasien Rawat ICU Pengobatan suportif / simptomatik
- Pemberian terapi oksigen- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan
koreksi kalori dan elektrolit- Pemberian obat simptomatik antara lain
antipiretik, mukolitik- Pengobatan antibiotik diberikan
sesegera mungkin Bila ada indikasi pasien dipasang ventilasi
mekanis Terapi Empirik
- Tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas: laktam (sefotaksim, seftriakson
atau ampisilin sulbaktam) Ditambah Makrolid baru atau
Fluorokuinolon respirasi intravena (IV)
- Bila ada faktor risiko infeksi pseudomonas: Antipneumokokal, antipseudomonas
laktam (piperacilin-tazobaktam, sefepime, imipenem atau meropenem) ditambah levofloksasin 750 mg ATAU
laktam seperti tersebut di atas ditambah aminoglikosida dan azitromisin ATAU
laktam seperti tersebut di atas
14RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
ditambah aminoglikosida dan antipneumokokal fluorokuinolon (untuk pasien yang alergi penisilin, laktam daiganti dengan aztreonam)
Bila curiga ada infeksi MRSA (metysilin resisten staphilococus) tambahkan vankomisin atau linezolid
Terapi Empirik Pneumonia Atipik Antibiotik terpilih pada pneumonia atipik
yang disebabkan oleh M. pneumoniae, C.pneumoniae dan Legionella adalah golongan:- Makrolid baru: azitromisin,
klaritromisin, roksitromisin- Fluorokuinolon respirasi: levofloksasin,
moksifloksasin
Terapi Sulih (pengganti) Indikasi :
- Tidak ada indikasi pemberian suntikan lagi- Tidak ada kelainan saluran cerna- Tidak panas + 8 jam- G/K membaik- Lekosit normal/menuju normal- C.kreatif protein menuju normal
Jenis-jenis- Sequential (obat sama, potensi sama)- Switch over (obat berbeda, potensi sama)- Step down (obat sama atau berbeda, potensi lebih rendah)
15RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
BRONKITIS AKUTDefinisi: Infeksi purulen trakea dan bronkus sebagai komplikasi infeksi saluran napas oleh virus. Perbedaan dengan kronik: bukan karena infeksi
Etiologi Gejala klinis Gambaran klinis Diagnosis banding Pengobatan Komplikasi Pneumococcus Haemophilus
influenza Staphylococcus
pyogenes
Biasanya didahului ISNA beberapa hari
Demam, menggigil, nyeri tenggorok, nyeri otot, nyeri sendi
Batuk, sputum mukoid / purulen kadang-kadang berdarah
Sesak napas
Batuk kering Nyeri restrostenal Sesak napas Mengi Demam Gejala: ringan sampai
berat Gejala berat pada
orang muda dan orang tua
Radiologis Normal Corakanbronkovaskula
r kasar
Karsinoma bronkus TB paru
Antitusif Antipiretik Antibiotik Bronkodilator, bila
ada bronkospasme Bila perlu berikan
steroid
Pneumonia Pleuritis Efusi pleura empiema Sinusitis Hemoptisis Abses otak
PPOKDefinisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) penyakit kronik saluran napas yang dapat dicegah dan diobati
Ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel dan bersifat progresif yang berhubungan dengan inflamasi ronik sebagai respons tehadap partikel atau gas yang berbahaya
Eksaserbasi dan ko-morbiditas berkontribusi terhadap beratnya penyakitFaktor resiko Pajanan (Exposures)
- Kebiasaan merokok- Debu & bahan kimia dari lingkungan kerja- Polusi udara- Infeksi- Status sosial ekonomi
Faktor Host- Gen Defisiensi 1 antitripsin Peran gen lain belum teridentifikasi
- Hipereaktivitas bronkus
Diagnosis Anamnesis Gejala batuk-batuk, berdahak dan
sesak napas Gejala berlangsung lama, makin
memberat Sesak napas bertambah saat
beraktivitas
Pemeriksaan fisik Pada awalnya pemeriksaan fisis bisa
normal Tahap lanjut, tanda-tanda hiperinflasi
- Dada cembung → dada tong
Pemeriksaan PenunjangRADIOLOGI
Pada awalnya pemeriksaan bisa normal Tahap lanjut, tanda-tanda hiperinflasi
- Paru lebih lusen- Sela iga melebar- Diafragma mendatar
16RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
Ada riwayat merokok atau pajanan polusi
- Sela iga melebar- Hipersonor- Suara napas melemah- Sianosis, jari tabuh
- Jantung menggantung /pendulum (teardrop appearance)
Air Traping- Terjadi pada penderita PPOK- Hasil akhir dari peningkatan kerja napas
(work of breathing) - Kerja mekanik otot pernapasan tidak baik- Berperan dalam menimbulkan sensasi
sesak (dyspnea)
Sprirometri
Hyperinflasion
17RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
PATOFISIOLOGITripsin: menghancurkan polutan.
PENATALAKSANAAN Berhenti merokok! ANTIBIOTIK
- Lini I : Amoksisilin Makrolid
- Lini II : Amoksisilin dan Asam klavulanat Sefalosporin Kuinolon Makrolid baru
ANTIOKSIDAN: mengurangi eksaserbasi Terapi Oksigen
TB HIV DEFINISI
TB meningkatkan kejadian penyakit HIV
Orang yg menderita TB sering mempunyai beban virus HIV tinggi Penurunan kekebalan tubuh (immunosuppression) berjalan lebih cepat, dan daya tahan hidup dapat lebih singkat walaupun
pengobatan TB berhasil Penderita TB/HIV kemungkinan hidup lebih singkat dibanding pasien HIV tanpa TB ART menurunkan tingkat kematian pada pasien TB/HIV
DIAGNOSIS Tidak dapat mengacu pada gejala umum TB Demam dan berat badan merupakan gejala yg penting
Batuk bukan merupakan gejala umum Banyak variasi pada gambaran foto
toraks
Lebih banyak TB ekstra paru dan diseminasi
Diagnosis diferensial lbh luas
18RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
FOTO RO
ALUR DIAGNOSIS TB HAPUSAN DAHAK NEGATIF
EVALUASI KLINIS, UJI HIV, HAPUSAN BTA
PALING TIDAK 2 SPESIMEN BTA NEGATIF
ANTIBIOTIK SPEKTRUM LUAS (Tanpa OAT dan florokuinolon)
TANPA PERBAIKAN PERBAIKAN
PERTIBANGKAN OAT DIAGNOSIS LAIN
PERTIMBANGKAN DIAGNOSIS LAIN OBATI
CD4 : 50
HIV (+) DAN/ATAU SAKIT TIDAK PARAH HIV (-) DAN/ATAU SAKIT TIDAK PARAH
ULANG EVALUASI KLINIS FOTO RO BIAKAN DAHAK ATAU TES LAIN PENGOBATAN INJEKSI
ANTIBIOTIK LUAS KECUALI FLOROKUINOLIN
Hasil klinis/Foto RO TIDAK MENGARAH TB
Biakan negative
Hasil klinis/Foto RO MENGARAH TB
Biakan negative/ positif
BUKAN TB TB
ULANG EVALUASI KLINIS FOTO RO BIAKAN DAHAK ATAU
TES LAIN
Hasil klinis/Foto RO TIDAK MENGARAH TB
Biakan negative
Hasil klinis/Foto RO MENGARAH TB
Biakan negative/ positif
BUKAN TB TB
BUKAN TB
19RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
ILMU KESEHATAN ANAK
(INFEKSI RESPIRATORI AKUT)
EPIGLOTITIS CROUP (LARINGOTRAKEOBRONKITIS AKUT)DEFINISI Infeksi sangat serius epiglotis & struktur supraglotis
menyebabkan obstruksi napas akut kematian Insidens : usia 2-7 tahun, puncak usia 3,5 tahun
Penyakit yang mengenai laring, infra/subglotis, trakea, bronchus Karakteristik :
batuk menggonggong suara serak stridor inspirasi dengan atau tanpa obstruksi jalan napas (obstruksi perlahan)
ETIOLOGI Haemophilus influenzae tipe B (terbanyak) S.aureus S.pneumonia C.albicans Virus Trauma
Human parainfluenzae virus (HPIV) 1-4 (60%) Virus Influensa A & B Adenovirus RSV Virus campak
GEJALA KLINIS Demam ringan mendadak & berat Nyeri tenggorok Sesak napas Gejala obstruksi sal.respiratori progresif (dalam bbrp jam dapat
menjadi obstruksi total) Pada anak besar : sniffing position (badan bungkuk ke depan,
mulut terbuka & leher ekstensi)
Demam tidak tinggi 12 – 72 jam, hidung berair, nyeri menelan, batuk ringan
Batuk nyaring, suara parau dan kasar Sesak,stridor inspirasi, retraksi, gelisah, bertambah berat pada malam
hari Gejala puncak 24 – 48 jam pertama Perbaikan : 1 minggu
DIAGNOSIS Epiglotis besar, bengkak, warna merah ceri terlihat dengan pemeriksaan langsung atau dg laringoskop (hati2 menggunakan krn bisa menyebabkan laring spasme)
Radiologis : gambaran thumb sign
PEMBAGIAN VIRAL CROUP- gejala prodromal infeksi respiratori selama 3-5 hari SPASMODIC CROUP- terdapat faktor atopi- tanpa gejala prodromal- tiba-tiba obstruksi, biasa menjelang malam- serangan sebentar normal kembali
BERDASARKAN DERAJAT KEGAWATANRINGAN SEDANG BERAT GAGAL NAFAS batuk keras
menggonggong kadang-
batuk menggonggong sering timbul
gejala ditambah dg stridor
batuk tidak jelas
stridor
20RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
Jangan periksa dengan spatula karena menyebabkan laringospasme & obstruksi total akut, aspirasi sekret, henti kardiorespirasi
kadang stridor (-) retraksi
ringan dinding dada
stridor (+) retraksi
dinding dada sedikit
tidak ada gawat napas
ekspirasi retraksi
dinding dada tidak ada
gawat napas
gangguan kesadaran, letargi
KARAKTERISTIK VIRAL CROUP SPASMODIC CROUP
USIA 6 bl – 6 th 6 bln-6 thn
G. PRODROMAL Ada Tidak jelas
STRIDOR Ada Ada
BATUK Sepanjang waktu Terutama malam hari
DEMAM Ada (tinggi) Bisa ada, tidak tinggi
LAMA SAKIT 2-7 hari 2-4 jam
RW KELUARGA Tidak ada Ada
PREDISP. ASMA Tidak ada Khas
LABORATORIUM :Tidak diperlukan, diagnosis ditegakkan dengan gejala klinis
RADIOLOGIS :Gambaran steeple sign (seperti menara) penyempitan columna subglotis
TATALAKSANA Intubasi nasotrakeal / trakeostomi Antibiotika : Sefalosporin generasi III- Sefotaxim : 7-10 hari, bebas demam 2 hr- Seftriakson : 5 hari dosis tunggal
Indikasi rawat :- usia < 6 bulan- stridor progresif- stridor pada saat istirahat
Inhalasi- Racemic epineprin
nebulisasi 20 menit- L-epineprin
21RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
- gejala gawat napas- hipoksemia- gelisah, sianosis- gangguan kesadaran- demam tinggi, tampak toksik- tidak respons terhadap terapi
Kortikosteroid mengurangi edema
Intubasi endotrakeal Antibiotika
- bila ada infeksi sekunder oleh bakteri
- Sefalosporin generasi II atau III
DIAGNOSIS BANDING
KARAKTERISTIK EPIGLOTITIS CROUP
USIA Semua usia 6 bln-6 thn
AWITAN Mendadak Perlahan
LOKASI Supraglotis Subglotis
SUHU TUBUH Demam tinggi Demam tidak tinggi
DISFAGIA (sulit menelan) Berat Ringan / (-)
DISPNEA Ada Ada
DROOLING Ada Ada
BATUK Jarang Khas
RONTGEN Thumb sign Steeple sign
BRONKITIS AKUT BRONKIOLITISDEFINISI Infeksi mengenai trakea, bronkus utama & menengah yang
menimbulkan gejala batuk Dapat membaik tanpa terapi selama 2 minggu
Penyakit IRA bawah yang ditandai dengan inflamasi pada bronkiolus Paling sering usia 2-24 bulan puncak usia 2-8 bulan Faktor predisposisi :
- strain virus- tempat penitipan anak
ETIOLOGI Virus (terbanyak)- Rhinovirus- RSV- Virus influenza- Adenovirus- Virus rubeola- Paramyxovirus- Zat iritan
M pneumoniae Bordetella pertusis C. diptheriae
RSV (95%) Adenovirus Virus influenza Virus Parainfluenza Rhinovirus Mikoplasma
22RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
GEJALA KLINIS BRONKITIS AKUT VIRUS Disertai rinitis dan faringitis Batuk muncul 3-4 hari
setelah rinitis Auskultasi dada tidak khas,
bisa terdapat ronki dan wheezing
Gambaran radiologis normal atau corakan bronkial meningkat
Gejala hilang 10 – 14 hari
BRONKITIS AKUT BAKTERI Lebih jarang Etiologi : S aureus, S
pneumoniae, H influenzae, M pneumoniae
Gejala batuk Laboratorium terdapat infiltrasi
limfosit dan leukosit PMN Diagnosis pasti ; kultur sekresi
mucus
Gejala awal seperti IRA atas akibat virus seperti : pilek ringan, batuk, demam
1-2 hari kemudian batuk disertai sesak napas Dapat ditemukan wheezing (bedakan dengan ASMA), sianosis, merintih
(grunting), napas berbunyi, muntah setelah batuk, rewel, penurunan napsu makan
PEMERIKSAAN FISIK: Takipnea, takikardi Suhu > 38,50C Konjungtivitis ringan Faringitis Obstruksi sal.napas bawah akibat respons inflamasi menyebabkan
ekpirasi memanjang hingga wheezing, napas cuping hidung, retraksi intercostal
PEMERIKSAAN PENUNJANG: Pem darah rutin kurang bermakna(hasil normal) Foto rontgen toraks ; gambaran hiperinflasi dan infiltrat, dapat ditemukan
gambaran atelectasisTATALAKSANA Terapi suportif
Dapat sembuh tanpa terapi Antibiotika : bila ada infeksi
sekunder oleh bakteri Obat penekan batuk tidak
perlu
Terapi suportif : pemberian oksigen, kecukupan cairan, tunjangangan respirasi bila perlu (ventilator, dll)
Bronkodilator : masih kontroversi, kombinasi α adrenergik dan agonis β adrenergik
Kortikosteroid Ribavirin
PNEUMONIADEFINISI Merupakan inflamasi yang mengenai parenkim paruETIOLOGI Neonatus & bayi kecil : Step grup B, E coli, psudomonas, Klebsiella
Bayi besar dan balita : S pneumoniae, H influenzae tipe B, S aureus Anak besar dan remaja : bisa juga ditemukan M pneumoniae
PATOLOGI STADIUM HEPATISASI MERAH: konsolidasi jaringan paru serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, kuman di alveoli STADIUM HEPATISASI KELABU: terjadi fagositosis cepat oleh lekosit PMN STADIUM RESOLUSI: Degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang
GEJALA KLINIS Gejala infeksi umum : demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu makan, mual muntah, diare Gejala gangguan respiratori : batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih, sianosis
23RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah perifer lengkap : leukositosis predominan PMN CRP (+) Uji serologis tidak rutin dilakukan Pemeriksaan mikrobiologis dilakukan pada pneumonia berat Toraks foto : bercak infiltrate
PEDOMAN DIAGNOSIS WHO
BAYI <2 BULAN: PEUMONIA
- napas cepat >60x/menit atau sesak napas- harus rawat dan diberikan antibiotik
BUKAN PNEUMONIA- tidak ada napas cepat atau sesak napas- tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan
simtomatis
BAYI DAN ANAK 2 BULAN-5TAHUN PEUMONIA BERAT
- sesak napas- harus rawat dan diberikan antibiotik
PNEUMONIA- bila tidak ada sesak napas- ada napas cepat dengan laju napas :
>50x/men untuk usia 2 bln – 1 tahun >40x/men untuk usia > 1-5 tahun
BUKAN PNEUMONIA- tidak ada napas cepat atau sesak napas→tidak perlu dirawat
dan tidak perlu antibiotik, cukup diberikan pengobatan simtomatis
TATALAKSANA Sebagian besar tidak perlu rawat inap- Antibiotika : amoksisilin, kotrimoksazol
Bila dirawat :- Terapi suportif : cairan intravena, terapi oksigen, koreksi gangguan asam basa elektrolit dan gula darah- Antibiotika : golongan beta laktam atau kloramfenikol
AVIAN INFLUENZAETIOLOGI Famili orthomyxoviridae, virus RNA
Influenza tipe A dan B menyebabkan penyakit epidemik Influenza tipe C penyakit sporadik Influenza A: protein H1-16 dan N1-9 dapat menginfeksi unggas avian influenza Influenza A yg biasa menginfeksi manusia (H1N1, H2N2, H3N2) disebut human influenza (bukan flu burung), sudah ada vaksin Pada unggas replikasi virus utama di sal.gastrointestinal penularan melalui feses Inf.A menginfeksi manusia, mamalia, unggas mudah bermutasi (susah ketemu, susak diobati)
PENULARAN Human influenza : secara percik renik (droplet nuclei) pada saat batuk atau bersin Virus A/H5N1 : penularan langsung dari unggas ke manusia Terbukti dengan adanya kontak dengan unggas dalam 2 minggu sebelumnya. Masa inkubasi sekitar 7 hari (akut), tersering dalam 2-5 hari
24RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
GEJALA KLINIS Influenza A dan B menyebabkan penyakit respiratori Awitan penyakit mendadak Demam tinggi 2-4 hari (tampak toksik) Malaise, mialgia, sefalgia Koriza Konjungtivitis Faringitis Batuk kering, sesak napas
Virus A/H7N7 gejala utamanya konjungtivitis dan atau penyakit serupa influenza Virus A/H5N1 bermanifestasi sebagai pneumonia berat yang sering mengalami perburukan menjadi ARDS (Acute Respiratory distress
syndrome)- Waktu dari awitan gejala hingga mencari pertolongan rerata 4 hari
KASUS SUSPEK
Gejala saluran respiratori bawah yang disertai demam >380C dengan gejala batuk dan sesak napas, DAN ≥1 pajanan berikut dalam 7 hari sebelum timbulnya gejala :– Kontak dekat dengan penderita
probabel atau terkonfirmasi– Pajanan dengan unggas yang
dicurigai dlm wilayah– Memakan produk unggas yang
tidak dimasak sempurna– Kontak dekat dengan hewan selain
unggas yang terkonfirmasi– Memegang atau menangani sampel
yg dicurigai
KASUS PROBABEL
Memenuhi kriteria suspek DAN 1 kriteria tambahan :– Bukti pneumonia pada gambaran
foto toraks (kalau pneumoni dalam bbrp minggu, kalau flu burung baru demam 3 hari, infiltrate penuh dikedua lapang paru) dan bukti gagal napas
– Konfirmasi lab (+) untuk inf. A tapi belum cukup bukti untuk infeksi H5N1
Meninggal karena infeksi respiratori akut yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya yang secara epidemiologik berkaitan dengan kasus A/H5N1
KASUS TERKONFIRMASI
Memenuhi kriteria suspek atau probabel DAN ≥1 pemeriksaan lab berikut positif : Isolasi virus A/H5N1 Positif untuk H5 dengan PCR Peningkatan ≥ 4 kali antibodi
netralisasi dibandingkan antara fase akut dan fase konvalesen minimal 1 :80
Titer A/H5N1 1 : 80 atau lebih pada spesimen yang diambil pada hari ≥14 awitan gejala DAN 1 positif dengan pem.serologik berbeda ATAU hasil positif H5 dengan western blot
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium: Tidak khas, sering lekopenia, limfopenia, trombositopeni Serologis: Sensitifitas rendah Mikrobiologi: PCR dari usap tenggorok dan hidung Pencitraan : Perburukan gambaran radiologis sangat cepat, gambaran foto 1 dengan ke 2 sangat berberda
TATALAKSANA Pengendalian infeksi :- universal precaution- transmission based precaution (droplet, contact, airborne
Antibiotika (jika ada infeksi sekunder)- demam menetap atau turun naik- perburukan klinis
Kalau ada pasien datang dengan demam, batuk, sesak dll. PERTAMA KALI TANYAKAN
ADA KONTAK DENGAN UNGGAS ATAU TIDAK. Karna gejala tidak khas
Kalau virus biasanya: leukopenia
Kalau bakteri: leukositosis
25RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
precaution) Self limiting disease, kebanyakan belum sembuh sudah
meninggal duluan Tanpa komplikasi membaik 48-72 jam Antiviral : 48 jam pertama dari timbul gejala
- penghambat neuramidase (efektif untuk inf.A dan B) : oseltamivir ( 2mg/kgBB/x, 2x) 5 hr zanamivir
- penghambat protein M2 (efektif untuk wabah inf.A) : amantadine rimantadin
Sesuai dengan tatalaksana pneumonia etiologi berdasarkan usia
Kombinasi golongan β laktam dan makrolid Lakukan biakan kuman
Steroid - Acute lung injury- Acute respitratory distress syndrome- Belum ada bukti manfaat pemberian pd virus, menekan imun
Etoposid Imunoglobulin intravena
- demam, splenomegali, bisitopenia, hipertrigliseridemia,- hemofagositosis
DIPHTERI PERTUSISETIOLOGI Corynebacterium diphteriae
Bakteria aerob, tak berkapsul, tidak membentuk spora,sebagian besar tidak motile, pleomorfik, gram poisitif
Bordetella pertussis, Bordetella parapertussisGram negatif, coccobacilli,aerob
PATOGENESIS C diphteriae toksigenik maupun non toksigenik dapat menginfeksi kulit dan mukosa dan kadang organ lain setelah terjadi bakteriemia.
Bakteri hidup pada permukaan kulit atau selaput mukosa saluran napas, menyebabkan reaksi inflamasi lokal.
Memproduksi eksotoksin polipeptida 62 kD yang dapat menghambat sintesis protein dan menyebabkan nekrosis jaringan.
Membentukl koagulum terdiri atas bakteri mati, sel epitel, fibrin, leukosit, eritrosit, yang semakin tebal sehingga terbentuk pseudomembran berwarna coklat kelabu yang melekat ke jaringan di bawahnya.
Paralisis palatum molle dan hipofaring. Absorpsi toksin dapat menyebabkan nekrosis tubuli ginjal,
trombositopenia, kardiomiopati dan demyelinisasi serabut saraf
Kardiomiopati dan demyelinisasi serabut saraf biasanya terjadi 2-10 minggu setelah infeksi mukokutaneus, mungkin disebabkan oleh reaksi imunologis.
DEFINISI KLINIS: Batuk 14 hari atau lebih, dengan paling sedikit satu gejala: paroksism, whoop, atau muntah setelah batuk.
MANIFESTASI KLINIS Tergantung lokasi anatomis infeksi, status kekebalan,produksi Masa inkubasi 3-12 hari.
26RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
dan distribusi toksin. Masa inkubasi: 2-4 hari.Fokus primer: tosil atau faring (94%), hidung, laring
Diphteri Nares anteriorInfeksi pada nares anterior (lebih sering pada bayi): rhinitis serosanguineus, purulen dan erosif disertai pembentukan membran.Karakteristik: ulserasi dangkal pada nares eksterna dan bibir atas.
Diphteri Tonsilar dan faringeal- Nyeri tenggorokan (gejala awal), hanya setengahnya
menderita demam dan lebih sedikit lagi yang menderita disfagia, serak, maleise atau nyeri kepala.
- Infeksi faring ringan diikuti pembentukan membran pada tonsil unilateral atau bilateral, meluas ke uvula, palatum molle, orofaring posterior, hipofaring, area glottis.
- Edema jaringan lunak dan pembesaran limfonodi: bull neck appearance.
- Derajat perluasan lokal berhubungan dengan keparahan penyakit, bull neck, dan fatalitas karena sumbatan jalan napas serta komplikasi yang dimediasi toksin.
- Beda diphteria dengan faringitas eksudativa karena Streptococcus pyogenes dan Epstein-Barr virus: pseudomembran yang lengket, perluasan melebihi daerah fausial, jarang didapatkan demam dan disfagia.
Diphteri Laringeal- Serak, stridor,dispneu, batuk menggonggong. Ancaman
sufokasi karena sumbatan saluran napas.- Membedakan dengan epiglottitis atau tracheitis karena
penyebab lain: tidak adanya gejala lain dan visualisasi pseudomembran.
Diphteri Kulit- Infeksi indolen dan tidak progresif.- Ulkus superfisial seperti ektima dan tidak membaik,
dilapisi membran coklat-kelabu, eritema, nyeri, eksudat. - Sering disertai oleh infeksi sekunder.
Gejala catarrhal:- kongesti dan rhinorrhea, demam tidak tinggi, bersin,lakrimasi,
dan injeksi konjungtiva. Gejala paroxysmal:
- Batuk kering, iritatif, berkembang menjadi batuk khas pertussis. Whoop (tarikan napas inspirasi yang kuat) ditemukan pada bayi < 3 bulan karena otot masih blm kuat untuk menghasilkan tekanan intratoraks negatif secara cepat.
- Batuk panjang tanpa putus, dagu dan dada ke depan, lidah keluar, mata melotot dan berair, wajah keunguan, sampai tampak hampir kehilangan kesadaran, batuk akhirnya berhenti dan terdengar suara ‘whoop’ ketika udara memasuki jalan napas yang separuh terbuka.
- Batuk diakhiri dengan pengeluaran sekresi kental dari trakhea yang bercampur dengan epitel mati.
- Muntah setelah batuk umum terjadi pada anak maupun dewasa.- Stage ini terjadi paling panjang pada bayi. Pada puncaknya dapat
terjadi lebih dari 1 kali batuk per jam.- Bayi < 3 bulan: fase catarrhal hanya beberapa hari dan jelas.
Apnea, tersedak dan batuk dg gasping menandai onset penyakit. Convalescence diikuti batuk paroksismal intermiten sampai usia 1 tahun.
#Anak yang sudah diimunisasi masih mungkin menderita pertussis, tetapi dengan gejala yang lebih ringan dan stage
yang lebih pendek masanya#
27RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
- Kolonisasi sal napas dan komplikasi toksik jarang di-temukan.
KARDIOMIOPATI TOKSIK Terjadi pada 10-25% kasus diphteria, menyebabkan 50-60%
kematian akibat diphteria. Risiko komplikasi berbanding lurus dengan beratnya kelaina
orofaring dan keterlambatan pemberian antitoksin. Umumnya terjadi 2-3 minggu setelah onset penyakit. Dapat muncul setelah minggu I (umumnya fatal). Kadang muncul 6 minggu setelah onset penyakit. Takikardia tidak sesuai dengan demam, interval P-R
memanjang, perubahan gelombang ST-T, kardiomiopati dilatasi dan hipertrofi.
Disritmia tunggal atau progresif: Blokade jantung derajat I, II atau III; disosiasi atrioventrikular; takikardia ventrikular.
Peningkatan SGOT sesuai tingkat kerusakan otot jantung. Gagal jantung kongestif terjadi akut atau perlahan.
Bila terjadi aritmia berat, pasien yang selamat dapat menderita gangguan hantaran permanen. Sisanya umumnya sembuh tanpa sekuele.
NEUROPATI TOKSIK Komplikasi neurologis paralel dengan luasnya infeksi dengan
onset yang multifasik. 2-3 minggu setelah onset (kadang terjadi akut) terjadi
hipestesia dan paralisis lokal palatum molle, diikuti kelemahan nervi facialis, pharyngeal posterior dan laryngeus, menyebabkan suara sengau, sulit menelan, dan risiko kematian karena aspirasi.
Neuropati kranial biasanya terjadi pada minggu ke 5, terjadi paralisis nervi oculomotorius dan ciliaris yang menyebabkan strabismus dan gangguan akomodasi.
Onset polineuropati simetris terjadi 10 hari - 3 bulan setelah onset infeksi orofaring. Menyebabkan deficit neurologis dengan hilangnya refleks tendon dalam.
Terjadi kelemahan otot mulai dari distal berjalan ke proksimal (lebih sering) atau sebaliknya. Dapat disertai paralisis diafragma. Dapat terjadi kepulihan spontan.
28RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
Temuan cairan serebrospinal mirip dengan sindroma Guillan-Barre.
Disfungsi pusat vasomotor jarang terjadi dan dapat menyebabkan hipotensi atau gagal jantung. Umumnya terjadi 2-3 minggu setelah onset penyakit.
DIAGNOSIS Kultur dengan sampel hasil swab lesi. Sebagian kecil membran harus diambil dengan eksudat di bawahnya.
C. diphteriae tahan pengeringan. Sampel dapat dikirim dari tempat jauh untuk dikultur.
Harus dilakukan uji sensitivitas terhadap antibiotika dan penentuan toksisitas.
Gejala klinis: Batuk tanpa demam, maleise atau mialgia, eksantema atau enantema,
nyeri tenggorokan, serak, takipnea, mengi atau ronchi. Pada bayi yang menderita pertussis, pemeriksaan fisik diantara
serangan batuk termasuk frekuensi respirasiumumnya normal, kecuali ada pneumonia sekunder.
LAB Ditemukan leukositosis (15.000-100.000/mmk) dengan limfositosis
absolut. Limfosit yang ditemukan adalah limfosit T dan B dengan ukuran normal, bukan limfosit atipik berukuran besar yang biasa ditemukan pada infeksi virus.
Pada penyakit berat dan fatal ditemukan angka leukosit yang sangat tinggi dan thrombositosis.
FOTO RO abnormal ringan. Infiltrat atau edema perihilar. Kadang ditemukan atelektasis, pneumothoraks, pneumomediastinum,
udara pada jaringan lunak. Konsolidasi parenkim: infeksi sekunder
GOLD STANDART: kultur aspirat nasofaringTERAPI Antitoksin diberikan berdasar diagnosis klinis. Berfungsi
mengikat toksin yang bebas. Semakin lama jarak infeksi dengan pemberian antitoksin maka efikasi akan semakin rendah.
Antibiotika: diberikan selama 14 hari- erythromycin oral atau parenteral: 40-50mg/kg/hari
maksimum 2 g dalam 24 jam- penicillin G im atau iv 100.000-150.000U/kg/hari bagi 4
dosis- prokain penicillin 25.000-50.000U/kg/hari bagi 2 dosis im
Eliminasi bakteri dibuktikan dengan 2 kali kultur negative dengan selisih 24 jam setelah terapi selesai baru bisa stop
Tujuan terapi: mengurangi frekuensi paroksism mengamati keparahan batuk untuk memberikan bantuan bila perlu untuk memberikan nutrisi dan istirahat maksimal
INDIKASI RAWAT Bayi < 3 bulan Bayi 3-6 bulan dengan paroksism berat, Segala usia bila ada komplikasi
ANTIBIOTIK Erythromycin 40-50mg/kg/hari po terbagi 4 dosis (14 hari)
29RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
terapi. Pasien ditempatkan di ruang isolasi. Bed rest selama fase akut, sampai risiko kerusakan jantung
sudah dilewati (paling sedikit selama 2 minggu)
Ampicillin, rifampicin, cotrimoxazole cukup efektif. Cephalosporin generasi ke 2 tidak efektif.
Salbutamol: sedikit mengurangi gejala pemberian dengan aerosol yang merepot kan dapat menginduksi paroksism
Kortikosteroid tidak bermanfaat Pertussis immunoglobulin tidak direkomendasikan Isolasi: dilakukan sampai terapi erythromycin hari ke 5 Pengobatan kontak: erythromycin selama 14 hari. <7 tahun: vaksinasi
bila vaksinas belum lengkapKOMPLIKASI Sumbatan jalan napas oleh edema dan pseudomembran.
Pemberian kortikosteroid untuk miokarditis dan neuritistidak bermanfaat.
Pneumonia, kejang, ensefalopati. Gangguan SSP karena terjadi hipoksemia atau perdarahan karena
batuk.PROGNOSIS Tergantung virulensi organisme (subspecies gravis paling
virulen). Case fatality rate untuk diphteria traktus respiratorius
adalah 10%. Obstruksi jalan napas dan miokarditis merupakan penyebab
kematian yang paling sering.
Lebih buruk pada bayi < 6 bulan karena sering terjadi komplikasi
PENCEGAHAN KONTAK ASIMPTOMATIK (sudah kontak tp blm timbul gejala)- Profilaksis:
erythromycin po selama 7-14 hari benzathine penicillin im 600.000 U (<30 kg)
1.200.000 U (>30 kg)- Vaksinasi DT: bila belum mendapat booster 5 thn
terakhir/ mendapat <3x vaksinasi dengan diphteria toxoid/anak yg blm mendapat vaksinasi dg diphteria toxoid ke 4
- Monitor munculnya gejala dalam 7 hari masa inkubasi- Kultur swab hidung, faring, lesi kulit.
KARIER ASIMPTOMATIK- Antibiotika profilaksis 7-10 hari- DT (bila belum diberikan booster 1 tahun terakhir)- Isolasi (respirasi atau kontak) sampai 2 x kultur negative
berturut dalam jangka waktu 24 jam- Ulang kultur 2 minggu setelah penghentian terapi, bila
30RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
positif berikan erythromycin po 10 hari dan ulang kultur- Kegagalan eradikasi dg antibiotika: s/d 21%
#Antitoksin tidak diberikan bila tidak ada gejala!#TB ANAK
DEFINISI Tuberkulosis merupakan penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis yang bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer TB pada anak tidak batuk (kecuali infeksi sekunder)
ETIOLOGI Mycobacterium tuberculosis:Karakteristik :
1. Dapat hidup berminggu-minggu dalam kondisi kering 2. Tidak punya endotoksin dan eksotoksin3. Penyebaran hematogen 4. Berkembang lambat (24-32 hr)5. Manifestasi klinis tidak spesifik6. Kuman aerob, predileksi di paru 7. Dapat hidup dormant
PENYEBARAN Transmisi melalui udara dari orang dewasa dengan droplet nuclei (percik renik) Droplet nuclei : mengandung 2-3 basil, ukuran kecil (1-5) dapat berada di udara dalam waktu yang lama Saat inhalasi, mencapai alveoli Mengenai Lobus tengah dan bawah, shg tb pd anak tidak menularkan
PATOGENESISDroplet inhalasi ALVEOLI Makrofag
Destruksi
REPLIKASI INTRASELULERDESTRUKSI KEMBALI OLEH
MAKROFAG
Destruksi menyebabkan terbentuknya tuberkel, disebut FOCUS PRIMER
menyebarLymphangitis Lymphadenitis
HEMATOGENICKOMPLEX PRIMER
IMUNITAS SELULER BEKERJA
AKUT (kuman sekaligus banyak) OCULT (kuman masuk sedikit2)
C/ TB milier
Masa inkubasi: dari masuk kuman sampai imunitas seluler bekerja. Selama masa inkubasi mantoux test (-), akhir masa inkubasi uji tuberculin (+)
31RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
KENAPA ANAK TIDAK BATUK → karena alveolus TIDAK MEMPUNYAI REFLEK BATUK beda dgn bronkus. UJI TUBERKULIN (rx hipersensitifitas tipe
lambat) StrengthPPD S
SeibertPPD RT23
first 1 TU 1 TU
intermediate
(standard dose)5-10 TU 2-5 TU
second 250 TU 100 TUDiameter indurasi : - 0 - 5 mm : negatif- 5 - 9 mm : meragukan, ulang 2 mg- > 10 mm : positif- > 15 mm : positif pd balita dg BCG (+)
KLASIFIKASI Kelas Kontak Infeksi Sakit Tatalaksana
0 - - - -
1 + - - proph I
2 + + - proph II?
3 + + + Terapi
TERAPI PADA TB KELAS 3KELAS 1 CUKUP PROFILAKSIS
Infeksi: uji tuberkulin (+), klinis (-), Ro (-) Sakit:
– Paru:• TB paru primer• TB milier• Pleuritis TB• TB paru progresif: pneumonia, TB
endobronkial– Ekstra paru:
• Kelenjar limfe• Otak dan selaput otak• Tulang dan sendi• Saluran cerna• Organ lain
32RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
TATALAKSANA
• Evaluasi klinis :– Panambahan BB– Perbaikan nafsu makan– Hilang/membaiknya gejala klinis (demam, batuk, dll)– Tidak perlu mantoux test, cukup foto ro
• Pemeriksaan penunjang : – Foto toraks : 2 / 6 bl – Darah : LED– Tuberculin test : SEKALI(+) SELAMANYA (+)
PROFILAKSIS PRIMER • Mencegah infeksi TB pd TB kelas I• Paparan (+), infeksi (-) uji tuberkulin (-)• Obat: INH 5 - 10 mg/kgBB/hr• Sumber penularan harus diterapi• Paling sedikit 3 bulan• Ulang uji tuberkulin:
– negatif: berhasil, stop INH– positif: gagal, TB kelas 2 lanjutkan dg profilaksis
sekunder
SEKUNDER • Untuk mencegah sakit TB pada TB kelas 2 (paparan (+), infeksi
(+), sakit (-)• Anak dg konversi uji tuberkulin• Populasi beresiko
– Kurang 5 th, pubertas– Penggunaan steroid jangka panjang– Keganasan – Infeksi tertentu: morbili, pertusis
• Obat: INH 5 - 10 mg/kgBB/hr• Selama: 6-12 bulan
DOSIS OBAT TB:
2RHZ(1xhari)+4RH(3x1minggu)
33RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
ASMA ANAKDEFINISI KNAA: diduga asma bila: batuk dan atau mengi bersifat episodik, nokturnal, reversibel, musiman, aktifitas, atopi(+)
Serangan asma: Episode perburukan yang progresif dari gejala.PATOFISIOLOGI
(nelson) Kontak allergen (debu, virus, dll)
Merangsang sel mast sintesis mediator
Respon imun awal
bronkokonstriksi
β selektif
6-8jam Respon imun
Hiperresponsif jalan nafas
Infiltrasi eusinofil dan netrofil
Kromolin/nedokromil
Obstruksi jalan nafas
Atelektaksis Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
Hipoksia
Menggangu perubahan asam basa menjadi H2O
dan CO2
Asidosis metabolik
VASOKONTRIKSI
Mencederai sel alveolar tipe II
Surfaktan ↓
hiperinflasi
kelenturan↓ karena kerja↑
Hipoventilasi alveolar
Hiperkapneu
Asam karbonat↑
Asidosis respiratorik
Tekanan intrapulomoner
↑
pneumothorax
Tekanan intrathorax↑
Mengganggu aliran balik
vena, << curah jantung
Pulsus paradoksus
34RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
KLASIFIKASI PARAMETER RINGAN SEDANG BERAT ANCAMAN GGL NAFASAktivitas(bayi) Berjalan(menangis keras) Berbicara(menangislemah
)Istirahat(berhentimakan)
Bicara Kalimat Penggalan kalimat. Kata-kataPosisi Bisa baring Lebih suka duduk Duduk ber-topang lgn.Kesadaran Mungkin teragitasi Biasanya teragitasi Biasanya teragitasi BingungSianosis Tidak ada Tidak ada AdaMengi Sedang, akhir eksp. Nyaring, eksp. + insp. Terdengar tanpa steto. Sulit / tidak terdengarSesak napas Minimal Sedang BeratOtot bantu napas Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan paradokRetraksi Dangkal, ret. interkostal Sedang, + ret.sup.stern Dalam, + nps.cpg.hdg Dangkal / hilangLaju napas Takipnu Takipnu Takipnu Menurun Laju nadi Normal Takikardi Takikardi BradikardiPulsus paradoksus Tidak ada (<10 mmHg) Ada 10-20 mmHg Ada >20 mmHg Tidak ada (Otot lelah)PEF / FEV1-pra b.dilat.-pasca b.dil
(% nilaiduga >60% >80%
/ % nilai ter- 40-60% 60-80%
baik) <40% <60%
SaO2 >95% 91-95% <90%PaO2 Normal >60 mmHg <60 mmHgPaCO2 <45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg
PENATALAKSANAAN `TUJUAN TATALAKSANA UMUM: Menghilangkan dan mengendalikan asma Mencegah serangan akut Meningkatkan fungsi paru dan mencegah gangguan menetap Melakukan aktivitas secara normal Meminimalisasi penggunaan obat Menghindari efek samping obat Mencegah kematian
TUJUAN TATALAKSANA SERANGAN: meredakan penyempitan jalan napas secepatnya mengurangi hipoksemia mengembalikan faal paru normal secepatnya reevaluasi tatalaksana untuk mencegah kekambuhan
Nilai prediksi derajat serangan Nebulisasi ß-agonis, selang 20 menit Nebulisasi ketiga: tambahkan antikolinergik Serangan berat: langsung tambah antikolinergik Bila tidak ada nebulizer:
- MDI dengan Spacer- Adrenalin SC
35RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
IGD
Catatan:• Jika menurut penilaian serangannya berat, nebulisasi 1x, langsung -agonis+antikolinergik• Bila belum ada alatnya, nebulisasi awal dapat diganti dgn adrenalin sk. 0,01 ml/kgBB/kali, maksimal 0,3 ml/kali.• Untuk serangan sedang dan terutama berat, O2 2-4L/mnt diberikan sejak awal, termasuk saat nebulisasi
Parameter klinis, kebutuhan obat dan faal paru
Asma episodik jarang Asma episodik sering Asma persisten
Frekuensi serangan < 1x/bulan > 1x/bulan Sering
Lama serangan < 1 minggu ≥ 1 minggu Hampir sepanjang tahun, tidak ada remisi
Intensitas serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat
Di antara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan
Nilai derajat serangan
TATALAKSANA AWAL: nebulisasi -agonis 3x, selang 20 menit. Nebulisasi ke 3 + anti kolinergik
Serangan Ringan: (nebulisasi 1x, repon baik). Bertahan 1-2jam boleh pulang. Gejala timbul kembali→ serangan sedang
Serangan sedang: (nebulisasi 2-3 kali, respon parsial. Berikan oksigen. Nilai ulang→serangan sedang→ruang rawat sehari, pasang infus
Boleh Pulang: bekali β agonis (hirupan /oral). Jika ada obat pengendali teruskan. Jika infeksi virus (+) → steroid oral. 24-48jam control proevaluasi.
Ruang rawat inap: oksigen teruskan. Atasi dehidrasi dan asidosis jika ada. Steroid IV 6-8jam. Nebulisasi/1-2jam. Aminovilin IV awal lanjutkan rumatan. Nebulisasi 4-6x→baik (interval 4-6jm). 24jam stabil→boleh pulang. Dengan steroid dan aminovilin IV tetap tdk baik→ICU
Ruang rawat sehari: Oksigen teruskan. Steroid oral. Nebulisasi/2jam. Dalam 8-12 jam stabil → boleh pulang. Dalam 12 jam blm baik → rawat inap.
Serangan Berat: (nebulisasi 3x, respon buruk). Oksigen sejak awal, pasang infus. Nilai ulang→ berat → ruang rawat inap. Foto RO.
36RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
malam
Tidur dan aktifitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu
Pemeriksaan fisis diluar serangan
Normal (tidak ditemukan kelainan)
Mungkin terganggu (ditemukan kelainan)
Tidak pernah normal
Obat pengendali (anti inflamasi)
Tidak perlu Perlu Perlu
Uji faal paru
(di luar serangan)PEF/FEV1 > 80% PEF/FEV1 60-80% PEF/FEV1 < 60%
Variabilitas 20-30%
Variabilitas faal paru (bila ada serangan)
Variabilitas > 15% Variabilitas > 30% Variabilitas > 50%
37RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
OBAT ASMA
ADRENERGIK XANTIN PENGHAMBAT MEDIATOR BRONKOKONSTRIKSI1. EPINEFRIN
Sangat bermanfaat untuk status asmatikus dan asma akut
F.kinetik:- mempunyai aktifitas terhadap reseptor α, β1
dan β2 → bronkodilatasi, stimulasi jantung- oral dirusak oleh enzim COMT dan MAO- SK absorbs lambat krn vasokonstriksi local- IM absorbs cepat- Semprotan hidung efek local tp dapat
sistemik Efek samping:
- Rasa takut, gelisah, sakit kepala berdenyut, tremor, palpitasi, sukar bernafas.
- Dosis >> atau IV dapat tjd aritmia, fibrilasi ventrikel
Kontra indikasi- Hipertensi- Hipertiroid- Aritmia- Angina pectoris
Indikasi- Bronkospasme- Shock anafilaktik- Vasokonstriksi local- Henti jantung
2. EFEDRIN Masih banyak dipakai karena murah dan dapat per
oral F. kinetic:
- Merupakan adrenergic yang bekerja tdk lsg- Efek mirip epinefrin tp lebih lambat dan lama
(10x epi), efek sentral lbh kuat- Efek bronkodilator <epi- Stimulan ringan
Efek bronkodilatasi bekerja melalui penghambatan fosfodiesterase1. TEOFILIN
Farmakologi: - Abs cepat: oral, parenteral, rektal- Dist. Keseluruh tubuh- Ikatan protein 50%- Metabolism di hati dengan T½
8jam - Perangsang ssp yang kuat- Ino (+)- Mempunyai efek eksresi air dan
elektrolit spt tiazid- KAD serum harus dimonitor krn
mudah toksik (KAD>20mg/L)- KAD terapi 7-10mg/L- Utk asma akut → aminofilin
diberikan IV perlahan- Teofilin 12 jam terakhir → dosis jd
separuh Efeksamping
- Sakit kepala, gugup, mual, muntah, nyeri epigastrium
- IV: aritmia, hipotensi, henti jantung
- Anak: perangsang ssp, diuresis Interaksi obat: met↑ pd pemberian
bersama barbiturate, feniroin, dan perokok
2. AMINOFILIN Teofilin dalam bentuk garam Berisi 80% teofilin, bila diberikan dlm
btk aminofilin dosis naik 20% Indikasi: asma bronkial, copd
1. KORTIKOSTEROID Merupakan anti asma yang kuat, sangat bermanfaat
pada status asmatikus dan asma berat Merupakan obat dan pencegahan asma Menghambat proses radang di sal nafas Penggunaan dibatasi oleh efek samping sistemik Penghentian harus bertahap (tapering off) Berikan pagi hari, agar tdk mempengaruhi aksis
hipofisis adrenal Efeksamping:
- Penghentian tiba-tiba: insuf adrenal, gejala mirip reaktivasi artitis rematoid
- Penggunaan jangka panjang: SINDROMA CUSHING: moon face,
miopati, osteoporosis, hipertensi, gangguan met. KH dan lipid
Resiko infeksi ↑ Hambatan pertumbuhan
KORTIKOSTEROID SELEKTIF BEKLOMETASON AEROSOL Bekerja local pada mukosa sal nafas utk mengurangi
inflamasi Tersedia aerosol inhalasi dgn dosis terukur Digunakan sebagai substitusi kortikosteroid oral pada
ketergantungan steroid Abs sistemik kecil dan met cepat. Tdk berefek pada
asksis hipotalamus hipofisis adrenal Efeksamping:
- Efek iritasi: suara parau, sakit tenggorokan, mulut kering
- Infeksi candida pada orofaring dan laring Indikasi: asma bronkial, copd
2. NATRIUM KROMOLIN Bekerja menghambat degranulasi sel mastosit dan
pengelepasan histamine dan SRSA Tidak mempunyai efek adrenergic, bronkodilator,
38RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
- Absorbs peroral baik- Dapat melawati BBB
Efek samping:- Takikardi, sakit kepala, tremor, rasa melayang- TD↑
Indikasi: asma bronkial, COPD Kontraindikasi:
- Hipertensi- Penyakit jantung
3. ISOPROTERENOL Nama lain: isopropilnorepinefrin isoprenalin Farmakologi:
- Merupakan agonis β paling kuat- Efek thd reseptor α hampir tidak ada- Bronkodilatasi melalu reseptor β2- Selain bronkodilatasi juga mencegah
pengelepasan histamine dan mediator lain- Mula kerjanya cepat tapi lama kerjanya
pendek (1-2jam)- Dipakai scr inhalasi
Indikasi: asma bronkial, copd Kontraindikasi: penyakit jantung
4. AGONIS β2 SELEKTIF Salbutamol, terbutalin, fenoterol, dan ritodrin Farmakologi:
- Dosis kecil: mempengaruhi R. β2. Dosis besar: R. β1 juga
- Perangsangan β2→bronkodilatasi- Selektivitas obat tdk sama, mis: salbutamol>
metaproterenol Efeksamping: mual muntah, takikardi, palpitasi,
hipertensi, disritmia, sakit kepala, tremor Indikasi: asmabronkial, copd
antiinflamasi maupun antihistamin Hanya digunakan sbg pencegahan Manfaat besar pd anak Efek samping: alergi, dermatitis makulopapular,
gastroenteritis
3. KETOTIFEN Menghambat pengelepasan histamine dan juga
bersifat anti histamine Digunakan sbg pencegahan Abs sal cerna. Eks urin dan tinja Efek samping: sama spt AH-I
4. ANTIKOLINERGIKIPRATROPIUM Meniadakan efek bronkokonstriksi dari
perangsangan kolinergik Oral butuh dosis besar → timbul ES Pemakaian bentuk aerosol Efek samping: mulut kering, susah BAK, palpitasi,
mata kabur
5. ANTIHISTAMIN Yang digunakan AH-I Mekanisme kerja: hambat R. H-I Efek:
- Menghambat bronkokonstriksi oleh histamine- Menghambat sekresi kelenjar bronkus
Ada 7 gol AH-I Sedatif dan non sedative Efek samping:
- Sedasi- Vertigo, tinnitus,lelah, inkoordinasi, insomnia,
tremor- Mulut kering, dysuria- Gangguang sal cerna: mual, muntah, nyeri
epigastrium
OBAT BATUK
39RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
Batuk adalah Mekanisme fisiologis utk membersihkan dan melindungi sal napas dari sekret, benda asing, dan zat lainMek batuk : rangsangan r/ di mukosa sal napas serat aferen medula oblongata serat eferen efektorBatuk Ada 2 Jenis : Produktif ( Berdahak ) Dan Non Produktif ( Kering )
ANTITUSIF EKSPEKTORAN MUKOLITIK NASAL DEKONGESTANMek.kerja : Meningkatkan ambang rangsang batuk
Ada 2 jenis : Bekerja sentral ( narkotik dan non narkotik ) dan Bekerja perifer
Obat yg merangsang pengeluaran dahak
Mek kerja : Merangsang mukosa lambung → N. vagus → sekresi kel sal napas ↑, dahak mudah dikeluarkan
Mek Kerja: Mengencerkan sekret sal napas dgn memecah mukoprotein dan mukopolisakarida.
- Menghilangkan kongesti hidung- Digunakan sbg sistemik dan tetes hidung
BEKERJA SENTRAL
A. ANTITUSSIF NARKOTIK
1. KODEINEFEK : - antitusif, analgesik dan sedatif- potensi adiksi kecil
F. KINETIK:- absorbsi oral baik, efek timbul 1-2 jam, durasi 4-6 jam- jml kecil ditemukan dlm asi- metab t/u di hepar- eksresi t/u mel urin
ES :- Dlm ds terapi jarang timbul efek samping- Konstipasi timbul pd ds 100-150 mg- Depresi pernapasan timbul pd ds 60 mg-Ds fatal 800-1000 mg
INDIKASI : batuk kering
2. DIHIDROKODEINCara kerja dan efek samping hampir sama dg kodein
3. FOLKODIN
1. AMONIUM KLORIDA
- Biasa digunakan sbg kombinasi dgn obat lain- Dpt menyebabkan asidosis metabolik pd ds besar- Ds lazim 300 mg tiap 4 jam
2. GLISERIL GUAIAKOLAT
- Pemakaian hanya berdasarkan pengalaman empiris-Efek membersihkan mukosiliar- Ds 2-4 kali 200-400 mg
3. KALIUM YODIDA
- Ekspektoran tua- Menurunkan viskositas mukus- Kontraindikasi: hamil, menyusui.
1. BROMHEKSIN
- digunakan sbg mukolitik pd bronkitis dan lainnya.- Bersifat iritatif thd lambung- KI: Tukak lambung
2. AMBROKSOL- Suatu metabolit dari bromheksin- Cara kerja dan penggunaannya seperti bromheksin
3. ASETILSISTEIN- Cara kerja: melepaskan ikatan disulfida → Viskositas ↓- Sekret encer dlm 1 menit.ES: spasme bronkus, sekret berlebihan
SIMPATOMIMETIK
1. FENILEFRIN- Mek Kerja: agonis reseptor alfa-1 selektif
2. FENILPROPANOLAMIN- Efeknya mirip efedrin, kecuali efek SSP (kecil)
3. OKSIMETAZOLIN & XYLOMETAZOLIN
4. EFEDRIN
5. PSEUDOEFEDRIN
ES: - Penggunaan sistemik: takikardia, palpitasi, insomnia, hipertensi dan gangguan kardiovaskuler lainnya.
- Penggunaan topikal: rasa nyeri mukosa hidung, rebound congestion (rinitis medikamentosa)
KI :hipertensi, angina pectoris, gagal
40RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
Gejala putus obat lebih ringan dari kodein
BEKERJA PERIFERANESTESI LOKAL : - Obat : lidokain, lignokain- mek kerja : anestesi lokal di mukosa sal napas.- biasanya digunakan secara inhalasi - efektif pd batuk yg bandel- ES : aspirasi, alergi, aritmia dan kejang
jantung, hipertiroid, dll
RINITIS
Rinitis akut disebabkan infeksi oleh virus atau bakteri Rinitis alergika merupakan manifestasi klinik reaksi hipersensitivitas tipe 1 dg mukosa hidung sbg sasaran.
ada 2 jenis : 1. Musiman (seasonal, hay fever, pollinosis ) 2. Sepanjang tahun (perennial) Patofisiologi
Pada Reaksi Alergi Dilepaskan Berbagai Mediator Terutama Histamin Dilatasi Pblh Darah, Permiabilitas Kapiler Meningkat, Iritasi Ujung-Ujung Saraf Sensoris, Aktivasi Kelenjar Eksokrin
Gejala : Bersin, Rinorea, Hidung Tersumbat, Hidung Dan Mata Gatal. Rinitis vasomotor : terdapat ggg fisiologi mukosa hidung krn aktivasi parasimpatis Patofisiologi
parasimpatis asetilkolin dilatasi pbl pd konka, permiabilitas kapiler , sekresi kelenjar Gejala : hampir sama dg rinitis alergika, gejala bersin kurang
41RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
ASFIKSIA (kematian tercepat 7menit)
ETIOLOGI 1. Alamiah : penyakit sal nafas.2. Mekanik : trauma dan sumbatan sal. Nafas.3. Keracunan : cns depressant
FASE 1. Dyspnoe 2. Konvulsi 3. Apnoe / akhir
TANDA ASFIKSIA: TRIAS ASFIKSIA
1. Cyanosis.2. Lebam mayat :- Lebih gelap- Lebih luas - Lebih cepat terbentuk.
3. Busah halus : perbendungan (kongesti)warna darah lebih gelap- depan hidung mulut- saluran nafas
4. Pelebaran pembuluh darah : Bintik2 perdarahan/tardieu spot/petechiael hemorrhage.5. Perbendungan / kongesti.6. Oedem pulmoner.7. Darah lebih encer 8 gelap.
ASFIKSIA MEKANIK
SMOTHERING (PEMBEKAPAN)
GAGGING & CHOKING PENCEKIKAN PENJERATAN /STRANGULASI
GANTUNG / HANGING TENGGELAM / DROWNING
Tanda kekerasan→ tergantung→jenis benda & kekuatan.
Sumbatan /benda di sal. Nafas
Gagging →
Luka lecet kecil2 bentuk bulan sabit di leher --- kuku.
Jerat--- jejas jerat/simpul
Jejas = luka lecet tekan
Jejas Jerat :- Mengarah keatas
ke simpul.dan
Suatu proses yg dihasilkan oleh terbenamnya korban
42RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
Luka lecet gores/tekan →kuku→di hidung, pipi, bibir, dagu.
Luka memar→belakang kepala, gusi,seb.dlm, bibir,lidah.
PEMBEKAPAN1. Suicide smothering :- mental psychosis2. Accidental smothering : - overlying baby , gempa bumi3. Homicidal smothering : - bayi p.a.s. - tua, sakit, pengaruh alcohol
oropharynx. Choking→
laryngopharynx. Sebab kematian :
1. Asfiksia.2. Vagal reflex.
Luka memar – kulit/otot leher
Patah tulang lidah Patah tulang rawan
gondok Perbendungan –
muka/kepala. Asfiksia / vagal reflex.
- Mendatar,seluruh leher
- Dibawah rawan gondok.
- Simpul mati. Jejas jerat → tali
penjerat : keras(kecil, jelas. Halus(lebar). Lunak(t.jelas)
Asfiksia / vagal reflex. Perbendungan muka
jelas. Resapan darah
subcutis/otot leher dibwh. Jejas. Jejas post mortal t.
Jelas
menghilang pada b.rambut.
- Diatas rawan gondok.
- Simpul hidup. Lebam mayat pd ujung
ext. Dan genitalia externa.
Posisi Gantung :- Komplit hanging- Inkomplit hanging ; Duduk/ berlutut Berbaring
terlungkup. Letak Simpul :
- Typical hanging: blk kepala
- Atypical hanging : samping leher
kiri,kanan depan.
SEBAB KEMATIAN (GANTUNG)
Asfiksia. Anoksia jaringan otak.
jerat kecil&keras, letak simpul, posisi gantung
Vagal reflex. Fraktur os cervical.
kasus hukum gantung.
PEMBUNUHAN & BUNUH DIRI KASUS GANTUNG
Alat penjerat : simpul,lilitan,arah.
Korban : jejas dileher,perlawanan,
dalam air yang menyebabkan kehilangan kesadaran & dan mengancam jiwa. Diagnosa / sering sulit
bila tak ada tanda khas
Tenggelam dapat seluruh tubuh / muka terbenam
Kematian : dpt. Akibat tenggelam atau sudah mati oleh karena sebab lain.
Jenis2 Drowning :1. Wet Drowning2. Dry Drowning3. Secondary Drowning4. Immersion Syndrome
TENGGELAM YANG DI AIR TAWAR : (Hypotonik) : mati 5 menit
Darah diatrium kiri↓
Hemodilusi↓
Hemolysis↓
Ion k↑↓
Fibrilasi ventrikel↓
TD menurun↓
Cerebral anoksik↓
43RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
luka lain, jarak dg lantai. T.k.p.:
lokasi,kondisi,pakaian, surat
Mati dalam 5 menitTENGGELAM DI AIR ASIN (Hypertonik): mati 8-9mn
Tek. Osmotic air laut 4x dari plasma
↓Air ditarik dari sirkulasi pulmonal ke jaringan
interstisial↓
Acute secondary pulmoner edema
↓Haemokonsentrasi
↓Sirkulasi lambat
↓Payah jantung
↓Mati dalam 8-9mnt
TUJUAN PEMERIKSAAN JENAZAH
1. Tentukan identitas korban2. Apakah korban masih hidup waktu tenggelam3. Apakah sebab kematiannya4. Faktor2 apa yg berperan pada proses kematian5. Tempat dimana korban pertama kali tenggelam
PEMERIKSAAN LUAR JENAZAH PEMERIKSAAN DALAM JENAZAH PEMERIKSAAN LABTanda2 terendam dalam air
1. Basah, berlumuran pasir, lumpur, dll2. Telapak tangan & kaki keriput
(Washer Woman Hand)3. Kulit permukaan kasar Kulit bebek
(Cutis Anserina)
TANDA-TANDA INTRAVITAL1. Kaku pada sebagian otot/cadaveric
Spasme Posisi & Kekuatan Orang hidup.
1. Busa halus dihidung, mulut,sal nafas dan benda asing (pasir, Lumpur,algae) dalam saluran pernafasan.
2. drowning lung/aqueous pulmonary emphysema dan edema: paru2 membesar (balon) sembab, lebih berat, pyramidal hemorrhage → pengirisan banyak cairan.
3. Bercak perdarahan dibawah pleura paru, (bercak Paltauf)
4. Lambung dapat sangat membesar, isi air,
1. Adanya diatome→ganggang bersel satu bila pd.pem. di paru2 ditemukan 4 –5 diatome→ berarti orang masih hidup.
a. pemeriksaan sediaan apus getah paru - sediaan langsung
b. pemeriksaan destruksi jaringan2. Pem.darah jantung bilik kiri dan bilik
kanan. Berat jenis & kadar elektrolitnya Mg, beda > 10% → sokong diagnosa.
3. Pem. Keracunan (kalau perlu)4. Pem. Mikroskopik jaringan.
44RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
2. Luka2 lecet gesekan / benturan dalam airLuka2 lecet tempat2 lain kekerasan pd kasus pembunuhan
3. Tanda2 aspirasi/infiltrasi air dan asfiksia akut
lumpur, dll→ diusus halus.5. Otak, hati, ginjal, limpa→tanda2
perbendungan.6. bila ditemukan cairan hemolysis di
rongga dada > 100 cc (beb.hari stl mati)→ D/kemungkinan kematian tenggelam
DIAGNOSA KEMATIAN AKIBAT TENGGELAM
Pada mayat segar mudah ditegakkan berdasarkan pemeriksaan2 tersebut diatas.Pada mayat busuk→pemeriksaan diatome saja
45RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
KELAINAN RADIOLOGI PARU
INFLAMASIPNEUMONIAE TB JAMUR AIDS
FOTO RO: Pnemonia lobaris lesi radioopak
(konsolidasi) homogen di lobus atau segmen, air bronchogram (+)
Bronchopnemonia opasitas noduler, multipel, batas tak tegas, konfluent,
Interstitial pnemonia opasitas linier dan retikuler terutama area perihiler
FOTO RO: Primer Fokus ghon dan
limfadenitis hilus (komplek primer) Post primer Tb milier bercak
nodul berukuran kecil, ukuran relatif sama tersebar di kedua paru (“ Snowstorm”)
Pleuritis efusi pleura Lesi predileksi di apex, segmen
posterior lobus atas dan segmen apikal lobus bawah, berupa :- Eksudat infiltrat batas tak
jelas - Produktif tb Lesi opak batas
jelas, ireguler- Tuberkuloma massa / nodul
0,5 – 4 cm, batas licin, calsifikasi - Kavitas tb lesi 5 – 10 cm,
dinding tebal Fibrosis, calsifikasi non aktif
Aspergilosis Aspergilus fumigatus, A. flavus, A.
niger Radiologi sulit di bedakan dgn
pnemonia bakterial Terpenting bila terdapat gambaran
karakteristik “ air crescent “ sign atau “Fungus ball” sign
Infeksi virus (cytomegalovirus), parasit (pneumocystis carinii), jamur (cryptococcosis), bakteri, mycobakterium (tbc, mycobacterium avium)
Neoplasia Sarcoma kaposi, Limfoma
Kel sistem limfatik pnemonia interstitial limfositik
Torak foto Non spesifik Diagnosa pasti PA
SARCOMA KAPOSI
46RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | RIZKA METYA
OBSTRUKSI KRONIKEMFISEMA BRONKRITIS KRONIK BRONKIEKTASIS ASMA BRONKIAL
FOTO RO Barrel chest diameter torak melebar, costae posterior
posisi relatif horisontal, intercostae space melebar Diafragma depresif kubah mendatar, sudut costofrenikus
hampir 90 derajat Jantung kesan posisi menggantung dan lebih kecil Retrosternal space tampak melebar rongga torak
membesar Hilus tampak melebar dan menebal resistensi pulmoner Perifer paru hiperlusen overinflasi paru dan vaskularisasi
berkurang Gambaran kaliber pembuluh darah hilus dari proksimal ke
distal menurun cepat (amputasi hilus) resistensi pulmoner
Pada emfisema fokal, gambaran corakan pembuluh darah di area normal tampak meningkat dilatasi vascular
FOTO RO > ½ gambaran normal,
non spesifik Penebalan dinding
bronchial peribronchial cuffing
Corakan paru kasar brochovaskular marking meningkat, kasar, dirty chest
Foto torak Sering non spesifik Gambaran fibrosis
peribronchial berupa bayangan garis tegas dan kasar
Tramline (bayangan garis paralel) penebalan dinding bronchus dilatasi silindrik
Honey comb appearance suatu area dimana terdapat bentuk spt rongga - rongga (kavitas kecil / sarang tawon) bronchiectasis sakular
FOTO RO Foto torak asma akut (serangan)
- Hiperaerasi- Diafragma mendatar- Peribronchial cuffing (edema
peribronchial)- Ruang retrosteranal bertambah
Foto torak asma bronchiale dalam keadaan tidak ada serangan normal