RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan...

40
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR .... TAHUN ..... TENTANG BARANG DAN JASA NEGARA Jakarta, 2015

Transcript of RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan...

Page 1: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

DEWAN PERWAKILAN DAERAH

REPUBLIK INDONESIA

-----------

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR .... TAHUN .....

TENTANG

BARANG DAN JASA NEGARA

Jakarta, 2015

Page 2: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

DEWAN PERWAKILAN DAERAH

REPUBLIK INDONESIA

-----------

BAGIAN KESATU

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR .... TAHUN ....

TENTANG

BARANG DAN JASA NEGARA

Jakarta, 2015

Page 3: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

DEWAN PERWAKILAN DAERAH

REPUBLIK INDONESIA

-----------

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR .... TAHUN .....

TENTANG

BARANG DAN JASA NEGARA

Jakarta,

2015

Page 4: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

RANCANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ... TAHUN ...

TENTANG

PENGADAAN BARANG DAN JASA NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pemanfaatan seluruh kekayaan alam dan sumber

daya ekonomi lainnya yang dikuasai negara melalui

penyelenggaraan kebijakan perekonomian nasional

dilaksanakan untuk kepentingan nasional dan pemenuhan

hajat hidup masyarakat yang sejahtera dan berkelanjutan

di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. bahwa pengadaaan barang dan jasa publik yang

dilaksanakan dalam penyelenggaraan kebijakan

perekonomian nasional perlu didukung dengan adanya

kepastian hukum, kepastian berusaha, kemandirian serta

semangat kebersamaan untuk menciptakan iklim usaha

dan persaingan usaha yang sehat dalam penyelenggaraan

pengadaan guna mewujudkan tata kelola pemerintahan

yang baik;

c. bahwa materi muatan yang mengatur tentang pengadaan

barang dan jasa yang ada belum datur dalam undang-

undang yang memberikan landasan hukum bagi

penyelenggaraan kegiatan pengadaan barang dan jasa;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b, dan huruf c, perlu membentuk

Undang-Undang tentang Pengadaan Barang dan Jasa

Negara;

Mengingat : Pasal 20, Pasal 22D ayat (1) dan ayat (2), Pasal 33, Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Page 5: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

1

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN BARANG DAN NEGARA

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini, yang dimaksud dengan : 1. Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang selanjutnya disebut Pengadaan

adalah kegiatan sistematik dan strategis untuk memperoleh barang

dan/atau jasa yang dimulai dari perencanaan, proses, pelaksanaan dan

serah terima pekerjaan, sesuai kebutuhan yang berdasarkan prinsip dan

tujuan serta ketentuan yang berlaku.

2. Barang adalah benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak

maupun tidak bergerak yang terdiri dari bahan baku, barang setengah

jadi dan barang jadi yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan

atau dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan layanan publik.

3. Jasa adalah layanan pekerjaan yang mencakup pekerjaan konstruksi

termasuk konstruksi terintegrasi dan jasa konsultansi, dan jasa lainnya

yang perencanaan teknis dan spesifikasinya ditetapkan sesuai kebutuhan

untuk memenuhi layanan publik.

4. Lembaga Pengadaan adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang

merumuskan, membuat dan menetapkan kebijakan, peraturan

pelaksanaan dan mengawasi pelaksanaan Pengadaan barang dan jasa

yang bersifat sentralistik.

5. Lembaga adalah Kementerian Negara, Lembaga Pemerintah

nonkementerian, Pemerintahan Provinsi, Pemerintahan Kabupaten,

Pemerintahan Kota, Pemerintahan Desa, Badan Usaha Milik Negara,

Badan Usaha Milik Daerah, Kontraktor Kontrak Kerja Sama, dan Kerja

Sama Pemerintah dan Badan Usaha.

Page 6: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

2

6. Unit Pelaksana Pengadaan adalah organisasi pada Lembaga yang

berfungsi melaksanakan kegiatan Pengadaan yang bersifat permanen dan

berdiri sendiri.

7. Pelaksana Pengadaan adalah penyelenggara kegiatan Pengadaan pada

Lembaga yang dilaksanakan sesuai prinsip, tujuan dan kebijakan

Pengadaan.

8. Pejabat Berwenang Pengadaan yang selanjutnya disebut Pejabat

Berwenang adalah pimpinan tertinggi Lembaga atau pejabat struktural

Lembaga yang ditunjuk dan diberi kewenangan oleh pimpinan tertinggi

Lembaga, sebagai penanggung jawab umum atas penyelenggaraan dan

anggaran Pengadaan.

9. Komite Penyelesaian Sengketa Pengadaan adalah komite yang

menyelesaikan dan memutuskan sengketa administratif Pengadaan

barang dan jasa di Lembaga yang bersifat nasional.

10. Pengguna Barang dan Jasa yang selanjutnya disebut Pengguna adalah

fungsi dalam organisasi Lembaga yang melaksanakan perencanaan teknis

Pengadaan dan sebagai pemakai akhir barang dan jasa.

11. Penyedia adalah badan usaha, badan hukum, dan orang perseorangan

yang menyediakan dan memasok barang dan, mengerjakan pekerjaan jasa

sesuai kebutuhan Lembaga.

12. Kontrak Pengadaan yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian

tertulis yang bersifat mengikat antara Pejabat Berwenang dengan Penyedia

atau pelaksana Swakelola.

13. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 14. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah otonom.

15. Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain

dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

16. Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disingkat BUMN adalah

badan usaha atau perusahaan yang didirikan dan seluruh atau sebagian

modalnya dimiliki oleh Pemerintah Pusat melalui penyertaan secara

langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

17. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah

badan usaha atau perusahaan yang didirikan dan seluruh atau sebagian

modalnya dimiliki oleh daerah.

Page 7: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

3

18. Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang selanjutnya disingkat KKKS adalah

Badan Usaha Tetap atau Perusahaan Pemegang Hak Pengelolaan yang

ditetapkan untuk melakukan kontrak kerja sama dengan Pemerintah dan

hak untuk melakukan kegiatan tertentu.

19. erja Sama Pemerintah dan Badan Usaha yang selanjutnya disingkat KPBU

adalah pekerjaan penyediaan infrastruktur dan jasa layanan terkait untuk

mendukung pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan

perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

20. Pengawas adalah pihak yang melakukan pengawasan melalui audit,

monitoring, evaluasi, pemeriksaan, dan kegiatan pengawasan lain

terhadap pelaksanaan dan kinerja Pengadaan.

21. Produk Dalam Negeri adalah barang dan/atau jasa, termasuk rancang

bangun dan perekayasaan, yang diproduksi atau dikerjakan oleh

perusahaan yang berinvestasi dan berproduksi di Indonesia, yang dalam

proses produksi atau proses pengerjaannya dimungkinkan penggunaan

bahan baku atau komponen impor.

22. Rencana Umum Pengadaan yang selanjutnya disingkat RUP adalah

rencana yang berisi kegiatan dan anggaran Pengadaan yang akan dibiayai

oleh Lembaga sendiri dan/atau dibiayai secara bersama berdasarkan

Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha.

23. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang selanjutnya disingkat UMKM

adalah usaha produktif yang dilakukan oleh orang perseorangan atau

badan usaha sesuai ketentuan dalam peraturan perundangan.

BAB II

PRINSIP DAN TUJUAN

Pasal 2

Penyelenggaraan Pengadaan berdasarkan prinsip:

a. efisien;

b. efektif:

c. adil;

d. transparan;

e. bersaing;

f. akuntabel; dan

g. berwawasan lingkungan.

Pasal 3 Penyelenggaraan Pengadaan bertujuan:

Page 8: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

4

a. mewujudkan keterpaduan untuk memperoleh barang dan jasa yang tepat

kualitas, kuantitas, sumber, waktu dan tempat dengan biaya yang optimal

untuk memenuhi kebutuhan dan layanan publik;

b. mewujudkan sistem Pengadaan yang bermanfaat bagi kesejahteraan

masyarakat, mengutamakan kepentingan nasional dan mampu

menumbuhkan potensi nasional serta meningkatkan penggunaan produk

dalam negeri;

c. mewujudkan sistem Pengadaan strategis yang berorientasi pada

optimalisasi hasil dan manfaat, persaingan usaha yang sehat, dan

pelaksanaan berjangka panjang;

d. memberikan akses keterbukaan bagi masyarakat untuk dapat

berpartisipasi dalam proses Pengadaan untuk memperoleh tata kelola

pemerintahan yang baik dan bersih; dan

e. memberikan jaminan, pelindungan dan kepastian hukum serta kepastian

berusaha para pihak dalam proses Pengadaan.

BAB III

RUANG LINGKUP

Pasal 4 (1) Ruang lingkup Pengadaan meliputi:

a. prinsip dan tujuan Pengadaan;

b. strategi dan kebijakan Pengadaan;

c. Lembaga Pengadaan;

d. Lembaga

e. penyelenggaraan Pengadaan;

f. dokuman Pengadaan;

g. pengelolaan kinerja Pengadaan;

h. pembinaan dan pengembangan kompetensi sumber daya manusia;

i. pemberdayaan;

j. peran serta masyarakat;

k. pengawasan; dan

l. penyelesaian sengketa administratif Pengadaan.

(2) Ruang lingkup Pengadaan berlaku bagi Pengadaan pada:

a. Kementerian Negara;

b. Lembaga Negara Non Kementerian;

c. Pemerintah Provinsi;

d. Pemerintah Kabupaten;

e. Pemerintah Kota;

f. Pemerintah Desa;

Page 9: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

5

g. BUMN;

h. BUMD;

i. KKKS; dan

j. KPBU.

(3) Ruang lingkup sumber anggaran Pengadaan meliputi:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

c. anggaran dana Desa;

d. anggaran Badan Usaha Milik Negara;

e. anggaran Badan Usaha Milik Daerah;

f. anggaran Kontraktor Kontrak Kerja Sama; dan

g. anggaran Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha.

BAB IV STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGADAAN

Bagian Kesatu

Strategi Pengadaan

Pasal 5

(1) Strategi Pengadaan ditujukan untuk mencapai tujuan penyelenggaraan

Pengadaan yang efisien dan efektif serta mencapai target kinerja

Pengadaan.

(2) Strategi Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. percepatan proses Pengadaan;

b. penurunan risiko Pengadaan;

c. peningkatan persaingan usaha yang sehat;

d. peningkatan posisi tawar;

e. pengoptimalan biaya;

f. peningkatkan pelayanan; dan

g. peningkatan manfaat Pengadaan.

(3) Strategi Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

selaras dengan program kerja Lembaga.

(4) Strategi Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mempertimbangkan analisa data Pengadaan periode sebelumnya dan

antisipasi kendala dan risiko Pengadaan.

(5) Strategi Pengadaan dilaksanakan sejak perencanaan sampai dengan

selesainya pelaksanaan Pengadaan untuk memberikan hasil dan manfaat

Pengadaan yang optimal.

Page 10: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

6

Bagian Kedua

Kebijakan Pengadaan

Pasal 6 (1) Kebijakan Pengadaan mengatur arah pelaksanaan Pengadaan agar sesuai

dengan prinsip, tujuan dan target kinerja Pengadaan.

(2) Kebijakan Pengadaan sebagaimana pada ayat (1) meliputi:

a. mendukung kelancaran operasional Lembaga;

b. menyederhanakan tata-cara Pengadaan;

c. mempercepat pengambilan keputusan;

d. meningkatkan kompetensi, profesionalisme, integritas, inovasi dan

etika Pelaksana Pengadaan;

e. meningkatkan penggunaan produk dalam negeri;

f. meningkatkan peran UMKM dan/atau koperasi;

g. meningkatkan penggunaan teknologi informasi atau elektronik;

h. mengoptimalkan penggunaan dan pemanfaatan aset yang telah

dimiliki oleh Lembaga;

i. mengimplementasikan belanja Pengadaan di Lembaga sebagai program

investasi dan pengembangan usaha;

j. mengembangkan sistem evaluasi kinerja Pengadaan yang meliputi

prosedur, kualitas, waktu, biaya, manfaat, target, kewenangan dan

tanggung jawab dalam rangka pencapaian tujuan Pengadaan;

k. membangun kemitraan dan program pengembangan Penyedia untuk

memperoleh Penyedia yang kompeten; dan

l. memperhatikan aspek pemanfaatan sumber daya alam dan

pelestariannya.

(3) Kebijakan Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

pada setiap tahap proses Pengadaan oleh penyelenggara Pengadaan

dengan cara terpadu dan berkelanjutan.

(4) Kebijakan Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

dengan mengintegraskan fungsi Pengadaan dengan:

a. fungsi penganggaran;

b. fungsi pembayaran; dan

c. fungsi pengelolaan aset.

Page 11: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

7

BAB V

LEMBAGA PENGADAAN

Pasal 7 (1) Pemerintah berkewajiban menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang Pengadaan.

(2) Penyelenggaraan kegiatan Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilaksanakan oleh Lembaga Pengadaan.

(3) Lembaga Pengadaan berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab

kepada Presiden.

Pasal 8 (1) Lembaga Pengadaan mempunyai fungsi:

a. pengkajian;

b. pengembangan: dan

c. penyusunan kebijakan Pengadaan.

(2) Lembaga Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai

tugas:

a. menyusun dan merumuskan strategi serta menentukan kebijakan,

sistem dan prinsip untuk menyusun prosedur standar di bidang

Pengadaan;

b. menyusun dan merumuskan strategi dan kebijakan Pengadaan serta

menentukan dan membina kompetensi sumber daya manusia di

bidang Pengadaan;

c. memonitor dan mengevaluasi kebijakan dan pelaksanaan Pengadaan;

d. mengembangkan sistem informasi, melakukan pembinaan dan

mengawasi penyelenggaraan Pengadaan; dan

e. memberikan dan mengembangkan fasilitas yang dibutuhkan untuk

pemberian layanan pemberian bimbingan teknis, advokasi, koordinasi

penyelesaian masalah dan pengawasan serta bantuan hukum.

(3) Lembaga Pengadaan dapat membentuk perwakilan di daerah.

Pasal 9 (1) Lembaga Pangadaan dipimpin oleh seorang kepala yang ditunjuk dan

diangkat oleh Presiden.

(2) Kepala Lembaga Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam

menjalankan tugasnya dibantu oleh deputi.

Page 12: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

8

Pasal 10 Ketentuan mengenai pembentukan organisasi, fungsi dan tugas Lembaga

Pengadaan diatur dengan Peraturan Presiden.

BAB VI

LEMBAGA

Bagian Kesatu

Unit Pelaksana Pengadaan

Pasal 11 (1) Dalam menyelenggarakan kegiatan Pengadaan, Pimpinan Lembaga

membentuk Unit Pelaksana Pengadaan yang bersifat permanen dan

mandiri.

(2) Unit Pelaksana Pengadaan meliputi unsur yang berfungsi melaksanakan

kegiatan Pengadaan yang didukung oleh perangkat dan sistem organisasi.

(3) Besar dan kelengkapan unsur Unit Pelaksana Pengadaan disesuaikan

dengan jenis operasional Lembaga.

(4) Unit Pelaksana Pengadaan di Lembaga dapat disesuaikan dengan jenis

kegiatan dan kebutuhan serta dikoordinasikan oleh Lembaga Pengadaan.

(5) Unit Pelaksana Pengadaan dipimpin oleh Kepala Unit Pengadaan yang

diangkat dan diberi batas kewenangan oleh Pimpinan Lembaga serta

bertanggungjawab kepada Pejabat Berwenang.

(6) Kepala Unit Pelaksana Pengadaan sebagimana dimaksud pada ayat (5)

mempunyai fungsi:

a. merencanakan program Pengadaan;

b. melaksanakan proses Pengadaan;

c. menyiapkan dokumen Pengadaan;

d. menyiapkan dan mengusulkan pemenang lelang;

e. menyiapkan Kontrak Pengadaan;

f. membuat perencanaan strategis unit pelaksana pengadaan, termasuk

perencanaan organisasi, sumber daya manusia, sistem pendukung

operasional dan standarisasi tingkat layanan; dan

g. melakukan monitoring dan evaluasi kinerja unit pelaksana pengadaan

untuk mendukung tercapainya kinerja Lembaga.

(7) Ketentuan mengenai Unit Pelaksana Pengadaan diatur dalam Peraturan

Lembaga Pengadaan.

Bagian Kedua

Pelaksana Pengadaan

Page 13: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

9

Pasal 12 (1) Unit Pelaksana Pengadaan sebagaimana dimaksud pada pasal 11

diselenggarakan oleh Pelaksana Pengadaan.

(2) Pelaksana Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas dan

bertanggungjawab menyelenggarakan proses Pengadaan sesuai prinsip,

tujuan dan kebijakan Pengadaan.

(3) Pelaksana Pengadaan wajib memiliki kompetensi dan sertifikat ahli

Pengadaan.

(4) Pelaksana Pengadaan merupakan fungsional Pengadaan atau profesi ahli

Pengadaan.

(5) Ketentuan mengenai Pelaksana Pengadaan diatur dalam Peraturan

Lembaga Pengadaan.

Bagian Ketiga

Pejabat Berwenang

Pasal 13 (1) Pejabat Berwenang bertanggungjawab atas:

a. penyelenggaraan kegiatan Pengadaan;

b. rencana kerja Pengadaan; dan

c. anggaran Pengadaan.

(2) Pejabat Berwenang mempunyai tugas:

a. menyetujui rencana umum Pengadaan;

b. menyetujui rencana anggaran Pengadaan;

c. mengesahkan harga perkiraan sendiri;

d. menetapkan pemenang lelang;

e. menandatangani Kontrak dan Swakelola;

f. menandatangani pakta integritas;

g. mengawasi pelaksanaan anggaran Pengadaan;

h. memutuskan jawaban atas sanggahan dan perselisihan; dan

i. menetapkan batas kewenangan kepada Kepala Pengadaan.

(3) Ketentuan mengenai Pejabat Berwenang diatur dalam Peraturan

Pemerintah.

Bagian Keempat

Pengguna

Pasal 14 (1) Pengguna sebagai pemakai akhir barang dan jasa mempunyai fungsi:

a. membuat prencanaan kebutuhan;

b. membuat spesifikasi barang dan jasa;

Page 14: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

10

c. membuat kerangka acuan kerja;

d. membuat harga perkiraan sendiri;

e. menyiapkan konsep Kontrak;

f. mengawasi dan memeriksa pelaksanaan pekerjaan; dan

g. menerima hasil pekerjaan.

(2) Ketentuan mengenai Pengguna diatur dalam Peraturan Lembaga

Pengadaan.

BAB VII PENYELENGGARAAN PENGADAAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 15 (1) Tahapan penyelenggaraan Pengadaan meliputi:

a. perencanaan;

b. penganggaran;

c. proses Pengadaan;

d. pengelolaan Kontrak; dan

e. pembayaran.

(2) Proses Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. Pengadaan melalui Penyedia; dan

b. Pengadaan secara Swakelola.

Pasal 16 (1) Penyelenggaraan Pengadaan dilaksanakan berdasarkan prinsip, tujuan,

strategi, kebijakan dan target Pengadaan untuk memperoleh hasil dan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat.

(2) Penyelenggaraan Pengadaan dilaksanakan dalam rangka:

a. implementasi program dan pengembangan;

b. implementasi hasil dan manfaat;

c. meningkatkan kualitas pelayanan dan kinerja;

d. memperoleh dan meningkatkan pendapatan;

e. meningkatkan kegiatan perekonomian; dan

f. meningkatkan penyerapan anggaran belanja;

(3) Penyelenggaraan Pengadaan dilaksanakan secara transparan dan

partisipatif dengan memberikan kesempatan berusaha bagi UMKM

dan/atau koperasi.

Page 15: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

11

(4) Penyelenggaraan Pengadaan dilaksanakan untuk:

a. memperoleh kesempatan berusaha;

b. menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat dan bertanggung

jawab;

c. meningkatkan potensi dan kapasitas nasional, daya saing industri

dalam negeri; dan

d. meningkatkan penggunaan produk dalam negeri.

Bagian Kedua Perencanaan Pengadaan

Pasal 17

(1) Perencanaan Pengadaan dilakukan secara sistematis, terpadu, terarah,

dan berkelanjutan. (2) Perencanaan Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

oleh Lembaga.

(3) Perencanaan Pengadaan dilakukan dengan memperhatikan:

a. rencana jangka panjang;

b. rencana jangka menengah;

c. anggaran pendapatan dan belanja;

d. program kerja; dan

e. peluang untuk membangun kemampuan dan potensi nasional.

(4) Perencanaan Pengadaan dilaksanakan dalam bentuk RUP dan

diumumkan kepada masyarakat di awal tahun anggaran.

(5) RUP sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memuat:

a. analisis kebutuhan nyata Pengadaan selaras dengan program kerja

organisasi;

b. analisis pengeluaran tahunan Pengadaan pada tahun sebelumnya;

c. analisis kebutuhan kedepan;

d. pemaketan dan pembuatan spesifikasi Pengadaan dan kerangka acuan

kerja;

e. penentuan kategorisasi barang dan jasa;

f. prioritas pengadaan;

g. penetapan target dan kinerja Pengadaan;

h. hubungan program jangka menengah dan panjang;

i. waktu dan jadwal pelaksanaan;

j. cara pelaksanaan;

k. estimasi biaya dan persetujuan anggaran;

l. sumber pembiayaan; dan

m. perencanaan proses Pengadaan.

Page 16: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

12

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan Pengadaan diatur dalam

Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga Penganggaran Pengadaan

Pasal 18

(1) Penganggaran Pengadaan dilaksanakan sesuai dengan anggaran belanja

dan pendapatan Lembaga.

(2) Penganggaran Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diselenggarakan melalui sistem penganggaran secara elektronik dalam 1

(satu) tahun anggaran atau tahun anggaran berikutnya.

(3) Dalam hal terjadi pelaksanaan pekerjaan yang melewati tahun anggaran,

maka anggaran dimaksud dapat dilanjutkan ke tahun anggaran

berikutnya dengan persetujuan Pejabat Berwenang.

(4) Penganggaran Pengadaan untuk pekerjaan rutin dan pemeliharaan pada

kontrak jangka panjang, berlaku selama masa kontrak.

(5) Pembahasan anggaran Pengadaan dilakukan secara terbuka dan

transparan.

Bagian Keempat Proses Pengadaan

Paragraf 1 Umum

Pasal 19

(1) Proses Pengadaan meliputi kegiatan:

a. penetapan target, strategi dan perencanaan Pengadaan;

b. penentuan sumber pengadaan dan evaluasi kondisi pasar;

c. penentuan paket dan metoda pemilihan;

d. penentuan harga perkiraan sendiri;

e. penetuan jenis dan cara evaluasi;

f. penentuan jenis Kontrak;

g. pembuatan Kontrak;

h. monitoring dan pengawasan pekerjaan;

i. serah terima hasil pekerjaan; dan

j. evaluasi kinerja.

(2) Proses Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi

ketentuan sebagai berikut:

Page 17: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

13

a. dilakukan secara strategis dan komprehensif untuk menjamin

tercapainya tujuan Pengadaan;

b. dilakukan berdasarkan kebutuhan nyata;

c. memenuhi spesifikasi dan standar kualitas;

d. sesuai biaya dan harga yang optimal, dan kompetitif;

e. sesuai waktu penyerahan atau penyelesaian pekerjaan yang wajar;

f. barang dan jasa yang standar dilakukan dengan menggunakan e-

Katalog; dan

g. pekerjaan pemeliharan rutin dilakukan melalui kontrak berbasis

kinerja dan berjangka panjang.

(3) Proses Pengadaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat (4) huruf c,

wajib dilaksanakan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

(4) Poses Pengadaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat (4) huruf d,

wajib menggunakan produk dalam negeri, apabila :

a. barang dimaksud telah diproduksi di dalam negeri;

b. spesifikasi sesuai persyaratan kebutuhan; dan

c. jumlah produksi dalam negeri memenuhi kebutuhan.

(5) Proses Pengadaan di luar negeri yang dilaksanakan Perwakilan Lembaga

di luar negeri dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (3).

(6) Proses Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengutamakan

penggunaan mata uang rupiah.

Pasal 20

(1) Proses Pengadaan memperhatikan karakteristik Pengadaan yang meliputi:

a. karakteristik Pengadaan di daerah;

b. karakteristik Pengadaan bisnis sektoral.

(2) Karakteristik Pengadaan di daerah memperhatikan hal sebagai berikut:

a. kondisi daerah, jarak tempuh, kondisi jalan, transportasi antar pulau,

kondisi cuaca dan daerah terpencil;

b. pemberdayaan produk lokal setempat;

c. pemberdayaan potensi perusahaan di daerah setempat dengan

memberikan pekerjaan berdasarkan batas nilai tertentu.

(3) Karateristik Pengadaan bisnis sektoral di Lembaga memperhatikan bisnis

sektoral yang membutuhkan penyesuaian dan penanganan khusus.

(4) Karakteristik Pengadaan di daerah dan bisnis sektoral di Lembaga

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Lembaga

Pengadaan.

Page 18: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

14

Pasal 21 (1) Proses Pengadaan yang besifat kompleks dilakukan melalui pelelangan.

(2) Proses pelelangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilaksanakan mendahului tahun anggaran.

Pasal 22 (1) Harga Perkiraan Sendiri disahkan oleh Pejabat Berwenang sebagai acuan

penawaran harga oleh Penyedia.

(2) Penyusunan harga perkiraan sendiri dilaksanakan secara profesional

berdasarkan:

a. biaya yang wajar;

b. ketentuan harga resmi;

c. tren harga internasional;

d. harga produksi dalam negeri; dan

e. kesesuaian harga pasar.

(3) Harga Perkiraan Sendiri bersifat terbuka, kecuali perincian harga pada

pekerjaan Pengadaan yang bersifat kompleks.

Pasal 23 Proses Pengadaan tetap dilaksanakan apabila diyakini dan dibuktikan bahwa

sumber Pengadaan sesuai spesifikasi kebutuhan barang dan jasa hanya ada 1

(satu) atau kurang dari 3 (tiga).

Paragraf 2

Pengadaan Melalui Penyedia

Pasal 24 (1) Penyedia dikelompokkan berdasarkan kategori dan kompetensi dalam

suatu sistem pengelolaan Penyedia.

(2) Sistem pengelolaan Penyedia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dibuat oleh Lembaga dan diintegrasikan secara nasional oleh Lembaga

Pengadaan.

(3) Sistem pengelolaan Penyedia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat

dengan memenuhi standar kualifikasi Penyedia baik administasi dan

kompetensi sesuai bidang atau kategori pekerjaan.

(4) Sistem pengelolaan Penyedia mencatat seluruh kinerja Penyedia.

(5) Ketentuan mengenai sistem pengelolaan Penyedia diatur dalam Peraturan

Lembaga Pengadaan.

Page 19: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

15

Pasal 25

Pelaksanaan Pengadaan melalui Penyedia sebagaimana dimaksud pada Pasal

15 ayat (2) a meliputi:

a. pengadaan barang;

b. pengadaan pekerjaan konstruksi termasuk pekerjaan konstruksi

terintegrasi;

c. pengadaan jasa konsultansi; dan

d. pengadaan jasa lainnya.

Pasal 26 (1) Penyedia berhak:

a. memperoleh informasi Pengadaan dari Lembaga;

b. berperan dalam setiap Pengadaan;

c. menyampaikan keberatan terhadap proses Pengadaan; dan/atau

d. melaporkan ke Pejabat Berwenang jika ditemukan dugaan tindak

pidana dalam proses Pengadaan.

(2) Penyampaian keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

dilakukan apabila:

a. adanya dugaan rekayasa yang mengakibatkan terjadinya persaingan

yang tidak sehat; dan/atau

b. adanya dugaan penyalahgunaan wewenang.

(3) Penyedia wajib melaksanakan Pengadaan sesuai dengan Kontrak.

(4) Penyedia yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) dikenai sanksi administratif berupa:

a. denda administratif;

b. pemberhentian sementara pekerjaan paling lama 1 (satu) tahun;

c. pembatalan perjanjian;

d. larangan mengikuti Pengadaan dalam kurun waktu tertentu; dan/atau

e. pembekuan atau pencabutan izin.

Pasal 27

Penyedia mempunyai tugas dan tanggung jawab: a. melaksanakan pekerjaan dengan dilandasi pada prinsip keahlian sesuai

dengan kaidah keilmuan, kepatutan, dan kejujuran intelektual dalam

menjalankan profesinya; dan

b. menjamin keselamatan kerja dan menghindari kegagalan pekerjaan.

Page 20: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

16

Pasal 28 Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan Pengadaan melalui Penyedia diatur

dalam Peraturan Lembaga Pengadaan.

Paragraf 3 Pengadaan Melalui Swakelola

Pasal 29 (1) Pelaksanaan Pengadaan melalui swakelola meliputi:

c. pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri oleh

Lembaga; atau

d. pekerjaan yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat.

(2) Pelaksanaan Pengadaan melalui swakelola sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) bertujuan:

e. meningkatkan dan memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya

manusia sesuai tugas pokok dalam fungsi Lembaga;

f. menumbuhkan dinamika, budaya prestasi, dan rasa memiliki; dan

g. meningkatkan partisipasi dan peran aktif pegawai di Lembaga atau

masyarakat.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan Pengadaan melalui swakelola

diatur dalam Peraturan Lembaga Pengadaan.

Paragraf 4

Pengadaan Secara Elektronik dan e-Katalog

Pasal 30 (1) Lembaga Pengadaan dan Lembaga mengembangkan proses Pengadaan

secara elektronik. (2) Pengadaan secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikembangkan melalui sistem informasi dan teknologi secara terintegrasi.

(3) Pengadaan secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bertujuan:

a. memudahkan proses Pengadaan:

b. menghindari terjadinya penyimpangan;

c. meningkatkan transparansi dan akuntabilitas;

d. meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat:

e. memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan:

f. mendukung proses monitoring dan audit; dan

g. memenuhi kebutuhan akses informasi yang aktual.

Page 21: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

17

(4) Pengadaan secara elektronik dikembangkan meliputi kegiatan

perencanaan, penganggaran, pemilihan, proses pengadaan, pengelolaan

kontrak, monitoring, pelacakan dan pembayaran.

(5) Sistem Pengadaan elektronik yang dikembangkan oleh Lembaga dan

Pemerintah Daerah, dapat diintergarasikan dan disinkronkan dengan

sistem Pengadaan elektronik yang dikembangkan oleh Lembaga

Pengadaan.

Pasal 31 (1) Pengadaan barang dan jasa yang standar dilakukan dengan menggunakan

e-katalog.

(2) e-katalog sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. e-Katalog nasional;

b. e-Katalog sektoral; dan

c. e-Katalog lokal.

(3) e-Katalog nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

dikembangkan oleh Lembaga Pengadaan terhadap barang dan jasa yang

dibutuhkan secara nasional.

(4) e-Katalog sektoral sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

dikembangkan oleh Lembaga terhadap barang dan jasa yang dibutuhkan

oleh kegiatan Lembaga.

(5) e-Katalog lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c

dikembangkan oleh Pemerintah Daerah terhadap barang dan jasa yang

dibutuhkan oleh daerah dengan memperhatikan:

a. barang dan jasa yang dihasilkan setempat;

b. efisiensi biaya logistik dan distribusi; dan

c. pemberdayaan potensi dan Penyedia lokal.

Pasal 32

Ketentuan mengenai tata cara pengadaan secara elektronik dan e-katalog

diatur dalam Peraturan Lembaga Pengadaan.

Bagian Kelima

Pengelolaan Kontrak

Pasal 33 (1) Pejabat Berwenang dan Penyedia harus menanandatangani Pakta

Integritas sebelum penandatanganan Kontrak.

(2) Pejabat Berwenang dan Penyedia menandatangani Kontrak setelah

pengesahan anggaran Pengadaan.

Page 22: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

18

Pasal 34 (1) Jika terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan

pekerjaan dengan kontrak yang disepakati, Kontrak Pengadaan dapat

dilakukan perubahan.

(2) Perubahan kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan

dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran dan ketentuan di

dalam kontrak.

Pasal 35 Ketentuan mengenai tata cara Kontrak dan perubahan Kontrak diatur dalam Peraturan Lembaga Pengadaan

Bagian Keenam

Pembayaran

Pasal 36

(1) Pembayaran pekerjaan dilakukan sesuai dengan Kontrak setelah

pekerjaan diserahterimakan dan seluruh persyaratan pembayaran

lengkap diterima oleh Lembaga

(2) Lembaga bertanggung jawab menyelesaikan permintaan pembayaran yang

telah memenuhi persyaratan pembayaran sebagaimana dimaksud pada

ayat (1).

(3) Ketentuan mengenai Pembayaran kegiatan Pengadaan diatur dalam Peraturan Lembaga Pengadaan

BAB VIII

DOKUMEN PENGADAAN

Pasal 37 (1) Pejabat Berwenang bertanggung jawab mengarsipkan dokumen

Pengadaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Pengarsipan dokumen Pengadaan bertujuan:

a. keperluan audit;

b. monitoring;

c. evaluasi;

d. akuntabilitas; dan

e. pengukuran kinerja Lembaga.

(3) Dokumen Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

arsip negara.

(4) Dokumen Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas:

a. dokumen yang dipublikasikan; dan

b. dokumen rahasia

Page 23: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

19

(5) Dokumen rahasia sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b meliputi dokumen yang menyangkut kerahasiaan negara dan Lembaga sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. (6) Ketentuan mengenai dokumen yang dipublikasikan diatur dalam

Peraturan Lembaga Pengadaan.

BAB IX

PENGELOLAAN KINERJA PENGADAAN

Pasal 38 (1) Untuk memastikan pencapaian tujuan Pengadaan dan perolehan

pencapaian ekonomi yang optimal dari kegiatan Pengadaan, maka

diperlukan pengukuran terhadap indikator hasil kerja dari

penyelenggaraan Pengadaan.

(2) Kinerja Pengadaan mencakup:

a. penetapan tujuan dan target Pengadaan, untuk pencapaian program

kerja organisasi;

b. penetapan indikator kinerja Pengadaan, sebagai alat ukur kinerja

yang efektif untuk mengukur ketepatan dan keselarasan

keberhasilan fungsi dan peyelenggaraan Pengadaan meliputi aspek

kualitas, percepatan proses dan peningkatan pelayanan;

c. penetapan target kinerja Pengadaan dari setiap indikator kinerja;

d. monitoring, pengukuran dan pencatatan kinerja Pengadaan sesuai

standar dan formula indikator kinerja yang ditetapkan;

e. sistem evaluasi dikembangkan untuk peningkatan kinerja Pengadaan

dalam rangka pencapaian sasaran pengadaan dari sisi kualitas,

waktu, biaya, kewenangan dan tanggung jawab.

f. evaluasi dan pembelajaran merupakan kegiatan membandingkan

pencapaian kinerja Pengadaan dengan target yang telah ditetapkan

untuk mendapatkan indeks prestasi kinerja Pengadaan dan

memberikan motivasi untuk berprestasi dalam pencapaian kinerja;

g. pemberian penghargaan bagi pelaksana Pengadaan berdasarkan

prestasi pencapaian kinerja.

BAB X PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI

SUMBER DAYA MANUSIA

Pasal 39 (1) Lembaga Pengadaan melakukan pembinaan sumber daya manusia.

Page 24: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

20

(2) Pembinaan sumber daya manusia sebagaimana pada ayat (1), bertujuan

membentuk fungsional Pengadaan dan profesi ahli Pengadaan yang

kompeten, profesional, bermartabat, jujur, berintegritas, beretika dan

bertanggung jawab.

Pasal 40 (1) Lembaga Pengadaan melakukan pengembangan fungsional pengadaan

dan profesi ahli Pengadaan melalui pendidikan dan pelatihan.

(2) Pelaksanaan sertifikasi bagi fungsional Pengadaan dan profesi ahli

Pengadaan dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi profesi Pengadaan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Lembaga Sertifikasi Profesi Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) dibentuk sesuai dengan ketentuan perundang-undangan mengenai

sertifikasi profesi.

(4) Fungsional Pengadaan dan profesi ahli Pengadaan melaksanakan proses

Pengadaan setelah memperoleh sertifikasi sebagimana dimaksud pada

ayat (3).

Pasal 41 Ketentuan mengenai pembinaan dan pengembangan kompetensi Pengadaan

diatur lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Lembaga Pengadaan.

BAB XI PEMBERDAYAAN

Pasal 42

(1) Lembaga Pengadaan dan Lembaga bertanggung jawab untuk

memberdayakan:

a. industri dalam negeri; dan

b. UMKM dan/atau koperasi

(2) Tanggung jawab pemberdayaan industri dalam negeri sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan dalam bentuk penggunaan

produk dalam negeri yang terdaftar dalam daftar inventarisasi barang dan

jasa produksi dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(3) Tanggung jawab pemberdayaan UMKM dan/atau koperasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. menyusun rencana Pengadaan berupa paket pekerjaan; dan

b. memberikan kesempatan seluasnya untuk ikut serta dalam proses

Pengadaan.

Page 25: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

21

BAB XII PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 43

(1) Masyarakat berperan serta dalam penyelenggaraan Pengadaan.

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa:

a. penyampaian masukan kepada Lembaga dan Lembaga Pengadaan

dalam penyempurnaan peraturan dan standar teknis Pengadaan;

b. penyampaian masukan dalam rangka pembinaan, penyelenggaraan,

dan pengawasan kegiatan Pengadaan;

c. pernyataan keberatan terhadap rencana pengadaan yang tidak sesuai

dengan kondisi setempat;

d. pelaporan terhadap dugaan malaadministrasi, penyalahgunaan

wewenang, penyimpangan, persekongkolan, kelalaian, dan/atau

pangabaian pelayanan publik dalam proses Pengadaan dengan bukti

permulaan yang cukup kepada Lembaga Pengadaan; dan

e. mengajukan laporan dan pengaduan kepada aparat penegak hukum

terhadap dugaan pelanggaran tindak pidana dalam penyelenggaraan

Pengadaan.

(3) Lembaga Pengadaan dan Lembaga bertanggung jawab memberikan akses

seluasnya kepada masyarakat untuk:

a. memperoleh informasi yang berkaitan dengan Pengadaan; dan

b. memperoleh manfaat atas Pengadaan.

BAB XIII PENGAWASAN

Pasal 44 (1) Pengawasan terdiri atas:

a. pengawasan internal; dan

b. pengawasan eksternal.

(2) Pengawasan internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

dilakukan oleh aparatur pengawas internal sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Pengawasan eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

dilakukan oleh pengawas yang berwenang melakukan pengawasan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan;

(4) Pengawas internal dan pengawas eksternal sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dan ayat (3) melakukan pengawasan termasuk tindak pidana

dalam penyelenggaraan Pengadaan.

Page 26: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

22

Pasal 45 (1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dilakukan terhadap :

a. kinerja Pengadaan;

b. penyelenggaraan Pengadaan; dan

c. penatausahaan Pengadaan.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam

rangka menjamin penyelenggaraan Pengadaan agar sesuai dengan prinsip,

tujuan dan kebijakan yang telah ditetapkan serta menghindari

pelanggaran dan penyalahgunaan wewenang.

Pasal 46 (1) Apabila terdapat laporan masyarakat kepada aparat penegak hukum

menyangkut kerugian negara dalam proses Pengadaan, maka aparat

penegak hukum menyampaikan kepada pengawas internal atau pengawas

eksternal untuk melakukan audit investigasi.

(2) Penyidikan dilakukan oleh aparat penegak hukum apabila telah diketahui

adanya kerugian negara berdasarkan hasil audit investigasi oleh aparat

pengawas internal atau aparat pegawas eksternal.

Pasal 47

Ketentuan mengenai Pengawasan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB XIV

PENYELESAIAN SENGKETA ADMINISTRATIF PENGADAAN

Pasal 48

(1) Dalam hal terjadi sengketa administratif atas penyelenggaraan Pengadaan,

Penyedia dapat mengajukan keberatan yang disampaikan kepada Pejabat

Berwenang.

(2) Pejabat Berwenang memberikan jawaban atas keberatan Penyedia.

(3) Apabila Penyedia tidak puas terhadap jawaban Pejabat Berwenang, dapat

meminta penyelesaian kepada Lembaga Pengadaan.

(4) Dalam rangka Penyelesaian Sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) Lembaga Pengadaan membentuk Komite Penyelesaian Sengketa

Pengadaan yang khusus untuk itu.

Pasal 49 (1) Komite Penyelesaian Sengketa Pengadaan beranggotakan majelis yang

berjumlah 3 (tiga) atau 5 (lima) orang.

Page 27: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

23

(2) Majelis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi ahli Pengadaan,

praktisi Pengadaan, dan akademisi.

(3) Majelis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan ditetapkan oleh

Lembaga Pengadaan.

Pasal 50 (1) Putusan Komite Penyelesaian Sengketa Pengadaan berupa:

a. mengabulkan keberatan Penyedia; atau

b. menolak keberatan Penyedia.

(2) Putusan Komite Penyelesaian Sengketa Pengadaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) bersifat final dan mengikat.

Pasal 51

Sengketa Administratif Pengadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48

bukan merupakan penanganan penyelidikan dan penyidikan aparat penegak

hukum.

Pasal 52

Ketentuan mengenai tata cara penyelesaian sengketa Pengadaan diatur dengan Peraturan Lembaga Pengadaan

BAB XV KETENTUAN PIDANA

Pasal 53 Penyedia dengan sengaja melarikan diri atau melakukan penipuan agar tidak

melaksanakan Pengadaan sebagaimana kesepakatan dalam perjanjian,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp 20.000.000.000,00 (dua puluh milyar rupiah)

Pasal 54 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan larangan memberikan atau

menggunakan data palsu dalam pelaksanaan Pengadaan, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(2) Dalam hal pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mengakibatkan kerugian harta benda, pelaku dipidana dengan pidana

penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp

6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).

Page 28: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

24

Pasal 55 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan larangan menghambat

keikutsertaan Penyedia lain dengan maksud agar Penyedia lain tidak

dapat mengikuti Pengadaan, dipidana dengan pidana penjara paling lama

5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima

miliar rupiah).

(2) Dalam hal pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mengakibatkan kerugian harta benda, pelaku dipidana dengan pidana

penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp

10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Pasal 56 Setiap orang yang melanggar ketentuan larangan melakukan perbuatan curang

dalam Pengadaan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri

dan/atau orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)

tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar

rupiah).

Pasal 57 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan larangan melakukan tindakan

persekongkolan dengan Penyedia lain dan/atau dengan Pejabat

Berwenang dan/atau Pejabat Pengadaan dan/atau Penyelenggara

Pengadaan dalam Pengadaan dengan maksud memberikan keuntungan

untuk diri sendiri dan/atau pihak lain, dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00

(lima miliar rupiah).

(2) Dalam hal pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

oleh Pejabat Berwenang, Pejabat Pengadaan, Penyelenggara Pengadaan,

Penyedia, pelakunya dipidana dengan pidana penjara paling lama 20 (dua

puluh) tahun dan denda paling banyak Rp 20.000.000.000,00 (dua puluh

miliar rupiah).

Pasal 58 Setiap orang yang melanggar ketentuan larangan melakukan tindakan

penyuapan kepada Pejabat Berwenang dan/atau Pejabat Pengadaan dan/atau

Penyelenggara Pengadaan dan/atau kepada Penyedia lain dengan maksud

memberikan keuntungan untuk diri sendiri dan/atau pihak lain, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Page 29: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

25

Pasal 59 Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan larangan

memberitahukan atau membocorkan dokumen penawaran Pengadaan kepada

pihak lain yang tidak berhak mengetahuinya, dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp

5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 60 Pejabat Pengadaan dan/atau Penyelenggara Pengadaan yang dengan sengaja

melanggar ketentuan larangan menolak untuk diawasi oleh instansi yang

berwenang melakukan pengawasan dalam Pengadaan, dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rp

3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 61 Setiap orang dalam proses Pengadaan dengan sengaja melanggar ketentuan

wajib menggunakan produk dalam negeri, apabila barang dimaksud telah

diproduksi di dalam negeri, spesifikasi sesuai persyaratan kebutuhan dan

jumlah produksi dalam negeri memenuhi kebutuhan, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp

20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).

Pasal 62 Pejabat Pengadaan dan/atau Pelaksana Pengadaan pada Organisasi

Pengadaan yang dengan sengaja melanggar ketentuan larangan mengabaikan

arsip dokumen Pengadaan yang menjadi tanggung jawabnya sehingga

mengakibatkan dokumen tersebut rusak, hilang, atau tidak dapat digunakan

sebagai arsip negara atau untuk keperluan audit, monitoring, evaluasi,

akuntabilitas, dan pengukuran kinerja Lembaga, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp

10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Pasal 63 (1) Dalam hal pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 sampai

dengan Pasal 62 dilakukan oleh Badan Usaha, selain pidana penjara

dan/atau denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan

terhadap badan usaha berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)

kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 sampai

dengan Pasal 62.

Page 30: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

26

(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), badan usaha

dapat dijatuhi sanksi tambahan berupa:

a. pencabutan izin usaha; dan/atau

b. pencabutan status badan hukum.

BAB XVI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 64 (1) Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang dibentuk

berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga

Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dinyatakan sebagai

Lembaga Pengadaan menurut Undang-Undang ini.

(2) Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang sudah ada

pada saat berlakunya Undang-Undang ini tetap menjalankan fungsi,

tugas, dan wewenangnya sampai dengan terbentuknya Lembaga

Pengadaan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

BAB XVII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 65 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan secara langsung dengan Pengadaan Barang dan Jasa mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya pada

Undang-Undang ini.

Pasal 66 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua ketentuan peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang Pengadaan Barang dan Jasa

dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang belum diganti dan tidak

bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

Pasal 67 Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 68

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Page 31: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

27

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-

Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal ...

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal ... MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ... NOMOR ...

Page 32: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

28

PENJELASAN

ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG

PENGADAAN BARANG DAN JASA NEGARA

I. UMUM

Penyelenggaraan pelayanan publik beserta upaya peningkatannya

merupakan langkah nyata dalam mewujudkan pelaksanaan asas

pemerintahan yang baik. Perwujudan dari suatu tata kelola pemerintahan

yang baik ini tidak lepas dalam rangka pelaksanaan amanat tujuan

penyelenggaraan Negara sebagaimana telah ditegaskan di dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Penyelenggaraan pelayanan publik harus berpedoman pada asas: 1)

pemanfaatan seluruh kekayaan alam dan sumber daya yang dimiliki

Negara yang dilaksanakan untuk kepentingan umum dan kesejahteraan

rakyat; 2) kebijakan perekonomian nasional ditujukan untuk kepentingan

nasional dan hajat hidup masyarakat; serta 3) penyelenggaraan

perekonomian ditujukan untuk memperoleh kemandirian, kemitraan, dan

pembangunan nasional berkelanjutan.

Penyelenggaraan pelayanan publik memerlukan keterlibatan seluruh

pihak baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat, dimana peranan

pemerintah masih sangat besar dalam penyelenggaraan proses Pengadaan

untuk pelayanan publik tersebut.

Peran penting Pengadaan sangat besar karena melibatkan nilai anggaran

yang besar dan terkait dengan pengelolaan keuangan Negara. Posisi

sentral Pengadaan ini perlu dibingkai dalam kerangka peraturan yang

jelas sehingga dapat diwujudkan suatu proses Pengadaan yang

berorientasi pada kualitas, hasil, dan manfaat yang dilaksanakan

berdasarkan prinsip efisiensi, efektivitas, adil, transparan, bersaing,

mengutamakan penggunaan produk dalam negeri, akuntabel serta

berwawasan lingkungan.

Penyelenggaraan Pengadaan Barang dan Jasa Negara diharapkan dapat

meningkatkan iklim investasi yang kondusif, efisiensi belanja negara, dan

percepatan pelaksanaan anggaran dan rencana kerja serta untuk

meningkatkan keberpihakan terhadap industri nasional dan usaha mikro,

Page 33: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

29

kecil, menengah dan koperasi dengan kewajiban menggunakan produk

dalam negeri menuju kemandirian bangsa.

Penyelenggaraan Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang dilaksanakan

sesuai prinsip Pengadaan, akan memperoleh barang dan jasa yang sesuai

dengan kebutuhan dan berkualitas serta dapat dipertanggung-jawabkan

baik dari segi fisik, keuangan, maupun manfaatnya bagi pelayanan

masyarakat.

Masyarakat berperan serta dalam proses Pengadaan dengan memberikan

masukan dalam hal pembangunan kerangka hukum dan kebijakan

Pengadaan, melakukan pengawasan atas penyelenggaraan Pengadaan dan

pengaduan atas perbuatan maladministrasi yaitu perilaku atau perbuatan

melawan hukum, melampaui batas kewenangan, kelalaian atau

pengabaian kewajiban dalam penyelenggaraan pelayanan

yang dilakukan oleh penyelenggara Pengadaan yang menimbulkan

kerugian materiil dan/atau immaterial bagi negara, masyarakat dan orang

perseorangan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Huruf a

Yang dimaksud dengan “efisien” adalah menggunakan dana

dan daya yang terbatas untuk mencapai target, kualitas

dan manfaat melalui penyederhanaan dan percepatan

proses Pengadaan.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “efektif” adalah bahwa

penyelenggaraan pengadaan berdasarkan kebutuhan nyata,

kinerja yang optimal dan memberikan hasil yang

berkualitas serta manfaat yang sebesar-besarnya.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “adil” adalah memberikan

perlakuan dan kesempatan yang sama dan tidak

Page 34: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

30

diskriminatif serta tidak memberi keuntungan kepada pihak

tertentu.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “transparan” adalah keterbukaan

dalam memberikan informasi menyangkut ketentuan dan

proses Pengadaan kepada masyarakat.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “bersaing” adalah memberikan

kesempatan kepada para Penyedia yang setara dan

memenuhi persyaratan untuk berkompetisi secara sehat

serta tanpa intervensi dari pihak manapun.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “akuntabel” adalah

pertanggungjawaban pelaksanaan Pengadaan kepada pihak

terkait sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku,

berdasarkan prinsip, norma dan etika Pengadaan.

Huruf h

Yang dimaksud dengan “berwawasan lingkungan” adalah

upaya untuk menjamin penyelenggaraan Pengadaan dan

layanan aliran barang tidak mempunyai dampak negatif

dan berisiko terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2) Huruf a

Yang dimaksud dengan Percepatan Proses Pengadaan

adalah strategi untuk mempersingkat waktu proses Pengadaan, baik dengan menggunakan metoda baru

Pengadaan seperti e-Katalog maupun melalui upaya penghilangan aktifitas Pengadaan yang tidak memberikan nilai tambah bagi pencapaian tujuan

Pengadaan.

Page 35: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

31

Huruf b

Yang dimaksud dengan Penurunan Risiko Pengadaan

adalah strategi untuk menurunkan profil risiko

Pengadaan sampai di tingkat dimana Lembaga bisa

menerima risiko tersebut. Beberapa cara untuk

penurunan risiko Pengadaan diantaranya dengan

membuat spesifikasi Pengadaan yang lebih umum

atau dengan mengikut-sertakan calon Penyedia yang

lebih banyak untuk menghindari kebergantungan.

Huruf c

Yang dimaksud dengan Peningkatan Persaingan Usaha yang Sehat adalah strategi yang dilakukan untuk memahami tingkat persaingan di antara Penyedia

untuk komoditas barang dan jasa tertentu, dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan agar

dapat ditingkatkan partisipasi jumlah Penyedia yang mengikuti proses Pengadaan.

Huruf d

Yang dimaksud dengan Peningkatan Posisi Tawar

adalah strategi untuk meningkatkan kemampuan posisi tawar Lembaga dalam proses bernegosiasi

dengan Penyedia, yang dapat dilakukan, misalnya melalui penggabungan beberapa paket Pengadaan agar nilainya cukup menarik bagi Penyedia.

Huruf e

Yang dimaksud dengan Pengoptimalan Biaya adalah strategi yang dilakukan untuk menurunkan biaya pengadaan secara keseluruhan, baik melalui negosiasi

yang efektif dengan Penyedia maupun melalui cara peningkatkan kualitas perencanaan, kualitas

dokumen pengadaan dan kualitas pengawasan kontrak Pengadaan.

Huruf f

Yang dimaksud dengan Peningkatan Pelayanan adalah

strategi yang dilakukan oleh pelaksana Pengadaan di Lembaga agar lebih berorientasi kepada Pelanggan atau Pengguna dan tidak terbatas hanya kepada

kepatuhan terhadap peraturan, sehingga lebih proaktif membantu penyelesaian program kerja Pengguna.

Huruf g

Yang dimaksud dengan Peningkatan Manfaat Pengadaan adalah strategi yang dilakukan di awal proses perencanaan pengadaan, agar setiap rencana

Pengadaan yang diajukan benar-benar merupakan

Page 36: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

32

kebutuhan Lembaga untuk mencapai target manfaat Lembaga, seperti peningkatan pendapatan asli daerah

dan peningkatan layanan masyarakat. Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “fungsional Pengadaan” adalah PNS

yang menduduki jabatan fungsional Pengadaan dan telah

memiliki sertifikat kompetensi.

Yang dimaksud dengan “profesi ahli Pengadaan” adalah

tenaga ahli pengadaan yang telah memiliki sertifikat

Page 37: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

33

kompetensi untuk melaksanakan proses Pengadaan pada

BUMN, BUMD, KKKS, PTNBH dan/atau KPBU.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan pekerjaan yang bersifat kompleks

adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi, berisiko

tinggi, menggunakan peralatan khusus dan/atau biaya

sangat besar.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Yang dimaksud dengan sumber Pengadaan adalah industri, pabrikan, pabrikasi, distributor dan/atau agen tunggal pemegang

merek yang memproduksi atau mendistribusi barang atau/atau jasa sesuai spesifikasi kebutuhan.

Page 38: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

34

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf a

Yang dimaksud dengan “pekerjaan konstruksi terintegrasi”

adalah pekerjaan konstruksi yang bersifat kompleks dengan

menggabungkan kegiatan enjinering, pengadaan dan

kegiatan kontrak yang meliputi perencanaan, pelaksanaan

dan pengawasan.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Page 39: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

35

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49

Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51

Cukup jelas.

Pasal 52

Cukup jelas.

Pasal 53

Cukup jelas.

Page 40: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK …dpd.go.id/upload/lampiran/barjas.pdf · Pengadaan Barang dan Jasa Negara yang ... atau pelaksana Swakelola. 13. Pemerintah Pusat adalah Presiden

36

Pasal 54

Cukup jelas.

Pasal 55

Cukup jelas.

Pasal 56

Cukup jelas.

Pasal 57

Cukup jelas.

Pasal 58

Cukup jelas.

Pasal 59

Cukup jelas.

Pasal 60

Cukup jelas.

Pasal 61

Cukup jelas.

Pasal 62

Cukup jelas.

Pasal 63

Cukup jelas.

Pasal 64

Cukup jelas.

Pasal 65

Cukup jelas.

Pasal 66

Cukup jelas.

Pasal 67

Cukup jelas.

Pasal 68

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ....