RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja...

55
Jakarta, 12 Februari 2020 KE MENTERI AN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG - UNDANG CIPTA KERJA PENJELASAN “Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Transcript of RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja...

Page 1: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

Jakarta, 12 Februari 2020

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

CIPTA KERJA

PENJELASAN

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Page 2: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

LAMPIRAN:

▪ Rekapitulasi Undang-Undang Terdampak

3 - 12

OUTLINE

01

02

03

04

05

06

07

08

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

20 - 36

13 – 19

Penjelasan:

Rancangan Undang-Undang

CIPTA KERJA

Jakarta, 5 Februari 2020

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

1. Latar Belakang & Pentingnya RUU Cipta Kerja

2. Konsepsi Omnibus Law Dalam RUU Cipta Kerja

3. Substansi RUU Cipta Kerja per Klaster

37 - 484. Struktur RUU Cipta Kerja

5. Peraturan Pelaksanaan RUU Cipta Kerja 49 - 51

Page 3: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

1. Latar Belakang danPentingnya RUU

Cipta Kerja

Page 4: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

4Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Visi Indonesia 2045: Menjadi 5 Besar Kekuatan Ekonomi Dunia

INDONESIA akan menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2040 (dengan asumsi negara lain tumbuh sesuai tren saat ini)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

2000 2002 2004 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2030 2045

Rank of GDP (PPP Adjusted)

China

India

United States

Indonesia

Japan

Turkey

Brazil

Germany

United Kingdom

Mexico

Russia

France

Korea

Saudi Arabia

Italy

Canada

Sumber: IMF, OECD, Prospera

United States

China

Japan

Germany

India

France

Russia

Italy

Brazil

United Kingdom

Mexico

Spain

Indonesia

Canada

Korea

Saudi Arabia

7

4

5

IndonesiaNegara

Berkembang

Negara

Maju

Page 5: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

5Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Pentingnya RUU Cipta Kerja

5Omnibus Law Cipta Kerja“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

1. Dinamika perubahan global, perlu respon yang cepat dan tepat.

Tanpa reformulasi kebijakan, pertumbuhan ekonomi akan

melambat.

2. Dengan RUU Cipta Kerja, diharapkan terjadi perubahan struktur

ekonomi yang akan mampu menggerakkan semua sektor, untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai 5,7% - 6,0% melalui:

• Penciptaan Lapangan Kerja yang berkualitas sebanyak 2,7 sd 3

juta per tahun, dibandingkan 2 s.d. 2,5 juta jika tanpa RUU Ciptaker(Data Tahun 2019: Pengangguran= 7,05 Juta; Angkatan Kerja Baru= 2,24 Juta; Setengah

Penganggur= 8,14 Juta; Pekerja Paruh Waktu= 28,41 Juta; Total= 45,84 Juta)

• Peningkatan Investasi (6,6%-7,0%), yang meningkatkan Income

dan Daya Beli, dan mendorong Peningkatan Konsumsi (5,4%-

5,6%).

• Peningkatan Produktivitas, yang akan diikuti Peningkatan Upah,

sehingga dapat meningkatkan Income, Daya Beli dan Konsumsi.

3. Jika hal ini (RUU) tidak dilakukan, maka lapangan pekerjaan akan

pindah ke negara lain yang lebih kompetitif, Penduduk yang Tidak

Bekerja akan semakin tinggi, dan Indonesia terjebak dalam jebakan

negara berpendapatan menengah (middle income trap).

* Elastisitas tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi diasumsikan 500 ribu lapangan kerja untuk setiap 1% pertumbuhan ekonomi.

Sumber: CEIC

Total Angkatan Kerja yang Bekerja

Tidak Penuh/ T idak Bekerja :

2,24 + 7,05 + 28,41 + 8,14 =

45,84 Juta

Page 6: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

6Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Sanksi

PengadaanLahan

Administrasi Pemerintahan

InvestasiKetenagakerjaan

UMKM

Riset & Inovasi

Kemudahan Berusaha

Keterangan:

INVESTASI

(Investment)

PenciptaanUsaha

Baru (Greenfield)

PengembanganUsaha (Brownfield )

Peningkatan

Pendapatan (Income)

Peningkatan

Konsumsi(Consumption)

Peningkatan

Daya Beli

Produksi

Barang & Jasa (Production)

Alur Pikir RUU Cipta Kerja

PERUSAHAAN

Penciptaan Lapangan

Kerja Baru

(Job creation)

Peningkatan

Kesejahteraan

Pekerja

(Welfare Creation)

Y

Pertumbuhan PMTB

6,6%-7,0%

2,6 - 3,0Juta Orang/

Tahun

Income per Capita

USD 5,810-6,000

Upah, Hak Pekerja, Jaminan Sosial dll.

*) Angka target sesuai RPJMN 2020-2024

RUU CIPTA KERJA

Rata-rata pertumbuhan Income per Capita Tahun 2020-2024:

7,5%-8,4%

PDB Sisi Produksi

5,7%-6,0%

5,4%-5,6%

Pertumbuhan Konsumsi RT

Perizinan

InvestasiPemerintah

KawasanEkonomi

Supply

Demand

(Target RPJMN 2024)

Sumber Utama Pertumbuhan Ekonomi (Key-Driver)

*)

Pertumbuhan PDB

5,7%-6,0%

Page 7: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

7Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

RUU Cipta Kerja: Langkah Strategis Mewujudkan Visi Indonesia 2045

PDB per kapita/ bulan

PDB per kapita/ bulan

RUU

Cipta Kerja

INDONESIA 2045 Berdaulat, Maju, Adil dan Makmur

• Indonesia menjadi Negara Maju,

dengan ekonomi berkelanjutan

• Perekonomian Indonesia masuk 5

Besar Ekonomi Dunia

• Indoneisa telah keluar dari Jebakan

Negara Berpendapatan Menengah

(Middle Income Trap)

• Tingkat kemiskinan mendekati 0%

• PDB mencapai USD 7 Triliun,

peringkat ke-4 PDB Dunia

• Tenaga Kerja berkualitas.

• Kondisi Global (Eksternal)

o Ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global

o Dinamika geopolitik berbagai belahan dunia

o Perubahan teknologi, industri 4.0, ekonomi digital

• Kondisi Nasional (Internal)

o PertumbuhanEkonomi rata-rata di kisaran 5%

dalam 5 tahun terakhir

o Realisasi Investasi 2018= Rp 721,3 Triliun, 2019 (sd. Q3)= Rp 601,3 Triliun;

o Ketenagakerjaan: Pengangguran= 7,05 Juta orang; Angkatan kerja baru = 2 sd 2,5 Juta Orang/ Tahun,

dan Pekerja informal = 70,49 Juta orang (55,72%)

• PermasalahanEkonomi dan Bisnis

o Tumpang tindih Regulasi

o Efektivitas Investasi yang Rendah

o Tingkat Pengangguran, Angkatan Kerja baru, dan

jumlah Penduduk yang Tidak Bekerja

o Jumlah UMKM besar, namun Produktivitas rendah.

PDB per kapita/ bulan

KONDISI SAAT INIMENUJU 2024 2045

Rp 4,6jt

Rp 6,8-7,0jt

Simplifikasi dan harmonisasi

REGULASI dan PERIZINAN

INVESTASI yang berkualitas

PenciptaanLAPANGAN KERJA

berkualitasdan kesejahteraanPEKERJA yang berkelanjutan

Pemberdayaan UMKM

diperlukan :

Rp 27,0jt

1

2

3

4

7Omnibus Law Cipta Kerja“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Lapangan Kerja

Produktif

Page 8: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

8Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Infrastruktur: Belum memadai, utamanya

konektivitas

Sumber DayaManusia adalah kendala

mengikat bagi pertumbuhan ekonomi jangka

menengah-panjang

Fiskal: Rendahnya penerimaan perpajakan

Regulasi dan Institusi adalah penghambat

paling mengikat bagi pertumbuhan ekonomi.

• Regulasi tidak mendukung penciptaan dan

pengembangan bisnis, bahkan cenderung

membatasi, khususnya pada regulasi: (i)

Tenga Kerja; (ii) Investasi, dan (iii)

Perdagangan

• Kualitas institusi rendah

o Korupsi tinggi dan birokrasi tidak

efisien

o Lemahnya koordinasi antar kebijakan

Simplifikasi/ Harmonisasi Regulasi dan Perizinan

Kemudahan berusaha di Indonesia masih di

bawah beberapa negara ASEAN

Sumber: WB Ease of Doing Business Survey 2020

Kemudahan Berusaha (2020)

Saat ini terdapat 8.451 peraturan

pusat dan 15.965 peraturan daerah

yang menggambarkan kompleksitas dan

obesitas regulasi di Indonesia.

Sumber: Kemen Kumham per 23 Januari 2020

1

Penghambat yang paling mengikat

Pengambat yang mengikat

Bukan penghambatmengikat

Penghambat yang paling mengikat berikutnya

(Jika tidak diatasi, akan menghalangi Indonesiauntuk bersaing di era digital dan beralih ke manufaktur bertekonologi tinggi)

Penghambat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

(Ilustrasi Gentong Air)

Sumber: Bappenas

Page 9: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

9Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Investasi yang Berkualitas

Rasio Efektifitas Investasi (ICOR)

1. Efektivitas Investasi masih rendah dibandingkan negara peers lain. ICOR = 6.8 artinya dibutuhkan investasi sebesar 6,8% dari PDB

untuk menghasilkan 1% pertumbuhan ekonomi. Rata-rata negara ASEAN hanya membutuhkan investasi sebesar 5% dari PDB.

2. Diharapkan RUU Cipta Kerja dapat meningkatkan realisasi investasi dan memperbaiki efektivitas investasi sehingga ICOR turunmenjadi 6.2 pada tahun 2024.

3. Alokasi Investasi perlu diarahkan agar lebih fokus ke sektor-sektor produktif dan berorientasi ekspor, serta mendoronghilirisasi untukmeningkatkan nilai tambah, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Negara

Rata-rata 2015 - 2017

%PDB Investasi

/PDBICOR

Philippines 6.5 23.6 3.6

Vietnam 6.6 26.9 4.1

India 7.3 30.6 4.2

Malaysia 5.1 25.5 5.0

Thailand 3.4 22.1 6.5

Indonesia 5.0 33.8 6.8

2

Incremental Capital Output Ratio (ICOR):

Rasio investasi kapital (modal) terhadap output, atau tambahan investasi yang

diperlukan untuk meningkatkan 1 unit output (1% pertumbuhan).

Stok Modal Publik(% dari PDB, Harga Konstan 2011 dengan Paritas Daya Beli)

Rerata Dunia (tidak termasuk negara maju): 80.7

0

40

80

120

160

200

Fili

pin

a

Ind

on

esia

Bra

sil

Tu

rki

Ba

ng

lad

esh

Ka

mb

oja

Ind

ia

Vie

tna

m

Th

aila

nd

Ma

laysia

Tio

ng

ko

k

Sumber: IMF Investment and Capital Stock Dataset, 2019

Sumber: Prospera

Page 10: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

10Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Penciptaan Lapangan Kerja yang Berkualitas…

Meski tingkat pengangguran terbuka terus turun, Indonesia sangat membutuhkan penciptaan lapangan kerja yang berkualitas.

1. Masih terdapat 7,05 Juta Pengangguran; 2,24 Juta Angkatan Kerja Baru; 8,14 Juta Setengah Penganggur, dan 28,41 Juta Pekerja Paruh

Waktu (45,84 Juta Angkatan Kerja yang bekerja tidak penuh). Jumlah ini= 34,3% dari total Angkatan Kerja, sementarapenciptaan lapangankerja masih berkisar di angka 2 sd. 2,5 Juta per tahunnya.

2. Jumlah penduduk yang bekerja pada kegiatan informal sebanyak 70,49 juta orang (55,72 persendari total penduduk yang bekerja).

3. Dibutuhkan kenaikan upah yang pertumbuhannya sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan produktivitas pekerja.

Sumber: Sakernas*Jumlah dari Pengangguran, Setengah Penganggur,

dan Pekerja Paruh Waktu

Formal Informal

Angkatan Kerja yang

Bekerja Tidak Penuh*

34.3%angkatan kerja

45.8Juta Orang

=

3

34.3

30

32

34

2016 2017 2018 2019

Angkatan Kerja Bekerja Tidak Penuh

(% Angkatan Kerja)

Page 11: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

11Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

...dan Kesejahteraan Pekerja yang Berkesinambungan

0

20

40

60

80

6

8

10

12

14

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Bantu

an S

osia

l (ID

R t

n)

Tin

gkat

Kem

iskin

an /

Indeks

Gin

i

Tingkat Kemiskinan (%) Indeks Gini Bantuan Sosial Pemerintah Pusat (IDR tn)

0.4100.393

12.49

9.82

• Perluasan program jaminan dan bantuan sosialmerupakan komitmen pemerintah dalam rangkameningkatkan daya saing dan penguatan kualitas SDM, serta

untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan.

• Melalui dukungan jaminan dan bantuan sosial, total

manfaat tidak hanya diterima oleh Pekerja, namun juga dirasakan oleh Keluarga Pekerja.

• Perlunya jaminan atas hak dan perlindungan untuk semua Pekerja (Pekerja Tetap, Pekerja Kontrak, Pekerja Alih Daya)

guna menjaga dan meningkatkan kesejahteraan Pekerja.

Masa

kehamilan

dan usia dini(0-5 tahun)

Muda

(6-12 tahun)

Dewasa

muda

(13-18 tahun)

Menengah

dan kerja

(19-64 tahun)

Tua

(>65 tahun)

• PKH (pencegahanstunting)

• PKH• PIP SD

• PKH• PIP SMP-SMA• KUR

• KUBE• Dana Desa

• Bidik Misi• PIP Kuliah• JKK & JKM

• JP & JHT• KUR & KUBE• Dana Desa

• JP & JHT• ASLUT

Kartu Pra-Kerja

JKN (PBI)

Rastra, BPNT, dan Kartu Sembako

Subsidi Energi (LPG 3kg, Solar, Mitan)

3

Page 12: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

KEMENTERIANKOORDINATORBIDANGPEREKONOMIAN

REPUBLIKINDONESIA

Kontribusi Sektor UMKM

terhadapEkspor Nasional

1. UMKM berkontribusi sekitar 61,07% dari PDB dan menyerap lebihdari 97% dari total tenaga kerja. 98,68% Usaha Mikro merupakan usaha informal, dengan produktifitas yang sangat rendah. Rasio Kewirausahaan Indonesia sebesar 3,47% sedangkan Rasio Kewirausahaan Malaysia sebesar 5,01%.

2. Dengan fleksibilitas pasar tenaga kerja, re-skilling, up-skilling, serta program kesejahteraan pekerja, makaproduktivitas dan pendapatan UMKM akandapat ditingkatkan.

Sumber : World Bank 2015 in Asean SME Pol icy Index 2018

ASEAN SME Policy Index 2018

Sumber: ASEAN SME Policy Index, 2018

4

Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

1

2

3

4

5

6

7

8

9

SINGAPURA

MALAYSIA

THAILAND

INDONESIA

FILIPINA

VIETNAM

BRUNEI

KAMBOJA

LAOS

5.43

5.01

4.47

4.08

4.10

3.47

3.41

2.48

2.39

RANK

10 MYANMAR 2.11

No Aspek Kecil Menengah Besar

Kompetisi

1Pemenuhan sertifikasi

internasional11,3 39,2 85,6

2 Kepemilikan akun bank 12,7 22,3 60,1

3 Kemampuan mengelola usaha 52,6 77,6 71,1

4 Pengalaman manajerial 41 48 50,4

Ko nektivitas

5 Kepemilikan e-mail 7,2 26,2 58,3

6Kepemilikan website

perusahaan15,3 47 70,3

Pe rubahan

7 Audit laporan keuangan 5,3 17,6 42,7

8 Lisensi teknologi asing 53,4 64,5 88

Indeks lebih besar dibanding Usaha Kecil

Sumber: SME Competitiveness Outlook, 2019

Indeks Daya Saing UKM Indonesia

Pemberdayaan UMKM

Page 13: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

2. KONSEPSI OMNIBUS LAWDALAM RUU CIPTA KERJA

Page 14: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

14Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

KONSEPSI DAN PENERAPAN OMNIBUS LAW

Omnibus law merupakan metode yang digunakan untuk mengganti dan/atau mencabut

ketentuan dalam Undang-Undang, atau mengatur ulang beberapa ketentuan dalam UU ke

dalam satu UU (Tematik).

Definisi

Penerapan di

Indonesia

Secara umum Omnibus Law belum populer di Indonesia namun terdapat beberapa UU yang

sudah menerapkan konsep tersebut, seperti UU Nomor 9 Tahun 2017 tentang Penetapan

Perpu Nomor 1 Tahun 2017 tentang Akses Informasi Keuangan Untuk Kepentingan

Perpajakan menjadi UU yang mencabut beberapa pasal dalam beberapa UU.

Catatan: Omnibus Law bukan untuk Kodifikasi Hukum

Omnibus Law di

Negara Lain

Omnibus Law telah banyak diterapkan di berbagai negara dengan tujuan untuk memperbaiki

regulasi di negaranya masing-masing dalam rangka penciptaan lapangan kerja (job creation) serta

meningkatkan iklim dan daya saing investasi.

Page 15: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

15Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

MANFAAT PENERAPAN OMNIBUS LAW

Hiper Regulasi

Terdapat 8.451 peraturan

pusat dan 15.965 peraturan

daerah yang menggambarkan

kompleksitas regulasi di

Indonesia.

(Sumber: Kemenkumham, 23 Jan 2020)

Metode Omnibus mempermudah, menyederhanakan proses dan

meningkatkan produktivitas dalam penyusunan peraturan

Dipangkas

Disederhanakan

Diselaraskan

Omnibus Law sebagai

strategi reformasiregulasi agar penataandilakukan secara

sekaligus terhadapbanyak Peraturan

Perundang-undangan

MANFAAT PENERAPAN OMNIBUS LAW

1. Menghilangkan tumpang

tindih antar PUU;

2. Efisiensi proses perubahan/

pencabutan PUU;

3. Menghilangkan ego

sektoral.

Konsekuensi penerapan Omnibus Law :

• UU existing masih tetap berlaku, kecuali sebagian pasal (materi hukum) yang telah

diganti atau dinyatakan tidak berlaku.

• UU existing tidak diberlakukan lagi, apabila pasal (materi hukum) yang diganti atau

dinyatakan tidak berlaku merupakan inti/ ruh dari undang-undang tersebut.

Page 16: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

16Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Naskah Akademik dan Draft RUU Cipta Kerja

Sesuai arahan hasil Ratas, telah disepakati dengan seluruh K/L terkait pada 15 Januari 2020Substansi Pokok

Prolegnas Prioritas

2020

Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada tanggal 22

Januari 2020 telah menetapkan RUU Cipta Kerja masuk dalam Program Legislasi Nasional

(Prolegnas) Prioritas 2020.

Penselarasan Naskah

Akademik

Pengharmonisasian

RUU

• Kemen Hukum dan HAM telah menyelesaikan penyelarasan Naskah Akdemik

• Surat Menteri Hukum dan HAM Nomor : PHN-HN.02.04-04 tanggal 20 Januari 2020

• Kemen Hukum dan HAM telah menyelesaikan pengharmonisasian RUU

• Surat Menteri Hukum dan HAM Nomor : PPE.PP.03.02-107 tanggal 20 Januari 2020

Surat Presiden dan

Penunjukan Wakil

Pemerintah

• Surat Presiden (SurPres) kepada Ketua DPR RI Nomor : R-06/Pres/02/2020 tanggal 7

Februari 2020 mengenai penyampaian RUU Cipta Kerja

• Surat Menteri Sekretaris Negara Nomor : B-105/M.Sesneg/D-1/HK.00.02/02/2020 tanggal 7

Februari 2020 mengenai Penunjukan Wakil Pemerintah untuk membahas RUU Cipta Kerja

Page 17: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

17Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

RUU CIPTA KERJA

11 Klaster Pembahasan:

1. Penyederhanaan Perizinan

2. Persyaratan Investasi

3. Ketenagakerjaan

4. Kemudahan,

Pemberdayaan, dan

Perlindungan UMK-M dan

Perkoperasian

5. Kemudahan Berusaha

6. Dukungan Riset & Inovasi

7. Administrasi

Pemerintahan

8. Pengenaan Sanksi

9. Pengadaan Lahan

10. Investasi dan Proyek

Strategis Nasional

11. Kawasan Ekonomi

* Jumlah UU dan Pasal dapat berubah sesuai hasil pembahasan

10. INVESTASI & PROYEK

STRATEGIS NASIONAL

4. KEMUDAHAN,

PERLINDUNGAN UMKM

DAN KOPERASI

Page 18: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

18Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

RUU CIPTA KERJA- Klaster #1 : Penyederhanaan Perizinan Berusaha

18 Sub Klaster

Penyederhanaan Perizinan:

a. Lokasi

b. Lingkungan

c. Bangunan Gedung

d. Sektor Pertanian

e. Sektor Kehutanan

f. Sektor Kelautan

Perikanan

g. Sektor ESDM

h. Sektor Ketenaganukliran

i. Sektor Perindustrian

j. Sektor Perdagangan

k. Sektor Kesehatan

Obat & Makanan

l. Sektor Pariwisata

m. Sektor Pendidikan

n. Sektor Keagamaan

o. Sektor Perhubungan

p. Sektor PUPR

q. Sektor Pos,

Telekomunikasi

r. Sektor Pertahanan & Keamanan

RUU CIPTA KERJA

Page 19: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

19Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

• Kriteria UMK-M

• Basis Data Tunggal

• Collaborative Processing/Klaster

• Kemudahan Perizinan Tunggal

• Kemitraan, Insentif & Pembiayaan

Sumber Cipta Kerja Klaster Pokok Klaster Pendukung

INVESTASI

UMK-M

PEMERINTAH

• Penyederhanaan Perizinan: 18 Sektor

Ekosistem Investasi

• Persyaratan Investasi

• Ketenagakerjaan

• Kemudahan Berusaha

• Riset dan Inovasi

• Pengadaan Lahan

• Kawasan Ekonomi

Kemudahan, Pemberdayaan, dan

Perlindungan UMKM

Investasi dan ProyekPemerintah

• Investasi Pemerintah

• Kemudahan Proyek Pemerintah

Administrasi

Pemerintahan

Pengenaan Sanksi

RUU

Cipta Kerja

Alur Pengaturan RUU Cipta Kerja

Page 20: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

3. SUBSTANSI RUU

CIPTA KERJA

PER KLASTER

Page 21: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

21Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

a.Perizinan lokasi menggunakan Peta Digital

RDTR (Rencana Detail Tata Ruang).

b.Pengintegrasian Rencana Tata Ruang (matra

darat) dan Rencana Zonasi (matra laut)

c.Kebijakan Satu Peta (KSP) dan penyelesaian

tumpang tindih Informasi Geospasial Tematik

(IGT)

d.Peninjauan Rencana Tata Ruang (RTR) guna

menjawab dinamika pembangunan

e.Kawasan hutan yang diintegrasikan ke dalam

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

f. Penetapan RDTR dengan Peraturan Kepala

Daerah (Bupati/Walikota).

g.Menteri ATR dapat menetapkan RDTR

apabila tidak ditetapkan oleh Bupati/Walikota.

Klaster #1:

a.Perizinan lingkungan tetap

dipertahankan

b.Penerapan standar pengelolaan

lingkungan untuk kegiatan risiko

menengah

c.AMDAL untuk kegiatan risiko

tinggi

d.AMDAL disusun oleh profesi

bersertifikat

e.Kelayakan AMDAL dievaluasi

oleh pemerintah atau profesi

bersertifikat.

f. Pengintegrasian AndalLalin ke

dalam Amdal.

a.Perizinan Bangunan Gedung tetap

dipertahankan.

b.Penerapan Standar Teknis Bangunan

Gedung.

c.Bangunan Gedung yang tidak berisiko

tinggi dapat menggunakan prototipe.

d.Bangunan Gedung yang kompleks dan

risiko tinggi wajib mendapatkan

persetujuan pemerintah.

e.Pengawasan pembangunan Gedung

dilakukan per-tahapan proses

konstruksi.

f. Standar teknis bangunan gedung diatur

dengan PP.

g.Penerbitan Sertifikat Laik Fungsi (SLF)

bangunan gedung secara otomatis oleh

Manajemen Konstruksi atau Pengawas.

Perizinan Dasar

Perizinan Bangunan GedungIzin Lokasi Perizinan Lingkungan

Page 22: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

22Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

1. Proses perizinan menerapkan standar dan berbasis risiko

(Risk-Based Approach/RBA) dan meninggalkan konsepsi

kegiatan usaha yang berbasis izin (license approach).

2. Kegiatan usaha risiko tinggi wajib mempunyai izin.

3. Kegiatan usaha risiko tinggi adalah yang berdampak

terhadap: kesehatan (health), keselamatan (safety), dan

lingkungan (environment) serta kegiatan pengelolaan

sumber daya alam.

4. Kegiatan usaha risiko menengah menggunakan standar.

5. Kegiatan usaha risiko rendah cukup melalui pendaftaran.

6. Penilaian standar (compliance) dilakukan oleh profesi

bersertifikat.

7. Penataan kewenangan perizinan diatur dalam Norma

Standar Prosedur Kriteria (NSPK).

8. Pemerintah melakukan pengawasan dan inspeksi yang

ketat atas kegiatan usaha risiko tinggi.

Cakupan Perizinan Sektor:

KLASTER 1

b. Kehutanan

c. Kelautan & Perikanan

a. Pertanian

d. Energi dan Sumber Daya Mineral

e. Ketenaganukliran f. Perindustrian

g. Perdagangan

h. Kesehatan Obat dan Makanan

i. Pariwisata j. Pendidikan

k. Keagamaan l. Transportasi m. PUPR

n. Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran

o. Pertahanan dan Keamanan

Klaster #1:

Perizinan Sektor

Page 23: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

23Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

1. Menetapkan priority list atas bidang usaha yang didorong untuk investasi

2. Kriteria priority list, yaitu: high-tech/teknologi tinggi, investasi besar, berbasis digital, dan padat karya

3. Bidang usaha yang tertutup untuk kegiatan penanaman modal, didasarkan atas kepentingan nasional, asas

kepatutan dan konvensi internasional

4. Cakupan bidang usaha yang tertutup, yaitu:

a. Perjudian dan Kasino;

b. Budidaya dan Produksi Narkotika Golongan I;

c. Industri Pembuatan Senjata Kimia;

d. Industri Pembuatan Bahan Perusak Lapisan Ozon (BPO);

e. Penangkapan Spesies Ikan yang Tercantum dalam Appendix I;

f. Pemanfaatan (pengambilan) Koral/Karang dari Alam.

5. Menghapus ketentuan persyaratan investasi dalam UU sektor.

6. Status PMA hanya dikaitkan dengan batasan kepemilikan saham asing.

7. Untuk kegiatan usaha UMK-M dapat bermitra dengan modal asing.

Klaster #2:

Page 24: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

24Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Klaster #3:

Penjelasan:

a. UM hanya berlaku bagi pekerja baru yang bekerja kurang dari 1 tahun, namun pekerja tersebut tetap dimungkinkan

menerima upah di atas UM dengan memperhatikan kompetensi, pendidikan dan sertifikasi.

b. Pekerja dengan masa kerja 1 tahun ke atas, mengikuti ketentuan upah sesuai dengan struktur upah dan skala upah pada

masing-masing perusahaan.

c. Industri padat karya dapat diberikan insentif berupa perhitungan upah minimum tersendiri, untuk mempertahankan

kelangsungan usaha dan kelangsungan bekerja bagi pekerja.

d. Skema upah per jam dapat diberikan:

• Untuk jenis pekerjaan tertentu (konsultan, pekerjaan paruh waktu, dll), dan jenis pekerjaan baru (ekonomi digital);

• Untuk memberikan hak dan perlindungan bagi pekerja pada jenis pekerjaan tertentu.

• Apabila upah berbasis jam kerja tidak diatur, maka pekerja tidak mendapatkan perlindungan upah.

1. Upah Minimum (UM)

Pokok-Pokok Kebijakan terkait Upah Minimum:

• Kebijakan pengupahan masih tetap menggunakan sistem upah minimum.

• Upah minimum tidak turun dan tidak dapat ditangguhkan.

• Kenaikan upah minimum memperhitungkan pertumbuhan ekonomi daerah.

• Upah per jam dapat diberikan untuk jenis pekerjaan tertentu (konsultan, paruh waktu, ekonomi digital).

Page 25: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

25Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Klaster #3:

Penjelasan:

a. Pekerja yang terkena PHK tetap mendapatkan pesangon dan kompensasi PHK lainnya.

b. Untuk memberikan perlindungan bagi pekerja yang terkena PHK, Pemerintah memberikan tambahan

kompensasi berupa Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP):

• Manfaat JKP berupa: 1) Cash Benefit, 2) Vocational Training, 3). Job Placement Access.

• Penambahan manfaat JKP, tidak menambah beban iuran bagi pekerja dan perusahaan.

• Pekerja yang mendapatkan JKP, tetap akan mendapatkan jaminan sosial lainnya yang berupa:

1) Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK); 2) Jaminan Hari Tua (JHT); 3) Jaminan Pensiun (JP); 4)

Jaminan Kematian (JKm); 5) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

c. Untuk memberikan peningkatan perlindungan bagi Pekerja Kontrak, diberikan kompensasi pengakhiran hubungan kerja.

2. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Pokok Kebijakan terkait Pemutusan Hubungan Kerja (PHK):

• Tetap memberikan perlindungan bagi pekerja yang terkena PHK;

• Pekerja yang terkena PHK tetap mendapatkan kompensasi PHK (berupa pesangon, penghargaan masa kerja, dan

kompensasi lainnya).

Page 26: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

26Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Klaster #3:

3. Peningkatan Perlindungan Pekerja & Perluasan Lapangan Kerja

Pekerja Kontrak

(Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu/PKWT)

• Perkembangan teknologi digital dan

revolusi industri 4.0, menimbulkan jenispekerjaan baru yang bersifat tidak tetap

dan membutuhkan pekerja untuk jangkawaktu tertentu (Pekerja Kontrak).

• PekerjaKontrak diberikan hak dan

perlindungan yang sama denganPekerja Tetap, antara lain dalam hal:

Upah, Jaminan Sosial, Perlindungan K3, termasuk kompensasi pengakhiranhubungan kerja.

• Dengan dibukanya PKWT untuk semuajenis pekerjaan maka kesempatankerja

lebih terbuka sehinggadapatmeningkatkanperluasankesempatankerja.

Alih Daya (Outsourcing)

• Pengusaha Alih Daya (outsourcing) wajib memberikanhak danperlindungan yang sama bagi

pekerjanya, baik sebagai PekerjaKontrak maupun Pekerja Tetap,

antara lain dalam hal: Upah, Jaminan Sosial, Perlindungan K3.

• Peningkatan perlindungan hak

Pekerja Kontrakpada Alih Dayaberupa hak atas kompensasi

pengakhiran hubungan kerja.

Waktu Kerja

Pengaturanwaktu kerja tetap mengedepankan hak danperlindungan pekerja:

• Waktu kerja normal : o Ditetapkan paling lama 8 jam dalam 1 hari dan 40

jam dalam 1 minggu.

o Pekerjaan yang melebihi jam kerja diberikan Upah Lembur.

o Pelaksanaan jam kerja diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

• Waktu kerja untuk jenis pekerjaan tertentu:

o Pekerjaan yang karena sifatnya dapat diselesaikan

atau membutuhkan waktu kurangdari 8 jam per hari, misalnya pekerjaan paruh waktu, ekonomidigital.

o Pekerjaan pada sektor-sektor tertentu yang melewatibatas maksimal jam kerja normal (lebih 8

jam per hari) misalnya sektor migas, pertambangan, perkebunan, pertanian dan perikanan.

Page 27: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

27Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Klaster #3:

Perizinan TKA Ahli

a. Penggunaan TKA dibatasi hanya untuk jenis

pekerjaan tertentu yang tidak dapat

dilakukan oleh pekerja di dalam negeri.

b. TKA yang melakukan kegiatan tertentu,

yaitu: maintenance (darurat), vokasi, start

up, kunjungan bisnis dan penelitian

dibebaskan dari kewajiban RPTKA (Rencana

Penggunaan Tenaga Kerja Asing).

Pemberian Penghargaan Lainnya

(Sweetener)

a. Pemberian Sweetener sebagai tambahan

di luar Upah

b. Besaran Sweetener maksimal 5 X Upah

disesuaikan dengan masa kerja.

c. Pemberian Sweetener diberikan dalam

jangka waktu 1 tahun sejak

diberlakukannya UU.

d. Pemberian Sweetener tidak berlaku bagi

Usaha Mikro dan Kecil (UMK).

4. Perizinan TKA Ahli dan Penghargaan Lainnya (Sweetener)

Page 28: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

28Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

1. Kriteria UMKM:

• Kriteria UMK-M disesuaikan dengan bidang usaha.

• Nilai nominal untuk masing-masing bidang usaha

UMK-M ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah

(PP).

2. Basis Data Tunggal:

• Basis data tunggal UMK sebagai dasar pengambilan

kebijakan.

• Basis data tunggal dikoordinasikan oleh Kemen

KUKM yang dapat menggunakan data pokok dari K/L

(a.l. NIK di Dukcapil, NPWP di DJP, IKM dari

Kemenperin).

3. Pengelolaan Terpadu UMK Dalam Penataan Klaster

Pengelolaan terpadu UMK dilakukan melalui sinergi

dengan pemangku kepentingan (K/L, Pemda, BUMN,

BUMD, Swasta, Perguruan Tinggi, Asosiasi, dan

lainnya).

4. Kemitraan:

Mendorong Usaha Menengah dan Besar melibatkan

UMK dalam kemitraan melalui pemberian insentif dan

kemudahan.

5. Perizinan Tunggal dan Kemudahan:

a. Pendaftaran bagi UMK sebagai kemudahan perizinan

tunggal

b. Perizinan tunggal sekaligus sebagai pemenuhan: izin

edar, jaminan produk halal, dan sertifikat pangan, serta

Hak Kekayaan Intelektual.

c. Pemerintah (K/L) dan Pemda (Dinas) yang aktif

melakukan pendaftaran UMK.

6. Insentif Pembiayaan:

Kegiatan usaha dapat dijadikan agunan pinjaman untuk

UMK

7. Dana Alokasi Khusus

Pemerintah memprioritaskan penggunaan DAK untuk

mendanai kegiatan pengembangan dan pemberdayaan

UMKM

8. Perkoperasian

Kemudahan pendirian koperasi dan perluasan kegiatan

koperasi berdasarkan prinsip Syariah.

Klaster #4:

Page 29: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

29Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

1. Kemudahan Pendirian Badan Usaha:

a. Penghapusan persyaratan modal Rp 50 juta untuk

pendirian PT, jumlah modal yang disetorkan kedalam PT

diserahkan kepada pendiri.

b. PT untuk UMK dapat didirikan oleh perseorangan yang

tidak memerlukan akta pendirian, cukup pernyataan

pendirian perseroan yang disahkan secara elektronik oleh

Menteri Hukum dan HAM (biaya pengesahan dapat

dibebaskan).

c. Fasilitasi pendaftaran PT untuk UMK dapat dilakukan oleh

K/L, Dinas Daerah, BUMN/ BUMS yang bergerak di

bidang Pembiayaan Mikro.

d. Perubahan PT untuk UMK dibuat dalam akta notaris dan

diberitahukan secara elektronik kepada Menteri Hukum

dan HAM.

f.

2. Kemudahan Dalam Proses:

a. Keimigrasian:

• Kemudahan bagi investor untuk mendapatkan Izin

Tinggal Sementara (ITAS)/Izin Tinggal Tetap (ITAP)

dengan penerapan deposit sebagai pengganti jaminan.

• Kemudahan untuk mendapatkan visa untuk kegiatan

maintenance, vokasi, start up, kunjungan bisnis,

penelitian.

b. Paten: Menghapus kewajiban pemegang paten untuk

membuat produk atau menggunakan proses di Indonesia

(fleksibilitas).

c. Jaminan ketersediaan bahan baku dan/atau bahan

penolong impor untuk industri.

d. Mencabut Izin Gangguan (Staatblad Tahun 1926 Nomor

226 jo. Staatblad Tahun 1940 Nomor 450 tentang

Undang-Undang Gangguan/ Hinder Ordonnantie) dan Izin

Gangguan tidak termasuk sebagai retribusi daerah (UU

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah).

e. Ketentuan Wajib Daftar Perusahaan tidak berlaku dengan

adanya pendaftaran melalui perizinan elektronik.

Klaster #5:

Page 30: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

30Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

3. Pertambangan dan Hilirisasi Minerba

a. Pemberian insentif untuk pengusahaan

pertambangan minerba yang melakukan hilirisasi.

b. Insentif hilirisasi batubara (termasuk gasifikasi):

• tidak dikenai kewajiban Domestic Market

Obligation (DMO).

• pengenaan royalti batubara 0%.

• jangka waktu izin selama umur tambang.

c. Insentif hilirisasi mineral berupa jangka waktu izin

selama umur tambang.

d. Luas wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus

(IUPK) Operasi Produksi (OP) Perpanjangan

diberikan sesuai dengan rencana kegiatan pada

seluruh wilayah perjanjian yang telah disetujui.

e. Wilayah yang dilepaskan dari wilayah IUPK OP

Perpanjangan ditetapkan menjadi Wilayah

Pencadangan Negara (WPN).

4. Minyak dan Gas Bumi

a. Pemerintah sebagai pemegang Kuasa

Pertambangan membentuk BUMN Khusus untuk

melakukan kegiatan usaha hulu Minyak dan Gas

Bumi.

b. Pembentukan BUMN Khusus dapat dilakukan.

c. Pemerintah tetap dapat menugaskan Badan usaha

swasta untuk melaksanakan kegiatan usaha hulu

migas.

5. Badan Usaha Milik Desa (BUM Des)

a. BUM Des sebagai badan hukum

b. Pengesahan badan hukum oleh Menteri Hukum

dan HAM melalui sistem online

Klaster #5:

Page 31: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

31Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Klaster #6:

1. Kebijakan perdagangan luar negeri memberikan keberpihakan kepada produk

inovasi nasional.

2. Pemerintah dapat melakukan penugasan khusus kepada BUMN dan Swasta untuk

melakukan riset, pengembangan, dan inovasi.

Page 32: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

32Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Klaster #7:

1. Presiden sebagai Kepala Pemerintahan melaksanakan seluruh kewenangan pemerintahan.

2. Kewenangan Menteri/Kepala dan Pemda merupakan pelaksanaan kewenangan Presiden.

3. Presiden menetapkan NSPK yang dilaksanakan oleh Menteri/ Kepala dan/atau Pemda.

4. NSPK bersifat standar dan mengacu kepada best practices.

5. Presiden berwenang membatalkan Perda melalui Peraturan Presiden.

6. Pelayanan perizinan dilakukan secara elektronik sesuai NSPK.

7. Permohonan perizinan dianggap dikabulkan secara hukum apabila batas waktu sesuai Service Level

Agreement (SLA) telah terlewati (tidak perlu penetapan oleh pengadilan).

8. Pengawasan pelaksanaan perizinan dapat dilakukan oleh profesi ahli (bersertifikat).

Page 33: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

33Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Klaster #8:

1. Pemisahan penerapan sanksi administratif (administrative law) dengan penerapan sanksi

pidana (criminal law).

2. Pengenaan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan KUHP dan/atau UU Tindak Pidana

korupsi.

3. Sanksi administratif berupa peringatan, pembekuan izin, pencabutan izin, dan denda.

4. Sanksi pidana dapat diterapkan untuk pengenaan sanksi administratif yang tidak

ditindaklanjuti dalam rangka kepastian penegakan hukum (ultimum remedium).

Page 34: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

34Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Klaster #9:

1. Pengadaan Tanah:

a. Mempercepat Proses Pengadaan Tanah dalam Kawasan

Hutan, Tanah Kas Desa, Tanah Wakaf dan Tanah Aset.

b. Kementerian ATR/BPN membantu instansi yang

memerlukan tanah, dalam menyusun DPPT (Dokumen

Perencanaan Pengadaan Tanah).

c. Jangka waktu berlakunya Penetapan Lokasi (Penlok)

diberikan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang

tanpa memulai proses dari awal.

d. Kepemilikan saham dan lahan pengganti sebagai bentuk

ganti rugi pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

e. Percepatan pelepasan tanah yang dimiliki Pemerintah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum.

f. Pengadaan lahan dalam kawasan hutan melalui

mekanisme perubahan peruntukan atau pelepasan

kawasan hutan untuk Proyek Strategis Nasional (PSN).

g. Pembentukan Bank Tanah.

h. HGB diatas tanah HPL dan di KEK diberikan untuk

sekaligus dalam jangka waktu 90 tahun.

i. HGU atau Hak Pakai diatas tanah HPL dapat diberikan

perperpanjangan sekaligus.

2. Kawasan Hutan

a. Ketentuan persentase luas minimal kawasan hutan

yang harus dipertahankan diatur dalam PP.

b. Perubahan peruntukan kawasan hutan yang

berdampak penting dan cakupan yang luas serta

bernilai strategis, ditetapkan oleh Pemerintah.

c. Pengukuhan kawasan hutan memperhatikan

RTRW dan pengintegrasian ke dalam Kebijakan

Satu Peta (One Map Policy) dan pelaksanaan

pengukuhan memanfaatkan teknologi informasi

serta koordinat geografis/satelit.

Page 35: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

35Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

2. Kemudahan Proyek Strategis Nasional

a. Pemerintah menyediakan lahan (tanah atau kawasan hutan)

yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek strategis nasional

dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN, atau

BUMD.

b. Penyediaan lahan mempertimbangkan kemampuan

keuangan negara dan kesinambungan fiskal.

c. Pengadaan lahan dapat dilakukan oleh swasta (pelaksana

kegiatan) apabila tidak tersedia anggaran pemerintah.

d. Swasta dapat melakukan pinjaman sebagai dana talangan

(bridging finance) untuk pengadaan lahan.

e. Pemerintah menyediakan seluruh perizinan yang diperlukan

dalam pelaksanaan proyek straetgis nasional.

1. Investasi Pemerintah

a. Membentuk Lembaga Sovereign Wealth Fund

(SWF) untuk mengelola dan menempatkan sejumlah

dana dan/atau aset negara.

b. Lembaga SWF berbentuk badan hukum Indonesia

yang sepenuhnya dimiliki Pemerintah.

c. Lembaga SWF dapat melaksanakan investasi secara

langsung atau tidak langsung dan melakukan

kerjasama dengan pihak lain.

d. Kerugian Lembaga SWF bukan kerugian keuangan

negara.

e. Aset Lembaga SWF dapat berupa: penyertaan modal

negara, hasil pengembangan usaha/aset, aset

BUMN, hibah, dan sumber lainnya yang sah.

f. Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab

dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP).

Klaster #10:

Page 36: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

36Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

1. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK):

a. Administrator KEK berwenang (otoritas) melaksanakan perizinan, pelayanan, insentif dan kemudahan di KEK

berdasarkan NSPK.

b. Administrator ditunjuk dan ditetapkan oleh Dewan Nasional dari profesional (ASN atau Non ASN) melalui seleksi

terbuka.

c. KEK sepenuhnya berada dibawah pengendalian Dewan Nasional.

d. Tanah KEK sebagai insentif investasi, terutama tanah KEK yang dimiliki oleh Pemerintah atau BUMN.

e. Fasilitas KEK dapat diberikan pada KPBPB yang wilayahnya sudah di enklave (tanpa mengubah status KPBPB

menjadi KEK).

2. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB)

a. Kelembagaan KPBPB.

b. Cukai untuk konsumsi sesuai dengan ketentuan UU Cukai.

c. Badan Pengusahaan berwenang (otoritas) melaksanakan perizinan, pelayanan, insentif dan kemudahan di KPBPB

berdasarkan NSPK.

Klaster #11:

Page 37: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

4. STRUKTUR RUU

CIPTA KERJA

Page 38: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

38Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Struktur RUU Cipta Kerja

RUU Cipta Kerja terdiri dari 15 Bab dan 174 Pasal

Struktur dan Substansi Pengaturan RUU Cipta Kerja: Bab I: Ketentuan Umum

Bab II: Maksud dan Tujuan

Bab III: Peningkatan Ekosistem Investasi dan Kegiatan Berusaha1. Penerapan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko

2. Penyederhanaan Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha dan PengadaanLahan:

a. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruangb. Persetujuan Lingkunganc. Persetujuan Bangunan Gedung dan Sertifikat Laik Fungsi

3. Penyederhanaan Perizinan Berusaha Sektor serta Kemudahan dan PersyaratanInvestasi

a. Penyeragaman konsepsi Perizinan Berusaha (standar) dengan penerapanRisk Based Approach

b. Pengaturan kewenangan penerbitan Perizinan Berusaha yang diatur NSPK

c. Pengaturan Perizinan Berusaha pada15 Sektord. Persyaratan Investasi Pada Sektor Tertentu

Bab IV: Ketenagakerjaan

1. Pengupahan dan Upah Minimum, 2. Pesangon PHK, 3. Waktu Kerja, 4. Perizinan

TKA (Ahli) untuk keadaan darurat, vokasi, start-up, kunjungan bisnis, dan penelitianuntuk jangka waktu tertentu, 5. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), 6.

Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan (alih daya), 7. Program JamimanKehilangan Pekerjaan (JKP), 8. Penghargaan Lainnya (Sweetener).

Bab V: Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan UMKM serta

Perkoperasian

1. Kriteria UMK-M, 2. Basis Data Tunggal, 3. Pengelolaan Terpadu UMK, 4.Kemitraan, 5. Kemudahan Perizinan Berusaha, 6. Insentif Fiskal dan

Pembiayaan, 7. Dana Alokasi Khusus, Bantuan dan Perlindungan Hukum,Pengadaan Barang dan Jasa, dan Sistem/Aplikasi Pembukuan/Pencatatan

keuangan, 8. Partisipasi dalam Pengusahaan Tempat Istirahat dan Pelayanan diJalan Tol, 9. Perkoperasian.

Bab VI: Kemudahan Berusaha

1. Kemudahan Keimigrasian untuk penanaman modal asing (penjaminandapat berupa deposit)

2. Kemudahan atas paten untuk membuat produk atau menggunakan prosesdi Indonesia (fleksibilitas).

3. Kemudahaan pendirian Perseroan Terbatas (PT) dan pendirian PT untuk

Usaha Mikro dan Kecil (dapat didirikan oleh 1 orang).4. MencabutUndang-Undang Gangguan (Izin Gangguan).

5. Ketersediaan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong Bagi Industri danpengaturan atas importasi komoditas perikanan dan komoditas pergaraman.

6. Mencabutketentuan Wajib Daftar Perusahaan.

7. Mendorong BUMDes berbentuk Badan Hukum.

Bab VII: Dukungan Riset dan Inovasi

Pemerintah dapat melakukan penugasan khusus kepada BUMN untukpemanfaatan umum, riset, pengembangan, dan inovasi.

Page 39: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

39Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Struktur RUU Cipta Kerja

Bab VIII: Pengadaan Lahan

1. Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum)2. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan3. Pertanahan: Pembentukan Bank Tanah, penguatan Hak Pengelolaan (HPL), Satuan

Rumah Susun untuk Orang Asing, Pemberian Hak Atas Tanah/Hak Pengelolaan padaRuang Atas Tanah dan Ruang Bawah Tanah

Bab IX: Kawasan Ekonomi1. Kawasan Ekonomi Khusus2. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

Bab X: Investasi Pemerintah Pusat dan Kemudahan Proyek Strategis Nasional1. Investasi Pemerintah Pusat

• Membentuk Lembaga Pengelola Investasi Pemerintah Pusat (Sovereign Wealth Fund) untuk mengelola dan menempatkan sejumlah dana dan/atau aset negara.

2. Kemudahan Proyek Strategis Nasional

• Pemerintah bertanggung jawab dalam menyediakan lahan dan Perizinan Berusaha bagi proyek strategis nasional dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN,

atau BUMD.• Dalam hal pengadaan lahan belum dapat dilaksanakan oleh Pemerintah,

pengadaan lahan untuk proyek strategis nasional dapat dilakukan oleh badan

usahaBab XI: Pelaksanaan Administrasi Pemerintahan Untuk Mendukung Cipta Kerja

1. Presiden sebagai Kepala Pemerintahan melaksanakan seluruh kewenangan pemerintahan.

2. Kewenangan Menteri/Kepala dan Pemda merupakan pelaksanaan kewenangan

Presiden.3. Presiden menetapkan NSPK yang dilaksanakan oleh Menteri/Kepala dan/atau Pemda.

4. NSPK bersifat standar dan mengacu kepada best practices.

5. Perda Provinsi dan peraturan gubernur dan/atau Perda Kabupaten/Kota dan

peraturan bupati/wali kota, yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik dapat dibatalkan dan dicabut dan dinyatakan

tidak berlaku dengan Peraturan Presiden.6. Pelayanan perizinan dilakukan secara elektronik sesuai NSPK.

7. Persyaratan penggunaan diskresi.8. Permohonan perizinan dianggap dikabulkan secara hukum apabila batas waktu

sesuai Service Level Agreement (SLA) telah terlewati.

9. Pengawasan pelaksanaan perizinan dapat dilakukan oleh profesi ahli (bersertifikat).

Bab XII: Pengenaan Sanksi1. Mendahulukan pengenaan sanksi administrasi terhadap pelanggaran Perizinan

Berusaha yang bersifat administratif. Pengenaan sanksi pidana merupakan

upaya terakhir (ultimum remedium) atau yang berdampak negatif bagikeamanan, keselamatan, dan lingkungan hidup.

2. Pemerintah berkewajiban melakukan pengawasan dan pembinaan terhadapsetiap pelaksanaan Perizinan Berusaha yang dilakukan oleh pemegangPerizinan Berusaha yang dilakukan oleh Aparatur Sipil Negara

Bab XIII: Ketentuan Lain-Lain Pemerintah Pusat berwenang mengubah ketentuan dalam Undang-Undang ini

dan/atau mengubah ketentuan dalam Undang-Undang yang tidak diubah dalamUndang-Undang ini setelah berkonsultasi dengan pimpinan DPR RI.Bab XIV: Ketentuan Peralihan

Bab XV: Ketentuan Penutup

Page 40: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

40Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja

Bab III: Peningkatan Ekosistem Investasi dan Kegiatan Berusaha

1. Penerapan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko

2. Penyederhanaan Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha dan Pengadaan Lahan:

a) KesesuaianKegiatan Pemanfaatan Ruang (Persetujuan Lingkungan

b) Pemenuhan Standar Bangunan dan Sertifikat Laik Fungsi

3. Penyederhanaan Perizinan Berusaha Sektor

a) Pokok pengaturan terhadap 15 sektor kegiatan yang memerlukan Perizinan Berusaha menyangkut:

➢ Penyeragaman konsepsi Perizinan Berusaha (standar) dengan penerapan Risk Based Approach; dan

➢ Pengaturan kewenangan terhadap penerbitan Perizinan Berusaha sektor dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah

diatur dalam Peraturan Pemerintah (NSPK).

➢ Pengaturan kembali mengenai kewenangan Penyidik PNS.

b) Pengaturan Perizinan Berusaha pada Sektor

➢ Kelautan dan Perikanan, Pertanian, Kehutanan, Energi dan Sumber Daya Mineral, Ketenaganukliran, Perindustrian,

Perdagangan, Metrologi Legal, Jaminan Produk Halal, dan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat, Transportasi, Kesehatan, obat dan Makanan, Pendidikan dan Kebudayaan, Kepariwisataan,

Keagamaan, Pos, telekomunikasi, dan penyiaran, Pertahanan dan keamanan

4. Persyaratan Investasi Pada Sektor Tertentu

Penanaman Modal, Perbankan, Perbankan Syariah, Pers

Page 41: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

41Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja

1. Upah Minimum: Tidak turun dan menggunakan formulasi pertumbuhan ekonomi daerah dalam menghitung kenaikan

serta formulasi khusus untuk industri padat kaya.

2. Pesangon PHK: Penyesuaian perhitungan besaran pesangon PHK dan menambahkan Program Jaminan Kehilangan

Pekerjaan disampaing program yang telah ada (Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Pensiun,

Jamiman Hari Tua).

3. Waktu Kerja: Selain waktu kerja yang umum diatur juga waktu kerja untuk pekerjaan yang khusus yang waktunya

dapat kurang dari 8 jam/hari (pekerjaan paruh waktu, ekonomi digital) atau pekerjaan yang melebih 8 jam/hari (migas,

pertambangan, perkebunan, pertanian dan perikanan).

4. Pekerja Kontrak (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu/PKWT): Pekerja Kontrak diberikan hak dan perlindungan yang

sama dengan Pekerja Tetap, antara lain dalam hal: Upah, Jaminan Sosial, Perlindungan K3, termasuk kompensasi

pengakhiran hubungan kerja.

5. Alih Daya (Outsourcing): Pengusaha Alih Daya (outsourcing) wajib memberikan hak dan perlindungan yang sama

bagi pekerjanya, baik sebagai Pekerja Kontrak maupun Pekerja Tetap, antara lain dalam hal: Upah, Jaminan Sosial,

Perlindungan K3.

6. Perizinan TKA Ahli: Kemudahan perizinan bagi TKA Ahli yang diperlukan dalam proses produksi dan ekonomi

(maintenance, vokasi, ekonomi digital/startup).

7. Penghargaan Lainnya: Pemberian penghargaan lain di luar upah, dengan besaran maksimal 5x upah yang

disesuaikan dengan masa kerja. Pemberian penghargaan dilaksanakan dalam jangka waktu 1 tahun, dan

penghargaan lainnya tidak berlaku bagi UMK.

Bab IV: Ketenagakerjaan

Page 42: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

42Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja

1. Penetapan kriteria UMKM untuk seluruh sektor.

2. Penerapan Basis Data Tunggal sebagai dasarp pengambilan kebijakan UMK

3. Pemerintah melaksanakan pengelolaan terpadu UMK melalui sinergi dengan pemangku kepentingan.

4. Mendorong Usaha Menengah dan Besar untuk melibatkan UMK dalam kemitraan, memberikan insentif dan

kemudahan.

5. Pendaftaran bagi UMK sebagai kemudahan perizinan tunggal yang meliputi perizinan berusaha, standardisasi dan

sertifikasi (terkait izin edar, jaminan produk halal, dan pangan), dan Hak Kekayaan Intelektual.

6. Pemerintah (K/L) dan Pemda (Dinas) yang aktif melakukan pendaftaran UMK.

7. Kegiatan usaha dapat dijadikan agunan pinjaman untuk UMK

8. Pemerintah memprioritaskan penggunaan DAK untuk mendanai kegiatan pengembangan dan pemberdayaan UMK-M

9. Peningkatan kesejaheraan UMKM dengan mengakomodasi kepentingan UMK untuk berusaha di ruas jalan tol.

10. Penentuan syarat minimal pembentukan koperasi primer sebanyak 3 orang dan koperasi sekunder sebanyak 3

koperasi

11. Pengaturan kehadiran anggota dalam rapat anggota yang dapat dilakukan melalui sistem perwakilan.

12. Pelaksanaan usaha koperasi berdasarkan prinsip syariah

Bab V: Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan UMKM serta Perkoperasian

Page 43: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

43Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja

1. Kemudahan Pendirian Badan Usaha

• Penghapusan persyaratan modal Rp 50 juta

untuk pendirian PT, jumlah modal yang

disetorkan kedalam PT diserahkan kepada

pendiri.

• PT untuk UMK dapat didirikan oleh perseorangan

yang tidak memerlukan akta pendirian, cukup

pernyataan pendirian perseroan yang disahkan

secara elektronik oleh Menteri Hukum dan HAM

• Perubahan PT untuk UMK dibuat dalam akta

notaris dan diberitahukan secara elektronik

kepada Menteri Hukum dan HAM.

2. Keimigrasian

• Nilai Investasi dapat sebagai pengganti jaminan

untuk investor.

• Fleksibilitas antara memperlihatkan dan/atau

menyerahkan Dokumen Perjalanan bagi investor.

• Kemudahan untuk mendapatkan visa untuk

kegiatan maintenance, vokasi, start up,

kunjungan bisnis, penelitian

Bab VI: Kemudahan Berusaha

3. Menghapus kewajiban pemegang paten untuk membuat

produk atau menggunakan proses di Indonesia

(fleksibilitas) pada Undang-Undang Paten.

4. Mencabut Izin Gangguan (Staatblad Tahun 1926 Nomor

226 jo. Staatblad Tahun 1940 Nomor 450 tentang

Undang-Undang Gangguan/ Hinder Ordonnantie).

5. Penghapusan Pajak terkait Izin Gangguan dalam UU

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

6. Mencabut ketentuan Wajib Daftar Perusahaan.

7. Mendorong BUMDes berbentuk Badan Hukum

Bab VII: Dukungan Riset dan Inovasi

• Pemerintah dapat melakukan penugasan khusus

kepada BUMN untuk pemanfaatan umum, riset,

pengembangan, dan inovasi

Page 44: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

44Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja

Bab VIII: Pengadaan Lahan

1) Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum (Pasal 121)

• Mempercepat proses Pengadaan Tanah dalam

Kawasan Hutan, Tanah Kas Desa, Tanah Wakaf

dan Tanah Aset

• Pengadaan lahan dalam kawasan hutan melalui

mekanisme perubahan peruntukan atau pelepasan

kawasan hutan untuk PSN

• Percepatan pelepasan tanah yang dimiliki

Pemerintah bagi pembangunan untuk kepentingan

umum

• Kementerian ATR/BPN membantu instansi yang

memerlukan tanah, dalam menyusun DPPT

(Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah)

• Kepemilikan saham dan lahan pengganti sebagai

bentuk ganti rugi pengadaan tanah untuk

kepentingan umum

• Jangka waktu berlakunya Penetapan Lokasi

(Penlok) diberikan selama 3 tahun dan dapat

diperpanjang tanpa memulai proses dari awal

• Pengumpulan data-data yuridis terkait subjek dan objek

Pengadaan Tanah dapat dilakukan oleh surveyor

berlinsensi.

• Penegasan kewajiban Pengadilan Negeri untuk

menerima penitipan ganti kerugian.

2) Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

3) Pengalihfungsikan Lahan Budidaya Pertanian dan

Lahan Pertangan Pangan Berkelanjutan dapat

dilakukan sepanjang untuk kepentingan umum dan/atau

proyek strategis nasional.

4) Pertanahan Pembentukan Bank Tanah

• Tanah yang dikelola Bank Tanah diberikan HPL yang

dapat diberikan HGU, HGB, dan Hak Pakai dalam

jangka waktu 90 (Sembilan puluh) tahun

• Hak Guna Usaha atau Hak Pakai diatas HPL dapat

diberikan perpanjangan sekaligus.

Page 45: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

45Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja

Bab IX: Kawasan Ekonomi

1. Kawasan Ekonomi Khusus

• Administrator KEK berwenang (otoritas)

melaksanakan perizinan, pelayanan, insentif dan

kemudahan, serta pengawasan di KEK

berdasarkan NSPK.

• Administrator ditunjuk dan ditetapkan oleh

Dewan Nasional dari profesional melalui seleksi

terbuka.

• KEK sepenuhnya berada dibawah pengendalian

Dewan Nasional.

• Penetapan Tanah di KEK yang dapat ditetapkan

sebagai insentif investasi Pelaku Usaha.

• Kewajiban Pemerintah Daerah untuk

mendukung KEK.

• Penegasan penetapan Badan Usaha untuk

melakukan pembangunan di KEK.

• Penerapan pola pengelolaan keuangan BLU

oleh Administrator.

• Penambahan fasilitas untuk impor barang

konsumsi di KEK non industri.

2. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

Kelembagaan KPBPB

• Kelembaan KPBPB

• Penghapusan pembebasan cukai untuk

konsumsi.

• Badan Pengusahaan berwenang (otoritas)

melaksanakan perizinan, pelayanan, insentif dan

kemudahan di KPBPB berdasarkan NSPK

Page 46: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

46Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja

Bab X: Investasi Pemerintah Pusat dan Kemudahan Proyek Pemerintah

1. Investasi Pemerintah Pusat

• Membentuk Lembaga SWF (Sovereign Wealth

Fund) untuk mengelola dan menempatkan sejumlah

dana dan/atau aset negara.

• Lembaga SWF berbentuk badan hukum Indonesia

yang sepenuhnya dimiliki Pemerintah.

• Lembaga Pengelola Investasi dapat melaksanakan

investasi secara langsung maupun tidak langsung,

melakukan kerjasama dengan pihak ketiga, atau

melalui pembentukan entitas khusu yang berbentuk

badan hukum Indonesia atau badan hukum asing.

• Keuntungan dan kerugian investasi yang

dilaksanakan oleh Lembaga Pengelola Investasi

menjadi keuntungan dan kerugian Lembaga

Pengelola Investasi.

• Aset SWF dapat berupa penyertaan modal negara,

hasil pengembangan usaha/aset, aset BUMN, hibah

dan/atau sumber lain yang sah.

• Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan Lembaga Pengelola Investasi dilakukan

oleh akuntan publik yang terdaftar pada BPK.

2. Kemudahan Proyek Pemerintah

• Pemerintah menyediakan lahan (tanah atau

kawasan hutan) yang diperlukan dalam

pelaksanaan proyek.

• Penyediaan lahan mempertimbangkan

kemampuan keuangan negara dan

kesinambungan fiskal.

• Pengadaan lahan dapat dilakukan oleh swasta

(Pelaksana kegiatan apabila tidak tersedia

anggaran pemerintah)

• Swasta dapat melakukan pinjaman sebagai dana

talangan (bridging finance) untuk pengadaan

tanah.

• Pemerintah menyediakan seluruh perizinan yang

diperlukan dalam pelaksanaan proyek Pemerintah

Page 47: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

47Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja

Bab XI: Pelaksanaan Administrasi Pemerintahan Untuk Mendukung Cipta Kerja

1. Presiden sebagai Kepala Pemerintahan melaksanakan seluruh kewenangan pemerintahan.

2. Kewenangan Menteri/Kepala dan Pemda merupakan pelaksanaan kewenangan Presiden.

3. Presiden menetapkan NSPK yang dilaksanakan oleh Menteri/Kepala dan/atau Pemda.

4. NSPK bersifat standar dan mengacu kepada best practices.

5. Presiden berwenang membatalkan Perda melalui Peraturan Presiden.

6. Pelayanan perizinan dilakukan secara elektronik sesuai NSPK.

7. Permohonan perizinan dianggap dikabulkan secara hukum apabila batas waktu sesuai Service Level Agreement

(SLA) telah terlewati (tidak perlu penetapan oleh pengadilan).

8. Pengawasan pelaksanaan perizinan dapat dilakukan oleh profesi ahli (bersertifikat).

Page 48: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

48Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja

Bab XII: Pengenaan Sanksi

Pemerintah Pusat berwenang mengubah ketentuan dalam

Undang-Undang ini dan/atau mengubah ketentuan dalam

Undang-Undang yang tidak diubah dalam Undang-Undang

ini setelah berkonsultasi dengan pimpinan DPR RI.

Perubahan ketentuan tersebut diatur dengan Peraturan

Pemerintah

Bab XIV: Ketentuan Peralihan

Bab XIII: Ketentuan Lain-Lain

• Perizinan Berusaha yang telah terbit sebelum Undang-

Undang ini berlaku, masih tetap berlaku sampai dengan

berakhirnya Perizinan Berusaha, kecuali Perizinan Berusaha

di bidang Kehutanan dapat disesuaikan dengan ketentuan

dalam Undang-Undang ini.

• Perizinan Berusaha yang sedang dalam proses permohonan

sebelum Undang-Undang ini berlaku disesuaikan dengan

ketentuan dalam Undang-Undang ini

1. Pemerintah berkewajiban melakukan pengawasan dan

pembinaan terhadap setiap pelaksanaan Perizinan Berusaha

2. Pelaksanaan pengawasan dan pembinaanAparatur SipilNegara ASN) yang dalam pelaksanaannya dapat bekerjasama

dengan profesi bersertifikat sesuai dengan bidangpengawasan dan pembinaan yang dilakukan.

3. ASN dapat mengenai sanksi administratif kepada pemilikPerizinan Berusaha.

4. Sanksi administratif sebagaimanadimaksud pada ayat (4)

dapat berupa: peringatan, penghentian sementara kegiatanberusaha, pengenaan denda administrative, pengenaan daya

paksa polisional, pencabutan Lisensi/Sertifikasi/Persetujuan, dan/atau pencabutan Perizinan Berusaha.

5. Pemilik Perizinan Berusaha yang menimbulkan dampak

kerusakan pada lingkungan hidup, selain dikenai sanksiadministratif wajib memulihkan kerusakan lingkungan akibat

dari kegiatan/usahanya.

6. Pemerintah berkewajiban melakukan pengawasan terhadapASN dan/atau profesi bersertifikat yang melaksanakan tugas

dan tanggungjawab pengawasan dan pembinaan

Page 49: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

5. PERATURAN PELAKSANAAN RUU

CIPTA KERJA

Page 50: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

50Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Secara paralel dengan proses pembahasan RUU Cipta Kerja bersama DPR RI, masing-masing Menteri/ Kepala Lembaga

menyiapkan regulasi turunan, yang telah diidentifikasi sebanyak 43 regulasi (36 RPP dan 7 RPerpres):

1. NSPK Perizinan Berusaha: RPP NSPK Perizinan Berusaha

2. Kesesuaian Tata Ruang: RPP Penyelenggaraan Tata Ruang, RPP Perubahan PP Informasi Geospasial, Rperpres

Penyelesaian TumpangTindih Pemanfaatan Lahan

3. Persetujuan Lingkungan: RPP Persetujuan Lingkungan

4. Persetujuan Bangunan Gedung: RPP Persetujuan Bangunan Gedung, RPP Standar Teknis Bangunan Gedung,

Rperpres Profesi Arsitek

5. Pesyaratan Investasi: RPerpres Daftar Prioritas Investasi

6. Ketenagakerjaan: RPP tentang Perubahan PP Pengupahan, RPP Penyelenggaraan Program Jaminan Kehilangan

Pekerjaan , RPP Pemutusan Hubungan Kerja dan Pemberian Penghargaan Lainnya, RPP Pelaksaan Hubungan Kerja

dan Waktu Kerja, RPerpres tentang Perubahan Perpres Penggunaan TKA

7. UMK-M dan Koperasi: RPP Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan UMK-M, RPP Perubahan PP Persyaratan

dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, RPP Perubahan PP Jalan Tol

8. Kemudahan Berusaha: RPP Perubahan PP Pelaksanaan UU Keimigrasian, RPP Pelaksanaan UU PT, RPP

Pelaksanaan Kegiatan Minerba, RPP Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi, RPP Badan Hukum BUM Desa, RPP

Ketersediaan Bahan Baku Industri

9. Riset dan Inovasi: RPP Penugasan BUMN dan Badan Usaha Swasta Dalam Pelaksanaan Riset dan Inovasi

*Status: 29 Januari 2020

Page 51: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

51Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

10. Pengadaan Lahan: RPP Pemanfaatan dan Pelepasan Kawasan Hutan, RPP Perubahan PP Perencanaan Kehutanan,

RPerpres tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, RPP Bank Tanah, RPP Pemberian

Hak atas Tanah, RPP Hak Pengelolaan, RPerpres Pemanfaatan Ruang Bawah Tanah dan Ruang Atas Tanah, RPP

Penyelesaian Kebun Kelapa Sawit Dalam Kawasan Hutan, RPerpres Penyelesaian Desa Dalam Kawasan Hutan, RPP

Tanah dan/atau Kawasan Terlantar, RPP Perubahan PP Hak Tanggungan

11. Investasi Pemerintah Pusat: RPP Lembaga Pengelola Investasi

12. Kemudahan Proyek Pemerintah: RPP Kemudahan Proyek Pemerintah

13. Kawasan Ekonomi: RPP Pelaksanaan UU KEK, RPP Pelaksanaan UU KPBPB, RPP Pelaksanaan UU KPBPB

Sabang

14. Administrasi Pemerintahan: RPerpres Penyusunan NSPK, RPerpres Pembatalan Perda

*Status: 29 Januari 2020

Page 52: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

perekonomianRIekon.go.id@perekonomianRI

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

TERIMAKASIHRUU Cipta Kerja

Page 53: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

53Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Rekapitulasi UU dan Pasal Terdampak

1. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil

3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2014 tentang Kelautan

4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

7. Undang-Undang 6 Tahun 2017 tentang Arsitek

8. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana

diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan

9. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan

10. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas

Tanaman

11. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya

Pertanian Berkelanjutan

12. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Petani

13. Undang–Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura

14. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan

Kesehatan Hewan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 2014

15. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

16. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Perusakan Hutan

17. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral

dan Batubara

18. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

19. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi

20. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan

21. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran

22. Undang-Undang 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian

23. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

24. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal

25. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

26. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan

Penilaian Kesesuian

27. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman

28. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

29. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

30. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air

31. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan

Jalan

32. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian

33. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

34. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

35. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

36. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

37. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

38. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

39. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan

40. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional

Page 54: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

54Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Lampiran: Rekapitulasi UU dan Pasal Terdampak (2)

41. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

42. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

43. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran

44. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan

45. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman

46. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

47. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah

Haji dan Umrah

48. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos

49. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

50. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

51. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan

52. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

53. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

54. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

55. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

56. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers

57. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

58. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional

59. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial

60. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan

Menengah

61. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan

62. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

63. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

64. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten

65. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

66. Staatsblad Tahun 1926 Nomor 226 jo. Staatsblad Tahun 1940 Nomor 450

tentang Undang-Undang Gangguan (Hinderordonnantie)

67. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah

68. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam

69. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan

70. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

71. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

72. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

73. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

74. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan

75. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

Page 55: RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja KEMENTERIANKOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA “Ekonomi Unggul, Indonesia

55Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja

KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

Lampiran: Rekapitulasi UU dan Pasal Terdampak (3)

76. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi Undang-

Undang sebagaimana diubah dengan Undang Undang-Undang Nomor 44

Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi Undang-Undang

77. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2000 tentang

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang Menjadi

Undang-Undang

78. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan

79. Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun

2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang