RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja...
Transcript of RANCANGAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA · 2020-02-20 · 5 Rancangan Undang-UndangCipta Kerja...
Jakarta, 12 Februari 2020
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
CIPTA KERJA
PENJELASAN
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
LAMPIRAN:
▪ Rekapitulasi Undang-Undang Terdampak
3 - 12
OUTLINE
01
02
03
04
05
06
07
08
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
20 - 36
13 – 19
Penjelasan:
Rancangan Undang-Undang
CIPTA KERJA
Jakarta, 5 Februari 2020
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
1. Latar Belakang & Pentingnya RUU Cipta Kerja
2. Konsepsi Omnibus Law Dalam RUU Cipta Kerja
3. Substansi RUU Cipta Kerja per Klaster
37 - 484. Struktur RUU Cipta Kerja
5. Peraturan Pelaksanaan RUU Cipta Kerja 49 - 51
1. Latar Belakang danPentingnya RUU
Cipta Kerja
4Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Visi Indonesia 2045: Menjadi 5 Besar Kekuatan Ekonomi Dunia
INDONESIA akan menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2040 (dengan asumsi negara lain tumbuh sesuai tren saat ini)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
2000 2002 2004 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2030 2045
Rank of GDP (PPP Adjusted)
China
India
United States
Indonesia
Japan
Turkey
Brazil
Germany
United Kingdom
Mexico
Russia
France
Korea
Saudi Arabia
Italy
Canada
Sumber: IMF, OECD, Prospera
United States
China
Japan
Germany
India
France
Russia
Italy
Brazil
United Kingdom
Mexico
Spain
Indonesia
Canada
Korea
Saudi Arabia
7
4
5
IndonesiaNegara
Berkembang
Negara
Maju
5Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Pentingnya RUU Cipta Kerja
5Omnibus Law Cipta Kerja“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
1. Dinamika perubahan global, perlu respon yang cepat dan tepat.
Tanpa reformulasi kebijakan, pertumbuhan ekonomi akan
melambat.
2. Dengan RUU Cipta Kerja, diharapkan terjadi perubahan struktur
ekonomi yang akan mampu menggerakkan semua sektor, untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai 5,7% - 6,0% melalui:
• Penciptaan Lapangan Kerja yang berkualitas sebanyak 2,7 sd 3
juta per tahun, dibandingkan 2 s.d. 2,5 juta jika tanpa RUU Ciptaker(Data Tahun 2019: Pengangguran= 7,05 Juta; Angkatan Kerja Baru= 2,24 Juta; Setengah
Penganggur= 8,14 Juta; Pekerja Paruh Waktu= 28,41 Juta; Total= 45,84 Juta)
• Peningkatan Investasi (6,6%-7,0%), yang meningkatkan Income
dan Daya Beli, dan mendorong Peningkatan Konsumsi (5,4%-
5,6%).
• Peningkatan Produktivitas, yang akan diikuti Peningkatan Upah,
sehingga dapat meningkatkan Income, Daya Beli dan Konsumsi.
3. Jika hal ini (RUU) tidak dilakukan, maka lapangan pekerjaan akan
pindah ke negara lain yang lebih kompetitif, Penduduk yang Tidak
Bekerja akan semakin tinggi, dan Indonesia terjebak dalam jebakan
negara berpendapatan menengah (middle income trap).
* Elastisitas tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi diasumsikan 500 ribu lapangan kerja untuk setiap 1% pertumbuhan ekonomi.
Sumber: CEIC
Total Angkatan Kerja yang Bekerja
Tidak Penuh/ T idak Bekerja :
2,24 + 7,05 + 28,41 + 8,14 =
45,84 Juta
6Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Sanksi
PengadaanLahan
Administrasi Pemerintahan
InvestasiKetenagakerjaan
UMKM
Riset & Inovasi
Kemudahan Berusaha
Keterangan:
INVESTASI
(Investment)
PenciptaanUsaha
Baru (Greenfield)
PengembanganUsaha (Brownfield )
Peningkatan
Pendapatan (Income)
Peningkatan
Konsumsi(Consumption)
Peningkatan
Daya Beli
Produksi
Barang & Jasa (Production)
Alur Pikir RUU Cipta Kerja
PERUSAHAAN
Penciptaan Lapangan
Kerja Baru
(Job creation)
Peningkatan
Kesejahteraan
Pekerja
(Welfare Creation)
Y
Pertumbuhan PMTB
6,6%-7,0%
2,6 - 3,0Juta Orang/
Tahun
Income per Capita
USD 5,810-6,000
Upah, Hak Pekerja, Jaminan Sosial dll.
*) Angka target sesuai RPJMN 2020-2024
RUU CIPTA KERJA
Rata-rata pertumbuhan Income per Capita Tahun 2020-2024:
7,5%-8,4%
PDB Sisi Produksi
5,7%-6,0%
5,4%-5,6%
Pertumbuhan Konsumsi RT
Perizinan
InvestasiPemerintah
KawasanEkonomi
Supply
Demand
(Target RPJMN 2024)
Sumber Utama Pertumbuhan Ekonomi (Key-Driver)
*)
Pertumbuhan PDB
5,7%-6,0%
7Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
RUU Cipta Kerja: Langkah Strategis Mewujudkan Visi Indonesia 2045
PDB per kapita/ bulan
PDB per kapita/ bulan
RUU
Cipta Kerja
INDONESIA 2045 Berdaulat, Maju, Adil dan Makmur
• Indonesia menjadi Negara Maju,
dengan ekonomi berkelanjutan
• Perekonomian Indonesia masuk 5
Besar Ekonomi Dunia
• Indoneisa telah keluar dari Jebakan
Negara Berpendapatan Menengah
(Middle Income Trap)
• Tingkat kemiskinan mendekati 0%
• PDB mencapai USD 7 Triliun,
peringkat ke-4 PDB Dunia
• Tenaga Kerja berkualitas.
• Kondisi Global (Eksternal)
o Ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global
o Dinamika geopolitik berbagai belahan dunia
o Perubahan teknologi, industri 4.0, ekonomi digital
• Kondisi Nasional (Internal)
o PertumbuhanEkonomi rata-rata di kisaran 5%
dalam 5 tahun terakhir
o Realisasi Investasi 2018= Rp 721,3 Triliun, 2019 (sd. Q3)= Rp 601,3 Triliun;
o Ketenagakerjaan: Pengangguran= 7,05 Juta orang; Angkatan kerja baru = 2 sd 2,5 Juta Orang/ Tahun,
dan Pekerja informal = 70,49 Juta orang (55,72%)
• PermasalahanEkonomi dan Bisnis
o Tumpang tindih Regulasi
o Efektivitas Investasi yang Rendah
o Tingkat Pengangguran, Angkatan Kerja baru, dan
jumlah Penduduk yang Tidak Bekerja
o Jumlah UMKM besar, namun Produktivitas rendah.
PDB per kapita/ bulan
KONDISI SAAT INIMENUJU 2024 2045
Rp 4,6jt
Rp 6,8-7,0jt
Simplifikasi dan harmonisasi
REGULASI dan PERIZINAN
INVESTASI yang berkualitas
PenciptaanLAPANGAN KERJA
berkualitasdan kesejahteraanPEKERJA yang berkelanjutan
Pemberdayaan UMKM
diperlukan :
Rp 27,0jt
1
2
3
4
7Omnibus Law Cipta Kerja“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Lapangan Kerja
Produktif
8Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Infrastruktur: Belum memadai, utamanya
konektivitas
Sumber DayaManusia adalah kendala
mengikat bagi pertumbuhan ekonomi jangka
menengah-panjang
Fiskal: Rendahnya penerimaan perpajakan
Regulasi dan Institusi adalah penghambat
paling mengikat bagi pertumbuhan ekonomi.
• Regulasi tidak mendukung penciptaan dan
pengembangan bisnis, bahkan cenderung
membatasi, khususnya pada regulasi: (i)
Tenga Kerja; (ii) Investasi, dan (iii)
Perdagangan
• Kualitas institusi rendah
o Korupsi tinggi dan birokrasi tidak
efisien
o Lemahnya koordinasi antar kebijakan
Simplifikasi/ Harmonisasi Regulasi dan Perizinan
Kemudahan berusaha di Indonesia masih di
bawah beberapa negara ASEAN
Sumber: WB Ease of Doing Business Survey 2020
Kemudahan Berusaha (2020)
Saat ini terdapat 8.451 peraturan
pusat dan 15.965 peraturan daerah
yang menggambarkan kompleksitas dan
obesitas regulasi di Indonesia.
Sumber: Kemen Kumham per 23 Januari 2020
1
Penghambat yang paling mengikat
Pengambat yang mengikat
Bukan penghambatmengikat
Penghambat yang paling mengikat berikutnya
(Jika tidak diatasi, akan menghalangi Indonesiauntuk bersaing di era digital dan beralih ke manufaktur bertekonologi tinggi)
Penghambat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
(Ilustrasi Gentong Air)
Sumber: Bappenas
9Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Investasi yang Berkualitas
Rasio Efektifitas Investasi (ICOR)
1. Efektivitas Investasi masih rendah dibandingkan negara peers lain. ICOR = 6.8 artinya dibutuhkan investasi sebesar 6,8% dari PDB
untuk menghasilkan 1% pertumbuhan ekonomi. Rata-rata negara ASEAN hanya membutuhkan investasi sebesar 5% dari PDB.
2. Diharapkan RUU Cipta Kerja dapat meningkatkan realisasi investasi dan memperbaiki efektivitas investasi sehingga ICOR turunmenjadi 6.2 pada tahun 2024.
3. Alokasi Investasi perlu diarahkan agar lebih fokus ke sektor-sektor produktif dan berorientasi ekspor, serta mendoronghilirisasi untukmeningkatkan nilai tambah, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Negara
Rata-rata 2015 - 2017
%PDB Investasi
/PDBICOR
Philippines 6.5 23.6 3.6
Vietnam 6.6 26.9 4.1
India 7.3 30.6 4.2
Malaysia 5.1 25.5 5.0
Thailand 3.4 22.1 6.5
Indonesia 5.0 33.8 6.8
2
Incremental Capital Output Ratio (ICOR):
Rasio investasi kapital (modal) terhadap output, atau tambahan investasi yang
diperlukan untuk meningkatkan 1 unit output (1% pertumbuhan).
Stok Modal Publik(% dari PDB, Harga Konstan 2011 dengan Paritas Daya Beli)
Rerata Dunia (tidak termasuk negara maju): 80.7
0
40
80
120
160
200
Fili
pin
a
Ind
on
esia
Bra
sil
Tu
rki
Ba
ng
lad
esh
Ka
mb
oja
Ind
ia
Vie
tna
m
Th
aila
nd
Ma
laysia
Tio
ng
ko
k
Sumber: IMF Investment and Capital Stock Dataset, 2019
Sumber: Prospera
10Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Penciptaan Lapangan Kerja yang Berkualitas…
Meski tingkat pengangguran terbuka terus turun, Indonesia sangat membutuhkan penciptaan lapangan kerja yang berkualitas.
1. Masih terdapat 7,05 Juta Pengangguran; 2,24 Juta Angkatan Kerja Baru; 8,14 Juta Setengah Penganggur, dan 28,41 Juta Pekerja Paruh
Waktu (45,84 Juta Angkatan Kerja yang bekerja tidak penuh). Jumlah ini= 34,3% dari total Angkatan Kerja, sementarapenciptaan lapangankerja masih berkisar di angka 2 sd. 2,5 Juta per tahunnya.
2. Jumlah penduduk yang bekerja pada kegiatan informal sebanyak 70,49 juta orang (55,72 persendari total penduduk yang bekerja).
3. Dibutuhkan kenaikan upah yang pertumbuhannya sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan produktivitas pekerja.
Sumber: Sakernas*Jumlah dari Pengangguran, Setengah Penganggur,
dan Pekerja Paruh Waktu
Formal Informal
Angkatan Kerja yang
Bekerja Tidak Penuh*
34.3%angkatan kerja
45.8Juta Orang
=
3
34.3
30
32
34
2016 2017 2018 2019
Angkatan Kerja Bekerja Tidak Penuh
(% Angkatan Kerja)
11Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
...dan Kesejahteraan Pekerja yang Berkesinambungan
0
20
40
60
80
6
8
10
12
14
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Bantu
an S
osia
l (ID
R t
n)
Tin
gkat
Kem
iskin
an /
Indeks
Gin
i
Tingkat Kemiskinan (%) Indeks Gini Bantuan Sosial Pemerintah Pusat (IDR tn)
0.4100.393
12.49
9.82
• Perluasan program jaminan dan bantuan sosialmerupakan komitmen pemerintah dalam rangkameningkatkan daya saing dan penguatan kualitas SDM, serta
untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan.
• Melalui dukungan jaminan dan bantuan sosial, total
manfaat tidak hanya diterima oleh Pekerja, namun juga dirasakan oleh Keluarga Pekerja.
• Perlunya jaminan atas hak dan perlindungan untuk semua Pekerja (Pekerja Tetap, Pekerja Kontrak, Pekerja Alih Daya)
guna menjaga dan meningkatkan kesejahteraan Pekerja.
Masa
kehamilan
dan usia dini(0-5 tahun)
Muda
(6-12 tahun)
Dewasa
muda
(13-18 tahun)
Menengah
dan kerja
(19-64 tahun)
Tua
(>65 tahun)
• PKH (pencegahanstunting)
• PKH• PIP SD
• PKH• PIP SMP-SMA• KUR
• KUBE• Dana Desa
• Bidik Misi• PIP Kuliah• JKK & JKM
• JP & JHT• KUR & KUBE• Dana Desa
• JP & JHT• ASLUT
Kartu Pra-Kerja
JKN (PBI)
Rastra, BPNT, dan Kartu Sembako
Subsidi Energi (LPG 3kg, Solar, Mitan)
3
KEMENTERIANKOORDINATORBIDANGPEREKONOMIAN
REPUBLIKINDONESIA
Kontribusi Sektor UMKM
terhadapEkspor Nasional
1. UMKM berkontribusi sekitar 61,07% dari PDB dan menyerap lebihdari 97% dari total tenaga kerja. 98,68% Usaha Mikro merupakan usaha informal, dengan produktifitas yang sangat rendah. Rasio Kewirausahaan Indonesia sebesar 3,47% sedangkan Rasio Kewirausahaan Malaysia sebesar 5,01%.
2. Dengan fleksibilitas pasar tenaga kerja, re-skilling, up-skilling, serta program kesejahteraan pekerja, makaproduktivitas dan pendapatan UMKM akandapat ditingkatkan.
Sumber : World Bank 2015 in Asean SME Pol icy Index 2018
ASEAN SME Policy Index 2018
Sumber: ASEAN SME Policy Index, 2018
4
Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
1
2
3
4
5
6
7
8
9
SINGAPURA
MALAYSIA
THAILAND
INDONESIA
FILIPINA
VIETNAM
BRUNEI
KAMBOJA
LAOS
5.43
5.01
4.47
4.08
4.10
3.47
3.41
2.48
2.39
RANK
10 MYANMAR 2.11
No Aspek Kecil Menengah Besar
Kompetisi
1Pemenuhan sertifikasi
internasional11,3 39,2 85,6
2 Kepemilikan akun bank 12,7 22,3 60,1
3 Kemampuan mengelola usaha 52,6 77,6 71,1
4 Pengalaman manajerial 41 48 50,4
Ko nektivitas
5 Kepemilikan e-mail 7,2 26,2 58,3
6Kepemilikan website
perusahaan15,3 47 70,3
Pe rubahan
7 Audit laporan keuangan 5,3 17,6 42,7
8 Lisensi teknologi asing 53,4 64,5 88
Indeks lebih besar dibanding Usaha Kecil
Sumber: SME Competitiveness Outlook, 2019
Indeks Daya Saing UKM Indonesia
Pemberdayaan UMKM
2. KONSEPSI OMNIBUS LAWDALAM RUU CIPTA KERJA
14Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
KONSEPSI DAN PENERAPAN OMNIBUS LAW
Omnibus law merupakan metode yang digunakan untuk mengganti dan/atau mencabut
ketentuan dalam Undang-Undang, atau mengatur ulang beberapa ketentuan dalam UU ke
dalam satu UU (Tematik).
Definisi
Penerapan di
Indonesia
Secara umum Omnibus Law belum populer di Indonesia namun terdapat beberapa UU yang
sudah menerapkan konsep tersebut, seperti UU Nomor 9 Tahun 2017 tentang Penetapan
Perpu Nomor 1 Tahun 2017 tentang Akses Informasi Keuangan Untuk Kepentingan
Perpajakan menjadi UU yang mencabut beberapa pasal dalam beberapa UU.
Catatan: Omnibus Law bukan untuk Kodifikasi Hukum
Omnibus Law di
Negara Lain
Omnibus Law telah banyak diterapkan di berbagai negara dengan tujuan untuk memperbaiki
regulasi di negaranya masing-masing dalam rangka penciptaan lapangan kerja (job creation) serta
meningkatkan iklim dan daya saing investasi.
15Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
MANFAAT PENERAPAN OMNIBUS LAW
Hiper Regulasi
Terdapat 8.451 peraturan
pusat dan 15.965 peraturan
daerah yang menggambarkan
kompleksitas regulasi di
Indonesia.
(Sumber: Kemenkumham, 23 Jan 2020)
Metode Omnibus mempermudah, menyederhanakan proses dan
meningkatkan produktivitas dalam penyusunan peraturan
Dipangkas
Disederhanakan
Diselaraskan
Omnibus Law sebagai
strategi reformasiregulasi agar penataandilakukan secara
sekaligus terhadapbanyak Peraturan
Perundang-undangan
MANFAAT PENERAPAN OMNIBUS LAW
1. Menghilangkan tumpang
tindih antar PUU;
2. Efisiensi proses perubahan/
pencabutan PUU;
3. Menghilangkan ego
sektoral.
Konsekuensi penerapan Omnibus Law :
• UU existing masih tetap berlaku, kecuali sebagian pasal (materi hukum) yang telah
diganti atau dinyatakan tidak berlaku.
• UU existing tidak diberlakukan lagi, apabila pasal (materi hukum) yang diganti atau
dinyatakan tidak berlaku merupakan inti/ ruh dari undang-undang tersebut.
16Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Naskah Akademik dan Draft RUU Cipta Kerja
Sesuai arahan hasil Ratas, telah disepakati dengan seluruh K/L terkait pada 15 Januari 2020Substansi Pokok
Prolegnas Prioritas
2020
Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada tanggal 22
Januari 2020 telah menetapkan RUU Cipta Kerja masuk dalam Program Legislasi Nasional
(Prolegnas) Prioritas 2020.
Penselarasan Naskah
Akademik
Pengharmonisasian
RUU
• Kemen Hukum dan HAM telah menyelesaikan penyelarasan Naskah Akdemik
• Surat Menteri Hukum dan HAM Nomor : PHN-HN.02.04-04 tanggal 20 Januari 2020
• Kemen Hukum dan HAM telah menyelesaikan pengharmonisasian RUU
• Surat Menteri Hukum dan HAM Nomor : PPE.PP.03.02-107 tanggal 20 Januari 2020
Surat Presiden dan
Penunjukan Wakil
Pemerintah
• Surat Presiden (SurPres) kepada Ketua DPR RI Nomor : R-06/Pres/02/2020 tanggal 7
Februari 2020 mengenai penyampaian RUU Cipta Kerja
• Surat Menteri Sekretaris Negara Nomor : B-105/M.Sesneg/D-1/HK.00.02/02/2020 tanggal 7
Februari 2020 mengenai Penunjukan Wakil Pemerintah untuk membahas RUU Cipta Kerja
17Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
RUU CIPTA KERJA
11 Klaster Pembahasan:
1. Penyederhanaan Perizinan
2. Persyaratan Investasi
3. Ketenagakerjaan
4. Kemudahan,
Pemberdayaan, dan
Perlindungan UMK-M dan
Perkoperasian
5. Kemudahan Berusaha
6. Dukungan Riset & Inovasi
7. Administrasi
Pemerintahan
8. Pengenaan Sanksi
9. Pengadaan Lahan
10. Investasi dan Proyek
Strategis Nasional
11. Kawasan Ekonomi
* Jumlah UU dan Pasal dapat berubah sesuai hasil pembahasan
10. INVESTASI & PROYEK
STRATEGIS NASIONAL
4. KEMUDAHAN,
PERLINDUNGAN UMKM
DAN KOPERASI
18Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
RUU CIPTA KERJA- Klaster #1 : Penyederhanaan Perizinan Berusaha
18 Sub Klaster
Penyederhanaan Perizinan:
a. Lokasi
b. Lingkungan
c. Bangunan Gedung
d. Sektor Pertanian
e. Sektor Kehutanan
f. Sektor Kelautan
Perikanan
g. Sektor ESDM
h. Sektor Ketenaganukliran
i. Sektor Perindustrian
j. Sektor Perdagangan
k. Sektor Kesehatan
Obat & Makanan
l. Sektor Pariwisata
m. Sektor Pendidikan
n. Sektor Keagamaan
o. Sektor Perhubungan
p. Sektor PUPR
q. Sektor Pos,
Telekomunikasi
r. Sektor Pertahanan & Keamanan
RUU CIPTA KERJA
19Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
• Kriteria UMK-M
• Basis Data Tunggal
• Collaborative Processing/Klaster
• Kemudahan Perizinan Tunggal
• Kemitraan, Insentif & Pembiayaan
Sumber Cipta Kerja Klaster Pokok Klaster Pendukung
INVESTASI
UMK-M
PEMERINTAH
• Penyederhanaan Perizinan: 18 Sektor
Ekosistem Investasi
• Persyaratan Investasi
• Ketenagakerjaan
• Kemudahan Berusaha
• Riset dan Inovasi
• Pengadaan Lahan
• Kawasan Ekonomi
Kemudahan, Pemberdayaan, dan
Perlindungan UMKM
Investasi dan ProyekPemerintah
• Investasi Pemerintah
• Kemudahan Proyek Pemerintah
Administrasi
Pemerintahan
Pengenaan Sanksi
RUU
Cipta Kerja
Alur Pengaturan RUU Cipta Kerja
3. SUBSTANSI RUU
CIPTA KERJA
PER KLASTER
21Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
a.Perizinan lokasi menggunakan Peta Digital
RDTR (Rencana Detail Tata Ruang).
b.Pengintegrasian Rencana Tata Ruang (matra
darat) dan Rencana Zonasi (matra laut)
c.Kebijakan Satu Peta (KSP) dan penyelesaian
tumpang tindih Informasi Geospasial Tematik
(IGT)
d.Peninjauan Rencana Tata Ruang (RTR) guna
menjawab dinamika pembangunan
e.Kawasan hutan yang diintegrasikan ke dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
f. Penetapan RDTR dengan Peraturan Kepala
Daerah (Bupati/Walikota).
g.Menteri ATR dapat menetapkan RDTR
apabila tidak ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
Klaster #1:
a.Perizinan lingkungan tetap
dipertahankan
b.Penerapan standar pengelolaan
lingkungan untuk kegiatan risiko
menengah
c.AMDAL untuk kegiatan risiko
tinggi
d.AMDAL disusun oleh profesi
bersertifikat
e.Kelayakan AMDAL dievaluasi
oleh pemerintah atau profesi
bersertifikat.
f. Pengintegrasian AndalLalin ke
dalam Amdal.
a.Perizinan Bangunan Gedung tetap
dipertahankan.
b.Penerapan Standar Teknis Bangunan
Gedung.
c.Bangunan Gedung yang tidak berisiko
tinggi dapat menggunakan prototipe.
d.Bangunan Gedung yang kompleks dan
risiko tinggi wajib mendapatkan
persetujuan pemerintah.
e.Pengawasan pembangunan Gedung
dilakukan per-tahapan proses
konstruksi.
f. Standar teknis bangunan gedung diatur
dengan PP.
g.Penerbitan Sertifikat Laik Fungsi (SLF)
bangunan gedung secara otomatis oleh
Manajemen Konstruksi atau Pengawas.
Perizinan Dasar
Perizinan Bangunan GedungIzin Lokasi Perizinan Lingkungan
22Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
1. Proses perizinan menerapkan standar dan berbasis risiko
(Risk-Based Approach/RBA) dan meninggalkan konsepsi
kegiatan usaha yang berbasis izin (license approach).
2. Kegiatan usaha risiko tinggi wajib mempunyai izin.
3. Kegiatan usaha risiko tinggi adalah yang berdampak
terhadap: kesehatan (health), keselamatan (safety), dan
lingkungan (environment) serta kegiatan pengelolaan
sumber daya alam.
4. Kegiatan usaha risiko menengah menggunakan standar.
5. Kegiatan usaha risiko rendah cukup melalui pendaftaran.
6. Penilaian standar (compliance) dilakukan oleh profesi
bersertifikat.
7. Penataan kewenangan perizinan diatur dalam Norma
Standar Prosedur Kriteria (NSPK).
8. Pemerintah melakukan pengawasan dan inspeksi yang
ketat atas kegiatan usaha risiko tinggi.
Cakupan Perizinan Sektor:
KLASTER 1
b. Kehutanan
c. Kelautan & Perikanan
a. Pertanian
d. Energi dan Sumber Daya Mineral
e. Ketenaganukliran f. Perindustrian
g. Perdagangan
h. Kesehatan Obat dan Makanan
i. Pariwisata j. Pendidikan
k. Keagamaan l. Transportasi m. PUPR
n. Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran
o. Pertahanan dan Keamanan
Klaster #1:
Perizinan Sektor
23Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
1. Menetapkan priority list atas bidang usaha yang didorong untuk investasi
2. Kriteria priority list, yaitu: high-tech/teknologi tinggi, investasi besar, berbasis digital, dan padat karya
3. Bidang usaha yang tertutup untuk kegiatan penanaman modal, didasarkan atas kepentingan nasional, asas
kepatutan dan konvensi internasional
4. Cakupan bidang usaha yang tertutup, yaitu:
a. Perjudian dan Kasino;
b. Budidaya dan Produksi Narkotika Golongan I;
c. Industri Pembuatan Senjata Kimia;
d. Industri Pembuatan Bahan Perusak Lapisan Ozon (BPO);
e. Penangkapan Spesies Ikan yang Tercantum dalam Appendix I;
f. Pemanfaatan (pengambilan) Koral/Karang dari Alam.
5. Menghapus ketentuan persyaratan investasi dalam UU sektor.
6. Status PMA hanya dikaitkan dengan batasan kepemilikan saham asing.
7. Untuk kegiatan usaha UMK-M dapat bermitra dengan modal asing.
Klaster #2:
24Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Klaster #3:
Penjelasan:
a. UM hanya berlaku bagi pekerja baru yang bekerja kurang dari 1 tahun, namun pekerja tersebut tetap dimungkinkan
menerima upah di atas UM dengan memperhatikan kompetensi, pendidikan dan sertifikasi.
b. Pekerja dengan masa kerja 1 tahun ke atas, mengikuti ketentuan upah sesuai dengan struktur upah dan skala upah pada
masing-masing perusahaan.
c. Industri padat karya dapat diberikan insentif berupa perhitungan upah minimum tersendiri, untuk mempertahankan
kelangsungan usaha dan kelangsungan bekerja bagi pekerja.
d. Skema upah per jam dapat diberikan:
• Untuk jenis pekerjaan tertentu (konsultan, pekerjaan paruh waktu, dll), dan jenis pekerjaan baru (ekonomi digital);
• Untuk memberikan hak dan perlindungan bagi pekerja pada jenis pekerjaan tertentu.
• Apabila upah berbasis jam kerja tidak diatur, maka pekerja tidak mendapatkan perlindungan upah.
1. Upah Minimum (UM)
Pokok-Pokok Kebijakan terkait Upah Minimum:
• Kebijakan pengupahan masih tetap menggunakan sistem upah minimum.
• Upah minimum tidak turun dan tidak dapat ditangguhkan.
• Kenaikan upah minimum memperhitungkan pertumbuhan ekonomi daerah.
• Upah per jam dapat diberikan untuk jenis pekerjaan tertentu (konsultan, paruh waktu, ekonomi digital).
25Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Klaster #3:
Penjelasan:
a. Pekerja yang terkena PHK tetap mendapatkan pesangon dan kompensasi PHK lainnya.
b. Untuk memberikan perlindungan bagi pekerja yang terkena PHK, Pemerintah memberikan tambahan
kompensasi berupa Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP):
• Manfaat JKP berupa: 1) Cash Benefit, 2) Vocational Training, 3). Job Placement Access.
• Penambahan manfaat JKP, tidak menambah beban iuran bagi pekerja dan perusahaan.
• Pekerja yang mendapatkan JKP, tetap akan mendapatkan jaminan sosial lainnya yang berupa:
1) Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK); 2) Jaminan Hari Tua (JHT); 3) Jaminan Pensiun (JP); 4)
Jaminan Kematian (JKm); 5) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
c. Untuk memberikan peningkatan perlindungan bagi Pekerja Kontrak, diberikan kompensasi pengakhiran hubungan kerja.
2. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Pokok Kebijakan terkait Pemutusan Hubungan Kerja (PHK):
• Tetap memberikan perlindungan bagi pekerja yang terkena PHK;
• Pekerja yang terkena PHK tetap mendapatkan kompensasi PHK (berupa pesangon, penghargaan masa kerja, dan
kompensasi lainnya).
26Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Klaster #3:
3. Peningkatan Perlindungan Pekerja & Perluasan Lapangan Kerja
Pekerja Kontrak
(Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu/PKWT)
• Perkembangan teknologi digital dan
revolusi industri 4.0, menimbulkan jenispekerjaan baru yang bersifat tidak tetap
dan membutuhkan pekerja untuk jangkawaktu tertentu (Pekerja Kontrak).
• PekerjaKontrak diberikan hak dan
perlindungan yang sama denganPekerja Tetap, antara lain dalam hal:
Upah, Jaminan Sosial, Perlindungan K3, termasuk kompensasi pengakhiranhubungan kerja.
• Dengan dibukanya PKWT untuk semuajenis pekerjaan maka kesempatankerja
lebih terbuka sehinggadapatmeningkatkanperluasankesempatankerja.
Alih Daya (Outsourcing)
• Pengusaha Alih Daya (outsourcing) wajib memberikanhak danperlindungan yang sama bagi
pekerjanya, baik sebagai PekerjaKontrak maupun Pekerja Tetap,
antara lain dalam hal: Upah, Jaminan Sosial, Perlindungan K3.
• Peningkatan perlindungan hak
Pekerja Kontrakpada Alih Dayaberupa hak atas kompensasi
pengakhiran hubungan kerja.
Waktu Kerja
Pengaturanwaktu kerja tetap mengedepankan hak danperlindungan pekerja:
• Waktu kerja normal : o Ditetapkan paling lama 8 jam dalam 1 hari dan 40
jam dalam 1 minggu.
o Pekerjaan yang melebihi jam kerja diberikan Upah Lembur.
o Pelaksanaan jam kerja diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
• Waktu kerja untuk jenis pekerjaan tertentu:
o Pekerjaan yang karena sifatnya dapat diselesaikan
atau membutuhkan waktu kurangdari 8 jam per hari, misalnya pekerjaan paruh waktu, ekonomidigital.
o Pekerjaan pada sektor-sektor tertentu yang melewatibatas maksimal jam kerja normal (lebih 8
jam per hari) misalnya sektor migas, pertambangan, perkebunan, pertanian dan perikanan.
27Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Klaster #3:
Perizinan TKA Ahli
a. Penggunaan TKA dibatasi hanya untuk jenis
pekerjaan tertentu yang tidak dapat
dilakukan oleh pekerja di dalam negeri.
b. TKA yang melakukan kegiatan tertentu,
yaitu: maintenance (darurat), vokasi, start
up, kunjungan bisnis dan penelitian
dibebaskan dari kewajiban RPTKA (Rencana
Penggunaan Tenaga Kerja Asing).
Pemberian Penghargaan Lainnya
(Sweetener)
a. Pemberian Sweetener sebagai tambahan
di luar Upah
b. Besaran Sweetener maksimal 5 X Upah
disesuaikan dengan masa kerja.
c. Pemberian Sweetener diberikan dalam
jangka waktu 1 tahun sejak
diberlakukannya UU.
d. Pemberian Sweetener tidak berlaku bagi
Usaha Mikro dan Kecil (UMK).
4. Perizinan TKA Ahli dan Penghargaan Lainnya (Sweetener)
28Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
1. Kriteria UMKM:
• Kriteria UMK-M disesuaikan dengan bidang usaha.
• Nilai nominal untuk masing-masing bidang usaha
UMK-M ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
(PP).
2. Basis Data Tunggal:
• Basis data tunggal UMK sebagai dasar pengambilan
kebijakan.
• Basis data tunggal dikoordinasikan oleh Kemen
KUKM yang dapat menggunakan data pokok dari K/L
(a.l. NIK di Dukcapil, NPWP di DJP, IKM dari
Kemenperin).
3. Pengelolaan Terpadu UMK Dalam Penataan Klaster
Pengelolaan terpadu UMK dilakukan melalui sinergi
dengan pemangku kepentingan (K/L, Pemda, BUMN,
BUMD, Swasta, Perguruan Tinggi, Asosiasi, dan
lainnya).
4. Kemitraan:
Mendorong Usaha Menengah dan Besar melibatkan
UMK dalam kemitraan melalui pemberian insentif dan
kemudahan.
5. Perizinan Tunggal dan Kemudahan:
a. Pendaftaran bagi UMK sebagai kemudahan perizinan
tunggal
b. Perizinan tunggal sekaligus sebagai pemenuhan: izin
edar, jaminan produk halal, dan sertifikat pangan, serta
Hak Kekayaan Intelektual.
c. Pemerintah (K/L) dan Pemda (Dinas) yang aktif
melakukan pendaftaran UMK.
6. Insentif Pembiayaan:
Kegiatan usaha dapat dijadikan agunan pinjaman untuk
UMK
7. Dana Alokasi Khusus
Pemerintah memprioritaskan penggunaan DAK untuk
mendanai kegiatan pengembangan dan pemberdayaan
UMKM
8. Perkoperasian
Kemudahan pendirian koperasi dan perluasan kegiatan
koperasi berdasarkan prinsip Syariah.
Klaster #4:
29Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
1. Kemudahan Pendirian Badan Usaha:
a. Penghapusan persyaratan modal Rp 50 juta untuk
pendirian PT, jumlah modal yang disetorkan kedalam PT
diserahkan kepada pendiri.
b. PT untuk UMK dapat didirikan oleh perseorangan yang
tidak memerlukan akta pendirian, cukup pernyataan
pendirian perseroan yang disahkan secara elektronik oleh
Menteri Hukum dan HAM (biaya pengesahan dapat
dibebaskan).
c. Fasilitasi pendaftaran PT untuk UMK dapat dilakukan oleh
K/L, Dinas Daerah, BUMN/ BUMS yang bergerak di
bidang Pembiayaan Mikro.
d. Perubahan PT untuk UMK dibuat dalam akta notaris dan
diberitahukan secara elektronik kepada Menteri Hukum
dan HAM.
f.
2. Kemudahan Dalam Proses:
a. Keimigrasian:
• Kemudahan bagi investor untuk mendapatkan Izin
Tinggal Sementara (ITAS)/Izin Tinggal Tetap (ITAP)
dengan penerapan deposit sebagai pengganti jaminan.
• Kemudahan untuk mendapatkan visa untuk kegiatan
maintenance, vokasi, start up, kunjungan bisnis,
penelitian.
b. Paten: Menghapus kewajiban pemegang paten untuk
membuat produk atau menggunakan proses di Indonesia
(fleksibilitas).
c. Jaminan ketersediaan bahan baku dan/atau bahan
penolong impor untuk industri.
d. Mencabut Izin Gangguan (Staatblad Tahun 1926 Nomor
226 jo. Staatblad Tahun 1940 Nomor 450 tentang
Undang-Undang Gangguan/ Hinder Ordonnantie) dan Izin
Gangguan tidak termasuk sebagai retribusi daerah (UU
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah).
e. Ketentuan Wajib Daftar Perusahaan tidak berlaku dengan
adanya pendaftaran melalui perizinan elektronik.
Klaster #5:
30Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
3. Pertambangan dan Hilirisasi Minerba
a. Pemberian insentif untuk pengusahaan
pertambangan minerba yang melakukan hilirisasi.
b. Insentif hilirisasi batubara (termasuk gasifikasi):
• tidak dikenai kewajiban Domestic Market
Obligation (DMO).
• pengenaan royalti batubara 0%.
• jangka waktu izin selama umur tambang.
c. Insentif hilirisasi mineral berupa jangka waktu izin
selama umur tambang.
d. Luas wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus
(IUPK) Operasi Produksi (OP) Perpanjangan
diberikan sesuai dengan rencana kegiatan pada
seluruh wilayah perjanjian yang telah disetujui.
e. Wilayah yang dilepaskan dari wilayah IUPK OP
Perpanjangan ditetapkan menjadi Wilayah
Pencadangan Negara (WPN).
4. Minyak dan Gas Bumi
a. Pemerintah sebagai pemegang Kuasa
Pertambangan membentuk BUMN Khusus untuk
melakukan kegiatan usaha hulu Minyak dan Gas
Bumi.
b. Pembentukan BUMN Khusus dapat dilakukan.
c. Pemerintah tetap dapat menugaskan Badan usaha
swasta untuk melaksanakan kegiatan usaha hulu
migas.
5. Badan Usaha Milik Desa (BUM Des)
a. BUM Des sebagai badan hukum
b. Pengesahan badan hukum oleh Menteri Hukum
dan HAM melalui sistem online
Klaster #5:
31Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Klaster #6:
1. Kebijakan perdagangan luar negeri memberikan keberpihakan kepada produk
inovasi nasional.
2. Pemerintah dapat melakukan penugasan khusus kepada BUMN dan Swasta untuk
melakukan riset, pengembangan, dan inovasi.
32Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Klaster #7:
1. Presiden sebagai Kepala Pemerintahan melaksanakan seluruh kewenangan pemerintahan.
2. Kewenangan Menteri/Kepala dan Pemda merupakan pelaksanaan kewenangan Presiden.
3. Presiden menetapkan NSPK yang dilaksanakan oleh Menteri/ Kepala dan/atau Pemda.
4. NSPK bersifat standar dan mengacu kepada best practices.
5. Presiden berwenang membatalkan Perda melalui Peraturan Presiden.
6. Pelayanan perizinan dilakukan secara elektronik sesuai NSPK.
7. Permohonan perizinan dianggap dikabulkan secara hukum apabila batas waktu sesuai Service Level
Agreement (SLA) telah terlewati (tidak perlu penetapan oleh pengadilan).
8. Pengawasan pelaksanaan perizinan dapat dilakukan oleh profesi ahli (bersertifikat).
33Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Klaster #8:
1. Pemisahan penerapan sanksi administratif (administrative law) dengan penerapan sanksi
pidana (criminal law).
2. Pengenaan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan KUHP dan/atau UU Tindak Pidana
korupsi.
3. Sanksi administratif berupa peringatan, pembekuan izin, pencabutan izin, dan denda.
4. Sanksi pidana dapat diterapkan untuk pengenaan sanksi administratif yang tidak
ditindaklanjuti dalam rangka kepastian penegakan hukum (ultimum remedium).
34Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Klaster #9:
1. Pengadaan Tanah:
a. Mempercepat Proses Pengadaan Tanah dalam Kawasan
Hutan, Tanah Kas Desa, Tanah Wakaf dan Tanah Aset.
b. Kementerian ATR/BPN membantu instansi yang
memerlukan tanah, dalam menyusun DPPT (Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah).
c. Jangka waktu berlakunya Penetapan Lokasi (Penlok)
diberikan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang
tanpa memulai proses dari awal.
d. Kepemilikan saham dan lahan pengganti sebagai bentuk
ganti rugi pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
e. Percepatan pelepasan tanah yang dimiliki Pemerintah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum.
f. Pengadaan lahan dalam kawasan hutan melalui
mekanisme perubahan peruntukan atau pelepasan
kawasan hutan untuk Proyek Strategis Nasional (PSN).
g. Pembentukan Bank Tanah.
h. HGB diatas tanah HPL dan di KEK diberikan untuk
sekaligus dalam jangka waktu 90 tahun.
i. HGU atau Hak Pakai diatas tanah HPL dapat diberikan
perperpanjangan sekaligus.
2. Kawasan Hutan
a. Ketentuan persentase luas minimal kawasan hutan
yang harus dipertahankan diatur dalam PP.
b. Perubahan peruntukan kawasan hutan yang
berdampak penting dan cakupan yang luas serta
bernilai strategis, ditetapkan oleh Pemerintah.
c. Pengukuhan kawasan hutan memperhatikan
RTRW dan pengintegrasian ke dalam Kebijakan
Satu Peta (One Map Policy) dan pelaksanaan
pengukuhan memanfaatkan teknologi informasi
serta koordinat geografis/satelit.
35Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
2. Kemudahan Proyek Strategis Nasional
a. Pemerintah menyediakan lahan (tanah atau kawasan hutan)
yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek strategis nasional
dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN, atau
BUMD.
b. Penyediaan lahan mempertimbangkan kemampuan
keuangan negara dan kesinambungan fiskal.
c. Pengadaan lahan dapat dilakukan oleh swasta (pelaksana
kegiatan) apabila tidak tersedia anggaran pemerintah.
d. Swasta dapat melakukan pinjaman sebagai dana talangan
(bridging finance) untuk pengadaan lahan.
e. Pemerintah menyediakan seluruh perizinan yang diperlukan
dalam pelaksanaan proyek straetgis nasional.
1. Investasi Pemerintah
a. Membentuk Lembaga Sovereign Wealth Fund
(SWF) untuk mengelola dan menempatkan sejumlah
dana dan/atau aset negara.
b. Lembaga SWF berbentuk badan hukum Indonesia
yang sepenuhnya dimiliki Pemerintah.
c. Lembaga SWF dapat melaksanakan investasi secara
langsung atau tidak langsung dan melakukan
kerjasama dengan pihak lain.
d. Kerugian Lembaga SWF bukan kerugian keuangan
negara.
e. Aset Lembaga SWF dapat berupa: penyertaan modal
negara, hasil pengembangan usaha/aset, aset
BUMN, hibah, dan sumber lainnya yang sah.
f. Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP).
Klaster #10:
36Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
1. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK):
a. Administrator KEK berwenang (otoritas) melaksanakan perizinan, pelayanan, insentif dan kemudahan di KEK
berdasarkan NSPK.
b. Administrator ditunjuk dan ditetapkan oleh Dewan Nasional dari profesional (ASN atau Non ASN) melalui seleksi
terbuka.
c. KEK sepenuhnya berada dibawah pengendalian Dewan Nasional.
d. Tanah KEK sebagai insentif investasi, terutama tanah KEK yang dimiliki oleh Pemerintah atau BUMN.
e. Fasilitas KEK dapat diberikan pada KPBPB yang wilayahnya sudah di enklave (tanpa mengubah status KPBPB
menjadi KEK).
2. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB)
a. Kelembagaan KPBPB.
b. Cukai untuk konsumsi sesuai dengan ketentuan UU Cukai.
c. Badan Pengusahaan berwenang (otoritas) melaksanakan perizinan, pelayanan, insentif dan kemudahan di KPBPB
berdasarkan NSPK.
Klaster #11:
4. STRUKTUR RUU
CIPTA KERJA
38Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Struktur RUU Cipta Kerja
RUU Cipta Kerja terdiri dari 15 Bab dan 174 Pasal
Struktur dan Substansi Pengaturan RUU Cipta Kerja: Bab I: Ketentuan Umum
Bab II: Maksud dan Tujuan
Bab III: Peningkatan Ekosistem Investasi dan Kegiatan Berusaha1. Penerapan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
2. Penyederhanaan Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha dan PengadaanLahan:
a. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruangb. Persetujuan Lingkunganc. Persetujuan Bangunan Gedung dan Sertifikat Laik Fungsi
3. Penyederhanaan Perizinan Berusaha Sektor serta Kemudahan dan PersyaratanInvestasi
a. Penyeragaman konsepsi Perizinan Berusaha (standar) dengan penerapanRisk Based Approach
b. Pengaturan kewenangan penerbitan Perizinan Berusaha yang diatur NSPK
c. Pengaturan Perizinan Berusaha pada15 Sektord. Persyaratan Investasi Pada Sektor Tertentu
Bab IV: Ketenagakerjaan
1. Pengupahan dan Upah Minimum, 2. Pesangon PHK, 3. Waktu Kerja, 4. Perizinan
TKA (Ahli) untuk keadaan darurat, vokasi, start-up, kunjungan bisnis, dan penelitianuntuk jangka waktu tertentu, 5. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), 6.
Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan (alih daya), 7. Program JamimanKehilangan Pekerjaan (JKP), 8. Penghargaan Lainnya (Sweetener).
Bab V: Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan UMKM serta
Perkoperasian
1. Kriteria UMK-M, 2. Basis Data Tunggal, 3. Pengelolaan Terpadu UMK, 4.Kemitraan, 5. Kemudahan Perizinan Berusaha, 6. Insentif Fiskal dan
Pembiayaan, 7. Dana Alokasi Khusus, Bantuan dan Perlindungan Hukum,Pengadaan Barang dan Jasa, dan Sistem/Aplikasi Pembukuan/Pencatatan
keuangan, 8. Partisipasi dalam Pengusahaan Tempat Istirahat dan Pelayanan diJalan Tol, 9. Perkoperasian.
Bab VI: Kemudahan Berusaha
1. Kemudahan Keimigrasian untuk penanaman modal asing (penjaminandapat berupa deposit)
2. Kemudahan atas paten untuk membuat produk atau menggunakan prosesdi Indonesia (fleksibilitas).
3. Kemudahaan pendirian Perseroan Terbatas (PT) dan pendirian PT untuk
Usaha Mikro dan Kecil (dapat didirikan oleh 1 orang).4. MencabutUndang-Undang Gangguan (Izin Gangguan).
5. Ketersediaan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong Bagi Industri danpengaturan atas importasi komoditas perikanan dan komoditas pergaraman.
6. Mencabutketentuan Wajib Daftar Perusahaan.
7. Mendorong BUMDes berbentuk Badan Hukum.
Bab VII: Dukungan Riset dan Inovasi
Pemerintah dapat melakukan penugasan khusus kepada BUMN untukpemanfaatan umum, riset, pengembangan, dan inovasi.
39Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Struktur RUU Cipta Kerja
Bab VIII: Pengadaan Lahan
1. Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum)2. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan3. Pertanahan: Pembentukan Bank Tanah, penguatan Hak Pengelolaan (HPL), Satuan
Rumah Susun untuk Orang Asing, Pemberian Hak Atas Tanah/Hak Pengelolaan padaRuang Atas Tanah dan Ruang Bawah Tanah
Bab IX: Kawasan Ekonomi1. Kawasan Ekonomi Khusus2. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Bab X: Investasi Pemerintah Pusat dan Kemudahan Proyek Strategis Nasional1. Investasi Pemerintah Pusat
• Membentuk Lembaga Pengelola Investasi Pemerintah Pusat (Sovereign Wealth Fund) untuk mengelola dan menempatkan sejumlah dana dan/atau aset negara.
2. Kemudahan Proyek Strategis Nasional
• Pemerintah bertanggung jawab dalam menyediakan lahan dan Perizinan Berusaha bagi proyek strategis nasional dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN,
atau BUMD.• Dalam hal pengadaan lahan belum dapat dilaksanakan oleh Pemerintah,
pengadaan lahan untuk proyek strategis nasional dapat dilakukan oleh badan
usahaBab XI: Pelaksanaan Administrasi Pemerintahan Untuk Mendukung Cipta Kerja
1. Presiden sebagai Kepala Pemerintahan melaksanakan seluruh kewenangan pemerintahan.
2. Kewenangan Menteri/Kepala dan Pemda merupakan pelaksanaan kewenangan
Presiden.3. Presiden menetapkan NSPK yang dilaksanakan oleh Menteri/Kepala dan/atau Pemda.
4. NSPK bersifat standar dan mengacu kepada best practices.
5. Perda Provinsi dan peraturan gubernur dan/atau Perda Kabupaten/Kota dan
peraturan bupati/wali kota, yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik dapat dibatalkan dan dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku dengan Peraturan Presiden.6. Pelayanan perizinan dilakukan secara elektronik sesuai NSPK.
7. Persyaratan penggunaan diskresi.8. Permohonan perizinan dianggap dikabulkan secara hukum apabila batas waktu
sesuai Service Level Agreement (SLA) telah terlewati.
9. Pengawasan pelaksanaan perizinan dapat dilakukan oleh profesi ahli (bersertifikat).
Bab XII: Pengenaan Sanksi1. Mendahulukan pengenaan sanksi administrasi terhadap pelanggaran Perizinan
Berusaha yang bersifat administratif. Pengenaan sanksi pidana merupakan
upaya terakhir (ultimum remedium) atau yang berdampak negatif bagikeamanan, keselamatan, dan lingkungan hidup.
2. Pemerintah berkewajiban melakukan pengawasan dan pembinaan terhadapsetiap pelaksanaan Perizinan Berusaha yang dilakukan oleh pemegangPerizinan Berusaha yang dilakukan oleh Aparatur Sipil Negara
Bab XIII: Ketentuan Lain-Lain Pemerintah Pusat berwenang mengubah ketentuan dalam Undang-Undang ini
dan/atau mengubah ketentuan dalam Undang-Undang yang tidak diubah dalamUndang-Undang ini setelah berkonsultasi dengan pimpinan DPR RI.Bab XIV: Ketentuan Peralihan
Bab XV: Ketentuan Penutup
40Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja
Bab III: Peningkatan Ekosistem Investasi dan Kegiatan Berusaha
1. Penerapan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
2. Penyederhanaan Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha dan Pengadaan Lahan:
a) KesesuaianKegiatan Pemanfaatan Ruang (Persetujuan Lingkungan
b) Pemenuhan Standar Bangunan dan Sertifikat Laik Fungsi
3. Penyederhanaan Perizinan Berusaha Sektor
a) Pokok pengaturan terhadap 15 sektor kegiatan yang memerlukan Perizinan Berusaha menyangkut:
➢ Penyeragaman konsepsi Perizinan Berusaha (standar) dengan penerapan Risk Based Approach; dan
➢ Pengaturan kewenangan terhadap penerbitan Perizinan Berusaha sektor dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah
diatur dalam Peraturan Pemerintah (NSPK).
➢ Pengaturan kembali mengenai kewenangan Penyidik PNS.
b) Pengaturan Perizinan Berusaha pada Sektor
➢ Kelautan dan Perikanan, Pertanian, Kehutanan, Energi dan Sumber Daya Mineral, Ketenaganukliran, Perindustrian,
Perdagangan, Metrologi Legal, Jaminan Produk Halal, dan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Transportasi, Kesehatan, obat dan Makanan, Pendidikan dan Kebudayaan, Kepariwisataan,
Keagamaan, Pos, telekomunikasi, dan penyiaran, Pertahanan dan keamanan
4. Persyaratan Investasi Pada Sektor Tertentu
Penanaman Modal, Perbankan, Perbankan Syariah, Pers
41Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja
1. Upah Minimum: Tidak turun dan menggunakan formulasi pertumbuhan ekonomi daerah dalam menghitung kenaikan
serta formulasi khusus untuk industri padat kaya.
2. Pesangon PHK: Penyesuaian perhitungan besaran pesangon PHK dan menambahkan Program Jaminan Kehilangan
Pekerjaan disampaing program yang telah ada (Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Pensiun,
Jamiman Hari Tua).
3. Waktu Kerja: Selain waktu kerja yang umum diatur juga waktu kerja untuk pekerjaan yang khusus yang waktunya
dapat kurang dari 8 jam/hari (pekerjaan paruh waktu, ekonomi digital) atau pekerjaan yang melebih 8 jam/hari (migas,
pertambangan, perkebunan, pertanian dan perikanan).
4. Pekerja Kontrak (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu/PKWT): Pekerja Kontrak diberikan hak dan perlindungan yang
sama dengan Pekerja Tetap, antara lain dalam hal: Upah, Jaminan Sosial, Perlindungan K3, termasuk kompensasi
pengakhiran hubungan kerja.
5. Alih Daya (Outsourcing): Pengusaha Alih Daya (outsourcing) wajib memberikan hak dan perlindungan yang sama
bagi pekerjanya, baik sebagai Pekerja Kontrak maupun Pekerja Tetap, antara lain dalam hal: Upah, Jaminan Sosial,
Perlindungan K3.
6. Perizinan TKA Ahli: Kemudahan perizinan bagi TKA Ahli yang diperlukan dalam proses produksi dan ekonomi
(maintenance, vokasi, ekonomi digital/startup).
7. Penghargaan Lainnya: Pemberian penghargaan lain di luar upah, dengan besaran maksimal 5x upah yang
disesuaikan dengan masa kerja. Pemberian penghargaan dilaksanakan dalam jangka waktu 1 tahun, dan
penghargaan lainnya tidak berlaku bagi UMK.
Bab IV: Ketenagakerjaan
42Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja
1. Penetapan kriteria UMKM untuk seluruh sektor.
2. Penerapan Basis Data Tunggal sebagai dasarp pengambilan kebijakan UMK
3. Pemerintah melaksanakan pengelolaan terpadu UMK melalui sinergi dengan pemangku kepentingan.
4. Mendorong Usaha Menengah dan Besar untuk melibatkan UMK dalam kemitraan, memberikan insentif dan
kemudahan.
5. Pendaftaran bagi UMK sebagai kemudahan perizinan tunggal yang meliputi perizinan berusaha, standardisasi dan
sertifikasi (terkait izin edar, jaminan produk halal, dan pangan), dan Hak Kekayaan Intelektual.
6. Pemerintah (K/L) dan Pemda (Dinas) yang aktif melakukan pendaftaran UMK.
7. Kegiatan usaha dapat dijadikan agunan pinjaman untuk UMK
8. Pemerintah memprioritaskan penggunaan DAK untuk mendanai kegiatan pengembangan dan pemberdayaan UMK-M
9. Peningkatan kesejaheraan UMKM dengan mengakomodasi kepentingan UMK untuk berusaha di ruas jalan tol.
10. Penentuan syarat minimal pembentukan koperasi primer sebanyak 3 orang dan koperasi sekunder sebanyak 3
koperasi
11. Pengaturan kehadiran anggota dalam rapat anggota yang dapat dilakukan melalui sistem perwakilan.
12. Pelaksanaan usaha koperasi berdasarkan prinsip syariah
Bab V: Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan UMKM serta Perkoperasian
43Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja
1. Kemudahan Pendirian Badan Usaha
• Penghapusan persyaratan modal Rp 50 juta
untuk pendirian PT, jumlah modal yang
disetorkan kedalam PT diserahkan kepada
pendiri.
• PT untuk UMK dapat didirikan oleh perseorangan
yang tidak memerlukan akta pendirian, cukup
pernyataan pendirian perseroan yang disahkan
secara elektronik oleh Menteri Hukum dan HAM
• Perubahan PT untuk UMK dibuat dalam akta
notaris dan diberitahukan secara elektronik
kepada Menteri Hukum dan HAM.
2. Keimigrasian
• Nilai Investasi dapat sebagai pengganti jaminan
untuk investor.
• Fleksibilitas antara memperlihatkan dan/atau
menyerahkan Dokumen Perjalanan bagi investor.
• Kemudahan untuk mendapatkan visa untuk
kegiatan maintenance, vokasi, start up,
kunjungan bisnis, penelitian
Bab VI: Kemudahan Berusaha
3. Menghapus kewajiban pemegang paten untuk membuat
produk atau menggunakan proses di Indonesia
(fleksibilitas) pada Undang-Undang Paten.
4. Mencabut Izin Gangguan (Staatblad Tahun 1926 Nomor
226 jo. Staatblad Tahun 1940 Nomor 450 tentang
Undang-Undang Gangguan/ Hinder Ordonnantie).
5. Penghapusan Pajak terkait Izin Gangguan dalam UU
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
6. Mencabut ketentuan Wajib Daftar Perusahaan.
7. Mendorong BUMDes berbentuk Badan Hukum
Bab VII: Dukungan Riset dan Inovasi
• Pemerintah dapat melakukan penugasan khusus
kepada BUMN untuk pemanfaatan umum, riset,
pengembangan, dan inovasi
44Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja
Bab VIII: Pengadaan Lahan
1) Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum (Pasal 121)
• Mempercepat proses Pengadaan Tanah dalam
Kawasan Hutan, Tanah Kas Desa, Tanah Wakaf
dan Tanah Aset
• Pengadaan lahan dalam kawasan hutan melalui
mekanisme perubahan peruntukan atau pelepasan
kawasan hutan untuk PSN
• Percepatan pelepasan tanah yang dimiliki
Pemerintah bagi pembangunan untuk kepentingan
umum
• Kementerian ATR/BPN membantu instansi yang
memerlukan tanah, dalam menyusun DPPT
(Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah)
• Kepemilikan saham dan lahan pengganti sebagai
bentuk ganti rugi pengadaan tanah untuk
kepentingan umum
• Jangka waktu berlakunya Penetapan Lokasi
(Penlok) diberikan selama 3 tahun dan dapat
diperpanjang tanpa memulai proses dari awal
• Pengumpulan data-data yuridis terkait subjek dan objek
Pengadaan Tanah dapat dilakukan oleh surveyor
berlinsensi.
• Penegasan kewajiban Pengadilan Negeri untuk
menerima penitipan ganti kerugian.
2) Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
3) Pengalihfungsikan Lahan Budidaya Pertanian dan
Lahan Pertangan Pangan Berkelanjutan dapat
dilakukan sepanjang untuk kepentingan umum dan/atau
proyek strategis nasional.
4) Pertanahan Pembentukan Bank Tanah
• Tanah yang dikelola Bank Tanah diberikan HPL yang
dapat diberikan HGU, HGB, dan Hak Pakai dalam
jangka waktu 90 (Sembilan puluh) tahun
• Hak Guna Usaha atau Hak Pakai diatas HPL dapat
diberikan perpanjangan sekaligus.
45Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja
Bab IX: Kawasan Ekonomi
1. Kawasan Ekonomi Khusus
• Administrator KEK berwenang (otoritas)
melaksanakan perizinan, pelayanan, insentif dan
kemudahan, serta pengawasan di KEK
berdasarkan NSPK.
• Administrator ditunjuk dan ditetapkan oleh
Dewan Nasional dari profesional melalui seleksi
terbuka.
• KEK sepenuhnya berada dibawah pengendalian
Dewan Nasional.
• Penetapan Tanah di KEK yang dapat ditetapkan
sebagai insentif investasi Pelaku Usaha.
• Kewajiban Pemerintah Daerah untuk
mendukung KEK.
• Penegasan penetapan Badan Usaha untuk
melakukan pembangunan di KEK.
• Penerapan pola pengelolaan keuangan BLU
oleh Administrator.
• Penambahan fasilitas untuk impor barang
konsumsi di KEK non industri.
2. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Kelembagaan KPBPB
• Kelembaan KPBPB
• Penghapusan pembebasan cukai untuk
konsumsi.
• Badan Pengusahaan berwenang (otoritas)
melaksanakan perizinan, pelayanan, insentif dan
kemudahan di KPBPB berdasarkan NSPK
46Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja
Bab X: Investasi Pemerintah Pusat dan Kemudahan Proyek Pemerintah
1. Investasi Pemerintah Pusat
• Membentuk Lembaga SWF (Sovereign Wealth
Fund) untuk mengelola dan menempatkan sejumlah
dana dan/atau aset negara.
• Lembaga SWF berbentuk badan hukum Indonesia
yang sepenuhnya dimiliki Pemerintah.
• Lembaga Pengelola Investasi dapat melaksanakan
investasi secara langsung maupun tidak langsung,
melakukan kerjasama dengan pihak ketiga, atau
melalui pembentukan entitas khusu yang berbentuk
badan hukum Indonesia atau badan hukum asing.
• Keuntungan dan kerugian investasi yang
dilaksanakan oleh Lembaga Pengelola Investasi
menjadi keuntungan dan kerugian Lembaga
Pengelola Investasi.
• Aset SWF dapat berupa penyertaan modal negara,
hasil pengembangan usaha/aset, aset BUMN, hibah
dan/atau sumber lain yang sah.
• Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan Lembaga Pengelola Investasi dilakukan
oleh akuntan publik yang terdaftar pada BPK.
2. Kemudahan Proyek Pemerintah
• Pemerintah menyediakan lahan (tanah atau
kawasan hutan) yang diperlukan dalam
pelaksanaan proyek.
• Penyediaan lahan mempertimbangkan
kemampuan keuangan negara dan
kesinambungan fiskal.
• Pengadaan lahan dapat dilakukan oleh swasta
(Pelaksana kegiatan apabila tidak tersedia
anggaran pemerintah)
• Swasta dapat melakukan pinjaman sebagai dana
talangan (bridging finance) untuk pengadaan
tanah.
• Pemerintah menyediakan seluruh perizinan yang
diperlukan dalam pelaksanaan proyek Pemerintah
47Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja
Bab XI: Pelaksanaan Administrasi Pemerintahan Untuk Mendukung Cipta Kerja
1. Presiden sebagai Kepala Pemerintahan melaksanakan seluruh kewenangan pemerintahan.
2. Kewenangan Menteri/Kepala dan Pemda merupakan pelaksanaan kewenangan Presiden.
3. Presiden menetapkan NSPK yang dilaksanakan oleh Menteri/Kepala dan/atau Pemda.
4. NSPK bersifat standar dan mengacu kepada best practices.
5. Presiden berwenang membatalkan Perda melalui Peraturan Presiden.
6. Pelayanan perizinan dilakukan secara elektronik sesuai NSPK.
7. Permohonan perizinan dianggap dikabulkan secara hukum apabila batas waktu sesuai Service Level Agreement
(SLA) telah terlewati (tidak perlu penetapan oleh pengadilan).
8. Pengawasan pelaksanaan perizinan dapat dilakukan oleh profesi ahli (bersertifikat).
48Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja
Bab XII: Pengenaan Sanksi
Pemerintah Pusat berwenang mengubah ketentuan dalam
Undang-Undang ini dan/atau mengubah ketentuan dalam
Undang-Undang yang tidak diubah dalam Undang-Undang
ini setelah berkonsultasi dengan pimpinan DPR RI.
Perubahan ketentuan tersebut diatur dengan Peraturan
Pemerintah
Bab XIV: Ketentuan Peralihan
Bab XIII: Ketentuan Lain-Lain
• Perizinan Berusaha yang telah terbit sebelum Undang-
Undang ini berlaku, masih tetap berlaku sampai dengan
berakhirnya Perizinan Berusaha, kecuali Perizinan Berusaha
di bidang Kehutanan dapat disesuaikan dengan ketentuan
dalam Undang-Undang ini.
• Perizinan Berusaha yang sedang dalam proses permohonan
sebelum Undang-Undang ini berlaku disesuaikan dengan
ketentuan dalam Undang-Undang ini
1. Pemerintah berkewajiban melakukan pengawasan dan
pembinaan terhadap setiap pelaksanaan Perizinan Berusaha
2. Pelaksanaan pengawasan dan pembinaanAparatur SipilNegara ASN) yang dalam pelaksanaannya dapat bekerjasama
dengan profesi bersertifikat sesuai dengan bidangpengawasan dan pembinaan yang dilakukan.
3. ASN dapat mengenai sanksi administratif kepada pemilikPerizinan Berusaha.
4. Sanksi administratif sebagaimanadimaksud pada ayat (4)
dapat berupa: peringatan, penghentian sementara kegiatanberusaha, pengenaan denda administrative, pengenaan daya
paksa polisional, pencabutan Lisensi/Sertifikasi/Persetujuan, dan/atau pencabutan Perizinan Berusaha.
5. Pemilik Perizinan Berusaha yang menimbulkan dampak
kerusakan pada lingkungan hidup, selain dikenai sanksiadministratif wajib memulihkan kerusakan lingkungan akibat
dari kegiatan/usahanya.
6. Pemerintah berkewajiban melakukan pengawasan terhadapASN dan/atau profesi bersertifikat yang melaksanakan tugas
dan tanggungjawab pengawasan dan pembinaan
5. PERATURAN PELAKSANAAN RUU
CIPTA KERJA
50Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Secara paralel dengan proses pembahasan RUU Cipta Kerja bersama DPR RI, masing-masing Menteri/ Kepala Lembaga
menyiapkan regulasi turunan, yang telah diidentifikasi sebanyak 43 regulasi (36 RPP dan 7 RPerpres):
1. NSPK Perizinan Berusaha: RPP NSPK Perizinan Berusaha
2. Kesesuaian Tata Ruang: RPP Penyelenggaraan Tata Ruang, RPP Perubahan PP Informasi Geospasial, Rperpres
Penyelesaian TumpangTindih Pemanfaatan Lahan
3. Persetujuan Lingkungan: RPP Persetujuan Lingkungan
4. Persetujuan Bangunan Gedung: RPP Persetujuan Bangunan Gedung, RPP Standar Teknis Bangunan Gedung,
Rperpres Profesi Arsitek
5. Pesyaratan Investasi: RPerpres Daftar Prioritas Investasi
6. Ketenagakerjaan: RPP tentang Perubahan PP Pengupahan, RPP Penyelenggaraan Program Jaminan Kehilangan
Pekerjaan , RPP Pemutusan Hubungan Kerja dan Pemberian Penghargaan Lainnya, RPP Pelaksaan Hubungan Kerja
dan Waktu Kerja, RPerpres tentang Perubahan Perpres Penggunaan TKA
7. UMK-M dan Koperasi: RPP Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan UMK-M, RPP Perubahan PP Persyaratan
dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, RPP Perubahan PP Jalan Tol
8. Kemudahan Berusaha: RPP Perubahan PP Pelaksanaan UU Keimigrasian, RPP Pelaksanaan UU PT, RPP
Pelaksanaan Kegiatan Minerba, RPP Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi, RPP Badan Hukum BUM Desa, RPP
Ketersediaan Bahan Baku Industri
9. Riset dan Inovasi: RPP Penugasan BUMN dan Badan Usaha Swasta Dalam Pelaksanaan Riset dan Inovasi
*Status: 29 Januari 2020
51Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
10. Pengadaan Lahan: RPP Pemanfaatan dan Pelepasan Kawasan Hutan, RPP Perubahan PP Perencanaan Kehutanan,
RPerpres tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, RPP Bank Tanah, RPP Pemberian
Hak atas Tanah, RPP Hak Pengelolaan, RPerpres Pemanfaatan Ruang Bawah Tanah dan Ruang Atas Tanah, RPP
Penyelesaian Kebun Kelapa Sawit Dalam Kawasan Hutan, RPerpres Penyelesaian Desa Dalam Kawasan Hutan, RPP
Tanah dan/atau Kawasan Terlantar, RPP Perubahan PP Hak Tanggungan
11. Investasi Pemerintah Pusat: RPP Lembaga Pengelola Investasi
12. Kemudahan Proyek Pemerintah: RPP Kemudahan Proyek Pemerintah
13. Kawasan Ekonomi: RPP Pelaksanaan UU KEK, RPP Pelaksanaan UU KPBPB, RPP Pelaksanaan UU KPBPB
Sabang
14. Administrasi Pemerintahan: RPerpres Penyusunan NSPK, RPerpres Pembatalan Perda
*Status: 29 Januari 2020
perekonomianRIekon.go.id@perekonomianRI
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
TERIMAKASIHRUU Cipta Kerja
53Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Rekapitulasi UU dan Pasal Terdampak
1. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2014 tentang Kelautan
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
7. Undang-Undang 6 Tahun 2017 tentang Arsitek
8. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan
9. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan
10. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman
11. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya
Pertanian Berkelanjutan
12. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani
13. Undang–Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura
14. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2014
15. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
16. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan
17. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara
18. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
19. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi
20. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
21. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran
22. Undang-Undang 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
23. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan
24. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal
25. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal
26. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan
Penilaian Kesesuian
27. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
28. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
29. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
30. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air
31. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan
Jalan
32. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
33. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
34. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
35. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
36. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
37. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
38. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
39. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
40. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
54Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Lampiran: Rekapitulasi UU dan Pasal Terdampak (2)
41. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
42. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
43. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran
44. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan
45. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman
46. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
47. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Haji dan Umrah
48. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos
49. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
50. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
51. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan
52. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
53. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
54. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
55. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
56. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
57. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
58. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional
59. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial
60. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah
61. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
62. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
63. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
64. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten
65. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
66. Staatsblad Tahun 1926 Nomor 226 jo. Staatsblad Tahun 1940 Nomor 450
tentang Undang-Undang Gangguan (Hinderordonnantie)
67. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
68. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam
69. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan
70. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
71. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
72. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
73. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
74. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan
75. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
55Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
Lampiran: Rekapitulasi UU dan Pasal Terdampak (3)
76. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi Undang-
Undang sebagaimana diubah dengan Undang Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi Undang-Undang
77. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2000 tentang
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang Menjadi
Undang-Undang
78. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
79. Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang