RANCANGAN RENCANA KERJA - ppid.acehprov.go.id DISPERINDAG 2019.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR...
Transcript of RANCANGAN RENCANA KERJA - ppid.acehprov.go.id DISPERINDAG 2019.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR...
14
RANCANGAN
RENCANA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ACEH
PEMERINTAH ACEH
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Rencana kerja Satuan Kerja Pemerintah Aceh (Renja SKPA) merupakan
suatu dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun. Rencana kerja (Renja)
memiliki peran yang sangat strategis untuk menjembatani dan harmonisasi
Rencana Strategis ke dalam langkah – langkah tahunan yang lebih konkrit dan
terukur berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017
Tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan
Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Dan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah, dalam Pasal 13 ayat (2) disebutkan Renja memuat
program, kegiatan, lokasi dan kelompok sasaran yang disertai indikator kinerja
dan pendanaan sesuai dengan tugas dan fungsi perangkat daerah, yang disusun
berpedoman kepada Renstra Perangkat Daerah dan RKPD.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh Tahun
2019 mengacu pada pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana tertuang
dalam Peraturan Gubernur Aceh Nomor 129 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Aceh. Dokumen Rencana Kerja SKPA Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Aceh Tahun 2019 diharapkan menjadi pedoman dalam pelaksanaan
program dan kegiatan prioritas di sektor industri dan perdagangan untuk
mendukung pemerintah daerah dalam membangun dan mengembangkan sentra –
sentra industri produksi dan industri kreatif yang kompetitif serta dapat berperan
secara optimal sebagai fasilitator dan katalisator dalam pemberdayaan dan
peningkatan perekonomian masyarakat di Provinsi Aceh.
Perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan kebijakan masa
depan, melalui urutan pilihan, melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam
2
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang tersedia dalam jangka waktu
tertentu. Dalam rangka pencapaian hal tersebut, maka hubungan antara suatu
dokumen perencanaan dengan dokumen perencanaan lainnya sangat menentukan
dan erat kaitannya. Dokumen Rencana Kinerja (Renja) Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Aceh disusun berdasarkan Rencana Kerja Perangkat Aceh (RKPA)
dan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh serta
sinkronisasi dengan Renja Kementerian Perindustrian, Renja Kementerian
Perdagangan dan Renja Kabupaten/Kota.
1.2. LANDASAN HUKUM
Beberapa peraturan dan perundang-undangan yang mendasari penyusunan
Rencana kerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh tahun 2019 adalah
sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang pokok-pokok Kepegawaian;
2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
Yang Bersih dan Berwibawa serta Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (UU SPPN);
4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor : 26, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh;
6. Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025;
7. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
3
9. Peraturan pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor : 89,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 95 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah Aceh;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2017 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2018;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tatacara
Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, serta Tatacara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2019;
14. Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian
Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana
Otonomi Khusus (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun
2008 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam
Nomor 12);
15. Qanun Aceh Nomor 9 tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Aceh Tahun 2012-2032;
16. Qanun Aceh Nomor 13 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Aceh;
17. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 78 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pemanfaatan Dana Otonomi Khusus Aceh Tahun 2008 – 2027;
18. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 129 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Aceh;
4
19. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 9 Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis
Pengelolaan Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak Dan Gas Bumi Dan Dana
Otonomi Khusus;
20. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 16 Tahun 2018 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Aceh Tahun 2017-2022;
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
Penyusunan Renja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh
Tahun 2019 dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai program,
kegiatan, lokasi dan kelompok sasaran serta indikator kinerja dan pagu
indikatif yang akan dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Aceh dalam mewujudkan kinerja Satuan Kerja Perangkat Aceh yang
transparan dan akuntabel untuk periode 1 (satu) tahun mendatang.
Adapun tujuan penyusunan Renja Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Aceh tahun 2019 adalah sebagai berikut:
1. Sebagai dokumen perencanaan yang memuat program dan kegiatan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh tahun 2019.
2. Sebagai acuan dalam pelaksanaan program dan kegiatan prioritas Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Aceh.
3. Menyelaraskan perencanaan program dan kegiatan dengan program
nasional dan program kabupaten/kota dalam penganggaran tahunan.
4. Sebagai bahan evaluasi dan tindak lanjut untuk pelaksanaan program dan
kegiatan pada tahun-tahun yang akan datang.
5
1.4. SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENJA SKPA TAHUN 2019
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada bagian ini menjelaskan pengertian ringkas tentang Renja SKPA,
proses penyusunan Renja SKPA, keterkaitan antara Renja SKPA
dengan dokumen RKPA, Renstra SKPA dengan Renja K/L dan Renja
Kabupaten/Kota serta tindak lanjutnya dengan proses penyusunan
APBA.
1.2 Landasan Hukum
Memuat penjelasan tentang undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan daerah dan ketentuan lainnya yang mengatur tentang SOTK,
kewenangan Perangkat Daerah serta pedoman yang dijadikan acuan
dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran Perangkat Daerah.
1.3 Maksud dan Tujuan
Memuat penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penyusunan Renja
Perangkat Daerah.
1.4 Sistematika Penulisan
Menguraikan pokok bahasan dalam penulisan Renja Perangkat Daerah
dan susunan garis besar isi dokumen.
BAB II : EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPA TAHUN
LALU (TAHUN 2017)
2.1 Bab ini memuat kajian (review) terhadap hasil evaluasi pelaksanaan
Renja SKPA tahun lalu (tahun n-2) dan perkiraan capaian tahun
berjalan (tahun n-1), selanjutnya dikaitkan dengan Pencapaian target
Renstra SKPA berdasarkan realisasi program dan kegiatan
pelaksanaan Renja SKPA tahun-tahun sebelumnya. Review hasil
evaluasi pelaksanaan Renja SKPA tahun lalu dan realisasi Renstra
SKPA mengacu pada hasil laporan kinerja tahunan SKPA dan/atau
realisasi APBA untuk SKPA yang bersangkutan.
Uraian yang disajikan dalam bab ini, yaitu:
6
1. Realisasi program/kegiatan yang tidak memenuhi target kinerja
hasil/keluaran yang direncanakan;
2. Realisasi program/kegiatan yang telah memenuhi target kinerja
hasil/keluaran yang direncanakan;
3. Realisasi program/kegiatan yang melebihi target kinerja
hasil/keluaran yang direncanakan;
4. Faktor-faktor penyebab tidak tercapainya, terpenuhinya atau
melebihi target kinerja program/kegiatan;
5. Implikasi yang timbul terhadap target capaian program Renstra
SKPA; dan
6. Kebijakan/tindakan perencanaan dan penganggaran yang perlu
diambil untuk mengatasi faktor-faktor penyebab tersebut.
2.2 Analisis Kinerja Pelayanan SKPA
Berisikan kajian terhadap capaian kinerja pelayanan SKPA
berdasarkan indikator kinerja yang sudah ditentukan dalam NSPK dan
SPM maupun terhadap IKK sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2008. Indikator yang dikaji, disesuaikan dengan tugas dan
fungsi masing-masing SKPA serta ketentuan perundang-undangan
yang terkait kinerja pelayanan. Pada bab ini disajikan tabel analisis
pencapaian kinerja pelayanan SKPA.
2.3 Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPA, Berisikan
uraian mengenai:
1. Sejauhmana tingkat kinerja pelayanan SKPA danhal kritis terkait
dengan pelayanan SKPA;
2. Permasalahan dan hambatan yang dihadapi dalam
menyelenggarakan tugas dan fungsi SKPA;
3. Dampaknya terhadap pencapaian visi dan misi kepala daerah
terhadap capaian program nasional/internasional, seperti NSPK,
SPM dan SDGs (Suistanable Development Goals);
4. Tantangan dan peluang dalam meningkatkan pelayanan SKPA; dan
7
5. Formulasi isu-isu penting berupa rekomendasi dan catatan yang
strategis untuk ditindaklanjuti dalam perumusan program dan
kegiatan prioritas tahun yang direncanakan.
2.4 Review terhadap Rancangan Awal RKPA
Berisikan uraian mengenai:
1. Proses yang dilakukan yaitu membandingkan antara rancangan
awal RKPA dengan hasil anlisis kebutuhan;
2. Penjelasan mengenai alas an proses tersebut dilakukan;
3. Penjelasan temuan-temuan setelah proses tersebut dan catatan
penting terhadap perbedaan dengan rancangan awal RKPA.
2.5 Penelaahan Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat
Berisikan uraian hasil kajian terhadap program/kegiatan yang
diusulkan para pemangku kepentingan, baik dari kelompok masyarakat
terkait langsung dengan pelayanan provinsi, LSM, asosiasi-asosiasi,
perguruan tinggi maupun dari SKPK yang langsung ditujukan kepada
SKPA maupun berdasarkan hasil pengumpulan informasi SKPA dari
penelitian lapangan dan pengamatan pelaksanaan musrenbang
kabupaten/kota (bila sudah dilakukan).
Uraian yang disajikan antara lain:
1. Penjelasan tentang proses bagaimana usulan program/kegiatan
usulan pemangku kepentingan tersebut diperoleh;
2. Penjelasan kesesuaian usulan tersebut dikaitkan dengan isu-isu
penting penyelenggaraan tugas poko dan fungsi SKPA.
BAB III : TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional,
Penelaahan terkait arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional
dan terkait dengan tugas dan fungsi SKPA.
3.2 Tujuan dan Sasaran Renja SKPA
8
Perumusan tujuan dan sasaran berdasarkan rumusan isu-isu penting
penyelengaraan tugas pokok dan fungsi Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Aceh yang dikaitkan dengan sasaran target kinerja
Renstra Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh
3.3 Program dan Kegiatan
Berikan penjelasan mengenai;
a. Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan rumusan program
dan kegiatan
b. Uraian garis besar mengenai rekapitulasi program dan kegiatan
c. Penjelasan jika rumusan program dan kegiatan tidak sesuai dengan
rancangan awal RKPA, baik jenis program/kegiatan, pagu indikatif
maupun kombinasi keduanya.
BAB IV : RENCANA KERJA DAN PENDANAAN
PERANGKAT DAERAH
Berisikan Rencana kerja dan pendanaan indikatif Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Aceh untuk periode 1 (satu) tahun.
BAB V : PENUTUP
Berisikan uraian mengenai catatan penting yang perlu mendapat perhatian,
baik dalam rangka pelaksanaan maupun ketersediaan anggaran yang tidak
sesuai dengan kebutuhan, kaidah-kaidah pelaksanaan dan rencana tindak
lanjut.
9
BAB II
EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPA 2017
Dalam penyusunan Renja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh
tahun 2019 perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Renja Dinas tahun
sebelumnya yang meliputi evaluasi terhadap target kinerja program dan keluaran
kegiatan, identifikasi faktor – faktor yang mendukung pencapaian target maupun
hambatan/kendala yang menyebabkan target tidak terpenuhi, tingkat capaian
Rencana Strategis Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh 2017 – 2022 dan
mereview terhadap rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah Aceh.
2.1 Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPA Tahun 2017 dan Capaian Renstra
SKPA sampai dengan tahun 2018.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 129 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Aceh, susunan organisasinya meliputi 5 (lima)
bidang teknis yaitu Bidang Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Bidang
Perdagangan Dalam Negeri, Bidang Perdagangan Luar Negeri, Bidang Industri
Menengah dan Aneka dan Bidang Industri Agro dan Manufaktur.
Pada tahun anggaran 2017 melaksanakan 4 (empat) program spesifik SKPA
yang meliputi :
a. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan
b. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor
c. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri.
d. Program Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial
Hasil pelaksanaan Renja SKPA Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh
tahun 2017 untuk masing-masing program kegiatan ditinjau dari realisasi atau
pencapaian target kinerja dan pencapaian Renstra Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Aceh sampai dengan tahun 2017 sebagaimana di uraikan dalam
lampiran Tabel 2.1, adalah sebagai berikut:
10
2.1.1 Realisasi Program dan Kegiatan yang tidak memenuhi target kinerja
hasil/keluaran yang direncanakan yaitu:
1. Program Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial.
Melalui lima indikator kinerja program pengembangan sentra-
sentra industri potensial daerah tingkat realisasi pencapaian target
kinerja berdasarkan indikator output dijelaskan sebagai berikut :
indikator outcome tersebut belum mencapai target yang telah
ditetapkan, capaian realisasi indikator kontribusi sektor industri non
migas terhadap PDRB Aceh (ADHK) hanya terealisasi sebesar 5,49%
dari 5,70% dari target yang telah ditetapkan dengan tingkat capaian
sebesar 95,48%. Indikator jumlah perkembangan wira usaha baru hanya
terealisasi 880 orang dari 2100 orang dari target yang ditetapkan. 3 (tiga)
indikator lainnya yang tidak mencapai target adalah jumlah perusahaan
yang diawasi limbah outlet dan inlet, jumlah pameran agro yang diikuti
oleh Industri Agro, Kimia dan aneka serta indikator frekwensi
monitoring garam beryodium di pasar kab/kota tingkat realisasinya
berada di bawah 100%.
2. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan.
Capaian kinerja program perlindungan konsumen dan pengamanan
perdagangan ditinjau dari capaian realisasi renja tahun 2017, dari 8
(delapan) indikator kegiatan (output) hanya satu indikator yang dapat
dilaksanakan karena 7 (tujuh) indikator lainnya dari kegiatan
Operasionalisasi dan Pengembangan UPT Kemetrologian Daerah telah
terjadi pengalihan kewenangan dari pemerintah provinsi menjadi
kewenangan Kabupaten/kota berdasarkan amanat Undang – Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Indikator Jumlah
kabupaten/kota tempat pelaksanaan pengawasan barang beredar dan jasa
yang tingkat capaian realisasi renja terhadap target renja SKPD tahun
2017 realisasinya dibawah 100%, yaitu hanya mencapai 56,52%.
Pelaksanaan kegiatan pengawasan barang dan jasa hanya dilaksanakan
pada 13 Kabupaten/kota dari 23 kabupaten kota yang telah ditargetkan.
11
3. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor.
Ada beberapa indikator yang tidak mencapai target yang telah ditetapkan
pada dokumen Renja tahun 2017 yaitu:
Indikator jumlah brosur komoditi ekspor yang dicetak dari 2000
eksemplar yang ditargetkan hanya mampu dilaksanakan sebanyak 500
eksemplar saja, Indikator jumlah API (Angka Pengenal Impor) yang
diterbitkan hanya mencapai 60% dari target yang ditetapkan, hal ini
terjadi karena API importir masih berlaku dan tidak dilakukan
perpanjangan atau jumlah importir baru sedikit sehingga jumlah
pengurusan API baru juga tidak mencapai target, Indikator frekwensi
monitoring mutu komoditi ekspor Aceh yang hanya mampu
dilaksanakan 12 kali dari rencana awal 20 kali disebabkan oleh
minimnya anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan ini dan Indikator
jumlah aparatur/analis yang mengikuti pelatihan teknis dari target Renja
berjumlah 25 orang, karena minimnya anggaran yang dialokasikan untuk
kegiatan ini hanya mampu dilaksanakan untuk 9 orang saja, sehingga
berdampak pada tingkat capaian realisasi hanya 36% saja.
4. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri
Capaian kinerja program peningkatan efisiensi perdagangan dalam
negeri, ada 2 (dua) indikator output dari sembilan indikator yang tidak
mencapai target yang diharapkan yaitu Jumlah sarana pasar tradisonal
yang dibangun, dari 18 (delapan belas) unit yang direncanakan hanya
terbangun 1 (satu) unit saja, hal ini disebabkan karena untuk sarana dan
prasarana pasar, yang diprioritaskan adalah revitalisasi bagi pasar yang
telah ada, tidak untuk pembangunan pasar yang baru. indikator lainnya
jumlah kios/ruko yang direncanakan pembangunannya sebanyak 13 (tiga
belas) unit tetapi tidak terealisasi, karena tidak adanya pengajuan untuk
bangun kios/ruko dari kabupeten/kota, sehingga tidak ada kegiatan
membangun ruko pada tahun ini.
2.1.2 Realisasi Program dan Kegiatan yang telah memenuhi target kinerja
hasil/keluaran yang direncanakan yaitu:
12
1. Program Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial.
Capaian kinerja program pengembangan sentra-sentra industri potensial
yang telah memenuhi indikator kinerja hasil/keluaran adalah : jumlah
pameran yang diikuti oleh IKM sebanyak 5 event, jumlah booklet
komoditi unggulan yang dicetak 1 paket, jumlah outlet/showroom
dekranas sebanyak 4 Outlet dan Pembangunan kawasan industri Aceh
sebanyak 2 kawasan, telah mencapai target realisasi 100%. Capaian
target kinerja indikator outcome Persentase peningkatan nilai produksi
IKM ditargetkan 2% telah mencapai target 100%.
2. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor.
Indikator kinerja yang telah mencapai target yang telah ditetapkan pada
dokumen Renja tahun 2017 yaitu: Indikator jumlah pengadaan alat-alat
laboratorium BPSMB sebanyak 1 paket telah mencapai target 100%.
3. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri.
Capaian kinerja program peningkatan efisiensi perdagangan dalam
negeri yang telah memenuhi indikator kinerja hasil/keluaran adalah :
a. Frekwensi pelaksanaan pasar rakyat/operasi pasar di kabupaten/kota
sebanyak 23 kali, dan telah memenuhi target yang telah ditetapkan
dengan tingkat realisasi 100%.
b. Frekwensi pemantauan dan monitoring distribusi barang masuk dan
keluar dari dan ke Sumatera Utara sebanyak 2 kali dengan tingkat
realisasi 100%.
2.1.3 Realisasi Program dan Kegiatan yang melebihi target kinerja hasil/keluaran
yang direncanakan yaitu:
Capaian pada target output memperlihatkan kinerja yang sangat memuaskan
dengan tingkat realisasi capaian di atas 100% adalah :
1. Program Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial.
Capaian kinerja Persentase penyerapan tenaga kerja IKM berdasarkan
angkatan kerja Provinsi Aceh sebesar 2% telah melebihi target renja
yang telah ditetapkan dengan capaian realisasi 4.46%. Target indikator
jumlah industri kecil dan menengah sebanyak 22.000 unit mengalami
13
peningkatan menjadi 29.433 unit dengan capaian realisasi 133% dan
jumlah pelaku usaha yang mengikuti pelatihan teknis industri agro,
kimia dan aneka sebanyak 90 orang yang ditargetkan, tingkat realisasi
mencapai 130 orang atau 144%.
2. Program Peningkatan dan Perluasan Pasar Ekspor.
Capaian outcome program peningkatan dan pengembangan ekspor
memperlihatkan hasil yang memuaskan. Capaian yang diperoleh
melebihi target yang telah ditentukan yaitu 144,33%, yaitu dari target
US$ 93.700.000 pada tahun 2017 terealisasi mencapai US$114.392.773.
Sementara tingkat capaian pada indikator output juga memperlihatkan
capaian yang menggembirakan. Indikator jumlah SKA yang diterbitkan
mampu mencapai 693 lembar (128%) melebihi dari ditargetkan yaitu
540 lembar, Jumlah penerbitan Surat Persetujuan Ekspor Kopi (SPEK)
sebanyak 527 lembar juga melebihi dari target yang ditetapkan yaitu 520
lembar dan Jumlah Negara Tujuan Ekspor sebanyak 23 negara,
realisasinya mencapai 27 negara dengan tingkat capaian 117%.
3. Program Peningkatan Efesiensi Perdagangan Dalam Negeri
Indikator outcome/output program peningkatan Efisiensi Perdagangan
Dalam Negeri yang melebihi target yang ditetapkan dalam Rencana
Kerja adalah : Kontribusi sub sektor perdagangan terhadap PDRB untuk
Tahun 2017 ditargetkan 17,50 Milyar, realisasinya mencapai 22,41
Milyar melebihi capaian yang ditargetkan atau 128%. Frekwensi
pelaksanaan monitoring Bapokstra (Barang Pokok dan Strategis) di
Kabupaten/Kota mencapai 25 Kali dari 15 Kali yang ditargetkan,
frekwensi pelaksanaan koordinasi dengan Kemendag, realisasinya
melebihi target yang ditetapkan dan jumlah pasar yang direhab juga
terealisasi 20 unit (111%) dari 18 unit yang ditetapkan dalam Rencana
Kerja (Renja).
2.1.4 Uraian faktor-faktor penyebab tidak tercapainya/terpenuhinya atau melebihi
target kinerja program/kegiatan.
14
Adapun faktor penyebab tidak tercapainya target yang telah ditetapkan
yaitu:
1. Capaian realisasi indikator kontribusi sektor industri non migas terhadap
PDRB Aceh (ADHK) hanya terealisasi sebesar 5,49% dari 5,70% dari
target yang telah ditetapkan dengan tingkat capaian sebesar 95,48%. Hal
ini disebabkan oleh keterlibatan instansi-instansi terkait lainnya dalam
memberikan kontribusi terhadap capaian target indikator dimaksud dan
bukan hanya tupoksi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh saja.
2. Indikator jumlah perkembangan wira usaha baru hanya terealisasi 880
orang dari 2100 orang dari target yang ditetapkan, jumlah perusahaan
yang diawasi limbah outlet dan inlet, jumlah pameran agro yang diikuti
oleh Industri Agro, Kimia dan aneka serta indikator frekwensi
monitoring garam beryodium di pasar kab/kota tingkat realisasinya
berada di bawah 100%. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya alokasi
pagu anggaran untuk melaksanakan ketiga indikator tersebut.
3. Capaian kinerja program perlindungan konsumen dan pengamanan
perdagangan dalam renja tahun 2017, dari 8 (delapan) indikator kegiatan
(output) hanya satu indikator yang dapat dilaksanakan karena 7 (tujuh)
indikator lainnya dari kegiatan Operasionalisasi dan Pengembangan UPT
Kemetrologian Daerah telah terjadi pengalihan kewenangan dari
pemerintah provinsi menjadi kewenangan Kabupaten/kota berdasarkan
amanat Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah. Indikator Jumlah kabupaten/kota tempat pelaksanaan
pengawasan barang beredar dan jasa yang tingkat capaian realisasi renja
terhadap target renja SKPD tahun 2017 realisasinya dibawah 100%,
yaitu hanya mencapai 56,52%. Tidak tercapainya realisasi indikator
tersebut disebabkan oleh rendahnya alokasi anggaran pada kegiatan
dimaksud.
4. Indikator jumlah brosur komoditi ekspor yang dicetak dari 2000
eksemplar yang ditargetkan hanya mampu dilaksanakan sebanyak 500
eksemplar saja, Indikator jumlah API (Angka Pengenal Impor) yang
diterbitkan hanya mencapai 60% dari target yang ditetapkan, hal ini
15
terjadi karena API importir masih berlaku dan tidak dilakukan
perpanjangan atau jumlah importir baru sedikit sehingga jumlah
pengurusan API baru juga tidak mencapai target, Indikator frekwensi
monitoring mutu komoditi ekspor Aceh yang hanya mampu
dilaksanakan 12 kali dari rencana awal 20 kali dan Indikator jumlah
aparatur/analis yang mengikuti pelatihan teknis dari target Renja
berjumlah 25 orang, karena minimnya anggaran yang dialokasikan untuk
kegiatan ini hanya mampu dilaksanakan untuk 9 orang saja, sehingga
berdampak pada tingkat capaian realisasi hanya 36% saja. Hal ini
disebabkan oleh minimnya anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan
tersebut.
5. Tidak tercapainya kinerja program peningkatan efisiensi perdagangan
dalam negeri ada 2 (dua) indikator output yaitu Jumlah sarana pasar
tradisonal yang dibangun, dari 18 (delapan belas) unit yang
direncanakan hanya terbangun 1 (satu) unit saja, hal ini disebabkan
karena untuk sarana dan prasarana pasar, yang diprioritaskan adalah
revitalisasi bagi pasar yang telah ada, tidak untuk pembangunan pasar
yang baru. indikator lainnya jumlah kios/ruko yang direncanakan
pembangunannya sebanyak 13 (tiga belas) unit tetapi tidak terealisasi,
karena tidak adanya pengajuan untuk bangun kios/ruko dari
kabupeten/kota, sehingga tidak ada kegiatan membangun ruko pada
tahun ini.
2.1.5 Uraian implikasi yang timbul terhadap target capaian program renstra
perangkat daerah.
Secara keseluruhan implikasi yang timbul terhadap target capaian
program renstra tidak memberikan dampak yang besar, karena pada
dasarnya seluruh kegiatan dapat dilaksanakan, sehingga hambatan maupun
kendala yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja yang telah
ditetapkan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh sampai saat ini
masih dapat diatasi, baik kendala dan hambatan yang bersifat dapat
dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.
16
2.1.6 Uraian kebijakan/tindakan perencanaan dan penganggaran yang perlu
diambil untuk mengatasi faktor-faktor penyebab tersebut.
Perencanaan merupakan suatu proses menentukan tujuan dimasa
mendatang dan menetapkan tahapan-tahapan untuk mencapainya.
Salah satu aspek dalam perencanaan adalah penganggaran. Dalam
menyusun perencanaan dan penganggaran dituntut adanya keterkaitan yang
erat antara anggaran dengan kinerja yang diharapkan serta harus terukur
pencapaiannya untuk menilai keberhasilan dari suatu program atau
kegiatan. Penganggaran berbasis kinerja disusun dengan memperhatikan
keterkaitan tiga aspek yaitu pendanaan (input), keluaran (output) dan hasil
yang diharapkan (outcomes) sehingga dapat memberikan informasi tentang
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program atau kegiatan tersebut. Jadi
penganggaran yang baik merupakan penganggaran yang disertai dengan
perencanaan yang matang dan data pendukung yang diperlukan.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penyusunan perencanaan dan
penganggaran terutama di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh
maka harus diperhatikan beberapa hal antara lain : tujuan dan sasaran yang
ingin dicapai dari kegiatan yang akan dilaksanakan, data-data pendukung
kegiatan, hasil yang diinginkan, lokasi, memprediksikan waktu pelaksanaan
kegiatan, monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan sehingga dapat disimpulkan prioritas atau tidaknya kegiatan
tersebut dilaksanakan pada tahun selanjutnya.
2.2 Analisis Kinerja Pelayanan SKPA
Pengkajian terhadap capaian kinerja pelayanan SKPA dengan kinerja yang
direncanakan dan dampak yang berpengaruh terhadap kinerja pelayanan tersebut
serta mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi untuk penyusunan program
dan kegiatan untuk masa yang akan datang dalam rangka peningkatan pelayanan
SKPA sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Penetapan Pencapaian Kinerja
sebagai Evaluasi kinerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh dimaksudkan
untuk mengetahui dan menilai pencapaian indikator kinerja dari implementasi
kegiatan, program dan kebijakan yang telah ditetapkan.
17
Qanun Aceh Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Dan Susunan
Perangkat Aceh, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh menyelenggarakan
tugas umum pemerintahan dibidang industri menengah, aneka, agro dan
manufaktur, perdagangan dalam dan luar negeri, perlindungan konsumen dan
tertib niaga berdasarkan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 129 Tahun 2016. Untuk
melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana tersebut, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Aceh mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Pembinaan dan pengendalian urusan ketatausahaan dinas;
b. Penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang;
c. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis di bidang perindustrian dan
perdagangan;
d. Peningkatan keterpaduan penyusunan rencana dan program antar instansi
terkait di daerah di bidang perindustrian dan perdagangan;
e. Pembinaan dan pengendalian industri menengah dan aneka;
f. Pembinaan dan pengendalian industri agro dan manufaktur;
g. Pembinaan dan pengendalian perdagangan dalam negeri;
h. Pembinaan dan pengendalian perdagangan luar negeri;
i. Pembinaan dan pengendalian perlindungan konsumen dan tertib niaga;
j. Pemantauan operasional perindustrian dan perdagangan;
k. Pembinaan dan pengkoordinasian promosi, informasi dan pameran di bidang
perindustrian dan perdagangan;
l. Pembinaan dan pengendalian kawasan industri;
m. Pembinaan dan pengendalian pencegahan dan penanggulangan pencemaran
akibat kegiatan industri guna menjaga kelestarian lingkungan;
n. Pembinaan dan pengendalian penyidikan dibidang pendaftaram perusahaan
dan perlindungan konsumen;
o. Pembinaan dan pengendalian distribusi barang beredar dan jasa bagi
kepentingan industri perdagangan dan masyarakat;
p. Pembinaan dan pengendalian barang beredar dan jasa, penerapan standar,
penerapan standardisasi alat ukur, perbaikan serta peningkatan mutu barang
dan jasa, perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) dan
18
memfasilitasi sertifikasi Eko Labeling, Sertifikasi Standar Mutu, Sertifikasi
Mutu Barang bagi kemudahan pemasaran dalam dan luar negeri;
q. Pembinaan UPTD; dan
r. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan/atau lembaga terkait lainnya di
bidang perindustrian dan perdagangan.
Untuk mengukur pencapaian Kinerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Aceh secara menyeluruh, telah diidentifikasi melalui indikator kinerja dan
indikator kinerja utama yang dikaitkan dengan target rencana strategis sampai
2017. Indikator kinerja merupakan salah satu alat pengukuran dalam pencapaian
target guna peningkatan kinerja suatu instansi. Indikator kinerja tersebut tidak
terlepas dari outcome masing-masing program dan output kegiatan untuk
mencapai tujuan dan sasaran SKPA Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh.
Analisis pencapaian kinerja Pelayanan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Aceh pada tahun 2017, dari 17 target indikator yang ditetapkan
hanya 12 indikator yang mencapai target. Sementara 5 indikator lainnya belum
mencapai target sebagaimana yang diharapkan. Indikator yang belum mencapai
target adalah persentase peningkatan kontribusi PDRB dari sektor industri
pengolahan ditargetkan sebesar 5,70% hanya mampu memberikan kontribusi
sebesar 5,49%. Tidak tercapainya indikator ini disebabkan karena kinerja ini
bukan hanya tupoksi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh saja, tetapi juga
melibatkan instansi-instansi terkait lainnya yang memberikan kontribusi terhadap
pencapaian target indikator tersebut.
Target lainnya yang tidak memperlihatkan capaian yang baik adalah
Peningkatan jumlah Wira Usaha Baru (WUB) dari sektor industri yang
ditargetkan 2100 orang, dikarenakan oleh kecilnya alokasi pagu anggaran untuk
pembinaan terhadap WUB, sehingga jumlah WUB yang dibina hanya 880 orang
dengan capaian realisasi sebesar 41.90%.
Nilai ekspor non migas yang ditargetkan dalam Renja Tahun 2017 sebesar
US$93.70 juta, realisasinya melebihi target yang telah ditetapkan yaitu mencapai
US$114.33 juta. Capaian ini diperoleh dari tingginya ekspor batubara yang
menjadi komoditi andalan ekspor Aceh dengan menyumbang devisa sebesar
US$61.074.030 atau 53,39% dari keseluruhan nilai ekspor non migas Aceh.
19
Jumlah penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA) pada tahun 2017 mampu
menerbitkan 693 lembar, melebihi dari target yang telah ditetapkan yaitu 540
lembar. Penerbitan Surat Pemberitahuan Ekspor Kopi (SPEK) sebanyak 527
lembar dari target yang ditetapkan yaitu 520 lembar. Sementara indikator lainnya
yang tidak mencapai target adalah jumlah penerbitan Angka Pengenal Impor
(API) yang hanya mampu menerbitkan 42 lembar dari 70 lembar yang telah
ditargetkan. Hal ini dikarenakan API importir yang masih berlaku, maka tidak
dilakukan perpanjangan atau jumlah importir baru sedikit sehingga jumlah
pengurusan API baru juga tidak mencapai target.
Keberhasilan atau kegagalan capaian kinerja Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Aceh sangat mempengaruhi pencapaian Visi dan Misi pembangunan
Aceh tahun 2017-2022 yaitu : Terwujudnya Aceh yang Damai dan Sejahtera
Melalui Pemerintahan yang Bersih, Adil dan Melayani".
Dalam rangka memperkuat struktur perekonomian yang tangguh di Provinsi
Aceh, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh telah mengagendakan arah dan
kebijakan pembangunan disektor industri dengan membangun dan
mengembangkan sentra-sentra produksi, industri dan industri kreatif yang
kompetitif dengan mengembangkan Kawasan Industri, Kawasan Sentra Indusri
Kecil dan Menengah (SIKIM), Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Perdagangan
Sabang sebagai pusat pertumbuhan ekonomi regional dan pusat aktivitas
perdagangan dan investasi serta kelancaran arus barang dan jasa.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh berupaya mewujudkan
percepatan pembangunan ekonomi masyarakat melalui dukungan pembangunan
di sektor industri-industri potensial dengan mendorong tumbuhnya industri sesuai
dengan potensi sumberdaya daerah dan memproteksi produk yang dihasilkan serta
merangsang lahirnya industri-industri kreatif untuk mendukung kemandirian
ekonomi tanpa mengurangi pemerataan pembangunan ekonomi di daerah lainnya.
2.3 Isu-Isu Penting Penyelenggara Tugas Dan Fungsi SKPA
Dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Aceh tetap memperhatikan kemampuan penganggaran Pemerintah
Aceh, hasil kinerja pembangunan pada tahun sebelumnya dan mempertimbangkan
20
arah dan kebijakan pemerintah pusat serta sinergitas program dan kegiatan
kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Kebijakan ini sebagai dasar dalam menyusun
perencanaan program dan kegiatan prioritas yang disesuaikan dengan isu strategis
di sektor industri dan perdagangan.
A. Isu strategis dalam pengembangan sektor industri yaitu:
1. Belum optimalnya pengembangan agro industri;
2. Masih rendahnya produktivitas Industri Kecil dan Menengah;
3. Masih rendahnya Daya saing produk;
4. Masih rendahnya pertumbuhan industri menengah dan besar
5. Belum tersedianya kawasan pengembangan industri yang representatif
6. Rendahnya kewirausahaan baru
B. Isu strategis dari sektor perdagangan antara lain:
1. Belum optimalnya prasarana distribusi dan konektivitas arus barang
2. Belum optimalnya promosi dan kemitraan;
3. Belum terkonsolidasinya produk ekspor;
4. Belum terjaminnya keamanan produk;
5. Masih rendahnya tingkat kesadaran konsumen;
6. Belum optimalnya pengawasan barang/jasa;
7. Belum tersedianya data dan informasi yang berkualitas.
2.3.1 Uraian mengenai koordinasi dan sinergi program antara perangkat
daerah provinsi dengan perangkat daerah Kabupaten/Kota dan
Kementerian/Lembaga di tingkat Nasional.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh mempunyai tugas dan
fungsi antara lain melakukan pembinaan dan pengembangan perindustrian
dan perdagangan:
a. Di sektor perindustrian.
Potensi industri kecil dan menengah di kabupaten/kota didominasi
oleh industri berbasis unggulan daerah (industri pengolahan kopi, kakao,
nilam, pinang, kelapa sawit, kopra, karet, dan hasil perkebunan lainnya)
oleh sebab itu maka arah kebijakan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Aceh periode 2017-2022 ditujukan terutama untuk
21
penyediaan dukungan fasilitas bagi industri, peningkatan nilai tambah
produk industri dan penguasaan teknologi (point 1), peningkatan daya
saing produk dalam rangka penguasaan pasar lokal dan domestik (point
2), penumbuhan industri dan wira usaha baru dari sektor industri kreatif
(point 3), fasilitasi pembangunan kawasan indusri dan sentra-sentra
industri kecil dan menengah (SIKIM) (point 4), sehingga dukungan
Kementerian Perindustrian terhadap pembangunan industri dapat
menjadi sebuah peluang dan tantangan tersendiri dalam pembangunan
industri kecil menengah serta peningkatan peran industri kecil menengah
dalam peningkatan PDRB Aceh.
b. Di sektor perdagangan
Tugas Bidang Perdagangan Dalam Negeri yaitu melaksanakan
bimbingan teknis di bidang pembinaan perizinan dan non perizinan,
melaksanakan, mengendalikan dan mengawasi penyelenggaraan wajib
daftar perusahaan skala provinsi, menghimpun, mengolah serta
menganalisa data yang diperoleh dari KPP Kab/Kota dan memberikan
pelayanan informasi perusahaan kepada masyarakat dan dunia usaha
skala provinsi, pembinaan dan pemberdayaan PPNS-WDP dalam skala
provinsi, pengembangan usaha dagang, peningkatan iklim usaha,
fasilitas usaha dan pemasaaran, pengembangan produk lokal, promosi
dan misi dagang dalam negeri, dan pencitraaan produk dalam negeri,
melakukan bimbingan teknis di bidang barang kebutuhan pokok pangan
masyarakat dan barang penting, pemantauan harga barang keebutuhan
pokok pangan masyarakat dan barang penting, melaksnakan pengolahan
data harga harian barang kebutuhan pokok pangan masyarakat dan data
harga mingguan barang penting, menyampaikan informasi harga bahan
pokok pangan masyarakat harian dan bahan penting mingguan serta
pelaku usaha, evaluasi pelaporan harga harian bahan pokok pangan
masyarakat dan barang penting mingguan, pengolahan data harga bahan
pokok pangan masyarakat penting mingguan dari kab/kota,
penyelenggaraan pasar murah dan hari besar keagamaan dan hari-hari
22
tertentu, koordinasi dalam rangka pengendalian inflasi daerah,
melakukan koordinasi tentang ketersediaan barang penting, penetapan
harga barang sitaan, pendataan barang masuk dari dan keluar daerah di
perbatasan, penyusunan prognosa kebutuhan barang pokok pangan
masyarakat, pemantauan harga, koordinasi pembinaan logistik dan
sarana distribusi perdagangan, serta pembangunan pasar dan
pergudangan dengan instansi terkait dan kab/kota, bimbingan teknis dan
evaluasi pengelolaan di bidang logistik dan sarana distribusi
perdagangan, melakukan pemantauan dan pengelolaan logistik dan
sarana distribusi serta informasi dan bimbingan teknis penyedia jasa
logistik, kerja sama pengembangan logistik, memfasilitasi pelaksanaan
sistem resi gudang, pemantauan gudang dan logistik dan sarana
distribusi perdagangan, monitoring dan pembinaan pasar/asosiasi atau
pusat distribusi, penyelenggaraan pasar lelang dan jasa, koordinasi
jaringan distribusi, melakukan langkah-langkah antrisipasi kelangkaan
dan kemacetan barang kebutuhan pokok dan barang penting,
pembangunan/rehabilitasi pasar dan pergudangan.
2.3.2 Uraian tentang permasalahan dan hambatan yang dihadapi dalam
menyelenggarakan tugas dan fungsi perangkat daerah.
Berdasarkan identifikasi terhadap permasalahan dan hambatan yang
dihadapi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh dalam
menyelenggarakan tugas dan fungsinya yaitu :
a) Keterbatasan sarana/ prasarana kelembagaan dilingkungan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Aceh di dalam mengakses jangkauan
pelayanan dan pembinaan kepada para pedagang dan pelaku eksportir
daerah
b) Tingkat kedisiplinan aparatur Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Aceh yang masih rendah dalam hal melaksanakan tugas dan fungsinya
c) Rendahnya motivasi, inovasi dan kreatifitas sebagian pegawai
d) Lemahnya koordinasi dengan para pihak terkait, terutama instansi/SKPD
yang terkait langsung dibidang perindustrian dan perdagangan.
23
e) Penempatan pejabat dan staf yang belum berazaskan terhadap
kesesuaian dan kompetensi yang memadai
f) Belum terjalinnya komunikasi dan koordinasi yang intensif antara dinas
Perindustrian dan Perdagangan Aceh dengan stakeholder, pelaku usaha
dan distributor
g) Kurangnya keberpihakan serta kesadaran masyarakat untuk
menggunakan produk dalam negeri.
h) Sikap kemandirian dan ketangguhan masyarakat dalam berusaha masih
lemah.
i) Masih lemahnya penegakan hukum terhadap penyelesaian kasus
perlindungan konsumen.
2.3.3 Uraian tentang dampak terhadap pencapaian visi dan misi kepala
daerah terhadap capaian program Nasional /Internasional seperti
NSPK, SPM dan SDGs/TPB.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) tahun
2017-2022 merupakan dokumen perencanaan lima tahunan Aceh dalam
upaya mewujudkan visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Aceh
(RPJPA) periode 2005 – 2025. Saat ini RPJP Aceh merupakan tahapan
ketiga yang berorientasi pada kelanjutan target MDGs yang belum tercapai
dan harus dilanjutkan dalam tujuan pembangunan berkelanjutan
(TPB/SDGs) serta mendukung Pengembangan Agroindustri.
Visi pembangunan Aceh tahun 2017-2022 adalah “Terwujudnya
Aceh Yang Damai dan Sejahtera Melalui Pemerintahan Yang Bersih,
Adil dan Melayani “. Visi tersebut dijabarkan ke dalam Program
unggulan Aceh Hebat yaitu :
1. Aceh Peumulia; melalui program ini diharapkan dapat terwujud
pemenuhan layanan pemerintahan yang mudah, cepat, berkualitas dan
bebas pungutan liar (pungli) dengan menjalankan: a) pengembangan
sistem pengawasan dan penilaian kinerja aparatur berbasis e-kinerja; b)
penetapan limit waktu pelayanan aparatur untuk setiap jenis dan fungsi
layanan; c) penempatan pimpinan SKPA yang berkulitas melaui uji
kelayakan dan kepatutan.
24
2. Aceh Meuadab; melalui program ini diharapkan mampu
mengembalikan khittah Aceh sebagai Serambi Mekkah melalui
implementasi nilai-nilai ke-Islam-an dalam kehidupan sehari-hari,
antara lain dengan penguatan pendidikan yang berbasis nilai-nilai
moral dalam setiap tingkatan pendidikan, melakukan penguatan
budaya masyarakat adat yang berdampak kepada peningkatan
kepekaan sosial, penguatan eksistensi kelembagaan institusi keislaman
dalam menyebarluaskan nilai-nilai ke-Islam-an dan mendorong sifat
ketauladanan yang positif dari pimpinan masyarakat di setiap
tingkatan;
3. Aceh Damê; melalui program ini diharapkan mampu mewujudkan
penguatan pelaksanaan UUPA sesuai prinsip-pronsip MoU Helsinki
secara konsisten dan komprehensif;
4. Aceh Carông; melalui program ini diharapkan dapat mewujudkan
anak Aceh yang cerdas (carong) dengan pelaksanaan beberapa
kegiatan yaitu dengan penguatan ketrampilan bagi generasi muda
melalui pendidikan vokasional baik formal maupan non formal,
penyediaan fasilitas pendidikan dan pemberian keterampilan bagi
peserta didik di dayah-dayah, pemerataan rasio guru untuk seluruh
bidang studi di seluruh penjuru Aceh khususnya daerah terpencil,
peningkatan kompetensi guru dalam bidang studi yang diajarkan
secara merata di seluruh Aceh, penyediaan beasiswa bagi anak yatim
dan anak orang miskin mulai dari pendidikan dasar sampai penddikan
tinggi di perguruan tinggi negeri, dan pengiriman putra-putri terbaik
Aceh untuk mendapatkan pendidikan di universitas-universitas yang
bergengsi di tingkat internasional dan memberikan kesempatan untuk
berkontribusi dalam pembangunan ke depan saat kembali ke Aceh.
5. Aceh Teuga; melalui program ini diharapkan dapat mengembalikan
dan meningkatkan prestasi olahraga Aceh di tingkat nasional dan
regional dengan cara membangun kerjasama bidang sepak bola dengan
klub-klub/pelatih ternama luar negeri untuk membina bibit-bibit
pesepak bola dari Aceh, peningkatan intensitas dan kualitas pembinaan
25
olah raga bagi usia dini, penyediaan sarana dan prasarana oleh raga
serta insentif yang mendukung peningkatan prestasi olahragawan/ti,
dan meningkatkan frekwensi event kompetisi olah raga untuk
menjaring bibit-bibit unggul.
6. Aceh Seujahtra (JKA Plus); melalui program ini diharapkan
masyarakat Aceh sehat dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang
mudah dan gratis, meliputi pemenuhan akses layanan kesehatan gratis
yang lebih mudah, berkualitas dan terintegrasi bagi seluruh rakyat;
pemberian santunan untuk kalangan masyarakat usia lanjut;
pembangunan rumah sakit regional tanpa menggunakan hutang luar
negeri (loan) seta mengembalikan ruh JKA yang pernah dirasakan oleh
rakyat Aceh
7. Aceh Seuninya; melalui program ini diharapkan tersedianya
perumahan bagi masyarakat miskin secara bertahap dan penyediaan
skema perumahan murah bagi pasangan muda yang kurang mampu
8. Aceh Meugoë dan Meulaõt; merupakan program yang melaksanakan
pembangunan pertanian dan ekonomi maritim melalui program
intensifikasi dan ekstensifikasi antara lain dengan penuntasan
penyediaan irigasi yang dapat mengairi seluruh lahan pertanian rakyat
dan pencetakan sawah baru, modernisasi teknologi bagi sektor
pertanian termasuk teknologi pengolahan paska panen, memberbaiki
fasilitas dan teknologi perikanan serta jaringan pemasarannya,
kemandirian rantai pasok (supplay chain) di berbagai tingkatan dalam
sektor peternakan rakyat, dan penyediaan sarana pendukung bagi nilai
tambah dan akses pasar yang lebih luas terhadap produk pertanian,
peternakan dan perikanan.
9. Aceh Troë: diharapkan melalui program ini dapat memenuhi bagan
pangan dan gizi bagi seluruh rakyat Aceh secara mandiri melalui
peningkatan produktifitas pertanian dan kemudahan akses terhadap
bahan pangan, penertiban distribusi bibit pupuk dan obat bagi petani
rakyat, membangun kemandirian pangan melalui penurunan
26
ketergantungan terhadap provinsi tetangga, dan peningkatan kapasitas
tenaga penyuluh pertanian.
10. Aceh Energi; melalui program ini diharapkan pemenuhan energi
listrik bagi rakyat Aceh dan industri yang berasal dari energi bersih
terbarukan, agenda-agenda strategis yang akan dilakukan antara lain
penyiapan Master Plan Energi Aceh yang komprehensif dan
terintegrasi, penerapan Public Private Partnership, Memastikan
komitmen PLN untuk memperbaiki sistem transmisi di Aceh,
percepatan realisasi pembangkit listrik Geothermal Seulawah dan
pembangkit listrik tenaga air dengan kapasitas menengah, pemberian
kemudahan perizinan bagi pihak swasta yang berminat berinvestasi
dalam sektor energi bersih dan terbarukan, dan memperkuat eksistensi
Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) sebagai perwujudan amanat
yang telah ditetapkan dalam UUPA.
11. Aceh Kreatif: melalui program ini diharapkan dapat mendorong
tumbuhnya industri sesuai dengan potensi sumberdaya daerah dan
memproteksi produk yang dihasilkannya, dilakukan melalui
penyediaan sentra produksi yang berbasis potensi sumber daya lokal
dan berorientasi pada pasar lokal, perlindungan produk-produk yang
dihasilkan oleh industri lokal agar dapat bersaing dengan produk dari
luar Aceh, merangsang lahirnya industri-industri kreatif yang potensial
terutama di sektor jasa.
12. Aceh Kaya; melalui program ini diharapakan dapat merangsang
tumbuhnya entrepreneur yang ditunjang dengan kemudahan akses
terhadap modal, ketrampilan dan pasar, yang dilaksanakan melalui
peningkatan peran serta lembaga keuangan dan pembiayaan lokal
untuk terlibat aktif dalam pembinaan dan dukungan modal usaha bagi
wirausahawan muda, memastikan partisipasi sektor swasta dan BUMN
untuk menggunakan dana CSR secara terkoordinir dan satu pintu
untuk meningkatkan sumber pembiayaan bagi entrepreneur, dan
perlibatan perguruan tinggi dalam pembinaan manajemen bagi
wirausaha muda
27
13. Aceh SIAT (Sistem Informasi Aceh Terpadu); progam ini
merupakan pengembangan sistem informasi dan database Aceh yang
terpadu yang akan digunakan untuk semua sektor pembangunan dan
pelayanan masyarakat.
14. Aceh Green: Program ini merupakan penegasan terhadap
pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan yang sensitif
terhadap resiko bencana alam dengan konsep pembangunan antara lain
mendesain rencana pertumbuhan hijau Aceh (Green growth plan)
sebagai bagian dari implementasi azas berkelanjutan dalam
pembangunan Aceh, melakukan langkah-langkah strategis mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim, menerapkan strategi mitigasi dan
manajemen resiko bencana melalui penguatan kapasitas tim tanggap
darurat dan penyadartahuan masyarakat, membangun rencana
pemulihan spesies kunci yang kritis terancam punah, dan membangun
manufaktur bagi penyediaan kayu alternatif (wood polymer composite)
dalam rangka mengantisipasi lonjakan kebutuhan kayu dunia untuk
pencegahan degradasi hutan.
15. Aceh Seumeugot; Program ini diharapkan dapat menyediakan sarana
dan prasarana (infrastruktur) secara cerdas dan berkelanjutan serta
terintegrasi untuk menjadi daya ungkit pembangunan ekonomi.
Tugas pokok dan fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh
yang sangat relevan dalam rangka merealisasikan Visi, Misi dan program
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih, hal ini dapat dilihat pada
Misi ke VIII yaitu “Membangun dan mengembangkan sentra-sentra
produksi, industri dan industri kreatif yang kompetitif”. Melalui misi 8
ini akan mendorong tumbuhnya sentra-sentra produksi, industri dan
pariwisata sesuai dengan potensi sumberdaya daerah dan membangun basis
industri yang tangguh, merangsang tumbuhnya entreupreuner yang
didukung dengan kemudahan akses terhadap permodalan, keterampilan dan
pasar di sektor pertanian, perikanan, perkebunan, industri, perdagangan dan
sektor-sektor strategis lainya.
28
2.3.4 Uraian tentang tantangan dan peluang dalam meningkatkan pelayanan
perangkat daerah.
Dalam pelaksanaan program dan kegiatan, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Aceh menghadapi tantangan dan peluang, antara lain :
1) Tantangan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh dihadapkan pada beberapa
permasalahan yang dapat mempengaruhi kinerja perindustrian dan
perdagangan di Aceh dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang,
antara lain:
a. Produktivitas IKM
Permasalahan yang dihadapi oleh IKM umumnya adalah
kemampuan dalam memenuhi permintaan pelanggan. Produktifitas
IKM masih sangat terbatas yang disebabkan oleh rendahnya
kemampuan pelaku usaha dalam memproduksi produk secara
berkelanjutan. Hal tersebut tidak terlepas dari penggunaan tehnologi
yang terbatas, peralatan yang masih semi modern bahkan ada yang
masih menggunakan cara–cara tradisional dan kemampuan dalam
mengelola sumber daya yang ada untuk memenuhi permintaan
pasar.
b. Daya Saing Produk Masih Lemah
Kreatifitas pelaku usaha masih belum optimal yang ditandai
dengan masih banyaknya produk yang dihasilkan sifatnya masih
monoton sehingga daya saing produk masih jauh dari daerah lain di
Indonesia. Rendahnya daya saing produk IKM merupakan aspek
penting yang perlu dicermati dalam membedah permasalahan di
bidang industri. Ekses dari permasalahan tersebut tentu akan
berkaitan langsung pada pemasaran produk baik pasar di dalam
negeri maupun luar negeri terutama dengan pemberlakuan pasar
bebas Asean Free Trade Area (AFTA) dan ASEAN-China Free
Trade Agreement (ACFTA) pada tahun 2010 serta Asean Economic
Community (AEC) tahun 2015 yang memberikan dampak
29
persaingan yang semakin tajam. Namun, tantangan-tantangan
tersebut harus dapat diantisipasi dan diatasi serta dimanfaatkan
sebaik-baiknya sehingga dapat dijadikan peluang untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Daya saing produk merupakan salah satu permasalahan yang
harus mendapatkan perhatian khusus dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Aceh. Hal ini perlu penanganan yang serius dalam
upaya antisipasi serangan produk impor yang memiliki keunggulan
dan harga yang jauh lebih murah.
c. Hubungan Perdagangan Masih Bergantung dari Provinsi Lain
Provinsi Aceh dalam memenuhi kebutuhan bahan pokok
kebutuhan masyarakat dan barang penting masih sangat tergantung
dari Provinsi tetangganya yaitu Sumatera Utara. Hampir semua
komoditi bahan pokok di datangkan dari luar Aceh. Umumnya
produksi industri dan hasil pertanian masih didatangkan dari
Sumatera Utara dan Provinsi lainnya.
d. Belum Optimalnya Sarana dan Prasarana Ekspor Impor
Sarana dan prasarana kegiatan ekspor impor di beberapa
pelabuhan ekspor di Aceh masih belum optimal. Ketersediaan
gudang dipelabuhan belum maksimal dan sarana container serta
kapal ekspor yang belum beroperasi dengan sempurna. Hal ini
menyebabkan kegiatan pengiriman barang via laut tidak lancar,
sehingga biaya operasional ekspor di Aceh menjadi lebih tinggi, hal
ini yang menjadi faktor utama kegiatan ekspor dilaksanakan di luar
Provinsi Aceh.
e. Brand Image yang Belum Kuat
Di era tahun 80-an, Aceh terkenal sebagai daerah saudagar.
Perekonomian Aceh saat itu tumbuh dan berkembang dari sektor
perdagangan ekspor. Saat ini Aceh berusaha untuk mengembalikan
citra sebagai daerah saudagar yang memiliki potensi produk yang
30
berlimpah. Komoditi unggulan Aceh lebih dikenal sebagai produk
dari daerah luar Aceh yang disebabkan oleh penjualan produk
tersebut bukan dari wilayah Aceh. Membangun brand image Aceh
sebagai daerah Saudagar menjadi salah satu strategi Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Aceh dalam rangka meningkatkan
kinerja dari sektor perdagangan.
2) Peluang
Dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan di sektor industri dan
perdagangan di Aceh dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan,
terdapat sejumlah peluang yang dapat mendukung kinerja Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Aceh, antara lain:
a. Potensi Sumber Daya Alam (SDA)
Aceh merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki
kekayaan sumber daya alam berupa: potensi hasil perkebunan,
pertanian dan hasil hutan, potensi barang tambang, potensi hasil laut
dan panas bumi. Sumber daya alam tersebut belum semuanya
tersentuh oleh sektor industri pengolahan dan perdagangan.
Potensi barang tambang berupa LNG dan Kondensat
merupakan komoditi migas yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap nilai eskpor Aceh pada tahun tahun sebelumnya, namun
mulai tahun 2017 dan seterusnya potensi tersebut tidak bisa
diandalkan lagi. Komoditi kopi Arabika dan Robusta serta coklat
merupakan komoditi perkebunan akan memberikan kontribusi
terbesar terhadap ekspor Aceh pada tahun-tahun mendatang.
b. Potensi Geografis Aceh
Aceh memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang lalu lintas
perdagangan Nasional dan Internasional yang menghubungkan belahan
dunia timur dan barat. Provinsi Aceh terletak di ujung barat laut Pulau
Sumatera dengan Ibukota Banda Aceh. Posisi geografis pada 2o00’00”-
6o04’30” Lintang Utara dan 94
o58’21”- 98
o15’03” Bujur Timur. Batas
wilayah Provinsi Aceh adalah:
31
Sebelah Utara : berbatasan dengan Selat Malaka dan Teluk
Benggala.
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Prov Sumatera Utara dan
Samudera Hindia.
Sebelah Barat : berbatasan dengan Samudera Hindia
Sebelah Timur : berbatasan dengan Selat Malaka dan Provinsi
Sumatera Utara.
Kondisi geografis ini merupakan peluang yang sangat menjanjikan
dalam lalu lintas barang antar negara.
c. Jalur Perdagangan Sudah Tersedia
Sarana jalan penghubung dari daerah penghasil kepusat kota yang
merupakan pasar dari hasil produksi telah terbangun dengan baik,
sehingga akses pasar di Aceh relatif lancar.
d. Pengembangan Industri Pengolahan
Industri pengolahan di Aceh setiap tahunnya terus berkembang.
Melalui pembinaan intensif yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Aceh berkoordinasi dengan Kementerian
Perindustrian Republik Indonesia dan instansi terkait telah
menumbuh kembangkan industri kecil dan menengah. Tahun 2015
jumlah IKM di Aceh mencapai 23.385 unit naik 11 persen
dibandingkan dengan jumlah IKM pada tahun 2014 yang berjumlah
21.032 unit IKM. Dalam rangka pengembangan industri pengolahan,
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh telah menyediakan
fasilitas rumah kemasan yang bertujuan untuk membantu pelaku
usaha IKM mendisain dan membuat kemasan yang menarik sebagai
daya tarik penjualan produk mereka. Dalam waktu dekat rumah
kemasan tersebut akan di tetapkan menjadi UPTD Klinik Kemasan
melalui Peraturan Gubernur Aceh.
e. Pemberlakuan Pasar Bebas
Pemberlakuan Pasar Bebas Asean Free Trade Area (AFTA)
dan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) pada tahun 2010
serta pemberlakuan ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)
32
pada tahun 2016 merupakan sebuah peluang bagi pemerintah daerah
dalam rangka menggerakkan sektor produktif sehingga industri
penyediaan bahan baku dapat terus berkembang dalam rangka
memenuhi kebutuhan para investor dan industri asing manca negara.
Selain itu dengan adanya pasar bebas merupakan peluang bagi
industri kecil menengah di Aceh untuk mengembangkan akses pasar
ke negara-negara pasar bebas tersebut.
2.3.5 Formula isu-isu penting berupa rekomendasi dan catatan penting
untuk ditindak lanjutidalam perumusan program dan kegiatan
prioritas pada tahun yang direncanakan.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh merupakan unsur
pelaksana Pemerintah Aceh di sektor Industri dan Perdagangan berupaya
menyikapi isu-isu strategis yang relevan dan tantangan perubahan
lingkungan eksternal yang terjadi serta dalam upaya mewujudkan visi misi
Kepala Daerah dalam 5 (lima) tahun kedepan sebagai pedoman arah
mencapai tujuan. Hasil telaahan Renstra K/L serta hasil telaahan terhadap
RT/RW, juga hasil identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, maka dapat disimpulkan
beberapa Isu Strategis yaitu :
A. Isu-isu strategis di bidang perindustrian yaitu:
1. Belum optimalnya pengembangan agro industri;
2. Masih rendahnya produktivitas Industri Kecil dan Menengah;
3. Masih rendahnya Daya saing produk;
4. Masih rendahnya pertumbuhan industri menengah dan besar
5. Belum tersedianya kawasan pengembangan industri yang
representatif
6. Rendahnya kewirausahaan baru.
B. Isu-isu strategis di bidang perdagangan yaitu:
Beberapa isu strategis terhadap pembinaan sektor perdagangan
dalam daerah diantaranya:
33
1. Belum optimalnya prasarana distribusi dan konektivitas arus
barang
2. Belum optimalnya promosi dan kemitraan;
3. Masih belum terkonsolidasinya produk ekspor;
4. Belum terjaminnya keamanan produk.
5. Masih rendahnya tingkat kesadaran konsumen
6. Belum optimalnya pengawasan barang/jasa
7. Belum tersedianya data dan informasi yang berkualitas
2.4 Review terhadap Rancangan Awal RKPA
2.4.1 Perbandingan antara rancangan awal RKPD dengan analisis
kebutuhan
Renja merupakan dokumen perencanaan SKPA untuk periode satu
tahun dan merupakan penjabaran dari RKPA yang memuat a) rancangan
kerangka ekonomi daerah, b) program prioritas pembangunan daerah dan c)
rencana kerja, pendanaan dan prakiraan maju, yang selanjutnya akan
digunakan sebagai dasar penyusunan KUA-PPAS. Rencana Kerja Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Aceh merupakan penjabaran pelaksanaan
Rencana Kerja Pemerintah Aceh yang akan melaksanakan program dan
kegiatan di sektor perindustrian dan perdagangan Aceh. Dalam dokumen
rencana kinerja memuat informasi tentang sasaran yang ingin dicapai berikut
indikator kinerja sasaran dan rencana capaiannya yang merupakan
representasi tugas pokok dan fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Aceh.
Perbandingan antara Rancangan awal RKPD dengan analisis
kebutuhan merupakan suatu hal yang saling berkaitan dimana didalam
RKPA dijabarkan secara terperinci program atau kegiatan beserta anggaran
yang akan dilaksanakan dengan memprediksi prakiraan maju dari kegiatan
tersebut. Sementara analisis kebutuhan dilakukan atau dijabarkan
berdasarkan hasil evaluasi/ perkiraan kegiatan sesuai dengan kebutuhan.
34
2.4.2 Uraian tentang alasan perbandingan tersebut dilaksanakan
Perbandingan antara rancangan awal RKPA dengan analisis kebutuhan
perlu dilaksanakan antara lain:
- Untuk mengetahui kesenjangan atau gap dari perencanaan program/
kegiatan yang telah dilaksanakan
- Untuk mengetahui apakah perencanaan pada RKPA sejalan dengan
analisis kebutuhan tahun yang berjalan
- Diharapkan dengan adanya perbandingan tersebut maka rancangan awal
RKPA dengan analisis kebutuhan akan saling melengkapi.
Untuk lebih jelasnya mengenai review rancangan awal RKPA tahun
2017 dapat dilihat pada Tabel 2.4.
2.5 Penelaahan Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat
2.5.1 Uraian tentang Proses Pengusulan oleh pemangku kepentingan
Usulan program dan kegiatan dari para pemangku
kepentingan/masyarakat tahun 2018, baik dari kelompok masyarakat yang
terkait langsung dengan pelayanan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Aceh, LSM, asosiasi-asosiasi, perguruan tinggi maupun SKPK
kabupaten/kota ditujukan kepada Gubernur Aceh dan Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Aceh maupun berdasarkan hasil usulan dan kesepakatan
dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang
terangkum dalam program pengembangan sentra-sentra industri potensial
dan program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri dan lokasi
kegiatan berada di 23 kabupaten kota.
Kegiatan di sektor industri yang diusulkan berupa pembinaan dan
bimbingan teknis pengembangan sumber daya manusia bagi perajin industri
kecil dan menengah dan di sektor perdagangan usulan yang disampaikan
adalah untuk pembangunan dan revitalisasi pasar rakyat, lokasi untuk
masing – masing kegiatan tersebar di 23 kabupaten/kota.
35
2.5.2 Uraian tentang kesesuaian usulan tersebut dengan isu-isu penting
penyelenggaraan tugas pokok pokok dan fungsi perangkat daerah.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 129 Tahun 2016
Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, diantara tugas dan fungsinya
disebutkan dalam Pasal 14, bahwa : Seksi Bimbingan Usaha, Sarana
Prasarana, Promosi Dan Informasi IKM mempunyai tugas pengembangan
usaha industri, penyediaan sarana dan prasarana industri, pengkoordinasian
promosi dan informasi perkembangan industri menengah. Hal ini selaras
dengan usulan dari para pemangku kepentingan/masyarakat tahun 2018
berupa pembinaan dan bimbingan teknis pengembangan sumber daya
manusia bagi perajin industri kecil dan menengah. Untuk lebih jelasnya
usulan dari perangkat daerah kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel 2.5.
36
BAB III
TUJUAN DAN SASARAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN
PERDAGANGAN ACEH
3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional
3.1.1 Uraian tentang arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional
yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi perangkat daerah
Kebijakan merupakan suatau keputusan yang diambil untuk
menggambarkan prioritas pelaksanaan tugas dengan mempertimbangkan
sumberdaya yang dimiliki serta kendala-kendala yang ada dalam kurun
waktu tertentu agar pencapaian tujuan dapat sesuai dengan rancana secara
efisien dan efektif yang sesuai dengan misi yang diemban oleh organisasi
dalam rangka mewujudkan visi yang telah dirumuskan dan dapat memenuhi
standard penyelenggaraan good governance dan akuntabilitas public.
Sejalan dengan arah kebijakan RPJMA 2017 – 2022 dan pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Aceh 2005-2025 yang pada saat ini
merupakan tahapan ketiga RPJP Aceh yang berorientasi pada tujuan
pembangunan berkelanjutan yaitu Suistainable Development Goals (SDGs)
dan fokus pada pengembangan industri pengolahan (manufacture), maka
yang berkaitan dengan tupoksi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh
adalah penurunan angka kemiskinan dan pengganguran, pengurangan
kesenjangan antar wilayah melalui pengembangan kawasan strategis dan
penguatan konektivitas, peningkatan ketahanan pangan dan energi dan
peningkatan investasi dan nilai tambah hasil pertanian, industri kreatif dan
pariwisata. Oleh sebab itu kebijakan yang digariskan dalam
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPA Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Aceh dalam kurun waktu tahun 2017 sampai dengan 2022
adalah sebagai berikut:
1. Optimalisasi pelaksanaan tugas-tugas bidang teknis dari sektor
perindustrian dan perdagangan yang dibebankan oleh kementerian
melalui program kegiatan yang bersumber melalui dana dekonsentrasi
antara lain: Program revitalisasi dan penumbuhan industri kecil
37
menengah (Ditjen IKM Kementerian Perindustrian Republik Indonesia),
Program pengembangan Perdagangan Dalam Negeri (Ditjen
Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia), Program Peningkatan Perdagangan Luar Negeri (Ditjen
Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia)
2. Mengoptimalkan pelaksanaan kewenangan pemerintah yang
dilimpahkan oleh Gubernur untuk menangani urusan perindustrian dan
perdagangan.
3.2 Tujuan dan Sasaran Renja Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Aceh.
3.2.1 Uraian tentang perumusan tujuan dan sasaran didasarkan atas
rumusan isu-isu penting penyelenggaraan tugas dan fungsi Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Aceh.
Adapun tujuan dan sasaran yang ingin dicapai mengacu pada Renstra
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh 2017-2022 sebagai berikut:
1. Mewujudkan pemberdayaan ekonomi rakyat dan pengentasan
kemiskinan1 melalui peningkatan pendapatan masyarakat dan
membuka peluang usaha yang berorientasi pada penyerapan tenaga
kerja dari sektor perindustrian dan perdagangan, dengan sasaran :
Meningkatnya pembangunan industri
Berkembangnya Industri Potensi Daerah
2. Merangsang lahirnya industri kreatif yang potensial.
Melalui pembinaan terhadap pelaku usaha industri dengan membentuk
jiwa entrepreneurship yang tangguh dan mandiri, dengan sasaran :
Tumbuhnya Wira Usaha Baru (WUB) di sektor industri kreatif.
1implisit dalam UU No. 11 Thn 2006, Pasal 183 ayat 1
38
3. Pengembangan perwilayahan Industri Aceh dengan sasaran:
Pemusatan industri dan sentra industri kecil dan menengah dalam
kawasan yang representatif .
4. Meningkatkan Produktivitas dan daya saing produk industri Aceh
Sasaran yang ingin dicapai adalah :
Tersedianya produk kreatif yang berdaya saing
Terciptanya peluang dan akses pasar yang seluas-luasnya bagi
produk industri Aceh
Terbentuknya kemitraan (linkage) antar pelaku usaha sebagai upaya
dalam pengembangan mutu produk
5. Peningkatan ekspor barang non migas, mencari peluang pasar untuk
meningkatkan jumlah negara tujuan ekspor melalui peningkatan iklim
usaha perdagangan luar negeri, dengan sasaran :
Meningkatnya neraca perdagangan Aceh
Meningkatnya iklim usaha perdagangan luar negeri
6. Mewujudkan Perdagangan di Aceh bebas dari hambatan2 dengan
menjaga stabilisasi harga, kelancaran distribusi dan layanan logistik
serta pembangunan sarana perdagangan, dengan sasaran :
Terwujudnya stabilitas harga bahan kebutuhan pokok dan barang
penting di Provinsi Aceh.
Memperkecil disparitas harga kebutuhan bahan pokok dan barang
penting antar daerah di Aceh.
7. Peningkatan perlindungan konsumen dan tertib niaga, sehingga
konsumen terhindar dari produk-produk yang membahayakan
kesehatan, keamanan, keselamatan dan lingkungan dan mencegah
pelaku usaha perdagangan dari tindakan yang merugikan konsumen,
sasaran yang ingin dicapai :
Meningkatnya keberdayaan konsumen.
Meningkatnya pengawasan peredaran barang dan jasa
2implisit dalam UU No. 11 Thn 2006, Pasal 163 Ayat 1
39
Meningkatnya tertib niaga.
8. Meningkatkan kinerja pelayanan di bidang industri dan
perdagangan sebagai upaya pelayanan terhadap masyarakat, dengan
sasaran :
Meningkatnya kualitas kinerja di bidang industri dan perdagangan.
3.3 Program dan Kegiatan.
3.3.1 Uraian tentang faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan
terhadap rumusan Program/Kegiatan seperti pencapaian Visi dan Misi
Kepala Daerah.
Dalam menyusun program dan kegiatan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Aceh mengacu pada RPJMA (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Aceh) tahun 2017 – 2022 yang merupakan penjabaran dari Visi
dan Misi Kepala Daerah periode 2017-2022 adalah “Terwujudnya Aceh
Yang Damai dan Sejahtera Melalui Pemerintahan Yang Bersih, Adil
dan Melayani “. Yang selanjutnya dijabarkan ke dalam Rencana Kerja
Perangkat Aceh (RKPA) dan Rencana Strategis (Renstra) Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Aceh, yang akan diimplementasikan ke
dalam rencana kegiatan untuk setiap programnya.
3.3.2 Uraian tentang garis besar mengenai rekapitulasi program/kegiatan
yang meliputi Jumlah program/kegiatan, sebaran lokasi, dan sasaran
kelompok masyarakat.
Program merupakan penjabaran dari kebijakan yang berisi satu atau
lebih kegiatan, menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mendapatkan
hasil yang terukur. Kegiatan merupakan serangkaian aktivitas yang akan
dilaksanakan untuk menghasilkan keluaran (output) sebagai langkah
pencapaian hasil (outcome). Program dan kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh tahun 2019 terdiri dari:
A. Program Pendukung pelaksanaan urusan administrasi dan ketatausahaan
kedinasan, terdiri dari:
40
1. Program Pelayanan Adminstrasi Perkantoran
Program ini bertujuan untuk mewujudkan bantuan administrasi
terhadap keberhasilan penyelenggaraan urusan administrasi
perkantoran. Kegiatan yang dilakukan pada program ini antara lain:
c. Penyediaan jasa surat menyurat
d. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik
e. Penyediaan jasa jaminan milik daerah
f. Penyediaan jasa kebersihan
g. Penyediaan alat tulis kantor
h. Penyediaan bahan cetakan dan penggandaan
i. Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan
kantor
j. Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor
k. Penyediaan bahan bacaan dan perundang-undangan
l. Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi keluar daerah
m. Peningkatan pelayanan administrasi perkantoran
2. Progam Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Program ini bertujuan untuk memberikan dukungan sarana dan
prasarana bagi aparatur pemerintah yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan sehingga tercapai effektivitas dan effisiensi. Kegiatan
yang dilakukan pada program ini adalah:
a. Pengadaan Mebeleur
b. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional
c. Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan gedung kantor
d. Rehabilitasi sedang/berat rumah gedung kantor
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
Program ini bertujuan untuk meningkatkan disiplin pegawai dalam
melaksanakan tugas pemerintahan dengan baik. Kegiatan yang
dilaksanakan dalam program ini adalah:
a. Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya
b. Pengadaan pakaian khusus hari-hari tertentu
41
4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan aparatur
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sehingga dapat
meneyelenggarakan urusan pemerintahan dengan optimal. Kegiatan
yang dilaksanakan dalam program ini adalah:
a. Pendidikan dan pelatihan formal
5. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Program ini bertujuan untuk meningkatkan capaian kinerja Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Aceh melalui perencanaan yang
terintegrasi dan bersinergi antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain:
a. Perencanaan pembangunan perindustrian dan perdagangan
b. Monitoring dan evaluasi pembangunan perindustrian dan
perdagangan
B. Program Spesifik Sektor Industri, terdiri dari:
1. Program Pengembangan Industri Kreatif dan Aneka
Program ini bertujuan untuk menghasilkan iklim bisnis yang positif
bagi industri, produk yang eksklusif dan desain yang kreatif,
mengandalkan kemampuan sumber daya manusia yang handal untuk
meningkatkan daya saing produk baik dalam negeri maupun dalam
menghadapi pasar global. Pencapaian target program dapat
direalisasikan dengan dukungan kegiatan antara lain:
a. Pengembangan industri kreatif dan aneka
b. Peningkatan pemasaran industri kreatif dan aneka
c. Pengembangan industri kerajinan daerah
d. Pengawasan pengembangan industri kreatif dan aneka
e. Pengembangan industri hulu agro
2. Program Pengembangan Industri Pangan.
Program ini bertujuan untuk menghasilkan produk olahan pangan
yang berkualitas dan berdaya saing melalui peningkatan mutu dan
diversifikasi produk pangan.
42
a. Pengembangan industri pengolahan ikan
b. Pengembangan industri bahan penyegar
c. Pengembangan industri holtikultura
d. Pengembangan Industri Pangan Strategis
e. Pengawasan pengembangan industri pangan
3. Program Perwilayahan Industri
Program ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan
industri dan sentra industri kecil dan menengah, memberikan
kemudahan bagi kegiatan industri dan mendorong kegiatan industri
untuk berlokasi di kawasan industri serta pengembangan sentra
industri kecil.
a. Pengembangan kawasan industri daerah
b. Pengembangan sentra industri kecil dan menengah
c. Penyediaan lahan kawasan industri
d. Penguatan kelembagaan kawasan industri dan SIKIM
B. Program spesifik sektor perdagangan, terdiri dari:
1. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan
Program ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari praktek
perdagangan yang merugikan konsumen. Kegiatan yang dilaksanakan
pada program ini antara lain:
a. Peningkatan pengawasan peredaran barang dan jasa
b. Pemberdayaan konsumen dan pembinaan pelaku usaha
c. Peningkatan kemitraan perlindungan konsumen
2. Program Peningkatan Ekspor dan Pengendalian Impor
Program ini bertujuan untuk meningkatkan nilai ekspor non migas
Aceh dan pengendalian laju impor barang. Kegiatan yang
dilaksanakan untuk menunjang program ini adalah:
a. Peningkatan kapasitas laboratorium penguji mutu barang ekspor
dan impor
b. Peningkatan dan perluasan pasar ekspor
c. Monitoring dan evaluasi impor
43
d. Pembinaan eksportir dan importir
3. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan dalam Negeri
Program ini bertujuan untuk penguatan pasar dalam negeri daerah
sehingga terwujudnya stabilisasi harga bahan kebutuhan pokok dan
barang penting di Provinsi Aceh. Kegiatan yang dilaksanakan adalah:
a. Pengembangan pasar dan distribusi barang/produk
b. Pengadaan/pembangunan sarana dan prasarana perdagangan.
Rencana Program Dan Kegiatan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Aceh Tahun 2019 Dan Prakiraan Maju Tahun 2020
sebagaimana terdapat pada Tabel 3.3.
44
BAB IV
RENCANA KERJA DAN PENDANAAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN
PERDAGANGAN ACEH
Rencana kerja dan pendanaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh
merupakan dokumen perencanaan dan penganggaran untuk periode 1 (satu) tahun
yang berisi rencana belanja program dan kegiatan. Program merupakan
penjabaran kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan pemanfaatan
sumber daya yang tersedia untuk mencapai hasil yang terukur sesuai tugas dan
fungsi. Sedangkan kegiatan adalah serangkaian aktivitas pembangunan yang
dilaksanakan oleh SKPA untuk menghasilkan keluaran (output) dalam rangka
pencapaian hasil (outcome) bagi penerima manfaat dalam periode tertentu yang
mencerminkan berfungsinya keluaran dari beberapa kegiatan dalam suatu
program.
Pendanaan indikatif sebagai wujud kebutuhan pendanaan adalah jumlah
dana yang dibutuhkan bagi pelaksanaan program dan kegiatan tahunan, Program
Prioritas yang telah disertai kebutuhan penganggaran (pagu indikatif) menjadi
acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Aceh.
Rencana Program/Kegiatan dan Pendanaan Indikatif adalah sebagai berikut:
KERANGKA PENDANAAN SKPA TAHUN 2019
No.
Pagu Anggaran 2019 Program/Kegiatan
1 2 3
I. Belanja Tidak Langsung
15,420,132,230.00
A. Gaji dan Tunjangan
8,154,335,230.00
B. Tambahan Penghasilan PNS
7,265,797,000.00
II. Belanja Langsung
97,562,273,632.00
45
A. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
2,974,800,000.00
- Penyediaan Jasa Surat Menyurat
10,200,000.00
- Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan
Listrik
573,600,000.00
- Penyediaan jasa jaminan milik daerah
60,000,000.00
- Penyediaan Jasa kebersihan
539,000,000.00
- Penyediaan Alat Tulis Kantor
82,000,000.00
- Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan
25,000,000.00
- Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/ Penerangan
Bangunan Kantor
24,000,000.00
- Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor
350,000,000.00
- Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-
undangan
26,000,000.00
- Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi ke luar Daerah
335,000,000.00
- Peningkatan Pelayanan Administrasi Perkantoran
950,000,000.00
B.
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Aparatur
909,668,948.00
- Pengadaan Mebeuler
174,972,000.00
- Pemeliharaan Rutin Berkala Kendaraan
Dinas/Operasional
500,000,000.00
- Pemeliharaan Rutin Berkala Perlengkapan Gedung
Kantor
200,000,000.00
- Rehab Sedang/Berat Rumah Gedung Kantor
34,696,948.00
C. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
185,300,000.00
- Pengadaan Pakaian Dinas Beserta Perlengkapannya
185,300,000.00
D. Program Peningkatas Kapasitas Sumber Daya
Aparatur
30,000,000.00
Pendidikan dan Pelatihan Formal
30,000,000.00
E. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan
Perdagangan
3,000,000,000.00
- Peningkatan Pengawasan Perdagangan dan Peredaran
Barang dan Jasa
1,383,000,000.00
46
- Pemberdayaan konsumen dan pembinaan pelaku
usaha
1,117,000,000.00
- Peningkatan kemitraan perlindungan konsumen 500,000,000.00
F. Program Peningkatan Ekspor dan Pengedalian Impor
4,500,000,000.00
- Peningkatan Kapasitas Lab Penguji Barang Ekspor
dan Impor
2,000,000,000.00
- Peningkatan dan Perluasan Pasar Ekspor
2,167,440,000.00
- Monitoring dan evaluasi impor
142,000,000.00
- Pembinaan Eksportir dan Importir
190,560,000.00
G. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam
Negeri
35,645,000,000.00
- Pengembangan Pasar dan Distribusi barang/produk
11,000,000,000.00
- Pengadaan/Pembangunan Sarana dan Prasarana
Perdagangan
24,645,000,000.00
H. Program Pengembangan Industri Kreatif dan Aneka
14,631,825,000.00
- Pengembangan Industri Kreatif dan Aneka
8,260,185,000.00
- Peningkatan pemasaran industri kreatif dan aneka
2,611,430,000.00
- Pengembangan industri kerajinan daerah
2,500,000,000.00
- Pengawasan pengembangan industri kreatif dan aneka
210,280,000.00
- Pengembangan industri hulu agro
1,049,930,000.00
I. Program Pengembangan Industri Pangan
4,373,232,441.00
- Pengembangan Industri pengolahan ikan
1,121,810,000.00
- Pengembangan industri bahan penyegar
1,412,320,000.00
- Pengembangan industri hortikultura
474,007,441.00
- Pengembangan industri Pangan Strategis
1,154,815,000.00
- Pengawasan pengembangan industri pangan
210,280,000.00
J. Program Perwilayahan industri
8,823,471,118.00
- Pengembangan kawasan industri daerah
5,937,083,791.00
47
- Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Menengah
2,525,992,559.00
- Penyediaan lahan kawasan industri -
- Penguatan kelembagaan kawasan industri dan SIKIM
360,394,768.00
K. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi
1,683,976,125.00
- Perencanaan pembangunan perindustrian dan
perdagangan
1,383,976,125.00
- Monitoring dan evaluasi pembangunan perindustrian
dan perdagangan
300,000,000.00
L. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam
Negeri
11,380,000,000.00
- Pengambangan pasar dan distribusi barang / produk
8,500,000,000.00
1. Kabupaten Aceh Besar
5,000,000,000.00
2. Kabupaten Aceh Selatan
3,000,000,000.00
3. Kabupaten Aceh Barat
500,000,000.00
- Pengadaan/Pembangunan Sarana dan Prasarana
Perdagangan
2,880,000,000.00
1. Kabupaten Simeulue
1,300,000,000.00
2. Kabupaten Aceh Jaya
1,580,000,000.00
M. Program Pengembangan Industri Kecil dan
Menengah
2,180,000,000.00
- Fasilitasi bagi Industri Kecil dan Menengah terhadap
Pemanfaatan Sumber Daya
1,080,000,000.00
1. Kabupaten Aceh Timur
500,000,000.00
2. Kabupaten Aceh Jaya
580,000,000.00
- Fasilitasi Pengembangan Usaha Industri Kecil dan
Menengah
1,100,000,000.00
1. Kabupaten Aceh Utara
1,100,000,000.00
N. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi
Industri
500,000,000.00
- Pembinaan Kemampuan Teknologi Industri
500,000,000.00
1. Kabupaten Simeulue
500,000,000.00
O. Program Pengembangan Sentra-sentra Industri
48
Potensial 4,990,000,000.00
- Penyediaan Sarana Industri Kecil dan Menengah
4,420,000,000.00
1. Kabupaten Gayo Lues
1,500,000,000.00
2. Kabupaten Aceh Barat Daya
1,500,000,000.00
3. Kota Lhokseumawe
920,000,000.00
4. Kabupaten Aceh Barat
500,000,000.00
- Pengembangan industri kerajinan daerah
570,000,000.00
1. Kota Lhokseumawe
570,000,000.00
P. Program Pengembangan Industri Kreatif dan Aneka
1,755,000,000.00
- Pengembangan Industri Kreatif dan Aneka
1,755,000,000.00
1. Kabupaten Nagan Raya
1,755,000,000.00
TOTAL BELANJA
112,982,405,862.00
49
BAB V
PENUTUP
Rencana kinerja Satuan Kerja Perangkat Aceh (Renja- SKPA) merupakan
implementasi dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam Rencana
Strategis (Renstra) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh yang selanjutnya
digunakan sebagai dasar dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran melalui
pendekatan Money Follow Program dan Penganggaran berbasis kinerja.
5.1. Kaidah Pelaksanaan
- Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh dan seluruh stakeholders
berkomitmen untuk melaksanakan program dan kegiatan prioritas SKPA
dalam rangka mendukung program prioritas daerah dengan sebaik-
baiknya.
- Perencanaan dan Penganggaran yang terpadu antara Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Aceh dengan Dinas yang membidangi perindustrian dan
perdagangan di kabupaten/kota.
- Sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh Tahun Anggaran 2019.
5.2. Catatan Penting yang perlu mendapatkan perhatian
Dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya, permasalahan dalam
pelayanan yang dihadapi Dinas perindustrian dan Perdagangan Aceh yaitu:
1. Masih terbatasnya SDM aparatur yang memiliki kompetensi di bidang
industri dan perdagangan
2. Kurangnya koordinasi di internal dinas maupun dengan pihak terkait
dalam hal perencanaan dan penganggaran.
3. Sikap kemandirian dan ketangguhan masyarakat dalam berwira usaha
masih rendah.
4. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk dalam
negeri
50
5.3. Rencana Tindak Lanjut.
Rencana Kinerja Satuan Kerja Perangkat Aceh (Renja – SKPA) Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Aceh Tahun 2019 memuat hasil evaluasi
pelaksanaan program dan kegiatan tahun sebelumnya, menjadi tolak ukur
dalam pengambilan keputusan dan penyusunan perencanaan di masa
mendatang. Peningkatan kompetensi mutlak diperlukan bagi aparatur melalui
pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis maupun pendidikan formal
dalam rangka pengembangan dan pembangunan di sektor perindustrian dan
perdagangan. Pembinaan terhadap perajin industri kecil dan menengah harus
dilakukan secara optimal dalam rangka meningkatkan kemandirian dan
ketangguhan masyarakat dalam berwira usaha dan pemberdayaan masyarakat
menjadi konsumen cerdas agar terhindar dari praktek perdagangan yang
merugikan serta pembinaan dan pengawasan terhadap pelaku usaha sehingga
terwujudnya perlindungan konsumen dan tertib niaga.
Koordinasi dan kerjasama antara dinas dengan para pemangku
kepentingan/ stakeholder sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan
pelaksanaan program dan kegiatan guna mendukung pencapaian target
pembangunan di sektor industri dan perdagangan tahun 2019 dalam rangka
mewujudkan sasaran strategis pembangunan daerah yaitu penanggulangan
kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Aceh.
Banda Aceh, 27 Agustus 2018
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh
Drs. MUHAMMAD RAUDHI, M.Si
Pembina Tingkat I
NIP. 19680616 199011 1 001