RANCANGAN REGENERASI TOPOLOGI JARINGAN … · dan subnetting jaringan komputer internal gedung...

15
MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK RANCANGAN REGENERASI TOPOLOGI JARINGAN GEDUNG FIXED DAN ROTARY WING PT. DIRGANTARA INDONESIA Bondan Fiqi Riyalda 1) , Ir. Kodrat I.S., MT. 2) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Sudarto, Tembalang, Semarang, Indonesia email : [email protected] ABSTRAK Pada abad sekarang ini kemajuan di dunia informasi begitu pesat dan berdampak pada perkembangan bidang telekomunikasi. Kebutuhan masyarakat akan transfer maupun komunikasi data semakin meningkat, sehingga penerapan teknologi, pemilihan komponen dan perancangan arsitektur jaringan yang tepat dan efisien perlu dilakukan.Terdapat kendala yang sedang dialami PT. Dirgantara Indonesia pada tahun 2014 nanti, yaitu mengalami fase peralihan dan regenerasi pegawai. Rancangan regenerasi topologi jaringan dan subnetting IP Address merupakan suatu hal yang layak untuk dikaji lebih mendalam, mengingat PT. Dirgantara Indonesia merupakan suatu perusahaan berskala internasional di Indonesia. Menentukan pengalokasian IP Address dapat dimulai dari gedung fixed dan rotary wing PT. Dirgantara Indonesia, karena kedua gedung merupakan jantung utama proses pembuatan pesawat maupun helikopter industri tersebut. Wawancara, Study Literatur, pembimbingan dan pengamatan di lapangan merupakan metodologi yang tepat untuk menunjang proses regenerasi gedung fixed dan rotary wing. Analisa, perancangan topologi dan subnetting jaringan komputer internal gedung fixed dan rotary wing menjadi kunci dari permasalahan yang ada dan harus dilakukan demi terciptanya suatu topologi dan subnetting jaringan komputer internal yang tepat dan efisien. Faktor keterampilan sumber daya engineer IT dalam jaringan komputer internal dan mengefisiensikan alokasi IP Address, merupakan harapan perusahaan dalam mengoptimalkan pemakaian IP Address untuk para user pada perusahaannya maupun tertatanya jaringan komputer internal gedung fixed dan rotary wing yang efektif dan sesuai standar internasional yang berlaku . KataKunci : Jaringan Komputer, Topologi, Subnetting I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad sekarang ini kemajuan di dunia informasi begitu pesat dan berdampak pada perkembangan bidang telekomunikasi. Kebutuhan masyarakat akan transfer maupun komunikasi data semakin meningkat, sehingga penerapan teknologi, pemilihan komponen dan perancangan arsitektur jaringan yang tepat perlu dilakukan. PT. Dirgantara Indonesia sendiri adalah sebuah industri pesawat terbang di Indonesia yang juga memerlukan suatu jaringan dengan kecepatan akses yang tinggi demi memudahkan para pegawainya dalam melakukan pekerjaan. Selain itu penyusunan topologi jaringan, dan pemilihan komponen yang sesuai dengan kebutuhan akan dapat mengoptimalkan kinerja sistem. Hasil dari optimalisasi tersebut adalah peningkatan performa dan kualitas jaringan. Namun terdapat kendala yang sedang dialami PT. Dirgantara Indonesia pada tahun 2014 nanti, yaitu mengalami fase peralihan dan regenerasi pegawai. Maka diperlukanya penataan ulang topologi jaringan yang sudah ada sesuai kebutuhan PT. Dirgantara Indonesia itu sendiri, sehingga proses produksi perusahaan tersebut tidak terganggu. Rancangan regenerasi topologi jaringan dan subnetting IP address merupakan suatu hal yang layak untuk dikaji lebih mendalam, mengingat PT. Dirgantara Indonesia merupakan suatu perusahaan berskala internasional di Indonesia. Subnetting IP address fungsinya adalah pengalokasian IP Address yang digunakan supaya efisien dan optimal. Berdasarkan banyaknya jumlah gedung di sana (14 buah) dan letaknya yang saling berjauhan, ada baiknya kalau gedung perakitan yang merupakan jantung utama proses pembuatan pesawat maupun helikopter industri tersebut harus lebih diutamakan proses regenerasi topologi jaringan komputernya. PT. Dirgantara Indonesia memiliki 2 buah gedung

Transcript of RANCANGAN REGENERASI TOPOLOGI JARINGAN … · dan subnetting jaringan komputer internal gedung...

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

RANCANGAN REGENERASI TOPOLOGI JARINGAN GEDUNG

FIXED DAN ROTARY WING PT. DIRGANTARA INDONESIA Bondan Fiqi Riyalda

1), Ir. Kodrat I.S., MT.

2)

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,

Jln. Prof. Sudarto, Tembalang, Semarang, Indonesia

email : [email protected]

ABSTRAK

Pada abad sekarang ini kemajuan di dunia informasi begitu pesat dan berdampak pada perkembangan

bidang telekomunikasi. Kebutuhan masyarakat akan transfer maupun komunikasi data semakin meningkat,

sehingga penerapan teknologi, pemilihan komponen dan perancangan arsitektur jaringan yang tepat dan efisien

perlu dilakukan.Terdapat kendala yang sedang dialami PT. Dirgantara Indonesia pada tahun 2014 nanti, yaitu

mengalami fase peralihan dan regenerasi pegawai. Rancangan regenerasi topologi jaringan dan subnetting IP

Address merupakan suatu hal yang layak untuk dikaji lebih mendalam, mengingat PT. Dirgantara Indonesia

merupakan suatu perusahaan berskala internasional di Indonesia. Menentukan pengalokasian IP Address dapat

dimulai dari gedung fixed dan rotary wing PT. Dirgantara Indonesia, karena kedua gedung merupakan jantung

utama proses pembuatan pesawat maupun helikopter industri tersebut.

Wawancara, Study Literatur, pembimbingan dan pengamatan di lapangan merupakan metodologi

yang tepat untuk menunjang proses regenerasi gedung fixed dan rotary wing. Analisa, perancangan topologi

dan subnetting jaringan komputer internal gedung fixed dan rotary wing menjadi kunci dari permasalahan yang

ada dan harus dilakukan demi terciptanya suatu topologi dan subnetting jaringan komputer internal yang tepat

dan efisien. Faktor keterampilan sumber daya engineer IT dalam jaringan komputer internal dan

mengefisiensikan alokasi IP Address, merupakan harapan perusahaan dalam mengoptimalkan pemakaian IP

Address untuk para user pada perusahaannya maupun tertatanya jaringan komputer internal gedung fixed dan

rotary wing yang efektif dan sesuai standar internasional yang berlaku .

KataKunci : Jaringan Komputer, Topologi, Subnetting

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada abad sekarang ini kemajuan di

dunia informasi begitu pesat dan berdampak

pada perkembangan bidang telekomunikasi.

Kebutuhan masyarakat akan transfer maupun

komunikasi data semakin meningkat, sehingga

penerapan teknologi, pemilihan komponen dan

perancangan arsitektur jaringan yang tepat

perlu dilakukan.

PT. Dirgantara Indonesia sendiri

adalah sebuah industri pesawat terbang di

Indonesia yang juga memerlukan suatu

jaringan dengan kecepatan akses yang tinggi

demi memudahkan para pegawainya dalam

melakukan pekerjaan. Selain itu penyusunan

topologi jaringan, dan pemilihan komponen

yang sesuai dengan kebutuhan akan dapat

mengoptimalkan kinerja sistem. Hasil dari

optimalisasi tersebut adalah peningkatan

performa dan kualitas jaringan. Namun

terdapat kendala yang sedang dialami PT.

Dirgantara Indonesia pada tahun 2014 nanti,

yaitu mengalami fase peralihan dan regenerasi

pegawai. Maka diperlukanya penataan ulang

topologi jaringan yang sudah ada sesuai

kebutuhan PT. Dirgantara Indonesia itu

sendiri, sehingga proses produksi perusahaan

tersebut tidak terganggu.

Rancangan regenerasi topologi

jaringan dan subnetting IP address merupakan

suatu hal yang layak untuk dikaji lebih

mendalam, mengingat PT. Dirgantara

Indonesia merupakan suatu perusahaan

berskala internasional di Indonesia.

Subnetting IP address fungsinya adalah

pengalokasian IP Address yang digunakan

supaya efisien dan optimal.

Berdasarkan banyaknya jumlah

gedung di sana (14 buah) dan letaknya yang

saling berjauhan, ada baiknya kalau gedung

perakitan yang merupakan jantung utama

proses pembuatan pesawat maupun helikopter

industri tersebut harus lebih diutamakan proses

regenerasi topologi jaringan komputernya. PT.

Dirgantara Indonesia memiliki 2 buah gedung

perakitan yang terdapat jembatan penghubung

antar kedua gedung tersebut. Kedua gedung

tersebut adalah Fixed dan Rotary Wing, dan

pada kedua gedung tersebut terdapat gudang-

gudang perakitannya masing-masing.

Spesifikasi tiap gedungnya berbeda-beda,

dimana gedung Fixed Wing terdapat 6 lantai,

gedung Rotary Wing terdapat 7 lantai dan

sedangkan jembatannya terdiri atas 6 lantai.

1.2 Tujuan

Tujuan dan manfaat melakukan kerja

Praktek ini adalah :

1. Merancangan regenerasi topologi

jaringan gedung fixed dan rotary wing

PT. Dirgantara Indonesia.

2. Mengetahui komponen-komponen yang

digunakan dalam merancang topologi

jaringan dan mampu

mengalokasikannya sesuai kebutuhan

gedung fixed dan rotary wing PT.

Dirgantara Indonesia.

3. Membuat subnetting dan menentukan IP

address yang dipakai oleh users pada

gedung Fixed dan Rotary Wing beserta

Bridge.

1.3 Batasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dalam

laporan ini yatu sebagai berikut:

1. Hanya merancang regenerasi topologi

jaringan gedung fixed dan rotary wing

PT. Dirgantara Indonesia.

2. Hanya membahas topologi jaringan,

arsitektur topologi jaringan, dan

komponen - komponen topologi

jaringan gedung fixed dan rotary wing

di PT. Dirgantara Indonesia.

3. Hanya membahas skema topologi

jaringan gedung fixed dan rotary wing

di PT Dirgantara Indonesia beserta

daftar komponen-komponennya.

4. Hanya membuat subnetting dan

menentukan IP address yang dipakai

oleh users pada gedung Fixed dan

Rotary Wing beserta Bridge.

II. KONSEP DASAR JARINGAN DAN

SUBNETTING

2.1 Pengenalan Jaringan Komputer

Jaringan komputer merupakan sebuah

kumpulan komputer dan perangkat keras

lainnya yang terhubung satu sama lain.

Informasi dan data bergerak melalui media

penghubung sehingga memungkinkan

pengguna jaringan dapat bertukar data-data,

menggunakan perangkat keras atau lunak yang

terdapat dalam jaringan tersebut.

2.1.1 Klasifikasi Jaringan Komputer

Berdasarkan Geografis

a. Local Area Network (LAN)

Sebuah LAN adalah jaringan yang

dibatasi oleh area yang relatif kecil, umumnya

dibatasi oleh area lingkungan seperti sebuah

perkantoran di sebuah gedung atau sebuah

sekolah.

Gambar 1 Local Area Network

b. Metropolitan Area Network (MAN)

Metropolitan Area Network (MAN)

adalah suatu jaringan dalam suatu kota dengan

transfer data berkecepatan tinggi yang

menghubungkan berbagai lokasi seperti

kampus, perkantoran, pemerintahan, dan

sebagainya. Jaringan MAN adalah gabungan

dari beberapa LAN.

Gambar 2 Local Area Network

c. Wide Area Network (WAN)

Wide Area Network (WAN) merupakan

jaringan komputer yang mencakup area besar.

Jangkauannya mencakup daerah geografis

yang luas, sebagai contoh yaitu jaringan

komputer antar wilayah, antar kota, antar

negara, bahkan benua.

Gambar 3 Wide Area Network

2.1.2 Klasifikasi Jaringan Komputer

Berdasarkan Topologi

2.1.2.1 Topologi Bus

Topologi jaringan ini menghubungkan

seluruh komputer terkoneksi ke satu jalur data

utama. Pada topologi ini semua sentral

dihubungkan secara langsung pada medium

transmisi dengan konfigurasi yang disebut

Bus.

Gambar 4 Topologi Bus

2.1.2.2 Topologi Ring

Topologi ring adalah cara

menghubungkan komputer sehingga berbentuk

ring (lingkaran). Setiap simpul mempunyai

tingkatan yang sama. Jaringan akan disebut

sebagai loop, data dikirimkan kesetiap simpul

dan setiap informasi yang diterima simpul

diperiksa alamatnya apakah data itu untuknya

atau bukan

Gambar 5 Topologi Ring

2.1.2.3 Topologi Star

Pada topologi star terdapat perangkat

pengendali yang berfungsi sebagai pengatur

dan pengendali komunikasi data. Sedangkan

perangkat lain terhubung dengan perangkat

pengendali sehingga pengiriman data akan

melalui perangkat pengendali.

Gambar 6 Topologi Star

2.1.2.4 Topologi Tree

Topologi tree merupakan

generalisasi dari topologi bus, media transmisi

berupa kabel yang bercabang tanpa loop

tertutup. Topologi tree selalu dimulai pada

titik yang disebut headend. Satu atau beberapa

kabel berasal dari headend.

Gambar 7 Topologi Tree

2.1.2.5 Topologi Mesh

Jenis topologi yang merupakan dari

berbagai jenis topologi yang lain(disesuaikan

dengan kebutuhan). Biasanya digunakan pada

jaringan yang tidak memiliki terlalu banyak

node di dalamnya. Dikarenakan setiap

perangkat dihubungkan dengan perangkat

lainnya.

Gambar 8 Topologi Mesh

2.2 Komponen Jaringan

2.2.1 Kabel UTP

Kabel UTP (Unshielded Twisted Pair)

adalah suatu kabel yang digunakan sebagai

media penghubung antar komputer dan

peralatan jaringan (hub atau switch).

2.2.1.1 Ketgori Kabel UTP

1. Kategori 1 merupakan kabel UTP dengan

kualitas transmisi terendah, yang didesain

untuk mendukung koneksi atau komunikasi

suara analog saja.

2. Kategori 2 adalah kabel UTP dengan

kualitas transmisi yang lebih baik

dibandingkan dengan kabel UTP Category

1 (Cat1).Kabel ini dapat mentransmisikan

data hingga 4 megabit per detik (4Mbps).

3. Kategori 3 adalah kabel UTP dengan kualitas

transmisi yang didesain untuk data network

dengan frequensi hingga 16Mhz dan lebih

populer untuk protocol ethernet dengan

kecepatan data hingga 10 Mbps. 4. Kategori 4 adalah kabel UTP dengan kualitas

transmisi yang lebih baik dibandingkan

dengan kabel UTP Category 3 (Cat3), yang

didesain untuk mendukung komunikasi data

dan suara hingga kecepatan 16 megabit per

detik. 5. Kategori 5 adalah kabel dengan kualitas

transmisi yang jauh lebih baik dibandingkan

dengan kabel UTP kategori 4, yang didesain

untuk mendukung komunikasi data serta

suara pada kecepatan hingga 100 megabit per

detik (100Mbps).

6. Memiliki kecepatan up to 250Mbps atau

lebih dari dua kali cat-5 dan cat-5e.

Frekuensi signal yang dapat dilewatkan

sampai 200 MHz. Secara fisik terdapat

separator yg terbuat dari plastik yang

berfungsi memisahkan keempat pair di

dalam kabel tersebut. Kategori 6a kecepatan

up to 10Gbps.

2.2.1.2 Macam Kabel UTP

2.2.1.2.1 Kabel Straight

Kadang-kadang Anda akan menggunakan

kabel Straight, biasanya digunakan untuk

menghubungkan perangkat jenis yang beda.

Gambar 9 kabel Straight

2.2.1.2.2 Kabel Crossover

Kadang-kadang Anda akan menggunakan

kabel crossover, biasanya digunakan untuk

menghubungkan perangkat jenis yang sama.

Gambar 10 kabel crossover

2.2.2 Crimping Tool

Crimp tool / Crimping Tool adalah

alat untuk memasang kabel UTP ke konektor

RJ-45 / RJ-11 tergantung kebutuhan.

Bentuknya macam-macam ada yang besar

dengan fungsi yang banyak, seperti bisa

memotong kabel, mengupas dan lain

sebagainya. Ada juga yang hanya

diperuntukan untuk crimp RJ-45 atau RJ-11

saja

Gambar 11 Crimping Tool

2.2.3 LAN Tester

LAN Tester adalah sebuah alat yang

digunakan untuk pengecekan Kabel UTP yang

telah terpasang RJ 45 maka gunakan LAN

Tester. Anda bisa membeli yang merek dari

Taiwan saja agar lebih murah. Bentuknya

seperti kotak dan ada lampu LED-nya delapan

pasang dan bisa kedap-kedip.

Gambar 12 LAN Tester

2.2.4 Konektor RJ-45

Konektor RJ-45 adalah alat yang

dipasang pada ujung kabel UTP tujuanya agar

kabel dapat dipasang pada port LAN.

Konektor RJ-45 harus dipasangkan pada ujung

kabel UTP apabila tidak maka Kabel UTP

tidak akan berguna.

Gambar 13 Konektor RJ-45

3.4.5 Kabel Fiber Optik

Fiber optik adalah suatu materi,

filament, ataupun bahan yang terbuat dari

glass atau fiber kaca yang berdiameter lebih

kurang 120 micrometer (hampir sama dengan

sehelai rambut manusia). Fiber optik

digunakan untuk mengantarkan jauh lebih

banyak sinyal dalam bentuk pulsa cahaya (bisa

berupa komunikasi suara maupun data) hingga

mencapai lebih dari 50 kilometer tanpa

memerlukan lagi bantuan perangkat repeater

(penguat sinyal).

Gambar 14 Fiber Optik

Core berfungsi untuk menentukan

cahaya merambat dari satu ujung ke ujung

lainnya. Cladding berfungsi sebagai cermin

yaitu memantulkan cahaya agar dapat

merambat ke ujung lainnya. Buffer Coating

berfungsi sebagai pelindung mekanis pada

fiber optik dan identitas kode warna.

3.5 Switch Jaringan Komputer Switch adalah perangkat telekomunikasi

yang menerima pesan dari perangkat yang

terhubung dengannya dan kemudian

mengirimkan pesan hanya untuk perangkat

yang pesan dimaksud atau sebagai

sentral/konsentrator pada sebuah network. Hal

ini membuat switch adalah perangkat yang

lebih cerdas daripada hub (yang menerima

pesan dan kemudian mengirimkan ke semua

perangkat lain pada jaringan.) karena dapat

mengecek frame yang error dan langsung

membloknya.

Ada empat jenis utama dari Switch

Jaringan Komputer, yaitu

1. Unmanaged Switch adalah pilihan

termurah dan biasanya digunakan di kantor

atau bisnis kecil. Switch Jaringan Komputer ini

melakukan fungsi dasar mengelola aliran data

antara printer bersama dan beberapa komputer.

Mereka dapat menjadi model desktop atau rak

mount.

2. Managed Switch memiliki antarmuka

pengguna atau menawarkan perangkat lunak

yang memungkinkan pengguna untuk

mengubah pengaturan switch. Ada beberapa

metode untuk memperbarui switch jaringan,

mulai dari konsol serial ke aplikasi berbasis

Internet. Jenis Switch Jaringan Komputer

mengharuskan pengguna berpengetahuan

untuk menyesuaikan pengaturan yang

diperlukan.

3. Smart Switch menawarkan produk

tengah antara switch unmanaged dan managed.

Antarmuka pengguna berbasis web dan set

dengan pengaturan default yang paling

populer. Penyesuaian terhadap satu hasil

pengaturan dalam penyesuaian otomatis untuk

pengaturan yang terkait.

4. Managed Companies Switch memiliki

berbagai pengaturan yang dapat disesuaikan

untuk memungkinkan digunakan dalam

perusahaan atau organisasi besar. Jenis Switch

Jaringan Komputer ini biasanya dikelola oleh

spesialis jaringan dan terus-menerus dipantau,

karena ukuran dan kompleksitas jaringan.

3.6 IP Address dan Subnetting IP Address

3.6.1 IP Address

Alamat IP (Internet Protocol Address

atau sering disingkat IP) adalah deretan angka

biner sepanjang 32-bit dan direpresentasikan

dalam bentuk desimal dibagi menjadi 4

bagian, dipisahkan oleh titik yang dipakai

sebagai alamat identifikasi untuk tiap

komputer dalam jaringan komputer.

3.6.2 Kelas IP Address

IP address dibagi menjadi lima kelas, A

sampai E. IP address yang dipakai secara

umum dibagi dalam 3 kelas, sementara 2 kelas

lainnya dipakai untuk kepentingan khusus. Ini

untuk memudahkan pendistribusian IP address

keseluruh dunia.

1. KELAS A

Format:

0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh

Bit pertama : 0

Panjang Network ID : 8 bit

Panjang Host ID : 24 bit

Byte pertama : 0 – 127

Jumlah : 126 kelas A (0 dan 127 dicadangkan)

Range IP : 1.xxx.xxx.xxx sampai

126.xxx.xxx.xxx

Jumlah IP : 16.777.214 IP address pada tiap

kelas A

IP address kelas ini diberikan kepada suatu

jaringan yang berukuran sangat besar, yang

pada tiap jaringannya terdapat sekitar 16 juta

host.

2. KELAS B

Format:

10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh

2 bit pertama : 10

Panjang Network ID : 16 bit

Panjang Host ID : 16 bit

Byte pertama : 128 – 191

Jumlah : 16.384 kelas B

Range IP : 128.0.xxx.xxx sampai

191.255.xxx.xxx

Jumlah IP : 65.535 IP address pada tiap kelas

B

IP address kelas ini diberikan kepada jaringan

dengan ukuran sedang-besar.

3. KELAS C

Format :

110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh

3 bit pertama : 110

Panjang Network ID : 24 bit

Panjang Host ID : 8 bit

Byte pertama : 192 – 223

Jumlah : 2.097.152 kelas C

Range IP : 192.0.0.xxx sampai

223.255.255.xxx

Jumlah IP : 254 IP address pada tiap kelas C

IP kelas ini dialokasikan untuk jaringan

berukuran kecil.

IP kelas D digunakan sebagai alamat multicast

yaitu sejumlah komputer memakai bersama

suatu aplikasi. Contohnya adalah aplikasi real-

time video conference yang melibatkan lebih

daridua host. Ciri IP kelas D adalah 4 bit

pertamanya 1110. IP kelas E (4 bit pertama

1111) dialokasikan untuk keperluan

eksperimen.

3.6.3 Subnetting

Jumlah IP address sangat terbatas,

apalagi jika harus memberikan alamat semua

host di Internet. Oleh karena itu, perlu

dilakukan efisiensi dalam penggunaan IP

address supaya dapat mengalamati

semaksimal mungkin host yang ada dalam satu

jaringan. Konsep subnetting dari IP address

merupakan teknik yang umum digunakan di

Internet untuk mengefisienkan alokasi IP

address dalam sebuah jaringan supaya bisa

memaksimalkan penggunaan IP Address.

Subnetting juga dilakukan untuk mengatasi

perbedaan hardware dan media fisik yang

digunakan dalam suatu network.

3.6.4 Subnet Mask

Suatu subnet didefinisikan dengan

mengimplementasikan masking bit (subnet

mask) kepada IP Address. Struktur subnet

mask sama dengan struktur IP Address, yakni

terdiri dari 32 bit yang dibagi atas 4 segmen.

Bentuk subnet mask adalah urutan bit 1,

diikuti bit 0. Jumlah bit 1 menentukan tingkat

subnet mask.

III. ANALISA PERANCANGAN

TOPOLOGI DAN SUBNETTING

JARINGAN KOMPUTER INTERNAL

GEDUNG FIXED DAN ROTARY

WING

3.1 Jaringan Backbone PT Dirgantara

Indonesia

Backbone adalah saluran yang menjadi

lintasan utama dalam sebuah jaringan. Dimana

backbone ini merupakan dasar untuk

pengembangan jaringan selanjutnya. Jaringan

backbone memiliki koneksi berkecepatan

tinggi yang menjadi lintasan utama dalam

sebuah jaringan.

Dengan menggunakan jaringan

backbone, masalah kecepatan interkoneksi

antar jaringan lokal dapat teratasi. Sebenarnya

bisa saja jika hanya menggunakan kabel

jaringan UTP untuk menggabungkan atar

jaringan lokal tersebut, tetapi akan terasa

sekali lambatnya. Sehingga kabel yang cocok

untuk digunakan pada jaringan backbone

adalah kabel fiber optik.

3.1.1 Peta Internal PT Dirgantara

PT Dirgantara Indonesia terdiri atas

beberapa bangunan yaitu IT- Center, GPM,

Diklat, AE-MT, East of Aero, Center of Aero,

West of Aero, NC-Program, GPT, GRW,

GFW, FTC, CBC dan HMP. Gambar berikut

menunjukan peta internal dari PT Dirgantara

Indonesia :

Gambar 15 Peta Internal PT Dirgantara

3.1.2 Topologi Jaringan pada Backbone

PT Dirgantara Indonesia

Berdasarkan jalur gorong-gorong

bawah tanah PT Dirgantara, maka topologi

yang paling sesuai untuk diterapkan pada

backbone PT Dirgantara adalah topologi star.

Gambar 16 Topologi Star Jaringan PT Dirgantara

Indonesia

Dalam pengukuran jarak tersebut,

seorang engineer harus mengukurnya secara

teliti dan akurat menggunakan meteran

beroda. Kabel fiber optik yang ditentukan

menjadi terlalu panjang sehingga

menyebabkan kerugian finansial atau bahkan

terlalu pendek sehingga kabel fiber optik

perlu disambung dengan menggunakan

teknik splicing yang prosesnya sangat rumit.

3.3 Sistem Switching di PT Dirgantara

Indonesia

Switch adalah perangkat/komponen

jaringan yang berperan sebagai jembatan

untuk perangkat-perangkat jaringan sehingga

masing-masing perangkat dapat terhubung

satu dengan yang lain (menghubungkan

komputer satu dengan yang lainnya). Switch

memiliki sejumlah port ethernet untuk

menghubungkan dirinya dengan perangkat-

perangkat lain di jaringan

Untuk switch yang diggunakan pada

jaringan komputer di PT Dirgantara Indonesia

menggunakan metode Multi layer switching,

yaitu penyusunan perangkat network switch

menjadi beberapa tingkatan dikarenakan end

user yang terkoneksi ke dalam suatu jaringan

memiliki jumlah yang sangat banyak, sehingga

perlu melakukan trunking (menyambungkan

switch satu dengan switch lain) antar network

switch secara bertingkat. Di bawah ini

merupakan gambaran multi layer switching

yang diterapkan pada PT Dirgantara Indonesia

:

Gambar 17 Multi Layer Switching pada Jaringan

Komputer PT Dirgantara

Core Switch yang digunakan di PT

Dirgantara adalah Switch HP5820 dengan

jumlah port SFP sebanyak 24 port dan port

RJ-45 sebanyak 4 port. . Fungsi Core Switch

adalah sebagai network switch yang

menggabungkan beberapa device network

switch menjadi satu kesatuan (integrated

network).

Distribution Switch berfungsi sebagai

penghubung antara Core Switch dengan

Access Switch. Pada switch layer kedua

(Distribution Switch), switch yang digunakan

adalah switch AT-94245/XP dengan jumlah

port SFP sebanyak 4 port dan port RJ45

sebanyak 24 port. . Switch ini digunakan

sebagai penghubung core switch dengan

access switch.

Sedangkan untuk switch layer ketiga

(Access Switch), switch yang digunakan adalah

switch AT-GS950 dengan jumlah port SFP

sebanyak 4 port dan port RJ45 sebanyak 24

port. Switch inilah yang menghubungkan

jaringan dengan end use.

3.4 Jaringan Komputer Internal

Gedung Fixed dan Rotary Wing

Jaringan Komputer Internal adalah

suatu saluran yang digunakan untuk aktifitas

transfer data, dimana lingkupnya adalah hanya

dalam suatu area tertentu dalam suatu

bangunan, dan lebih tepatnya lagi adalah area

sebuah gedung. Dalam laporan ini

pembahasan utamanya adalah 2 buah gedung

perakitan yang ada di perusahaan PT.

Dirgantara Indonesia, yaitu Gedung Fixed dan

Rotary Wing. Namun terdapat Bridge sebagai

perantara antara Gedung Fixed dan Rotary

Wing.

Jaringan komputer internal memang

akan lebih efektif apabila transfer datanya

menggunakan kabel fiber optik, namun ketika

terdapat pemindahan posisi beberapa user

ataupun permutasian user ke gedung lainnya,

maka kabel fiber optik yang telah terpasang

akan menjadi sia – sia menganggur atau tidak

terpakai. Padahal harga kabel fiber optik

tidaklah murah dan bersifat mudah rusak bila

terinjak atau tertimpa beban yang lumayan

berat, karena di dalamnya berisi kaca.

Oleh sebab itu solusi pengkabelan

jaringan komputer internal adalah kabel UTP.

Kabel UTP yang digunakan adalah tipe kabel

UTP Cat6, karena dapat melayani proses

transfer data hingga 10Gbps, lebih murah

daripada kabel fiber optik, dan sifatnya tidak

gampang rusak bila tertimpa benda.

Sedangkan yang dipakai adalah kabel UTP

jenis straight untuk switch ke komputer dan

cross untuk sesama switch.

Jenis topologi yang digunakan oleh

jaringan komputer internal yang dirancang

adalah topologi star. Hal tersebut didasari oleh

komponen yang digunakan untuk menyusun

jaringan komputer internal, yaitu penggunaan

multilayer switch. Standar yang digunakan

dalam perancangan kabel UTP adalah

TIA/EIA-568-B.1-2 Commercial Building

Telecommunications Cabling Standard, yaitu

jarak maksimal kabel UTP CAT6 yang

digunakan adalah 90-95 meter. Selain jenis

topologi yang dipakai terdapat sebuah hal

penting yang harus diperhatikan. Hal-hal yang

perlu diperhatikan sebelum membangun

jaringan komputer internal , yaitu:

1. Kebutuhan yang berkaitan dengan desain

akses jaringan, meliputi jenis data,

pelayanan, IP, dan frame relay

2. Kapasitas yang dibutuhkan dalam

membangun jaringan komputer internal

tergantung pada desain keluarannya

3. Topologi dan teknologi yang akan

digunakan perlu dipertimbangkan,

Topologi akan berpengaruh pada jumlah

dan letak switch, user, desain saluran,

maupun keseluruhan desain akses

jaringan komputer internal.

3.4.1 Jaringan Komputer Internal

Gedung Fixed dan Rotary Wing serta

Bridge

3.4.1.1 Jaringan Komputer Internal

Gedung Fixed Wing

Gedung Fixed Wing merupakan

sebuah gedung perancangan dan perakitan

pesawat yang terdapat pada PT. Dirgantara

Indonesia. Gedung ini berjarak 1 km dari

gedung IT Center. Gedung ini memiliki 6 buah

lantai dan jumlah user yang mencapai 197

orang. Dalam perancangannya, gedung ini

memerlukan 1 buah Distribution Switch AT-

94245/XP dan 10 buah Access Switch AT-

GS950 untuk meng-handle semua user yang

ada. Berikut ini merupakan tabel perinciannya: Tabel 1 Rincian Gedung Fixed Wing

LANTAI JML USER KET Switch Access Switch Distribusi

1 25 1 (24 Port)

1,5 3 0

2 15 1 (24 Port)

3 88 4 (24 Port)

4 57 3 (24 Port)

5 9 1 (24 Port)

TOTAL 197 10 (24 Port) 1 (24 Port)

1 (24 Port)

Berdasarkan tabel 1, terdapat contoh

pada lantai 3 Gedung Fixed Wing memiliki

jumlah sebanyak 88 user, sedangkan switch

Access Switch berjumlah 4 buah. Apabila

digambarkan letak user dan perancangan

topologi internal lantainya sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

28

29

30 31

32

33

16 17 18 19 20

2223 2124252627

LIFT C LIFT D

WCWC WC

34 35 36 37 38 39

40 41

42

43

44 45 46 47 48

49

50

8 PORT

8 PORT

6 P

OR

T

25m

32m

33m 33m

39m

2m2m

3m

13m

16m19m

22m 30m 44m

30 m

31 m

32 m

33 m

44 m

50 m 52 m

53 m

6 m12 m

16 m 17 m

28 m

30 m 16 m14 m12 m10 m

36 m

38 m

45 m 48 m

8 m

12 m

12 m

16 m

14 m

16 m

17 m 19 m 35 m

34 m

35 m

36 m

37 m

39 m

1 m1 m

1 m1 m

6 m

11 m13 m 14 m 15 m

13 m 15 m 17 m 19 m

16 m

Gambar 18 Perancangan Jaringan Komputer

Internal Gedung Fixed Wing Lantai 3

Pada gambar diatas gambar diatas,

perancangan topologi internal lantainya telah

dirancang dengan baik dan efisien sesuai

standar TIA/EIA-568-B.1-2 Commercial

Building Telecommunications Cabling

Standard, yaitu jarak maksimal kabel UTP

CAT6 yang digunakan adalah 90-95 meter.

Port switch yang digunakan tidak semuanya

digunakan, ada beberapa port switch yang

dicadangkan apabila suatu ketika ada

kerusakan mendadak dari sebuah port yang

terpakai. Sedangkan pada gambar, jarak kabel

UTP penghubung Distribution Switch dengan

Access Switch terjauh adalah 81 meter.

Sedangkan jarak terjauh untuk UTP

penghubung Access Switch dengan user adalah

44 meter.

3.4.1.2 Jaringan Komputer Internal

Bridge

Gedung Bridge merupakan sebuah

gedung penghubung antara Gedung Fixed dan

Rotary Wing yang terdapat pada PT.

Dirgantara Indonesia. Pada Bridge terdapat

beberapa gudang penyimpanan untuk

peralatan-peralatan yang digunakan untuk

perancangan dan perakitan pesawat maupun

helikopter, yang nantinya akan

diimplementasikan di Gedung Fixed dan

Rotary Wing. Gedung ini berjarak 1 km dari

gedung IT Center. Gedung ini memiliki 6 buah

lantai dan jumlah user yang mencapai 61

orang. Dalam perancangannya, gedung ini

memerlukan 6 buah Access Switch AT-GS950

untuk meng-handle semua user yang ada.

Berikut ini merupakan tabel perinciannya:

Tabel 2 Rincian Bridge

LANTAI JML USER KET Switch Access

2 7 2 (24 Port)

3 13 0

4 6 2 (24 Port)

5 4 0

6 31 2 (24 Port)

TOTAL 61 6 (24 Port) Secara kalkulasi subnetting nantinya,

terdapat port Distribution Switch yang kosong

pada Gedung Fixed Wing. Sedangkan pada

Bridge tidak dipasang Distribution Switch,

karena untuk keperluan memudahkan

subnetting nantinya, maka Distribution Switch

pada bridge menginduk pada Gedung Fixed

Wing.

Berdasarkan tabel 2, terdapat contoh

pada lantai 6 Bridge memiliki jumlah

sebanyak 31 user, sedangkan switch Access

Switch berjumlah 2 buah. Apabila

digambarkan letak user dan perancangan

topologi internal lantainya sebagai berikut:

WIDEFix Wing

Rotary Wing

18 m

19 m 20 m 21 m

22 m

23 m

13 m 14 m

15 m

13 m14 m

15 m15 m 17 m 19 m 21 m 25 m 27 m 29 m 31 m

33 m

30 m

33 m 37 m 41 m 15 m 17 m 19 m 21 m 23 m 25 m 27 m

Gambar 19 Perancangan Jaringan Komputer

Internal Bridge Lantai 6

Pada gambar diatas gambar diatas,

perancangan topologi internal lantainya telah

dirancang dengan baik dan efisien sesuai

standar TIA/EIA-568-B.1-2 Commercial

Building Telecommunications Cabling

Standard, yaitu jarak maksimal kabel UTP

CAT6 yang digunakan adalah 90-95 meter.

Port switch yang digunakan tidak semuanya

digunakan, ada beberapa port switch yang

dicadangkan apabila suatu ketika ada

kerusakan mendadak dari sebuah port yang

terpakai. Sedangkan pada gambar, kabel fiber

optic single mode 6 core yang digunakan

untuk penghubung Distribution Switch dengan

Access Switch terjauh adalah 316 meter.

Sedangkan jarak terjauh untuk UTP

penghubung Access Switch dengan user adalah

41 meter.

3.4.1.1 Jaringan Komputer Internal

Gedung Rotary Wing

Gedung Rotary Wing merupakan

sebuah gedung perancangan dan perakitan

helikopter yang terdapat pada PT. Dirgantara

Indonesia. Gedung ini berjarak 1 km dari

gedung IT Center. Gedung ini memiliki 7 buah

lantai dan jumlah user yang mencapai 160

orang. Dalam perancangannya, gedung ini

memerlukan 1 buah Distribution Switch AT-

94245/XP dan 8 buah Access Switch AT-

GS950 untuk meng-handle semua user yang

ada. Berikut ini merupakan tabel perinciannya:

Tabel 3 Rincian Gedung Fixed Wing LANTAI JML USER KET Switch Access Switch Distribusi

2 27 1 (24 Port)

2,5 10 0

3 8 1 (24 Port)

4 60 3 (24 Port)

5 34 2 (24 Port)

6 10 0

7 11 1 (24 Port)

TOTAL 160 8 (24 Port) 1 (24 Port)

1 (24 Port)

Berdasarkan tabel 3, terdapat contoh

pada lantai 4 Gedung Rotary Wing memiliki

jumlah sebanyak 60 user, sedangkan switch

Access Switch berjumlah 3 buah. Apabila

digambarkan letak user dan perancangan

topologi internal lantainya sebagai berikut:

1

LIFT A

WC

LIFT B

WC

432

40

6 7

8

9 10 115 12 13

14

17

18

16

2019

21

22

23

24

16

40

25

26

27

28 29 30

31

32 33 34

35

36 37

41

38

39

7 m

8 m11 m

11 m

12 m

16 m

18 m

17 m

21 m

27 m

33 m

30 m

26 m

28 m

28 m

40 m

39 m

41 m

40 m

43 m

43 m 45 m

10 m

9 m5 m

2 m

5 m

12 m

14 m

14 m

16 m19 m21 m

22 m

25 m

21 m

25 m

23 m

26 m19 m20 m 20 m

26 m

24 m

6m

8 m

9 m

11 m 10 m

7 m 11 m

16 m

10 m

8 m

6 m

4 m

7 m 7 m

8 m

26 m

28 m

Gambar 20 Perancangan Jaringan Komputer

Internal Gedung Rotary Wing Lantai 4

Pada gambar diatas gambar diatas,

perancangan topologi internal lantainya telah

dirancang dengan baik dan efisien sesuai

standar TIA/EIA-568-B.1-2 Commercial

Building Telecommunications Cabling

Standard, yaitu jarak maksimal kabel UTP

CAT6 yang digunakan adalah 90-95 meter.

Port switch yang digunakan tidak semuanya

digunakan, ada beberapa port switch yang

dicadangkan apabila suatu ketika ada

kerusakan mendadak dari sebuah port yang

terpakai. Sedangkan pada gambar, jarak kabel

UTP penghubung Distribution Switch dengan

Access Switch adalah 52 meter. Sedangkan

jarak terjauh untuk UTP penghubung Access

Switch dengan user adalah 45 meter.

3.5 Subnetting Jaringan Komputer

Internal Gedung Fixed dan Rotary

Wing

Jumlah IP Address sangat terbatas,

apalagi jika harus memberikan alamat semua

host di Internet. Oleh karena itu, perlu

dilakukan efisiensi dalam penggunaan IP

Address supaya dapat mengalamati

semaksimal mungkin host yang ada dalam satu

jaringan. Konsep subnetting dari IP Address

merupakan teknik yang umum digunakan di

Internet untuk mengefisienkan alokasi IP

Address dalam sebuah jaringan supaya bisa

memaksimalkan penggunaan IP Address.

Untuk beberapa alasan yang

menyangkut efisiensi IP Address, mengatasi

masalah topologi network dan organisasi,

network administrator biasanya melakukan

subnetting. Esensi dari subnetting adalah

memindahkan garis pemisah antara bagian

network dan bagian host dari suatu IP Address.

Beberapa bit dari bagian host dialokasikan

menjadi bit tambahan pada bagian network.

Address satu network menurut struktur baku

dipecah menjadi beberapa subnetwork. Cara

ini menciptakan sejumlah network tambahan

dengan mengurangi jumlah maksimum host

yang ada dalam tiap network tersebut.

Berdasarkan keterangan di atas

memang benar kenyataannya yang dialami

oleh perusahaan Internasional sebesar PT.

Dirgantara Indonesia. Faktor banyaknya

pegawai hingga mencapai angka ribuan,

padahal harus diberikannya alamat kepada

semua host atau pekerja yang menggunakan

komputer. Membuat langkah subnetting dinilai

mampu mengatasi masalah mengefisiensikan

penggunaan IP Address supaya dapat

mengalamati semaksimal mungkin host yang

ada dalam satu jaringan topologi network

tersebut.

Pada Laporan ini akan khusus dibahas

subnetting dari Gedung Fixed dan Rotary

Wing beserta Bridge yang menghubungkan

kedua bangunan ini. Namun sebelum

membahas masalah subnetting yang terdapat

pada Gedung Fixed dan Rotary Wing beserta

Bridge, akan terlebih dahulu menententukan

blok subnet yang terbentuk berdasarkan dari

jumlah user terbanyak tiap gedung dari 14

gedung yang ada di PT. Dirgantara Indonesia.

Berdasarkan pengamatan dilapangan,

didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 4 Jumlah user per gedung PT.

Dirgantara Indonesia NO GEDUNG TOTAL Core Switch Distribution Switch Access Switch

1 IT CENTER 55 1 4

2 GPM 456 1 25

3 GPT 702 1 40

4 DIKLAT 85 1 5

5 AE CENTER 1 8

6 AE WEST 1 8

7 AE EAST 1 8

8 NC PROGRAM 1 8

9 MT 1 8

10 RW 160 1 8

11 FW + Bridge 258 1 16

12 CBC 194 1 11

13 MPH 30 1 4

14 FTC 112 1 10

2652 1 14 163

600

TOTAL

1

Dari data di atas dapat dijelaskan

bahwa user terbanyak berada pada gedung

GPT, yaitu sebanyak 702 user. Sehingga

setiap subnet dialokasikan masing-masing

memerlukan host sebanyak (2^10) - 2 (untuk

network dan broadcast) = 1022 host. Angka

(2^10) digunakan, karena 1022 mendekati

angka 702 berdasarkan perhitungan 2^n .

Maka 1022 host yang nantinya digunakan

untuk acuan menentukan IP Address.

3.5.1 Menentukan jumlah network dan

blok subnet Pada PT. Dirgantara Indonesia, IP

Address yang digunakan adalah kelas A yang

dijadikan kelas B. Terdapat sebuah cara

melakukan subnetting untuk mencari network

dan host. Sebagai gambaran dan lagkah-

langkahnya adalah sebagai berikut :

kelas A (10.1.x.x)

(00001010.00000001.hhhhhhhh.hhhhhhhh)

subnet mask

(11111111.11111111.00000000.00000000)

Diubah menjadi satu subnet kelas B untuk satu

gedung:

kelas B (10.1.n.x)

(00001010.00000001.nnnnnnhh.hhhhhhhh)

subnet mask

(11111111.11111111.11111100.00000000)

Berarti terdapat 22 bit pada subnet

mask kelas B, sehingga netmask yang

terbentuk terbilang (255.255.252.0). Dari

bilangan tersebut dapat dibuat suatu formula

untuk menentukan IP Address yang berlaku

pada jaringan komputer tiap gedung yang ada

di area Regional PT. Dirgantara Indonesia.

Formula tersebut adalah

(11111111.11111111.nnnnnnhh.hhhhhhhh). Dengan kata lain IP Address yang tersedia

mulai dari :

(11111111.11111111.000000hh.hhhhhhhh)

(11111111.11111111.000001hh.hhhhhhhh)

(11111111.11111111.000010hh.hhhhhhhh)

hingga

(11111111.11111111.111111hh.hhhhhhhh)

Kemudian setelah ditemukan

formula tersebut, maka langkah berikutnya

adalah mencari jumlah network. Untuk

mencari jumlah network tersebut berpatokan

pada jumlah network (n) yang terdapat dalam

formula , yaitu 6 buah. Berarti untuk mencari

jumlah network, menggunakan cara :

Jumlah network : 2^6 = 64 sub network

Sedangkan sudah dijelaskan di atas tadi bahwa

tiap 1 sub network mampu melayani host

sebanyak (2^10) - 2 (untuk network dan

broadcast) = 1022 host.

Setelah formula penentuan IP

Address, jumlah sub network, jumlah host

yang dapat dilayani tiap sub networknya

ketemu, langkah terakhir sebelum membuat

tabel IP Address secara global adalah

menentukan blok subnet. Blok subnet dapat

ditentukan dari pengurangan antara jumlah

maksimal IP Address tiap kelasnya, yaitu 2^8

=256, dibagi dengan jumlah networknya, yaitu

2^6=64. Maka secara matematika dihasilkan

perhitungan :

Blok subnet = 256 / 64 = 4

Jadi cara pemahaman mudahnya IP

Address 10.1.(+4).x untuk setiap sub network

yang terbentuk. Untuk lebih jelasnya, terdapat

tabel hasil perhitungan yang telah dilakukan

berdasarkan formula penentuan IP Address,

jumlah sub network, jumlah host yang dapat

dilayani tiap sub network, dan blok subnet

sebagai berikut:

Tabel 5 Jatah IP Address tiap gedung GEDUNG IT CENTER GPM GPT DIKLAT AE CENTER AE WEST

Host Pertama 10.1.0.0 10.1.4.0 10.1.8.0 10.1.12.0 10.1.16.0 10.1.20.0

Host Terakhir 10.1.3.255 10.1.7.255 10.1.11.255 10.1.15.255 10.1.19.255 10.1.23.255 GEDUNG AE EAST NC PROGRAMMT RW FW

Host Pertama 10.1.24.0 10.1.28.0 10.1.32.0 10.1.36.0 10.1.40.0

Host Terakhir 10.1.27.25510.1.31.25510.1.35.255 10.1.39.255 10.1.43.255 GEDUNG CBC MPH FTC ............ subnet ke-64

Host Pertama 10.1.44.0 10.1.48.0 10.1.52.0 .hingga. 10.1.252.0

Host Terakhir 10.1.47.25510.1.51.25510.1.55.255 ........... 10.1.255.255 Walaupun PT. Dirgantara Indonesia

hanya menggunakan 14 sub network saja. Hal

tersebut membuktikan bahwa cara yang

digunakan untuk menentukan jumlah network

dan blok subnet sudah lebih efisien, sehingga

pemakaian IP Address lebih maksimal,

optimal dan tidak boros.

Pengalokasian pemakaian IP Address

Gedung Fixed Wing dan Bridge sangatlah

penting. Jumlah user dalam PT. Dirgantara

Indonesia sangatlah banyak, sehingga dalam

pengalokasian pemakaian IP Address Gedung

Fixed Wing dan Bridge harus efisien.

Dalam jaringan komputer, sub

network (network utama) dapat terdiri dari

beberapa network kecil yang baru. Untuk

memenuhi struktur IP Address user, maka

diperlukan pembagian yang tepat terhadap

network. Pembagian tersebut dapat berawal

dari pembagian network utama (misal:

10.1.40.x atau dapat dibilang

10.1.40.hhhhhhhh) menjadi network kecil

yang baru, seperti 10.1.40.nhhhhhhh,

10.1.40.nnhhhhhh, dan seterusnya, tergantung

2^n yang dibutuhkan untuk mengalokasikan

banyaknya IP Address user.

Bisa saja network utama

(10.1.40.hhhhhhhh) tidak perlu dibagi ke

dalam beberapa network kecil yang baru,

apabila dalam suatu lantai terdapat banyak

user. Bahkan tak menutup kemungkinan

apabila sebuah lantai memerlukan lebih dari 1

buah network utama. Sebut saja cara ini

sebagai Prinsip Pembagian Network. Berikut

gambaran jelasnya untuk pembagian network

utama menjadi network-network kecil yang

baru, demikian penjelasan lengkapnya:

1. 10.1.40.nhhhhhhh apabila ingin dipecah

menjadi 2 network atau (2^1) yang dapat

melayani 128-2(untuk network dan

broadcast)= 126 host untuk tiap

networknya.

2. 10.1.40.nnhhhhhh apabila ingin dipecah

menjadi 4 network atau (2^2) yang dapat

melayani 64-2(untuk network dan

broadcast)= 62 host untuk tiap

networknya.

3. 10.1.40.nnnhhhhh apabila ingin dipecah

menjadi 8 network atau (2^3) yang dapat

melayani 32-2(untuk network dan

broadcast)= 30 host untuk tiap

networknya.

4. 10.1.40.nnnnhhhh apabila ingin dipecah

menjadi 16 network atau (2^4) yang

dapat melayani 16-2(untuk network dan

broadcast)= 14 host untuk tiap

networknya.

5. Dan seterusnya hingga 10.1.40.nnnnnnnn

.

Network tersebutlah yang nantinya

digunakan untuk mengalokasikan IP Address

tiap lantainya. Sedangkan simbol “n” tersebut

nantinya diisikan dengan angka biner (0 dan 1)

untuk menentukan IP Address user.

Pada prinsip Pembagian Network juga

diperkenankan melakukan pembagian network

lagi dari network kecil baru yang terbentuk,

menjadi beberapa network lebih kecil yang

baru. Tentu perubahan tersebut memiliki

syarat, yaitu dari IP Address dengan network

sedikit (10.1.40.nhhhhhhh) menjadi IP

Address dengan network lebih banyak

(10.1.40.nnhhhhhh), (10.1.40.nnnhhhhh), dan

seterusnya. Sedangkan pada Prinsip

Pembagian Network juga diperkenankan pula

melakukan pembagian network lagi dari

network lebih kecil baru yang terbentuk,

menjadi beberapa network lebih kecil lagi

yang baru dan seterusnya hingga efisiensi

pengalokasian didapatkan. Selain itu,

penentuan pembagian network mengacu pada

jumlah user/host terbanyak pada sebuah lantai,

apabila nantinya dibuat pengelompokan lantai

dalam pengalokasian IP Address.

PT. Dirgantara Indonesia memiliki

request tersendiri dalam menentukan

pengalokasian IP Address. Request tersebut

cenderung berbentuk peraturan bahwa :

1. 1 network tidak boleh untuk digunakan

beberapa lantai.

2. Kalau bisa 1 lantai dioptimalkan dengan

menggunakan 1 network saja.

3. 1 lantai minimal menggunakan 1 network,

namun kalo lebih dari 1 network pun

juga boleh, asalkan efisien dan optimal.

Faktor keterampilan sumber daya

engineer IT dalam jaringan komputer internal

dan mengefisiensikan alokasi IP Address,

merupakan harapan perusahaan dalam

mengoptimalkan pemakaian IP Address untuk

para user pada perusahaannya maupun

tertatanya jaringan komputer internal gedung

fixed dan rotary wing yang efektif dan sesuai

standar internasional yang berlaku .

3.5.1.1 Alokasi IP Address Gedung Fixed

Wing dan Bridge

Gedung Gedung Fixed Wing memiliki

karekteristik rincian gedung seperti pada tabel

1. Sedangkan Bridge memiliki karekteristik

rincian gedung seperti pada tabel 2. Bridge

memang sengaja dirancang untuk mengikuti

pengalokasian IP Address pada Gedung Fixed

Wing, karena semua Access Switch yang

berada pada Bridge terhubung ke Distribution

Switch yang ada pada Gedung Fixed Wing.

Secara otomatis, pengalokasian IP Address

User pada Bridge pun ikut dalam perhitungan

pengalokasian IP Address User pada Gedung

Fixed Wing. Sedangkan cara pengalokasian

pemakaian IP Address untuk user yang berada

pada Gedung Fixed Wing berdasar kepada

jatah IP Address tiap gedung yang telah

dibahas di atas. Berarti Gedung Fixed Wing

dan Bridge memiliki jatah IP Address sebagai

berikut :

Tabel 6 Jatah IP Address Gedung Fixed

Wing dan Bridge GEDUNG FW

Host pertama 10.1.40.0

Host terakhir 10.1.43.255 Dari tabel diatas dapat menentukan

pengalokasian lebih khusus lagi untuk tiap IP

Address user yang berada di Gedung Fixed

Wing dan Bridge. Jatah IP Address user yang

berada di Gedung Fixed Wing dan Bridge

memiliki 4 buah sub network. Pada prinsipnya

sesuai perhitungan di sub bab sebelumnya

bahwa setiap sub network dapat melayani

maksimal 1022 host. Namun, tidak semuanya

sub network nantinya akan dipakai, karena

tujuan untuk sub bab ini adalah pengoptimalan

alokasi IP Address.

Untuk membuat suatu alokasi IP

Address user yang efisien, maka perlu

diperhatikan karekteristik rincian gedung,

jatah IP Address Gedung Fixed Wing dan

Bridge yang di padukan dengan prinsip

pembagian network. Dari hasil perpaduan dan

perhitungan yang matang, maka didapatkan

data pengalokasian yang dinilai efisien sebagai

berikut ini:

Tabel 7 Efisiensi alokasi IP Address

Gedung Fixed Wing dan Bridge Pola Alokasi lantai Network address Host Jumlah Host Broadcast Address Keterangan

10.1.40.00hhhhhh 10.1.40.0 10.1.40.1 - 10.1.40.62 62 10.1.40.63 untuk lantai 1

10.1.40.01hhhhhh 10.1.40.64 10.1.40.65 - 10.1.40.126 62 10.1.40.127 untuk lantai 1,5

10.1.40.10hhhhhh 10.1.40.128 10.1.40.129 - 10.1.40.190 62 10.1.40.191 untuk lantai 2

10.1.40.11hhhhhh 10.1.40.192 10.1.40.193 - 10.1.40.254 62 10.1.40.255 tidak terpakai

lantai 3 10.1.41.0hhhhhhh 10.1.41.0hhhhhhh 10.1.41.0 10.1.41.1 - 10.1.41.126 126 10.1.41.127 untuk lantai 3

10.1.41.10hhhhhh 10.1.41.128 10.1.41.129 - 10.1.41.190 62 10.1.41.191 untuk lantai 4

10.1.41.11hhhhhh 10.1.41.192 10.1.41.193 - 10.1.41.254 62 10.1.41.255 untuk lantai 5

lantai 2 bridge 10.1.42.000hhhhh 10.1.42.0 10.1.42.1 - 10.1.42.30 30 10.1.42.31 untuk lantai 2 bridge

lantai 3 bridge 10.1.42.001hhhhh 10.1.42.32 10.1.42.33 - 10.1.42.62 30 10.1.42.63 untuk lantai 3 bridge

lantai 4 bridge 10.1.42.010hhhhh 10.1.42.64 10.1.42.65 - 10.1.42.94 30 10.1.42.95 untuk lantai 4 bridge

lantai 5 bridge 10.1.42.011hhhhh 10.1.42.96 10.1.42.97 - 10.1.42.126 30 10.1.42.127 untuk lantai 5 bridge

lantai 6 bridge 10.1.42.100hhhhh 10.1.42.128 10.1.42.129 - 10.1.42.158 30 10.1.42.159 untuk lantai 6 bridge

lantai 6 bridge 10.1.42.101hhhhh 10.1.42.160 10.1.42.161 - 10.1.42.190 30 10.1.42.191 untuk lantai 6 bridge

tidak terpakai 10.1.42.110hhhhh 10.1.42.192 10.1.42.193 - 10.1.42.222 30 10.1.42.223 tidak terpakai

tidak terpakai 10.1.42.111hhhhh 10.1.42.224 10.1.42.225 - 10.1.42.254 30 10.1.42.255 tidak terpakai

10.1.43.x tidak terpakai 10.1.43.0 10.1.43.1 - 10.1.43.254 254 10.1.43.255 tidak terpakai10.1.43.hhhhhhhh

10.1.40.nnhhhhhh

10.1.42.nnnhhhhh

10.1.41.1hhhhhhh

lantai 1 ; 1,5 ; dan 2

Struktur IP Address

lantai 4 ; 5

10.1.40.x

10.1.42.x

10.1.41.x

Dari tabel di atas didapatkan suatu

efisiensi alokasi IP Address Gedung Fixed

Wing dan Bridge yang dinilai tepat. Dimana

untuk lantai 1; 1,5 dan 2 menggunakan prinsip

pembagian network dari network utama

(10.1.40.hhhhhhhh) menjadi network kecil

baru (10.1.40.nnhhhhhh) yang dipecah ke 4

network atau (2^2) yang dapat melayani 64-

2(untuk network dan broadcast)= 62 host

untuk tiap network-nya, karena pada ketiga

lantai tersebut maksimal terbesar user-nya

(host) adalah pada lantai 1 dengan dengan 25

host (<62 host).

Pada lantai 3 di gabung dengan lantai

4 dan 5 menggunakan prinsip pembagian

network dari network utama

(10.1.41.hhhhhhhh) menjadi network kecil

baru (10.1.41.nhhhhhhh) yang dipecah ke 2

network atau (2^1) yang dapat melayani 128-

2(untuk network dan broadcast)= 126 host

untuk tiap network-nya, karena pada ketiga

lantai tersebut maksimal terbesar user-nya

(host) adalah pada lantai 3 dengan dengan 88

host (<126 host). Baru kemudian lantai 4 dan 5

menggunakan prinsip pembagian network dari

network kecil baru (10.1.41.nhhhhhhh)

menjadi network lebih kecil baru

(10.1.41.nnhhhhhh) yang dipecah ke 4

network atau (2^2) yang dapat melayani 64-

2(untuk network dan broadcast)= 62 host

untuk tiap network-nya, karena pada ketiga

lantai tersebut maksimal terbesar user-nya

(host) adalah pada lantai 4 dengan dengan 57

host (<62 host).

Sedangkan network utama

(10.1.42.hhhhhhhh) dialokasikan untuk bridge

yang memiliki 5 lantai. Dari kelima lantai

tersebut menggunakan menggunakan prinsip

pembagian network dari network utama

(10.1.42.hhhhhhhh) menjadi network kecil

baru (10.1.42.nnnhhhhh) yang dipecah ke 8

network atau (2^3) yang dapat melayani 32-

2(untuk network dan broadcast)= 32 host

untuk tiap network-nya, karena pada ketiga

lantai tersebut jumlah maksimal terbesar user-

nya (host) adalah pada lantai 6 dengan dengan

31 host (menggunakan 2 network kecil yang

mampu menampung 30 host tiap network-

nya). Langkah tersebut diambil untuk

mengupayakan masalah efisiensi.

Sedangkan terdapat beberapa IP

Address yang tidak terpakai seperti network

utama (10.1.43.hhhhhhhh) dan beberapa sisa

lainnya, dimana nantinya digunakan apabila

terdapat suatu proses regenerasi atau

penambahan jumlah user baik pada Gedung

Fixed Wing maupun Bridge.

3.5.1.2 Alokasi IP Address Gedung Rotary

Wing Gedung Rotary memiliki karekteristik

rincian gedung seperti pada tabel 3. Cara

pengalokasian pemakaian IP Address untuk

user yang berada pada Gedung Rotary Wing

berdasar kepada jatah IP Address tiap gedung

yang telah dibahas di atas. Berarti Gedung

Rotary Wing memiliki jatah IP Address

sebagai berikut :

Tabel 8 Jatah IP Address Gedung Rotary

Wing GEDUNG RW

Host Pertama 10.1.36.0

Host Terakhir 10.1.39.255 Dari tabel diatas dapat menentukan

pengalokasian lebih khusus lagi untuk tiap IP

Address user yang berada di Gedung Rotary

Wing. Jatah IP Address user yang berada di

Gedung Rotary Wing memiliki 4 buah sub

network. Pada prinsipnya sesuai perhitungan

di sub bab sebelumnya bahwa setiap sub

network dapat melayani maksimal 1022 host.

Namun, tidak semuanya sub network nantinya

akan dipakai, karena tujuan untuk sub bab ini

adalah pengoptimalan alokasi IP Address.

Untuk membuat suatu alokasi IP

Address user yang efisien, maka perlu

diperhatikan karekteristik rincian gedung,

jatah IP Address Gedung Rotary Wing yang di

padukan dengan prinsip pembagian network.

Dari hasil perpaduan dan perhitungan yang

matang, maka didapatkan data pengalokasian

yang dinilai efisien sebagai berikut ini:

Tabel 9 Efisiensi alokasi IP Address

Gedung Rotary Wing Pola Alokasi Lantai Network address Host Jumlah Host Broadcast address Keterangan

10.1.36.00hhhhhh 10.1.36.0 10.1.36.1 - 10.1.36.62 62 10.1.36.63 lantai2

10.1.36.01hhhhhh 10.1.36.64 10.1.36.65 - 10.1.36.126 62 10.1.36.127 lantai 2,5

10.1.36.10hhhhhh 10.1.36.128 10.1.36.129 - 10.1.36.190 62 10.1.36.191 lantai 3

10.1.36.11hhhhhh 10.1.36.192 10.1.36.193 - 10.1.36.254 62 10.1.36.255 lantai 4

10.1.37.00hhhhhh 10.1.36.0 10.1.37.1 - 10.1.37.62 62 10.1.37.63 lantai 5

10.1.37.01hhhhhh 10.1.36.64 10.1.37.65 - 10.1.37.126 62 10.1.37.127 lantai 6

10.1.37.10hhhhhh 10.1.36.128 10.1.37.129 - 10.1.37.190 62 10.1.37.191 lantai 7

10.1.37.11hhhhhh 10.1.36.192 10.1.37.193 - 10.1.37.254 62 10.1.37.255 tidak terpakai

10.1.38.x tidak terpakai 10.1.38.0 10.1.38.1 - 10.1.38.254 254 10.1.38.255 tidak terpakai

10.1.39.x tidak terpakai 10.1.39.0 10.1.39.1 - 10.1.39.254 254 10.1.39.255 tidak terpakai10.1.39.hhhhhhhh

10.1.38.hhhhhhhh

Struktur IP Address

10.1.36.x lantai 2 ; 2,5 ; 3 ; 4

10.1.37.x lantai 5 ; 6 ; 7

10.1.36.nnhhhhhh

10.1.37.nnhhhhhh

Dari tabel di atas didapatkan suatu

efisiensi alokasi IP Address Gedung Rotary

Wing yang dinilai tepat. Dimana untuk lantai

2; 2,5; 3 dan 4 menggunakan prinsip

pembagian network dari network utama

(10.1.36.hhhhhhhh) menjadi network kecil

baru (10.1.36.nnhhhhhh) yang dipecah ke 4

network atau (2^2) yang dapat melayani 64-

2(untuk network dan broadcast)= 62 host

untuk tiap networknya, karena pada ketiga

lantai tersebut maksimal terbesar user-nya

(host) adalah pada lantai 4 dengan dengan 60

host (<62 host).

Pada lantai 5; 6 dan 7 menggunakan

prinsip pembagian network dari network utama

(10.1.37.hhhhhhhh) menjadi network kecil

baru (10.1.37.nnhhhhhh) yang dipecah ke 4

network atau (2^2) yang dapat melayani 64-

2(untuk network dan broadcast)= 62 host

untuk tiap networknya, karena pada ketiga

lantai tersebut maksimal terbesar user-nya

(host) adalah pada lantai 4 dengan dengan 60

host (<62 host).

Sedangkan terdapat beberapa IP

Address yang tidak terpakai seperti network

utama ( 10.1.38.hhhhhhhh dan

10.1.39.hhhhhhhh ) dan beberapa sisa lainnya,

dimana nantinya digunakan apabila terdapat

suatu proses regenerasi atau penambahan

jumlah user pada Gedung Rotary Wing

IV PENUTUP

4.1 Simpulan

Selama melaksanakan kerja praktek di

PT Dirgantara Indonesia, maka dapat diambil

simpulan, sebagai berikut :

1. Switch yang digunakan pada jaringan

komputer di PT Dirgantara Indonesia

menggunakan metode Multilayer

switching yang terdiri dari Core Switch,

Distribution Switch dan Access Switch.

2. Core Switch yang berada di gedung IT

center dengan Access Switch yang berada

pada mayoritas pada tiap lantai gedung

memiliki karakteristik perbandingan

antara port UTP dengan port Fiber Optic-

nya berbanding terbalik , dimana Core

Switch lebih banyak port (24 port) untuk

port Fiber Optic dan untuk port kabel

kabel UTP hanya sedikit (2 - 4 port),

Sedangkan pada Access Switch lebih

banyak port (24 port) untuk port kabel

UTP dan untuk port kabel Fiber Optic

hanya sedikit (2 - 4 port).

3. Pada gedung berlantai Fixed dan Rotary

Wing terdapat suatu ruang khusus yang

saling terhubung satu lantai dengan lantai

lainnya, dimana ruangan tersebut

digunakan untuk penempatan kabel yang

menghubungkan lantai tersebut dengan

lantai yang lainnya dalam satu gedung.

4. Panjang maksimal kabel UTP cat6 untuk

proses transfer data adalah 100 meter,

namun panjang maksimal efektif kabel

UTP cat6 yang disarankan untuk proses

transfer data adalah 90-95 meter.

5. Untuk membuat suatu rancangan

jaringan, maka harus diketahui berapa

jumlah user yang akan dicover oleh

jaringan tersebut dan seberapa jauh jarak

yang dibutuhkan untuk menghubungkan

jaringan tersebut.

6. Faktor keterampilan sumber daya

engineer IT dalam jaringan komputer

internal dan mengefisiensikan alokasi IP

Address, merupakan harapan perusahaan

dalam mengoptimalkan pemakaian IP

Address untuk para user pada

perusahaannya maupun tertatanya

jaringan komputer internal gedung fixed

dan rotary wing yang efektif dan sesuai

standar internasional yang berlaku .

4.2 Saran

1. Untuk wilayah gudang dari gedung Fixed

dan Rotary Wing, sebaiknya

menggunakan switch dengan 16 port saja,

karena mengingat jarak yang berjauhan

antar usernya dan jumlah user yang tidak

terlalu banyak (kecuali lantai 6 bridge).

2. Pemilihan switch sebaiknya yang

manageble, supaya lebih tahan lama (long

life duration ).

3. Pada ruang kabel pada tiap lantai gedung

Fixed dan Rotary Wing perlu diberi

penerangan, mengingat hanya berpijak

pada ram-ram besi saja.

DAFTAR PUSTAKA

[1] __________. 2013. How to Design Switch

Network or Designing LAN | CCDA. http://www.w7cloud.com/how-to-design-

switch-network-or-designing-lan-ccda/.

diakses pada 20 Agustus 2013

[2] Lesmana, Ricky. 2009. Jaringan

Komputer, IP Address & Subnetting.

Bandung : Unikom

[3] Lusi, Reskita. 2013. Merancang Jaringan

Antar Gedung.

http://reskitalusi.blogspot.com/2013/04/me

rancang-jaringan-antar-gedung.html.

diakses pada 25 Agustus 2013.

[4] Fauzi, Nurman. 2008. Sistem Komunikasi

Serat/Fiber Optik.

http://zethcorner.wordpress.com/2008/07/

22/sistem-komunikasi-serat-fiber-optik/.

diakses pada 25 Agustus 2013.

[5] ---, 2013. “Jaringan Komputer” dalam

id.wikipedia.org.

http://id.wikipedia.org/wiki/Jaringan_ko

mputer. Diakses : 26 Oktober, 2013.

BIODATA

Bondan Fiqi Riyalda,

lahir di Semarang, 2

Januari 1993.

Menempuh pendidikan

dasar di SD Sompok

Semarang. Melanjutkan

ke SMPN 5 Semarang

dan pendidikan tingkat

atas di SMAN 15

Semarang. Dari tahun

2010 sampai saat ini masih menempuh studi

Strata-1 di Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Teknik Universitas Diponegoro Semarang,

konsentrasi Teknologi Informasi.

Semarang, November 2013

Mengetahui dan Menyetujui,

Dosen pembimbing