RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

23
Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016 Jurnal Ekonomi dan Bisnis RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL DAN PENDISTRIBUSIAN SEDIAAN FARMASI (OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN) PADA JASA LAYANAN KESEHATAN DI KOTA SURABAYA Abi Hanif Dzulquarnain | Indrianawati Usman, dan Yetty Dwi Lestari Free Researcher | Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga ABSTRAK Pada industri kesehatan, aktivitas rantai pasokan yang terkait dengan produk farmasi (obat-obatan dan bahan habis pakai medis) sangat penting untuk memastikan pengobatan standar yang tinggi bagi pasien dan memberikan pasokan produk farmasi yang cukup untuk apotek. Tujuan dari reseacrh ini adalah untuk menggambarkan proces pemetaan penyelidikan internal dan distribusi untuk produk farmasi yang berkembang antara Dinas Kesehatan Kota Surabaya Satuan Farmasi, Gudang Farmasi Kesehatan (GFK), dan Puskesmas bersama dengan isu-isu kemudian merumuskan proposal untuk aliran proses mengurangi masalah. Metode penelitian berdasarkan studi kasus cross sectional dengan analisis deskriptif kemudian dilakukan dengan metode analisis kuantitatif atau kualitatif. Semua data telah dikumpulkan kemudian dianalisis dasar konsep proses pemetaan Data Flow Diagram (DFD) sebagai proses pemetaan rantai pasokan cocok untuk produk farmasi. Hasil penelitian menunjukkan ada 4 (empat) masalah pada proses rantai pasokan produk farmasi, mereka (1) ketersediaan stok produk farmasi di Gudang Farmasi Kesehatan (GFK), (2) kemampuan pasokan produk farmasi dari Gudang Farmasi Kesehatan (GFK), ( 3) akurasi perencanaan produk farmasi dari Puskesmas, dan (4) defisit produk farmasi di Puskesmas. Farmasi proses rantai pasokan produk dalam pelayanan kesehatan di kota Surabaya perlu renovasi dan meningkatkan. Data dan informasi integrasi kemudian bertukar antara Dinas Kesehatan Kota Surabaya Satuan Farmasi, Gudang Farmasi Kesehatan (GFK), Dan Puskesmas adalah kunci utama dan fokus untuk mengurangi atau meminimalkan masalah saat proses rantai pasokan produk farmasi. Kata kunci: Proses Pemetaan, produk farmasi (obat-obatan dan medis habis), layanan healtcare, rantai pasokan Kesehatan ABSTRACT On healthcare industries, supply chain activity that related with pharmaceutical product (drugs and medical consumables) was very important to ensure high standard treatment for patient and provide sufficient pharmaceutical product supply to drugstore. The purpose of this reseacrh was to depict mapping proces of internal inquiry and distribution for pharmaceutical product evolving between Dinas Kesehatan Kota Surabaya Unit Farmasi, Gudang Farmasi Kesehatan (GFK), and Puskesmas along with the issues then formulate a proposal for process flow reduce the issues. The research method based on cross sectional case study scheme exert descriptive analysis then utilized with analytical method either quantitative or qualitative. All data have collected then analyzed base on mapping process concept Data Flow Diagram (DFD) as a suitable supply chain mapping process for pharmaceutical product. Research result shown there were 4 (four) issues on pharmaceutical product supply chain process, they were (1) pharmaceutical product stock availability in Gudang Farmasi Kesehatan (GFK), (2) pharmaceutical product supply ability from Gudang Farmasi Kesehatan (GFK), (3) the accuracy of pharmaceutical product planning from Puskesmas, and (4) pharmaceutical product deficit at Puskesmas. Pharmaceutical product supply chain process in healthcare service at Surabaya city need remodelling and improving. Data and information integration then exchange between Dinas Kesehatan Kota Surabaya Unit - - 164

Transcript of RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

Page 1: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL DAN PENDISTRIBUSIAN SEDIAAN FARMASI (OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN)

PADA JASA LAYANAN KESEHATAN DI KOTA SURABAYA

Abi Hanif Dzulquarnain | Indrianawati Usman, dan Yetty Dwi LestariFree Researcher | Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

ABSTRAK

Pada industri kesehatan, aktivitas rantai pasokan yang terkait dengan produk farmasi (obat-obatan dan bahan habis pakai medis) sangat penting untuk memastikan pengobatan standar yang tinggi bagi pasien dan memberikan pasokan produk farmasi yang cukup untuk apotek. Tujuan dari reseacrh ini adalah untuk menggambarkan proces pemetaan penyelidikan internal dan distribusi untuk produk farmasi yang berkembang antara Dinas Kesehatan Kota Surabaya Satuan Farmasi, Gudang Farmasi Kesehatan (GFK), dan Puskesmas bersama dengan isu-isu kemudian merumuskan proposal untuk aliran proses mengurangi masalah.

Metode penelitian berdasarkan studi kasus cross sectional dengan analisis deskriptif kemudian dilakukan dengan metode analisis kuantitatif atau kualitatif. Semua data telah dikumpulkan kemudian dianalisis dasar konsep proses pemetaan Data Flow Diagram (DFD) sebagai proses pemetaan rantai pasokan cocok untuk produk farmasi.

Hasil penelitian menunjukkan ada 4 (empat) masalah pada proses rantai pasokan produk farmasi, mereka (1) ketersediaan stok produk farmasi di Gudang Farmasi Kesehatan (GFK), (2) kemampuan pasokan produk farmasi dari Gudang Farmasi Kesehatan (GFK), ( 3) akurasi perencanaan produk farmasi dari Puskesmas, dan (4) defisit produk farmasi di Puskesmas.

Farmasi proses rantai pasokan produk dalam pelayanan kesehatan di kota Surabaya perlu renovasi dan meningkatkan. Data dan informasi integrasi kemudian bertukar antara Dinas Kesehatan Kota Surabaya Satuan Farmasi, Gudang Farmasi Kesehatan (GFK), Dan Puskesmas adalah kunci utama dan fokus untuk mengurangi atau meminimalkan masalah saat proses rantai pasokan produk farmasi.

Kata kunci: Proses Pemetaan, produk farmasi (obat-obatan dan medis habis), layanan healtcare, rantai pasokan Kesehatan

ABSTRACT

On healthcare industries, supply chain activity that related with pharmaceutical product (drugs and medical consumables) was very important to ensure high standard treatment for patient and provide sufficient pharmaceutical product supply to drugstore. The purpose of this reseacrh was to depict mapping proces of internal inquiry and distribution for pharmaceutical product evolving between Dinas Kesehatan Kota Surabaya Unit Farmasi, Gudang Farmasi Kesehatan (GFK), and Puskesmas along with the issues then formulate a proposal for process flow reduce the issues.

The research method based on cross sectional case study scheme exert descriptive analysis then utilized with analytical method either quantitative or qualitative. All data have collected then analyzed base on mapping process concept Data Flow Diagram (DFD) as a suitable supply chain mapping process for pharmaceutical product.

Research result shown there were 4 (four) issues on pharmaceutical product supply chain process, they were (1) pharmaceutical product stock availability in Gudang Farmasi Kesehatan (GFK), (2) pharmaceutical product supply ability from Gudang Farmasi Kesehatan (GFK), (3) the accuracy of pharmaceutical product planning from Puskesmas, and (4) pharmaceutical product deficit at Puskesmas.

Pharmaceutical product supply chain process in healthcare service at Surabaya city need remodelling and improving. Data and information integration then exchange between Dinas Kesehatan Kota Surabaya Unit

- -164

Page 2: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

Farmasi, Gudang Farmasi Kesehatan (GFK), dan Puskesmas is main key and focus to reduce or minimalize current issues on pharmaceutical product supply chain process.

Keywords : Mapping process, Pharmaceutical product (drugs and medical consumables), Healtcare services, Healthcare supply chain

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

PENDAHULUAN

Dalam kurun beberapa dekade terakhir, sektor kebutuhan data yang terdapat dilapangan guna dapat pelayanan kesehatan telah berubah dengan cepat. dirumuskan atau diformulasikan jumlah kebutuhan Banyaknya sektor pelayanan kesehatan mengakibat- yang mampu dipenuhi oleh Dinas Kesehatan Kota

Surabaya. Konsep pull yang digunakan oleh Dinas kan meningkatnya persaingan dan kebutuhan untuk Kesehatan Kota Surabaya saat ini menyebabkan mampu memberikan pelayanan yang lebih efektif dan masalah terkait dengan persediaan dari sediaan efisien menjadi faktor kunci. Banyak sektor pelayanan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan), yakni kesehatan memulai proyek-proyek dibidang logistik masalah yang berhubungan dengan pendistribusian pasien, clinical pathway, maupun pertukaran data dan dari sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) integrasi vertikal (Aptel and Pourjalali, 2001). Dalam dan masalah yang berhubungan dengan permintaan industri kesehatan, rantai pasokan yang terkait dengan internal dari sediaan farmasi (obat dan perbekalan produk farmasi sangat penting dalam memastikan kesehatan).standar yang tinggi perawatan untuk pasien dan

memberikan kecukupan pasokan obat untuk apotek (Mustafa and Potter, 2009).

Negara Indonesia sebagai salah satu Negara dunia dengan jumlah penduduk terbanyak, menghadapi tantangan dalam bidang kesehatan, salah satunya adalah masalah penyediaan sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan). Oleh karenanya, kontrol terhadap seluruh supply chain tersebut menjadi lebih

Gambar 1. Alur rantai pasok (supply chain) dalam sulit dibanding industri manufaktur lainnya (Kiely, bidang pelayanan kesehatan2004). Semakin panjang dan dinamis rantai pasokan

tersebut, maka aktivitas forecasting dan demand Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan planning menjadi sangat penting (Mustamu, 2007). gambaran alur proses permintaan internal dan pendis-

tribusian sediaan farmasi (obat dan perbekalan Pelayanan Kesehatan di Kota Surabaya dilaksanakan kesehatan) yang melibatkan antara Dinas Kesehatan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya (DKK), dengan Kota Surabaya Unit Farmasi, Gudang Farmasi dibantu oleh 2 (dua) Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesehatan (GFK), dan Puskesmas beserta hambatan yakni Puskesmas dan Gudang Farmasi Kesehatan dan kendala didalamnya, serta memformulasikan (GFK). Dinas Kesehatan Kota Surabaya sebagai usulan alur proses yang dapat mengurangi hambatan satuan Dinasp pelaksana tata laksana teknis dan dan kendala tersebut. administrasi kesehatan berwenang dalam melakukan

pengadaan (purchasing) seluruh kebutuhan obat dan Healthcare Supply Chainperbekalan kesehatan ke distributor melalui sistem Lingkungan rantai nilai (value chain) semakin menan-lelang (tender). Selain itu Dinas Kesehatan Kota tang adalah menempatkan tekanan pada organisasi Surabaya juga berperan dalam mengatur prsediaan kesehatan untuk mencari peluang untuk meningkat-obat dan perbekalan kesehatan selama 1 tahun dan kan efisiensi operasional dan mengurangi biaya tahun berikutnya. sambil terus meningkatkan kualitas pelayanan (Hanna

Konsep persediaan yang digunakan oleh Dinas dan Sethuraman, 2005). Supply chain management Kesehatan Kota Surabaya adalah dengan mengguna- jauh lebih kompleks dalam perawatan kesehatan dari kan konsep pull, dimana hal ini menunjukkan Dinas industri lain karena dampak terhadap kesehatan Kesehatan Kota Surabaya memaksimalkan jumlah masyarakat yang membutuhkan pasokan medis yang

PrimaryManufacture

SecondaryManufacture

ManufactureDistribution

CentreWholesaler

Hospital/Clinic

PharmacyInventory Inventory

Pullproduction

Pushproduction

MassproductionSource: Based on Shah (2004) and Morton (2003)

- -165

Page 3: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

memadai dan akurat sesuai dengan kebutuhan pasien al., 2005) beberapa titik hambatan seperti kurangnya (Beier, 1995). Meskipun demikian, masih terdapat dukungan eksekutif, ketimpangan atau konflik kepen-kesempatan yang signifikan untuk tingan, kebutuhan akan pengumpulan data dan pengu-

kuran kinerja, serta kurangnya pendidikan antara meningkatkan kinerja pada keseluruhan rantai paso- organisasi dengan mitra rantai pasokannya. Meskipun kan (McKone-Manis et al., 2005). Sejumlah teknik perilaku dinamis diamati dalam healthcare supply manajemen supply chain yang berbeda telah diadopsi chain (Samuel et al, 2010) hambatan praktik terbaik dalam beberapa tahun terakhir, namun hambatan terhadap efisiensi dalam rantai pasokan masih berlaku dalam mengimplementasikan konsep tersebut masih seperti: tujuan yang saling bertentangan, kurangnya terjadi. keterampilan dan pengetahuan SCM, teknologi

berkembang, preferensi dokter, kurangnya standar Sektor kesehatan tampaknya memiliki keunikan kode, dan berbagi informasi terbatas (Callender dan dalam melaksanakan praktik konsep manajemen Grasman, 2010).supply chain. Beberapa penulis (McKone-Manis et

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Delivering(pengiriman sediaan farmasi sesuai

dengan dokumen dan kontrak tender)

Gudang utama GFK(replenish antara bulan 7 - 12

tiap tahun)

Distributor sediaan farmasi(penentuan distributor dilakukan dengan tender,

beserta seluruh dokumen pembelianmenggunakan prinsip tender) Order checking

(ketersediaan sediaan farmasi di gudang utama)

Penggunaan sediaan farmasi di Pustu,Posyandu, dan Pusling

Penggunaan sediaan farmasidi Puskesmas induk

Inventory replenishment(pengecekan jumlah dan jenis sediaan farmasi diterima)

Permintaan sediaan farmasi(dilakukan 1 kali dalam 2 bulan menggunakan LPLPO)

Inventory monitoring sediaan farmasidi gudang Puskesmas

(dilakukan harian sampai bulan ke-2)

Penerimaan LPOPO Puskesmas(waktu tunggu administrasi 3-4 hari)

Order preparation(menyiapkan sediaan farmasi berdasar LPLPO)

Confirmation and delivering(waktu tunggu 3 - 7 dari waktu administrasi)

Gudang obat Puskesmas induk Gudang obat Pustu, Posyandu,dan Pusling

Inventory monitoring sediaanfarmasi

Data pooling(merekap perencanaan kebutuhan sediaan farmasi

tahunan Puskesmas)(dilakukan pada tiap akhir tahun)

Order process(menetapkan jumlah dan jenis sediaan farmasi)

hingga tengah tahun)

Order decision(menetapkan jumlah dan jenis sediaan farmasi)

(dilakukan pada awal tahun)

GUDANG FARMASIKESEHATAN (GFK)

DINAS KESEHATANKOTA SURABAYA

Gambar 2. Alur proses sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan)

Shah (2004) mengemukakan bahwa dalam menerap- Setelah paten berakhir, produk alternatif dapat kan kajian rantai pasok dalam bidang pelayanan memasuki pasar, atau perusahaan dapat mengura-kesehatan, terdapat beberapa elemen-elemen dida- ngi harga produk (Lauer, 2004). Teknologi baru lamnya. Elemen-elemen tersebut didapatkan berda- memperpendek siklus hidup (McKone-Manis sarkan hasil kajian-kajian ilmiah peneltian yang et al., 2005), menciptakan tekanan baru pada salu-dilakukan oleh beberapa atau sekelompok peneliti ran distribusi.yang menghendaki jawaban untuk menerapkan sistem 2. Profit marginmanajemen rantai pasok dalam bidang jasa pelayanan

Produk farmasi yang memiliki nilai yang tinggi kesehatan. Berikut akan dijelaskan elemen-elemen per unit, margin operasi kecil di sektor grosir tersebut. khususnya (Morton, 2003). Salah satu penyebab 1. Product live cycledari hal ini adalah kontrol atas harga yang Setelah bahan aktif dipatenkan, mungkin diperlu- diselenggarakan oleh rumah sakit, pengecer dan kan waktu delapan tahun untuk mengembangkan produsen (Lauer, 2004).produk menjadi sesuatu yang dapat dipasarkan

(Papageorgiou et al., 2001).

- -166

Page 4: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

3. Forecasting 4. Lack of supply chain educationSulit untuk memprediksi kebutuhan yang tepat Kesadaran konsep manajemen rantai pasokan, untuk obat. Salah satu masalah adalah keterse- terutama di dalam rumah sakit, rendah (Lauer, diaan data yang akurat tentang konsumsi. Namun, 2004). Oleh karena itu, manajer tidak benar kurangnya tata nama standar untuk produk kese- dilengkapi untuk mengontrol persediaan obat.hatan, ditambah preferensi dokter menciptakan ketidakpastian lebih lanjut (Lauer, 2004, McKone-Manis et al., 2005).

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

METODE PENELITIAN

Berdasarkan sistem analisisnya termasuk penelitian Dalam penelitian self-report ini akan menggunakan deskriptif. Dengan metode deskriptif, penelitian teknik observasi secara langsung, yaitu individu yang memungkinkan untuk melakukan hubungan antar diteliti dikunjungi dan dilihat kegiatannya dalam variabel, menguji hipotesis, mengembangkan gene- situasi yang alami. ralisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki

Berdasarkan metode analisis penelitian ini mengga-validitas universal (west, 1982). bungkan antara metode analisis kuantitaif dan

Jenis penelitian deskriptif yang akan digunakan kaulitatif, dimana analisa kuantitatif digunakan untuk dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif self mendukung traingulasi data yang dilakukan melalui report research, dimana data yang dikumpulkan metode analisis kualitatif.berasal dari satu orang atau peneliti sebagai observer dengan menggunakan lembar observasi.

Dinas Kesehatan Kota Surabaya Unit Farmasi

Pedagang Besar Farmasi (PBF) Wholeseller

Gudang Farmasi Kesehatan (GFK)

1. Alur dan proses penerimaan obat dari PBF 2. Alur dan proses penerimaan pesanan obat

dari Puskesmas 3. Alur dan proses pendistribusian obat ke

Isu proses supply chain

Puskesmas (UPT)

1. Wilayah Surabaya Utara 2. Wilayah Surabaya Timur 3. Wilayah Surabaya Pusat 4. Wilayah Surabaya Selatan 5. Wilayah Surabaya Barat

Isu proses supply chain

Persepsi :

1. Kualitas obat dikirim oleh GFK

2. Capat tanggap GFK 3. Proses pemesanan dan

1. Proses dan alur pemesanan obat ke GFK

2. Proses dan alur pendistribusian obat dalam Puskesmas

Desain proses kegiatan Supply Chain sediaan farmasi di Kota Surabaya

Usulan rancangan desain proses Supply Chain sediaan farmasi Kota SurabayaGambar 3. Kerangka Penelitian

- -167

Page 5: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Data Primer Puskesmas dan Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) dengan isu permasalahan dalam proses pemesanan

Data primer merupakan utama yang dihasilkan dari dan pendistribusian sediaan farmasi.hasil interview dengan pelaku di sektor kesehatan baik di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Surabaya unit Metode analisa kuantitatif menggunakan pendekatan farmasi, Gudang Farmasi Kesehatan (GFK), maupun cut of point, Tam et al (2001) membuat sebuah metode Puskesmas. Data primer menggunakan instrument untuk memastikan derajat kebutuhan kriteria. Kue-interview berupa kuisioner dengan sifat semistructu- sioner yang berisi kriteria-kriteria yang ada dibagikan red dan structured (Cooper dan Schindler, 2011). ke sejumlah responden yang memiliki pengalaman

dan keahlian di bidang inventori untuk diberikan Semistructured interview diberikan kepada pemangku penilaian. Penilaian dibagi menjadi 3 (tiga) dimana kepentingan tertinggi di masing-masing lokasi peneli- bila suatu elemen dinilai sangat penting (very impor-tian. Pada lingkungan Dinas Kesehatan unit farmasi, tant) maka akan diberi skor 3, cukup penting (some-kuisioner interview diberikan kepada kepala unit what important) diberi nilai 2, dan tidak penting (not kefarmasian dan kasi/ kasubag bagian perencanaan important) diberi nilai 1 [Tam & al 2001]. Seluruh dan pengadaan (purchasing) sediaan farmasi. Pada penilaian responden dikumpulkan, kemudian dirata-lingkungan Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) ratakan untuk tiap elemen. Seluruh kriteria diurutkan kuisioner interview diberikan kepada kepala GFK dan dari nilai tertinggi ke terendah. Kemudian dicari nilai penanggung jawab pada bagian administrasi, peneri- cut off dengan rumus :maan obat, dan pendistribusian obat. Pada lingkungan Puskesmas kuisioner interview diberikan kepada apo-teker Puskesmas sebagai penanggung jawab utama sediaan farmasi di Puskesmas.

Jumlah kategori adalah 4 skala (kategori penilaian Structured interview diberikan kepada staff maupun dalam kuisioner).tenaga lainnya selain pemangku kepentingan dimana informasi yang diberikan akan mendukung informasi yang diberikan oleh pemangku kepentingan tertinggi. Pada lingkungan Dinas Kesehatan Kota Surabaya Structured interview tidak diberikan. Pada lingkungan Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) diberikan kepada staf selain pemangku kepentingan tertinggi dan penanggung jawab bagian. Pada lingku-ngan Puskesmas diberikan kepada asisten apoteker Pengolahan dan Analisa Data Secara Kualitatifdan apoteker penanggung jawab. Pendekatan pada studi kasus menggunakan bagan

alur, dimana pada bagan alur ini tergambar alur Data Sekunder distribusi obat-obatan dimulai dari obat pemesanan Data sekunder merupakan data berupa hasil laporan, obat-obatan hingga obat sampai ke tangan pemesan. rekap, maupun catatan yang berkenaan dengan Guna memudahkan penggambaran bagan alur, proses sediaan farmasi. Pengambilan data sekunder dilaku- alur akan dikonversi kedalam simbol-simbol dimana kan di 3 (tiga) lokasi penelitian baik di Dinas Keseha- tiap simbol memiliki makna dan artinya masing-tan Kota Surabaya, lingkungan Gudang Farmasi masing. Sajian bagan alur akan memudahkan pem-Kesehatan (GFK), maupun Puskesmas. Pada lingku- baca untuk menemukan dan menentukan titik mana ngan Puskesmas data sekunder yang dikumpulkan yang menjadi hambatan dalam pendistribusian obat-yakni dokumen LPLPO (Lembar Permintaan dan obatan dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya ke Lembar Pemakaian Obat) dalam kurun waktu 3 tahun Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) yang akhirnya terhitung semenjak tahun 2012-2014 dan dokumen menuju ke Puskesmas.PK-IK (Prosedur Kerja – Instruksi Kerja) sebagai

Pemetaan proses (mapping process) adalah teknik dokumen yang digunakan dalam penatalaksanaan untuk model aliran proses bisnis dalam bentuk grafik teknis di unit Apotek.untuk memvisualisasikan sebenarnya proses dalam

Pengolahan dan Analisa Data Secara Kuantitatif organisasi dan mencari perbaikan agar lebih efektif Pengolahan dan analisa data secara kuantitatif meru- (Paper et al., 2001). Aguilar-Save'n (2004) membe-pakan bentuk pengolahan dan analisa untuk melihat rikan gambaran tentang banyak alat pemetaan pengaruh antara kinerja pelayanan kefarmasian di proses. Dalam penelitian ini, digunakan Data Flow

nilai maksimum – nilai minimumjumlah kategori

Process External Entity

Data Store Data flow linesSource: Gane and Sarson (1977)

- -168

Page 6: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

Diagram (DFD) teknik untuk model kedua Proses sistem. DFD merupakan peta proses yang menggu-manajemen persediaan saat ini dan masa depan nakan empat simbol yang berbeda dan mewakili

komponen utama yakni antara lain (1) entitas ekster-dalam organisasi. nal, (2) data yang tersimpan dan disimpan, (3) arus

Recker et al. (2006) mempelajari perbedaan kemam- data dan (4) proses.puan representasi seluruh proses menuju teknik pemo-delan dan menyimpulkan bahwa DFD merupakan salah satu metode terbaik dalam mewakili struktur

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 5.Perbandingan antara kebutuhan obat FORNAS dibutuhkan dengan jumlah diterimakan tahun 2012 - 2014

Hasil studi lapangan menunjukkan adanya ketimpa-ngan selama kurun waktu 3 tahun terhadap kebutuhan dengan jumlah yang dikirim. Gambaran ini menun-jukkan bahwa terjadi ketidakharmonisan arus pertu-

karan informasi dan data antara Puskesmas dengan Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) sebagai penyu-plai kebutuhan obat FORNAS. Hal ini mengindika-sikan perlu ada perbaikan dalam hal pertukaran data dan informasi yang terjalin antara Puskesmas dengan Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) yang mengarah menjadi lebih baik kedepan.

- -169

Page 7: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Gambar 6. Perbandingan antara jumlah obat FORNAS terpakai dengan jumlah diteri-makan tahun 2012 - 2014

Perbandingan antara jumlah obat FORNAS terpakai dengan jumlah obat FORNAS diterimakan selama kurun waktu 3 tahun menunjukkan bahwa pemakaian obat FORNAS hampir mendekati dengan jumlah obat FORNAS yang dikirim. Hal ini membenarkan pendapat dari apoteker dan asisten apoteker yang menyatakan bahwasannya obat FORNAS di gudang Puskesmas tidak dapat bertahan hingga jadwal pemesa-nan obat FORNAS berikutnya datang.

Selain gambaran tersebut juga membenarkan kejadian kelangkaan obat FORNAS, pengura-ngan jumlah obat FORNAS yang diberikan ke pasien, maupun substitusi obat FORNAS dengan obat lainnya yang memiliki efek dan kandungan yang hampir sama.

Secara tidak langsung kondisi ini menunjukkan adanya ketidakharmonisan hubungan pertukaran data dan informasi antara Puskesmas dengan Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) dimana GFK meskipun mengetahui adanya fenomena tersebut dilapangan namun GFK harus mengambil langkah dan kebijakan untuk tetap harus mensuplai obat FORNAS ke 62 Puskesmas yang ada di Kota Surabaya di tiap bulannya.

Oleh karenanya diperlukan hubungan yang mendu-kung pertukaran data dan informasi antara Puskes-mas dengan Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) yang mampu meminimalkan fenomena kekuarangan obat FORNAS di Puskesmas, namun GFK masih mampu untuk mensuplai ke seluruh 62 Puskesmas sesuai dengan kebutuhannya.

- -170

Page 8: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

Ket

eran

gan

:

Proc

ess

Exte

rnal

Ent

ity

Dat

a St

ore

Dat

a flo

w li

nes

Sour

ce: G

ane

and

Sars

on (1

977)

Gam

bar

7. D

ata

Flow

Dia

gram

(DFD

) pro

ses s

uppl

y ch

ain

pela

yana

n ke

seha

tan

di K

ota

Sura

baya

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

- -171

Page 9: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Gambar 7 tergambar proses supply chain sediaan melibatkan pihak eksternal untuk pemenuhan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) yang meli- pengadaan (purchasing) sediaan farmasi (obat dan batkan 3 (tiga) entitas berbeda yakni Puskesmas, perbekalan kesehatan) yakni distributor kefarma-

sian (Pedagang Besar Farmasi (PBF)). Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) dan Dinas Kese-hatan Kota Surabaya unit kefarmasian berdasarkan Hasil dari order process adalah pemenuhan jumlah metode pemetaan proses (mapping process) Data dan jenis sediaan farmasi (obat dan perbekalan Flow Diagram (DFD). Proses supply chain ketiga kesehatan) sesuai dengan dokumen kontrak penga-entitas tersebut melibatkan 19 (sembilan belas) proses daan (purchasing), diamna item sediaan farmasi kegiatan dan 11 (sebelas) macam simpanan data (data (obat dan perbekalan kesehatan) akan diantar store). Rangkaian proses supply chain tersebut dida- langsung oleh distributor kefarmasian (Pedagang patkan berdasarkan triangulasi data hasil wawancara Besar Farmasi (PBF)) ke Gudang Farmasi Keseha-diketiga entitas tersebut, dan rangkaian proses supply tan (GFK). chain sediaan farmasi tersebut selalu sama dalam

4. Penerimaan LPLPO Puskesmas kurun waktu 3 tahun terakhir (tahun 2012 – 2014). Secara ringkas kesembilan belas macam proses dan Penerimaan LPLPO Puskesmas ke Gudang kesebelas macam simpanan data, dapat terangkum Farmasi Kesehatan merupakan kegiatan rutin kedalam 7 kegiatan proses supply chain. bulanan yang dilakukan oleh Gudang Farmasi

Kesehatan (GFK). Dalam LPLPO terdapat rekap 1. Pooling data jumlah pemakaian sediaan farmasi (obat dan Proses supply chain dimulai dari data pooling perbekalan kesehatan) Puskesmas, jumlah dan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota jenis sediaan farmasi (obat dan perbekalan kese-Surabaya, dimana data pooling menggabungkan hatan) diminta, dan sisa stok sediaan farmasi (obat seluruh permintaan akan kebutuhan sediaan far- dan perbekalan kesehatan) di Puskesmas. masi (obat dan perbekalan kesehatan) di 62 Pus-

LPLPO yang diberikan ke Gudang Farmasi Kese-kesmas Kota Surabaya. Data pooling akan dijadi-hatan (GFK) akan dijadikan sebagai patokan kan patokan bagi Dinas Kesehatan untuk menen-utama bagi Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) tukan jumlah dan jenis sediaan farmasi untuk untuk menentukan jumlah dan jenis sediaan pemenuhan pelayanan kefarmasian di Puskesmas farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) yang selama 12 bulan.akan dipenuhi ke Puskesmas.

2. Order decision5. Order checking dan order preparation Proses pooling data yang memakan waktu antara

Order checking dan order preparation merupakan 2-3 bulan bagi Puskesmas untuk merekap jumlah pasangan proses di Gudang Farmasi Kesehatan kebutuhan dan jenis sediaan farmasi (obat dan (GFK) yang menentukan pemenuhan jumlah dan perbekalan kesehatan) dibtuhkan selama 12 bulan jenis sediaan farmasi (obat dan perbekalan keseha-akan menjadi patokan utama bagi Dinas Keseha-tan) ke Puskesmas. Order checking menekankan tan Kota untuk melakukan order decision. Kelua-pada permintaan jumlah dan jenis sediaan farmasi ran dari order decision adalah terpetakan jumlah (obat dan perbekalan kesehatan) di gudang utama dan jenis sediaan farmasi (obat dan perbekalan GFK dengan permintaah di LPLPO, sementara kesehatan), dimana nantinya keputusan dari order order preparation menekankan pada penentuan decision akan diterjemahkan oleh bagian penga-jumah dan jenis sediaan farmasi (obat dan perbe-daan (purchasing). kalan kesehatan) diminta di LPLPO untuk dipenu-

Bagian pengadaan (purchasing) merupakan enti- hi oleh Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) berda-tas eksternal Dinas Kesehatan Kota dimana bagian sarkan ketersediaan sediaan farmasi (obat dan pengadaan merupakan entitas milik Pemerintah perbekalan kesehatan) di gudang utama GFK. Kota Surabaya yang bertugas untuk mengatur 6. Confirmation dan deliveryjalannya dan mekanisme pelelangan (tender) selu-

Confirmation dan delivery merupakan tahap akhir ruh kegiatan di instansi Pemerintah Kota. di Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) dimana

3. Order process manajemen Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) Order process merupakan rangkaian kegiatan ter- telah selesai memproses permintaan sediaan panjang dimana rangkaian order process memer- farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) dan lukan waktu antara 5 – 6 bulan. Order process sediaan farmasi (obat dan perbekalan) siap untuk sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) diambil oleh Puskesmas yang bersangkutan.

- -172

Page 10: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

7. Inventory replenishment dan inventory Dengan demikian inventory monitoring akan monitoring menghasilkan keluaran berupa data pemakaian

sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) Inventory replenishment dan inventory monitoring Puskesmas, dimana data tersebut akan digunakan merupakan rangkaian di Puskesmas dimana kedua oleh Puskesmas untuk menentukan jumlah dan rangkaian tersebut bertujuan untuk mengontrol jenis sediaan farmasi yang akan diminta ke sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) untuk dilaku-di Puskesmas. Inventory monitoring menekanka kan isi ulang (inventory replenishment)pada jumlah dan jenis sediaan farmasi dipakai dan dikeluarkan oleh Puskesmas setiap harinya yang direkap hingga satuan bulan.

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Gambar 8. Isu permasalahan dalam proses supply chain pelayanan kesehatan di Kota Surabaya

Process External Entity

Data Store Data flow linesSource: Gane and Sarson (1977)

Keterangan

Isu 1. Ketersediaan Stok Sediaan Farmasi (Obat lebih lanjut dari isu ketersediaan stok di Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) adalah kekosongan jenis dan Perbekalan Kesehatan) di Gudang sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) Farmasi Kesehatan (GFK)tertentu dalam kurun waktu yang tidak dapat diten-

Isu ketersediaan stok sediaan farmasi (obat dan tukan pula, sehingga Puskesmas harus menanggung perbekalan kesehatan) di Gudang Farmasi Kesehatan untuk mengganti sediaan farmasi (obat dan perbe-(GFK) telah diketahui ketidakmampuannya oleh kalan) yang mengalami kekosongan tersebut dengan seluruh Puskesmas di Kota Surabaya. Personil apote- jenis sediaan farmasi lainnya atau apabila tidak dapat ker maupun asisten apoteker Puskesmas telah mem- digamtikan oleh jenis sediaan farmasi lainnya maka berikan pernyataan bahwa stok di Gudang Farmasi dengan terpaksa pasien Puskesmas harus beli secara Kesehatan tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan mandiri di apotek umum. bulanan penggunaan sediaan farmasi (obat dan perbe-

Ketersediaan stok sediaan farmasi (obat dan perbeka-kalan kesehatan) real dilapangan. lan kesehatan) di Gudang Farmasi Kesehatan (GFK)

Akibatnya apoteker Puskesmas sering mengganti merupakan nilai yang didapatkan dengan melakukan satu jenis obat kosong dengan jenis obat lain yang perhitungan persentase antara penerimaan sediaan memiliki kemiripan, meskipun bertentangan dengan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) puskesmas

dari Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) dalam kurun resep yang diberikan oleh dokter Puskesmas. Akibat

- -173

Page 11: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

12 bulan dengan kebutuhan sediaan farmasi (obat Berdasarkan kondisi ketersediaan stok sediaan farma-dan perbekalan kesehatan) Puskesmas untuk 12 si (obat dan perbekalan kesehatan) di Gudang Farma-bulan. si Kesehatan (GFK) pada kurun waktu 3 tahun

didapatkan rata-rata ketersediaan stok sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) di Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) kurang dari 50% baik untuk sediaan farmasi obat yang tergolong satuan FORNAS, satuan non FORNAS, dan non obat. Kurangnya ketersediaan stok sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) hingga mencapai setengah dari jumlah yang seharus-nya ada dan tersedia di gudang utama GFK.

Tujuan dalam kontrol persediaan adalah untuk mempertahankan persediaan yang seimbang sehing-ga pelayanan kepada pelanggan untuk setiap item persediaan dipertahankan dalam batas yang tepat (Wild, 1993).

Namun kenyataan dilapangan menunjukkan stok tersedia di gudang utama GFK tidak mencukupi.

Isu 2. Kemampuan Suplai Sediaan Farmasi (Obat dan Perbekalan Kesehatan)

Isu kemampuan suplai sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) merupakan isu ketidakmam-puan Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) dalam mensuplai sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) ke tiap Puskesmas di Kota Surabaya. Seringkali Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) mengurangi jumlah suplai sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) tanpa terlebih dahulu mem-beritahukan ke pihak Puskesmas, sehingga Puskes-mas tidak mendapat kepastian jenis dan jumlah sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) mana yang tidak mampu disuplai oleh Gudang Far-masi Kesehatan (GFK). Hal ini mengakibatkan sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) Puskesmas habis sebelum masa permintaan sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) berikutnya.

Kemampuan suplai sediaan farmasi (obat dan perbe-kalan kesehatan) Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) merupakan nilai yang didapatkan dengan melakukan perhitungan persentase antara penerimaan sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) puskesmas dari Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) dalam kurun

Gambar 9. Persentase ketersediaan stok sediaan 12 bulan dengan pemakaian sediaan farmasi (obat farmasi di Gudang Farmasi Kesehatan dan perbekalan kesehatan) real di Puskesmas dalam (GFK) tahun 2013-2014 kurun 12 bulan.

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

- -174

Page 12: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Gambar 10. Persentase kemampuan suplai sediaan farmasi Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) tahun 2012 - 2014

Berdasarkan hasil tren selama kurun 3 tahun disim-pulkan bahwa kemampuan suplai sediaan farmasi Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) ke seluruh Puskesmas di Kota Surabaya mengalami penurunan, sehingga jumlah suplai sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) dipastikan akan habis sebelum permintaan berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada tiap tahun kondisi gudang utama GFK tidak mampu untuk mensuplai kebutuhan sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan).

Mustaffa dan Potter (2009) menekankan bahwa isu serupa juga terjadi di lingkup supply chain layanan kesehatan di Malaysia, dimana mereka mengatakan persediaan (stock) sediaan farmasi di wholesaler dapat mengalami defisit dan tidak mampu mensuplai ke beberapa klinik dibawahnya. Lebih lanjut Mustaffa dan Potter (2009) mengatakan terdapat 4 (empat) kondisi yang mungkin dapat dipenuhi oleh whole-saler, yakni: 1. Jumlah sediaan farmasi (obat dan perbekalan

kesehatan) dikirim sesuai dengan jumlah permin-taan klinik pemesan.

2. Jumlah sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) dikirim kurang dari jumlah permin-taan klinik pemesan.

3. Tidak dapat dilakukan pengiriman sediaan far-masi (obat dan perbekalan kesehatan) ke klinik pemesan.

4. Jumlah sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) dikirim lebih dari jumlah permintaan klinik pemesan.

Isu 3. Ketepatan Perencanaan Sediaan Farmasi (Obat dan Perbekalan Kesehatan)

Ketepatan perencanaan sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) perlu untuk mendapat perha-tian lebih. Pasalnya laporan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) Puskesmas tahunan dan penggunaan sediaan farmasi bulanan Puskesmas semua diinput secara komputeri-sasi dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Sura-baya. Oleh karenanya model perencanaan pengguna-an dan tren penggunaan sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) harus dimatangkan agar dapat teraplikasikan dengan akurat dan detail ke seluruh Puskesmas. Selama ini model perencaan penggunaan sediaan farmasi hasnya berdasar pada pemakaian rata-rata dimana keakuratan dengan menggunakan pema-kaian rata-rata telah terbukti tidak efektif dan efisien bagi kinerja kefarmasian di Puskesmas.

Perencanaan dengan metode dan model yang sesuai akan menuntun pada hasil perencanaan akurat

- -175

Page 13: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

dengan tingkat keefektifan dan keefisienan yang dapat dipertanggung jawabkan sehingga dapat digunakan sebagai database bagi Dinas Kesehatan Kota Surabaya untuk mengambil keputusan kebija-kan dan kebijaksanaan sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan).

Ketepatan perencanaan sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) Puskesmas merupakan nilai yang didapatkan dengan melakukan perhitungan persentase antara pemakaian sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) real di Puskesmas dalam kurun 12 bulan dengan kebutuhan sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) untuk kurun 12 bulan.

Gambar 11. Persentase ketepatan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi Puskesmas tahun 2012 - 2014

Berdasarkan hasil tren ketepatan perencanaan kebu-tuhan sediaan farmasi (obat dan perbekalan keseha-tan) Puskesmas dalam kurun 3 tahun yakni pada tahun 2012 – 2014 didapatkan kesimpulan bahwa ketepatan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi (obat dan perbekalan) Puskesmas sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sistem perencanaan kebutu-han sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) yang selama ini digunakan oleh Puskesmas sangat tidak efektif dan efisien.

Fenomena bullwhip effect menjadi salah satu feno-mena yang terjadi dalam pemenuhan sediaan farmasi yang dipengaruhi oleh ketidakefektifan dan ketidak-efisienan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi. Dikarenakan permintaan sediaan farmasi sangat bervariasi dan frekuensi permintaan yang tinggi, maka kecenderungan untuk terjadi bullwhip effect yang dengan kata lain akan menyebabkan beberapa kerugian pada pihak manajemen layanan kesehatan dalam menyediakan pasokan obat. Sulit untuk mem-prediksi kebutuhan yang tepat untuk obat. Salah satu masalah adalah ketersediaan data yang akurat ten-tang konsumsi. Namun, kurangnya tata nama standar untuk produk kesehatan, ditambah preferensi dokter menciptakan ketidakpastian lebih lanjut (Lauer, 2004, McKone-Manis et al., 2005).

Isu 4. Defisit Sediaan Farmasi (Obat Dan Perbekalan Kesehatan)

Defisit sediaan farmasi merupakan gambaran nyata kekurangan dalam jumlah dan jenis sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) di Pusksmas. Akibat

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

- -176

Page 14: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

dari defisit sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) tersebut menjadikan Puskesmas harus melakukan beberapa langkah strategis untuk mem-pertahankan jumlah dan jenis sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) agar dapat bertahan hingga jadwal permintaan berikutnya tiba. Beberapa akibat nyata dari defisit sediaan farmasi (obat dan perbeka-lan kesehatan) di Puskesmas antara lain: 1. Menurunnya kinerja unit kefarmasian karena

defisit sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan)

2. Sering terjadi substitusi sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan)

3. Sering terjadi pengurangan jumlah dan dosis dari resep dokter

4. Sering terjadi pembelian obat diluar apotek Puskesmas

5. Pengadaan obat mandiri di Puskesmas yang bertentangan

Keseluruhan langkah yang diambil oleh Puskesmas tersebut bertentangan dengan tugas pokok dan fungsi Puskesmas yang secara langsung mengurangi kinerja pelayanan Puskesmas utamanya dalam pelayanan kefarmasian.

Defisit sediaan farmasi (obat dan perbekalan keseha-tan) Puskesmas merupakan nilai yang didapatkan dengan melakukan perhitungan persentase antara selisih dari pemakaian sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) real di Puskesmas dalam kurun 12 bulan dan penerimaan sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) dari Gudang Far- Gambar 12. Persentase defisit sediaan farmasi Pus-masi Kesehatan (GFK) kurun 12 bulan yang diper- kesmas tahun 2012 - 2014sentasekan dengan penerimaan sediaan farmasi

Berdasarkan hasil data tren selama 3 tahun terhadap (obat dan perbekalan kesehatan) dari Gudang defisit sediaan farmasi (obat dan perbekalan keseha-Farmasi Kesehatan (GFK) kurun 12 bulan.tan) dapat disimpulkan bahwa sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) habis sebelum jadwal pemesanan berikutnya. Akibat dari kekosongan stok sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) membuat Puskesmas harus melakukan permintaan mendadak (urgent orders) ke Gudang Farmasi Kesehatan (GFK), dengan harapan sediaan farmasi dapat terpenuhi dengan segera.

Mustaffa dan Potter (2009) mengungkapkan status permintaan mendadak (urgent orders) memiliki perla-kuan yang berbeda dengan status permintaan normatif. Status permintaan mendadak harus diproses dengan sesegera mungkin dan dikirim sesegera mungkin. Lama waktu yang dibutuhkan menjadi fokus perhatian status permintaan mendadak (urgent orders). Lebih lanjut Mustaffa dan Potter (2009)

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

- -177

Page 15: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

menjelaskan tidak jarang status permintaan menda- Menindaklanjuti permasalah tersebut maka kolabo-dak (urgent orders) lebih banyak dibandingkan rasi dan pertukaran data dan informasi menjadi kunci dengan status permintaan normal. untuk meminimalkan isu permasalahan dalam proses

supply chain. Kolaborasi mengacu pada hubungan Beberapa penelitian mengemukakan hampir 1/3 ben- kooperarif supply chain yang diperkuat baik secara tuk permintaan akan obat berstatus permintaan formal maupun informal, langsung dan tidak lansung mendadak (urgent orders), hal ini menunjukkan antar organisasi, mitra supply chain, dan pelanggan adanya masalah yang cukup serius terkait permin- untuk meningkatkan operasi bisnis (Blanchard, 2007). taan stok obat dipenyedia layanan kesehatan serta manajemen pengadaan yang kurang memadai dan Kolaborasi merupakan Istilah yang berarti hal yang mencukupi. Masalah ini memerlukan intervensi tidak berbeda untuk orang yang berbeda dan sesuai dengan hanya dari pihak penyedia layanan jasa kesehatan, Blanchard (2007) dapat digunakan secara bergantian namun juga pihak penyedia obat dengan memberikan untuk menggambarkan multidimensi tingkat terpadu informasi-informasi ketersediaan obat di gudang manajemen rantai pasokan. Kolaborasi mempromo-besar (wholeseller). sikan pemahaman yang terpisah antara budaya organi-

sasi, integrasi, dan saling ketergantungan dengan Desain Rancangan Perbaikan Proses Supply Chain berbagi visi perusahaan, nilai-nilai, dan tujuan bisnis Manajemen supply chain yang efektif pada akhirnya (Atchison dan Bujak, 2001). Saling ketergantungan di menekankan pada prinsip-prinsip pemanfaatan antara beragam mitra rantai suplai tidak boleh dihin-sistem terintegrasi yang efisien dari supplier, produ- dari, tetapi harus dirangkul dan dikolaborasikan ber-sen produk, pelanggan, dan arus informasi. Logistik sama (Van Victor, 2011). Praktek rantai pasokan kola-yang efisien melibatkan proses jaminan bahwa boratif mendukung keseimbangan keseluruhan tujuan produk, barang, dan jasa dapat diproduksi dan didis- yang dapat membantu untuk menengahi konflik yang tribusikan dalam jumlah yang benar, lokasi, dan mencegah praktek bisnis yang efektif dan mengun-jadwal untuk meminimalkan biaya dan memaksimal- tungkan (Ireland dan Crum, 2005).kan efisiensi (Ang dan Griffin, 2008). Keadaan saling tergantung antara berbagai pemangku Desain rancangan supply chain bagi pelayanan jasa di kepentingan dapat membawa manfaat yang signi-Kota Surabaya merupakan bagian dari layanan fikan bagi penciptaan nilai dalam hubungan antar-kepemerintahan di bidang kesehatan, dimana terdapat organisasi dan juga dapat meningkatkan hubungan perbedaan dengan layanan non kepemerintahan di intra-organisasi (Sytch dan Gulati, 2008). bidang kesehatan. Dalam layanan kepemerintahan di Keberhasilan proses kolaboratif direalisasikan dengan bidang kesehatan pengambilan keputusan bersifat rencana menyelaraskan antara berbagai anggota semtral atau terpusat, dimana setiap keputusan yang supply chain dengan tujuan mencapai sinkronisitas, berhubungan dengan pelayanan layanan kesehatan efisiensi pengambilan keputusan, dan efektif praktek harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Dinas rantai pasokan saat bersama di tengah asimetri Kesehatan Kota Surabaya, sehingga tiap unit pelaya- informasi sering signifikan (Stadtler, 2009). nan kesehatan tidak diperkenankan untuk mengambil keputusan mandiri. Akibatnya proses pengambilan Strategi komunikasi kolaboratif melibatkan orang keputusan yang seharusnya dapat dilakukan dengan yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersa-segera tidak dapat dilakukan sehingga mempengaruhi ma dan memaksimalkan daya beli agregat dengan keefektifan dan keefisienan unit-unit pelayanan kese- berkontribusi terhadap kepemilikan lini produk hatan. Proses supply chain layanan kesehatan Kota antara beberapa lapisan peserta di seluruh organisasi Surabaya yang melibatkan 3 (tiga) entitas berbeda (Seifert, 2003).telah terbukti menimbulkan kerenggangan sehingga

Data Flow Diagram (DFD) proses supply chain memunculkan beberapa isu permasalahan dalam pelayanan kesehatan di Kota Surabaya menunjukkan proses supply chain tersebut. beberapa isu permasalahan yang apabila ditelusuri

Proses supply chain pada pelayanan kesehatan di lebih mendalam berhubungan dengan hambatan Kota Surabaya memiliki kekurangan yakni tidak komunikasi. Rancangan Data Flow Diagram (DFD) adanya integrasi informasi yang jelas antara ketiga terbaru memberikan gambaran solusi yang akan entititas (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Gudang meminimalkan hambatan komunikasi tersebut. Farmasi Kesehatan, dan Puskesmas) sehingga ham- Dalam literatur, JIT, stockless dan pendekatan VMI batan komunikasi sering menimbulkan perbedaan adalah tiga strategi yang diimplementasikan dalam diantara ketiganya yang tak jarang pula menurunkan supply chain pada sektor kesehatan. (Mustaffa dan kinerja diantara ketiganya. Potter, 2009). Masalah utama dengan menerapkan

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

- -178

Page 16: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

JIT dan sistem stockless adalah permintaan yang sebut belum sesuai untuk diterapkan di sistem pela-berfluktuasi dan sulit diprediksi (Kowalski, 1986). yanan kesehatan kepemerintahan di Kota Surabaya,

penulis menekankan pada perbaikan jaringan komu-Meskipun sistem VMI, JIT, dan stockless diusung nikasi diantara ketiga entitasuntuk meminimalkan hambatan komunikasi, hal ter-

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Proc

ess

Exte

rnal

Ent

ity

Dat

a St

ore

Dat

a flo

w li

nes

Ket

eran

gan

Gam

bar

13.

Ran

cang

an p

rose

s sup

ply c

hain

pel

ayan

an k

eseh

atan

di K

ota

Sura

baya

yan

g m

emin

imal

kan

isu

perm

asal

ahan

den

gan

men

ggab

ungk

atan

anta

ra IT

influ

ence

den

gan

entit

y col

labo

ratio

n

- -179

Page 17: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Meminimalkan isu 1. Permasalahan Ketersedia- mas. Normatifnya kemampuan suplai dari sebuah an Stok Sediaan Farmasi (Obat dan Perbekalan gudang utama sediaan farmasi (obat dan perbekalan Kesehatan) Di Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) kesehatan) berada pada kisaran 90% - 99%. Angka

ini berarti apabila suplai dari gudang utama GFK Isu permasalahan ketersediaan stok sediaan farmasi mampu berada pada kisaran persentase tersebut, (obat dan perbekalan kesehatan) di Gudang Farmasi maka otomatis masalah kelangkaan sediaan farmasi Kesehatan (GFK) merupakan bukti ketidakmampuan (obat dan perbekalan kesehatan) yang terjadi di Pus-Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) untuk mensuplai kesmas akan berkurang. sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan)

dikarenakan stok yang tersedia di gudang utama tidak Isu permasalahan ini timbul akibat adanya kesenja-mencukupi kebutuhan seluruh Puskesmas. ngan antara proses pengecekan status sediaan farmasi di gudang utama GFK ke bagian administrasi Isu permasalahan ini timbul akibat adanya kesenja-Gudang Farmasi Kesehatan (GFK), dimana bagian ngan antara proses permintaan sediaan farmasi (obat administrasi ini akan menentukan berapa jumlah dan perbekalan kesehatan) yang diminta oleh masing-sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) masing Puskesmas dengan proses pengecekan status yang akan dikirim. Otomatis kesenjangan ini akan sediaan farmasi yang terhubung ke gudang utama berlanjut pada proses penerimaan sediaan farmasi GFK. Dikarenakan jumlah dan jenis sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) yang diterima oleh (obat dan perbekalan) di gudang utama GFK tidak tiap Puskesmas dan mempengaruhi status sediaan akan mengalami penambahan jumlah untuk waktu farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) di gudang yang cukup lama, maka persediaan sediaan farmasi

(obat dan perbekalan kesehatan) akan berkurang Puskesmas. menurut deret hitung. Kelemahan nyata yang terlihat Rangkaian proses supply chain yang terjalin antara adalah jumlah pasokan sediaan farmasi (obat dan entitas Puskesmas dan Gudang Farmasi Kesehatan perbekalan kesehatan) tambahan yang disuplai ke

terdapat 7 macam simpanan data (data storage), gudang utama GFK untuk dapat memenuhi kebutuhan dimana ke-7 macam simpanan data tersebut apabila sediaan farmasi (obat dan perbekalan) di Puskesmas. dikelola dengan baik akan memberikam suatu

Hingga saat ini proses informasi yang terjalin antara gambaran informasi yang utuh bagi Dinas Kesehatan Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) dengan Dinas Kota Surabaya unit kefarmasian. Usulan rangkaian Kesehatan Kota Surabaya unit farmasi belum terjalin proses yang meminimalkan isu permasalahan yang dengan baik, dalam artian alur dan arus pertukaran terjadi adalah dengan menggabungkan simpanan informasi dan data belum terjalin dengan baik. data (data storage) antara Gudang Farmasi

Kesehatan (GFK) dan Puskesmas. Penggabungan ini Usulan rangkaian proses yang akan meminimalkan akan melahirkan satu form kombinasi khusus yang isu tersebut adalah membangun sebuah jembatan akan dilaporkan secara berkala ke Dinas Kesehatan antara Dinas Kesehatan Kota Surabaya unit kefarma- Kota Surabaya unit kefarmasian sebagai entitas sian dengan Gudang Farmasi Kesehatan (GFK). alur pengambil kebijakan pengadaan sediaan farmasi dan arus pertukaran informasi dan data difokuskan (obat dan perbekalan kesehatan) tahunan. Apabila untuk dapat terlapor harian atau minguan, dan bukan- Dinas Kesehatan Kota Surabaya unit kefarmasian nya bulanan seiring dengan kegiatan stok opname mendapat informasi utuh tentang kondisi nyata Gudang Farmasi Kesehatan (GFK). Adanya data dan dilapangan sediaan farmasi (obat dan perbekalan informasi yang terhubung dari Gudang Farmasi kesehatan) maka akan meyakinkan bagi Dinas Kesehatan (GFK) ke Dinas Kesehatan Kota Surabaya Kesehatan Kota Surabaya unit kefarmasian untuk unit kefarmasian akan menjadi bahan pertimbangan mengambil keputusan strategis. dan acuan dasar penetapan jumlah dan jenis kebutu-han sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) Meminimalkan Isu 3. Permasalahan Ketepatan tahunan. Perencanaan Sediaan Farmasi (Obat dan Perbe-

kalan Kesehatan) Meminimalkan Isu 2. Permasalahan Kemampuan Suplai Sediaan Farmasi (Obat dan Perbekalan Isu permasalahan ketepatan perencanaan sediaan Kesehatan) farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) Puskesmas Isu permasalahan kemampuan suplai sediaan farmasi merupakan bukti ketidaktepatan metode perencanaan (obat dan perbekalan kesehatan) merupakan bukti obat tahunan maupun bulanan yang selama ini pengurangan jumlah stok sediaan farmasi (obat dan digunakan oleh tiap Puskesmas dalam melakukan perbekalan kesehatan) yang dikirim ke tiap Puskes- perencanaan dan permintaan sediaan farmasi (obat

- -180

Page 18: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

dan perbekalan kesehatan) ditiap tahun maupun Puskesmas untuk membeli obat secara mandiri di bulan. Perencanan kebutuhan sediaan farmasi (obat apotek luar, merupakan gambaran ketidakefektifan dan perbekalan kesehatan) merupakan hubungan dan ketidakefisienan dalam pelayanan kefarmasian. informasi antara Puskesmas dengan Dinas Kesehatan

Kondisi ini dialami hampir diseluruh Puskesmas di Kota Surabaya unit kefarmasian dimana hubungan Kota Surabaya pada tiap bulannya, dalam kurun ini telah terjalin dengan diisikannya simpus Puskes-waktu 3 tahun terakhir (tahun 2012 – 2014). Isu mas yang berisikan jumlah dan jenis sediaan farmasi permasalahan timbul akibat ketidaktahuan atau (obat dan perbekalan kesehatan) terpakai harian di kurangnya koordinasi antara Puskesmas dengan Puskesmas. Dinas Kesehatan Kota Surabaya sebagai entitas yang

Namun fakta dilapangan menunjukkan masih adanya memiliki otoritas untuk melakukan pengadaan kesenjangan diantara 2 (dua) entitas ini, sehingga sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) memunculkan isu permasalahan dalam proses supply ditiap tahunnya. Isu defisit sediaan farmasi secara chain diantara keduanya. Sebagai entitas pengambil tidak langsung merupakan bentuk evaluasi bagi kebijakan dan keputusan Dinas Kesehatan Kota entitas Dinas Kesehatan Kota Surabata unit Surabaya unit farmasi dapat memberikan perhatian kefarmasian dna Gudang Farmasi Kesehatan (GFK). langsung kepada Puskesmas tanpa harus melalui Tingginya nilai defisit mengindikasikan bahwa Gudang Farmasi Kesehatan (GFK). pelayanan kefarmasian masih belum pada taraf

efektif dan efisien. Usulan rancangan desian supply chain yang dapat meminimalkan isu tersebut adalah dengan Dinas Usulan dalam rangkaian proses supply chain yang Kesehatan Kota Surabaya unit farmasi membuat meminimalkan isu permasalahan tersebut adalah update/pembaharuan rumusan perencanaan sediaan dengan menjembatani dengan laporan rutin ke pihak farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) baik untuk Dinas Kesehatan Kota Surabaya berupa form defisit jangka tahunan maupun bulanan. Hal ini penting dila- bulanan sediaan farmasi (obat dan perbekalan kukan mengingat jumlah pertumbuhan Puskesmas kesehatan) di Puskesmas. Dengan adanya pertukaran tiap tahun tidak sebanding dengan jumlah pertum- informasi dan data tersebut akan menjadikan bahan buhan penduduk terlayani kesehatan. Model perumu- evaluasi bagi pihak Dinas Kesehatan Kota Surabaya san perencanaan sediaan farmasi (obat dan perbeka- untuk menentukan arah kebijakan dan perbaikan lan kesehatan) baik untuk jangka tahunan maupun pelayanan kefarmasian kedepannya.bulanan dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun adalah sama untuk seluruh Puskesmas di Kota Surabaya, tanpa memperhitungkan luasan cakupan wilayah, tren penyakit, dan jumlah pengunjung terlayani.

Dengan disusunnya model perumusan terbaru untuk perencanaan sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) baik untuk jangka tahunan maupun bula-nan akan menstabilkan model perencanaan sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) mendekati kondisi nyata kebutuhan dilapangan.

Meminimalkan Isu 4. Permasalahan Defisit Sedia-an Farmasi (Obat dan Perbekalan Kesehatan)Isu permasalahan defisit sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) di Puskesmas merupakan bentuk ketidakefektifan dan ketidakefisienan dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Kondisi seperti kosongnya sediaan farmasi dalam jumlah dan jenis tertentu, mensubstitusi obat resep dokter dengan obat jenis lain yang memiliki efek dan kandungan sama, habisnya sediaan farmasi di Puskesmas sebelum masa permintaan obat selanjutnya, mengurangi jum-lah obat resep untuk mempertahankan stok obat di gudang Puskesmas, bahkan memaksa pengunjung

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

- -181

Page 19: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

SIMPULAN

Berdasarkan hasil telaah data primer dan data sekun- FORNAS, 50,0% - 70,0% untuk obat satuan der dan dilakukan analisis dengan pendekatan non FORNAS, dan 33,3% - 63,3% untuk non kualitatif-kuantitatif, maka didapatkan kesimpulan obat (perbekalan kesehatan), yang dengan Rancangan Pemenuhan Proses Permintaan Internal demikian disimpulkan terdapat isu terkait dan Pendistribusian Sediaan Farmasi (Obat dan kemampuan suplai sediaan farmasi (obat dan Perbekalan Kesehatan) pada Jasa Layanan Keseha- perbekalan kesehatan) Gudang Farmasi tan di Kota Surabaya, adalah sebagai berikut. Kesehatan (GFK).1. Proses supply chain sediaan farmasi (obat dan c. Dalam kurun waktu 3 tahun (2012 – 2014)

perbekalan kesehatan) pada layaanan kesehatan ketepatan perencanaan sediaan farmasi (obat di Kota Surabaya, disimpulkan: dan perbekalan kesehatan) Puskesmas rata-a. Proses supply chain sediaan farmasi (obat dan rata sebanyak 31,7% - 41,7% untuk obat

perbekalan kesehatan) melibatkan 3 (tiga) enti- satuan FORNAS, 18,3% – 38,3% untuk obat tas berbeda yakni (1) Dinas Kesehatan Kota satuan non FORNAS, dan 15,0% – 26,7% Surabata unit farmasi, (2) Gudang Farmasi untuk non obat (perbekalan kesehatan) yang Kesehatan (GFK), dan (3) Puskesmas dimana dengan demikian disimpulkan terdapat isu fokus pada proses supply chain (obat dan perbe- terkait ketepatan perencanaan sediaan farmasi kalan kesehatan) adalah pemenuhan permin- (obat dan perbekalan kesehatan) Puskesmas. taan internal dan pendistribusian.

d. Dalam kurun waktu 3 tahun (2012 – 2014) b. Penggambaran proses supply chain menggu- defisit sediaan farmasi (obat dan perbekalan

nakan pendekatan peta proses (mapping kesehatan) Puskesmas rata-rata sebanyak process) yakni Data Flow Diagram (DFD). 8,3% - 43,3% untuk obat satuan FORNAS,

6,7% - 33,3% untuk obat satuan non c. Rangkaian proses supply chain sediaan farmasi FORNAS, dan 15,0% - 68,3% untuk non obat (obat dan perbekalan kesehatan) melibatkan 19 (perbekalan kesehatan) yang dengan demikian (sembilan belas) proses kegiatan mulai dari disimpulkan terdapat isu terkait defisit sediaan entitas Puskesmas hingga entitas Dinas farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) Kesehatan Kota Surabaya unit kefarmasian. Puskesmas.

d. Rangkaian proses supply chain sediaan farmasi e. Rangkaian proses supply chain sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) melibatkan 11

(obat dan perbekalan kesehatan) yang berjalan (sebelas) simpanan data (data store) mulai dari hingga saat ini terbukti tidak meningkatkan entitas Puskesmas hingga entitas Dinas kinerja layanan kesehatan dalam bidang Kesehatan Kota Surabaya unit kefarmasian. kefarmasian yang mendukung efektif dan

2. Isu permasalahan dalam proses supply chain efisien kerja. sediaan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan)

3. Rancangan proses supply chain sediaan farmasi pada layaanan kesehatan di Kota Surabaya, disim-(obat dan perbekalan kesehatan) yang meminimal-pulkan:kan isu permasalahan, disimpulkan: a. Dalam kurun waktu 3 tahun (2012 - 2014) keter-a. Meminimalkan isu permasalahan ketersediaan sediaan stok sediaan farmasi (obat dan perbeka-

stok sediaan farmasi (obat dan perbekalan lan kesehatan) di Gudang Farmasi Kesehatan kesehatan) di Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) rata-rata sebanyak 30,0% – 43,3% untuk (GFK) dengan membuat simpanan data (data obat satuan FORNAS, 26,7% - 40,0% untuk storage) berupa status inventori Gudang obat satuan non FORNAS, dan 16,7% - 36,7%

untuk non obat (perbekalan kesehatan), yang Farmasi Kesehatan (GFK) yang terlapor dengan demikian disimpulkan terdapat isu secara mingguan/ bulanan ke Dinas Kesehatan terkait ketersediaan stok sediaan farmasi di Kota Surabaya unit kefarmasian.Gudang Farmasi Kesehatan (GFK). b. Meminimalkan isu permasalahan kemampuan

b. Dalam kurun waktu 3 tahun (2012 – 2014) suplai sediaan farmasi (obat dan perbekalan kemampuan suplai sediaan farmasi (obat dan kesehatan) adalah dengan membuat simpanan perbekalan kesehatan) Gudang Farmasi data (data storage) yang berisikan data peng-Kesehatan (GFK) ke Puskesmas rata-rata gunaan sediaan farmasi dan jumlah sediaan sebanyak 63,3% - 73,3% untuk obat satuan farmasi tersedia di gudang utama dan terkirim

- -182

Page 20: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

ke Puskesmas berdasar permintaan Puskesmas d. Meminimalkan isu permasalahan defisit ke Dinas Kesehatan Kota Surabaya unit kefar- sediaan farmasi (obat dan perbekalan keseha-masian. tan) adalah dengan membuat simpanan data

(data storage) berupa jenis dan jumlah sediaan c. Meminimalkan isu permasalahan ketepatan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) yang perencanaan sediaan farmasi (obat dan perbe- mengalami defisit sebelum masa permintaan kalan kesehatan) adalah dengan memberikan berikutnya ke pihak Dinas Kesehatan Kota update perhitungan/rumusan permintaan Surabaya unit kefarmasian.sediaan farmasi bulanan dan tahunan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya unit kefarmasian ke masing-masing Puskesmas yang disesuaikan dengan kondisi eksisting tiap kawasan Puskesmas.

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

REKOMENDASI

1. Melakukan kajian evaluasi kembali rangkaian 4. Menetapan KPI (Key Performa Indikator) pada proses supply chain sedian farmasi (obat dan Puskesmas, Gudang Farmasi Kesehatan, dan perbekalan kesehatan) dalam pemenuhan permin- Dinas Kesehatan Unit Kefarmasian sebagai salah taan dan pendistribusian dikarenakan proses satu acuan performa dalam melakukan evaluasi supply chain sediaan farmasi (obat dan perbekalan kinerja. kesehatan) yang digunakan hingga saat ini terbukti 5. Melakukan rancangan alur desain supply chain menimbulkan ketidakefektifan dan ketidakefisie- sediaan farmasi yang mengintegrasikan ketiga nan kerja layanan kefarmasian di Kota Surabaya. entitas sebagai rancangan pengembangan

2. Menetapakan penggunaan IT influence dan entity kedepan. collaboration sebagai salah satu aspek yang menjadi penengah isu permasalahan supply chain selama ini.

3. Membagi peran pengadaan sediaan farmasi antara Dinas Kesehatan dengan Gudang Farmasi, dimana Gudang Farmasi diberikan wewenang untuk melakukan pengadaan pada sediaan farmasi esensial sementara Dinas Kesehatan melengkapi dengan pengadaan sediaan farmasi berdasarkan program tahunan Kesehatan Kota Surabaya.

- -183

Page 21: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Gambar 14. Usulan alur supply chain sediaan farmasi di Kota Surabaya kedepan

- -184

Page 22: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

DAFTAR PUSTAKA

Aguilar-Save´n, R. 2004, “Business process modelling: review dan framework”, International Journal of Production Economics, Vol. 90 No. 2, pp. 129-49.

Alt, S. (1997), “Airforce JIT deal won't fly with current rags”, Hospital Materials Management, Vol. 22 No. 12, p. 12

Altricher, F. dan Caillet, T. 2004, “SCM in a pharmaceutical company”, in Stadtler, H. dan Kilger, C. (Eds), Supply Chain Management dan Advanced Planning: Concepts, Models, Software dan Case Studies, Springer-Verlag, New York, NY, pp. 355-70.

Ang, D. dan Griffin, T. (2008), “Supply chain management for higher education”, The Business Review, Cambridge, Vol. 11 No. 2, pp. 28-33.

Aptel, O. dan Pourjalali, H. (2001), “Improving activities dan decreasing costs of logistics in hospitals: a comparison of US dan French hospitals”, The International Journal of Accounting, Vol. 36 No. 1, pp. 65-90.

Arshider, K.A., Deshmukh, S.G., 2008. Supply chain coordination: perspectives, empirical studies dan research directions. International Journal of Production Economics Vol. 115 No. 2, pp. 316–335.

Atchison, T.A. dan Bujak, J.S. (2001), Leading Transformational Change: The Physician-executive Partnership, Health Administration Press, Chicago, IL.

Beier, F.J. 1995, “The management of the supply chain for hospital pharmacies: a focus on inventory management practices”, Journal of Business Logistics, Vol. 16 No. 2, pp. 153-73.

Bertrdan, J.W.M., Wortmann, J.C. dan Wijngaard, J. 1990, Production Control. A Structural dan Design-Oriented Approach, Elsevier, Amsterdam/Oxford.

Blanchard, D. (2007), Supply Chain Management Best Practices, John Wiley dan Sons, Hoboken, NJ.

Burgress, K., Singh, P.J. dan Koroglu, R. 2006, “Supply chain management: a structured literature review dan implications for future research”, International Journal of Operations & Production Management, Vol. 26 No. 7, pp. 703-29.

Bowersox, Donald J. dan David J. Closs. 1996. “Logistical Management: the integrated supply chain process. International Edition. Singapore: McGraw-Hill

Copper, Donald R. dan Pamela S. Schlinder. 2011. Business Research Methods International Edition. Vol 11 Singapore: McGraw-Hill

Gane, C. dan Sarson, T. (1977), Structured Systems Analysis: Tools dan Techniques, McDonnell Douglas Corporation, St Louis, MO.

Gattorna, J.L. 1998, Strategic Supply Chain Alignment: Best Practice in Supply Chain Management, Gower, Aldershot.

Haksama, S., Ernawaty., dan Budiono. (2004). “Perencanaan Strategik Puskesmas dengan Pendekatan Rerangka Balance Scorecard di Puskesmas Pucang Sewu Surabaya”. Karya Ilmiah. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM). Universitas Airlangga

Harldan, C.M. 1996, “Supply chain management: relationships, chains dan networks”, British Journal of Management, Vol. 7 No. 1, pp. 183-92.

Harldan, C.M. dan Caldwell, N.D., 2007, “Barriers to supply chain information integration: SMEs adrift of eLdans”, Jounal of Operations Management, Vol. 26 No. 6, pp. 1234-54.

Hanna, V. dan Sethuraman, K. (2005), The Diffusion of Operations Management Concepts into the Health Care Sector, Melbourne Business School, Melbourne.

Ireldan, R.K. dan Crum, C. (2005), Supply Chain Collaboration: How to Implement CPFR dan Other Best Collaborative Practices, J. Ross Publishing, Boca Raton, FL.

Kementrian Kesehatan R.I., 2009. Sistem Kesehatan Nasional: Bentuk dan Cara Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan. April 2009. Departemen Kesehatan R.I.

- -185

Page 23: RANCANGAN PEMENUHAN PROSES PERMINTAAN INTERNAL …

Kumar, Arun. dan Ozdamar, Linet., 2005, “Procurement Performance Measurement System in the Health Care Industry”, Vol. 18 No. 2, pp. 152-166

Kiely, Dan., 2004, “The State of Pharmaceutical Industry Supply Planning dan Demdan Forecasting”, The Journal of Business Forecasting Method dan System, Vol. 23 Np. 3 pp. 20-22

Knudsen, D. (1999), “Procurement performance measurement system”, licentiate dissertation, Department of Design Sciences, Lund University, Lund.

Kowalski, J.C. (1986), “Just-in-time for hospitals – so what's new?”, Hospitals Materials Management, Vol. 11 No. 11, pp. 6-9.

Lauer, C. (2004), “Excellence in supply chain management”, Modern Healthcare, Vol. 34 No. 50, pp. 29-32

McKone-Sweet, K.E., Hamilton, P. dan Willis, S.B. (2005), “The ailing healthcare supply chain: a prescription for change”, Journal of Supply Chain Management, Winter, pp. 4-17.

Mentzer, J.T. 2004, Fundamentals of Supply Chain Management: Twelve Drivers of Competitive Advantage, Sage Publications, Thousdan Oaks, CA.

Mustaffa, Noorfa Haszlinna. dan Potter, Danrew., 2009, “Healthcare supply chain management in Malaysia: a case study”, Supply Chain Management: An International Journal, Vol. 14 No. 3 pp. 234-243

Mustamu, Ronny H., 2007, “Manajemen Rantai Pasokan Indutri Farmasi di Indonesia”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 9 No. 2 pp. 99-106

Mustamu, Ronny H., 2000, “Mempersiapkan Ritel Farmasi Untuk Menghadapi Persaingan Masa Depan”, Dimensi Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 2, No. 1

Morton, R. 2003, “Doctors of speed”, Transportation dan Distribution, March, pp. 20-4.

Papageorgiou, L.G., Rotstein, G.E. dan Shah, N. (2001), “Strategic supply chain optimization for the pharmaceutical industries”, Industrial dan Engineering Chemistry Research, Vol. 40, pp. 275-86.

Paper, D.J., Rodger, J.R. dan Pendharkar, P.C. (2001), “A BPR case study at Honeywell”, Business Process Management Journal, Vol. 7 No. 2, pp. 85-99.

Recker, J., Rosmann, M., Indulska, M. dan Green, P. (2006), Business Process Modeling: A Maturing Discipline?, Business Process Management Centre Report, BPM-06-20, available at: BPMcenter.org (accessed 3 April 2006).

Roark, D.C. (2005), “Managing the healthcare supply chain”, Nursing Management, February, pp. 36-40.

Seifert, D. (2003), Collaborative Planning, Forecasting, and Replenishment: How to Create a Supply Chain Advantage, American Management Association, New York, NY.

Shah, N. 2004, “Pharmaceutical supply chains: key issues dan strategies for optimization”, Computers dan Chemical Engineering, Vol. 28, pp. 929-41.

Stadtler, H. (2009), “A framework for collaborative planning dan state-of-the-art”, OR Spectrum, Vol. 31 No. 1, pp. 5-30.

Sytch, M. dan Gulati, R. (2008), “Creating value together”, MIT Sloan Management Review, Vol. 50 No. 1, pp. 12-13.

Van Weele, A.J. 2000, Purchasing dan Supply Chain Management, Thomson Learning, Boston, MA.

VanVactor, J.D. (2010), Collaborative Communications: A Case Study Within the US Army Medical Logistics Community, VDM Publishers, Saarbrucken.

Van Vactor, J.D. (2011), A Case Study Of Collaborative Communications Within Healthcare Logistics, Leadership in Health Services, Vol. 24 No. 1, 2011 pp. 51-63.

Vries, Fan de. dan Huijsman, Robert., 2011, “Supply chain management in health services: an overview”, Supply Chain Management: An International Journal, Vol. 16 No. 3 pp. 159-165.

Tahun XXVI, No. 2 Agustus 2016Jurnal Ekonomi dan Bisnis

- -186