Rancangan Juknis Dak 2016

98
7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016 http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 1/98 i Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2016

Transcript of Rancangan Juknis Dak 2016

Page 1: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 1/98

iRancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS

PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS

BIDANG KESEHATAN

TAHUN ANGGARAN 2016

Page 2: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 2/98

ii Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

Page 3: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 3/98

1Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN

NOMOR .... TAHUN 2015

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANAALOKASI KHUSUS

BIDANG KESEHATAN

TAHUN ANGGARAN 2016

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS

BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2016

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus

diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam

rangka mencapai tujuan bernegara. Pembangunan yang dilaksanakan harus dapat menjamin

bahwa manfaatnya dapat diterima oleh semua pihak, berdampak adil bagi perempuan dan

laki-laki (responsif gender).

  Di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada pasal 2 dan

3 dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan

perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan

kewajiban, keadilan, gender dan non diskriminatif dan norma-norma agama. Pembangunan

kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai

investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

  Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya bagi masyarakat,

diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya

kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang diselenggarakan dalam bentuk

kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan

secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

  Dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan, perlu adanya pembiayaan kesehatan,

 yang bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil guna dan

berdaya guna.

  Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah, telah menetapkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai salah

satu sumber pembiayaan bagi daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, diantaranya untuk

meningkatkan pembangunan kesehatan, sehingga Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun

Pemerintah Daerah dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan

berkualitas. Pasal 108 ayat 1 dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 menyebutkan

Dana Deskonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan yang merupakan bagian dari anggaran

kementerian negara/lembaga yang digunakan untuk melaksanakan urusan yang menurut

peraturan perundang–undangan menjadi urusan Daerah, secara bertahap dialihkan menjadi

Dana Alokasi Khusus.

Page 4: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 4/98

2 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

  Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pada pasal 298 ayat 7

menyebutkan belanja DAK diprioritaskan untuk mendanai kegiatan sik dan dapat digunakan

untuk kegiatan nonsik.

Melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), Pemerintah Pusat memberikan anggaran pada daerah

untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

DAK Bidang Kesehatan, diberikan kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan

bidang kesehatan yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas pembangunan

kesehatan nasional tahun 2016 yang ditetapkan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

 Tahun 2016.

  RKP Tahun 2016 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2015,

merupakan acuan bagi Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian dan Pemerintah

Daerah maupun masyarakat termasuk dunia usaha sehingga tercapai sinergi dalam

pelaksanaan program pembangunan.

  DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016 terbagi menjadi kegiatan sik dan non sik. Untuk kegiatan

sik meliputi DAK Kesehatan Reguler yang terdiri dari Subbidang Pelayanan Kesehatan Dasar;

Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan; Subbidang Pelayanan Kefarmasian dan Pengalihan

 Tugas Pembantuan menjadi DAK Kesehatan yang terdiri dari Subbidang Pelayanan Kesehatan

Dasar dan Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan. Untuk kegiatan non sik meliputiBantuan Operasional Kesehatan (BOK); Jaminan Persalinan (Jampersal) serta Akreditasi

Puskesmas dan Akreditasi Rumah Sakit.

Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016 berisi penjelasan rinci

pemanfaatan DAK, dilengkapi informasi dalam pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan di daerah

dan merupakan menjadi pedoman pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016.

B. Arah Kebijakan

  Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan

serta pelayanan kefarmasian dalam rangka mendukung Program Indonesia Sehat (Paradigma

Sehat, Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional) untuk meningkatkan derajat

kesehatan serta status gizi masyarakat dan meningkatkan pemeratan pelayanan kesehatan,

terutama di daerah tertinggal/terpencil/sangat terpencil/perbatasan/kepulauan.

C. Tujuan

  1. Tahun 2016:

  Membantu mendanai kegiatan sik dan non sik bidang kesehatan yang merupakan

urusan daerah sesuai dengan prioritas pembangunan kesehatan nasional yang tertuang

dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015.

  2. Jangka Menengah Tahun 2016-2019:

  Mendukung percepatan pencapaian post MDGs yang terkait dengan kesehatan, upaya

preventif promotif, pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui kegiatan Dana

Alokasi Khusus Bidang Kesehatan yang meliputi kegiatan sik dan non sik, terutama

bagi penduduk miskin dan penduduk di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dankepulauan.

D. Ruang Lingkup

  DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016 diarahkan untuk kegiatan:

1. DAK Bidang Kesehatan Fisik

a. DAK Bidang Kesehatan Reguler

1) Subbidang Pelayanan Kesehatan Dasar meliputi:

a) Pembangunan puskesmas baru/rehabilitasi sedang dan berat bangunan

puskesmas/peningkatan dan pengembangan puskesmas;

b) Penyediaan alat kesehatan/penunjang di puskesmas;

c) Penyediaan puskesmas keliling perairan/roda 4/roda 2 dan ambulans

Page 5: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 5/98

3Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

2) Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan meliputi:

a) Pemenuhan sarana prasarana dan peralatan Rumah Sakit Daerah sesuai

dengan standar kelas rumah sakit;

b) Ambulans;

c) IPAL/Pengolahan Limbah Padat rumah sakit

3) Subbidang Pelayanan Kefarmasian meliputi:

a) Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota

untuk puskesmas;

b) Pembangunan baru/rehabilitasi dan/atau pengadaan sarana pendukung

Instalasi Farmasi (IF) di tingkat Provinsi dan Kabupaten/ Kota.

b. Pengalihan Tugas Pembantuan menjadi DAK

1) Subbidang Pelayanan Kesehatan Dasar;

a) Pembangunan puskesmas baru/rehabilitasi sedang dan berat bangunan

puskesmas/peningkatan dan pengembangan puskesmas;

b) Penyediaan alat kesehatan/penunjang di puskesmas;

c) Penyediaan puskesmas keliling perairan/roda 4/roda 2 dan ambulans

2) Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan.

a) Pembangunan RS Pratama;

b) Penguatan Pelayanan RS Rujukan Provinsi /Regional;

c) Penguatan Pelayanan RS Rujukan Nasional.

2. DAK Bidang Kesehatan Non Fisik

a. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

b. Akreditasi Puskesmas dan Akreditasi Rumah Sakit

c. Jaminan Persalinan (Jampersal)

E. Penyaluran DAK

  Penyaluran DAK Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2016 disalurkan melalui mekanisme

transfer sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

1. DAK Fisik Bidang Kesehatan Reguler

a. Penyediaan Sarana, Prasarana Pelayanan Kesehatan Dasar untuk Kabupaten/Kota,

disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

b. Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan serta Sarana Prasarana Pelayanan

Kefarmasian untuk Kabupaten/Kota, disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota sedangkan penyediaan Sarana Prasarana Pelayanan Kefarmasian

untuk Provinsi, disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan Provinsi.

c. Penyediaan Sarana Prasarana dan Peralatan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan

Rujukan disalurkan melalui SKPD Rumah Sakit Umum atau Khusus Provinsi/

Kabupaten/Kota.

2. Pengalihan Tugas Pembantuan menjadi DAK Fisik Bidang Kesehatan

a. Penyediaan Sarana, Prasarana Pelayanan Kesehatan Dasar untuk Kabupaten/Kota,

disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan lampiran

dalam Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016.

b. Penyediaan Sarana Prasarana dan Peralatan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan

Rujukan disalurkan melalui SKPD Rumah Sakit Rujukan Nasional/Rujukan Provinsi/

Rujukan Regional sesuai dengan lampiran dalam Petunjuk Teknis Penggunaan DAK

Bidang Kesehatan Tahun 2016.

Page 6: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 6/98

4 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

c. Pembangunan Sarana Prasarana dan Peralatan Kesehatan untuk Rumah Sakit

Pratama disalurkan melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

3. DAK Non Fisik Bidang Kesehatan

a. Bantuan Operasional Kesehatan disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

b. Jaminan Persalinan disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

c. Akreditasi Puskesmas disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

 yang dipergunakan untuk akreditasi puskesmas sesuai lampiran dalam Petunjuk

 Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016.

d. Akreditasi Rumah Sakit disalurkan melalui SKPD Rumah Sakit sesuai dengan

lampiran dalam Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

Page 7: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 7/98

5Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

BAB II

PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN TEKNIS

DAK BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2016

A. Perencanaan

Dalam rangka menjaga sinkronisasi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program

kesehatan Kabupaten/Kota dengan Provinsi, SKPD yang memperoleh alokasi DAK Bidang

Kesehatan agar berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi.

  Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) yang disusun mengacu kepada Petunjuk Teknis

Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016.

B. Pelaksanaan Teknis

1. Penggunaan anggaran DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016 harus mengacu pada Petunjuk

 Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan TA 2016. Ruang lingkup kegiatan DAK dalam

 juknis ini sifatnya pilihan sesuai dengan subbidang masing-masing dan disesuaikan

dengan prioritas nasional.

2. Penggunaan anggaran DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016 yang tidak sesuai dengan

Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan 2016 menjadi tanggung jawab

Kepala Daerah dan SKPD yang bersangkutan.

3. Tidak diperkenankan pengalihan anggaran ataupun kegiatan antara DAK Fisik maupun

DAK Non Fisik; antara DAK Reguler maupun Pengalihan Tugas Pembantuan menjadiDAK Kesehatan; antar subbidang; antara BOK, Jampersal serta akreditasi Pukesmas dan

akreditasi RS, karena besaran alokasi mempunyai keterikatan dengan Undang – Undang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (UU APBN) Tahun 2016 dan Peraturan Presiden

Nomor ...... Tahun 2015 tentang Rincian APBN TA 2016.

4. Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan anggaran transfer daerah termasuk

DAK Bidang Kesehatan mengikuti ketentuan yang telah diatur Kementerian Keuangan

dan Kementerian Dalam Negeri.

5. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang menerima DAK Bidang Kesehatan bertanggung

 jawab menyediakan anggaran diluar DAK untuk mendanai administrasi kegiatan,

penyiapan kegiatan sik, penelitian, pelatihan, perjalanan dinas, biaya operasional, biaya

pemeliharaan/perawatan dan biaya konsultan/jasa/tenaga pelaksana ataupun aspeklainnya sebagai akibat pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan.

6. Kepala SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan RS Provinsi/Kabupaten/Kota

melaporkan pelaksanaan kegiatan DAK Fisik dan Non Fisik Bidang Kesehatan meliputi

 jenis kegiatan, lokasi kegiatan, realisasi keuangan dan realisasi sik kepada Dinas

Kesehatan Provinsi, paling lambat 14 hari setelah triwulan selesai (Maret, Juni, September,

Desember).

7. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan kompilasi laporan pelaksanaan DAK Bidang

Kesehatan di wilayah kerjanya, kemudian hasil kompilasi meliputi jenis kegiatan, lokasi

kegiatan, realisasi keuangan dan realisasi sik tersebut dikirimkan ke Menteri Kesehatan

melalui Sekretaris Jenderal up. Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran, paling lambat 14

hari setelah triwulan selesai (Maret, Juni, September, Desember).

Page 8: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 8/98

6 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

8. Dalam pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh DAK Bidang Kesehatan tidak boleh

duplikasi dengan sumber pembiayaan APBN, APBD maupun pembiayaan lainnya.

9. Proses penyediaan Alat Kesehatan dapat mengacu pada harga e-catalog alkes. Apabila

harga tidak tercantum dalam e-catalog alkes, maka dapat digunakan mekanisme

peraturan yang berlaku.

10. Perbedaan DAK Bidang Kesehatan Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan antara DAKReguler dan DAK untuk RS Rujukan Regional/Provinsi/Nasional.

a. Kriteria secara teknis lebih difokuskan kepada perbedaan antar Alokasi dan Lokus

DAK untuk RS Daerah (DAK regular) dan DAK untuk RS Rujukan Regional/Provinsi/

Nasional milik Pemerintah Daerah.

b. DAK Rujukan Reguler diperuntukan sebagai pemenuhan kebutuhan sarana prasarana

dan alat sesuai dengan kelasnya/ penguatan pemenuhan standar sesuai klasikasi

rumah sakit saat pengajuan (tidak untuk peningkatan kelas, pembangunan atau

relokasi rumah sakit baru)

c. DAK RS Rujukan Regional/Provinsi/Nasional sebagai pemenuhan kebutuhan sarana

prasarana dan alat guna mendukung pencapaian peningkatan kelas B (bagi RS

Rujukan yang belum memenuhi kelas B)

Page 9: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 9/98

7Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

BAB III

DAK BIDANG KESEHATAN REGULER DAN

PENGALIHAN TP KE DAK

SUBBIDANG PELAYANAN KESEHATAN DASAR

A. Pembangunan Puskesmas Baru/Rehabilitasi Sedang dan Berat Bangunan Puskesmas/Peningkatan dan Pengembangan Puskesmas

1. Pembangunan Baru Puskesmas

Pembangunan baru Puskesmas ditujukan untuk peningkatan jangkauan pelayanan

kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat. Pembangunan baru Puskesmas harussesuai dengan standar yang ada pada Permenkes Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat, yaitu persyaratan lokasi, persyaratan bangunan, persyaratan

prasarana dan persyaratan peralatan Puskesmas. Pembangunan baru Puskesmas tersebut

termasuk pembangunan pagar, pengadaan mebeulair , pengadaan sarana prasarana

penunjang kegiatan Puskesmas (peralatan kesehatan, peralatan laboratorium, kendaraan

Puskesmas Keliling, Ambulans, Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL), pembuangan sampah, air, listrik serta pembangunan

rumah dinas petugas kesehatan (dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan lainnya). Yang

termasuk baru pembangunan adalah : Puskesmas dan Puskesmas relokasi. 

a. Persyaratan Umum

1) Adanya telaahan yang memuat penjelasan dan analisa kebutuhan Puskesmas

 yang diketahui oleh dinas kesehatan provinsi, antara lain:

a) Kecamatan pemekaran yang tidak mempunyai Puskesmas.

b) Kepadatan penduduk tinggi, jumlah penduduk lebih dari 30.000 penduduk

per Kecamatan dan atau wilayah kerja sangat luas.

c) Belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya.

d) Puskesmas relokasi, dengan kriteria Puskesmas yang berada di daerah

rawan bencana alam, konik, adanya jalur hijau, perubahan tata ruang

wilayah, terjadinya masalah hukum pada lokasi sik bangunan.

e) Puskesmas relokasi bukan merupakan penambahan unit Puskesmas dan

tidak merubah nomor registrasi.

2) Lokasi Puskesmas dengan mempertimbangkan :

a) Didirikan pada area yang mudah terjangkau, baik dari segi jarak maupun

sarana transportasi umum dari seluruh wilayah kerjanya.

b) Kontur tapak bangunan Puskesmas harus rata.

c) Bangunan tidak berada di lokasi berbahaya.

d) Pertimbangan lainnya yang ditetapkan oleh daerah.

3) Persyaratan Lain:

a) Tersedianya lahan yang tidak bermasalah dinyatakan dengan surat

pernyataan Kepala daerah setempat atau surat lain yang dapat membuktikan

Page 10: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 10/98

8 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

keabsahan dari kepemilikan lahan.

b) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat surat pernyataan kesanggupan

daerah untuk memenuhi ketenagaan, biaya operasional Puskesmas serta

ketersediaan air bersih mengalir dan sumber listrik dengan bersumber

pada dana APBD murni.

c) Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap pembebasantanah, sertikat tanah, izin mendirikan bangunan, konsultan perencana

dan konsultan pengawas bangunan serta pematangan lahan (perataan dan

pemadatan) yang dibiayai oleh APBD di luar anggaran DAK.

d) Adanya study kelayakan yang disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota

 yang dibiayai oleh APBD di luar anggaran DAK. Study kelayakan minimal

meliputi: kondisi lahan yang akan dibangun, dampak pembangunan

Puskesmas terhadap lingkungan sekitar.

b. Persyaratan Teknis:

1) Luas Lahan dan Bangunan

Luas lahan, jumlah dan luas ruangan sesuai standar pelayanan kesehatan,

sehingga Puskesmas dapat memberikan pelayanan yang optimal dan

memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan gender  

dan usia lanjut.

2) Denah Tata Ruang

  Denah tata ruang Puskesmas mengacu pada:

a) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat.

b) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428 Tahun 2006 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.

3) Sarana Prasarana penunjang yang harus diperhatikan seperti pembuangan

sampah, SPAL dan IPAL, pagar, listrik, air dan selasar.4) Peralatan Kesehatan

Mengacu pada Pedoman Kebutuhan minimal peralatan kesehatan pembangunan

Puskesmas yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang

Puskesmas.

5) Setiap pembangunan Puskesmas baru harus dilengkapi dengan dokumen

lingkungan sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16

 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

2. Rehabilitasi Rusak Sedang dan Berat Bangunan Puskesmas termasuk Rumah Dinas

 Tenaga Kesehatan

  Guna menunjang serta meningkatkan mutu pelayanan secara optimal, perlu adanya

rehabilitasi sik pada bangunan Puskesmas yang mengalami kerusakan. RehabilitasiPuskesmas juga diperlukan untuk hal-hal khusus seperti Puskesmas yang rusak akibat

bencana alam, relokasi Puskesmas yang disebabkan adanya perubahan tata ruang

wilayah, dan lain-lain. Rehabilitasi Puskesmas tersebut termasuk rehabilitasi rumah dinas

petugas kesehatan (dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya) serta pengadaan

sarana prasarana penunjang kegiatan Puskesmas bila diperlukan (peralatan kesehatan,

peralatan laboratorium, Puskesmas Keliling, Ambulans). Pelaksanaan rehabilitasi sik

Puskesmas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Persyaratan Umum:

1) Puskesmas dengan kondisi rusak sedang atau berat.

2) Belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya.

Page 11: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 11/98

9Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

3) Tersedia surat keputusan yang ditandatangai oleh Bupati/Walikota tentang

nama Puskesmas yang akan direhabilitasi.

b. Persyaratan Teknis:

1) Luas Lahan dan Bangunan

  Setiap perbaikan/rehabilitasi Puskesmas perlu memperhatikan ruang

penyimpanan obat, ruang laboratorium dan tersedia ruang laktasi/pojok ASI.

2) Denah Tata Ruang

  Denah tata ruang Puskesmas mengacu pada:

a) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat.

b) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428 Tahun 2006 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.

3) Puskesmas dalam kondisi rusak sedang/berat dengan bukti pernyataan Dinas

Pekerjaan Umum (PU) setempat tentang kondisi bangunan rusak sedang/berat

sehingga perlu diperbaiki/rehabilitasi. Biaya penghancuran dibebankan pada

APBD diluar DAK.

4) Tidak dilakukan registrasi baru pada bangunan Puskesmas yang diperbaiki/

direhabilitasi sedang atau berat.

5) Rehabilitasi dapat menggunakan bahan bangunan yang dihasilkan oleh wilayah

setempat, mengacu pada persyaratan bangunan yang terdapat di Kepmenkes

Nomor 1428 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan

Lingkungan Puskesmas.

6) Setiap pembangunan Puskesmas harus dilengkapi dengan dokumen lingkungan

sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012

tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

7) Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap pembebasan

tanah, sertikat tanah, izin mendirikan bangunan, honor pengelola kegiatan,konsultan perencana dan konsultan pengawas bangunan serta pematangan

lahan (perataan dan pemadatan) yang dibiayai oleh APBD di luar anggaran DAK.

3. Peningkatan dan Pengembangan Puskesmas

a. Peningkatan Puskesmas Pembantu (Pustu) menjadi Puskesmas

Peningkatan Pustu menjadi Puskesmas terutama di DTPK ditujukan untuk

peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat

di daerah terpencil/sangat terpencil. Peningkatan Pustu menjadi Puskesmas tersebut

termasuk pembangunan pagar, pengadaan meubelair , pengadaan sarana prasarana

penunjang kegiatan Puskesmas (peralatan kesehatan, peralatan laboratorium,

kendaraan Puskesmas Keliling, Ambulans, SPAL dan IPAL, pembuangan sampah,

air, listrik) serta pembangunan rumah dinas petugas kesehatan (dokter, dokter gigi,

tenaga kesehatan lainnya).

1) Persyaratan Umum

a) Adanya telaahan yang memuat penjelasan dan

analisa kebutuhan Puskesmas, antara lain:

(1) Pustu di daerah terpencil, perbatasan dengan negara tetangga atau

pulau-pulau kecil terluar berpenduduk dan daerah kepulauan.

(2) Kecamatan pemekaran yang tidak mempunyai Puskesmas.

(3) Belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya.

Page 12: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 12/98

10 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

b) Lokasi Puskesmas dengan mempertimbangkan:

(1) Didirikan pada area yang mudah terjangkau, baik dari segi jarak

maupun sarana transportasi umum dari seluruh wilayah kerjanya.

(2) Kontur tapak bangunan Puskesmas harus rata.

(3) Bangunan tidak berada di lokasi berbahaya.Pertimbangan lainnya

 yang ditetapkan oleh daerah.

c) Persyaratan Lain:

(1) Tersedianya lahan yang tidak bermasalah dinyatakan dengan surat

pernyataan kepala daerah setempat atau surat lain yang dapat

membuktikan keabsahan dari kepemilikan lahan.

(2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat surat pernyataan

kesanggupan daerah untuk memenuhi ketenagaan, biaya operasional

Puskesmas serta ketersediaan air bersih mengalir dan sumber listrik.

(3) Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap pembebasan

tanah, sertikat tanah, izin mendirikan bangunan, honor pengelola

kegiatan, konsultan perencana dan konsultan pengawas bangunanserta pematangan lahan (perataan dan pemadatan) yang dibiayai oleh

APBD di luar anggaran DAK.

2) Persyaratan Teknis

a) Luas Lahan dan Bangunan

Luas lahan, jumlah dan luas ruangan tergantung jenis pelayanan

kesehatan/kegiatan yang dilaksanakan guna memberikan pelayanan yang

optimal dan memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan gender  dan usia lanjut.

b) Denah Tata Ruang

  Denah tata ruang Puskesmas mengacu pada:

(1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat.

(2) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428 Tahun 2006 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.

c) Sarana Prasarana penunjang yang harus diperhatikan seperti pembuangan

sampah, SPAL dan IPAL, pagar, listrik, air dan selasar.

d) Peralatan Kesehatan

Mengacu pada Pedoman Kebutuhan minimal peralatan kesehatan

pembangunan Puskesmas yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75

 Tahun 2014 tentang Puskesmas.

e) Setiap pembangunan Puskesmas harus dilengkapi dengan dokumenlingkungan sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16

 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

b. Peningkatan Puskesmas Non Rawat Inap menjadi Puskesmas Rawat Inap

Peningkatan Puskesmas Non Rawat Inap menjadi Puskesmas Rawat Inap ditujukan

untuk meningkatkan jangkauan masyarakat di daerah terpencil/sangat terpencil

terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu dan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat pada pelayanan rawat inap. Sasaran utama Puskesmas Non Rawat Inap

 yang ditingkatkan menjadi Puskesmas Rawat Inap adalah Puskesmas yang berada

di perbatasan dengan negara tetangga atau pulau-pulau kecil terluar berpenduduk

(daftar terlampir) dan Puskesmas yang berada di daerah terpencil/sangat terpencil

Page 13: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 13/98

11Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

sesuai Surat Keputusan Bupati/Walikota, karena akses daerah yang sulit melakukan

rujukan. Peningkatan Puskesmas Non Perawatan menjadi Puskesmas Perawatan

tersebut termasuk pengadaan meubelair, pembangunan rumah dinas petugas

kesehatan Puskesmas dan sarana prasarana penunjang kegiatan Puskesmas

(peralatan kesehatan, peralatan laboratorium, Puskesmas Keliling, Ambulans).

1) Persyaratan Umum

a) Adanya telaahan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang memuat

penjelasan dan analisa kebutuhan akan adanya Puskesmas Rawat Inap

 yang diketahui Dinas Kesehatan Provinsi, antara lain karena:

(1) Puskesmas di wilayah terpencil, sangat terpencil, tertinggal, perbatasan

dengan negara tetangga, kepulauan khususnya di pulau-pulau kecil

terluar berpenduduk sesuai yang tercantum dalam SK Bupati/Walikota

tentang Penetapan Puskesmas Terpencil dan Sangat Terpencil dengan

kriteria sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 tahun 2013.

(2) Kabupaten pemekaran yang belum tersedia Rumah Sakit.

b) Lokasi Puskesmas dengan mempertimbangkan:(1) Di lokasi strategis yang mudah dijangkau.

(2) Waktu tempuh lebih dari 2 jam dari sarana rujukan terdekat dengan

menggunakan sarana transportasi yang tersedia.

(3) Kontur tapak bangunan Puskesmas harus rata.

(4) Bangunan tidak berada di lokasi berbahaya.

c) Persyaratan Puskesmas Rawat Inap di DTPK:

(1) Tersedianya lahan yang tidak bermasalah dinyatakan dengan

surat pernyataan Kepala Daerah setempat atau surat yang dapat

membuktikan keabsahan dari kepemilikan lahan.

(2) Kesanggupan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk memenuhi

ketenagaan, biaya operasional Puskesmas serta ketersediaan air bersih

mengalir dan sumber listrik, yang dinyatakan dengan surat pernyataan

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

(3) Belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya.

(4) Surat Keputusan yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota tentang

nama Puskesmas yang akan ditingkatkan menjadi Puskesmas Rawat

Inap.

(5) Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap pembebasan

tanah, sertikat tanah, izin mendirikan bangunan, honor pengelolakegiatan, konsultan perencana dan konsultan pengawas bangunan

serta pematangan lahan (perataan dan pemadatan) yang dibiayai oleh

APBD di luar anggaran DAK.

2) Persyaratan Teknis

a) Luas Lahan dan Bangunan

Luas lahan, jumlah dan luas ruangan sesuai standar pelayanan kesehatan

sehingga Puskesmas dapat memberikan pelayanan yang optimal dan

memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan

gender dan usia lanjut

Page 14: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 14/98

12 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

b) Denah Tata Ruang

Denah tata ruang Puskesmas mengacu pada:

(1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat.

(2) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428 Tahun 2006 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.

c) Sarana Prasarana penunjang yang harus diperhatikan seperti pembuangan

sampah, SPAL dan IPAL, pagar, listrik, air dan selasar.

d) Peralatan Kesehatan

Mengacu pada Pedoman Kebutuhan minimal peralatan kesehatan

pembangunan Puskesmas yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75

 Tahun 2014 tentang Puskesmas.

e) Setiap pembangunan Puskesmas harus dilengkapi dengan dokumen

lingkungan sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16

 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

c. Peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED

Dalam rangka mendekatkan akses penanganan gawat darurat obstetri dan neonanal,

Puskesmas Rawat Inap perlu dilengkapi dengan PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal

Emergensi Dasar). Pengembangan Puskesmas mampu PONED tersebut termasuk

meubelair , peralatan kesehatan dan rumah dinas petugas kesehatan, penyediaan

sarana dan peralatan PONED.

1) Persyaratan Umum:

  Pengembangan Puskesmas menjadi Puskesmas Rawat Inap mampu PONED

harus mempertimbangkan persyaratan antara lain:

a) Lokasi Puskesmas Perawatan mampu PONED:

(1) Terletak strategis dengan Puskesmas lain dan Rumah Sakit atau

ketentuan khusus.

(2) Berada dalam waktu tempuh lebih dari 2 jam ke Rumah Sakit.

(3) Dapat dilalui oleh sarana trasportasi umum.

b) Persyaratan Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED:

(1) Dilakukan pada Puskesmas yang sudah menjadi Puskesmas Rawat

Inap.

(2) Adanya telaahan kebutuhan Puskesmas mampu PONED dari Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota.

(3) Tersedianya lahan yang tidak bermasalah dinyatakan dengan

surat pernyataan Kepala Daerah setempat atau surat yang dapat

membuktikan keabsahan dari kepemilikan lahan.

(4) Kesanggupan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk memenuhi

ketenagaan, biaya operasional Puskesmas serta ketersediaan air bersih

mengalir dan sumber listrik, yang dinyatakan dengan surat pernyataan

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

(5) Belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya.

(6) Kesanggupan RS PONEK untuk melakukan pembinaan kepada

Puskesmas mampu PONED dalam bentuk surat pernyataan

kesanggupan dari direktur Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah.

(7) Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap pembebasan

tanah, sertikat tanah, izin mendirikan bangunan, honor pengelola

Page 15: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 15/98

13Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

kegiatan, konsultan perencana dan konsultan pengawas bangunan

serta pematangan lahan (perataan dan pemadatan) yang dibiayai oleh

APBD di luar anggaran DAK.

2) Persyaratan Teknis:

a) Luas Lahan dan Bangunan

 Jumlah sarana dan ruangan sesuai standar pelayanan yang dilaksanakan,

dengan luas sesuai ketentuan. Pembangunan Puskesmas Perawatan

Mampu PONED, rumah dinas dokter dan rumah dinas petugas kesehatan

harus berada dalam satu lokasi.

b) Denah Tata Ruang

Rancangan tata ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai

sarana pelayanan kesehatan. Setiap Puskesmas Rawat Inap harus

dilengkapi dengan dapur gizi dan peralatannya serta UGD yang dapat

memberikan pelayanan PONED. Pelayanan PONED mengacu pada buku

acuan Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar.

c) Sarana penunjang yang harus diperhatikan seperti SPAL dan IPAL, pagar,

listrik, air bersih mengalir dan selasar.

d) Peralatan Kesehatan

  Mengacu pada Pedoman Kebutuhan minimal peralatan kesehatan

pembangunan Puskesmas yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75

 Tahun 2014 tentang Puskesmas.

  Dalam rangka mengembangkan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat

 Terpadu (SPGDT) dimungkinkan untuk pengadaan Pusling/Ambulans bagi

Puskesmas.

e) Setiap pembangunan Puskesmas harus dilengkapi dengan dokumen

lingkungan yang sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan

Hidup.

d. Penambahan Ruangan Puskesmas

  Penambahan ruangan Puskesmas dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan

mengacu pada Permenkes Nomor 75 Tahun 2014. Pelaksanaan penambahan ruangan

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Persyaratan Umum

a) Adanya telaahan penjelasan dan analisa kebutuhan penambahan ruangan

oleh dinas kesehatan kabupaten/kota yang diketahui oleh dinas kesehatan

provinsi.

b) Penambahan ruangan Puskesmas yang diusulkan mempunyai jumlahruangan Puskesmas lebih sedikit dari yang tercantum dalam Permenkes

75 Tahun 2014

c) Belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya.

d) Tersedia surat keputusan yang ditandatangai oleh Kepala Dinas Kesehatan

kabupaten/kota tentang nama Puskesmas yang akan diberikan penambahan

ruangan.

2) Persyaratan Teknis

a) Denah Tata Ruang

(1) Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014

tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

Page 16: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 16/98

14 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

(2) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428 Tahun 2006 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.

b) Tidak dilakukan registrasi baru pada bangunan Puskesmas yang ditambah

ruangan.

c) Penambahan ruangan dapat menggunakan bahan bangunan yang

dihasilkan oleh wilayah setempat, mengacu pada persyaratan bangunan yang terdapat di Kepmenkes Nomor 1428 Tahun 2008 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.

d) Setiap pembangunan Puskesmas harus dilengkapi dengan Dokumen

lingkungan sesuai dengan Permen Lingkungan Hidup no. 16 Tahun 2012

tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

3) Penanggungjawab

  Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap pembebasan tanah,

sertikat tanah, izin mendirikan bangunan, konsultan perencana dan konsultan

pengawas bangunan serta pematangan lahan (perataan dan pemadatan) yang

dibiayai oleh APBD di luar anggaran DAK.

B. Penyediaan Alat Kesehatan/Penunjang di Puskesmas

1. Penyediaan Peralatan Kesehatan dalam Mendukung UKM

  Penyediaan peralatan kesehatan digunakan untuk Puskesmas yang belum memiliki alat,

kekurangan alat atau mengganti alat rusak berat antara lain: (1) Set Promosi kesehatan

(Promkes); (2) Set Imunisasi; (3) Set ASI; (4) Kit  Imunisasi; (5) Kit  UKGS; (6) Kit UKS; (7) Kit

Bidan; (8) Kit  Posyandu; (9) Kit Kesehatan Lingkungan; (10) Kit  Posbindu PTM (Tensimeter

digital, Alat ukur tinggi badan, Alat ukur lingkar perut, Bodyfat analyzer, Alat pemeriksaan

kadar gula darah digital, Alat pemeriksaan kolesterol total digital, Food Model) ; (11) Kit  

Pemeriksaan Kesehatan Pengemudi (Kit  Posbindu, Alat pemeriksaan kadar alkohol dalam

darah, Alat pemeriksaan amphetamine)

  Adapun persyaratan yang harus dipenuhi adalah:

a. Persyaratan Umum:

  Kebutuhan akan adanya peralatan kesehatan diharapkan mempertimbangkan

beberapa hal sebagi berikut:

1) Diperuntukan bagi Puskesmas yang belum memiliki peralatan kesehatan, dan

atau sudah memiliki tetapi belum lengkap. Puskesmas yang berfungsi sebagai

penapis/gatekeeper  dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan

Puskesmas lain yang dianggap memerlukan.

2) Tersedia sarana penunjang, antara lain: sumber listrik, air bersih mengalir,

ruang penunjang.

3) Pengadaan alat kesehatan harus mempertimbangkan kemudahan dalam

mekanisme pencacatan BMD/Barang Milik Daerah.

4) Tersedia surat keputusan Bupati/Walikota tentang nama Puskesmas yang akan

menerima alat kesehatan.

5) Tersedia surat pernyataan Kepala Dinas Kesehatan tentang tenaga yang mampu

mengoperasionalkan alat kesehatan. 

6) Khusus daerah terpencil dan sangat terpencil, perbatasan, dan kepulauan

diperkenankan menggunakan alat kesehatan seperti : USG, Rontgen , EKG yang

disesuaikan dengan sumber daya yang ada.

Page 17: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 17/98

15Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

b. Persyaratan Teknis:

  Peralatan Kesehatan mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun

2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

2. Penyediaan Peralatan Kesehatan dalam Mendukung UKP

  Penyediaan peralatan kesehatan digunakan untuk Puskesmas yang belum memliki alat,kekurangan alat atau mengganti alat yang rusak berat terdiri dari (1) Set Pemeriksaan

Kesehatan Ibu; (2) Set Pemeriksaan Kesehatan Anak; (3) Set Pelayanan KB; (4) Set Obstetri

dan Ginekologi; (5) Set Resusitasi Bayi; (6) Set Perawatan Pasca Persalinan; (7) Set Insersi

dan Ekstraksi AKDR; (8) Pemeriksaan Umum; (9) Set Tindakan Medis/Gawat Darurat;

(10) Set Kesehatan Gigi dan Mulut; (11) Set Laboratorium; (12) Set Farmasi; (13) Set

Rawat Inap; (14) Set Sterilisasi; 15) Set Alat Pengendalian PTM Terpadu (Peakow meter,

Nebulyzer, EKG, Krioterapi, IVA Kit)

  Adapun persyaratan yang harus dipenuhi adalah:

a. Persyaratan Umum:

  Kebutuhan akan adanya peralatan kesehatan diharapkan mempertimbangkan

beberapa hal sebagi berikut:

1) Diperuntukan bagi Puskesmas yang belum memiliki peralatan kesehatan, dan

atau sudah memiliki tetapi belum lengkap.

2) Tersedia sarana penunjang antara lain: sumber listrik, air bersih mengalir,

ruangan penunjang.

3) Pengadaan alat kesehatan harus mempertimbangkan kemudahan dalam

mekanisme pencacatan BMD (Barang Milik Daerah)

4) Tersedia surat keputusan Bupati/Walikota tentang nama Puskesmas yang akan

menerima alat kesehatan.

5) Tersedia surat pernyataan Kepala Dinas Kesehatan tentang tenaga yang mampu

mengoperasionalkan alat kesehatan.

6) Khusus daerah terpencil dan sangat terpencil, perbatasan, dan kepulauan

diperkenankan menggunakan alat kesehatan seperti : USG, Rontgen , EKG yang

disesuaikan dengan sumber daya yang ada.

b. Persyaratan Teknis:

  Peralatan kesehatan mengacu pada Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat.

3. Alat Penunjang Puskesmas

  Penyediaan Sarana Penunjang Lain, antara lain: (1) Solar Cell; (2) Generator; (3) Radio

Komunikasi; (4) Cold Chain ; (5) Instalasi Pengolah Limbah (IPAL); (6) Pengolahan Limbah

Padat; (7) Peralatan Sistem Informasi Kesehatan di Kabupaten/Kota; (8) Alat Kalibrasi.a Solar Cell /Panel Surya

  Solar Cell atau Panel Surya merupakan energi alternatif setelah PLN/Generator Set

(Genset) untuk Puskesmas yang berada di daerah yang sulit mendapatkan bahan

bakar. Selain menghasilkan energi listrik, solar cell  tidak menimbulkan polusi udara

dan juga tidak menghasilkan gas buang yang dapat menghasilkan efek gas buang

rumah kaca (green house  gas) yang pengaruhnya dapat merusak ekosistem planet

bumi kita.

1) Persyaratan Umum

a) Puskesmas tersebut belum mempunyai energi alternatif lain seperti Genset,

atau sudah mempunyai solar cell  tetapi tidak dapat berfungsi.

Page 18: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 18/98

16 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

b) Pengadaan kebutuhan solar cell  dilakukan berdasarkan analisa kebutuhan

dengan mempertimbangkan kondisi daerah Puskesmas tersebut, dan

dengan mempertimbangkan operasional dan pemeliharaan.

c) Garansi purna jual minimal 1 (satu) tahun.

d) Penyedia jasa wajib melakukan pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan

solar cell  bagi petugas Puskesmas.

e) Penyedia jasa wajib memberikan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan

Standar Minimal Pemeliharaan (SMP) dalam bahasa Indonesia.

f) Penyedia jasa atau Puskesmas wajib mengurus ijin-ijin apabila diperlukan.

2) Persyaratan Khusus

a) Puskesmas menyampaikann usulan secara tertulis berdasarkan analisa

kebutuhan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

b) Puskesmas harus menyediakan lahan atau tempat dimana solar cell  

tersebut diletakkan.

c) Solar cell   hanya menyuplai  kebutuhan listrik di lingkungan/komplek

Puskesmas dan dilarang pemanfaatannya di luar lingkungan Puskesmas.

d) Kapasitas solar cell  disesuaikan dengan kebutuhan Puskesmas.

e) Puskesmas membuat RAB dan TOR yang telah disetujui oleh bagian teknis.

f) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai operasional dan

pemeliharaan yang ditandatangani oleh Kepala Puskesmas dan diketahui

oleh Bupati/ Walikota.

g) Rencana peletakan solar cell   agar memperhatikan denah tata ruang di

Puskesmas agar memudahkan operasional, pemeliharaan, dan keamanan

solar cell .

b. Generator Set (Genset)

Fungsi genset adalah untuk memberikan suplai daya listrik pengganti/alternatif

untuk alat-alat yang membutuhkan listrik sebagai sumber powernya, saat listrik

PLN padam.

1) Persyaratan Umum

a) Puskesmas tersebut belum mempunyai genset atau sudah mempunyai

genset tapi tidak dapat berfungsi.

b) Menyediakan lahan dan rumah genset guna menempatkan genset tersebut.

c) Pengadaan kebutuhan genset dilakukan berdasarkan analisa kebutuhan

dengan mempertimbangan operasional serta pemeliharaan.

d) Garansi purna jual minimal 1 (satu) tahun.

e) Penyedia jasa wajib melakukan pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan

genset bagi petugas Puskesmas.

f) Penyedia jasa wajib memberikan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan

Standar Minimal Pemeliharan (SMP) dalam bahasa Indonesia.

g) Penyedia jasa atau Puskesmas wajib mengurus ijin-ijin apabila diperlukan.

2) Persyaratan Khusus

a) Apabila memilih genset type non silent  maka Puskesmas harus menyediakan

rumah atau bangunan untuk genset dilengkapi dengan peredam suara dan

ventilasi.

Page 19: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 19/98

17Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

b) Apabila memilih genset silent type  maka Puskesmas harus memastikan

keamanan dari gangguan pencurian.

c) Genset hanya menyuplai kebutuhan listrik di lingkungan/komplek

Puskesmas dan dilarang dimanfaatkan oleh lingkungan di luar Puskesmas.

d) Kapasitas genset untuk Puskemas minimal 60 persen dari kebutuhan listrik

Puskesmas.

e) Dalam pengajuan kebutuhan genset, Puskemas harus membuat RAB dan

 TOR disertai dengan gambar existing peletakan genset di Puskesmas dengan

konsultasi dengan teknis.

f) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai pelaksanaan

operasional dan pemeliharaan yang ditandatangani oleh Kepala Puskesmas

dan diketahui oleh Bupati/Walikota.

c. Radio Komunikasi

1) Persyaratan Umum

a) Puskesmas tersebut belum mempunyai Radio Komunikasi atau sudah

mempunyai Radio Komunikasi tapi tidak dapat berfungsi.

b) Pengadaan kebutuhan Radio Komunikasi dilakukan berdasarkan analisa

kebutuhan dengan mempertimbangan operasional serta pemeliharaan.

c) Garansi purna jual minimal 1 (satu) tahun.

d) Penyedia jasa wajib melakukan pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan

Radio Komunikasi bagi petugas Puskesmas.

e) Penyedia jasa wajib memberikan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan

Standar Minimal Pemeliharan (SMP) dalam bahasa Indonesia.

f) Penyedia jasa atau Puskesmas wajib mengurus ijin operasional Radio

Komunikasi ke instansi yang terkait.

2) Persyaratan Khusus

a) Spesikasi Radio Komunikasi disesuaikan dengan kondisi daerah masing-

masing.

b) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai Pelaksanaan

Operasional dan Pemeliharaan.

3) Jaringan hubungan Radio Komunikasi diantaranya:

a) Jaringan pelayanan masyarakat, antara instansi dan masyarakat.

b) Jaringan dinas, antar intansi kesehatan yang mempunyai fasilitas radio.

c) Jaringan khusus, antara instansi kesehatan dengan non kesehatan dengan

kesepakatan khusus contoh: polisi, dinas kebakaran dan antar instansilainnya.

d. Cold Chain

Suatu prosedur (tata cara) dan peralatan yang digunakan dalam pengiriman atau

penyimpanan vaksin dari pabrik pembuat vaksin sampai pada sasaran.

1) Jenis Peralatan Rantai Vaksin (Cold Chaín ):

a) Alat Penyimpan Vaksin

(1) Cold room adalah ruangan dingin dengan suhu +2oC s/d +8oC yang

digunakan untuk menyimpan vaksin BCG, DPT/HB, DT, TT, HB-PID,

 Td, IPV dan Campak pada tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota.

(2) Freezer room adalah ruangan beku dengan suhu -15oC s/d -25oC yang

Page 20: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 20/98

18 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

digunakan untuk menyimpan vaksin POLIO oral (OPV) pada tingkat

Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 20 juta.

(3) Lemari es vaksin

  Lemari es untuk menyimpan vaksin menggunakan sistem pintu buka

atas sehingga suhu vaksin stabil antara +2oC s/d +8oC.

(4) Freezer 

  Freezer hanya digunakan  untuk penyimpanan vaksin polio pada

tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.

(5) Ice Lining Refrigerator (ILR) 

(6) Solar Refrigerator  (lemari es tenaga surya)

  Digunakan pada wilayah yang tidak mempunyai aliran listrik sama

sekali.

b) Alat Transportasi Vaksin

(1) Cool box.

(2) Reusable cool box.

(3) Disposable cool box.

(4) Vaccine carrier.

c) Alat Penahan Dingin

(1) Cool pack.

(2) Cold pack.

d) Alat Pemantau Suhu

(1) Termometer pada setiap tempat penyimpanan vaksin.

(2) Thermograph  pada setiap kamar dingin/kamar beku.

(3) Alat pemantau suhu panas pada setiap vial vaksin

(4) Alat pemantau suhu dingin pada pendistribusian dan penyimpanan

vaksin.

(5) Alarm suhu pada setiap kamar dingin/kamar beku.

e) Peralatan Pendukung:

(1) Voltage Stabilizer  pada setiap lemari es/ freezer .

(2) Standby generator .

(3) Suku cadang kamar dingin, kamar beku, lemari es dan freezer .

2) Penyediaan sarana penunjang cold chain mengacu pada Permenkes RI Nomor

42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.

e. Pembangunan Instalasi Pengolah Limbah (IPL)

  Instalasi Pengolahan Limbah berfungsi untuk mengolah air buangan dan mengolah

limbah padat yang berasal dari kegiatan yang ada di Puskesmas agar memenuhi

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peralatan pendukung adalah peralatan

 yang berfungsi mendukung dan memperlancar proses pengolahan air buangan baik

pengolahan secara sik, biologis maupun kimiawi, alat pendukung lainnya pengolah

limbah padat.

1) Persyaratan Umum

a) Puskesmas tersebut belum mempunyai Intalasi pengolahan Limbah atau

sudah mempunyai Instalasi Pengolahan Limbah tapi tidak dapat berfungsi.

Page 21: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 21/98

19Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

b) Mempunyai lahan siap bangun, lahan tidak dalam sengketa, mempunyai

sertikat tanah, sudah dilakukan perataan, pemadatan dan pematangan

tanah.

c) Perhitungan pengadaan Instalasi Pengolahan Limbah dilakukan

berdasarkan analisa kebutuhan, pertimbangan operasional serta kondisi

dan letak geogras/topogra daerah.

d) Pengelolaan limbah Puskesmas harus memenuhi persyaratan dalam

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428/Menkes/SK/XII/2006 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.

e) Garansi Instalasi pengolahan limbah minimal 1 (satu) tahun.

f) Garansi purna jual instalasi pengolahan limbah minimal 5 (lima) tahun.

g) Penyedia jasa wajib melakukan Pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan

IPL bagi petugas Puskesmas.

h) Penyedia jasa wajib Memberikan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan

Standar Minimal Pemeliharan (SMP) Instalasi Pengolahan Limbah dalam

bahasa Indonesia.

i) Penyedia jasa atau Puskesmas wajib mengurus ijin operasional IPAL (ijin

pembuangan limbah cair) ke kantor/badan lingkungan hidup setempat

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

 j) Puskesmas yang menghasilkan limbah cair atau limbah padat yang

mengandung atau terkena zat radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai

ketentuan BATAN (tidak dimasukan ke IPAL).

2) Persyaratan Khusus

a) Luas lahan dan bangunan IPAL disesuaikan dengan kapasitas IPAL yang

di butuhkan Puskesmas yang didapat dari data pemakaian rata-rata air

bersih per hari.

b) Kapasitas IPAL minimal dapat mengolah limbah cair sebanyak 100% dari

 jumlah pemakaian air bersih di Puskesmas tiap harinya.

c) Puskesmas membuat Perencanaan Detail Engineering Design   (DED) IPAL

dan jaringannya serta RAB, unit cost  yang ditetapkan oleh kepala Puskesmas

dengan rekomendasi Dinas PU Pemda setempat diketahui oleh Bupati/

Walikota.

d) Perencanaan Detail Engineering Design   (DED) IPAL dan jaringannya serta

RAB tersebut dibiayai dari APBD Kabupaten/Kota diluar DAK dan Dana

Pendamping DAK.

e) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai Pelaksanaan

Operasional dan Pemeliharaan yang ditandatangani oleh Kepala Puskesmas

dan diketahui oleh Bupati/Walikota sebelum Pekerjaan Pembangunan

dimulai.

f) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai uji laboratorium

lingkungan terhadap inuen  dan euen  air limbah yang masuk dan keluar

dari IPAL yang ditandatangani oleh Kepala Puskesmas selama minimal 3

bulan sekali dan melaporkannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan

 Tembusan kepada Bupati/Walikota.

g) Membuat surat pernyataan kesanggupan menjaga agar euen   air limbah

 yang keluar dari instalasi tersebut memenuhi Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah

Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit atau peraturan daerah setempat, yang

ditandatangani oleh Kepala Puskesmas dan diketahui oleh Gubernur/

Bupati/Walikota sebelum Pekerjaan Pembangunan dimulai.

Page 22: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 22/98

20 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

h) Rencana peletakan Instalasi Pengolahan Limbah agar memperhatikan denah

tata ruang di Puskesmas agar memudahkan operasional, pemeliharaan,

dan keamanan IPL.

i) Semua air limbah Puskesmas dialirkan ke IPAL, dan untuk air limbah dari

ruang laboratorium, laundry   dan instalasi gizi/dapur harus dilakukan

pengolahan pendahuluan ( pre   treatment ) terlebih dahulu sebelum dialirkan

ke IPAL.

 j) Komponen yang bisa dicakup dari Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk

Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah meliputi:

(1) Pekerjaan persiapan: bouplank , direksi kit , mobilisasi.

(2) Pekerjaan struktur pondasi.

(3) Pekerjaan konstruksi IPAL.

(4) Plester, acian IPAL dan water proong. 

(5) Fasilitas IPAL antara lain ruang panel, blower  dan ruang operator.

(6) Finishing IPAL.

(7) Pekerjaan equipment, mekanikal dan elektrikal antara lain pemasangan

blower  dan pompa, pembuatan panel listrik, dengan kapasitas dayaminimal serta pemasangan peralatan listrik lainnya.

(8) Pagar Pelindung lokasi IPAL.

(9) Jaringan Air Limbah dan Bak Pengumpul.

k) Dalam pemilihan jenis dan teknologi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

harus memperhatikan:

(1) Kekuatan konstruksi bangunan.

(2) Teknologi IPAL yang dipilih harus sudah terbukti euen (keluaran)

air limbah hasil pengolahannya telah memenuhi Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu

Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit atau Peraturan Daerah

Setempat.

(3) Disarankan pihak Puskesmas mencari referensi dengan peninjauan ke

Puskesmas yang telah memakai produk teknologi IPAL yang terbukti

minimal 3 tahun efuentnya masih memenuhi Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 atau peraturan daerah

setempat dengan dibuktikan dengan hasil uji laboratorium lingkungan

(yang terakreditasi) terhadap inuent dan efuent air limbah.

(4) Teknologi IPAL yang dipilih harus mudah dalam pengoperasian dan

pemeliharaannya.

(5) Mudah mencari suku cadangnya.

(6) Biaya operasional IPAL yang tidak besar (listrik, pemeliharaan alat)disediakan oleh Pemerintah Daerah diluar DAK dan dana pendamping

DAK.

(7) IPAL dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan konsentrasi

rendah maupun konsentrasi tinggi.

(8) Lumpur yang dihasilkan IPAL sedikit.

(9) IPAL tahan terhadap uktuasi jumlah air limbah maupun uktuasi

konsentrasi.

l) Harus dipasang alat pengukur debit pada inuent  dan euent IPAL untuk

mengetahui debit harian limbah yang dihasilkan.

m) Pemerintah Daerah dan pihak Puskesmas harus menyediakan dana untuk

tenaga operator dan biaya operasional lainnya.

Page 23: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 23/98

21Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

f. Instalasi Pengolah Limbah Padat, antara lain:

1) Persyaratan Khusus Alat penghancur jarum suntik dan syringe nya

a) Alat ini mampu menghancurkan jarum suntik dan syringe nya.

b) Alat penghancur jarum suntik dan syringe nya harus teregistrasi di

Kementerian Kesehatan.

c) Hasil olahan alat maksimal 10,0 mm (lebih kecil hasil olahan lebih baik)

d) Kapasitas alat minimal dapat menghancurkan jarum suntik dan syringe nya

300 buah/jam.

2) Persyaratan Khusus Incinerator 

a) Lokasi incinerator  merupakan daerah bebas banjir dan jarak aman antara

lokasi incinerator dan fasiltas rumah sakit lainnya.

b) Memiliki sistem penjagaan 24 jam yang memantau, mengawasi dan

mencegah orang yang tidak berkepentingan masuk ke lokasi incinerator  dan

tempat penyimpanan limbah padat medis sementara.

c) Mempunyai pagar pengaman atau penghalang lain yang memadai dan

sistem untuk mengawasi keluar masuk orang.

d) Mempunyai tanda yang mudah terlihat dari jarak 10 meter dengan

tulisan “Berbahaya” yang dipasang pada unit/bangunan pengolahan dan

penyimpanan, serta tanda “Yang Tidak Berkepentingan Dilarang Masuk”

 yang ditempatkan di setiap pintu masuk ke dalam instalasi.

e) Mempunyai penerangan yang memadai di sekitar lokasi.

f) Tersedianya sistem pemadam kebakaran.

g)  Incinerator  mempunyai minimal dua ruang bakar.

h) Spesikasi incinerator , sekurang-kurangnya memuat informasi antara lain:

(1) Nama pabrik pembuat dan nomor model.

(2) Jenis incinerator .

(3) Dimensi internal dari unit incinerator  termasuk luas penampang.

(4) zona/ruang proses pembakaran.

(5) Kapasitas udara penggerak utama (prime air mover).

(6) Uraian mengenai sistem bahan bakar (jenis/umpan).

(7) Spesikasi teknis dan desain dari nozzle  dan burner.

(8) Temperatur dan tekanan operasi di zona/ruang bakar.

(9) Waktu tinggal limbah dalam zona/ruang pembakar.

(10) Kapasitas blower.

(11) Tinggi dan diameter cerobong.

(12) Uraian peralatan pencegah pencemaran udara dan peralatan.

(13) Pemantauan emisi cerobong (stack/chimney).

(14) Tempat dan deskripsi dari alat pencatat suhu, tekanan, aliran dan

alat-alat pengontrol lain.

(15) Deskripsi sistem pemutus umpan limbah yang bekerja otomatis.

(16) Esiensi Penghancuran dan penghilangan (DRE), dan Esiensi

Pembakaran (EP).

Page 24: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 24/98

22 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

(17) Daftar suku cadang incinerator untuk garansi 1 tahun.

(18) Gambar desain dan tata letak incinerator.

(19) Perhitungan volume ruang bakar 1 dan ruang bakar 2 incinerator.

i) Esiensi pembakaran sekurang-kurangnya 99, 95% (Sembilan puluh

Sembilan koma sembilan puluh lima per seratus);

 j) Memiliki dua ruang bakar, dengan ketentuan: temperature pada ruang

bakar utama ( primary chamber ) sekurang-kurangnya 800oC (delapan ratus

derajat celsius); dan temperature pada ruang bakar kedua (secondary

chamber ) sekurang kurangnya1050oC (seribu lima puluh derajat celsius)

dengan waktu tinggal sekurang-kurangnya 2 (dua) detik;

k) Ketinggian cerobong minimal:

(1) 20 m (dua puluh meter) atau 1,5 (satu setengah) kali bangunan

tertinggi apabila terdapat bangunan yang memiliki ketinggian lebih

dari 20m (dua puluh meter) dalam radius 50 m (lima puluh meter) dari

incinerator, untuk incinerator yang mengolah limbah B3 dari kegiatan

sendiri; atau

(2) 30 m (tiga puluh meter) atau 1,5 (satu setengah) kali bangunan

tertinggi apabila terdapat bangunan yang memiliki ketinggian lebih

dari 30 m (dua puluh meter) dalam radius 50 m (lima puluh meter)

dari incinerator , bila incinerator  yang mengolah limbah B3 sebagai jasa;

(3) Memiliki alat pengendalian pencemaran udara berupa wetscrubber

atau sejenis; dan memenuhi baku mutu emisi.

(4) Pengolahan limbah material sitotoksik (genotoksik) secara termal wajib

dilakukan pada temperatur sekurang-kurangnya1200oC (seribu dua

ratus derajat celsius).

(5) Kapasitas dan volume ruang bakar pertama disesuaikan dengan

kebutuhan rumah sakit, melihat jumlah limbah padat medis yangdihasilkan tiap harinya.

(6) Tersedia minimal 2 (dua) thermocuple  untuk mengetahui temperatur di

ruang bakar pertama dan ruang bakar kedua.

(7) Waktu tinggal (residence time) gas di zona/ruang bakar kedua minimum

2 detik.

(8) Alat incinerator  yang ditawarkan sudah termasuk pelindung incinerator  

sesuai dengan yang dipersyaratkan pabrikan incinerator.

(9) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai uji laboratorium

lingkungan terhadap emisi incinerator   yang ditandatangani oleh

Direktur rumah sakit dan diketahui oleh Gubernur/Bupati/Walikota

minimal 1 tahun sekali dan melaporkannya ke Kementerian Kesehatan.

(10) Membuat surat pernyataan kesanggupan menjaga agar emisi incinerator  

memenuhi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13

 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak yang

ditandatangani oleh RS dan diketahui oleh Gubernur/Bupati/Walikota

sebelum Pekerjaan Pembangunan dimulai.

3) Persyaratan Khusus Autoklaf

a) Autoklaf Tipe Gravity Flow 

(1) Temperatur lebih besar dari atau sama dengan 121oC (seratus dua

puluh satu derajat celsius) dan tekanan 15 psi (lima belas  pound

Page 25: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 25/98

23Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

squareinch ) atau 1,02 atm (satu koma nol dua atmosfer) dengan waktu

tinggal di dalam Autoklaf sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) menit;

(2) Temperatur lebih besar dari atau sama dengan 135oC (seratus tiga

puluh lima derajat celsius) dan tekanan 31 psi (tiga puluh satu pound

squareinch ) atau 2,11 atm (dua koma sebelas atmosfer) dengan waktu

tinggal di dalam Autoklaf sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima)

menit; atau temperatur lebih besar dari atau sama dengan 149oC

(seratus empat puluh sembilan derajat celsius) dan tekanan 52 psi

(lima puluh dua pound squareinch ) atau 3,54 atm (tiga koma lima puluh

empat atmosfer) dengan waktu tinggal di dalam Autoklaf sekurang-

kurangnya 30 (tiga puluh) menit.

b) Autoklaf tipe Vacuum 

(1) Temperatur lebih besar dari atau sama dengan 121oC (seratus dua

puluh satu derajat celsius) dan tekanan 15 psi (lima belas  pound

squareinch ) atau 1,02 atm (satu koma nol dua atmosfer) dengan waktu

tinggal di dalam Autoklaf sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima)

menit; atau

(2) Temperatur lebih besar dari atau sama dengan135oC (seratus tiga

puluh lima derajat celsius) dan tekanan 31 psi (tiga puluh satu pound

squareinch ) atau 2,11 atm (dua koma sebelas atmosfer) dengan waktu

tinggal di dalam Autoklaf sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) menit.

(3) Peralatan Autoklaf harus mampu membunuh spora dalam uji validasi

 yang dilakukan terhadap spora Bacillus stearothermophilus pada

konsentrasi 1x104 (satu kali sepuluh pangkat empat) spora per milli

liter yang ditempatkan dalam vial atau lembaran spora (spore strips ).

(4) Peralatan Autoklaf dilarang digunakan untuk disinfeksi limbah bahan

kimia kadaluwarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan produk

 yang tidak memenuhi spesikasi, limbah patologis dan jaringananatomi, limbah radioaktif limbah farmasi; dan limbah material

sitotoksik (genotoksik).

4) Persyaratan Khusus Microwave 

a) Dilakukan pada temperature 100oC (seratus derajat celsius) dengan waktu

tinggal sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) menit.

b) Harus mampu membunuh spora dalam uji validasi yang dilakukan

terhadap spora Bacillus stearothermophilus pada konsentrasi 1x101 (satu

kali sepuluh pangkat satu) spora per mili liter yang ditempatkan dalam vial

atau lembaran spora (spore strips ).

c) Peralatan microwave dilarang digunakan untuk disinfeksi limbah bahan

kimia kadaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan, limbah patologis dan

 jaringan anatomi; limbah radioaktif; limbah farmasi; limbah material

sitotoksik (genotoksik); dan limbah logam.

5) Persyaratan Khusus Enkapsulasi

a) Proses enkasulasi pada prinsipnya melakukan solidikasi terhadap limbah

untuk menghindari terjadinya pelindian terhadap limbah dan menghilangkan

risiko limbah diakses oleh organisme pemulung (scavengers ).

b) Enkapsulasi dilakukan dengan cara memasukkan limbah sebanyak 2/3 dari

volume wadah dan selanjutnya ditambahkan material immobilisasi sampai

Page 26: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 26/98

24 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

penuh sebelum wadahnya ditutup dan dikungkung. Material immobilisasi

dapat berupa gabus plastik, pasir bituminus, dan/atau semen.

c) Wadah yang digunakan dapat berupa high density polyethylene (HDPE)

atau drum logam. Limbah yang dilakukan enkapsulasi dapat berupa

limbah benda tajam, limbah farmasi dan/atau limbah bahan kimia sebelum

akhirnya hasil enkapsulasi tersebut ditimbun di landll.

6) Persyaratan Khusus Inertisasi

a) Inertisasi merupakan proses solidikasi limbah menggunakan semen dan

material lainnya sebelum limbah ditimbun di landll .

b) Inertisasi dapat dilakukan terhadap limbah farmasi dan/atau limbah

bahan kimia dimana limbah tersebut dikeluarkan dari wadahnya untuk

selanjunya dilakukan solidikasi dengan air, kapur dan semen. Proses

inertisasi dilakukan dengan cara:

(1) Limbah dicampur dengan pasir dan semen menggunakan sekop dengan

perbandingan limbah, pasir dan semen portland 3:1:2.

(2) Hasil pencampuran selanjutnya dituangkan dalam sebuah cetakandengan ukuran dimensi sekurang-kurangnya 40 cm x 40 cm x 40 cm,

setelah cetakan tersebut sebelumnya telah dilapisi dengan plastik

sehingga dapat mengungkung campuran limbah. Hasil pencampuran

didiamkan selama 5 (lima) hari untuk penyempurnaan proses

solidikasi.

7) Persyaratan Khusus Needle Pit 

a) Needle pit   digunakan untuk menampung limbah jarum yang terpisah

dengan spuitnya dengan menggunakan needle cutter.

b) Dapat dibuat dari bahan buis beton atau pipa PVC diameter minimal 6

inchies dengan tinggi maksimal 2 meter.

c) Pit harus kedap air, baik bagian dasar maupun dindingnya.

d) Tertutup pada bagian atasnya.

e) Tersedia lubang untuk memasukkan jarum ke dalam pit tersebut.

f) Dapat dikubur sebagian ke dalam tanah.

g. Penyediaan Peralatan Sistem Informasi Kesehatan di Kabupaten/Kota

2) Penyediaan peralatan sistem informasi kesehatan adalah sebagai berikut:

a) Pengadaan perangkat keras untuk SIKDA Kabupaten/Kota

(1) Peralatan LAN Puskesmas(2) Peralatan LAN Dinkes Kabupaten/Kota

(3) Peralatan koneksi wireless antara Puskesmas dengan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota

b) Pen yediaan software aplikasi SIKDA Kabupaten/Kota mencakup:

(1) Aplikasi sistem informasi Puskesmas

(2) Aplikasi sistem informasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

3) Persyaratan Umum

a) Pengadaan peralatan SIKDA dilakukan secara bertahap sesuai dengan:

(1) Kemampuan pendanaan.

Page 27: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 27/98

25Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

(2) Kesiapan daerah dalam hal ketersediaan dan kemampuan tenaga

 yang akan mengoperasikan dan mengelola peralatan sistem informasi

kesehatan.

(3) Kondisi geogras wilayah setempat.

b) Pengadaan peralatan sistem informasi kesehatan di Puskesmas

diprioritaskan untuk Puskesmas yang mempunyai infrastruktur dan SDM yang baik.

c) Pengadaan peralatan sistem informasi kesehatan dilaksanakan sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

4) Persyaratan Teknis

a) Pengadaan perangkat keras untuk SIKDA Kabupaten/Kota

(1) Paket Peralatan LAN Puskesmas terdiri dari:

(a) PC Server  (min 1 unit)

(b) PC Client  (min 5 unit)

(c) Wireless Router  (min 1 unit)

(d) UPS Server  (min 1 unit)(e) UPS Client  (min 5 unit)

(f) Rack Server  (min 1 unit)

(g) Instalasi (1 paket)

(2) Paket Peralatan LAN Dinkes Kabupaten/Kota terdiri dari:

(a) PC Server  (min 1 unit)

(b) Wireless Router  (min 1 unit)

(c) UPS Server  (min 1 unit)

(d) Rack Server  (min 1 unit)

(e) Instalasi (1 paket)

(3) Paket peralatan koneksi wireless antara Puskesmas dengan DinkesKabupaten/Kota terdiri dari:

(a) Wireless Access Point Out Door  (Radio dan Antene)

(b) Tower 

(c) Instalasi (1 paket)

b) Bila pengadaan perangkat keras untuk SIKDA Kabupaten/Kota dilakukan

secara bertahap maka diprioritaskan dimulai dari pengadaan peralatan

LAN Puskesmas (nomor 1) dan seterusnya.

c) Penyediaan software  aplikasi SIKDA Kabupaten/Kota mencakup:

(1) Aplikasi sistem informasi Puskesmas

(a) Modul manajemen klien/pasien

(b) Modul manajemen program/wilayah(c) Modul manajemen unit/institusi

(2) Aplikasi sistem informasi Modul manajemen klien/pasien

(a) Modul integrasi data dan bank data

(b) Modul komunikasi data

(c) Modul penyajian data/informasi

d) Untuk aplikasi sistem informasi Puskesmas (nomor 1) dapat menggunakan

aplikasi yang disediakan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian

Kesehatan yaitu aplikasi SIKDAGenerik modul Puskesmas, sedangkan untuk

aplikasi sistem informasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (nomor 2) wajib

menggunakan aplikasi yang disediakan oleh Pusat Data dan Informasi

Kementerian Kesehatan yaitu aplikasi SIKDAGenerik

 modul Dinas Kesehatan.

Page 28: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 28/98

26 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

e) Spesikasi teknis disesuaikan dengan kebutuhan wilayah kerja setempat,

setelah mengadakan konsultasi dengan pihak yang berkompeten.

f) Usulan anggaran harus didukung APBD untuk pelatihan tenaga, sosialisasi,

dan pemeliharaan jaringan dan komputer.

5) Acuan

a) Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

b) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi

Kesehatan.

c) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 837/Menkes/VII/2007 tentang

Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) Online.

d) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 192/Menkes/SK/VI/2012 tentang

Roadmap  Rencana Aksi Penguatan Sistem Informasi Kesehatan Indonesia.

h. Peralatan Kalibrasi di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

  Penyediaan peralatan kalibrasi di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimaksudkan untuk

mendukung pemenuhan persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan layak pakaisuatu peralatan medis yang berada di fasyankes, baik Rumah Sakit maupun Puskesmas,

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah

Sakit. Sehubungan dengan masih terbatasnya cakupan dan ketepatan waktu pelayanan

kalibrasi peralatan kesehatan oleh BPFK dan institusi penguji lainnya, maka Kementerian

Kesehatan secara bertahap akan meningkatkan kemampuan tenaga teknisi Rumah

Sakit dan Dinas Kesehatan untuk melakukan pengujian dan kalibrasi internal, dengan

pembinaan teknis oleh BPFK.

a. Persyaratan Umum

1) Dinas Kesehatan memiliki tenaga teknisi elektromedis sekurang-kurangnya 2

(dua) orang.

2) Dinas Kesehatan memiliki penanggung jawab/koordinator peralatan kesehatanminimal D3 Teknik Elektromedik.

3) Dinas Kesehatan belum memiliki alat kalibrasi yang sama seperti yang diminta

kecuali rusak.

4) Dinas Kesehatan memiliki anggaran pemeliharaan alat kesehatan.

5) Dinas Kesehatan membuat pernyataan sanggup untuk melakukan kalibrasi

berkesinambungan untuk alat kalibrasi yang diminta.

6) Dinas Kesehatan memiliki tempat penyimpanan alat kesehatan dan suku

cadang.

7) Penyedia wajib memberikan pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan alat

kalibrasi kepada petugas pengelola peralatan kesehatan di Dinas KesehatanProvinsi.

8) Garansi alat kalibrasi minimal 1 tahun.

9) Garansi purna jual minimal 5 tahun.

10) Penyedia wajib memberikan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar

Pemeliharaan (SMP) alat kalibrasi.

11) Penyedia wajib memberikan metode kerja kalibrasi yang berlaku.

12) Garansi memfasilitasi untuk kalibrasi alat kalibrasi.

Page 29: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 29/98

27Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

b. Persyaratan Khusus

1) Membuat surat pernyataan bahwa peralatan pengujian dan kalibrasi yang

dimiliki hanya digunakan untuk kebutuhan pelayanan pengujian dan kalibrasi

internal.

2) Membuat surat pernyataan bersedia melaksanakan standar mutu pengujian

dan kalibrasi dibawah pembinaan dan pengawasan BPFK.

3) Pernyataan kesanggupan menyediakan anggaran peningkatan kapabilitas dan

kompetensi tenaga/teknisi pengujian dan kalibrasi.

4) Pernyataan kesanggupan menyediakan anggaran pemeliharaan dan rekalibrasi

peralatan pengujian dan kalibrasi.

5) Melengkapi dokumen inventaris alat kesehatan, alat pengujian dan kalibrasi

 yang dimiliki.

6) Dinas Kesehatan membuat pernyataan sanggup untuk melakukan kalibrasi

berkesinambungan untuk alat kalibrasi yang diminta

c. Jenis peralatan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan sebagai berikut:

1) ECG Simulator 

2) Digital Caliper 

3) Digital Pressure Meter 

4) Digital Tachometer 

5) Electro Safety Analyzer 

6) Vital Sign Simulator 

7) Alat Kerja Elektronik (Electronic Tools Complete)

8) Alat kerja Mekanik (Mechanic Tools Complete )

9) Perlengkapan workshop 

  (Pedoman Manajemen Alat Kesehatan di Puskesmas, Direktorat Bina Pelayanan

Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2015)

i. Penyehatan Lingkungan (PL)

1) Penyediaan Air Minum Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (PAMSTBM)

  Kegiatan PAMSTBM merupakan kegiatan penyediaan air minum masyarakat dengan

menggunakan pendekatan STBM yang lingkup pelaksanaannya ditingkat desa di 85

kabupaten.

  Persyaratan Umum kriteria desa:

a) Angka penyakit yang berkaitan dengan air tinggib) Akses masyarakat terhadap sarana air minum dan sanitasi rendah

c) Tidak ada kegiatan sejenis pada saat yang bersamaan

d) Kesediaan masyarakat untuk menyediakan kontribusi untuk operasional dan

pemeliharaan sarana

  Ospi Sarana Air Minum:

a) Sarana Rehabilitasi yang diperbolehkan adalah Jaringan Perpipaan, bukan

sarana dari hasil paska intervensi kegiatan/proyek sejenis, kecuali masa

pakai lebih dari 10 (sepuluh) tahun dan sarana tersebut sudah diserah Surat

Pernyataan Hibah Tanah

b) Pemilihan opsi harus mempertimbangkan: topogra, ketersediaan potensi air,

Page 30: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 30/98

28 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

biaya konstruksi, ketersediaan lahan untuk konstruksi, kemampuan untuk

mengoperasikan dan memelihara termasuk biayanya. Selain itu perlu juga

dipertimbangkan keadaan aspek lingkungan (alam dan budaya) yang akan

dipengaruhi oleh pembangunan sarana tersebut, seperti misalnya kemungkinan

pencemaran lingkungan.

2) Penyediaan Sanitasi di Sekolah dan Pondok Pesantren

Penyediaan Sanitasi di Sekolah dan Pondok Pesantren dilaksanakan melalui

pembangunan sarana sanitasi, bangunan gedung, dan perubahan perilaku di 95

kabupaten/kota.

Kriteria Pondok Pesantren

a) Memiliki unsur-unsur pontren;

(1) Pengasuh pesantren (Kiai, Tuan Guru atau sebutan lainnya)

(2) Santri

(3) Asrama

(4) Tempat ibadah (musholla/masjid)

(5) Pengajaran kitab kuning

b) Ada layanan pendidikan

c) Memiliki jumlah santri mukim/menginap = minimal 75 orang

d) Memiliki ijin operasional dari Kementerian Agama

e) Memiliki akses yang rendah terhadap sarana air dan sanitasi yang layak

f) Memiliki sarana higiene sanitasi bangunan yang tidak layak 

g)  Tingginya angka kejadian penyakit dan atau gangguan kesehatan dari faktor

risiko lingkungan

h) Lokasi pontren adalah bukan lokasi desa yang mendapatkan program sejenis

(penyediaan air sanitasi dan higiene)

  Kriteria Sekolah

a) Sekolah Dasar Negeri Inti yang telah mengikuti Bimbingan Teknis Sekolah Dasar

Bersih dan Sehat yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah

Dasar, Ditjen Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

b) Sekolah Dasar Negeri Inti yang diusulkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/

Kota

c) Madrasah Ibtida’iyah Negeri (MIN) yang diusulkan Kantor Kemenag Kabupaten/

Kota

d) Memiliki akses yang rendah terhadap sarana air dan sanitasi yang layak

e) Memiliki sarana higiene sanitasi bangunan yang tidak layak

f)  Tingginya angka kejadian penyakit dan atau gangguan kesehatan dari faktor

risiko lingkungan

g) SDN/MIN sasaran adalah bukan SDN/MIN yang sedang mendapatkan program

sejenis (penyediaan air sanitasi dan higiene)

Opsi Sarana Sanitasi

  Pemilihan opsi harus memperhatikan lima aspek penting yaitu teknis, sosial,

kelembagaan, nansial, dan lingkungan, yang dijabarkan sebagai berikut;

Page 31: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 31/98

29Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

a) Pembuatan Rencana Rincian Kegiatan (RRK) pontren

b) Rencana Kegiatan (RK)

c) Rencana Anggaran Biaya (RAB)

d) Desain sarana dan denah

e) Jadwal pelaksanaan kegiatan masyarakat pontren/masyarakat sekolahf) Rencana monitoring dan evaluasi oleh Tim Kerja Masyarakat dan petugas

kesehatan kabupaten/kota serta petugas kesehatan puskesmas/sanitarian

Opsi pokok:

a) Sarana air bersih.

b) Sarana jamban yang sehat

Opsi pengembangan:

a) Sarana cuci tangan dan sabun

b) Sarana pembuangan sampah

c) Sarana pembuangan air limbah

d)  Tata ruang dan bangunan yang memadai

e)  Tempat wudhu

3) Penyediaan Sarana Sanitasi Sentra Jajanan Makanan

  Kegiatan penyediaan sarana higiene sanitasi Sentra Jajanan Makanan dilakukan

di 15 kabupaten/kota masing-masing kabupaten kota mendapatkan penyediaan

sarana di 2 sentra jajanan makanan

  Kriteria Lokasi :

  Sentra pangan jajanan siap saji yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan

atau sesuai kebijakan pemerintah daerah kabupaten/kota dengan pelaksanaan

mengacu kepada Permendagri No.41 Tahun 2012 dan seluruh penanggung jawab

dan penjamah makanan telah memiliki sertikat kursus peningkatan HSP

  Sarana Sanita:

a) Pembangunan pencucian piring komunal lengkap

b) Fasilitas sarana air bersih

c) Pengelolaan limbah cair sehat,

d) Penyimpanan makanan komunal sehat

e) Fasilitas pencucian tangan komunal

f) Paket dukungan operasional higiene sanitasi

C. Penyediaan Puskesmas Keliling (Pusling) Perairan/Pusling Roda Empat Double Gardan/Pusling Roda Empat Biasa/Ambulans Transportasi dan Kendaraan Bermotor Roda Dua.

  Dalam rangka peningkatan pemerataan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan bagi

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas serta menunjang pelaksanaan rujukan medis dan

kesehatan, perlu dilaksanakan upaya penyediaan prasarana penunjang pelayanan kesehatan

diantaranya Puskesmas Keliling (Pusling) baik Roda Empat maupun Perairan serta Ambulans

 Transportasi. Penyediaan Pusling maupun Ambulans diutamakan untuk pembangunan

Puskesmas baru atau Puskesmas yang belum memiliki Pusling maupun Ambulans.

Page 32: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 32/98

30 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

1. Pusling Perairan

a. Persyaratan Umum

1) Kebutuhan akan adanya Pusling Perairan diharapkan mempertimbangkan

beberapa hal sebagai berikut:

a) Diperuntukan bagi Puskesmas yang wilayah kerjanya sebagian besar hanya

bisa dijangkau dengan transportasi air.

b) Pusling berfungsi sebagai sarana transportasi petugas dan pasien serta

peralatan kesehatan penunjangnya untuk melaksanakan program

Puskesmas dan memberikan pelayanan kesehatan dasar.

c) Sarana transportasi rujukan pasien.

2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat surat pernyataan kesanggupan

untuk memenuhi antara lain:

a) Biaya operasional Pusling Perairan (biaya bahan bakar, biaya pemeliharaan)

dan lain-lain.

b) Tidak mengalihfungsikan Pusling Perairan menjadi kendaraan penumpang/

pribadi.

c) Tersedia tenaga yang mampu mengoperasionalkan Pusling Perairan.

3) Tersedia surat keputusan yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota tentang

nama Puskesmas yang akan menerima Pusling Perairan.

4) Penyediaan Pusling Perairan dapat merupakan rehabilitasi Pusling Perairan

 yang mengalami kerusakan.

b. Persyaratan Teknis

1) Jenis kendaraan dilengkapi dengan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi

serta perlengkapan keselamatan.

2) Kendaraan Pusling Perairan harus memenuhi fungsi transportasi petugas,

rujukan pasien, pelayanan kesehatan dasar, program Puskemas, penyuluhan

dan promosi kesehatan serta aksesibilitas/kemudahan pasien.

3) Peralatan kesehatan penunjang mengacu pada buku Panduan Pelaksanaan

Puskesmas Keliling, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar Tahun 2013.

2. Pusling Roda Empat Double Gardan 

a. Persyaratan Umum

1) Kebutuhan akan adanya Pusling Roda Empat Double Gardan   diharapkan

mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

a) Diperuntukan bagi Puskesmas yang wilayah kerjanya luas dengan kondisi

medan jalan sulit (seperti berlumpur, pegunungan).

b) Pusling berfungsi sebagai sarana Transportasiasi petugas dan pasien

serta peralatan kesehatan penunjangnya untuk melaksanakan program

Puskesmas dan memberikan pelayanan kesehatan dasar serta melakukan

penyelidikan KLB.

c) Sarana transportasi rujukan pasien.

d) Mendukung pelaksanaan penyuluhan dan promosi kesehatan.

Page 33: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 33/98

31Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat surat pernyataan kesanggupan

untuk memenuhi antara lain:

a) Biaya operasional Pusling Roda Empat Double Gardan  (biaya bahan bakar,

biaya pemeliharaan) dan lain-lain.

b) Tidak mengalihfungsikan Pusling Roda Empat Double Gardan   menjadi

kendaraan penumpang/pribadi.

c) Tersedia tenaga yang mampu menyelenggarakan kegiatan Pusling Roda

Empat Double Gardan .

3) Tersedia surat keputusan yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota tentang

nama Puskesmas yang akan menerima Pusling Roda Empat Double Gardan .

4) Adanya telaahan analisa kebutuhan Pusling Roda Empat Double Gardan.

b. Persyaratan Teknis

1) Jenis kendaraan yang sesuai kebutuhan Kabupaten/Kota dan dapat menjangkau

masyarakat di lokasi tertentu khususnya di daerah terpencil dan sangat terpencil

 yang dilengkapi dengan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta media

penyuluh dan promosi kesehatan.

2) Kendaraan Pusling Roda Empat harus memenuhi fungsi transportasi petugas,

rujukan pasien, pelayanan kesehatan dasar, program Puskemas, penyuluhan

dan promosi kesehatan serta aksesibilitas/kemudahan pasien.

3) Peralatan kesehatan penunjang mengacu pada buku Panduan Pelaksanaan

Puskesmas Keliling, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar Tahun 2013.

3. Pusling Roda Empat Biasa

a. Persyaratan Umum

1) Kebutuhan akan adanya Pusling Roda Empat Biasa diharapkan

mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:a) Diperuntukan bagi Puskesmas yang wilayah kerjanya luas dengan kondisi

medan jalan yang tidak sulit.

b) Pusling berfungsi sebagai sarana transportasi petugas dan pasien serta

peralatan kesehatan penunjangnya untuk melaksanakan program

Puskesmas dan memberikan pelayanan kesehatan dasar serta melakukan

penyelidikan KLB.

c) Sarana transportasi rujukan pasien.

d) Mendukung pelaksanaan penyuluhan dan promosi kesehatan.

2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat surat pernyataan kesanggupan

untuk memenuhi antara lain:

a) Kesanggupan untuk biaya operasional Pusling Roda Empat Biasa (biaya

bahan bakar, biaya pemeliharaan) dan lain-lain.

b) Tidak mengalihfungsikan Pusling Roda Empat Biasa menjadi kendaraan

penumpang/pribadi.

c) Tersedia tenaga yang mampu menyelenggarakan kegiatan Pusling Roda

Empat Biasa.

3) Tersedia surat keputusan yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota tentang

nama Puskesmas yang akan menerima Pusling Roda Empat Biasa.

4) Adanya telaahan analisa kebutuhan Pusling Roda Empat Biasa.

Page 34: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 34/98

32 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

b. Persyaratan Teknis

1) Jenis kendaraan yang sesuai kebutuhan Kabupaten/Kota dan dapat menjangkau

masyarakat di lokasi tertentu yang dilengkapi dengan peralatan kesehatan,

peralatan komunikasi serta media penyuluh dan promosi kesehatan.

2) Kendaraan Pusling Roda Empat harus memenuhi fungsi Transportasi petugas,

rujukan pasien, pelayanan kesehatan dasar, program Puskemas, penyuluhandan promosi kesehatan serta aksesibilitas/kemudahan pasien.

3) Peralatan Kesehatan mengacu pada buku Panduan Pelaksanaan Puskesmas

Keliling, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar Tahun 2013.

4. Ambulans Transportasi

  Ambulans transport ( patient transport ambulance ) adalah ambulans yang dilengkapi

dengan peralatan untuk bantuan hidup/life support , dengan kru yang memiliki kualikasi.

Dalam keadaan tertentu ada Fly car/respons unit/quick response vehicle , seorang petugas

Ambulans dengan kendaraan yang akan melakukan penanganan di lokasi dan tidak

membawa orang lain selain pasien dan petugas.

a. Persyaratan Umum

1) Kebutuhan akan adanya Ambulans Transportasi diharapkan mempertimbangkan

beberapa hal sebagai berikut:

a) Diperuntukkan bagi Puskesmas yang memerlukan prasarana penunjang

Ambulans Transportasi.

b) Ambulans Transportasi berfungsi sebagai sarana transportasi rujukan

pasien dari lokasi kejadian ke sarana pelayanan kesehatan dengan

pengawasan medik khusus.

c) Peralatan kesehatan penunjang mengacu pada Kepmenkes Nomor 882

 Tahun 2009 tentang Pedoman Penanganan Evakuasi Medik.

2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat surat pernyataan kesanggupan

untuk memenuhi antara lain:

a) Biaya operasional Ambulans (biaya bahan bakar, biaya pemeliharaan) dan

lain-lain.

b) Tidak mengalihfungsikan Ambulans menjadi kendaraan penumpang/

pribadi.

c) Tersedia tenaga yang mampu mengoperasionalkan Ambulans.

d) Bagi petugas medis dan tenaga kesehatan memiliki sertikasi minimal

basic life support  atau pelatihan penanggulangan gawat darurat.

3) Tersedia surat keputusan yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota tentangnama Puskesmas yang akan menerima Ambulans Transportasi.

b. Persyaratan Teknis

1) Jenis kendaraan yang berfungsi sebagai sarana transportasi rujukan bagi

masyarakat yang dilengkapi dengan peralatan kesehatan dan peralatan

komunikasi.

2) Peralatan kesehatan penunjang mengacu pada Kepmenkes Nomor 882 Tahun

2009 tentang Pedoman Penangan Evakuasi Medik.

Page 35: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 35/98

33Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

5. Kendaraan Roda Dua Biasa dan atau Trail

a. Persyaratan Umum

1) Kebutuhan akan adanya Kendaraan Roda Dua diharapkan mempertimbangkan

beberapa hal sebagai berikut:

a) Diperuntukan bagi Puskesmas dalam menunjang pelaksanaan kegiatan

program.

b) Kendaraan berfungsi sebagai sarana transportasi petugas dalam

melaksanakan program Puskesmas dan memberikan pelayanan kesehatan

dasar serta melakukan penyelidikan KLB.

c) Kendaraan Roda Dua Biasa di peruntukan bagi Puskesmas daerah Pedesaan

dan Perkotaan sedangkan Kendaraan Roda Dua Trail diperuntukkan bagi

Puskesmas di DTPK.

2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat surat pernyataan kesanggupan

untuk memenuhi antara lain:

a) Biaya operasional Kendaraan Roda Dua Biasa dan atau Trail (biaya bahan

bakar, biaya pemeliharaan) dan lain-lain.

b) Tidak mengalihfungsikan Kendaraan Roda Dua Biasa dan atau Trail menjadi

kendaraan penumpang/pribadi.

3) Tersedia surat keputusan yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota tentang

nama Puskesmas yang akan menerima Kendaraan Roda Dua Biasa dan atau

 Trail.

4) Adanya telaahan analisa kebutuhan Kendaraan Roda Dua Biasa dan atau Trail.

b. PersyaratanTeknis

1) Jenis kendaraan yang sesuai kebutuhanKabupaten/Kota dan dapat menjangkau

masyarakat di lokasi tertentu yang dilengkapi dengan peralatan kesehatan serta

media penyuluh dan promosi kesehatan.

2) Kendaraan Roda Dua Biasa dan atau Trail harus memenuhi fungsi transportasi

petugas, pelayanan kesehatan dasar, program Puskemas dan penyuluhan

kesehatan mengacu pada buku Panduan Pelaksanaan Puskesmas Keliling,

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar Tahun 2013.

Page 36: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 36/98

34 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

Page 37: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 37/98

35Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

BAB IV

DAK BIDANG KESEHATAN REGULERSUBBIDANG PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN

A. Kriteria Kegiatan DAK Pelayanan Kesehatan Rujukan

1. Kriteria Umum

  Untuk mencapai sasaran dan tujuan pelaksanaan pengelolaan DAK Bidang Kesehatan

Rujukan maka perlu ditetapkan kriteria rumah sakit yang mendapatkan alokasi anggaran

DAK sebagai berikut :

a. Diperuntukan bagi Rumah Sakit Daerah selain Rumah Sakit Rujukan Nasional,

Rumah Sakit Rujukan Provinsi dan Rumah Sakit Rujukan Regional.

b. Rumah Sakit telah melakukan registrasi di Kementerian Kesehatan, memiliki izin

operasional yang masih berlaku dan memiliki klasikasi yang ditetapkan sesuai

ketentuan.

c. Pengajuan proposal yang ditetapkan oleh kepala daerah setempat dan dilengkapi

 TOR, RAB dan prol rumah sakit terkini.

d. Telah melakukan pengisian data melalui Aplikasi Sarana Prasarana Alat Kesehatan

(ASPAK) atau Bagi Rumah Sakit yang belum mengisi data ASPAK agar dapat

melampirkan surat pernyataan kesanggupan mengisi data ASPAK yang ditandatangani

oleh Direktur Rumah Sakit .

e. Usulan DAK diperuntukan untuk penguatan dan pemenuhan standar sesuaiklasikasi rumah sakit saat pengajuan, tidak diperuntukan bagi pembangunan/

relokasi rumah sakit baru.

f. Pembangunan gedung baru dilokasi yang sama harus memiliki lahan yang

bersertikat/ bukti kepemilikan lahan oleh rumah sakit atau pemerintah daerah.

2. Kriteria Teknis

a. Pemenuhan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit

1) Pelayanan Kritikal (IGD, OK, Ruang Pelayanan Intensive).

2) Pelayanan Out Patient  (Rawat Jalan, Hemodialisa, Transfusi Darah, Diagnostik,

Rehab Medik).3) Pelayanan In Patient   (Rawat Inap, Kebidanan, One Day Care , Kemoterapi,

Isolasi/R. Perawatan Penyebaran Penyakit Melalui Udara).

4) Penunjang medis dan non medis (Laboratorium, Radiologi, Laundry , Central

Sterile Supply Department   (CSSD), Kitchen , Pemulasaraan Jenazah, Rekam

Medik, Farmasi, Sanitasi, Bakordik).

5) Ambulans, IPAL, Genset, Gas Medis Sentral (Oksigen,  Vacum Medis, Udara

 Tekan).

Page 38: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 38/98

36 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

b. Pemenuhan Peralatan Kesehatan dan Kedokteran

1) Prioritas 1

a) Instalasi Gawat Darurat (IGD)

b) Kamar Operasi (OK)

c) High Care Unit  (HCU)

d) Intesive Care Unit  (ICU)

e) Neonatal Intensive Care Unit  (NICU)

 f) Pediatric Intensive Care Unit  (PICU)

g) Peralatan Rawat Jalan

h) Peralatan Rawat Inap

i) Kebidanan dan Neonatus

 j) Radiologi

k) Laboratorium

2) Prioritas 2

a) CSSD

b) Peralatan IPSRS

c) Peralatan Pelayanan Unggulan

d) Peralatan Laundry e) Peralatan Kitchen 

f) Peralatan Kalibrasi (Minimal RS. Kls B)

B. Persyaratan Umum

  Dalam rangka pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kriteria teknis, maka harus

memperhatikan persyaratan sebagai berikut:

1. Pengusulan Peralatan harus disesuaikan dengan ketersediaan SDM terutama tenaga

medis.

2. Rumah sakit harus memenuhi standar alat kesehatan prioritas 1 terlebih dahulu sebelum

mengambil prioritas 2.

3. Tersedianya bangunan yang standar untuk penempatan alat kesehatan.

4. Gedung dan Peralatan Rawat Inap untuk kelas I, Kelas II dan Kelas III, diutamakan kelas

III dengan pemenuhan minimal 30 % dari jumlah tempat tidur yang tersedia di rumah

sakit.

5. Gedung dan peralatan Intensive Care  minimal harus dipenuhi 5 % dari jumlah tempat

tidur yang tersedia di rumah sakit.

6. Pengembangan pelayanan unggulan harus di tetapkan denganSurat Keputusan Direktur

Rumah Sakit.

C. Acuan

1. Sarana dan Prasarana Kesehatan

a. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Gawat Darurat yang dikeluarkan

oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Saranan Kesehatan Tahun

2012.

b. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi yang dikeluarkan oleh

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.

c. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Perawatan Intensive yang dikeluarkan

oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.

d. Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit Sistm Instalasi Gas Medik dan Vakum

Medik yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana

Kesehatan Tahun 2012.

Page 39: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 39/98

37Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

e. Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B yang dikeluarkan oleh Ditjen Bina Pelayanan

Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012 ( Khusus bagi RS yang telah

ditetapkan klasikasi sebagai kelas B).

f. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Instalasi Sterilisasi Sentral (CSSD) yang

dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan

 Tahun 2012.

g. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Mekanik yang dikeluarkan oleh

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2014.

h. Pedoman Teknis Ambulans yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan

Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2014.

i. Pedoman Teknis Bangunan dan Prasarana Fasilitas Ruang Infeksi TB yang

dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan

 Tahun 2014.

  (Pedoman teknis dapat di download di website  aspak.buk.depkes.go.id)

2. Peralatan Kesehatan dan Peralatan Penunjang

Kebutuhan peralatan kesehatan dan peralatan penunjang rumah sakit disesuaikan

dengan kelas Rumah Sakit Daerah pengusul dengan mengacu pada:

a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasikasi dan Perizinan

Rumah Sakit.

b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan Kalibrasi

Alat Kesehatan.

c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1778/Menkes/SK/XII/2010 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Pelayanan Instensive Care Unit  (ICU) Rumah Sakit.

d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar

Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit. 

e. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran.

f. Pedoman Penyelenggaraan Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit kelas A, B,

dan C Direktorat Instalasi Medik Tahun 1992. (Pedoman teknis dapat di download  di

website aspak.buk.depkes.go.id)

3. Ambulans

a. Pengadaan Alat Transportasi (Ambulans) mendukung Sistem Penanggulangan

Gawat Darurat Terpadu Sehari-hari (SPGDT-S) mengacu pada Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 882/Menkes/SK/X/2009 tentang Pedoman Penanganan Evakuasi

Medik.

b. Pedoman Teknis Ambulans yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan

Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2014.

D. Unit Tranfusi Darah Rumah Sakit (UTDRS)

1. Teknis Bangunan UTD di RS

No Jenis Kelengkapan Luas/Keterangan

1 Gedung Permanen

2 Kondisi udara untuk laboratorium menggunakan exhaust serta Air

Conditioner untuk menjaga suhu 20-24oC

3 Penerangan (lampu) Minimal 5 watt/m2

4 Air mengalir, bersih 50 L/pekerja/hari

Page 40: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 40/98

38 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

No Jenis Kelengkapan Luas/Keterangan

5 Daya listrik Minimal 1700 W

6 Tata ruang (Alur tata ruang harus

sesuai dengan alur kegiatan yang

memenuhi standar kualitas)

Luas ruangan (m2)

Luas keseluruhan = 200

a. Ruang pelayanan donor

• Ruang tunggu donor 10

• Ruang seleksi donor 6

• Ruang pemeriksaan oleh

dokter

6

• Ruang pengambilan darah 2 kursi donor

• Ruang konseling 4

• Ruang pemulihan dan

snack donor

8

• Pantry  6

b. Ruang laboratorium

• Ruang laboratorium uji

saring

20

• Ruang uji silang serasi 12

• Ruang produksi

komponen

20

c. Ruang penyimpanan darah

• Ruang penyimpanan

darah

8

• Ruang penyimpanan

darah karantina

4

d. Distribusi

• Ruang tunggu permintaan

darah

9

e. Administrasi

• Ruang kepala UTD 9

• Ruang staf administrasi 15

• Gudang logistik

(perkantoran dan bahan

habis pakai)

6

f. Ruang pertemuan

(khusus untuk UTD di RS,

ruangan ini dapat bergabung

dengan ruang pertemuan

rumah sakit)

35

g. Kamar mandi/WC 8

7 Fasilitas Pembuangan Limbah

a. Tempat penampungan/

pengolahan sederhana limbah

cair (limbah biologis) /padat

Insinerator

b. Sistem pembuangan limbah Tersedia Standar Prosedur Operasional

Page 41: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 41/98

39Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

2. Teknis Peralatan dan Bahan Habis Pakai

No Jenis Kelengkapan Jumlah

1

1.1

1.2

1.3

Perlengkapan seleksi donor Di GedungUTD

Mobile Unit 

Peralatan: Timbangan badanBeaker glass  ukuran 30 ml dan wadah CuSO4

 Tempat kapas Stainles steel  Termos, wadah untuk menyimpan antiseraWadah limbah infeksiusWadah limbah non infeksius

 Tensimeter untuk dokter

Bahan Habis Pakai (BHP):Blood lancetPipet kapilerDesinfektan kulit dengan spray Kaca obyek sekali pakaiKapas sterilIce pack  untuk reagen termos

Kantong limbah infeksiusKantong limbah non infeksiusSabun desinfektan untuk cuci tangan

Reagensia:Larutan CuSO4 BJ 1.052Anti sera anti A, anti B monoklonalAnti D monoklonal IgM

1 buah1 buah1 buah1 buah1 buah1 buah1 buah

SecukupnyaSecukupnya1 botolSecukupnyaSecukupnyaSecukupnya

SecukupnyaSecukupnya1 botol

SecukupnyaSecukupnyaSecukupnya

1 buah1 buah1 buah1 buah1 buah1 buah1 buah

SecukupnyaSecukupnya1 botolSecukupnyaSecukupnyaSecukupnya

SecukupnyaSecukupnya1 botol

SecukupnyaSecukupnyaSecukupnya

2 Perlengkapan pengambilan darah Di GedungUTD

Mobile Unit 

2.1 Peralatan: Tempat tidur statis Tempat tidur lipat TensimeterKlem/peanPinsetHand sealer Gunting

 Tempat gunting & pean Tempat pinset Tempat kassa Tempat kapas sterilRak tabung reaksi 24 lubangElectric sealer Wadah limbah infeksiusWadah limbah non infeksius

 Tempat limbah padat infeksius (tajam)

2 buah-2 buah4 buah2 buah1 buah2 buah2 buah2 buah1 buah2 buah1 buah1 buah1 buah1 buah1 buah

-2 buah2 buah4 buah2 buah1 buah2 buah2 buah2 buah1 buah2 buah1 buah-1 buah1 buah1 buah

2.2 Bahan Habis Pakai:Kantong darah 350 ml single, double, triple Kantong darah pediatricSarung tangan ukuran S,M,L Desinfektan kulitKassa steril

 Tabung reaksi dengan tutup ulir untukcontoh darahPlester medisKantong limbah infeksiusKantong limbah non infeksiusDesinfektan peralatan

SecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnya

SecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnya

SecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnya

SecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnya

Page 42: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 42/98

40 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

No Jenis Kelengkapan Jumlah

3 Perlengkapan penyimpanan darah:Blood bank refrigerator  karantina uk 100L Blood bank refrigerator  darah siap pakaiukuran 100 L 

Peti pendingin darah/cool box  untuk mobileunit  (25 – 50 kantong)Peti pendingin darah/cool box  untuk ruangan(2 – 5 kantong)

 Termometer kontrol

1 buah1 buah

1 buah

2 buah

2 buah

4

4.1

4.2

Perlengkapan Laboratorium Pra TransfusiPeralatan:Serological centrifuge  untuk tube 12 x 75 mmMedical refrigeratorMikroskop

 Tabung reaksi kaca yang dilapisi silikonatau sekali pakai ukuran 12x75 mm dan raktabungnyaBlood grouping plate Pipet Pasteur uk 1 mlAdjustable micropipet  uk 5-50ulLabu semprotTimer Wadah bilas pipet PasteurGuntingKaca objekEmber kecil untuk limbah cairWadah limbah infeksiusWadah limbah non infeksius

Bahan Habis Pakai:Kantong limbah infeksiusKantong limbah non infeksius

Kertas saring TissueParalmYellow TipSarung tangan uk S,M,L Desinfektan instrumen

1 buah1 buah1 buahSecukupnya

Secukupnyasecukupnyasecukupnya1 buah2 buah2 buah2 buahSecukupnya2 buahSecukupnyaSecukupnya

SecukupnyaSecukupnyaSecukupnya

1 rollSecukupnyaSecukupnya

Secukupnya

4.3 Reagensia:Antisera A, B, D IgM monoklonal @10 mlBovine Albumin 22% @ 10 mlAnti Human Globulin @ 10 mlAnti D IgG @ 10 ml

 Test Sel Standar A, B, O (Dibuat sendiri)NaCl 0,9 %Reagen sel panel untuk skrining allo antibodi

donor

SecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnya

Secukupnya5

5.1

Pengolahan Komponen DarahPeralatan :Hand Sealer 

 Timbangan darahBalance Refrigerated Centrifuge Plasma Extractor KlemGuntingPlatelet Incubator  dan Agitator  

 Tempat sampah infeksius Tempat sampah non infeksius

1 buah1 buah1 buah1 buah1 buah2 buah2 buah1 buah1 buah1 buah

Page 43: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 43/98

41Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

No Jenis Kelengkapan Jumlah

5.2 Bahan dan alat habis pakai:Pipet kapilerKapasAlkohol 70%

NaCl 0,9%

secukupnyasecukupnyasecukupnya

secukupnya6

6.1

Peralatan Laboratorium PemeriksaanUji Saring IMLTD (Infeksi Menular Lewat

 Transfusi Darah

Metode Rapid Test: Tabung Reaksi uk. 12x75 mmRak Tabung reaksi 40 lubangKit anti HIV, HbsAg, anti HCV, anti Silis

secukupnyasecukupnyasecukupnya

7 Peralatan Penunjang:Mobil donor darah (dengan 4 kursi donor) 1 buah

8

8.1.

8.2.

8.3.

Peralatan Pengembangan UTDPeralatan pengambilan darah

Haemoscale electric  (dgn mixer function)

Peralatan laboratorium pra transfusiDry incubator 

Peralatan Laboratorium PemeriksaanUji Saring IMLTD (Infeksi Menular Lewat

 Transfusi Darah)Metode Immuno Assay :Alat Immuno assay setKit anti HIV, HbsAg, anti HCV, anti Silis

 Tip kuning Tip biru Tabung Reaksi uk. 12x75 mm

Rak Tabung reaksi 40 lubangMikropipet ukuran 5-50 ulMikropipet ukuran 50-200 ulMikropipet ukuran 200-1000 ulDry IncubatorTimer

2 buah (di gedung UTD)2 buah (Mobile Unit )1 buah

1 buahSecukupnyaSecukupnyaSecukupnyaSecukupnya

Secukupnya2 buah2 buah2 buah2 buah2 buah

  Mengingat pelayanan darah mempunyai risiko cukup tinggi, maka peralatan UTD harus

memiliki kualitas tinggi dengan jaminan purna jual minimal 3 tahun.

  Kriteria peralatan yang dapat diusulkan:

a. Bagi UTD yang telah operasional :

(1) Peralatan yang belum dimiliki sesuai persyaratan teknis di atas, sedangkanbahan habis pakai dan reagensia tidak dapat diusulkan karena merupakan

bagian dari operasional UTD.

(2) Peralatan pengolahan komponen darah diprioritaskan bagi UTD yang telah

memiliki SDM yang kompeten dan adanya permintaan komponen darah dari

klinisi.

(3) Peralatan uji saring IMLTD metode Immuno Assay  hanya bagi UTD yang telah

memiliki infrastruktur dan SDM yang kompeten (minimal memiliki dokter

spesialis Patologi Klinik)

b. Bagi UTD yang belum operasional: pemenuhan peralatan, bahan habis pakai dan

reagensia yang belum dimiliki sesuai persyaratan teknis di atas

Page 44: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 44/98

42 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

E. Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

  Sejalan dengan kebijakan Kementerian Kesehatan dalam peningkatan kualitas dan akses

pelayanan darah, BDRS berperan dalam menjamin terlaksananya sistem pelayanan darah

tertutup di Rumah Sakit. BDRS sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit secara keseluruhan

berperan sebagai pelaksana dan penanggung jawab pemenuhan kebutuhan darah di rumah

sakit melalui jalinan kerjasama dengan UTD setempat sebagai pemasok darah yang aman.

1. Persyaratan Umum

  Pembangunan fasilitas BDRS mengacu pada persyaratan umum sebagai berikut:

a. Terdapat UTD yang dapat memasok kebutuhan darah aman di Kabupaten/Kota

setempat.

b. Terdapat Rumah Sakit Pemerintah di Kabupaten/Kota setempat.

c. Ada komitmen daerah untuk membantu operasionalisasi dan pemeliharaan BDRS

melalui APBD.

2. Persyaratan Teknis

a. Bangunan dan prasarana

No  Jenis Kelengkapan Luas/Keterangan

1 Gedung Permanen

2 VentilasiSuhu

1/3 x luas lantai20 -24° C

3 Penerangan (lampu) 5 watt/m2

4 Air mengalir, bersih 50 L/pekerja/hari

5 Daya listrik 1300 W Jaminan supply  listrik 24 jam dengan alat back up  (Generator)

6 Tata ruanga. Ruang Administrasi

l Loket permintaanl Loket penerimaan dan

pendistribusian darahl Ruang petugas (ruang

kepala, ruang staff)

b. Ruang Laboratoriuml Laboratoriuml Penyimpanan

Luas = 20 m2

Luas = 20 m2

7 Fasilitas Pembuangan Limbaha. Tempat penampungan/

pengolahan sederhanalimbah cair/padat

b. Sistem pembuanganlimbah

Sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan tentangkesehatan lingkungan diRumah Sakit.

Page 45: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 45/98

43Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

b. Peralatan BDRS

No  Jenis Peralatan Jumlah Minimal

1 Peralatan Utama dan Bahan HabisPakaia. Penyimpanan

1) Blood Bank   100-280 liter(tergantung kebutuhan)

2) Medical refrigerator3) Platelet agitator dengan

inkubatorb. Pemeriksaan pra transfusi

1) Golongan darah ABO danRhesus pada resipien dandonor (metode pemeriksaancell typing  dan serum typing ).Metode pemeriksaangolongan darah:a) Blood grouping plate  ataub) Tabung reaksi ukuran

12x75mm

1 buah

1 buah1 buah

c) Reagen anti ABO danRhesus (yang sudahdirekomendasi olehinstansi yang berwenang)

2) Uji silang serasia) Minimal metode Tabung

Bovine Albumin:- Dry incubator- Serofuge (dengan 2

macam rotorà tabungkecil ukuran 12x75mm dan besar ukuran5 ml)

- Microscope binoculer

b) Reagen Bovine Albumin,coombs serum

c. Distribusi1) Cool box  dengan fasilitas 2-5

kantong2) Cool box   untuk transportasi

dengan fasilitas minimal 20kantong (untuk kebutuhandiluar pengiriman rutin dariUTD)

Sesuai kebutuhanSesuai kebutuhanSesuai kebutuhan

1 buah1 buah

1 buah

Secukupnya

5-10 buah

1 buah

Page 46: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 46/98

44 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

No  Jenis Peralatan Jumlah Minimal

2 Peralatan Penunjang dan Bahan HabisPakaiRak tabungGuntingPasteur pipette plastik

Object glass Timer Labu SemprotBaskom stainless steel 

 Jas Laboratorium

Masker sekali pakaiWadah infeksius

 Termometer pengukur suhu untukkalibrasi alat rutinDesinfektan kulitDesinfektan peralatanSarung tangan sekali pakai

NaCl 0,9 %

5 buah2 buah2 buah

3 box2 buah4 buah4 buah2 x jumlah petugas

1 box1 buahSesuai kebutuhanSecukupnya

SecukupnyaSesuai kebutuhan

Secukupnya3 Peralatan penunjang untuk

pengembangan pelayanan BDRSBlood plasma freezer   dengan suhupenyimpanan maksimal -30 oC (RS tipeA dan B pendidikan)Alat gel testGel card  (bahan habis pakai untuk alatgel test)Plasma thawer Sterile connecting device Mesin apheresis (untuk keperluanterapetik)Mesin imunohematologi otomatis

1 buah

1 buahSecukupnya

1 buah1 buah1 buah

1 buah

F. Instalasi Pengolahan Limbah (IPL) Rumah Sakit

1. Persyaratan Umum

  Instalasi Pengolahan Limbah (IPL) Rumah Sakit, dengan mempertimbangkan data sebagai

berikut:

a. Ada Penanggungjawab Instalasi Pengolahan Limbah (IPL) Rumah Sakit.

b. Tersedia lahan untuk pembangunan pengolah limbah.

  Menu Instalasi Pengolahan Limbah yang diusulkan untuk mendapatkan Dana Alokasi

Khusus meliputi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan instalasi pengolahan limbah

padat.

Penyediaan Instalasi Pengolahan Limbah (IPL) dan pengadaan peralatan pendukungnyadi Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten/Kota dari Dana Alokasi Khusus dimaksudkan

untuk menjamin keamanan kualitas lingkungan khususnya limbah/buangan (dan

termasuk limbah cair yang sudah dilakukan  pre treatment ) dan limbah padat dari

hasil kegiatan rumah sakit terhadap masyarakat sekitarnya. Hal ini dilakukan untuk

melindungi kualitas lingkungan sekitar dari kegiatan rumah sakit agar tidak terjadi

pencemaran lingkungan. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengolah air

limbah/buangan (dan termasuk limbah cair yang sudah dilakukan pre treatment) yang

berasal dari kegiatan yang ada di rumah sakit agar memenuhi peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Instalasi pengolahan limbah padat berfungsi untuk mengolah

limbah padat yang memiliki sifat infeksius. Sebagai persyaratan umum meliputi:

a. Rumah sakit tersebut belum mempunyai intalasi pengolahan limbah atau sudah

mempunyai instalasi pengolahan limbah tapi tidak dapat berfungsi.

Page 47: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 47/98

45Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

b. Setiap pembangunan rumah sakit harus dilengkapi dengan Dokumen lingkungan,

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman

Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

c. Mempunyai lahan siap bangun, lahan tidak dalam sengketa, mempunyai sertikat

tanah, sudah dilakukan perataan, pemadatan dan pematangan tanah.

d. Perhitungan pengadaan instalasi pengolahan limbah dilakukan berdasarkan analisakebutuhan, pertimbangan operasional serta kondisi dan letak geogras/topogra

daerah.

e. Adanya Penanggung jawab kesehatan lingkungan rumah sakit yang memiliki

kualikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah diploma (D3) di bidang

lingkungan untuk rumah sakit kelas C atau D, dan serendah-rendahnya berijazah

sarjana (S1) di bidang lingkungan untuk RS kelas A atau B.

f. Adanya dukungan semua pihak rumah sakit dalam pelaksanaan pengelolaan limbah

rumah sakit baik limbah cair maupun limbah padat.

g. Pengelolaan limbah rumah sakit harus memenuhi persyaratan dalam Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan RS.1) Garansi instalasi pengolahan limbah minimal 1 (satu) tahun.

2) Garansi purna jual instalasi pengolahan limbah minimal 5 (lima) tahun.

3) Penyedia jasa wajib melakukan pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan IPL

bagi petugas rumah sakit.

4) Penyedia jasa wajib MemberikanStandar Operasional Prosedur  (SOP) dan Standar

Pemeliharan (SMP) instalasi pengolahan limbah dalam bahasa Indonesia.

5) Penyedia jasa atau rumah sakit wajib mengurus ijin operasional IPAL (ijin

pembuangan limbah cair) ke kantor/badan lingkungan hidup setempat sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

6) Pengelolaan limbah padat harus dilengkapi dengan tempat sampah medis(limbah tajam dan non tajam), dan non medis tertutup, Alat Pelindung Diri

(APD) bagi petugas pengelolaan limbah, Tempat Penyimpanan Sementara (TPS)

limbah berizin, dan pengolahan limbah berizin, serta Prosedur Operasional

Standar.

7) Pengolahan limbah padat dapat menggunakanincinerator / Autoklaf /microwave /

enkapsulasi/inertisasi/needle pit .

8) Penyedia jasa atau rumah sakit wajib mengurus ijin operasional incinerator /

Autoklaf/microwave   ke Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

9) Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair atau limbah padat yang

mengandung atau terkena zat radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai

ketentuan BATAN (tidak dimasukan ke IPAL/incinerator) .

2. Persyaratan Khusus Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

a. Luas lahan dan bangunan IPAL disesuaikan dengan kapasitas IPAL yang dibutuhkan

rumah sakit yang didapat dari data pemakaian rata-rata air bersih per hari.

b. Kapasitas IPAL minimal dapat mengolah limbah cair sebanyak 100% dari jumlah

pemakaian air bersih di rumah sakit tiap harinya. Bila tidak mempunyai dokumentasi

pemakaian air bersih di rumah sakit dapat menggunakan asumsi bahwa tiap tempat

tidur rumah sakit memakai air bersih minimal sebanyak 500 liter per hari.

Page 48: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 48/98

46 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

c. Rumah sakit membuat Perencanaan Detail Engineering Design   (DED) IPAL dan

 jaringannya serta RAB, unit cost  yang ditetapkan oleh direktur rumah sakit dengan

rekomendasi Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Daerah setempat diketahui oleh

Gubernur/Bupati/Walikota.

d. Perencanaan DED IPAL dan jaringannya serta RAB tersebut dibiayai dari APBD

Provinsi/Kabupaten/Kota.

e. Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai pelaksanaan operasional dan

pemeliharaan yang ditandatangani oleh direktur RS dan diketahui oleh Gubernur/

Bupati/Walikota sebelum pekerjaan pembangunan dimulai.

f. Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai uji laboratorium lingkungan

terhadap inuent   dan efuent air limbah yang masuk dan keluar dari IPAL yang

ditandatangani oleh direktur rumah sakit selama minimal 3 bulan sekali dan

melaporkannya ke Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dengan tembusan

kepada Gubernur/Bupati/Walikota.

g. Membuat surat pernyataan kesanggupan menjaga agarefuent  air limbah yang keluar

dari instalasi tersebut memenuhi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5

 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah; Lampiran XLIV: Baku Mutu Air Limbah

Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau peraturan

daerah setempat, yang ditandatangani oleh direktur rumah sakit dan diketahui oleh

Gubernur/Bupati/Walikota sebelum pekerjaan pembangunan dimulai.

h. Rencana peletakan instalasi pengolahan limbah agar memperhatikan denah tata

ruang di rumah sakit untuk memudahkan operasional, pemeliharaan, dan keamanan

IPL.

i. Semua air limbah rumah sakit dialirkan ke IPAL, dan untuk air limbah dari ruang

laboratorium, laundry   dan instalasi gizi/dapur harus dilakukan pengolahan

pendahuluan (pre treatment)  terlebih dahulu sebelum dialirkan ke IPAL.

 j. Komponen yang bisa dicakup dari Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk Pembangunan

Instalasi Pengolahan Air Limbah meliputi:1) Pekerjaan persiapan: bouplank, direksi kit, mobilisasi.

2) Pekerjaan struktur pondasi.

3) Pekerjaan konstruksi IPAL.

4) Plester, acian IPAL dan water proong. 

5) Fasilitas IPAL antara lain ruang panel, blower dan ruang operator.

6) Finishing  IPAL.

7) Pekerjaan equipment , mekanikal dan elektrikal antara lain pemasangan blower  

dan pompa, pembuatan panel listrik, dengan kapasitas daya minimal serta

pemasangan peralatan listrik lainnya.

8) Pagar Pelindung lokasi IPAL.

9) Jaringan air limbah dan bak pengumpul.

k. Dalam pemilihan jenis dan teknologi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) harus

memperhatikan:

1) Kekuatan konstruksi bangunan.

2) Teknologi IPAL yang dipilih harus sudah terbukti efuent (keluaran) air limbah

hasil pengolahannya telah memenuhi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah; Lampiran XLIV: Baku

Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

atau Peraturan Daerah Setempat.

Page 49: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 49/98

47Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

3) Disarankan pihak RS mencari referensi dengan peninjauan ke RS yang telah

memakai produk teknologi IPAL yang terbukti minimal 3 tahun efuent nya

masih memenuhi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014

tentang Baku Mutu Air Limbah; Lampiran XLIV : Baku Mutu Air Limbah Bagi

Usaha Dan/Atau Kegiatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau peraturan

daerah setempat dengan dibuktikan oleh hasil uji laboratorium lingkungan

(yang terakreditasi) terhadap inuent  dan efuent  air limbah.

4) Teknologi IPAL yang dipilih harus mudah dalam pengoperasian dan

pemeliharaannya.

5) Mudah mencari suku cadangnya.

6) Biaya operasional IPAL yang tidak besar (listrik, pemeliharaan alat) dari APBD

diluar dana DAK.

7) IPAL dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan konsentrasi rendah

maupun konsentrasi tinggi.

8) Lumpur yang dihasilkan IPAL sedikit.

9) IPAL tahan terhadap uktuasi jumlah air limbah maupun uktuasi konsentrasi.

l. Harus dipasang alat pengukur debit pada inuent dan efuent  IPAL untuk mengetahui

debit harian limbah yang dihasilkan.

m. Pemerintah Daerah dan pihak rumah sakit harus menyediakan dana untuk tenaga

operator dan biaya operasional lainnya.

3. Persyaratan Khusus Pengolahan Limbah Padat

a. Persyaratan Khusus Incinerator 

1) Lokasi incinerator  merupakan daerah bebas banjir dan jarak aman antara lokasi

incinerator dan fasiltas rumah sakit lainnya.

2) Memiliki sistem penjagaan 24 jam yang memantau, mengawasi dan mencegah

orang yang tidak berkepentingan masuk ke lokasi incinerator   dan tempatpenyimpanan limbah padat medis sementara.

3) Mempunyai pagar pengaman atau penghalang lain yang memadai dan suatu

sistem untuk mengawasi keluar masuk orang.

4) Mempunyai tanda yang mudah terlihat dari jarak 10 meter dengan tulisan

“Berbahaya” yang dipasang pada unit/bangunan pengolahan dan penyimpanan,

serta tanda “Yang Tidak Berkepentingan Dilarang Masuk” yang ditempatkan di

setiap pintu masuk ke dalam instalasi

5) Mempunyai penerangan yang memadai di sekitar lokasi.

6) Tersedianya sistem pemadam kebakaran.

7) Incinerator  mempunyai minimal dua ruang bakar.

8) Spesikasi incinerator , sekurang-kurangnya memuat informasi antara lain:

a) Nama pabrik pembuat dan nomor model.

b) Jenis incinerator .

c) Kapasitas pembakaran (kg/jam atau m3/jam)

d) Dimensi internal dari unit incinerator  termasuk luas penampang.

e) zona/ruang proses pembakaran.

f) Kapasitas udara penggerak utama (prime air mover).

g) Uraian mengenai sistem bahan bakar (jenis/umpan).

h) Spesikasi teknis dan desain dari nozzle  dan burner.

Page 50: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 50/98

48 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

i) Temperatur dan tekanan operasi di zona/ruang bakar.

 j) Waktu tinggal limbah dalam zona/ruang pembakar.

k) Kapasitas blower.

l) Tinggi dan diameter cerobong.

m) Uraian peralatan pencegah pencemaran udara dan peralatan.n) Pemantauan emisi cerobong (stack/chimney).

o) Tempat dan deskripsi dari alat pencatat suhu, tekanan, aliran dan alat-alat

pengontrol lain.

p) Deskripsi sistem pemutus umpan limbah yang bekerja otomatis.

q) Esiensi Penghancuran dan penghilangan (DRE), dan Esiensi Pembakaran

(EP).

r) Daftar suku cadang incinerator untuk garansi 1 tahun.

s) Gambar desain dan tata letak incinerator.

t) Perhitungan volume ruang bakar 1 dan ruang bakar 2 incinerator.9) Esiensi pembakaran sekurang-kurangnya 99,95% (Sembilan puluh Sembilan

koma sembilan puluh lima per seratus);

10) Memiliki dua ruang bakar, dengan ketentuan: temperature pada ruang bakar

utama ( primary chamber ) sekurang-kurangnya 800oC (delapan ratus derajat

celsius); dan temperature pada ruang bakar kedua (secondary chamber )

sekurang- kurangnya 1050oC (seribu lima puluh derajat celsius) dengan waktu

tinggal sekurang-kurangnya 2 (dua) detik;

11) Ketinggian cerobong minimal:

a) 20 m (dua puluh meter) atau 1,5 (satu setengah) kali bangunan tertinggi

apabila terdapat bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 20 m (dua

puluh meter) dalam radius 50 m (lima puluh meter) dari incinerator , untukincinerator  yang mengolah limbah B3 dari kegiatan sendiri; atau

b) 30 m (tiga puluh meter) atau 1,5 (satu setengah) kali bangunan tertinggi

apabila terdapat bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 30 m (tiga

puluh meter) dalam radius 50 m (lima puluh meter) dari incinerator , bila

incinerator  yang mengolah limbah B3 sebagai jasa;

12) Memiliki alat pengendalian pencemaran udara berupa wetscrubber atau sejenis;

dan memenuhi baku mutu emisi.

13) Pengolahan limbah material sitotoksik (genotoksik) secara termal wajib dilakukan

pada temperatur sekurang-kurangnya 1200oC (seribu dua ratus derajat celsius).

14) Kapasitas volume ruang bakar pertama disesuaikan dengan kebutuhan rumahsakit, melihat jumlah limbah padat medis yang dihasilkan tiap harinya.

15) Tersedia minimal 2 (dua) thermocuple  untuk mengetahui temperatur di ruang

bakar pertama dan ruang bakar kedua.

16) Waktu tinggal (residence time) gas di zona/ruang bakar kedua minimum 2 detik.

17) Alat incinerator  yang ditawarkan sudah termasuk pelindung incinerator   sesuai

dengan yang dipersyaratkan pabrikan incinerator.

18) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai uji laboratorium

lingkungan terhadap emisi incinerator  yang ditandatangani oleh direktur rumah

sakit dan diketahui oleh Gubernur/Bupati/Walikota minimal 1 tahun sekali

dan melaporkannya ke Kementerian Kesehatan.

Page 51: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 51/98

49Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

19) Membuat surat pernyataan kesanggupan menjaga agar emisi incinerator  

memenuhi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995

tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak yang ditandatangani oleh

Direktur RS dan diketahui oleh Gubernur/Bupati/Walikota sebelum pekerjaan

pembangunan dimulai.

b. Persyaratan Khusus Alat Penghancur Jarum Suntik dan Syringe nya

1) Alat ini mampu menghancurkan jarum suntik dan syringe nya.

2) Alat penghancur jarum suntik dan syringe nya harus teregistrasi di Kementerian

Kesehatan.

3) Hasil olahan alat maksimal 10,0 mm (lebih kecil hasil olahan lebih baik).

4) Kapasitas alat minimal dapat menghancurkan jarum suntik dan syringe nya 300

buah/jam.

c. Persyaratan Khusus Autoklaf

1) Autoklaf tipe gravity flow a) Temperatur lebih besar dari atau sama dengan121oC (seratus dua puluh

satu derajat celsius) dan tekanan 15 psi (lima belas pound squareinch ) atau

1,02 atm (satu koma nol dua atmosfer) dengan waktu tinggal di dalam

autoklaf sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) menit;

b) Temperatur lebih besar dari atau sama dengan 135oC (seratus tiga puluh

lima derajat celsius) dan tekanan 31 psi (tiga puluh satu pound squareinch )

atau 2,11 atm (dua koma sebelas atmosfer) dengan waktu tinggal di

dalam autoklaf sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima) menit; atau

temperature lebih besar dari atau sama dengan 149oC (seratus empat

puluh sembilan derajat celsius) dan tekanan 52 psi (lima puluh dua pound

squareinch ) atau 3,54 atm (tiga koma lima puluh empat atmosfer) dengan

waktu tinggal di dalam autoklaf sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) menit.

2) Autoklaf tipe vacuum 

a) Temperatur lebih besar dari atau sama dengan 121oC (seratus dua puluh

satu derajat celsius) dan tekanan 15 psi (lima belas pound squareinch ) atau

1,02 atm (satu koma nol dua atmosfer) dengan waktu tinggal di dalam

autoklaf sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima) menit; atau

b) Temperatur lebih besar dari atau sama dengan 135oC (seratus tiga puluh

lima derajat celsius) dan tekanan 31 psi (tiga puluh satu pound squareinch )

atau 2,11 atm (dua koma sebelas atmosfer) dengan waktu tinggal di dalam

autoklaf sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) menit.

c) Peralatan autoklaf harus mampu membunuh spora dalam uji validasi yang

dilakukan terhadap spora Bacillus stearothermophilus pada konsentrasi

1x104 (satu kali sepuluh pangkat empat) spora per milli liter yang

ditempatkan dalam vial atau lembaran spora (spore strips ).

d) Peralatan autoklaf dilarang digunakan untuk disinfeksi limbah bahan

kimia kadaluwarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan produk yang

tidak memenuhi spesikasi, limbah patologis dan jaringan anatomi, limbah

radioaktif limbah farmasi; dan limbah material sitotoksik (genotoksik).

d. Microwave 

1) Dilakukan pada temperature 100oC (seratus derajat celsius) dengan waktu

tinggal sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) menit.

Page 52: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 52/98

50 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

2) Harus mampu membunuh spora dalam uji validasi yang dilakukan terhadap

spora Bacillus stearothermophilus pada konsentrasi 1x101 (satu kali sepuluh

pangkat satu) spora per milli liter yang ditempatkan dalam vial atau lembaran

spora (spore strips ).

3) Peralatan microwave dilarang digunakan untuk disinfeksi limbah bahan

kimia kadaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan, limbah patologis dan

 jaringan anatomi; limbah radioaktif; limbah farmasi; limbah material sitotoksik

(genotoksik); dan limbah logam.

e. Enkapsulasi

1) Proses enkasulasi pada prinsipnya melakukan solidikasi terhadap limbah

untuk menghindari terjadinya pelindian terhadap limbah dan menghilangkan

risiko limbah diakses oleh organisme pemulung (scavengers ).

2) Enkapsulasi dilakukan dengan cara memasukkan limbah sebanyak 2/3 dari

volume wadah dan selanjutnya ditambahkan material immobilisasi sampai

penuh sebelum wadahnya ditutup dan dikungkung. Material immobilisasi dapat

berupa gabus plastik, pasir bituminus, dan/atau semen.

3) Wadah yang digunakan dapat berupa High Density Polyethylene (HDPE) atau

drum logam. Limbah yang dilakukan enkapsulasi dapat berupa limbah benda

tajam, limbah farmasi dan/atau limbah bahan kimia sebelum akhirnya hasil

enkapsulasi tersebut ditimbun di landll .

f. Inertisasi

1) Inertisasi merupakan proses solidikasi limbah menggunakan semen dan

material lainnya sebelum limbah ditimbun di landll .

2) Inertisasi dapat dilakukan terhadap limbah farmasi dan/atau limbah bahan

kimia dimana limbah tersebut dikeluarkan dari wadahnya untuk selanjunya

dilakukan solidikasi dengan air, kapur dan semen. Proses inertisasi dilakukan

dengan cara:

a) Limbah dicampur dengan pasir dan semen menggunakan sekop dengan

perbandingan limbah, pasir dan semen portland 3:1:2.

b) Hasil pencampuran selanjutnya dituangkan dalam sebuah cetakan dengan

ukuran dimensi sekurang-kurangnya 40 cm x 40 cm x 40 cm, setelah

cetakan tersebut sebelumnya telah dilapisi dengan plastik sehingga dapat

mengungkung campuran limbah. Hasil pencampuran didiamkan selama 5

(lima) hari untuk penyempurnaan proses solidikasi.

g. Needle Pit 1) Needle pit   digunakan untuk menampung limbah jarum yang terpisah dengan

spuitnya dengan menggunakan needle cutter .

2) Dapat dibuat dari bahan buis beton atau pipa PVC diameter minimal 6 inchies

dengan tinggi maksimal 2 meter.

3) Pit harus kedap air, baik bagian dasar maupun dindingnya.

4) Tertutup pada bagian atasnya.

5) Tersedia lubang untuk memasukkan jarum ke dalam pit tersebut.

6) Dapat dikubur sebagian ke dalam tanah.

Page 53: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 53/98

51Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

G. Peralatan Instalasi Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit (IPSRS)

  Pengadaan peralatan IPSRS disesuaikan dengan kebutuhan minimal untuk pemeliharaan

peralatan rumah sakit dan sesuai dengan kelas rumah sakit. Rumah sakit harus memiliki

tenaga teknisi yang menggunakan peralatan IPSRS dengan melampirkan surat keputusan

direktur penunjukan petugas penanggung jawab IPSRS. Adapun peralatan IPSRS mengacu

pada Pedoman Penyelenggaraan Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit Kelas A, B dan

C, Direktorat Instalasi Medik Tahun 1992 (Pedoman teknis dapat didownload  di website  aspak.buk.depkes.go.id)

H. Peralatan Kalibrasi di Rumah Sakit

  Peralatan kalibrasi hanya diperuntukan bagi rumah sakit kelas B, dan memiliki tenaga

kompeten untuk mengoperasionalkan alat kalibrasi, adapun peralatan kalibrasi sebagai

berikut:

No Alat Kalibrasi

1 Digital Pressure Meter 

2 ECG Simulator

3 Digital Calipper 

4 Electro Safety Analyzer 

5 Incubator Analyzer 

6 Anak Timbangan M (1, 2, 2,5, 10 Kg)

7 Tachometer

8 Gas Flow Analyzer 

9 Infusion Device Analyzer 

10 Luxmeter 11 Foetal Simulator 

12 Radiometer

13 Tachometer

14 Thermometer 

15 Thermometer  Digital Ketidakpastian 0,04 ̊ C, Waterbath 

16 Luxmeter 

Acuan

1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 tahun 2015 tentang Pengujian dan Kalibrasi AlatKesehatan.

2. Pedoman Penyelenggaraan Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit Direktorat

Instalasi Medik Tahun 1992.

Page 54: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 54/98

52 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

Page 55: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 55/98

53Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

BAB V

DAK BIDANG KESEHATAN REGULERSUBBIDANG PELAYANAN KEFARMASIAN

Penyediaan dan pengelolaan obat terutama Obat Generik dan Perbekalan Kesehatan

adalah bagian dari upaya untuk peningkatan akses dan kualitas Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas) dalam rangka percepatan penurunan angka kematian ibu dan anak, perbaikan status

gizi masyarakat, pengendalian penyakit menular dan tidak menular terutama untuk Provinsi dan

Kabupaten/Kota Prioritas Kementerian Kesehatan Tahun 2016.

Menu Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan Subbidang Pelayanan Kefarmasian

 Tahun 2016 ditujukan untuk mendukung pencapaian ketersediaan obat terutama obat generik

dan vaksin.

A. Penyediaan Obat dan Bahan Medis Habis pakai (BMHP)

1. Persyaratan Umum

a. Besaran alokasi DAK untuk Kabupaten/Kota dihitung berdasarkan biaya minimal

obat perkapita penduduk di Kabupaten/Kota dan kondisi biaya obat perkapita bagi

seluruh penduduk Kabupaten/Kota dengan memperhatikan jumlah kunjungan

Puskesmas.

b. Kabupaten/Kota menyampaikan laporan pelaksanaan realisasi anggaran penyediaan

obat dalam tiga tahun terakhir dan diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

c. Penyediaan Obat dan BMHP dari DAK terutama obat generik, vaksin, reagensiadan BMHP yang digunakan untuk Puskesmas. DAK dapat juga digunakan untuk

mendukung pembiayaan APBN Kementerian Kesehatan dalam rangka memenuhi

kekurangan obat, vaksin, reagensia dan BMHP. Program Prioritas Kementerian

Kesehatan pada saat terjadi bencana/Kejadian Luar Biasa (KLB).

d. Penggunaan DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian TA 2016 diutamakan untuk

Penyediaan Obat dan BMHP. Selain itu diperkenankan untuk pembangunan baru/

rehabilitasi serta pengadaan sarana IFK jika ketersediaan obat di Kabupaten/Kota

sudah terpenuhi minimal 18 bulan dan Kabupaten/Kota mengusulkan rekomendasi

pengalihan alokasi DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian TA 2016.

e. Rekomendasi pengalihan alokasi DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian TA 2016

sebagaimana dimaksud dalam butir (c) harus dengan persetujuan Menteri Kesehatancq Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan dengan batasan

masih dalam satu subbidang Pelayanan Kefarmasian.

f. Pemerintah daerah Kabupaten/Kota harus menyediakan anggaran dari APBD

Kabupaten/Kota di luar DAK antara lain untuk pengadaan Obat dan BMHP,

biaya operasional, biaya distribusi Obat dan BMHP serta biaya lain terkait proses

pengadaan Obat dan BMHP di Kabupaten/Kota.

2. Persyaratan Teknis

a. Penyediaan obat terutama Obat Generik dan BMHP di Kabupaten/Kota dilakukan

setelah melalui penelaahan terhadap tingkat kesakitan (morbidity), tingkat kematian

(mortality)  akibat penyakit serta metode konsumsi untuk mengetahui jenis Obat dan

BMHP yang paling dibutuhkan.

Page 56: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 56/98

54 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

b. Penyediaan Obat dan BMHP hanya dapat digunakan untuk pelayanan kesehatan

dasar di Puskesmas dan jaringannya.

c. Kabupaten/Kota menyusun rencana kebutuhan Obat dan BMHP sesuai Daftar Obat

Essensial Nasional (DOEN), Formularium Nasional (Fornas) dan Kompendium Alat

Kesehatan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan

diketahui oleh Bupati/Walikota.

d. Kabupaten/Kota membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan Pekerjaan

 yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diketahui

oleh Bupati/Walikota.

e. Pemilihan jenis obat dan vaksin mengacu pada Daftar Obat Essensial Nasional

(DOEN), Formularium Nasional (Fornas) sedangkan BMHP mengacu pada Daftar Alat

Kesehatan Non Elektromedik pada Kompedium Alat Kesehatan serta pedoman teknis

 yang ditetapkan melalui Peraturan/Keputusan Menteri Kesehatan. Pemilihan obat,

vaksin dan BMHP (termasuk Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar, Fitofarmaka)

selain dari daftar acuan tersebut dapat dilakukan bila Kepala Puskesmas mengajukan

usulan kebutuhan BMHP dengan mendapatkan persetujuan Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

f. Proses penyediaan Obat dan BMHP untuk kebutuhan Obat dan BMHP di Puskesmasdilaksanakan dengan mengacu pada peraturan pengadaan barang dan jasa yang

berlaku melalui mekanisme e-purchasing yang sudah tersedia.

g. Proses penyediaan Obat dan BMHP yang belum termuat dalam e-catalogue dapat

dilaksanakan dengan mengacu pada peraturan tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah, serta aturan perubahan dan aturan turunannya yang berlaku.

h. Tata cara pengajuan Permohonan Rekomendasi pengalihan alokasi DAK Subbidang

Pelayanan Kefarmasian Tahun 2016 adalah dengan mengirimkan Surat Permohonan

Rekomendasi pengalihan alokasi DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian Tahun

2016 yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan

persetujuan Bupati/Walikota, ditujukan kepada Menteri Kesehatan cq Direktur

 Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (formulir 1) dengan melampirkan

dokumen pendukung sebagai berikut:1) Rincian Rencana Penggunaan DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian TA 2016.

2) Tingkat Ketersediaan Obat selama 18 Bulan (formulir 2).

3) Rincian Anggaran Biaya (RAB) Pembangunan baru/Rehabilitasi Instalasi

Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) dan/atau Penyediaan sarana pendukung IFK.

4) Persyaratan teknis setiap menu sebagaimana diatur dalam peraturan ini.

B. Pembangunan Baru/Rehabilitasi dan/atau Penyediaan Sarana Pendukung InstalasiFarmasi Kabupaten/Kota (IFK)

1. Persyaratan Umum

a. Pembangunan Baru Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) diperuntukan bagi:

1) Kabupaten/Kota yang belum memiliki IFK, termasuk di dalamnya Kabupaten/Kota hasil pemekaran/ bentukan baru dan atau IF satelit sesuai kondisi

geogras wilayah kerjanya.

2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang akan merelokasi Instalasi Farmasi

 yang sudah ada, termasuk relokasi karena keterbatasan lahan dengan tujuan

perluasan.

  Apabila salah satu kondisi tersebut telah terpenuhi, maka Pemerintah Kabupaten/

Kota harus menyediakan lahan siap bangun milik Pemerintah Kabupaten/Kota.

b. Rehabilitasi Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK)Rehabilitasi IFK diperuntukan

bagi IFK yang:

1) Mengalami kerusakan berat dan spesikasinya telah ditentukan oleh instansi

berwenang (Dinas PU setempat).

Page 57: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 57/98

55Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

2) Memiliki luas penyimpanan tidak mencukupi untuk menyimpan obat dan BMHP

 yang dikelola (sesuai kebutuhan daerah), sehingga dapat dilakukan perluasan.

3) Belum memenuhi standar untuk menyimpan obat dan BMHP.

4) Lahan dan bangunan IFK sudah merupakan aset Pemerintah Daerah.

c. Penyediaan Sarana Pendukung Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK).Penyediaan Sarana Pendukung IFK hanya diperuntukkan bagi Kabupaten/Kota

dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Belum memiliki sarana pendukung tersebut.

2) Sarana pendukung yang ada telah rusak berat.

3) Kapasitas sarana pendukung yang ada tidak memadai (lebih kecil dari

kebutuhan).

  Pengadaan sarana pendukung IFK dilakukan berdasarkan analisa kebutuhan,

pertimbangan operasional serta kondisi dan letak geogras/topogra daerah.

d. Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap pembebasan tanah,

sertikat tanah, izin mendirikan bangunan, honor pengelola kegiatan, konsultan

perencana dan konsultan pengawas bangunan serta pematangan lahan (perataan

dan pemadatan) yang dibiayai oleh APBD di luar anggaran DAK.

e. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menyediakan biaya operasional dan biaya

pemeliharaan IFK di luar anggaran DAK.

2. Persyaratan Teknis

a. Pembangunan Baru IFK

1) Luas lahan dan bangunan disesuaikan dengan kebutuhan daerah, berupa volume

obat dan BMHP yang akan disediakan (minimal memiliki ruang penerimaan,

ruang karantina, ruang penyimpanan, ruang pengemasan, ruang penyerahan,

ruang obat kadaluarsa dan ruang Kepala IFK).

2) Kabupaten/Kota membuat usulan pembangunan dengan melampirkan master

 plan, gambar/block plan, unit cost (per m²) dan RAB. Unit cost masing-masing

daerah ditetapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum setempat dan ditandatangani

oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diketahui oleh Bupati/

Walikota setempat.

3) Kabupaten/Kota menyampaikan laporan pelaksanaan realisasi anggaran tiga

tahun terakhir untuk pembangunan Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, yang

diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

4) Kabupaten/Kota membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan

Pekerjaan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

dan diketahui oleh Bupati/Walikota.5) Kabupaten/Kota menyampaikan data prol foto kondisi terakhir bangunan IF

Kabupaten/Kota melalui Aplikasi Pemetaan Sarana Kefarmasian (APIF).

6) Proses pengadaan pembangunan harus mengacu kepada peraturan perundang-

undangan serta aturan perubahan dan aturan turunannya yang berlaku.

7) Denah tata ruang

Rencana tata ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai sarana

penyimpanan obat publik dan BMHP serta mengacu pada buku Standar

Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota dan/

atau pedoman teknis yang ditetapkan melalui Peraturan/Keputusan Menteri

Kesehatan.

Page 58: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 58/98

56 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

b. Rehabilitasi IFK

1) Rehabilitasi bangunan IFK disesuaikan dengan kebutuhan Kabupaten/Kota

berupa luas serta volume obat dan BMHP yang harus disediakan.

2) Kabupaten/Kota membuat usulan rehabilitasi dan perluasan pembangunan IFK

dengan melampirkan master plan , gambar/block plan , unit cost   (per m²) dan

RAB. Unit cost masing-masing daerah ditetapkan oleh Dinas Pekerjaan UmumPemerintah Daerah setempat dan ditandatangani oleh Kepala Dinas Kabupaten/

Kota serta diketahui oleh Bupati/Walikota.

3) Kabupaten/Kota menyampaikan laporan realisasi penyerapan anggaran tiga

tahun terakhir untuk rehabilitasi Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, yang

diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

4) Kabupaten/Kota membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan

Pekerjaan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

dan diketahui oleh Bupati/Walikota.

5) Kabupaten/Kota menyampaikan data prol foto kondisi terakhir bangunan IF

Kabupaten/Kota.

6) Proses pengadaan rehabilitasi dan perluasan bangunan harus mengacu kepada

peraturan perundang-undangan serta aturan perubahan dan aturan turunannya

 yang berlaku.

7) Denah dan rencana rehabilitasi tata ruang/bangunan IFK agar memperhatikan

fungsi sebagai sarana penyimpanan obat publik dan BMHP serta mengacu pada

Standar Sarana Dan Prasarana Di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/

Kota dan/atau pedoman teknis yang ditetapkan melalui Peraturan/Keputusan

Menteri Kesehatan.

c. Pengadaan Sarana Pendukung IFK Kabupaten/Kota

1) Sarana pendukung IFK hanya diperbolehkan untuk:

a) Sarana penyimpanan

(1) Sarana penyimpanan vaksin (suhu -15oC s/d -25oC dan +2 oC s/d +8oC)

(2) Refrigerator 

(3) Generator set 

(4) AC split 

(5) Alat pengangkut pallet

(6) Exhaust fan 

(7) Palet

(8) Tangga

(9) Rak obat dan BMHP

(10) Lemari Narkotika dan Psikotropika

(11) Trolley 

b) Sarana Distribusi Obat dan BMHP

(1) Mobil Box Roda Empat

(2) Sarana Distribusi Roda Dua (spesikasi terlampir)

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat surat pernyataan

kesanggupan untuk memenuhi antara lain:

(1) Menyediakan biaya operasional Sarana Distribusi Obat (biaya

Page 59: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 59/98

57Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

bahan bakar, biaya pemeliharaan) dan lain-lain.

(2) Tidak mengalihfungsikan Sarana Distribusi Obat menjadi

kendaraan penumpang/pribadi.

(3) Spesikasi memperhatikan kebutuhan distribusi dan kesesuaian

geogras wilayah.

c) Sarana Pengamanan(1) Alarm Kebakaran

(2) CCTV

(3) Tabung Pemadam Kebakaran Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

(4) Pagar

(5) Teralis

d) Sarana Pengolah Data

(1) Komputer (PC)

(2) Printer

(3) Uninteruptable Power Supply (UPS)

e) Sarana Telekomunikasi

(1) Mesin Faksimili

(2) Perangkat konektivitas jaringan internet

f) Sarana Penunjang

(1) Meja kerja

(2) Kursi kerja

(3) Lemari arsip

2) Kabupaten/Kota membuat usulan pengadaan sarana pendukung IFK dengan

melampirkan RAB dan unit cost  yang ditandatangani oleh Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dan diketahui oleh Bupati/Walikota.

3) Kabupaten/Kota menyampaikan laporan realisasi penyerapan anggaran tiga

tahun terakhir untuk pengadaan sarana dan prasarana Instalasi Farmasi

Kabupaten/Kota, yang diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

4) Kabupaten/Kota membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan

Pengadaan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

dan diketahui oleh Bupati/Walikota.

5) Kabupaten/Kota menyampaikan foto kondisi terakhir sarana dan prasarana IF

Kabupaten/Kota.

6) Proses pengadaan harus mengacu kepada peraturan perundang-undangan

serta aturan perubahan dan aturan turunannya yang berlaku.

7) Pengadaan sarana pendukung IFK disesuaikan dengan kebutuhan sertamengacu pada Standar Sarana Dan Prasarana di Instalasi Farmasi Provinsi dan

Kabupaten/Kota dan/atau pedoman teknis yang ditetapkan melalui Peraturan/

Keputusan Menteri Kesehatan.

C. Pembangunan Baru/Rehabilitasi dan/atau Penyediaan Sarana Pendukung InstalasiFarmasi Provinsi (IFP)

1. Persyaratan Umum

a. Pembangunan Instalasi Farmasi Provinsi (IFP)

1) Provinsi yang belum memiliki Instalasi Farmasi Provinsi, termasuk didalamnya

Provinsi hasil pemekaran/bentukan baru.

Page 60: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 60/98

58 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

2) Dinas Kesehatan Provinsi yang akan merelokasi Instalasi Farmasi yang sudah

ada, termasuk relokasi karena keterbatasan lahan dengan tujuan perluasan.

b. Rehabilitasi Instalasi Farmasi Provinsi (IFP)

  Rehabilitasi Instalasi Farmasi Provinsi diperuntukan bagi IFP yang :

1) Mengalami kerusakan berat dan spesikasinya telah ditentukan oleh instansi

berwenang (Dinas PU setempat).

2) Memiliki luas penyimpanan tidak mencukupi untuk menyimpan obat dan BMHP

 yang dikelola (sesuai kebutuhan daerah), sehingga dapat dilakukan perluasan.

3) Belum memenuhi standar untuk menyimpan obat dan BMHP.

4) Lahan dan bangunan IFP sudah merupakan asset Pemerintah Daerah.

c. Penyediaan Sarana Pendukung Instalasi Farmasi Provinsi (IFP).

Sarana pendukung IFP hanya diperuntukan bagi Provinsi dengan ketentuan sebagai

berikut:

1) Belum memiliki sarana pendukung tersebut.

2) Sarana pendukung yang telah rusak berat.

3) Kapasitas sarana pendukung yang ada tidak memadai (lebih kecil darikebutuhan).

d. Pemerintah Provinsi bertanggung jawab terhadap pembebasan tanah, sertikat

tanah, izin mendirikan bangunan, konsultan perencana dan konsultan pengawas

bangunan serta pematangan lahan (perataan dan pemadatan) yang dibiayai oleh

APBD di luar anggaran DAK.

e. Penggunaan DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian TA 2016 pada Instalasi Farmasi

Provinsi untuk pembangunan baru/rehabilitasi serta pengadaan sarana pendukung.

Sebelum pelaksanaan kegiatan, Dinkes Provinsi menyampaikan rencana pelaksanaan

kegiatan kepada Menteri Kesehatan c.q Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan dengan melampirkan:

1) Rincian Rencana Penggunaan DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian TA 2016.2) Rincian Anggaran Biaya (RAB) Pembangunan baru/Rehabilitasi Instalasi

Farmasi Provinsi (IFP) dan/atau Penyediaan sarana pendukung IFP.

3) Master plan , gambar/block plan , unit cost (per m²)

f. Pemerintah Daerah Provinsi menyediakan biaya operasional dan biaya pemeliharaan

IFP di luar DAK.

2. Persyaratan Teknis

a. Pembangunan Baru Instalasi Farmasi Provinsi (IFP)

1) Luas lahan dan bangunan disesuaikan dengan kebutuhan daerah berupa

volume obat dan BMHP yang akan disediakan (minimal ruang penerimaan,ruang karantina, ruang penyimpanan, ruang pengemasan, ruang penyerahan,

ruang obat kadaluarsa dan ruang Kepala IF).

2) Provinsi membuat rencana pembangunan IFP yang terdiri dari master plan, 

gambar/block plan, unit cost  (per m²) dan RAB. Unit cost  masing-masing daerah

ditetapkan oleh Dinas PU setempat dan ditandatangani oleh Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi dan diketahui oleh Gubernur setempat.

3) Provinsi membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan Pekerjaan

 yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan diketahui oleh

Gubernur.

4) Provinsi menyampaikan data prol foto kondisi terakhir bangunan IF Provinsi.

5) Proses pengadaan pembangunan harus mengacu kepada peraturan perundang-

undangan serta aturan perubahan dan aturan turunannya yang berlaku.

Page 61: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 61/98

59Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

6) Denah Tata Ruang

Rencana tata ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai sarana

penyimpanan obat publik dan BMHP serta mengacu pada buku Standar

Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota dan/

atau pedoman teknis yang ditetapkan melalui Peraturan/Keputusan Menteri

Kesehatan.

b. Rehabilitasi dan Perluasaan IFP

1) Rehabilitasi dan Perluasan bangunan IFP disesuaikan dengan kebutuhan

Provinsi berupa luas serta volume obat dan BMHP yang harus disediakan.

2) Provinsi membuat rencana rehabilitasi dan perluasan pembangunan IFP yang

terdiri dari master plan , gambar/block plan , unit cost   (per m²) dan RAB. Unit

cost   masing-masing daerah ditetapkan oleh Dinas PU Pemda setempat dan

ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi serta  diketahui oleh

Gubernur.

3) Provinsi  membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan Pekerjaan

 yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan diketahui oleh

Gubernur.

4) Provinsi menyampaikan data prol foto kondisi terakhir bangunan IF Provinsi.

5) Proses pengadaan rehabilitasi dan perluasan bangunan harus mengacu kepada

peraturan perundang-undangan serta aturan perubahan dan aturan turunannya

 yang berlaku.

6) Denah dan rencana rehabilitasi tata ruang/bangunan IFP agar memperhatikan

fungsi sebagai sarana penyimpanan obat publik dan BMHP serta mengacu pada

Standar Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/

Kota dan/atau pedoman teknis yang ditetapkan melalui Peraturan/Keputusan

Menteri Kesehatan.

c. Pengadaan Sarana Pendukung Instalasi Farmasi Provinsi (IFP).

1) Sarana pendukung IFP hanya diperbolehkan untuk:

a) Sarana penyimpanan

(1) Sarana penyimpanan vaksin (suhu -15oC s/d -25oC dan +2 oC s/d +8oC)

(2) Refrigerator 

(3) Generator set 

(4) AC split 

(5) Alat pengangkut pallet

(6) Exhaust fan 

(7) Palet

(8) Tangga

(9) Rak obat dan BMHP

(10) Lemari Narkotika dan Psikotropika

(11) Trolley 

b) Sarana Distribusi Obat dan BMHP  yaitu Mobil Box Roda Empat/Enam.

  Dinas Kesehatan Provinsi membuat surat pernyataan kesanggupan untuk

memenuhi antara lain:

(1) Menyediakan biaya operasional Sarana Distribusi Obat (biaya bahan

bakar, biaya pemeliharaan) dan lain-lain.

(2) Tidak mengalihfungsikan Sarana Distribusi Obat menjadi kendaraan

penumpang/pribadi.

(3) Spesikasi memperhatikan kebutuhan distribusi dan kesesuaian

geogras wilayah.

Page 62: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 62/98

60 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

c) Sarana Pengamanan

(1) Alarm Kebakaran

(2) CCTV

(3) Tabung Pemadam Kebakaran Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

(4) Pagar

(5) Teralis

d) Sarana Pengolah Data

(1) Komputer (PC)

(2) Printer dan Uninteruptable Power Supply  (UPS)

e) Sarana Telekomunikasi

(1) Mesin Faksimili

(2) Perangkat konektivitas jaringan internet

f) Sarana penunjang

(1) Meja kerja

(2) Kursi kerja

(3) Lemari arsip

2) Provinsi membuat rencana pengadaan sarana pendukung IFP yang terdiri dari:

RAB dan unit cost  yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

dan diketahui oleh Gubernur.

3) Provinsi membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan Pengadaan

 yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan diketahui oleh

Gubernur.

4) Provinsi menyampaikan data foto kondisi terakhir saran dan prasarana IF

Provinsi.

5) Proses pengadaan harus mengacu kepada peraturan perundang-undangan

serta aturan perubahan dan aturan turunannya yang berlaku.

6) Pengadaan sarana pendukung IFP disesuaikan dengan kebutuhan serta

mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi Provinsi dan

Kabupaten/Kota dan/atau pedoman teknis yang ditetapkan melalui Peraturan/

Keputusan Menteri Kesehatan.

3. Acuan

a. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

b. Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) yang berlaku.

c. Formularium Nasional (Fornas) yang berlaku.

d. Kompendium Alat Kesehatan yang berlaku.e. Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang harga Serum dan Vaksin Program Imunisasi

 yang berlaku.

f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pengadaan Obat

berdasarkan Katalog Elektronik (E – catalogue).

g. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor KF/MENKES/167/III/2014 tentang

Pengadaan Obat berdasarkan Katalog Elektronik (E – catalogue).

h. Standar Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota

 yang berlaku.

i. Peraturan Perundang-undangan tentang Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar

dan Fitofarmaka yang berlaku.

 j. Pedoman teknis yang ditetapkan melalui Peraturan/Keputusan Menteri Kesehatan.

Page 63: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 63/98

61Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

BAB VI

PENGALIHAN TP KE DAK BIDANG KESEHATANSUBBIDANG PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN

A. Rumah Sakit Pratama

1. Persyaratan Umum

a. Berdasarkan Wilayah

  Merupakan wilayah yang menjadi prioritas Kementerian Kesehatan meliputi daerah

tertinggal, perbatasan, kepulauan, terpencil serta daerah prioritas lainnya, yang

memenuhi minimal salah satu criteria daerah seperti tersebut dibawah ini :

1) 187 Kab/Kota yang memiliki fasilitas Kesehatan Terpencil

2) 48 Kabupaten Perbatasan Prioritas

3) 148 Kabupaten/Kota Kepulauan.

4) 122 Kabupaten Tertinggal

5) 149 Kab/Kota Prioritas Kementerian Kesehatan

6) 64 Kab/Kota MDGs atau

7) Daerah otonomi baru (pemekaran Kab/Kota) yang belum memiliki Rumah Sakit

Daerah

b. Berdasarkan Lokasi

1) Pemerintah Daerah telah melakukan kajian masalah kesehatan, kebutuhan

pelayanann kesehatan yang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah,

bangunan dan ingkungan daerah setempat.

2) Mudah diakses masyarakat dan memiliki transportasi umum.

3) Dapat mencakup rujukan paling sedikit 3 (tiga) fasilitas kesehatan tingkat

pertama.

c. Berdasarkan Lahan

1) Kepemilikan lahan oleh pemerintah daerah dengan dibuktikan sertikat atau

bukti proses sertikat kepemilikan lahan di BPN dan Pembebasan dari hak

tanah adat (Budaya Lokal).2) Kondisi lahan bebas dari pencemaran, banjir, rawan longsor dan tidak berdekatan

atau tidak berdampingan dengan tempat bongkar muat barang, fasilitas umum,

fasilitas pendidikan, daerah industry dan area limbah pabrik.

3) Luas lahan minimal 1 (satu) ha untuk Rumah Sakit Pratama 10 TT dan 3 (tiga)

ha untuk Rumah Sakit Pratama 50 TT, sesuai dengan usulan die-planning  ditjen

BUK tahun 2016

d. Administrasi

1) Kabupaten/Kota yang mengusulkan telah terdata di e-planning 2016 Direktorat

 Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan dan memenuhi kriteria

wilayah yang telah ditentukan.

Page 64: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 64/98

62 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

2) Surat Pernyataan bermaterai dari Bupati/Walikota yang meliputi:

a) Menyediakan lahan dengan kondisi dan luas yang dipersyaratkan.

b) Menyediakan Sumber Daya Manusia bidang kesehatan dan non kesehatan

untuk operasional Rumah Sakit Pratama.

c) Bersedia menganggarkan Biaya Operasional RUmah Sakit Pratama dari

APBD.

d) Bersedia mengalokasi anggaran dari APBD untuk elengkapi kebutuhan

peralatan yang tidak teranggarkan dari APBN.

e) Bersedia memnuhi sarana prasarana lainnya berupa rumah dinas dokter

dan tenaga kesehatan lainnya, listrik, air bersih dan komunikasi.

3) Sertikat kepemilikan lahan oleh pemerintah daerah atau bukti proses

pengurusan sertikat lahan di BPN.

4) Foto-foto denah rencana lahan lokasi pembangunan RS Pratama beserta batas-

batas sepadan lahan tersebut.

5) Surat analisa harga bangunan dengan luas bangunan minimal 110 m2 untuk

10 TT atau 2000 m2 untuk 50 TT dari Dinas Pekerjaan Umum Daerah setempat

atau Kementerian Pekerjaan Umum.

2. Persyaratan Teknis

a. Bangunan dan peralatan kesehatan mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 24 Tahun 2014 tentang Rumah Sakit Kelas D Pratama .

b. Pengadaan bangunan dan peralatan kesehatan merupakan satu kesatuan fungsi

untuk pelayanan Rumah Sakit Pratama, mekanisme pengadaan mengacu pada

peraturan pemerintah mengenai pengadaan barang jasa dan untuk peralatan

kesehatan diutamakan menggunakan e-catalog .

c. Peralatan pendukung operasional rumah sakit lainnya yaitu:

a Meubeulair

1 Meja untuk pelayanan kesehatan

2 Kursi untuk pelayanan kesehatan

3 Lemari untuk pelayanan kesehatan

4 Kursi tunggu

b Pengolahan Limbah Rumah Sakit

1 IPAL/limbah cair

2 Limbah Padat (Incinerator)

c Genset 50kVA-100kVA

B. Penguatan Rumah Sakit Rujukan Regional/Provinsi/Nasional

1. Kegiatan meliputi:

a. Pemenuhan Sarana dan Prasarana

1) Pelayanan Kritikal (IGD, OK, Intensive).

2) Pelayanan Out Patient (Rawat Jalan, Hemodialisa, Transfusi Darah, Diagnostik,

Rehab Medik).

Page 65: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 65/98

63Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

3) Pelayanan In Patient (Rawat Inap, Kebidanan, One Day Care, Kemoterapi,

Isolasi/R. Perawatan Penyebaran Penyakit Melalui Udara).

4) Penunjang (Laboratorium, Radiologi, Laundry, CSSD, Kitchen, Pemulasaraan

 Jenazah, Rekam Medik, IPSRS, Farmasi, Sanitasi, Bakordik).

5) Ambulance, IPAL, Genset, Gas Medis Sentral (Oksigen, Vacum Medis, Udara

 Tekan).

b. Pemenuhan Peralatan Kesehatan dan Kedokteran

1) Prioritas 1

a) IGD

b) Kamar Operasi

c) PICU

d) NICU

e) HCU

f) ICCU

g) ICU

h) Radiologii) Laboratorium

 j) CSSD

2) Prioritas 2

a) Peralatan Rawat Jalan

b) Kebidanan dan Neonatus

c) Peralatan Pelayanan Unggulan

d) Peralatan IPS

e) Peralatan Kalibrasi (Minimal RS. Kls B)

f) Peralatan Laundry 

g) Peralatan Kitchen

2. Kriteria Umum

a. Rumah Sakit yang mendapatkan anggaran DAK Rumah Sakit Rujukan Regional,

Provinsi dan Nasional adalah RS milik Pemerintah Daerah yang telah ditetapkan

dengan SK Menkes Nomor HK.02.02/Menkes/390/2014 tentang Penetapan Rumah

Sakit Rujukan Nasional dan SK Dirjen BUK Nomor HK.02.03/I/0363/2015 tentang

Penetapan Rumah Sakit Rujukan Provinsi dan Rumah Sakit Rujukan Regional.

b. Pemenuhan sarana prasarana dan peralatan kesehatan dari sisi jumlah dan jenis

mengacu pada data yang ada di ASPAK.

c. Melakukan pengisian pendataan riil kondisi rumah sakit tentang aspek administrasi,

SDM, pelayanan, sarana prasarana dan peralatan melalui website Kementerian

Kesehatan (www.buk.depkes.go.id).

d. Rumah sakit diperbolehkan mengusulkan sesuai urutan prioritas.

e. Rumah sakit yang klasikasinya C dan D belum dapat mengusulkan program

kalibrasi.

f. Studi kelayakan/business plan   pelayanan unggulan yang ditandatangani Direktur

RS.

g. Roadmap/masterplan  kebutuhan pengembangan RS sampai tahun 2019 disesuaikan

dengan peningkatan jenjang kelas RS secara bertahap.

Page 66: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 66/98

64 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

3. Kriteria Khusus

a. Pengusulan Sarana Prasarana harus memiliki master plan /blok plan   yang masih

berlaku.

b. Pengusulan sarana prasarana harus mempunyai sertikat tanah.

c. Pengusulan sarana prasarana harus mempunyai analisa harga dari PU setempat.

d. Pengusulan sarana prasarana untuk rehab harus melampirkan izin penghapusan

gedung.

e. Pengusulan sarana prasarana harus mengikuti persyaratan teknis sesuai pedoman

teknis bangunan dan prasarana rumah sakit kelas B.

f. Pengusulan peralatan harus disesuaikan dengan ketersediaan SDM.

g. Rumah Sakit Rujukan Regional harus memenuhi standar alat kesehatan prioritas 1

terlebih dahulu sebelum mengambil prioritas 2.

h. Jumlah dan jenis peralatan IPSRS mengacu pada Pedoman Penyelenggaraan Instalasi

Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit Kelas A, B, C, Direktorat Instalasi Medik Tahun

1992 (Pedoman teknis dapat di download  di website  aspak.buk.depkes.go.id).

i. Peralatan Kesehatan di RS mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56

 Tahun 2014 tentang Klasikasi dan Perizinan Rumah Sakit dan Pedoman Peralatan

Kesehatan di Rumah Sakit yang dikeluarkan Dit. Bina Pelayanan Penunjang Medik

dan Sarkes tahun 2015.

4. Sasaran

1. Rumah Sakit Rujukan Regional dan Provinsi milik Pemerintah Daerah

2. Rumah Sakit Rujukan Nasional milik Pemerintah Daerah

5. Persyaratan Teknis

a. Sarana dan Prasarana Kesehatan1) Pelayanan Kritikal (IGD, OK, Intensive ).

a) Persyaratan Ruang IGD mengacu pada Pedoman Teknis Bangunan

Rumah Sakit Ruang Gawat Darurat yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina

Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.

b) Persyaratan Ruang OK mengacu pada Pedoman Teknis Bangunan Rumah

Sakit Ruang Operasi yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang

Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.

c) Persyaratan Ruang Intesive   mengacu pada Pedoman Teknis Bangunan

Rumah Sakit Ruang Perawatan Intensive yang dikeluarkan Direktorat Bina

Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.

2) Pelayanan Out Patient  (Rawat Jalan, Hemodialisa, Transfusi Darah, Diagnostik,

Rehab Medik).

a) Persyaratan Ruang Rawat Jalan mengacu pada Pedoman Teknis Bangunan

Rumah Sakit Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang

Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.

b) Persyaratan Ruang Hemodialisa mengacu pada Pedoman Teknis Bangunan

Rumah Sakit Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang

Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.

c) Persyaratan Ruang Transfusi Darah mengacu pada Pedoman Teknis Rumah

Sakit Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik

dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.

Page 67: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 67/98

65Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

d) Persyaratan Ruang Diagnostik mengacu pada Pedoman Teknis Rumah Sakit

Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan

Sarana Kesehatan Tahun 2012.

e) Persyaratan Ruang Rehab Medik mengacu pada Pedoman Teknis Ruang

Rehabilitasi Medik yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang

Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.

3) Pelayanan In Patient   (Rawat Inap, Kebidanan, One Day Care , Kemoterapi,

Isolasi/R. Perawatan Penyebaran Penyakit Melalui Udara).

a) Persyaratan Ruang Rawat Inap mengacu pada Pedoman Teknis Ruang

Rawat Inap yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik

dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.

b) Persyaratan Ruang Kebidanan mengacu pada Pedoman Teknis Ruang

Kebidanan dan Neonatus yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan

Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2014.

c) Persyaratan Ruang One Day Care  mengacu pada Pedoman Teknis Rumah

Sakit Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik

dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.

d) Persyaratan Ruang Kemoterapi mengacu pada Pedoman Teknis Rumah

Sakit Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik

dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.

e) Persyaratan Isolasi/R. Perawatan Penyebaran Penyakit Melalui Udara

mengacu pada pedoman teknis Bangunan dan Prasarana Fasilitas Ruang

Insfeksi TB yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik

dan Sarana Kesehatan Tahun 2014.

4) Penunjang (Laboratorium, Radiologi, Laundry , CSSD, Kitchen , Pemulasaraan

 Jenazah, Farmasi, Sanitasi, Bakordik).

a) Persyaratan Ruang Laboratorium mengacu pada Pedoman Teknis Rumah

Sakit Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik

dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.

b) Persyaratan Ruang Radiologi mengacu pada Pedoman Teknis Rumah Sakit

Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan

Sarana Kesehatan Tahun 2012.

c) Persyaratan Ruang Laundry mengacu pada Pedoman Teknis Rumah Sakit

Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan

Sarana Kesehatan Tahun 2012.

d) Persyaratan Ruang CSSD mengacu pada Pedoman Teknis Bangunan Rumah

Sakit Instalasi Sterilisasi Sentral (CSSD) yang dikeluarkan Direktorat Bina

Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.

e) Persyaratan Ruang Dapur (Kitchen ) mengacu pada Pedoman Teknis Rumah

Sakit Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik

dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.

f) Persyaratan Teknis Pemulasaraan Jenazah mengacu pada Pedoman

 Teknis Rumah Sakit Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan

Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.

g) Persyaratan Teknis Farmasi mengacu pada Pedoman Teknis Rumah Sakit

Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan

Sarana Kesehatan Tahun 2012.

Page 68: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 68/98

66 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

h) Persyaratan Teknis Sanitasi mengacu pada Pedoman Teknis Rumah Sakit

Kelas B yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan

Sarana Kesehatan Tahun 2012.

5) Ambulans, IPAL, Genset, Gas Medis Sentral (Oksigen, Vacum Medis, Udara

 Tekan).

a) Persyaratan Teknis Ambulans mengacu pada Pedoman Teknis Ambulans yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana

Kesehatan Tahun 2012.

b) Persyaratan Teknis Genset mengacu pada Pedoman Teknis Bangunan

Rumah Sakit Ruang Mekanik yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan

Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2014.

c) Persyaratan Teknis Gas Medis Sentral mengacu pada Pedoman Teknis

Prasarana Rumah Sakit Sistem Instalasi Gas Medik dan Vacum Medik

 yang dikeluarkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana

Kesehatan Tahun 2012.

  (Pedoman teknis dapat di download  di www.aspak.buk.dekkes.go.id)

b. Peralatan Kesehatan

  Peralatan

1) Prioritas 1

a) IGD

b) Kamar Operasi

  Peralatan IGD dan kamar Operasi mengacu pada Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasikasi dan Perizinan Rumah

Sakit.

c) Pengusulan peralatan ICU/NICU/PICU/ICCU/HCU/OK dengan syarat:

(1) Terdapat SDM sesuai rasio tempat tidur RS dan jumlah pasien ICU/NICU/PICU/ICCU/HCU/OK

(2) Memiliki ruangan pelayanan dan jumlah sesuai dengan tempat tidur

 yang tersedia.

(3) Terdapat teknisi pemeliharaan.

(4) Terdapat listrik, sentral gas dan tata udara yang memenuhi syarat.

d) PICU

(1) Bedside  monitor/Bed  pasien monitor/Pasien monitor

(2) ECG/EKG/Electrocardiograph 

(3) ICU Bed Electric (4) Infusion pump 

(5) Lampu Periksa/Examination  Lamp/Light/Hanging lamp 

(6) Nebulyzer 

(7) Oximeter/Pulse Oximetry /Oksigen Saturasi

(8) Phototherapy  unit / Neonatal  phototherapy unit/Blue light therapy   /

Spot light theraphy 

(9) Syringe Pump 

(10) Ventilator

Page 69: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 69/98

67Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

e) NICU

(1) Bedside monitor/Bed  pasien monitor / Pasien monitor

(2) Syringe Pump 

(3) CPAP (Continuous Positive Airway Pressure )

(4) ECG/EKG/Electrocardiograph (5) Emergency trolley  (Resucitation Crash Cart )

(6) Infant/Baby Warmer 

(7) Infant Ventilator 

(8) Infusion pump 

(9) Inkubator bayi

(10) Lampu Periksa/Examination Lamp/Light/Hanging lamp 

(11) Nebulyzer 

(12) Oximeter/Pulse Oximetry /Oksigen Saturasi

(13) Oxygen Concentrator 

(14) Phototherapy   unit/Neonatal phototherapy   unit/Blue light Resusitator  

Bayi/Infant Resusitator 

(15) Suction pump baby 

(16) Therapy/Spot light theraphy 

f) HCU

(1) Bed side  monitor/Bed patient  monitor/Patient monitor / Patient monitor  

7 Parameter

(2) Debrilator 

(3) ECG/EKG/Electrocardiograph 

(4) Film Viewer 

(5) ICU Bed 

(6) Infusion pump 

(7) Infusion warmer /Blood and plasma warming device /Alat memanaskan

darah dan plasma

(8) Matras Dekubitus

(9) Oximeter/Pulse Oximetry /Oksigen Saturasi

(10) Resucitation set (11) Stetoskop

(12) Suction pump portable/Aspirator/Vacuum 

(13) Syringe Pump 

(14) Tensimeter/Sphygmomanometer 

g) ICCU

(1) Bed side monitor/Bed patient  monitor/Patient monitor /Patient monitor  7

Parameter

(2) Debrilator 

Page 70: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 70/98

68 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

(3) IABP Machine 

(4) Pericard Sintesis Set 

(5) ECG/EKG/Electrocardiograph 

(6) Echo cardiography 

(7) Phonocardiography (8) Ventilator 

(9) Holter monitor 

(10) Cardiac massage unit/ CPR Machine 

h) ICU

(1) Bed side monitor/Bed patient monitor/Patient monitor  / Patient monitor  

7 Parameter

(2) Debrilator 

(3) ECG/EKG/Electrocardiograph 

(4) Emergency trolley (Resucitation Crash Cart) 

(5) ICU Bed Electric 

(6) Infusion Pump 

(7) Lampu Periksa/Examination Lamp/Light/Hanging lamp 

(8) Nebulyzer 

(9) Oxygen Concentrator 

(10) Suction pump 

(11) Syringe Pump 

(12) Tensimeter/Sphygmomanometer 

(13) Ventilator 

i) Radiologi

 j) Laboratorium

(1) Patologi Anatomi

(2) Patologi Klinik

(3) Mikrobiologi

  Peralatan Radiologi dan Laboratorium mengacu pada Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasikasi dan Perizinan

Rumah Sakit.k) CSSD

  Pengusulan Peralatan CSSD dengan syarat:

(1) Terdapat SDM yang mengoperasionalkan

(2) Terdapat teknisi pemeliharaan

(3) Terdapat Ruangan yang memenuhi syarat

(4) Terdapat suplai listrik, uap yang dihasilkan dari boiler

(5) Menggunakan teknologi sesuai dengan beban kerja

(6) Menggunakan teknologi mutakhir (pertimbangan esien, sterilitas dan

proses)

Page 71: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 71/98

69Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

(7) Terdapat mekanisme pengendalian mutu pada saat sebelum dan

sesudah proses sterilisasi.

(8) Terdapat moda transportasi dari dan ke CSSD yang terpisah (steril dan

non steril)

Peralatan CSSD:

(1) Sink Double Bowl

(2) Sink Working Table

(3) Spray Gun Rinser

(4) Desinfektan Washer

(5) Packing Table

(6) Table trolley 

(7) Roll dispenser with cutter

(8) Auto Sealer Machine

(9) Label Aplicator(10) Shelve/Rak

(11) Packing table linen

(12) Shelve/Rak

(13) Tape dispenser double

(14) Steam Sterilizer I

(15) Steam Sterilizer II

(16) Low Temperature Steam Sterilizer

(17) Adjustable Perforated Shelving

(18) Closed Distribution Trolley 

(19) RO System for CSSD

2) Prioritas 2

a) Peralatan Rawat Jalan

b) Peralatan Kebidanan dan Neonatus

c) Peralatan Pelayanan Unggulan

  Sesuai kebutuhan dengan masing – masing Rumah Sakit, mengacu pada

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014, dibuktikan dengan

SK Direktur Rumah Sakit dan master plan rumah sakit.

d) Peralatan Kalibrasi (Minimal RS. Kls B)

  Peralatan Kalibrasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

(1) Persyaratan umumnya:

(a) Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota

kelas B.

(b) Rumah Sakit memiliki penanggung jawab/ koordinator peralatan

kesehatan minimal D3 Teknik Elektromedik.

(c) Memiliki SDM berijazah Diploma 3 (D3) di bidang teknik

elektromedik minimal 3 orang.

Page 72: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 72/98

70 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

(d) Memiliki ruangan khusus untuk pelayanan pengujian dan

kalibrasi ukuran minimal 3x3 m² dan memenuhi persyaratan

sebagai ruangan kalibrasi.

(e) Rumah Sakit memiliki tempat penyimpanan alat kesehatan dan

suku cadang.

(f) Memiliki struktur/pejabat penanggung jawab keteknisian.

(g) Rumah Sakit belum memiliki alat kalibrasi yang sama seperti yang

diminta kecuali rusak.

(h) Rumah Sakit memiliki daftar alat kesehatan wajib kalibrasi

(i) Rumah Sakit memiliki dan melaksanakan jadwal pemeliharaan

alat kesehatan.

(j) Penyedia wajib memberikan pelatihan pengoperasian dan

pemeliharaan alat kalibrasi kepada petugas pengelola peralatan

kesehatan di Rumah Sakit.

(k) Garansi Alat Kalibrasi minimal 1 Tahun.

(l) Garansi purna jual minimal 5 Tahun

(m) Penyedia wajib memberikan Standar Operasional Prosedur (SOP)

dan Standar Pemeliharaan (SMP) Alat Kalibrasi.

(n) Penyedia wajib memberikan Metode Kerja kalibrasi yang berlaku.

(o) Garansi memfasilitasi untuk kalibrasi alat kalibrasi.

(2) Persyaratan khususnya:

(a) Membuat surat pernyataan bahwa peralatan pengujian dan

kalibrasi yang dimiliki hanya digunakan untuk kebutuhan

pelayanan pengujian dan kalibrasi internal.

(b) Membuat surat pernyataan bersedia melaksanakan standar mutu

pengujian dan kalibrasi dibawah pembinaan dan pengawasan

BPFK.

(c) Pernyataan kesanggupan menyediakan anggaran peningkatan

kapabilitas dan kompetensi tenaga/teknisi pengujian dan

kalibrasi.

(d) Pernyataan kesanggupan menyediakan anggaran pemeliharaan

dan rekalibrasi peralatan pengujian dan kalibrasi.

(e) Melengkapi dokumen inventaris alat kesehatan, alat pengujian

dan kalibrasi yang dimiliki.

(f) Rumah Sakit membuat pernyataan sanggup untuk melakukankalibrasi berkesinambungan untuk alat kalibrasi yang diminta

(3) Jumlah dan jenis peralatan kalibrasi (mengacu pada DAK Reguler

Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan Tahun 2016)

e) Peralatan Laundry 

f) Peralatan Kitchen 

  Peralatan Laundry  dan Kitchen  mengacu pada Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasikasi dan Perizinan

Rumah Sakit.

Page 73: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 73/98

71Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

BAB VII

BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK)

No Upaya

Kesehatan

Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas

yang dibiayai BOK

1 Upaya

Kesehatan Ibu

1 Antenatal Care/ANC 1 Pelayanan Antenatal Transport Petugas,

 Transport Kader,

Penyediaan bahan

PMT Penyuluhan

dan PMT Pemulihan,

Penggandaan Media

Promosi, konsumsi

2 Pemeriksaan kehamilan

3 PMT Bumil KEK

4 Pelaksanaan Program

Perencanaan Pencegahan

Persalinan dan Komplikasi

(P4K)5 Deteksi dini risiko tinggi

6 Pemantauan bumil risiko tinggi

7 Promosi Air Susu Ibu (ASI)

Eksklusif, Inisiasi Menyusu

Dini (IMD) dan lainnya

8 Pelaksanaan kelas ibu

9 Kemitraan bidan dukun

10 Kunjungan rumah PUS yang

tidak ber-KB atau drop out

11 Promosi Persalinan di Fasilitas

Kesehatan2 Persalinan Kunjungan rumah pada trimester III

menjelang persalinan

 Transport Petugas ke

rumah, konsumsi

3 Pelayanan Ibu Nifas 1 Pelayanan nifas termasuk

promosi KB

 Transport Petugas,

 Transport Kader,

Penggandaan Media

Promosi,2 Promosi ASI Eksklusif, MP-ASI

3 Kunjungan rumah (termasuk

 yang drop out)

4 Pemantauan ibu nifas risiko

tinggi

2 Upaya

Kesehatan

Neonatus danBayi

4 Pelayanan Kesehatan

Neonatus

1 Kunjungan neonatus Transport Petugas,

 Transport Kader,

Penggandaan/Fotocopy Form MTBM

2 Pendataan Bayi dan Neonatus

3 Pemantauan kesehatan

neonatus termasuk neonatus

risiko tinggi

4 Kunjungan rumah tindak

lanjut Screening Hipothyroid

Kongenital (SHK)

5 Rujukan bayi positif

Hypothyroid Kongenital ke

Rumah Sakit

Page 74: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 74/98

72 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

No Upaya

Kesehatan

Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas

yang dibiayai BOK

5 Pelayanan Kesehatan

Bayi

1 Pemantauan Kesehatan Bayi

(pengukuran pertumbuh,

pemantauan perkembangan,

pemberian vitamin A, imunisasi

dasar lengkap)

 Transport Petugas

ke rumah dan/atau

posyandu, Transport

kader ke puskesmas,

Penyediaan bahanMPASI, Penyediaan

bahan PMT

Penyuluhan dan/atau

pemulihan

2 Penyuluhan ASI Ekslusif dan

MP ASI

3 Kunjungan rumah/

pendampingan untuk anak gizi

kurang/gizi buruk

4 Pemberian PMT Penyuluhan/

PMT Pemulihan

5 Kunjungan rumah (termasuk

 yang drop out)

6 Deteksi dini risiko tinggi

3 Upaya

Kesehatan Anak

Balita dan Pra

Sekolah

6 Pelayanan Kesehatan

Anak Balita dan Pra

sekolah

1 Pemantauan Kesehatan

Anak Balita dan Pra sekolah

(pengukuran pertumbuh,

pemantauan perkembangan,

pemberian vitamin A,

imunisasi)

 Transport Petugas ke

rumah, Panti, PAUD,

rumah singgah anak

 jalanan, Transport

Kader, Pembelian

bahan makanan untuk

PMT Penyuluhan/

pemulihan dan bahan

bakar memasak PMT

2 Kunjungan rumah pelayanan

kesehatan anak balita dan Pra

sekolah berisiko tinggi

3 Pemantauan pertumbuhan dan

perkembangan anak balita dan

Pra sekolah di PAUD, panti

maupun rumah singgah anak

 jalanan4 Pembinaan pada keluarga dan

kader dalam mempraktekan

pesan-pesan dalam buku KIA

5 Orientasi kader kesehatan

6 Kunjungan petugas untuk

pelayanan anak berkebutuhan

khusus (Panti)

7 Surveilance dan pelacakan Gizi

Buruk

8 Kunjungan rumah untuk anak

gizi kurang atau gizi buruk

9 Pemberian PMT Penyuluhan/PMT Pemulihan

Page 75: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 75/98

73Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

No Upaya

Kesehatan

Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas

yang dibiayai BOK

4 Upaya

Kesehatan Anak

Sekolah

7 Pelayanan Kesehatan

anak Sekolah

1 Pembinaan UKS/dokter kecil  Transport Petugas,

 Transport Kader,

Penggandaan media

KIE, Konsumsi

2 Penjaringan peserta didik (kelas

I, 7, 10)

3 Pemeriksaan berkala pesertadidik

4 Pemantauan penggunaan buku

raport kesehatanku

5 Promosi Kesehatan di

Sekolah (KIE kesehatan dan

peningkatan partisipasi dokter

kecil/pramuka/UKS/PMR dll)

6 Penyuluhan Pedoman Gizi

Seimbang

7 Pemberian TTD untuk remaja

putri

8 Bulan Imunisasi Anak Sekolah5 Upaya

Kesehatan

Remaja dan

usia Produktif 

8 Pelayanan Kesehatan

Remaja

1 Promosi kesehatan pada remaja Transport Petugas,

Penggandaan media

KIE,2 Pemantauan kepatuhan minum

obat

3 Pembinaan kesehatan di Panti/

LKSA/Karang taruna/remaja di

tempat ibadah

4 KIE kesehatan dan peningkatan

partisipasi konselor sebaya

5 Penemuan dan tata laksana

kasus

9 Pelayanan Kesehatan

Usia Produktif 

1 Penyuluhan penggunaan

kontrasepsi

 Transport Petugas,

Penggandaan mediaKIE, Konsumsi,

Pembelian APD

(masker dan

handscoon) bagi

petugas

2 KIE kesehatan Reproduksi bagi

Catin

3 Konseling dan pencegahan

transmisi penularan penyakit

4 Kunjungan dalam rangka

penyuluhan atau pembinaan

kebugaran jasmani masyarakat

5 Kunjungan dalam rangka

penyuluhan atau pembinaan

kesehatan di tempat kerja

formal

6 Kunjungan dalam rangkapenyuluhan atau pembinaan

kesehatan di tempat kerja

informal

7 Kunjungan dalam rangka

penyuluhan atau pembinaan

kesehatan bagi kelompok

pekerja rentan (nelayan, TKI,

Pekerja Perempuan)

Page 76: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 76/98

74 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

No Upaya

Kesehatan

Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas

yang dibiayai BOK

6 Upaya

Kesehatan

Lingkungan

10 Kesehatan Lingkungan 1 Inspeksi Kesehatan Lingkungan

untuk Tempat-tempat Umum,

 Tempat Pengelolaan Makanan,

Sarana Air Minum.

Biaya Transport,

penggandaan/fotocopy

form inspeksi kesling,

biaya pengiriman

sampel (biaya pos),biaya pemeriksaan

sampel, konsumsi,

penggandaan, ATK,

pembelian bahan

pemicuan.

2 Pemeriksaan Kualitas Air

Minum, Makanan, Udara,

Bangunan. Pemeriksaan terdiri

dari pengambil sampel

3 Orientasi natural leader STBM,

penjamah makanan, kader

kesling lainnya.

4 Pemberdayaan masyarakat

melalui pemicuan STBM,

Implementasi HSP di Rumah

 Tangga dan Sekolah, Rencana

Pengamanan Air Minum di

Komunal, MPAPHAST dikomunitas pasar rakyat,

sekolah dan hotel serta bentuk

pemberdayaan masyarakat

lainnya

5 Pembinaan pasca

pemberdayaan termasuk

verikasi desa yang

melaksanakan STBM, desa SBS

dan TTU, TPM yang memenuhi

syarat.

6 Kewaspadaan Dini dan

Penanggulangan KLB

Keracunan Pangan, bencanadan event-event khusus

7  Tenaga Kontrak Sanitarian di

Puskesmas

7 Upaya

Kesehatan Usila

11 Pelayanan Kesehatan

Usila

1 Pendataan Pra lansia dan

lansia

Biaya Transport

Petugas dan Kader

2 Pelayanan di Posyandu Usila

3 Kunjungan rumah pra lansia

dan lansia

8 Upaya

Kesehatan

Masyarakat

12 Kesehatan Masyarakat 1 Penggerakan Kadarzi (Keluarga

Sadar Gizi)

Biaya Transport

Petugas, Konsumsi,

ATK2 Pembinaan Promosi Kesehatan

untuk pemberdayaan

masyarakat oleh Petugas

Puskesmas

3 Survei Mawas Diri

4 Penyusunan dan Pelaksanaan

Intervensi Promosi Kesehatan

dalam Program Terpadu

5 Monitoring Pelakasanaan

Intervensi Promosi Kesehatan

6 Pendampingan penyusunan

rencana kegiatan Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM)

Page 77: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 77/98

75Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

No Upaya

Kesehatan

Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas

yang dibiayai BOK

7 Pemicuan stop buang air besar

sembarangan (pemberdayaan

masyarakat)

8 Pemantauan kualitas air bersihdan air minum

9 Dukungan

Manajemen

13 Kegiatan pendukung 1 Penyelenggaraan Minilokakarya ATK, Penggandaan,

 Transport Petugas,

Kader, konsumsi,

biaya pengiriman

laporan

2 Pencatatan dan Pelaporan

3 Otopsi Verbal kematian ibu dan

anak

4 Pelacakan kasus kematian

maternal perinatal

5 Surveilans kematian ibu dan

anak

6 Orientasi Kader tentang tanda

bahaya kehamilan

7 Konsultasi atau menghadiriundangan dan keperluan lain

ke Kabupaten/kota

8 Pengiriman laporan

9 Refreshing atau orientasi Kader

Promosi kesehatan

10 Kunjungan untuk menggalang

kemitraan dengan faskes

swasta, dunia usaha dan

ormas dalam kegiatan promotif-

preventif 

11 Pembinaan/supervisi kegiatan

ke lapangan12 Pembinaan Ormas

13 Pembinaan TOGA/TOMA/

Kader Promkes

14 Musyawarah desa terkait

bidang kesehatan

10

 

Promosi

Kesehatan

 

1 Refreshing atau

Orientasi Kader oleh

Petugas Puskesmas

Refreshing atau Orientasi Kader

oleh Petugas Puskesmas

Bahan pelatihan:

ATK, Penggandaan , dll

Honor pelatih

Akomodasi Pelatih

 Transport Peserta

 Transport Pelatih

Uang Harian PesertaUang Harian Pelatih

2

 

Promosi Kesehatan

untuk Pemberdayaan

Masyarakat di Bidang

Kesehatan

1 Pembinaan oleh Petugas

Puskesmas

 Transport Petugas

Puskesmas

2 Pertemuan Desa Transport Petugas

Puskesmas

3 Survei Mawas Diri  Transport Petugas

Puskesmas, Transport

Kader

4 Musyawarah Masyarakat Desa

Penyusunan dan Pelaksanaan

Intervensi Promosi Kesehatan

dalam Program Terpadu

 Transport Peserta

 Transport Petugas

Puskesmas

Akomodasi: Konsumsi,bahan

Page 78: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 78/98

76 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

No Upaya

Kesehatan

Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas

yang dibiayai BOK

  5 Pelaksanaan Monitoring Transport Petugas

(Perangkat Desa)

 Transport Petugas

Puskesmas

Pengolahan dan

Analisa Data Hasil

Monitoring

Konsumsi, bahan

  3

 

Advokasi kepada

Kepala Desa/Lurah

untuk penggunaan

Dana Desa untuk BOK

1 Pertemuan dengan Kelurahan

dan jajarannya

 Transport Petugas

Puskesmas

Konsumsi, bahan

2 Pendampingan untuk

penyusunan menu/

perencanaan kesehatan

aggaran Dana Desa

 Transport Petugas

Puskesmas

Konsumsi, bahan

  4

 

Penggalangan

Kemitraan denganDunia Usaha dan

Ormas Potensial di

 Tingkat Kecamatan

 

1 Identikasi Mitra Potensial Konsumsi, bahan

 Transport Peserta2 Pertemuan Penggalangan Mitra

Potensial Tingkat Kecamatan

 Transport Petugas

Puskesmas

Konsumsi, bahan

3 Penyusunan MoU dan

Perjanjian Kerjasama

Bahan paket

penyusunan MoU dan

PKS

4 Rapat Koordinasi Pelaksanaan

Kerjasama

 Transport Petugas

Puskesmas

 Transport Peserta

5 Monev Pelaksanaan Kerjasama

dan Capaian

 Transport Petugas

Puskesmas

6 Pembinaan Ormas Transport PetugasPuskesmas

  5

 

Model Intervensi

Promkes Spesik Lokal

1 Identikasi Masalah dan

Potensial Kecamatan

Bahan paket

penyusunan prol

kecamatan

2 Rapat Koordinasi Tingkat

Kecamatan

 Transport Petugas

Puskesmas

3 Monev Model Intervensi Desa Transport Petugas

Puskesmas

4 Pengolahan dan Analisis Data

Hasil Monitoring

Konsumsi, bahan

  6 Pembinaan Toga/

 Toma/Kader dalamPromkes

  Transport Petugas

Puskesmas

 Tranport Kader, Kepala

Desa/Toga/ Toma

Konsumsi, bahan

  7 Pelaksanaan

Kampanye Hidup

Sehat ke Sekolah

  Transport Petugas

Puskesmas Bahan

Page 79: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 79/98

77Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

No Upaya

Kesehatan

Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas

yang dibiayai BOK

  8 Pembinaan UKS/

dokter kecil

  Transport Petugas

Puskesmas Bahan

9 Ketenagaan Petugas

Promosi KesehatanPuskesmas/Kader

Honor Petugas

Promkes Puskesmastidak tetap

(Tenaga/Fasilitator

PenggerakMasyarakat)

11 Penyediaan

Peralatan

Sistem

Informasi

Kesehatan di

Kabupaten/

Kota

Paket peralatan koneksi

wireless antara Puskesmas

dengan Dinkes Kabupaten/

Kota

Sewa paket data/

koneksi internet

12

 

Imunisasi

 

Imunisasi Dasar

Bayi 0-11 Bulan

 

Imunisasi dasar lengkap

termasuk introduksi vaksin

baru, penggantian vaksin

tOPV menjadi bOPV

 

1 Penyediaan data dasar dan

analisis situasi

Sasaran: Bayi 0-11

bulan

a Penyediaan data dasar dananalisis situasi

  b Rekapitulasi data sasaran

  c Analisis situasi dan

perencanaan kegiatan

  d Pelaksanaan Surveilans

KIPI

e Validasi hasil cakupan

imunisasi

2 Peningkatan kapasitas SDM

(kesehatan dan non kesehatan)

Sasaran: Pengelola

Program Imunisasi,

 Tenaga Kesehatan,

Kader, Lintas

Program serta

Lintas Sektor

terkait.

  a Peningkatan kapasitaspengelola imunisasi:

introduksi vaksin baru,

EVM (Effective Vaccine

Management), Data

Quality Self Assessment

(DQS), Manajemen data

program (pencatatan dan

pelaporan), Surveilans/

Investigasi KIPI,

manajemen program,

strategi komunikasi, dan

lain-lain sesuai kebutuhan

di lapangan.

Page 80: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 80/98

78 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

No Upaya

Kesehatan

Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas

yang dibiayai BOK

  b Peningkatan kapasitas

petugas imunisasi:

introduksi vaksin baru,

EVM (Effective Vaccine

Management), DataQuality Self Assessment

(DQS), Manajemen data

program (pencatatan dan

pelaporan), Surveilans/

Investigasi KIPI, teknis

pelayanan imunisasi,

strategi komunikasi, dan

lain-lain sesuai kebutuhan

di lapangan.

  c Peningkatan kapasitas

kader imunisasi:

Peningkatan

kapasitas kader dalamberkomunikasi dengan

kelompok sasaran,

pelaksanaan imunisasi,

sistem pencatatan dan

pelaporan, dan lain-lain

sesuai kebutuhan di

lapangan

  3 Advokasi, Sosialisasi dan

Koordinasi

Sasaran: Tokoh

masyarakat,

tokoh agama, LS/

LP, orgaisasi

profesi, organisasi

kemasyarakatan,swasta, kader,

masyarakat, dll

  a Advokasi/Sosialisasasi/

lokakarya dengan lintas

program dan lintas sektor

terkait program imunisasi

dasar

  b Rapat koordinasi (internal

program dan dengan lintas

program maupun lintas

sektor)

  4 KIE

Media KIE: pencetakan leaet,

poster, yer, spanduk, banner,

backdrof, billboard, tv spot,

radio spot, billboard, dll

(termasuk biaya distribusi dan

pemasangan jika diperlukan)

 Sasaran: Masyarakat

  5 Pemberdayaan masyarakat

Forum komunikasi imunisasi

dan masyarakat peduli

imunisasi

Sasaran: Tokoh

masyarakat,

tokoh agama, LS/

LP, organisasi

profesi, organisasi

kemasyarakatan,

swasta, kader,

masyarakat, dll

Page 81: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 81/98

79Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

No Upaya

Kesehatan

Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas

yang dibiayai BOK

  6 Pelayanan Imunisasi

Pelaksanaan pelayanan

imunisasi dasar di Pos

Pelayanan Imunisasi

(Posyandu, Puskesmas,Poskesdes, Polindes, Pos

Pelayanan lainnya yang

ditentukan) dan kunjungan

rumah jika diperlukan

termasuk sweeping dan DOFU

(Drop Out Follow-Up)

Sasaran: Bayi 0-11

bulan

  7 Sarana dan Prasarana

Pelayanan Imunisasi

Sasaran: Bayi 0-11

bulan

  a Distribusi vaksin, ADS dan

safety box

  b Pengadaan Vaccine Carrier

  2 

Imunisasi LanjutanDPT-HB-Hib, Campak,

BIAS (Campak, DT, Td)

dan TT 

1 Penyediaan data dasar dananalisis situasi

Sasaran: Batita, AnakUsia Sekolah dan WUS

  a Rekapitulasi data sasaran

  b Analisis situasi dan

perencanaan kegiatan

2 Peningkatan kapasitas SDM

(kesehatan dan non kesehatan)

Sasaran: Pengelola

Program Imunisasi,

 Tenaga Kesehatan,

Kader, Lintas

Program serta

Lintas Sektor

terkait.

  a Peningkatan kapasitas

pengelola imunisasi: crash

program, PIN, manajemen

data program (pencatatan

dan pelaporan), dan lain-

lain sesuai kebutuhan dilapangan

  b Peningkatan kapasitas

petugas imunisasi: crash

program, PIN, manajemen

data program (pencatatan

dan pelaporan), dan lain-

lain sesuai kebutuhan di

lapangan

  c Peningkatan kapasitas

kader imunisasi: crash

program, PIN, manajemen

data program (pencatatan

dan pelaporan), dan lain-lain sesuai kebutuhan di

lapangan

3 Advokasi, Sosialisasi dan

Koordinasi

Sasaran: Tokoh

masyarakat,

tokoh agama,

LS/LP, orgaisasi

profesi, organisasi

kemasyarakatan,

swasta, kader,

masyarakat, dll

  a Advokasi/Sosialisasasi/

lokakarya dengan lintas

program dan lintas sektor

terkait program imunisasi

lanjutan

Page 82: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 82/98

80 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

No Upaya

Kesehatan

Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas

yang dibiayai BOK

  b Rapat koordinasi (internal

program dan dengan lintas

program maupun lintas

sektor)

 

4 KIE

Media KIE: pencetakan leaet,

poster, yer, spanduk, banner,

backdrof, billboard, tv spot,

radio spot, billboard, dll

(termasuk biaya distribusi dan

pemasangan jika diperlukan)

Sasaran: Masyarakat

  5 Pemberdayaan masyarakat

Forum komunikasi imunisasi

dan masyarakat peduli

imunisasi

Sasaran: Tokoh

masyarakat,

tokoh agama, LS/

LP, orgaisasi

profesi, organisasi

kemasyarakatan,

swasta, kader,

masyarakat, dll

  6 Pelayanan Imunisasi

Pelaksanaan imunisasi dasar

di Pos Pelayanan Imunisasi

(Posyandu, Puskesmas,

Poskesdes, Polindes, sekolah,

Pos Pelayanan lainnya yang

ditentukan, dan kunjungan

rumah jika diperlukan)

Sasaran: Batita, Anak

Usia Sekolah dan WUS

  7 Sarana dan Prasarana

Pelayanan Imunisasi

Sasaran: Batita, Anak

Usia Sekolah

  a Distribusi vaksin, ADS dansafety box

  b Pengadaan Vaccine Carrier

(Jika diperlukan)

  3

 

Pelaksanaan Pekan

Imunisasi Nasional

(PIN), Crash Program,

Casklog Fighting,

dan imunisasi

dalam rangka

penanganan KLB

(Outbreak Respons

Immunization/ORI)

1

 

Penyediaan data dasar dan

analisis situasi

Sasaran: Bayi 0-11

bulan, Batita, Anak

Usia Sekolah dan WUS

 a Rekapitulasi data sasaran

b Analisis situasi dan

perencanaan kegiatan

2

 

Peningkatan kapasitas SDM

(kesehatan dan non kesehatan)

Sasaran: Pengelola

Program Imunisasi,

 Tenaga Kesehatan,

Kader, Lintas Program

serta Lintas Sektor

terkait.

a Peningkatan kapasitas

pengelola imunisasi:

dalam rangka mendukung

kegiatan imunisasi

tambahan, dalam hal

ini PIN, Crash Program

Campak, ORI, dll

Page 83: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 83/98

81Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

No Upaya

Kesehatan

Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan Komponen aktiftas

yang dibiayai BOK

b Peningkatan kapasitas

petugas imunisasi: dalam

rangka mendukung

kegiatan imunisasi

tambahan, dalam halini PIN, Crash Program

Campak, ORI, dll

c Peningkatan kapasitas

kader imunisasi: dalam

rangka mendukung

kegiatan imunisasi

tambahan, dalam hal

ini PIN, Crash Program

Campak, ORI, dll

  3 Advokasi, Sosialisasi dan

Koordinasi

Sasaran: Tokoh

masyarakat,

tokoh agama, LS/

LP, orgaisasi

profesi, organisasi

kemasyarakatan,

swasta, kader,

masyarakat, dll

 

a Advokasi/Sosialisasasi/lokakarya dengan lintas

program dan lintas sektor

terkait program imunisasi

tambahan

  b Rapat koordinasi (internal

program dan dengan lintas

program maupun lintas

sektor)

4 KIE

Media KIE: pencetakan leaet,

poster, yer, spanduk, banner,

backdrof, billboard, tv spot,

radio spot, billboard, dll(termasuk biaya distribusi dan

pemasangan jika diperlukan)

Sasaran: Masyarakat

5 Pemberdayaan masyarakat

Forum komunikasi imunisasi

dan masyarakat peduli

imunisasi

Sasaran: Tokoh

masyarakat,

tokoh agama, LS/

LP, orgaisasi

profesi, organisasi

kemasyarakatan,

swasta, kader,

masyarakat, dll

6 Pelayanan Imunisasi

Pelaksanaan imunisasi

tambahan di Pos PelayananImunisasi (Posyandu,

Puskesmas, Poskesdes,

Polindes, sekolah, Pos

Pelayanan lainnya yang

ditentukan, dan kunjungan

rumah jika diperlukan),

khususnya untuk kegiatan

Pekan Imunisasi Nasional Polio

dan Crash Program Campak

 Tahun 2016

Sasaran: Bayi 0-11

bulan, Batita, Anak

Usia Sekolah dan WUS

Page 84: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 84/98

Page 85: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 85/98

83Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

BAB VIIIAKREDITASI PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT

A. Akreditasi Puskesmas

1. Akreditasi Puskesmas meliputi kegiatan:

a. Pendampingan Akreditasi Puskesmas

  Pendampingan akreditasi Puskesmas dilaksanakan oleh Tim Pendamping Akreditasi

Puskesmas/FKTP yang dibentuk oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan

anggota yang berasal dari jajaran fungsional atau struktural Dinkes dan/atau

pihak ketiga yang ditetapkan dengan SK Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Komponen pendampingan Akreditasi Puskesmas yang dibiayai melalui DAK NonFisik Tahun 2016, yaitu:

No Kegiatan Lokasi Kegiatan Rincian Komponen Belanja

1. Workshoppenggalangankomitmen

Puskesmas yang diusulkanakreditasi

Dilaksanakan 1hari, jumlah pesertamenyesuaikan

Belanja bahan:

- Konsumsi rapat

Belanja jasa profesi:- Honor tim pendamping (@2

 jam)

Belanja perjadin biasa:

- Transport tim pendamping

2. Pemahamanstandar daninstrumenakreditasi

Puskesmas yang diusulkanakreditasi

Dilaksanakan 2hari, jumlah pesertamenyesuaikan

Belanja bahan:

- Konsumsi rapat

Belanja jasa profesi:

- Honor tim pendamping (@ 2 jam/hari)

Belanja perjadin biasa:

- Transport tim pendamping- Penginapan pendamping

(tentatif)

3. Self Assessment  dan penyusunanPoA akreditasi diPuskesmas

Puskesmas yang diusulkanakreditasi

Dilaksanakan 1hari, jumlah pesertamenyesuaikan

Belanja bahan:- Konsumsi rapat

Belanja jasa profesi- Honor tim pendamping (@ 2

 jam/hari)

Belanja perjadin biasa:- Transport tim pendamping- Penginapan pendamping

(tentatif)

Page 86: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 86/98

84 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

No Kegiatan Lokasi Kegiatan Rincian Komponen Belanja

4. Pendampinganpenyusunandokumen

Puskesmas yang diusulkanakreditasi

Dilaksanakan 3-5 kali @2 hari, jumlah pesertamenyesuaikan

Belanja bahan:- Konsumsi rapat

Belanja jasa profesi:

- Honor tim pendamping (@ 2 jam/hari)

Belanja perjadin biasa:- Transport tim pendamping- Penginapan pendamping

(tentatif)

5. Pendampinganimplementasidokumen

Puskesmas yang diusulkanakreditasi

Dilaksanakan 4 kali, @ 2 hari, dalam 3-4bulan, jumlah pesertamenyesuaikan

Belanja bahan- Konsumsi rapat

Belanja jasa profesi:- Honor tim pendamping (@ 2

 jam/hari)

Belanja perjadin biasa:- Transport tim pendamping- Penginapan pendamping

(tentatif)

6. Pre assessment  survei akreditasi

Puskesmas yang diusulkanakreditasi

Dilaksanakan 1 kali @2 hari, jumlah pesertamenyesuaikan

Belanja bahan:- Konsumsi rapat

Belanja jasa profesi:- Honor tim pendamping (@ 2

 jam/hari)

Belanja perjadin biasa:- Transport tim pendamping- Penginapan pendamping

(tentatif)

  Pelaksanaan kegiatan pendampingan memerlukan waktu kurang lebih 6 sd 8 bulan,

bagi Kabupaten/Kota yang mengusulkan menu pendampingan akreditasi Puskesmas

harus mempertimbangkan waktu pelaksanaan tersebut, sehingga tidak melewati

waktu penggunaan anggaran.

b. Survei Akreditasi Puskesmas

  Survei Akreditasi Puskesmas merupakan kegiatan penilaian untuk mengukur

tingkat kesesuaian terhadap standar akreditasi yang ditetapkan Kementerian

Kesehatan. Proses penilaian tersebut dilakukan oleh tim surveior yang ditetapkanoleh lembaga independen penyelenggara akreditasi FKTP yang diberi kewenangan

oleh Kementerian Kesehatan sebagai penyelenggara akreditasi FKTP.

  Komponen pendampingan akreditasi Puskesmas yang dibiayai melalui DAK Non

Fisik Tahun 2016, yaitu:

Page 87: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 87/98

85Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

No KegiatanLokasi

KegiatanRincian Komponen Belanja

1. SurveiAkreditasiPuskesmas

Puskesmas yangdiusulkanakreditasi

Dilaksanakan 5hari (termasukkedatangan dankepulangan surveior

ke lokasi), apabilalokasi di daerah

 T/ST jumlah haridapat lebih panjang,dengan jumlah hariefektif survei diluarkedatangan danpulang selama 3 hari

Yang ditanggung olehDinas Kesehatantermasuk :

- Biaya transport

surveyor (daritempat asalsurveyor, selamasurvei dan pulangkembali ke tempatasal)

- Biaya penginapan- Uang harian- Honor

Belanja jasa profesi:

- Honor surveior

Belanja perjadin paketmeeting dalam kota:

- Transport lokal (untuktim pendamping)

Belanja perjalanan dinasbiasa:

- Uang harian surveior- Transport surveior- Penginanapan surveior

2. Persyaratan Umum

  Kabupaten/Kota yang berhak mendapatkan dana DAK non Fisik tahun 2016 untuk

kegiatan akreditasi Puskesmas harus memenuhi persyaratan umum sebagai berikut:

a. Mengusulkan kegiatan DAK Non Fisik Tahun 2016, dibuktikan dengan surat usulan

 yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

b. Direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi untuk mendapatkan alokasi

DAK Non Fisik yang dibuktikan dengan surat rekomendasi Dinkes Provinsi yang

ditandatangi oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

c. Adanya Roadmap  pelaksanaan akreditasi Puskesmas tahun 2015 – 2019

d. Adanya surat pernyataan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten tentang

pemanfaatan DAK sesuai dengan peruntukan yang tercantum dalam Juknis.

3. Persyaratan Teknis

  Persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh Kabupaten/Kota untuk mendapatkanalokasi DAK Non Fisik Tahun 2016, sebagai berikut:

a. Menu Pendampingan Akreditasi Puskesmas

1) Adanya telaahan yang memuat penjelasan, pemetaan dan analisa Puskesmas

 yang akan di akreditasi dalam jangka waktu lima tahun ke depan.

2) Diutamakan pada Puskesmas yang telah diusulkan untuk akreditasi tahun

2016 ke Pemerintah Pusat.

3) Adanya tim pendamping akreditasi Puskesmas sesuai kriteria yang tercantum

di Permenkes Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik, dan

 Tempat Praktik Mandiri dokter dan dokter gigi, dibuktikan dengan SK Kadinkes.

Diutamakan bagi Kabupaten/Kota yang sudah memiliki Tenaga Pendamping

bersertikat Pendamping Akreditasi FKTP

Page 88: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 88/98

86 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

4) Adanya pola perencanaan pendampingan (jadwal dan PoA) akreditasi pada

Puskesmas yang diusulkan untuk di akreditasi.

b. Menu Survey Akreditasi Puskesmas

1) Adanya surat pernyataan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tentang

Puskesmas yang akan diusulkan survey pada tahun 2016 dan tidak akan

mengusulkan kembali pada tahun 2017 bila tidak terlaksana.

2) Adanya pola perencanaan survey akreditasi (jadwal pelaksanaan) pada

Puskesmas yang diusulkan untuk di akreditasi.

B. Akreditasi Rumah Sakit, meliputi kegiatan:

1. Workshop Persiapan Akreditasi Rumah Sakit:

a. Workshop Persiapan Akreditasi Terkait Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).

  Kegiatan ini adalah pelatihan yang dilaksanakan di rumah sakit dengan tujuan

membantu para direktur rumah sakit dan staf terkait untuk mengetahui dan

memahami persiapan akreditasi rumah sakit yang terkait dengan Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi di rumah sakit. Kegiatan ini dilaksanakan satu kali di 150RSUD yang akan melaksanakan akreditasi. Kegiatan ini melibatkan organisasi profesi

terkait PPI, Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat serta Rumah Sakit Umum Daerah terkait.

b. Workshop Persiapan Akreditasi Terkait Bantuan Hidup Dasar (BHD)

  Kegiatan ini adalah pelatihan yang dilaksanakan di rumah sakit dengan tujuan

membantu para direktur rumah sakit dan staf terkait untuk mengetahui dan

memahami persiapan akreditasi rumah sakit yang terkait dengan kegiatan Bantuan

Hidup Dasar (Basic Life Support ) di rumah sakit. Kegiatan ini dilaksanakan satu kali

di 150 RSUD yang akan melaksanakan akreditasi. Kegiatan ini melibatkan organisasi

profesi, Kementerian Kesehatan,Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas KesehatanKabupaten/Kota setempat serta RSUD terkait.

c. Workshop Persiapan Akreditasi Terkait Standar Keselamatan Pasien (SKP)

  Kegiatan ini adalah pelatihan yang dilaksanakan di rumah sakit dengan tujuan

membantu para direktur rumah sakit dan staf terkait untuk mengetahui dan

memahami persiapan akreditasi rumah sakit yang terkait dengan Keselamatan

Pasien di rumah sakit. Kegiatan ini dilaksanakan satu kali di 150 RSUD yang akan

melaksanakan akreditasi. Kegiatan ini melibatkan organisasi profesi, Kementerian

Kesehatan,Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat

serta RSUD terkait.

d. Workshop Persiapan Akreditasi Terkait Standar Manajemen Pengelolaan Obat (MPO)

  Kegiatan ini adalah pelatihan yang dilaksanakan di rumah sakit dengan tujuan

membantu para direktur rumah sakit dan staf terkait untuk mengetahui dan

memahami persiapan akreditasi rumah sakit yang terkait dengan Manajemen

Pengelolaan Obat (MPO) di rumah sakit. Kegiatan ini dilaksanakan satu kali di 150

RSUD yang akan melaksanakan akreditasi. Kegiatan ini melibatkan organisasi profesi,

Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/

Kota setempat serta RSUD terkait.

e. Workshop Persiapan Akreditasi Terkait Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3)

  Kegiatan ini adalah pelatihan yang dilaksanakan di rumah sakit dengan tujuan

Page 89: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 89/98

87Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

membantu para direktur rumah sakit dan staf terkait untuk mengetahui dan

memahami persiapan akreditasi rumah sakit yang terkait dengan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit. Kegiatan ini dilaksanakan satu kali di 150

RSUD yang akan melaksanakan akreditasi. Kegiatan ini melibatkan organisasi profesi,

Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/

Kota setempat serta RSUD terkait, dengan Rincian sebagai berikut :

No Kegiatan Lokasi Kegiatan Rincian Komponen Belanja

1. WorkshopPersiapanAkreditasi TerkaitPencegahan danPengendalianInfeksi

RSUD yangdiusulkan akanmelaksanakanakreditasi

- Materi dilaksanakanselama 2 hari

- Untuk RS daerah yangsulit transportasi dapatmenggunakan anggaranperjadin selama 4 hari(2 hari materi & 1 harikedatangan dan 1 harikepulangan).

- Peserta dariRSUD yang akanmelaksanakanakreditasi

Belanja bahan:- ATK & Fotocopi- Konsumsi rapat

Belanja jasa profesi:- Honor Narasumber (4 orang

 @5 jam)

Belanja perjadin biasa:- Transport Narasumber- Penginapan Narasumber

2. WorkshopPersiapanAkreditasi TerkaitBantuan HidupDasar (BHD)

RSUD yangdiusulkan akanmelaksanakanakreditasi

- Materi dilaksanakanselama 2 hari

- Untuk RS daerah yangsulit transportasi dapatmenggunakan anggaranperjadin selama 4 hari(2 hari materi & 1 harikedatangan dan 1 hari

kepulangan).

- Peserta dariRSUD yang akanmelaksanakanakreditasi

Belanja bahan:- ATK & Fotocopi- Konsumsi rapat

Belanja jasa profesi:- Honor Narasumber

(Narasumber (4 orang @5 jam)

Belanja perjadin biasa:

- Transport Narasumber- Penginapan Narasumber

3. WorkshopPersiapanAkreditasiTerkait StandarKeselamatanPasien (SKP) 

RSUD yangdiusulkan akanmelaksanakanakreditasi

- Materi dilaksanakanselama 2 hari

- Untuk RS daerah yangsulit transportasi dapatmenggunakan anggaranperjadin selama 4 hari(2 hari materi & 1 hari

kedatangan dan 1 harikepulangan).

- Peserta dari RSUD yangakan melaksanakanakreditasi

Belanja bahan:- ATK & Fotocopi- Konsumsi rapat

Belanja jasa profesi:- Honor Narasumber (4 orang

 @5 jam)

Belanja perjadin biasa:

- Transport Narasumber- Penginapan Narasumber

Page 90: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 90/98

88 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

No Kegiatan Lokasi Kegiatan Rincian Komponen Belanja

4. WorkshopPersiapanAkreditasi Terkait StandarManajemen

Pengelolaan Obat(MPO)

RSUD yangdiusulkan akanmelaksanakanakreditasi

- Materi dilaksanakanselama 2 hari

- Untuk RS daerah yangsulit transportasi dapat

menggunakan anggaranperjadin selama 4 hari(2 hari materi & 1 harikedatangan dan 1 harikepulangan).

- Peserta dariRSUD yang akanmelaksanakanakreditasi

Belanja bahan:- ATK & Fotocopi- Konsumsi rapat

Belanja jasa profesi:

- Honor Narasumber (4 orang @5 jam)

Belanja perjadin biasa:- Transport Narasumber- Penginapan Narasumber

5. WorkshopPersiapanAkreditasi TerkaitKesehatan dan

KeselamatanKerja (K3)

RSUD yangdiusulkan akanmelaksanakanakreditasi

- Materi dilaksanakanselama 2 hari

- Untuk RS daerah yang

sulit transportasi dapatmenggunakan anggaranperjadin selama 4 hari(2 hari materi & 1 harikedatangan dan 1 harikepulangan).

- Peserta dari RSUD yangakan melaksanakanakreditasi

Belanja bahan:- ATK & Fotocopi- Konsumsi rapat

Belanja jasa profesi:- Honor Narasumber (4 orang

 @5 jam)

Belanja perjadin biasa:- Transport Narasumber- Penginapan Narasumber

2. Bimbingan Teknis dan Survei Akreditasi Rumah Sakit

a. Bimbingan Teknis Akreditasi

  Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan dalam

pelaksanaan standar akreditasi di Rumah Sakit. Kegiatan berupa bimbingan secara

teknis 15 Bab standar akreditasi serta implementasi di unit kerja dalam rumah sakit.

  Bimbingan ini dilaksanakan dua kali di 150 RSUD Provinsi, Kabupaten/Kota yang

sudah memulai proses persiapan akreditasi rumah sakit berupa:

1) Pendahuluan berupa transformasi budaya menuju akreditasi

2) Pengenalan standar

3) Penyusunan regulasi rumah sakit

4) Sosialisasi kebijakan

5) Pelatihan-pelatihan yang diperlukan.

6) Pengenalan metode telusur

  Pembimbing teknis dalam kegiatan ini dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

melalui Kementerian Kesehatan.

b. Survei Simulasi Akreditasi

  Kegiatan ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui kesiapan rumah sakit dalam

menghadapi survei akreditasi yang dilakukan oleh KARS. Hasil survei simulasi ini

 juga sebagai evaluasi terakhir sejauh mana rumah sakit dalam menghadapi survei

akreditasi, hasil dari kegiatan ini sebagai tolak ukur untuk memperbaiki kekurangan-

kekurangan yang masih didapatkan sebelum pelaksanaan survei akreditasi.

  Kegiatan ini dilaksanakan satu kali di 150 RSUD Provinsi, Kabupaten/Kota yang

sudah siap melaksanakan survei akreditasi dari KARS.

Page 91: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 91/98

89Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

  Survei simulasi dilaksanakan kerjasama antara Kementerian Kesehatan dengan

KARS.

c. Survei Akreditasi Rumah Sakit

  Survei akreditasi rumah sakit adalah penilaian terhadap rumah sakit untuk

mendapatkan sertikat akreditasi nasional yang dilakukan oleh KARS kepada RSUD

 yang telah mengajukan permohonan survei akreditasi kepada KARS.

  Kegiatan ini dilakukan di 150 RSUD pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota.

Survei akreditasi dilakukan oleh KARS, dengan rincian sebagai berikut:

No Kegiatan Lokasi Kegiatan Rincian Komponen Belanja

1. Bimbingan TeknisAkreditasi 

RSUD yangdiusulkan akanmelaksanakanakreditasi

- Dilaksanakan 2x

- Pelaksanaan Bimbinganselama 2 hari materi.

- Untuk RS daerah yang

sulit transportasi dapatmenggunakan anggaranperjadin selama 4 hari(2 hari materi & 1 harikedatangan dan 1 harikepulangan).

- Peserta dariRSUD yang akanmelaksanakanakreditasi

- Pelaksanaan materisecara simultan oleh 4orang Narasumber

Belanja bahan:- ATK & Fotocopi- Konsumsi rapat

(disesuaikan jumlahpeserta dan NS)

Belanja jasa profesi:- Honor Narasumber (4 orang @6 jam x Rp 900.000,-)

Belanja perjadin biasa:- Transport Narasumber- Penginapan Narasumber

2. Survei SimulasiAkreditasi

RSUD yangdiusulkan akanmelaksanakanakreditasi

- Pelaksanaan SurveiSimulasi selama 3 haripenilaian.

- Untuk RS daerah yangsulit transportasi dapatmenggunakan anggaranperjadin selama 5 hari(3 hari penilaian & 1hari kedatangan dan 1hari kepulangan).

- Peserta dariRSUD yang akanmelaksanakanakreditasi

- Pelaksanaan penilaiansecara simultan oleh 4orang Narasumber

Belanja bahan:- ATK & Fotocopi- Konsumsi rapat

(disesuaikan jumlahpeserta dan NS)

Belanja jasa profesi:- Honor Narasumber (4 orang

 @6 jam x Rp 900.000,-)

Belanja perjadin biasa:- Transport Narasumber- Penginapan Narasumber

Page 92: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 92/98

90 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

No Kegiatan Lokasi Kegiatan Rincian Komponen Belanja

3. Survei AkreditasiRumah Sakit 

RSUD yangdiusulkan akanmelaksanakanakreditasi

- Pelaksanaan SurveiSimulasi selama 3 haripenilaian.

- Untuk RS daerah yang

sulit transportasi dapatmenggunakan anggaranperjadin selama 5 hari(3 hari penilaian & 1hari kedatangan dan 1hari kepulangan).

- Peserta dariRSUD yang akanmelaksanakanakreditasi

- Pelaksanaan penilaiansecara simultan oleh 4orang Narasumber

Belanja bahan:- ATK & Fotocopi- Konsumsi rapat

Belanja jasa profesi:

- Honor Narasumber (4 orang @6 jam x Rp 900.000,-)

Belanja perjadin biasa:- Transport Narasumber- Penginapan Narasumber

3. Persyaratan Umum

a. Rumah sakit milik pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kotamadya.

b. Rumah sakit memiliki izin operasional dan teregistrasi di Kementerian Kesehatan RI

c. Rumah sakit dikepalai oleh seorang tenaga medis sesuai dengan UU Noor 44 Tahun

2009 tentang Rumah Sakit.

4. Persyaratan Khusus

a. Belum terakreditasi versi 2012.

b. Merupakan rumah sakit rujukan provinsi, regional dan menjadi target indikator

pemerintah kabupaten/kota.

c. Membuat pernyataan komitmen melaksanakan akreditasi pada tahun berjalan dari

pemilik rumah sakit dan pimpinan rumah sakit.

d. Membuat surat pernyataan pelaporan progress persiapan akreditasi secara berkala

3 bulan sekali melalui Dinas Kesehatan Provinsi.

e. Melampirkan rekomendasi dari Dinas Kesehatan Provinsi untuk melaksanakan

akreditasi pada tahun berjalan.

5. Pelaporan

  Pelaksanaan kegiatan agar membuat laporan secara terinci yang ditujukan kepada:

a. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan

b. Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan c.q. Direktur Bina

Upaya Kesehatan Rujukan Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kavling 4-9 Kotak Pos 3097

 Jakarta 12950

Page 93: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 93/98

91Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

BAB IXJAMINAN PERSALINAN

 Jaminan Persalinan (Jampersal) merupakan upaya untuk mendekatkan akses dan mencegah

terjadinya keterlambatan penanganan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi dengan mendorong

pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pada daerah yang memiliki keterbatasan akses karena

kendala geogra, transportasi maka perlu di dukung dengan penyediaan Rumah Tunggu Kelahiran 

(RTK).

Rumah Tunggu Kelahiran adalah suatu tempat atau ruangan yang dapat digunakan sebagai

tempat tinggal sementara bagi ibu hamil dan pendampingnya (suami/kader/dukun/keluarga),selama beberapa hari sampai menunggu persalinan tiba dan setelah bersalin.

1. Persyaratan Umum :

  Rumah Tunggu Kelahiran pembentukannya bukan membangun bangunan baru, tetapi

memanfaatkan bangunan yang sudah ada baik secara dipinjamkan/disewakan/hibahkan/

memanfaatkan bagunan Pemerintah seperti kantor Desa, Puskesmas dll, dengan persyaratan:

a. Fasilitas kesehatan yang menjadi rujukan adalah fasilitas yang memiliki kemampuan

pemeriksaan ANC, menolong persalinan dan pemeriksaan nifas sesuai kebutuhan ibu.

b. Rumah yang akan digunakan sebagai rumah tunggu kelahiran dekat (10 menit berjalan

kaki) dengan fasilitas pelayanan yang akan dipakai dalam memperoleh pelayanan

kesehatan Ibu.

2. Persyaratan Teknis/Khusus

  Untuk mendekatkan ibu untuk mendekatkan akses ke fasilitas pelayanan kesehatan melalui

Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) dengan persyaratan:

a. Rumah yang digunakan sebagai Rumah Tunggu Kesehatan merupakan rumah dengan

fasilitas:

1) Memiliki kamar tidur

2) Memiliki kamar mandi dengan closet 

3) Memiliki ruang dapur

4) Tersedia sarana listrik, air bersih

b. Komponen yang dibiayai berupa:

1) Biaya sewa rumah selama 1 tahun (12 bulan) untuk dipakai sebagai Rumah Tunggu

Kelahiran.

2) Biaya transportasi rujukan dari rumah ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan (PP)

3) Biaya operasional rumah tunggu kelahiran (listrik, air, dll) selama 1 tahun (12 bulan)

4) Biaya konsumsi ibu dan pendampingnya (1 orang) selama 5 hari.

c. Penggunaan biaya dapat disesuaikan dengan jenis komponen biaya yang dibutuhkan.

d. Pengelolaan Rumah Tunggu Kelahiran dapat dilakukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan

 yang menjadi tujuan rujukan.

Page 94: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 94/98

92 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

e. Waktu tinggal di Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) 2 hari sebelum persalinan dan 3 hari

setelah persalinan.

  Dalam penyelenggaraan rumah tunggu kelahiran dapat disusun dukungan manajemen

baik ditingkat Kabupaten/Kota dan Puskesmas dan jaringannya.

3. Acuan  Acuan Rumah Tunggu Kelahiran mengacu pada Pedoman Rumah Tunggu Kelahiran (RTK).

Page 95: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 95/98

93Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

BAB XPEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN

A. Pemantauan Dan Evaluasi

1. Tujuan Pemantauan dan Evaluasi

a. Memastikan pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan di Provinsi/Kabupaten/Kota tepat

waktu dan tepat sasaran sesuai dengan penetapan alokasi DAK Bidang Kesehatan

 TA 2016 dan Petunjuk Teknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016.

b. Mengidentikasi permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan DAK Bidang

Kesehatan TA 2016, yang nantinya digunakan untuk perbaikan perencanaan danpelaksanaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2017.

c. Memastikan pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan bermanfaat bagi masyarakat di

Provinsi/Kabupaten/Kota mengacu pada tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

dalam dokumen perencanaan pembangunan nasional.

d. Meberikan masukan untuk penyempurnaan kebijakan dan pengelolaan DAK Bidang

Kesehatan yang meliputi aspek perencanaan, pengalokasian, pelaksanaan, dan

pemanfaatan DAK Bidang Kesehatan ke depan.

2. Ruang Lingkup Pemantauan dan Evaluasi

a. Kesesuaian antara kegiatan DAK Bidang Kesehatan dengan usulan kegiatan yang

ada dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

b. Kesesuaian pemanfaatan DAK Bidang Kesehatan dalam Dokumen Pelaksanaan

Anggaran – Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) dengan petunjuk teknis dan

pelaksanaan di lapangan.

c. Realisasi waktu pelaksanaan, lokasi, dan sasaran pelaksanaan dengan perencanaan.

d. Evaluasi pencapaian sasaran kegiatan DAK berdasarkan input , proses, output  sejauh

mana bila memungkinkan sampai outcome  dan impact .

e. Pencapaian manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan.

f. Dampak (impact)  yang ditimbulkan dalam pelaksanaan DAK.

3. Tata Cara Pemantauan dan Evaluasi

a. Review   atas laporan triwulan/laporan akhir yang disampaikan oleh Gubernur/

Bupati/Walikota dan Dinas Kesehatan Provinsi setiap akhir triwulan sesuai dengan

format laporan.

b. Kunjungan lapangan atau studi evaluasi.

c. Forum koordinasi untuk menindaklanjuti hasil review  laporan dan atau kunjungan

lapangan.

  Pemantauan dan evaluasi dilakukan oleh Organisasi Pelaksana dan atau Tim Koordinasi

di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota sesuai dengan petunjuk teknis dalam

Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan,

dan Menteri Dalam Negeri Tahun 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan Teknis

Pelaksanaan dan Evaluasi Pemanfaatan DAK.

Page 96: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 96/98

94 Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

B. Pelaporan

  Kepala Daerah menyampaikan laporan triwulan yang memuat pelaksanaan kegiatan dan

penggunaan DAK kepada:

1. Menteri Kesehatan

2. Menteri Dalam Negeri

3. Menteri Keuangan

  Penyampaian laporan triwulan pada kegiatan DAK Bidang Kesehatan dilakukan selambat-

lambatnya 14 (empat belas) hari setelah triwulan yang bersangkutan berakhir (Maret, Juni,

September dan Desember).

  Kepatuhan daerah dalam menyampaikan laporan triwulanan dapat dijadikan pertimbangan

dalam pengalokasian DAK tahun berikutnya sesuai peraturan perundang-undangan.

1. Jenis Pelaporan

  Laporan dari kegiatan pemantauan teknis pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan terdiri:

a. Laporan triwulan yang memuat jenis kegiatan, lokasi kegiatan, realisasi keuangan,

realisasi sik dan permasalahan dalam pelaksanaan DAK, yang disampaikan

selambat-lambatnya 14 hari setelah akhir triwulan berakhir.

b. Laporan penyerapan DAK disampaikan kepada Menteri Keuangan berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban

Anggaran Trasfer Ke Daerah yang berlaku.

2. Alur Pelaporan

a. Pelaksanaan di Kabupaten/Kota

1) Kepala SKPD menyampaikan laporan triwulan kepada Sekretaris Daerah dan

selanjutnya Sekretaris Daerah melakukan kompilasi laporan SKPD. Bupati/

Walikota menyampaikan kompilasi laporan SKPD kepada Menteri Keuangan,

Menteri Dalam Negeri dan Menteri Teknis (Menteri Kesehatan).

2) Kepala SKPD (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan RS Kabupaten/Kota)

menyampaikan laporan triwulan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan

selanjutnya Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan kompilasi laporan

pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota kepada Menteri

Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal up. Kepala Biro Perencanaan dan

Anggaran.

b. Pelaksanaan di Provinsi

1) Kepala SKPD menyampaikan laporan triwulan kepada Sekretaris Daerah dan

selanjutnya Sekretaris Daerah melakukan kompilasi laporan SKPD. Gubernur

menyampaikan kompilasi laporan SKPD kepada Menteri Keuangan, MenteriDalam Negeri dan Menteri Teknis (Menteri Kesehatan).

2) Kepala SKPD (Dinas Kesehatan Provinsi dan RS Provinsi) menyampaikan laporan

triwulan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan selanjutnya Dinas Kesehatan

Provinsi menyampaikan kompilasi laporan pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan

di Provinsi kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal up. Kepala

Biro Perencanaan dan Anggaran.

c. Laporan Triwulanan disampaikan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah

triwulan yang bersangkutan berakhir. (Maret, Juni, September dan Desember).

Page 97: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 97/98

95Rancangan Juknis DAK Bidang Kesehatan Tahun 2016

BAB XI

PENUTUP

Petunjuk Teknis ini dibuat untuk dijadikan acuan penggunaan DAK Bidang Kesehatan TA

2016 dan dimungkinkan untuk dapat digunakan sebagai acuan DAK Bidang Kesehatan pada

tahun selanjutnya yang diarahkan untuk kegiatan yang dapat meningkatkan daya jangkau dan

kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di Provinsi/Kabupaten/Kota terutama daerah dengan

derajat kesehatan yang belum optimal sehingga warga masyarakat dapat memperoleh pelayanan

kesehatan bermutu.

Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan 2016 ini merupakan pilihan kegiatan

bagi tiap jenis dan tiap subbidangnya. Dimana tiap kegiatan DAK Fisik baik untuk Reguler maupun

Pengalihan Tugas Pembantuan Menjadi DAK dan DAK Non Fisik masing–masing mempunyai

beberapa pilihan kegiatan dan tidak diperkenankan pengalihan anggaran ataupun kegiatan antara

DAK Fisik maupun DAK Non Fisik; antara DAK Reguler maupun Pengalihan Tugas Pembantuan

menjadi DAK Kesehatan; antar subbidang; antara BOK, Jampersal serta akreditasi Pukesmas dan

akreditasi RS, karena besaran alokasi mempunyai keterikatan dengan Undang – Undang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (UU APBN) Tahun 2016.

Kegiatan-kegiatan yang bisa didanai dari DAK Bidang Kesehatan 2016 ini sebagaimana

diuraikan di atas sifatnya adalah pilihan. Kepala Daerah bisa memilih satu atau lebih kegiatan

sesuai prioritas daerah. Pemilihan kegiatan DAK Bidang kesehatan seharusnya merupakan bagian

program jangka menengah sesuai Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan Rencana Strategis

Daerah.

Selanjutnya dalam pelaksanaan kegiatannya agar disinergikan dan tidak duplikasi dengan

kegiatan yang bersumber dari pendanaan lainnya (seperti dana Tugas Pembantuan, APBD Provinsi/

Kabupaten/kota dan sumber pembiayaan lainnya) sehingga lebih berdaya guna dan berhasil guna.

MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NILA FARID MOELOEK

Page 98: Rancangan Juknis Dak 2016

7/24/2019 Rancangan Juknis Dak 2016

http://slidepdf.com/reader/full/rancangan-juknis-dak-2016 98/98