RANCANGAN - dpr.go.id fileYang saya hormati dan saya muliakan, Pimpinan Komisi III. Yang saya...

23
RANCANGAN RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG, SEKJEN KOMISI YUDISIAL, SEKJEN MAHKAMAH KONSTITUSI, SEKJEN MPR DAN SEKJEN DPD --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : 2017-2018 Masa Persidangan : V Rapat ke : Sifat : Terbuka Jenis Rapat : Rapat dengar pendapat Hari/tanggal : Rabu, 6 Juni 2018. Waktu : Pukul 11.25 13.05 WIB Tempat : Ruang Rapat Komisi III DPR RI. Acara : Pembahasan RKA-K/L dan RKP K/L 2019 KETUA RAPAT: (Trimedya Panjaitan, SH., MH/F-PDIP) Bisa kita mulai, Pak Nasir? Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. Yang terhormat, Bapak/Ibu Anggota Komisi III, Yang terhormat, Sekretaris Mahkamah Agung beserta jajarannya, Yang terhormat, Sekjen Komisi Yudisial beserta jajarannya, Yang terhormat, Sekjen Mahkamah Konstitusi beserta jajarannya, Yang terhormat, Sekjen DPD RI beserta jajarannya, serta Hadirin yang kami muliakan. Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji syukur kehadlirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas perkenan-Nya lah kita dapat melaksanakan dan menghadiri rapat dengar pendapat pada kesempatan pagi hari ini dalam keadaan sehat wal ‘afiat. Sesuai dengan laporan dari sekretariat, rapat kita pada pagi hari ini sudah ditandatangani 16 anggota dari 7 fraksi. Oleh karena itu korum sudah terpenuhi karena bisa korum fraksi, korum anggota. Ada 10 fraksi di DPR RI ini, 7 fraksi sudah menandatangani, oleh karena itu sudah sesuai dengan ketentuan Pasal 251 ayat (1) Peraturan DPR RI. Maka perkenankanlah kami membuka rapat ini. Dan rapat ini dinyatakan terbuka untuk umum. (RAPAT DIBUKA PUKUL 10.00 WIB) Selanjutnya, kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak-bapak, Sekma, Pak Sekjen MPR, Sekjen DPD, Sekjen MK, dan Sekjen Komisi Yudisial atas kehadirannya dalam kesempatan kita rapat pagi hari ini.

Transcript of RANCANGAN - dpr.go.id fileYang saya hormati dan saya muliakan, Pimpinan Komisi III. Yang saya...

RANCANGAN

RISALAH

RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG, SEKJEN KOMISI YUDISIAL, SEKJEN

MAHKAMAH KONSTITUSI, SEKJEN MPR DAN SEKJEN DPD ---------------------------------------------------

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN)

Tahun Sidang : 2017-2018 Masa Persidangan : V Rapat ke : Sifat : Terbuka Jenis Rapat : Rapat dengar pendapat Hari/tanggal : Rabu, 6 Juni 2018. Waktu : Pukul 11.25 – 13.05 WIB Tempat : Ruang Rapat Komisi III DPR RI. Acara : Pembahasan RKA-K/L dan RKP K/L 2019 KETUA RAPAT: (Trimedya Panjaitan, SH., MH/F-PDIP)

Bisa kita mulai, Pak Nasir?

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. Yang terhormat, Bapak/Ibu Anggota Komisi III, Yang terhormat, Sekretaris Mahkamah Agung beserta jajarannya, Yang terhormat, Sekjen Komisi Yudisial beserta jajarannya, Yang terhormat, Sekjen Mahkamah Konstitusi beserta jajarannya, Yang terhormat, Sekjen DPD RI beserta jajarannya, serta Hadirin yang kami muliakan.

Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji syukur kehadlirat Tuhan Yang

Maha Esa, karena hanya atas perkenan-Nya lah kita dapat melaksanakan dan menghadiri rapat dengar pendapat pada kesempatan pagi hari ini dalam keadaan sehat wal ‘afiat.

Sesuai dengan laporan dari sekretariat, rapat kita pada pagi hari ini sudah ditandatangani 16 anggota dari 7 fraksi. Oleh karena itu korum sudah terpenuhi karena bisa korum fraksi, korum anggota. Ada 10 fraksi di DPR RI ini, 7 fraksi sudah menandatangani, oleh karena itu sudah sesuai dengan ketentuan Pasal 251 ayat (1) Peraturan DPR RI. Maka perkenankanlah kami membuka rapat ini. Dan rapat ini dinyatakan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 10.00 WIB)

Selanjutnya, kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak-bapak, Sekma,

Pak Sekjen MPR, Sekjen DPD, Sekjen MK, dan Sekjen Komisi Yudisial atas kehadirannya dalam kesempatan kita rapat pagi hari ini.

Kami minta persetujuan Bapak/Ibu Anggota Komisi III kita rapat sampai jam berapa? Maksimum Jam 13.00 ya?

(RAPAT: SETUJU)

Silakan. Yang pertama, oh ya, ini ada pimpinan yang baru, saya pikir sudah lama

Beliau, Pimpinan Komisi III yang baru setelah Pak Benny Kabur Harman. Namanya saja sudah ‘Kabur’, Bapak/Ibu/Saudara-saudara sekalian, ya suka kabur benaran dia. Dia tidak ini dari DPR, dia kabur jadi calon Gubernur NTT. Kita do’akan. NTT, siapa tahu ada orang NTT disini, atau saudaranya ada di NTT. Kita do’akan Beliau bisa menang dalam pilgub. Bagi kami di DPR ini warna partai itu pada saat pemilu saja. Di luar pemilu kita keluarga besar Komisi III Pak. Mau merah, kuning, biru. Kalau sekarang ini satu keluarga. Nanti tarung pilkada, tarung ininya, baru beda lagi ininya. Masing-masing kembali kepada baju asalnya.

Sebentar Pak, sabar Pak. Kalau pengacara itu, Pak Kahar, makin lama dia

sengaja men-delay waktu. Hourly soalnya Pak, per jam soalnya. Jadi makin lama dia ngomong, nanti pulpen saja bisa lama Pak. Cari makannya disitu, Pak Kahar. Mau bagaimana lagi kita ini.

Yang terhormat, Ibu Erma Suryani Ranik, Wakil Komisi III menggantikan Pak Benny Kabur Harman. Dapilnya Kalimantan Barat. Beliau dulu Anggota Dewan Perwakilan Daerah. Kemudian merasa kelihatannya kok lebih paten di DPR, Beliau jadi caleg. Karena kan beda cara ngegas pasangan kerja itu di DPR dengan DPR RI. Karena dia juga mau ikut secara intens membahas anggaran dan undang-undang ya Beliau pindah. Kalau sudah menjadi pimpinan ini nomornya dapilnya pasti jelas Pak. Karena pimpinan komisi itu privilege ketua umum biasanya langsung menentukan siapa yang duduk di pimpinan komisi. Jadi kalau Ibu Erma ini sudah duduk di pimpinan komisi berarti nanti Agustus ada DCS dari Demokrat di Kalbar pasti nama Ibu Erma ini nomor satu dugaan saya. Kalau tidak, pasti yang lain jadi pimpinan Komisi III. Dan sepanjang sepengetahuan saya di Komisi III ini, Ibu Erma, saya baru 16 tahun di DPR Pak. Profesi saya advokat, hobi saya Anggota DPR Pak. Profesi kami advokat, Pak John, hobi Anggota DPR.

Baru kali ini Pimpinan Komisi III ini ada perempuan, Ibu Erma. Jadi ini kehormatan juga bagi Ibu Erma. Pak Nasir mungkin juga tahu tempo hari belum pernah ada perempuan, baru kali itu ada perempuan. Karena itu Pak Nasir rajin rapat di Komisi III sekarang.

Daripada lebih lama lagi, silakan Pak. Karena seperti saya bilang, saya sama Pak John ini cari makannya dari mulut sendiri. Kalau dokter gigi dari mulut orang lain Pak. Bedanya advokat dengan dokter gigi disitu. Kami dari mulut kami sendiri, dokter gigi dari mulut orang lain cari makannya.

Karena yang pas di depan kami ini Sekjen MPR. Tumben ini Sekjen MPR taruh sejajar, biasanya pinggir-pinggir ini. Jago juga ini sekretariat sekarang ini. Biasanya pas di depan begini MA ini, ini ada apa ini MA kok tidak pas di depan ini. Ada lowong lagi. Aduh ini sekretariat tanda-tanda jaman ini.

Silakan Pak Sekjen.

SEKJEN MPR: Bismillaahirrohmaanirrohiim Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

Yang saya hormati dan saya muliakan, Pimpinan Komisi III. Yang saya hormati dan saya muliakan, para Anggota Komisi III.

Sebelum kami menyampaikan terkait dengan anggaran 2019, jika Pimpinan Sidang mengijinkan, karena saya sekaligus menjabat sebagai pelaksana tugas Sekretaris Jenderal DPD jadi mohon ijin untuk bisa melaporkan sekalian supaya jangan banyak-banyak bicara, tidak ada honornya juga Pak. Jika diijinkan, kami sekalian.

Baik, kami akan melaporkan terkait dengan Rencana Kerja dan Anggaran Tahun 2019 untuk Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Pada tahun 2019 yang akan datang, kami (MPR) memperoleh pagu Rp. 958.397.255.000,-. Dan pagu indikatif tersebut dialokasikan untuk melaksanakan 2 (dua) program:

1. Program pelaksanaan tugas konstitusional MPR dan alat kelengkapannya sebesar Rp. 793.684.766.649,-;

2. Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya MPR sebesar Rp. 164.712.488.351,-

Dari pagu indikatif yang diperoleh pada tahun 2019 masih terdapat kekurangan anggaran untuk mengantisipasi kegiatan sidang 5 tahunan yang tentu harus melakukan serangkaian sidang-sidang di tahun 2019 sehingga memerlukan tambahan anggaran.

Dan yang kedua adalah dukungan terhadap penambahan pimpinan yang baru sebagai mandat dari Undang-Undang 2 Tahun 2018 tentang MD3, Pimpinan MPR menjadi 8 orang, oleh karena itu memerlukan biaya tambahan. Sehingga kami mengajukan anggaran di tahun 2019 untuk tambahan dari pagu indikatif yang telah kita peroleh adalah sebesar Rp. 350. 407.309.967,-. Dan anggaran tambahan itu adalah untuk kepentingan 327 miliar sekian adalah kepentingan untuk pembiayaan gaji dan tunjangan terhadap 3 orang pimpinan, dukunga kegiatan 3 orang pimpinan, gaji tenaga ahli, rapat-rapat panitia adhoc di tahun 2019, dan tambahan 2 kali sosialisasi oleh Anggota MPR di daerah pemilihan, serta kegiatan seminar fraksi sebanyak 44 kali, dengar pendapat dengan masyarakat oleh Anggota MPR seluruhnya sebanyak 4 kali, dan penyerapan aspirasi masyarakat.

Yang kedua adalah tambahan pada program dukungan manajemen adalah untuk keperluan sebesar Rp. 22.790.838.000,- untuk kepentingan pembiayaan supporting, SDM, ajudan, pengemudi, dan asisten rumah tangga untuk 3 orang pimpinan yang baru. Dan beberapa perbaikan di gedung nusantara, antara lain LED dan delegate conference. Oleh karena itu tentu kami berharap bahwa pagu indikatif yang diperoleh dan usulan tambahan mohon untuk dapat bisa dipertimbangkan oleh yang terhormat Pimpinan dan Anggota Komisi III.

Saya kira itu garis besar dari Rencana Anggaran Tahun 2019 untuk MPR yang dapat kami sampaikan.

Terima kasih. Dan selanjutnya kami akan menyampaikan Rencana Anggaran untuk Dewan

Perwakilan Daerah untuk tahun 2019. Dewan Perwakilan Daerah untuk tahun 2019 memperoleh pagu sebesar Rp.

958.774.58, maaf salah. Kami akan menyampaikan dulu tentang realisasi dari anggaran tahun 2017. Dari anggaran tahun 2017 sebesar Rp. 958.774.583.000,-. Penyerapan anggarannya cukup signifikan, yaitu sebesar 95,81 untuk Satker Dewan dan Satker Setjen.

Kemudian perkembangan penyerapan anggaran di tahun 2018 untuk anggaran sebesar, untuk tahun ini, Rp 1.082.392.940.000,- Perkembangan

penyerapan anggarannya untuk satker dewan sebesar 40,57 persen, dan untuk satker setjen 25,34. Sehingga realisasi penyerapan perkembangan anggaran sampai semester pertama bulan Juni, setidak-tidaknya bulan Mei, adalah 37,44 persen.

Kemudian kami melaporkan terkait dengan pagu indikatif DPD tahun 2019. Kami memperoleh pagi sebesar Rp. 1.087.118.000,025.000,- untuk membiayai 2 (dua) program:

1. Program penguatan kelembagaan DPD dalam sistem demokrasi sebesar Rp. 855.814.988.000,-:

2. Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas lainnya sebesar Rp. 231.303.000.037,-.

Jika dibandingkan dengan pagu definitive tahun 2018, maka pagu indikatif tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp. 4.725.085.000,-

Dari pagu indikatif tersebut utamanya yang akan kita alokasikan untuk kepentingan di dua satker itu adalah kegiatan-kegiatan yang tentu sudah dalam laporan ada, bisa nanti di baca secara rinci.

Tapi kami ingin menyampaikan usulan penambahan anggaran di tahun 2019, yaitu:

1. Untuk memenuhi alokasi gaji dan tunjangan dukungan kegiatan Anggota DPD RI yang nanti pada tahun 2019 itu juga ada dari Provinsi Kalimantan Utara yang mungkin pasca pemilu, dan dukungan terhadap supporting pendukungnya, staf ahli dan asisten-asistennya;

2. Alokasi anggaran untuk penyediaan sarana/prasarana ruang kerja Anggota DPD RI Provinsi Kaltara;

3. Penyediaan sarana dan prasarana gedung kantor DPD RI di Provinsi Kaltara;

4. Kegiatan untuk melakukan orientasi dan sidang-sidang DPD akhir masa jabatan 2014-2019, dan sidang DPD RI awal masa jabatan periode tahun 2019 dan 2024;

5. Untuk penyusunan laporan akuntabilitas anggota dan kelembagaan DPD; 6. Pembangunan gedung kantor DPD RI di ibukota negara dan ibukota

provinsi dengan usulan sebesar anggaran Rp. 836.468.018.800,- Jadi usulan yang sebesar seluruhnya adalah Rp. 915.664.626.120,- adalah

sebagian besar untuk kepentingan pembangunan gedung DPD di pusat dan di daerah-daerah yang selama ini kita sudah mendapatkan DIPA. Tanahnya ada dari provinsi tapi gedungnya belum ada.

Saya kira ini garis besarnya, Bapak dan Ibu yang terhormat para Pimpinan dan Anggota Komisi III, rencana anggaran dan pagu indikatif, beserta usulan tambahan dari Dewan Perwakilan Daerah. Mohon kiranya usulan tambahan untuk bisa dipertimbangkan.

Terima kasih.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Ma’ruf yang merangkap juga PLT Sekjen DPD. Kita langsung ke MA. Pak Pujo, sudah siap Pak? Atau buka-buka catatan

dulu? Siap ya. Silakan, Pak Pujo.

SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG:

Baik, terima kasih Pimpinan.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Salam sejahtera untuk kita semua.

Alhamdulillaah pada kesempatan hari ini kita mendapatkan posisi di pinggir.

Tetapi ini jangan diindikasikan bahwa anggaran Mahkamah Agung juga terpinggirkan.

Perlu kami sampaikan beberapa hal terkait dengan anggaran atau pagu indikatif di 2019. Bahwa menyimak realisasi anggaran atau anggaran tahun 2018 tahun ini bahwa Mahkamah Agung mendapatkan anggaran Rp. 8.262.100.000.000,- Dari jumlah tersebut 78 persen teralokasikan untuk belanja pegawai. Dan sampai akhir tahun ini ada potensi kekurangan belanja gaji karena ada tambahan CPNS untuk calon hakim sebanyak 1.591 orang yang saat ini sedang mengikuti pelatihan dasar (ladsar), dan akan dilanjutkan dengan pelatihan atau pendidikan calon hakim di awal bulan Juli tahun 2018 ini.

Kemudian, berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah tahun 2019 sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Menteri Keuangan tertanggal 16 April 2018 pagu indikatif Mahkamah Agung dan 4 (empat) lingkungan peradilan dibawahnya sejumlah Rp. 8.276.467.475.000,-, ada kenaikan 14 miliar.

Pagu anggaran per program tahun 2019 saya bacakan: 1. Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya dari

pagu indikatif Rp. 7.138.667.000.000,- menjadi Rp. 7.136.000.000.000,- dan seterusnya;

2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Mahkamah Agung dari 514 miliar 900 sekian menjadi 456 miliar;

3. Penyelesaian perkara Mahkamah Agung 156 miliar, tetap dalam trilateral meeting tetap 156 miliar;

4. Peningkatan manajemen peradilan umum dari 128 miliar menjadi 139 miliar;

5. Peningkatan manajemen peradilan agama dari 60 miliar menjadi 69 miliar; 6. Peningkatan manejemen peradilan militer dan tata usaha negara dari 19

miliar sekian menjadi 23 miliar; 7. Pendidikan dan pelatihan aparatur Mahkamah Agung dari 224 miliar

menjadi 262 miliar; 8. Pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Mahkamah Agung 33

miliar menjadi 32 miliar. Sehingga keseluruhan pagu indikatif setelah dilakukan trilateral meeting

sejumlah Rp. 8.276.467.475.000,- Secara keseluruhan pagu anggaran per jenis belanja, yaitu: 1. Belanja pegawai operasional Rp. 6.272.197.637.000,-; 2. Belanja barang operasional sebanyak Rp. 962.282.438.000,-; 3. Belanja non operasional sebanyak Rp. 1.041.987.400.000,-. Sehingga jumlah keseluruhan adalah Rp. 8.276.467.475.000,- Bahwa rencana kerja per program masing-masing: 1. Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya

merupakan prioritas nasional pengembangan implementasi SPPT dan

program sistem pemerintahan berbasis elektronik ada 900 juta; Kita jumlah sekaligus ini ya.

2. Dan program pendidikan dan pelatihan aparatur Mahkamah Agung ada Rp. 2.943.498.000,-;

3. Program peningkatan manajemen peradilan umum Rp. 17.592.200.000,-; 4. Program peningkatan manajemen peradilan militer dan tata usaha negara

Rp. 2.943.498.000,-; Dari potensi pagu indikatif yang ada kami untuk tahun 2019 kami juga

mengusulkan untuk tambahan anggaran tahun 2018 yang bisa kita uraikan masing-masing:

1. Usulan tambahan program peningkatan sarana dan prasarana Mahkamah Agung ada Rp. 2.985.398.891.000,-;

2. Program badan pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparat Mahkamah Agung ada Rp. 1.100.000.500.000,-

F-PG (H. JOHN KENNEDY AZIZ, S.H):

Ijin, Pimpinan. Mau tanya sedikit melalui Pimpinan. Ini yang Bapak baca itu sama tidak dengan yang ada sama kami ini? Saya

bolak-balik dari tadi tidak ketemu. Slide yang Bapak baca tidak ada disini ya? Itu ringkasan saja?

SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG: Ini data yang kami kirimkan ke Bapak. Kemudian ini adalah ringkasannya.

KETUA RAPAT: Kalau baca semua tebal dia Pak. Sudah ada, slide itu ada disini semua.

SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG: Karena kalau kami baca yang ini semua tidak cukup waktu, sehingga kami

perlu power point-nya saja. Ijin dilanjutkan? Lanjut untuk usulan tambahan: 3. Program peningkatan manajemen peradilan agama ada Rp.

10.693.494.000,- 4. Program peningkatan manajemen peradilan militer dan tata usaha negara

ada Rp. 1.211.000.000,- 5. Program pendidikan dan pelatihan aparatur Mahkamah Agung ada Rp.

15.870.000.000,- 6. Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Rp.

73.628.100.000,- Sehingga kebutuhan untuk keseluruhan tambahan adalah Rp.

3.098.597.538.300,- Demikian, harapan besar kami bahwa usulan tambahan untuk 2019 bisa

dipenuhi oleh Pimpinan, dengan demikian apa yang menjadi program Mahkamah Agung dapat bisa dilaksanakan, juga khususnya untuk operasional pengadilan baru berdasarkan Keppres 13, 14, 15, 16, 17, dan 18 yang sudah sejak 28 Maret 2016

sampai sekarang juga belum bisa dioperasionalkan karena terkendala anggaran yang tidak juga mendapatkan anggaran untuk kami laksanakan.

Demikian, terima kasih.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Sekarang Sekjen MK.

SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG: Terima kasih Pimpinan.

Bismillaahirrohmaanirrohiim. Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua. Yang saya hormati dan kami muliakan, Pimpinan Sidang, Pimpinan Komisi III, Yang saya hormati dan kami muliakan para Anggota Komisi III, dan Para Hadirin yang sama saya hormati.

Mohon ijin Pimpinan untuk melaporkan terkait dengan RKAKL dan RKP

Mahkamah Konstitusi Tahun 2019. Berdasarkan Surat Bersama Menteri Keuangan Republik Indonesia dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Nomor S269 tahun 2018 dan B209 tahun 2018 tertanggal 16 April 2018 tentang pagu indikatif kementerian/lembaga tahun 2019 Mahkamah Konstitusi memperoleh pagu indikatif tahun 2019 sebesar Rp. 540.983.960.000,- Pagu indikatif ini terdiri dari 4 program:

1. Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya sebesar Rp. 164.559.288.000,-;

2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Mahkamah Konstitusi sebesar Rp. 10.623.581.000,-;

3. Program penanganan perkara konstitusi sebesar Rp. 338.293.679.000,-; dan

4. Program peningkatan pemahaman hak konstitusional hak warga negara sebesar Rp. 27.507.412.000,-

Dibandingkan dengan anggaran tahun 2018, Mahkamah Konstitusi memperoleh kenaikan anggaran sebesar Rp. 219 miliar yang sebelumnya sebesar Rp. 321.149.542.000,-

Adapun pada tahun 2019 yang akan datang MK telah melaksanakan/dalam kerangka itu MK telah melaksanakan pertemuan tiga pihak/trilateral meeting dengan Menteri Keuangan, Direktorat Jenderal Anggaran, dan Kementerian PPN/Bappenas pada tanggal 27 April dan pada tanggal 8 Mei 2018 menghasilkan pemutakhiran surat bersama pagu indikatif lampiran A dimana anggaran tetap sebesar Rp. 540.983.960.000,- dengan perubahan komposisi program. Dari program dukungan manajemen dan pelaksanaan teknis lainnya ini ada selisih Rp. 1.462.132.000,- dari sebelumnya Rp. 164.559.288.000,- menjadi Rp. 163.097.156.000,-.

Demikian juga untuk program peningkatan pemahaman hak konstitusional warga negara juga ada perubahan, dari sebelumnya Rp. 27.507.412.000,- menjadi Rp. 30.139.078.000,- sehingga ada selisih sebesar Rp. 2.631.696.000,-

Pergeseran anggaran tersebut untuk memenuhi kebutuhan anggaran pelaksanaan kegiatan, pendidikan dan pelatihan, peningkatan pemahaman hak konstitusional warga negara, dan hukum acara peradilan konstitusi bagi partai politik, penyelenggara pemilu, praktisi hukum, dan penyelenggara negara.

Adapun kegiatan prioritas Mahkamah Konstitusi untuk tahun 2019 mencakup program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas lainnya, antara lain:

1. Kegiatan pengembangan pegawai melalui kegiatan diklat kepaniteraan, rintisan gelar, recharging program, dan interensi program;

2. International short course, symposium, dan dukungan penyelenggaraan program AACC atau asosiasi Mahkamah Konstitusi se-Asia, dan sekretariat tetap bidang perencanaan dan koordinasi;

3. Penyempurnaan manajemen ketatalaksanaan organisasi berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2012 tentang Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi; dan

4. Penyusunan rencana strategis Mahkamah Konstitusi tahun 2020 sampai 2024.

Mohon ijin melaporkan bahwa belanja operasional pegawai yang merupakan komponen 001 naik, yang semula TA 2018 sebesar Rp. 45.823.180.000,- menjadi pada Tahun Anggaran 2019 ini nanti sebesar Rp. 56.411.822.000,- Belum termasuk gaji ke-14. Karena terdapat penambahan pegawai Mahkamah Konstitusi sebanyak 60 orang pegawai, dan penambahan pejabat struktural dan fungsional akibat perubahan SOTK (Struktur dan Organisasi Tata Kerja) Mahkamah Konstitusi berdasarkan Perpres 65 tahun 2017 dan Persekjen Nomor 13 Tahun 2017 serta acres sebesar 3,1 persen.

Kemudian perlu juga kami laporkan bahwa belanja operasional barang yang merupakan komponen 002 naik, dari yang semula TA 2018 sebesar Rp. 62.940.916.000,- menjadi pada tahun 2019 yang akan datang sebesar Rp. 74.307.453.000,-, karena memperhitungkan kebutuhan operasional dan inventaris CPNS baru dan perubahan SOTK dan pemeliharaan barang yang di beli pada tahun 2017 dan 2018. Pagu program dukungan manajemen ini sebesar Rp. 163.097.156.000,-

Selanjutnya, program peningkatan sarana dan prasarana yang mencakup peralatan perlengkapan ruang sidang, peralatan dan perlengkapan kantor, peremajaan peralatan dan ruang data center, serta renovasi gedung pusat pendidikan Pancasila dan konstitusi di Cisarua Bogor. Anggaran terkait dengan program ini sebesar Rp. 10.623.581,000,-

Selanjutnya, program penanganan perkara konstitusi yang mencakup: 1. Penanganan perkara pengujian undang-undang, sengketa kewenangan

lembaga negara dan perkara lainnya; 2. Penanganan perkara perselisihan hasil pemilihan umum legislative,

perselisihan hasil pemilihan umum presiden dan wakil presiden secara serentak pada tahun 2019;

3. Kemudian mencakup pula penyusunan peraturan Mahkamah Konstitusi terkait dengan pedoman beracara, baik pengujian undang-undang, sengketa kewenangan lembaga negara, serta yang terpenting adalah peraturan Mahkamah Konstitusi tentang perselisihan hasil pemilihan umum legislative dan pemilihan presiden dan wakil presiden secara serentak pada tahun 2019;

4. Penyusunan anotasi undang-undang berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi dan landmark decision; Ini merupakan hasil rekomendasi dari rapat Komisi III beberapa waktu yang lalu sehingga ini telah kami

wujudkan dalam bentuk penyusunan anotasi undang-undang berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi;

5. Peningkatan kualitas putusan Mahkamah Konstitusi melalui penyelenggaraan penelitian tentang hukum dan konstitusi, kajian perkara konstitusi;

6. Kegiatan para ahli hukum konstitusi, dan kegiatan kompilasi pemikiran di bidang hukum dan konstitusi, serta pengadaan buku dan bahan bacaan bagi hakim konstitusi;

7. Operasional hukum tata usaha kepaniteraan dan fasilitas persidangan; 8. Pemuatan putusan Mahkamah Konstitusi dalam berita negara dan juga di

media-media massa nasional, baik cetak maupun elektronik; 9. Operasional mesin otentifikasi; 10. Dukungan persidangan perselisihan hasil pemilihan umum legislative dan

presiden dan wakil presiden pada tahun 2019; 11. Internasionalisasi putusan Mahkamah Konstitusi di Vanish Commission; 12. Monitoring dan evaluasi putusan Mahkamah Konstitusi; 13. Workshop; 14. Persiapan perselisihan hasil pemilihan umum legislative, perselisihan hasil

pemilihan umum presiden dan wakil presiden; 15. Penyelenggaraan teknologi informasi Mahkamah Konstitusi dan

Penanganan perkara konstitusi; 16. Penyelenggaraan persidangan jarak jauh melalui video conference; 17. Jurnal Mahkamah Konstitusi, baik constitutional review maupun juga jurnal

konstitusi serta jurnal elektronik atau hukum online. Kemudian, adapun asumsi perkara yang kami perkirakan pada tahun 2019,

untuk penanganan perkara PUU, SKLN, dan perkara lainnya sebanyak 90 perkara.

KETUA RAPAT: Mohon maaf Pak, tolong dipersingkat Pak sama seperti yang lain 10 menit-10

menit.

SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG: Siap, Pimpinan. Kemudian yang kedua, penanganan perkara PHPU legislative, presiden dan

wakil presiden sebanyak 302 perkara, sehingga total 392 perkara. Yang terakhir terkait dengan program peningkatan pemahaman. Ini yang

pertama adalah pendidikan dan pelatihan peningkatan pemahaman dengan cara menyelenggarakan, ada 12 kegiatan, bimbingan teknis bagi partai politik nasional sebanyak 4 angkatan. Tahun 2018 ini karena mengingat waktu yang sangat pendek, jadi ada 4 partai politik nasional yang akan kami lakukan kerjasama untuk menyelenggarakan bimbingan teknis. Pada tahun 2018 ada 4, dan pada tahun 2019, karena pileg/pilpres berlangsung pada bulan April 2019, sehingga pada 2019 nanti ada 12 partai politik nasional yang akan kami kerjasama untuk menyelenggarakan bimtek (bimbingan teknis) dalam kaitannya dengan hukum acara di Mahkamah Konstitusi. Dan termasuk juga ada 4 partai politik lokal Aceh sebanyak 1 angkatan. Serta ada bimbingan teknis bagi 5 organisasi advokat, praktisi hukum, sebanyak 5 angkatan.

Demikian yang dapat kami laporkan. Kesimpulan dari laporan kami mohon kiranya yang mulia Bapak/Ibu Pimpinan dan Anggota Komisi III dapat kiranya memberikan pertimbangan dan menyetujui program kerja dan anggaran Mahkamah

Konstitusi tahun 2019 demi kelancaran pelaksanaan tugas-tugas di Mahkamah Konstitusi.

Demikian, Pimpinan, yang dapat kami laporkan. Terima kasih.

Billaahitaufiq Wal Hidaayah Wassalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Sekjen MK. Terakhir, Sekjen Komisi Yudisial, silakan Pak.

SEKJEN KOMISI YUDISIAL: Terima kasih Pimpinan.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua. Yang terhormat dan yang kami muliakan, Bapak dan Ibu Pimpinan dan para Anggota Komisi III DPR RI, Rekan-rekan dari MK, MPR, DPD, dan MA.

Puji syukur alhamdulillaah pada siang hari ini kita dapat berkumpul di forum

ini RDP dengan Komisi III DPR RI.

Bapak dan Ibu Pimpinan Komisi III DPR RI, Dapat kami sampaikan, dalam surat bersama terkait pagu indikatif

kementerian/lembaga dan rencana kerja pemerintah tahun 2019, alokasi pagu indikatif kementerian lembaga tahun 2019 Nomor S-269/MK.02/2018 dan B.209/M.BBN/D.VIII/KU.01.0104/2018 tanggal 16 April 2018 dinyatakan bahwa pagu indikatif Komisi Yudisial Tahun Anggaran 2019 sebesar Rp. 118.510.477.000,- yang terdiri untuk program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas lainnya Komisi Yudisial sebesar Rp. 84.626.310.000,-, dan untuk program rekrutmen peningkatan kapasitas, advokasi, pengawasan perilaku hakim agung dan hakim, sebesar Rp. 33.884.167.000,-

Pagu indikatif KY tahun 2019 secara total mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2018 dikarenakan adanya kenaikan belanja operasional Komisi Yudisial sebesar Rp. 4.481.000.000,- Jumlah tersebut digunakan untuk penambahan belanja pegawai yang terdiri dari, untuk tunjangan komisioner dan gaji dan tunjangan untuk 28 CNPS baru. Sedangkan untuk belanja non operasional Komisi Yudisial mengalami penurunan sebesar Rp. 831.300.000,-

Selain dari itu, Bapak dan Ibu Pimpinan Komisi III DPR RI, pada tahun 2019 KY mendapatkan diamanahi program prioritas nasional, yaitu kegiatan karakterisasi putusan berbasis aplikasi untuk mendukung optimalisasi penanganan perkara sebesar 3 setengah miliar rupiah. Namun besaran anggaran tersebut tidak di tambah alokasinya, melainkan harus melalui realokasi dari kegiatan prioritas KY lainnya.

Kemudian pada tanggal 26 April 2018 telah diadakan trilateral meeting antara Komisi Yudisial, Bappenas, dan Menteri Keuangan. Disitu disepakati adanya pergeseran alokasi anggaran per program atau kegiatan yang telah mengakomodir kegiatan karakterisasi putusan berbasis aplikasi dan untuk perbaikan gedung kantor dengan rincian sebagai berikut, jumlah tetap sama, namun dengan program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya jumlahnya meningkat, dari 84 miliar menjadi 88 miliar. Namun untuk program rekrutmen peningkatan kapasitas advokasi pengawasan perilaku hakim agung dan hakim jumlahnya turun, dari 33 M menjadi 30 miliar.

Adapun rincian kegiatan dari pagu indikatif sebesar 118 miliar tersebut adalah:

1. Untuk program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya sebesar Rp. 88.128.739.000,- Dipergunakan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan penghubung, kegiatan kerjasama keuangan, perlengkapan rumah tangga, tata usaha, dan pengembangan SDM, sebesar Rp. 69.474.995.000,-

2. Untuk penyelenggaraan pelayanan informasi kepada publik sebesar Rp. 10.834.127.000,-, dan

3. Untuk penyelenggaraan perencanaan hukum dan kepatuhan internal sebesar Rp. 7.819.617.000,-

Berikutnya untuk program inti, yaitu untuk rekrutmen, peningkatan kapasitas

hakim, advokasi untuk hakim, dan pengawasan perilaku hakim, total anggarannya sebesar Rp. 30.381.738.000,- Jumlah tersebut dipergunakan untuk penyelenggaraan investigasi hakim dan calon hakim agung sebesar Rp. 4.218.920.000,- Kemudian untuk pelayanan dan penanganan laporan dugaan pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku hakim sebesar 12 setengah miliar rupiah. Dan untuk seleksi hakim, mohon maaf, seleksi hakim agung, hakim adhoc di Mahkamah Agung, advokasi, dan peningkatan kapasitas hakim sebesar Rp. 13.662.818.000,-

Bapak/Ibu Pimpinan serta para Anggota Komisi III DPR RI,

Di tahun 2019 ini Komisi Yudisial mendapatkan program prioritas nasional,

yaitu karakterisasi putusan sebesar 3 setengah M. Namun demikian jumlah tersebut tidak di tambah, tapi merupakan realokasi dari anggaran KY. Untuk itu kami mohon dukungan dari Pimpinan/Anggota Komisi III DPR RI untuk penambahan anggaran di Komisi Yudisial sebesar Rp. 15.005.000.000,- yang akan kami gunakan:

1. Untuk renovasi gedung, untuk memperbaiki kebocoran pada area roof top, dan dak beton pada mesin chiller yang tergenang air terus, sehingga ada potensi keretakan dan di pandang perlu adanya renovasi gedung secara agak besar, sebesar 3,2 miliar rupiah;

2. Kemudian untuk program pelaksanaan PPIH/program peningkatan integritas hakim di tiga wilayah, yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sulawesi Utara sebsear 5,7 miliar; dan

3. Pelaksanaan program penindakan, pemantauan, dan advokasi hakim terkait perkara pemilu di pengadilan dalam mendorong stabilitas keamanan nasional dan kesuksesan pemilu sebesar 6 miliar rupiah.

Demikian yang dapat kami sampaikan, Bapak dan Ibu Pimpinan serta Anggota Dewan yang terhormat. Melalui forum RDP ini kami mengharapkan Pimpinan dan Anggota Komisi III DPR RI yang terhormat dapat membantu mendukung tugas dan kewenangan Komisi Yudisial, sekaligus turut memberikan masukan yang konstruktif terhadap pelaksanaan tugas dan kewenangan KY. Semoga dukungan dari Pimpinan dan Anggota Komisi III DPR RI dapat lebih memperkuat peran Komisi Yudisial.

Demikian, terima kasih.

Wassalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

KETUA RAPAT: Terima kasih Sekjen KY.

Bapak/Ibu Anggota Komisi III, 5 orang dari tamu-tamu kita ini di institusi sudah menyampaikan paparannya.

Kita masuk pada sesi berikutnya, respon/tanggapan dari Bapak/Ibu Anggota Komisi III.

Dari meja pimpinan, Pak Ketua dulu, Pak Kahar, silakan Pak.

KETUA KOMISI III/F-PG (DRS. H. KAHAR MUZAKIR/F-PG): Saya cuma mengingatkan saja Pak. Jadi kayak anu umpamanya Mahkamah

Agung itu, yang dimintanya itukan harus ada kejelasan Pak, pagunya 8.276.467.475. Lantas sebetulnya Bapak kan minta tambahan 3.098 bla-bla-bla. Yang di minta oleh Bapak kesini itu seharusnya 11.375, itukan tidak ada jumlahnya sama kami. Kami di suruh jumlahkan sendiri. Begitu juga dengan KY, kan datang kesini pagunya itu 118, Bapak minta tambahan 15, nantinya dijumlahkan yang kami minta sekian Pak, sehingga kami jelas itu. Inikan ceritanya panjang, pada intinya kan begitu, dari pagu indikatif minta di tambah, kan begitu intinya, di tambah berapa sehingga jadi berapa.

Kemudian kalau MK ini saya baca-baca tidak minta tambah, betul tidak? Yang dua ini saya lihat itu minta tambah banyak, khususnya MPR, karena ada tambahan pimpinan. Hebat Bapak ini, Sekjen MPR, PLT Sekjen DPD, itu tambahannya banyak. DPD tambahannya banyak, MPR tambahannya banyak karena tambahan pimpinan alasannya. Satu pimpinan lebih dari 100 miliar itu. 350 miliar 3 pimpinan tambahan itu hampir 120 miliar per tahun biaya pimpinan itu. Jumlahnya Pak, dijumlahkan, sehingga kami bisa tahu yang ini minta sekian, yang ini minta sekian, yang ini minta sekian.

Ini kami terpaksa begini, saya bikin begini ini, kita bikin jumlah sendiri-sendiri. Sudah Bapak minta sama kita, Bapak suruh kita jumlahkan. Sebetulnya simple saja. Jadi itu saja saya sarankan. Bila perlu kecuali MK kan tadi ada minta tambahan, kan sudah jelas. Yang lain itu anu lah dijumlahkan, di kirim surat resmi lagi supaya kami paham itu yang di minta oleh Bapak itu berapa.

Terima kasih Pak Pimpinan.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Kahar. Ini bekas Ketua Banggar, jadi langsung saja to the point Beliau. Dan kita tidak

boleh capek. Kita mau ngasih kok kita capek suruh pakai kalkulator sekian tambah sekian.

Kita masuk pada bagian kedua, Bapak/Ibu Anggota Komisi III. Dari PDI Perjuangan belum ada yang hadir, karena memang dua hari ini assessment caleg Pak, nanti saja kalau tidak ada yang hadir. Sekarang repot juga jadi caleg ini memang. Lebih enak tahun-tahun lalu.

Langsung ke Golkar.

F-PG (H. JOHN KENNEDY AZIZ, S.H): Saya pikir tadi sudah disampaikan oleh Pimpinan, saya sependapat dengan

apa yang telah disampaikan oleh Ketua Komisi III tadi. Kami minta mungkin ada perubahan dari apa yang telah Bapak sampaikan ini. Mahkamah Agung nambah 3 triliun lagi sekian, jadi jelas disini. Begitu juga Komisi Yudisial tambah 15 miliaran. Dan juga begitu MPR dan DPD.

Terima kasih Pimpinan, untuk menghemat waktu.

KETUA RAPAT: Berikutnya, Gerindra.

F-GERINDRA (DRS. WENNY WAROUW): Terima kasih. Singkat-singkat tapi padat ini Pak. Ilustrasi untuk DPR, MPR, sama DPD. DPR tidak ada ya, nanti bergabung lah

mungkin. Tidak bunyi itu masalah anggaran gedung Pak. Kantornya Lurah Senayan sama Palmerah itu lebih bagus Pak. Jadi maksud kami disini supaya apapun alasannya kita beradu argument dengan pemerintah kenapa kok benar-benar terus terang sempit sekali itu ruangan anggota DPR Pak. Makanya saya beritahu bahwa Lurah Senayan dengan Lurah Palmerah itu lebih besar ruangannya daripada kita. Bapak boleh lihat sendiri. Tapi kita kalah dengan ilustrasi yang lain. Tapi tidak bunyi disini. Itu saja ilustrasi.

Yang kedua untuk Mahkamah Agung. Saya baca-baca di Sulawesi Utara nanti ada bangun kantor yang baru untuk pengadilan tinggi Pak. Memang yang sekarang ini sudah sempit sekali Pak. Suara dapil, saya terima kasih untuk itu. Namun untuk peninggalan itu mau di apa Pak? Karena banyak yang mau merebut itu. Jadi atensi juga untuk pengawasannya Pak ya.

Kemudian untuk MK saya kira boleh lah. Cuma kita mengharapkan bagaimana penyelesaian perkaranya anggarannya apa cukup apa tidak. Termasuk Komisi Yudisial Pak, pengawasan hakimnya. Kurang lebih kalau tidak salah 7 ribu orang hakim, kalau dia melaksanakan pekerjaannya mengawasinya bagaimana ya. Kan harus datang ke provinsinya, berapa besar tanggungan anggarannya Pak? Karena banyak. Kita kan di pelaksanaan pengawasan setiap ke daerah ada selalu pengaduan masyarakat permainan hakim yang bagaimana. Jadi ya sekarang ini. Jangan sampai dijadikan alasan kita tidak bisa datang ke daerah karena tidak punya anggaran pengawasan. Itu tolong dipadukan ini.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Berikutnya, Demokrat. Belakangan. PAN, belum hadir. PKB, silakan Pak.

F-KB (DR. H.M. ANWAR RAHMAN, M.H):

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Yang kami muliakan, Pimpinan, Para undangan kita dari MPR, MA, MK, maupun Komisi Yudisial.

Secara umum kami melihat bahwa disini hanya penyerapan anggaran itu

yang bagus di MA, tapi yang lainnya belum nampak laporan penyerapan anggaran bagaimana penyerapan anggaran di tahun 2017, juga sampai sekarang. Jadi kita bisa melihat ke depan itu. Kalau ini minta tambah, yang dulu saja tidak habis kok mau minta tambah lagi. Logikanya sederhananya kan seperti itu.

Saya menambahkan apa yang dikatakan rekan kami Pak, ini Sekjen MPR satu kompleks sama DPR Pak, itu di ruangan kerja Anggota DPR itu kita ini di serbu kecoa, dan itu susah untuk diberantas. Jadi kalau kita naruh kopi, itu kira-kira 10 menit-20 menit itu balapan sama kecoa. Kecoa itu luar biasa Pak. Ini perlu dipikirkan ke depan untuk pembangunan gedung-gedung baru ini Pak. Apalagi renovasi pun kadang kita sudah mengajukan berbulan-bulan sampai sekarang juga tidak ada realisasinya.

Hanya itu, terima kasih.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Anwar Rahman. PKS, siapa ini? Pak Soeman? Silakan Pak.

F-PKS (H. MUHAMMAD NASIR JAMIL, S.Ag., M.Si): Terima kasih Pak Trimedya Pandjaitan.

Bapak/Ibu Anggota Komisi III yang hadir pada hai ini, Kami dari Fraksi PKS ingin menyampaikan bahwa, inikan hari dimana

masing-masing tamu kita dari MPR, DPD RI, KY, MK, dan MA menyampaikan pagu indikatif kepada Komisi III, ini loh yang kami dapat hasil pertemuan kami dengan Bappenas, dengan Kementerian Keuangan. Dan tentu saja nanti Komisi III akan mencoba untuk melakukan pembahasan, baik di fraksi maupun di internal komisi. Karenanya tentu saja sebagai bahan kami untuk melakukan pembahasan di fraksi ataupun di komisi ada beberapa hal yang barangkali ingin kami sampaikan.

Ini tentu yang pertama dari KY, karena dari ujung sana. Tadi disebutkan bahwa KY itu punya satu proyek prioritas nasional, yaitu kegiatan karakteristik putusan berbasis aplikasi yang mendukung optimalisasi penanganan perkara sebesar 3,5 miliar kalau tidak salah. Tapi memang tadi disampaikan anggarannya

tidak ada. Tapi kemudian ada relokasi anggaran. Tapi saya tadi tidak melihat anggaran mana yang di relokasi, tidak terlihat. Apa memang saya tidak lihat atau seperti apa. Jadi sehingga kemudian kami juga perlu tahu. Tadi kalau tidak salah Mahkamah Agung ada menyampaikan relokasi anggaran. Jadi tetap saja anggaran segitu tapi relokasi anggaran.

Kemudian KY juga dalam konteks tambahan anggaran 15 miliar tadi untuk renovasi gedung, kemudian juga pelaksanaan program PPIH di 3 wilayah, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan juga kemudian pelaksanaan program penindakan, pemantauan, dan advokasi hakim terkait perkara pemilu di pengadilan dalam mendorong stabilitas keamanan nasional dan kesuksesan pemilu. Jadi seingat saya gedung itu 2009 kalau tidak salah. Ini 2018. Dan tentu apakah ada evaluasi dari kementerian terkait yang memang secara teknis menguasai bahwa memang gedung ini layak untuk di renovasi. Seperti kemudian DPR mau renovasi, mau bangun, lalu ada Kementerian PU kemudian melihat bangunan kami ini, katanya masih layak, belum miring, dan lain sebagainya. Meskipun memang angkanya tidak banyak ya, 3 koma sekian miliar. Tapi kan ada baiknya juga bahwa ini kami renovasi karena ada penilaian teknis bahwa memang mengalami ini sehingga perlu di renovasi secara keseluruhan, kira-kira begitu. Tapi kalau lihat usianya memang belum lama-lama kali lah usia KY itu gedungnya.

Kemudian juga pelaksanaan program PPIH tadi itu. Begini, Pak Sekjen, apa relevansinya kira-kira 3 item tambahan itu terkait dengan pelaksanaan Pasal 24.b daripada Undang-Undang Dasar tadi. Jadi jangan sampai kemudian KY melakukan kegiatan-kegiatan yang di luar yang diamanahkan di Pasal 24.b. Walaupun memang ada ujung-ujungnya, stabilitas keamanan nasional dan kesuksesan pemilu, kira-kira begitu. Jangan ndompleng lalu kemudian tidak sejalan dengan semangat Pasal 24.b. Jadi karena itu kami berharap agar ini di beri catatan. Dan tentu kita juga akan memberikan masukan soal ini. Itu yang pertama.

Dan yang kedua untuk Mahkamah Agung, Pak Ketua, karena posisinya di ujung-ujung. Jadi ternyata memang, Pak Ketua, MA dengan KY tidak boleh dekat-dekat sekali, dibatasi. Jadi ada beberapa catatan terkait dengan pelaksanaan penjaminan mutu dan ISO di lingkungan Mahkamah Agung. ISO itu bahasa jawa ‘bisa’ ya, artinya semacam standar internasional terkait, dan juga penjaminan mutu. Jadi barangkali perlu dianggarkan ini Pak terkait dengan bagaimana pengadilan-pengadilan itu bisa melakukan ini dalam rangka akreditasi. Karena kalau kita lihat catatan di beberapa media ada Ketua PN Baubau coba bunuh diri terkait pemeriksaan Mahkamah Agung, kemudian juga eks Hakim Manado di duga gunakan suap untuk merenovasi gedung pengadilan. Jadi ada beberapa cerita-cerita di media yang membuat kita miris. Karena itu menurut saya memang harus ada upaya untuk kemudian kita anggarkan disini agar jangan sampai kemudian pimpinan pengadilan akrobatik untuk menyiasati bagaimana mereka ingin supaya akreditasinya itu bagus. Jadi menurut saya ini seperti apa. Karena kalau kita lihat semacam ada pembiayaan swadaya internal. Dan ini dilakukan oleh 4 pengadilan tinggi dan 10 pengadilan negeri. Sehingga kemudian ini perlu untuk perlu kita pehatikan bersama-sama. Karena itu perlu lah semacam kira-kira dianggarkan sehingga kita tidak ingin ke depan ada kasus-kasus dimana dalam rangka untuk mewujudkan akreditasi lalu kemudian terjadi hal-hal yang melanggar. Ini perlu mendapat perhatian dari Pimpinan Mahkamah Agung dan Sekretaris Mahkamah Agung sehingga kemudian ini bisa berjalan dengan baik.

Jadi lihatlah bagaimana KPN Baubau untuk di periksa oleh Bawas, stress dia Pak, mau bunuh diri dia. Jadi memang perlu kita anggarkan disini Pak, sehingga kemudian mereka sekali lagi tidak akrobatik. Dan saya kan juga tahu beberapa ketua pengadilan mereka ceritakan bagaimana ingin mendapatkan akreditasi dan

sebagainya. Dengan kata lain ‘pandai-pandai kau lah’, kira-kira begitu. Ke depan kepada Anggota dan Pimpinan Komisi III barangkali perlu kita pikirkan hal-hal seperti ini untuk menjaga kewibawaan dan martabat peradilan itu sendiri.

Barangkali demikian, Ketua, catatan dari kami Fraksi PKS. Dan yang lain-lainnya, MK, MPR. Apalagi MPR ini pasti tidak boleh kita bantah ini, Pak Ketua. MPR ini harus kita terima ini, seperti kita terima polisi kemarin. Jadi mudah-mudahan catatan-catatan ini tidak mengurangi penghormatan kami kepada apa yang sudah dilakukan oleh masing-masing kelembagaan tadi itu. Tapi ini hanya sekedar ingin menjalankan fungsi pengawasan agar ke depan kita lebih baik, dan kemudian masing-masing lembaga yang di atur oleh Undang-Undang Dasar ini semakin berwibawa di masyarakat.

Demikian, terima kasih Pak Ketua, Pak Trimedya Pandjaitan.

Wassalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Muhammad Nasir. Saya kadang-kadang suka salah Pak, karena di absen namanya Muhammad

Nasir, kenalan pertama dulu saya tahunya nama Beliau Nasir Jamil Pak. Jadi periode yang akan datang tidak tahu siapa lagi namanya Pak.

P3 belum hadir. Nasdem? Selamat datang Pak Masinton, sudah selesai assessment? Mau caleg lagi?

F-NASDEM (DRS. TAUFIQULHADI, M.S): Terima kasih Pimpinan. Kalau kami telah melihat bahwa sejumlah lembaga, MPR meminta tambahan

350 miliar, kemudian MK 5 miliar, MA 3 triliun lebih, kemudian KY 15 miliar dari pagu indikatif, maka fraksi kami akan melihat tersebut, dan apa yang diusulkan itu kami bisa memahaminya. Nanti kami akan mendiskusikan hal tersebut di dalam kesempatan nanti ketika kami memberikan pandangan fraksi terhadap keputusan ini akan menyampaikan hal ini secara proporsional nanti.

Mungkin demikian saja.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

KETUA RAPAT: Terima kasih. Hanura belum hadir. Silakan, Pak Masinton. Setuju saja apa bagaimana.

Suara PDI Perjuangan harus ada ini. Kalau Pak Masinton belum datang, saya tadi yang bersuara. Pak Masinton sudah hadir, silakan Pak Masinton. Habis ketemu Pak Bambang Soesatyo mungkin.

F-PDIP (MASINTON PASARIBU, S.H):

Terima kasih Ketua. Terima kasih Anggota dan Pimpinan serta mitra kerja yang hadir. PDI Perjuangan karena ini masih RKAKL masih kita dalami dulu Pak, masih

pagu indikatif, nanti kita dalami dulu, nanti akan kita sampaikan. Demikian Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Masinton.

F-PDIP (RISA MARISKA, S.H): Mohon ijin, Pimpinan. Tambahan sedikit, Pimpinan, Risa Mariska, Fraksi PDI Perjuangan.

KETUA RAPAT: Cantik sekali hari ini Ibu Risa. Silakan, Ibu.

F-PDIP (RISA MARISKA, S.H): Saya mau menanyakan beberapa hal kepada MPR ini terkait dengan

pelaksanaan sosialisasi 4 pilar. Semula kita di Komisi III ini punya sosialisasi 4 pilar kepada tokoh masyarakat. Apakah masih ada atau sudah tidak ada? Karena menurut informasi yang saya dapat katanya untuk Komisi III ini sudah tidak ada.

Mungkin itu, Pimpinan, yang bisa saya sampaikan, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silakan sebelum ke ini, dari Demokrat, Ibu Erma, tidak ada lagi Ibu? Kalau

kami langsung ada 2, silakan.

F-PD (ERMA SURYANI RANIK, S.H): Baik, Pak Ketua. Ada beberapa catatan, Bapak-bapak dan Ibu-ibu dari mitra kerja sekalian.

Tadi Ibu Risa sudah menyampaikan, Pak Sekjen MPR, kami minta MPR memberikan catatan khusus terhadap Anggota Komisi III dalam kerjanya sebagai Anggota MPR untuk melakukan sosialisasi MPR. Jadi tolong di formulasi dengan baik sehingga kewajiban Komisi III untuk melakukan sosialisasi ini menjadi lebih maksimal.

Yang kedua, saya berharap tidak terlalu lama lagi kita bisa punya Sekjen definitive DPD RI, supaya kita lebih mudah berkoordinasi. Ini kayaknya karena Pak Oso rangkap, lalu Sekjen MPR juga merangkap Sekjen DPD ini. Jadi mudah-mudahan bisa cepat punya Sekjen lain. Karena ini alumni saya. Saya alumni DPD maksudnya.

Terakhir untuk Mahkamah Agung, Pak Sesma, kunjungan Komisi III dalam rangka reses pada bulan Mei lalu di Kalimantan Barat, kita mendapat banyak sekali keluhan yang disampaikan oleh para hakim terkait dengan kondisi rumah dinas. Jadi mohon ini dijadikan catatan penting. Kalau Mahkamah Agung tidak bisa menyediakan rumah dinas yang cukup layak untuk para hakim ini mohon kiranya dicarikan formulasi agar mereka tidak di anggap tidak diperhatikan, sementara apa yang mereka lakukan, apa yang mereka layani itu adalah orang-orang pencari keadilan.

Saya kasih contoh Pak, di Kabupaten Ketapang ini kabupaten yang melayani dua kabupaten. Pengadilan Negeri Ketapang melayani Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayung Utara. Itu jaranya luar biasa jauh. Ini tolong teman-teman di Sesma ini membuat formulasi bagaimana bisa membuat teman-teman hakim ini diperhatikan bukan hanya dari soal gajinya juga, tapi juga bagaimana fasilitas perumahannya. Jadi percuma kalau kita punya gedung-gedung pengadilan negeri/pengadilan tingginya gagah-gagah rumah hakimnya bocor, lalu hakimnya merasa tidak nyaman melaksanakan tugas. Nanti putusannya bisa aneh-aneh Pak.

Saya minta ini catatan saja, Pak Ketua, untuk teman-teman di sekretariat di Mahkamah Agung.

Terima kasih Pak Ketua.

F-PG (H. JOHN KENNEDY AZIZ, S.H): ijin, Ketua, boleh nambahin sedikit tidak? Terima kasih. Menambahkan untuk Pak Sesma, menambahkan apa yang disampaikan oleh

yang terhormat Ibu Erma Ranik tadi. Jadi hasil kunjungan kerja kami ke beberapa daerah, termasuk daerah-daerah yang kepulauan, itu memang banyak hakim-hakim yang mengeluh. Dan saya berharap mereka jangan mempunyai suatu pemikiran bahwa mereka itu di buang kesana, atau istilahnya tidak nyaman lah disana. Mulai dari perumahan sampai dengan fasilitas, juga transportnya mereka.

Bahkan reses yang lalu kami berkunjung ke Sulawesi Tenggara, itu ada ketua pengadilan yang tidur di kantor, karena memang perumahannya tidak memadai. Jadi tolong khususnya untuk daerah-daerah kepulauan, untuk daerah-daerah perbatasan, supaya ada perhatian lebih terhadap hakim-hakim atau pejabat-pejabat peradilan yang ditempatkan disitu. Sekali lagi saya sampaikan jangan mereka sampai merasa terbuang disitu. Justru ada nilai plusnya mereka ada disitu.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Johny Aziz. Waktu kita 15 menit dari waktu yang kita sepakati. Kalau ada dari MA yang

mau merespon? Kalau tidak ada jangan dipaksakan Pak. Ada Pak, silakan.

SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG: Terima kasih. Intinya, untuk tambahan kami memang sudah mengalokasikan juga untuk

pembangunan rumah dinas hakim. Tapi bukan dalam bentuk rumah dinas, tapi dibentuk flat, yang tentunya ini kami mohon dukungan sepenuhnya dari Komisi III yang membidangi anggaran ini. Karena tanpa dukungan dari DPR, kami akan sangat kesulitan. Dan saya sendiri karena posisi saya sebelumnya adalah juga ketua pengadilan yang di daerah-daerah. Kami pun sebenarnya merasakan kondisi seperti ini, tapi ini adalah kondisi klasik yang bertahun-tahun selalu kami usulkan tetapi bertahun-tahun pula bahwa rumah dinas, bahkan pemeliharaan untuk rumah dinas pun tidak ada. Dan kami pun kesulitan untuk mengalokasikan anggaran untuk pembangunan rumah dinas. Inilah tentunya harapan besar kami sekiranya ini mendapatkan dukungan kuat dari DPR untuk penyediaan fasilitas hakim-hakim, terutama di daerah-daerah terpencil, bahkan juga yang di Jakarta pun ketika saya Ketua Pengadilan Negeri Jakata Barat saya berkunjung ke kos-kosan, bukan rumah lagi, kos-kosan hakim itu hanya sepetak-dua petak, hanya ukuran 4 kali 3 meter, ini

maksimum yang dimiliki oleh hakim-hakim yang ada di Jakarta, sehingga kami merasa bahwa kondisi seperti ini kalau kita tidak perhatikan, kami juga mendapatkan suatu hal yang sebagaimana disampaikan oleh Ibu Wakil Ketua Komisi III bahwa bagaimana hakim ini bisa bekerja dengan maksimum kalaupun untuk kebutuhan dasarnya saja tidak pernah terpenuhi.

Kemudian juga dari Pak Nasir Jamil untuk akreditasi dan ISO memang kami.

KETUA RAPAT: Mohon maaf, Pak Pujo, tidak usah satu persatu yang nanya Pak.

SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG: Intinya itu sama semua hanya secara global bahwa kami sudah anggarkan

juga.

KETUA RAPAT: Secara umum saja, jadi kita berikan maksimum 5 menit saja Pak.

SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG: Kita anggarkan juga untuk ISO. Demikian Pak, terima kasih.

Assalaamu'alaikum.

KETUA RAPAT: MPR ada? Karena ini aspirasi DPR semua disana. Singkat saja Pak ya.

SEKJEN MPR: Terkait khusus pertanyaan untuk sosialisasi dari Ibu. Sosialisasi tokoh masyarakat tahun ini juga ada, tahun depan juga ada. Nanti

mungkin saya kira nanti diumumkan. Karena kemarin tahap demi tahap untuk dapil Pak seluruh Anggota MPR. Saya kira itu, dapil duluan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Jelas, Ibu Erma, Ibu Risa? Karena itu nolong Pak, ngumpulin 200 orang

lumayan itu. MK ada? Cukup ya, karena tidak nambah. KY?

SEKJEN KOMISI YUDISIAL: Sedikit, Pimpinan, terima kasih. Terkait dengan relevansi tadi permohonan tambahan anggaran kami,

pertanyaan dari Pak Muhammad Nasir tadi. Permintaan anggaran tambahan kami untuk pemilu itu paling besar nanti untuk pemantauan. Karena diperkirakan nanti permohonan untuk pemantauan terkait dengan perkara pemilu ini cukup besar, sehingga kami membutuhkan tambahan anggaran.

Sedangkan untuk realokasi ini ada di buku kami di halaman 21, 22. Sedang kemudian untuk penyerapan anggaran KY di tahun 2017 mencapai 97,45 persen.

Untuk PPIH ini selain untuk pemantauan juga untuk peningkatan kapasitas hakim, yaitu pelatihan peningkatan integritas untuk advokasi hakim dan untuk sosialisasi, baik kepada APH maupun media.

Demikian, terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT: Terima kasih. P3 prinsipnya setuju ya.

Bapak/Ibu Anggota Komisi III, Sek. MA, Sekjen MPR, PLT Sekjen DPD RI, Sekjen MK, dan Sekjen Komisi Yudisial,

Usai sudah Pak rapat dengar pendapat kita. Ada beberapa hal yang kami

sampaikan: Pertama, berikutnya akan kita undang, bulan Juli mungkin, sebelum kami

reses tentunya, kami akan reses penutupan masa sidang itu 27 Juli kalau tidak salah, Bapak/Ibu dari kementerian dan lembaga ini, dan pada saat itu tentu fraksi dan Bapak-bapak harus berjuang. Terutama Mahkamah Agung ini, karena permintaannya sekitar 3 triliun, peningkatan, ya harus berjuang untuk merebutnya. Karena kenapa yang lain-lain bisa berjuang. Seperti Polri, Kumham, itu bisa berjuang. Berapa yang berhasil, apakah setengahnya, atau seperempatnya, atau bahkan penuh, ya harus betul-betul diperjuangkan.

Hitungan saya kalau seandainya bisa Bapak perjuangkan setengah saja, satu setengah naiknya, paling tidak apa yang disampaikan oleh kawan-kawan bisa terpenuhi rumah dinas jabatan hakim. Terutama kalau kita lihat ke daerah-daerah kan hakim pengadilan agama itukan yang cukup memprihatinkan juga keadaannya di daerah-daerah kan. Jadi diperjuangkan Pak.

Ketua Komisi III sekarang Ketua Banggar, Ketua Banggar yang ada sekarang Anggota Komisi III, itu clue yang bisa untuk Bapak perjuangkan. Karena mudah-mudahan KUM Bapak juga sebagai Sek. MA kalau bisa menaikkan anggaran Mahkamah Agung senanglah Pak Ketua kan.

Itu yang bisa kami sampaikan. Kalau Sekjen MPR, DPD, banyak urusan-urusan kami yang ada di tangan Bapak juga, karena menambah kundapil itu juga sangat menolong Pak, bisa ngumpulin 200, bisa pindah-pindah kita. Kayak saya ini.

F-PKS (H. TB. SOEMANDJAJA):

Pak Ketua, bukan kundapil. Sosdapil. Di sebelah kiri, Pak Ketua, Soemandjaja. Bukan kundapil Pak. Kundapil DPR, ini Sosdapil biasanya. Dan Asmas juga

boleh, Pak Ketua. Jadi tiga paket lagi nanti.

KETUA RAPAT: Apapun namanya yang penting membantu kita. Saya ini 16 kabupaten/kota, Sumut II. Putar-putar 6 saja lumayan itu Pak.

Apalagi kalau 5 tahun kita laksanakan.

Kalau gedung DPR itukan di BURT, Pak Kahar ya. Mudah-mudahan kita kawal. Kalau Pak Wenny Warouw bilang seperti itu ya Beliau Kapolda, ruang kerja Kapolda mungkin ¾ dari ini. Bukan lah, Kapolda, kan Bapak polisi. Karena Bapak polisi saya polisi Pak. Kalau Bapak bekas gubernur saya bilang lurah, jadi analoginya. Itu hampir ¾ ini Pak kamar kerja kami. Kapolsek juga lebih gede kamar kerja. Padahal kalau Kapolres saja telepon kita belum tentu kita angkat Pak, karena ininya kita merasa level kita dengan Kapolri ya Kapolres belum tentu kita angkat teleponnya.

Jadi itu kita harus sama-sama perjuangkan Pak Wenny Warouw. Dan fraksi

saya kira harus kompak. Kalau tidak kompak, ada yang genit mau pemilu segala macam ya tidak jadi. Tapi kalau kompak kan yang paling penting tidak di korup bahwa ini memang rekomendasi. Inikan PU sudah memang kurang layak, tapi masih bisa katanya. Masa iya sampai jatuh. Itu beberapa kawan, kayak Pak Junimart tempo hari liftnya mati, ada liftnya anjlok. Tapi kan tidak pada peduli. Sementara yang kita urusin keren-keren kamarnya. Kamar Ketua Mahkamah Agung keren benar itu, hampir segede ini. Ketua MK gede banget kamarnya kan. Tidak ada ketua komisi, wakil ketua. Kayak di kelurahan Pak, kumpul disitu kita. Ruang makan juga perintah Pak Muhammad Nasir disitu, kita disitu makannya.

Tapi DPR ini ya itu banyak juga yang suka genit-genit Pak. Sudah mau jadi, di

goyang sedikit sama pers, ya sudah “kami juga tidak setuju bangun gedung” katanya, berubah. Padahal kalau kita kompak, peruntukkannya jelas, kayak kata Pak Nasir ada rekomendasi PU kan sudah jelas, masih bisa, kurang layak tapi masih bisa. Masa sampai rubuh kita di lift baru inikan. Tapi kan pembangunannya jelas, transparan, pemenang tendernya jelas, peruntukkannya jelas, tidak ada yang korup. Kayak MK bangun gedung, Mahkamah Agung bangun gedung, KY bangun gedung, kan tidak ada ininya kita lihat. Ngapain kita takut. Tapi kalau kecuali kita, saya punya kawan/rekanan mau saya paksakan dia, baru kita takut. Kalau tidak, saya pikir tidak perlu takut lah kita, Pak Arsul ya. Supaya kita menikmati, kalau terpilih lagi periode yang akan datang jelas ruangannya. Kita di kasih Sekjen ini permen-permen, toilet dibenerin, itu dibenerin dikit-dikit. Permen-permen itu. Itu nasib Anggota DPR begitu. Orang saja di luar tidak tahu bagaimana nasib disininya. Karena di lihat parlente-parlente seperti Pak Arsul ini. Kalau Pak Arsul kalau anggaran KY dikurangi baru melotot dia. Tapi kalau istrinya masih disana. Kalau tidak, tidak peduli juga dia Pak.

F-PP (H. ARSUL SANI, S.H., M.Si):

Tapi rumah dinas kita tidak bocor kayak rumah hakim-hakim loh, Ketua. Lebih

baik.

KETUA RAPAT: Tapi kan itu sudah lama juga. Itu yang kita inikan sepert itu. Dan ini juga

penguatan kepada kita Pak. Sepanjang kita bukan mau mengarahkan pemenang, me-markup ininya, 10 perak kita bilang 2 perak, ngapain kita khawatir bangun gedung. Memang diperlukan. Inikan Mbak Tutut dulu kalau tidak salah yang bangun inikan, sudah begini lama.

Kami juga memperjuangkan diri kami saja juga terkadang tidak bisa juga, Pak Sek. MA. Sampai sekarang gedung ini saja kita di goreng-goreng sudah ketakutan. Tidak jadi begitu loh.

Itu yang bisa kami sampaikan. MA tidak ada, MK tidak ada masalah. Tinggal nanti persiapan setelah 27 Juni pilkada serentak ini. Aturan yang baru itukan sudah meminalisir. Dengan jumlah penduduk rata-rata, kayak Sumut itu 0,5 persen selisih di atas itu baru bisa masuk ke MK kan. Dan kita lebih setuju itulah daripada MK juga jadi bermasalah nanti hakim-hakimnya. Kalau banyak calon kepala daerah menghadap, jadi mereka juga jadi menghadap tempat lain nanti hakim-hakim konstitusi itu.

KY terima kasih sudah ini juga, realistis lah itu ininya 10 tahun sudah mulai

ada keluhan-keluhan. Sama kayak orang 50 tahun ke atas kan sudah mulai ada soak-soak apa-apa. Gedung 5 tahun sudah ini. Mudah-mudahan dengan MK bagus terus. Ini tidak sengaja Pak ujung ke ujung. Besok kita bulan 7 kita rapat, tim MK sebelah kiri, KY sebelah kanan. Harus kompak antara yang diawasi sama yang mengawasi. Tapi sekali lagi, orang Bapak ini bukan lembaga yudikatif. KY ini eksekutif. Itu yang tadi kita tegaskan juga kepada Pak Ketua, KY ini eksekutif, bukan yudikatif. Ke Ketua DPR juga nanti kita sampaikan. Itu Undang-Undang Dasar. Kecuali mau kita ubah, baru.

Karena itu tempo hari waktu mimpin rapat dengan Komisi Yudisial, rapat

konsultasi. Rapat konsultasi itu DPR, khususnya Komisi III, hanya ke MK dan ke Mahkamah Agung. Karena itu kami yang datang Pak, karena ada 5 kategori rapat di DPR ini, rapat konsultasi, rapat kerja, rapat dengar pendapat, kemudian rapat dengar pendapat umum, itu ininya. Kalau rapat konsultasi, kami yang hadir. Itu seingat saya dimulai jamannya Pak Teras Narang. Sebagai Ketua Komisi II tempo hari periode 1999-2004 kita yang datang ke Mahkamah Agung rapatnya. Karena tempo hari belum ada MK, belum ada KY, jadi kita yang datang kesana. Dan dari situlah diiniin, konsultasi itu kita yang datang. Itu tradisi yang di bangun oleh komisi hukum di DPR.

Jadi itu yang bisa kami sampaikan. Apa yang disampaikan oleh Pak Ketua

tadi, Pak Kahar, tolong diperbaiki, Pak Pujo. Apalagi yang ngomong itu Ketua Banggar. Kalau yang sekarang penggantinya Pak. Ketua Banggarnya masih tetap Pak Kahar. Yang sekarang itu penggantinya. Apalagi fraksinya sama, seniornya Beliau. Jadi clue-clue seperti itu harus di tangkap benar, Pak Pujo, supaya perjuangan Bapak bisa ini. Kalau dibilang Pak Kahar langsung jumlahkan. Masa kita mau membantu memperjuangkan kita juga suruh nambahin. Sama seperti saya, paling tidak mau orang sudah minta tolong saya pula di suruh ngetik SMS. Saya bilang “Jangan dong, elu mau minta tolong gua suruh ngetik, capek gua ngetik SMS-SMS begitu, SMS-in ke gua, nanti gua tinggal forward ke orangnya”, Saya bilang begitu. Saya diajari Masinton Pak.

Itu yang bisa kami sampaikan supaya jelas yang mau ditambahin diiniin.

Kalau KY kecil lah 15 itu. Banyak yang anggarannya. Nanti kami habis ini juga dengan Komnas HAM yang juga memprihatinkan. LPSK juga yang perlu diperhatikan anggarannya, Pak Ketua, nanti. Bagaimana kita mau bilang perjuangkan hak asasi manusia, kantornya saja kayak begitu Komnas HAM. Tapi sekali lagi juga komisionernya juga tidak greget untuk memperjuangkannya, dimulai mungkin di Bappenas, sampai di Kementerian Keuangan, terakhir di DPR. Bagi kementerian dan lembaga tahu lah bagaimana memperjuangkan dan meningkatkan

anggaran, pasti bisa itu Pak Pujo. Apalagi Pak Pujo ini penah Ketua PN Jakarta Barat, pergaulannya pasti bagus lah.

Wabillaahitaufiq Wal Hidaayah Wassalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

Rapat ini kami nyatakan ditutup.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 13.00 WIB)