Rancangan Akustik Ruang Musik

15
RANCANGAN AKUSTIK RUANG MUSIK A. Sifat Akustik Ruang yang Mempengaruhi Kualitas Musik Karakteristik akustik ruang yang mempengaruhi kualitas bunyi dari musik yang disajikan dalam ruangan adalah : 1. Bentuk dan Volume Auditorium Bila musik memberi kesan sepertinya disajikan dalam ruang yang kecil dan akrab, maka auditorium mempunyai keakraban akustik, dan biasanya tidak dibatasi ukurannya. Bila auditorium mempunyai volume yang relatif besar bagi penonton, dengan dinding yang kebanyakan adalah pemantul bunyi, maka ruang dikatakan hidup. 2. Pengaruh RT (waktu dengung) Bila RT dikendalikan dengan benar, kepenuhan nada yang menyenangkan akan tercatat. Kepenuhan nada yang berlebihan membuat bunyi tersebut kabur dan tidak menyenangkan. Ketegasan dan kepenuhan nada punya hubungan yang terbalik, artinya ruang dengan derajat kejelasan tinggi punya RT yang pendek dan sebaliknya. 3. Keseimbangan (balance) Keseimbangan (balance) diperoleh lewat permukaan pemantul bunyi dan permukaan difusi bunyi yang banyak sekeliling sumber bunyi. Pengendalian keseimbangan merupakan tanggung jawab dirigen. 4. Daya campur (perpaduan) Bila musik dicampur dengan baik sebelum mencapai pendengar, sehingga bunyi diterima secara harmonis, maka ujung pengirim auditorium dikatakan mempunyai daya campur yang baik. Dinding – dinding orkestra yang reflektif dan difusif mengendalikan paduan. Bila panggung orkestra atau ruang bawah orkestra terlampau lebar, maka ia akan kehilangan perpaduan yang baik. 5. Kebebasan dari bising Kebebasan dari bising artinya reduksi bising eksterior dan interior sampai tak terdengar atau minimum yang dapat diterima, adalah satu persyaratan auditorium untuk musik yang paling penting.

description

a

Transcript of Rancangan Akustik Ruang Musik

RANCANGAN AKUSTIK RUANG MUSIK

A. Sifat Akustik Ruang yang Mempengaruhi Kualitas MusikKarakteristik akustik ruang yang mempengaruhi kualitas bunyi dari musik yang disajikan dalam ruangan adalah : 1. Bentuk dan Volume AuditoriumBila musik memberi kesan sepertinya disajikan dalam ruang yang kecil dan akrab, maka auditorium mempunyai keakraban akustik, dan biasanya tidak dibatasi ukurannya. Bila auditorium mempunyai volume yang relatif besar bagi penonton, dengan dinding yang kebanyakan adalah pemantul bunyi, maka ruang dikatakan hidup. 2. Pengaruh RT (waktu dengung)Bila RT dikendalikan dengan benar, kepenuhan nada yang menyenangkan akan tercatat. Kepenuhan nada yang berlebihan membuat bunyi tersebut kabur dan tidak menyenangkan. Ketegasan dan kepenuhan nada punya hubungan yang terbalik, artinya ruang dengan derajat kejelasan tinggi punya RT yang pendek dan sebaliknya. 3. Keseimbangan (balance)Keseimbangan (balance) diperoleh lewat permukaan pemantul bunyi dan permukaan difusi bunyi yang banyak sekeliling sumber bunyi. Pengendalian keseimbangan merupakan tanggung jawab dirigen.4. Daya campur (perpaduan)Bila musik dicampur dengan baik sebelum mencapai pendengar, sehingga bunyi diterima secara harmonis, maka ujung pengirim auditorium dikatakan mempunyai daya campur yang baik. Dinding dinding orkestra yang reflektif dan difusif mengendalikan paduan. Bila panggung orkestra atau ruang bawah orkestra terlampau lebar, maka ia akan kehilangan perpaduan yang baik.5. Kebebasan dari bisingKebebasan dari bising artinya reduksi bising eksterior dan interior sampai tak terdengar atau minimum yang dapat diterima, adalah satu persyaratan auditorium untuk musik yang paling penting.

Kualitas akustik ruang lain yang penting adalah kebebasan yang sempurna dari cacat akustik, seperti gema, pemusatan bunyi, distorsi, dan banyangan bunyi.

B. Pengaruh Akustik Ruang pada MusikSifat sifat akustik ruang berpengaruh pada tahap proses musik terdiri atas :1. Pada komposisiPemusik atau pemain tunggal biasanya menyesuaikan penampilan mereka dengan kualitas auditorium mereka bermain, karena keberhasilan mereka sebagian besar tergantung pada akustik ruang tersebut.2. Pada pergelaran (produksi)Penonton atau kritikus musik dipengaruhi oleh kualitas akustik auditorium dalam menilai pergelaran musik, dalam menentukan kecocokan mereka terhadap musik dan untuk pergelaran musik.3. Pada pendengaranMusik membutuhkan RT yang lebih panjang daripada pidato, karena bunyi musik hidup lebih lama daripada sukukata pembicaraan.

C. Pertimbangan pertimbangan Akustik dalam Rancangan Auditorium MusikDisamping persyaratan umum, perhatian harus diberikan pada butir butir sebagai berikut :1. RT (waktu dengung) harus selalu merupakan kompromi yang ditetapkan dengan teliti. RT yang dikendalikan dengan hati hati akan menambah kepenuhan nada dan akan membantu kekerasan, ketegasan, dan difusi.2. Ketegasan akan memuaskan bila kesenjangan waktu tunda mula mula tidak lebih dari 20m sekon.3. Mengadakan persediaan dan distribusi nada nada rendah yang cukup untuk daerah pendengar yang luas (lebih dari 2500 tempat duduk).4. Untuk memperoleh kualitas bunyi yang merata pada seluruh daerah penonton, balkon tidak boleh menonjol terlampau dalam ke rongga udara.5. Gema akan jelas bila RT pendek dan difusi tidak cukup.6. Frekuensi bunyi dalam akustik ruang musik berjangkauan lebih luas dibandingkan jangkauan untuk pembicaraan (30 12.000 hertz)

D. Bentuk LantaiBentuk lantai auditorium yang digunakan untuk musik biasanya mrngambil salah satu atau kombinasi bentuk bentuk, yang dijelaskan di bawah ini :1. Lantai empat persegiLantai bentuk ini adalah bentuk lantai yang histories, dengan unsur tradisi yang menonjol dan masih digunakan dengan berhasil. Pemantulan silang antara dinding dinding sejajar menyebabkan bertambahnya kepenuhan nada, suatu segi akustik ruang yang sangat diinginkan pada ruang musik.2. Lantai bentuk kipasLantai bentuk ini membawa penonton lebih dekat ke sumber bunyi, sehingga memungkinkan konstruksi balkon.3. Lantai bentuk tapal kudaLantai bentuk ini menggambarkan pengaturan tradisional rumah rumah opera. Keistimewaannya adalah kotak kotak yang berhubungan yang satu diatas yang lain.4. Bentuk lantai melengkungBentuk lantai ini biasanya dihubungkan dengan atap kubah yang sangat tinggi. Lantai melengkung harus dihindari, karena kekurangan - kekurangan akustiknya.5. Bentuk lantai tak teraturBentuk lantai ini dapat membawa penonton sangat dekat sumber bunyi. Bentuk ini dapat menjamin keakraban akustik dan ketegasan, karena permukaan yang digunakan untuk menghasilkan pemantulan dengan waktu tunda singkat dapat dipadukan dengan mudah ke dalam keseluruhan rancangan arsitektur.

Studio Acusticum, Multipurpose ConcertHallMenikmati musik tentu bukanlah hal yang baru. Dalam menikmati penampilan musik tentu saja mengutamakan kenyamanan pendengaran, baru kemudian ada aspek visual dan juga kondisi termal ruangan yang juga perlu diperhatikan. Selama ini di Indonesia penampilan musik sangatlah identik dengan sistem pengeras suara (sound reinforcement system). Padahal untuk beberapa tipe musik, seperti musik klasik, tentu suara murni dari alat musik akan jauh lebih baik dibandingkan melalui sistem pengeras suara. Penampilan musik tanpa penggunaan sistem pengeras suara tentu bisa dicapai dengan pengondisian akustik yang tepat dari ruang tempat pertunjukan. Bagi Anda yang belum pernah merasakannya mungkin tidak percaya jika ada pertunjukan musik yang tidak menggunakan sistem pengeras suara, di Inonesia sudah ada Usmar Ismail Hall, saya sarankan untuk mencicipi penampilan disana.Kondisi akustik ruangan merupakan hal yang diperhatikan di awal perancangan ruang, yakni sebelum dibangunnya ruang tersebut. Perancangan akustik ruangan tentu saja berawal dari fungsi ruangan tersebut. Jika ruangan tersebut dimaksudkan untuk menikmati musik klasik tentu nilai optimum dari parameter akustik yang harus dicapai akan berbeda dengan musik jazz.Perbedaan tipe (genre) musik maka akan membutuhkan kondisi akustik ruangan yang berbeda pula. Berbeda pula jika dimaksudkan untuk mendengarkan orang berbicara atau pidato dan teater. Pada dasarnya perancangan akustik ini dilakukan dengan memanfaatkan karakter suara yang berupa gelombang.Suara dapat dipantulkan, diserap, ditransimisikan, merambat dalam dinding, dan mengalami defraksi. Hal-hal tersebut yang kemudian dimanfaatkan untuk menentukan bahan dasar pembentuk permukaan ruang. Dengan penggunaan reflektor, tentu suara diharapkan bisa memantul hingga mencapai penonton yang berada jauh dari panggung, hal ini tentu memerlukan sudut yang tepat. Kondisi akustik yang ingin dicapai adalah level (tingkat kekerasan) suara yang merata di seluruh area penonton, level suara yang cukup yakni tidak terlalu kencang ataupun tak terdengar, nilai waktu tunda yang optimal, tidak terjadi cacat akustik, dan tidak terganggu oleh bising. Nilai waktu tunda (reverberation time) adalah waktu yang dibutuhkan suara untuk meluruh dalam ruangan. Bayangkan jika gamelan dimainkan di dalam ruangan luas yang kosong dimana waktu dengung sangat tinggi, maka suara gamelan akan terdengar bercampur dan seakan tak habis-habis di udara. Sedangkan pada kondisi ruangan yang sama, paduan suara bernyanyi disana mungkin terasa lebih enak didengar. Parameter ini yang perlu dipenuhi nilai optimumnya oleh kondisi akustik berdasarkan genre musiknya.Perancangan akustik ruangan yang dilakukan di awal berdasarkan tujuan penggunaan ruang membuat adanya keterbatasan penggunaan ruang.Studio Acusticum di Pitea, Swedia, dijadikan sebagai multipurpose concert hall. Perancangan akustik Studio Acusticum dilakukan oleh Tunemalm Akustik dengan bantuan dari Lulea University of Technology.Studio Acusticum memiliki kapasitas sekitar 600 kursi dengan bentuk dasar berupa shoe box Kota Pitea memiliki tradisi yang kuat untuk menggunakan elemen kayu pada bangunan. Di sisi lain penggunaan kayu sebagai penutup permukaan ruang sangat baik sebagai reflektor. Sehingga penggunaan kayu pada Studio Acusticum sangat menguntungkan.

Gambar 1. Studio AcusticumAwalnya konsep perancangan multipurpose concert hall ini karena adanya kebutuhan dari Musical School of Pitea yang ingin memiliki hall yang dapat mengakomodasi berbagai genre musik. Namun kualitas akustik yang diharapkan harus tetap memenuhi standar internasional. Penggunaan sistem elektronik tidak cukup tepat untuk diterapkan di Studio Acusticum. Penggunaan absorber merupakan jalan lain untuk dilakukan, hanya saja sulit memperoleh absorber yang memeiliki koefisien absorbsi merata pada seluruh frekuensi.Concert hall yang diinaugurasi pada tahun 2007 ini pada akhirnya menggunakan konsep adjustable ceiling, dimanalangit-langit dapat diubah ketinggiannya. Langit-langit dapat ditinggikan atau direndahkan 5m, sehingga volume ruangan dapat berubah hingga 30%. Volume ruangan ini akan sangat memengaruhi nilai dari waktu dengung. Semakin tinggi langit-langit, semakin besar volume ruangan, maka waktu dengung yang dihasilkan akan semakin panjang, begitu sebaliknya. Selain itu terdapat juga gorden di belakang panggung dan dinding samping yang dapat diturunkan untuk mencapai waktu dengung yang singkat pada musik yang menggunakan sistem pengeras suara.Permukaan dinding sangatlah difusif, selain itu di atas panggung juga terdapat reflektor berbentuk curva untuk mendukung pantulan suara ke arah penonton.

Gambar 2. Permukaan dinding difusif dan kayuHasil pengukuran yang dilakukan disana menunjukkan bahwa pengubahan ketinggian dari langit-langit hanya mempengaruhi nilai waktu dengung dan tingkat kejelasan (clarity). Dimana tingkat kejelasan meningkat seiring menurunnya waktu dengung. Di luar itu, tidak ada kondisi akustik yang berubah seiring ketinggian langit-langit. Sehingga tingat kekerasan suara (loudness) tidak akan berubah dan juga tetap merata. Namun ketika gorden diturunkan, maka tingkat kekerasan suara akan turun drastis karena sifatnya yang absorbtif.

Gambar 3. Tiga kondisi pengukuranKonsep adjustable ini akan sangat bermanfaat jika diterapkan pada gedung kesenian di Indonesia. Mengingat beragamnya musik setiap adat di Indonesia yang tentu akan membutuhkan parameter akustik yang berbeda pula. Semoga nanti akan ada gedung kesenian yang mampu mengakomodasi kebutuhan parameter akustik setiap musik tradisional Indonesia.

RANCANGAN AKUSTIK RUANG PIDATO

Perkembangan bisnis sistem tata suara dan juga peranan ilmu akustik untuk menunjang perkembangan rancangan arsitektur dan interior bagi ruangan yang dimanfaat untuk menunjang performansi sistem tata suara, pada saat ini menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan. Hal ini ditunjukkan dengan bertambah banyaknya kebutuhan akan ruangan home theatre baik itu di ibukota maupun di kota-kota besar lainnya. Perkembangan perangkat sistem tata suara yang menunjang home theatre inipun, menjadi pemicu bagi peningkatan minat dan kebutuhan para pengemar audio khususnya dan masyarakat pada umumnya. Perkembangan budaya karaoke pun menambah gairah perkembangan kebutuhan akan ruangan yang memiliki kondisi akustik yang memadai untuk kebutuhan tersebut.Apapun bentuk dan jenis ruangan atau venue yang membutuhkan perancangan akustik yang tepat, semestinya memiliki objektif untuk menghasilkan medan suara yang sesuai dengan tujuan dan maksud pemanfaatan ruangan atau venue tersebut. Sebelum membicarakan objektif tersebut, perlu kita pahami bersama mekanisme dari terjadinya suara dan juga medan suara di dalam ruangan.

Gambar 1. Komponen utama terjadinya suaraPada Gambar 1, secara sederhana digambarkan bahwa akustik atau terjadinya suara itu menyangkut 3 komponen utama yaitu sumber suara, ruangan/medium dan penerima. Jika salah satu dari ketiga komponen utama tersebut tidak ada, maka suara pun tidak ada. Ketiga komponen utama akustik ini memiliki karakteristik yang dapat dinilai dan diukur baik itu secara objektif maupun secara subjektif. Penilaian objektif tentunya berdasarkan kepada besaran2 yang bersifat objektif yaitu besaran-besaran fisika, misalnya besaran sound pressure level dari sumber suara, besaran waktu dengung ruangan atau juga directivity dari mikrophone (dalam hal ini mikrophone bertindak sebagai penerima suara). Sementara itu penilaian subjektif pada umumnya berdasarkan kepada subjective preference dari orang yang menilainya, meskipun penilaian yang dilakukan tersebut sering juga didasarkan kepada besaran-besaran fisika, misalnya seseorang lebih menyukai speaker A dibandingkan dengan speaker B akibat adanya perbedaan karakteristik frekwensi atau juga perbedaan karakteristik dinamiknya. Objektif perancangan akustikTujuan atau objektif dari perancangan akustik suatu venue, baik itu indoor maupun outdoor, semestinya menyertakan dan memperhitungkan juga ketiga karakteristik objektif komponen utama akustik tersebut. Pada umumnya, apapun perancangan akustik yang dilakukan, apakah itu perancangan tata suara lengkap, tanpa memberikan acoustics treatment pada venue di luar ruangan, maupun perancangan akustik ruangan, misalnya perancangan akustik ruang home theatre atau studio rekaman, maka tujuan atau objektifnya adalah menghasilkan medan suara yang optimal dan tepat yang dapat didengarkan oleh pendengarnya. Medan suara yang didengarkan oleh pendengar ini tentunya memiliki karakteristik yang ditentukan oleh besaran-besaran yang bersifat objektif yaitu karakteristik fisika dari medan suara.Karakteristik medan suara yang diterima pendengar dapat dibagi menjadi komponen yang bersifat temporal, yaitu besaran yang dapat dinyatakan sebagai fungsi waktu. Disamping itu ada juga komponen yang bersifat spatial, yaitu besaran yang dapat dinyatakan dengan dimensi ruang. Jika penerimanya adalah manusia atau orang, bukan mikrophone untuk perekaman misalnya, maka karakteristik medan suara yang diterima itu dapat dinyatakan dengan 4 parameter utama yaitu :1. Tingkat pendengaran (listening level), biasanya besaran ini dinyatakan dengan besaran dBA. 2. Waktu tunda pantulan awal (initial delay time), yaitu waktu tunda yang terjadi antara suara langsung dan suara pantulan, 3. Waktu dengung subsequent (subsequent reverberation time), yaitu waktu dengung yang berhubungan satu-satu dengan posisi sumber suara dan penerima dan 4. Korelasi silang sinyal antar kedua telinga (inter-aural cross correlation, IACC), yaitu besaran yang menyatakan adanya perbedaan sinyal suara yang diterima di telinga kiri dan kanan pendengar. Tiga parameter utama dari 1 sampai 3 di atas adalah parameter yang bersifat temporal dan besaran ini dapat diukur dengan menggunakan satu channel pengukuran saja, misalnya menggunakan sound level meter atau frequency analyser 1 channel. Disamping itu, ketiga parameter tersebut memiliki karakteristik yang juga sangat tergantung kepada frekwensi. Sementara parameter utama yang keempat adalah besaran yang bersifat spatial dan hanya dapat diukur dengan menggunakan instrumen dual channel dengan memanfaatkan dummy head. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki dua buah telinga yang posisinya sedemikian rupa sehingga dapat mendeteksi adanya ruang dan juga dapat melokalisasikan posisi dari sumber suara. Adanya ke-empat parameter utama akustik ini, bukan hanya berlaku bagi medan suara di dalam ruangan (indoor) tetapi juga berlaku untuk sistem tata suara di luar ruangan (outdoor).Dari penjelasan di atas, maka objektif perancangan akustik, baik indoor maupun outdoor, termasuk juga perancangan sistem tata suara dari studio rekaman sampai kepada gedung konser, sudah semestinya dapat memanfaatkan keempat parameter utama ini. Kebutuhan atau tujuan yang dikehendaki oleh klien atau owner dari ruangan atau venue mesti diterjemahkan ke dalam besaran objektif dari keempat parameter tersebut. Sebagai contoh, jika klien menginginkan agar ruangan dapat digunakan sebagai auditorium tanpa menggunakan musik misalnya, maka perancangan akustik mesti menerjemahkan kebutuhan medan suara bagi pembicaraan/pidato ini ke dalam besaran-besaran keempat parameter tersebut. Perancang mesti menentukan suatu posisi yang disebut dengan design point dimana di posisi ini nilai besaran keempat parameter tersebut mesti dirancang berada pada nilai yang optimum, bagi tujuan pemanfaatan ruangan atau venue tersebut. Jika ruangan atau venue tersebut cukup luas, maka dapat dibuatkan rancangan mapping dari besaran keempat parameter tersebut, terutama sekali di daerah dimana penonton atau audience berada.Setelah propose nilai keempat parameter tersebut disetujui, dimengerti dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh klien atau owner, termasuk juga perlu dikonsultasikan dan didiskusikan tentang appearance dari design interior atau venue set up nya, maka besaran keempat parameter ini dapat diterjemahkan kembali ke dalam besaran2 fisika yang sesuai dan berhubungan dengan arsitektur dan juga design interior. Besaran-besaran itu, misalnya volume ruangan, luas ruangan, ketinggian langit-langit, karakteristik akustik permukaan dinding langit-langit dan juga semua bidang permukaan di dalam ruangan atau di daerah venue tersebut. Besaran-besaran inilah yang mesti diimplementasikan oleh pelaksana/kontraktor dan juga sound engineer di lapangan. Setelah pelaksanaan implementasi rancangan hampir selesai, maka perlu dilakukan pengukuran untuk mengetahui sejauh mana kondisi objektif di lapangan sudah mendekati atau sesuai dengan besaran-besaran yang dipropose. Apabila masih terjadi penyimpangan antara kondisi riil dengan kondisi propose, maka dengan tepat dan cermat pelaksana dilapangan dapat melakukan perbaikan-perbaikan, bahkan dapat memberikan usulan perubahan rancangan kepada perancangnya. Perubahan atau modifikasi rancangan inipun perlu juga untuk dikonsultasikan dan didiskusikan terlebih dahulu dengan klien ataupun owner. Sebelum seluruh hasil pekerjaan akhir dari treatment acoustics diserah-terimakan kepada klien atau owner, kembali perlu dilakukan pengukuran parameter-parameter tersebut, dimana hal ini akan menunjukkan sejauh mana kesesuaian antara karakteristik objektif dari hasil rancangan dengan karakteristik hasil implementasi rancangan. Dengan demikian maka akan dapat dihindari judgement yang sangat bersifat subjective dan juga menunjukkan quality product dari seluruh proses perancangan akustik tersebut.Impulse ResponseSalah satu tool yang cukup baik dan memadai untuk melakukan verifikasi besaran2 keempat parameter akustik seperti yang dijelaskan di atas adalah impulse response. Untuk kondisi akustik di dalam ruangan, fenomenanya dapat dijelaskan dengan menggunakan Gambar 2 berikut ini.Di dalam setiap ruangan, maka sinyal suara yang dihasilkan oleh sumber suara akan diterima oleh pendengar atau penerima suara, setelah sinyal suara tersebut menjalar di dalam ruangan. Sinyal suara ini akan mengalami semua proses penjalaran gelombang mekanis di dalam ruangan seperti pantulan, penyerapan dan transmisi oleh permukaan ruangan disamping juga pembelokan gelombang suara oleh permukaan tertentu. Pada posisi penerima, sinyal suara dari sumber suara tersebut diterima dalam bentuk suara langsung dinyatakan dengan L pada Gambar 2, suara pantulan yang dinyatakan dengan P dan juga suara dengung yang dinyatakan dengan D. Akibat sifat penjalaran suara yang berupa penjalaran gelombang mekanis dengan kecepatan penjalaran yang jauh-jauh lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan cahaya, maka pada penerimaan ketiga jenis suara tadi akan diterima dengan susunan waktu yang berbeda-beda. Jika sinyal dari sumber suara berupa sinyal impulse yaitu sinyal dengan daya yang cukup besar -- idealnya secara matematis dayanya tidak berhingga-- dan memiliki waktu kejadian yang sangat pendek --idealnya waktu kejadiannya mendekati nol detik-- maka pada penerima akan diterima urutan sinyal impulse yang berjumlah tidak berhingga. Sekuensial sinyal inilah yang disebut dengan response impulse. Pada masa lalu, sebagai sinyal pemicu impulse digunakan letusan balon atau ledakan pistol kosong, tetapi pada saat ini dengan perkembangan teknologi digital signal processing, maka digunakanlah suatu sinyal digital yang disebut dengan sinyal maximum length sequence, MLS. Dengan memanfaatkan teknologi digital signal processing tersebut, sinyal impulse yang diterima di kedua telinga pendengar dapat diukur dan hasil proses ini disebut dengan binaural impulse response. Dari binaural impulse response inilah, parameter IACC dapat ditentukan. Tentang fenomena alami dan arti dari IACC ini dan juga hubungannya dengan masalah spatialisasi atau kesan ruang pada medan suara, akan penulis jelaskan dikesempatan lain. Sebelumnya perlu juga untuk dinyatakan bahwa implementasi konsep IACC ini juga ikut menentukan pengembangan konsep home theatre yang saat ini sudah ada.

Gambar 2. Terjadinya suara langsung (L), pantulan awal (P) dan dengung (D) di dalam suatu ruangan

RANCANGAN AKUSTIK STUDIO

Studio rekaman pada dasarnya terdiri atas dua ruang penting yaitu ruang perekaman musik atau speech dan ruangkontrol. Untuk mendapatkan hasil rekaman yang memadai, studio rekaman memerlukan kualitas akustik ruang yangmemenuhi standar. Oleh karena itu, pada tugas akhir ini dilakukan perancangan akustik ruang dari studio rekamantersebut.

Metode yang dipakai dalam perancangan adalah penentuan nilai Sound Transmission Class (STC) dari bahan yang akandipakai untuk dinding pembatas ruang. Dengan menghitung nilai Transmission Loss (TL) dari selisih antara bising latarbelakang dan nilai Noise Criteria standar untuk ruang studio rekaman, kemudian dihitung nilai STC dengan plotting TLper frekuensi dengan kontur standar STC.. Bahan penyerap bunyi pada ruang ditentukan dari tabel referensi sampaimemenuhi standar waktu dengung optimum ruangan

DalamRancangan akustik studio, ruangan yang digunakan terutama adalah untuk penangkapan bunyi dari mikrofon yang merupakan masalah khusus, Yang diatur oleh persyaratan yang sangat teknis.Sebagai tambahan terhadap dasar- dasar akustik umum dan rekomendasi seperti akustik pada auditorium, akustik pada gereja, akustik panggung konser dll yang juga berlaku unutuk rancangan studio, persyaratan akustik ruang harus disesuaikan dengan ketepatan yang lebih besar dan isolasi yang luar biasa harus disediakan melawan bising, dan getaran yang diinginkan. perhitungan akustik yang dibutuhkan digunakan pada jangkauan frekuensi yang lebih luas, yaitu dari 63 Hz sampai biasanya 8000 Hz.

Persyaratan AkustikKarena studio berbentuk mata rantai akustik yang penting antara sumber bunyi dan mikrofon, perhatian khusus harus diberikan pada persyaratan- pesyaratan berikut dalam rancangannya. Adapun persyaratan persyaratan sebagai berikut:1. Ukuran dan bentuk studio yang obtimum harus diadakan.2. Derajat difusi yang tinggi harus di jamin.3. Karakteristik dengung yang ideal harus diadakan4. Cacat akustik harus di cegah sama sekali.

Elemen akustik studioRuang Studio: Banyak penyerap di ruang kontrol (bisa dikombinasikan dengan penyebar) dan kombinasi penyerap=penyebar di ruang live.