rancang bangun pusat informasi agribisnis kakao

29
Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen Dr. Ir. Arif Imam Suroso, Msc. RANCANG BANGUN PUSAT INFORMASI AGRIBISNIS KAKAO SARAH WIDYATAMI P056110223.38E MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS

Transcript of rancang bangun pusat informasi agribisnis kakao

Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen

Dr. Ir. Arif Imam Suroso, Msc.

Page | 19

RANCANG BANGUN PUSAT INFORMASI AGRIBISNIS KAKAO

RANCANG BANGUN PUSAT INFORMASI AGRIBISNIS KAKAO

SARAH WIDYATAMI

P056110223.38E

MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS

PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

1

DAFTAR ISI

2

BAB I.PENDAHULUAN

3

1.1 Latar Belakang

3

1.2 Tujuan

3

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA

4

2.1Sistem

4

2.1.1 Definisi Sistem

4

2.1.2 Model Umum Sistem

5

2.2System Development Life Cycle (SDLC)

5

2.2.1Identifikasi, Seleksi, dan Perencanaan Sistem

6

2.2.2Analisis Sistem

6

2.2.3Desain Sistem

7

2.2.4Implementasi Sistem

8

2.2.5Pemeliharaan Sistem

8

2.3Sistem Informasi

9

2.3.1Definisi Sistem Informasi

9

2.3.2Komponen Sistem Informasi

10

2.4Komoditi Kakao

11

2.4.1 Varietas Tanaman Kakao

11

2.4.2Kategori Kakao

11

2.4.3Pengolahan Kakao

12

BAB III. PEMBAHASAN

13

3.1Potensi Industri Agribisnis Kakao di Indonesia

13

3.2Manfaat Pusat Informasi Agribisnis Kakao

15

3.3Hambatan-hambatan dalam Implementasi Pusat

Informasi Agribisnis Kakao dan Mitigasinya

16

3.4Rekomendasi Rancang Bangun Pusat Informasi

Agribisnis Terbaik

18

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

21

DAFTAR PUSTAKA

23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peranan komoditas kakao terhadap perekonomian Indonesia cukup nyata disamping komoditas perkebunan lainnya seperti kelapa sawit, karet, kopi, kelapa, dan teh. Peranan tersebut berupa penghasil devisa serta sumber pendapatan bagi petani. Hal ini didukung oleh masih cukup terbukanya peluang pasar kakao Indonesia, baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri.

Selain itu, harga kakao juga cenderung stabil pada tingkat yang tinggi karena perkakaoan dunia yang masih sering mengalami defisit. Oleh karena itu, perluasan areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut dan hal ini perlu mendapat dukungan agar kebun yang berhasil dibangun dapat memberikan produktivitas yang tinggi.

Namun demikian dalam prakteknya, agribisnis kakao Indonesia masih terkendala berbagai masalah kompleks, seperti produktivitas kebun yang masih rendah akibat serangan hama penggerek buah kakao (PBK), mutu produk masih rendah serta masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Hal ini disebabkan karena masih minimnya penerapan teknologi serta informasi yang dapat diperoleh petani kakao.

Permasalahan-permasalahan tersebut di atas tentunya akan menghambat pertumbuhan agribisnis kakao di Indonesia serta menurunkan pendapatan petani kakao. Untuk itu, diperlukan adanya sistem teknologi informasi dan komunikasi guna mendukung pembangunan berkelanjutan agribisnis kakao di Indonesia.

1.2 Tujuan

1. Menganalisis manfaat pusat informasi agribisnis untuk mendukung kegiatan usaha agribisnis kakao.

2. Mengungkap hambatan-hambatan yang dapat terjadi dalam implementasi pusat informasi agribisnis kakao serta upaya mitigasinya.

3. Memberikan rekomendasi rancang bangun pusat informasi agribisnis yang terbaik untuk usaha agribisnis kakao.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem

2.1.1Definisi Sistem

Sistem adalah sekumpulan unsur / elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan.

Contoh :

- Sistem Komputer terdiri dari : Software, Hardware, Brainware.

- Sistem Akuntansi

LUDWIG VON BARTALANFY

Sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.

ANATOL RAPOROT

Sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain.

L. ACKOF

Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.

2.1.2Model Umum Sistem

2.2System Development Life Cycle (SDLC)

Fase System Development Life Cycle (SDLC) antara lain:

1. Identifikasi, seleksi, dan perencanaan sistem

2. Analisis sistem

3. Desain sistem

4. Implementasi sistem

5. Pemeliharaan sistem (maintenance)

2.2.1Identifikasi, Seleksi, dan Perencanaan Sistem

1. Mengidentifikasi kebutuhan user

2. Menyeleksi kebutuhan user dari proses identifikasi dengan melihat kapasitas teknologi dan efisiensi

3. Merencanakan Sistem Kebutuhan

a. Kebutuhan fungsional and non-fungsional

b. Non-fungsional : Sistem bisa menjadi tidak digunakan jika tidak dipenuhi

Menggunakan CASE (Computer Aided Software Engineering) tools, bahasa pemrograman tertentu

Menggunakan bahasa tertentu

4. Kebutuhan User (customer)

5. Kebutuhan Sistem (kontrak dengan klien)

6. Kebutuhan dokumen dan perangkat lunak (developer)

2.2.2Analisis Sistem

Analisis Sistem dapat didefinisikan sebagai :

Penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikan.

Proses Analisis Sistem terdiri dari:

1. Permodelan data

Entity Relationship Diagram (ERD)

Conceptual Data Model (CDM)

Physical Data Model (PDM)

2. Permodelan proses

Unified Modeling Language (UML)

2.2.3Desain Sistem

Tujuan:

1. Membuat spesifikasi rinci dari solusi berbasis komputer

2. Solusi berbasis komputer dapat berupa

turn-key system: beli sistem jadi dan tinggal pakai

customized system: beli sistem jadi dengan penyesuaian di sana sini

in-house development: membuat sistem sendiri

Output desain sistem hasil in-house development:

1. Desain proses

2. Desain basis data

3. Desain input

4. Desain output

5. Desain antarmuka dengan pemakai

6. Desain modul/unit

7. Desain jaringan komputer

2.2.4Implementasi Sistem

1. Pemrograman dan pengetesan perangkat lunak (software)

Developmental (error testing per modul oleh programmer)

Alpha testing (error testing ketika sistem digabungkan dengan antarmuka user , oleh software tester)

Beta testing (testing dengan lingkungan dan data sebenarnya)

2. Konversi sistem

Mengaplikasikan perangkat lunak pada lingkungan yang sebenarnya untuk digunakan oleh organisasi

3. Dokumentasi

4. Pelatihan

2.2.5Pemeliharaan Sistem

1. Corrective memperbaiki desain dan error pada program

2. Adaptive memodifikasi sistem untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan

3. Perfective Melibatkan sistem untuk menyelesaikan masalah baru atau mengambil kesempatan (penambahan fitur)

4. Preventive Menjaga sistem dari kemungkinan masalah di masa yang akan datang

SDLC Waterfall

2.3 Sistem Informasi

2.3.1 Definisi Sistem Informasi

R MC.LEOD (1992)

Sistem Informasi merupakan sistem yang mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan informasi dari semua sumber dan menggunakan berbagai media untuk menampilkan informasi.

GORDON B. DAVIS

(Dalam bukunya yang berjudul Management Information System)

Sistem Informasi Manajemen adalah sebuah sistem manusia atau mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi manajemen dan pengambilan keputusan dalam suatu organisasi.

Sistem ini menyimpan, mengambil, mengubah, mengolah dan mengkomunikasikan informasi yang diterima dengan menggunakan sistem informasi atau peralatan sistem lainnya.

Sistem Informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan blok bangunan (building block), yaitu:

1. Blok Masukan (Input Block), adalah data-data yang masuk ke dalam sistem.

2. Blok Model (Model Block), adalah kombinasi, prosedur, logika, dan matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.

3. Blok Keluaran (Output Block), adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.

4. Blok Teknologi (Technology Block), merupakan kotak alat dalam sistem informasi yang digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran serta membantu pengendalian dari sistem secara menyeluruh.

5. Blok Basis Data (Database Block), merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu sama lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya.

6. Blok Kendali (Control Block), adalah pengendalian yang dirancang secara khusus untuk menanggulangi gangguan-gangguan terhadap sistem.

Peran dasar Sistem Informasi dalam Bisnis

1. Mendukung proses dan operasi bisnis

2. Mendukung pengambilan keputusan para pegawai dan manajernya

3. Mendukung berbagai strategi untuk keunggulan kompetitif

2.3.2Komponen Sistem Informasi

2.4 Komoditi Kakao

Kakao merupakan satu-satunya di antara 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjitrosoepomo (1988) sistematika tanaman ini sebagai berikut :

Divisi

: Spermatophyta

Anak divisi: Angioospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Anak kelas: Dialypetalae

Bangsa :Malvales

Suku

: Sterculiaceae

Marga

: Theobroma

Jenis

: Theobroma cacao L

2.4.1 Varietas Tanaman Kakao

a. Criolo (fine cocoa atau kakao mulia)

Jenis varietas Criolo mendominasi pasar kakao hingga pertengahan abad 18, akan tetapi saat ini hanya beberapa saja pohon Criolo yang masih ada.

b. Forastero

Varietas ini merupakan kelompok varietas terbesar yang diolah dan ditanami.

c. Trinitario / Hibrida

Merupakan hasil persilangan antara jenis Forastero dan Criolo.

2.4.2 Kategori Kakao

Dalam komoditas perdagangan kakao dunia dibagi menjadi dua kategori besar biji kakao :

a. Kakao mulia (fine cocoa)

Secara umum, Kakao mulia diproduksi dari varietas Criolo

b. Kakao curah (bulk or ordinary cocoa)

Kakao curah berasal dari jenis Forastero

Pengelompokan kakao berdasarkan mutu :

Mutu A : dalam 100 g biji terdapat 90-100 butir biji

Mutu B : dalam 100 g biji terdapat 100-110 butir biji

Mutu C : dalam 100 g biji terdapat 110-120 butir biji

2.4.3Pengolahan Kakao

Proses pengolahan buah kakao menentukan mutu produk akhir kakao, karena dalam proses ini terjadi pembentukan calon citarasa khas kakao dan pengurangan citarasa yang tidak dikehendaki, misalnya rasa pahit dan sepat.

Mengingat pentingnya arti pengolahan terhadap mutu biji kakao kering, maka para produsen hendaknya mengusahakan agar biji kakaonya diolah dengan baik untuk memperoleh harga yang lebih tinggi dan memperkuat daya saingnya di pasaran.

Proses pengolahan biji kakao terdiri dari 2 metode :

a. Metode Konvensional

b. Metode Sime Cadbury

Pada prinsipnya kedua metode tersebut tidak terlalu berbeda, tetapi khusus pada kakao lindak dengan metode konvensional dihasilkan biji kakao yang mempunyai tingkat keasaman lebih tinggi sedangkan citarasa khas kakao relatif lebih rendah. Untuk mengatasinya disarankan mengolah biji kakao dengan metode SimeCadbury dan ini dapat dilaksanakan pada perusahaan besar.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Potensi Industri Agribisnis Kakao di Indonesia

Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah negara Pantai Gading dan Ghana. Tiga besar Negara penghasil kakao sebagai berikut ; Pantai Gading (1.276.000 ton), Ghana (586.000 ton), Indonesia (456.000 ton). Luas lahan tanaman kakao Indonesia lebih kurang 992.448 Ha dengan produksi biji kakao sekitar 456.000 ton per tahun, dan produktivitas rata-rata 900 Kg per ha .

Daerah penghasil kakao Indonesia adalah sebagai berikut: Sulawesi Selatan 184.000 ton (28,26%), Sulawesi Tengah 137.000 ton (21,04%), Sulawesi Tenggara 111.000 ton (17,05%), Sumatera Utara 51.000 ton (7,85%), Kalimantan Timur 25.000 ton (3,84%), Lampung 21.000 ton (3,23%) dan daerah lainnya 122.000 ton (18,74%).

Menurut usahanya perkebunan kakao Indonesia dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok yaitu ; Perkebunan Rakyat 887.735 Ha, Perkebunan Negara 49.976 Ha dan Perkebunan Swasta 54.737 Ha.

Gambar-1:Luas Lahan dan Produksi Kakao

(Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian)

Meskipun sebagian besar hasil perkebunan kakao Indonesia diekspor dalam bentuk bahan mentah, di dalam negeri juga terdapat industri pengolahan kakao. Industri pengolahan kakao banyak berada di pulau Jawa.

Gambar-2:Penyebaran Industri Kakao

(Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian)

3.2 Manfaat Pusat Informasi Agribisnis Kakao

Melihat besarnya potensi industri agribisnis kakao di Indonesia, seperti tergambar dari data di atas, maka perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan agribisnis kakao tersebut secara berkelanjutan dengan memanfaatkan lahan perkebunan yang ada agar mampu mencapai produktivitas yang tinggi. Salah satu hal yang memegang peranan penting di sini adalah teknologi dan sistem informasi yang dapat mendukung kegiatan usaha agribisnis para petani kakao tersebut. Pengembangan teknologi dan sistem informasi ini dapat diterapkan dalam bentuk pusat informasi agribisnis kakao.

Pusat informasi agribisnis kakao yang akan didesain tentunya tidak terlepas dari peran Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai supporting system-nya. Teknologi informasi dan komunikasi mengacu pada peralatan elektronik (terutama komputer) untuk memproses suatu kegiatan tertentu. Dalam mendukung usaha pembuatan desain pusat informasi agribisnis kakao ini, Teknologi informasi dan komunikasi memiliki peranan yang sangat penting untuk mendukung tersedianya informasi agribisnis yang relevan dan tepat waktu.

Dengan adanya suatu pusat informasi agribisnis kakao dengan penerapan teknologi dan sistem informasi yang canggih dan mudah diaplikasikan, akan mendorong pembangunan berkelanjutan agribisnis kakao di Indonesia karena terbentuknya jaringan informasi agribisnis kakao yang kuat di tingkat lokal dan nasional. Selain itu, akses petani kakao dan perusahaan pengolahan kakao terhadap informasi bibit unggul, teknologi klonal bibit, pengolahan, produksi, pemasaran, pemasok, pembeli, pesaing, industri hilir, ekspor-impor serta kebijakan pemerintah terkait industri agribisnis kakao di Indonesia akan menjadi lebih terbuka dan mudah.

Hal tersebut secara tidak langsung akan meningkatkan posisi tawar dan pendapatan petani kakao. Petani pun akan lebih mampu melakukan diversifikasi usaha agribisnis dan merelasikan komoditas kakao yang diusahakannya dengan input yang tersedia, jumlah produksi yang diperlukan, dan kemampuan pasar menyerap output.

Manfaat lainnya adalah memfasilitasi dokumentasi informasi agribisnis kakao di tingkat lokal yang dapat diakses secara lebih luas oleh petani kakao dan perusahaan pengolahan kakao di daerah-daerah seluruh Indonesia guna mendukung pembangunan daerah serta nasional.

3.3 Hambatan-hambatan dalam Implementasi Pusat Informasi Agribisnis Kakao dan Mitigasinya

Dalam upaya implementasi pusat informasi agribisnis kakao ini baik yang bersifat lokal maupun nasional, ada beberapa hal yang mungkin menjadi hambatan, yaitu besarnya biaya untuk pemasangan dan implementasi sistem tersebut, masyarakat (dalam hal ini petani kakao dan SDM perusahaan pengolahan kakao) yang sebagian besar belum mengenal dan memahami teknologi informasi, dan daerah-daerah pedalaman yang relatif tidak terjangkau oleh sinyal dan jaringan komunikasi untuk mengakses internet.

Oleh karena itu, implementasi pusat informasi agribisnis ini perlu perencanaan yang matang agar tidak terjadi kegagalan di tengah prosesnya, sehingga biaya yang dikeluarkan pun tidak terbuang percuma. Dalam hal ini dibutuhkan komitmen dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk memegang kendali dari awal hingga akhir proses implementasi serta memasyarakatkan sistem tersebut.

Penyediaan infrastruktur di daerah-daerah potensial agribisnis kakao perlu menjadi pertimbangan pemerintah, sehingga biaya yang akan dikeluarkan tidak hanya untuk pemasangan atau pembelian sistem tetapi juga untuk penyediaan infrastrukturnya.

Selain itu juga harus dipastikan apakah koneksi internet bisa diakses di daerah-daerah tersebut. Jika tidak, maka pemerintah perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk pembelian alat, seperti satelit dan sejenisnya agar informasi agribisnis kakao dari pusat bisa diakses dan dijangkau petani kakao dan perusahaan pengolahan kakao setempat.

Langkah selanjutnya setelah sistem terimplementasi, pemerintah perlu mengadakan penyuluhan untuk mengenalkan sistem informasi dan teknologi dalam bentuk pusat informasi agribisnis ini kepada petani kakao dan perusahaan pengolahan kakao agar dapat berdayaguna dan bermanfaat secara maksimal bagi para pihak terkait tersebut, sehingga tujuan pembangunan berkelanjutan agribisnis kakao tercapai.

Setelah sistem terimplementasi, pemerintah juga harus memastikan adanya SDM di setiap daerah yang mampu mengelola dan mengawasi sistem tersebut sehingga tidak terjadi kerusakan sistem ataupun default.

3.4 Rekomendasi Rancang Bangun Pusat Informasi Agribisnis Terbaik

Setelah diuraikan manfaat, hambatan, dan kemungkinan yang akan dihadapi dalam implementasi sistem ini, maka dapat direkomendasikan model rancang bangun pusat informasi agribisnis kakao sebagai berikut:

Perancangan Sistem menggunakan Data Flow Diagram (DFD)

Pusat Informasi Agribisnis (PIA)

DEPTAN

Perancangan Database menggunakan Entity Relationship Diagram (ERD)

LAN

Prototype Website

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Potensi agribisnis kakao di Indonesia masih sangat besar sehingga perlu dilakukan pengembangan sistem informasi dan teknologi dalam bentuk pusat informasi agribisnis kakao guna mendukung pembangunan berkelanjutan kakao di Indonesia.

2. Rancang Bangun pusat informasi agribisnis kakao yang direkomendasikan adalah dengan menggunakan sistem website yang tersentral di pusat informasi agribisnis kakao di Departemen Pertanian (DEPTAN) yang dapat diakses di setiap daerah potensial agribisnis kakao di seluruh Indonesia.

3. Untuk mengatasi kendala biaya yang kemungkinan akan cukup besar, pemerintah dapat bekerjasama dengan investor swasta dalam negeri maupun investor asing. Sementara itu, kendala jaringan komunikasi dan sinyal di daerah-daerah pedalaman dapat diatasi dengan penggunaan satelit yang dapat menjangkau seluruh wilayah perkebunan dan pabrik pengolahan kakao di seluruh Indonesia. Kendala SDM (dalam hal ini petani kakao dan staf pabrik pengolahan kakao) yang belum paham dan masih awam terhadap sistem informasi dan teknologi dapat diberikan penyuluhan serta sosialisasi mengenai cara pemanfaatan pusat informasi agribisnis kakao ini agar dapat diperoleh manfaat semaksimal mungkin.

4. Prototype Website yang direkomendasikan memiliki fitur sebagai berikut:

Home

Pengolahan

Pemasaran

Ekspor-Impor

Regulasi

Statistik

Teknologi

Basis Data

Events

Berita

Video pengolahan kakao menjadi bahan baku dan bahan makanan yang siap dipasarkan (industri hilir), video teknologi pembibitan klonal, video pengolahan biji kakao dengan metode konvensional dan metode Sime Cadbury, dan video-video yang dapat menambah pengetahuan petani dan perusahaan pengolahan kakao untuk meningkatkan produksi dan daya tawar mereka dalam pasar kakao internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Gambaran Sekilas Industri Kakao. Jakarta: Depperin.

Goenadi, D., dkk. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao di Indonesia. Jakarta: Balitbang Deptan.

Iskandar, H. 1997. Pengantar Perancangan Sistem. Jakarta: Erlangga.

Kenneth E Kendall. 2002. Analisis & Perancangan Sistem. New Jersey: Printice Hall (terjemahan).

McLeod, Raymond Jr. 1995. Management Information Systems: A Study of Computer-Base Information System. 5th Ed. New York: MacMillan Publishing Company.

Sinaga, NRL. dan Rayenda Khresna B. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Medan: USU Press.

UMPAN BALIK

INPUT

PROSES

OUTPUT

TUJUAN

KENDALA

KONTROL

INPUT

MODEL

OUTPUT

TEKNOLOGI

DATABASE

CONTROL

PIAKao Sumatera Utara

PIAKao Sulawesi Selatan

Web server

Web server

PIAKao Jawa Barat

PIAKao Jawa Timur

PIAKao Sulawesi Tenggara

Internet

PIAKao Banten

Web server

Web server

Web server

Web server

PIA Kakao DEPTAN

PUSAT INFORMASI AGRIBISNIS KAKAO

Home

TEKNOLOGI

STATISTIK

ch

Pengolahan

Ekspor-Impor

Regulasi

Pemasaran

BASIS DATA

EVENTS

VIDEO

VIDEO

VIDEO

VIDEO

BERITA

internet

PIA Kakao DEPTAN

PIAKao SUMUT

PIAKao BANTEN

PIAKao JABAR

PIAKao JATIM

PIAKao SULSEL

PIAKao SULTRA

Tampilan Website

Tampilan Website

Tampilan Website

Tampilan Website

Tampilan Website

Tampilan Website