RANCANG BANGUN PROTOTYPE ROBOT FOLLOW...
Transcript of RANCANG BANGUN PROTOTYPE ROBOT FOLLOW...
RANCANG BANGUN PROTOTYPE ROBOT FOLLOW ME
UNTUK MEMBANTU MENGANGKAT BEBAN BARANG
BERBASIS MIKROKONTROLLER
Skripsi
Oleh :
SYARIF MAULANA
NIM 11150970000036
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1441 H
i
RANCANG BANGUN PROTOTYPE ROBOT FOLLOW ME
UNTUK MEMBANTU MENGANGKAT BEBAN BARANG BERBASIS MIKROKONTROLLER
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Sains dan Teknologi untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh :
SYARIF MAULANA
NIM 11150970000036
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1441 H
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
RANCANG BANGUN PROTOTYPE ROBOT FOLLOW ME
UNTUK MEMBANTU MENGANGKAT BEBAN BARANG
BERBASIS MIKROKONTROLLER
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Sains dan Teknologi untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh
Syarif Maulana
NIM : 11150970000036
Menyetujui
Mengetahui,
Ketua Program Studi Fisika,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tati Zera, M.Si
NIP. 19690608 200501 2 002
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Elvan Yuniarti, M.Si
NIP. 19791227 200801 2 015
Dr. Ambran Hartono, M.Si
NIP. 19710408 200212 1 002
iii
LEMBAR PERGESAHAN
Skripsi yang berjudul “RANCANG BANGUN PROTOTYPE ROBOT FOLLOW
ME UNTUK MEMBANTU MENGANGKAT BEBAN BARANG BERBASIS
MIKROKONTROLLER” ditulis oleh Syarif Maulana dengan NIM
11150970000036 telah diuji dan dinyatakan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqasah
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 12 November 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Fisika.
Menyetujui,
Mengetahui,
Penguji I,
Penguji II,
Dr. Ir. Agus Budiono, M.T
NIP. 19620220 199003 1 002
Anugrah Azhar, M.Si
NIP. 19921031 201801 1 003
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Elvan Yuniarti, M.Si
NIP. 19791227 200801 2 015
Dr. Ambran Hartono, M.Si
NIP. 19710408 200212 1 002
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,
Ketua Program Studi Fisika,
Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env. Studi
NIP. 19690404 200501 2 005
Tati Zera, M.Si
NIP. 19690608 200501 2 002
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya sendiri
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
Jakarta, 12 November 2019
Materai 6000
Syarif Maulana
v
ABSTRAK
Pesatnya perkembangan teknologi membuat alat-alat yang sebelumnya digerakkan
secara manual, kini dapat bergerak secara otomatis. Salah satu contohnya adalah
“Cowarobot R1” sebuah koper yang dapat mengikuti pemiliknya. Pada penelitian
prototype robot follow me ini dibuat untuk meringankan manusia dalam membawa
beban barang. Prototype ini bekerja dengan memanfaatkan sensor ultrasonik dan
sensor inframerah. Sensor ultrasonik HC-SR04 bekerja sebagai pendeteksi jarak
terhadap objek, dimana pada prototype ini jarak maximum yang dapat di proses sejauh
40 cm dengan sudut difraksi sebesar 25°. Sedangkan sensor inframerah digunakan
untuk pendeteksi objek tersebut, dimana prototype ini akan mengikuti objek yang telah
ditanamkan pemancar inframerah. Waktu tempuh yang dibutuhkan prototype ini
sebelum ditambah beban sebesar 1,85 s dengan kecepatan sebesar 0,54 m/s untuk
bergerak. Sedangkan setelah diberi beban 500 g waktu tempuh yang dihasilkan manjadi
3,55 s dengan kecepatannya sebesar 0,28 m/s.
Kata Kunci: Prototype Robot, Robot Follow Me, Sensor Inframerah, Sensor
Ultrasonik
vi
ABSTRACT
The rapid development of technology makes tools that were previously driven
manually can now move automatically. One example is a suitcase that can follow its
owner. The prototype robot follow me was made to relieve humans in carrying goods.
This prototype works by utilizing ultrasonic sensor and infrared sensor. The HC-SR04
ultrasonic sensor works as a distance detection object, where in this prototype the
maximum distance that can be processed as far as 40 cm with a diffraction angle of 25
°. Because the infrared sensor is used for object detection, this prototype will follow
the object that has been implanted with an infrared transmitter. The travel time need by
this prototype to move before adding a load is 1,85 s at a speed of 0,54 m/s. while the
travel time. Whereas after being given a 500 g load the resulting travel time became
3.55 s with a speed of 0.28 m/s.
Keywords: Follow Me Robot, Infrared Sensor, Prototype Robot, Ultrasonic Sensor
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-
Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan
salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, beserta
para keluarganya, para sahabat dan para pengikut-pengikutnya, insya Allah kita semua
termasuk didalamnya hingga akhir zaman. Berkat perjuangan beliau yang telah
mengantarkan manusia dari zaman Jahiliah ke zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti saat ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi yang berjudul “Rancang Bangun
Prototype Robot Follow Me Untuk Membantu Mengangkat Beban Barang
Berbasis Mikrokontroller” tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai
pihak, baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan materiil serta
doa yang tiada henti- hentinya kepada penulis.
2. Segenap keluarga besar yang telah menyemangati dan men-support dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Tati Zera, M.Si selaku Ketua Program Studi Fisika yang telah
memberikan arahan kepada penulis.
4. Ibu Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud. selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatulla Jakarta.
5. Ibu Elvan Yuniarti, M.Si selaku pembimbing I, serta sebagai dosen di
Instrumentasi yang telah sabar membimbing penulis, memberikan banyak
ilmunya kepada penulis dan memberikan banyak masukan kepada penulis
terkait penulisan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Ambran Hartono, M.Si selaku pembimbing II dan pembimbing
viii
akademik yang telah membimbing penulis, memberikan saran yang
membangun kepada penulis, serta memberikan motivasi kepada penulis
dari awal masuk kuliah hingga akhir dari penulisan skripsi ini.
7. Para dosen-dosen Program Studi Fisika yang telah memberikan ilmu-
ilmunya selama perkuliahan.
8. Sahabat seperjuangan: Adelia, Andri, Bayu, Faris, Fadhur dan Yogi yang
selalu memberikan support, doa, dan menjadi teman diskusi.
9. Kosan squad: Beny, Ilham, Candra, Riski yang telah menjadi pendengar
dan teman diskusi bagi penulis, memberikan support serta doa.
10. Teman-teman Fisika UIN yang senantiasa memberikan semangat dan
bantuannya kepada penulis.
Kesalahan diri sendiri yang paling besar bukanlah kegagalan, tetapi berhenti
dan menyerah sebelum merasakan keberhasilan. Oleh karena itu, penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Dikarenakan kerterbatasan
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak yang dapat disampaikan melalui alamat e-mail penulis
[email protected]. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan semua pihak khususnya yang memerlukan.
Jakarta, 5 November 2019
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
LEMBAR PERGESAHAN iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 4
1.3 Batasan Masalah 4
1.4 Tujuan Penelitian 5
1.5 Manfaat Penelitan 6
1.6 Sistematika Penulisan 6
BAB II DASAR TEORI 8
2.1 Gelombang 8
2.2 Gelombang Ultrasonik 9
2.3 Sensor Ultrasonik 12
2.3.1 Sensor Ultrasonik HC-SR04 14
2.4 Sensor Infrared 17
2.5 Motor DC 18
2.5.1 Bagian Motor DC 19
2.5.2 Prinsip kerja Motor DC 21
x
2.6 Bahasa Pemograman 23
2.7 Mikrokontroller Arduino 25
BAB III METODE PENELITIAN 26
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 26
3.2 Alat dan Bahan Penelitian 26
3.3 Tahapan Penelitian 28
3.3.1 Persiapan Penelitian 29
3.3.2 Perancangan dan Pembuatan Alat Penelitian 29
3.3.3 Pengujian Fungsi Alat Penelitian 30
3.3.4 Pembuatan Program Alat Penelitian 30
3.3.5 Pengujian Alat 33
3.3.6 Analisa Data 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 36
4.1 Hasil Rancangan Hardware dan Software 36
4.2 Kalibrasi Sensor Ultrasonik 38
4.3 Respon Sensor Ultrasonik Terhadap Sudut 42
4.4 Respon Sensor Infrared Terhadap Lingkungan 50
4.5 Karakteristik Robot Follow Me 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 63
5.1 Kesimpulan 63
5.2 Saran 64
DAFTAR PUSTAKA 65
LAMPIRAN 70
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Prinsip Kerja transducer ultrasonik tipe piezoelectric [15] 12
Gambar 2.2 Konfigurasi Pin Sensor Ultrasonik HC-SR04 [20] 15
Gambar 2.3 Prinsip Kerja Sensor Ultrasonik HC-SR04 [21] 15
Gambar 2.4 LED Infrared dan Fotodioda [22] 17
Gambar 2.5 Motor DC [25] 19
Gambar 2.6 Bagian Motor DC [26] 20
Gambar 2.7 Prinsip Kerja Motor DC [28] 21
Gambar 2.8 konfigurasi pin pada Arduino [33] 25
Gambar 3.1 Diagram tahapan penelitian 28
Gambar 3.2 Skematik rancangan alat 29
Gambar 3.3 Flowchart sistem kerja program alat 32
Gambar 3.4 Ketentuan jarak antara robot dengan objek 34
Gambar 3.5 Analisis sensor ultrasonik & sudut 35
Gambar 3.6 Analisis sensor inframerah terhadap tebal penghalang (HVS) 35
Gambar 4.1 Hasil Rancangan Hardware 37
Gambar 4.2 Grafik kalibrasi ultrasonik kanan 39
Gambar 4.3 Grafik kalibrasi ultrasonik kiri 39
Gambar 4.4 Grafik kelinieran sensor ultrasonik kanan 40
Gambar 4.5 Grafik kelinieran sensor ultrasonik kiri 41
Gambar 4.6 Visualisasi Difraksi Gelombang [34] 42
Gambar 4.7 Grafik sensor & kotak dengan jarak 20 cm 44
Gambar 4.8 Grafik sensor & kotak dengan jarak 30 cm 45
Gambar 4.9 Grafik sensor & kotak dengan jarak 40 cm 45
Gambar 4.10 Grafik sensor & kotak dengan jarak 50 cm 46
Gambar 4.11 Grafik sensor & lingkaran dengan jarak 20 cm 47
Gambar 4.12 Grafik sensor & lingkaran dengan jarak 30 cm 47
Gambar 4.13 Grafik Sensor & lingkaran dengan jarak 40 cm 48
Gambar 4.14 Grafik Sensor & lingkaran dengan jarak 50 cm 48
Gambar 4.15 Pancaran gelombang dari sensor ultrasonik [36] 50
Gambar 4.16 Sensor inframerah di dalam ruang tertutup dan terbuka 52
Gambar 4.17 Respon sensor inframerah terhadap raungan tertutup 53
Gambar 4.18 Respon senso inframerah terhadap ruangan terbuka 53
Gambar 4.19 Daya tembus sinar inframerah 56
Gambar 4.20 Siklus kerja dari PWM [37] 57
Gambar 4.21 Nilai pwm terhadap waktu tempuh robot 58
Gambar 4.22 Nilai pwm terhadap kecepatan 58
Gambar 4.23 Perbandingan beban 500 g – waktu tempuh 60
xii
Gambar 4.24 Perbandingan beban 1000 g – waktu tempuh 60
Gambar 4.25 Perbandingan beban 1500 g – waktu tempuh 60
Gambar 4.26 Perbandigan kecepatan - waktu tempuh (500 g) 61
Gambar 4.27 Perbandigan kecepatan - waktu tempuh (1000 g) 61
Gambar 4.28 Perbandigan kecepatan - waktu tempuh (1500 g) 62
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Spektrum Elektronik 18
Tabel 2.2 Bahasa Pemrograman Aras Tinggi 24
Tabel 3.1 Alat dan bahan percobaan 27
Tabel 4.1 Data kalibrasi sensor ultrasonik 38
Tabel 4.2 Pengolahan data sensor ultrasonik kanan 40
Tabel 4.3 Pengolahan data sensor ultrasonik kiri 41
Tabel 4.4 Sensor & objek dengan jarak 20 cm (kotak) 44
Tabel 4.5 Sensor & objek dengan jarak 30 cm (kotak) 45
Tabel 4.6 Sensor & objek dengan jarak 40 cm (kotak) 45
Tabel 4.7 Sensor & objek dengan jarak 50 cm (kotak) 46
Tabel 4.8 Sensor & objek dengan jarak 20 cm (lingkaran) 47
Tabel 4.9 Sensor & objek dengan jarak 30 cm (lingkaran) 47
Tabel 4.10 Sensor & objek dengan jarak 40 cm (lingkaran) 48
Tabel 4.11 Sensor & objek dengan jarak 50 cm (lingkaran) 48
Tabel 4.12 Sensor inframerah terhadap ruang tertutup & terbuka 52
Tabel 4.13 Data rujukan dari sensor inframerah 55
Tabel 4.14 Data daya tembus sinar inframerah terhadap tebal kertas 55
Tabel 4.15 Data waktu tempuh robot dan variasi nilai pwm dengan jarak 100cm 58
Tabel 4.16 Pengujian waktu tempuh robot dengan diberi beban 59
Tabel 4.17 Pengaruh bertambahnya beban terhadap kecepatan 61
1
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan alat pengangkat beban sekarang semakin berkembang pesat
seiring dengan kemajuan teknologi. Alat pengangkat beban yang dulunya digerakkan
secara manual sekarang bisa secara otomatis. Sebagai salah satu contohnya
“Cowarobot R1” adalah sebuah koper cangih yang bisa mengikuti pemiliknya. Dengan
menggunakan alat dan sensor berteknologi tinggi yang dapat membuat gerak dari
“Cowarobot R1” tersebut dapat mengenali lingkungan di sekitarnya [1]. Tetapi Biaya
yang dikeluarkan untuk membeli koper tersebut tidaklah sedikit. Padahal sistem kerja
yang dimiliki pada “Cowarobot R1” sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Pengaplikasiannya tidak hanya untuk koper saja, tetapi bisa untuk trolley [2],
autonomous car [3] dan lain-lain.
Oleh karena itu dibutuhkan penelitian untuk mengetahui sistem kerja alat yang
sudah ada, dalam hal ini dituangkan lagi ke dalam sebuah prototype dengan
menggunakan sensor-sensor yang mudah untuk didapatkan dan lebih hemat untuk
biaya yang dikeluarkan. Untuk satu unit “Cowarobot R1” dapat diperoleh dengan
kisaran harga US$699 [4].
2
Pada pelaksanaannya penelitian ini akan difokuskan pada membangun sebuah
robot dan sistemnya. Dimana keseimbangan antara hardware dan software sangat
penting kaitannya dengan pembuatan robot. Sama halnya dengan membangun
hardware dan merancang software, keduanya harus saling seimbang. Supaya tidak
terjadi kecacatan atau kekurangan dalam pembuatan, walaupun hanya sekedar kabel
yang digunakan. Hal kecil tersebut dapat mengakibatkan keseimbangan antara
hardware dan software dapat terganggu. Karena keduanya terhubung secara
terintegrasi. Oleh sebab itu, perlu ada pengecekan ulang untuk memastikan tidak ada
yang bermasalah atau rusak.
Penelitian tentang robot sudah banyak dilakukan, mulai dari robot yang hanya
bergerak saja, robot yang bisa membantu meringankan pekerjaan manusia, hingga
robot yang dapat menirukan gerakan manusia. Penelitian ini berfokus kepada prototype
“Cowarobot R1” dengan menggunakan sensor ultrasonik dan sensor inframerah.
Sebelum penelitian ini berlangsung, juga ada penelitian yang hampir menyerupai
“Cowarobot R1” dengan judul penelitiannya antara lain; “Perancangan Robot Avoider
Berbasis Arduino UNO Menggunakan Tiga Sensor Ultrasonik” karya Oky Supriadi
pada tahun 2019 [5], “Control Schemes For Autonomous Car-Following System With
Two Classical Conpensators” karya Wen-Xing Zhu dan Li-Dong Zhang tahun 2019
[3], “Robot Deteksi Garis Menggunakan Sensor Infra Merah (interface USB)” karya
Nanan Rohman dan Dadang Nurdiansyah tahun 2012 [6], “Pengembangan Robot
Pendeteksi Objek Berdasarkan Warna Dengan Sensor Kamera Sebagai Media
3
Pembelajaran” karya Roni Setiawan tahun 2012 [7], “Robot Mobil Dengan Sensor
Kamera Untuk Menelusuri Jalur Pada Maze” karya Lauw Lim Un Tung dkk [8] dan
“Human Following Trolley – Auto Walker” karya dari Achsuthan Mahendran dkk
penelitian mereka membuat sebuah robot yang hampir mirip dengan penelitian robot
ini. Dengan menggunakan 2 metode untuk menggerakan robot tersebut yang bisa
digerakan secara manual ataupun secara otomaris menggunakan handphone dengan
penggunaan Bluetooth sebagai interface-nya. Sensor yang mereka gunakan adalah
hanya sensor ultrasonik yang mendeteksi keberadaan seuatu objek yang berada di
depannya [2].
Hal yang membekan dalam penelitian “Human Following Trolley – Auto
Walker” karya dari Achsuthan Mahendran dkk dengan penelitian ini adalah pada
penelitian ini ditambankan sensor inframerah untuk mendeteksi objek sedikit mendetail
dari pada hanya menggunakan kinerja dari sensor ultrasonik tersebut.
Dengan menggunakan mikrokontroller Arduino NANO dengan menggunakan
bahasa pemograman C++ dalam penelitian ini menjadikan pembuatannya menjadi
lebih praktis dan mudah. Dikarenakan sudah banyak dikembangkan dan didukung
dengan aplikasi Arduino yang sudah open source. Sehingga penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tersebut. Dengan judul penelitianya adalah “RANCANG
BANGUN PROTOTYPE ROBOT FOLLOW ME UNTUK MEMBANTU
MENGANGKAT BEBAN BARANG BERBASIS MIKROKONTROLLER”.
4
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat merumuskan masalah dalam
penelitian tersebut antara lain sebagai berikut;
1. Bagaimana mendesain sebuah prototype robot follow me yang sistem kerjanya
menyerupai robot dari produk Cowarobot R1?
2. Bagaimana membangun hardware dan membuat software untuk membuat
prototype robot follow me?
3. Bagaimana menganalisis sistem kerja dari sensor-sensor yang digunakan?
4. Bagaimana menganalisis sistem kerja robot tersebut?
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus lagi, maka penelituan ini diberikan Batasan-
batasan masalah sebagai berikut:
1. Model prototype robot yang akan dibuat menyerupai keranjang yang
diberikan roda pada bagian bawahnya.
2. Mikrokontroller yang digunakan adalah mikrokontroller ATMega328 di
Arduino NANO.
3. Prototype robot ini hanya mengikuti objek yang telah diberikan/ditanamkan
sensor inframerah.
5
4. Tipe Gerakan robot menempel mengikuti objek dan tidak terlalu jauh antara
objek dengan robot.
5. Jarak uji lebih dari 20 cm dan kurang dari 40 cm.
6. Objek yang digunakan adalah tabung dengan diameter lebih dari 10 cm.
7. Hanya digunakan di dalam ruangan yang tertutup.
8. Gerakan mengikuti objek bergantung pada sensor ultrasonik dan motor driver.
9. Data yang diperoleh dari sensor ultrasonik sebagai sebuah pendeteksi jarak
objek dan letak objek tersebut.
10. Data yang diperoleh dari sensor inframerah adalah data tegangan intensitas
cahaya inframerah yang masuk tergantung keadaan sekitar disekitarnya.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah;
1. Mendesain prototype robot follow me dengan prinsip kerja yang sedikit
menyerupai produk dari “Cowarobot R1”.
2. Membuat hardware dan software prototype robot follow me..
3. Menganalisis sistem kerja dari sensor yang digunakan.
4. Menganalisis sistem kerja prototype robot follow me.
6
1.5 Manfaat Penelitan
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya untuk
orang yang mempunyai keterbatansan waktu dan energi. Dengan membuat robot follow
me dapat meringankan kerja manusia untuk mengankat atau membawa barang-barang
berat. Selain itu juga penelitian ini dapat bermanfaat untuk masyarakat dan khususnya
untuk peminatan instrumentasi yaitu sebagai penelitian yang dapat berhubungan
dengan alat-alat elektronik yang semakin pesat perkembangannya.
1.6 Sistematika Penulisan
Memberikan gambaran ringkas pada skripsi ini, peneliti membuat tulisan ini
menjadi lima bab. Adapun sistematika penulisan yang digunakan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, berisi latar belakang, pembatasan masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI, berisi bab-bab yang mengandung dasar teori yang
disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan, dasar teori ini nantinya akan menjadi
acuan saat penelitian berjalan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN, menjelaskan mengenai waktu dan tempat
penelitian, alat dan bahan yang digunakan, tahapan penyusunan, perancangan dan
metode analisis.
7
BAB IV HASIL PENELITIAN, menyajikan hasil penelitian berupa hasil rancangan
alat maupun pemograman, hasil uji coba, hasil rancagan serta pembahasan mengenai
hasil rancangan tersebut.
BAB V PENUTUP, berisi tentang kesimpulan penelitian yang telah dilakukan dan
saran-saran yang diberikan oleh peneliti untuk penelitian berikutnya.
8
2. BAB II
DASAR TEORI
2.1 Gelombang
Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat melalui suatu medium.
Panjang gelombang dapat ditentukan panjangnya dengan menghitung jarak antar
lembah dan bukit. Dengan cepat rambatnya tergantung medium apa yang dilaluinya
dalam satuan waktu [9]. Berdasarkan arah getarnya gelombang dibagi menjadi 2 yakni;
gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getaran berhimpit dengan arah
rambatannya dan gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak
lurus terhadap arah tambatannya. Gelombang juga memiliki sifat-sifat umum, atara lain
sebagai berikut: [9]
• Gelombang dapat dipantulkan (refleksi) adalah arah getaran gelombang yang
berbelok karena mengenai bidang medium yang berbeda. Gelombang pantul
memiliki arah yang berlawanan dengan gelombang datangnya, tetapi masih
dalam medium yang sama.
• Gelombang dapat dibiaskan (refraksi) adalah pembelokan arah rambat
gelombang dari daerah yang tinggi menjadi dangkal. Pada peristiwa ini
frekuensi gelombangnya tetap sama yang berubah ialah panjang gelombang dan
cepat rambatnya.
9
• Gelombang dapat mengalami difraksi adalah penyebaran ketika gelombang
melalui celah sempit dengan rambatnya radial.
• Gelombang dapat dijumlahkan (interferensi) adalah penggabungan gelombang
yang sama fase, kemudian gelombang tersebut saling menguatkan (interferensi
konstruktif). Tetapi jika gelombang tersebut berbeda fase maka gelombang
tersebut saling melemahkan (interferensi destruktif).
2.2 Gelombang Ultrasonik
Gelombang ultrasonik merupakan gelombang mekanik longitudinal dengan
frekuensi diatas 20 KHz. Gelombang ultrasonik tersebut tidak dapat didengar oleh
manusia, karena batas pendengaran manusia kisaran 20 Hz samapai 20 KHz atau sering
disebut juga dengan audiosounik [10]. Gelombang Ultrasonik ini dapat merambat
melalui medium padat, cair dan gas. Karena gelombang ultrasonik merupakan
gelombang mekanik, maka gelombang ini hanya dapat merambat melalui medium
merambatannya dan tidak bisa merambat diruang hampa.
Gelombang ultrasonik yang merambat melalui medium, getaran yang dimiliki
sama dengan getaran dari partikel-partikel medium yang dilauinya. Gelombang
ultrasonik akan memantulkan gelombangnya kembali ke arah gelombang tersebut
datang, kemudian dipancarkan kembali apabila terjadi diskontinuitas pada medium
yang dilalui gelombang ultrasonik itu merambat [11]. Kecepatan partikel didefinisikan
10
sebagai perbandingan jarak yang ditempuh partikel terhadap waktu tempuh yang
dibutuhkan.
v = s
t (1)
Dengan variabel v, s, dan t berturut-turut adalah kecepatan gelombang (m/s),
jarak yang ditempuh (m) dan waktu tempuh gelombang ultrasonik (s) [12]. Selain itu
kecepatan cepat rambat gelombang ultrasonik di ruang bebas sama dengan cepat
rambat gelombang di udara sekitar 340 m/s.
Saat ini ultrasonik telah dipakai untuk banyak keperluan dalam berbagai
bidang. Pada bidang medis, ultrasonik dapat dimanfaatkan untuk pencitraan gambar
(ultrasonography) dan membantu untuk pengobatan beberapa penyakit contohnya
kanker. Pada bidang kimia (sonochemistry), banyak memanfaatkan ultrasonik sebagai
alat untuk membantu untuk reaksi kimia. Pada bidang industri, ultrasonik dapat dipakai
untuk NDT (Non Destructive Test), pembersih bahan (cleaning), welding dan cutting
[13]. Sedangkan dalam bidang Fisika, ultrasonik dapat dimanfaatkan sebagai sensor
jarak dengan membandingkan waktu tempuh gelombang ultrasonik yang dipancarkan
oleh pemancar (transmitter) gelombang ultrasonik, kemudian gelombang tersebut
dipantulkan kembali dan diterima oleh penerima (receiver), serta sebagai radar untuk
mengetahui letak benda yang berada di depannya. Selain itu ultrasonik masih banyak
dipakai dalam bidang lainnya antara lain pertanian, biologi dan masih banyak bidang
lainnya.
11
Dalam bukunya J. David N. Cheeke menyebutkan setidaknya ada dua fitur unik
yang dimiliki oleh gelombang ultrasonik: [13]
1. Rambatan gelombang ultrasonik < (×100000) gelombang elektromagnetik. Hal
ini memudahkan untuk memperoleh informasi waktu, variabel delay dan lain-
lainnya pada saat gelombang ultrasonik merambat.
2. Gelombang ultrasonik mudah melewati bahan yang tidak bisa dilewati oleh
cahaya. Karena gelombang ultrasonik cukup sensitif dan reliabel maka dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui bentuk gambar topografi dari bahan yang tidak
tembus cahaya.
Gelombang ultrasonik dihasilkan dari sebuah tranduser tipe piezoelctric,
dimana tranduser ini cara kerjanya adalah langsung mengubah energi listrik bolak-
balik (AC) menjadi energi mekanik melalui efek piezoelectric. Pada proses tersebut
membuat kristal mengembang dan mengempis (berkontraksi) terhadap tegangan dan
menghasilkan gelombang akustik. Gelombang ini yang kemudian dideteksi oleh
receiver piezoelektric dan mengkonversi kembali gelombang ini menjadi tegangan
dengan cara yang sama [14].
12
Gambar 2.1 Prinsip Kerja transducer ultrasonik tipe piezoelectric [15]
Gambar 2.1 menunjukan prinsip kerja dari transducer tipe piezoelectric. Mula-
mula energi listrik pada frekuensi ultrasonik yang dihasilkan oleh ultrasonik generator
diberikan ke transducer ultrasonik tipe piezoelectric. Energi listrik tersebut akan
diubah menjadi energi mekanik oleh element piezoelectric yang berada dalam
transducer dengan cara ber-vibrasi (bergetar). Hasil vibrasi ini kemudian akan
diperkuat dengan cara resonansi masal dan kemudian dipancarkan secara langsung ke
medium melalui sebuah plat menjadi gelombang ultrasonik. Gelombang ultrasonik
yang dihasilkan dari transduser dapat mengukur jarak benda dan dapat menjadi sebagai
sensor ultrasonik [13].
2.3 Sensor Ultrasonik
Dalam melakukan kinerjanya sebuah robot membutuhkan kemampuan untuk
mengidentifikasi objek. Seperti halnya manusia, yang memiliki panca indera untuk
mendeteksi suatu objek, maka robot memerlukan sensor sebagai alat untuk
13
pendeteksinya. Sensor tersebut akan menghitung dan menganalisis informasi yang
diterima, kemudian mengolahnya menjadi sebuah sistem gerak robot dari informasi
yang disampaikan oleh sensor tersebut [5]. Sensor adalah sebuah alat yang
mengkonversi (mengubah) sebuah besaran fisika menjadi sebuah keluaran elektrik
[16]. Salah satu contohnya sensor ultrasonik yaitu sebuah sensor yang berfungsi untuk
mengubah besaran fisis (bunyi) menjadi besaran listrik dan sebaliknya.
Sensor ultrasonik adalah sensor yang bekerja berdasarkan prinsip pantulan
gelombang suara, digunakan untuk mendeteksi keberadaan suatu objek tertentu di
depannya. Frekuensi kerjanya sebesar 40 KHz selama t = 200 𝜇𝑠, kemudian mendeteksi
pantulannya. [5]
Sensor ultrasonik terdiri dari dari dua unit, yaitu unit pemancar dan unit
penerima. Struktur unit pemencar dan penerima merupakan sebuah transducer tipe
piezoelectric. Pantulan gelombang ultrasonik akan terjadi bila ada objek tertentu,
kemudian pantulan gelombang ultrasonik tersebut akan diterima kembali oleh unit
sensor penerima [17].
Besar atau kecilnya amplitudo sinyal elektrik yang dihasilkan dari unit sensor
penerima tergantung dari dekat atau jauhnya objek yang dideteksi, serta kualitas dari
sensor pemancar dan penerima. Proses yang dilakukan sensor ini menggunakan metode
pantulan gelombang untuk menghitung jarak antara sensor dan objek sasaran. Jarak
antara sensor itu dihitung dengan cara mengalikan setengah waktu yang ditempuh
sensor ultrasonik dalam perjalanannya dari rangkaian transmitter (Tx) sampai diterima
14
oleh rangkaian recivier (Rx), dengan cepatan rambat gelombang dari sinyal ultrasonik
tersebut pada media rambatnya yang digunakan adalah cepat rambat di udara [17].
Pada dasarnya sensor ultrasonik terdiri dari sebuah chip pembangkit sinyal 40
KHz, sebuah speaker ultrasonik dan sebuah mikrofon ultrasonik. Speaker ultrasonik
mengubah besaran listrik menjadi sinyal ultrasonik berfrekuensi 40 KHz, sedangkan
mikrofon ultrasonik berfungsi untuk mendeteksi pantulan sinyal tersebut [18]. Prinsip
kerja sebuah modul sensor ultrasonik yaitu mendeteksi objek dengan cara mengirimkan
gelombang ultrasonik dan menerima pantulan daari gelombang tersebut. Sensor
ultrasonik hanya akan mengirimkan gelombang ultrasonik ketika ada pulsa trigger dari
mikrokontroler (pulsa high selama 5μs). Gelombang ultrasonik dengan frekuensi
sebesar 40 kHz akan dipancarkan selama 200 μs. Gelombang ini akan merambat di
udara dengan kecepatan 344.424 m/s (atau 1 cm setiap 29.034 μs), mengenai objek
untuk kemudian terpantul kembali ke sensor ultrasonik [19].
2.3.1 Sensor Ultrasonik HC-SR04
Sensor jarak ultrasonik HC-SR04 adalah sensor 40 KHz. HC-SR04 merupakan
sensor ultrasonik yang dapat digunakan untuk mengukur jarak antara penghalang
(objek) dan sensor. Konfigurasi pin dan tampilan sensor HC-SR04 diperlihatkan pada
Gambar 2.2.
15
Gambar 2.2 Konfigurasi Pin Sensor Ultrasonik HC-SR04 [20]
HC-SR04 memiliki 2 komponen utama sebagai penyusun-nya yaitu ultrasonik
transmitter dan ultrasonik receiver. Waktu tempuh gelombang ultrasonik dari
pemancar hingga sampai ke penerima sebanding dengan 2 kali jarak antara sensor dan
bidang pantul seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Prinsip Kerja Sensor Ultrasonik HC-SR04 [21]
16
Prinsip pengukuran jarak menggunakan sensor ultrasonik HC-SR04 adalah,
ketika pulsa trigger diberikan pada sensor, transmitter akan mulai memancarkan
gelombang ultrasonik, pada saat yang sama sensor akan menghasilkan output TTL
transisi naik menandakan sensor mulai menghitung waktu pengukuran, setelah receiver
menerima pantulan yang dihasilkan oleh suatu objek maka pengukuran waktu akan
dihentikan dengan menghasilkan output TTL transisi turun. Jika waktu pengukuran
adalah t dan kecepatan suara adalah 340 m/s, maka jarak antara sensor dengan objek
dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan.
𝑠 = 𝑡 × 340 𝑚 𝑠⁄
2 (2)
Dimana s adalah jarak antara sensor dengan objek (m) dan t adalah waktu
tempuh gelombang ultrasonik dari transmitter menuju ke receiver (s).
Sensor ini dapat mengukur jarak suatu benda dalam batasan jarak 2 cm sampai
400 cm. Sedangkan untuk jarak yang kurang atau melewati batasan tersebut tidak
terdeteksi atau noice. Sensor ini mempunyai tingkat keakurasian sebesar 3mm. Modul
ini akan aktif apabila pin trigger diberi logika 1 selama 5 μs, kemudian sensor akan
memancarkan gelombang ultrasonik dan ketika gelombang terhalang oleh suatu benda
maka gelombang akan terpantul kembali menuju sensor dan pin echo yang
mengkibatkan menjadi bernilai high, saat pin echo high selang waktu dihitung, yaitu
dengan menggunakan counter. [17]
17
2.4 Sensor Infrared
Sensor Infrared adalah komponen elektronika yang dapat mengidentifikasi
cahaya inframerah (infrared, IR). Sensor inframerah terdiri dari led inframerah
(bening) sebagai pemancar dan fotodioda (hitam) sebagai penerima cahaya inframerah.
Dapat dilihat LED inframerah dan fotodioda pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 LED Infrared dan Fotodioda [22]
Cahaya inframerah pada dasarnya adalah radiasi elektromagnetik dari panjang
gelombang yang lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi
gelombang radio. Sinar inframerah meliputi daerah frekuensi 1011 Hz sampai 1014 Hz
atau pada daerah panjang gelombang 10-4 cm sampai 10-1 cm. Dapat dilihat pada
spektrum elektromagnetik tabel 2.1 berikut ini.
18
Tabel 2.1 Spektrum elektromagnetik
No Radiasi Gelombang
Elektromagnetik
Panjang Gelombang
(m)
Frekuensi
Gelombang (Hz)
1 Gelombang Radio 103 103 ~ 108
2 Gelombang Mikro 10-2 109 ~ 1010
3 Sinar Inframerah 10-5 1011 ~ 1014
4 Cahaya Tampak 0,5 × 10-6 1015
5 Sinar Ultraviolet 10-8 1015 ~ 1016
6 Sinar X 10-10 1016 ~ 1018
7 Sinar Gamma 10-12 1020 ~ 1025
Sinar infamerah dihasilkan oleh elektron dalam molekul-molekul yang bergetar
karena benda dipanaskan. Jadi setiap benda panas pasti memancarkan sinar inframerah.
Jumlah sinar inframerah yang dipancarkan bergantung pada suhu dan warna benda
[23]. Sistem sensor inframerah pada dasarnya mengandalkan sinar inframerah sebagai
media untuk komunikasi data antara receiver dan transmitter. Apabila sinar inframerah
terhalang oleh sebuah objek maka akan mengubah besar atau kecilnya pancaran sinar
inframerahnya tersebut.
2.5 Motor DC
Motor DC (Direct Current) adalah peralatan elektromekanik dasar yang
berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Motor DC
merupakan jenis motor yang menggunakan tegangan searah sebagai sumber tenaganya.
Dengan memberikan beda tegangan pada kedua terminal tersebut, motor akan berputar
19
pada satu arah, dan bila polaritas dari tegangan tersebut dibalik maka arah putaran
motor akan terbalik pula. Polaritas dari tegangan yang diberikan pada dua terminal
menentukan arah putaran motor sedangkan besar dari beda tegangan pada kedua
terminal menentukan kecepatan motor [24].
Gambar 2.5 Motor DC [25]
Motor DC memerlukan suplai tegangan yang searah pada kumparan medan
untuk diubah menjadi energi mekanik. Motor DC ini tersusun dari dua bagian yaitu
bagian diam (stator) dan bagian bergerak (rotor). Stator motor arus searah adalah
badan motor atau kutub magnet (sikat-sikat), sedangkan yang termasuk rotor adalah
jangkar lilitanya.
2.5.1 Bagian Motor DC
Motor DC memiliki 3 bagian atau komponen utama untuk dapat berputar. Yang
ditunjukkan seperti gambar 2.6 berikut ini:
20
Gambar 2.6 Bagian Motor DC [26]
1. Kutub medan. Akibat dari interaksi dua kutub magnet akan menyebabkan
perputaran pada motor DC. Motor DC memiliki kutub medan yang stasioner
dan dinamo yang menggerakkan bearing pada ruang diantara kutub medan.
Motor DC memiliki dua kutub medan yaitu kutub utara dan kutub selatan.
2. Rotor. Jika arus masuk menuju rotor (bagian motor yang bergerak), maka akan
diubah menjadi elektromagnet. Rotor yang berbentuk silinder, dihubungkan ke
as penggerak untuk menggerakkan beban. Pada salah satu kasus pada motor
DC, rotor yang berputar dalam medan magnet mengikuti arah putaran dari
kutub-kutubnya. Apabila posisi arusnya dibalik maka posisi kutubnya juga akan
terbalik yang menyebabkan putaran motor berbeda dengan sebelumya.
3. Komutator. Kegunaannya adalah untuk membalikkan arah arus listrik dalam
dinamo dan Commutator juga membantu dalam transmisi arus antara dinamo
dan sumber daya. [27]
21
2.5.2 Prinsip kerja Motor DC
Arus mengalir melalui kumparan jangkar dari sumber tegangan DC,
menyebabkan jangkar beraksi sebagai magnet. Gambar 2.7 menjelaskan prinsip kerja
motor DC magnet permanen.
Gambar 2.7 Prinsip Kerja Motor DC [28]
1. Pada posisi 1 arus mengalir dari sikat negatif menuju ke sikat positif. Akan
timbul torsi yang menyebabkan jangkar berputar berlawanan arah jarum jam.
2. Ketika jangkar pada posisi 2, sikat terhubung dengan kedua segmen komutator.
Aliran arus pada jangkar terputus sehingga tidak ada torsi yang dihasilkan.
Tetapi, kelembaban menyebabkan jangkar tetap berputar melewati titik netral.
3. Pada posisi 3, letak posisi jangkar berkebalikan pada posisi 1. Segmen
komutator membalik arah arus elektron yang mengalir pada kumparan jangkar.
22
Oleh karena itu arah arus sama dengan posisi 1. Torsi yang timbul tetap berputar
berlawanan arah jarum jam.
4. Jangkar berada pada titik netral. Karena adanya kelembaman pada poros
jangkar, maka jangkar berputar terus-menerus. [29]
Akibat dari motor yang berputar, disitu terdapat besarnya torsi yang dihasilkan.
Dengan persamaan rumus torsi sebagai berikut; [30]
𝑃 = 𝜏 . 𝜔 (3)
𝜏 = 𝑃
𝜔 (4)
Dengan
𝜏 = 𝐹 . 𝑟 (5)
𝜏 = 𝑚 . 𝑎 . 𝑟 (6)
Keterangan ;
• P = Daya Listrik (Watt)
• τ = Torsi Beban (Ncm)
• ω = Kecepatan Motor (rps)
• m = Massa Beban (g)
• a = Percepatan (cm/s)
• r = Jari-jari Motor (cm)
23
2.6 Bahasa Pemograman
Bahasa pemrograman adalah notasi yang digunakan untuk menulis program
(komputer). Bahasa ini dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu bahasa mesin, bahasa
tingkat rendah dan bahasa tingkat tinggi. Bahasa mesin (machine language) berupa
microinstruction atau hardwire. Programnya sangat panjang dan sulit dipahami. Di
samping itu sangat tergantung pada arsitektur mesin. Keunggulannya adalah prosesnya
sangat cepat dan tidak perlu interpreter atau penterjemah Bahasa tingkat rendah (low
level language) berupa macroinstruction (assembly). Seperti halnya bahasa mesin,
bahasa tingkat rendah tergantung pada arsitektur mesin. Programnya panjang dan sulit
dipahami walaupun prosesnya cepat. Jenis bahasa tingkat ini perlu penterjemah berupa
assembler.
Bahasa tingkat tinggi (high level language) menyerupai struktur bahasa
manusia sehingga mudah dipahami. Bahasa ini tidak tergantung pada arsitektur mesin
tetapi memerlukan penterjemah berupa compiler atau interpreter. Secara garis besar
ada dua kategori bahasa pemrograman yaitu: bahasa pemrograman aras rendah (low
level) dan bahasa pemrograman level tinggi (high level). Bahasa pemrograman aras
rendah cenderung mendekati level komputer, ini artinya bahwa bahasanya ditulis
mendekati atau sama dengan bahasa mesin komputer, hal ini sangat sulit ditulis karena
bahasanya jauh dari bahasa manusia yang digunakan sehari-hari [31].
Bahasa pemrograman yang lebih mudah dipelajari adalah bahasa pemrograman
aras tinggi. Disebut aras tinggi karena bahasanya mendekati level bahasa manusia
24
sehingga lebih mudah dipahami. Lebih jelasnya beberapa jenis bahasa pemrograman
aras tinggi yang digunakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.2 Bahasa Pemrograman Aras Tinggi
NAMA PENJELASAN
BASIC Bahasa pemrograman yang biasa digunakan untuk merancang
program sederhana pada programmer pemula.
FORTRAN Bahasa pemrograman yang dirancang untuk menyelesaikan
algoritma matematika yang kompleks.
COBOL Bahasa pemrograman yang dirancang pada aplikasi bisnis.
Pascal Pemrograman terstruktur, bersifat umum dan biasanya bahasa
pemrograman ini banyak diajarkan.
C Pemrograman terstruktur, bersifaat umum. Bahasa ini
dikembangkan oleh Bell laboratories. Bahasa C ini dapat
digunakan sebagai bahasa aras tinggi dan aras rendah.
C++ Dasar pengembangan C. C++ dapat digunakan sebagai bahasa
berorientasi objek, yang tidak ditentukan pada bahasa C. Bahasa
ini juga dikembangkan oleh laboratorium Bell.
C# C# atau “C sharp”. Bahasa ini ditemukan oleh Microsoft untuk
mengembangkan aplikasi pada aplikasi Microsoft.NET.
Java Bahasa ini merupakan bahasa berorientasi objek yang
dikembangkan oleh Sum Microsustem. Dengan java
memungkinkan untuk pengembangan program yang berjalan pada
jaringan internet atau web browser.
VISUAL
BASIC
Bahasa pemrograman Microsoft dimana bahasa ini bertujuan
untuk pengembagan perangkat lunak yang dapat memudahkan
programmer dalalm membuat aplikasi berbasis windows.
25
2.7 Mikrokontroller Arduino
Mikrokontroller adalah sistem komputer dimana sebagian besar elementnya
dikemas dalam satu chip IC (Integrated Circuit) dan termasuk kedalam kategori
embedded komputer. Mikrokontroller juga dikenal sebagai CPU yang merupakan
kombinasi I/O, ROM dan RAM. Salah satu contoh mikrokontroller ATmega328 yang
terdapat di dalam Arduino. Mikrokontroller ATmega328 ini memiliki 14 digital
input/output pin, 6 pin sebagai output PWM dan 6 input analog, 16 MHz osilator
kristal, koneksi USB dan tombol reset. Elemen utama dari mikrokontroller Arduino
yaitu Input/Output atau I/O melalui pin-pin, port USB dan mikrokontroller di
dalamnya terdapat sejumlah RAM yang berkapasitas sedikit. [32]
Gambar 2.8 konfigurasi pin pada Arduino [33]
Mikrokontroller ATmega328 ini memungkinkan untuk meng-upload kode-
kode atau program yang baru ke dalam Arduino. Bahasa pemograman yang digunakan
untuk arduino adalah bahasa C yang sudah disederhanakan dengan syntax, sehingga
mempermudah dalam mempelajari dan mendalami mikrokontroller. [32]
26
3. BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian “Robot Follow Me” dengan sensor ultrasonik HC-SR04 dan sensor
inframerah dengan menggunakan mikrokontroler Arduino NANO. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juni sampai September 2019. Penelitian tersebut bertempatan
di Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) Fisika Instrumentasi Universitas Islam Negeri
(UIN) Jakarta yang terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat, Cempaka Putih,
Ciputau Timur, Kota Tanggerang Selatan, 15412.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Selama penelitian berlangsung dalam pembuatan dan pengujian “Robot Follow
Me” menggunakan sensor ultrasonik dan sensor inframerah berbasis mikrokontroller.
Membutuhkan alat penelitian dimana alat-alat tersebut berfungsi sebagai media
pendukung penelitian, sedangkan bahan penelitian sebagai media pendukung alat dan
penelitian tersebut.
Beberapa alat dan bahan bisa dilihat pada tabel 3.1 berikut ini :
27
Tabel 3.1 Alat dan bahan percobaan
Alat dan Bahan Keterangan
Alat :
1. Mikrokontroler ATMega 328P didalam
Arduino NANO
2. Sensor Ultrasonik tipe HC-SR04
3. Infrared IR LED (transmitter)
4. Infrared IR LED (receiver)
5. Kabel Serial
6. Motor DC
7. Motor Driver
8. Battery (18650)
9. Multimeter
10. Roda
11. Kabel Jumper
12. Jangka Sorong
1 Buah
2 Buah
30 Buah
4 Buah
1 Buah
2 Buah
1 Buah
3 Buah
1 Buah
3 Buah
Secukupnya
1 Buah
Bahan :
1. Arduino IDE
2. Keranjang
3. Baut
4. Perekat
Versi 1.8.9
1 Buah
Secukupnya
Secukupnya
28
3.3 Tahapan Penelitian
Penelitian ini meliputi beberapa tahapan. Secara garis besar tahapan tersebut
terbagi atas perancangan alat, pembuatan program (koding) dan pengujian alat. Adapun
tahapan keseluruhan dapat dilihat dari diagram alir berikut ini:
PEMBUATAN
PROGRAM ALAT
PERANCANGAN DAN
PEMBUATAN ALAT
PERSIAPAN
PENGUJIAN
FUNGSI ALAT DATA
PENGUJIAN
ALAT
ANALISA
DATA
ULTRASONIK INFRAMERAH
Gambar 3.1 Diagram tahapan penelitian
29
3.3.1 Persiapan Penelitian
Pada tahapan ini proses yang dilakukan adalah mencari informasi tentang alat
dan bahan yang digunakan dari buku dan datasheet. Serta mencari penelitian yang
sejenis dari beberapa jurnal, Skripsi dan skripsi. Tahapan ini bertujuan memilih bahan-
bahan referensi sebagai studi pustaka.
3.3.2 Perancangan dan Pembuatan Alat Penelitian
Perancangan dan pembuatan alat penelitian merupakan dua proses yang saling
berkaitan satu sama lain. Tahapan yang pertama adalah tahap perancangan, dimana
tahapan ini adalah tahapan untuk membuat rancangan dari alat penelitian tersebut.
Gambar 3.2 Skematik rancangan alat
30
Selanjutnya dilanjut oleh tahapan yang kedua yaitu tahapan pembuatan alat
penelitian. Pada tahapan ini pembuatan dibagi menjadi 2 yaitu;
• Pengujian alat-alat yang dibutuhkan untuk mengetahui fungsi atau performa dari
alat-alat penelitian seperti mikrokontroler Arduino, motor DC, motor driver,
sensor inframerah dan sensor ultrasonik.
• Pembuatan alat sesuai dengan rancangan alat yang telah dibuat sebelumnya.
3.3.3 Pengujian Fungsi Alat Penelitian
Setelah proses percancangan dan pembuatan alat penelitian selesai. Alat
tersebut akan diuji secara keseluruhan, terutama pengujian sensor ultrasonik dan
sensor inframerah untuk karakteristik sensor yang digunakan ataupun sebagai kalibrasi
sensor. Dengan mendapatkan nilai dari sensor-sensor yang digunakan, dapat
menemtukan atau membuat program pada alat penelitian tersebut. Tetapi yang
terpenting adalah memperhatikan sambungan kabel-kabel yang digunakan jangan
sampai tertukar atau terbalik. Karena jika terjadi kesalahan pada instalasi kabel
tersebut akan berakibat fatal.
3.3.4 Pembuatan Program Alat Penelitian
Pembuatan program alat penelitian, berlandaskan dari nilai yang didapat dari
sensor-sensor. Karena sensor ultrasonik dalam alat ini adalah sebagai pancaindra
penglihatan dari alat tersebut. semua gerakan yang akan dibuat, merupakan hasil dari
31
sensor ultrasonik tersebut. Sedangkan untuk sensor inframerah berfungsi sebagai
pembeda dari beberapa objek.
Dalam pembuatan program, dibutuhkan perangkat lunak Arduino IDE untuk
membuat program yang berbasis pemograman bahasa C++. Program yang akan dibuat
dipastikan terdapat pembacaan nilai jarak yang didapatkan dari sensor ultrasonik.
Kemudian untuk mengatur pergerakan dari motor DC tersebut, dibutuhkanlah kinerja
dari komponen motor driver. Dimana dalam pembuatan program Alat penelitian ini
dapat dilihat dari flowchart berikut ini.
32
Gambar 3.3 Flowchart sistem kerja program alat
Start
Pembacaan nilai
sensor inframerah
Nilai sensor
inframerah < 800
Deklarasi sensor ultrasonik,
sensor inframerah dan motor
driver
Pembacaan nilai
sensor ultrasonik
Belok
Kiri
Maju
Belok
Kanan
Nilai sensor ultrasonik
kanan & kiri > 9 cm
Ultrasonik
kanan > kiri
Ultrasonik
kanan < kiri
9cm <Kanan
/ kiri < 15cm
4cm < Kanan
/ kiri < 10cm
Berhenti Mundur
Berhenti Tidak
Ya
Tidak Tidak
Tidak
Ya
Selesai
Ya Ya
33
3.3.5 Pengujian Alat
Dengan menggunakan sensor ultrasonik yang berfungsi untuk mendeteksi
keberadaan objek. Kemudian setelah mendeteksi keberadaan objek di depannya alat
tersebut otomatis akan mengikuti atau mendekati objek tersebut dengan perbedaan
jarak antara objek dengan robot penelitian ini dari jauh > 20 cm sampai jauh < 40 cm.
Apabila objek berada pada sisi kanan robot atau nilai sensor ultrasonik kanan lebih
kecil dari pada nilai ultrasonik kiri, gerak yang akan dilakukan adalah belok kanan
secara perlahan. Sedangkan untuk nilai yang sebaliknya gerak robot tersebut akan
berbelok ke kiri. Tetapi ketika nilai dari sensor ultrasonik kanan dan nilai ultrasonik
kiri sama atau tidak berbeda jauh, gerakan robot akan maju mendekati objek. Untuk
jarak antara objek dan robot sejauh 9 cm, robot akan berhenti bergerak. Tetapi jika
jarak robot dengan objek < 9 cm gerak robot akan mundur sampai jarak antara objek
dengan robot sejauh 9 cm.
34
Gambar 3.4 Ketentuan jarak antara robot dengan objek
3.3.6 Analisa Data
Tahapan ini adalah tahapan bagaimana cara kerja sensor itu bekerja pada robot
ini. Pada robot penelitian ini menggunakan 2 sensor, yaitu sensor ultrasonik dan sensor
inframerah. Sensor ultrasonik digunakan untuk mendeteksi objek yang ada di depan
robot. Cara mendeteksinya tergantung dari jarak dan besar sudut yang dimiliki oleh
35
objek yang berada di depannya. Pada titik 0° tepat tegak lurus terhadap robot tersebut
dan sudut θ yang terbentuk dapat dilihat pada gambar dibawah ini;
Gambar 3.5 Analisis sensor ultrasonik & sudut
Sensor yang kedua ialah sensor inframerah yang mendeteksi intensitas cahaya
inframerah pada daerah sekitarnya. Selain itu sensor inframerah juga diuji kemampuan
daya tembusnya. Dengan menggunakan kertas HVS yang memiliki ketebatalan
kertasnya sebesar 0.1mm / lembar diuji intensitas yang dapat menembus kertas HVS
tersebut.
Gambar 3.6 Analisis sensor inframerah terhadap tebal penghalang (HVS)
36
4. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian tentang robot otomatis berkembang sangat pesat. Mulai dari
bentuknya yang berbeda, sampai mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Salah satu
contohnya adalah robot follow me pada penelitian ini. Peneliti melakukan beberapa hal
yang akan diteliti untuk kinerja sensor yang digunakan antara lain; kalibrasi sensor
ultrasonik, respon sensor ultrasonik terhadap sudut letak benda dan respon sensor
inframerah terhadap lingkungan di sekitarnya. Sedangkan untuk analisis kerja dari
robot tersebut dilakukannya ujicoba kecepatan yang terbentuk ketika nilai pulse width
modulation (PWM) yang diberikan kepada motor DC berbeda-beda dan kecepatan
untuk memebawa bedan yang diberikan kedapa robot. Dengan tujuan akhir membuat
sebuah robot yang dapat mengikuti objek yang sudah ditanamkan pemancar sinar
inframerah.
4.1 Hasil Rancangan Hardware dan Software
Pada penelitian ini rancangan hardware sama dengan dengan rancangan
hardware yang ada pada bab sebelumnya. Penggunaan sensor ultrasonik terletak pada
posisi depan kanan dan posisi depan kiri pada robot. Sedangkan untuk sensor
inframerah itu sendiri terletak diantara sensor ultrasonik, yaitu berada pada posisi
37
depan tengah robot. Rancangan hardware robot penelitian ini dapat dilihat pada
gambar dibawah ini;
Gambar 4.1 Hasil Rancangan Hardware
Selain rancangan hardware, ada juga rancangan software pada penelitian ini.
Fungsi dari rancangan software tersebut adalah untuk menentukan cara kerja atau
kinerja dari robot follow me. Rancangan software yang dibuat sama dengan flowchart
yang telah dibuat sebelumnya. Sistem yang bekerja adalah ketika nilai sensor
inframerah < 800, maka robot boleh melanjutkan ke program berikutnya. Sedangkan
program yang berikutnya adalah pengoperasian gerak atau jalan dari robot follow me
tersebut. Apabila nilai ultrasonik kanan dan kiri > 9 cm, robot akan membaca keadaan
yang lebih signifikan lagi.
Ketika nilai ultrasonik kiri hampir sama dengan nilai ultrasonik kanan, program
yang dijalankan adalah maju. Ketika nilai sensor ultrasonik kiri lebih kecil dari pada
sensor ultrasonik kanan, program yang berjalan adalah belok kiri, begitu juga dengan
38
sebaliknya. Sedangkan dalam keadaan yang lain untuk nilai sensor ultrasonik dengan
range 9 cm sampai 15 cm, program yang dijalankan adalah berhenti. Tetapi untuk nilai
ultrasonik yang lebih kecil dari 4 cm, program yang berjalan adalah mundur. Karena
jarak objek dengan robot sangat dekat, atau juga bisa dengan keadaan nilai sensor
inframerah lebih besar dari 800.
4.2 Kalibrasi Sensor Ultrasonik
Sebelum melakukan pengujian yang lebih lanjut diperlukannya kalibrasi
sensor. Pada penelitian ini bertitik berat pada sensor ultrasonik, dimana sensor ini yang
menjadi panca indra dari alat tersebut. Kalibrasi sensor tersebut dengan cara mengukur
jarak secara tegak lurus dengan sensor ultrasonik dan meletakan benda sesuai jarak
yang ditentukan menggunakan penggaris. Hasil dari data kalibrasi tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1 Data kalibrasi sensor ultrasonik
No Jarak (cm) Ultra Kanan (cm) Ultra Kiri (cm)
1 5 5 5
2 10 10 10
3 15 15 15
4 20 20 20
5 25 25 25
6 30 30 30
7 35 35 35
8 40 40 40
9 45 45 45
10 50 50 50
39
Gambar 4.2 Grafik kalibrasi ultrasonik kanan
Gambar 4.3 Grafik kalibrasi ultrasonik kiri
Gambar 4.1 dan 4.2 menunjukan bahwa sensor ultrasonik sama dengan jarak
yang ditetapkan dengan menggunakan penggaris. Hal tersebut menunjukan jarak
sensor ultrasonik terhadap jarak sesuai dengan jarak sebenarnya.
510
1520
2530
3540
4550
0
10
20
30
40
50
60
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Ult
ra K
an
an
(cm
)
Jarak (cm)
Grafik Kalibrasi Ultrasonik Kanan
510
1520
2530
3540
4550
0
10
20
30
40
50
60
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Ult
ra K
an
an
(cm
)
Jarak (cm)
Grafik Kalibrasi Ultrasonik Kiri
40
Tabel 4.2 Pengolahan data sensor ultrasonik kanan
No Jarak (cm) Ultrasonik Kanan (cm)
1 5 5
2 10 10
3 15 15
4 20 20
5 25 25
6 30 30
7 35 35
8 40 40
9 45 45
10 50 50
Gambar 4.4 Grafik kelinieran sensor ultrasonik kanan
Dan;
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50y = xR² = 1
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Ult
ra K
anan
(cm
)
Jarak (cm)
Grafik Kelinieran Ultrasonik Kanan
41
Tabel 4.3 Pengolahan data sensor ultrasonik kiri
No Jarak (x) Ultrasonik Kiri (cm)
1 5 5
2 10 10
3 15 15
4 20 20
5 25 25
6 30 30
7 35 35
8 40 40
9 45 45
10 50 50
Gambar 4.5 Grafik kelinieran sensor ultrasonik kiri
Dapat dilihat kelinieran atau regresi linier dalam dua grafik diatas. Pada grafik
kalibrasi ultrasonik kanan besar nilai R² = 1. Sehingga persamaannya liniernya menjadi
y = x. Pada hal tersebut menunjukan bahwa keakurasian sensor ultrasonik terhadap
jarak sangat baik dan cocok untuk digunakan untuk penelitian ini.
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50y = xR² = 1
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Ult
ra K
anan
(cm
)
Jarak (cm)
Grafik Kelinieran Ultrasonik Kiri
42
4.3 Respon Sensor Ultrasonik Terhadap Sudut
Setelah mendapatkan keakurasian dari sensor ultrasonik tersebut. Langkah
selanjutnya adalah pengujian sensor ultrasonik terhadap sudut letak benda. Pada
pengujian ini peneliti ingin mengetahui seberapa responsifnya sensor ultrasonik
terhadap sudut gelombangnya. Dengan pengujian benda yang berbeda permukaan
bidangnya. Berbekal dari sifat-sifat umum yang dimiliki oleh gelombang, yaitu;
gelombang dapat mengalami pemantulan (refleksi), pembiaasan (refraksi),
penggabungan (interferensi) dan difraksi [9]. Pada penelitian ini ingin membuktikan
bahwa gelombang ultrasonik dapat mengalami difraksi dan pemantulan gelombang.
Pada gelombang bunyi yang dapat didengar manusia (audiosounik) itu sudah
sangat mudah untuk dideteksi. Karena bisa mendengarkannya secara langsung dari
telinga kita. Salah satu contohnya dari difraksi gelombang pada audiosonik adalah
mendengar suara radio dibalik sudut bangunan sebelum melihat radio tersebut.
Gambar 4.6 Visualisasi Difraksi Gelombang [34]
Sedangkan pada kasus ini gelombang bunyi berfrekuensi diatas 20 KHz, tidak
dapat didengar oleh manusia (ultrasonik). Pengujian untuk gelombang ultrasonik
43
tersebut adalah dengan menggunakan sebuah celah tunggal dari sensor ultrasonik
tersebut. Mencari besarnya sudut yang terbentuk dari gelombang yang melewati sebuah
celah adalah dengan menggunakan rumus difraksi celah tunggal dibawah ini; [35]
𝑑 . 𝑆𝑖𝑛𝜃 = 𝜆 (7)
Dengan;
𝜆 = 𝑐
𝑓 (8)
Keterangan simbol sebagai berikut;
d = diameter atau lebar celah (cm)
θ = sudut difraksi yang terbentuk
λ = panjang gelombang ultrasonik (cm)
c = cepat rambat bunyi (udara)
f = frekuensi (Hz)
Sensor ultrasonik dengan frekuensi 40 KHz memiliki diameter speaker
piezoelektric 1,5 cm, dimana proses terbentuknya gelombang ultrasonik terjadi didalam
rongga tersebut. Sedangkan untuk medium yang digunakan dalam penelitian tersebut
adalah udara. Cepat rambat gelombang diudara tersebut sekitar 340 m/s. Panjang
gelombang ultrasonik yang terbentuk sekitar 0,85 cm. Sehingga dari persamaan diatas
didapat sudut yang terbentuk dari sensor ultrasonik tersebut sekitar 34° yang
merupakan hasil dari difraksi celah tunggal.
44
Didalam penelitian ini terdapat beberapa pengujian dan pengambilan data
respon sensor ultrasonik terhadap sudut. Pengambilan data terbagi lagi menjadi dua.
Pada pengujian pertama menggunakan benda yang permukaannya persegi atau kotak.
Dengan dimensi yang dimiliki oleh objek tersebut adalah (17.5 cm x 9.6 cm x 6.3 cm)
dan beberapa variasi jarak objek dengan sensor ultrasonik. Pengambilan yang
dilakukan adalah mendeteksi objek dengan jarak yang sudah ditentukan untuk setiap
perubahan sudut sebesar 5°. Data percobaan dengan benda/objek yang berbentuk kotak
dapat dilihat dibawah ini;
Tabel 4.4 Sensor & objek dengan jarak
20 cm (kotak)
No Sudut(θ) Ultrasonik(cm)
1 0 20
2 5 20
3 10 20
4 15 20
5 20 21
6 25 21
7 30 0
8 35 0
9 40 0
10 45 0
Kesalahan literatur dari sensor & objek dengan jarak 20 cm (kotak) adalah;
𝑋𝑙𝑖𝑡 =25 − 34
25× 100% = 36%
0
5
10
15
20
25
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Jara
k O
bje
k (c
m)
Sudut Uji (θ)
Grafik Sensor & Objek dengan Jarak 20 cm
Gambar 4.7 Grafik sensor & kotak dengan jarak 20 cm
45
Tabel 4.5 Sensor & objek dengan jarak
30 cm (kotak)
No Sudut(θ) Ultrasonik(cm)
1 0 29
2 5 30
3 10 29
4 15 29
5 20 30
6 25 30
7 30 31
8 35 0
9 40 0
10 45 0
Kesalahan literatur dari sensor & objek dengan jarak 30 cm (kotak) adalah;
𝑋𝑙𝑖𝑡 =30 − 34
30× 100% = 13,33%
Tabel 4.6 Sensor & objek dengan jarak
40 cm (kotak)
No Sudut(θ) Ultrasonik(cm)
1 0 39
2 5 39
3 10 39
4 15 39
5 20 39
6 25 39
7 30 40
8 35 40
9 40 0
10 45 0
Kesalahan literatur dari sensor & objek dengan jarak 40 cm (kotak) adalah;
𝑋𝑙𝑖𝑡 =35 − 34
35× 100% = 2,85%
0
10
20
30
40
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Jara
k O
bje
k (c
m)
Sudut Uji (θ)
Grafik Sensor & Objek dengan Jarak 30 cm
0
10
20
30
40
50
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Jara
k O
bje
k (c
m)
Sudut Uji (θ)
Grafik Sensor & Objek dengan Jarak 40 cm
Gambar 4.8 Grafik sensor & kotak dengan jarak 30 cm
Gambar 4.9 Grafik sensor & kotak dengan jarak 40 cm
46
Tabel 4.7 Sensor & objek dengan jarak 50
cm (kotak)
No Sudut(θ) Ultrasonik(cm)
1 0 50
2 5 49
3 10 49
4 15 49
5 20 49
6 25 50
7 30 50
8 35 51
9 40 0
10 45 0
Kesalahan literatur dari sensor & objek dengan jarak 50 cm (kotak) adalah;
𝑋𝑙𝑖𝑡 =35 − 34
35× 100% = 2,85%
Pada pengejuian kedua menggunakan benda yang permukaannya elips atau
lingkaran. Dengan diameter yang dimiliki oleh objek tersebut sebesar 17 cm dan
beberapa variasi jarak objek dengan sensor ultrasonik. Pengambilan data sama seperti
pada pengujian yang pertama. Data percobaan dengan benda/objek yang berbentuk
lingkaran dapat dilihat di bawah ini;
0
10
20
30
40
50
60
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Jara
k O
bje
k (c
m)
Sudut Uji (θ)
Grafik Sensor & Objek dengan Jarak 50 cm
Gambar 4.10 Grafik sensor & kotak dengan jarak 50 cm
47
Tabel 4.8 Sensor & objek dengan jarak
20 cm (lingkaran)
No Sudut(θ) Ultrasonik(cm)
1 0 21
2 5 21
3 10 21
4 15 21
5 20 21
6 25 22
7 30 23
8 35 0
9 40 0
10 45 0
Kesalahan literatur dari sensor & objek dengan jarak 20 cm (lingkaran) adalah;
𝑋𝑙𝑖𝑡 =30 − 34
30× 100% = 13,33%
Tabel 4.9 Sensor & objek dengan jarak
30 cm (lingkaran)
No Sudut(θ) Ultrasonik(cm)
1 0 31
2 5 31
3 10 31
4 15 31
5 20 32
6 25 33
7 30 0
8 35 0
9 40 0
10 45 0
Kesalahan literatur dari sensor & objek dengan jarak 30 cm (lingkaran) adalah;
𝑋𝑙𝑖𝑡 =25 − 34
25× 100% = 36%
0
5
10
15
20
25
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Jara
k O
bje
k (c
m)
Sudut Uji (θ)
Grafik Sensor & Objek dengan Jarak 20 cm
0
10
20
30
40
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Jara
k O
bje
k (c
m)
Sudut Uji (θ)
Grafik Sensor & Objek dengan Jarak 30 cm
Gambar 4.11 Grafik sensor & lingkaran dengan jarak 20 cm
Gambar 4.12 Grafik sensor & lingkaran dengan jarak 30 cm
48
Tabel 4.10 Sensor & objek dengan jarak
40 cm (lingkaran)
No Sudut(θ) Ultrasonik(cm)
1 0 42
2 5 42
3 10 42
4 15 43
5 20 43
6 25 43
7 30 0
8 35 0
9 40 0
10 45 0
Kesalahan literatur dari sensor & objek dengan jarak 40 cm (lingkaran) adalah;
𝑋𝑙𝑖𝑡 =25 − 34
25× 100% = 36%
Tabel 4.11 Sensor & objek dengan jarak
50 cm (lingkaran)
No Sudut(θ) Ultrasonik(cm)
1 0 51
2 5 51
3 10 51
4 15 52
5 20 52
6 25 53
7 30 0
8 35 0
9 40 0
10 45 0
Kesalahan literatur dari sensor & objek dengan jarak 50 cm (lingkaran) adalah;
𝑋𝑙𝑖𝑡 =25 − 34
25× 100% = 36%
0
10
20
30
40
50
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Jara
k O
bje
k (c
m)
Sudut Uji (θ)
Grafik Sensor & Objek dengan Jarak 40 cm
0
10
20
30
40
50
60
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Jara
k O
bje
k (c
m)
Sudut Uji (θ)
Grafik Sensor & Objek dengan Jarak 50 cm
Gambar 4.13 Grafik Sensor & lingkaran dengan jarak 40 cm
Gambar 4.14 Grafik Sensor & lingkaran dengan jarak 50 cm
49
Luas permukaan benda menjadi daya tarik pada penelitian ini. Berdasarkan dari
data yang diperoleh dari respon sensor ultrasonik terhadap sudut, dilihat dari benda
atau objek tersebut yang paling responsif terhadap robot follow me. Benda dengan
permukaan yang datar atau kotak dapat memantukan gelombang lebih baik dari pada
benda yang permukaannya lingkaran.
Kesalahan literatur rata-rata yang dimiliki oleh benda atau objek kotak
berdimensi (17.5 cm x 9.6 cm x 6.3 cm) adalah sebesar 13,75%. Sedangkan untuk
benda atau obek lingkaran yang berdiameter 17 cm, memiliki kesalahan literatur rata-
rata sebesar 30%. Ada beberapa faktor yang mengakibatkan kesalahan literatur pada
benda uji yang berbentuk lingkaran lebih besar. Selain dari sudut pantulan yang tidak
rata, terdapat juga penyebaran gelombang dari sensor ultrasonik yang berbeda-beda.
Dapat dilihat dari pernyataan datasheet ultrasonik, yaitu “Mendeteksi objek juga
tergantung pada posisi objek ke sensor. Jika suatu objek tidak memiliki permukaan
datar atau tegak lurus terhadap sensor, maka ada kemungkinan gelombang pantul
tersebut tidak kembali ke sensor.” [36]
Dari contoh masalah diatas, menyatakan bahwa sinyal ultrasonik dapat
dipantulkan dan memiliki beberapa tingkatannya. Dapat dilihat tingkatan pantulan
gelombang ultrasonik dari sensor menuju ke objek.
50
Gambar 4.15 Pancaran gelombang dari sensor ultrasonik [36]
Pada permukaan objek yang lingkaran memungkinkan pantulan dari sensor
ultrasonik tidak kembali ke sensor. Tetapi jika objek yang lingkaran berada tepat di
depan sensor masih dapat dideteksi akibat dari pancaran gelombang yang sangat besar
dari sensor ultrasonik yang memungkikan pantulan gelombangnya kembali ke sensor.
Berbeda halnya dengan objek yang berbentuk kotak, objek tersebut memiliki
sudut pantulan yang datar. Tetapi sudut pantul yang paling baik yaitu harus tegak lurus
terhadap gelombang datangnya. Ketika objek kotak tersebut tidak tegak lurus maka
akan berakibat sangat fatal, karena pantulan gelombang yang tebentuk nanti sebagian
besar tidak kembali ke sensor lagi. Terlebih lagi robot ini menggunakan 2 sensor
ultrasonik yang sejajar pada bagian depan. Sedangkan untuk objek lingkaran memiliki
sudut pantul yang selalu tegak lurus terhadap gelombang datang.
4.4 Respon Sensor Infrared Terhadap Lingkungan
Penggunaan sensor inframerah dalam robot follow me tersebut adalah untuk
mendeteksi benda yang akan diikuti nantinya. Dengan adanya pemancar inframerah
yang ditanamkan pada objek, dapat membuat objek tersebut lebih mendetail dari pada
51
objek benda lain. Karena robot tidak akan mengikuti benda yang tidak ditanamkan
pemancar inframerah.
Ada beberapa kriteria untuk menggunakan sensor inframerah salah satunya
ialah penggunaan sensor inframerah hanya di dalam ruang tertutup saja. Cahaya
matahari yang mengandung sinar inframerah dapat mengakibatkan perubahan nilai
sensor inframerah dan tebal benda penghalang dapat berpengaruh terhadap daya
tembus dari sinar inframerahnya. Pada pengujian sensor inframerah ini terdapat 2
faktor pengambilan data percobaan. Faktor yang pertama, percobaan nilai inframerah
pada ruangan tertutup dan ruangan terbuka, berdasarkan waktu pengambilan data (15
menit/data). Data yang didapat berfungsi untuk mengetahui seberapa responsifnya
sensor inframerah terhadap lingkungan sekitar (ruangan tertutup dan terbuka). Serta
pengaruh keadaan pada waktu tertentu yang dapat mengakibatkan perubahan nilai
sensor inframerah secara signifikan.
52
Data pada faktor yang pertama dapat dilihat pada tabel dibawah ini;
Tabel 4.12 Sensor inframerah terhadap ruang tertutup & terbuka
No Pukul Nilai Inframerah
Tertutup(V) Terbuka(V)
1 08:00 4,614 0,107
2 08:15 4,569 0,107
3 08:30 4,496 0,102
4 08:45 4,442 0,098
5 09:00 4,398 0,093
6 09:15 4,364 0,093
7 09:30 4,340 0,093
8 09:45 4,350 0,093
9 10:00 4,320 0,093
10 10:15 4,345 0,098
11 10:30 4,359 0,098
12 10:45 4,374 0,098
13 11:00 4,379 0,098
14 11:15 4,364 0,093
15 11:30 4,335 0,098
16 11:45 4,325 0,088
17 12:00 4,311 0,088
18 12:15 4,301 0,088
19 12:30 4,281 0,088
20 12:45 4,291 0,088
21 13:00 4,252 0,088
Gambar 4.16 Sensor inframerah di dalam ruang tertutup dan terbuka
53
Gambar 4.17 Respon sensor inframerah terhadap raungan tertutup
Gambar 4.18 Respon senso inframerah terhadap ruangan terbuka
Dapat dilihat dari data tersebut bahwa respon sensor inframerah di dalam
ruangan tertutup lebih responsif dari pada di dalam ruangan terbuka. Karena pada saat
di dalam ruangan tertutup cahaya inframerah yang dipancarkan oleh matahari tidak
y = -0,0122x + 4,502R² = 0,692
4
4,1
4,2
4,3
4,4
4,5
4,6
4,7
08
:00
08
:15
08
:30
08
:45
09
:00
09
:15
09
:30
09
:45
10
:00
10
:15
10
:30
10
:45
11
:00
11
:15
11
:30
11
:45
12
:00
12
:15
12
:30
12
:45
13
:00
NIL
AI S
ENSO
R (
V)
JAM
RESPON SENSOR INFRAMERAH TERHADAP RUANGAN TERTUTUP
y = -0,0008x + 0,1029R² = 0,5942
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
08
:00
08
:15
08
:30
08
:45
09
:00
09
:15
09
:30
09
:45
10
:00
10
:15
10
:30
10
:45
11
:00
11
:15
11
:30
11
:45
12
:00
12
:15
12
:30
12
:45
13
:00
NIL
AI S
ENSO
R (
V)
JAM
RESPON SENSOR INFRAMERAH TERHADAP RUANGAN TERBUKA
54
sepenuhnya terdeteksi oleh sensor inframerah. Data yang diperoleh adalah data respon
sensor inframerah terhadap intensitas cahaya pada waktu-waktu tertentu. Dengan
menguji setiap 15 menit sekali, dimulai dari matahari sudah menampakan diri dengan
gagahnya (pukul 08:00 WIB).
Perbedaan antara data respon sensor inframerah di dalam rungan tertutup
maupun terbuka adalah responsibilitas dari kemampuan sensor membaca daerah
sekitarnya. Serta data yang diperoleh dari pengujian di dalam rungan tertutup sangat
rentang dengan keadaan sekitarnya. Salah satu contohnya ketika cahaya matahari
tertutupi oleh awan. Data yang terlihat di dalam ruangan terlihat mengalami kenaikan,
lebar celah sempit yang mengungkinkan cahaya matahari masuk dan lain-lain. Tetapi
dari kedua data yang telah didapatkan menunjukan bahwa semakin bertambahnya
waktu dari pagi menuju siang hari, semakin kecil data sensor inframerah yang
diperoleh. Karena intensitas cahaya matahari semakin bertambah pada saat siang hari.
Sedangkan untuk faktor yang kedua adalah pengujian daya tembus sinar
inframerah terhadap benda penghalang berupa beberapa lebar kertas HVS (0.1
mm/lembar). Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui daya tembus sinar
inframerah terhadap ketebalan kertas HVS. Data daya tembus sinal inframerah
terhadap ketebalan kertas HVS dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
55
Tabel 4.13 Data rujukan dari sensor inframerah
No Keadaan Sensor Tegangan Inframerah (V)
1 disinari 0,122070313
2 tidak disinari 4,638671875
Data tersebut digunakan sebagai penanda atau data rujukan, ketika sensor
inframerah terkena paparan sinar inframerah dari sumber pemancar inframerah dan
ketika sensor inframerah tidak disinari oleh pemancar inframerah. Data tersebut adalah
data analog yang terbaca oleh sensor, jangkauan datanya mulai dari 0-1024 atau 0-5
Volt. Berikut merupakan data daya tembus sinar inframerah yang dipancarkan oleh
pemancar inframerah terhadap tebal kertas penghalang;
Tabel 4.14 Data daya tembus sinar inframerah terhadap tebal kertas
No Tebal Kertas
(mm) Tegangan Inframerah (V)
1 0.1 2,83203125
2 0.2 3,720703125
3 0.3 4,028320313
4 0.4 4,248046875
5 0.5 4,375
6 0.6 4,458007813
7 0.7 4,516601563
8 0.8 4,541015625
9 0.9 4,604492188
10 1.0 4,624023438
11 1.1 4,633789063
12 1.2 4,638671875
56
Gambar 4.19 Daya tembus sinar inframerah
Dapat dilihat dari tabel data daya tembus sinar inframerah terhadap tebal kertas,
mengalami kenaikan data nilai sensor inframerah (V). Pada hal tersebut menunjukan
bahwa semakin tebal penghalang atau tebal kertas, maka semakin sedikit sinat
inframerah yang dapat melewatinya. Ketebalan setiap lembar kertasnya adalah sebesar
0.1 mm di ukur dengan menggunakan jangka sorong.
4.5 Karakteristik Robot Follow Me
Setelah mengetahui respon sensor yang digunakan dalam robot follow me
tersebut. Langkah selanjutnya mengetahui karakteristik dari robot tersebut. Penentuan
karakteristik dari robot ini adalah mengetahui kemampuan robot berjalan dengan
membandingkan jarak yang ditentukan dan waktu tempuh untuk mencapai jarak
tersebut. Serta untuk mengetahui kemampuan robot membawa beban dengan
perbedaan sinyal frekuensi (pulse width modulation / PWM) yang diberikan ke motor
y = 0,121x + 3,482R² = 0,672
0
1
2
3
4
5
6
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2
Nila
i Sen
sor
(V)
Tebal HVS (mm)
Grafik Daya Tembus Sinar Inframerah
57
DC. Dalam pemanggilan perintah PWM menggunakan analogWrite() dalam skala 0 ~
255, dimana nilai tersebut biasanya dijadikan menjadi nilai persentase untuk
memerintahkan siklus tugas mulai dari 0 ~ 100 %. Jika siklus tugas yang dimasukan
sebesar 255 (100%) maka siklus tugas tersebut akan selalu aktif, dapat dilihat dari
gambar siklus tugas PWM dibawah ini; [37]
Gambar 4.20 Siklus kerja dari PWM [37]
Pada uji karakteristik robot follow me yang pertama adalah pengujian waktu
tempuh yang diperlukan oleh robot yang berjarak 100 cm dari dinding (objek uji coba).
Dengan variabel yang digunakan adalah nilai persentase dari nilai pwm dan waktu yang
ditempuh robot untuk berjalan menghampiri dinding. Data karakteristik yang pertama
dapat dilihat pada tabel berikut ini;
58
Tabel 4.15 Data waktu tempuh robot dan variasi nilai pwm dengan jarak 100cm
No Nilai PWM PWM (%) Waktu
Tempuh (s) Kecepatan (m/s)
1 100 39,215686 1,85 0,540540541
2 110 43,137255 1,62 0,617283951
3 120 47,058824 1,5 0,666666667
4 130 50,980392 1,33 0,751879699
5 140 54,901961 1,28 0,78125
6 150 58,823529 1,23 0,81300813
Gambar 4.21 Nilai pwm terhadap waktu tempuh robot
Gambar 4.22 Nilai pwm terhadap kecepatan
y = -0,0313x + 3,0005R² = 0,9354
0
0,5
1
1,5
2
0 10 20 30 40 50 60 70
wak
tu t
emp
uh
(s)
nilai pwm (%)
Grafik Perbarbandingan Nilai PWM (%) -Waktu (Jarak 100 cm)
y = 0,0141x + 0,0024R² = 0,9717
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
0 10 20 30 40 50 60 70
kece
pat
an (
m/s
)
nilai pwm (%)
Grafik Perbandingan Nilai PWM (%) -Kecepatan (Jarak 100 cm)
59
Dapat dilihat dari data perbandingan nilai pwm dengan waktu. Jika nilai pwm
semakin besar, maka waktu yang ditempuh oleh robot semakin cepat atau berkurang.
Hal tersebut menandakan bahwa perbandingan antara nilai pwm dengan waktu tempuh
berbanding terbalik. Tetapi berbeda dengan perbandingan antara nilai pwm terhadap
kecepatan. Semakin besar nilai pwm, semakin besar pula kecepatan yang dihasilkan.
Kemudian pada pengujian karakteristik robot yang ke dua adalah pengujian
kemampuan robot membawa beban dari 500 g sampai 1500 g dan jarak yang sama
yaitu 100 cm. Hal tersebut menguji apakah beban dapat mempengaruhi kecepat gerak
mobil dengan konstanta nilai pwm yang sama dengan pengujian karakteristik yang
pertama. Data pengujian karakteristik yang kedua ini dapat dilihat pada tabel berikut
ini;
Tabel 4.16 Pengujian waktu tempuh robot dengan diberi beban
no PWM (%) Waktu Tempuh (s)
500 g 1000 g 1500 g
1 43,1372549 3,55 4,35 5,76
2 47,05882353 2,08 3,06 4
3 50,98039216 1,76 2,47 3,75
4 54,90196078 1,59 2,21 2,46
5 58,82352941 1,56 1,87 2,49
6 62,74509804 1,35 1,5 1,86
60
Gambar 4.23 Perbandingan beban 500 g – waktu tempuh
Gambar 4.24 Perbandingan beban 1000 g – waktu tempuh
Gambar 4.25 Perbandingan beban 1500 g – waktu tempuh
3,55
2,081,76 1,59 1,56 1,35
y = -0,0927x + 6,5281R² = 0,7126
0
1
2
3
4
35 40 45 50 55 60 65
wak
tu t
emp
uh
(s)
pwm (%)
Grafik Waktu Tempuh + Beban 500 g
3,55
2,081,76 1,59 1,56 1,35
y = -0,0927x + 6,5281R² = 0,7126
0
1
2
3
4
35 40 45 50 55 60 65
wak
tu t
emp
uh
(s)
pwm (%)
Grafik Waktu Tempuh + Beban 1000 g
5,76
4 3,75
2,46 2,491,86
y = -0,1845x + 12,43R² = 0,9037
0
1
2
3
4
5
6
7
35 40 45 50 55 60 65
wak
tu t
emp
uh
(s)
pwm (%)
Grafik Waktu Tempuh + Beban 1500 g
61
Tabel 4.17 Pengaruh bertambahnya beban terhadap kecepatan
no PWM (%) Waktu tempuh (s) Kecepatan (m/s)
500 g 1000 g 1500 g 500 g 1000 g 1500 g
1 39,21568627 3,55 4,35 5,76 0,281690141 0,229885057 0,173611111
2 43,1372549 2,08 3,06 4 0,480769231 0,326797386 0,25
3 47,05882353 1,76 2,47 3,75 0,568181818 0,4048583 0,266666667
4 50,98039216 1,59 2,21 2,46 0,628930818 0,452488688 0,406504065
5 54,90196078 1,56 1,87 2,49 0,641025641 0,534759358 0,401606426
6 58,82352941 1,35 1,5 1,86 0,740740741 0,666666667 0,537634409
Gambar 4.26 Perbandigan kecepatan - waktu tempuh (500 g)
Gambar 4.27 Perbandigan kecepatan - waktu tempuh (1000 g)
y = -0,1913x + 0,9359R² = 0,9306
0
0,2
0,4
0,6
0,8
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
kece
pat
an (
m/s
)
waktu tempuh (s)
Grafik Perbandingan Waktu - Kecepatan Dengan Beban 500 g
y = -0,1426x + 0,8034R² = 0,8888
0
0,2
0,4
0,6
0,8
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5
kece
pat
an (
m/s
)
waktu tempuh (s)
Grafik Perbandaingan Waktu - Kecepatan Dengan Beban 1000 g
62
Gambar 4.28 Perbandigan kecepatan - waktu tempuh (1500 g)
Pada grafik perbandingan antara beban barang dengan waktu tempuh
berbanding lurus. Tetapi berbeda halnya dengan perbandingan antara waktu dengan
kecepatan. Karena jarak yang ditempuh sama yaitu 100 cm dan waktu tempuh robot
menjadi meningkat. Hal tersebut dikarenakan waktu dapat mempengaruhi besarnya
kecepatan. Dengan rumus yang sudah umum kita ketahui, kecepatan adalah jarak per-
satuan waktu. Dari grafik perbandingan antara waktu dengan kecepatan, mengalami
penurunan kecepatan.
y = -0,0883x + 0,6385R² = 0,8944
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5
kece
pat
an (
m/s
)
waktu tempuh (s)
Grafik Perbandingan Waktu - Kecepatan Dengan Beban 1500 g
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil rancangan bangun dan pengujian yang telah dilakukan oleh
peneliti, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut;
1. Telah berhasil merancang bangun sebuah robot follow me dengan
menggunakan sensor ultrasonik dan sensor inframerah berbasis
mikrokontroller.
2. Robot yang dibuat sesuai dengan rancangan robot yang menyerupai keranjang
kecil beserta programnya.
3. Pengujian karakteristik sensor ultrasonik dari hasil difraksi gelombang yang
dihasilkan untuk benda kotak dengan sudut pantulya tegak lurus terhadap
sensor memiliki kesalahan rata-rata 13,75%. Sedangkan untuk benda lingkaran
memiliki kesalahan literatur rata-rata 30%. Tetapi dari perbedaan benda uji
tersebut sensor ultrasonik masih dapat mendeteksi objek sebesar sudut (θ)
sebesar 25°. Pada karakteristik sensor inframerah ketika didalam ruangan
tertutup sangat responsif dari pada didalam ruangan terbuka. Serta daya tembus
sinar inframerah sangat berpengaruh terhadap ketebalan kertas HVS.
4. Waktu yang dibutuhkan setelah ditambah beban menjadi bertambah,
mengakibatkan kecepatan robot menjadi menurun. Salah satu sampel data
64
untuk nilai pwm 100 sebelum ditambah dengan beban waktu tempuh yang
diperlukan oleh robot sebesar 1,85 s. Kemudian setelah diberi beban 500 g
waktu tempuh robotnya sebesar 3,55 s, untuk beban yang diberikan 1000 g
waktu tempuh robotnya sebesar 4,35 s dan untuk beban yang diberikan 1500 g
waktu tempuh robotnya sebesar 5,79 s.
5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya bagi yang ingin melanjutkan pengembangan robot
follow me dan penelitian baru dengan menggunakan sensor ultrasonik, disarankan;
1. Mengkarakteristik motor DC yang digunakan. Seperti kemampuan
berputarnya, besar torsi yang dihasilkan motor DC dan lain-lain.
2. Menggunakan sensor GPS, sensor radar dan sensor kamera dari pada sensor
ultrasonik, karena lebih akurat mendeteksi objek.
3. Lebih meningkatkan sistem kerja dari robot tersebut, seperti jangkauan
membaca objek, kecepatan yang stabil jika diberi beban dan kemampuan
mengikuti objeknya.
65
DAFTAR PUSTAKA
[1] R. Harjanto, "COWAROBOT R1: Koper Canggih dengan Teknologi Robotik
Pertama di Dunia," 29 Juli 2016.
[2] A. M. A. S. V. P. Thebeyanthan Krishnamohan, "Human following Trolley -
Auto Walker," Conference Paper, p. 5, 2016.
[3] L.-D. Z. Wen-Xing Zhu, "Control Schemes For Autonomous Car-Following
Systems With Two Classical Compensators," Asian Journal of Control, vol. 21
Nomor 5, pp. 1-14, 2019.
[4] Jarvis, "Koper Canggih COWAROBOT R1, Koper Berteknologi Robotik
Pertama di Dunia," bliblifriends, 4 Agustus 2016. [Online]. Available:
https://www.blibli.com/friends/blog/koper-canggih-cowarobot-r1-koper-
berteknologi-robotik-pertama-di-dunia/. [Accessed 30 Agustus 2019].
[5] O. Supriadi, "Perancangan Robot Avoider Berbasis Arduino UNO
Menggunakan Tiga Sensor Ultrasonik," EPIC, no. 2614-8595, pp. 1-11, 2019.
[6] D. N. Nanan Rohman, "Robot Deteksi Garis Menggunakan Sensor Infra Merah
(Interface USB)," Jurnal Computech & Bisnis, vol. 6 Nomor 1, no. 2442-4943,
pp. 40-46, 2012.
[7] R. Setiawan, "Pengembangan Robot Pendeteksi Objek Berdasarkan Warna
Dengan Sensor Kamera Sebagai Media Pembelajaran," Jurnal SKRIPSI, 2012.
[8] R. L. B. L. Lauw Lim Un Tung, "Robot Mobil Dengan Sensor Kamera Untuk
Menelusuri Jalur Pada Maze," KOMMIT, pp. 76-82, 2002.
66
[9] E. F. S. E. N. S. H. Evi Dewi Sartika, "Gelombang," Makalah Fisika Statistik,
pp. 1-17, 2013.
[10] E. Sulistyarini, "Pengembangan Bahan Ajar Fisika SMA Materi Gelombang
Bunyi Berbasis Interactive PDF," Semarang, UNES, 2015, p. 116.
[11] J. &. H. Thomas, "Sistem Pengukur Berat dan Tinggi Badan Menggunakan
Mikrokontroler AT89S51," TESLA, vol. 10 Nomor 2, pp. 79-84, 2008.
[12] A. T. V. &. D. Hadi, "Pengukuran Kecepatan dan Amplitudo Gelombang
Ultrasonik untuk Klasifikasi Kualitas Batubara," Penelitian Sains, vol. 13
Nomor 1(B), no. 13101, p. 5, 2010.
[13] Sukarno, "Ultrasonik Generator Dengan Frekuensi Maksimum 100 KHz dan
Daya 100 Watt Berbasis Mikrokontroler AVR ATtiny2313," in Tesis, Jakarta,
FMIPA UI, 2010, p. 62.
[14] I Putu Tedy Indrayana, Trisna Julian, Kuwat Triyana, "Pengujian Akuisisi Data
Sensor Ultrasonik HC-SR04 Dengan Mikrokontroler ATmega8535," UNIERA,
vol. 6 Nomor 1, pp. 35-40, 2017.
[15] J. Wong, "Advantages and Disadvantages of Ultrasonic Sensor," Beijing
Ultrasonic, 09 April 2013. [Online]. Available:
https://www.bjultrasonic.com/ultrasonic-transducers-and-ultrasonic-sensors/.
[Accessed 18 November 2019].
[16] J. G. Webster, Medical Instrumentation Application and Design, 4th Edition,
New York: John Wiley & Sons, Inc, 2010.
[17] R. A. Basith, "Topi Pengukur Tinggi Badan Menggunakan Sensor," Jakarta,
UIN Jakarta, 2015, p. 50.
67
[18] Gigih Prio Nugroho, Ary Mazharuddin S, dan Hudan Studiawan, "Sistem
Pendeteksi Dini Banjir Menggunakan Sensor Kecepatan Air dan Sensor
Ketinggian Air pada Mikrokontroler Arduino," JURNAL TEKNIK POMITS ,
vol. 2 Nomor 1, no. 2337-3539, p. 5, 2013.
[19] Hadijaya Pratama, Erik Haritman, Tjetje Gunawan, "Akuisisi Data Kinerja
Sensor Ultrasonik Berbasis Sistem Komunikasi Serial Menggunakan
Mikrokontroler ATmega32," ELECTRANS, vol. 11 Nomor 2, no. 1412 – 3762,
pp. 36-43, 2012.
[20] "HC-SR04 Ultrasonic Sensor," Components101, 18 September 2017. [Online].
Available: https://components101.com/ultrasonic-sensor-working-pinout-
datasheet. [Accessed 18 November 2019].
[21] "Cara Kerja dan Karakteristik Sensor Ultrasonik HC-SR04," andalanelektro.id,
28 September 2018. [Online]. Available:
https://www.andalanelektro.id/2018/09/cara-kerja-dan-karakteristik-sensor-
ultrasonic-hcsr04.html. [Accessed 18 November 2019].
[22] "R LED (Infrared LED)," Components101, 6 Desember 2017. [Online].
Available: https://components101.com/ir-led-pinout-datasheet. [Accessed 18
November 2019].
[23] Lailani, I Made Astra, Hardianto, "Rumah Belajar," KEMDIKBUD, [Online].
Available:
https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/sumberbelajar/tampil/Radiasi-
Elektromagnetik-/konten1.html. [Accessed 26 Agustus 2019].
[24] F. D. Petruzella, Elektronika Industri, Yogyakarta: Andi, 2001.
68
[25] "Toy DC Motor," Components101, 2 maret 2018. [Online]. Available:
https://components101.com/motors/toy-dc-motor. [Accessed 18 November
2019].
[26] ikhfan, "Motor DC Brushes atau Sikat," Just Info, 2 Juli 2011. [Online].
Available: http://keep-meka.blogspot.com/2011/07/motor-dc-bruses-atau-
sikat.html. [Accessed 18 November 2019].
[27] M. Hamdani, "Pengendalian Kecepatan Putaran Motor DC Terhadap Perubahan
Temperatur Dengan Sistem Modulasi Lebar Pulsa," Depok, Universitas
Indonesia, 2010, p. 90.
[28] M. J. Shiddiq, "Pengertian dan Prinsip Kerja Motor DC," SIDDIX, 3 Mei 2019.
[Online]. Available: https://siddix.blogspot.com/2019/05/pengertian-dan-
prinsip-kerja-motor-dc.html. [Accessed 18 November 2019].
[29] D. M. Muhammad Zamroni, "Kendali Motor DC Sebgai Penggerak Mekanik
Pada Bracket LCD Proyektor dan Layar Dinding Berbasis Mikrokontroler
AT89S51," p. 14.
[30] S. Buyung, "Analisis Perbandingan Daya dan Torsi Pada Alat Pemotong
Rumput Elektrik (APRE)," Jurnal Voering, vol. 3, pp. 1-4, 2018.
[31] Suprapto, Bahasa Pemrograman, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
[32] M. D. R. N. A. S. A. Deni Dwi Yudhistira, "Pengenalan Miktrokontroler
Arduino Uno," pp. 1-7.
[33] John, "Arduino Nano Tutorial – Pinout & Schematics," Circuits Today , 18
Oktober 2018. [Online]. Available: http://www.circuitstoday.com/arduino-
nano-tutorial-pinout-schematics. [Accessed 19 November 2019].
69
[34] "Diffraction of Sound Wave," OnlineTuition.com.my, Juli 2013. [Online].
Available: http://spmphysics.onlinetuition.com.my/2013/07/diffraction-of-
sound-wave.html. [Accessed 18 November 2019].
[35] F. Fajar ztimur, "Difraksi Cahaya oleh Celah Tunggal," OPTICAL MODERN,
pp. 1-5, 2014.
[36] Elijah J. Morgan, "HCSR04 Ultrasonic Sensor," pp. 1-5, 16 November 2014.
[37] T. Hirzel, "ARDUINO," arduino.cc, [Online]. Available:
https://www.arduino.cc/en/tutorial/PWM. [Accessed 3 November 2019].
70
LAMPIRAN
#include <NewPing.h>
const int RA = 4;
const int RB = 7;
const int LA = 2;
const int LB = 3;
const int Infra = A0;
const int SpeedR = 6;
const int SpeedL = 5;
int R = 0;
int C = 0;
int L = 0;
NewPing sonarR(8, 9, 150);
NewPing sonarL(10, 11, 150);
void setup() {
// put your setup code here, to run once:
pinMode(RA, OUTPUT);
pinMode(RB, OUTPUT);
pinMode(LA, OUTPUT);
pinMode(LB, OUTPUT);
pinMode(SpeedR, OUTPUT);
pinMode(SpeedL, OUTPUT);
Serial.begin(9600);
analogWrite(SpeedR, 140);
analogWrite(SpeedL, 150);
}
void loop() {
// put your main code here, to run repeatedly:
R = sonarR.ping_cm();
L = sonarL.ping_cm();
C = analogRead(Infra);
Serial.print(L);
Serial.print("---------");
Serial.println(R);
if (C < 800) {
if (L > 9 && R > 9) {
if (L < (R + 10) && L > (R - 10)) {
maju();
}
if (R < (L + 10) && R > (L - 10)) {
maju();
}
if (L <= (R - 10)) {
kekiri();
}
if (R <= (L - 10)) {
71
kekanan();
}
}
if (L < 15 && L > 9 || R < 15 && R > 9) {
berhenti();
}
if (L < 10 && L > 4 || R < 10 && R > 4) {
mundur();
}
if ( L < 4 || R < 4) {
berhenti();
}
}
if (C > 800) {
berhenti();
}
}
void berhenti() {
digitalWrite(LA, LOW);
digitalWrite(LB, LOW);
digitalWrite(RA, LOW);
digitalWrite(RB, LOW);
}
void maju() {
digitalWrite(LA, LOW);
digitalWrite(LB, HIGH);
digitalWrite(RA, LOW);
digitalWrite(RB, HIGH);
}
void mundur() {
digitalWrite(LA, HIGH);
digitalWrite(LB, LOW);
digitalWrite(RA, HIGH);
digitalWrite(RB, LOW);
}
void kekanan() {
digitalWrite(LA, LOW);
digitalWrite(LB, HIGH);
digitalWrite(RA, HIGH);
digitalWrite(RB, LOW);
}
void kekiri() {
digitalWrite(LA, HIGH);
digitalWrite(LB, LOW);
digitalWrite(RA, LOW);
digitalWrite(RB, HIGH);
}
Program Robot
72
𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 𝐷𝑎𝑡𝑎
1024 × 5 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑃𝑊𝑀 % = 𝐷𝑎𝑡𝑎
255 × 100%
𝑃𝑊𝑀 (𝑉𝑜𝑙𝑡) = 𝑃𝑊𝑀% × 5 𝑉𝑜𝑙𝑡
Tampilan Akhir Robot
Konversi data Analog menjadi data Volt
Konversi data PWM menjadi PWM %
Konversi PWM % menjadi PWM (Volt)