Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

84
i RANCANG BANGUN INTERKONEKSI JARINGAN PEMERINTAH INDONESIA MENGGUNAKAN VPN INTERNET DAN TEKNOLOGI IPV6 UNTUK MENDUKUNG E-GOVERNMENT NASIONAL (Studi Kasus: Direktorat e-Government, Kementerian KOMINFO) TESIS Oleh ADE FRIHADI 55412120006 PROGRAM MAGISTER TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MERCU BUANA 2015

description

Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

Transcript of Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

Page 1: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

i

RANCANG BANGUN INTERKONEKSI JARINGAN

PEMERINTAH INDONESIA MENGGUNAKAN

VPN INTERNET DAN TEKNOLOGI IPV6

UNTUK MENDUKUNG

E-GOVERNMENT NASIONAL

(Studi Kasus: Direktorat e-Government, Kementerian KOMINFO)

TESIS

Oleh

ADE FRIHADI

55412120006

PROGRAM MAGISTER TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2015

Page 2: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

ii

RANCANG BANGUN INTERKONEKSI JARINGAN PEMERINTAH

INDONESIA MENGGUNAKAN

VPN INTERNET DAN TEKNOLOGI IPV6

UNTUK MENDUKUNG

E-GOVERNMENT NASIONAL

(Studi Kasus: Direktorat e-Government, Kementerian KOMINFO)

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan

Program Pascasarjana Program Magister Teknik Elektro

Oleh

ADE FRIHADI

55412120006

UNIVERSITAS MERCU BUANA

PROGRAM PASCASARJANA

Page 3: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

3

ABSTRAKSI

Dalam penyelenggaraan kegiatan kepemerintahan hampir semua lembaga

pemerintah telah memiliki dukungan jaringan Teknologi Informasi dan

Komunikasi untuk menunjang kegiatan operasional sehari-hari, selain itu bahkan

sebagian sudah menerapkan e-Government baik di tingkat pusat maupun di

daerah. Meski demikian, inisiatif keberadaan fasilitas infrastruktur TIK tersebut

tidak serupa karena masing-masing instansi memiliki latar belakang yang

berbeda-beda dalam mengembangkan system TIK-nya. Hal ini telah

menyebabkan permasalahan-permasalahan diantaranya, Pengembangan

infrastruktur khususnya system jaringan TIK kurang memperhatikan efektivitas

dan efisiensi dan tidak berorientasi secara nasional, standar konfigurasi system

jaringan di instansi pemerintah belum ada, system keamanan jaringan kurang

diperhitungkan. Atas permasalahan tersebut dilakukan penelitian untuk

merancang dan membangun jaringan pemerintah Indonesia berbasis IPv6.

Penelitian bertujuan untuk merealisasikan interkoneksi jaringan antar instansi

pemerintah, yang akan memberikan jawaban dalam pendayagunaan infrastruktur

jaringan secara lebih baik, serta akan memberikan model penyeragaman dalam

penyusunan konfigurasi jaringan intra pemerintah, yang secara tidak langsung

juga akan meningkatkan aspek keamanan jaringan di dalam lingkup pemerintahan

dan mendukung e-Government secara nasional. Rancang bangun ini dilakukan

berdasarkan pendekatan metode Network Development Life Cycle (NDLC) yang

meliputi tahapan-tahapan perencanaan, analisis, desain, dan implementasi system.

Metode pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan studi pustaka.

Kata Kunci : E-Government, Informasi dan Komunikasi, VPN, IPv6 Jaringan,

Pemerintah Indonesia

Page 4: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

4

ABSTRACT

In the implementation of governmental activities almost all government agencies

already have network support Information and Communication Technology to

support daily operations, in addition to the fact most have implemented e-

government both at the central and regional levels. Nevertheless, the presence of

ICT infrastructure facilities are not similar because each agency has a background

that is different in developing its ICT systems. This has led to problems such,

development of ICT network infrastructure, particularly the system less attention

to the effectiveness and efficiency-oriented and not nationally, the standard

configuration of the network system in government agencies do not exist, the

network security system underestimated. To these problems do research to design

and build an IPv6-based networks Indonesian government. The study aims to

realize the interconnection of networks among government agencies, which will

give you an answer in the utilization of network infrastructure better, and will

provide a model of uniformity in the preparation of intra-government network

configuration, which indirectly also will increase network security aspects within

the scope of government and support e-Government nationally. This design is

based approach method of Network Development Life Cycle (NDLC) covering

the stages of planning, analysis, design, and implementation of the system. Data

were collected by means of observation, interviews, and literature.

Keywords: E-Government, Information and Communications, VPN, IPv6

Network, the Government of Indonesia

Page 5: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

5

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

Indonesia Menggunakan VPN Internet dan Teknologi

Ipv6 Untuk Mendukung E-Government Nasional

Nama : Ade Frihadi

NIM : 55412120006

Program : Pascasarjana Program Magister Teknik Elektro

Konsentrasi : Manajemen Telekomunikasi

Tanggal : 27 Februari 2015

Mengesahkan

Ketua Program Studi Direktur Pascasarjana

(Prof. Dr.-Ing. Mudrik Alaydrus) (Prof. Dr. Didik J. Rachbini)

Pembimbing

(Dr. Ir. Iwan Krisnadi, MBA)

Page 6: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

6

PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan dengan sebenar-benarnya

bahwa seluruh tulisan dan pernyataan dalam Tesis ini :

Judul Tesis : Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

Indonesia Menggunakan VPN Internet dan Teknologi Ipv6

Untuk Mendukung E-Government Nasional

Nama : Ade Frihadi

NIM : 55412120006

Program : Pascasarjana Program Magister Teknik Elektro

Konsentrasi : Manajemen Telekomunikasi

Tanggal :

Merupakan hasil studi pustaka, penelitian lapangan, dan karya saya sendiri dengan

bimbingan Pembimbing yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Ketua Program

Studi Magister Teknik Elektro Universitas Mercu Buana.

Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister pada pogram

sejenis di perguruan tinggi lain. Semua informasi, data dan hasil pengolahannya

yang digunakan, telah dinyatakan secara jelas sumbernya dan dapat diperiksa

kebenarannya.

Jakarta, Februari 2015

Ade Frihadi

Page 7: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

7

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Rancang

Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah Indonesia Menggunakan VPN

Internet dan Teknologi Ipv6 Untuk Mendukung E-Government Nasional”

tepat pada waktunya. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Jurusan Manajemen Telekomunikasi

di Fakultas Teknik Elektro Universitas Mercu Buana. Penulis menyadari bahwa

penyusunan Tesis ini terlaksana dengan adanya bantuan, bimbingan, dan

dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Iwan Krisnadi, MBA., selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam

penyusunan tesis ini.

2. Direktorat e-Govenment, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, yang

telah bersedia untuk menjadi tempat studi kasus dalam penelitian dan data-

data yang diperlukan dalam penyusunan tesis.

3. Keluarga dan sahabat atas dukungannya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat

bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, Februari 2015

Penulis

Page 8: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

8

Halaman Judul …………………………………………………………….... i

Abstrak ……………………………………………………………………… ii

Lembar Pengesahan ……………………………………………………….... iii

Lembar Pernyataan Keaslian ……………………………………………….. iv

Kata Pengantar ……………………………………………………………… v

Daftar Isi ……………………………………………………………………. vi

Daftar Gambar ……………………………………………………………… xi

Daftar Tabel ………………………………………………………………… x

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………..... . 1

1.1 Latar Belakang Masalah …………………………… 1

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ……………… 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian …………………….. 4

1.4 Batasan Masalah …………………………………… 4

1.5 Metode Penulisan ………………………………….. 5

I.5.1 Metode Pengumpulan Data …………… 5

I.5.2 Metode Pengembangan Sistem ……….. 6

1.6 Sistematika Penulisan ……………………………… 7

BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………….. 9

2.1 E-Government ……………………………………… 9

2.1.1 Pengertian e-Government …………….. 9

2.1.2 Ruang Lingkup e-Government ……….. 9

2.1.3 E-Government di Indonesia …………… 10

2.2 Jaringan Komputer …………………………………. 11

2.2.1 Topologi Jaringan Komputer ………….. 11

2.2.2 Jenis-jenis Jaringan Komputer ………… 12

2.3 Protokol Jaringan …………………………………… 13

2.3.1 Routing Protokol ………………………. 13

Page 9: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

9

2.4 TCP/IP …………………………………………….... 15

2.4.1 IPV6 ……………………………………. 15

2.5 OSI Layer …………………………………………… 16

2.6 VPN …………………………………………………. 19

2.6.1 Pengertian VPN ………………………… 19

2.6.2 Keuntungan menggunakan VPN ………. 20

2.6.3 Kerugian menggunakan VPN ………….. 21

2.6.4 Jenis Implementasi VPN ……………….. 22

2.6.4.1 Remote Access VPN …………… 22

2.6.4.1 Site to site VPN ……………….. 23

2.7 Kriptografi ……………………………………….... . 23

2.8 Vtun ………………………………………………… 24

2.8.1 Tipe enkripsi pada Vtun ……………….. 26

2.8.2 Perbandingan VPN Vtun, IPSec dan

aplikasi VPN lainnya …………………. . 28

2.9 Metode Penelitian ………………………………….. 28

2.9.1 Metode Pengumpulan data …………… 28

2.9.2 Metode Pengembangan Sistem NDLC .. 29

2.10 Studi Sejenis ………………………………………… 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………… 34

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ………………………. 34

3.2 Alat dan Bahan ……………………………………… 34

3.2.1 Perangkat Keras (Hardware) …………. 35

3.2.2 Perangkat Lunak (Software) ………….. 35

3.3 Metode Pengumpulan Data …………………………. 35

3.3.1 Studi Pustaka ………………………….. 35

3.3.2 Studi Lapangan ……………………..... 35

3.3.3 Studi Literatur ………………………… 36

3.4 Metode Pengembangan ……………………………... 36

3.4.1 Analisis Sistem ………………………... 36

Page 10: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

10

3.4.2 Design ……………………………..…. 37

3.4.3 Simulation Prototype ……………........ 37

3.4.4 Implementation ……………………….. 38

3.4.5 Monitoring ……………………………. 38

3.4.6 Management ………………………….. 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………….……. 39

4.1 Analisis Sistem yang berjalan ………………………. 39

4.1.1 Identify (Mengidentifikasi Masalah) … 39

4.1.2 Understand (Memahami rumusan

masalah ……………………………….. 41

4.1.3 Analyze (Menganalisa elemen sistem) .. 42

4.1.4 Report (Hasil Data Analisis) ………….. 42

4.2 Design ……………………………………………….. 43

4.2.1 Design Topologi Baru ………………… 45

4.2.2 Design IPv6 Address, IP PTP, Routing

Protokol dan VPN ……………………. 47

4.3 Simulasi Prototype ………………………………….. 50

4.4 Implementasi ……………………………………….. 51

4.4.1 Instalasi dan konfigurasi server VPN

dan router BGP/OSPF ……………….. 52

4.4.2 Instalasi VPN server menggunakan VTun

Pada OS FreeBD ……………………… 53

4.5 Monitoring ………………………………………….. 65

4.6 Manajemen …………………………………………. 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………….... 68

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.2 visualisasi topic permasalahan .......................................... 4

Gambar 1.5.2 Metode pengembangan system dengan NDLC ................. 7

Page 11: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

11

Gambar 2.2.1 Topologi Jaringan .............................................................. 11

Gambar 2.5 Korelasi antara OSI Reference Model,DARPA, dan

Protocol TCP .................................................................... 19

Gambar 2.6.4.1 Topologi Jaringan VPN Remote Access ........................... 22

Gambar 2.6.4.2 Topologi site to site VPN .................................................. 24

Gambar 2.8 Format paket VTun ........................................................... 25

Gambar 2.10 Literatur Review ................................................................ 33

Gambar 4.2 Topologi Interkoneksi Jaringan Pemerintah saat ini ........ 44

Gambar 4.2.1a Topologi Hirarki Interkoneksi Jaringan Pemerintah ........ 45

Gambar 4.2.1b Topologi Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota ........................... 45

Gambar 4.2.1c Topologi detil integrasi pusat dan provinsi ....................... 46

Gambar 4.2.1d Topologi detil integrasi pusat, provinsi dan Kab/Kota ...... 46

Gambar 4.2.1e Topologi detil Interkoneksi Jaringan Pemerintah

Indonesia Nasional ............................................................ 47

Gambar 4.2.2 Pemetaan interkoneksi menggunakan IPv4 address .......... 48

Gambar 4.2.2a Usulan Pemetaan interkoneksi menggunakan IPv6

Address .............................................................................. 49

Gambar 4.2.2b Skema VPN VTun dengan Teknologi IPv6 over IPv ........ 50

Gambar 4.3a Simulasi VPN Test Bed ..................................................... 51

Gambar 4.3b Simulasi Network Test Bed ............................................... 51

Gambar 4.4.3a VPN VTun tanpa enkripsi ................................................. 60

Gambar 4.4.3b VPN VTun dengan enkripsi .............................................. 60

Gambar 4.4.3c VPN VTun saat terkoneksi ................................................ 60

Gambar 4.4.3.1a Hasil Capture VPN VTun untuk proses autentikasi

Keamanan .......................................................................... 61

Gambar 4.4.3.1b Hasil Capture Profile VPN VTun ..................................... 62

Gambar 4.4.3.1c Hasil Capture pengiriman data dengan FTP pada jalur

VPN tidak terenkripsi ........................................................ 62

Gambar 4.4.3.1d Hasil Capture pengiriman isi data txt pada saat pengiriman

Melalui jalur VPN yang tidak terenkripsi ......................... 63

Gambar 4.4.3.1e Hasil Capture Throughput dengan bandwidth yang ada

Page 12: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

12

Sebesar 3 Mbps ..................................................................... 63

Gambar 4.4.3.1f Hasil Capture Throughput Up Down Sebesar 3Mbps ........ 64

DAFTAR TABEL

Tabel 2.5 OSI Layer ...................................................................................... 17

Tabel 2.8.1 Perbandingan beberapa skema keamanan software VPN ............. 38

Tabel 4.4.1 Spesifikasi Software ...................................................................... 44

Page 13: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

13

Tabel 4.5a Anggaran Biaya (CAPEX) penerapan teknologi interkoneksi

Jaringan Pemerintah Indonesia dengan VPN VTun........................ 63

Tabel 4.5b Anggaran biaya (OPEX) penyewaan link VPN IP/MPLS/Leased

Line ke Operator ............................................................................ 64

Page 14: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan Teknologi yang semakin tinggi, dan kebutuhan akan

pertukaran data yang besar baik sektor swasta, pemerintah maupun stakeholder

maka diperlukan Teknologi yang memungkinkan efisiensi lebih dan keamanan

untuk dapat melakukan penyimpanan dan pertukaran data. Pertimbangan biaya

yang cukup tinggi dalam pengembangan jaringan tertutup yang mampu

menghubungkan Kantor Pusat dengan Kantor Cabang, lembaga Pemerintah Pusat

dengan lembaga Pemerintah Daerah dan lainnya, sehingga ada pertimbangan

untuk lebih memilih menggunakan jaringan publik (internet) bagi kepentingan

operasionalnya untuk melakukan interkoneksi ke kantor cabang bagi pihak swasta

dan kekantor pemerintah daerah bagi pihak pemerintah pusat untuk melakukan

pertukaran data.

Dalam penyelenggaraan kegiatan kepemerintahan, hampir semua lembaga

pemerintah telah memiliki dukungan jaringan Teknologi Informasi untuk

menunjang kegiatan operasional sehari-hari, selain itu bahkan sebagian sudah

menerapkan e-government baik di tingkat pusat maupun di daerah. Meski

demikian, inisiatif keberadaan fasilitas infrastruktur tersebut tidak serupa karena

masing-masing instansi memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam

mengembangkan system TI-nya. Hal ini telah menyebabkan permasalahan-

permasalahan :

Pengembangan infrastruktur baik pemerintah pusat maupun daerah

khususnya untuk sistem jaringan kurang memperhatikan efektivitas dan

efisiensi yang berskala nasional

Standar konfigurasi system jaringan di instansi pemerintah secara nasional

yang aman belum ada, sehingga pemerintah baik pusat dan daerah masing-

masing menyelenggarakan system jaringan TIK nya sendiri

Page 15: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

15

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Keberadaan Jaringan Pemerintah Indonesia (JPI) tidak hanya menjamin

keamanan data dan informasi milik Pemerintah dari gangguan pihak-pihak non

Pemerintah yang tidak bertanggungjawab, namun keberadaan JPI juga mampu

menjamin kemampuan akses data secara lebih cepat, khususnya koneksi data

antar lembaga Pemerintah. Selain itu, media ini juga dapat digunakan sebagai

backbone dalam kebijakan berbagi akses internet oleh Pemerintah, atau lebih

dikenal dengan istilah Government Internet Exchange (GIX) sehingga berbagai

aplikasi milik Pemerintah pusat maupun daerah dapat dijalankan secara

terintegrasi dan simultan secara lebih aman dan cepat, mengingat sifat jaringan ini

yang dedicated.

Dalam menilai keberadaan sebuah system jaringan TI yang dimiliki institusi dapat

dikategorikan :

Telah memiliki jaringan intra untuk kepentingan internal

Kategori yang pertama adalah merupakan requirement dasar yaitu telah

terbangunnya jaringan intra, yang menjadi prasarat dari penyelenggaraan

jaringan di instansi pemerintah yang bersangkutan

Terhubung ke jaringan eksternal/internet

Dengan mulai terhubungnya jaringan tersebut ke dunia luar, baik itu untuk

kepentingan yang spesifik atau hanya sekedar untuk mengakses jaringan

internet

Mulai memproduksi konten

Setelah itu instansi mulai tumbuh inisiatif untuk

memproduksi/mengembangkan konten secara sederhana yang peruntukkan

utamanya adalah kalangan jaringan internal.

Telah membuka konten kepada luar

Kategori yang terakhir adalah konten tersebut sudah dikembangkan lagi

sehingga bisa diakses melalui jaringan luar, baik sesama instansi (misalnya

daerah diakses oleh pusat) atau oleh lintas instansi.

Page 16: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

16

Dengan keberadaan system jaringan TIK yang dimiliki oleh masing-masing

instansi tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana melakukan perancangan sistem interkoneksi jaringan antar lembaga

pemerintah yang aman, handal dan dengan biaya yang murah?

2. Bagaimana melakukan interkoneksi jaringan antar lembaga atau instansi

pemerintah sampai ke tingkat yang terkecil yaitu kecamatan/kelurahan?

3. Bagaimana kualitas rancang bangun sistem interkoneksi yang dibuat dalam

melakukan pertukaran data, suara, gambar, dan lainnya.?

Adalah merupakan keharusan apabila berbagai instansi pemerintah dapat

saling terhubung satu dengan yang lain demi melakukan fungsi-fungsi seperti

bertukar informasi, berbagi sumber daya, melakukan kordinasi tugas, dan lain-lain

hingga dapat melakukan pelayanan public secara elektronik dan terintegrasi.

Demi mencapai hal tersebut tentu diperlukan upaya-upaya penyeragaman,

penyambungan, hingga penggabungan. Atas dasar alasan-alasan tersebut maka

dilakukan penelitian bagaimana menghubungkan atau menginterkoneksikan antar

jaringan di instansi-instansi pemerintah yang saling terpisah secara letak

geografisnya dengan aman, handal dan tentunya dengan biaya yang murah.

Gambar. 1.2. visualisasi topic permasalahan penelitian ini

E-Government

Interconnection IP Backbone

Network

Security, cost and

Performance

Page 17: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

17

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1 Mendesain rancang bangun intekoneksi jaringan intra di lembaga

pemerintah menggunakan teknologi VPN internet berbasiskan IPv6

2 Melakukan analisa keamanan interkoneksi jaringan lembaga pemerintah

tersebut dan throughput / performance yang didapatkan.

3 Melakukan analisa perbandingan biaya interkoneksi jaringan intra

pemerintah yang dirancang atau dibangun sendiri ini dengan layanan

jaringan interkoneksi yang dimiliki provider dan berbayar seperti : VPN-

IP, MPLS, Leased Line, dll.

1.4 Batasan Masalah

Pembahasan pada penelitian ini di batasi pada hal – hal sebagai berikut:

1 Hanya akan membahas layer III network dan menitikberatkan perancangan

sistem VPN dan Routing antar Jaringan, tidak membahas media fisik yang

digunakan atau data link kontrol (layer I dan Layer II)

2 Tidak membahas pembangunan jaringan intra pemerintah di dalam instansi

dari nol, hanya mengkoneksikannya dengan lembaga pemerintah lainnya

melalui teknologi VPN yang dibangun diatas internet dan menggunakan

IPv6

3 Perancangan system interkoneksi jaringan pemerintah Indonesia

menggunakan router yang dibangun dengan menggunakan Operating

System Open Source FreeBSD 8.3 dan VPN yang dibangun menggunakan

software Vtun

4 Memberikan spesifikasi-spesifikasi atau kriteria-kriteria bagaimana

melakukan interkoneksi jaringan pemerintah indonesia secara efisien, aman

dan handal

5 Analisis terhadap hasil yang diperoleh untuk pengamatan keamanan

menggunakan wireshark dan untuk performance / QOS menggunakan IPerf

Page 18: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

18

1.5 Metode Penulisan

Metodologi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

metode pengumpulan data dan metode pengembangan sistem, yaitu :

1.5.1 Metode Pengumpulan Data

1. Studi Pustaka

Pada studi pustaka, dilakukan kegiatan seperti membaca, meneliti dan

menganalisis buku-buku, majalah dan artikel yang berkaitan dengan

masalah jaringan interkoneksi dengan VPN, IPv6, dan Routing

2. Studi Literatur

Pada studi literatur dilakukan dengan mempelajari literatur penelitian

sejenis yang memiliki keterkaitan permasalahan yang dibahas. Studi ini

bertujuan untuk meningkatkan pemahaman yang ada mengenai topic

penelitian yang dilakukan.

3. Studi Lapangan

Pada studi lapangan dilakukan dengan meninjau secara langsung sistemyang

sudah ada dan berjalan dilapangan

1.5.2 Metode Pengembangan Sistem

Metode yang digunakan dalam pengembangan sistem ini adalah metode

Network Development Life Cycle (NDLC)[1], dengan beberapa tahapan,

yaitu: Analisis dan Design, Simulasi, Implementasi, Monitoring, dan

Manajemen

1. Analisis

Tahap awal ini dilakukan analisa kebutuhan, analisa permasalahan yang

muncul, analisa keinginan user, dan analisa topologi atau jaringan yang

sudah ada saat ini.

Page 19: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

19

2. Design

Dari data-data yang didapatkan sebelumnya, tahap design ini akan membuat

gambar design topology jaringan vpn yang akan dibangun, diharapkan

dengan gambar ini akan memberikan gambaran seutuhnya dari kebutuhan

yang ada, yang nantinya akan digunakan untuk penelitian.

3. Simulasi

Pada tahap ini akan dibuat dalam bentuk simulasi dengan bantuan tools

khusus dibidang jaringan yaitu software Opensource berupa Virtual Box,

OS FreeBSD, wiresahark, dan Iperf.

4. Implementasi

Pada tahap ini penulis menerapkan semua yang telah direncanakan dan

didesign sebelumnya.

5. Monitoring

Pada tahap ini akan dilakukan monitoring jaringan yang telah dibuat agar

sesuai dengan keinginan dan tujuan.

6. Manajemen

Pada tahap ini akan diterapkan kebijakan untuk membuat atau mengatur

agar sistem yang telah dibangun dan berjalan dengan baik dapat

berlangsung lama yang sesuai dengan konsep pengelolaan yang akan

digunakan.

Page 20: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

20

Gambar. 1.5.2. Metode pengembangan system dengan NDLC [1]

1.6 Sistematika Penulisan

Pada penelitian ini terbagi atas lima bab dengan perincian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini disampaikan latar belakang, identifikasi dan perumusan

masalah, tujuan penelitian dan batasan masalah serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Menjelaskan tentang e-Government, Jaringan Komputer, IPv6 address ,

teknologi routing, Kriptografi, Virtual Private Network (VPN) , aplikasi VTun.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai waktu dan tempat penelitian,

metode pengumpulan data dan metode pengembangan sistem yang dilakukan

serta analisis dan perancangan vpn , IPv6, Routing Protokol dengan menggunakan

Page 21: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

21

OS FreeBSD, Software Vtun untuk VPN dan Quagga untuk software routing

protocol.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil pengujian dari perancangan interkoneksi

jaringan pemerintah Indonesia dengan VPN Internet dan Teknologi IPv6 dengan

Software Vtun pada OS FreeBSD serta Quagga disertai dengan analisa sehingga

didapatkan bukti kuat dari hipotesis yang dilakukan dan membahas hasil dari

simulasi dan implementasi serta membandingkan dengan data-data penelitian

yang terkait dan juga membandingkan secara biaya dengan produk atau layanan

yang diberikan provider dan berbayar.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Memberikan intisari penelitian rancang bangun jaringan interkoneksi ini

berupa kesimpulan dan saran untuk pengembangan tesis selanjutnya.

Page 22: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

22

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 E-Government

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang teknologi

komunikasi dan informasi yang begitu cepat menjadikan suatu bangsa dituntut

harus melakukan suatu perubahan dalam menjalankan roda kepemerintahannya.

Perubahan tersebut melahirkan model pelayanan publik didalam suatu negara

yaitu melalui e-Government. Pelayanan pemerintah yang dulu terlalu birokratis

dan terkesan kaku sekarang ini bisa dielimir melalui e-Government, dimana

pelayanan pemerintah tersebut menjadi lebih fleksibel dan berorientasi pada

kepuasan pelanggan[2].

2.1.1 Pengertian E-Government

E-government didefinisikan sebagai cara bagi pemerintah untuk menggunakan

teknologi informasi dan komunikasi yang paling inovatif, khususnya aplikasi

internet berbasis web, untuk memberikan warga dan pebisnis dengan akses yang

lebih mudah untuk informasi dan layanan pemerintah, selain itu juga untuk

meningkatkan kualitas layanan publik, serta memberikan kesempatan yang lebih

besar untuk berpartisipasi dalam proses kepemerintahan dilembaga-lembaga

pemerintah yang ada. E-Government dapat memberikan suatu kualitas pelayanan

publik yang lebih baik, biaya yang murah dan pelayanan birokrasi yang lebih

dipercaya oleh masyarakatnya.

2.1.2 Ruang Lingkup E-Government

Sistem pemerintahan dan pelayanan publik yang bersih, transparan, merupakan

tantangan yang harus dijawab oleh lembaga pemerintahan dalam menjalankan

fungsinya. Di lain pihak, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang

Page 23: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

23

demikian pesat membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan dan

pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat.

Ruang lingkup e-Government yang terdiri dari beberapa model yaitu[3] : G2C (

Government to Citizens ), G2G ( Government to Government ), G2B (

Government to Business ), G2N ( Government to Non Profit ), G2E ( Government

to Employee ) merupakan suatu ruang lingkup yang tidak mudah untuk

diimplementasikan.

2.1.3 E-Government di Indonesia

Saat ini di Indonesia penerapan e-Government sebagian besar masih dalam

tahap yang masih rendah yaitu hanya mengimplementasikan teknologi

komunikasi dan informasi sebatas alat pemberi informasi kepada masyarakat yaitu

melalui web site dan belum bersifat transaksional. Dari beberapa model penerapan

e-Government tersebut bisa dikatakan untuk G2C ( Pemerintah ke Masyarakat )

hanya masih bersifat informasional ke masyarakat seperti informasi bagaimana

melakukan perizinan, pembuatan KTP, Paspport, dll. Sedangkan tahap perizinan

online, pembuatan KTP dan Passport online belum bisa dilakukan. Untuk G2G (

Government to Government) saat ini Indonesia masih belum melakukan e-

Government secara maksimal dimana mekanisme penyelenggaraan pemerintah

masih menggunakan manual dan phisik belum berbasiskan elektronik. Kebutuhan

akan pertukaran data pun belum dilakukan karena masalah data dan informasi

masih dimiliki sendiri, padahal jika dibuat suatu jaringan interkoneksi maka akan

terjadi pertukaran data untuk satu kebutuhan aplikasi e-Government yang

berbasiskan kepada basis data tunggal seperti data NIK, data NPWP dimana data

tersebut dimiliki oleh Instansi Pusat seperti data NIK oleh Ditjen DukCaPil

Kemendagri dan data NPWP dimiliki oleh Ditjen Pajak, Kemenkeu. Dengan

adanya jaringan interkoneksi dari pusat ke daerah dan seterusnya maka

pemanfaatan data tersebut yang sudah ada dengan sendirinya otomatis digunakan

oleh instansi lain. Contoh pemakaian interkoneksi jaringan dan pertukaran data ini

adalah pemanfaatan data NIK dan NPWP oleh aplikasi pengadaaan barang dan

jasa LPSE, dimana fungsinya disini untuk melakukan verifikasi dan validasi

Page 24: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

24

kebenaran data NIK dan NPWP si penyedia barang dan jasa. Verifikasi dan

validasinya dilakukan langsung ke pemilik data yaitu Ditjen DukCaPil dan Ditjen

Pajak secara online elektronik.

2.2 Jaringan Komputer

Jaringan komputer merupakan penggabungan teknologi komputer dan

komunikasi yang merupakan sekumpulan komputer berjumlah banyak yang

terpisah-pisah akan tetapi saling berhubungan dalam melaksanakan tugasnya[4].

Tujuan dari jaringan komputer adalah :

Membagi sumber daya : contohnya berbagi pemakaian printes,

CPU,memori, harddisk dan lain-lain.

Komunikasi : contohnya e-mail, instant messaging,

chatting.

Akses informasi : contohnya web browsing, file server dan

lain-lain

2.2.1 Topologi jaringan

Topologi jaringan terdiri dari berbagai macam topologi yaitu, topologi

bus, ring, star, extended star, hirarkikal/Tree, dan mesh.

Gbr. 2.2.1 Topologi Jaringan

Sumber http://id.wikipedia.org

Page 25: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

25

2.2.2 Jenis-jenis Jaringan Komputer

a. Berdasarkan Ruang Lingkup Geografis

Berdasarkan ruang lingkup geografisnya terdapat tiga jenis jaringan

komputer, antara lain :

i. Local Area Network

Jarak jangkauan Local Area Network (LAN) tidak terlalu jauh.

Biasanya diterapkan pada suatu gedung atau antar gedung dalam satu

kompleks perkantoran atau sekolah. Jarak jangkauan 10 km. biasanya

merupakan jaringan komputer untuk satu kantor yang digunakan untuk

koordinasi antar bagiannya yang bersifat lokal.

ii. Metropolitan Area Network

Jarak jangkauannya lebih luas dari LAN. Jangkauan Metropolitan

Area Network (MAN) dapat mencapai antar kota. Contoh penerapan dari

MAN ialah penyediaan layanan internet oleh Internet Service Provider

(ISP). Pengguna jasa ISP ini akan tercakup dalam jaringan MAN yang

disediakan oleh ISP tersebut. Jarak jangkauan 10-50 km. Biasanya

merupakan jaringan komputer antar perusahaan ataupun antar pabrik dalam

satu wilayah kota. MAN biasanya mampu menunjang data teks dan suara,

bahkan dapat berhubungan dengan jaringan televisi kabel.

iii. Wide Area Network

Jaringan Wide Area Network (WAN) mempunyai cakupan terluas,

bahkan dapat dikatakan mencakup seluruh dunia. Jaringan ini sendiri dapat

dihubungkan dengan menggunakan satelit dan media kabel fiber optic.

b. Berdasarkan Service

i. Intranet

Service yang diberikan hanya diberikan kepada pihak-pihak dalam yang

mendapat ijin dari otoritas jaringan, dan bukan untuk pihak luar. Terdapat

kerahasiaan di dalamnya.

Page 26: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

26

ii. Extranet Terdapat suatu layanan yang juga dapat digunakan oleh pihak

luar yang telah memiliki account yang diijinkan. Layanan yang diberikan

kepada pihak luar ini bersifat terbatas.

iii. Internet

Layanan yang disediakan diberikan secara luas kepada pihak manapun,

tanpa harus mendapatkan account terlebih dahulu.

2.3 Protokol Jaringan

Protokol adalah suatu kumpulan dari aturan-aturan yang berhubungan

dengan komunikasi data antara alat-alat komunikasi supaya komunikasi data

dapat dilakukan dengan benar. Protokol biasanya berbentuk sebuah software

yang mengatur komunikasi data tersebut. Elemen-elemen penting daripada

protokol adalah : syntax, semantics dan timing.

1. Syntax mengacu pada struktur atau format data, yang mana dalam urutan

tampilannya memiliki makna tersendiri. Sebagai contoh, sebuah protokol

sederhana akan memiliki urutan pada delapan bit pertama adalah alamat

pengirim, delapan bit kedua adalah alamat penerima dan bit stream sisanya

merupakan informasinya sendiri.

2. Semantics mengacu pada maksud setiap section bit. Dengan kata lain adalah

bagaimana bit-bit tersebut terpola untuk dapat diterjemahkan.

3. Timing mengacu pada 2 karakteristik yakni kapan data harus dikirim dan

seberapa cepat data tersebut dikirim. Sebagai contoh, jika pengirim

memproduksi data sebesar 100 Megabits per detik (Mbps) namun penerima

hanya mampu mengolah data pada kecepatan 1 Mbps, maka transmisi data

akan menjadi overload pada sisi penerima dan akibatnya banyak data yang

akan hilang atau musnah. Protokol adalah suatu kumpulan dari aturan-aturan.

2.3.1 Routing Protokol

Routing protokol adalah suatu aturan yang mempertukarkan informasi

routing yang akan membentuk sebuah tabel routing sehingga pengalamatan pada

paket data yang akan dikirim menjadi lebih jelas dan routing protocol mencari

Page 27: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

27

rute tersingkat untuk mengirimkan paket data menuju alamat yang dituju.

Routing protocol dibagi menjadi 2, yakni:

1. Interior Routing Protocol

Interior Routing Protocol biasanya digunakan pada jaringan yang

bernama Autonomous System, yaitu sebuah jaringan yang berada hanya dalam

satu kendali teknik yang terdiri dari beberapa subnetwork dan gateway yang

saling berhubungan satu sama lain. Interior routing diimplementasikan melalui:

Routing Information Protocol (RIP), biasanya terdapat pada sistem operasi

UNIX dan Novell yang menggunakan metode distance vector algoritma yang

bekerja dengan menambahkan satu angka matrik jika melewati 1 gateway,

sehingga jika melewati beberapa gateway maka metriknya juga akan

bertambah.

Open Shortest Path First (OSPF), routing ini memakan banyak resource

komputer dibanding Routing Information Protocol (RIP), akan tetapi pada

routing ini rute dapat dibagi menjadi beberapa jalan sehinggga data dapat

melewati dua atau lebih rute secara pararel.

2. Exterior Routing Protocol

Pada dasarnya internet terdiri dari beberapa Autonomous System yang

saling berhubungan satu sama lain dan untuk menghubungkan Autonomous

System dengan Autonomous System yang lainnya maka Autonomous System

menggunakan exterior routing protocol sebagai pertukaran informasi

routingnya.

Exterior Gateway Protocol (EGP) merupakan protokol yang mengumumkan

kepada Autonomous System yang lain tentang jaringan yang berada

dibawahnya maka jika sebuah Autonomous System ingin berhubungan dengan

jaringan yang ada dibawahnya maka mereka harus melaluinya sebagai router

utama. akan tetapi kelemahan protokol ini tidak bisa memberikan rute terbaik

untuk pengiriman paket data.

Page 28: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

28

Border Gateway Protocol (BGP). Protocol ini sudah dapat memilih rute terbaik

yang digunakan pada ISP besar yang akan dipilih.

2.4 TCP/IP

Internet Protokol dikembangkan pertama kali oleh Defense Advanced

Research Projects Agency (DARPA) pada tahun 1970 sebagai awal dari usaha

untuk mengembangkan protokol yang dapat melakukan interkoneksi berbagai

jaringan komputer yang terpisah, yang masing-masing jaringan tersebut

menggunakan teknologi yang berbeda. Protokol utama yang dihasilkan proyek ini

adalah Internet Protokol (IP). Riset yang sama dikembangkan pula yaitu beberapa

protokol level tinggi yang didesain dapat bekerja dengan IP.

Yang paling penting dari proyek tersebut adalah Transmission Control

Protokol (TCP), dan semua grup protokol diganti dengan TCP/IP suite.

Pertamakali TCP/IP diterapkan di ARPANET, dan mulai berkembang setelah

Universitas California di Berkeley mulai menggunakan TCP/IP dengan sistem

operasi UNIX. Selain Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) ini

yang mengembangkan 13 Internet Protokol, yang juga mengembangkan TCP/IP

adalah Department of defense (DOD).

2.4.1 IPv6

IP Versi ini merupakan generasi penerus IPv4, disebut juga sebagai IPng

(= IP Next Generation)[4], dan hasil kombinasi sana-sini dari banyak proposal

penerus IPv4. Kelebihan dari IPv6 antara lain :

IPv6 memiliki kapasitas 128 bit, dibandingkan dengan IPv4 yang cuma 32

bit – membuat kapasitas IPv6 jauh lebih besar (2^96 kali lipat

dibandingkan dengan IPv4). Dengan adanya address space yang luar biasa

besar itu, maka akan terbuka banyak sekali kemungkinan di masa depan

mengenai aplikasi2 yang bisa dienable.

IPv6 memiliki scope (jangkauan) IP address yang terdefinisi dengan baik,

spt node-local, link-local, site-local, organization-local, global-scope.

Page 29: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

29

Scope ini mirip dengan pemakaian private atau global ip address pada

IPv4, tetapi jauh lebih fleksibel.

Header IPv6 lebih simple dibanding dengan IPv4, ada beberapa field yang

dihapuskan, sehingga dengan kemampuan yang sangat luar biasa besar,

header IPv6 hanya 2x lebih besar daripada IPv4.

IPv6 memiliki kemampuan builtin untuk otentikasi & privasi. Jika pada

IPv4 harus menambahkan tunnel IPsec.

Format IPv6 Address :

128 Bit dan di bagi menjadi 16 bit segment.

Setiap segment mewakilkan 4 digit hexadecimal

X:X:X:X:X:X:X:X (X = 16 bit, cth = A2FE)

Contoh : 2001:0DB8:124C:C1A2:BA03:6735:EF1C:683D

Di sebut sebagai colon-hexdecimal

Penulisan IPv6 bisa di perpendek dengan menghilangkan awalan 0

Setiap blok setidaknya harus memiliki 1 digitSebelum di pendekan

Contoh : 2001:0DB8:0023:0000:0000:036E:1250:2B00

Setelah di pendekan 2001:DB8:23:0:0:36E:1250:2B00

Jangan hilangkan 0 di belakang

Mekanisme Transisi dari IPv4 ke IPv6 :

Dual-Stack, yaitu IPv4 dan IPv6 berjalan secara bersamaan di dalamhost

atau router

Tunneling :

– Melewatkan traffic IPv6 diatas jaringan IPv4

– Melewatkan traffic IPv4 diatas jaringan IPv6

2.5 OSI Layer

Model referensi jaringan terbuka OSI atau OSI Reference Model for open

networking adalah sebuah model arsitektural jaringan yang dikembangkan oleh

badan International Organization for Standardization (ISO) di Eropa pada tahun

Page 30: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

30

1977. OSI sendiri merupakan singkatan dari Open System Interconnection. Model

ini disebut juga dengan model "Model tujuh lapis OSI" (OSI seven layer model).

OSI Reference Model pun akhirnya dilihat sebagai sebuah model ideal dari

koneksi logis yang harus terjadi agar komunikasi data dalam jaringan dapat

berlangsung. Beberapa protokol yang digunakan dalam dunia nyata, semacam

TCP/IP, DECnet dan IBM System Network Architecture (SNA) memetakan

tumpukan protokol (protokol stack) mereka ke OSI Reference Model. OSI

Reference Model pun digunakan sebagai titik awal untuk mempelajari bagaimana

beberapa protokol jaringan di dalam sebuah kumpulan protokol dapat berfungsi

dan berinteraksi. OSI Reference Model memiliki tujuh lapis, yakni sebagai

berikut:

Tabel 2.5 OSI LAYER

Sumber: www.wikipedia.org

Lapisan

Ke-

Nama Lapisan Keterangan

7 Application Layer Berfungsi sebagai antarmuka dengan

aplikasi denganfungsionalitas jaringan,

mengatur bagaimana aplikasi dapat

mengakses jaringan, dan kemudian

membuat pesan-pesan kesalahan.

Protokol yang berada dalam lapisan ini

adalah HTTP, FTP, SMTP, dan NFS.

6 Presentation Layer layer Berfungsi untuk mentranslasikan

data yang hendak ditransmisikan oleh

aplikasi ke dalam format yang dapat

ditransmisikan melalui jaringan. Protokol

yang berada dalam level ini adalah

perangkat lunak redirektor (redirector

software), seperti layanan Workstation

(dalam Windows NT) dan juga Network

shell (semacam Virtual Network

Computing (VNC) atau Remote Desktop

Protokol (RDP).

5 Session Layer Berfungsi untuk mendefinisikan

bagaimana koneksi dapat dibuat,

dipelihara, atau dihancurkan. Selain itu,

di level ini juga dilakukan resolusi nama

Page 31: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

31

4 Transport Layer Berfungsi untuk memecah data ke dalam

paket-paket data serta memberikan nomor

urut ke paket-paket tersebut sehingga

dapat disusun kembali pada sisi tujuan

setelah diterima. Selain itu, pada level ini

juga membuat sebuah tanda bahwa paket

diterima dengan sukses

(acknowledgement), dan

mentransmisikan ulang terhadp paket-

paket yang hilang di tengah jalan.

3 Network Layer Berfungsi untuk mendefinisikan alamat-

alamat IP, membuat header untuk paket-

paket, dan kemudian melakukan routing

melalui internetworking dengan

menggunakan router dan switch layer-3.

2 Data Link Layer Befungsi untuk menentukan bagaimana

bit-bit data

dikelompokkan menjadi format yang

disebut sebagai frame. Selain itu, pada

level ini terjadi koreksi kesalahan, flow

control, pengalamatan perangkat keras

(seperti halnya Media Access Control

Address (MAC Address), dan menetukan

bagaimana perangkat-perangkat jaringan

seperti hub, bridge, repeater, dan switch

layer 2 beroperasi. Spesifikasi IEEE 802,

membagi level ini menjadi dua level

anak, yaitu lapisan Logical Link Control

(LLC) dan lapisan Media Access Control

(MAC).

1 Physical Layer Berfungsi untuk mendefinisikan media

transmisi jaringan, metode pensinyalan,

sinkronisasi bit, arsitektur jaringan

(seperti halnya Ethernet atau Token

Ring), topologi jaringan dan pengabelan.

Selain itu, level ini juga mendefinisikan

bagaimana Network

Interface Card (NIC) dapat berinteraksi

dengan media kabel atau radio.

Page 32: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

32

Gambar 2.5 Korelasi antara OSI Reference Model,

DARPA Reference Model, dan protokol TCP.

Sumber: www.wikipedia.org

2.6 VPN

2.6.1 Pengertian VPN

VPN adalah sebuah teknologi komunikasi yang memungkinkan seorang

pegawai yang berada didalam kantor terkoneksi ke jaringan publik dan

menggunakannya untuk bergabung dalam jaringan lokal. VPN dapat terjadi antara

dua end-system atau dua PC atau bisa juga antara dua atau lebih jaringan yang

berbeda. VPN dapat dibentuk dengan menggunakan teknologi tunneling dan

encryption, Data dienkapsulasi (dibungkus) dengan header yang berisi informasi

routing untuk mendapatkan koneksi point to point sehingga data dapat melewati

jaringan publik dan dapat mencapai akhir tujuan.

Teknologi VPN menyediakan tiga fungsi utama untuk penggunanya. Fungsi

utama tersebut adalah sebagai berikut:

Page 33: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

33

1. Confidentiality (Kerahasiaan)

Teknologi VPN memiliki sistem kerja mengenkripsi semua data yang lewat

melaluinya. Dengan adanya teknologi enkripsi ini, maka kerahasiaan data

menjadi lebih terjaga.

2. Data Integrity (Keutuhan Data)

Ketika melewati jaringan Internet, data sebenarnya sudah berjalan sangat jauh

melintasi berbagai negara. Di tengah perjalanannya, apapun bisa terjadi

terhadap isinya. Baik itu hilang, rusak, bahkan dimanipulasi isinya.VPN

memiliki teknologi yang dapat menjaga keutuhan data yang kirim agar sampai

ke tujuannya

3. Origin Authentication (Autentikasi Sumber)

Teknologi VPN memiliki kemampuan untuk melakukan autentikasi terhadap

sumber-sumber pengirim data yang akan diterimanya. VPN akan melakukan

pemeriksaan terhadap semua data yang masuk dan mengambil informasi

source datanya. Kemudian alamat source data ini akan disetujui jika proses

autentikasinya berhasil.

2.6.2 Keuntungan menggunakan VPN

Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakanVPN

untuk implementasi WAN.

a. Jangkauan jaringan lokal yang dimiliki suatu perusahaan akan menjadi

luas, sehingga perusahaan dapat mengembangkan bisnisnya di daerah

lain. Waktu yang dibutuhkan untuk menghubungkan jaringan lokal ke

tempat lain juga semakin cepat, karena proses instalasi infrastruktur

jaringan dilakukan dari perusahaan atau kantor cabang yang baru

dengan ISP terdekat di daerahnya.

b. Penggunaaan VPN dapat mereduksi biaya operasional bila

dibandingkan dengan penggunaan leased line sebagai cara tradisional

untuk mengimplementasikan WAN. VPN dapat mengurangi biaya

pembuatan jaringan karena tidak membutuhkan kabel (leased line) yang

panjang. VPN menggunakan internet sebagai media komunikasinya.

Page 34: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

34

Media internet telah tersebar ke seluruh dunia, karena internet

digunakan sebagai media komunikasi publik yang bersifat terbuka.

c. Penggunaan VPN juga dapat mengurangi biaya telepon untuk akses

jarak jauh, karena hanya dibutuhkan biaya telepon untuk panggilan ke

titik akses yang ada di ISP terdekat.

d. Biaya operasional perusahaan juga akan berkurang bila menggunakan

VPN. Hal ini disebabkan karena pelayanan akses dial-up dilakukan oleh

ISP, bukan oleh perusahaan yang bersangkutan.

e. Penggunaan VPN akan meningkatkan skalabilitas.

f. VPN memberi kemudahan untuk diakses dari mana saja, karena VPN

terhubung ke internet. Sehingga pegawai yang mobile dapat mengakses

jaringan khusus perusahaan di manapun dia berada. Selama dia bisa

mendapatkan akses ke internet ke ISP terdekat, pegawai tersebut tetap

dapat melakukan koneksi dengan jaringan khusus perusahaan.

2.6.3 Kerugian menggunakan VPN

VPN juga memiliki kelemahan yaitu:

a. VPN membutuhkan perhatian yang serius pada keamanan jaringan

publik (internet). Oleh karena itu diperlukan tindakan yang tepat untuk

mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti penyadapan,

hacking dan tindakan cyber crime pada jaringan VPN.

b. Ketersediaan dan performansi jaringan khusus perusahaan melalui

media internet sangat tergantung pada faktor-faktor yang berada di luar

kendali pihak perusahaan. Kecepatan dan keandalan transmisi data

melalui internet yang digunakan sebagai media komunikasi jaringan

VPN tidak dapat diatur oleh pihak pengguna jaringan VPN, karena

traffic yang terjadi di internet melibatkan semua pihak pengguna

internet di seluruh dunia.

c. Perangkat pembangun teknologi jaringan VPN dari beberapa vendor

yang berbeda ada kemungkinan tidak dapat digunakan secara bersama

sama karena standar yang ada untuk teknologi VPN belum memadai.

Page 35: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

35

Oleh karena itu fleksibilitas dalam memilih perangkat yang sesuai

dengan kebutuhan dan keuangan perusahaan sangat kurang.

d. VPN harus mampu menampung protokol lain selain IP dan teknologi

jaringan internal yang sudah ada. Akan teteapi IP masih dapat

digunakan VPN melalui pengembangan IPSec (IP Security Protokol).

2.6.4 Jenis implementasi VPN

2.6.4.1 Remote Access VPN

Remote access yang biasa juga disebut virtual private

dialupnetwork (VPDN), menghubungkan antara pengguna yangmobile

dengan local area network (LAN). Jenis VPN inidigunakan oleh

pegawai perusahaan yang ingin terhubung kejaringan khusus

perusahaannya dari berbagai lokasi yang jauh(remote) dari

perusahaannya. Biasanya perusahaan yang inginmembuat jaringan VPN

tipe ini akan bekerjasama denganenterprise service provider (ESP). ESP

akan memberikan suatunetwork access server (NAS) bagi perusahaan

tersebut. ESP jugaakan menyediakan software client untuk komputer-

komputeryang digunakan pegawai perusahaan tersebut.

Gambar 2.6.4.1 Topologi Jaringan VPN Remote Access

Sumber: http://computer.howstuffworks.com

Page 36: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

36

2.6.4.2 Site to site VPN

Jenis implementasi VPN yang kedua adalah site-to-site VPN.

Implementasi jenis ini menghubungkan antara 2 kantor atau lebih yang

letaknya berjauhan, baik kantor yang dimiliki perusahaan itu sendiri

maupun kantor perusahaan mitra kerjanya. VPN yang digunakan untuk

menghubungkan suatu perusahaan dengan perusahaan lain (misalnya

mitra kerja, supplier atau pelanggan) disebut ekstranet. Sedangkan bila

VPN digunakan untuk menghubungkan kantor pusat dengan kantor

cabang, implementasi ini termasuk jenis intranet site-to-site VPN.

Gambar 2.6.4.2 Topologi Site to site VPN

Sumber: http://computer.howstuffworks.com

2.7 Kriptografi

Kriptografi adalah ilmu pengetahuan dan seni menjaga pesan atau

informasi agar tetap aman atau secure. Konsep kriptografi sendiri telah lama

digunakan oleh manusia misalnya pada peradaban Mesir dan Romawi walau

masih sangat sederhana, dahulu kriptografi banyak digunakan pada bidang

militer. Tujuannya adalah untuk mengirimkan informasi rahasia ke tempat

yang jauh. Dalam kriptografi terdapat dua konsep utama yakni enkripsi dan

dekripsi.

Page 37: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

37

1. Enkripsi merupakan teknik untuk mengamankan data yang dikirim

dengan mengubah data tersebut ke dalam bentuk sandi-sandi yang

hanya dimengerti oleh pihak pengirim dan pihak penerima data.

Enkripsi yang banyak digunakan saat ini adalah enkripsi kunci simetris

dan enkripsi kunci publik.

a. Kunci simetris

Pada enkripsi menggunakan kunci simetris, setiap komputer

memiliki kunci rahasia (kode) yang dapat digunakan untuk

mengenkripsi informasi sebelum informasi tersebut dikirim ke

komputer lain melalui jaringan. Kunci yang digunakan untuk

mengenkripsi data sama dengan kunci yang digunakan untk

mendekripsi data. Oleh karena itu, kunci tersebut harus dimiliki

kedua komputer. Kunci harus dipastikan ada pada komputer

penerima. Artinya pengirim harus memberitahu kunci yang

digunakan pada penerima melalui orang yang dipercaya.

Selanjutnya informasi yang akan dikirim, dienkripsi imenggunakan

kunci tersebut. Sehingga penerima bisa mendekripsi, dan

mendapatkan informasi yang diinginkan.

b. Kunci publik

Enkripsi kunci publik menggunakan kombinasi kunci privat

dan kunci publik. Kunci privat hanya diketahui oleh pihak pengirim

informasi. Sedangkan kunci publik dikirim ke pihak penerima.

Untuk mendekripsi informasi, pihak penerima harus menggunakan

kunci public dan kunci privat miliknya. Kunci privat penerima

berbeda dengan kunci privat pengirim, dan hanya penerima saja

yang mengetahuinya. Enkripsi kunci publik memerlukan

perhitungan yang besar. Akibatnya sebagian besar sistem

menggunakan kombinasi kunci public dan kunci simetri untuk

proses enkripsi data. Pada saat dua komputer akan berkomunikasi

secara aman, komputer A akan membuatkunci simetris dan dikirim

ke komputer B menggunakan enkripsi kunci publik. Setelah itu

Page 38: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

38

kedua komputer dapat berkomunikasi menggunakan enkripsi kunci

simetris. Setelah proses komunikasi tersebut selesai, kunci simetris

untuk sesi tersebut dibuang. Jika kedua komputer ingin membentuk

sesi komunikasi yang aman lagi, kunci simteris untuk sesi tersebut

harus dibuat lagi. Dengan demikian setiap akan membentuk suatu

sesi, kunci simetris baru akan dibuat. Algoritma kunci publik

dibuat berdasarkan algorima “hashing”. Kunci publik dibuat

berdasarkan nilai “hash” yang diperoleh. Ide dasar enkripsi kunci

publik adalah perkalian dua bilangan prima yang menghasilkan

bilangan prima yang baru.

2. Dekripsi adalah kebalikan dari enkripsi yaitu teknik untuk mengubah

data yang tersamar kembali menjadi data yang bisa dibaca atau

dimengerti oleh pihak penerima data.

2.8 VTun

Vtun adalah aplikasi jaringan yang dapat membuat virtual tunnel

diatas jaringan TCP/IP. Seperti aplikasi VPN lainnya VTun membuat single

koneksi diantara 2 mesin. Vtun Server menginisialisasi koneksi dengan

UDP Protokol. Vtun menggunakan Private Share Key untuk melakukan

negoisasi dan autentikasi. VTun adalah aplikasi VPN yang sangat mudah

sekali diimplementasikan. Untuk enkripsi Vtun menggunakan Algoritma

MD5, 3DES dan Blowfish. VTun terdiri dari tiga komponen yaitu: Paket

VTun, TUN/TAP Driver dan ethernet bridge driver. untuk menghasilkan

pengiriman data yang cepat pada Aplikasi VTun dimasukkan teknologi

kompresi yaitu zlib.

Gambar 2.9 Format Paket VTun [6]

Page 39: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

39

2.8.1 Tipe enkripsi pada VTun

Untuk tipe enkripsi pada aplikasi VPN VTunmenggunakan tipe

enkripsi DES, 3 DES dan BlowFish.

a. DES (Data Encryption Standart)

Data Encryption Standart (DES) adalah chiper yang

digunakan oleh Federal Information Processing Standart(FIPS)

untuk Amerika Serikat pada tahun 1976, dan secara bertahap

tersebar luar digunakan oleh seluruh dunia.Algoritma ini pada

permulaan munculnya sangat kontroversi karena mempuyai key

length yang sangat pendek. Selain itu ditengarai mempuyai

backdoor oleh National Security Agency (NSA). Saat ini DES

diketahui menjadi tidak aman untuk beberapa aplikasi. Hal ini

dikarenakan ukuran dari key nya hanya 56 bit. Berikut

gambaran singkat tentang perhitungan algoritma DES:

1. DES merupakan algoritma yang terdiri dari 64 block ciper

dengan besar key 56 bit. Sebenarnya besarnya key untuk

DES adalah 64 bit tetapi dengan pertimbangan tertentu, 8

bit key untuk proses checking parity.

2. Separuh untuk setiap blocknya, dalam hal ini terdiri dari 28

bit (1 block = 56 bit) dengan pengertian 8 bit untuk proses

checking parity, dipermutasikan menjadi 48 bit subkey

untuk setiap putarannya. Dengan menggunakan fungsi

Feitsel, DES 64 bit cipher block dibagi menjadi 16 putaran.

3. Setelah terbentuk 16 subkey yang masing-masing terdiri

dari 48 bits, key tersebut akan dicampur (mix) dengan 32 bit

(separuh block) dengan operasi XOR, yaitu:

I. Output dari XOR yang berupa 48 bit dibagi menjadi 8 bagian

dan setiap bagiannnya terdiri dari 6 bit sebelum melalui proses

S-box. Setiap S-box terdiri dari 6 bit input dan 4 bit output.

II. Step terakhir dengan permutasi tertentu 32 bit output (4x8)

diatur kembali dan ditempatkan ke P-box.

Page 40: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

40

b. 3DES (Triple DES)

Triple DES (3DES) adalah sekumpulan chipper (block

chipper) dari Data Encryption Standart (DES) yang digunakan 3

kali. Triple DES juga dikenal dengan nama TDES atau TDEA

(Triple Data EncryptionAlgorithm). Semenjak ditemukan DES

pertama kali yang menggunakan 56 bit, key length. DES sangat

rentan terhadap brute force. Sudah dapat ditebak block chiper

pada 3DES sama dengan DES yaitu 64 bitsedangkan key size

untuk 3DES adalah 168 bit dengan pengulangan DES (56 bit)

sebanyak 3 kali.

c. Blowfish

Ini adalah salah satu dari enkripsi publik yang paling

umum algoritma enkripsinya yang disediakan oleh Bruce

Schneier satu dari kriptologi terkemuka di dunia, dan presiden

Sprei Systems, sebuah perusahaan konsultan yang

mengkhususkan diri dalam kriptografi dan keamanan komputer.

Key size yang digunakanmulai dari 32 bit ke 448 bit, dengan

default key size yang biasa digunakan adalah 128bit. Blowfish

tidak dipatentkan dan bebas lisensi, dan tersedia gratis untuk

semua penggunaan.

Blowfish memiliki keunggulan yang lebih baik

dibandingkan dengan AES karena kinerja yang dilakukan oleh

algoritma Blowfish tidak memerlukan kekuatan pemrosesan

yang lebih [5], sehingga penulis dalam perancangan model

interkoneksi ini memilih enkripsi blowfish selain performanya

juga lisensinya yang opensource.

Page 41: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

41

2.8.1 PerbandinganVPN VTun, IPSec dan Aplikasi VPN Lainnya

Pada perbandingan kali ini penulis memperbandingkan

aplikasi VPN antara Vtun, Racoon IPSec, dan Openvpn yang terkait

dengan penelitian lain , yang dijelaskan pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.8.1

Perbandingan beberapa skema keamanan software VPN [6].

2.9. Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan yaitu berdasarkan langkah-

langkah penelitian dalam model NDLC. Langkah-langkah tersebut

antaralain:

2.9.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam

penelitian skripsi ini adalah metode studi pustaka, studi literatur

dan studi lapangan (observasi langsung). Metode pengumpulan

data ini dilakukan dengan mencari dan membaca berbagai referensi

berupa buku-buku, tulisan dan artikel pada situs-situs internet yang

berkaitan dengan penelitian kemudian dengan studi literatur

penelitian sejenis serta melakukan studi lapangan (observasi) yaitu

pengumpulan data dengan cara meninjau dan mengamati secara

Page 42: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

42

langsung. Hal ini dalam rangka menggali hal yang terkait dengan

permasalahan penelitian lebih mendalam.

2.9.2 Metode pengembangan sistem NDLC

Penulis menggunakan model pengembangan sistem NDLC

(Network Development Live Cycle). Menurut Goldman dan

Rawles (2001:470), NDLC merupakan model kunci dibalik proses

perancangan jaringan komputer. Seperti model pengembangan

sistem untuk aplikasi perangkat lunak, NDLC terdiri dari elemen

yang mendefinisikan fase, tahapan, langkah, atau mekanisme

secara spesifik. Dari kata “cycle” (siklus) adalah kata kunci

deskriptif dari siklus hidup pengembangan sistem jaringan yang

menggambarkan secara eksplisit seluruh proses dan tahapan

pengembangan sistem jaringan yang terus berkelanjutan.

Gambar 3.2 Network Development Life Cycle

NDLC dijadikan metode yang digunakan sebagai acuan (secara

garis besar atau komprehensif) pada proses pengembangan dan

pembangunan sistem jaringan komputer yang notabene setiap

Page 43: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

43

jaringan komputer memiliki permasalahan yang unik, sehingga

membutuhkan solusi yang berbeda dan spesifik dengan melakukan

pendekatan yang bervariasi terhadap model NDLC. NDLC

mendefinisikan siklus-siklus proses yang berupa tahapan-tahapan

dari mekanisme teoritis yang dibutuhkan dalam suatu

rangkaianproses pembangunan atau pengembangan sistem

jaringankomputer. Berkaitan dengan penelitian ini, penerapan dari

setiap tahap NDLC adalah sebagai berikut:

a. Analysis (Analisis)

Model pengembangan sistem NDLC dimulai pada

fase analisis. Pada tahap ini dilakukan proses perumusan

masalah, mengidentifikasi konsep, pemahaman. Tahap ini

meliputi:

1. Identify

Kegiatan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi

sehingga dibutuhkan proses penerapan sistem.

2. Understand Kegiatan untuk memahami mekanisme kerja

sistem yang akan dibangun.

3. Analyze

Menganalisis sejumlah elemen atau komponen dan

kebutuhan sistem yang akan dibangun.

4. Report

Kegiatan merepresentasikan proses hasil analisis.

b. Design

Tahapan selanjutnya adalah design. Jika tahap

analisis mendefinisikan apa yang harus dilakukan oleh

sistem, makapada tahap perancangan mendefinisikan

”Bagaimana cara sistem itu dapat melakukannya?”.

c. Simulation Prototyping

Page 44: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

44

Tahap berikutnya adalah pembuatan prototype dari

sistem yang akan dibangun, sebagai simulasi dan implementasi.

Sehingga penulis dapat mengetahui gambaran umum dariproses

komunikasi, saling keterkaitan dan mekanisme kerjadari

interkoneksi keseluruhan elemen sistem yang akan dibangun.

d. Implementation

Pada fase ini, spesifikasi rancangan solusi yang

dihasilkan pada fase perancangan, digunakan sebagai panduan

instruksi implementasi. Aktifitas pada fase implementasi

meliputi implementasi konsep sistem yang akan digunakan.

e. Monitoring

Pada NDLC, proses pengujian digolongkan pada fase

ini. Hal ini mengingat bahwa proses pengujian dilakukan

melalui aktifitas pengoperasian dan pengamatan sistem yang

sudah dibangun dan dikembangkan serta sudah

diimplementasikan untuk memastikan penerapan sistem sudah

berjalan dengan semestinya.

f. Management

Pada NDLC, aktifitas perawatan, pemeliharaan dan

pengelolaan dikategorikan pada fase ini, karena proses

pengelolaan sejalan dengan aktifitas pemeliharaan sistem yaitu

meliputi pengelolaan sistem untuk digunakan secaraluas

sebagai solusi yang lebih ekonomis untuk berbagai keperluan

sehingga akan menjamin kemudahan, fleksibilitas dan

pengelolaan serta pengembangan sistem.

Page 45: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

45

2.10. Studi Sejenis

Dalam thesis yang disusun oleh Hans Olaf Rutger Thomschutz

(Mahasiswa Virginia Polytechnic Institute and State University) dengan

judul “Security in Packet-Switched Land Mobile Radio

BackboneNetworks “tahun 2005. Dalam penelitian itu penyusun

membangun koneksi jaringan vpn yang berbasiskan site to site atau

jaringan vpn yang menghubungkan antara satu BTS Cellular dengan BTS

Celullar Lainnya untuk menggantikan koneksi antar BTS yang dahulu

menggunakan circuit switch menjadi paket switch , penelitian yang

dilakukan menggunakan aplikasi FreeSWAN untuk IPsec, OPENVPN,

VTund, dan Zbedee.

Page 46: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

46

Dalam Journal yang ditulis oleh Byeong-Ho Kang and Maricel O.

Balitanas dari University of Tasmania, Australia dan Hannam University,

Department of Multimedia Engineering yang berjudul “Vulnerabilities of

VPN using IPSec and Defensive Measures”, dijelaskan dalam journal

tersebut adalah tentang kerentanan menggunakan VPN IPsec dan Tindakan

untuk mengatasinya.

Dalam thesis yang dibuat oleh Abdi Wahab yang berjudul “Analisa

Kinerja VoipClient SIPDroid dengan modul enkripsi terintegrasi” di

penulisan ini dijelaskan bagaimana mekanisme melakukan pengamanan

Komunikasi VOIP pada SoftPhone SIPDroid dan Performance nya.

Posisi penelitian yang sedang penulis lakukan dibandingkan dengan

beberapa orang peneliti diatas dengan penelitian yang hampir sama dan

terkait adalah bahwa penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah

pemilihan teknologi, metode penelitian dan analisa yang penulis pilih dan

terapkan dalam penelitian rancang bangun ini berdasarkan beberapa

penelitian terkait diatas baik dari thesis, journal, maupun tambahan dari

buku-buku. Sehingga jika digambarkan penelitian penulis dibandingkan

dengan penelitian lain yang sejenis adalah :

Gambar 2.10 Literature Review

Page 47: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari Juni 2014 sampai Januari 2015 yang

bertempat di Direktorat e-Government, Dirjen Aplikasi Informatika,

Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.

3.2. Alat dan bahan

3.2.1. Perangkat Keras (Hardware)

a. Perangkat Keras fisik Laptop Mac Book Pro, Prosessor 2,7 GHz

Intel Core i7, RAM 8GB DDR3, HDD 500GB diinstall Software

Virtual Box untuk dapat membuat beberapa PC/Server Virtual.

b. Virtual Komputer/Server untuk VPN server dan Client, FTP Server

dan client dengan spesifikasi OS FreeBSD, Prosessor 1 CPU,

RAM 1024 MB , Hardisk 20 GB, 2 x LAN Gigabit Virtual,

Software VTun, Iperf (pengukuran throughput).

c. Perangkat jaringan dan alat pendukung, switch, kabel UTP dan

alat-alat non jaringan seperti kabel listrik dan lain sebagainnya.

d. Link internet

3.2.2. Perangkat Lunak (Software)

Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Sistem Operasi FreeBSD8.3 untuk VPN Server, VPN Client dan

FTP server

b. Sistem Operasi Windows 7 untuk FTP Client dan Pengukuran

c. VTun Untuk Aplikasi VPN Tunneling

d. IPerf untuk Pengukuran Throughput atau Performance

e. Wireshark untuk Identifikasi keamanan dan pengukuran

Throughput

Page 48: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

48

3.3. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan bahan-bahan sebagai dasar penelitian, di

lakukan riset terlebih dahulu seperti flowchart dibawah ini, yaitu:

Analysis

Design

Simulation Prototyping

Implementation

Report

Analysis

Understand

Identify

Design VPN dan Struktur

Topologi

Simulasi VPN Test Bed

dan Network Test Bed

Monitoring

Uji layanan Interkoneksi

( Kemanan dan Performance)

Instalasi dan Konfigurasi FTP

server/client, Wireshark, dan

IPerf

Instalasi dan Konfigurasi

Router OSPF dan BGP

Instalasi dan Konfigurasi

VPN Server dan VPN Client

Manajemen

Monitoring menggunakan

Software cacti dan Nagios

Reviu Manajemen Teknis,

Regulasi dan Kebijakan,

Serta Anggaran

START

Studi Pustaka, Literatur dan

Studi Lapangan

Gambar 3.3 Flowchart Proses Penelitian

3.3.1. Studi Pustaka

Pada studi pustaka, bagaimana mencari landasan teori

untuk materi VPN, IPv6, Jaringan dan Routing Protokol yang

dilakukan kegiatan seperti membaca, meneliti dan menganalisis

penelitian yang sama, thesis, jurnal, dan buku yang berkaitan

dengan masalah jaringan interkoneksi antar kantor pusat dan

cabang, serta software-software yang akan digunakan.

3.3.2. Studi Lapangan

Diadakan penelitian langsung pada objek penelitian dengan

teknik pengumpulan data sebagai berikut:

Page 49: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

49

3.3.2.1. Observasi

Untuk mendapatkan hasil studi pustaka yang baik, penulis

berusaha mencari pendapat dan saran dengan cara

berdiskusi dengan dosen pembimbing thesis dan praktisi

IT di Direktorat e-Government dalam bidang interkoneksi

jaringan antar lembaga pemerintah dengan VPN.

3.3.2.2. Wawancara

Dalam wawancara ini dilakukan tanya jawab dengan

Kepala Sub Direktorat Teknologi dan Infrastruktur e-

Government selaku penanggung jawab masalah

interkoneksi jaringan antar lembaga pemerintah di

Indonesia, Administrator jaringan dan user yang ada di

Didirektorat e-Government dan beberapa orang yang ahli

dalam VPN, IPv6, Jaringan dan Routing Protokol

3.3.3. Studi Literatur

Pada tahap ini penulis memasukkan beberapa penelitian

thesis yangsama atau sejenis, sehingga bisa dihasilkan kesimpulan

dan perbedaan yang membedakan antara thesispenulis dengan

thesis yang sejenis.

3.4. Metode Pengembangan Sistem

Metode yang digunakan dalam pengembangan ini adalah metode

Network Development Life Cycle (NDLC), dengan beberapa tahapan-

tahapan yaitu: Analisis dan Design, Simulasi, Implemetasi, Manajemen dan

Monitoring

3.4.1. Analisis Sistem

Tahap analisis sistem adalah suatu proses yang dilakukan

untuk mengumpulkan kebutuhan yang diperlukan serta alternatif

Page 50: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

50

dan solusi yang dapat diterapkan untuk jaringan interkoneksi antar

lembaga pemerintah di Indonesia. Pada tahap ini penyusun akan

melakukanpengamatan secara langsung ke tempat objek penelitian

3.4.1.1. Identify

Pada tahap ini penulis mengidentifikasi masalah dengan

cara:

1. Pengamatan langsung pada sistem yang berjalan saat

ini.

2. Mengumpulkan informasi terkait sistem yang berjalan

saat ini baik dari segi kelebihan dan segi kelemahan

3.4.1.2. Understand

Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan untuk

memahami cara kerja dari sistem baru yang akan

dibangun.

3.4.1.3. Analyze

Pada tahap ini penulis melakukan analisis semua

kebutuhan elemen dan kebutuhan sistem baru yang akan

dibangun.

3.4.1.4. Report

Pada tahap ini penulis membuat kesimpulan yang

representatif dari hasil langkah-langkah sebelumnya.

3.4.2. Design

Pada tahap ini penulis membuat gambar desain topologi

jaringan interkoneksi yang akan dibangun dari data-data yang

didapatkansebelumnya, diharapkan dengan gambar ini akan

memberikan gambaran seutuhnya dari kebutuhan yang ada.

3.4.3. Simulation Prototype

Pada tahap ini penulis melakukan simulasi dengan

menggunakan software virtual box untuk membuat beberapa

Page 51: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

51

Router VPN secara virtual di laptop MAC Book Pro milik

Direktorat e-Government dan software yang diperlukan. hal ini

dimaksudkan untuk melihat kinerja awal dari network yang akan

dibangun dan sebagai bahan presentasi. Selain itu untuk

mempermudah penulis melakukan topologi pemodelan jaringan

yang akan dibangun.

3.4.4. Implementation

Berdasarkan hasil dari tahapan analisis dan desain, penulis

akan menerapkan semua yang telah direncanakan dan di design

sebelumnya. Dimulai dengan melakukan instalasi jaringan, langkah

awal dengan melakukan instalasi hardware berupa desain tempat

untuk topologi jaringan dan instalasi software yang akan peneliti

kerjakan.

3.4.5. Monitoring

Pada tahap ini agar jaringan komputer dan komunikasi

dapat berjalan sesuai dengan keinginan dan tujuan awal dari user

pada tahap awal analisis, maka perlu dilakukan kegiatan

monitoring dan tahap ini pengaturan / management sistem jaringan

sangat diperlukan dengan tujuan melihat dan memprediksi aktivitas

jaringan, sehingga reliabillitas jaringan tetap terjaga dengan baik.

Monitoring bisa berupa melakukan pengamatan pada link

interkoneksi

3.4.6. Management

Management merupakan suatu pengaturan dalam

menjalankan sistem jaringan sudah dibuat, management perlu

dilakukan untuk menghindari kesalahan yang diakibatkan oleh

sumber daya manusia karena ketidaktahuan dalam menjalankan

sistem jaringan yang ada.

Page 52: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

52

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan pada bab ini, akan dijelaskan secara detail dan terperinci

mengenai proses penerapan pengembangan sistem interkoneksi jaringan

pemerintah Indonesia menggunakan VPN Internet dan Teknologi IPv6 Pada

Direktorat e-Government, Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian

Kominfo. Dengan menerapkan metodologi penelitian yang telah penyusun

uraikan pada bab sebelumnya. Sebagaimana telah dijelaskan di bab III bahwa

dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode Network

Development Life Cycle(NDLC). Yang dimulai dari analisis, design, simulation

prototyping, implementation, monitoring dan management.

4.1 Analisis sistem yang berjalan

Pada tahap awal ini dilakukan analisa untuk mendapatkan beberapa

informasi yang dibutuhkan mencakup sistem jaringan yang digunakan saat

ini, infrastruktur jaringan, skema, keamanan dan konfigurasi serta

kebijakan penggunaan khususnya jaringan private. Tahap analisis

inimenjadi beberapa fase yaitu:

4.1.1 Identify (Mengidentifikasi Masalah)

Masalah keamanan, kemudahan dan kecepatan transfer (pertukaran

data) adalah salah satu aspek yang penting dari suatu jaringan komunikasi,

terutama untuk perusahaan–perusahaan skala menengah ke atas atau

pemerintahan. Komunikasi data pada internet melibatkan masalah

keamanan, kemudahan dan kecepatan transfer (pertukaran data). Hal ini

yang harus diperhatikan oleh pemilik dan administrator sistem informasi

suatu perusahaan dan lembaga pemerintahan dalam melakukan kegiatan di

dunia internet, sehingga kerahasiaan informasi suatu perusahaan dan

pemerintahan bisa terjaga dengan baik dan kemudahan dan kecepatan

Page 53: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

53

(pertukaran data) bisa diimplementasikan sehingga dapat menjadi nilai

lebih yang bisa berpengaruh pada aktifitas pekerjaan di perusahaan dan

Lembaga Pemerintah. Negara Kesatuan Replubik Indonesia yang besar

dengan daerah geographis yang sangat luas yang terdiri dari pulau-pulau

sangatlah sulit untuk mengintegrasikan suatu bentuk jaringan komunikasi

data yang ada dikarenakan wilayahnya yang luas tersebut dan masing-

masing lembaga pemerintah telah mengembangkan sistem jaringan TIK

nya tanpa melakukan perencanaan atau koordinasi ke lembaga lain untuk

dapat menciptakan jaringan TIK secara Nasional, padahal pentingnya suatu

jaringan komunikasi data ini antara lain untuk melakukan pertukaran data

antar lembaga pemerintah secara cepat dan akurat agar dapat diambil

keputusan baik ditingkat pimpinan daerah maupun pusat. Selain itu perlu

juga adanya komunikasi suara dan gambar antar pejabat ditingkat pusat dan

daerah ataupun dengan tingkat administratif terkecil yaitu desa. Gunanya

komunikasi suara dan gambar ini secara langsung sangat berguna untuk

mengetahui keadaan dan kondisi disuatu daerah.

Berbagai macam aplikasi Sistem Informasi dilembaga pemerintah

yang dikembangkan oleh masing-masing lembaga pemerintah tidak

memakai basis data yang ada seperti data NIK yang di miliki oleh Dirjen

Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, sehingga masing-masing instansi

berinisiatif mengembangkan database NIK versi nya sendiri. Padahal suatu

SIM (Sistem Informasi Manajemen) bermuara pada suatu basis data

tunggal seperti data kependudukan, contoh sistem infomasi perizinan dan

kesehatan dimana melakukan permohonan izin atau pelayanan kesehatan

tidak perlu lagi input data masyarakat tersebut, tetapi cukup mengambil

dari sumber datanya yaitu data NIK milik Dirjen Dukcapil.

Berbagai macam infrastruktur jaringan komunikasi data juga

dibangun dimasing-masing instansi baik pusat dan daerah untuk

menghubungkan satuan kerja mereka, bahkan ada yang melakukan

interkoneksi jaringan komunikasi datanya di wilayah provinsi mereka untuk

menghubungkan satuan kerjanya dengan menyewa link khusus dan

Page 54: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

54

mengeluarkan dana operasionalnya selama 1 tahun kurang lebih sebesar 1,5

Milyar. Jika seluruh provinsi, kabupaten dan kota begitu juga pusat dengan

kementerian menghubungkan seluruh satuan kerjanya dengan menyewa link

khusus seperti itu berapa dana yang musti dikeluarkan oleh negara, tentunya

sangat besar sekali belum lagi untuk biaya koneksi internet dimasing-

masing instansi tersebut.

VPN merupakan suatu bentuk jaringan privat yang melalui jaringan

publik (internet), dengan menekankan pada keamanan data dan akses global

melalui internet. Hubungan ini dibangun melalui suatu tunnel(terowongan)

virtual antara 2 node. Dengan menggunakan jaringan publik ini, user dapat

tergabung dalam jaringan lokal, mendapatkan hak dan pengaturan yang

sama seperti ketika user berada di kantor. Secara umum vpn (virtual private

network) adalah suatau prosesdimana jaringan umum (public network atau

internet) diamankan untukmemfungsikan sebagai jaringan private (private

network).

4.1.2Understand (Memahami Rumusan Masalah)

Dari hasil analisis diatas, dapat dilihat bahwa Pemerintah Indonesia

memerlukan sesuatu interkoneksi jaringan untuk menghubungkan server

lembaga pemerintah yang satu dengan lembaga pemerintah lainnya untuk

melakukan pertukaran data, suara, gambar, dll. Melihat masalah yang

disebutkan diatas, penulis mengusulkan untuk merancang interkoneksi

jaringan menggunakan Virtual Private Network dengan pemanfaatan

Internet dan teknologi IPv6 Pada Opensource OS FreeBSD dan Software

VTun, dengan pertimbangan sebagai berikut.

1. Software VTun pada OS FreeBSD dapat diterapkan sebagai protocol

jaringan dimana protocol ini berdasarkan studi literatur dan pustaka adalah

protokol jaringan yang aman dibandingkan dengan yang lainnya

2. Implementasi VPN dengan menggunakan software VTun Pada OS

FreeBSD ini tidak mengganggu sistem yang sedang berjalan sehingga tidak

Page 55: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

55

perlu banyak merubah konfigurasi jaringan dalam implementasi VPN yang

sudah ada

3. Software VTun Pada OS FreeBSD ini memanfaatkan media Internet jadi

sangat cocok untuk mencakup lembaga pemerintah yang terpisah

geographisnya atau berbeda pulau dan didalam penggunaan akses VPN ini

hanya memerlukan sebuah PC atau server dan koneksi internet.

4. Software VTun Pada OS FreeBSD memiliki kinerja yang cukup baik

dengan harga yang relatif murah dalam implementasinya dikarenakan

software yang digunakan adalah Free dari opensource dibandingkan dengan

teknologi WAN yang lain.

4.1.3 Analyze (Menganalisa Elemen Sistem)

Hasil dari analisis yang penulis dapatkan adalah:

1. Penulis akan membangun jaringan VPN Site to Site yang akan

memungkinkan penerapan konsep VPN Site to Site sebagai pengembangan

sistem yang lama.

2. Penulis akan menganalisis parameter yang dapat diukur pada jaringan

VPN site to site ini sebagai informasi ukuran dalam menentukan kualitas

transfer data dan keamanan transfer data.

4.1.4 Report (Hasil Dari Analisis)

Proses akhir dari fase analisis adalah pelaporan perinciaan dari berbagai

komponen atau elemen sistem yang dibutuhkan. Berbagai elemen atau

komponen tersebut mencakup:

Spesifikasi sistem yang akan dibangun:

1. Spesifikasi software

No Software Keterangan

1 FreeBSD 8.3 dan Vtun Server Sistem operasi untuk VPNserver

2 Windows 7 Sistem operasi untuk FTPserver

Page 56: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

56

3 FreeBSD 8.3 dan Vtun Client Sistem operasi untuk VPNclient

Tabel 4.1.4 Spesifikasi Software

2. Spesifikasi hardware

a. Laptop Mac Book Pro, Prosessor 2,7 GHz Intel Core i7, RAM 8GB

DDR3, HDD 500GB diinstall Software Virtual Box untuk dapat

membuat beberapa PC/Server Virtual.

b. Virtual Komputer/Server untuk VPN server, dengan spesifikasi OS

FreeBSD, Prosessor 1 CPU, RAM 1024 MB , Hardisk 20 GB, 2 x

LAN Gigabit Virtual, Software VTun (VPN Server) , Iperf

(pengukuran throughput).

c. Virtual Komputer/Server untuk VPN client dengan spesifikasi OS

FreeBSD, Prosessor 1 CPU, RAM 1024 MB , Hardisk 20 GB, 2 x

LAN Gigabit Virtual, Software VTun (VPN Client) , Iperf

(pengukuran throughput).

d. Virtual Komputer untuk FTP server/Client, komputer pengukuran

dengan wireshark dengan spesifikasi Prosessor 1 CPU, RAM 1024

MB , Hardisk 20 GB, 2 x LAN Gigabit Virtual.

4.2 Design

Pada skema interkoneksi jaringan pemerintah yang ada di

Direktorat e-Government Kementerian Kominfo, penyusunmenyarankan

adanya perubahan pada skema yang telah ada dimana design topologi

yang ada adalah berbentuk star dimana kominfo adalah sebagai hub bagi

terhubungnya lembaga pemerintah lain. Penulis melihat design topologi

ini ada kelemahannya dimana semua node jaringan terpusat ke kominfo

sehingga node kominfo menjadi terbebani dalam trafic jaringan. Jika

solusi yang diberikan menggunakan VPN Opensource maka

membutuhkan investasi perangkat atau server yang kuat. Untuk itu

penulis mencoba mengusulkan perubahan menggunakan topologi hirarki

Page 57: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

57

dan topologi hirarki ini sesuai dengan administrasi kelembagaan di

pemerintah. Topologi hirarki yang dimaksud adalah Router VPN Dit.E-

Government berfungsi sebagai core router yang menghubungkan seluruh

lembaga pemerintah daerah administratif I yaitu Provinsi, dan Router

VPN Provinsi menjadi core router yang menghubungkan ke lembaga

pemerintah daerah administratif II yaitu Kabupaten dan kota di

Provinsinya, begitu juga kabupaten dan kota menghubungkan jaringan ke

lembaga pemerintah terkecil yaitu kecamatan/desa. Topologi berbentuk

hirarki ini juga untuk mengurangi beban di Dit. E-Government dari sisi

traffic, manajemen perangkat, dan manajemen sumber daya manusia

sehingga semua lembaga pemerintah hingga tingkat provinsi dan

kabupaten/kota ikut berperan. Berikut gambar topologi yang ada di Dit.

Egovernment untuk interkoneksi jaringan antar lembaga pemerintah dan

topologi baru yang diusulkan. Untuk routing protokol yang digunakan

saat ini menggunakan routing statik dimana untuk jaringan sekala besar

ini sangat tidak efisien dan rumit dalam implementasinya. Sehingga

diusulkan perubahan untuk routing protokol menggunakan OSPF dan

iBGP untuk routing antar satu wilayah provinsi dan kabupaten/kota,

sedangkan untuk lintas provinsi, kabupaten/kota lain menggunakan BGP

eksternal.

KOMINFO

PROVINSI A

PROVINSI B

PROVINSI C

PROVINSI D

KABUPATEN B

KABUPATEN A

KOTA A

KOTA B

Gambar 4.2 Topologi Interkoneksi Jaringan Pemerintah yang ada saat ini

Page 58: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

58

4.2.1 Design Topologi Baru

Pusat

Dit. E-Government

KOMINFO

Provinsi A

Provinsi B

Kabupaten B

Kota BKabupaten B

Kota A

Kabupaten A

Dinas Kab A,

Kecamatan/

Kelurahan

Dinas Kab B,

Kecamatan/

Kelurahan

Dinas Kab B,

Kecamatan/

Kelurahan

Kementerian A

Kementerian B

Gambar 4.2.1a Topologi Hirarki Interkoneksi Jaringan Pemerintah Indonesia

Gambar 4.2.1b Topologi Pusat, Provinsi dan Kab/Kota

Page 59: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

59

Gambar 4.2.1c Topologi Detil Integrasi Pusat dan Provinsi

Gambar 4.2.1d Topologi Detil Integrasi Pusat , Provinsi dan Kab/Kota

Menggunakan skenario IPv4

Page 60: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

60

Gambar 4.2.1eTopologi Detil Interkoneksi Jaringan Pemerintah Indonesia

Nasional

4.2.2 Design IPv6 Address, IP PTP, Routing Protokol dan VPN

Interkoneksi jaringan antar lembaga pemerintah yang dilakukan Dit. E-

Government saat ini adalah menggunakan IPv4 Private address dengan

penggunaan blok class B 172.16.0.0/16 dengan perhitungan pembagian alamat

network menggunakan /16dan dibagi /24 per provinsi, kabupaten dan kota

menghasilkan sebanyak 256 sub network untuk dibagikan ke suluruh lembaga

pemerintah yang ada. Sedangkan jumlah kecamatan dan kelurahan di Indonesia

berdasarkan data dari wikipedia tahun 2012 sebanyak 6.793 kecamatan dan

kelurahan sebanyak 79.075, untuk jumlah kecamatan per Provinsi terbesar adalah

provinsi Jawa Timur sebanyak 664 kecamatan. Jumlah Provinsi, Kabupaten dan

kota di Indonesia data dari wikipedia sebanyak 514 dengan jumlah kabupaten dan

kota terbanyak sebesar 38 kab/kota adalah provinsi jawa timur. Design pemetaan

IP address berdasarkan data tersebut maka diasumsikan untuk penggunaan IPv4

address kelas B tidak akan sanggup mencukupi seluruh lembaga pemerintah

hingga kecamatan atau kelurahan sehingga strategi yang dilakukan oleh Dit.e-

Page 61: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

61

Government dengan class B blok 172.16.0.0/16 interkoneksi hanya sampai server

to server yang ada di kabupaten dan kota. Penggunaan class B ini dipakai dengan

pertimbangan di lembaga pemerintah baik pusat dan daerah jarang yang

menggunakan blok ini di LAN nya sehingga dapat diinterkoneksikan. Untuk class

A 10.0.0.0/8 dan class C 192.168.0.0/24 dipertimbangkan untuk tidak dipakai

karena akan sulit melakukan interkoneksi karena IP LAN disemua lembaga

pemerintah pasti umumnya menggunakan class A dan class C dalam LANnya.

Dengan melihat kondisi tersebut maka penulis mengusulkan untuk

melakukan perubahan interkoneksi dengan menggunakan IPv6 karena jumlah

IPv6 yang sangat banyak dan IPv6 yang digunakan sebaiknya menggunakan IPv6

Global Unicast Address yang sudah dimiliki oleh Dit. E-Government yang

didapatkan dari APNIC/IDNIC dengan implementasi hanya sebatas jaringan

intranet bukan internet karena tipikal jaringan interkoneksi ini bersifat private

hanya antar lembaga pemerintah dimana nantinya secara teknis ada filtering dari

sisi pusat yakni Dit. Egovernment dimana hanya IPv6 tertentu yang boleh diakses

dari internet.

Gambar. 4.2.2 Pemetaan Interkoneksi saat ini menggunakan IPv4 address

Page 62: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

62

Gambar 4.2.2a Usulan pemetaan nterkoneksi menggunakan IPv6 address

Hidden

For

Privacy

Hidden

For

Privacy

Page 63: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

63

Dalam perancangan sistem jaringan VPN dan Router BGP dan OSPF yang berada

di Direktorat e-Government ini penyusun melakukan konfigurasi terhadapsatu

komputer server yaitu sebagai VPN VTun server, Router BGP dan

OSPF.UntukKomputer FTP server berfungsi untukmelayani permintaan data dari

client yang terhubung ke dalam jaringan lokal server Direktorat e-Government,

sehingga dapat melakukan prosestransfer data dan lain sebagainya. Selain itu

penyusun juga melakukanproses konfigurasi pada komputer/server client,

sehingga bisa terhubung keVPN server dan FTP server di jaringan lokal di

Direktorat e-Government.

Gambar. 4.2.2b Skema VPN VTun dengan TeknologiIPv6 over IPv4

4.3 Simulasi Prototype

Dalam perancangan sistem jaringan VPN ini penulismembuat sebuah

simulasi dalam bentuk network Test Bed yang akan di terapkan pada

prakteknyananti, karena dapat mempresentasikan topologi jaringan.

Perancanganatau pembuatan simulation prototype ini bertujuan untuk:

1. Mengurangi resiko kegagalan saat proses perancangan danimplementasi sistem

jaringan VPN remote access yang sebenarnya,sehingga dapat melihat kinerja awal

dari network yang akandibangun.

Page 64: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

64

2. Untuk menjamin bahwa kegagalan atau kesalahan yang terjadipada waktu

proses perancangan, pembangunan dan implementasitidak mengganggu dan

mempengaruhi lingkungan sistem yangsebenarnya.

Gambar. 4.3a Simulasi VPN Test Bed

103.8.238.126/24

2001:df3:8000:16::1/64

2001:df3:8000:16::2/64

2001:df3:8000:1a::1/64

2001:df3:8000:1a::2/64

LAN PUSAT

2001:df3:8000:7400::/64

LAN PROVINSI

2001:df3:8000:c000::/64

LAN KAB/KOTA

2001:df3:8000:c002::/64

OSPF AREA 0

BGP

OSPF AREA 16

iBGP

Gambar. 4.3b Simulasi Network Test Bed

Dalam menjalankan simulasi prototype ini, penyusun menggunakanaplikasi

virtual box , OS FreeBSD, FTP server dan FTP Client. IPerf software untuk

menguji throughput pengiriman data, dan wireshark untuk melihat keamanan data.

4.4 Implementasi

Setelah melakukan proses simulasi prototype penyusun langsung

melakukan implementasi pada jaringan komputer yang sebenarnya,

yangtahapannya sama seperti proses simulasi prototype.

Page 65: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

65

4.4.1 Instalasi dan konfigurasi server VPN dan Router BGP/OSPF

Untuk Instalasi dan konfigurasi komputer server penyusunmenggunakan

operating sistem FreeBSD 8.3. Padainstalasi freeBSD ini penyusun juga

melakukan konfigurasialamat IPv4 Publik pada Interface WAN FreeBSD yang

menghadap ke Internet dan konfigurasi alamat IPv6 pada Interface VPN yaitu

Interface gif0 dan Interface LAN.Sebelum melakukan konfigurasi IP address pada

semua server yang akan disimulasikan makan penulis membuka daftar tabel IPv6

addres yang sudah dipetakan agar proses pengalamatan IP address bisa langsung

dilakukan di server. Konfigurasi pemasangan IP di server freeBSD sebagai

Berikut :

1. Konfigurasi jaringan pada OS FreeBSD (Jakarta/Kominfo site)

a. Mengedit file /etc/rc.conf

ipv6_enable="YES"

network_interfaces="auto"

ifconfig_lo0="inet 127.0.0.1 netmask 255.255.255.255 mtu 8232"

ifconfig_em0_name="wan0"

ifconfig_em1_name="lan0"

ipv4_addrs_wan0="192.168.43.10/24"

ipv4_addrs_lan0="172.25.1.1/30"

ipv6_ifconfig_lan0="2001:DF3:8000:7400::1/64"

2. Konfigurasi jaringan pada OS FreeBSD (DIY site)

a.Mengedit file /etc/rc.conf

ipv6_enable="YES"

network_interfaces="auto"

ifconfig_lo0="inet 127.0.0.1 netmask 255.255.255.255 mtu 8232"

ifconfig_em0_name="wan0"

ifconfig_em1_name="lan0"

ipv4_addrs_wan0="192.168.43.15/24"

ipv4_addrs_lan0="172.26.28.1/30"

ipv6_ifconfig_lan0="2001:DF3:8000:C000::1/64"

Page 66: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

66

4.4.2 Instalasi VPN server menggunakan VTun Pada OS FreeBSD

Untuk menginstall VTun di server FreeBSD kita dapatmelakukan hal

berikut. Perintah ini untuk menginstal Vtun dengan syarat harus terkoneksi

langsung denganInternet.

Additional packages

sysinstall ==> Configure ==> Distributions ==> man, src, ports

Kernel configuration

# vi /usr/src/sys/i386/conf/GENERIC

device tap

device if_bridge

# cd /usr/src

# make buildkernel KERNCONF=GENERIC

# make installkernel KERNCONF=GENERIC

# reboot

VTUN installation

# cd /usr/ports/net/vtun

# make install clean && rehash

Sebelum vtund dapat digunakan, vtund harus di-enable terlebih dahulu dengan

menggunakan command:

# pico -w /etc/rc.conf

vtund_enable="NO" ganti dengan YES

vtund_flags="-s -P 21176"

Konfigurasi VTUN server pada OS FreeBSD (Jakarta/Kominfo Site)

# pico -w /usr/local/etc/vtund.conf

#

# Server configuration options

#

options {

type stand;

port 21176;

ifconfig /sbin/ifconfig;

route /sbin/route;

firewall /etc/rc.d/pf;

syslog auth;

}

default {

stat yes;

compress no;

encrypt no;

persist yes;

keepalive yes;

}

Page 67: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

67

##########DIY P-T-P###########

idc_3d {

passwd 123@#*;

type ether;

device tap1;

proto tcp;

compress lzo:9;

encrypt yes;

up {

ifconfig "%% inet6 2001:df3:8000:16::1/64 up";

firewall "reload";

};

down { ifconfig "%% delete"; firewall "reload"; };

multi killold;

}

Konfigurasi VTUN Server dan VTun Client pada OS FreeBSD (DIY Site)

# pico -w /usr/local/etc/vtund.conf

#

# Server configuration options

#

options {

type stand;

port 21176;

ifconfig /sbin/ifconfig;

route /sbin/route;

firewall /etc/rc.d/pf;

syslog auth;

}

default {

stat yes;

compress no;

encrypt no;

persist yes;

keepalive yes;

}

##########KOMINFO P-T-P###########

idc_3d {

passwd 123@#*;

type ether;

device tap1;

proto tcp;

compress lzo:9;

encrypt yes;

up {

ifconfig "%% inet6 2001:df3:8000:16::2/64 up";

firewall "reload";

};

down { ifconfig "%% delete"; firewall "reload"; };

multi killold;

}

Page 68: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

68

##########SLEMAN P-T-P###########

sleman_1 {

passwd 123@#*;

type ether;

device tap2;

proto tcp;

compress lzo:9;

encrypt yes;

up {

ifconfig "%% inet6 2001:df3:8000:1a::1/64 up";

firewall "reload";

};

down { ifconfig "%% delete"; firewall "reload"; };

multi killold;

}

Konfigurasi VTUN client pada OS FreeBSD (Sleman Site)

# pico -w /usr/local/etc/vtund.conf

#

# Server configuration options

#

options {

type stand;

port 21176;

ifconfig /sbin/ifconfig;

route /sbin/route;

firewall /etc/rc.d/pf;

syslog auth;

}

default {

stat yes;

compress no;

encrypt no;

persist yes;

keepalive yes;

}

##########DIY P-T-P###########

sleman_1 {

passwd 123@#*;

type ether;

device tap1;

proto tcp;

compress lzo:9;

encrypt yes;

up {

ifconfig "%% inet6 2001:df3:8000:1a::2/64 up";

firewall "reload";

};

down { ifconfig "%% delete"; firewall "reload"; };

multi killold;

}

Page 69: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

69

Menjalankan VTUND server pada server site kominfo

# /usr/local/etc/rc.d/vtund start , atau

# vtund –s

Mengetahui VTUND telah siap untuk terima koneksi, lakukan perintah berikut

# netstat –tan | grep 21176

“tcp4 0 0 *.21176 *.* LISTEN”

Menjalankan VTUND client pada server site DIY

# vtund -f /usr/local/etc/vtund.conf idc_3d192.168.43.10 (Ip address

VPNservertujuan)

- jika real dilapangan IP address VPN yang dituju adalah IPv4 Publik

- Agar perintah diatas selalu dijalankan pada saat PNSBox startup atau

baru dinyalakan atau pada saat restart maka dimasukkan kedalam file

rc.local dengan cara, sbb :

# pico –w /etc/rc.local

- Masukkan list berikut :

# VTun

#

[ -x /usr/local/sbin/vtund -a -f /usr/local/etc/vtund.conf ] && killall -9

vtund;\/usr/local/etc/rc.d/vtund restart && /usr/local/sbin/vtund.conf

idc_3d192.168.43.10

- (Ip address atau nama domain dari vpn server, missal vpn.layanan.go.id)

Jika VTund client dijalankan maka akan bisa di cek statusnya apakah VPN VTun

clien sudah terkoneksi dengan VTUN Server dengan cara :

# netstat –tan | grep 21176

pnsboxDIY# netstat -tan | grep 21176

tcp4 0 0 *.21176 *.* LISTEN

tcp4 0 0 192.168.43.15.1024 192.168.43.10.21176 ESTABLISHED

Aktivasi dan Konfigurasi Quagga di PNSBox Sebegai Router

Jaringan Intra Pemerintah

1. Aktivasi quagga pada OS FreeBSD

a. Enable quagga dengan menggunakan command :

# pico –w /etc/rc.conf/quagga

Page 70: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

70

quagga_enable="YES"

quagga_flags="-d-A 127.0.0.1"

quagga_daemons="zebra ospfd bgpd"

b. Melakukan copy sample file bgpd.conf.sample dan vtysh.conf.sample

dari /usr/local/share/examples/quagga/ dengan menggunakan command :

# cd /usr/local/share/examples/quagga/

# cp bgpd.conf.sample /usr/local/etc/quagga/bgpd.conf

# cp vtysh.conf.sample /usr/local/etc/quagga/vtysh.conf

# cp ospfd.conf.sample /usr/local/etc/quagga/ospf.conf

c. Mengedit bgpd.conf dan vtysh.conf di /usr/local/etc/quagga/ dengan

command :

# cd /usr/local/etc/quagga/

# pico –w bgpd.conf

! Zebra configuration saved

from vty

! 2013/04/30 13:39:12

!

hostname

bgpd

password

zebra log

stdout

!

line

vty

!

# pico –w vtysh.conf

! Sample configuration file for vtysh.

!

!service integrated-vtysh-config hostname kominfo-bgp

hostname disesuaikan dengan nama daerah username root

nopassword

!

Page 71: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

71

d. Menjalankan service quagga dengan command :

# /usr/local/etc/rc.d/quagga onestart

Konfigurasi OSPF Jaringan Intra Pemerintah

e. Konfigurasi OSPF pada Kominfo Site

kominfo-bgp(config)# router ospf6

kominfo-bgp(config-router)# router-id 255.1.1.1

kominfo-bgp(config-router)# area 0.0.0.0 range 2001:df3:8000:16::/64

kominfo-bgp(config-router)# interface tap1 area 0.0.0.0

f. Konfigurasi OSPF pada Level Provinsi DIY Site

prov-bgp# config t

prov-bgp(config)# Router ospf6

prov-bgp(config-router)# router-id 255.1.1.2

prov-bgp(config-router)# area 0.0.0.0 range 2001:df3:8000:16::/64

prov-bgp(config-router)# area 0.0.0.16 range 2001:df3:8000:1a::/64

prov-bgp(config-router)# interface tap1 area 0.0.0.0

prov-bgp(config-router)# interface tap2 area 0.0.0.16

g. Konfigurasi OSPF pada Level Kabupaten Sleman Site

kab-bgp# config t

kab-bgp(config)#router ospf6

kab-bgp(config-router)# router-id 255.1.1.3

kab-bgp(config-router)# area 0.0.0.16 2001:df3:8000:1a::/64

kab-bgp(config-router)# interface tap1 area 0.0.0.16

Konfigurasi BGP Jaringan Intra Pemerintah KOMINFO Site

Melakukan konfigurasi router quagga

h. Masuk dalam konsol router quagga dengan command :

# vtysh

Hello, this is Quagga (version 0.99.20.1). Copyright 1996-2005

Kunihiro Ishiguro, et al.

Page 72: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

72

i. Melakukan konfigurasi bgp Kominfo

kominfo-bgp# config t

kominfo-bgp(config)# router bgp 64513

kominfo-bgp(config-router)# bgp log-neighbor-changes

kominfo-bgp(config-router)# network 2001:df3:8000:7400::/64

kominfo-bgp(config-router)# neighbor 2001:df3:8000:16::2remote-as 65531

kominfo-bgp(config-router)# neighbor 2001:df3:8000:16::2update-source tap1

kominfo-bgp(config)# ip route 2001:df3:8000:7400::/64Null0

j. Konfigurasi BGP pada Level Provinsi (DIY)

prov-bgp# config t

prov-bgp(config)# router bgp 65531

prov-bgp(config-router)# bgp log-neighbor-changes

prov-bgp(config-router)# network 2001:df3:8000:C000::/64

prov-bgp(config-router)# neighbor 2001:df3:8000:16::1 remote-as 64513

prov-bgp(config-router)# neighbor 2001:df3:8000:16::1 update-source tap1

prov-bgp(config-router)# neighbor 2001:DF3:8000:1a::2 remote-as 65531

prov-bgp(config-router)# neighbor 2001:DF3:8000:1a::2 update-source tap2

prov-bgp(config-router)# neighbor 2001:DF3:8000:1a::2 route-reflector-client

prov-bgp(config)# ip route 2001:df3:8000:C000::/64Null0

k. Konfigurasi BGP pada Level Kabupaten Sleman Site

kab-bgp# config t

kab-bgp(config)# router bgp 65531

kab-bgp(config-router)# bgp log-neighbor-changes

kab-bgp(config-router)# network 2001:df3:8000:c002:: /64

kab-bgp(config-router)# neighbor 2001:DF3:8000:1a::1 remote-as 65531

kab-bgp(config-router)# neighbor 2001:DF3:8000:1a::2 update-source tap1

kab-bgp(config)# ip route 2001:df3:8000:c002:: /64Null0

Page 73: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

73

4.4.3 Pengujian

4.4.3.1 Pengujian Kemanan dan Throughput Pada Aplikasi VPN VTun

Pengujian keamanan dilakukan melalui dua mekanisme, yaitu :

a. Pengujian Keamanan Authentikasi dan Enkapsulasi pada saat Aplikasi

VPN VTun pertama kali dijalankan dan pengujian dilakukan

menggunakan aplikasi Wireshark.

Konfigurasi VPN VTun tanpa enkripsi :

Gambar 4.4.3a. VPN VTun tanpa enkripsi

Konfigurasi VPN VTun dengan enkripsi :

Gambar 4.4.3b. Konfigurasi VPN VTun dengan enkripsi

Status pada saat aplikasi VTun pertama kali dijalankan

Gambar 4.4.3a. VPN VTun saat terkoneksi

Page 74: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

74

Pengujian ini dilakukan dengan mengcapture pada interface wan

OSFreeBSD dimana applikasi VTun client melakukan autentikasi dan

enkapsulasi kepada VTun Server. Dalam autentikasi dilakukan validasi

profile koneksi dan kunci autentikasi. Dalam pengujian ini didapatkan

hasil pengiriman data kunci tidak dapat terbaca dan dalam keadaan

terenkripsi sedangkan profile dari VPN tersebut terbaca dengan nama

diy_ade.

Berikut hasil capture dengan wireshark :

Gambar 4.4.3.1a Hasil Capture VPN VTun

utk proses autentikasi keamanan

Page 75: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

75

Gambar 4.4.3.1b Hasil Capture Profile VPN VTun

b. Pengujian Keamanan pada saat transaksi data melawati jalur VPN VTun

menggunakan aplikasi Wireshark.

Pengujian ini dilakukan pengiriman data dari FTP Client ke FTP server

melalui tunnel VPN yang telah terbangun dan mengcapture data txt dalam

pengiriman tersebut.

Gambar 4.4.3.1c Hasil Capture pengiriman data dengan FTP Pada jalur

VPN tidak terenkripsi

Page 76: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

76

Gambar 4.4.3.1d Hasil Capture isi data txt pada saat pengiriman

melalui jalur VPN yang tidak terenkripsi

c. Pengujian Throughput pada saat tidak ada transaksi data pada jalur VPN

VTun dan VPN speed di set sebesar 3Mbps.

Hasil Tes Throughput Up Down 3 Mbps saat trafik kosong tidak ada data

yang lewat maka hasilnya sama yaitu kurang lebih sama dengan

bandwidth 3 Mbps. Berikut capturenya :

Gambar 4.4.3.1e Hasil Capture Throughput

dengan bandwidth yang ada sebesar 3Mbps

Page 77: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

77

Gambar 4.4.3.1f Hasil Capture Throughput Up Down sebesar 3Mbps

NO Transfer Data

(MBytes)

Available

Bandwidth

(Mbps)

Jitter

(ms)

Jumlah

Paket

Paket Loss

(%)

1 3 MB 2,10 Mbps 6,338 ms 2547 0

2 6 MB 3,61 Mbps 5,564 ms 5096 0

3 9 MB 3,66 Mbps 3,494 ms 7656 0

Tabel 4.4.3.1g Hasil pengukuran throughput

Dari pengukuran diatas diperoleh nilai jitter antara 3,494 ms hingga 6,338 ms

dengan rata-rata nilai jitter sebesar 5,132 ms. Berdasarkan standar ITU-T, nilai

jitter yang masih ditoleransi adalah 30 ms. Dari hasil percobaan terlihat rata-rata

jitter masih termasuk dalam rekomendasi, begitu juga untuk paket loss yang masih

di toleransi oleh standar ITU-T adalah 5% sedangkan nilai pengukuran diatas

adalah 0%. Sehingga Jitter dan Paket Loss diatas dapat diterima untuk melakukan

komunikasi suara pada Interkoneksi jaringan VPN VTun antar lembaga

pemerintah.

Page 78: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

78

4.4.5.2 Pengujian Interkoneksi Jaringan

a. Pengujian interkoneksi jaringan dari pusat, provinsi hingga kabupaten/kota

4.4 Monitoring

Pada tahap monitoring ini penulis melakukan monitoring.

Monitoring bisa berupa melakukan pengamatan pada ;

a. Infrastruktur hardware dan link interkoneksi

b. Memperhatikan jalannya packet data di jaringan (pewaktuan, latency,

peektime,troughput)

c. Metode yang digunakan untuk mengamati ”kesehatan” jaringan dan

komunikasi secara umum secara terpusat atau tersebar

Gambar 4.4 Monitoring link interkoneksi jaringan intra pemerintah

quagga-diy# sh ipv6 route

Codes: K - kernel route, C - connected, S - static, R - RIPng, O - OSPFv3,

I - ISIS, B - BGP, * - FIB route.

K>* ::/96 via ::1, lo0, rej

C>* ::1/128 is directly connected, lo0

K>* ::ffff:0.0.0.0/96 via ::1, lo0, rej

O 2001:df3:8000:16::/64 [110/1] via ::1, tap1, 00:11:34

C>* 2001:df3:8000:16::/64 is directly connected, tap1

C>* 2001:df3:8000:c000::/64 is directly connected, lan0

K>* fe80::/10 via ::1, lo0, rej

C * fe80::/64 is directly connected, lo0

C * fe80::/64 is directly connected, lan0

C>* fe80::/64 is directly connected, wan0

K>* ff02::/16 via ::1, lo0, rej

quagga-diy# sh ipv6 route ospf6

Codes: K - kernel route, C - connected, S - static, R - RIPng, O - OSPFv3,

I - ISIS, B - BGP, * - FIB route.

2001:df3:8000:16::/64 [110/1] via ::1, tap1, 00:11:39

Page 79: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

79

4.5 Manajemen

Pada proses ini semua hasil monitoring menjadi bahan acuan

penulisuntuk dapat menentukan langkah yang akan dilakukan Dit e-

Government yangdisesuaikan dengan tingkat kebutuhan. Selain manajemen

teknis ada beberapa hal yang mutlak untuk mendukung implementasi

interkoneksi jaringan pemerintah indonesia yaitu, manajemen finansial dan

manejemen kebijakan.

a. Manajemen finansial atau manajemen anggaran saat ini sudah menerapkan

anggaran berbasiskan kinerja dimana kinerja yang optimal bisa

diwujudkan dengan menggunakan angraran yang kecil. Untuk itu dalam

implementasi interkoneksi ini harus mempertimbangkan teknologi lain

yang ada dipasaran apakah lebih murah ketimbang menerapkan hal ini.

Untuk itu penulis mencoba membuat analisa pembiayaan untuk

menerapkan teknologi atau menyewa dengan pihak ketiga atau operator

telekomunikasi. Berikut tabel hasil analisa biaya :

Tabel 4.5a Anggaran Biaya (CAPEX) penerapan teknologi Interkoneksi

Jaringan Pemerintah Indonesia dengan VPN VTun disisi Pusat/KOMINFO

Peralatan Harga Jumlah Total Harga

PC Router Rp. 4.000.000 34 Provinsi Rp. 30.000.000

Software

-OS FreeBSD

-VPN VTun

-Quaggga

free - -

-Link/Internet Free

(penggunaan

bandwidth

internet yang

ada)

- -

Total CAPEX Rp. 30.000.000

Page 80: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

80

Tabel 4.5b Anggaran Biaya (OPEX/Tahun) penyewaan link VPN

IP/MPLS/Leased Line ke Operator

Peralatan Harga Jumlah Total Harga

Router Cisco Dipinjamkan OP 34 Provinsi -

Software Tidak dibutuhkan - -

Sewa Link VPN

MPLS (/ bulan)

2 Mbps

Rp. 750.000 34 Provinsi

X 12 bulan

Rp. 306.000.000

Sewa Backhaul

Pusat (/ bulan)

56 Mbps

Rp. 3.200.000 12 Bulan Rp. 38.400.000

Total OPEX ( /Tahun ) Rp. 344.400.000

Sehingga dengan melihat tabel tersebut diatas jauh lebih murah biaya yang

diperlukan untuk implementasi interkoneksi jaringan pemerintah Indonesia

menggunakan teknologi VPN over Internet daripada melakukan penyewaan

link khusus lagi seperti VPN IP/MPLS ke operator.

b. Manajemen kebijakan sangat diperlukan dalam menentukan keberhasilan

implementasi interkoneksi jaringan ini dikarenakan sangat banyaknya

lembaga pemerintah yang terlibat maka perlu dibuat aturan setingkat

menteri untuk melakukan kebijakan interkoneksi jaringan pemerintah

Indonesia. Dan saat ini ternyata kominfo telah mengeluarkan kebijakan

tersebut yaitu berupa Peraturan Menteri tentang Jaringan Pemerintah

Indoenesia.

Page 81: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan memberikan beberapa kesimpulan berdasarkan hasil evaluasi

simulasi dan implementasi Interkoneksi Jaringan Pemerintah Indonesia

menggunakan VPN VTun FreeBSD dan Teknologi IPv6 Over IPv4, serta beberapa

saran yang dapat membantu dalam mengembangkan jaringan interkoneksi

lembaga pemerintah di Direktorat e-Government Kementerian KOMINFO

5.1 Kesimpulan

1. Dengan menggunakan VPN VTun komunikasi jaringan private yang melewati

jaringan public (Internet) akan lebih aman sehingga dapat merahasiakan

transaksi pertukaran data milik pemerintah Indonesia

2. Dengan menggunakan solusi VPN over Internet maka biaya untuk interkoneksi

jaringan antar lembaga pemerintah yang jarak geopgraphisnya terpisah jauh

lebih murah dalam implementasinya jika menggunakan layanan provider

seperti VPN-IP, MPLS, leased line, dll.

3. Kualitas pertukaran data, gambar dan suara menggunakan VPN VTun untuk

interkoneksi jaringan antar lembaga pemerintah cukup bagus dengan kondisi

dan kualitas internet yang bagus juga

4. Untuk interkoneksi jaringan pemerintah Indonesia dengan system interkoneksi

menggunakan IPv6 akan dapat menjangkau seluruh lembaga pemerintah yang

ada di Indonesia

Page 82: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

82

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian dan pengembangan secara terus menerus mengenai

interkoneksi jaringan antar lembaga pemerintah dengan VPN Internet dan

Tekonologi IPv6 agar selalu up to date dalam memudahkan pertukaran data

antar lembaga pemerintah dengan pengamanan data yang maksimal.

2. Penggunaan Aplikasi VPN VTun untuk interkoneksi jaringan antar lembaga

pemerintah sebaiknya lebih dioptimalkan dengan memanfaatkan fitur traffic

shaping (bandwidth management) dan kompresi pada aplikasi tersebut.

3. Untuk menjaga kualitas pertukaran data, suara dan gambar Direktorat e-

Government dan Lembaga Pemerintah Lainnya diharapkan selalu melakukan

penekanan kepada ISP (Internet Service Provider) untuk memberikan SLA

yang tinggi untuk layanan internet.

Page 83: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

83

DAFTAR PUSTAKA

[1] S. Pemikiran, I. Pengetahuan, and I. Development, “Fundamental

Internetworking Development & Design Life Cycle “,” no. April, pp. 1–13,

2009.

[2] Hartono, D. Utomo, and E. Mulyanto, “Electronic Government

Pemberdayaan Pemerintahan Dan Potensi Desa Berbasis Web,” J. Teknol.

Inf., vol. 6, no. April, pp. 9–21, 2010.

[3] Z. Fang, “E-Government in Digital Era : Concept , Practice, and

Development,” Int. J. Comput. Internet Manag., vol. 10, no. 2, pp. 1–22,

2002.

[4] J. F. Kurose and K. W. Ross, Computer Networking A Top-Down Approach

Featuring the Internet, vol. 1. 2005, p. 712.

[5] S. Singh and R. Maini, “Comparison of data encryption algorithms,” Int. J.

Comput. Sci. …, vol. 2, no. 1, pp. 125–127, 2011.

[6] H. Olaf and R. Thomschutz, “Security in Packet-Switched Land Mobile

Radio Backbone Networks Security in Packet-Switched Land Mobile

Radio Backbone Networks,” 2005.

[7] R. K. Murugesan and S. Ramadass, “Fast CEH : an Algorithm to Enhance

Performance of IPv6 Packets with CRC Extension Header,” vol. 5, no. 1,

pp. 137–144, 2012.

[8] M. O. Buob, S. Uhlig, and M. Meulle, “Designing optimal iBGP route-

reflection topologies,” in Lecture Notes in Computer Science (including

subseries Lecture Notes in Artificial Intelligence and Lecture Notes in

Bioinformatics), 2008, vol. 4982 LNCS, pp. 542–553.

[9] Y. Rekhter, E. T. Li, and E. S. Hares, “A border gateway protocol 4 (BGP-

4),” RFC 4271, pp. 1–105, 2006.

[10] S. Convery and D. Miller, “Ipv6 and ipv4 threat comparison and best-

practice evaluation (v1. 0),” Cisco Syst., pp. 1–43, 2004.

[11] R. B. Bahaweres, M. Alaydrus, and A. Wahab, “ANALISIS KINERJA

VOIP CLIENT SIPDROID DENGAN MODUL ENKRIPSI,” vol. 2012,

no. Snati, pp. 15–16, 2012.

Page 84: Rancang Bangun Interkoneksi Jaringan Pemerintah

84

[12] P. Dell, “Australian IPv6 readiness: Results of a national survey,” Journal

of Research and Practice in Information Technology, vol. 44. pp. 3–15,

2012.

[13] B. Kang and M. Balintanas, “Vulnerabilities of VPN using IPSec and

Defensive Measures,” International Journal of Advanced Science and

Technology, vol. 8. pp. 9–17, 2009.

[14] D. Dobariya and J. Gajjar, “Threats In SIP Based VoIP Systems,” vol. 2,

no. 3, pp. 2666–2675, 2013.

[15] M. D. Teşu, “Developing e-government for better public services within

European Union,” Theor. Empir. Res. Urban Manag., vol. 7, pp. 79–88,

2012.

[8][9][10][11][12][13][14][15]