Rancang Bangun Detektor Geiger Mueller - USD Repository · PDF fileRancang Bangun Detektor...
Transcript of Rancang Bangun Detektor Geiger Mueller - USD Repository · PDF fileRancang Bangun Detektor...
Rancang Bangun
Detektor Geiger Mueller
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Jurusan Fisika
Disusun Oleh:
SUJADMOKO
NIM : 043214003
PROGRAM STUDI FISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Design of
Geiger Mueller Detector
A THESIS
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements
To Obtain The Sains Degree
In Physics Department
by :
SUJADMOKO
NIM : 043214003
PHYSICS STUDY PROGRAM
PHYSICS DEPARTMENT
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
”Perjalanan sejauh apapun dimulai dengan satu langkah pertama. Tanpa mengambil langkah pertama tersebut, perjalanan tidak
akan bisa dimulai”.
~ C hinese Proverb ~
”Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada indahnya
mimpi-mimpi mereka”. ~ Eleanor Roosevelt~
Kupersembahkan karya ini kepada :
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai setiap langkah
hidupku dan selalu mendengarkan permohonanku
Bunda Maria penolongku
Ayahanda Sambio dan Ibunda Cicilia Juminem S.Pd. tercinta
Masku Sudarwoko,S.H. beserta keluarganya
Mbakku Sri Pawanti,S.Pd. beserta keluarganya
Keluaga besarku
Penjaga Hatiku
Universitas Sanata Dharma almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
Rancang Bangun Detektor Geiger Mueller
ABSTRAK
Tugas akhir dengan topik rancang bangun detektor Geiger Mueller tipe side
window dengan gas isian Argon-Alkohol telah dirancang, dibuat dan diuji. Tabung dibuat
dari pipa Stainless steel dengan diameter 16 mm, panjang 120 mm dan tebal 0.4 mm.
Anoda dibuat dari kawat tungsten dengan ukuran diameter 0.08 mm. Bahan jendela dan
katoda yang digunakan dalam pembuatan detektor Geiger-Muller adalah stainless steel.
Proses pembuatannya meliputi perencanaan, pembuatan tabung dan penutup, perakitan
tabung detektor, pemasangan anoda, pemvakuman tabung detektor, pengisian gas, dan
pengujian detektor. Gas isian terdiri dari Argon dan Alkohol dengan perbandingan 90 :
10. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa daerah plateau-nya ternyata
tidak bergeser selama 4 hari penelitian yaitu pada tegangan antara 1100-1375 volt dari
sumber radiasi yang sama, dengan slope sebesar (4,34± 0,30) % per 100 volt hari
pertama, (4,84± 0,20) % per 100 volt hari kedua, (2,66± 0,20) % per 100 volt hari ketiga,
(2,78± 0,20) % per 100 volt hari keempat. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada
detektor tersebut dapat disimpulkan bahwa pembuatan detektor dinyatakan berhasil,
terlihat dari panjang plateau yang lebih dari 200 volt dan slope yang kurang dari 10% per
100 volt.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
Design of Geiger Mueller Detector
Abstract
Final design topics Geiger Mueller detector type side window with filled Argon-
Alcohol has been designed, made and tested. The tube was made from stainless steel pipe
in 16 mm diameter, 120 mm long, and 0,4 mm thick. The anode was made from tungsten
wire with a diameter 0,08 mm. The window and cathode materials which were used in the
manufacture of Geiger-Muller detector are made from stainless steel. The experiment
process are designing, making the tube and its side covers, assembling the tube-detector,
the installation of anode, making the vacuum tube-detector, filling gas and testing the
detectors. The filled gas consists of argon and alcohol in the ratio 90: 10. The results
show that the plateau area was not moved during in 4 days of research on the voltage
between 1100-1375 volt from the same radiation source, with a slope which is
(4,34± 0,30) % per 100 volt for the first day, (4,84± 0,20)% per 100 volt for the second
day, (2,66± 0,20)% per 100 volt for the third day, (2,78± 0,20) % per 100 volt for the
fourth day. From the results of research can be concluded that the detector making
process is successfull, it can be seen from a plateau lenght which is more than 200 volt
and the slope which is less than 10% per 100 volt.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat, kasih karunia serta penyertaan-Nya yang diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi yang berjudul “RANCANG BANGUN DETEKTOR
GEIGER MUELLER”
Penyusunan skripsi ini merupakan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan studi program sarjana di Program Studi Fisika Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ir. Sri Agustini M.Si, selaku dosen pembimbing I dan ketua program studi
Fisika yang telah bersedia meluangkan banyak waktu untuk membimbing,
mendampingi, memberikan masukan yang sangat berarti, dan memberikan
semangat bagi penulis dalam pengerjaan makalah tugas akhir ini.
2. Drs. B.A. Tjipto Sujitno, M.T. selaku dosen pembimbing II serta dosen
penguji yang penuh kesabaran telah membimbing, membantu,
menyemangati serta meluangkan waktunya kepada penulis selama
penelitian dan proses penulisan skripsi ini.
3. Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si., yang telah meluangkan waktu untuk
menguji penulis serta memberikan masukan yang berharga bagi penulis.
4. Dr. Asan Damanik, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
5. Dr. Ir. Widi Setiawan, Kepala PTAPB-BATAN Yogyakarta, yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian di lingkungan PTAPB-
BATAN Yogyakarta.
6. Ir. Suprapto, Kepala Bidang Teknologi Akselerator dan Fisika Nuklir,
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dalam lingkup
Bidang Teknologi Akselerator dan Fisika Nuklir PTAPB-BATAN
Yogyakarta.
7. Bapak Iriyanto, Bapak Sumarmo, Bapak Sayono dan Bapak Isa yang telah
bersedia dengan sabar membimbing dalam pelaksanan penelitian ini.
8. Segenap Dosen prodi Fisika, FST Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah mendidik dan membagikan ilmunya selama penulis
menyelesaikan studi.
9. Kedua Orang tuaku tercinta (Ayahanda Sambio dan Ibunda Cicilia
Juminem,S.Pd.), yang selalu memberikan dukungan, doa serta kasih
sayang kepada penulis.
10. Kedua Kakakku tercinta (Sudarwoko,S.H. dan Sri Pawanti,S.Pd.) beserta
keluarganya, kalian selalu menjadi motivasiku dalam pengerjaan tugas
akhir ini.
11. Bapak Gito, Bapak Ngadiono dan Mas Sis yang telah memberikan
keleluasaan kepada penulis untuk pemakaian laboratorium fisika guna
membantu selama masa studi.
12. Bunda Rosalia, Mas Alex dan Eustalia Wigunawati, S.Psi. atas dukungan
dan segala bantuannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
13. Teman seangkatan dan seperjuangan B. Ade Dirgandara, Fransiska
Endang Kinasih,S.Si., Erlyna Ekawati dan Ekawati Watini,S.Si. yang
senantiasa saling menyemangati dan mewarnai angkatan 2004. I made
Wira Adi Santika,S.Si. yang juga banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini. Martinus Radityo Adi, S.Si atas diskusi,
persahabatan dan motivasi yang kalian berikan.
14. Keluarga besar Sant’Egidio yang selama ini telah mengajarkanku banyak
hal. Joanes Heri Purnama, Beatriks Lyan Jani, Andrea Lita serta semua
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu makasih atas dukungan,
motivasi dan bantuannya.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penulis selama menyelesaikan studi di jogja.
Penulis juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidaklah sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan seegala kritik dan saran yang membangun. Dan
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
memberikan sedikit sumbangan buat Ilmu Pengetahuan.
Yogyakarta, 11 Januari 2010
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………....
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………...
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………..
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………...
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………...
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............................................
ABSTRAK......………………………………………………………………..
ABSTRACT ………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR...……………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………...
DAFTAR TABEL......………………………………………………………..
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………..
A. Latar Belakang…………………………………………………………..
B. Perumusan Masalah…...…………………………………………………
C. Batasan Masalah………………………………………………………....
D. Tujuan Masalah….……………………………………………………
E. Manfaat Penulisan ………………………………………………………
F. Sistematika Penulisan…………………………………………………….
BAB II. DASAR TEORI…………………………………………………….
A. Radiasi Nuklir…........................................................................................
B. Detektor Isian Gas.....................................................................................
i
iii
iv
vi
vii
viii
ix
x
xi
xiv
xvi
xvii
1
1
3
3
4 4 5
6 6
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
C. Detektor Geiger Muller..............................................................................
D. Efek Fotolistrik...........................................................................................
E. Hamburan Compton...................................................................................
F. Efek Produksi Pasangan.............................................................................
G. Tipe Detektor Geiger Muller......................................................................
1. Tipe Side Window................................................................................
2. Tipe End Window.................................................................................
H. Karakteristik Detektor Geiger Muller.........................................................
1. Plateau dan Slope..................................................................................
2. Umur Detektor Geiger Muller..............................................................
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.....………………………………..
A. Tempat dan Waktu Penelitian….…………………………………………
B. Alat dan Bahan…………………………………………………………..
C. Diagram Alir Penelitian...………………………………………………..
D. Prosedur Kerja……………………………………………………………
E. Metode Analisis Data…………………………………………………….
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………...
A. Hasil Penelitian…………………………………………………………..
B. Pembahasan……………………………………………………………...
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………
A. Kesimpulan……………………………………………………………...
B. Saran……………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
12
14
15
17
19
19
20
20
20
23
24
24
24
25
26
30
33
33
42
46
46 47 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Grafik Nomor Neutron Terhadap Nomor Atom Z..................... 6
Gambar 2.2 Kurva Karakteristik Detektor Isian Gas (Tsoufanidis,1983)
Terjadinya................................................................................... 11
Gambar 2.3 Efek Fotolistrik........................................................................... 15
Gambar 2.4 Terjadinya Hamburan Compton................................................. 16
Gambar 2.5 Pembentukan Pasangan.............................................................. 18
Gambar 2.6 Detektor Geiger Muller tipe side window................................. 19
Gambar 2.7 Detektor Geiger Muller tipe end window.................................. 20
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian............................................................. 25
Gambar 3.2 Stainless Steel............................................................................ 26
Gambar 3.3 Rangkaian sistem uji detektor ................................................... 29
Gambar 3.4 Kurva Antara Jumlah Cacah per Menit Vs Tegangan.............. 31
Gambar 4.1 Pengaruh Tegangan yang diberikan terhadap Cacah keluaran... 34
Gambar 4.2 Pengaruh Tegangan yang diberikan terhadap Cacah keluaran... 36
Gambar 4.3 Pengaruh Tegangan yang diberikan terhadap Cacah keluaran... 38
Gambar 4.4 Pengaruh Tegangan yang diberikan terhadap Cacah keluaran.. 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Pengaruh Tegangan yang diberikan terhadap cacah
keluaran...............................................................................
Pengaruh Tegangan yang diberikan terhadap cacah
keluaran...............................................................................
Pengaruh Tegangan yang diberikan terhadap cacah
keluaran...............................................................................
Pengaruh Tegangan yang diberikan terhadap cacah
keluaran...............................................................................
33
36
38
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi yang terjadi saat ini sangat
pesat, dimana salah satunya adalah teknologi nuklir yang banyak dimanfaatkan dalam
aspek kehidupan. Penerapannya telah digunakan dalam bidang kedokteran, pertanian,
peternakan,dan industri. Tetapi keberadaan teknologi nuklir mengundang pro dan
kontra dalam masyarakat. Dari satu sisi teknologi nuklir sangat diperlukan tetapi
disisi lain teknologi nuklir tidak bisa terlepas dari radiasi nuklir yang sangat
berbahaya bila mengenai manusia dalam dosis yang tinggi. Dengan perkembangan
teknologi yang tinggi, maka resiko kecelakaan yang mungkin terjadi pun akan
semakin besar. Penerapan teknologi nuklir yang baik harus memperhatikan seberapa
jauh manfaat, keselamatan dan resiko kecelakaan untuk kepentingan umum yang
mungkin terjadi akibat pemakaian teknologi tersebut.
Radiasi nuklir merupakan radiasi yang dipancarkan oleh bahan radioaktif.
Radiasi ini tidak dapat dilihat dengan panca indra, maka untuk mengetahui ada dan
tidaknya, serta untuk mengukur energi dan intensitasnya digunakan detektor radiasi
nuklir. Detektor radiasi nuklir berfungsi sebagai pengubah gejala radiasi menjadi
gejala listrik sehingga mudah diamati. Pengawasan terhadap radiasi yang diterima
pengguna radiasi menjadi masalah yang perlu diperhatikan sehingga tidak melebihi
ambang batas yang diijinkan. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan
pengawasan pada daerah lingkungan yang sering dipakai aktivitas manusia. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
demikian alat bantu detektor radiasi nuklir pengukur radiasi menjadi penting dan
mutlak dibutuhkan.
Ada beberapa jenis detektor radiasi nuklir, diantaranya adalah detektor Geiger
Mueller. Prinsip kerja detektor jenis ini berdasarkan ionisasi dari atom-atom gas isian
sebagai medium aktifnya karena berinteraksi dengan partikel radiasi yang datang.
Untuk dapat membuat detektor jenis ini diperlukan penguasaan teknologi pembuatan
detektor yang mencakup teknik pembentukan tabung, teknik pemvakuman, pengisian
gas serta pemilihan bahan pembuat detektor maupun jenis gas isiannya.
Detektor tabung Geiger-Mueller, tabung Ionisasi, tabung Proporsional adalah
sekeluarga, karena bentuk dasarnya sama. Masing-masing detektor menggunakan
ruang tertutup yang diisi gas atau campuran gas. Pulsa yang dihasilkan oleh tabung
Geiger-Mueller jauh lebih tinggi, yakni berkisar beberapa volt, seribu kali lebih besar
dibandingkan tabung proporsional. Hal ini menyederhanakan alat elektronik yang
diperlukan. Detektor Geiger Mueller dioperasikan pada tegangan operasi di daerah
plateau yaitu antara sekitar 1000 volt sampai 1200 volt. Bila tabung Geiger Mueller
diberi tegangan dibawah daerah plateau mempunyai sifat mendekati tabung
proporsional. Akan tetapi jika diberi tegangan lebih tinggi dari daerah tegangan
plateau, maka akan terjadi lucutan kontinu yang dapat merusak susunan molekul gas
di dalam tabung.
Detektor Geiger Mueller termasuk jenis detektor isian gas dengan 2 tipe yaitu
tipe end window dan tipe side window. Detektor Geiger Mueller tipe end window
disamping dapat merespon partikel gamma juga dapat merespon partikel beta,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
maupun partikel alfa. Bahan yang digunakan biasanya millar, alumunium dan plastik
(Sarwono,2009). Sedangkan detektor Geiger Mueller tipe side window adalah untuk
pengukuran radiasi gamma, biasanya bahan yang digunakan stainless steel, gelas,
tembaga, nikel dan perak. Di dalam pembuatan detektor Geiger Mueller tipe end
window mengalami kesulitan pada pemasangan window di tabung karena bahan
window itu tipis dan harus kuat supaya sinar beta, alfa, gamma bisa masuk, maka
pada penelitian ini dilakukan pengembangan pada pembuatan detektor Geiger
Mueller tipe side window dari bahan stainless steel.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses pembuatan detektor Geiger-Mueller yang menggunakan
stainless steel?
2. Bagaimana karakteristik detektor Geiger-Mueller yang dibuat ditinjau dari
tegangan kerja, panjang plateau dan slope-nya?
C. Batasan Masalah
Penelitian hanya difokuskan pada pembuatan Detektor Geiger Mueller jenis side
window dari bahan stainless steel yang berdiameter 16 mm, panjang 120 mm,
tebalnya 0.4 mm dan karakterisasi detektor Geiger-Mueller yang ditinjau yang
meliputi tegangan kerja, panjang plateau dan slope.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
D. Tujuan Penelitian
Untuk dapat merancang bangun Detektor Geiger Mueller beserta karakterisasinya.
E. Manfaat Penulisan
1. Menambah wawasan bagi penulis tentang Pembuatan Detektor Geiger Mueller
tipe Side Window (jendela samping) dan cara mengkarakterisasinya.
2. Sebagai bahan referensi bagi IPTEKS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
F Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Pada bab I akan diuraikan tentang latar belakang masalah yang
diangkat, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II. Dasar Teori
Pada bab II akan diuraikan tetang dasar-dasar teori pendukung
dalam pembuatan detektor Geiger Mueller.
BAB III. Metodologi Penelitian
Dalam bab III akan diuraikan tentang susunan alat dan bahan yang
akan digunakan saat penelitian serta langkah-langkah yang
dilakukan saat penelitian.
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
Pada bab IV akan diuraikan tentang hasil penelitian dan
pembahasan hasil penelitian.
BAB V. Penutup
Pada bab V berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.
Selain itu disertakan pula lampiran-lampiran untuk melengkapi
uraian-uraian sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
DASAR TEORI
A. Radiasi Nuklir
Radiasi Nuklir adalah suatu berkas foton yang dipancarkan dari suatu
sumber yang mengalami proses perubahan inti atom dari keadaan tidak stabil
menjadi stabil (Sayono,1991). Kestabilan suatu inti diantaranya disebabkan oleh
jumlah neutron dan proton dalam suatu inti. Pada inti ringan jumlah proton
hampir sama dengan jumlah neutron (N≈Z) sedangkan pada inti berat jumlah
neutron lebih banyak dari jumlah proton (N>Z).
Gambar 2.1 Grafik Nomor Neutron N Terhadap Nomor Atom Z. Lingkaran hitam diisi menyatakan nuklida stabil, lingkaran kelabu yang diisi menyatakan nuklida yang relatif stabil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Inti-inti atom yang tidak stabil, baik karena komposisi jumlah proton dan
neutronnya yang tidak seimbang ataupun karena tingkat energinya yang tidak
berada pada keadaan dasarnya (berada dalam keadaan tereksitasi), cenderung
untuk berubah menjadi stabil. Bila ketidakstabilan inti disebabkan karena
komposisi jumlah proton dan neutronnya yang tidak seimbang, maka inti tersebut
akan berubah dengan memancarkan radiasi alpha atau radiasi beta. Kalau
ketidakstabilannya disebabkan karena tingkat energinya yang berada pada
keadaan tereksitasi maka akan berubah dengan memancarkan radiasi gamma.
Proses perubahan inti atom yang tidak stabil menjadi atom yang lebih stabil
tersebut dinamakan peluruhan radioaktif.
Radiasi Nuklir ada 2 jenis yang meliputi radiasi bermuatan dan radiasi tak
bermuatan.
Radiasi bermuatan meliputi:
1. Radiasi Alpha
Radiasi ini pada umumnya terjadi pada elemen berat, yaitu atom
yang nomor massanya besar (jumlah proton dan neutron) dan energi
ikatnya rendah. Inti-inti berat umumnya berubah menjadi inti lain dengan
memancarkan partikel alpha.
HeYX AZ
AZ
42
42 +→ −
−
94Pu239––>2He4 + 92U235 (2He4 = radiasi Alpha)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Radiasi Alpha pada umumnya diikuti juga oleh radiasi Gamma. Contoh
peluruhan Alpha adalah peluruhan Plutonium menjadi Uranium yang
reaksinya sebagai berikut:
*23592
42
23994 UHePu +→
UU 23592
00
*23592 +→ γ
2. Radiasi Beta
a. Radiasi beta negatif
Radiasi beta negatif disamakan dengan pemancaran elektron
dari suatu inti atom. Bentuk peluruhan ini terjadi pada inti yang
kelebihan neutron. Pada radiasi beta negatif, dihasilkan partikel
lain dengan nomor atom akan bertambah 1, sedangkan nomor
massanya tetap. Contoh peluruhan radiasi beta negatif adalah :
eYX AZ
AZ
011 −+ +→
56Ba140 ––>-1e0 + 57La140(-1e0 = elektron negatif)
b. Radiasi beta positif
Radiasi ini sama dengan pancaran positron (elektron positif)
dari inti atom. Bentuk peluruhan ini terjadi pada inti yang
kelebihan proton. Pancaran positron dapat terjadi bila perbedaan
energi antara inti semula dengan inti hasil perubahan (reaksi inti)
paling tidak sama dengan 1,02 MeV. Radiasi beta positif akan
selalu diikuti dengan peristiwa annihilasi atau peristiwa
penggabungan, karena begitu terbentuk zarah Beta (+) akan
langsung bergabung dengan elektron (-) yang banyak terdapat di
alam ini dan menghasilkan radiasi Gamma yang lemah. Contoh
radiasi beta positif :
eYX AZ
AZ
011 +→ −
7N13 ––> +1e0 + 6C13 (+1e0 = elektron positif/positron)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
c. Tangkapan elektron
Elektron dalam kulit K ada kalanya masuk kedalam inti dan
ditangkap. Proses reaksinya adalah:
YeX AZ
AZ 1
01 −− →+
Elektron yang ditangkap itu meninggalkan lubang dalam kulit K,
sehingga terjadi transisi elektron dari kulit L untuk mengisi lubang
tersebut sambil menghasilkan sinar X.
Radiasi tak bermuatan meliputi:
1. Sinar Gamma
Sinar γ merupakan partikel radiasi tak bermuatan ( 00γ ). Sinarγ
terjadi karena proses transisi inti atom dari tingkat energi tinggi (tingkat
eksitasi) ke energi yang lebih rendah (tingkat dasar). Sinar γ memiliki
energi berkisar antara 0.1 MeV- 10 MeV. Nilai tersebut sesuai dengan
panjang gelombang dari sekitar 10 4 fm hingga 100 fm. Radiasi sinar γ
tidak bermuatan dan tak bermassa maka mempunyai daya tembus yang
sangat kuat.
2. Sinar X
Sinar X adalah gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh
elektron yang mengalami perpindahan dari suatu tingkat energi tinggi ke
tingkat energi yang lebih rendah. Sinar X mempunyai jangkau energi 100
eV hingga 100 keV. Sinar X mempunyai daya tembus yang besar karena
tidak bermassa dan tidak bermuatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
B. Detektor Isian Gas
Detektor isian gas merupakan detektor yang paling sering digunakan untuk
mengukur radiasi. Detektor ini terdiri dari dua elektroda positif dan negatif serta
berisi gas di antara kedua elektrodanya. Prinsip kerja detektor isian gas adalah
terciptanya elektron bebas dan ion positif sebagai akibat interaksi radiasi dengan
atom-atom isian gas baik proses efek fotolistrik, hamburan Compton maupun
pembentukan pasangan. Kebanyakan detektor ini berbentuk silinder dengan
sumbu yang berfungsi sebagai anoda dan dinding sebagai katoda. Radiasi foton
yang masuk akan mengionisasi gas dalam tabung dan menghasilkan ion-ion
positif dan ion-ion negatif (elektron).
Detektor isian gas terdiri dari katoda berbentuk tabung dan di tengahnya
anoda yang berupa kawat. Partikel atau foton radiasi yang masuk akan
mengionisasi gas dalam tabung. Medan listrik yang timbul akibat adanya
tegangan tinggi antara anoda dan katoda akan menyebabkan ion-ion yang
terbentuk bergerak ke arah kutub yang berlawanan dengan muatannya.
Apabila radiasi melalui gas dalam tabung detektor, maka akan terjadi
interaksi dengan atom-atom gas melalui proses efek fotolistrik, hamburan
Compton dan pembentukan pasangan. Interaksi tersebut menghasilkan elektron
bebas dan ion positif. Apabila tidak ada medan listrik, elektron akan bergabung
kembali dengan ion positif, tetapi jika ada medan listrik, elektron akan bergerak
menuju kawat anoda dan ion positif menuju katoda. Jumlah ion-elektron yang
terbentuk bergantung pada besar energi yang datang pada detektor tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Sedangkan hubungan antara jumlah pasangan ion-elektron yang terjadi terhadap
tegangan ditunjukkan pada Gambar (2.2) berikut:
Gambar 2.2 Kurva Karakteristik Detektor Isian Gas (Tsoulfanidis, 1983: 68)
Keterangan : I Daerah Rekombinasi IV Daerah Geiger-Mueller
II Daerah Ionisasi V Daerah Kritis
III Daerah Proposional
I. Daerah Rekombinasi
Pada daerah ini tegangan yang diberikan masih rendah, sehingga ion
positif dan negatif yang terbentuk akan bergabung kembali. Demikian pula jika
beda tegangan kecil, sebagian besar ion akan bergabung kembali, sehingga
pasangan elektron ion yang terjadi bergantung kepada kekuatan energi partikel
radiasi. Sinyal keluaran pada daerah ini sangat lemah.
II. Daerah Ionisasi
Di daerah ini bila tegangan dinaikkan lagi, maka medan listrik menjadi
lebih kuat. Elektron akan bergerak menuju anoda, dengan mendapat tambahan
energi kinetik dari medan listrik yang ada. Karena energinya cukup, maka
elektron akan berhasil mencapai anoda, tetapi belum mampu menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
ionisasi sekunder pada molekul gas yang dilaluinya. Oleh karena itu elektron-
elektron yang mencapai anoda hanyalah elektron-elektron primer.
III. Daerah Proposional
Pada daerah ini tegangan cukup kuat sehingga terbentuk ionisasi sekunder.
Elektron hasil ionisasi sekunder ini menuju ke anoda juga, sehingga jumlah
elektron yang sampai anoda bertambah. Tetapi jumlah pelipatan elektron yang
sampai anoda ini masih sebanding dengan energi partikel radiasi yang datang.
Sinyal keluaran detektor pada daerah ini bergantung pada ionisasi primer.
IV. Daerah Geiger-Mueller
Pada daerah ini bila tegangan dinaikkan lagi, elektron-elektron dipercepat,
sehingga terjadi proses ionisasi tersier. Jumlah elektron tidak lagi tergantung
kepada energi dan jenis radiasi yang datang, melainkan tergantung pada
intensitas sumber radiasi. Detektor hanya bisa merasakan adanya radiasi tanpa
bisa membedakan energinya.
V. Daerah Kritis
Pada daerah ini apabila tegangan terus dinaikkan akan terjadi lucutan listrik
secara terus menerus (continous discharge) dalam tabung gas dan akibatnya
detektor menjadi rusak.
C. Detektor Geiger-Mueller
Pencacah Geiger-Mueller adalah salah satu dari detektor radiasi yang ada,
diperkenalkan oleh Geiger-Mueller pada tahun 1928. Detektor Geiger Mueller
adalah sebuah detektor ionisasi gas dengan volume gas konstan yang bekerja pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
daerah tegangan Geiger Mueller. Prinsip kerja detektor ini dimulai pada saat
partikel radiasi memasuki detektor melalui jendela di bagian samping detektor
dan diarahkan menuju tabung detektor. Di dalam tabung ini partikel radiasi
mengionisasi gas dalam tabung, sehingga terbentuk ion-ion positif dan elektron.
Detektor Geiger-Mueller terdiri dari suatu tabung logam atau gelas dilapisi
logam yang biasanya diisi gas seperti argon, neon, helium atau lainnya (gas
mulia) dengan perbandingan tertentu. Detektor Geiger-Mueller merupakan salah
satu jenis detektor isian gas. Detektor isian gas bekerja berdasarkan ionisasi oleh
radiasi yang masuk terhadap molekul yang berada dalam detektor. Karakter
detektor sangat dipengaruhi oleh besarnya tegangan yang diterapkan pada
detektor untuk membantu proses ionisasi dan pengumpulan muatan.
Lebar tegangan plato pada tabung Geiger-Mueller yang baik mencapai
daerah 200 volt. Beda tegangan antara anoda dan katoda pada tabung Geiger-
Mueller jauh lebih tinggi daripada tabung ionisasi untuk jenis campuran gas yang
sama. Pulsa yang dihasilkan oleh tabung Geiger-Mueller jauh lebih tinggi, yakni
berkisar beberapa volt, seribu kali lebih besar dibandingkan dengan tabung
proporsional. Hal ini menyederhanakan alat elektronik yang diperlukan. Tabung
Geiger-Mueller untuk sinar gamma dapat terbuat seluruhnya dari logam atau dari
gelas tebal yang dilapisi logam. Tabung Geiger-Mueller untuk partikel jenis
elektron dan proton harus dilengkapi dengan dinding yang sangat tipis agar
elektron dan proton dapat masuk ke dalam ruang gas (Yusman Wiyatmo, 2006:
262).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
D. Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik merupakan interaksi antara sinar γ dengan elektron yang
terikat kuat dalam atom yaitu elektron pada kulit bagian dalam suatu atom,
biasanya kulit K atau L. Akibat interaksi itu foton γ akan kehilangan seluruh
energinya dan membebaskan satu elektron orbital sebagai elektron bebas dan
disebut foton elektron. Foton γ akan menumbuk elektron tersebut dan karena
elektron tersebut terikat kuat, maka elektron akan menyerap seluruh energi sinar
γ . Elektron dapat terlepas dari materi karena menyerap seluruh energi dari
gelombang elektromagnetik yang datang. Jika sebuah elektron terikat dalam
materi dengan energi ikat W yang disebut fungsi kerja, maka untuk melepaskan
sebuah elektron dari permukaan materi diperlukan energi sekurang-kurangnya W,
seperti pada persamaan (2.1):
E e = E γ - W (2.1)
Ee = energi kinetik elektron
Eγ = energi foton-γ
W = energi ikat elektron
Jika foton radiasi mempunyai frekuensi (υ ) maka besar energi :
E = h.υ (2.2)
dengan h = konstanta planck (6,63 x 10 34− J.s)
Secara skematis efekfotolistrik dapat digambarkan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Gambar 2.3 Terjadinya efek fotolistrik
E. Hamburan Compton
Hamburan compton terjadi sebagai akibat interaksi foton γ dengan sebuah
elektron yang terikat paling lemah. Apabila γ menumbuk elektron jenis ini, maka
berdasarkan hukum kekekalan momentum tidak mungkin elektron akan dapat
menyerap seluruh energi foton γ . Foton γ hanya akan menyerahkan sebagian
energinya kepada elektron dan kemudian terhambur menurut sudut θ terhadap
arah gerak foton γ mula-mula.
Dalam proses hamburan Compton, foton tidak akan hilang seperti pada
efek fotolistrik, hanya saja arah dan besar energinya yang berubah. Secara
skematis peristiwa efek compton dapat digambarkan pada Gambar 2.3:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Gambar 2.4 Terjadinya hamburan Compton
Energi foton γ yang terhambur setelah tumbukan merupakan fungsi
energi foton γ mula-mula dan sudut hamburan :
)cos1)((1 2
0
0
0
θγ
−+=
CmE
EE (2.3)
dengan :
γE = Energi foton γ (joule)
0E = Energi foton mula-mula (joule)
0m = Masa diam elektron (kg)
C = Kecepatan cahaya dalam hampa (m/s)
θ = Sudut hamburan
Berdasarkan hukum kekekalan energi, tentu saja energi elektron Compton
cE adalah selisih antara energi sinar γ mula-mula dan enegi foton γ terhambur :
γEEEc −= 0 (2.4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Apabila harga E γ disubstitusikan dalam persamaan (2.4) maka akan
didapatkan:
])cos1(1
)cos1([
20
0
20
0
0
cmEcm
E
EEc
θ
θ
−+
−= (2.5)
Foton γ akan kehilangan energi maksimumnya apabila terjadi tumbukan
frontal dengan sudut hamburan θ = 180 0 (cos 180 0 = -1) terhadap elektron, maka
pada kondisi ini energi elektron Compton maksimumnya adalah sebesar :
0
20
0(max)
21
Ecm
EEc
+= (2.6)
F. Efek Produksi Pasangan
Efek produksi pasangan merupakan interaksi antara foton γ dengan
medan inti atom. Akibatnya seluruh energi foton hilang dan sebagai gantinya akan
muncul pasangan elektron dan positron. Peristiwa ini dinamakan efek
pembentukan pasangan. Pembentukan anti materi positron dapat dipandang
sebagai pemancaran sebuah elektron dari suatu tingkat energi negatif menuju ke
suatu tingkat energi positif dengan meninggalkan suatu positron dalam daerah
yang biasanya diisi oleh tingkat energi negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Gambar 2.5 Pembentukan pasangan
Massa elektron dan positron masing-masing setara dengan energi sebesar
0,511 MeV. Hal itu dapat dihitung melalui persamaan:
E= mc 2
dengan E= energi
m = massa elektron
c= kecepatan cahaya
Dengan demikian, efek pembentukan pasangan tidak akan terjadi kecuali
jika energi sinar γ yang berinteraksi lebih besar dari 2 x 0,511 MeV yang
memenuhi persamaan :
E 0−+ ++= kk EEcm 2
02 (2.7)
dengan E 0 = energi mula-mula
m 0 = massa diam elektron
c = kecepatan cahaya
+kE = energi kinetik positron
−kE = energi kinetik elektron
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Positron merupakan partikel yang tidak stabil dan mempunyai umur paro
yang sangat pendek. Setelah terbentuk kedua pasangan positron dan elektron
tersebut akan diubah menjadi dua buah foton yang masing-masing berenergi
0,511 MeV dan dipancarkan pada arah yang bertolak belakang (180 0 ) satu
terhadap yang lain.
G. Tipe Detektor Geiger-Mueller
1. Tipe Side Window
Aplikasi utama dari Geiger Mueller tipe Side Window adalah untuk
pengukuran radiasi gamma. Meskipun dinding Geiger Mueller tipe Side Window
cukup tipis, memungkinkan masuknya sinar γ dengan energi yang tinggi ( > 300
keV). Pada umumnya Geiger Mueller tipe Side Window berupa tabung silinder
yang berfungsi sebagai katoda adalah dinding tabung dan pada porosnya terdapat
kawat (biasanya tungsten) sebagai anoda. Dinding Geiger Mueller silinder
mempunyai density thickness 30 mg/cm 2 . Density thickness merupakan cara tepat
untuk menyatakan ketebalan dari material yang sangat tipis.
Gambar 2.6 Detektor Geiger Mueller tipe side window
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2. Tipe End Window
Berbeda dengan Geiger Mueller Tipe side window, bahan katoda yang
digunakan untuk detektor Geiger Mueller Tipe End Window adalah silinder
stainless steel. Jendela salah satu ujung tabung biasanya terbuat dari mika dan
mempunyai density thickness 1.5 mg/cm 2 sampai 2.0 mg/cm 2 Geiger Mueller
End Window disamping dapat merespon partikel gamma juga dapat merespon
partikel beta, maupun partikel alfa.
Gambar 2.7 Detektor Geiger Mueller tipe end window
H. Karakteristik Detektor Geiger-Mueller
1. Plateau dan Slope
Daerah kerja detektor Geiger Mueller adalah daerah plateau. Panjang
plateau merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas detektor.
Detektor Geiger Mueller yang baik harus memiliki plateau yang panjang dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
slope yang kecil. Bila detektor dioperasikan pada tegangan rendah, pulsa
yang dihasilkan masih sedikit sehingga belum tercacah oleh pencacah, karena
elektron dan ion yang terjadi dari ionisasi masih banyak yang mengalami
penggabungan kembali atau rekombinasi. Bila tegangan makin tinggi maka
pulsa yang dihasilkan makin banyak dan tercacah counter. Pada tegangan
tertentu banyaknya pulsa yang tercacah tidak berbeda jauh atau relatif sama
bila tegangan dinaikkan. Daerah tegangan ini disebut plateau. Bila di daerah
plateau tegangan dinaikkan lagi maka akan terjadi pelucutan yang sangat
banyak dan sudah tidak sebanding lagi dengan intensitas radiasi yang datang,
ini terjadi karena apabila tegangannya dinaikkan akan menambah energi
untuk menarik elektron dan ion. Daerah plateau Detektor Geiger Mueller
dihitung mulai dari tegangan ambang sampai pada batas permulaan tegangan
yang menyebabkan terjadinya lucutan yang tak terkendali.
Kurva yang menyatakan hubungan antara jumlah cacah persatuan waktu
terhadap tegangan kedua elektroda ditampilkan pada Gambar 2.8:
Gambar 2.8 Kurva antara jumlah cacah per menit Vs tegangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Keterangan gambar:
A = tegangan awal (starting voltage)
B = tegangan ambang (theshold voltage)
C = tegangan batas, dimulai timbul lucutan yang tak terkendali
B-C = daerah plateau detektor
Starting Voltage adalah tegangan dimana mulai tercatat adanya
pulsa, tegangan ambang adalah tegangan terendah pada permulaan daerah
plateau. Mulai tegangan ambang inilah jumlah cacah yang terbaca tidak
menunjukan perbedaan yang besar dan dapat dikatakan hampir sama. Bila
tegangan diperbesar sampai melebihi C, maka jumlah cacah yang tercacat
melonjak tinggi lucutan yang tak terkendali.
Detektor Geiger Mueller paling baik dioperasikan pada daerah
plateau yang agak miring. Kemiringan plateau ini disebut slope. Detektor
yang baik mempunyai slope kecil (< 10 % / 100 volt). Untuk menghitung
besarnya slope yang dinyatakan dalam % per 100 Volt dalam persamaan
berikut:
%100)100)((
)(
12
12 xVV
NNSlope−−
= ( 2.9 )
dimana:
= Jumlah cacah persatuan waktu pada tegangan
= Jumlah cacah persatuan waktu pada tegangan
= besar tegangan awal terjadinya plateau
= besar tegangan batas akhir plateau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2. Umur Detektor Geiger Mueller
Detektor Geiger-Mueller dikatakan mati (rusak) apabila detektor tak
mampu lagi mendeteksi partikel radiasi. Umur detektor biasanya dilihat dari
panjang plateau-nya, semakin lama suatu detektor digunakan akan semakin
pendek plateau-nya dan detektor dikatakan mati bila panjang plateau-nya nol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian dilakukan di PTAPB-BATAN yaitu di Gedung Akselerator Batan
Yogyakarta dimulai bulan Agustus sampai dengan akhir Desember 2008.
B. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan:
a) Sistem uji fungsi detektor:
1. Pembalik pulsa GM DN 900
2. Pencacah tipe 775
3. Pengatur waktu model 719
4. Sumber tegangan tinggi
5. Sumber tegangan rendah
6. Osiloskop
b) Sistem vakum pelapisan tabung dan pengisian gas
c) Sistem alat las gelas dan pembentuk tabung gelas
d) Alat pelacak kebocoran vakum
e) Hair dryer
2. Bahan yang digunakan:
a) Gelas kaca lunak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
b) Pipa Stainless steel
c) Lem
d) Kawat fernico
e) Kawat tungsten
f) Sumber Cs137
g) Argon dan Alkohol
C. Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian ini secara singkat disajikan pada Gambar 3.1 :
mulai
Perencanaan
Pembuatan tabung detektor dan penutup
Perakitan Tabung Detektor
Pemasangan Anoda
Pemvakuman
Proses Pengisian Gas
Pengujian dan pengambilan data
Pembuatan Laporan
Selesai
Bocor
Baik
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
D. Prosedur Kerja
a. Persiapan bahan
1. Mempersiapkan pipa stainless steel
2. Mempersiapkan Lem
3. Mempersiapkan gelas kaca lunak
4. Mempersiapkan kawat fernico
5. Mempersiapkan kawat tungsten
b. Pembuatan Tabung Detektor
Tabung dibuat dari pipa stainless steel yang berdiameter 16 mm, panjang 120
mm, ketebalannya 0.4 mm. Tabung detektor dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.2 Stainless Steel
c. Perakitan Komponen Detektor
Pertama-tama semua bagian-bagian detektor dicuci terlebih dahulu agar
bersih dan selanjutnya dikeringkan. Memasang anoda di dalam detektor dan
selanjutnya tabung detektor disambungkan dengan unit vakum dan siap
divakumkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
d. Pemasangan Anoda
1. Memotong kawat tungsten diameter 0,08 mm yang panjangnya disesuaikan
dengan panjang tabung detektor
2. Memasang per dari bahan tungsten diameter 0,25 mm pada kawat tungsten
tersebut diatas agar kawat anoda tetap lurus dan kuat terpasang pada tabung
detektor.
3. Memberi pengait pada salah satu ujung kawat dengan potongan pipa gelas
yang dipipihkan dengan tang pada saat dipanaskan, sedangkan ujung lain
disambungkan ke salah satu ujung per.
4. Menyambung kawat fernico ke ujung lain dari per anoda. Kemudian
memasukkan kawat anoda ketabung detektor dari salah satu ujung tabung
sampai kawat fernico keluar dari ujung lainnya.
5. Memanaskan ujung tabung detektor agar anoda terpasang kuat pada tabung.
6. Tabung detektor Geiger-Mueller telah jadi dan siap disambungkan dengan
unit vakum dan pengisian gas.
e. Proses Pemvakuman Tabung
Proses pemvakuman tabung detektor Geiger Mueller diawali dengan
penyambungan ke-unit vakum pengisian.
Proses pemvakuman:
1. Menghidupkan pompa rotari untuk pemvakuman detektor sampai pada
tingkat kevakuman 10 3− torr.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2. Bila tingkat kevakuman sudah mencapai 10 3− torr guna pemvakuman
yang lebih tinggi maka pompa difusi dijalankan sehingga
kevakumannya dapat mencapai 10 5− torr.
3. Untuk mengetahui tingkat kevakuman dapat dilihat pada vakum meter.
4. Melakukan cek kebocoran dengan menggunakan alat pelacak kebocoran
vakum.
5. Apabila tekanan vakum telah mencapai sekitar 2 x 10 5− torr, maka
pemvakuman dihentikan dan detektor siap diisi dengan gas argon dan
uap alkohol murni.
f. Pengisian Gas
Pengisian gas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Tabung detektor yang telah divakumkan diisi dengan uap alkohol murni
dan gas argon dengan perbandingan 1 : 9. Pertama-tama diisi uap alkohol
terlebih dahulu, kemudian diisi dengan gas argon pada tekanan 10 cmHg.
2. Untuk mengetahui perbandingan tekanan gas-gas tersebut diamati pada
manometer air raksa.
3. Setelah diisi tabung detektor dibiarkan beberapa saat agar gas-gas dalam
tabung detektor tercampur homogen.
4. Dilakukan pengukuran karakteristik detektor dengan suatu sistem
pencacah pulsa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
5. Apabila detektor memberikan sifat karakteristik yang baik maka detektor
tersebut dapat diambil dan diputuskan dari sistem vakum. Apabila
detektor tersebut tidak memberikan sifat karakteristik yang baik maka
dilakukan pemvakuman dan pengisian kembali.
g. Pengujian Karakteristik Detektor
a) Merangkai peralatan sistem uji Detektor
Gambar 3.3 Rangkaian sistem uji Detektor
Keterangan:
1. Sumber radioaktif 137 Cs 10 μ Ci : sebagai sumber untuk pengujian
detektor yang dibuat.
2. Detektor Geiger Mueller : sebagai transduser yang mengubah energi
radiasi menjadi sinyal listrik.
3. Sumber tegangan tinggi : sebagai penyedia daya detektor Geiger-
Mueller dengan jangkauan 0 sampai 3000 volt.
4. Sumber tegangan rendah : untuk mencatu daya pembalik pulsa,
pengala dan pencacah sumber
5. Pembalik pulsa : sebagai pembalik pulsa keluaran detektor Geiger-
Mueller.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
6. Penampil : sebagai alat untuk menampilkan hasil pencacahan pulsa
keluaran detektor Geiger Mueller.
7. Pengala : sebagai pembatas waktu pencacahan.
8. osciloskop : untuk menampilkan pulsa keluaran detektor Geiger-
Mueller.
b) Menghidupkan semua sistem dan meletakkan sumber Cs137 dengan jarak
kurang lebih 2 cm.
c) Memberi tegangan rendah mulai dari nol sampai ada pulsa yang tercacah
dengan cara menaikkan pelan-pelan pada alat pencacah.
d) Menentukan pengala tiap menit, agar terbaca cacah pulsa setiap menit (cpm).
e) Mencatat hasil pengukuran sebanyak tiga kali untuk memperoleh data yang
baik.
f) Menaikkan tegangan tiap 25 volt. Penambahan tegangan Detektor dihentikan
setelah terjadi kenaikkan cacah yang terlalu tinggi.
g) Dari data yang dihasilkan dibuat grafik hubungan antara tegangan dengan
jumlah cacah per menit (cpm).
E. Metode Analisis Data
Data yang telah didapat pada penelitian ini adalah data uji fungsi detektor
Geiger Mueller dengan memvariasikan tegangan (volt) terhadap perubahan cacah per
menit, sehingga diperoleh daerah plateau/slope dan tegangan ambang.
Panjang plateau merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas
detektor. Detektor Geiger Mueller yang baik harus memiliki plateau yang panjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dan slope yang kecil. Daerah plateau detektor Geiger Mueller dihitung mulai dari
tegangan ambang sampai pada batas permulaan tegangan yang menyebabkan
terjadinya lucutan yang tak terkendali.
Kurva yang menyatakan hubungan antara jumlah cacah persatuan waktu
terhadap tegangan kedua elektroda ditampilkan pada Gambar 3.4:
Gambar 3.4 Kurva antara jumlah cacah per menit Vs tegangan
Keterangan gambar:
A = tegangan awal (starting voltage)
B = tegangan ambang (theshold voltage)
C = tegangan batas, dimulai timbul lucutan yang tak terkendali
B-C = daerah plateau detektor
Mulai tegangan ambang inilah jumlah cacah yang terbaca tidak
menunjukan perbedaan yang besar dan dapat dikatakan hampir sama. Bila
tegangan diperbesar sampai melebihi C, maka jumlah cacah yang tercacat
melonjak tinggi lucutan yang tak terkendali.
Detektor Geiger Mueller paling baik dioperasikan pada daerah
plateau yang agak miring. Kemiringan plateau ini disebut slope. Detektor
yang baik mempunyai slope kecil (< 10 % / 100 volt). Untuk menghitung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
besarnya slope yang dinyatakan dalam % per 100 Volt dalam persamaan
berikut:
Slope = %100)100)((
)(
12
12 xVV
NN−− ( 3.1 )
dimana:
= Jumlah cacah persatuan waktu pada tegangan
= Jumlah cacah persatuan waktu pada tegangan
= besar tegangan awal terjadinya plateau
= besar tegangan batas akhir plateau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil karakterisasi dari tabung Geiger Mueller yang telah berhasil dibuat
disajikan pada Tabel 4.1, Tabel 4.2, Tabel 4.3, dan Tabel 4.4 atau Gambar 4.1,
Gambar 4.2, Gambar 4.3, dan Gambar 4.4:
Tabel 4.1 Pengaruh tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran
Tegangan Cacah 1 Cacah 2 Cacah 3 Cacah rata-rata 1000 48 58 66 57± 9 1025 94 94 90 92± 2 1050 131 126 118 125± 6 1075 1110 1055 1022 1062± 40 1100 3894 3860 4027 3927± 80 1125 3963 3916 4231 4036± 100 1150 4187 4192 4273 4217± 40 1175 4533 4468 4511 4504± 30 1200 4639 4593 4646 4626± 20 1225 4390 4626 4610 4542± 100 1250 4976 4903 4919 4932± 30 1275 4988 5033 4920 4980± 50 1300 5093 5393 5173 5219± 100 1325 5328 4986 4963 5092± 200 1350 5053 5090 5044 5062± 20 1375 5156 5088 5123 5122± 30 1400 5701 5640 5553 5631± 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
Tegangan (volt)
caca
h
Gambar 4.1Pengaruh tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran
Dari kurva dan data diatas bahwa daerah plateau dari detektor dengan sumber
dimulai dari tegangan = 1100 Volt (pada cacah = 3927,00± 80) sampai =
1375 Volt ( pada cacah = 5122± 30) , sehingga panjang plateau-nya adalah 275
volt. Besarnya slope dapat dihitung dengan persamaan 2.9 yaitu :
Slope = %100)100)((
)(
12
12 xVV
NN−−
= %100)100)(11001375(
3927) -(5122 x−
= 4,34 % per 100 volt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Besarnya deviasi standar dari slope sebagai berikut:
Slope = %100)100)((
)(
12
12 xVV
NN−−
Mis: S= VN
N= N 2 - N1 = 5122-3927 = 1195
V= V 2 - V1 = 1375-1100= 275 volt
S N = 22 )()(12 NN SS +
= 22 )80()30( +
= 10 73
SS
= S 22 )()(VS
NS VN +
= 4,34 22 )2750()
11957310( +
= 0,30
Jadi slope-nya adalah (4,34± 0,30) % per 100 Volt.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Tabel 4.2 Pengaruh tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran
Teg ( volt ) Cacah 1 Cacah 2 Cacah 3 Cacah rata-rata 1000 84 68 94 82± 10 1025 150 124 126 133± 10 1050 184 183 194 187± 6 1075 991 974 976 980± 9 1100 3112 3019 3045 3058± 40 1125 3151 3246 3235 3210± 50 1150 3319 3448 3447 3404± 70 1175 3595 3605 3283 3494± 100 1200 3430 3453 3426 3436± 10 1225 3503 3490 3407 3466± 50 1250 3491 3310 3279 3360± 100 1275 3641 3517 3567 3575± 60 1300 3833 3886 4015 3911± 90 1325 3949 4205 4142 4098± 100 1350 4269 4139 4224 4210± 60 1375 4449 4388 4336 4391± 50 1400 4535 4615 4382 4510± 100
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
tegangan (Volt)
caca
h
Gambar 4.2 Pengaruh tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran
Dari kurva dan data diatas bahwa daerah plateau dari detektor dengan sumber
dimulai dari tegangan = 1100 Volt (pada cacah = 3058± 40) sampai =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
1375 Volt (pada cacah = 4391± 50) , sehingga panjang plateau-nya adalah 275
volt. Besarnya slope dapat dihitung dengan persamaan 2.9 yaitu :
Slope = %100)100)((
)(
12
12 xVV
NN−−
= %100)100)(11001375(
3058) -(4391 x−
= 4,84 % per 100 volt
Besarnya deviasi standar slope sebagai berikut:
Slope = %100)100)((
)(
12
12 xVV
NN−−
Mis: S= VN
N= N 2 - N1 = 4391-3058 = 1333
V= V 2 - V1 = 1375-1100= 275 volt
S N = 22 )()(12 NN SS +
= 22 )40()50( +
= 10 41
SS
= S 22 )()(VS
NS VN +
= 4,84 22 )2750()
13334110( +
= 0,20
Jadi slope-nya adalah (4,84± 0,20) % per 100 Volt.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Tabel 4.3 Pengaruh tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran
Teg (Volt) cacah 1 cacah 2 cacah 3 cacah rata-rata 1000 15 18 25 19± 5 1025 38 33 30 33± 4 1050 57 50 41 49± 8 1075 1096 1072 1039 1069± 20 1100 2802 2775 2797 2791± 10 1125 2848 2847 2866 2853± 10 1150 2938 2863 2826 2875± 50 1175 2976 2898 2866 2913± 50 1200 2905 3030 3109 3014± 100 1225 3236 3059 2998 3097± 100 1250 3130 3047 2979 3052± 70 1275 3192 3098 3233 3174± 60 1300 3233 3117 3259 3203± 70 1325 3196 3372 3511 3359± 100 1350 3501 3472 3504 3492± 10 1375 3461 3492 3621 3524± 80 1400 4012 4011 4033 4018± 10
-500
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
Tegangan (Volt)
Cac
ah
Gambar 4.3 Pengaruh tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran
Dari kurva dan data diatas bahwa daerah plateau dari detektor dengan sumber
dimulai dari tegangan = 1100 Volt (pada cacah = 2791± 10) sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
= 1375 Volt (pada cacah = 3524± 80) , sehingga panjang plateau-nya adalah 275
volt. Besarnya slope dapat dihitung dengan persamaan 2.9 yaitu :
Slope = %100)100)((
)(
12
12 xVV
NN−−
= %100)100)(11001375(
2791) -(3524 x−
= 2,66 % per 100 volt
Besarnya deviasi standar slope sebagai berikut:
Slope = %100)100)((
)(
12
12 xVV
NN−−
Mis: S= VN
N= N 2 - N1 = 3524-2791 = 733
V= V 2 - V1 = 1375-1100= 275 volt
S N = 22 )()(12 NN SS +
= 22 )10()80( +
= 10 65
SS
= S 22 )()(VS
NS VN +
= 2,66 22 )2750()
7336510( +
= 0,20
Jadi slope-nya adalah (2,66± 0,20 ) % per 100 Volt.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel 4.4 Pengaruh tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran
Teg (Volt) cacah 1 cacah 2 cacah 3 cacah rata2 1000 43 40 39 40± 2 1025 48 48 39 45± 5 1050 62 59 68 63± 4 1075 1222 1113 1151 1162± 50 1100 2765 2695 2607 2689± 70 1125 2732 2698 2673 2701± 20 1150 2743 2768 2727 2746± 20 1175 2795 2885 3062 2914± 100 1200 2976 3101 3073 3050± 60 1225 3210 3216 2972 3132± 100 1250 2964 2913 2994 2957± 40 1275 3101 3075 3078 3084± 10 1300 3118 3110 3175 3134± 30 1325 3230 3139 3253 3207± 60 1350 3194 3268 3366 3276± 80 1375 3480 3482 3404 3455± 40 1400 3494 3633 3540 3555± 70
-500
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
Tegangan (Volt)
Cac
ah
Gambar 4.4 Pengaruh tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran
Dari kurva dan data diatas bahwa daerah plateau dari detektor dengan sumber
dimulai dari tegangan = 1100 Volt (pada cacah = 2689± 70) sampai =
1375 Volt (pada cacah = 3455± 40) , sehingga panjang plateau-nya adalah 275
volt. Besarnya slope dapat dihitung dengan persamaan 2.9 yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Slope = %100)100)((
)(
12
12 xVV
NN−−
= %100)100)(11001375(
2689) -(3455 x−
= 2,78 % per 100 volt
Besarnya deviasi standar slope sebagai berikut:
Slope = %100)100)((
)(
12
12 xVV
NN−−
Mis: S= VN
N= N 2 - N1 = 3455-2689 = 766
V= V 2 - V1 = 1375-1100= 275 volt
S N = 22 )()(12 NN SS +
= 22 )70()40( +
= 10 65
SS
= S 22 )()(VS
NS VN +
= 2,78 22 )2750()
7666510( +
= 0,20
Jadi slope-nya adalah (2,78± 0,20) % per 100 Volt.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
B. Pembahasan
1. Pembuatan Detektor
Proses perakitan komponen detektor memerlukan kecermatan dan juga
faktor kebersihan. Kecermatan diperlukan pada pemasangan anoda dan proses
pengeleman. Pemasangan anoda yang baik adalah jika anoda terpasang tepat pada
poros tabung.
Proses penghampaan bertujuan menghilangkan atau menekan sedikit
mungkin unsur-unsur lain di dalam tabung detektor dan diharapkan setelah diisi
gas hanya gas isian yang ada di dalam tabung. Untuk mendapatkan hal tersebut,
tekanan vakum sangat berpengaruh pada karakteristik detektor. Kevakuman yang
dicapai harus tinggi agar sisa-sisa molekul gas yang terdapat dalam tabung
detektor semakin kecil atau menjaga kemurnian gas dalam tabung sehingga unsur
udara di dalam tabung benar-benar tidak ada. Menjaga kemurnian gas sangat
penting, agar pada saat pengisian dan pencampuran gas argon dengan uap alkohol
tidak tercampur dengan gas lain. Tingkat kevakuman akhir yang dicapai pada
pompa hanya 2 x 10 5− torr. Hal ini disebabkan karena pompa hanya mampu
bekerja pada tingkat kevakuman tersebut. Tidak adanya kebocoran dalam sistem
vakum sangat menentukan keberhasilan tersebut. Pelacakan untuk mencari ada
tidaknya kebocoran pada saat proses penghampaan perlu dilakukan secara
periodik. Bila ada kebocoran pada rangkaian vakum, berkas muatan yang tampak
seperti berkas api berbentuk benang yang akan terkumpul pada titik kebocoran.
Kebocoran sistem vakum disebabkan karena banyaknya sambungan dari sistem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
vakum ke tabung detektor yang kurang rapat sehingga molekul gas yang ada
diluar masuk.
Proses pemvakuman awal dilakukan dengan menghidupkan pompa rotari
hingga mencapai tekanan 10 3− torr. Ketika proses pemvakuman awal tersebut,
katub dan kran yang menghubungkan pompa difusi dan tabung detektor dibuka
dan katub utama pompa difusi ditutup. Sistem pemanas minyak difusi dan
pendingin pompa difusi dihidupkan juga. Setelah itu dilakukan pemvakuman
lanjutan yaitu dengan menutup katub pas tabung detektor dengan pompa rotari
dan membuka katub utama pompa difusi.
Kemudiaan dalam pengisian gas, yang digunakan adalah argon dan uap
alkohol dengan perbandingan 90 : 10 . Tekanan yang dilakukan pada tekanan 10
cmHg. Gas pertama yang diisi terlebih dahulu adalah uap alkohol, karena tekanan
uap alkohol yang diperlukan mempunyai tekanan yang sangat rendah (0.1 cmHg).
Selanjutnya gas mulia yang diisikan yaitu argon dengan tekanan 0.9 cmHg.
Ketika antara argon dan uap alkohol tercampur secara homogen maka detektor
siap diuji karakterisasinya.
2. Karakteritik Detektor
Pengujian detektor ini dilakukan untuk mengetahui apakah detektor yang
dibuat memiliki kemampuan untuk melakukan deteksi terhadap radiasi dan
memiliki daerah plateau dan slope yang baik. Pada proses pengujian, detektor
digunakan untuk mencacah radiasi sinar γ . Pencacahan dilakukan tanpa sumber
radiasi dan dengan menggunakan sumber radiasi, dalam interval waktu 1 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dengan penambahan tegangan setiap 25 volt. Sumber radiasi yang digunakan
dalam pengujian dan pengambilan data penelitian ini adalah Cs137 .
Hasil Pengujian Detektor
Dari data berdasarkan Gambar 4.1, pada tegangan antara 0-1000 volt
menunjukkan daerah rekombinasi karena pada daerah ini cacah radiasi sama
dengan nol, ion positif dan negatif yang terbentuk akan bergabung kembali, pada
daerah ini, sinyal keluaran sangat lemah.
Pada tegangan antara 1000-1050 volt merupakan daerah ionisasi karena di
daerah ini cacah mulai ada meskipun kecil. Elektron akan bergerak menuju anoda,
dengan mendapat tambahan energi kinetik dari medan listrik yang ada. Karena
energinya cukup, maka elektron akan berhasil mencapai anoda, tetapi belum
mampu menimbulkan ionisasi sekunder pada molekul gas yang dilaluinya. Oleh
karena itu elektron-elektron yang mencapai anoda hanyalah elektron-elektron
primer.
Pada tegangan antara 1050-1100 volt menunjukkan daerah proporsional
karena di daerah ini cacah naik dengan begitu pesat dan tegangan cukup kuat
sehingga terbentuk ionisasi sekunder. Elektron hasil ionisasi sekunder ini menuju
ke anoda juga, sehingga jumlah elektron yang sampai anoda bertambah.
Pada tegangan antara 1100-1375 volt menunjukkan daerah Geiger Mueller
karena di daerah ini cacah hampir sama (konstan) dan bila tegangan dinaikkan
lagi, elektron-elektron dipercepat, sehingga terjadi proses ionisasi tersier. Jumlah
elektron tidak lagi tergantung kepada energi dan jenis radiasi yang datang,
melainkan tergantung pada intensitas sumber radiasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Pada tegangan 1375 volt dan seterusnya menunjukkan daerah kritis karena
di daerah ini cacah naik begitu pesat dan apabila tegangan terus dinaikkan akan
terjadi lucutan listrik secara terus menerus (continous discharge) dalam tabung
gas dan akibatnya detektor menjadi rusak.
Dari hasil perhitungan pada Tabel 4.1 menggunakan persamaan 2.9
diperoleh tingkat kemiringan (slope) sebesar ( 4,34± 0,30) % per 100 Volt.
Begitu juga pada Gambar 4.2, Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 pada tegangan
0-1000 volt merupakan daerah rekombinasi, pada tegangan 1000-1050 volt
merupakan daerah ionisasi, pada tegangan 1050-1100 volt merupakan daerah
proporsional, pada tegangan 1100-1375 volt merupakan daerah Geiger Mueller
atau plateau dan pada tegangan 1375 volt seterusnya merupakan daerah kritis.
Dengan hasil perhitungan pada Tabel 4.2 diperoleh slope sebesar
(4,84± 0,20) % per 100 volt, hasil perhitungan pada Tabel 4.3 diperoleh slope
sebesar (2,66± 0,20) % per 100 volt dan dari hasil perhitungan pada Tabel 4.4
diperoleh slope sebesar (2,78± 0,20) % per 100 volt.
Dari Gambar 4.1,Gambar 4.2,Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 pada daerah
plateau-nya ternyata tidak terjadi pergeseran selama 4 hari penelitian yaitu pada
tegangan antara 1100-1375 volt dari sumber radiasi yang sama. Dari keempat
gambar di atas melalui hasil pengujian dan analisis dapat disimpulkan bahwa
Gambar 4.3 merupakan hasil yang terbaik karena mempunyai nilai slope yang
kecil yaitu (2,66± 0,20) % per 100 Volt.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembuatan dan pengujian karakteristik Detektor Geiger
Mueller dengan gas isian argon alkohol dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Telah dibuat detektor Geiger Mueller tipe jendela samping yang berdiameter 16
mm, panjang 120 mm, tebal 0,4 mm, dengan bahan stainless steel ber- density
thickness 30 mg/cm 2. Pada detektor tersebut dinding jendela sama juga sebagai
katoda sehingga tidak perlu dipasang pelapisan bahan katoda.
2. Dari hasil pengujian detektor Geiger-Muller yang menggunakan stainless steel
memiliki karakteristik:
• Pada hari pertama tegangan plateau antara 1100-1375 volt, panjang
plateau 275 volt dan slope sebesar ( 4,34± 0,30) % per 100 Volt
ditujukkan pada Gambar 4.1.
• Pada hari kedua tegangan plateau antara 1100-1375 volt, panjang plateau
275 volt dan slope sebesar (4,84± 0,20) % per 100 volt ditujukkan pada
Gambar 4.2.
• Pada hari ketiga tegangan plateau antara 1100-1375 volt, panjang plateau
275 volt dan slope sebesar (2,66± 0,20) % per 100 volt ditujukkan pada
Gambar 4.3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
• Pada hari keempat tegangan plateau antara 1100-1375 volt, panjang
plateau 275 volt dan slope sebesar (2,66± 0,20) % per 100 volt ditujukkan
pada Gambar 4.4.
3. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada detektor tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembuatan detektor dinyatakan berhasil, terlihat dari panjang plateau yang
lebih dari 200 volt dan slope yang kurang dari 10% per 100 volt.
B. Saran
Untuk penelitian lebih lanjut perlu dilakukan perbaikan dan pembaruan pada
sistem perangkat alat pembuat detektor, seperti pada saluran pipa-pipa pemvakuman
dan pengisian gas, kran sambungan dan pompa vakum agar diperoleh kualitas suatu
detektor yang lebih baik dan perlu dijaga kebersihan dalam pembuatan tabung
sehingga vakum yang diperoleh mencapai kevakuman tingkat tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Daftar Pustaka
Elwavi., 2008, Pembuatan Detektor Geiger Muller Tipe Side Window Gas isian Argon-
Alkohol, Skripsi FMIPA Universitas Sebelas Maret.
Fenyves. E and O. Haiman., 1969, The Physical Principles of Nuclear Radiation
Measurements, Akademiai Kiado Budhapest.
Isaacs, Alan., A Concise Dictionary of Physiscs. Diterjemahkan oleh Ir. J. Danusantoso,
M.Sc dengan judul Kamus lengkap Fisika, Erlangga, 1995.
Knoll, Glenn F., 1979, Radiation Detection Measurement, John Willey and Sons, New
York.
Krane, Kenneth S., Modern Physics. Diterjemahkan oleh Hans J. Wospakrik dengan
judul Fisika Modern, UI-Press, Jakarta, 1992.
Price, William J., 1964, Nuclear Radiation Detection, Mc Graw-Hill Book Company.
Sarwono, Agung. 2009. Penentuan Faktor Koreksi Dinding Katoda Dalam Rancang
Bangun Detektor Geiger Mueller, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Sayono., 1991, Pembuatan Detektor Geiger Muller tipe Jendela Samping dengan Gas
isian Neon dan Bromine, BATAN, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Sudoyo, Peter., 2001, Azas-azas Ilmu Fisika jilid 4 Fisika Modern, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Tsoulfanidis, Nicholas., 1983, Measurements and Detection of Radiation, Hemispere
Publising Corparation, New York.
Wiyatmo, Yusman., 2006, Fisika Nuklir Dalam Telaah Semiklasik dan Kuantum,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://www.orau.org/PTP/collection/GMs/introgms.htm. 6 maret 2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI