RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG...

27
RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN ROTARY DRYER Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Oleh : Eko Mulyo Wibowo D200140014 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Transcript of RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG...

Page 1: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER

CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE

VARIASI PUTARAN ROTARY DRYER

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Oleh :

Eko Mulyo Wibowo D200140014

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Page 2: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN
user
Text Box
i
Page 3: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN
user
Text Box
ii
Page 4: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN
user
Text Box
iii
Page 5: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

1

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE

VARIASI PUTARAN ROTARY DRYER

Abstrak

Alat penukar kalor adalah alat yang digunakan untuk memindahkan kalor dari satu sistem ke sistem lain. Unit heat exchanger terdiri dari air heater dan rotary dryer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan putaran rotary dryer yang optimum dalam pengeringan singkong ditinjau dari pengurangan massa singkong, kalor yang diterima singkong, efisiensi rotary dryer, dan efisiensi heat exchanger. Variasi putaran yang digunakan adalah 26,25 rpm; 30 rpm; 42 rpm; dan 70 rpm. Penelitian ini juga memiliki 2 variasi jumlah fin pada air heaternya, akan dihitung kalor yang dihasilkan air heater serta efisiensi dari air heater. Cara kerja dari alat penukar kalor ini adalah aliran udara selaku fluida dingin yang dihasilkan oleh blower masuk ke dalam air heater. Di dalam air heater, udara menerima kalor dari fluida panas yang mengalir di sela-sela shell air heater. Sumber fluida panas tersebut berasal dari kompor yang berada di bawah air heater. Setelah menerima kalor, udara yang telah panas tersebut masuk menuju rotary dryer, yaitu tempat dimana singkong diletakkan untuk proses pengeringan.Hasil pengeringan optimum untuk air heater dengan 2 rectangular fin tube terjadi pada putaran 42 rpm, yaitu pengurangan massa sebesar 0,210 kg, kalor yang diterima singkong sebesar 386623 J, efisiensi rotary dryer 5,42%, dan efisiensi unit heat exchanger 3,85%, Kalor yang dihasilkan air heater serta efisiensi air heater berbanding lurus dengan kenaikan putaran rotary dryer hingga pada titik puncaknya 42 rpm. Untuk air heater dengan 4 rectangular fin tube pengeringan optimum terjadi pada putaran 70 rpm, yaitu pengurangan massa sebesar 0,260 kg, kalor yang diterima singkong sebesar 487888 J, efisiensi rotary dryer 7,40%, dan efisiensi heat exchanger 4,86%. Kalor yang dihasilkan air heater serta efisiensi air heater berbanding terbalik dengan kenaikan putaran rotary dryer pada range putaran 26,25 rpm sampai 70 rpm.

Kata kunci : heat exchanger, air heater, rotary dryer, putaran, massa , efisiensi.

Abstract

Heat exchanger is a tool used to transfer heat from one system to another. The heat exchanger unit consists of air heater and rotary dryer. The purpose of this research is to get the optimum rotary dryer’s rotation in cassava drying in terms of reduction of cassava’s mass, heat accepted by cassava, rotary dryer’s efficiency, and heat exchanger’s efficiency. The variations of rotation used were 26.25 rpm; 30 rpm; 42 rpm; and 70 rpm. This research also has 2 variations of fin number in its air heater, it will be calculated how much heat produced by air heater and efficiency of air heater.The operation of this heat exchanger is the air flow as the cold fluid produced by the blower enter into the air heater. In the air heater, air receives heat from the hot fluid flowing through the air heater’s shell. The source of the hot fluid comes from the stove under the air heater. After receiving the heat, the hot air goes into the rotary dryer, the place where cassava is placed for the

Page 6: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

2

drying process.The optimum drying result for air heater with 2 rectangular fin tube occurred at rotation of 42 rpm, which has a mass reduction of 0.210 kg, 386623 J heat received by cassava, 5.42% rotary dryer’s efficiency and 3.85% heat exchanger unit’s efficiency. The heat produced by air heater and the air heater’s efficiency is directly proportional to the increase of rotary dryer’s rotation to the peak of 42 rpm. For air heater with 4 rectangular fin tubes the optimum drying occurred at rotation of 70 rpm, which has a mass reduction of 0.260 kg, 487888 J heat received by cassava, 7.40% rotary dryer’s efficiency, and 4.86% heat exchanger’s efficiency. The Heat produced by air heater and the air heater’s efficiency inversely proportional to the increase of rotary dryer’s rotation in the range of rotation 26.25 rpm to 70 rpm.

Keywords: heat exchanger, air heater, rotary dryer, rotation, mass, efficiency.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian bagi negara berkembang seperti Indonesia merupakan

landasan perekonomian yang penting. Hal ini didukung dengan sumber daya

yang melimpah, dan hampir sebagian besar penduduk Indonesia adalah

bertani. Negara mengambil kebijakan untuk mensejahterakan petani lewat

konsep agroindustri, yaitu merupakan upaya untuk meningkatkan

produktivitas, efisiensi, dan nilai tambah sektor pertanian melalui penerapan

berbagai inovasi teknologi, sosial dan ekonomi. Salah satu penerapannya

adalah inovasi teknologi di Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang

menggunakan singkong sebagai bahan baku pembuatan keripik singkong.

Dalam pengolahan singkong terdapat proses pengeringan, namun sebelumnya

singkong harus dipotong tipis terlebih dahulu agar lebih renyah setelah

diolah. Pengeringan umumnya masih mengandalkan sinar matahari, namun

akan terkendala jika pengeringan dilakukan pada musim penghujan. Salah

satu inovasi teknologinya adalah alat penukar kalor (heat exchanger) berupa

alat pengering singkong.

Alat penukar kalor (APK) merupakan peralatan untuk memindahkan

panas dari fluida bertemperatur lebih tinggi ke fluida yang bertemperatur

lebih rendah. Wijanarko (2017) telah melakukan penelitian tentang heat

exchanger dengan variasi mass flow rate dan dengan kecepatan putar rotary

dryer yang konstan. Hasilnya kalor terbesar diterima udara pada posisi

Page 7: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

3

bukaan katup 0 (tertutup) yaitu 2427,535 watt, namun pengurangan massa

terbesar justru terjadi pada bukaan katup nomor satu yaitu 310 gram,

sedangkan pada bukaan katup 0 (terturtup) hanya 221 gram. Hal ini juga

terjadi pada penelitian milik Suryanto (2017), kalor terbesar juga terjadi pada

bukaan katup 0 (tertutup) yaitu 2148,040 watt. Pengurangan massa terbesar

justru terjadi pada bukaan katup nomor satu yaitu 291 gram, sedangkan pada

bukaan katup 0 hanya 213 gram.

Bahan pengeringan yang menerima kalor lebih besar seharusnya dapat

menguapkan air dalam bahan lebih banyak sehingga pengurangan massanya

lebih besar. Namun pada penelitian milik Wijanarko (2017) dan Suryanto

(2017) tidak terbukti, hal inilah yang akan dikaji oleh peneliti dalam tugas

akhir ini. Peneliti menggunakan variasi putaran rotary dryer, yaitu 26,25 rpm;

30 rpm; 42 rpm; dan 70 rpm. Menggunakan debit udara masuk ke air heater

yang konstan. Parameter yang digunakan adalah pengurangan massa

singkong, kalor yang diterima singkong untuk menguapkan air dari singkong,

efisiensi rotary dryer, dan efisiensi unit heat exchanger. Selain itu pada air

heater digunakan 2 variasi jumlah sirip, yaitu 2 fin dan 4 fin.

1.2 Perumusan Masalah

1) Bagaimana pengaruh putaran rotary dryer terhadap kalor yang dihasilkan

oleh air heater?

2) Bagaimana pengaruh putaran rotary dryer terhadap pengurangan massa

singkong?

3) Bagaimana pengaruh putaran rotary dryer terhadap kalor yang diterima

singkong?

4) Bagaimana pengaruh putaran rotary dryer terhadap efisiensi air heater?

5) Bagaimana pengaruh putaran rotary dryer terhadap efisiensi rotary dryer?

6) Bagaimana pengaruh putaran rotary dryer terhadap efisiensi unit heat

exchanger?

Page 8: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

4

1.3 Tujuan Penelitian

1) Mengetahui pengaruh putaran rotary dryer terhadap kalor yang dihasilkan

air heater.

2) Mengetahui pengaruh putaran rotary dryer terhadap pengurangan massa

singkong.

3) Mengetahui pengaruh putaran rotary dryer terhadap kalor yang diterima

singkong.

4) Mengetahui pengaruh putaran rotary dryer terhadap efisiensi air heater.

5) Mengetahui pengaruh putaran rotary dryer terhadap efisiensi rotary dryer.

6) Mengetahui pengaruh putaran rotary dryer terhadap efisiensi unit heat

exchanger.

1.4 Batasan Masalah

1) Air heater yang digunakan menggunakan 2 rectangular fin tube dan 4

rectangular fin tube

2) Debit udara masuk konstan, dengan kecepatan udara masuk ke air heater

12,8 m/s, dan diameter saluran keluar blower 2 inch.

3) Variasi yang digunakan adalah putaran rotary dryer, yaitu 26,25 rpm; 30

rpm; 42 rpm; dan 70 rpm.

4) Beban pengeringan menggunakan singkong sebanyak 1 kg setiap

pengujian.

5) Pengujian dilakukan selama 30 menit.

6) Dalam penelitian ini, putaran rotary dryer menjadi indikator utama

terhadap hasil dari pengujian.

1.5 Tinjauan Pustaka

Wijanarko (2017) melakukan penelitian tentang Heat Exchanger Cross Flow

Mixed Finned Tube Four Pass untuk Mengeringkan Empon-Empon dengan

Variasi Mass Flow Rate. Dalam penelitian ini kecepatan putar rotary dryer

konstan dan sirip berpenampang lingkaran. Didapatkan hasil bahwa pada

mass flow rate 0,027 Kg/s terjadi pengeringan paling besar, dengan kalor

yang dihasilkan sebesar 2414,9259 W massa empon-empon dapat mengalami

pengurangan sebesar 310 gram. Sedangkan pada mass flow rate 0,023 Kg/s

Page 9: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

5

kalor yang dihasilkan 2427,535 W massa empon-empon dapat mengalami

pengurangan sebesar 221 gram (Wijanarko,2017).

Suryanto (2017) melakukan penelitian tentang Heat Exchanger Cross

Flow Mixed Non Finned Four Pass untuk mengeringkan Empon-Empon

dengan Variasi Mass Flow Rate. Dalam penelitian ini putaran rotary dryer

konstan. Didapatkan hasil bahwa pada mass flow rate 0,027 Kg/s terjadi

pengeringan paling besar. Kalor yang dihasilkan pada mass flow rate 0,027

Kg/s adalah 1875,408 W dengan pengurangan massa 291 gram, sedangkan

pada mass flow rate 0,023 Kg/s kalor yang dihasilkan 2148,040 W dengan

pengurangan massa sebesar 213 gram (Suryanto, 2017).

Nusyirwan (2015) melakukan penelitian tentang Metode Pengering Gabah

Aliran Massa Kontinu dengan Wadah Pengering Horisontal dan Pengaduk

Putar. Peralatan ini menggunakan wadah berbentuk silinder dengan pengering

putar yang dapat mengaduk dan mengalirkan material dari sisi masuk ke sisi

keluar. Laju massa dapat diatur sesuai dengan kecepatan putar pengaduk.

Pengeringan dilakukan dalam dua siklus yang lama waktu pengeringan 60

menit per siklus. Hasilnya pengeringan pada siklus pertama belum tercapai

perubahan kadar air yang diinginkan, massa gabah diumpankan kembali pada

untuk siklus kedua. Pada siklus kedua ini pengeringan telah tercapai dengan

perubahan kadar air maksimal yang dihilangkan 47% (Nusyirwan, 2015).

Zikri (2015) melakukan penelitian tentang Uji Kinerja Rotary Dryer

berdasarkan Efisiensi Thermal Pengeringan Serbuk Kayu untuk Pembuatan

Biopelet. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat prototipe rotary

dryer untuk biomassa, dan menghasilkan produk kering untuk biopelet.

Diawali desain struktural alat dan menganalisis sistem thermal dengan variasi

pengeringan (30 menit, 45 menit, 60 menit) pada suhu konstan 60°C. Hasil

penelitian menunjukkan pengeringan dengan waktu yang sangat lama

penurunan debu kayu akan lebih besar, namun efisiensi thermal cukup rendah

karena ada besar kehilangan panas (Zikri, 2015).

Perbedaan penelitian tugas akhir ini dengan penelitian milik Wijanarko

(2017) antara lain air heater yang digunakan 2 rectangular fin tube dan 4

Page 10: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

6

rectangular fin tube, variasi yang digunakan adalah kecepatan putar rotary

dryer, dan beban pengering yang digunakan berupa singkong. Bukaan katup

blower yang digunakan adalah katup nomor satu dengan kecepatan udara 12,8

m/s dan debit konstan.

2. METODE

2.1 Alir Penelitian

Gambar 1. Diagram Alir Pengujian

Page 11: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

7

2.2 Alat dan Bahan Pengujian Tabel 1. Alat-alat yang digunakan dalam pengujian

No. Alat Pengujian Fungsi 1)

2)

3)

4)

5)

6)

Air heater

Rotary dryer

Pulley ukuran 3”, 5”,

7”,8”

Belt

Blower

Kompor

Alat penukar kalor yang akan diuji.

Untuk mengeringkan singkong.

Untuk mengahasilkan variasi putaran pada

rotary dryer.

Penghubung (transmisi) antara reducer

motor dan pulley pada rotary dryer.

Sebagai penyuplai udara dingin.

Sebagai sumber udara panas.

Tabel 2. Alat ukur yang digunakan dalam pengujian

No. Alat Ukur Fungsi

1)

2)

3)

4)

Thermocouple

Anemometer

Stopwatch

Timbangan

Mengukur temperatur

Mengukur kecepatan aliran udara

Mengukur waktu saat pengujian

Mengukur massa

Gambar 2. Air heater cross flow rectangular fin tube

Page 12: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

8

Gambar 3. Skema aliran fluida pada air heater

Keterangan : Aliran fluida panas

: Aliran fluida dingin

Gambar 4. Instalasi Pengujian

Keterangan : 1) Rotary Dryer 2) Blower 3) Thermocouple 1 (Tci) 4) Thermocouple 4 (Tho) 5) Air heater

Page 13: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

9

6) Thermocouple 3 (Thi) 7) Kompor Gas 8) Thermoreader 9) Thermocouple 2 (Tco) 10) Motor listrik 11) Gear reducer

Alat bantu : a) Wadah b) Sarung tangan c) Kunci pass d) Pisau e) Stop kontak

Bahan : a) Udara b) Singkong c) Gas LPG

2.3 Langkah Pengujian 1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pengujian, serta

memastikan alat ukur yang digunakan berfungsi dengan baik.

2) Menghidupkan & mengatur blower pada kecepatan udara 12,8 m/s.

3) Memasang instalasi pengujian.

4) Memasang alat ukur yang akan digunakan pada pengujian.

5) Memasang pulley dan belt pada rotary dryer.

6) Menyalakan kompor gas untuk memanaskan air heater hingga diperoleh

temperatur keluar fluida dingin (Tco) sebesar 110°C.

7) Setelah suhu awal tercapai kemudian memasukan singkong ke dalam rotary

dryer dan menimbang massa awal tabung gas LPG.

8) Setelah suhu awal tercapai kembali, menyalakan rotary dryer dan stopwatch

untuk memulai pengujian heat exchanger.

9) Pengujian akan dilakukan selama 30 menit dan pengambilan data temperatur

dilakukan setiap 10 menit.

10) Mematikan peralatan yang digunakan setelah 30 menit pengujian.

11) Menimbang singkong yang telah dikeringkan dan menghitung selisih massa

singkong setelah pengujian dengan sebelum pengujian.

Page 14: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

10

12) Menimbang tabung gas LPG setelah pengujian.

13) Melakukan pengujian kembali seperti pada langkah 5-12 dengan variasi

kecepatan putar rotary dryer sebesar 26,25 rpm; 30 rpm; 42 rpm; 70 rpm.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Dimensi Air Heater

Data fisik dari air heater cross flow rectangular fin tube adalah sebagai

berikut :

Luas penampang masuk fluida dingin (Ai) = 0,002 m2

Diameter luar tube (Dot) = 0,02 m

Diameter dalam tube (Dit) = 0,017 m

Panjang tube (L) = 0,3 m

Jumlah tube setiap pass (N) = 8 tube

Jumlah pass = 4 pass

Panjang fin (p) = 0,29 m

Lebar fin (l) = 0,005 m

Tebal fin (t) = 0,0015 m

Panjang air heater = 541 cm

Lebar air heater = 420 cm

Tinggi air heater = 210 cm

3.2 Data Dimensi Rotary Dryer

Spesifikasi rotary dryer yang digunakan sebagai tempat pengering adalah

sebagai berikut :

Tipe = rotary

Panjang tabung = 0,4 m

Diameter tabung = 0,3 m

Material tabung = stainless stell

Material rangka = besi siku

Pemanas = kompor LPG

Mesin Penggerak = motor listrik + gear reducer

Ukuran pulley yang digunakan = 3 inchi, 5 inchi, 7 inchi, 8 inchi

Page 15: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

11

Tipe belt yang digunakan = A-30, A-33, A-36, A-39

3.3 Data Hasil Pengujian

Tabel 3. Data hasil pengujian air heater 2 rectangular fin tube.

Pengujian

Putaran

rotary dryer

(rpm)

Tci

(°C)

Tco

(°C)

Thi

(°C)

Tho

(°C)

�Tc

(°C)

�Th

(°C)

1 26,25 54,2 217,0 1106,3 246,0 162,8 860,3

2 30 51,0 216,1 1169,0 314,0 165,1 855,0

3 42 47,0 223,9 1141,3 275,3 176,9 866,0

4 70 47,7 210,0 1067,7 259,3 162,4 808,3

Tabel 3. (lanjutan).

Pengujian Putaran rotary

dryer (rpm) M ti (kg)

M to

(Kg)

�m

(Kg)

ṁ gas

(Kg/s)

A i -

(m2)

1 26,25 1 0,815 0,185 0,00011 0,002

2 30 1 0,810 0,190 0,00011 0,002

3 42 1 0,790 0,210 0,00011 0,002

4 70 1 0,830 0,170 0,00011 0,002

Tabel 4. Data hasil pengujian air heater 4 fin tube.

Pengujian

Putaran

rotary dryer

(rpm)

Tci

(°C)

Tco

(°C)

Thi

(°C)

Tho

(°C)

�Tc

(°C)

�Th

(°C)

1 26,25 51,1 231,5 1114,3 158,2 180,4 956,2

2 30 52,1 227,3 1169,7 158,4 175,2 1011,3

3 42 52,9 218,1 1118,3 152,1 165,2 966,2

4 70 52,6 215,7 1060,0 157,0 163,1 903,0

Page 16: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

12

Tabel 4. (lanjutan).

Pengujian Putaran rotary

dryer (rpm) M ti (kg)

M to

(Kg)

�m

(Kg)

ṁ gas

(Kg/s)

A i -

(m2)

1 26,25 1 0,780 0,220 0,00011 0,002

2 30 1 0,760 0,240 0,00011 0,002

3 42 1 0,750 0,250 0,00011 0,002

4 70 1 0,740 0,260 0,00011 0,002

3.4 Hasil Perhitungan

Tabel 5. Hasil perhitungan air heater 2 rectangular fin tube.

Pengujian Tco (°C) hfg (J/Kg) Q Penguapan (J) Tcm (°C)

1 217,0 1871300 346191 135,6

2 216,1 1874990 356248 133,5

3 223,9 1841060 386623 135,5

4 210,0 1899863 322977 128,9

Tabel 5. (lanjutan).

Pengujian Cp (J/Kg°C) ρ (Kg/m3) ṁ(Kg/s) q air heater (J/s)

1 1012,56 0,8638 0,02211 3645

2 1012,35 0,8683 0,02223 3716

3 1012,55 0,8641 0,02212 3962

4 1011,89 0,8785 0,02249 3695

Tabel 5. (lanjutan).

Pengujian

Q air

heater

(J)

HHV lpg Q lpg

(J/Kg)

�AH

(%)

�rd

(%) �HE(J/s)

1 6561237 50152000 10030400 65,4 5,28 3,45

2 6688545 50152000 10030400 66,7 5,33 3,55

3 7132089 50152000 10030400 71,1 5,42 3,85

4 6650559 50152000 10030400 66,3 4,86 3,22

Page 17: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

13

Tabel 6. Hasil perhitungan air heater 4 rectangular fin tube.

Pengujian Tco (°C) hfg (J/Kg) Q Penguapan (J) Tcm (°C)

1 231,5 1806253 397376 141,3

2 227,3 1825267 438064 139,7

3 218,1 1866790 466698 135,5

4 215,7 1876493 487888 134,2

Tabel 6. (lanjutan).

Pengujian Cp (J/Kg°C) ρ

(Kg/m3) ṁ(Kg/s)

q air heater

(J/s)

1 1013,19 0,8517 0,02180 3985

2 1012,97 0,8548 0,02188 3884

3 1012,55 0,8640 0,02212 3699

4 1012,42 0,8669 0,02219 3664

Tabel 6. (lanjutan).

Pengujian

Q air

heater

(J)

HHV lpg Q lpg

(J/Kg)

�AH

(%)

�rd

(%) �HE(J/s)

1 7173464 50152000 10030400 71,5 5,54 3,96

2 6990350 50152000 10030400 69,7 6,27 4,37

3 6657962 50152000 10030400 66,4 7,01 4,65

4 6595854 50152000 10030400 65,8 7,40 4,86

Page 18: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

14

3.5 Pembahasan

3.5.1 Pengaruh putaran rotary dryer terhadap kalor yang dihasilkan air

heater.

Gambar 5. Pengaruh putaran rotary dryer terhadap kalor yang

dihasilkan air heater

Gambar diatas menunjukkan pengaruh putaran rotary dryer

terhadap kalor yang dihasilkan air heater. Kalor yang dihasilkan air

heater 2 fin mengalami kenaikan seiring dengan bertambahnya

kecepatan putar rotary dryer, hingga titik puncaknya yaitu pada

putaran 42 rpm kalor yang dihasilkan sebesar 7132089 J.

Kalor yang dihasilkan air heater 4 fin mengalami penurunan

seiring bertambahnya kecepatan putar rotary dryer pada range putaran

antara 26,25 rpm sampai 70 rpm.

6561237

6688545

7132089

6650559

7173464

6990350

6657962

6595854

6000000

6200000

6400000

6600000

6800000

7000000

7200000

7400000

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00

Ka

lor

ya

ng

dih

asi

lka

n a

ir h

ea

ter

(J)

Putaran rotary dryer (rpm)

2 fin

4 fin

Page 19: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

15

3.5.2 Pengaruh putaran rotary dryer terhadap pengurangan massa singkong.

Gambar 6. Pengaruh putaran rotary dryer terhadap pengurangan

massa singkong

Pengurangan massa singkong terbesar untuk air heater 2 fin

adalah 0,210 kg terjadi pada putaran 42 rpm. Dari Gambar dapat

diketahui bahwa semakin besar putaran rotary dryer maka semakin

besar pengurangan massa singkong sampai titik puncak pada putaran

42 rpm. Jika diperbesar putarannya maka pengurangan massa

singkong justru akan turun. Pengurangan massa singkong terbesar

untuk air heater 4 fin terjadi pada putaran 70 rpm yaitu sebesar 0,260

kg. Berdasarkan data tersebut semakin besar putaran rotary dryer

maka semakin besar pula pengurangan massa singkong pada range

putaran rotary dryer 26,25 rpm sampai 70 rpm.

0,185

0,190

0,210

0,170

0,220

0,240 0,250 0,260

0,000

0,050

0,100

0,150

0,200

0,250

0,300

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00

Pe

ng

ura

nga

n m

ass

a s

ing

ko

ng

(Kg

)

Putaran rotary dryer (rpm)

2 fin

4 fin

Page 20: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

16

3.5.3 Pengaruh putaran rotary dryer terhadap kalor yang diterima untuk

menguapkan air dari singkong.

Gambar 7. Pengaruh putaran rotary dryer terhadap kalor yang

diterima untuk menguapkan air dari singkong

Gambar diatas menunjukkan pengaruh putaran rotary dryer

terhadap kalor yang diterima untuk menguapkan air dari singkong.

Kalor terbesar pada air heater 2 fin adalah 386623 J, terjadi pada

putaran 42 rpm. Pada putaran rotary dryer 26,25 rpm, 30 rpm, 70 rpm

diperoleh kalor 346191 J, 356248 J, 322977 J. Berdasarkan data

tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar putaran rotary dryer

maka semakin besar pula kalor yang diterima singkong sampai pada

titik puncak putaran 42 rpm, ketika diperbesar lagi putarannya maka

kalor yang diterima singkong justru akan turun. Kalor yang diterima

singkong untuk air heater 4 fin terbesar pada putaran 70 rpm yaitu

sebesar 487888 J pada range putaran rotary dryer 26,25 rpm-70 rpm.

Hal ini menandakan bahwa pada air heater 4 fin pada putaran rotary

dryer 70 rpm masih optimum dalam menyerap kalor.

346191 356248

386623

322977

397376

438064 466698 487888

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00

Ka

lor

ya

ng

dit

eri

ma

un

tuk

me

ng

ua

pk

an

air

da

ri s

ing

ko

ng

(J)

Putaran rotary dryer (rpm)

2 fin

4 fin

Page 21: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

17

3.5.4 Pengaruh putaran rotary dryer terhadap efisiensi air heater.

Gambar 8. Pengaruh putaran rotary dryer terhadap efisiensi air

heater

Gambar diatas memperlihatkan pengaruh putaran rotary dryer

terhadap efisiensi air heater. Efisiensi terbesar air heater 2 fin terjadi

pada putaran 42 rpm, yaitu sebesar 71,1%. Pada putaran rotary dryer

26,25 rpm; 30 rpm; dan 70 rpm diperoleh efisiensi masing-masing

sebesar 65,4%; 69,7%; dan 66,3%. Bedasarkan data tersebut dapat

diketahui bahwa semakin besar putaran rotary dryer maka semakin

besar pula efisiensi air heater sampai pada titik puncak putaran 42

rpm, ketika diperbesar lagi maka efisiensi air heater justru akan turun.

Efisiensi air heater 4 fin terbesar terjadi pada putaran 26,25 rpm yaitu

sebesar 71,5%. Berdasarkan Gambar diatas semakin besar putaran

rotary dryer justru makin kecil efisiensi air heater pada range putaran

rotary dryer 26,25 rpm sampai 70 rpm.

65,4 66,7

71,166,3

71,5 69,7

66,465,8

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00

Efi

sie

nsi

air

he

ate

r(%

)

Putaran rotary dryer (rpm)

2 fin

4 fin

Page 22: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

18

3.5.5 Pengaruh putaran rotary dryer terhadap efisiensi rotary dryer.

Gambar 9. Pengaruh putaran rotary dryer terhadap efisiensi rotary

dryer.

Gambar diatas memperlihatkan pengaruh putaran rotary dryer

terhadap efisiensi rotary dryer. Efisiensi terbesar untuk 2 fin terjadi

pada putaran 42 rpm, yaitu sebesar 5,42%. Pada putaran rotary dryer

26,25 rpm; 30 rpm; dan 70 rpm diperoleh efisiensi masing-masing

sebesar 5,28%; 5,33%; dan 4,86%. Bedasarkan data tersebut dapat

diketahui bahwa semakin besar putaran rotary dryer maka semakin

besar pula efisiensi rotary dryer sampai pada titik puncak putaran 42

rpm, ketika diperbesar lagi maka efisiensi rotary dryer justru akan

turun. Efisiensi untuk 4 fin terbesar terjadi pada putaran 70 rpm yaitu

sebesar 7,40%. Berdasarkan Gambar diatas semakin besar putaran

rotary dryer makin besar pula efisiensi rotary dryer pada range

putaran rotary dryer 26,25 rpm sampai 70 rpm.

5,28

5,33 5,42

4,86

5,54

6,277,01 7,40

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00

Efi

sie

nsi

ro

tary

dry

er

(%)

Putaran rotary dryer (rpm)

2 fin

4 fin

Page 23: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

19

3.5.6 Pengaruh putaran rotary dryer terhadap efisiensi unit heat exchanger.

Gambar 10. Pengaruh putaran rotary dryer terhadap efisiensi unit

heat exchanger.

Gambar diatas memperlihatkan pengaruh putaran rotary dryer

terhadap efisiensi unit heat exchanger. Efisiensi terbesar untuk 2 fin

terjadi pada putaran 42 rpm, yaitu sebesar 3,85%. Pada putaran rotary

dryer 26,25 rpm; 30 rpm; dan 70 rpm diperoleh efisiensi masing-

masing sebesar 3,45%; 3,55%; dan 3,22%. Bedasarkan data tersebut

dapat diketahui bahwa semakin besar putaran rotary dryer maka

semakin besar pula efisiensi unit heat exchanger sampai pada titik

puncak putaran 42 rpm, ketika diperbesar lagi maka efisiensi unit heat

exchanger justru akan turun. Efisiensi untuk 4 fin terbesar terjadi pada

putaran 70 rpm yaitu sebesar 4,86%. Berdasarkan Gambar diatas

semakin besar putaran rotary dryer makin besar pula efisiensi unit

heat exchanger pada range putaran rotary dryer 26,25 rpm sampai 70

rpm.

3,45

3,55

3,85

3,22

3,96

4,374,65 4,86

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00

Efi

sie

nsi

un

it h

ea

t e

xch

an

ge

r(%

)

Putaran rotary dryer (rpm)

2 fin

4 fin

Page 24: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

20

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1) Variasi putaran rotary dryer berpengaruh terhadap kalor yang dihasilkan

air heater. Kalor yang dihasilkan air heater 2 fin mengalami kenaikan

seiring bertambahnya kecepatan putar rotary dryer, hingga mencapai titik

puncak pada putaran 42 rpm. Sedangkan kalor yang dihasilkan air heater 4

fin justru mengalami penurunan seiring bertambahnya kecepatan putar

dengan range putaran antara 26,25 rpm sampai 70 rpm.

2) Variasi putaran rotary dryer berpengaruh terhadap pengurangan massa

singkong. Pengurangan massa singkong untuk 2 fin mengalami kenaikan

seiring bertambahnya kecepatan putar rotary dryer, hingga mencapai titik

puncak pada putaran 42 rpm. Pengurangan massa singkong pada 4 fin

mengalami kenaikan seiring bertambahnya kecepatan putar dengan range

putaran antara 26,25 rpm sampai 70 rpm.

3) Variasi putaran rotary dryer berpengaruh terhadap kalor yang digunakan

untuk menguapkan air dari singkong. Kalor penguapan untuk 2 fin

mengalami kenaikan seiring bertambahnya kecepatan putar rotary dryer,

hingga mencapai titik puncak pada putaran 42 rpm. Kalor penguapan pada

4 fin mengalami kenaikan seiring bertambahnya kecepatan putar dengan

range putaran antara 26,25 rpm sampai 70 rpm.

4) Variasi putaran rotary dryer berpengaruh terhadap efisiensi air heater.

Efisiensi air heater 2 fin mengalami kenaikan seiring bertambahnya

kecepatan putar rotary dryer, hingga mencapai titik puncak pada putaran

42 rpm. Sedangkan efisiensi air heater 4 fin justru mengalami penurunan

seiring bertambahnya kecepatan putar dengan range putaran antara 26,25

rpm sampai 70 rpm.

5) Variasi putaran rotary dryer berpengaruh terhadap efisiensi rotary dryer.

Efisiensi rotary dryer pada air heater yang menggunakan 2 rectangular fin

mengalami kenaikan seiring bertambahnya kecepatan putar rotary dryer,

hingga mencapai titik puncak pada putaran 42 rpm. Efisiensi rotary dryer

pada air heater yang menggunakan 4 rectangular fin mengalami kenaikan

Page 25: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

21

seiring bertambahnya kecepatan putar dengan range putaran antara 26,25

rpm sampai 70 rpm.

6) Variasi putaran rotary dryer berpengaruh terhadap efisiensi unit heat

exchanger. Efisiensi unit heat exchanger pada air heater yang

menggunakan 2 rectangular fin mengalami kenaikan seiring bertambahnya

kecepatan putar rotary dryer, hingga mencapai titik puncak pada putaran

42 rpm. Efisiensi unit heat exchanger pada air heater yang menggunakan

4 rectangular fin mengalami kenaikan seiring bertambahnya kecepatan

putar dengan range putaran antara 26,25 rpm sampai 70 rpm.

4.2 Saran

1) Melakukan pengujian lebih lanjut pada range putaran diatas 70 rpm untuk

air heater 4 fin tube.

2) Melakukan pengujian pada interval putaran yang sama.

3) Melakukan pengujian dengan jumlah fin yang sama.

PERSANTUNAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir

yang berjudul “Rancang Bangun dan Pengujian Heat Exchanger Rectangular

Fin Tube Variasi Putaran Rotary Dryer” dengan lancar tanpa kendala yang

berarti. Penulis tidak akan behasil menyelesaikan laporan ini tanpa adanya

bimbingan dan bantuan dari semua pihak. Maka dari itu, penulis menyampaikan

terima kasih kepada :

1) Bapak Mulyono dan Ibu Jumilah yang selalu memberikan motivasi, doa,

semangat, dan atas segala upaya yang beliau lakukan, serta adik tercinta Ratna

Dewi Mulyawati dan keluarga besar yang telah memberikan dukungan.

2) Bapak Ir. Sri Sunarjono, M.T., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3) Bapak Ir. Subroto, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Fakultas

Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta serta sebagai anggota dewan

penguji.

Page 26: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

22

4) Bapak Ir. Sartono Putro, M.T., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang

telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dengan sabar.

5) Bapak Ir. Sunardi Wiyono, M.T., selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah

banyak memberikan masukan dan bimbingan dengan sabar.

6) Bapak Nur Aklis S.T., M.Eng., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan arahan dan bimbingan selama menyelesaikan masa

perkuliahan.

7) Bapak Agung Setyo Darmawan S.T., M.T., selaku dosen seminar dan

sekretaris dewan penguji yang telah memberikan arahan dan masukan pada

laporan tugas akhir ini.

8) Seluruh Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu selama

menyelesaikan masa perkuliahan.

9) Rekan seperjuangan dalam mengerjakan tugas akhir ini, Muhammad Syarif

Hidayat, Aldi Kurnia Sura Pratama, Faisal Ardi Nugroho, Benny Ariyanto.

10) Serta pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam

mensukseskan penyusunan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih memiliki beberapa kekurangan

pada pembahasan, isi ataupun mutu keilmiahannya. Untuk itu penulis berharap

adanya kritik dan saran dari pembimbing dan pembaca demi perbaikan tugas akhir

ini. Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat menjadi

pengembang wawasan serta bermanfaat dalam pengembangan pengetahuan pada

bidang teknologi mesin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

DAFTAR PUSTAKA Arifiyanto, Yuni D. 2009."Rancang Bangun dan Pengujian Model Kondensor

Tipe Concentric Tube Counter Current Ganda dengan Penambahan Sirip". Skripsi. Surakarta : Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Cengel, Y.A. 2003. "Heat Transfer : A Practical Approach". 2nd edition. Mc Graw Hill : New York.

Page 27: RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGEReprints.ums.ac.id/63866/10/Naskah Publikasi.pdf1 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW RECTANGULAR FIN TUBE VARIASI PUTARAN

23

Efendi, Maulana. 2017. "Perancangan Alat Pengering Bij Kakao dengan Sistem Rotari Sederhana pada Usaha Mandiri Di Desa Wiyono Kabupaten Pesawaran". Skripsi. Bandar Lampung : Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

Firdaus, A. 2016. "Perancangan dan Analisa Alat Pengering Ikan dengan Memanfaatkan Energi Briket Batubara". Jurnal Teknik Mesin, Volume 05, Edisi Spesial 2016, halaman 1-9.

Holman, J.P. 1997. "Perpindahan Kalor". Jakarta.

Nusyirwan. 2015. "Metode Pengeringan Gabah Aliran Massa Kontinu dengan Wadah Pengering Horisontal dan Pengaduk Putar". Jurnal Mechanical, Volume 6, Nomor 2, September 2015, halaman 82-88.

Setiawan, Bayu. 2017 "Rancang Bangun dan Pengujian Heat Exchanger Cross Flow Unmixed, Tube Non Finned Four Pass, untuk Mengeringkan Empon-Empon dengan Variasi Mass Flow rate". Skripsi. Surakarta : Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sitompul, T.M. 1993. "Alat Penukar Kalor (Heat Exchanger)". Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Suryanto, A. 2017. "Rancang Bangun dan Pengujian Heat Exchanger Cross Flow Mixed, Tube Non Finned Four Pass, untuk Mengeringkan Empon-Empon dengan Variasi Mass Flow rate". Skripsi. Surakarta : Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wijanarko, Y. 2017. "Rancang Bangun dan Pengujian Heat Exchanger Cross Flow Mixed, Finned Tube Four Pass, untuk Mengeringkan Empon-Empon dengan Variasi Mass Flow rate". Skripsi. Surakarta : Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Zikri, A.,Erlinawati., Rusnadi I., 2015. Uji Kinerja Rotary Dryer Berdasarkan Efisiensi Termal Pengeringan Serbuk Kayu untuk Pembuatan Biopelet. Jurnal Teknik Kimia,Volume21 Nomor 2,April 2015, halaman 50–58