RANCANG BANGUN DAN ANALISA SISTEM SALURAN … · •Logam cair dianggap sebagai Newtonian Fluid. 6...
Transcript of RANCANG BANGUN DAN ANALISA SISTEM SALURAN … · •Logam cair dianggap sebagai Newtonian Fluid. 6...
RANCANG BANGUN DAN ANALISA SISTEM SALURAN TERHADAP
CACAT PENGECORAN PADA BLOK SILINDER (CYLINDER BLOCK) FCD
450 DENGAN MENGGUNAKAN PASIR CETAK KERING
Oleh: Agung Tri Hatmoko
2111 105 017
Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Soeharto, DEA
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
Kenaikan penjualan mobil di indonesia sampai september 2013 meninggkat sampai 11% menjadi 908.322
Latar Belakang
Pemerintah menanggulangi hal tersebut dengan mobil nasional
http://otomotif.kompas.com/read/2013/10/09/10124/Sampai.September.Penjualan.Mobil.di.Indonesia.Naik.11.Persen
ITS +
Kemen
Ristek
Bahan blok silinder FCD 450
Latar Belakang
Menggunakan variasi jumlah saluran masuk
Sehingga meminimalkan cacat coran yang terjadi
Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
jumlah saluran masuk terhadap cacat pada
produk blok silinder dan bagaimana mengatasi
cacat coran tersebut.
Mempelajari pengaruh jumlah saluran masuk
terhadap adanya cacat pada produk blok silinder.
Tujuan Penelitian
1.
• Pasir cetak yang dipakai memiliki komposisi dan permeabilitas yang seragam (homogen).
2.
• Sistem saluran yang digunakan adalah Vertical Gating System dan dianggap sistem saluran sudah ideal.
3.
• Gaya gesek selama logam cair mengalir melalui saluran dan rongga cetakan dianggap konstan.
4
• Temperatur cair dari FCD 450 yang digunakan di dalam eksperimen dianggap sama dan konstan.
5 • Logam cair dianggap sebagai Newtonian Fluid.
6 • Komposisi campuran pasir cetak yang dipakai dianggap ideal.
BATASAN MASALAH
• Mengembangkan industri otomotif terutama pada proses pembuatan produk blok silinder sehingga dapat menghasilkan benda coran yang berkualitas baik.
1
• Mengembangkan teori dan teknologi gatting system yang diaplikasikan pada industri lainnya.
2
Manfaat Penelitian
Dasar Teori
Blok Silinder
• Blok silinder adalah bagian
terpenting dari kendaraan.
• Bahan : Cast iron (besi tuang) atau
almunium mengurangi berat
dan menambah panas radiasi.
• Terdapat lubang silinder yang
diberi lapisan khusus (cylinder
liner) mengurangi keausan
silinder, karena gesekan naik
turunnya torak atau piston.
.
Bahan FCD 450
Blok silinder menggunakan bahan FCD 450, karena : • Sifat mekanik mampu tarik 450 N/mm2 digunakan
untuk kekuatan tinggi.
• Elongasi sampai 10% untuk produk-produk yang mendapatkan beban impak atau tekuk yang tinggi.
• Kekerasan 143-217 HB untuk menahan beban identasi atau penetrasi (penekanan) yang tinggi.
Dasar Teori
Tambahan Penyusutan Bahan
8/1.000 Besi cor, baja cor tipis
9/1.000 Besi cor, baja cor tipis yang bnyak menyusut
10/1.000 Sama dengan atas dan aluminium
12/1.000 Paduan aluminium, brons, baja cor (tebal 5-7 mm)
14/1.000 Kuningan kekuatan tinggi, baja cor
16/1.000 Baja cor (tebal dari 10 mm)
20/1.000 Coran baja yang besar
25/1.000 Coran baja besar dan tebal
Tambahan Penyusutan
Dasar Teori
Pola logam membutuhkan kemiringan 1/200,
pola kayu membutuhkan 1/30 sampai 1/200
Penambahan Kemiringan
Dasar Teori
Penambah (riser) adalah sebagai penyimpan logam cair untuk
mengimbangi penyusutan dalam proses pembekuan logam dari
coran.
Penambah atas Penambah samping Penambah buta
Dasar Teori
Pasir cetak • Sifat pasir berkaitan
kemudahan dalam pembuatan cetakan.
• Dipengaruhi bahan pengikat dan kadar air yang terkandung di dalamnya.
• Pengaruh kadar air yang cukup dapat mempengaruhi kekuatan cetakan
Pasir Cetak Basah
Dasar Teori
Dasar Teori
• Sifat pasir cetak kering berkitan dengan kekuatan pasir cetak setelah cetakan dikeringkan.
• Dipengaruhi bahan pengeras dan kadar air yang terkandung di dalamnya
• Kadar air dikurangi dengan dipanaskan dengan api.
Pasir Cetak Kering
1. Sistem saluran tanpa tekanan perbandingan S:R:G 1 : 4 :4
2. Menggunakan tapered sprue, small down sprue dengan bottom
sprue area berfungsi sebagai choke
3. Menggunakan cawan tuang.
4. Sprue Base Menyerap energi kinetik yang jatuh dari saluran turun.
5. Runner di drag dan sprue di cup.
6. Runner extension digunakan untuk menjerat kotoran
Berdasarkan American Foundrymen’s Society (AFS)
Sistem Saluran
Dasar Teori
Sistem Saluran Horizontal
a. Cawang tuang (pouring basin)
b. Saluran turun (sprue)
c. Saringan (sprue basin)
d. Pengalir (drag runner)
e. Saluran masuk (cope ingate)
f. Pengalir tambahan (runner extension)
Dasar Teori
Sistem Saluran Vertikal
Perancangan Step Gate yang
menggambarkan pola aliran tidak baik
Perancangan Step Gate yang
menggambarkan pola aliran baik
Step Gating
Sering digunakan untuk pengecoran baja meminimumkan erosi pada cetakan dan inti
Perancangan Bottom Gate yang menggambarkan pola aliran baik
Bottom Gating
Sistem Saluran Vertikal
Dasar Teori
Runner Area = 4 x AB
Gate area
Runner area
Gate Area = 4 x AB
Choke Area = A1
Well Area = 5xA1
Runner depth = d
Well depth = 2d
Macam-Macam Cacat Coran 1) Retakan
• Terjadi akibat tegangan sisa yang diakibatkan adanya pendinginan tak seimbang pada penyusutan.
Porositas
2) Porositas
Udara yang terjebak pada benda coran
Dasar Teori
3)Penyusutan (Shrinkage)
shrinkage
Terjadi karena perubahan fase dari material cair menjadi padat
Terjadi karena Reaksi kimia selama peleburan, penuangan atau pembekuan
4)Inklusi Terak
Dasar Teori
Terjadi karena pasir terbawa dalam coran dan cacat terjadi pada permukaan atau didalam coran
5)Inklusi Pasir 6)Lubang Jarum (pin hole)
Cacat dimana benda coran terdapat lubang sangat kecil dan berbentuk seperti bekas tusukan jarum.
Dasar Teori
PENELITIAN TERDAHULU
Muhamad Nur Harfianto [1], judul, PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR, 2013
Pada penelitian ini hasil didapatkan adalah 1 saluran masuk lebih baik dibandingkan 2 saluran masuk
METODOLOGI Mulai
Studi Literarur
Perumusan Masalah
1.Perencanaan dan Pembuatan Sistem Saluran
2.Pembuatan Pola dan Rangka Cetak
3.Pembuatan Cetakan
4.Persiapan Alat dan Bahan FCD 450
Sistem saluran 4 gate Sistem saluran 6 gate
Proses Pengecoran
A
Flow Chart Percobaan
Analisa Data
- Penyusutan
- Porositas
- Crack
- Inklusi Terak
dll
Kesimpulan dan
Saran
Selesai
Pengamatan Cacat Secara Visual dan NDT
- Penyusutan
- Porositas
- Crack
- Inklusi Terak
dll
Hasil Pengecoran
A
METODOLOGI
Pembuatan Pola
Pola Awal
• Dimensi diambil dari gambar ditambah dengan toleransi penyusutan.
• Mengunakan triplek yang dilapisi dempul
Pola Negatif
• Menuang campuran epoxy pada bagian – bagian pola awal
• Ditutup triplek dan dibiarkan 24 jam
Pola Positif
• Menata kembali pola negatif dan dituangi campuran epoxy
• Ditunggu 24 jam
Pola negatif
• Dimensi diambil dari bagian dalam blok silinder
• Ditambah toleransi penyusutan, permesinan dan kemiringan
Kotak Inti
• Membelah inti negatif
Cara Pembelahan inti negatif
• Menentukan garis pembelahan • Disekat kayu (didapatkan 2
belahan) • Bagian pertama dituang
campuran epoxy • Setelah 24 jam triplek pemisah
dilepas dan bagian kedua dituang campuran epoxy
Pembuatan Pola Inti
Contoh gambar pembelahan pada pola inti: a. Pola negatif b. Pola negatif yang dibelah c. Pola negatif yang akan dituang
campuran epoxy d. Hasil
Pembuatan Pola Inti
Peralatan Pembuatan Cetakan Dan
Bahan Coran
Pasir Cetak Kering Alat tumbuk & spatula
Bahan baku FCD 450 Tungku peleburan
Metode Pengamatan dan Pengukuran Cacat
Cacat pergeseran
Cacat flash
Micrometer
Jangka sorong
1) Secara Visual
Material : - Jenis material logam = FCD 450 - Berat Jenis () = 6.97 gr/cm3
= 0.251 lb/in3 - T melt (FCD 450) = 1349o C - Tensile strenght = 450 N/mm2 - Yield strenght = 280 N/mm2
- Hardness = 192-269 HB Bentuk dan ukuran blok silinder: - Berat blok silinder FCD = 23,5 Kg
- Volume blok silinder FCD = 33 59,3371
/97,623500
cmcmgr
gr
- Berat total coran (w) = 23,5 kg + 7,05 kg
= 30,55 kg = 30550 gr = 67.35 lb
Dimana : 7,05 kg berat total sistem saluran yang didapat dari perhitungan (30% dari berat benda blok silinder).
PERHITUNGAN SISTIM SALURAN
a) Waktu tuang Dengan nilai konstanta, K1 = 1.8 t = WK .1
= lb35,67.8.1 = 14,7 sekon
b) Choke area Dimana pada perhitungan choke area ini menggunakan 2 sistem effective sprue height Maka : 1. Top Gating
Diketahui : d = ρ = 6,97 gr/cm3
c = 22,8 cm g = 981 cm/s
2
h = 9,8 cm = 98 mm (panjang saluran turun)
mmhH 98
2) Bottom gating Diketahui : d = ρ = 6,97 gr/cm
3 c = 22,8 cm g = 981 cm/s
2
h = 22,8 cm = 228 mm (panjang saluran turun)
mm
mmmm
chH
1142
228228
2
Maka untuk mencari H seluruhnya : Htotal = 98 mm + 114 mm
= 212 mm
AB = Hgctd
w
..2...
AB = )212).(981.(2).47,0).(7,14).(97,6(
30550
AB = 0,984 cm2 = 98,4 mm2 x 1,5 = 147,6 mm2
(D = 13,71 mm ) Dimana : 1,5 faktor keamanan (Hasil teortis sangat kecil)
a) Area of the Top of Sprue (AT)
AT = AB b
H
Dengan H = 212 mm , b = 20 mm
AT = 147,620212
AT = 396,61 mm2 x 1,5 = 480,55 mm2
(D = 24,74 mm )
Gate Area = 4 x AB
= 4 x 147,6 = 590,4 mm2 x 1,5 = 885,6 mm2 G1 = G2 = Gate area : 4 = 885,6 mm2: 2 = 221,4 mm2
(TG1=TG2= 14,3 mm, LG1=LG2= 15,5 mm
d) Well Depth
Well Depth = 2 x Kedalaman runner = 2 x 14,3 = 28,6 mm
d) Well Base Area
Well Base = 5 x AB
= 5 x 147,6 = 738 mm2 x 1,5 = 1107 mm2 ( D = 18,78 mm )
PERHITUNGAN PENAMBAH (RISER)
a). Menentukan nilai modulus (C%) C% = 14% untuk natural feeder yang lainnya.
b). Menentukan nilai shrinkage pada paduan yang akan dicor (S%).
S% = 3,4% merujuk pada gambar 2.30 menggunakan material FCD 450 dengan komposisi 3,18% C, 2,64% Si, 0,475% Mn, 0,025% P dan 0,008% S.
c). Memperkirakan berat logam cair yang ada di dalam riser (WF).
Pada perhitungan sistem saluran didapatkan berat benda yg akan di cor (WC) adalah : WC = 30,55 kg Maka, dengan perhitungan akan didapatkan berat logam cair yang ada di dalam riser (WF).
WF = WC 100
%%
100 Si
C
WF = 30,55 kg 100
%4,3%14
100
WF = 7,41 kg WF = 7410 gr
Pencampuran pasir
cetak
Memasang kerangka cetak dan
penaburan bubuk pelapis
Pengisian pasir cetak
Penumbukan Pelepasan Rangka cetak
Pembuatan cetakan bagian samping
PROSES PEMBUATAN CETAKAN
Hasil Pelepasan Rangka
Cetakan Bagian Atas
Pemasangan Sistem Saluran Pengisian pasir cetak
Pelepasan saluran
dan pemerataan
pasir
Pembuatan gate
Pembuatan inti
Penaburan bubuk pelapis Proses Penumbukan Pelepasan inti
Pemasangan Cetakan
Pelapisan Cetakan Pemasangan Cetakan Hasil Pemasangan
Semua bagian Cetakan
PROSES PENGECORAN
Bahan Baku hasil sisa
coran
Tungku peleburan
induksi
Penuangan logam cair
dari tanur
Penuangan logam cair
ke cetakan
Hasil setelah dituang
Prototipe 1 adalah hasil coran pada sistem empat saluran masuk menggunakan riser dan ventilasi.
Prototipe 2 adalah hasil coran pada sistem enam saluran masuk menggunakan riser dan ventilasi.
S1 Teknik Mesin FTI-ITS
PEMERIKSAAN CACAT HASIL PENGECORAN
Hasil coran prototipe 1 sebelum proses machining
Hasil coran prototipe 1 setelah proses machining
Hasil liquid penetrant prototipe 1
Prototipe 1
Hasil coran prototipe 2 sebelum proses machining
Hasil coran prototipe 2 setelah proses machining
Hasil liquid penetrant prototipe 2
Prototipe 2
ANALISA CACAT
Prototipe 1
CACAT POSISI PENYEBAB
Shringkage II, III 1) Pembekuan terakhir 2) Variasi luas penampang
Salah alir I
1) Coran terlalu tipis 2) Sistim saluran yang jelek 3) Sistim penambah yang
tidak sempurna
Inklusi Pasir IV 1) Kurangnya hardener 2) Catakan kurang padat
Rongga udara II,III 1) Udara terjebak 2) Pergeseran sistem saluran 3) Dinding cetakan basah
Porositas - -
Sebelum Machining
Prototipe 1
CACAT POSISI PENYEBAB Shringkage - Salah alir - -
Inklusi Pasir I,II,IV 1) Kurangnya hardener
2) Catakan kurang padat
Rongga udara I, II
1) Udara terjebak 2) Pergeseran sistem saluran 3) Dinding cetakan basah
Porositas - -
Sesudah Machining
Prototipe 1
CACAT POSISI PENYEBAB
Shringkage I 1) Pembekuan terakhir 2) Variasi luas penampang
Salah alir - -
Inklusi Pasir - -
Rongga udara - -
Porositas - -
PROTOTIPE 2 Sebelum Machining
Prototipe 2
CACAT POSISI PENYEBAB Shringkage - -
Salah alir - -
Inklusi Pasir - -
Rongga udara - -
Salah pola I, II, III 1) Pemasangan inti yang miring
PROTOTIPE 2 Sesudah Machining
Histogram jumlah cacat sebelum
proses machining Histogram jumlah cacat setelah
proses machining
0
1
2
3
4
prototipe 1
prototipe 2
0
1
2
3
4
Prototipe 1
Prototipe 2
1. Sistem empat saluran masuk lebih banyak terdapat cacat
penyusutan, dibandingkan dengan enam saluran masuk.
2. Penambahan saluran masuk disini dapat mengatasi cacat yang
berupa misrun pada sistem empat saluran masuk.
3. Setelah dilakukanya NDT dengan metode liquid penetrant
terdapat cacat surface crack yang paling banyak terdapat pada
hasil coran dengan sistem empat saluran masuk.
KESIMPULAN
SARAN
Perlu mempertimbangkan variabel-variabel yang
mempengaruhi hasil coran dimana dijadikan batasan masalah
pada penelitian. Semakin banyak produk hasil coran dan proses
machining pada setiap coran, maka hasil analisa dan pembahasan
akan lebih akurat.