RANCANG BANGUN ALAT DESALINASI AIR LAUT TENAGA …
Transcript of RANCANG BANGUN ALAT DESALINASI AIR LAUT TENAGA …
RANCANG BANGUN ALAT DESALINASI AIR
LAUT TENAGA SURYA SISTEM PASIF
KEMIRINGAN GANDA DENGAN AIR SEBAGAI
PENDINGIN KACA LUAR
SKRIPSI
Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
JOEL PHANTER NABABAN
NIM : 150401024
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Kasih dan Karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
Didalam skripsi ini akan membahas mengenai “Rancang Bangun Alat
Desalinasi Air Laut Tenaga Surya Sistem Pasif Kemiringan Ganda Dengan Air
Sebagai Pendingin Kaca Luar”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan
Strata-1 (S1) pada Departemen Teknik Mesin sub Bidang Konversi Energi,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit kesulitan yang dihadapi
penulis, namun berkat dorongan, semangat, doa dan bantuan materil maupun
moril sehingga akhirnya kesulitan itu dapat teratasi. Maka dari itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berjasa sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan, yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. Eng. Himsar Ambarita, S.T, M.T, selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
2. Bapak Dr. Tulus Burhanuddin Sitorus, S.T, M.T., dan Bapak Terang UHSG
Manik, S.T, M.T., selaku dosen pembanding yang telah memberikan
masukan dan saran dalam proses penyempurnaan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. M. Sabri, M.T.,IPM., dan Bapak Terang U. H. S. Ginting
Manik, S.T, M.T., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sumatera.
4. Kedua Orang Tua yang selalu mendoakan, memberikan bantuan moril dan
materil serta seluruh keluarga yang turut membantu.
5. Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Departemen Teknik Mesin, yang
telah membimbing serta membantu segala keperluan penulis selama kuliah.
6. Rekan satu tim skripsi grup desalinasi yaitu William yang telah berjuang
bersama untuk menyelesaikan skripsi ini dan saling bertukar pikiran dan
rekan-rekan satu tim SERC yang juga turut membantu.
Universitas Sumatera Utara
ii
7. Abang-abang SERC, Hendrik, Al Qodri, Siwan, Yogie yang selalu
memberikan arahan dan bantuan terhadap penulis.
8. Teman-teman seperjuangan Departemen Teknik Mesin stambuk 2015 yang
ikut membantu dalam memberi semangat serta motivasi.
Untuk kemajuan engineering Indonesia, penulis berharap kritik dan saran
yang membangun kedepannya.
Hormat penulis,
Medan, 2019
Joel Phanter Nababan
NIM: 150401024
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Air bersih memegang peranan dan bertanggung jawab atas kehidupan.
Kebutuhan akan air bersih terus meningkat karena penggunaannya di berbagai
bidang kehidupan,seperti bidang pertanian, industri, dan populasi. Untuk
mencegah terjadinya kekurangan air, sangat penting untuk menunjukkan
kesenjangan antara permintaan dan pasokan air minum dengan mengembangkan
teknologi pemurnian air. Tenaga surya/energi matahari (sumber energi
terbarukan) dalam bentuk penyulingan adalah salah satu teknologi yang paling
menjanjikan, sederhana, dan ekonomis untuk pemurnian garam dan air payau
Dalam penelitian skripsi ini, akan mengkaji dan membandingkan teknologi
penyulingan air laut/desalinasi sistem pasif kemiringan ganda dengan
penambahan air pendingin kaca bagian luar dengan air dilairkan oleh pompa DC
bertenaga surya dari photovoltaic dengan tanpa pendingin kaca luar. Dalam
penelitian ini, desalinasi kemiringan ganda pasif dengan luas wilayah cekungan
seluas 1,932 m2 dengan permukaan kaca 1 m
2 dengan dua potong dengan
ketebalan kaca 3 mm dan sudut kemiringan kaca 15o. Permukaan air dari dasar 20
mm dan diuji selama 5 hari dimulai pukul 08.00-18.00 WIB. Dengan perancangan
alat desalinasi sitem pendingin kaca bagian luar, maka diharapkan akan
meningkatkan produktivitas air bersih.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Fresh water plays as the main role in our life. The need for fresh water
continues to increase due to its use in various fields of life, such as agriculture,
industry and population. To prevent water shortages, it is very important to show
the gap between the demand and supply of drinking water by developing water
purification technology. Solar power/solar energy (renewable energy sources) in
the form of distillation is one of the most promising, simple, and economical
technologies for the purification of salt and brackish water with the addition of
the outer glass cooling water with water diluted by a solar-powered DC pump
from photovoltaics with no outside glass cooler. In this study, passive double
slope desalination was designed with a basin area of 1,932 m2 with a glass
surface of 1 m2 with two pieces of glass thickness of 3 mm and a glass tilt angle of
15o. Power pump to drain cooling water to the surface of the glass obtained
19,207 watts. Surface water from a base of 20 mm and tested for 3 days starting
at 08.00 am - 06.00 pm. By designing an external glass cooling system
desalination tool, it is expected to increase the productivity of fresh water.
Universitas Sumatera Utara
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…….……………………………………………………......................i
ABSTRAK…….……………………………………………………......................................iii
ABSTRACT…….……………………………………………………....................................iv
DAFTAR ISI…….……………………………………………………....................................v
DAFTAR GAMBAR…….……………………………………………………....................viii
DAFTAR TABEL…….……………………………………………………..........................ix
DAFTAR NOTASI…….…………………………………………………….........................xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……….…………………………………………………………… 1
1.2 Perumusan masalah……………………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………………… 2
1.4 Batasan Masalah…………………………………………………………………. 3
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………………………. 3
1.6 Sistematika Penulisan……………………………………………………………. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Energi Surya……………………………………………………………………….6
2.1.1 Teori Dasar Radiasi………………………………………………………….. 6
2.2 Pemanfaatan Energi Surya……………………………………………………… 8
2.3 Perpindahan Panas……………………………………………………………… 14
2.2.1 Perpindahan Panas Konduksi……………………………………...…….. 14
2.2.2 Perpindahan Panas Konveksi……………………………………… …….. 16
2.2.3 Perpindahan Panas Radiasi………………………………………...…….. 18
2.4 Teori Dasar Desalinasi………………………………………………………….. 19
2.4.1 Klasifikasi Sistem Desalinasi……………………………………………… 21
2.4.1.1 Solar Still ................................................................................... ………. 21
2.4.1.2 Solar Desalinasi Humidifikasi-Dehumidifikasi ......................... ………. 22
2.4.1.3 Solar Multi Stage Flash Desalination ........................................ ………. 23
2.4.1.4 Solar Multi Effect Distilation ...................................................... ……….. 25
Universitas Sumatera Utara
vi
2.4.1.5 Desalinasi Kompresi Uap ............................................................ ……… 28
2.4..1.6 Freeze Desalination ................................................................... ……….. 28
2.4.1.7 Desalinasi Absorbsi ..................................................................... ..……… 30
2.4.1.8 Desalinasi Osmosis Terbalik Tenaga Surya ................................ ……… 31
2.4.2 Desalinasi Tenaga Surya Sistem Pasif .............................................. ……… 33
2.4.2.1 Desalinasi Tenaga Surya Sistem Pasif
Dengan Kemiringan Ganda ............................................................... ……….. 37
2.5 Persamaan- Persamaan Dasar aliran fluida ............................................. ………. 38
2.5.1 Persamaan Pada Pompa.................................................................... ………. 38
BAB III METODOLOGI PERANCANGAN
3.1 Waktu Dan Tempat penelitian………………………………………................... 40
3.2 Alat dan Bahan…………………….……………………………………………. 40
3.2.1 Alat…………………………………………………………………..……… 40
3.2.2 Bahan……………………………………………………………….……… 44
3.2.3 Alat Ukur………………………………………………………….. ……… 45
3.3 Objek Penelitian………………………………………………………....…….. 47
3.4 Perangkat yang Digunakan……………………………………………...……. 47
3.5 Diagram Alir Perancangan………………………………………………......... 48
3.5.1 Studi Literatur………………………………………………..............…….. 49
3.5.2 Eksperimen Dan Pengumpulan……………………………………....…….. 49
3.6 Proses Perancangan…………………………………………………...………. 51
BAB IV HASIL DAN DISKUSI
4.1 Desain Alat …………………………………………………...............…………52
4.1.1 Desain Evaporator……………………………………………….…………. 52
4.1.2 Desain Kaca Penutup Evaporator………………………………….......……. 57
4.1.3 Desain Pipa PVC…………………………………...…………...…………… 58
4.1.4 Desain Pipa Penampung Air Pendingin…………...………….............…….. 58
4.1.5 Desain Bak Penampung…………………………...…………............……… 59
4.2 Perhitungan daya pompa air pendingin……………………………....……............59
4.3 Rancang Bangun Alat ……………..………………...………….......................... 62
4.3.1 Tahap Awal Pembuatan Basin dan Rangka…...…………............................ 62
Universitas Sumatera Utara
vii
4.3.2 Tahap Memasang tangki air laut.................................................................62
4.3.3 Tahap Isolasi Basin…………………..………...……....................................... 62
4.3.4Tahap Pengisian Air Laut ke Dalam Basin...…………...………....................... 63
4.3.5 Tahap Pemasangan Kaca Evaporator...…………...………..……..................... 63
4.3.6 Tahap Pemasangan Agilent...…………...…..…………………........................64
4.3.7 Instalasi Pompa Dan Pipa Air Pendingin...……...………..……..................... 64
4.3.8 Tahap Pengujian…………………......…………...………..……......................63
4.4 Validasi Perancangan……………………………...…………………..…………..65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan…………………………………...…………...……………...............67
5.2 Saran…………………………………...…………...……………......................... 67
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................68
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Konduktivitas termal beberapa bahan ………………………………… 16
Tabel 4.1 Tabel Biaya Perancangan………………………………………………. 63
Tabel 4.2 Produksi Air Setiap Setengah Jam…………………………………….. 66
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Model Alat Solar Desalinasi….…………………………………….…….. 3
Gambar 2.1 Jarak antara matahari dan bumi….……………………………………….. 6
Gambar 2.2 Photovoltaic….…………………………………………………………… 9
Gambar 2.3 Solar water heater….…………………………………………………….. 10
Gambar 2.4 Solar cooker….……………………………………………………..……. 10
Gambar 2.5 Solar dryer….……………………………………………………………. 11
Gambar 2.6 Solar ponds….……………………………………………………..……. 12
Gambar 2.7 Solar architecture….……………………………………………………. 12
Gambar 2.8 Solar air-conditioning….………………………………………………. 12
Gambar 2.9 Solar chimney….………………………………………………….…….. 13
Gambar 2.10 Solar distilation water….………………………………………….……. 14
Gambar 2.11 Solar power plant….……………………………………………….…… 14
Gambar 2.12 Skema perpindahan panas konduksi….………………………………… 15
Gambar 2.13 Skema perpindahan panas konveksi….………………………………… 17
Gambar 2.14 Skema perpindahan panas radiasi….…………………………………… 18
Gambar 2.15 Solar Still….……………………………………………………….……. 22
Gambar 2.16 Solar Desalinasi Humidifikasi-Dehumidifikasi….……………………… 23
Gambar 2.17 Solar Multi Stage Flash Desalination….……………………………..... 25
Gambar 2.18 Solar Multi Effect Distilation….…………………………………..…… 26
Gambar 2.19 Desalinasi Kompresi Uap….……………………………………….…… 27
Gambar 2.20 Freeze Desalination….…………………………………………….…… 29
Gambar 2.21 Desalinasi Absorbsi.……………………………………………….……. 31
Gambar 2.22 Desalinasi Osmosis Terbalik Tenaga Surya….…………………………. 32
Gambar 2.23 Diagram penyuling tenaga surya ….……………………………………. 35
Gambar 2.24 Desalinasi Tenaga Surya Kemiringan Ganda….………………………….. 37
Gambar 3.1 Evaporator….……………………………………………………………. 40
Gambar 3.2 Kaca Penutup Evaporator….…………………………………………… 41
Gambar 3.3 Pipa PVC….………………………………………………………..……. 41
Gambar 3.4 Pompa….………………………………………………………………… 42
Gambar 3.5 Photovoltaic….……………………………………………………..……. 43
Gambar 3.6 Bak penampung ….………………………………………………….……. 43
Gambar 3.7 Sterofoam….……………………………………………………….……. 44
Universitas Sumatera Utara
x
Gambar 3.8 Alumunium Foil….………………………………………………..……… 44
Gambar 3.9 Agilent….…………………………………………………………..……. 46
Gambar 3.10 Gelas Ukur….……………………………………………………..……… 46
Gambar 3.11 Laptop….…………………………………………………………..…….. 47
Gambar 3.12 AutoCAD Mechanical 2016….………………………………………….. 48
Gambar 3.14 Diagram Alir Perancangan….…………………………………………….. 49
Gambar 3.15 perbandingan suhu rata-rata,kedalaman,dan produktivitas………………… 50
Gambar 4.1 Desain Alat….……………………………………………………...……. 52
Gambar 4.2 Evaporator….……………………………………………………………. 57
Gambar 4.3 Kaca….……………………………………………………………..……. 58
Gambar 4.4 Pipa PVC….……………………………………………………….……. 58
Gambar 4.5 Pipa penampung….………………………………………………..………. 58
Gambar 4.6 Bak Penampung….………………………………………………..………. 59
Gambar 4.7 pembuatan basin dan rangka ……….….…………………………………. 62
Gambar 4.8 pemasangan tangki air laut ….……………………………………………. 62
Gambar 4.9 Tahap isolasi basin …………….…………………………………………. 63
Gambar 4.10 pengisian air laut ……………………….….……………………...……… 63
Gambar 4.11 pemasangan kaca evaporator ….………………………………………….. 64
Gambar 4.12 Pemasangan Agilent ……….….………………………………………….. 64
Gambar 4.13 Instalasi Pompa dan Pipa ….……………………………………………… 65
Gambar 4.14 Proses pengujian ….……………………………………………………….. 65
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR NOTASI
SIMBOL KETERANGAN SATUAN
qk laju perpindahan panas konduksi W
k konduktifitas termal W/m.K
A luas penampang tegak lurus bidang m2
∆T perbedaan temperature 0C, K
µ viskositas dinamis N.s/m2
ρ massa jenis kg/m3
cp kalor jenis J/kg.K
v kecepatan fluida m/s
h koefisien perpindahan panas konveksi W/m2.K
Ts Temperatur permukaan benda 0C, K
T∞ Temperatur lingkungan 0C, K
ε efektifitas
Hp Head Pompa m
Z Head Statis total m
V Kecepatan Aliran fluida m/s
F koefisien kerugian gesek
WP Daya Pompa Watt
𝜎 konstanta Stefan-Boltzmann W/m2.
K4
�̇� laju aliran massa fluida kg/s
Th,i Temperatur fluida panas masuk 0C, K
Th,o Temperatur fluida panas keluar 0C, K
Tc,i Temperatur fluida dingin masuk 0C, K
Tc,o Temperatur fluida dingin keluar 0C, K
�̅�ℎ Temperatur rata-rata fluida panas 0C, K
�̅�𝑐 Temperatur rata-rata fluida dingin 0C, K
Ac Luas permukaan bidang kontak fluida m2
Q Laju perpindahan panas W
Universitas Sumatera Utara
xii
U Koefisien perpindahan panas menyeluruh W/m2.K
𝑘𝑢 Kalor penguapan suhu tengah J/k
𝑡 Waktu s
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, air bersih semakin dibutuhkan manusia dalam
kehidupan sehari-hari, mulai kebutuhan air untuk minum sampai kebutuhan lain
seperti memasak, mencuci mandi dan lainnya serta karena peningkatan taraf hidup
manusia. Maka dengan itu, produksi air bersih juga harus diimbangi supaya
kebutuhan air dapat tercukupi, sebab menurut United Stations Organization
bahwa pada tahun 2025, diperkirakan 1800 juta jiwa di dunia akan mengalami
kelangkaan air bersih (UN Water) [1]. Saat ini sumber air bersih yang dapat
diperoleh dari mata air, sungai, danau, laut, namun sumber air saat ini sebagian
besar sudah terkontaminasi zat kimia dan beracun yang berbahaya untuk manusia
seperti polusi udara yang menyebabkan air hujan bercampur dengan zat-zat asap
industri dan asap kendaraan.
Masalah tersebut dapat diatasi dengan pemanfaatan air laut, sebagai mana
kita tahu air laut sangat berlimpah karena 2/3 dari wilayah Indonesia merupakan
lautan atau 71% permukaan bumi. Maka dengan itu persediaan air laut dipastikan
tidak akan habis. Akan tetapi air laut tidak dapat digunakan secara langsung
karena memiliki kadar garam yang tinggi yaitu sekitar 3 % [2]. Supaya air laut
dapat digunakan, maka perlu diubah menjadi air tawar terlebih dahulu, proses
inilah yang dikenal dengan desalinasi.
Desalinasi secara umum berarti menghilangkan garam dari air laut atau air
asin. Air laut dipanaskan hinnga menguap dan kemudai uap yang dihasilkan
dikondensasikan kembali dan ditampung di sebuah wadah. Air kondensat tersebut
adalah air bersih. Sedangkan air laut yang tidak mendidih selama pemanasan
adalah konsentrat garam. Menurut World Health Organization (WHO) [3], batas
yang diperbolehkan dari salinitas dalam air adalah 500 bagian per juta (ppm) dan
untuk kasus khusus hingga 1000 ppm. Sebagian besar air yang tersedia di bumi
memiliki salinitas hingga 10.000 ppm, dan air laut biasanya memiliki salinitas
dalam kisaran 35.000–45.000 ppm dalam bentuk total garam terlarut. Kelebihan
berlebihan menyebabkan masalah rasa tidak enak, masalah perut, dan efek
Universitas Sumatera Utara
2
laksatif. Tujuan dari sistem desalinasi adalah untuk membersihkan atau
memurnikan air payau atau air laut dan menyuplai air dengan total padatan
terlarut dalam batas yang diizinkan yaitu 500 ppm atau kurang. Untuk
menghasilkan air bersih dari proses desalinasi sudah banyak peneliti yang
melakukannya. Produksi air yang dihasilkan dari proses desalinasi sebelumnya
masih sangat rendah. Energi yang digunakan juga termasuk mahal karena banyak
menggunakan energi konvensional seperti menggukan bahan bakar fosil untuk
melaksanakan proses produksi air bersih.
Sistem energi terbarukan menghasilkan energi dari sumber yang tersedia
secara bebas di alam. Ciri utama adalah ramah terhadap lingkungan, yaitu tidak
menghasilkan limbah berbahaya. Produksi air tawar dengan teknologi desalinasi
yang didorong oleh sistem energi terbarukan dianggap sebagai solusi yang layak
untuk kelangkaan air di daerah terpencil yang ditandai dengan kurangnya air
minum dan sumber energi konvensional[3].
Proses desalinasi tenaga surya system pasif merupakan proses yang sangat
sederhana. Desalinasi pasif tenaga surya tidak memerlukan tenaga ahli dalam
perawatannya dan memerlukan biaya operasi dan pemeliharaan yang murah.
Desalinasi pasif tenaga surya cocok digunakan di daerah Indonesia dimana sinar
matahari berlimpah. Alat desalinasi pasif tenaga surya dibuat pada sudut
kemiringan 15° menghadap arah timur dan barat hal ini dibuat dengan tujuan
untuk menyerap jumlah yang lebih tinggi dari radiasi matahari dibandingkan
dengan satu sudut yang dibuat mengarah ke selatan atau utara. Dengan melakukan
penelitian tentang system desalinasi yaitu menghasilkan air minum / air tawar dari
air laut dapat membantu mengatasi kekurangan air bersih dan tidak hanya
mengharapkan air hujan, maka diusulkan penelitian tentang Rancang Bangun dan
Pengujian Alat Desalinasi Air Laut Tenaga Surya Sistem Pasif dengan
Kemiringan Ganda.
Penjelasan setiap sistem desalinasi akan dibahas lebih lanjut pada Tinjauan
Pustaka.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam skripsi ini, permasalahan yang akan diselesaikan adalah sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
3
1. Bagaimana memperoleh dimensi dari alat desalinasi
2. Bagaimana memperoleh daya pompa minimal untuk mendinginkan kaca
bagian luar alat desalinasi air laut
3. Bagaimana perbandingan produksi alat dengan pendingin kaca luar dan
alat tanpa pendingin kaca luar
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui dimensi rancangan evaporator, sudut kemiringan kaca penutup
dan dimensi kaca penutup pada alat desalinasi
2. Mengetahui daya pompa untuk mengalirkan air pendingin
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Penelitian dilakukan di lantai 4 Magister Teknik Mesin USU dengan posisi
lintang 3,43° LU dan derajat bujur 98,44° BT
2. Penelitian dilakukan dari pukul 08.00 – 18.00
3, Penelitian dilakukan dari tanggal 25,26,27 Juni 2019 dan 6,8 Juli 2019
4. Air yang didestilasi berasal dari laut Pantai Bali Lestari Medan
5. Kedalaman air dalam evaporator 20 mm.
6. Desalinasi pasif dengan sistem kemiringan ganda dengan sudut kaca 15°
dan tebal kaca 3mm.
7. Desain menggunakan software Autocad Mechanical 2016
1.5 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai langkah untuk penyediaan air bersih yang ramah lingkungan
dengan memanfaatkan energi terbarukan
2. Penelitian ini berhubungan dengan mata kuliah Energi Surya, Perpindahan
Panas, Mekanika Fluida, sehingga ilmu-ilmu tersebut dapat diterapkan dan
dikembangkan
Universitas Sumatera Utara
4
3. Berpotensi untuk peluang bisnis yang dapat digunakan dalam jangka
panjang
4. Selain mendapatkan air bersih, penelitian ini juga dapat memproduksi
garam
5. Untuk memberikan sumbangan data dan referensi yang diperlukan bagi
peneliti selanjutnya.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah, manfaat, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dibahas mengenai teori yang berhubungan dengan judul
penelitian yang diambil dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, skripsi maupun
e-book.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai langkah-langkah ataupun metode
yang dilakukan untuk melakukan penelitian dalam menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan judul.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Energi Surya
Matahari merupakan salah satu sumber daya yang dapat diperbarui dengan
ketersediaan yang melimpah dengan memancarkan energi radiasinya. Jumlah
matahari yang masuk kedalam permukaan bumi adalah dalam jumlah yang sangat
besar. Apabila dilakukan perband ingan, maka jumlah energi radiasi surya lebih
banyak jika dibandingkan dengan gas alam, batu bara, minyak, beserta sumber
daya alam yang tidak dapat diperbarui lainnya.
Sinar matahari mencapai permukaan bumi dengan cara perpindahan panas
radiasi, sehingga telah banyak dikembangkan pemanfaatan energi matahari salah
satunya pembangkit listrik dengan bantuan sel surya. [4]
2.1.1 Teori Dasar Radiasi
Matahari mempunyai diameter 1,39 x 109 m. Bumi mengelilingi matahari
dengan lintasan berbentuk elipse dan matahari berada pada salah satu pusatnya,
jarak rata-rata matahari dari permukaan bumi adalah 1,49 x 1011
m. Daya radiasi
rata-rata yang diterima atmosfer bumi yaitu (Gsc) 1367 W/m2. Berikut adalah
gambar yang menunjukan jarak antara matahari dengan bumi.[5]
Gambar 2.1 Jarak antara matahari dan bumi [5]
Lintasan bumi terhadap matahari berbentuk ellipse, maka jarak antara
bumi dan matahari tidak konstan. Jarak terdekat adalah 1,47 x 1011
m yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
7
pada tanggal 3 Januari 2011, dan terjauh pada tanggal 3 Juli dengan jarak 1,52 x
1011
m. Karena adanya perbedaan jarak ini, menyebabkan radiasi yang diterima
atmosfer bumi juga akan berbeda.[5]
Beberapa istilah yang biasanya dijumpai pada perhitungan radiasi adalah:
1. Massa udara (m)
Massa udara adalah perbandingan massa udara sampai ke permukaan bumi
pada posisi tertentu dengan massa udara yang dilalui sinar jika matahari tepat
pada posisi zenit. Artinya pada posisi tegak lurus (zenit = 0) nilai m = 1, pada
sudut zenith 600
, m = 2. Pada sudut zenith dari 0-700, dirumuskan[5]:
m =𝟏
𝒄𝒐𝒔 𝜽𝒛 (2.1)
Keterangan:
m = massa udara
θz = sudut zenith
2. Radiasi beam
Radiasi beam adalah radiasi energi dari matahari yang tidak dibelokkan
oleh atmosfer. Istilah ini sering disebut dengan radiasi langsung (direct solar
radiation).
3. Radiasi difusi
Radiasi difusi adalah radiasi energi surya dari matahari yang telah
dibelokan atmosfer.
4. Radiasi total
Radiasi total adalah jumlah beam dan diffuse radiation.
5. Laju radiasi (W/m2)
Laju radiasi adalah laju radiasi yang diterima suatu permukaan persatuan
luas permukaan tersebut Solar Irradiance biasanya disimbolkan dengan G. Dalam
bahasa Indonesia besaran ini biasanya disebut dengan Intensitas radiasi.
6. Irradiation atau Radian Exposure (J/m2)
Jumlah energi radiasi (bukan laju) yang diterima suatu permukaan dalam
interval waktu tertentu. Besaran ini didapat dengan mengintegralkan G pada
Universitas Sumatera Utara
8
interval waktu yang diinginkan , misalnya untuk 1 hari biasa disimbolkan H dan
untuk 1 jam biasa disimbolkan I.
7. Jam Matahari (Solar Time)
Jam matahari adalah waktu yang berdasarkan pergerakan semu matahari di
langit pada tempat tertentu. Jam matahari (disimbolkan ST) berbeda dengan
penunjukan jam biasa (standard time, disimbolkan STD). Persamaannya
adalah[5]:
ST = STD ± 4 (Lst – Lloc ) + E (2.2)
Keterangan:
ST = jam matahari
STD = jam standard
Lst = meridian untuk waktu daerah setempat, sementara
Lloc = derajat bujur daeah yang diukur.
Dimana E adalah persamaan waktu yang dihitung dengan persamaan Spencer,
1981:
E = 229,2(0,000075 + 0,00186cosB – 0,032077sinB – 0,014615cos2B – 0,04089
sin2B) (2.3)
Keterangan:
E = persamaan waktu
B = variable hari
Dimana, B diperoleh dengan menggunakan persamaan:
B=(n-1)𝟑𝟔𝟎
𝟑𝟔𝟓 (2.4)
Keterangan:
B = variable hari
n = nilai urutan hari dalam satu tahun
2.2 Pemanfaatan Energi Surya
Dalam era ini, penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui semakin meningkan seiring dengan jumlah populasi manuasi yang
Universitas Sumatera Utara
9
meningkat juga, kemajuan teknologi dan lain-lain. Namun ketersedian akan
sumber daya alam yang dapat diperbarui berbanding terbalik dengan sumber daya
alam yang tidak dapat diperbarui. Sehingga para ilmuwan telah mencoba
mengembangkan potensi sumber daya alam yang dapat diperbaharui contohnya
air, angin dan energi surya.
Berikut dibahas tentang beberapa aplikasi energi surya, antara lain:
1. Pemanfaatan photovoltaic
Pemanfaatan energi surya ini adalah untuk menghasilkan energi listrik.
Photovoltaic adalah sektor dimana memanfaatkan energi surya untuk
menghasilkan energi listrik, pemanfaatan photovoltaic ini memiliki efisiensi
sekitar 10 %. Berikut adalah gambar dari Photovoltaic.
Gambar 2.2 Photovoltaic[6]
2. Pemanfaatan termal
Terdapat sembilan pemanfaatan termal yang sudah dilakukan dan
diterapkan dibeberapa negara, yaitu:
a. Solar water heater
Prinsip kerja pemanas air tenaga surya adalah memanaskan air dengan
memanfaatkan energi surya. Air dialirkan ke pipa-pipa yang pipih, biasanya dicat
warna hitam untuk memaksimalkan penyerapan energi surya. Air ysng telah
mencapai suhu yang diinginkan disimpan ke sebuah silinder sebagai tempat
penyimpanan. Pemanas air tenaga surya juga dapat memanaskan air menggunakan
Universitas Sumatera Utara
10
listrik jika cuaca hujan atau mendung. Gambar berikut menunjukkan pemanas air
tenaga surya.
Gambar 2.3 Solar water heater[6]
b. Solar cooker
Gambar 2.4 Solar cooker [6]
Solar cooker adalah alat memasak yang mengunakan energi surya. Solar
cooker ini juga memiliki berbagai bentuk konstruksi. Beberapa bentuk memiliki
cara kerja yang sedikit berbeda, tapi pada prinsipnya solar cooker mengunakan
energi surya, dan diubah menjadi energi panas untuk memasak makanan.
c. Solar dryer
Pada negara-negara berkembang, produk-produk pertanian dan
perkebunan sering1 dikeringkan mengunakan tenaga matahari. Konsep inilah
yang digunakan sebagai acuan untuk menciptakan solar dryer. Cara kerja alat ini
Universitas Sumatera Utara
11
adalah udara yang masuk ke dalam kolektor akan dipanaskan oleh energi surya,
udara yang telah panas kemudian masuk ke dalam kotak pengering, kotak
pengering inilah yang diisi produk-produk pertanian yang akan dikeringkan.
Gambar 2.5 menunjukkan bagian-bagian utama solar dryer.
Gambar 2.5 Solar dryer [7]
d. Solar ponds
Solar ponds tergolong ke dalam aplikasi teknologi tenaga surya yang
memiliki skala cukup besar. Cara kerja alat ini adalah garam yang mengendap di
dasar dan disinari matahari akan bertambah panas. Panas ini digunakan untuk
memutar turbin. Mengunakan prinsip rankine organik. Gambar 2.6
memperlihatkan konstruksi solar ponds.
Gambar 2.6 Solar ponds [8]
e. Solar architecture
Dalam bidang arsitektur, pemanfaatan energi surya telah dikembangkan.
Pemanfaatan dalam bidang ini sudah cukup banyak diterapkan di Jepang. Dari
Universitas Sumatera Utara
12
segi artistik juga mendapatkan tanggapan positif demikian juga dari segi
pemanfaatan energi termalnya. Fungsi dari solar architecture adalah untuk
membuat ruangan menjadi nyaman. Gambar 2.7 menunjukkan desain perumahan
yang berdasar pada solar architecture.
Gambar 2.7 Solar architecture [9]
f. Solar air-conditioning
Penggunaan air-conditioning mencapai puncaknya pada saat matahari
terik atau panas. Inilah yang dimanfaatkan menjadi solar air-conditioning. Cara
kerja alat ini dengan menggunakan kolektor tabung hampa panas yang
memanaskan air untuk mengerakkan sebuah chiller penyerapan sinar matahari
secara langsung. Udara digunakan sebagai pendingin. Dengan teknologi ini juga,
kerusakan atmosfer dapat dihindarkan. Gambar 2.8 menunjukkan bagian-bagian
solar air-conditioning.
Gambar 2.8 Solar air-conditioning [6]
g. Solar chimney
Solar chimney digunakan untuk ventilasi pada gedung-gedung besar.
Sirkulasi udara menjadi baik dan ruangan menjadi tidak terlalu panas. Biasanya
Universitas Sumatera Utara
13
juga digunakan untuk menghasilkan listrik. Cara kerja alat ini adalah udara
dipanaskan oleh energi surya. Udara yang panas akan cenderung bergerak ke atas
dan keluar melalui cerobong.
Pada cerobong biasanya dipasang turbin. Udara yang bergerak ke atas akan
mengerakkan turbin, sehingga menghasilkan listrik. Gambar 2.9 menunjukkan
bagian-bagian utama solar chimney.
Gambar 2.9 Solar chimney [6]
h. Solar distilation water
Solar distillation atau purification digunakan untuk memurnikan air
maupunmemisahkan air dengan garam. Cara kerja alat ini adalah air laut
dipompakan setelah itu melewati kolektor, dengan panas dari energi surya ini, air
akan menguap dan menyisakan garam.
Uap dikondensasikan menjadi air. Sehingga didapat dua hasil yaitu garam
dan air tawar. Gambar 2.10 menunjukkan bagian-bagian solar distillation water.
Gambar 2.10 Solar distilation water [6]
Universitas Sumatera Utara
14
i. Solar power plant
Solar power plant merupakan aplikasi dengan skala yang sangat besar,
bisa diaplikasikan di daerah gurun. Dapat menghasilkan listrik dalam kapasitas
yang sangat besar. Cara kerja alat ini ialah energi surya yang terpapar ke
reflektor, direfleksikan ke tower yang di tengah. Dari tower itulah energi surya
dikumpul dan digunakan untuk menghasilkan listrik. Gambar 2.11 ini
menunjukkan solar power plant di Seville, Spanyol.
Gambar 2.11 Solar power plant [6]
2.3 Perpindahan Panas
Salah satu bidang ilmu yang berperan dalam perancangan alat Solar Dryer
ini adalah Perpindahan Panas.
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu
tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama
sekali. Panas adalah suatu bentuk energi yang dapat ditransfer dari suatu sistem ke
sistem lain sebagai fungsi dari perbedaan suhu. Jumlah energi yang ditransfer ini
disebut sebagai perpindahan panas. [10]
Perpindahan panas ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang
terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material.
Perpindahan panas diklasifikasikan kedalam 3 bahagian: konduksi,
konveksi dan radiasi.
2.3.1 Perpindahan Panas Konduksi
Perpindahan panas konduksi adalah perpindahan panas yang melalui
media hantaran solid atau padat.
Konduksi adalah transfer energi dari partikel yang memiliki energi lebih
besar ke substansi dengan energi lebih rendah dan sebagai hasilnya terjadi
Universitas Sumatera Utara
15
interaksi antar partkel [10]. Gambar 2.13 menunujukkan skema perpindahan
panas secara konduksi.
Gambar 2.13 Skema perpindahan panas konduksi [11]
Persamaan Umum Konduksi:
q=-k.A.∆𝑻
𝒙 (2.5)
Keterangan:
q = laju perpindahan panas konduksi (W)
A = luas penampang dimana panas mengalir (m2)
∆T = perubahan temperatur (K)
k = konduktivitas termal (W/m.K)
x = tebal masing-masing pelat (m)
Konduktivitas termal bahan berbeda-beda tergantung jenis bahan tersebut.
Jika konduktivitas semakin tinggi, maka benda tersebut dapat menghantarkan
panas dengan baik, begitu juga sebaliknya. Pada kolektor surya pelat datar, bahan
dengan konduktivitas termal yang baik akan digunakan sebagai pelat penyerap
dan pipa sirkulasi, sedangkan bahan dengan konduktivitas yang buruk digunakan
sebagai isolator untuk mengurangi kerugian panas yang terjadi. Tabel 2.1 berikut
menunjukkan beberapa jenis bahan dengan konduktivitasnya.
Universitas Sumatera Utara
16
Tabel 2.1 Konduktivitas termal beberapa bahan [12]
No Bahan Konduktivitas Termal
(W/m.K)
1 Tembaga 401,0
2 Aluminium 211,0
3 Timah Putih 66,0
4 Baja, 1 % karat 45,0
5 Bahan Tahan Karat 16,0
6 Kaca 1,05
7 ABS 0,27
8 Polikarbonat 0,2
9 Karet Alam 30 durometer 0,14
10 Karet Alam 70 durometer 0,17
11 Isolasi Papan Serat Kaca 0,043
2.3.2 Perpindahan Panas Konveksi
Perpindahan panas konveksi adalah perpindahan panas akibat adanya
media perantara berupa gerakan fluida atau zat alir. Konveksi adalah bentuk dari
transfer energi diantara permukaan padat dan fluida yang bergerak dan terkandung
efek kombinasi konduksi dan fluida bergerak.
Universitas Sumatera Utara
17
Gambar 2.13 Skema perpindahan panas konveksi [11]
Persamaan Umum Konveksi:
q=-k.A.∆T (2.6)
Keterangan:
q = laju perpindahan panas konveksi (W)
A = luas penampang dimana panas mengalir (m2)
∆T = perubahan temperatur (K)
h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/mK)
Adapun konveksi sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Konveksi paksa
Konveksi paksa adalah perpindahan panas fluida yang dialirkan secara
paksa. Konveksi paksa terdiri atas dua jenis yaitu internal forced convection dan
external forced convection.
Dalam kajian internal forced convection terdapat beberapa parameter yang
berkaitan dengan laju aliran fluida yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Bilangan Reynold
Merupakan bilangan nondimensional yang menunjukkan jenis aliran
fluida.
b. Bilangan Nusselt
Merupakan bilangan tanpa dimensi lainnya setelah bilangan Reynold.
Universitas Sumatera Utara
18
2. Konveksi natural
Konveksi natural adalah perpindahan panas konveksi yang terjadi secara
alamiah yang melibatkan terjadinya aliran fluida. Gambar n memperlihatkan
terjadinya konveksi natural suatu permukaan.
Bilangan-bilangan tanpa dimensi yang sering digunakan untuk
menghitung konveksi natural adalah [11]
- Bilangan Grasholf
- Bilangan Rayleigh
Persamaan mencari bilangan Nusselt untuk konveksi natural pada pelat
luar telah diturunkan secara analitik, dengan asumsi bahwa aliran adalah laminar,
namun, faktanya, aliran tidak selalu laminar melainkan turbulen.
2.3.3 Perpindahan Panas Radiasi
Perpindahan panas radiasi adalah perpindahan panas yang tidak
membutuhkan media perantara baik itu solid ataupun fluida.
Energi yang ditransfer dengan radiasi adalah yang tercepat (secepat
kecepatan cahaya) dan dapat terjadi di ruangan vakum.
Gambar 2.14 Skema perpindahan panas radiasi [11]
Perpindahan panas netto secara radiasi termal diantara dua badan ideal
(hitam) diberikan oleh Gray, 1974.
Persamaan Umum Radiasi:
q = σ.A.(T14-T2
4) (2.7)
Universitas Sumatera Utara
19
Dalam praktik kolektor surya, permukaan bukan pemancar ataupun
penyerap yang sempurna dari radiasi termal. Permukaan kelabu semacam ini
ditandai oleh fraksi-fraksi dari jumlah ideal yang dipancarkan dan diserap.
Perpindahan panas radiasi antar pelat penyerap dengan kaca dirumuskan
oleh Jansen, 1995.
q = 𝝈.𝑨.(𝑻𝟏
𝟒−𝑻𝟐𝟒)
𝟏
𝜺𝟏+
𝟏
𝜺𝟐−𝟏
(2.8)
Keterangan:
q = laju perpindahan panas radiasi (W)
ε = emisivitas bahan
A = luas penampang dimana panas mengalir (m2)
σ = konstanta Stefan-Boltzman (5,67 x 10-8
W/m2K)
T1 = temperatur permukaan bidang satu (K)
T2 = temperatur permukaan bidang dua (K)
Sementara itu perhitungan fraksi-fraksi radiasi pada suatu permukaan yang
terkena radiasi matahari yaitu (Holfman, 1986):
a. Radiasi yang menyentuh permukaan bidang satu per satuan luas
penampang:
𝒒
𝑨 =
𝒌𝑳
𝒙(T2 -T1)+
𝒒
𝑨 = Eb1 -F12 . J21 (2.9)
Keterangan:
𝑞
𝐴 = radiasi yang mengenai permukaan bidang persatuan luas penampang
(W/m2)
𝑞
𝐴 = radiasi matahari (W/m
2)
Eb1 = fraksi radiasi pada permukaan satu (W/m2)
= σ.T14
F12 = fraksi radiasi antara bidang satu dan dua
Universitas Sumatera Utara
20
J21 = radiosivitas radiasi permukaan dua terhadap permukaan satu
2.4 T eori Dasar Desalinasi
Desalinasi adalah prosedur fisik untuk memisahkan kelebihan garam
terlarut dari air, payau dan air laut, atau larutan garam berair untuk
mengumpulkan air isi dengan kadar garam rendah untuk penggunaan yang sesuai,
seperti minum, industri, farmasi, kota, atau air rumah tangga. Desalinasi adalah
prosedur industri murni dan sistem energi intensif terlepas dari prosesnya,
mengurangi biaya energi sebagai masalah ekonomi utama [1].
Desalinasi dibatasi pada kualitas air tawar. Saat ini peningkatan
demografis, dan peningkatan konsumsi industri yang luar biasa, yang
menyebabkan kelangkaan sumber daya air yang cepat. Sumber air bersih alami
dan secara bersamaan aliran air dan sumur alami tercemar limbah industri, rumah
tangga, atau masyarakat. Bagian polusi terbesar adalah pertanian. Dari semua air
yang tersedia di suatu wilayah, pertanian mengkonsumsi sekitar 70% sisanya
untuk semua kebutuhan lainnya. Sejumlah besar pupuk kimia, pestisida, dan
insektisida ditarik jauh oleh air hujan, aliran air yang berpolusi, akuifer, saluran
air alami, sehingga sumber air segar berkurang [1].
Salah satu metode pemurnian air adalah penyulingan. Proses distilasi
menggunakan sumber panas untuk menguapkan air. Tujuan distilasi adalah
memisahkan molekul air murni dari kontaminan dengan titik didih lebih tinggi
daripada air. Dalam proses distilasi, air pertama dipanaskan sampai mencapai titik
didihnya dan mulai menguap. Temperatur yang stabil memastikan penguapan air
berlanjut, namun mencegah kontaminan air minum dengan titik didih lebih tinggi
dari penguapan. Selanjutnya, air yang diuapkan ditangkap dan dipandu melalui
sistem tabung ke wadah lain. Akhirnya, dikeluarkan dari sumber panas, uap
mengembun kembali ke bentuk cair aslinya. Kontaminan memiliki titik didih
lebih tinggi daripada air yang berada dalam wadah aslinya. Proses ini
menghilangkan sebagian besar mineral, kebanyakan bakteri dan virus, dan bahan
kimia yang memiliki titik didih lebih tinggi daripada air. Untuk alasan ini,
penyulingan kadang dinilai sebagai metode untuk mendapatkan air minum murni.
[2].
Universitas Sumatera Utara
21
2.4.1 Klasifikasi Sistem Desalinasi
2.4.1.1 Solar Still
Solar Still terdiri dari bak yang dicat hitam yang diisi oleh air laut hingga
pada kedalaman tertentu dan ditutup oleh kaca yang dimiringkan sebagai tempat
masuknya radiasi surya sekaligus peristiwa kondensasi. Radiasi surya memasuki
bak melalui kaca untuk memanaskan sisi bak yang dicat hitam yang
mengakibatkan pemanasan air laut sehingga terjadi evaporasi, karena perbedaan
tekanan parsial dan perbedaan temperatur, uap air terkondensasi sepanjang kaca
penutup yang dimiringkan dan ditampung oleh penampung yang berada tepat
dibawah kemiringan kaca [22]. Gambar 2.15 Menunjukkan sistem solar still
sederhana.
Kelebihan menggunakan solar still:
1. Konstruksi yang sederhana
2. Kondensasi tidak memerlukan kondensor, proses kondenasi terjadi pada
kaca
3. Mudah dalam perawatannya
Kelemahan menggunakan Solar Still:
1. Laju produksi air bersih perhari rendah
2. Sebagian uap air yang terkondensasi pada kaca dapat langsung jatuh
kembali bercampur dengan air laut yang belum berevaporasi
3. Proses evaporasi lambat karena uap air laut dipanaskan pada tekanan
atmosfer.
Universitas Sumatera Utara
22
Gambar 2.15 Solar Still [22]
2.4.1.2 Solar Desalinasi Humidifikasi-Dehumidifikasi
Ide utama dibalik proses humidification-dehumidification adalah uap
saturasi dapat membawa udara dengan kapasitas yang semakin banyak dengan
meningkatnya temperatur. Air laut akan melalui pemanasan awal sebelum
disemprotkan kedalam evaporator.pemanasan terjadi pada dua fluida, yakni air
laut dan angina. Pemanasan pada angin bertujuan untuk disirkulasikan kedalam
ruang evaporator-kondensor. Sesuai dengan ide utama sistem ini, udara panas
membawa uap dari pemanasan air laut ke ruang kondensor yang berada tepat
disebelah ruang evaporator untuk dikondensasikan. Air laut yang tidak
berevaporasi akan langsung jatuh ke tempat penampungan konsentrat garam [23].
Gambar 2. Menunjukkan sistem desalinasi surya humidifikasi-dehumidifikasi
Kelebihan sistem desalinasi humidifikasi-dehumidifikasi
1. Efektif dalam produksi air bersih
2. Sangat cocok dioperasikan untuk kapasitas rendah
3. Konsentrat garam masih mengandung air dapat diproses ulang
Kelemahan sistem desalinasi humidifikasi-dehumidifikasi:
1. Konstruksi yag kompleks
Universitas Sumatera Utara
23
2. Air laut yang tidak berevaporasi dibiarkan jatuh bebas ke tempat
penampungan dapat menimbulakn percikan air sehingga memungkinkan
terkontaminasi konsentrat garam ke air bersih jika isolasi tidak baik
3. Meskipun menggunkaan energi surya sebagai sumber pemanas, sistem
masih menggunakan energi listrik unutk mensirkulasikan udara dan air
laut
Gambar 2.16 Solar Desalinasi Humidifikasi-Dehumidifikasi [23]
2.4.1.3 Solar Multi Stage Flash Desalination
Dalam sistem desalinasi Multi-Stage Flash, air laut pengumpan
dipanaskan diatas temperatur saturasi dan pemanas konsentrat garam dan
mengalami perubahan fasa secara cepat dalam bak tekanan rendah yang
dipertahankan dengan menggunkaan pompa vakum. Konsentrat garam yang
dibuang keluar dari tingkat sebelumnya diperbolehkan untuk berubah fasa tingkat
berikutnya dan uap dibentuk disetiap tingkat dikondensasikan dengan
menggunakan kondensor dimana air laut masuk telah dipanaskan terlebih dahulu
[25]
Kelebihan solar multi stage flash desalination:
1. Laju produksi air bersih sangat tinggi
Universitas Sumatera Utara
24
2. Pemanasan yang cepat sehingga tidak memakan banyak energi panas dari
kolektor surya
3. Adanya tangka penyimpanan kalor yang dapat menyuplai energi panas
selama 24 jam
Kelemahan solar multi stage flash desalination:
1. Konstruksi sistem yang kompleks
2. Tangki penyimpan kalor (Thermal Energi Storage) dan pompa vakum
ynag mahal
3. Perawatan sulit dan mahal
Gambar 2.18 Solar Multi Stage Flash Desalination [24]
2.4.1.4 Solar Multi Effect Distilation
Unit Multi-Effect Distilation (MED) terdiri dari bak-bak dimana secara
umum disbeut efek yang dipertahankan pada tekkanan rendah dengan pompa
vakum. Panas yang dibutuhkan unutk mengepavorasi air laut pada efek pertama
disuplai dari kumpulan kolektor surya atau dengan pembakaran bahan bakar fosil
dan uap yang dibentuk digunakan untuk memanaskan air laut pengumpan pada
Universitas Sumatera Utara
25
efek selanjutnya. Sehingga, panas laten ynag diproduksi uap air pada efek
sebelumnya dapat digunakan seluruhnya di efek selanjutnya pada MED[26]
Kelebihan soalr multi effect destilation:
1. Proseess pemansan dilakukan secara bertingkat, sehingga tdak ada
konsentrat garam yang terkandung dalam air bersih
2. Sistem dapat diperbanyak dengan menambah efek
3. Laju prosuksi air bersih tinggi
Kelemahan solar multi effect destilaton:
1. Proses pemvakuman menggunakan pompa vakum dimana pada pasaran
pompa vakum sangat mahal
2. Masih menggunakan energi listrik pada sistem
3. Konstruksi sistem mahal dan kompleks
Gambar 2.19 Solar Multi Effect Distilation [25]
2.4.1.5 Desalinasi Kompresi Uap
Dalam desalinasi kompresi uap, air laut pengumpan dipanaskan oleh
sumber panas ekternal dan berubah fasa menjadi uap, sehingga uap yang
diprosuksi akan dikompres menggunakan Mechanical Vapor Compressor (MVC)
atau Thermo Vapor Compressor (TVC) unutk meningkatkan tekanan kondensasi
Universitas Sumatera Utara
26
dan temperatur uap terkompresi digunakan unutk memanaskan air pengumpan
pada tingkat yag sama maupun tingkat yang lain [27]
Kelebihan sistem desalinasi kompresi uap:
1. Pemanasan menggunakan pemanas air listrik sehingga perawatannya lebih
mudah.
2. Konstruksi sistem yang sederhana
3. Air bersih tidak akan terkontaminasi dengan air laut di kondensor
Kelemahan sistem desalinasi kompresi uap:
1. Komponen sistem yakni pompa dan kompressor mahal
2. Masih menggunakan energi listrik yang tidak sedikit
3. Tidak cocok dalam memproduksi air bersih unutk skala kecil
Gambar 2.20 Desalinasi Kompresi Uap [26]
2.4.1.6 Freeze Desalination
Desalinasi beku adalah teknik dimana air laut dibiarkan unutk didinginkan
dibawah titik beku, sehingga kristal es dari air bersih yang terbentuk di
permukaan. Ketiga jenis desalinasi beku adalah desalinasi beku kontak langsung,
desalinasi beku kontak tidak langsung dan desalinasi beku operasi vakum (Rane
Universitas Sumatera Utara
27
dkk, 2011) [28]. Dalam proses desalinasi beku kontak langsung cairan refrigeran
(biasanya n-butana) dicampur langsung dengan air laut pengumpan dalam
pembeku sehingga panas dari air laut akan diserap oleh refrigeran menghasilkan
pembekuan kristal es yang kemudian dipisahkan dan dimurnikan untuk
mendapatkan air bersih dalam bentuk kristal es. Proses desalinasi beku seperti ini
membutuhkan rasio tekanan rendah, unutk mencapai rasio tekanan ini dengan
kompresor konveksional tidak ekonomis, sehingga dewasa ini mengarah pada
pengembangan refrigeran kompresor hidrolik. Kompresor pendingin hidrolik
tidak menggunakan minyak pelumas karena dapat mengkontaminasi kristal es.
Ukuran dari alat pencairan dan pembersihan dapat diperkecil dengan memperkecil
jumlah dalam air sehingga biaya dan ukuran sistem dapat diperkecil dan dapat
digunakan untuk tujuan irigasi di daerah yang mengalami kelangkaan air bersih
(Rice dkk,1997) [29]. Dalam desalinasi beku kontak tidak langsung, pendingin
dan air laut yang tidak dicampur satu sama lain, merea dipisahkan dalam bentuk
kristal oleh permukaan perpindahan panas dan es yang terbentuk dalam sistem ini
kemudian dikerok dari permukaan perpindahan panas [28]. Dalam sistem
desalinasi bentuk vakum, air laut umpan didinginkan dibwah three point dengann
mengurangi tekanan unutk mrnghasilkan tekanan masing-masing es dan uap. Es
yang terbentuk dikumpulkan dan uap yang dihasilkan dikompresi dan kondensasi
di ruangbeku. Metode ini membutuhkan kompressor ukuran besar karena colume
spesifik uap air yang tinggi dan dikenal dengan vacuum compression freese
desalination.
Kelebihan Freeze Desalination;
1. Efisiensi sistem desalinasi sangat tinggi
2. Konstruksi murah
3. Laju produksi air bersih tinggi
Kelemahan Freeze Desalination:
1. Sistem masih menggubakan energi listrik
2. Perawatan sistem sulit
3. Membutuhkan kompressor yang besar sehingga biaya konstruksi sistem
mahal
Universitas Sumatera Utara
28
Gambar 2.21 Freeze Desalination [27]
2.4.1.7 Desalinasi Absorbsi
Sistem utama desaliansi absorbsi terdiri dari evaporator, dudukan absorbsi
(silica atau zirconia) dan kondensor. Dudukan absorbsi disupali dengan air panas
atau pendingin sesuai kebutuhan. Air laut yang menguap di evaporator diserap
oleh dudkan dengan dipertahankan pada suhu rendah oleh sirkulasi air pendingin.
Uap air terperangkap di dudukan dipulihkan oleh sirkulasi air panas, uap air
terjebak di dalam dudukan dipu;ihkan oleh sirkulasi air panas, uap air yang telah
dipulihkan dikondensasikan dalam kondensor dan hasil kondensasi berkualitas
tinggi karena distilasi ganda. Untuk sistem dua dudukan, absorbsi berlangsung di
satu dudukan dan desorbsi berlangsung di dudukan lain secara bersamaan [30]
Kelebihan sistem desalinasi adsorbsi:
1. Laju produski air berih yang tinggi
2. Air bersih yang dihasilkan berkualitas tinggi kerena melalui distilasi ganda
3. Air bersih tidak mungkin terkontaminasi oleh konsentrat garam
Kelemahan sistem desalinasi adsorbsi:
1. Konstruksi yang kompleks dan mahal karena memerlukan distilasi ganda
2. Perawatan sistem sulit
Universitas Sumatera Utara
29
3. Masih menggunakan energi listrik (pompa) untuk mensirkulasikan air
dingin dan air panas
Gambar 2.22 Desalinasi Absorbsi [30]
2.4.1.8 Desalinasi Osmosis Terbalik Tenaga Surya
Dalam desalinasi RO (Reverse Osmosis) tenaga surya, energi mekanik
yang dihasilakn oleh aliran fluida organik secara langsung digunkaan unutk
menjalankan unit RO dan pompa tekanan tinggi. Unit desalinasi RO surya thermal
adalah teknologi yang lebih menjanjikan, setiap perkembangan teknologi RO akan
berguna unutk mengembangkan teknologi RO berdasarkan sistem panas matahari.
Menggabungkan unit RO dengan siklus Rankine tenaga surya dapat memotong
emsis CO2 dan mengakibatkan penghematan lingkungan dengan selisih sedikit
tambahan biaya modal (Sacedo dkk, 2012).[31]
Kelebihan Desalinasi Osmosis Terbalik Tenaga Surya Termal:
Universitas Sumatera Utara
30
1. Adanya tangkipenyimpan kalor yang dapat menyimpan energi termal
selama 24 jam
2. Proses pemanasan sangat cepat karena dibantu oleh boiler
3. Adanya kolektor surya dalam jumlah banyak dapat menyupali baik energi
termal maupun energi listrik yang dibutuhkan sistem
Kelemahan Desalinasi Osmosis Terbalik Tenaga Surya Termal:
1. Sistem membutuhkan daya listrik yang besar karena adanya boiler dan dua
pompa yang bertekanan tinggi
2. Perawatan sistem yang sulit
3. Konstruksi kompleks yang mahal
Gambar 2 23 Desalinasi Osmosis Terbalik Tenaga Surya [31]
2.4.2 Desalinasi Tenaga Surya Sistem Pasif
Energi surya ditemukan paling cocok untuk memasok energi yang
dibutuhkan untuk proses desalinasi baik dalam bentuk energi panas, energi
mekanik atau energi listrik. Sistem distilasi tenaga surya telah dipelajari,
Universitas Sumatera Utara
31
dirancang dan digunakan di seluruh dunia. Sistem distilasi tenaga surya
dikategorikan menjadi sistem pasif dan aktif [14].
Penyuling tenaga surya adalah prosedur yang menggunakan radiasi
matahari secara langsung. Sinar matahari ditangkap di perangkat yang diseb ut
penyuling tenaga surya di mana radiasi matahari diserap oleh air di baskom yang
masih dan diubah menjadi energi panas yang menguapkan air di penyulingan. Uap
yang tercipta mengembun di bagian dalam permukaan penutup yang lebih dalam
dan masih tertutup oleh selokan. Ini adalah prosedur yang berlangsung bersamaan
di perangkat yang sama, penyuling tenaga surya [12].
Proses distilasi membutuhkan energi yang bisa dijalankan, yang bisa
didapat dengan menggunakan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya.
Penyemprotan air bertenaga surya dapat didefinisikan sebagai ukuran untuk
memisahkan dan mengekstrak air bersih dengan penguapan. Ini bisa sangat
berguna untuk mengubah air laut, payau atau bahkan air yang terkontaminasi
menjadi air bersih yang aman untuk diminum [13].
Proses desalinasi mengkonsumsi sejumlah besar energi, dan banyak negara
di dunia, terutama mereka yang menderita kekurangan air yang parah, tidak dapat
memenuhi energi yang dibutuhkan untuk desalinasi. Untungnya, banyak dari
negara-negara tersebut berada di daerah dengan tingkat insolation tinggi. Oleh
karena itu, desalinasi tenaga surya bisa menjadi alternatif yang sesuai, disediakan
nuansa teknologi yang efisien untuk memanfaatkan energi matahari dengan biaya
yang efektif. Energi surya dapat digunakan untuk menghasilkan air tawar secara
langsung di dalam matahari secara langsung atau tidak langsung dimana energi
termal dari sistem energi matahari dipasok ke unit desalinasi [15].
Penyuling tenaga surya sangat sederhana, murah dan menggunakan energi
matahari dan mereka tidak memerlukan energi kelas tinggi sehingga tidak
menghasilkan gas berbahaya yang akan mempengaruhi bumi. Apalagi tenaga
surya masih mudah dibangun dan dioperasikan. Akhirnya penyuling tenaga surya
bisa lebih ekonomis daripada teknologi desalinasi lainnya untuk menyediakan air
bagi rumah tangga dan komunitas kecil [16]. Desain dan fabrikasi penyuling
tenaga surya sederhana yang menghasilkan hasil sekitar 4 – 6 l/(m2 hari), yang
cukup untuk keluarga [17]. Prinsipnya adalah melakukan desalinasi dengan sinar
Universitas Sumatera Utara
32
matahari yang panas. Untuk meningkatkan efisiensi penyerapan panas, watolith
air laut perlu dicat hitam, sehingga uapnya bisa dikondensasi menjadi air tawar
pada panel kaca atau film plastik dengan transmitansi matahari yang tinggi.
Sebagai metode desalinasi tertua, penyuling tenaga surya memiliki kelebihan dari
biaya operasi rendah dan perangkat sederhana, namun kerugiannya adalah bahwa
ruang perangkat berukuran besar, hasil per unit rendah, dan properti termal dapat
dipengaruhi oleh area dan kondisi iklim yang berbeda. Saat ini, produksi air tawar
per hari dengan perangkat sederhana hanya 3 – 4 kg / (m2 d) [34]. Dengan tidak
adanya batasan konsentrasi awal dan kemurnian air tawar yang tinggi, penyuling
tenaga surya sangat sesuai untuk daerah kekurangan air dengan suhu tinggi dan
waktu sinar matahari yang lama. Air tawar juga bisa diperoleh dengan alat serupa
di daerah dimana sumber panas atau panas yang tersedia cukup panas [18].
Gambar 2.24. Diagram penyuling tenaga surya [18]
Penyuling tenaga surya terdiri dari bak yang dicat hitam yang diisi oleh air
laut hingga pada kedalaman tertentu dan ditutup oleh kaca yang dimiringkan
sebagai tempat masuknya radiasi surya sekaligus peristiwa kondensasi. Radiasi
surya memasuki bak melalui kaca untuk memanaskan sisi bak yang dicat hitam
yang mengakibatkan pemanasan air laut hingga terjadi evaporasi, karena
perbedaan tekanan parsial dan perbedaan temperatur, uap air terkondensasi
sepanjang kaca penutup yang dimiringkan dan ditampung oleh penampung yang
berada tepat dibawah kemiringan kaca [19].
Kinerja penyulingan matahari terutama dipengaruhi oleh tiga faktor: (i)
iklim seperti suhu sekitar, intensitas radiasi matahari dan kondisi cuaca; (ii) desain
seperti geometri dan sudut kemiringan; dan (iii) operasional seperti orientasi
kedalaman air laut dan air laut. Studi tentang suhu lingkungan sekitar
Universitas Sumatera Utara
33
menunjukkan bahwa kenaikan suhu sekitar 10° dari 23° C dapat menyebabkan
kenaikan 8% pada produktivitas tetap [20].
Kecepatan angin mungkin dua kali lipat; Di satu sisi, peningkatan
kecepatan angin dapat mempercepat penghilangan panas dari penutup kaca
sehingga mendinginkan tutup kaca dan meningkat, dengan demikian, laju
kondensasi dan penguapan. Sementara di sisi lain, bagaimanapun, peningkatan
kecepatan angin juga dapat menyebabkan meningkatnya laju kehilangan panas
oleh konveksi dari sistem dan kemudian mengurangi tingkat penguapan [20].
Persamaan karakteristik telah digunakan untuk hasil eksperimen matahari
pasif yang masih menghasilkan persamaan karakteristik linier dan non linier untuk
kondisi musim dingin dan musim panas. Sudut kemiringan kondensasi yang
berbeda (15°, 30°, 45°) telah dipilih untuk kondisi musim dingin dan musim panas
keduanya. Telah diamati bahwa penyulingan matahari pasif dengan kemiringan
45° memberikan kinerja yang lebih baik baik di musim dingin maupun musim
panas. Kedalaman air yang berbeda (0,04, 0,08, 0,12, dan 0,16 m) juga telah
diambil untuk penyulingan matahari dengan sudut kemiringan 30° untuk kondisi
cuaca musim panas. Perbandingan efisiensi gain dan loss sesaat pada kedalaman
0,01 dan 0,04 m untuk sudut kemiringan 15° juga telah dilakukan untuk
menunjukkan pengaruh kedalaman air pada kinerja stills surya [21]. Ditemukan
bahwa kedalaman air yang lebih rendah memberikan efisiensi yang lebih baik,
yang sesuai dengan banyak penyidik. Kurva efisiensi keuntungan sesaat dan
kerugian telah dianalisis secara bersamaan untuk memberikan pemahaman yang
lebih baik mengenai kinerja stills surya. Metode yang diusulkan akan digunakan
untuk membakukan parameter desain dan operasional solar pasif, yaitu sudut
kemiringan dan kedalaman air untuk hasil tertinggi untuk kondisi iklim tertentu
[21].
Universitas Sumatera Utara
34
2.4.2.1 Desalinasi Tenaga Surya Sistem Pasif Dengan Kemiringan Ganda
Gambar 2.25 Desalinasi Tenaga Surya Kemiringan Ganda[36]
Proses destilasi akan lebih efektif dengan menggunakan kemiringan ganda
maka karena sinar matahari yang di terpancar dapat diterima baik dari arah timur
maupun dari arah barat. Daerah tempat terjadi pemuaianpun jelas lebih luas yang
mengakibatkan air dapat lebih cepat mencapai titik jenuh dan memuai menjadi
uap dikarenakan ketebalan air yang tipis yang memungkinkan cepatnya terjadinya
konduksi antara partikel-partikel air. Dilihat dari gambar klasifikasi di atas maka
kita dapat mengetahui berbagai cara dan metode dalam melakukan percobaan
tentang proses desalinasi air laut. Salah satu dari klasifikasi dari gambar diatas
yang kita gunakan ialah solar still dengan passive system, atau sering disebut
dengan desalinasi sederhana.
Radiasi matahari memainkan peran penting untuk mempercepat proses
penguapan di dalam penyuling tenaga surya system pasif dengan kemiringan
ganda.
2.5 Persamaan- Persamaan Dasar aliran fluida
2.5.1 Persamaan Pada Pompa
Pompa adalah sebuah alat mekanik sederhana namun penting dalam
menyalurkan tenaga untuk memindahkan cairan dengan laju aliran tertentu [32].
Universitas Sumatera Utara
35
Untuk menghitung kebutuhan daya pompa yang diguakan dalam instalasi alat,
diperlukan untuk mencari beberapa factor seperti kerugian gaya gesek, kerugian
karna belokan/elbow [32].
1.Kesetimbangan Energi
Jumlah energi (E) yang masuk ke sistem = Jumlah energi (E) yang keluar
sistem, atau dapat dirumuskan ke dalam persamaan[32]:
(E1 + WP) = (E2 + ∆Ef + ∆Em ) (2.10)
Dimana: E = energi
WP = Daya Pompa
Ef = Kerugian Energi Karena Gesekan
Em = Kerugian minor (kerugian karena belokan/elbow)
2. Persamaan Bernoulli pada pompa
Hp + 𝑃1
𝛾1 + z1 +
𝑣12
2𝑔 =
𝑃2
𝛾2 + z2 +
𝑣22
2𝑔 + H (2.11)
Dimana: Hp = Head pompa (m)
𝑃
𝛾 = Head Tekanan (Pa)
Z = Head Statis total (m)
𝑣2
2𝑔 = Head kecepatan
3. Kerugian energi karena gaya gesek
Merupakan suatu kerugian aliran yang disebabkan oleh adanya gesekan
antara fluida dengan dinding saluran pipa lurus. Besarnya head loss mayor
dapat dihitung dengan persamaan Darcy-Weysbach sevagai berikut:
∆Ef = f𝐿
𝐷𝑖+
𝑉2
2𝑔 (2.12)
Dimana: f = koefisien kerugian gesek
L = Panjang Pipa (m)
D = Diameter dalam pipa (m)
V = Kecepatan Aliran fluida (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
besarnya nilai f dapat diketahui dari jenis aliran yang terjadi. Unutk aliran
laminar, besarnya koefisien gesek (f) dapat dihitung dengan persamaan
f= 64
Re (2.13)
Universitas Sumatera Utara
36
untuk aliran turbulen, besarnya koefisien gesek (f) dapat dihitung dengan
persamaan Darcy. Rumus ini berlaku atas dasar kerugian head untuk panjang pipa
ratusan meter.
f= 0.020+ 0.0005
𝐷 (2.14)
Dimana: D= diameter dalam Pipa
Nilai f dapat juga dicari dengan menggunakan diagram Moody dengan menarik
garis harga Re diplotkan dengan harga Relative Roughness ( 𝜀
𝐷)
4. Head loss minor
Kerugian yang disebaban oleh adanya gesekan yang terjadi pada
komponen tambahan seperti elbow, katup dan lainnya sepanjang jalur
pemipaan. Besarnya head loss minor tergantung dari koefisien tahanan (f)
asesoris yang digunakan.
H=f𝑉2
2𝑔 (2.15)
Dimana : f = koefisien kerugian gesek
V = kecepatan aliran fluida (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Universitas Sumatera Utara
37
BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Rancang bangun ini dilakukan pada Februari 2019- Juli 2019. Lokasi
penelitian bertempat di Laboratorium Sustainable Energi Research Centre
Gedung Magister Pascasarjana Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
Dalam penelitian ini, akan digunakan beberapa alat, untuk perancangan dan
penentuan serta argumen dimensi akan dibahas pada bab IV. Alat yang dipakai
dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Evaporator
Dalam penelitian ini, akan digunakan evaporator sebagai ruang pemanasan
air laut. Evaporator merupakan bagian yang sangat penting dalam laju produksi
air bersih. Evaporator dilengkapi dengan alat ukur rol untuk mengatur ketinggian
air laut yang dibatasi dengan ketinggian maksimal 20 mm. Spesifikasi evaporator
dalam penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 3.1 evaporator
Universitas Sumatera Utara
38
2. Kaca Penutup Evaporator
Penutup evaporator menggunakan kaca bening dengan tebal 3 mm dan
ukuran 1000 mm x 1000 mm, argumen dan perancangan dimensi alat akan
dibahas pada bab IV.
Gambar 3.2 Kaca Penutup Evaporator
3. Tangki Air Laut
Tangki berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air laut sebelum
di masukkan ke dalam evaporator. Tangki air laut yang digunakan adalah botol air
mineral dengan volume 19 L. Untuk volume dari tangki air laut, tidak
memerlukan spesifikasi tertentu atau bisa menggunakan tangki dengan volume
lebih besar atau lebih kecil sebab tangki merupakan hanya sebagai alat
penampung air laut sebelum masuk ke basin supaya proses pengisian air laut ke
basin tidak sulit serta tidak ada yang terbuang.
4.Pipa PVC
Pipa PVC digunakan untuk menyalurkan air pendingin kaca luar. Pipa pvc ½
inci digunakan sebagai pipa vertical dam pipa horizontal bercabang dimana
sepanjang pipa dibuat lubang sebagai saluran air untuk mendinginkan kaca. Pipa
¾ inci digunakan sebagai penyalur air hasil sirkulasi ke box penampung.
Gambar 3.3 Pipa PVC
Universitas Sumatera Utara
39
5. Pompa
Pompa berfungsi untuk mensuplai air dari bak penampung pendingin ke
permukaan dinding kaca luar. Pompa yang digunakan merupakan pompa DC
tenaga surya photovoltaic. Untuk spesifikasi daya pompa yang digunakan, akan
dibahas selengkapnya di bab IV.
Gambar 3.4 Pompa
6. Photovoltaic
Photovoltaic berfungsi sebagai penggerak pompa untuk mensuplai air
melalui pipa untuk mendinginkan dinding kaca luar sehingga proses kondensasi
air lebih cepat pada permukaan kaca dalam.
Spesifikasi dari Photovoltaic yang digunakan adalah sebagai berikut:
Daya Maksimum : 100 WP
Voltase Maksimum : 18 V
Arus : 5.56 A
Ukuran : 1196 mm x 541 x 30 mm
Universitas Sumatera Utara
40
Gambar 3.5 Photovoltaic
7. Bak Penampung
Untuk mendinginkan kaca, diperlukan air dingin yang disuplai pompa
melalui pipa, dan air disirkulasikan kembali secara terus menerus. Sehingga
dibutuhkan wadah penampung air sirkulasi yaitu bak penampung.
Gambar 3.6 Bak Penampung
8.Sterofoam
Digunakan sebagai isolator untuk mengurangi panas dari dalam evaporator
terbuang ke lingkungan. Dengan adanya sterofoam ini, akan meningkatkan suhu
pada evaporator dan menghambat terjadinya kehilangan energi dari sistem
sehingga losses bisa diasumsikan sangat kecil.
Gambar 3.7 Sterofoam
Universitas Sumatera Utara
41
9.Alumunium Foil
Digunakan sebagai isolasi pada permukaan sterofoam guna untuk menahan
panas dari evaporator ke limgkungan.
Gambar 3.8 Sterofoam
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Air laut
Air laut yang digunakan berasal dari Pantai Bali Lestari (Martebing,
Kabupaten Serdang Bedagai) dengan asumsi temperatur awal 25o dan dengan
konsentrasi 35 %.
2.Air pendingin
Air pendingin yang digunakan berasal dari air PDAM yang diambil dari
Gedung Magister Teknik Mesin
3.2.3 Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel dalam
penelitian ini antara lain:
1.Hobo Microstation Data Logger
Alat ini dihubungkan ke data logger untuk kemudian dihubungkan ke
computer untuk diolah datanya. Terdapat beberapa alat ukur Hobo Microstatiom
data logger yaitu:
a. Pyranometer
Universitas Sumatera Utara
42
Alat ini digunakan untuk mengkur radiasi matahari yang terdapat pada suatu
lokasi.
b.Ambient Measurement Apparatus
Alat ini digunakan untuk mengukur temperatur lingkungan sekitar dengan
waktu yang dapat ditentukan.
c. T and RH Smart Sencor
Alat ini digunakan untuk mengukur kelembaban dan temperatur lingkungan
sekitar.
2.Thermokopel
Termokopel digunakan untuk mengukur temperature pada titik-titik sistem,
dimana alat ini bekerja secara otomatis dan mencatat hasil pengukuran
permenitnya dalam bentuk file MS. Excel. Dalam penelitian ini, termokopel yang
digunakan berjumlah 6 buah. Adapun jenis thermokopel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah thermokopel jenis J. Termokopel tipe J terdiri
dari Besi pada sisi positif (Thermocouple Grade) sedangkan sisi negatif negatif
(Extension Grade) sekitar nikel dan tembaga. Rentangnya terbatas (0 hingga
+750 °C). Thermocouple tipe J ini memiliki sensitivitas sekitar ~52 µV/°C.
3.Agilent
Agilent digunakan untuk mengukur temperatur pada titik titik sistem,
dimana alat ini bekerja secara otomatis dan mencatat hasil pengukuran per
menitnya dalam bentuk file Ms Excel. Pada percobaan ini kabel agilent atau yang
disebut dengan kabel thermokopel yang digunakan berjumlah 12 titik yang
dipasang pada alat penelitian tersebut.
Spesifikasi dari Agilent:
Tipe : Agilent 34970A
Buatan : Belanda
Jumlah sensor thermokopel : 20 channels multiplexer
Volt : 250 V
Universitas Sumatera Utara
43
Gambar 3.9 Agilent
4.Gelas Ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume air bersih hasil desalinasi per
30 menit.
Gambar 3.10 Gelas Ukur
3.3 Objek Penelitian
Pada penelitian ini saya melakukan rancang bangun alat Solar Desalinasi
dengan air pendingin kaca luar. Rancang bangun alat dilakukan dengan
menggunkaan software Solidworks dan Autocad Mechanical 2016. Racang
bangun alat dilakukan dengan mensurvey bahan terlebih dahulu, menentukan
ukuran yang digunakan. Rancang bangun dilakukan untuk mendesain seluruh
perangkat kerja melalui dari desain evaporator meliputi dimensi, jenis material
yang digunakan dan juga perhitungan daya pompa untuk pompa pendingin.
Universitas Sumatera Utara
44
3.4 Peralatan Yang Digunakan
Jenis peralatan yang dibutuhkan untuk rancang bangun adalah sebuah
computer dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Perangkat keras (hardware)
Dalam hal ini perangkat keras yang digunakan adalah laptop yang
digunakan untuk mendesain atau merancang seluruh alat penelitian.
a. Laptop
Laptop yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut:
- Processor : AMD Quad-Core Processor A6-5200 (2GHz)
- RAM : 4 GB
- CPU :2 GHz
- Sistem : Windows 8 Pro
- VGA : AMD RadeonTM
HD 8400
Gambar 3.11 Laptop
2. Perangkat Lunak
Perangkat lunak (software) yang digunakan untuk melakukan rancang
bangun alat yaitu:
a. AutoCAD Mechanical 2016
AutoCAD adalah perangkat lunak computer CAD untuk menggambar 2
dimensi atau 3 dimensi yang dikembangkan oleh Autodesk.
AutoCAD digunakan untuk mendesain model evaporator, kerangka seluruh
alat, model pompa dan pipa pendingin dan juga perangkat perangkat lainnya
dalam bentuk 2D dan 3D.
Universitas Sumatera Utara
45
Gambar 3.12 AutoCAD Mechanical 2016
3.5 Diagram Alir Perancangan
Secara garis besar secara garis besar, pelaksanaan penelitian ini
dilaksanakan berurutan dan sistematis seperti ditunjukkan pada gambar 3.15
Gambar 3.13 Diagram Alir Peracangan
S T A R T
Studi Literatur
Desain Alat dan Penyusunan Proposal
Penelitian
Pembuatan Alat
Uji Ccoba
Peralatan
Kesimpulan
Selesai
Ya
Tidak
Universitas Sumatera Utara
46
3.5 Eksperimen dan Pengumpulan
Alat desalinasi sistem pasif tenaga surya dengan kemiringan ganda yang
dirakit terdiri dari evaporator, penutup yang berbahan kaca, pipa air pendingin
kaca luar, pompa, tangki air laut, pipa saluran dari tangki ke evaporator dan pipa
untuk hasil kondensasi. Proses pengujian dapat dilakukan dengan mengisi tangki
air menggunakan air laut. Air laut yang telah terisi di tangki air, dialirkan ke
evaporator dengan jalan membuka kran air hingga ketinggian air di evaporator
mencapai 2 cm. ketinggian ini dapat dilihat dari penggaris yang terdapat di
evaporator. Perancangan ketinggian air laut 2 cm pada evaporator didukung oleh
penelitian sebelumnya yang dilakukan (T.A.Babalola, A.O.Boyo, R.O.Kesinro
2015)[34] dimana melakukan eksperimen dengan ketinggian air laut di basin yang
bervariasi menunjukkan produsktivitas air bersih dengan ketinggian air laut 2 cm
lebih tinggi dibandingkan dengan ketinggian lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.14 perbandingan suhu rata-rata,kedalaman,dan
produktivitas[34]
Dari tabel diatas, disimpulkan produksi air bersih dan juga suhu rata-rata
serta energi matahari dengan ketinggian air laut 2 cm lebih tinggi dibandingkan
dengan ketinggian lainnya.
Di evaporator terdapat 5 buah termokopel yang masing-masing berfungsi
untuk mengukur suhu pada air laut, kaca bagian dalam dan luar sebelah barat,
kaca bagian dalam dan luar sebelah timur, sedangkan untuk mengukur dan
merekam temperature udara, kecepatan angin, intensitas radiasi dan kelembaban
udara digunakan sensor yang terdapat pada HOBO Micro Station Data Logger
Universitas Sumatera Utara
47
yang dipasang berdekatan dengan evaporator. Data yang dibaca oleh termokopel
dan sensor dari HOBO Micro Station Data Logger dihubungkan ke laptop yang
sebelumnya telah dikalibrasi dan disesuaikan bahasa programnnya.
Air laut yang mengalami kondensasi di evaporator akan menguap dan air
kondesat akan menempel di kaca. Air dari box air disalurkan untuk mendinginkan
kaca luar melalui pipa yang dirancang sehingga mengenai seluruh permukaan
kaca, maka proses kondensasi akan berlangsung lebih cepat dan akan
menghasilkan air kondensat lebih banyak. Sudut kemiringan kaca yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 15o sehingga uap air yang menempel pada kaca akan
turun ke penampungan yang terdapat pada kaca hingga akhirnya keluar melalui
selang air ke penampungan air bersih.
3.6 Proses Perancangan
Proses perancangan dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Penentuan dimensi alat dari panjang, lebar, tinggi evaporator dan
2. Penentuan sudut kemiringan kaca penutup evaporator
3. Pemilihan material yang digunakan
4. Perancangan daya minimal pompa untuk mengalirkan air pendingin ke
permukaan kaca
5. Perancangan alat dengan menggunakan software Autocad
6. Pembangunan alat
7. Validasi perancangan
Universitas Sumatera Utara
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Desain Alat
Desalinasi pada dasarnya merupakan proses untuk mendapatkan air bersih
dari penyulingan air laut atau air kotor. Prinsip kerja desalinasi secara umum
sangatlah sederhana. Air laut atau air kotor dipanaskan di evaporator, kemudian
air akan menguap dan terjadi kondensasi, yang kemudian air kondensat akan
ditampung di wadah penampung yang merupakan air bersih.
Untuk penelitian ini, penulis melakukan perancangan alat desalinasi
seperti penelitian yang dilakukan sebelumnya akan tetapi dengan penambahan air
sebagai pendingin kaca luar. Dengan pendinginan kaca, maka proses kondensasi
akan berlangsung lebih cepat dan menghasilkan lebih banyak air bersih. Berikut
dibawah ini desain dari rancang bangun alat dengan menggunakan software
Autocad Mechanical 2016
.
Gambar 4.1 Desain Alat
4.1.1 Desain Evaporator
Model evaporator didesain dengan ukuran panjang 1932 mm x lebar 1000
mm dan dengan tinggi bak evaporator 150 mm. Pada bagian luar evaporator akan
Universitas Sumatera Utara
49
dipasang isolasi dengan sterofoam dengan tebal 30 mm dan selanjutnya dilapisi
denggan alumunium foil. Untuk bagian atas evaporator akan dipasang dua buah
kaca masing masing dengan kemiringingan 15o
pada sumbu x. Untuk material
evaporator digunakan aluminium komposit.
1. Perancangan luas evaporator
Perancangan luas evaporator dilakukan untuk mendapatkan panjang dan
lebar evaporator untuk mengevaporasikan air laut menjadi air bersih. Dalam
peancangan ini, diasumsikan ketinggian evaporator 20 cm dan ketinggian air laut
dalam evaporator 2 cm.
Dalam penelitian ini, target air bersih hasil desalinasi yang dihasilkan
sebanyak 6 liter dari pengujian satu hari dimulai dari pukul 08.00-18.00 WIB.
Maka:
6 liter= 6x10-3
m3
𝜌 =𝑚
𝑣
1000kg/m
3=m/6x10
-3m
3
m= 6 kg
Untuk mengubah 6 kg air maka dibutuhkan energi (Quse) sebesar:
Diketahui kalor laten untuk air L=2,26x106J/kg
Quse = m.L[37]
Quse = (6 kg) (2,26x106J/kg)
kolektor Panjang (L)
t=20 cm
Qrad
Quse
Universitas Sumatera Utara
50
Quse = 13,56 MJ
Dengan memasukkan nilai efisiensi rata-rata evaporasi air sebesar 50%, maka
nilai kalor pada kolektor yaitu:
Qkolektor= 𝑄𝑢𝑠𝑒
[37]
= 13,56
50 %
Qkolektor = 27,12 MJ
Untuk mendapatkan luas dari evaporator maka dilakukan perhitungan, dengan
mengetahui nilai rata-rata radiasi yang diperoleh di kota Medan selama satu hari
yaitu sebesar 14 MJ , maka luas penampang kolektor dapat diketahui.
Qkolektor = Qin. A [37]
27.12 MJ = 14 MJ/m2
. A
A= 1,93 m2
Nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan untuk desain kolektor yaitu:
Luas minimum (A)= 1,93 m2 maka panjang= 1,92 m dan lebar=1m dari dimensi
lebar dari evaporator maka didapat ukuran lebar kaca yaitu 1 meter.
2. Menghitung sudut kemiringan kaca penutup
Diketahui ukuran panjang dan lebar kaca yaitu 1m x 1m,
maka nilai k=1
dengan menggunakan persamaan trigonometri:
𝛽
𝑃
H
Y
K
Universitas Sumatera Utara
51
k1 cos 𝛽 + k2 cos 𝛽 = P [38]
k cos 𝛽 + k cos 𝛽 = P
2kcos 𝛽=P
2(1) cos 𝛽=1,932
cos 𝛽=0,966
𝛽=15o
Maka didapat kemiringan kaca penutup sebesar 15o.
3. Menghitung tinggi atas dari evaporator (H)
Diketahui: 𝛽=15o
Y= 20 cm
½ L= 96,6 cm
Maka H= Y + S
Dengan persamaan trigonometri S= ½ L tan 𝛽
Sehingga H= Y + ½ L tan 𝛽
= 20 cm + 96,6 cm tan 𝛽
=20 cm + 96,6 cm tan 15o
= 45,8 cm
Dengan demikian didapat tinggi atas evaporator (H) yaitu 458 cm
Untuk material evaporator yang digunakan yaitu Alluminium composite
panel (ACP) adalah material yang digunakan sebagai body evaporator. Material
𝑆
𝐻
𝛽
Y
1/2𝐿
Universitas Sumatera Utara
52
ini bebas dari serangan rayap dan lumut selain itu ada beberapa hal yang
mempertimbangkan mengapa desain mengguakan ACP yaitu:
1. Permukaan yang rata
Bagian basin dari evaporator harus serata mungkin sebab akan di beri
warna hitam pekat supaya energi matahari dapat diserap dengan merata dan proses
evaporasi maksimal.
2. Fleksibel
Pada dasarnya Alumunium Composite Panel mudah dibentuk, dilipat,
dibor dan dilengkungkan dengan peralatan konvensional maupun peralatan
sederhana lainnya, sehingga dalam pembangunan alat lebih mudah.
3. Penghambat panas yang baik
ACP dapat menghambat panas dengan baik, hal ini dikarenakan bahan
utamanya merupakan lembaran alumunium dan juga bahan inti polyethylene yang
tidak akan menembuskan panas keluar dari area basin evaporator.
4. Anti karat
Dalam pengaplikasiannya, ACP akan dipasang di luar ruangan sebagai
wadah air laut dalam evaporator dimana sangat rentan terjadinya korosi serta
paparan sinar matahari dan hujan. Maka dengan bahan ACP yang tahan terhadap
karat, merupakan pilihan paling tepat sebagai bahan perancangan.
5. Harga yang relatif murah
Harga alumunium composite panel alias ACP terbilang lebih terjangkau
jika dibandingkan dengan material lainnya menjadi salah satu alasan memilih
ACP sebagai material perancangan.
Material : Alumunium Composite Panel (ACP)
Tebal : 3 mm
Tinggi bawah : 200 mm
Tinggi atas : 458 mm
Panjang evaporator : 1932 mm
Lebar evaporator : 1000 mm
Tinggi basin dari tanah : 625 mm
Universitas Sumatera Utara
53
Gambar 4.2 Evaporator
4.1.2 Desain Kaca Penutup Evaporator
Kaca penutup evaporator berfungsi sebagai tempat terjadinya kondensasi
air pada alat desalinasi. Kaca yang dipasang pada sisi timur dan sisi barat alat
dengan kemiringan 15o.
Untuk pemilihan ketebalan kaca yaitu 3 mm didukung oleh penelitian sebelumnya
oleh (Hitesh Panchal)[35] dengan kajian ketebalan kaca penutup dengan ketebalan
bervariasi dari 4 mm, 5 mm dan 6 mm. Dari hasil penelitian yang dilakukan kaca
penutup dengan ketebalan 4 mm memiliki nilai transmitansi (cahaya yang
diteruskan) lebih tinggi, mendapatkan panas atau energi surya yang lebih banyak,
memiliki efisiensi yang lebih tinggi, dan dapat disimpulkan semakin kecil
ketebalan kaca penutup, maka semakin baik. Maka dengan itu, pada perancangan
ini dipilih kaca dengan ketebalan 3 mm guna meningkatkan energi matahari yang
akan diserap oleh basin. Alasan lain pemilihan kaca dengan ketebalan 3 mm yaitu
mempertimbangkan ketahanan kaca penutup terhadap sinar matahari dan aliran air
pendingin serta produk yang tersedia dipasaran yaitu dengan ketebalan 3 mm, 4
mm, 5 mm dan dengan ketebalan yang lain.
Ukuran kaca : (1000 x 1000) mm
Tebal : 3 mm
Universitas Sumatera Utara
54
Gambar 4.3 Desain Kaca
4.1.3 Desain pipa pvc
Pipa pvc berfungsi sebagai penyalur air pendingin dari bak air ke seluruh
permukaan kaca bagian luar. Pipa yang digunakan berukuran ½ inchi. di
sepanjang kedua pipa horizontal, dibuat lubang sebagai saluran air ke permukaan
kaca dan di ujung pipa di berikan sekat penutup pipa guna menghambat aliran air
dari ujung pipa sehingga air pendingin dapat mengalir ke seluruh permukaan kaca.
Gambar 4.4 Pipa PVC
4.1.4 Desain Pipa Penampung Air pendingin
Setelah air pendingin dialirkan ke kaca, maka perlu ditampung kembali
supaya air dapat disirkulasikan dan digunakan kembali.
Gambar 4.5 Pipa penampung
Universitas Sumatera Utara
55
4.1.5 Desain Bak Penampung
Bak penampung berfungsi sebagai tempat dan penampungan air
pendingin setelah melalui kaca. Dengan adanya bak penampung maka air
pendingin akan terus menerus disikluskan ke seluruh permukaan kaca tanpa air
harus di isi secara terus menerus.
Gambar 4.6 Bak Penampung
4.2 Perhitungan daya pompa air pendingin
Dalam perancangan model pompa dan pipa air pendingin, perlu dilakukan
perhitungan head pompa untuk mengetahui berapa daya minimal pompa yang
diperlukan serta permukaan kaca luar dapat teraliri air pendingin secara
keseluruhan. Pompa yang digunakan adalah pompa DC. Adapun parameter yang
diperlukan yaitu :panjang total pipa ,diameter pipa (d),viskositas kinematis air
pada suhu air 30oC ialah 0.000802 N/m
2 (𝜇),densitas air (𝜌) adalah 997 kg/m
3.
Pipa PVC yang digunakan memiliki diameter ¾ inci atau 1,905 cm dan total
panjang pipa yang digunakan 313 cm dimana terdapat 3 buah elbow 90o. Untuk
mendapatkan berapa daya minimal pompa yang dibutuhkan maka perlu dicari
head pompa terlebih dahulu.
Diketahui:
D = 1.905 cm (0.01905 m)
` L = 313 cm (3.13 m)
𝜌 = 997 kg/m3
𝜇 = 0.000802 N/m2 (nilai viskositas kinematis air pada suhu 30
o)
Hp + 𝑃1
𝛾1 + z1 +
𝑣12
2𝑔 =
𝑃2
𝛾2 + z2 +
𝑣22
2𝑔 + HL [32]
Universitas Sumatera Utara
56
P1=P2=0 (tekanan sama)
Z2-Z1= 1.11 m
V2=V1= 0 (kecepatan air dianggap sama)
Hp=𝑃2−𝑃1
𝛾 + Z2-Z1 +
𝑣22−𝑣12
2𝑔 + HL
HL = Hf(mayor)+ Hm(minor)
Hf = f 𝐿
𝑑 𝑣2
2𝑔
Untuk mendapatkan nilai f perlu dicari bilangan Reynolds, dengan
membuat asumsi kecepatan aliran air sebesar 2m/s
Re = 𝜌𝑣𝑑
𝜇
Re = (997) (2) (0.01905)
0.00082 = 46324.02 = 4.63x10
4
Nilai e dari pipa PVC= 0.0015
Maka kekasaran pipa PVC (𝑒
𝐷) =
0.0015
19.05 = 7.87x10
-5
Dengan menggunakan diagram Moody didapat nilai f= 0.038
Maka nilai Hf = 0.038 3.13
0.01905
22
2(9.81)
=1.27 meter
Kemudian nilai H minor dengan adanya perancangan menggunakan elbow 90o
sebanyak 3 buah, dengan nilai k untuk pipa elbow ¾ inchi standart 90o = 0.75
Hm = 𝛴k𝑣2
2𝑔
= 3k (2)2
2(9.81)
=3(0.75) 4
19.62
= 0.458 meter
Universitas Sumatera Utara
57
Maka untuk HL= Hf(mayor)+ Hm(minor)
= 1.27 + 0.458
= 1.72 meter
Jadi nilai dari Head pompa didapat,
Hp = Z2-Z1 + HL
= 1.11 + 1.72
= 3.44 meter
Selanjutnya untuk mengetahui berapa daya pompa yang dibutuhkan unutk
mengalirkan air pendingin perlu dicari daya pompa dengan rumus:
P = Hp 𝛾 Q
Sebelumnya perlu dicari debit dari aliran air dengan menggunakan asumsi
kecepatan aliran sebesar 2 m/s, maka
Q= v A
= (2) (𝜋
4 0.01905
2)
` = 5.67x10-4
m3/s
Maka daya pompa untuk mengalirkan air ke permukaan kaca didapat:
P = (3.44) (9800) (5.67x10-4
)
= 19.207 watt
Dengan mendapat perancangan nilai Head pompa (Hp) = sebesar 3.44 meter dan
daya pompa (P) sebesar 19.207 watt maka spesifikasi pompa yang digunakan
harus memenuhi nilai minimal dari hasil perhitungan. Oleh karena itu, setelah
melakukan survey dan pompa yang tersedia dipasaran memiliki spesifikasi Head
Pompa sebesar 4 meter dan daya 45 watt dimana telah memenuhi dari
Universitas Sumatera Utara
58
perancangan. Pompa DC yang digunakan dapat beroperasi meskipun daya yang
diterima tidak mencapai 45 W, sehingga ketika sinar matahari redup sekalipun
pompa tetap beroperasi untuk mendinginkan kaca.
Spesifikasi dari pompa yang digunakan adalah sebagai berikut:
Daya : DC 12 V
Kuat Arus : 5.4 A
Putaran : Continuous
Daya Motor : 45 W/ 5400 rpm
Diameter Luar : 25 mm
Max Head : 4 m
Max Rate : 70 L/m
Suhu Air : 0-60oC
Ukuran : (135 x 110 x 185) mm
Massa : 1.3 kg
Untuk mensuplay daya untuk pompa, digunakan photovoltaic dengan spesifikasi
100 WP yang telah memenuhi daya minimal untuk pompa yang digunakan.
4.3 Rancang Bangun Alat
4.3.1 Tahap Awal Pembuatan Basin dan Rangka
Tahap pertama dalam rancang bangun alat merupakan pembuatan basin dan
rangka dari keseluruhan alat. Dimensi keseluruhan dari basin dan kerangka
mengikuti rancangan yang telah di hitung sebelumnya. Pada tahap ini, basin dicat
dengan cat minyak hitam pekat guna mendapatkan daya serap energi matahari
yang maksimal.
Gambar 4. 7 pembuatan basin dan rangka
Universitas Sumatera Utara
59
4.3.2 Tahap Memasang tangki air laut
Tahap selanjutnya yaitu memasang tangki air laut sebagai saluran air laut
masuk ke area basin, dengan adanya tangki ini, maka air laut dapat masuk
kedalam basin tanpa ada yang terbuang dan dapat dialirkan perlahan dengan
adanya keran pada pipa saluran air laut ke basin.
Gambar 4.8 pemasangan tangki air laut
4.3.3 Tahap Isolasi Basin
Basin diisolasi dengan menggunakan sterofoam dan kemudian dilapisi
menggunakan alumunium foil guna untuk mencegah panas keluar dari area
evaporator.
Gambar 4.9 Tahap isolasi basin
4.3.4 Tahap Pengisian Air Laut ke Dalam Basin
Air laut diisi ke dalam basin yang disalurkan dari pipa yang berasal dari
tangki air laut.
Universitas Sumatera Utara
60
Gambar 4.10 pengisian air laut
4.3.5 Tahap Pemasangan Kaca Evaporator
Kaca penutup evaporator yang digunakan yaitu kaca dengan ketebalan 3
mm dan dimensi 100 cm x 100 cm.
Gambar 4.11 pemasangan kaca evaporator
4.3.6 Tahap Pemasangan Agilent
Gambar 4.12 Pemasangan Agilent
Universitas Sumatera Utara
61
Agilent digunakan untuk mengukur temperatur pada titik titik sistem,
dimana alat ini bekerja secara otomatis dan mencatat hasil pengukuran per
menitnya dalam bentuk file Ms Excel. Pada percobaan ini kabel agilent atau yang
disebut dengan kabel thermokopel yang digunakan berjumlah 12 titik yang
dipasang pada alat penelitian tersebut.
4.3.7 Instalasi Pompa Dan Pipa Air Pendingin
Dalam penelitian ini, akan di kaji perbandingan produksi air bersih alat
desalinasi dari dua alat, maka dengan itu, satu alat akan dipasang pendingin kaca
luar yaitu air mengalir yang dialirkan oleh pompa DC tenaga surya.
Gambar 4.12 Instalasi Pompa dan Pipa
4.3.8 Tahap Pengujian
Pengujian dilakukan selama 5 hari dimulai dari pukul 08.00-18.00 WIB.
Hasil air bersih akan diukur pada gelas ukur dan di catat setiap setengah jam.
Universitas Sumatera Utara
62
Gambar 4.13 Proses pengujian
4.4 Validasi Perancangan
Laju produksi air bersih dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
naik turunnya temperatur yang signifikan seperti cuaca, kelembaban udara,
intensitas radiasi matahari, dan suhu lingkungan. Dari hasil percobaan yang
dilakukan selama 3 hari perbandingan hasil air bersih yang dihasilkan selama 3
hari dapat dilihat pada Gambar 4.14. Dapat dilihat, Volume air bersih dengan alat
pendingin kaca luar lebih besar dibandingan alat tanpa pendingin kaca luar. Data
berikut hanya sebagai validasi dari hasil rancang bangun perbandingan produksi
air bersih dari kedua alat. Kuantitas air hasil desalinasi ditentukan oleh proses
penguapan air laut dalam evaporator. Proses penguapan air laut akan semakin baik
jika suhu di dalam evaporator panas dan proses kondensasi air pada permukaan
kaca dalam akan semakin cepat jika suhu permukaan kaca luar dijaga tetap dingin.
Dalam kinerja alat ini, suhu permukaan kaca luar akan tetap dijaga dingin
disebababkan aliran air dari bak penampung yang secara kontiniu terjadi. Aliran
air pendingin akan terus menerus terjadi pada saat energi matahari dapat
memberikan daya terhadap pompa DC 45W yang digunakan. Artinya proses
kondenasi air dan hasil air bersih akan lebih cepat dan lebih banyak jika suhu
permukaan kaca bagian luar dapat dijaga.
Universitas Sumatera Utara
63
Gambar 4.14 Grafik Perbandingan Produksi Air Bersih
0
1000
2000
3000
4000
27 juni 6 juli 8 juli
Vo
lum
em
air
ber
sih
Tanggal pengujian
Grafik perbandingan produksi air bersih
alat 1 (denganpendingin kaca)
alat 2
Universitas Sumatera Utara
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Telah dirancang bangun evaporator alat desalinasi air laut tenaga surya
dengan pendingin kaca bagian luar untuk panjang 1932 mm, lebar 1000
mm, tinggi bawah 200 mm, tinggi atas 458 mm, sudut kemiringan kaca
penutup evaporator dirancang sebesar 15o dan ketinggian air pada
evaporator diatur 20 mm
2. Daya pompa untuk mengalirkan air pendingin ke permukaan kaca didapat
19.207 watt
5.2 Saran
Adapun saran untuk perbaikan skripsi ini adalah:
1. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan menggunakan solar tracker untuk
photovoltaic supaya pompa yang digunakan dapat terus berjalan tanpa
mengatur dan menyesuaikan posisi untuk mendapatkan sinar matahari.
2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan menambahkan filter pada saluran
air kondensat guna mendapatkan air yang lebih bersih
Universitas Sumatera Utara
64
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Eltawil , M.A., Zhengming, Z., Yuan, L. A review of renewable
technologies integrated with desalination systems, Renew. Sustain. Energy
Rev. 13 (2009) 2245–2262
[2]. Durkaieswaran, P., Murugavel, K. Kalidasa. Various special designs of
single basin passive solar still–A review. Renewable and Sustainable
Energy Reviews 49 (2015) 1048–1060.
[3] Soteris Kalogirou. Solar energy engineering. processes and systems.
Elsevier. Academic Press (2014)
[4] Ambarita Himsar.,Study on the performance of natural vacuum desalination
system using low grade heat source. Case Studies in Thermal Engineering 8
(2016) 346–358.
[5] Duffie, John A, and A William Beckman.2013.Solar Engineering Of
Thermal Processes. 4th
. New Jersey: John Willey & Sons, Inc.
[6] Sujono.2009. Invetarisasi Permasalahan Pada Instalasi Solar House Sistem
Di Wilayah Yogyakarta. Teknik Fisika UGM. Yogyakarta
[7] Choucha, Samira,dkk.Valorization study of treaded deglet-nour dates by
solar drying using three different solar dries. Science Direct. Energy
Procedia (20140) 907-916
[8] Simic, M, dkk. Design Of a system to monitor and control solarpond: A
Review. Science Direct. Energy Procedia 110 (2017) 322-327
[9] Ceylan, I Energy and exergy Analyses of a temperature controlled solar
water heater. Science Direct. Energy And Buldings 47 (2012) 630-635
[10] Incropedia F.P.2001.Fundamentas Of Heat and Mass Traansfer, 7th
ed, New
York : John Wiley & Sons
[11] Holman, J. 1988. Perpindahan Kalor, Edisi Ke-enam . Penerbit Erlangga:
Jakarta . Halaman: 335
[12] Vassilis Belessiotis, Soteris Kalogirou, Emmy Delyannis. Thermal Solar
Desalination. Methods and Systems. Academic Press is an imprint of
Elsevier (2016)
Universitas Sumatera Utara
65
[13] M. Yari, A.E.Mazareh, A.S. Mehr., A novel cogeneration system for
sustainable water and power production by integration of a solar still and
PV module, Desalination 398 (2016) 1–11.
[14]. Ranjan , K.R., Kaushik, S.C. Energy, exergy and thermo-economic analysis
of solar distillation systems: A review. Renewable and Sustainable Energy
Reviews 27 (2013) 709–723.
[15] S. Al-Kharabsheh, D. Yogi Goswami. Analysis of an innovative water
desalination system using low-grade solar heat. Desalination 156 (2003)
323-332.
[16] Chandrashekara M, Avadhesh Yadav.,Water desalination system using
solar heat: A review. Renewable and Sustainable Energy Reviews 67 (2017)
1308–1330.
[17] Al-Karaghouli A, Renne D, Kazmerski LL. Solar and wind opportunities
for water desalination in the arab regions. Renew Sustain Energy Rev
2009;13 (2009):2397–2407.
[18]. Zheng Hongfei. Solar Energy Desalination Technology Beijing Institute of
Technology, Haidian, Beijing. Elsevier (2017).
[19] Hazim Mohameed Qiblawey, Fawzi Banat. Solar thermal desalination
technologies. Desalination 220 (2008) 633–644.
[20] G.A. Bemporad, Basic hydrodynamic aspects of a solar energy based
desalination process, Desalination 54 (1995) 125–134
[21] Rahul Dev, G.N. Tiwari., Characteristic equation of a passive solar still.
Desalination 245 (2009) 246–265.
[22] Qiblawey, H.M dan Banat, F. 2008. Solar thermal Desalination
technologies Desalination,220 (1): 633-44
[23] Parekh. B (2004) Rethinking Multicultularism: Cultural Diversity and
Political Theory, Cambridge, Mass: Havard University Press
[24] Sangi. M.S. Momuat, L. I, & Kumaunang, M, 2012 , Jurnal Ilmiah Sains .
12 (2): 127-134
[25] Manjarresz R, Galvan M. Solar Multi Stage flash evaporation (SMSF) asa
solar energy application on desalination processes. Description of one
demonstration project. Desalination 1979,31:54554
Universitas Sumatera Utara
66
[26] Mezher T, Fath H, Abbas, Z and Khaled A, (2011), Techno Economic
Assesment and Enviromental Impacts Of Desalination Technologies,
Desalination, 266, pp. 263-251
[27] Helal G, dkk.2006, Effect of Cymbopogon cirates, L, essential Oil on The
Growth, Lipid Content and Morphogenesisi of Aspergillus Niger MI-2
strain, J Basic Microbiol,46:456-469.
[28] Rane, S (2011). Street Vended Food in Developing Wolrd, Hazard Analyzes
. Indian Journal Of Microbiology, 51 (1): 100-106
[29] W.F. Brinkman andT.M Rice, Phys. Rev. B 2, 1324 (1970)
[30] Liu, D.C. Wu and F,J. Tan, 2010. Effect of addition of anka rice on the
qualities of low-nitrite Chinese sausages. Food Chemistry 118: 245-250
[31] Kleerekoper, L. Van Esch, M & Salcedo, T.B 2012. How To Make City
Climate-proof, addressing the urban heat island effect. Resources,
convervation and Recycling 64: 30-38
[32] John A. Robertson, Clayton T. Crowe, 6th
ed, Inc.1997.Engineering Fluid
Mechanics. Canada
[34] T. A. Babalola, A. O. Boyo, R. O. Kesinro. Effect of water depth and
temperature on the productivity of a double slope solar still.2015
[35] Hitesh Panchal. Performance Investigation on Variations of Glass Cover
Thickness on Solar Still: Experimental and Theoretical Analysi. 2015
[36] G.N, Tiwari Lovedeep Sahota.Advanced Solar Distilation Systems.Basic
Principles, Thermal Modeling And Its Application.2017
[37] Wael M. El-Maghlany.An approach to optimization of double slope solar still
geometry for maximum collected solar energy. Juni 2015.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran
1. Biaya Perancangan
Adapun daftar biaya belanja alat unutk membangun alat solar desalinasi
sesuai dengan tabel berikut.
Tabel 4.1 Tabel Biaya Perancangan
Bahan Banyak Harga (Rp) k
Cat Hitam Doff Merk Penlux 1 kaleng 55000
Kuas 2 buah 30000
Pipa 1" 1 batang 50000
Elbo 1" 2 buah 10000
Kaca ( 105 x 100 ) cm 1 bagian 150000
Karet Frame Kaca 4 meter 20000
Elbo 1/2" 2 buah 5000
Pipa Wavin 1/2" 1 batang 34000
Dop 1/2" (Penutup Pipa) 2 buah 5000
Lem Pipa 1 buah 15000
Tee 1/2" 1 buah 3000
Pompa DC 12 V 1 buah 190000
Isi Lem Tembak 5 buah 12500
Aluminium Foil 2 buah 16000
Lakban Bening 1 buah 13000
Rol 1 meter 1 buah 40000
Silikon 1 buah 25000
Isi Lem Tembak 2 buah 10000
Gun tembak 1 buah 45000
Styrofoam ( 1 x 2 ) m 2 lembar 88000
Dop 1/2" (Penutup Pipa) 2 buah 6000
Segitiga Aluminium 2 buah 15000
Aluminium Foil 2 buah 16000
Lem Tembak 6 buah 15000
1 Tee ( untuk masukan galon ) 1 buah 8000
Bensin 1 liter 1000
Mata Gerinda 1 buah 7000
Batre 3.6 V (Taradin ) 2 buah 400000
Pasang Kaca Jasa 25000
Aluminium Foil 3 buah 24000
Jerigen 2 buah 100000
Lem Tembak 4 buah 10000
Terpal 2 meter 20000
Superglue 1 buah 8000
Gelas Ukur 1 buah 43000
Universitas Sumatera Utara
Aluminium Foil 2 buah 16000
Lem Tembak 4 buah 12000
Ongkos Ambil Air Laut 150000
1 Kg Best Cat Minyak Hitam Doff 1 buah 55000
Lakban Putih 1 buah 13000
Lem Tembak 8 pcs 20000
Daktape Silver 6 pcs 48000
Silikon 3 pcs 75000
Bensin 1 10000
Rp.1913500
Universitas Sumatera Utara