Ralksasi Dan Pijat

34
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori Terkait II.1.1 Pengertian Terapi Pijat Teknik relaksasi adalah teknik untuk menurunkan respon relaksasi sebagai mekanisme protektif terhadap stress yang menurunkan, denyut nadi metabolisme, laju pernapasan dan tonus otot. Salah satu teknik relaksasi adalah terapi pijat (Sharon et. All, 2000 dikutip dari Wahyuni, 2002). Relaksasi adalah suatu kondisi untuk membebaskan fisik dan mental dari tekanan atau stress. Teknik relaksasi memberikan kemampuan kepada individu untuk dapat mengontrol dirinya sendiri ketika terjadi ketidaknyamanan atau nyeri dan memperbaiki keadaan fisik dan stress emosional (Potter & Perry, 2002). Pijat ; memijat adalah menekan dengan jari, mengurut bagian tubuh untuk melemaskan otot sehingga peredaran darah lancar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990). Pijat yaitu manipulasi terhadap jaringan lunak, umumnya dengan menggunakan tangan, untuk menstimulasi dan merelaksasi serta mengurangi stress dan kecemasan (Craven & Hirnle, 2002). Pijat merupakan suatu teknik yang dapat memperlancar peredaran darah, memberikan rasa rileks pada tubuh, menghilangkan stress, menghilangkan rasa lelah dan letih, dengan melakukan tekanan pada titik-titik tertentu (anonim, 2001). Pijat atau pemijatan dapat membuang stress dan memfasilitasi pemompaan oksigen yang menyegarkan ke otak (Ackeren, 2002). Pijat pada tangan dan kaki penting untuk merelaksasikan dan menenangkan klien. Hal ini karena sirkulasi darah lancar akibat berdilatasinya pembuluh darah karena kehangatan sebagai efek pengurutan yang dilakukan ketika pijat. Juga terjadi perbaikan tonus otot sehingga fungsi sistem muskularnya menjadi lebih baik

Transcript of Ralksasi Dan Pijat

Page 1: Ralksasi Dan Pijat

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Terkait

II.1.1 Pengertian Terapi Pijat

Teknik relaksasi adalah teknik untuk menurunkan respon

relaksasi sebagai mekanisme protektif terhadap stress yang

menurunkan, denyut nadi metabolisme, laju pernapasan dan tonus otot.

Salah satu teknik relaksasi adalah terapi pijat (Sharon et. All, 2000

dikutip dari Wahyuni, 2002). Relaksasi adalah suatu kondisi untuk

membebaskan fisik dan mental dari tekanan atau stress. Teknik

relaksasi memberikan kemampuan kepada individu untuk dapat

mengontrol dirinya sendiri ketika terjadi ketidaknyamanan atau nyeri

dan memperbaiki keadaan fisik dan stress emosional (Potter & Perry,

2002).

Pijat ; memijat adalah menekan dengan jari, mengurut bagian

tubuh untuk melemaskan otot sehingga peredaran darah lancar (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 1990). Pijat yaitu manipulasi terhadap jaringan

lunak, umumnya dengan menggunakan tangan, untuk menstimulasi dan

merelaksasi serta mengurangi stress dan kecemasan (Craven & Hirnle,

2002). Pijat merupakan suatu teknik yang dapat memperlancar

peredaran darah, memberikan rasa rileks pada tubuh, menghilangkan

stress, menghilangkan rasa lelah dan letih, dengan melakukan tekanan

pada titik-titik tertentu (anonim, 2001).

Pijat atau pemijatan dapat membuang stress dan

memfasilitasi pemompaan oksigen yang menyegarkan ke otak

(Ackeren, 2002). Pijat pada tangan dan kaki penting untuk

merelaksasikan dan menenangkan klien. Hal ini karena sirkulasi darah

lancar akibat berdilatasinya pembuluh darah karena kehangatan sebagai

efek pengurutan yang dilakukan ketika pijat. Juga terjadi perbaikan

tonus otot sehingga fungsi sistem muskularnya menjadi lebih baik

Page 2: Ralksasi Dan Pijat

9

(Rosdahl, 1999). Pijat dapat menyebabkan otot-otot mengalami

relaksasi dan mengurangi tekanan (Iskandar Ali, 2010).

II.1.2 Tujuan Pemijatan

Pada dasar ilmunya, pijat ini bisa menyembuhkan hampir semua

penyakit. Tujuan utama dari pemijatan bukanlah untuk penyembuhan,

tetapi untuk kebugaran, dan secara tidak langsung dapat mencegah

penyakit. Pemijatan merupakan pemberian energi yang dimasukan ke

dalam tubuh untuk memperlancar peredaran darah, sehingga dapat

terhindar dari penyakit bahkan dapat pula mengobati penyakit. Sudah

banyak diakui bahwa pijat dapat membantu mengatasi berbagai masalah

kesehatan. (Pamungkas. R, 2010).

Menurut Craven & Hirnle (2002) tujuan dilakukan pemijatan

adalah :

1. Menstimulasi sirkulasi darah ke kulit.

2. Mengurangi tekanan pada otot.

3. Meningkatkan kenyamanan dan relaksasi.

Sedangkan menurut Kozier (2002), tujuan dilakukan pemijatan:

1. Mengurangi tekanan pada otot.

2. Merelaksasikan keadaan mental dan fisik.

3. Memperbaiki fungsi otot dan kulit.

4. Mengurangi keadaan insomnia, serta

5. Menurunkan nyeri.

II.1.3 Manfaat Pemijatan

Manfaat dari pijat refleksi menurut Iskandar Ali (2010), antara

lain:

1. Mencegah dan mengatasi penyakit

Relatif banyak penyakit yang bisa diatasi melalui

teknik pijat refleksi, dari penyakit ringan (seperti pegal dan

pusing) hingga penyakit berat (seperti kanker, gangguan ginjal,

stroke dan jantung). Perlu diketahui, sekalipun pijat refleksi

Page 3: Ralksasi Dan Pijat

10

tidak mengatasi sumber penyakit secara langsung, lancarnya

peredaran darah akibat pengaruh pijat akan memperbaiki fungsi

organ tubuh yang tengah bermasalah tersebut. Distribusi oksigen

dan nutrisi ke sel-sel tubuh juga menjadi lancar dan racun yang

mengendap dalam tubuh juga terdesak keluar. Karena itu,

penyakit atau organ tubuh yang bermasalah akan berangsur-

angsur membaik. Metode pemijatan ini tidak hanya mengatasi

berbagai penyakit, tetapi juga mampu mencegah sedini mungkin

penyakit yang dapat menyerang.

2. Meningkatkan daya tahan tubuh

Melalui pemijatan, daya tahan tubuh dapat ditingkatkan

sehingga tubuh menjadi lebih bugar dan stamina tubuh

meningkat. Hal ini terjadi karena teknik pijatan ini dapat

meningkatkan energi tubuh. Secara mekanis, saraf dan otot

tubuh menjadi terlatih, sehingga tubuh menjadi lebih fit dan

dapat mencegah terjadinya penyakit.

3. Meningkatkan gairah kerja

Salah satu penyebab munculnya rasa malas pada

manusia adalah adanya gangguan fungsi pada organ-organ tubuh

tertentu. Dengan menerapkan pijat refleksi dapat menjaga fungsi

organ-organ tubuh sehingga dapat meningkatkan gairah atau

motivasi untuk bekerja.

4. Membantu mengusir stress

Keadaan kesehatan fisik yang memburuk akibat stress

akan meningkatkan stress. Dengan melakukan pijat refleksi,

efek buruk stress terhadap keadaan fisik dapat dikembalikan

pada keadaan normal pada gilirannya, stress akibat keadaan

tertekan perlahan berkurang dan menghilang.

Page 4: Ralksasi Dan Pijat

11

II.1.4 Teknik Melakukan Terapi

Menurut Iskandar Ali (2010), cara melakukan terapi umumnya

disesuaikan dengan maksud dan tujuannya, yaitu:

1. Gosokan

Untuk membantu kerja pembuluh darah balik (vena)

jaringan di bawah kulit serta memanaskan badan.

2. Pijatan

Untuk menghancurkan sisa-sisa pembakaran dan

melemaskan kekakuan-kekakuan di dalam jaringan.

3. Goncangan

Untuk menempatkan kembali bagian tubuh yang ada di

bawah kulit (otot, pembuluh darah, syaraf, dll) pada tempatnya

masing-masing serta untuk memudahkan pengaliran / pertukaran

zat dalam bagian tubuh tersebut.

4. Pukulan

Untuk mempengaruhi tonus syaraf vegetatif (tak sadar)

pada jaringan perifer (jaringan tepi) dan mempergiat peredaran

darah pada kulit.

5. Gerusan

Untuk menghancurkan bekuan-bekuan pengerasan dalam

jaringan otot dan menormalkan sirkulasi peredaran darah dan

pertukaran zat.

6. Mengurut

Untuk mempengaruhi syaraf vegetatif dan jaringan bawah

kulit, juga untuk melemaskan jaringan sehingga sirkulasi darah

menjadi lebih baik.

Page 5: Ralksasi Dan Pijat

12

Dalam melakukan pemijatan ada teknik-teknik yang

harus diketahui. Menurut Ahr (2002), seorang ahli fisioterapi,

teknik-teknik dalam melakukan pemijatan adalah :

1. Teknik usapan. Dilakukan di daerah punggung, tungkai, atau

lengan. Teknik ini bermanfaat untuk merangsang aliran darah

dan getah bening.

2. Teknik remasan. Teknik ini dilakukan dengan cara bagian

tungkai atau lengan dipadatkan atau dimelarkan menggunakan

sisi tangan bagian dalam dan sedikit gerakan memeras; mirip

gerakan membuat adonan roti. Teknik ini bermanfaat untuk

melancarkan peredaran darah.

3. Teknik kocokan. Teknik ini dilakukan dengan cara

“menggulung”. Tangan diletakkan sejajar dengan anggota

badan, sambil mengurut seperti menggulung sosis atau

mengaduk adonan. Teknik ini bermanfaat untuk menggendorkan

jaringan.

4. Teknik urut lingkar. Teknik ini dilakukan dengan cara mengurut

dan membuat bentuk lingkaran pada punggung. Teknik ini

bermanfaat untuk meningkatkan aliran darah karena

memvasodilatasikan pembuluh darah.

Sedangkan menurut Kozier (2002), Variasi dari gerakan-

gerakan pemijatan berupa :

1. Memukul dengan pelan

2. Mengusap

3. Menekan

4. Meremas-remas: kulit, jaringan subkutaneus, dan otot-otot

5. Vibrasi

6. Melakukan perkusi. Teknik-teknik ini pemijatan ini penting

untuk diketahui karena akan sangat menentukan efektif tidaknya

tindakan pemijatan.

Page 6: Ralksasi Dan Pijat

13

II.1.5 Tipe Pasien Yang Perlu Perlakuan Hati-hati Dalam Pemijatan

Tipe pasien yang perlu perlakuan hati-hati dalam pemijatan

menurut Iskandar Ali (2010), antara lain:

1. Wanita hamil

Jangan pernah sekalipun memijat didaerah yang

berhubungan dengan organ reproduksi, karena dapat terjadinya

keguguran. Pemijatan di wilayah selain organ reproduksi juga

hendaknya dilakukan dengan sangat hati-hati. Tekanan pijatan

tidak boleh terlalu keras dan hanya bersifat relaksasi, seperti

diremas atau digosok.

2. Pasien sakit keras

Salah satu jenis penyakit keras adalah penyakit jantung.

Jangan pernah sekalipun memijat dibagian titik jantung dengan

tekanan sangat keras. Sebaiknya pemijatan juga dilakukan di

wilayah yang memang tidak mengalami sakit. Penyakit lainnya,

seperti gagal ginjal dan kanker.

3. Pasien yang terinfeksi virus berbahaya

Seorang terapis tidak boleh sungkan untuk memakai

masker dan sarung tangan dalam menangani pasien yang

terinfeksi virus berbahaya, seperti HIV dan H1N1. Komunikasi

Tanya jawab antara terapis dan pasien diperlukan untuk

mengungkapkan riwayat penyakit pasien, selain itu, waspadai

ciri-ciri khusus penderita HIV, seperti penggunaan narkoba dan

pelaku seks bebas.

4. Pasien yang tidak stabil emosinya

Pasien yang sedang tidak stabil emosinya memiliki tanda-

tanda, yakni saat dipijat merasa sangat kesakitan walaupun

dipijat secara lembut. Untuk menghadapinya, pemijatan pasien

ini harus disertai dengan komunikasi yang mendalam sehingga

pasien mengeluarkan keluhan yang menjadi penyebab emosi

tersebut.

Page 7: Ralksasi Dan Pijat

14

5. Pasien yang terlalu lelah atau kurang tidur

Pasien yang terlalu lelah atau kurang tidur perlu

mendapatkan perlakuan ekstra, karena jika dipaksa untuk dipijat,

pasien dapat mengalami pingsan, koma, bahkan meninggal.

Pasien yang terlalu lelah atau kurang tidur ditandai dengan

keluarnya keringat yang berlebih dan tubuh terasa dingin. Cara

lain untuk mengetahuinya yaitu dengan melakukan konsultasi

pasien terlebih dahulu. Ajak pasien berkomunikasi selama

pemijatan untuk mencegah pasien pingsan.

II.1.6 Urutan Dalam Pemijatan

Menurut F. Ruhito (2009) urutan khusus perawatan memijat

yaitu bila dalam keadaan normal.

1. Bila keadaan normal

a. Pijat daerah yang berhubungan dengan sistem pembuangan

urin mulai dari titik ginjal, saluran kemih, kantong kemih.

b. Pijat daerah yang berhubungan dengan kepala, karena

kepala adalah pusat segala organ bagi tubuh manusia.

c. Pijat daerah yang berhubungan dengan organ pencernaan,

termasuk didalamnya usus, lambung, liver, dan kelenjar

ludah perut. Tujuannya adalah melancarkan metabolisme

tubuh untuk memberikan makanan pada organ-organnya.

d. Pijat daerah yang behubungan dengan sistem pelenjar agar

enzim yang dihasilkan kelenjar membawa pergi segala

kotoran.

Menurut Iskandar Ali (2010), sebenarnya tidak terlalu penting

menentukan permulaan pijatan dari bagian kiri atau kanan. Semua

dikembalikan pada kebiasaan. Untuk pemijatan kaki misalnya, ada yang

selalu memulai dari kaki bagian kiri, dengan maksud untuk

mengaktifkan organ jantung terlebih dahulu. Ada juga yang terbiasa

mulai memijat dari bagian kaki kanan, hal ini dimaksudkan untuk

mengaktifkan organ hati (lever) terlebih dahulu.

Page 8: Ralksasi Dan Pijat

15

Menurut Craven & Hirnle (2002), prosedur untuk melakukan

pemijatan adalah :

1. Bantu klien untuk miring atau dalam posisi prone.

2. Ekspose bagian punggung, bahu, lengan atas dan sacral. Tutup

bagian yang tidak dipijat dengan handuk untuk mencegah

bagian tubuh dari keadaan/udara dingin.

3. Cuci tangan dengan air hangat. Hangatkan lotion dengan

merendamnya dalam air yang panas. Lotion yang hangat akan

membuat klien lebih nyaman.

4. Tuangkan lotion ketelapak tangan secukupnya untuk mencegah

terjadinya gosokan yang kasar terhadap kulit.

5. Mulai pijat daerah sakral dengan gerakan yang memutar.

Gerakan tangan naik kearah bahu, pijat memutar di skapula

lakukan perlahan dan merata.

6. Ketika dilakukan pemijatan, kaji adanya daerah yang terlihat

adanya kepucatan atau kemerahan. Untuk area yang terlihat

kepucatan atau kemerahan tersebut, lakukan pemijatan lebih

intensif untuk merangsang agar aliran darah agar menjadi lancar.

7. Jika tambahan stimulasi diperlukan, lakukan peremasan pada

daerah bahu dan area gluteal serta turun naik pada area tulang

belakang.

8. Pada tahap akhir, lakukan pukulan-pukulan yang ringan.

9. Setelah selesai pemijatan, keringkan lubrikan yang berlebih

dengan handuk. Minta klien untuk berpakaian lagi dan berikan

posisi yang nyaman.

10. Cuci tangan.

Page 9: Ralksasi Dan Pijat

16

Sedangkan menurut Iskandar Ali (2002), untuk pemijatan yang

baik, yang harus dilakukan adalah :

1. Sentuhlah klien dengan rasa hormat. Sentuhan perlu kuat tetapi

lembut terutama pada awalnya. Kuat, sehingga klien merasa

aman dan terlindungi; lembut sehingga klien yang dipijat merasa

tenang dan nyaman.

2. Gerakkan tangan secara perlahan-lahan, yaitu dengan gerakan

yang panjang dan lembut, menuruni daerah yang anda pijat,

kemudian kembali naik untuk tiap gerakan.

3. Tempat yang baik untuk memulai adalah punggung. Inilah

bagian tubuh yang paling luas, dan arena sistem saraf berjalan

sepanjang tulang belakang. Anda dapat mempengaruhi seluruh

tubuh dengan memijat daerah tulang belakang. Mulailah dari

bahu, leher, dan seluruh punggung.

4. Wajah merupakan daerah yang sangat sensitif, khususnya bagi

sebagian orang. Gunakan sentuhan yang lembut ketika memijat

wajah dan rahang.

5. Kulit kepala. Pijatlah seakan-akan anda sedang keramas. Orang

menanggung sangat banyak ketegangan di daerah tersebut, dan

6. Berhati-hatilah dengan tangan dan kaki. Sebab pada penekanan

yang terlalu keras, akan menyebabkan klien kesakitan. Gosoklah

telapaknya dalam gerakan memutar. Tarik jari tangan dan kaki.

Pijatlah disela-sela jari.

Pada proses pemijatan, diperlukan peralatan-peralatan untuk

menunjang efektifitas pijat itu sendiri. Peralatan yang dibutuhkan untuk

pijat adalah :

1. Handuk, untuk menyerap kelembaban yang berlebih.

2. Lotion atau minyak esensial, digunakan pada kulit dan

mencegah ketidaknyamanan ketika dilakukan pemijatan, serta

3. Powder untuk mengurangi ketidaknyamanan pada kulit. (Craven

& Hirnle, 2002).

Page 10: Ralksasi Dan Pijat

17

Kemudian terkait dengan waktu pemijatan, tidak ada ketentuan

baku tentang lamanya pemijatan. Namun, berdasarkan pengalaman

untuk seluruh tahap pemijatan secara lengkap perlu disediakan waktu

khusus minimal 15 menit (Luize, 2002).

II.1.7 Hal Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Memijat

Hal yang perlu diperhatikan sebelum memijat menurut Iskandar

Ali (2010), yaitu:

1. Kebersihan tangan dan kuku

Bagi seorang terapis, biasakan mencuci tangan dengan

sabun atau cairan pencuci tangan sebelum ataupun sesudah

memijat. Kuku tangan juga harus rapi, bersih dan tidak boleh

panjang untuk mencegah terjadinya luka pada kulit pasien akibat

tergores.

2. Keadaan alat bantu pijat

Alat bantu pijat harus selalu dalam keadaan yang baik dan

bersih saat akan digunakan, dan pastikan pula alat bantu pijat

yang akan digunakan tidak dapat melukai pasien.

3. Memilih krim atau minyak pijat

Memilih dan menggunakan krim atau minyak pijat untuk

mempermudah pemijatan harus diperhatikan karena tidak semua

pasien cocok dengan krim atau minyak pijat. Sediakan krim atau

minyak pijat dan mintalah pasien untuk memilih sesuai dengan

keadaan kulitnya.

4. Kondisi fisik dan emosi terapis saat memijat

Jika terapis dalam keadaan sakit atau kondisi emosi

sedang tidak stabil, sebaiknya jangan memaksakan diri

melakukan terapi. hal ini dapat mengacaukan aliran energi

terapis dan akan berimbas buruk bagi pasien. Pasien juga akan

merasa tegang dan tidak nyaman.

Page 11: Ralksasi Dan Pijat

18

5. Keadaan psikologis dan posisi pijat pasien

Seorang terapis harus mampu membuat pasiennya nyaman

dan rileks saat akan dipijat. Salah satunya dengan melakukan

konsultasi dan berusaha meyakinkan pasien bahwa sakit pasien

dapat diatasi. Posisi pasien saat dipijat juga harus diperhatikan

agar pasien merasa rileks dan nyaman.

6. Pastikan sumber gangguan sebelum memijat

Sebelum memulai memijat sebaiknya terapis melakukan

konsultasi dengan pasien mengenai keluhan yang diderita.

Dengan demikian terapis akan fokus terhadap titik-titik terapi

yang berhubungan dengan keluhan pasien. informasi yang dapat

ditanyakan kepada pasien berupa:

a. Kebiasaan pasien

Antara lain mengenai pola tidur pasien, kebiasaan

BAB dan BAK, nafsu makan dan makanan kesukaan

pasien.

b. Kondisi kesehatan pasien

Kondisi kesehatan yang biasanya ditanyakan atau

diperiksa, antara lain bagian tubuh yang sakit, suhu tubuh,

berkeringat atau tidak, kondisi suara, rasa mual,

pemeriksaan nadi, keadaan mulut kering atau normal,

pendengaran, penglihatan, emosi, dan siklus menstruasi

(jika pasien wanita). Selain itu juga menanyakan tentang

riwayat kesehatan pasien.

7. Perlakuan pijat di bagian tubuh yang sakit

Bagian tubuh yang sedang mengalami gangguan atau sakit

tidak dibenarkan untuk dipijat secara langsung, terlebih dipijat

dengan tekanan yang keras. Hal ini untuk menghindari

kemungkinan terjadi kerusakan sel-sel bagian tubuh yang

sedang mengalami gangguan tersebut. Alihkanlah pemijatan di

daerah titik saraf lainnya yang terhubung dengan bagian tubuh

yang sakit.

Page 12: Ralksasi Dan Pijat

19

Menurut R. pamungkas (2010), hal-hal yang perlu diperhatikan

sebelum memijat, yaitu:

1. Pakailah minyak urut supaya kulit tidak lecet ketika dipijat.

2. Sebaiknya melakukan pijatan dua hari sekali atau tiga kali dalam

seminggu. Jangan melakukan pijatan setiap hari atau setiap saat

karena hal ini akan merusak saraf refleksi.

3. Setiap titik refleksi biasanya dipijat 5 menit, jika sakitnya keras

boleh dipijat 10 menit.

4. Jika pemijatan terlalu keras dan pasien merasa kesakitan, maka

tekanan pijatan dikurangi dan memindahan pijat kebagian

lainnya.

5. Jangan memijat pada waktu pasien yang menderita penyakit

menular dan bagian tubuh pasien luka atau bengkak.

II.1.8 Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemijatan

Menurut R. Pamungkas (2010), setiap pemijatan yang dilakukan

baik yang berhubungan dengan organ luar maupun organ dalam harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Ada kalanya pasien sudah sembuh dari penyakit dalam sekali

atau dua kali pijat, namun biasanya diperlukan waktu yang

cukup. Pasien biasanya berangsur-angsur sembuh atau sakit

berkurang, karena itu harus rajin dipijat. Untuk penyakit yang

berat biasanya diperlukan 20-30 kali pijat atau sepuluh

minggu.

2. Setiap titik refleksi tidak boleh dipijat lebih dari 10 menit,

karena hal ini dapat membahayakan saraf pasien.

3. Bagi penderita jantung, kencing manis, lever dan kanker

jangan memijat dengan keras. Tiap titik refleksi hanya boleh

dipijat selama 2 menit.

Page 13: Ralksasi Dan Pijat

20

4. Jangan melakukan pijat dalam waktu satu jam setelah makan.

5. Selesai dipijat minumlah air putih 2-3 gelas, agar kotoran

dalam tubuh mudah terbuang bersama air seni. Bagi penderita

ginjal berat jangan minum lebih dari 1 gelas.

6. Bagi terapis yang kurang sehat sebaiknya jangan memaksakan

diri melakukan terapi, karena memijat akan menguras tenaga

terapis.

II.1.9 Reaksi Yang Mungkin Terjadi Pada Pijat Refleksi

Menurut Iskandar Ali (2010), setelah pemijatan selesai atau

adakalanya ditengah pemijatan timbul beberapa reaksi pada pasien,

antara lain:

1. Suhu badan normal

Hal ini merupakan reaksi normal. Untuk menetralisir

suhu badan dapat dilakukan dengan cara menggenggam jempol

kaki dengan cara silang. Tangan kanan menggenggam kaki kiri

dan sebaliknya. Pegang rileks saja tanpa perlu tekanan keras.

Dengan cara seperti itu, suhu badan perlahan akan turun dan

kembali normal.

2. Kepala pusing

Hal ini terjadi karena suplai darah yang semula

terhambat dibagian kepala perlahan menjadi lancar. Gejala

pusing seperti ini biasaya tidak berlangsung lama.

3. Urat darah menonjol

Adakalanya setelah dilakukan pemijatan, urat darah

tampak menonjol, hal ini dapat dikarenakan efek dari

pemijatan yang terlalu keras. Namun, bisa juga pertanda mulai

lancarnya peredaran darah yang semula tersumbat.

4. Urine berwarna keruh

Hal ini merupakan gejala baik, pertanda kotoran atau zat

racun dalam tubuh telah berhasil dibuang melalui urine.

Page 14: Ralksasi Dan Pijat

21

Karena itu, setelah dipijat pasien disarankan untuk

mengkonsumsi air putih yang banyak.

5. Timbul rasa gatal

Hal ini menandakan aliran darah yang semula tersumbat

mulai lancar. Selain itu, zat racun dalam tubuh mulai terdesak

dan akan keluar melalui keringat. Biasanya rasa gatal hanya

bersifat sementara.

6. Timbul rasa mengantuk

Hal ini merupakan gejala alami yang menunjukkan

kondisi tubuh dan mental pasien mulai merasa rileks.

II.2 Konsep Tidur

II.2.1 Definisi Tidur

Terdapat berbagai definisi tidur. Potter & Perry (2005)

mendefinisikan tidur sebagai perubahan keadaan kesadaran yang

terjadi secara terus-menerus dan berulang untuk menyimpan energi

dan kesehatan. Adapun Berger & William (2000) mendefinisikan tidur

sebagai ritme fisilogis yang komplek dan normal yang melibatkan

perubahan keadaan kesadaran dari seorang individu yang dapat

dibangunkan oleh stimulus yang tepat. Hal serupa dikemukakan

Guyton (2000) yang mendefinisikan tidur sebagai suatu keadaan

bawah sadar dimana orang tersebut dapat dibangunkan dengan

pemberian rangsangan sensorik atau dengan lainnya.

Sedangkan Kozier (2000) definisi tidur telah mengalami evolusi.

Secara histories tidur dianggap sebagai keadaan tidak sadar (state

unconsciussness). Sedangkan menurut konsep terbaru, tidur

didefinisikan sebagai suatu keadaan sadar (state of consciusness)

dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun.

II.2.2 Fisiologi Tidur

Hipotalamus mempunyai pusat-pusat pengendalian untuk

beberapa jenis kegiatan tidak sadar dari badan, yang salah satu

Page 15: Ralksasi Dan Pijat

22

diantaranya menyangkut tidur dan bangun. Cedera pada hipotalamus

dapat mengakibatkan seseorang tidur dalam jangka waktu yang luar

biasa panjang atau lama. Formasi retikuler terdapat dalam pangkal

otak. Formasi itu menjulang naik menembus medulla, pons, otak

bagian tengah, dan lalu ke hipotalamus. Formasinya tersusun dari

banyak sel syaraf dan serat syaraf . Serat-seratnya mempunyai

hubungan-hubungan yang meneruskan impuls-impuls ke kulit otak

dan ke tali sumsum tulang belakang. Formasi retikular itu

memungkinkan terjadinya gerakan-gerakan refleks serta yang

disengaja dengan mudah, maupun kegiatan-kegiatan kortikal yang

bertalian dengan keadaan waspada.

Saat individu tidur, sistem retikular mendapat hanya sedikit

rangsangan dari korteks serebral (kulit otak) serta permukaan luar

tubuh. Keadaan bangun terjadi apabila sistem retikular dirangsang

dengan rangsangan-rangsangan dari korteks serebral dan dari organ-

organ serta sel-sel pengindraan di kulit. Umpamanya saja, jam wekker

membangunkan kita dari tidur menjadi keadaan sadar apabila kita

menyadari bahwa kita harus bersiap-siap untuk pergi bekerja.

Perasaan-perasaan yang diakibatkan oleh kenyerian, kebisingan dan

sebagainya, akan membuat orang tidak dapat tidur lewat organ-organ

serta sel-sel di kulit badan. Maka keadaan tidak dapat tidur di

timbulkan oleh kegiatan kulit otak serta apa yang dirasakan oleh

badan; di waktu tidur, rangsangan-rangsangan menjadi minimal.

II.2.3 Fungsi Tidur

Kegunaan tidur masih tetap belum jelas (Hodgson, 1991 dalam

Potter & Perry, 2005). Tidur dipercaya mengkontribusi pemulihan

fisiologis dan psikologis (Oswald, 1984; Anch, 1988 dalam Potter &

Perry, 2005). Menurut teori, tidur adalah waktu perbaikan dan

persiapan untuk periode terjaga berikutnya. Selama tidur NREM,

fungsi biologis menurun. Laju denyut jantung normal pada orang

dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70 hingga 80 denyut per menit

Page 16: Ralksasi Dan Pijat

23

atau lebih rendah jika individu berada pada kondisi fisik yang

sempurna. Akan tetapi selama tidur laju denyut jantung turun sampai

60 denyut per menit atau lebih rendah. Hal ini berarti bahwa denyut

jantung 10 hingga 20 kali lebih sedikit dalam setiap menit selama

tidur atau 60 hingga 120 kali lebih sedikit dalam setiap jam. Secara

jelas, tidur yang nyenyak bermanfaat dalam memelihara fungsi

jantung.

Tidak nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses

biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam

(NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia

untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti

sel otak (Horne, 1983 dalam Potter & Perry, 2005). Akan tetapi,

Horne (1983) juga berpendapat bahwa peran hormon pertumbuhan

yang umum sebagai suatu promotor sintesis protein adalah terbatas

dikarenakan pelepasannya tidak berhubungan dengan kadar glukosa

darah dan asam amin. Penelitian lain menunjukkan bahwa sintesis

protein dan pembagian sel untuk pembaharuan jaringan seperti pada

kulit, sumsum tulang, mukosa lambung, atau otak terjadi selama

istirahat dan tidur (Oswald, 1984 dalam Potter & Perry, 2005). Tidur

NREM menjadi sangat penting khususnya pada anak-anak yang

mengalami lebih banyak tidur tahap 4.

Teori lain tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan

energi selama tidur. Otot skelet berelaksasi secara progresif, dan tidak

adanya kontraksi otot menyimpan energi kimia untuk proses seluler.

Penurunan laju metabolik basal lebih jauh menyimpan persediaan

energi tubuh (Anch dkk, 1988 dalam Potter & Perry, 2005). Tidur

REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM

dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah serebral,

peningkatan aktivitas kortika, peningkatan konsumsi oksigen, dan

pelepasan epinefrin. Hubungan ini dapat membantu penyimpanan

memori dan pembelajaran. Selama tidur, otak menyaring informasi

yang disimpan tentang aktivitas hari tersebut.

Page 17: Ralksasi Dan Pijat

24

Kegunaan tidur pada perilaku seringkali tidak diketahui sampai

seseorang mangalami suatu masalah akibat deprivasi tidur. Kurangnya

tidur REM dapat mengarah pada perasaan bingung dan curiga. Tidak

ada hubungan sebab dan akibat yang jelas keberadaannya antara

kehilangan tidur dan disfungsi tubuh yang spesifik (Webster &

Thompson, 1986 dalam Potter & Perry, 2005). Akan tetapi, berbagai

fungsi tubuh (misal: penampilan motorik, memori, dan keseimbangan)

dapat berubah ketika terjadi kehilangan tidur yang memanjang.

II.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur

Baik kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh banyak faktor.

Kualitas tidur (Quality of sleep) mengandung arti kemampuan

individu untuk tetap tidur dan bangun dengan jumlah tidur REM dan

NREM yang cukup sedangkan yang dimaksud dengan kuantitas tidur

(Quantity of sleep) adalah total waktu tidur individu (Kozier,2000).

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tidur menurut

Kozier (2000) adalah faktor usia, lingkungan, kelelahan (fatigue),

gaya hidup, stress psikologis, alkohol dan stimulant, diet, merokok,

motivasi, sakit dan medikasi. Sedangkan menurut Potter & Perry

(2005) faktor yang mempengaruhi tidur individu meliputi keadaan

sakit fisik, obat dan zat, gaya hidup, pola tidur, stress emosional,

lingkungan, latihan dan kelelahan, dan asupan kalori. Sementara

menurut Craven dan Hirlen (2000) mengindikasikan faktor yang

mempengaruhi tidur individu meliputi kebutuhan (need) ; lingkungan

(termasuk kebisingan, pencahayaan/penerangan (light) dan

temperatur), hubungan, kerja shif, nutrisi dan metabolisme, pola

eliminasi, latihan dan termoregulasi, kewaspadaan (vigilance),

kebisingan dan gaya hidup, sakit, medikasi dan zat kimia, dan kondisi

alam perasaan (mood).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan faktor-faktor yang

mempengaruhi tidur individu meliputi faktor usia, lingkungan,

kelelahan (fatigue), gaya hidup, stress psikologis, alkohol dan

Page 18: Ralksasi Dan Pijat

25

stimulant, diet dan metabolisme, merokok, motivasi, sakit, medikasi,

pola tidur, lingkungan, latihan dan kelelahan, kebutuhan (need),

temperature, hubungan (relationships), kerja shif, pola eliminasi dan

kewaspadaan (vililance). Beberapa diantara faktor tersebut akan

diuraikan berikut ini.

1. Usia (tingkat perkembangan)

Usia merupakan salah satu faktor penting yang

mempengaruhi kebutuhan tidur dan istirahat seseorang.

Semakin bertambah usia jumlah jam tidur semakin berkurang.

Secara rinci variasi pola tidur menurut usia. Pola tidur menurut

usia (Kozier, 2000).

a. Bayi baru lahir (0-3 bulan)

1) Tidur 14-18 jam perhari

2) 50% tidur REM

3) Lebih banyak tidur tahap 1 dan 4 NREM

4) Siklus tidur kurang lebih 45-60 menit

b. Infant (4 bulan -12 bulan)

1) Tidur 12-14 jam perhari

2) 20-30% tidur REM

3) Tidur panjang pada malam hari (8-10 jam) dan

mempunyai pola yang sebentar pada 12 bulan, sekali

atau 2 kali sehari.

c. Toddler (1 Tahun -3 Tahun)

1) Tidur kurang lebih 10-12 jam perhari

2) 25% tidur REM

3) Lebih banyak tidur malam

4) Tidur pagi berkurang

5) Siklus terjaga, tidur normal lebih banyak pada 2 atau 3

tahun.

d. Prasekolah (3 Tahun – 6 Tahun)

1) Tidur kurang lebih 11 jam perhari pada malam hari

2) 20% tidur REM

Page 19: Ralksasi Dan Pijat

26

3) Tahap 2 berkurang terutama pada 3 tahun

4) Pada usia 5 tahun, tidur siang hari tidak terjadi kecuali

jika dibiasakan.

e. Usia sekolah (6 Tahun – 12 Tahun)

1) Tidur kurang lebih 10 jam perhari

2) 18,5% tidur REM

3) Waktu tidur relatif tetap

f. Remaja (13 Tahun – 20 Tahun)

1) Tidur kurang lebih 8,5 jam perhari

2) 20% tidur REM

g. Dewasa Muda (21 Tahun - 40 Tahun)

1) Tidur7-9 jam sehari, waktu bervariasi

2) 20-25% tidur REM

3) 5-10% tidur tahap 1

4) 50% tidur tahap 2

5) 10-20% tidur tahap 3 dan 4

h. Dewasa Pertengahan (40 Tahun – 65 Tahun)

1) Tidur kurang lebih 7 jam sehari

2) Kurang lebih 20% tidur REM

3) Dapat mengalami insomnia

i. Dewasa Tua (65 Tahun – 75 Tahun)

1) Tidur kurang lebih 6 jam sehari

2) 20-25% tidur REM

3) Tahap 4 menurun atau kadang tidak sampai

4) Periode REM pertama lama atau panjang

5) Lebih sering terbangun malam hari

6) Perlu waktu lebih lama memulai tidur

2. Lingkungan

Lingkungan dapat menigkatkan atau juga dapat

mengganggu/menghalangi tidur. Adanya perubahan seperti

contoh tingkat kebisingan lingkungan, dapat menghalangi/

Page 20: Ralksasi Dan Pijat

27

mengganggu tidur. Tidak adanya stimuli yang biasanya ada

atau tidak adanya stimuli yang tidak familier atau tidak

biasanya ada dapat menggangu tidur seseorang. Banyak orang

yang dapat tidur dengan baik dilingkungan rumahnya sendiri.

3. Kelelahan (fatigue)

Diketahui bahwa seseorang yang mengalami kelelahan

sedang biasanya dapat tidur dengan nyenyak atau tenang.

Kelelahan dapat juga mempengaruhi pola tidur seseorang.

Orang yang mengalami kelelahan berlebihan memperpendek

periode pertama tidur paradoksikal (REM). Pada orang yang

istirahat, periode REM menjadi lebih lama atau panjang.

4. Gaya Hidup

Orang yang bekerja dengan shif dan seringnya perubahan

shif harus menyusun aktifitas sehingga orang tersebut siap

untuk tidur pada waktu atau saat yang benar atau tepat. Latihan

yang moderat biasanya mengkonduksi tidur. Akan tetapi

latihan yang berlebihan dapat menyebabkan lambat atau

tertundanya tidur. Kemampuan seseorang untuk relak sebelum

memasuki tidur merupakan faktor yang penting yang

mempengaruhi kemampuannya untuk jatuh tidur.

5. Stress Psikologis

Kecemasan dan depresi seringkali menggangu tidur.

Orang yang dipenuhi dengan problem pribadi mungkin tidak

mampu untuk relak dengan cukup yang dapat membawanya

menjadi tidur. Kecemasan meningkatkan kadar norepinephrin

di dalam darah melalui stimulasi sistem saraf simpatis. Zat

kimia ini mengakibatkan perubahan pada berkurangnya tidur

tahap 4 NREM dan tidur REM serta terbangun.

6. Alkohol dan Stimulant

Orang yang meminum alkohol berlebihan sering kali

mengalami gangguan tidur. Alkohol yang berlebihan

mengganggu tidur REM, diperkirakan dapat mempercepat

Page 21: Ralksasi Dan Pijat

28

onset tidur, dapat juga menyebabkan mimpi buruk. Toleransi

terhadap alkohol mungkin tidak dapat tidur dengan baik dan

menjadi iritabel. Minum yang mengandung caffeine berperan

sebagai stimulant terhadap sistem saraf pusat sehingga

mengganggu tidur.

7. Diet

Penurunan dan penambahan berat badan dapat

mempengaruhi tidur. Penurunan berat badan mempunyai

kaitan dengan penurunan waktu total waktu tidur sehingga

mengganggu tidur dan terjaga lebih dini. Penambahan berat

badan, pada sisi lain mempunyai kaitan dengan peningkatan

total waktu tidur, berkurangnya gangguan tidur dan later

waking.

Asam amino L-tryptophan diperkirakan mempengaruhi

tidur. L-tryptophan didalam diet misalnya yang terdapat pada

keju, susu, daging sapi dan ikan tuna dapat menginduksi tidur

merupakan suatu fakta yang dapat menjelaskan mengapa

minum susu hangat dapat membantu banyak orang untuk tidur.

8. Merokok

Nikotin mempunyai efek perangsangan pada tubuh. Pada

orang perokok seringkali mempunyai kesulitan untuk jatuh

tidur (falling as sleep) dari pada bukan orang yang perokok.

Selain itu yang tidur orang perokok memperlihatkan gambaran

seperti tidur ringan. Dengan cara menahan diri agar tidak

merokok setelah makan sore, seseorang biasanya dapat tidur

lebih baik. Selain itu beberapa perokok melaporkan bahwa

pola tidurnya membaik sehari setelah mereka menghentikan

merokok.

9. Motivasi

Dorongan untuk tetap terjaga dapat mengatasi kelelahan

atau kepenatan seseorang. Seperti contoh, orang yang

kelelahan mungkin dapat tetap terjaga dengan perhatian pada

Page 22: Ralksasi Dan Pijat

29

hal-hal yang diminatinya. Ketika orang bosan dan tidak

mempunyai motivasi untuk tetap terjaga, maka seringkali dapat

dengan mudah untuk tidur.

10. Sakit

Orang yang sakit membutuhkan lebih banyak tidur dari

pada normal dan irama normal tidur dan terjaga sering kali

terganggu. Orang yang kehilangan tidur REM mengakibatkan

waktu tidur lebih banyak dari normal. Nyeri juga

mempengaruhi tidur, juga mencegah tidur atau menjadi

terjaga.

Kondisi respirasi dapat mengganggu tidur klien. nafas

yang pendek membuat sukar tidur. Penelitian juga

megindikasikan bahwa hipoksia dan hiperkapnia dapat

mengganggu tidur normal.

11. Medikasi

Beberapa medikasi mempengaruhi kualitas tidur.

Hipnotics (seperti secobarbital) dapat mengganggu tidur tahap

3 dan 4 serta mensuprsi tidur REM. Beta-blooker diketahui

menyebabkan hidrocloride (Demerol) dan morfin diketahui

mensupresi tidur REM dan menyebabkan seringkali terbangun

dan perasaan mengantuk. Tranquilizer mengganggu tidur

REM. Amphetamine dan anti depressant menurunkan tidur

REM secara abnormal. Klien yang menghindari obat-obatan

tersebut dapat mencapai tidur REM lebih dari biasanya

(Kozier, 2000).

II.2.5 Tahapan Tidur

Sejak adanya alat EEG (Elektro Encephalo Graph), maka

aktivitas-aktivitas di dalam otak dapat direkam dalam suatu grafik .

Alat ini juga dapat memperlihatkan fluktuasi energi (gelombang otak)

pada kertas grafik. Penelitian mengenai mekanisme tidur mengalami

kemajuan yang sangat pesat dalam 10 tahun terakhir, dan bahkan

Page 23: Ralksasi Dan Pijat

30

sekarang para ahli telah berhasil menemukan adanya 2 (dua)

pola/macam/tahapan tidur, yaitu : tidur dengan gerakan mata yang

tidak cepat (NREM : Non Rapid Eye Movment) dan tidur dengan

gerakan mata cepat (REM : Rapid Eye Movement).

1. Tidur NREM

Tidur NREM juga disebut sebagai tidur gelombang

hambat, karena gelombang otak orang yang tidur lebih lambat

dari pada gelombang Alpha dan Beta orang yang terjaga atau

bangun. Kebanyakan selama tidur malam merupakan tidur

NREM. Merupakan tidur yang dalam, dan menurut Kozier

(2000) menyebabkan penurunan beberapa fungsi fisiologis,

seperti penurunan tekanan darah arteri, penurunan denyut nadi,

dilatasi pembuluh darah perifer, aktifitas saluran pencernaan

meningkat, otot rangka relaksasi dan laju metabolik basal

menurun 10%-30%.

Kozier (2000) menjelaskan tidur NREM dibagi

kedalam 4 tahap yaitu:

a. Tahap I

Merupakan tahap tidur yang sangat ringan,

berlangsung selama 5 menit yang mana seseorang beralih

dari sadar menjadi tidur. Selama tahap ini semua orang

merasakan mengantuk dan relaks, mata berputar/bergerak

dari samping ke samping, denyut jantung dan pernafasan

sedikit menurun, orang dapat dengan dibangunkan dan

tahap ini hanya beberapa menit.

b. Tahap II

Tahap ini merupakan tahap tidur ringan, dimana

selama tidur beberapa proses tubuh secara perlahan

menurun, mata umumnya tenang. Denyut jantung dan

respirasi menurun sedikit dan demikian pula suhu tubuh.

Tahap 2 ini berlangsung sekitar 10-15 menit.

Page 24: Ralksasi Dan Pijat

31

c. Tahap III

Selama tahap ini denyut jantung dan respirasi seperti

juga proses tubuh lainya, lebih perlahan lagi karena

dominasi sistem saraf parasimpatis. Individu menjadi lebih

sukar dibangunkan, tidak terganggu dengan rangsang

sensori, otot skeletal sangat relaksasi, refleks dan mungkin

mendengkur.

d. Tahap IV

Tahap ini merupakan tanda tidur, dengan karakteristik

seperti pada karakteristik tidur NREM, denyut jantung dan

respirasi menurun 20-30% lebih rendah dibandingkan

ketika terjaga, individu sangat relak, jarang bergerak dan

sukar dibangunkan, selama tahap ini mata biasanya berputar

dan dapat terjadi mimpi.

Karakteristik Tidur NREM :

a. Tahap I

Relak dan mengantuk, sangat tenang, biasanya hanya

beberapa menit, rasa mengambang, mata berputar dari

samping kesamping.

b. Tahap II

Tidur ringan, mudah dibangunkan, merupakan 40-45% total

waktu tidur.

c. Tahap III

Kurang mudah dibangunkan, tidur medium dalam, otot

secara total relaks, tekanan darah rendah.

d. Tahap IV

Tahap tidur dalam, jarang bergerak, otot secara lengkap

relaks, sukar dibangunkan, terjadi 30-45 menit mengikuti

onset tidur.

2. Tidur REM

Tidur REM merupakan 25% tidur orang dewasa muda,

biasanya berulang kurang lebih setiap 90 menit selama 5-30

Page 25: Ralksasi Dan Pijat

32

menit. Tidur REM tidak seperti tenangnya tidur NREM.

Selanjutnya mimpi biasanya diingat karena tergabung dalam

memori (Guyton, 1991, dalam Kozier, 2000) selama tidur

REM, otak sangat aktif dan metabolisme otak dapat meningkat

mencapai 20%. Tidur tipe ini juga disebut sebagai tidur

paradoks (paradoxical sleep) karena tampak seperti

berlawanan, dimana individu untuk beberapa hal menjadi lebih

aktif.

Karakteristik Tidur REM :

a. Terjadi mimpi aktif dan mimipi dapat diingat.

b. Sukar dibangunkan atau dapat dibangunkan secara spontan.

c. Depresi tonus otot.

d. Denyut jantung dan respirasi sering irreguler.

e. Terjadi gerakan otot ireguler terutama pergerakan mata

yang cepat (Rapid Eye Movment).

f. Metabolisme otak meningkat.

g. Rahang bawah relaksasi

Bila seseorang sangat lelah atau letih, maka durasi

sedikit tidur REM menjadi sangat pendek atau bahkan tidak

terjadi tidur REM. Orang yang lebih banyak istirahat atau tidur

malam hari, maka durasi tidur REM meningkat ( Guyton, 1991

dalam Kozier 2000).

II.2.6 Siklus Tidur

Selama satu siklus tidur, orang akan melewati 4 tahap tidur

NREM. Biasanya selama kurang lebih 1 jam pada orang dewasa,

orang yang tidur (sleeper) dimulai tahap 1 tidur NREM kemudian ke

tahap 2-3 dan 4 selama kurang lebih 20-30 menit. Tahap 4

memerlukan waktu sekitar 30 menit. Setalah tahap 4 kemudian

kembali ke tahap tidur REM. Kurang lebih selama 10 menit. Urutan

tersebut merupakan siklus tidur pertama yang lengkap. Biasanya

sleeper mengalami 4-6 siklus tidur selama 7-8 jam. Setiap siklus

Page 26: Ralksasi Dan Pijat

33

lamanya sekitar 70 menit (Kozier, 2000) sampai dengan 90 menit

(Wong, 2000).

Orang tidur yang terbangun selama tahapan tidur ini akan

memulai tidur kembali pada tahap tidur NREM dan kemudian diikuti

oleh tahapan lainnya serta tidur REM semakin tenang dan siklus tidur

menjadi panjang. Durasi tahap tidur NREM bervariasi selama 8 jam

peirode tidur. Semakin larutnya malam orang yang tidur menjadi

berkurang, kelelahan dan rentang waktu tidur tahap 3 dan 4 NREM

nya juga berkurang. Sementara itu, tidur REM meningkat dan mimpi

cenderung memperpanjangnya. Jika orang yang tidur sangat

kelelahan, siklus REM sering kali menjadi pendek. Sebelum tidur

berakhir, terjadi periode mendekati terjaga dan tahap 1 dan 2 NREM

serta tidur REM mendominasi (Kozier, 2000).

Page 27: Ralksasi Dan Pijat

34

Skema 2.2 Siklus Tidur

Tahap pratidur

NREM NREM NREM NREM

Tahap 1 Tahap 2 Tahap3 Tahap 4

Tidur REM

NREM NREM

Tahap 2 Tahap 3

II.2.7 Gangguan Tidur

Pemahaman tentang gangguan-gangguan tidur yang umum

terjadi akan membantu perawat memperoleh atau mengumpulkan

data-data yang relevan. Menurut Kozier (2002) gangguan tidur dapat

dikategorikan sebagai gangguan primer, gangguan sekunder dan

parasomnia. Gangguan tidur primer merupakan gangguan tidur

seseorang yang tidak berkaitan dengan gangguan klinis lainnya.

Gangguan-gangguan tersebut meliputi insomnia, hipersomnia,

narcolepsi, sleep apnea, dan parasomnia. Gangguan tidur sekunder

adalah gangguan tidur yang disebabkan oleh gangguan klinik lainnya

seperti disfungsi tiroid, depresi, atau alkoholisme (Kozier 2002).

1. Insomnia

Insomnia, adalah gangguan tidur yang lebih umum

terjadi, merupakan suatu ketidakmampuan untuk memperoleh

jumlah atau kualitas tidur yang adekuat. Orang yang menderita

insomnia tidak merasakan kesegaran ketika bangun pagi.

Terdapat 3 tipe insomnia, yaitu kesulitan untuk memulai tidur

Page 28: Ralksasi Dan Pijat

35

(initial insomnia), kesulitan untuk tetap tidur karena sering

terjaga (intermittent atau maintenance insomnia), dan bangun

terlalu pagi dan tidak bisa tidur kembali (terminal

insomnia/premature awakening).

Insomnia dapat diakibatkan dari rasa tak nyaman

(discomfort) fisik tetapi lebih sering merupakan akibat

overstimulasi mental sehingga terjadi kecemasan. Orang

kadang-kadang menjadi cemas karena mereka memikirkan

kenapa tidak dapat tidur. Orang yang terbiasa minum obat dan

minum banyak alkohol lebih mudah mengalami insomnia.

Penanganan untuk insomnia seringkali perlu

mengembangkan pola perilaku baru yang menginduksi tidur.

Kegunaan obat tidur masih diragukan. Karena obat tidak dapat

menghilangkan penyebab masalah, dan penggunaan dalam

jangka waktu yang lama dapat menimbulkan ketergantungan

obat (drugs dependencies).

2. Hipersomnia

Hipersomnia berlawanan dengan insomnia, yaitu tidur

yang berlebihan, khususnya di siang hari. Orang hipersomnia

seringkali tidur sampai pagi hari dan dapat tidur lagi selama

siang hari. Hipersomnia disebabkan oleh kondisi medik seperti

akibat kerusakan sistem saraf pusat dan gangguan ginjal, hati

atau gangguan metabolik tertentu seperti diabetik acidosis dan

hipertiroidisme. Beberapa hal, orang menggunakan insomnia

sebagai mekanisme koping untuk menghindar dari tanggung

jawab di siang hari.

3. Narkolepsi

Narkolepsi-berasal dari bahasa Greek, “narco” yang

berarti “numbness” mati rasa, dan “lepsis” yang berarti

“sizure” serangan adalah suatu serangan tidur yang mendadak

yang terjadi selama siang hari, oleh karena itu narkolepsi

disebut juga serangan tidur “sleep attack”. Penyebabnya tidak

Page 29: Ralksasi Dan Pijat

36

diketahui, ada anggapan yang meyakini karena adanya

kerusakan genetik pada sistem saraf pusat yang menyebabkan

tidur REM tidak dapat dikontrol. Pada serangan narkolepsi,

tidur dimulai dengan fase REM. Narkolepsi seringkali

dikontrol oleh suatu stimulant sistem saraf pusat, seperti

pemoline atau deanol.

4. Henti Nafas Saat Tidur (Sleep Apnea)

Sleep apnea adalah masa henti bernafas selama tidur.

Gangguan ini perlu dikaji oleh seorang yang ahli tentang tidur,

tetapi sering terjadi pada orang yang tidur mendengkur dengan

keras, sering terjaga/bangun dimalam hari, tidur disiang hari

yang berlebihan, insomnia, nyeri kepala pada pagi hari,

kemunduran intelektual, iritabel atau perubahan kepribadian

lainnya dan perubahan fisiologis seperti hipertensi dan aritmia

jantung (Weaver & Willman, 1986, dalam Kozier, 2000). Sleep

apnea lebih sering dialami laki-laki lebih dari 50 tahun dan

wanita postmenopaus.

Periode apnea, dapat berlangsung dari 10 detik sampai

dengan 2 menit. Biasanya sleep apnea terjadi selama tidur

REM atau NREM. Frekuensi kejadianya berkisar antara 50-

600 kali dalam satu malam. Peristiwa apnea ini menghabiskan

energi seseorang dan menyebabkan tidur siang hari yang

berlebihan.

Terdapat tiga tipe yang umum dari henti nafas saat tidur

(sleep apnea) adalah sebagai berikut:

a. Apnea Obstruksi (Obstructive Apnea)

Ini terjadi ketika struktur paring atau rongga mulut

menutupi aliran udara. Orang akan terus mencoba untuk

bernafas yaitu dengan bergeraknya dada dan otot abdomen.

Pergerakan diafragma menjadi kuat dan kekuatan tersebut

semakin meningkat sampai obstruksi dapat dihilangkan.

Pembesaran tonsil, deviasi septum hidung, dan polip hidung

Page 30: Ralksasi Dan Pijat

37

merupakan predisposisi terjadinya abstruktive apnea.

b. Apnea Sentral (Central Apnea)

Tipe ini terjadi karena adanya defect pada pusat

respirasi di otak. Semua kegiatan bernafas, seperti

pergerakan dada dan mengalirnya udara berhenti. Klien

yang mengalami injuri pada batang otak dan distropi

muscular seringkali mengalami central sleep apnea. Sampai

saat ini tidak tersedia pengobatannya.

c. Apnea Campuran (Mixed Apnea)

Tipe terakhir ini merupakan kombinasi atau

gabungan dari central apnea dan obstruktif apnea. Suatu

peristiwa sleep apnea dimulai dengan mendengkur, sesudah

itu berhenti bernafas, diikuti oleh mendengus-dengus

sebagai tanda memulai kembali bernafas. Menuju akhir

setiap episode apnea, terjadi peningkatan kadar karbon

dioksida dalam darah yang menyebabkan klien terbangun.

Pengobatan harus diarahkan pada penyebab apnea, misalnya

jika disebabkan oleh pembesaran tonsil maka dapat

diangkat. Penggunaan alat pada hidung yaitu continous

positive airway pressure (CPAP) pada malam hari

seringkali efektif.

Sleep apnea dapat mempengaruhi penampilan kerja

maupun sekolah. Selain itu sleep apnea yang lama dapat

menyebabkan peningkatan tajam pada tekanan darah dan

dapat juga menyebabkan aritmia jantung, hipertensi

pulmoner dan kemudian kegagalan jantung kiri.

5. Parasomnia

Parasomnia menunjukan suatu kelompok perilaku

terjaga yang berkaitan dengan tidur. Terdapat 5 macam

parasomnia, yaitu :

a. Somnambulism

Tipe ini disebut juga tidur jalan (sleepwalking) terjadi

Page 31: Ralksasi Dan Pijat

38

selama tahap 1 dan 4 tidur NREM. Somnambulism bersifat

episodik dan biasanya terjadi 1-2 jam setelah jatuh tidur.

Orang yang tidur berjalan cenderung tidak memperhatikan

(misalnya : jatuh dari tangga) dan seringkali memerlukan

perlindungan dari injuri.

b. Mengigo (Sleeptalking)

Berbicara selama tidur terjadi selama tidur NREM

sebelum tidur REM. Pada tipe ini jarang terdapat masalah

pada yang mengalami kecuali terhadap yang lainnya.

c. Nocturnal Enuresis

Ngompol (bedwetting) selama tidur biasanya terjadi

pada anak-anak diatas 3 tahun. Lebih sering pada anak laki-

laki dari pada wanita. Seringkali terjadi 1-2 jam setelah

jatuh tidur, ketika mencapai tidur tahap 1 sampai dengan

tahap 4 tidur NREM.

d. Ereksi tidur malam (Nocturnal erection)

Ereksi dimalam hari dan mimpi basah terjadi selama

tidur REM. Kondisi ini umumnya dimulai selama masa

remaja dan tidak menyebabkan gangguan tidur yang

bermakna.

e. Bruxism

Biasanya terjadi selama tahap 2 NREM, terjadi

gesekan diantara gigi, dapat menyebabkan ujung gigi

menjadi patah dan lepasnya gigi.

f. Kehilangan Tidur (Sleep Deprivation)

Gangguan yang berlangsung lama mengakibatkan

menurunnya jumlah, kualitas dan konsistensi tidur dan

dapat menyebabkan suatu sindrom yang disebut sebagai

kehilangan tidur (sleep deprivation). Ini bukan merupakan

gangguan tidur itu sendiri tetapi merupakan akibat dari

gangguan/perubahan tidur. Kehilangan tidur menimbulkan

bermacam-macam gejala baik fisiologis maupun perilaku,

Page 32: Ralksasi Dan Pijat

39

dimana beratnya tergantung dari tingkatan kehilangan

tidur. Dua tipe utama kehilangan tidur yaitu kehilangan

tidur REM dan kehilangan tidur NREM. Kombinasi/

gabungan keduanya dapat meningkatkan beratnya gejala

yang muncul.

II.3 Penelitian Terkait

II.3.1 Salah satu penelitian terkait dengan gangguan pola tidur adalah

penelitian yang dilakukan oleh Wardoyo (2001) tentang pengaruh

terapi berendam air hangat sebelum tidur tehadap perubahan pola tidur

dengan menggunakan metode penelitian quasi eksperimen. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa setelah diberikan intervensi terapi

berendam air hangat sebelum tidur, 90% responden menyatakan

merasa segar ketika bangun, 50% menyatakan mengalami penurunan

frekuensi bangun ketika tidur, dan hanya 17% yang mengalami

peningkatan jumlah jam tidur.

II.3.2 Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Field & Scafidi (1999) dari

Universitas Miami, AS, tentang intervensi terapi pijat pada bayi. Pada

75 bayi prematur yang diberikan intervensi terapi pijat 3x15 menit

selama 10 hari, bayi-bayi tersebut mengalami kenaikan berat badan

20-47% perhari. Pada bayi cukup bulan usia 1-3 bulan yang dipijat 15

menit dua kali seminggu selama enam minggu, mengalami kenaikan

berat badan lebih tinggi dari kelompok bayi yang tidak dilakukan

intervensi pemijatan. Selain itu, bayi yang dipijat mengalami

peningkatan tonus nervus vagusnya (saraf otak ke 10). Peningkatan ini

membuat kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin naik sehingga

penyerapan terhadap dari sari makanan pun menjadi lebih baik. Hal

ini karena pemijatan memperlancar sirkulasi peredaran darah.

II.3.3 Selain melakukan penelitian pada bayi tentang pengaruh terapi pijat,

Field juga melakukan pengamatan terhadap klien yang dilakukan

terapi pijat. Field menyatakan bahwa terapi pijat selama 30 menit per

Page 33: Ralksasi Dan Pijat

40

hari akan mengurangi depresi dan kecemasan dan menyebabkan tidur

bertambah tenang.

Hal ini penelitian diatas mendukung asumsi peneliti

bahwa dengan terapi pijat, akan menurunkan gangguan pola tidur. Hal

ini karena pijat memperlancar peredaran darah, dan mengurangi

depresi serta kecemasan sehingga tidur pun menjadi tenang.

Page 34: Ralksasi Dan Pijat

41

II.4 Kerangka Teori

( Craven & Hirnle, 2002 & Kozier, 2002 )

Gangguan Pola Tidur :

1. Bangun > 3 kali dalam semalam.

2. Jumlah jam tidur , < 4 jam dalam 24 jam.

3. Tidak segar ketika bangun di pagi hari.

Faktor Penyebab :

1. Penyakit fisik

2. Medikasi

3. Gaya hidup

4. Pola tidur

5. Stress emosional

6. Lingkungan

7. Kelelahan

8. Asupan kaloriCara Penanggulangan :

1. Terapi farmakologik

2. Terapi non farmakologik :

a. Mandi air hangat 2 jam sebelum tidur.

b. Akupuntur

c. Terapi pijat

d. Teknik relaksasi

Tujuan Terapi Pijat :

1. Menstimulasi sirkulasi darah

2. Memberikan rasa rileks pada mental dan fisik

3. Mengurangi tonus otot

4. Memperbaiki fungsi otot dan kulit

5. Mengurangi stress dan kecemasan

6. Menghilangkan rasa lelah dan letih

7. Mengurangi keadaan insomnia

8. Meningkatkan kenyamanan

9. Menurunkan nyeri

Gangguan pola tidur teratasi

Terapi

Pijat