Ralat Drise Edisi 56 April 2016

7
jika telah dewasa (17 tahun). Tapi bila pemahaman politik ini diluruskan sesuai tatanan Islam, maka remaja sudah mampu untuk terlibat dalam kegiatan politik. Sebab, politik itu adalah kepedulian dan keterlibatan dalam urusan kemasyarakatan. Seperti menyampaikan kritik pada penguasa yang enggan menerapkan syariat Islam, berkampanye tentang keharusan remaja terikat dengan tata pergaulan Islam, dsb. Remaja bicara politik, apa tidak “terlalu berat” ya ustadzah? Sama sekali tidak berat. Sekarang itu kan remaja diidentifikasi sebagai kalangan yang menjalani umur peralihan antara kanak- kanak dan dewasa. Sehingga tidak dibiasakan untuk bepikir serius tentang masalah yang dihadapi masyarakat. Apalagi sistem kapitalis liberal memang membentuk remaja dan mentolerir mereka untuk hanya berpikir tentang diri mereka sendiri dan hal lain yang bersifat remeh temeh seperti musik, fashion, dan gaya hidup industrialis yang berkiblat ke Barat. Padahal banyak di antara mereka yang melalui usia dini dan anak-anaknya di TPA atau sekolah Islam. Seharusnya modal ini menjadi sarana untuk mendekatkan mereka dengan khasanah Islami, termasuk Ustadzah, sebenarnya sejauh mana ruang lingkup politik? remaja kan belum boleh ikut pemilu sebagai wadah politik praktis. Memang sudah saatnya masyarakat masa kini memahami makna politik sesuai praktek yang dijalankan pada masa Rasulullah Muhammad SAW. Hal ini sangat penting agar ketika disebutkan 'politik' tidak hanya terbayang praktek politik praktis yang diterapkan dalam demokrasi, yang hanya membahas mengenai parlemen, elektoral (pemilihan, baik kepala pemerintahan atau anggota parlemen), atau mekanisme sistem pemerintahan. Kalau demikian yang dipahami, maka remaja hanya boleh terlibat emaja ngompol? Aiih...malu donk! Eits, R ngompol yang satu ini justru bikin kamu bangga karena lebih intelek dan peduli dengan kondisi umat. Yup, ngompol yang satu ini artinya ngomong politik. Emang pantes remaja 'ngompol'? Bukannya politik itu urusannya orang dewasa. Terutama yang duduk di kursi parlemen? Jangan salah. Ternyata, remaja pantas dan wajib ngomong politik. Biar lebih jelas, simak obrolan redaksi dengan Ustadzah Pratma Julia yang sudah malang melintang di dunia politik bersama Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia. Cekidot! “...Remaja Hendaknya Mulai Peka Dengan Masalah Yang Dihadapi Umat...” (Pratma Julia Sunjandari, Kordinator Divisi Politik Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia) 08 d’rise #56 april 2016

Transcript of Ralat Drise Edisi 56 April 2016

Page 1: Ralat Drise Edisi 56 April 2016

jika telah dewasa (17 tahun). Tapi bila

pemahaman politik ini diluruskan sesuai

tatanan Islam, maka remaja sudah mampu

untuk terlibat dalam kegiatan politik. Sebab,

politik itu adalah kepedulian dan

keterlibatan dalam urusan kemasyarakatan.

Seperti menyampaikan kritik pada

penguasa yang enggan menerapkan syariat

Islam, berkampanye tentang keharusan

remaja terikat dengan tata pergaulan Islam,

dsb.

Remaja bicara politik, apa tidak “terlalu

berat” ya ustadzah?

Sama sekali tidak berat. Sekarang itu kan

remaja diidentifikasi sebagai kalangan yang

menjalani umur peralihan antara kanak-

kanak dan dewasa. Sehingga tidak

dibiasakan untuk bepikir serius tentang

masalah yang dihadapi masyarakat. Apalagi

sistem kapitalis liberal memang

membentuk remaja dan mentolerir mereka

untuk hanya berpikir tentang diri mereka

sendiri dan hal lain yang bersifat remeh

temeh seperti musik, fashion, dan gaya

hidup industrialis yang berkiblat ke Barat.

Padahal banyak di antara mereka yang

melalui usia dini dan anak-anaknya di TPA

atau sekolah Islam. Seharusnya modal ini

menjadi sarana untuk mendekatkan

mereka dengan khasanah Islami, termasuk

Ustadzah, sebenarnya sejauh mana ruang

lingkup politik? remaja kan belum boleh

ikut pemilu sebagai wadah politik praktis.

Memang sudah saatnya masyarakat masa

kini memahami makna politik sesuai praktek

yang dijalankan pada masa Rasulullah

Muhammad SAW. Hal ini sangat penting agar

ketika disebutkan 'politik' tidak hanya

terbayang praktek politik praktis yang

diterapkan dalam demokrasi, yang hanya

membahas mengenai parlemen, elektoral

(pemilihan, baik kepala pemerintahan atau

anggota parlemen), atau mekanisme sistem

pemerintahan. Kalau demikian yang

dipahami, maka remaja hanya boleh terlibat

emaja ngompol? Aiih...malu donk! Eits,

Rngompol yang satu ini justru bikin

kamu bangga karena lebih intelek dan

peduli dengan kondisi umat. Yup, ngompol

yang satu ini artinya ngomong politik. Emang

pantes remaja 'ngompol'? Bukannya politik

itu urusannya orang dewasa. Terutama yang

duduk di kursi parlemen? Jangan salah.

Ternyata, remaja pantas dan wajib ngomong

politik. Biar lebih jelas, simak obrolan redaksi

dengan Ustadzah Pratma Julia yang sudah

malang melintang di dunia politik bersama

Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia. Cekidot!

“...Remaja HendaknyaMulai Peka Dengan Masalah

Yang Dihadapi Umat...”(Pratma Julia Sunjandari, Kordinator Divisi Politik

Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia)

08 d’rise #56 april 2016

Page 2: Ralat Drise Edisi 56 April 2016

'rasa' Islam tapi hakekatnya demokratis

kufur. Kalau muslim sudah berkesadaran

politik mereka akan berjuang mati-matian

untuk menegakkan Khilafah. Ini berbahaya

bagi Barat, karena bila Khilafah tegak, itu

menjadi tanda kehancuran peradaban

mereka. Sehingga mereka perlu

memalingkan kaum muslimin dari politik

dengan jargon di atas, termasuk

menanamkan pemikian bahwa politik itu

kotor dan hanya untuk memperebutkan

kursi.

Sejauh mana peran dan apresiasi remaja

dalam kehidupan politik terutama di

Indonesia?

Indonesia ini kan sudah pernah mencicipi

sistem pemerintahan bercorak sosialis dan

kapitalis. Hasilnya apa? Semua

permasalahan ada : aqidah minim,

kemiskinan, wawasan kurang,

kepekaan sosial rendah, kasus-

kasus asusila yang mengerikan dan

banyak lagi. Sebagai calon

pemimpin masa depan, remaja

adalah agen perubahan untuk

menjadikan Indonesia lebih baik.

Karena itu remaja hendaknya mulai

peka dengan masalah yang

dihadapi umat. Caranya dengan

memahami dulu syariat Islam agar

tahu persis mana yang pantas

dilakukan dan mana yang tidak agar

tidak salah langkah dan selalu dekat

praktek masa Rasulullah yang kental

suasana politiknya.

Apa hubungan aspek politik dengan

aspek lainnya seperti pendidikan,

kesehatan, sosial dan lainnya?

Politik itu bisa dimaknai sebagai

strategi untuk mengatur urusan

masyarakat secara menyeluruh. Dan

yang mampu menjalankan peran

strategis tersebut secara paripurna

hanya Negara. Negara dalam

pandangan Isam, memang

menjalankan fungsi sebagai pelayan

kebutuhan rakyatnya, terutama

yang berkaitan dengan kebutuhan

mendasar dan bersifat komunal

seperti pendidikan, kesehatan dan

jaminan keamanan dalam relasi

social. Nah yang mengawasi tugas

Negara dalam pemenuhan kebutuhan itu

ya seluruh rakyat, apakah ada pengabaian,

mana yang tidak sesuai standar kelayakan,

perilaku koruptif aparat dan lain-lain. Inilah

aktiftas politik mereka secara riil yang

dibingkai dalam kewajiban 'amar ma'ruf

nahi munkar.

Bagaimana jika ada yang berpendapat

:”islam yes, politik no” ?

Itu adalah tadhlil, penyesatan yang sengaja

diciptakan oleh musuh Islam, Barat

Kapitalis. Karena mereka mengerti betul

bila kaum muslimin mulai berpolitik sesuai

kewajiban syariat, maka mereka akan

menuntut penegakan syariat , mereka tak

akan mau 'dibeli' dengan boleh bikin parpol

09d’rise #56 april 2016

Page 3: Ralat Drise Edisi 56 April 2016

dengan petunjuk Islam. Karena pada

hakekatnya petunjuk Allah SWT yang

terdapat dalam Al Qur'an dan As Sunnah

yang pasti benar dan solutif terhadap

masalah masyarakat.

Bisakah dijelaskan sedikit sepak terjang

Rasulullah Saw dalam kancah politik?

Rasulullah Muhammad SAW itu adalah

negarawan yang luar biasa, pemimpin

Negara, politikus yang sekaligus peletak

dasar Negara adikuasa yang bertahan

selam 14 abad. Posisi dan peran ini sering

dilupakan oleh kaum muslimin. Padahal

sejak di Mekkah yang dilakukan semuanya

politis, seperti setiap menerima wahyu

selalu menyampaikannya pada para

Shahabat. Itu bukan sekedar

menyampaikan wahyu, namun demikianlah

Rasulullah melakukan pola pembentukan

kepribadian Islam para Shahabat. Sehingga

mereka kuat aqidahnya, teguh dalam

berjuang, tidak goyah karena kesulitan dan

siksaan. Sehingga ketika Islam terwujud

dalam Negara di Madinah, mereka semua

siap menjalankan peran sebagai

negarawan.

Apa yang diharapkan terhadap remaja

islam untuk membangun politik sehat,

bersih dan sesuai tuntunan Rasulullah?

Remaja Islam harus menyadari betul bahwa

posisi mereka sungguh strategis untuk

Nama : Pratma Julia Sunjandari

Domisili : Ciomas, Bogor

Jenjang pendidikan : Sarjana Agronomi IPB

Keorganisasian : Koordinator Lajnah

Siyasi (Divisi Pitik) DPP MHTI

Aktivitas : Ibu rumah tangga dan dakwah

Motto hidup : Hidup adalah proses

belajar untuk menghamba dengan benar

pada Allah SWT

melakukan perubahan karena

sejarah menorehkan banyak

peristiwa tentang peran pemuda.

Termasuk saat ini ketika hanya

Khilafah yang mampu menjadi

solusi atas kerusakan yang melanda

dunia, termasuk Indonesia.

Sayangnya, banyak pihak yang

belum memahami dan meyakini

konsep itu. Karena itulah kita masih

memiliki tugas besar untuk

menyadarkan umat untuk mau

menerima bahkan memperjuangkan

Khilafah. Di sinilah remaja memiliki

peran penting. Energi mereka,

kemudaannya, menjadi harapan

untuk membawa umat menjelang

fajar Khilafah. Libatkan diri dalam

dakwah karena inilah jalan mulia

untuk mengejar kebahagiaan dunia

akhirat. Jangan mudah menyerah ,

jangan tergoda untuk menengok atau

mencicipi ideologi kufur Kapitalis dan

Sosialis karena cipratannya akan mengotori

kebersihan politik Islam.

Apa pesan Ustadzah untuk pembaca Drise

seluruh Indonesia?

Perkuat keimanan karena tantangan dan

ancaman yang Antum hadapi sungguh kian

berat, karena musuh-musuh Islam kian jitu

merancang rencana untuk menjerumuskan

remaja Islam. Dekatlah dengan Al Quran,

pelajari cara hidup Rasulullah SAW agar

Antum mendapatkan tauladan yang

sempurna. Hormati dan hargai Ibu, ayah,

guru, ustadz/ustadzah dan siapapun yang

memberi petunjuk tentang Islam.

Barakallahu alaikum..

biodata singkat

10 d’rise #56 april 2016

Page 4: Ralat Drise Edisi 56 April 2016

Sejak muncul Teori Generasi, kita

dikenalkan istilah Generasi X, Y dan Z.

Lengkapnya, menurut Generation

Theory ini, ada 5 generasi yang lahir setelah

perang dunia kedua dengan ciri masing-

masing. Pertama, Baby Boomer (lahir

1946–1964). Generasi yang lahir setelah

Perang Dunia II ini memiliki banyak saudara,

banyak keturunan. Tipenya adaptif, mudah

menerima dan menyesuaikan diri. Ini

generasi yang cenderung menunjung tinggi

nilai-nilai kebaikan dan etika.

Kedua, Generasi X (lahir 1965-

1980). Waktu itu baru mulai adanya

personal computer (PC), video games, tv

kabel, dan internet. MTV dan video games

sangat digemari. Mulailah muncul tingkah

negatif seperti tidak hormat pada orang tua,

maniak musik punk, dan kenal ganja.

Ketiga, Generasi Y (lahir 1981-

1994). Disebut juga

generasi millenium. Mulai

pakai teknologi komunikasi

instan seperti email, SMS,

instant messaging dan

media sosial seperti

Facebook dan Twitter.

Mereka juga suka main

game online.

Keempat,

Generasi Z (lahir 1995-

2010). Disebut juga

iGeneration, generasi net

atau generasi internet. Yup,

inilah generasi kalian.

34 d’rise #56 april 2016

Generasi yang nggak bisa lepas dari internet.

Maunya selalu connect. Sejak kecil udah kenal

teknologi dan akrab dengan gadget canggih.

Generasi digital yang mahir dan keranjingan

ama teknologi informasi dan berbagai aplikasi.

Sangat hobi dan eksis di dunia maya.

Facebook, Twitter, Instagram atau chatroom.

Melalui media ini mereka bebas berekspresi

dengan apa yang dirasa dan dipikir secara

spontan. Cenderung terbiasa melakukan

aktivitas dalam satu waktu secara bersamaan.

Sambil chatting pake ponsel, browsing dengan

laptop, dan denger musik pakai headset.

Pokoknya penginnya serba cepat dan instan.

Pastinya ini secara nggak langsung

berpengaruh pada kepribadian. Cenderung

kurang dalam berkomunikasi secara verbal,

egosentris dan individualis, nggak sabaran,

dan nggak menghargai proses. Kalian begitu,

nggak?

Kamu lahir antara 1995

sampai 2010? Pasti

hobi internetan,

chatting, dan eksis di

media sosial.

Cenderung menyukai

hal-hal berbau

multimedia, gambar,

foto dan video. Suka

yang serba instan dan

kurang menghargai

proses. Kalianlah

generasi Z. Apaan tuh?

Masa Depan

Hai Z,

di Tanganmu!

Page 5: Ralat Drise Edisi 56 April 2016

Rubrik MelekMedia diasuh oleh Mbak

Asri Supatmiati,S.Si, Penulis buku,

trainer, sekaligus wartawan

Ingat Dunia Nyata

Nah, udah pasti karakter Generasi

Z seperti di atas, beda banget sama

orangtua kamu yang merupakan Generasi X

atau Y. Makanya, kamu musti pinter-pinter

menyamakan persepsi sama orangtua.

Jangan segan komunikasi sama mereka.

Kalau ortu ngajak bicara, jangan dianggap

nggak penting. Bagaimanapun, ortu kamu

beda karakter dan sangat mengkhawatirkan

perkembangan dirimu. Sebab, tantangan

mengasuh, menjaga dan membesarkanmu

saat ini lebih berat. Jauh lebih berat

dibanding saat mereka seusia kamu.

Sebagai generasi Z, kamu kudu

tetep eksis di dunia nyata. Jangan terlampau

menurutkan nafsu internetanmu yang selalu

menggebu. Soalnya internetan itu emang

bikin lupa waktu. Ada foto, film, video dan

segala keasyikan dan hiburan di sana. Jadi,

kalo lagi asyik chatting, tetap kudu pasang

telinga kalau-kalau ortu membutuhkanmu.

Kamu juga musti punya etika.

Sekarang banyak orang dipenjara gara-gara

nggak ngerti cara bijak memanfaatkan

media sosial. Atau karena saking bablasnya,

malah menjadi fitnah dan membawa nama

buruk orangtua. Misal, ada ABG yang

posting foto-foto seksi dan bahkan porno.

Na'udzubillahi min zalik.

Generasi Islam

Jangan lupa, kamu-kamu adalah

generasi Islam. Generasi masa depan umat.

Ciri-cirinya, rata-rata kamu punya nama-

nama islami. Betul, kan? Coba cek daftar

absen di kelasmu. Pasti kau temukan nama-

nama dengan minimal tiga kata islami di

sana (ini identik dengan nama orang-orang

Arab yang umumnya tiga kata).

� Nah, kenapa kamu diberi nama

islami? Karena masa depan Islam di

pundak kalian. Sepuluh, 20 atau 30

tahun mendatang, kamu-kamulah yang

akan duduk sebagai pemimpin di segala

bidang. Jadi dosen, kepala sekolah,

pemimpin perusahaan, ahli IT, desainer,

chef, sastrawan, penulis, produser,

kepala proyek, kontraktor, pejabat

pemerintahan, hakim dan sebagainya.

� So, di tangan generasi kalianlah

masa depan Islam. Kelahiran kalian ke dunia

ini bukan untuk mengabdi pada peradaban

Barat atau Timur yang tidak Islami. Kalian

disiapkan Allah SWT melalui tangan orangtua

dan para pendidik, bukan untuk

melanggengkan sistem sekuler kapitalisme

yang ada saat ini. Bukan pula untuk

menghambakan diri pada budaya China,

Korea, Jepang, dll.

� Maka, persiapkanlah diri kalian

supaya menjadi pribadi Islam kafah. So,

nggak usah merasa minder jika kalian

memupuk diri dengan segala hal-hal yang

berbau Islam saat ini. Ngaji, baca kitab-kitab

fikih, hafalan Alquran, belajar Bahasa Arab,

bahkan berdakwah sesuai kemampuan.

Kelihatannya nggak keren di masa sekarang,

dibanding remaja-remaja umumnya yang

hidupnya santai dan menggilai budaya pop

seperti musik, film dan konten-konten Barat

atau Timur. Tapi, justru itulah kelebihan

kalian. Itu berarti kalian punya visi jauh ke

depan. Karena kalianlah perubah peradaban.

� Iya, dong! Kan malu menyandang

nama islami, tapi kelakuan jauh dari nilai-nilai

islam. Sebab, nama itu adalah doa. Ortu

kalian mendoakan agar kalian menjadi

pribadi-pribadi yang saleh dan salehah.

Generasi yang kelak menjadi pengabdi dan

pengendali peradaban Islam. Kalau tidak

menyiapkan diri dari sekarang, kapan lagi?(*)

35d’rise #56 april 2016

Page 6: Ralat Drise Edisi 56 April 2016

d’rise #56 april 201636

D'Riser, jika kamu sudah dapet info

dari penerbit bahwa naskah

tulisanmu lulus seleksi sekaligus

mereka siap nerbitin karya kreatifmu jadi

buku, siap-siaplah jika editornya

menghubungi kamu, minta ketemu secara

langsung. Jika gak bisa kopdar, mungkin

pake teknologi informasi via sosmed aja

juga bisa mewakili. Biasanya, editor (yang

diwakili managing editor and senior editor)

ngajak kamu brainstorming soal proses

kreatifmu nulis naskah buku yang akan

diterbitin itu.

Selain itu, Si Editor juga bakalan

ngajak diskusi, apa yang penulis inginkan

dengan buku yang bakal diterbitin itu. Soal

editingnya, kemasannya sampe urusan

promo marketing dan yang pasti soal itung-

itungan kontraprestasi atas buku yang bakal

terbit itu. Apakah mau plat fee, royalty atau

semi-royalty?

Kalo sudah deal, baru deh, pihak

penerbit mengeluarkan SAN (surat akad

naskah) jika plat fee atau SPP (surat

perjanjian penerbitan) jika disepakati

dengan sistem royalty atau semi royalty.

Dalam perjanjian itu, biasanya juga

dicantumkan soal hak dan kewajiban yang

mengikat kedua belah pihak antara penulis

dengan penerbit.

FYI bagi para penulis pemula,

khususnya bagi yang baru pertamakali

nerbitin buku, bagusnya ga usah

ngeributin soal kontrapretasi itu. ikutin

saja apa maunya penerbit. Kalo kamu

sudah ribet soal ginian, alamat editor

males ketemu lagi sama kamu. Tapi kalo

kamu sudah punya passion yang bagus

(dengan buku-bukumu yang bestseller),

kamu tentu punya bargain yang bagus

pula, daya tawar kamu untuk minta “lebih”

dan diistimewakan pun, pasti difasilitasi

oleh penerbit.

Selanjutnya jika soal perjanjian ini

sudah disepakati, maka Si Editor itu akan

segera menggarap naskahmu itu sesuai

hasil brainstorming denganmu sebagai

penulisnya. Hal ini penting bagi seorang

editor untuk mengetahui latar belakang

kamu menulis naskah buku yang

dimaksud. Istilah redaksinya adalah review

book story!

Sebelum mulai

mengedit naskahmu itu,

seorang editor harus

memahami terlebih dahulu

content dan context dari

naskah buku yang akan

dieksekusinya itu. Meminjam

istilah pakar perbukuan

nasional, Pak Bambang

Trimansyah, “seorang editor

yang baik itu dia harus bisa

bersetubuh dengan buku

yang dieditnya…”

Kalo Si Editor sudah

memahami isi naskah

sekaligus pesan yang hendak

penulis sampaikan dalam

Mengenal Dunia Penerbitan #3

Melek Kerja Editor

Page 7: Ralat Drise Edisi 56 April 2016

bukunya itu, maka dia

akan merasa nyaman dan

asyik saat mengedit

naskahmu itu karena dia

telah konek dengan

karakter tulisanmu dan

apa yang kamu mau. Perlu

kamu-kamu ketahui juga,

dalam mengedit naskah

buku, sedikitnya ada dua

orang editor yang terlibat

dalam proses editingnya,

yaitu senior editor dan

junior editor. Bahkan, dalam beberapa

kasus, chief editor dan managing editor

juga bisa turun tangan. Hal ini disesuaikan

dengan kebutuhan di meja redaksi.

Saat proses editing, para editor

berpanduan pada teknik editologi yang

lazim di dunia penerbitan, plus dengan

bahasa selingkung yang ada di masing-

masing penerbit. Mereka berbagi tugas

sebagaimana job desk and skill masing-

masing editor. Senior editor melakukan

substantive editing (penyuntingan isi) dan

mechanical editing (penyesuaian tata

bahasa dan EYD), sedangkan junior editor

biasanya mengerjakan mechanical editing

sekaligus proofreading ato menyelaraskan

kembali teks, khawatir ada yang terlewat

saat proses editing di tangan senior editor.

Selain mengandalkan keterampilan

dalam mengedit naskah buku, para editor

juga dilengkapi dengan “arsenal tempur”

yang wajib bin kudu selalu ada di meja

redaksi, yaitu kamus; baik kamus bahasa

Indonesia, kamus bahasa asing ataupun

kamus bahasa daerah. Begitupun saat

teknologi telah maju berkembang, kamus

digital juga harus siap sedia sebagai

amunisi bagi para editor.

Nah kini, mungkin gak, ya, seorang

penulis juga bisa berprofesi ganda jadi

seorang editor? “Sangat mungkin!” itu

jawaban lugas master editor di Penerbit

Mizan Pustaka, Pak Hernowo Hasim. Guru

editor saya ini bilang, seorang editor itu

sebaiknya terampil menulis dan cakap

bicara, karena dia juga punya tanggung

jawab untuk ikut menyuarakan dan

mempromosikan buku hasil editannya ke

khalayak luas. Tuh, kan? Catat! []

37d’rise #56 april 2016

Kini, saya mo berbagi tips bagi D'Riser

semua agar terampil menulis sekaligus taktis

menyunting buku:

Kamu pastiin dulu naskah yang kamu 1tulis sudah kelar, kalo baru bab niat mah

payah dah, segera beresin dulu tulisanmu?!;

Kalo sudah kelar nulisnya, print out deh 2naskahnya, terus dicek dan periksa lagi

naskah tulisanmu dengan baik, baca dengan

sungguh-sungguh, siapin pula alat tulis jika

kamu mau ngoreksi atau nambahin ini-itu;

Kalo sudah ngerasa puas, silahkan input 3hasil baca and koreksiannya tadi ke

dalam tulisanmu di layar PC, atau gadget

yang biasa kamu pake nulis;

Baca lagi, periksa lagi, koreksi lagi. Kalo 4sudah ngerasa nyaman sama tulisanmu,

ajak orang-orang terdekatmu atau orang

kepercayaanmu jadi first reader tulisanmu,

jangan lupa minta masukannya;

Kalo dapet masukan konstruktif, segera 5difollow-up, tapi kalo dapet kritik, jangan

menyerah… revisi lagi, nulis lagi, edit lagi…

Selamat…kamu sudah belajar jadi seorang

editor![]

Belajar Jadi Penulis sekaligus Editor

Rubrik WriterPreneur

diasuh oleh Pak Salman Iskandar,

Predator Buku dan Pembina API Islam