raker 2016 ringkas 4.pdf

32
HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS AGRO Disampaikan pada: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Tahun 2016 Jakarta, 16-17 Februari 2016

Transcript of raker 2016 ringkas 4.pdf

Page 1: raker 2016 ringkas 4.pdf

HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI

BERBASIS AGRO

Disampaikan pada:

Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Tahun 2016 Jakarta, 16-17 Februari 2016

Page 2: raker 2016 ringkas 4.pdf

OUTLINE

I. PENDAHULUAN

II. HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO

II.A. INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT

II.B. INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI

II.C. INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO

II.D. INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT

II.E. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN INDUSTRI

MINUMAN BERALKOHOL

Page 3: raker 2016 ringkas 4.pdf

I. PENDAHULUAN

Page 4: raker 2016 ringkas 4.pdf

4 4

1. Industri Agro merupakan industri andalan masa depan, karena didukung oleh sumber daya alam

yang cukup potensial yang berasal dari sektor pertanian, perikanan/kelautan, peternakan,

perkebunan dan kehutanan, dengan produksi tahun 2014 sebagai berikut :

2. Di samping itu, industri agro juga membutuhkan bahan baku impor, yaitu yang tidak tersedia di

dalam negeri atau tersedia namun jumlah tidak memenuhi, dengan kebutuhan total tahun 2014:

Kakao (450 ribu ton)

No.3 di Dunia

Rumput Laut (Kering)

(237 Ribu ton)

No.1 di Dunia

Kelapa

(3,3 Juta Ton)

No. 1 Di Dunia

Kopi

(738 Ribu Ton)

No. 4 di Dunia

Ikan dan Udang

(10,5 Juta Ton)

No. 2 di Dunia

Teh

(147,7 ribu Ton)

No.7 di Dunia

Ubi Kayu

(24 Juta Ton)

CPO & CPKO (31 juta ton)

No.1 di Dunia

Lada

(88 ribu ton)

No.3 Di Dunia

Pulp

(6,2 juta ton)

No.9 di Dunia

Kertas

(10,9 juta ton)

No. 6 di Dunia

Karet (3,23 Juta Ton) No.2 di Dunia

Rotan

(143 ribu Ton)

No.1 Di Dunia

Jagung (16,72 Juta Ton)

Impor (3,2 Juta Ton)

Kedelai (2,67 juta Ton)

Impor (2,16 Juta Ton)

Kertas Bekas (6,5 Juta Ton)

Impor (3,5 Juta Ton)

Daging (594 ribu Ton)

Impor (69 ribu Ton)

Gula (5,88 Juta Ton)

Impor (2,86 Juta Ton)

Beras (30,13 juta Ton)

Impor (537 ribu Ton)

A. LATAR BELAKANG

Page 5: raker 2016 ringkas 4.pdf

5

B. LINGKUP BINAAN DJIA

Furnitur dari Kayu

Industri Furnitur dari Rotan atau Bambu

Panel Kayu lainnya

Kerajinan Ukir-ukiran dari Kayu

Moulding dan Komponen Bahan Bangunan

Peti Kemas dari Kayu

Anyam-anyaman dari Rotan dan Bambu

Bubur Kertas (Pulp) , Kertas Budaya , Kertas

Berharga

Kertas Khusus , Kertas Industri, Kertas Tissue

Kemasan dan Kotak dari Kertas dan Karton

Buku, Brosur, Buku Musik, dan Publikasi lainnya

Penerbitan Surat Kabar, Jurnal dan Majalah

Percetakan, Jasa Penunjang Percetakan

Pengasapan Karet, Remiling Karet

Karet Remah (Crumb Rubber)

Biodiesel, Bio Ethanol

Bahan Kimia Organik Lainnya dari Hasil Pertanian

Hilir Kelapa Sawit

Biskuit

Daging dalam kaleng

Tepung kelapa (desiccated coconut)

Pengolahan ikan dan udang beku

Ikan dalam kaleng

Kecap dan saos lainnya, kerupuk udang

Margarine, mete olahan

Mie instan

Minyak goreng kelapa/minyak kelapa

Minyak goreng lain dari minyak nabati

Minyak goreng sawit

Monosodium glutamat (MSG)

Olahan rumput laut (agar-agar)

Pakan ternak/ikan

Pengolahan dan Pengawetan Biota Air

lainnya

Pengolahan rumput laut

Makanan ringan (snack food)

Minyak Makan dan Lemak Nabati & Hewani

lainnya

Gelatin, Tepung Beras dan Tepung Jagung

Pati Beras dan Jagung

Tepung ikan, tepung tapioka

Tepung terigu, makaroni dan sejenisnya

Gula pasir, gula pasir (gula kristal rafinasi)

Kembang gula, gula lainnya

Pengolahan Buah-buahan dan

Sayuran

Pengolahan Produk dari Susu

Pengolahan Es Krim dan sejenisnya

Pengolahan Kopi, Pengolahan Teh

Pengolahan Herbal, Sirop

Air Minuman dan Air mineral

Minuman keras,

Minuman Anggur (wine)

Minuman ringan

Pengolahan Tembakau, Rokok

Kretek

Rokok Putih

Bumbu Rokok dan kelengkapan

Rokok lainnya

Saccharin dan Natrium Siklamat

Kakao dan coklat olahan

Industri Hasil Hutan dan

Perkebunan

Industri Makanan, Hasil Laut

dan Perikanan

Industri Minuman,Tembakau

dan Bahan Penyegar

Page 6: raker 2016 ringkas 4.pdf

6 6

C. GAMBARAN UMUM INDUSTRI AGRO

Indikator 2011 2012 2013 2014*) 2015**)

Pertumbuhan (%) Tahun Dasar 2010 7,42 7,20 3,27 8,29 5,82

Kontribusi Terhadap PDB Industri Pengolahan Non-Migas (%)

44,99 44,77 43,72 44,77 45,42

Nilai Ekspor (US$ Miliar) 39,85 40,34 38,87 42,60 39,15

Nilai Impor (US$ Miliar) 10,50 13,50 13,5 13,94 11,95

Nilai Investasi PMDN (IDR Triliun) PMA (US$ Miliar)

17,75 1,41

18,78 3,17

22,32 3,33

24,2 3,91

32,25 2,27

Sumber : BPS dan BKPM diolah Ditjen Ind. Agro

Cat. :

*) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

***) Industri Hasil Hutan dan Perkebunan terdiri dari Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan

Sejenisnya; Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman; dan industri furnitur.

“Peran sektor industri agro terhadap industri non-migas sebesar 45,42 % pada tahun 2015 disumbangkan oleh industri makanan dan minuman sebesar 30,84%, industri pengolahan tembakau

5,19 %, industri hasil hutan dan perkebunan***) 9,39 %.”

Page 7: raker 2016 ringkas 4.pdf

7 7

D. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO

“Industri Prioritas berbasis Agro diarahkan pada hilirisasi Industri Hulu Agro, Industri Pangan dan Industri Furnitur dan Barang Lainnya dari Kayu.”

a. Industri

Pengolahan Ikan

dan Hasil Laut

b. Industri Bahan

Penyegar.

c. Industri

Pengolahan Minyak

Nabati.

d. Industri

Pengolahan Buah-

Buahan dan

Sayuran.

e. Industri Tepung.

f. Industri gula

berbasis tebu.

a. Industri Oleofood.

b. Industri Oleokimia.

c. Industri Kemurgi.

d. Industri Pakan.

e. Industri Barang dari

Kayu.

f. Industri Pulp dan

Kertas.

Industri Furnitur dan

Barang Lainnya dari

Kayu

Page 8: raker 2016 ringkas 4.pdf

8

1. Meningkatnya Populasi Industri berbasis Agro; 2. Meningkatnya Daya Saing dan Produktifitas Industri Agro.

STRATEGI

HILIRISASI INDUSTRI

Fokus Pembangunan Hilirisasi:

KELAPA SAWIT RUMPUT LAUT

KAKAO

TUJUAN

1. MENINGKATKAN NILAI TAMBAH DAN MEMPERKUAT STRUKTUR INDUSTRI

2. MENUMBUHKAN POPULASI INDUSTRI

3. MENYEDIAKAN LAPANGAN KERJA

4. MENCIPTAKAN PELUANG USAHA

Hilirisasi adalah istilah untuk mendorong pengembangan industri hilir yang menggunakan bahan baku SDA potensial di Indonesia, baik SDA yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan.

E. SASARAN STRATEGIS DAN HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO

SASARAN STRATEGIS

Page 9: raker 2016 ringkas 4.pdf

9 9

II. HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO

A. Industri Berbasis Minyak Sawit

B. Industri Pengolahan Kopi

C. Industri Pengolahan Kakao

D. Industri Pengolahan Rumput Laut

E. Pengawasan dan Pengendalian

Industri Minuman Beralkohol

Page 10: raker 2016 ringkas 4.pdf

10 10

Swasta Nasional

( 5,1 Juta ha)

49 %

BUMN PTPN ( 800.000 Juta Ha)

8 % Luas Area

Perkebunan Indonesia

189 Juta ha Petani Rakyat

(4.6 Juta ha)

43 %

Petani Mandiri

3.1 Juta Ha

Petani Plasma 1.5 Juta Ha

5-6 Ton/ ha/tahun

Yield CPO

Yield CPO

2-3 Ton/ ha/ Tahun

5 – 6 Ton/ha/tahun

Perolehan CPO

Luas Area Kelapa Sawit

~ 10.55 Juta ha ~

5.8%

Yield CPO

3-4 Ton/ ha/Year

Sumber Data : GIMNI 2015, menyadur Data

Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian

Struktur Kepemilikan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia

II.A. INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT

Page 11: raker 2016 ringkas 4.pdf

11

MINYAK KELAPA SAWIT

Minyak Sawit Kasar

(CPO)

Asam AminoOlein PFADToco

pherolBeta

Karoten

Minyak Inti Sawit

(PKO)

Protein

Sel Tunggal

Stearin

Confectionaries

dan Eskrim

Minyak

Goreng

Minyak Salad

ShorteningMetil Ester

Surfaktan

Methyl Ester Sulfonat

Detergen

Fat

Powder

Cocoa Butter

Substitute

(CBS)

Biodiesel

Margarin

Sabun

Batangan

Vegetable

Ghee

Ester Asam Lemak :

Palmitat/Propand

Stearat

Sulfonat

Oleat/Glycol

Propylene Glycol

Metalic Salt :

Palmitat Stearat/

Ca, Zn

Stearat/Ca, Mg

Stearat/ Al, Li

Oleat/ Zn, Pb

Oleat/Ba

Polyethoxylated

Derivates :

Palmitat/Ethylene

Propylene Oxide

Stearat/Ethylene

Propylene Oxide

Oleic Acid Dimer

Ethylene

Propylene Oxide

Fatty Amines :

C16 & C18 /

Ethoxylated

Secondary C16 &

C18 / Ethoxylated

Betain

Oxygenated

Fatty Acid/Ester:

Epoxy Stearic/

Octanol Ester

Epthio Stearin

Mono &

Polyhydric Alcohol

Ester

Processed Fatty

Alkohol

C16&C18 Alcohol/

Sulphated

C16&C18 Alcohol/

Esterified

C16&C19 Alcohol/

Ethoxylation

Monogliserida

Ethoxylation

Fatty Acids Amides

Stearamide

Sulphated

Alcanolamide of

Palmitat, Stearic &

Oleic Acids

Oleamide

Alkanolamides

Lipase

Soap ChipFatty Acid/

Asam Lemak

Shortening

Cocoa Butter

Substitute (CBS)

Gliserol

Food

Emulsifier

Cocoa Butter

Substitute

(CBS)

MargarineGlycerol

Mono Oleat

Keterangan Warna

Sudah diproduksi di Indonesia

Belum diproduksi di Indonesia

Target Diverisifkasi Produk Jangka Menengah (hingga 2014)

Target Diverisifkasi Produk Jangka Panjang (2014 - 2025)

Fatty

Alcohol

Bahan Dasar

Kosmetika

Pohon Industri Minyak Sawit

Page 12: raker 2016 ringkas 4.pdf

12 12

Pengembangan Industri Oleokimia Berbasis Fatty Acid Dan

Fatty Alcohol

“Semakin hilir, nilai tambah semakin besar, peluang mendapatkan profit gain sangat tinggi.”

12

Page 13: raker 2016 ringkas 4.pdf

13 13

Tahapan Pengembangan Hilirisasi Industri Kelapa Sawit

Short Term (2011 – 2015)

Fokus pada optimalisasi kapasitas terpasang, peningkatan kapasitas refinery dan biodiesel, dan penguatan iklim usaha investasi

Fokus produk: minyak goreng, lemak padatan pangan, asam lemak dan alcohol lemak, serta Biodiesel

Medium Term (2016 – 2020)

Fokus pada produk hilir dengan “distinctive aspect” untuk mendukung ketahanan pangan dan memenuhi kecukupan nutrisi masyarakat Indonesia.

Fokus produk : Betacarotene Tocopherol, Tocotrienol, Protein sel tunggal, Personal care

Long Term (2020 – 2050)

Fokus pada produk canggih turunan minyak sawit sebagai substitusi produk sejenis yang tidak terbarukan (non renewable, green product)

Contoh produk: Bio asphalt, Bio surfactant, Biopolymer, Bio jet fuel, Bio lube.

13

Page 14: raker 2016 ringkas 4.pdf

14 14

Infrastruktur Industri/ Kawasan Industri yang memadai (port, energy, land, natural gas, etc)

Iklim Usaha Industri yang Kondusif (legal, lisence,

security, soft-facility)

Insentif Fiskal

dan Disinsentif Fiskal

Penyediaan Teknologi, SDM Unggul , Permesinan Industri dalam Kualitas dan Kuantitas

yang Memadai

Insentif Fiskal

1. Tax Holiday

2. Tax Allowance

3. Free Import Duty for Machineries

Disinsentif Fiskal

Export tax for Palm Oil Upstream and Intermediate Product

Prasyarat (pre-requisite) Keberhasilan Program Hilirisasi Industri Sawit

14

Page 15: raker 2016 ringkas 4.pdf

15

Mapping of Location Potential for POGEZ Development

Page 16: raker 2016 ringkas 4.pdf

16

FOKUS HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT

a. Industri Pengolahan Kelapa Sawit di Kawasan Industri Sei Mangkei

Simalungun Sumatera Utara

b. Industri Pengolahan Kelapa Sawit di Kawasan Industri Pelintung-Dumai

Provinsi Riau

c. Industri Pengolahan Kelapa Sawit di Kawasan Industri Bontang

Page 17: raker 2016 ringkas 4.pdf

17 17

PRODUKSI

Kopi Olahan Nasional

•Jumlah Unit Usaha : 90 perusahaan besar dan sedang

•Produksi : 222.905 Ton

•Nilai (Rp Juta): 9.408.560

•Tenaga Kerja : 21.556 orang

•Konsumsi perkapita/tahun : 1,1 Kg

IMPOR

Produk Kopi Olahan Nasional

• Jumlah : 15.307 Ton

• Nilai (US$ Ribu) : 102.712

EKSPOR

Kopi Olahan Nasional

• Jumlah : 99.556 Ton

•Nilai (US$ Ribu): 332.241

PT Nestle

Indonesia,

Panjang Factory

di Lampung,

Kapasitas

Produksi 21.000

Ton/Tahun,

Realisasi

Produksi 9.155

Ton/Tahun

Lebih dari 130

Perusahaan

kecil-

menengah

Lampung :

PRODUKSI

Biji Kopi Nasional

• Jumlah : 685 Ribu Ton

• Luas Lahan : 1,2 Juta Ha

• 96% Perkebunan Rakyat

IMPOR

Biji Kopi Nasional

• Jumlah : 21,3 Ribu Ton

•Nilai (US$ Ribu) : 46.701

EKSPOR

Biji Kopi Nasional

• Jumlah : 378 Ribu Ton

• Nilai (US$ Ribu): >1.002.367

Ekspor Biji Kopi

Lampung

222.441 Ton

Sumatera Selatan : 144

Lampung : 131

Sumatera Utara : 59

Bengkulu : 56

Aceh : 54

dll

Lampung :

Sektor On-Farm Sektor Industri

Produksi Biji Kopi (Ribu Ton)

Konsumsi Kopi

Nasional (Ribu ton) Produk industri :

138

Produk IKM dan retail :

±125

II.B. INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI

Page 18: raker 2016 ringkas 4.pdf

18 18

Peta Indikasi Geografis

“Sudah terdaftar 11 indikasi geografis untuk

kopi.”

Page 19: raker 2016 ringkas 4.pdf

19 19 19

Pohon Industri Pengolahan Kopi

Page 20: raker 2016 ringkas 4.pdf

20

Sumber : BPS diolah Ditjen Ind Agro

II.c. INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO

Page 21: raker 2016 ringkas 4.pdf

21 21

POHON INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO

Cokelat Kembang Gula

Powder

Minuman Cokelat

Cake Malt Extract

Es Krim

Essence (Flavour)

Tannin

Liqour Biji

Shell , Pulp , Pod

Oleo Chemical

Fatty Acid

Butter/ Fat

Pupuk

Single Cell Protein

Alkohol

Pektin

Jelly

Plastik Filler

Bahan Bakar

kakao Kosmetika

Bahan Mentah Produk Setengah Jadi

(Intermediate Goods)

Produk Hilir

Berbasis Kakao

Page 22: raker 2016 ringkas 4.pdf

22

POTENSI PNGOLAHAN KAKAO DI INDONESIA

ADA SOLUSI

IKM COKLAT

SUDAH ADA 10 CALON

TECKNOPARK COKLAT

JIKA SETIAP TECKNOPARK MENCIPTAKAN 20 WIRAUSAHA YANG

BERPOTENSI MENDIRIKAN PABRIK HILIR KAKAO - AKAN ADA 200 PABRIK CONFECTIONERY COKLAT

ADA SOLUSI 7 PERMASALAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO SAAT INI

POLA PIKIR PEMBANGUNAN HILIRISASI KAKAO

INDUSTRI BESAR SEDANG (IBS) COKLAT

ADA SOLUSI

PERMASALAHAN IKM PADA TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN UNTUK PENGEMBANGAN INDUSTRI

KAKAO

SUDAH ADA 20 IBS PENGHASIL

BAHAN SETENGAH

JADI COKLAT

JIKA SETIAP IBS MENDAPAT IKLIM USAHA KONDUSIV AKAN

MENCIPTAKAN 20 PABRIK HILIR KAKAO MISALNYA 20 PRODUK

CONFECTIONERY COKLAT, BAHAN BAKU KOSMETIK DAN FARMASI

Page 23: raker 2016 ringkas 4.pdf

23

PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO

Sulteng

Sumbar

Sulbar

Sulsel

Sultra

Banten Jabar

Page 24: raker 2016 ringkas 4.pdf

24 24

FOKUS HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO

Hilirisasi pengembangan industri berbasis kakao dilakukan melalui pendeketan

konsep pembangunan Techno park. Lembaga-lembaga pengembangan olahan kakao

yang telah ada akan diarahkan untuk menjadi “Techno Park Hilirisasi

Pembangunan Industri Pengolahan Kakao”. Adapun hasil inventarisasi terdapat 10

Techno Park yaitu :

1.Techno Park TTP (BPTP) Gunung Kidul,

2.Techno Park TTP (BPTP) Payakumbuh,

3.Techno Park Rumah Cokelat – Palu,

4.Techno Park Ind. Pengolahan Cokelat – Univ. Haluoleo Kendari,

5.Techno Park Teaching Factory di UNHAS

6.Techno Park Kampung Cokelat Kademangan-Blitar, Jatim

7.Techno Park Franchise Chocochock (minuman), Tangerang

8.Techno Park Agrowisata kakao dan Cokelat di Singaraja, Bali

9.Techno Park Chocolate School by Tulip (praline) di Permata Hijau, Jakarta

10.Techno Park BT Chocolate Academy (makanan dan minuman cokelat), Tangerang

Page 25: raker 2016 ringkas 4.pdf

25

II.d. INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT

Gracilaria sp

Agarophyte

Eucheuma sp

Carrageenophyte

Gelidium sp

Agarophyte

Sargassum sp

Alginophyte

Turbinaria sp

Alginophyte

Agar

Karaginan

Alginat

Farmasi, kosmetik,

makanan, Pet food, kultur

jaringan, cetakan gigi

Dairy, minuman, dressing,

saus, makanan diet, pet

food, farmasi

Dairy, roti, saus, tekstil,

kosmetik, minuman,

farmasi

Rumput Laut

Alkali Treated

Gracilaria

(Chip)

Alkali Treated

Eucheuma

(SC,SRC,RC)

Page 26: raker 2016 ringkas 4.pdf

26

KINERJA INDUSTRI BERBASIS RUMPUT LAUT

No. URAIAN SATUAN Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1. Jumlah Investasi juta USD 114 114 120 130 130

2.

Jumlah Perusahaan : unit 22 22 23 25 25

a. Karaginan unit 14 14 15 16 16

b. Agar unit 8 8 8 9 9

3.

Kapasitas Terpasang ton 19.938 20.883 21.874 22.912 24.000

a. Karaginan ton 14.809 15.549 16.327 17.143 18.000

b. Agar ton 5.129 5.334 5.547 5.769 6.000

4.

Produksi : ton 12.436 13.033 13.658 14.314 15.000

a. Karaginan ton 9.872 10.366 10.884 11.429 12.000

b. Agar ton 2.564 2.667 2.774 2.885 3.000

5. Konsumsi ton 11.786,32 12.174,30 8.793,36 9.217,16 10.826,84

6.

Ekspor

Agar Nilai (Ribu USD) 10.693,16 12.627,49 12.861,06 13.084,36 11.910,74

Berat (Ton) 1.720,69 1.872,76 1.291,60 1.055,93 774,40

Karagenan Nilai (Ribu USD) 8.743,82 12.127,10 30.905,21 33.988,56 31.797,70

Berat (Ton) 936,65 1.210,62 4.439,85 4.757,21 3.884,38

7.

Impor

Agar Nilai (Ribu USD) 3.305,46 3.742,55 964,24 1.009,41 707,07

Berat (Ton) 750,16 903,86 714,04 381,89 133,25

Karagenan Nilai (Ribu USD) 7.928,38 8.926,59 3.235,51 4.931,25 4.513,09

Berat (Ton) 1.257,50 1.320,82 242,77 334,41 352,37

8. Jumlah Tenaga Kerja orang 2.860 2.860 2.960 3.100 3.100

Sumber : BPS diolah oleh Ditjen Industri Agro

Page 27: raker 2016 ringkas 4.pdf

27

SEBARAN RUMPUT LAUT INDONESIA

Page 28: raker 2016 ringkas 4.pdf

28 28

Pembangunan industri di sektor hulu antara dalam rangka memenuhi

kebutuhan bahan baku industri hilir berbasis rumput laut, melalui :

PEMBANGUNAN INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT DI SULAWESI SELATAN

1. Pembangunan Pabrik Pengolahan Rumput Laut Alkali Treated Glacilaria (ATG)

Lokasi : Kelurahan Toro, Kec. Tanete Riatang Timur, Kab. Bone, Sulsel

Kapasitas : 6.000 Ton per tahun

Jenis Produk : Chip (rumput laut kering, bersih dalam bentuk potongan)

Tenaga Kerja : Pabrik : 50 orang

Pendukung : 2.100 orang (on farm)

Nilai Investasi : Rp. 30 Milyar

2. Pengelola : KOSPERMINDO Sulawesi Selatan

3. Offtaker : PT. AGARINDO BOGATAMA

Page 29: raker 2016 ringkas 4.pdf

29 29

1. Dampak Ekonomi Wilayah

MANFAAT

• Pengembangan luas lahan budidaya rumput laut Glacilaria + 700 Ha.

• Penyerapan tenaga kerja di sektor budidaya rumput laut + 2.100 orang.

• Membangkitkan ekonomi daerah.

• Menciptakan industri turunan rumput laut : agar-agar, farmasi, kosmetik

dan produk makanan lainnya.

• Meningkatkan penerimaan pajak dan retribusi bagi daerah + Rp. 35 juta

per tahun.

• Menjaga stabilitas harga rumput laut minimal p. 6.000 per kg.

PEMBANGUNAN INDUSTRI...(lanjutan...)

Page 30: raker 2016 ringkas 4.pdf

30 30

2. Aspek Sosial

• Memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan

kegunaan rumput laut.

• Pergeseran kegiatan utama ekonomi masyarakat dari sektor informal ke

formal (pertanian ke industri)

• Peningkatan infrastruktur di daerah

3. Dampak Pemenuhan Kebutuhan Domestik dan Daya Saing Nasional

• Meningkatkan daya saing industri agar-agar

• Meningkatkan ekspor produk agar-agar

MANFAAT

PEMBANGUNAN INDUSTRI...(lanjutan...)

Page 31: raker 2016 ringkas 4.pdf

31

Berdasarkan data produksi minuman beralkohol yang memiliki IUI dari Kementerian Perindustrian :

• Terdapat 37 perusahaan yang selama 2 tahun berturut-turut (2014-2015) tidak berproduksi.

• Terdapat 36 perusahaan yang berproduksi dibawah kapasitas Izin Usaha Industri

• Terdapat 30 perusahaan yang berproduksi melebihi kapasitas Izin Usaha Industri

II.e. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN INDUSTRI MINUMAN

BERALKOHOL

Page 32: raker 2016 ringkas 4.pdf

32