RAHMADI - UNJA

of 12 /12
INFILTRASI TANAH KEBUN PERCOBAAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI DI DESA MENDALO DARAT KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH RAHMADI POGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2018

Embed Size (px)

Transcript of RAHMADI - UNJA

KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA
Artikel ilmiah dengan judul “Infiltrasi Tanah Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Jambi di Desa Mendalo Darat Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten
Muaro Jambi” disusun oleh RAHMADI, NIM D1A013041.
Menyetujui:
Dr. Ir. Henny H., M.Si. Ir. Refliaty., M.S.
NIP. 19621009 198803 2 003 NIP. 19580202 198603 2 004
Mengetahui:
1
KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI
Rahmadi 1 , Henny H
e-mail: [email protected]
faktor yang mempengaruhinya di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Jambi di Desa Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota,
Kabupaten Muaro Jambi. Penelitian menggunakan Metode Survei (peta kerja
skala 1:3.500) dengan luas areal survei 11,32 ha (kemiringan lereng 0-3dan 3-8
persen). Titik pengamatan dan pengambilan contoh tanah secara purposive
random sampling pada setiap satuan lahan homogen. Pengukuran laju infiltrasi
dengan Double Ring Infiltrometer dan pendugaan kapasitas infiltrasi dengan
Metode Horton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju infiltrasi di areal
penelitian-praktikum tergolong sedang (50,03-56,62 cm/jam) pada kemiringan
lereng 0-3 persen dan agak cepat (67,21-80,61 cm/jam) pada kemiringan lereng 3-
8 persen dengan kapasitas infiltrasi 50,03-80,61 cm/jam; sedangkan di lahan
semak-belukar tergolong cepat (134,72-158,32 cm/jam) dengan kapasitas 134,72-
158,32 cm/jam disebabkan oleh C-organik, TRP dan pori makro tanah di areal-
penelitian lebih rendah dibandingkan dengan di lahan semak-belukar
Kata kunci: laju dan kapasitas infiltrasi, areal penelitian-praktikum, lahan semak-
belukar
hanya sebagai media tumbuh
tanaman, tetapi juga berfungsi
setempat atau fungsi hidro-orologi.
tanah akan tertampung sementara
sebagai surface runoff dan sebagian
mengalami evaporasi (Hardjowigeno,
2010; Asdak, 2002).
baik untuk kebutuhan tanaman
maupun groundwater sangat terkait
hujan, temperatur dan kelembaban
Hidayat, 2002).
sedangkan kapasitas infiltrasi adalah
2004; Troe et al., 2004; Asdak, 2002;
Hidayat, 2002).
pelaksanaan praktikum berbagai mata
di Fakultas Pertanian Universitas
Kecamatan Jambi Luar Kota,
Kabupaten Muaro Jambi. Namun
praktikum di kebun percobaan
sesuai kebutuhannya terutama di
kapasitas infiltrasi serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya di Kebun
Percobaan Fakultas Pertanian UNJA,
Desa Mendalo Darat, Kecamatan
Jambi.
Fakultas Pertanian UNJA, Desa
Mendalo Darat, Kecamatan Jambi
(Gambar 1). Penelitian menggunakan
skala 1:3500 dan luas areal survei
11,32 ha yang terdiri atas areal
penelitian-praktikum dan lahan
semak-belukar dengan kemiringan
pengamatan dan pengambilan tanah
secara purposive random sampling
(SLH).
hujan hingga 8 hari tidak turun hujan
(KAL) dengan tanah kedalaman 0-20
dan 20-40 cm. Data infiltrasi, C-
organik serta sifat fisika tanah
dikelompokkan berdasarkan kriteria
secara deskriptif.
Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi
3
penelitian-praktikum maupun lahan
meningkat dengan meningkatnya
bertekstur pasir dapat menunjukkan
mempunyai kandungan pasir yang
induk dapat masih tetap terlihat pada
tanah yang terbentuk (Hardjowigeno,
2010; Prasteyo dan Suriadikarta
2006). Penggunaan lahan dan
(bersifat inherent). Perubahan
2000).
Tabel 1. Sebaran fraksi dan kelas tekstur tanah Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UNJA, Desa
Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi
SLH Penggunaan
III (36-54) 59 15 26 lempung liat berpasir (ah)
IV (54-79) 60 8 32 lempung liat berpasir (ah)
Areal
III (29-56) 49 16 35 liat berpasir (ah)
IV (56-89) 43 21 36 lempung berliat (h)
SLH-
2
Areal
II (17-39) 75 4 21 lempung liat berpasir (ah)
III (39-65) 73 6 21 lempung liat berpasir (ah)
IV (65-81) 72 7 21 lempung liat berpasir (ah)
Areal
II (23-41) 60 10 30 lempung liat berpasir (ah)
III (41-58) 60 7 33 lempung liat berpasir (ah)
IV (58-89) 43 30 27 lempung berliat (ah)
SLH- 3
Lahan semak-
II (17-43) 50 14 36 liat berpasir (ah)
III (43-76) 54 8 38 liat berpasir (ah)
IV (76-94) 52 7 41 liat berpasir (ah)
SLH-
4
II (18-34) 56 11 33 lempung liat berpasir (ah)
III (34-57) 55 6 39 liat berpasir (h)
IV (57-83) 53 4 43 liat berpasir (h)
Lahan
semak-
belukar
5
II (17-32) 63 22 15 lempung (s)
III (32-57) 56 14 30 lempung liat berpasir (h)
IV (57-89) 51 10 39 liat berpasir (h)
Lahan semak-
II (17-34) 56 21 23 lempung liat berpasir (ah)
III (34-56) 52 20 28 lempung liat berpasir (ah)
IV (56-84) 40 30 30 lempung berliat (ah) Keterangan : KL= kemiringan lereng, (k) = kasar, (ak) = agak kasar, (ah) = agak halus, (h) = halus
4
Kebun Percobaan Fakultas Pertanian,
UNJA tergolong sedang hingga
makin rendah ke lapisan bawah
(kecuali pada lapisan atas lahan
semak-belukar dengan kemiringan
disebabkan oleh tekstur tanah
sehingga tata air dan udara tanah
cukup baik dan akibatnya proses
dekomposisi bahan organik di dalam
tanah lebih cepat dan didukung oleh
suhu udara yang cukup tinggi
(daerah tropis) (Soepardi, 1983).
Hardjowigeno, 2010; Bot dan
Benites, 2005; Atmojo, 2003;
kandungan C-organik tanah lebih
mendapatkan penambahan bahan
proses pelapukan sisa-sisa tumbuhan
dan tanaman (daun, ranting-ranting,
membentuk serasah, perakaran dan
diberikan lebih banyak pada lapisan
atas (Utomo et al, 2016; Hanafiah
2013; Sutanto, 2005)
Tabel 2. Kandungan C-organik, struktur, BV, dan (TRP) Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
UNJA, Desa Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi
SLH Pengguna-
1 (0-16) 1,89 (r) granuler-halus, cukup 1,36 (s) 48,53 (r)
II (16-37) 1,17 (r) granuler-halus, cukup 1,40 (s) 47,02 (r)
III (36-54) 0,9 (sr) gumpal-sedang, kuat 1,54 (t) 41,78 (r) IV (54-79) 0,73 (sr) gumpal-sedang, kuat 1,58 (t) 40,39 (r)
Areal
penelitian-
praktikum
3
I (0-12) 2,22 (s) granuler-halus, cukup 1,30 (s) 50,80 (r) II (12-29) 1,38 (r) granuler-halus, cukup 1,49 (t) 43,7 (r)
III (29-56) 0,86 (r) gumpal-sedang, kuat 1,49 (t) 43,63 (r)
IV (56-89) 0,68 (r) gumpal-sedang, kuat 1,48 (t) 44,09 (r)
SLH
-2
Areal
I (0-17) 0,83 (sr) granuler-halus, cukup 1,37 (s) 48,36 (r)
II (17-39) 0,77 (sr) granuler-halus, cukup 1,44 (s) 45,84 (r) III (39-65) 0,68 (sr) gumpal-sedang, kuat 1,54 (t) 41,00 (r)
IV (65-81) 0,45 (sr) gumpal-sedang, kuat 1,61 (t) 39,31 (r)
Areal
penelitian-
praktikum
6
I (0-23) 1,63 (r) granuler-halus, cukup 1,47 (t) 44,40 (r)
II (23-41) 0,9 (sr) granuler-halus, cukup 1,56 (t) 41,09 (r)
III (41-58) 0,92 (sr) gumpal-sedang, kuat 1,62 (t) 38,65 (r)
IV (58-89) 0,95 (sr) gumpal-sedang, kuat 1,65 (t) 37,92 (r)
SLH -3
Lahan semak-
I (0-17) 1,92 (r) granuler-halus, cukup 1,06 (s) 60,27 (r)
II (17-43) 0,76 (sr) granuler-sedang, kuat 1,19 (s) 51,06 (r) III (43-76) 0,81 (sr) gumpal-sedang, kuat 1,31 (s) 50,62 (r)
IV (76-94) 0,72 (sr) gumpal-sedang, kuat 1,36 (s) 48,64 (r)
SLH - 4
I (0-18) 2,48 (s) granuler-halus, cukup 1,12 (s) 56,39 (r)
II (18-34) 1,14 (r) granuler-halus, cukup 1,34 (s) 48,76 (r)
III (34-57) 0,98 (sr) gumpal-sedang, kuat 1,51 (t) 42,41 (r)
IV (57-83) 0,64 (sr) gumpal-sedang, kuat 1,58 (t) 39,83 (r)
Lahan semak-
I (0-17) 3,17 (t) granuler-halus, cukup 1,17 (s) 55,66 (r)
II (17-32) 2,49 (s) granuler-halus, cukup 1,39 (s) 45,22 (r) III (32-57) 1,05 (r) gumpal-sedang, kuat 1,38 (s) 44,26 (r)
IV (57-89) 0,7 (sr) gumpal-sedang, kuat 1,58 (t) 42,23 (r)
Lahan
semak-
belukar
6
I (0-17) 2,7 (s) granuler-halus, cukup 1,17 (s) 54,22 (r)
II (17-34) 2,21 (s) granuler-halus, cukup 1,25 (s) 52,98 (r)
III (34-56) 1,97(r) gumpal-sedang, kuat 1,32 (s) 50,08 (r) IV (56-84) 0,94 (sr) gumpal-sedang, kuat 1,40 (s) 47,14 (r)
5
penelitian maupun lahan semak-
belukar granular-halus dengan tingkat
perkembangan cukup pada dua
lapisan teratas dan gumpal-sedang
dengan tingkat perkembangan kuat
pada lahan semak-belukar kemiringan
halus dengan tingkat perkembangan
oleh teksur tanah berasir da
kandungan bahan organik tanah
sedang hingga sangat rendah.
dan kimia. Fraksi liat juga berperan
dalam pembentukan struktur tanah,
saling berikatan (Cornel University,
2013; Sutanto, 2005; USDA, 2008).
Tanah di areal penelitian-
praktikum mempuyai bobot volume
rendah dibandingkan dengan di lahan
semak belukar (Tabel 2). Hal ini
disebabkan tanah di areal penelitian-
praktikum dilakukan pengolahan
pemberian bahan organik yang cukup
sehingga tanah mengalami proses
pemadatan. Makin padat tanah,
mengurangi kemampuan tanah
mempunyai C-organik lebih tinggi
serasah lebih banyak dibandingkan
struktur dan kandungan bahan
organik tanah. Tanah dengan
kandungan bahan organik tinggi
TRP lebih tinggi (Arsyad,2010;
Hardjowigeno, 2010; Sutedjo dan
pada dua lapisan teratas (kecuali pada
areal-praktikum kemiringan lereng 6
%); sedangkan di lapisan bawahnya
lahan semak-belukar tergolong
TRP tanah tergolong rendah baik di
areal penelitian-praktikun maupun
maupun lapisan bawah (Tabel 2). Hal
ini disebabkan oleh tekstur tanah yang
didominasi oleh fraksi pasir dan
kandungan bahan organik tanah
(ditunjukkan oleh kandungan C-
organik tanah) tergolong rendah
hingga sangat rendah (Soepardi,
kejadian hujan
1-8 hari tidak turun hujan lebih besar
pada areal penelitian-praktikum
2). Hal ini diduga karena air di dalam
pori-pori tanah pada lahan semak-
belukar (setelah hujan) lebih cepat
atau lebih banyak keluar atau hilang
dari daerah perakaran (0-40 cm)
dibandingkan dengan di areal
penelitian-praktikum. Air di dalam
ada di dalam pori-pori berukuran
lebih besar, akibat gaya gravitasi dan
evaporasi. Kondisi ini menunjukkan
mempunyai pori-pri makro lebih
lebih sedikit dibandingkan dengan
tanah di areal penelitian-praktikum.
semak belukar mempunyai C-organik
(Tabel..). Pori-pori tanah berukuran
cepat yang berarti air di dalam pori-
pori tersebut cepat keluar, sedangkan
pori-pori yang berukuran lebih kecil
(8,6-28,8 mikron) disebut pori
disebut juga pori aerase jika air di
dalam pori tersebut sudah digantikan
oleh udara karena air sudah keluar
akibat gaya gravitasi ( Arsyad, 2010;
Sudirman et al., 2006; Asak, 2002).
Gambar 2. Kadar air tanah lapangan1-3 hari setelah kejadaian hujan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
UNJA, Desa Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi
Gambar 3. Kadar air tanah lapang 1-8 hari setelah kejadian hujan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
UNJA, Desa Mendalo Darat,Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi
7
praktikum terogolong sedang (50,03-
0-3 persen, dan agak cepat (67,21-
80,61 cm/jam) pada kemiringan lereng
3-8 persen dengan kapasitas infiltrasi
4,15-6,30 cm/jam; sedangkan di lahan
semak-belukar tergolong cepat
(134,72-158,32 cm/jam) dengan
persen maupun 3-8 persen (Tabel 3,
Gabar 4, Gambar 5). Kapasitas dan
laju infiltrasi pada areal penelitian-
praktikum lebih rendah pada lahan
dengan kemiringan 5 dan 6 persen
dibandingkan dengan lahan dengan
sedangkan pada lahan semak-belukar
Gambar 4). Hal ini menunjukkan
bahwa laju dan kapasitas infiltrasi
lebih lambat di areal penelitian-
praktikum dibandingkan dengan di
penelitian-praktikum lebih lambat
menunjukkan bahwa laju infiltrasi
praktikum maupun di lahan semak-
belukar lebih tinggi dan makin
berkurang atau makin rendah dengan
bertambahnya waktu dan mencapai
hingga 97 menit (t).
Hal ini terutama disebabkan
dengan masuknya air ke dalam tanah
sehingga mengisi ruang pori tanah dan
mencapai konstan saat semua pori
tanah terisi air (tanah jenuh air).
Tabel 4. Laju dan kapasitas infiltrasi di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UNJA, Desa
Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi
SLH Pengguna-
an lahan
29,89 67,21 (ac) 6,30
f = 81,4 + 362,6 e-0,95k f = 72 + 330 e-1.01k f = 88,5 + 319,5 e-1,18k
3 31,03
26,44 80,61 (ac) 5,38
f = 63 + 333 e-1,2k f = 70,5 + 345 e-1,26k f = 68,2 + 267 e-1,33k
SLH-
2
Areal
26,98 50,03 (s) 5,46
f = 45,7 + 338,4 e-1,12k f = 51 + 321 e-1,21k f = 53,2 + 228,8 e-1,19k
6 27,05 26,21
56,62 (s) 4,15
f = 58,5 + 187,5 e- 1.18k f = 50,5 + 189 e-1.18k f = 60,5 + 215,5 e-1,23k
SLH-
3
Semak-
20,44 135,72 (c) 11,47
f = 144 + 486 e-1,35k f = 118 + 554 e-1,13 f = 118 + 518 e-1,21
SLH-
5 21,43 20,44
158,32 (c) 10,53
f = 128,2 + 507,8 e-1,43k f = 144,5 + 536,5 e-1,35k f = 122,8 + 623,5 e-1,46k
5
25,96
23,36
136,83 (c) 10,74
f = 135,5 + 704,5 e-143k f = 144,5 + 563,5 e-1,35k f = 120,7 + 671,3 e-1,41k
6 23,46 22,72
139,01 (c) 11,29
f = 136,3 + 615,7 e-1,61k f = 143,2 + 652,8 e-1,45k f = 136,5 +625,5 e-1,38
Keterangan: 1) rata-rata hasil dari 3 ulangan; 2) persamaan infiltrasi masing-masing ulangan
ac = agak cepat s = sedang, c = cepat; KL = kemiringan lereng
KAT=kadar air saat pengukuran infiltrasi (kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm)
8
Gambar 3. Kurva laju infitrasi tanah di areal penelitian-praktikum di Kebun Percobaan Fakultas
Pertanian UNJA, Desa Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten
Muaro Jambi
Gambar 4. Kurva laju infitrasi tanah di areal semak-belukar di Kebun Percobaan Fakultas
Pertanian UNJA, Desa Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten
Muaro Jambi.
infiltrasi cenderung tinggi; setelah
infiltrasi akan menurun (Arsyad,
pengukuran infiltrasi lebih rendah
dibandingkan dengan areal penelitian-
praktikum, sehingga waktu mencapai
tanah di lahan semak-belukar
menunjukkan bahwa penggunaan
semak-belukar dibandingkan areal
penelitian-praktikum disebabkan oleh
dan sifat fisika tanah lainnya (BV,
TRP, kadar air tanah) lebih baik pada
lahan semak-belukar dibandingkan
penelitian-praktikum lebih cepat
pengolahan tanah yang sering
dilakukan untuk kegiatan penelitian
maupun praktikum dengan pemberian
pupuk yang belum optimal.
dibandingkan areal penelitian-
yang terbuka dengan aerase yang
baik. Penurunan bahan organik tanah
menyebabkan pemadatan tanah dan
berkurangnya pori berukuran besar.
belukar lebih cepat dibandingkan
penelitian-praktikum. Hal ini karena
tanah di lahan semak-belukar
mempunyai kemampuan lebih tinggi
dalam melewatkan air yang
ditunjukkan oleh kapasitas infiltrasi
tanah lebih tinggi dibandingkan
di lahan semak-belukar mempunyai
sehingga TRP tanah lebih besar dan
tanah lebih poros dibandingkan tanah
di areal penelitian-praktikum. Proses
struktur tanah, kadar air tanah awal,
kegiatan biologi, jenis dan kedalaman
serasah, serta kemapuan tanah untuk
mengosongkan air di atas permukaan
tanah (Arsyad, 2010; Asdak, 2003).
KESIMPULAN DAN SARAN
praktikum terogolong sedang (50,03-
56,62 cm/jam) pada kemiringan
(67,21-80,61 cm/jam) pada
kapasitas infiltrasi 4,15-6,30 cm/jam;
sedangkan di lahan semak-belukar
3-8 persen. Tanah di areal penelitian-
praktikum dan lahan semak-belukar
bertekstur lempung berpasir hingga
tingkat perkembangan cukup hingga
(37,92-60,27 %); namun C-organik
pada areal penelitian-praktikum,
rendah. Hasil penelitian dapat
sebagai tambahan informasi untuk
perencanaan penggunaan lahan serta
atau Kabupaten Muara Jambi dengan
tanah yang karakteristik dan sifatnya
seperti tanah di kebun percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Gajah Mada University Press.
Media Prenada Group. Jakarta.
Important of Soil Organic Matter.
Key to drought-resistant soil and
sustined food production. FAO
SOIL BULLETIN 80. FAO.
and S Bossard. 2016. Training
Manual. Northeast Region
Akademika Pressindo. Jakarta.
Quality Indicator Propeties In Mid-
Atlantic Soil As Influenced By
Conservation Management.
Conservation 55 (1): 69-98
Physics Sixth Ed. John Wiley &
Son, Inc. United States of
America
Praktek. Bursa Ilmu. Yogyakarta.
Tanah. Institut Pertanian Bogor.
Tanah Konsep dan Kenyataan.
2004. Soil and Water Conservation
forProductivity and Environmental
PrenticeHall. Pearson Education,
Function. USDA Natural
Resources Conservation Service.
Utomo M, Sudarsono, B Rusman, T
Sabrina, J Lumbanraja dan
dasar dan Pengelolaannya. Edisi