Ragam Dan Ejaan

download Ragam Dan Ejaan

of 42

Transcript of Ragam Dan Ejaan

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA Sejarah Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia yang kini dipakai sebagai bahasa resmi diIndonesia berasal dari bahasa Melayu. Hal ini ditandai dalam Kongres Bahasa Indonesia di Medan 1954. Pada hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, diresmikan suatu bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia. Nama baru ini bersifat politis, sejalan dengan nama negara yang diidam-idamkan. Perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia tidak terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi mengalami proses pertumbuhan secara perlahan dengan perjuangan yang sangat keras.

Beberapa faktor yang memungkinkan diangkatnya bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan menurut Prof. Dr. Slamet Mulyana adalahsebagai berikut :1. Sejarah telah membantu penyebaran bahasa Melayu. Bahasa Melayu merupakan lingua franca (bahasa perhubungan / perdagangan) di Indonesia. Malaka pada masa jayanya menjadi pusat perdagangan dan pengembangan agama Islam. Dengan bantuan para pedagang, bahasa Melayu disebarkan ke seluruh pantai Nusantara terutama di kota-kota pelabuhan. Bahasa Melayu menjadi bahasa perhubungan antar individu. Karena bahasa Melayu itu sudah tersebar dan boleh dikatakan sudah menjadi bahasa sebagian penduduk, Gubernur Jenderal Rochusen kemudian menetapkan bahwa bahasa Melayu dijadikan bahasa pengantar di sekolah untuk mendidik calon pegawai negeri bangsa bumi putera. 2. Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sangat sederhana ditinjau dari segi fonologi, morfologi, dan sintaksis. Karena sistemnya yang sederhana itu, bahasa Melayu mudah dipelajari. Dalam bahasa ini tidak dikenal gradasi (tingkatan) bahasa seperti dalam bahasa Jawa atau bahasa Sunda dan Bali, atau pemakaian bahasa kasar dan bahasa halus .3. Faktor psikologi, yaitu bahwa suku Jawa dan Sunda telah dengan sukarela menerima bahasa Melayu sebagai bahasa nasional, semata-mata karena didasarkan kepada kekesadaran akan manfaatnya segera ditetapkan bahasa nasional untuk seluruh kepulauan Indonesia. 4. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti luas.Pertumbuhan Bahasa Indonesia

A. Sebelum Masa KolonialBahasa Melayu dipakai oleh kerajaan Sriwijaya pada abad VII.Hal ini terbukti dengan adanya empat buah batu bertulis peninggalan kerajaan Sriwijaya. Keempat batu bersurat itu ditemukan di Kedukan Bukit (680), di Talang Tuwo (dekat Palembang) (684), di Kota Kapur (Bangka Barat) (686), di Karang Berahi (Jambi) (688).Bukti lain ditemukan di Pulau Jawa yaitu di Kedu. Di situ ditemukan sebuah prasasti yang terkenal bernama inskripsi Gandasuli (832)

Berdasarkan penyelidikan Dr. J.G. De Casparis dinyatakan bahwa bahasanya adalah bahasa Melayu kuno dengan adanya dialek Melayu Ambon, Timor, Manado, dsb.

B. Masa KolonialKetika orang-orang barat sampai di Indonesia pada abad XVII,mereka menghadapi suatu kenyataan bahwa bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi dalam pergaulan dan bahasa perantara dalam perdagangan.Ketika bangsa Portugis maupun bangsa Belanda mendirikan sekolah-sekolah, mereka terbentur dalam soal bahasa pengantar. Usaha menerapkan bahasa Portugis dan Belanda sebagai bahasa pengantar mengalami kegagalan. Demikian pengakuan Belanda Dan serta tahun 1631. Ia mengatakan bahwa kebanyakan sekolah di Maluku memakai bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.

C. Masa Pergerakan KebangsaanPada waktu timbulnya pergerakan kebangsaan terasa perlu adanya suatu bahasa nasional, untuk mengikat bermacam-macam suku bangsa di Indonesia. Suatu pergerakan yang besar dan hebat hanya dapat berhasil kalau semua rakyat diikutsertakan. Untuk itu, mereka mencari bahasa yang dapat dipahami dan dipakai oleh semua orang. Pada mulanya agak sulit untuk menentukan bahasa mana yang akan menjadi bahasa persatuan., tetapi mengingat kesulitan-kesulitan untuk mempersatukan berbagai suku bangsa akhirnya pada 1926 Yong Java mengakui dan memilih bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Dengan adanya bermacam-macam faktor seperti tersebut di atas, akhirnya pada tanggal 28 Oktober 1928, yaitu saat berlangsungnya Kongres Pemuda Indonesia di Jakarta dihasilkan ikrar bersama, Ikrar Sumpah Pemuda. 1. Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah air Indonesia. 2. Kami putra-putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia. 3. Kami putra-putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

D. Masa Jepang dan Zaman KemerdekaanSetelah Perang Dunia II, ketika tentara Jepang memasuki Indonesia, bahasa Indonesia telah menduduki tempat yang penting dalam perkembangan bahasa Indonesia. Usaha Jepang untuk menggunakan bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda tidak terlaksana. bahasa Indonesia juga dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan dan untuk keperluan ilmu pengetahuan.

FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIABahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting,antara lain, bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu,di dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV,Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakanbahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Dengan demikian ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional, sesuai dengan Sumpah Pemuda 1928, dan kedua bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara,sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional 1. Lambang kebanggaan kebangsaan 2. Lambang identitas nasional 3. Alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya. 4. Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia. Lambang kebanggaan kebangsaan Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Atas dasar kebangsaan ini, bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan, dan rasa kebanggaan memakainya senantiasa kita bina Lambang identitas nasional Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung di samping bendera dan lambang negara kita. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sehingga terhindar dari unsur-unsur bahasa lain yang tidak diperlukan. Alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya. Sebagai alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antar suku bangsa, bahasa Indonesia dipakai untuk berhubungan antar suku bangsa di Indonesia sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial, budaya, dan bahasa tidak perlu terjadi. Di samping ketiga fungsi di atas, bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial budaya dan

bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai-bagai suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Dengan bahasa nasional, kita dapat meletakkan kepentingan nasional di atas kepentingan daerah atau golongan.

Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara1. Bahasa resmi kenegaraan 2. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan 3. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan 4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Sebagai Bahasa Resmi Kenegaraan Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai antara lain: di dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan,dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah.sebagai bahasa negara Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Alat Pengembangan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan, danTeknologi Sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi, bahasa Indonesia dipakai sebagai alat yang memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sehingga ia memiliki ciriciri dan identitasnya sendiri , yang membedakannya dari kebudayaan daerah.

RAGAM BAHASABerdasarkan pemakaiannya, bahasa memiliki bermacam-macam ragam sesuai dengan fungsi, kedudukan, serta lingkungannya. Ragam bahasa pada pokoknya terdiri atas ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan terdiri atas ragam lisan baku dan ragam lisan takbaku; ragam tulis terdiri atas ragam tulis baku dan ragam tulis takbaku. Bahasa Indonesia baku dipakai dalam (1) Karang-mengarang, (2)pembicaraan pada situasi formal, (3) pembicaraan di depan umum, dan(4) pembicaraan di depan orang yang dihormati; bahasa Indonesia tidak baku dipakai dalam situasi santai. Kedua ragam bahasa itu dapat hidup berdampingan.

Sifat Ragam Bahasa Baku Ragam bahasa baku memiliki tiga sifat sebagai berikut. 1. Kemantapan dinamis: di samping memiliki kaidah dan aturan, relati perubahan sejalan perubahan masyarakat. luwes atau terbuka untuk

2. Kecendekiawan: sanggup mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di berbagai ilmu dan teknologi. 3. Seragam: pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman

Latihan 1 1.Apakah yang dimaksud dengan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar ? 2. Sebutkan macam-macam situasi kebahasaan ? 3. Apa perbedaan antara ragam lisan dan ragam tulis suatu bahasa ? 4. Bagaimana pendapat Anda tentang bahasa baku dan bahasa tidak baku ? 5. Coba Anda perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini. Cendekia atau tidakkah kalimat tersebut? Kalau kalimat itu tidak cendekia, coba Anda perbaiki kalimat itu. a. Sebelum bertindak, pemimpin yang terkenal itu mencoba melakukan pendekatan kekeluargaan. b. Ia menerima uang dari kami sebanyak dua puluh lima ribuan. Latihan 2 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bahasa, tiga pendapat menurut para ahli! 2. Bahasa memiliki beberapa fungsi.Jelaskan fungsi-fungsi tersebut dan beri contohnya! 3. Dalam bahasa terdapat sistem,lambang,dan bunyi.Jelaskan? 4. Apa yang dimaksud ungkapangunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jelaskan ! 5. Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang baik dan benar adalah melalui kaidah bahasa yang meliputi beberapa aspek. Sebutkan dan Jelaskan ! 6. Jelaskan bagaimana membedakan macam-macam ragam bahasa yang ada (tulis,lisan formal,non formal). 7. Mengapa bahasa Indonesia dalam penerapan dan penggunaannya mengalami beberapa kendala,jelaskan! 8. Hal-hal apa sajakah yang membedakan ragam tulis dan ragam lisan ditinjau dari segi tatabahasa, struktur dan kosakatanya. Jelaskan dan beri contoh! 9. Apa yang menjadi tujuan dan fungsi tanda baca, Jelaskan ! 10.Apa yang terjadi pada penempatan tanda baca yang salah.Beri penjelasan beserta penggunaannya. 11.Mengapa dalam perkembangannya ejaan yang disempurnakan mengalami banyk perubahan dan revisi kenapa harus ada EYD. Jelaskan! 12. Apa yang menjadi tujuan,alasan dan fungsi dari unsur-unsur serapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia sertakan contohnya. Selamat Mengerjakan -

EJAANPengertian EjaanAdalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu ( pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa), ejaan berarti penulisan huruf, kata dan tanda baca.

Macam-Macam EjaanSebelum tahun 1900 setiap peneliti bahasa Indonesia (pada waktu itu bahasa Melayu) membuat sistem ejaannya sendiri-sendiri, sehingga tidak terdapat kesatuan dalam ejaan. Pada tahun 1900, Ch. van Ophuysen mendapat perintah untuk menyusun ejaan Melayu dengan mempergunakan aksara Latin.Dalam usahanya itu ia sekedar mempersatukan bermacam-macam sistem ejaan yang sudah ada, dengan bertolak dari sistem ejaaan bahasa Belanda sebagai landasan pokok. Dengan bantuan Engku Nawawi gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim, akhirnya ditetapkanlah ejaan itu dalam bukunya Kitab Logat Melajoe, yang terkenal dengan nama Ejaan van Ophuysen atau ada juga yang menyebutnya Ejaan Balai Pustaka, pada tahun 1901. Ejaan tersebut tidak sekali jadi tapi tatap mengalami perbaikan dari tahun ke tahun dan baru pada tahun 1926 mendapat bentuk yang tetap. Selama Kongres Bahasa Indonesia tahun 1938 telah disarankan agar ejaan itu lebih banyak diinternasionalisasikan. Dan memang dalam perkembangan selanjutnya terutama sesudah Indonesia merdeka dirasakan bahwa ada beberapa hal yang kurang praktis yang harus disempurnakan. Sebenarnya perubahan ejaan itu telah dirancangkan waktu pendudukan Jepang. Pada tanggal 19 Maret 1947 dikeluarkan penetapan baru oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan Suwandi (SK No. 264/Bag.A/47) tentang perubahan ejaan bahasa Indonesia; sebab itu ejaan ini kemudian terkenal dengan nama Ejaan Suwandi. Sebagai dampak dalam keputusan di atas, bunyi oe tidak semuanya diganti dengan u. Baru pada tahun 1949, menurut surat edaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tanda oe mulai 1 Januari 1949 diganti dengan u.

Ejaan van OphuijsenPada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai berikut : Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma'moer, 'akal, ta', pa', dinamai'.

Ejaan SoewandiPada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

Ejaan MelindoPada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.

Ejaan Bahasa Indonesia yang DisempurnakanPada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu. Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987. Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut 1. Perubahan Huruf Ejaan Soewandi Ejaan yang Disempurnakan dj= djalan, djauh j jalan, jauh j= pajung, laju y payung, layu nj= njonja, bunji ny nyonya, bunyi sj= isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat

tj= tjukup, tjutji c cukup, cuci ch =tarich, achir kh tarikh, akhir 2. Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.

3. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai a:b=p:q Sinar-X 4. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. di- (awalan) ditulis dibakar dilempar dipikirkan ketua kekasih kehendak di (kata depan) di kampus di rumah di jalan di sini ke kampus ke luar negeri ke atas

5. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2. anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat

Ejaa bahasa Indonesia yang disempurnakan 1.Pemakaian HurufNama-nama huruf Huruf A B C D E F G H a b c d e f g h Nama a be ce de e ef ge ha Huruf I J K L M N O P i j k l m n o p Nama i je ka el em en o pe Huruf Q R S T U V W X q r s t u v w x Nama ki er es te u fe we eks

Huruf Y Z y z

Nama ye zet

2.Lafal Singkatan dan KataSingkatan atau kata yang berasal dari bahasa asing harus dilafalkan secara lafal Indonesia. Singkatan / Kata AC TVRI Pascasarjana 3.Persukuan a. Penyukuan Dua Vokal yang berurutan di Tengah Kata Kata Lain Daun un b. Penyukuan Dua Vokal Mengapit Konsonan di Tengah Kata Kata Seret Bahasa Bentuk Baku se-ret ba-hasa Bentuk Baku la-in daLafal Baku [ a ce ] [ te fe er i ] [ pascasarjana ]

c. Penyukuan Dua Konsonan Berurutan di Tengah Kata Kata Maksud Caplok lok Merdeka mer-deka Bentuk Baku mak-sud cap-

d. Penyukuan Tiga Konsonan atau Lebih di Tengah Kata Kata Bangkrut Instansi Bentuk Baku bang-krut in-stansi

e. Penyukuan Kata yang Berimbuhan dan Berpartikel Kata Santapan Mengakui Bentuk Baku santap-an meng-akui

f.Penyukuan Nama Orang Kata Hadi Nur Isa Ansori Bentuk Baku Hadi-Nur Isa-Ansori

4. Penulisan Huruf a. Penulisan Huruf Kapital / Besar 1. Dipakai sebagai huruf pertama kalimat berupa petikan langsung Misalnya: Dia bertanya,Kapan kita pulang. 2.Dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan. Misalnya Limpahkanlah rahmat-Mu ya Allah 3.Dipakai sebagai huruf pertama nama gelar,jabatan,dan pangkat yang diikuti nama orang. Misalnya: Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim 4.Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau diapakai sebagai pengganti nama orang,instansi,atau nama tempat. Misalnya: Profesor Supomo, Sekretaris,Jenderal Deplu

5. Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang. Misalnya: Kemala Hayati 6. Dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: Dalam hal ini bangsa Indonesia yang...... 7. Dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,bulan,hari,hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya: tahun Saka hari Jumat Perang Diponegoro 8. Dipakai sebagai huruf pertama nama khas dlm geografi. Misalnya: Teluk Jakarta Danau Toba 9. Dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,nama resmi badan/lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan serta nama dokumen resmi. Misalnya: Majelis Permusyawaratan Rakyat Undang-Undang Dasar 1945 10.Dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan/lembaga. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa 11.Dipakai sebagai huruf pertama semua kata dalam penulisan nama buku,majalah,surat kabar,dan judul karangan. Misalnya: Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

12.Dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak,ibu,saudara,kakak,adik,paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya: Kapan Bapak berangkat? tanya Nining kepada Ibu. Surat Saudara sudah saya terima. 13.Dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,pangkat dan sapaan. Misalnya: Dr. Sdr. : doktor : saudara

14.Dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya: Apakah kegemaran Anda?

b. Huruf Miring 1. Dipakai untuk menuliskan nama buku,majalah,dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Misalnya: Tabloid Nova 2. Dipakai untuk menegaskan huruf,bagian kata,atau kelompok kata. Misalnya: Huruf pertama kata Allah ialah a. Buatlah kalimat dengan berpangku tangan. 3.Dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing. Misalnya: Nama ilmiah padi ialah oriza sativa.

Penulisan Kata

A. Kata Dasar Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: ibu, percaya, kantor

B. Kata Turunan 1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya: dikelola, bergeletar, penetapan 2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi 3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Mislanya: menggarisbawahi, penghacurleburan 4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: adipati, mahasiswa, mancanegara

C. Bentuk Ulang Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anakanak, gerak-gerik

D. Gabungan Kata 1. Gabungan kata yang lazin disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, orang tua, kambing hitam 2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Misalnya: alat pandang-dengar 3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: acapkali, matahari, manasuka

E. Kata Ganti ku, kau-, -mu, dan nya Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: kumiliki, kauambil, bukuku,

rumahmu, bajunya

F. Kata Depan di, ke, dan dari Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Misalnya: di lemari ke pasar, dari Banjarmasin

G. Kata si dan sang Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: sang Kancil, si pengirim

H. Partikel 1. Paratikel lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik. 2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus. 3. Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya: per 1 April.

I. Singkatan dan Akronim 1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. a. Singkatan nama orang orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya:A.S. Kramawijaya b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misanya: DPR c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dll. d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: Cu, TNT, Rp

2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: ABRI, LAN, IKIP b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital Misalnya: Akabri, Bappenas c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu, radar, rapim

J. Angka dan Lambang Bilangan 1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab: 0, 1, 2 Angka Romawi: I, II 2. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas. Misalnya: 0,5 sentimeter, 100 yen 3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15 4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252 5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. a. Bilangan utuh. Misalnya: dua puluh dua, dua ratus dua puluh dua b. Bilangan pecahan. Misalnya: seperenam belas, tiga dua pertiga 6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. Misalnya: Paku Buwono X, Bab II, Tingkat V, Abad ke-20 7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara yang berikut. Misalnya: tahun 50-an, uang 5000-an 8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilagan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali. 9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, sesunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak

terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Pak Darmo mengundang 250 orang tamu. 10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinaman 250 juta rupiah. 11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami memunyai dua puluh orang pegawai. 12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan tanda uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

Penulisan Unsur Serapan Bahasa Indonesia telah menyerap berbagai unsur dari bahasa lain, baik bahasa daerah maupun dari bahasai asing Sansekerta, Arab, Pertugis, Belanda, Inggris, dan bahasa asing lain. Berdasarkan cara masuknya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi dua golongan, yaitu (1) unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia dan (2) unsur asing yang pengucapan dan penulisannyadisesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Untuk keperluan itu telah diusahakan ejaan asing hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesia masih dpat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Di dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dicantumkan aturan penyesuaian itu. Dapat ditambahkan bahwa hal ini terutama dikenakan kepada kata dan istilah yang baru masuk ke dalam bahasa Indonesia, serapan lama yang sudah dianggap umum tidak selalu harus mengikuti aturan penyesuaian tadi. Berikut ini contoh unsur serapan itu. Baku atlet atmosfer aktif aktivitas arkais arkeologi

akhir akhlak advis advokat adjektif asas asasi analisis menganalisis penganalisisan ambulans anggota beranggotakan keanggotaan balans definisi depot diferensial ekspor ekstrover ekuivalen esai formal Februari filologi

fisik Foto frekuensi film hakikat hierarki hipotesis intensif insaf ikhlas ikhtiar impor intriver istri iktikad ijazah izin ilustrasi jenderal jadwal kartotek komedi konkret karier kaidah

khotbah berkhotbah konsepsional konferensi kreativitas kongres kompleks katalitas kuantum konsekuensi kualifikasi kualitas kuarsa kuitansi kuorum kuota konfrontasi dikonfrontasi konsinyasi dikonsinyasi koordinasi dikoordinasi konduite kategori dikategorikan

konsesi kelas klasifikasi linguistik lazim likuidasi metode motif motivasi masyarakat mantra manajemen manajer massa masalah masal misi November nasihat penasihat nasionalisasi dinasionalisasikan operasional objek ons

organisasi problem problematik positif produktif produktivitas psikis psikologi paspor putra putri produksi memproduksi proklamasi diproklamasikan profesi keprofesian profesor rasional resistans rezeki risiko sistem sistematika sistematis

spesies sintetis spiritual subjek sintesis syakwasangka syukur mensyukuri sah sahih saraf sutera standar standardisas survai sukses teori teoretis telegram telepon tradisional tafsiran tarif teknik teknisi

teknologi teleks tripleks terampil keterampilan terap penerapan transpor transportasi teladan keteladanan diteladani tim terjemah varietas wujud berwujud perwuudan zaman

Pemakaian Tanda Baca Tanda Titik (.) 1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya:

Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang akan datang. Hari ini tanggal 6 April 1973. Marilah kita mengheningkan cipta. Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.

2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya: a. III. Departemen Dalam Negri A. Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa B. Direktorat Jendral Agraria 1. b. 1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel 1.2.3 Grafik Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik) 4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya: 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 0.0.30 jam (30 detik) 5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya: Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka. 6a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang. Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa. 6b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya: Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung. Lihat halaman 2345 dan seterusnya. Nomor gironya 5645678.

7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya: Acara Kunjungan Adam Malik Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD'45) Salah Asuhan 8. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat. Misalnya: Jalan Diponegoro 82 Jakarta (tanpa titik) 1 April 1985 (tanpa titik) Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik) Jalan Arif 43 (tanpa titik) Palembang (tanpa titik) Atau: Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik) Jalan Cikini 71 (tanpa titik) Jakarta (tanpa titik) Tanda Koma (,) 1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya:

Saya membeli kertas, pena, dan tinta. Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko. Satu, dua, ... tiga!

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Misalnya:

Saya ingin datang, tetapi hari hujan. Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Misalnya:

Kalau hari hujan, saya tidak akan datang. Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Misalnya:

Saya tidak akan datang kalau hari hujan. Dia lupa akan janjinya karena sibuk. Dia tahu bahwa soal itu penting.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. Misalnya:

... Oleh karena itu, kita harus berhati-hati. ... Jadi, soalnya tidak semudah itu.

5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. Misalnya:

O, begitu? Wah, bukan main! Hati-hati, ya, nanti jatuh.

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.) Misalnya:

Kata Ibu, "Saya gembira sekali." "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena kamu lulus."

7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya:

Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta. Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor Surabaya, 10 mei 1960 Kuala Lumpur, Malaysia

8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya: Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat. 9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya: W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4. 10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: B. Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A.

11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya: 12,5 m Rp12,50 12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.) Misalnya

Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali. Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih. Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.

Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma: Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia. 13. Tanda koma dapat dipakaiuntuk menghindari salah bacadi belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh. Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih. Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa. Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus. 14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir

dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya: "Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim. "Berdiri lurus-lurus!" perintahnya. Tanda Titik Koma (;) 1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya: Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga. 2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya: Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran "Pilihan Pendengar". Tanda Titik Dua (:) 1a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya:

Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.

1b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan Misalnya:

Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya: a. Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : S. Handayani Bendahara : B. Hartawan b. Tempat Sidang Pengantar Acara Hari Waktu : Ruang 104 : Bambang S. : Senin : 09.30

3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya: Ibu : (meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"

Amir : "Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk) Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi besar)

4. Tanda titik dua dipakai: (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya: Tempo, I (1971), 34:7 Surah Yasin:9 Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit. Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta: Eresco, 1968. Tanda Hubung () 1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh

penggantian baris. Misalnya: Di samping cara-cara lama itu ada juga cara yang baru. Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris. Misalnya: Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan .... Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak .... atau Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan .... Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak .... bukan Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan .... Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak .... 2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris. Misalnya: Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas.

Kukuran baru ini memudahkan kita mengukur kelapa. Senjata ini merupakan alat pertahanan yang canggih. Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris. 3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan. Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan. 4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagianbagian tanggal. Misalnya: p-a-n-i-t-i-a 8-4-1973 5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata. Misalnya:

ber-evolusi dua puluh lima-ribuan (20 x 5000) tanggung jawab-dan kesetiakawanan-sosial

Bandingkan dengan:

be-revolusi dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25000) tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial

6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,

(ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap Misalnya se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hariH, sinar-X, Menteri-Sekretaris Negara 7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya: di-smash, pen-tackle-an Tanda Pisah () 1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya: Kemerdekaan bangsa itusaya yakin akan tercapaidiperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. 2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya: Rangkaian temuan inievolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atomtelah mengubah persepsi kita tentang alam semesta. 3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke' atau 'sampai dengan'. Misalnya: 19101945 tanggal 510 April 1970 JakartaBandung

Catatan: Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

Tanda Elipsis (...) 1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya:

Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.

2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya:

Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

Catatan: Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat. Misalnya: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati .... [sunting] H. Tanda Tanya (?) 1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya:

Kapan ia berangkat? Saudara tahu, bukan?

2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya:

Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?). Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

Tanda Seru (!) Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Misalnya:

Alangkah seramnya peristiwa itu! Bersihkan kamar itu sekarang juga! Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya! Merdeka!

Tanda Kurung ((...)) 1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan. Misalnya:

Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.

2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Misalnya:

Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.

3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya:

Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a). Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.

4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan. Misalnya:

Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

Tanda Kurung Siku ([...]) 1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Misalnya:

Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Misalnya:

Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 3538]) perlu dibentangkan di sini.

Tanda Petik ("...") 1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Misalnya:

"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!" Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."

2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya:

Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat. Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo. Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya:

Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja. Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".

4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Misalnya:

Kata Tono, "Saya juga minta satu."

5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya:

Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam". Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.

Catatan: Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.

Tanda Petik Tunggal ('...') 1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Misalnya:

Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?" "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.

2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.) Misalnya:

feed-back 'balikan'

Tanda Garis Miring (/) 1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Misalnya: No. 7/PK/1973 Jalan Kramat III/10 tahun anggaran 1985/1986 2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap. Misalnya: dikirimkan lewat darat/laut (dikirimkan lewat darat atau laut) harganya Rp25,00/lembar (harganya Rp25,00 tiap lembar)

Tanda Penyingkat (Apostrof) (') Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Misalnya: Ali 'kan kusurati. ('kan = akan) Malam t'lah tiba. ('lah = telah) 1 Januari '88 ('88 = 1988)

Intruksi Soal : Perbaikilah ejaan teks di bawah ini meliputi penulisan huruf, penulisan kata,penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.

Kasus Flu Burung di Indonesia Baru-baru ini bangsa Indonesia dikejutkan oleh menyebarnya penyakit yang amat menakutkan yaitu flu burung semula penyakit ini menyerang ribuan ternak unggas diindonesia namun belakangan manusia juga sudah banyak yang terinfeksi dan meninggal karena penyakit ini hingga 28 september 2005 tercatat sudah 57 orang diduga terkena flu burung diindonesia. Penyakit mematikan yang berasal dari negri ciina ini sampai sekarang belum ditemukan pengobatannya sehingga masyarakat resah dan melakukan berbagai daging atau telur unggas akibatnya para peternak dan pedagang unggas mengalami kerugian yang cukup besar bahkan ada yang sampai menutup usahanya( tempo 29 september 2005).